analisa dampak turunnya bi rate menjadi 7

4
Analisa dampak Turunnya BI Rate Menjadi 7,50% pada Februari 2015 Terhadap Jumlah Uang Beredar dan Suku Bunga Setia Nurul M 041411331222/S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga “Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 17 Februari 2015 memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 25 bps menjadi 7,50%, dengan suku bunga Deposit Facility turun 25 bps menjadi 5,50% dan Lending Facility tetap pada level 8,00% berlaku efektif sejak 18 Februari 2015. Kebijakan tersebut diambil dengan keyakinan Bank Indonesia bahwa inflasi akan tetap terkendali dan rendah sehingga berada di kisaran bawah sasaran 4±1% pada 2015 dan 2016. Kebijakan ini masih sejalan dengan upaya Bank Indonesia untuk mengendalikan defisit transaksi berjalan pada tingkat yang lebih sehat. Terjaganya stabilitas makroekonomi tersebut tidak terlepas dari hasil koordinasi erat antara Bank Indonesia dan Pemerintah baik pusat maupun daerah. Bank Indonesia menyambut baik kebijakan reformasi subsidi energi, rencana percepatan pembangunan infrastuktur, serta langkah-langkah perbaikan iklim investasi termasuk pelayanan terpadu perijinan satu pintu (PTSP). Bank Indonesia berpandangan bahwa dengan disetujuinya APBN-P 2015, paket stimulus fiskal dan langkah-langkah kebijakan reformasi struktural yang ditempuh Pemerintah akan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan berkualitas. Ke depan, Bank Indonesia akan terus memperkuat bauran kebijakan moneter dan makroprudensial, serta meningkatkan koordinasi dengan Pemerintah untuk memastikan bahwa inflasi akan tetap rendah dan defisit transaksi berjalan terjaga pada tingkat yang lebih sehat.” A. Pendahuluan 1. Definisi BI Rate BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada

Upload: setia-nurul-m

Post on 10-Dec-2015

219 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

ekonomi moneter

TRANSCRIPT

Page 1: Analisa Dampak Turunnya BI Rate Menjadi 7

Analisa dampak Turunnya BI Rate Menjadi 7,50% pada Februari 2015 Terhadap Jumlah Uang Beredar dan

Suku Bunga

Setia Nurul M041411331222/S-1 Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga

“Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 17 Februari 2015 memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 25 bps menjadi 7,50%, dengan suku bunga Deposit Facility turun 25 bps menjadi 5,50% dan Lending Facility tetap pada level 8,00% berlaku efektif sejak 18 Februari 2015. Kebijakan   tersebut   diambil   dengan   keyakinan   Bank   Indonesia bahwa inflasi akan tetap terkendali dan rendah sehingga berada di kisaran bawah sasaran 4±1% pada 2015 dan 2016. Kebijakan ini masih sejalan dengan upaya Bank Indonesia untuk mengendalikan   defisit   transaksi   berjalan   pada   tingkat   yang   lebih   sehat.   Terjaganya stabilitas  makroekonomi   tersebut   tidak   terlepas   dari   hasil   koordinasi   erat   antara   Bank Indonesia  dan Pemerintah  baik  pusat  maupun daerah.  Bank   Indonesia  menyambut  baik kebijakan reformasi  subsidi  energi,   rencana percepatan pembangunan  infrastuktur,  serta langkah-langkah perbaikan iklim investasi termasuk pelayanan terpadu perijinan satu pintu (PTSP).   Bank   Indonesia   berpandangan  bahwa  dengan   disetujuinya  APBN-P   2015,   paket stimulus   fiskal   dan   langkah-langkah   kebijakan   reformasi   struktural   yang   ditempuh Pemerintah   akan   mampu   mendorong   pertumbuhan   ekonomi   yang   lebih   tinggi   dan berkualitas. Ke depan, Bank Indonesia akan terus memperkuat bauran kebijakan moneter dan   makroprudensial,   serta   meningkatkan   koordinasi   dengan   Pemerintah   untuk memastikan bahwa inflasi  akan tetap rendah dan defisit  transaksi  berjalan terjaga pada tingkat yang lebih sehat.”

A. Pendahuluan1. Definisi BI Rate

BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. Secara operasional, stance  kebijakan moneter dicerminkan oleh penetapan suku bunga kebijakan (BI Rate) yang diharapkan akan mempengaruhi suku bunga pasar uang dan suku bunga deposito dan suku bunga kredit perbankan. Perubahan suku bunga ini pada akhirnya akan memengaruhi output dan inflasi.

Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Pergerakan di suku bunga PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh perkembangan di suku bunga deposito, dan pada gilirannya suku bunga kredit perbankan. Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam perekonomian, Bank

Page 2: Analisa Dampak Turunnya BI Rate Menjadi 7

Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan.

