analisa kasus bells palsy

4
ANALISA KASUS Seorang perempuan berusia 42 tahun berobat ke poli dengan diagnosa Bell’s palsy.Pada pasien ini didiagnosis Bell’s palsy karena didapatkan dari; Anamnesis: Pasien datang dengan keluhan bibir kanan dirasakan baal dan tebal,disertai mata kanan yang terasa perih dan sulit ditutup .Pasien juga merasa baal di kulit wajah sisi kanan.Ini karena terjadi paralisis nervus VII kanan yang mempersarafi otot-otot wajah kecuali otot-otot yang terlibat dalam mengunyah.Oleh itu pasien mengalami kesulitan dalam makan karena sudut mulut melonggar,mata kanan sering berair karena nervus VII juga berperan dalam persarafan visceral kelenjar lakrimal dan mata terasa perih karena mata sulit untuk menutup,(otot menutup mata oleh M.Orbicularis Oculi,dipersarafi oleh nervus VII) sehingga menimbulkan gejala mata kering. Pasien juga mengeluh kulit di wajah kanan terasa tebal dan baal karena NVII dan NV mempunyai nucleus somatosensory yang sama.Ini bukan paralisis murni NV,karena semua persarafan di wajah mempunyai inti yng ama dengan inti somatosensory NV.Pemeriksaan fisik : Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis,GCS15,karena paralisis saraf pada Bell’s palsy tidak mengenai pusat kesadaran di sentral,hanyamelibatkan saraf VII perifer.Pada pemeriksaan tanda vital,didapatkan tensi pasien tinggi,yaitu150/90,menunjukkan pasien menderita hipertensi grade II.Suhu pasien 37,6,menandakanpasien subfebris.Pada pemeriksaan nervus VII,didapatkan mata kanan pasien mengalamilagoftalmus,yaitu mata tidak dapat menutup sempurna,FOS OD ±1mm/2mm,normalpalpebral atas menutup kornea sebanyak 1,5mm,kerutan dahi kanan pasien ini menghilang 13 karena terdapat kelumpuhan otot-otot dahi kanan yang dipersarafi oleh nervus VII,biladisuruh menggembung pipi,kemudian ditekan dengan jari,penggembungan mudah untukmengempes karena hal yang sama,disuruh menyeringai,terlihat mulut mencong ke kiri,sudutmulut kanan menghilang dan bila disuruh angkat kedua alis,yang sisi kanannnya tidakterangkat.Pada pemeriksaan nervus VII cabang sensorik,yaitu V1,V2 dan V3,didapatkansensasi raba halus dan kasar berkurang di sisi kanan.Pada pemeriksaan neurologis yang lain didapatkan:- Tanda Rangsangan Meningeal: (-)-Pada pemeriksaan nervus kranialis yang lain dalam batas normal-Motorik: kesan baik,normal ,kekuatan 5 di semua ekstrimitas- Refleks Patologis: -,reflex fisiologis: Normal pada keempat ekstrimitas Laboratorium-pada darah rutin,terdapat lekositosis,kadar lekositnya 16,500,mungkin karena pasien sedang mengalami infeksi saluran pernapasan atas,pada kimia darah,GDPP