1. Hubungan BI Rate dengan Nilai RupiahTerdapat sedikitnya dua cara pemerintah untuk secara langsung

menyesuaikan nilai Rupiah: (a) intervensi pasar modal dengan menjual Dollar dan membeli Rupiah dengan menggunakan devisa negara, atau (b) dengan menaikkan suku bunga. Dari kedua cara tersebut, cara pertama cenderung lebih berisiko karena cadangan devisa Indonesia yang hanya sekitar beberapa miliar Dollar AS terbilang relatif kecil dalam takaran pasar uang. Selain itu, risiko dari strategi ini sangat besar karena cadangan devisa akan semakin tumpul (semakin defisit) jika dipakai. Ketika jumlah cadangan turun ke suatu level kritis di mana pasar tidak percaya metode ini akan berhasil, investor akan menyelamatkan diri sendiri, dan semakin melemahkah Rupiah dalam proses itu.

Cara kedua adalah yang lebih ideal. Apa yang terjadi ketika Bank Sentral suatu negara menaikkan suku bunga? Ada sekelompok investor yang hidup dengan mencari jejaring yang memberikan bunga lebih tinggi. Investor ini akan tertarik untuk menaruh modalnya ke negara tersebut sehingga menguatkan mata uang negara tersebut. Bila tindakan ini tidak bisa menarik investor seperti ini yang baru, paling tidak tindakan ini dapat mengurangi niat investor yang sudah di dalam untuk tidak pergi.

3). Hubungan BI Rate dengan Tingkat InflasiBI Rate atau suku bunga Bank Indonesia selanjutnya ditetapkan sebagai

patokan bagi suku bunga pinjaman maupun simpanan bagi bank dan atau lembaga-lembaga keuangan di seluruh Indonesia. Sederhananya jika BI Rate naik dari 7,25% menjadi 7,50%, maka bunga pinjaman maupun simpanan di bank dan lembaga keuangan lainnya juga cenderung naik. Patokan ini hanya bersifat rujukan dan bukan merupakan peraturan, sehingga tidak mengikat ataupun memaksa. Sering terjadi ketika bank menaikkan bunga pinjaman kepada pihak yang mengajukan kredit dengan dasar BI Rate naik, namun di sisi lain bunga deposito atau tabungan bagi para nasabahnya tidak berubah. Sementara bagi BI sendiri, BI Rate adalah suku bunga bagi Sertifikat Bank Indonesia (SBI), yang disalurkan ke bank-bank. Ketika BI Rate naik ke 7,50%, maka pihak bank dapat menaruh dana mereka di BI dalam bentuk SBI, dan akan menerima bunga 7,50%.

Jika BI Rate dinaikkan, maka bank cenderung menaruh dana tabungan nasabah mereka di BI daripada menyalurkan kembali ke masyarakat dalam bentuk kredit. Sebab meskipun bunga yang ditetapkan BI lebih kecil dari bunga kredit namun penjaminnya adalah pemerintah, sehingga resiko kredit macetnya sangat kecil, bahkan mendekati nol. Jika dana milik masyarakat yang dipegang para bank diendapkan di BI, maka jumlah uang yang beredar di masyarakat akan berkurang, dan pada akhirnya menurunkan tingkat inflasi. Itulah sebabnya BI Rate merupakan instrumen yang biasanya cukup ampuh untuk menurunkan tingkat inflasi. Jadi adalah wajar ketika tingkat inflasi ternyata melebihi ekspektasi, banyak pihak kemudian menuntut agar BI segera menaikkan BI Rate-nya.

Page 3: Analisa Dampak Turunnya BI Rate Menjadi 7

Ketika jumlah uang yang beredar di masyarakat berkurang, pertumbuhan inflasi memang akan tertekan. Namun di sisi lain juga beresiko menekan pertumbuhan ekonomi. Misalnya, jika bank memilih untuk tidak memberikan pinjaman modal ke pengusaha karena lebih menguntungkan untuk menyimpan dana di BI, maka para pengusaha tentunya akan kesulitan mengembangkan usahanya, dan pada akhirnya akan menekan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Karena itulah, jika kemudian tingkat inflasi telah terkendali, maka BI bisa menurunkan kembali BI Rate-nya, agar dana yang tadinya diendapkan bisa kembali dikucurkan ke masyarakat, untuk menumbuhkan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja. Ke depan, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan kredit akan melambat seiring dengan kenaikan suku bunga, perlambatan permintaan domestik dan kebijakan makroprudensial yang ditempuh oleh Bank Indonesia.

B. PembahasanKeputusan Bank Indonesia untuk menurunkan BI rate dipicu oleh perkiraan inflasi ke depan yang berada dibawah sasaran. Menurunnya BI rate juga dapat memperbesar peluang bank untuk meminjamkan dananya kepada masyarakat daripada menyimpan dananya di bank sentral. Sehingga masyarakat semakin mudah untuk mengembangkan usahanya, atau memperlancar kegiatan ekonominya. Jika kegiatan ekonomi masyarakat lancar, maka output yang dihasilkan dari kegiatan ekonomi tersebut akan meningkat, meningkatnya output akan menstabilkan atau bahkan menurunkan harga di pasar. Hal tersebut tercermin sesuai dengan teori preferensi likuiditas, dan digambarkan dalam grafik di bawah ini.