Upload: nainazahra

Post on 25-Dec-2015

35 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

bells palsy

TRANSCRIPT

Page 1: Analisa Kasus Bells Palsy

ANALISA KASUS Seorang perempuan berusia 42 tahun berobat ke poli dengan diagnosa Bell’s palsy.Pada pasien ini didiagnosis Bell’s palsy karena didapatkan dari; Anamnesis: Pasien datang dengan keluhan bibir kanan dirasakan baal dan tebal,disertai mata kanan yang terasa perih dan sulit ditutup .Pasien juga merasa baal di kulit wajah sisi kanan.Ini karena terjadi paralisis nervus VII kanan yang mempersarafi otot-otot wajah kecuali otot-otot yang terlibat dalam mengunyah.Oleh itu pasien mengalami kesulitan dalam makan karena sudut mulut melonggar,mata kanan sering berair karena nervus VII juga berperan dalam persarafan visceral kelenjar lakrimal dan mata terasa perih karena mata sulit untuk menutup,(otot menutup mata oleh M.Orbicularis Oculi,dipersarafi oleh nervus VII) sehingga menimbulkan gejala mata kering. Pasien juga mengeluh kulit di wajah kanan terasa tebal dan baal karena NVII dan NV mempunyai nucleus somatosensory yang sama.Ini bukan paralisis murni NV,karena semua persarafan di wajah mempunyai inti yng ama dengan inti somatosensory NV.Pemeriksaan fisik : Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis,GCS15,karena paralisis saraf pada Bell’s palsy tidak mengenai pusat kesadaran di sentral,hanyamelibatkan saraf VII perifer.Pada pemeriksaan tanda vital,didapatkan tensi pasien tinggi,yaitu150/90,menunjukkan pasien menderita hipertensi grade II.Suhu pasien 37,6,menandakanpasien subfebris.Pada pemeriksaan nervus VII,didapatkan mata kanan pasien mengalamilagoftalmus,yaitu mata tidak dapat menutup sempurna,FOS OD ±1mm/2mm,normalpalpebral atas menutup kornea sebanyak 1,5mm,kerutan dahi kanan pasien ini menghilang 13

karena terdapat kelumpuhan otot-otot dahi kanan yang dipersarafi oleh nervus VII,biladisuruh menggembung pipi,kemudian ditekan dengan jari,penggembungan mudah untukmengempes karena hal yang sama,disuruh menyeringai,terlihat mulut mencong ke kiri,sudutmulut kanan menghilang dan bila disuruh angkat kedua alis,yang sisi kanannnya tidakterangkat.Pada pemeriksaan nervus VII cabang sensorik,yaitu V1,V2 dan V3,didapatkansensasi raba halus dan kasar berkurang di sisi kanan.Pada pemeriksaan neurologis yang lain didapatkan:- Tanda Rangsangan Meningeal: (-)-Pada pemeriksaan nervus kranialis yang lain dalam batas normal-Motorik: kesan baik,normal ,kekuatan 5 di semua ekstrimitas- Refleks Patologis: -,reflex fisiologis: Normal pada keempat ekstrimitas Laboratorium-pada darah rutin,terdapat lekositosis,kadar lekositnya 16,500,mungkin karena pasien sedang mengalami infeksi saluran pernapasan atas,pada kimia darah,GDPP meningkat menandakan pasien kemungkinan menderita Diabetes Mellitus tipe II,kolesterol total meningkat,270(normal kurang dari 200/0,kolesterol LDL juga meningkat 188(normal kurang dari 150),trigliserida juga meningkat 162,normal 50-150 menandakan pasien mengalami hiperlipidemia. Pemeriksaaan penunjang Dilakukan lab darah lengkap,fungsi ginjal,profil lemak untuk mendeteksi adanya factor resiko pada pasien ini. Anjuran pemeriksaan -EKG karena pasien mempunyai faktor risiko mendapat penyakit jantung koroner yaitu hipertensi dan hiperlipidemia -Pasien juga dikonsul ke spesialis penyakit dalam karena hiperkolesterolemia dan gula darah post prandial nya meningkat,ini bagi memastikan diagnosis dan supaya pasien mendapat pengobatan yang sesuai untuk penyakitnya yang secara tidak langsung berkemungkinan dapat mencegah rekurensi penyakit Bell’s palsy dan komplikasi lanjut darinya. 14

Diagnosa ditegakkan adalah Bell’s palsy kanan sesuai dengan definisi Bell’s palsy yaitukelumpuhan atau kelemahan otot pada satu sisi wajah akibat kerusakan NVII satu sisi yangmengendalikan otot-otot wajah di sisi tersebut dan menyebabkan wajah terasa baal danberat.Sesuai dengan keluhan pasien,maka diagnosis topikalnya terletak di saraf motorik NVIIperifer dengan paralisis motorik dan prosessus stylomastoideus.Dilihat dari teori patofisiologiBell’s palsy,maka diagnose patologinya adalah inflamasi.Diagnosa non-neurologis adalah hipertensi grade II sesuai mengikut JNC 7.Diagnosabandingnya

Page 2: Analisa Kasus Bells Palsy

adalah Neuritis perifer dan neuritis diabetikum mengingatkan pasien mempunyaikadar gula darah post prandial yang tinggi disertai factor resiko yaitu penyakit hipertensi danhiperkolesterolemia.Kedua penyakit ini bisa mengakibatkan lesi di saraf-saraf perifertermasuk di saraf kranial.PengobatanPengobatan yang diberikan pada pasien ini berupa:Pada Bells’s palsy-Kostikosteroid contohnya prednison peroral 60mg/hari selama 3-10 hariuntuk mengurangkan peradangan dan edema pada saraf,kemudian di tappering off dalam 4-8minggu supaya tidak memunculkan withdrawal syndrome,pada kasus ini diberikanmetilprednisolon yaitu lamosen.Dosis 4-48mg/hari kemudian diturunkan dosis secarabertahap ke hingga dosis yang paling minimal efektif.Pada kasus ini, Lamosen per oral 4-48mg/hari,dibagi 2 yaitu selama 3 hari pertama dengan menggunakan tablet 16mg,haripertama 1x3,hari kedua 1x2,hari ketiga 1x1 tablet.Setelah itu diturunkan lagi dosis ke tablet4mg selama 3 hari,hari pertama 1x3,hari kedua 1x2,dan hari ketiga 1x1 sesuai denganteori.Mecobalamin sebagai neuroprotektor dan memperbaikan serabut mielin,dosisnya tablet1500mcg dibagi 3 dosis selama 2 bulan.Untuk penyakit sistemiknya,diperbaiki pola hidupseperti diet sehat dan cukup nutrisi,asupan garam,lemak dan gula dikurangi,olahraga teraturdan istirahat yang mencukupi.Untuk medikamentosa,karena pasien mempunyai hipertensigrade II,diberikan pengobatan hipertensi seperti Calcium Channel Blocker yaitu Amlodipinetablet dengan dosis 5-10mg.Untuk hiperlipidemia,dapat diberikan fenofibrate kapsul dosis300mg/hari.Prognosis :Pada pasien ini prognosis ad vitamnya baik karena paralisis nervus ini tidakmembawa kepada kematian.Ad fungsionamnya dubia karena pasien mempunyai faktor resikohipertensi,hiperkolesterolemia dan kemungkinan diabetes mellitus,jadi komplikasi ke 15

sarafnya bisa berlanjut dan penyembuhannya mungkin lebih sulit jika tidak ditangani faktorresiko dengan benar.Ad sanasionamnya juga dubia juga karena ketiga faktor resiko tadi.Jikagula darah dan hipertensinya tak terkontrol serta hiperkolesterolemia tidakditurunkan,kemungkinan rekuren akibat kerusakan saraf-saraf perifer bisa saja terjadi. DAFTAR PUSTAKA 1. Holland NJ, Weiner GM (2004). Recent developments in Bells palsy. BMJ, 329: 553- 557. 2. Ropper AH, Samuels MA (2009). Bells palsy section of Diseases of the cranial nerves. In Adams and Victors Principles of Neurology, 9th ed., pp. 1330-1331. New York: McGraw-Hill. 3. http://www.webmd.com/brain/tc/bells-palsy,Assesed on 23 Sep. 11 4. http://emedicine.medscape.com/article/1146903,Assed on 23 Sep.11 16

EDUKASI :

Pasien jangan sering-sering memakai kipas angin/AC

Pasien jangan terlalu sering tidur di bawah

Sebaiknya tidak bepergian pada saat angin kencang atau cuaca dingin

Pakai helm dengan pelindung wajah apabila hendak bepergian jauh dengan menggunakan kendaraan motor

Rutin kontrol

Rutin minum obat

MONITORING :

Rutin kontrol atau tidak

Page 3: Analisa Kasus Bells Palsy

Kelumpuhan N.VII perifer membaik atau tidak

PROGNOSIS :

Baik

Buruk apabila pada pasien dengan hiperakusis, penurunan sekresi air mata.