analisa batuan induk
TRANSCRIPT
Laboratorium Minyak Dan Gas Bumi
LAPORAN PRAKTIKUM
GEOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI
Oleh :
BOGI PUSPITA PRIYA TRAPSILA
111.070.131
LABORATORIUM GEOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2009
Nama : Bogi Puspita Priya Trapsila
NIM : 111 070 131
Pulg : 1
ANALISA BATUAN INDUK
Laboratorium Minyak Dan Gas Bumi
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM
ANALISA BATUAN INDUK
Oleh :
BOGI PUSPITA PRIYA TRAPSILA
111 070 131
Disusun sebagai salah satu syarat
Dalam mengikuti praktikum Geologi Minyak dan Gas Bumi
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta
Yogyakarta, 4 Oktober 2009
Disetujui Penyusun
(Asisten Lab. GMB) Bogi Puspita Priya T.
Nama : Bogi Puspita Priya Trapsila
NIM : 111 070 131
Pulg : 1
Laboratorium Minyak Dan Gas Bumi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas
penyertaan-Nyalah maka dapat terselesaikanlah pembuatan Laporan Praktikum
Geologi Minyak Dan Gas Bumi ini, sebagai tugas pelaksanaan praktikum yang
telah dilaksanakan.
Terima kasih juga dihaturkan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam proses penyusunan laporan ini khususnya bagi para asisten pembimbing.
Disadari terdapat banyak kekurangan dalam laporan ini, maka dengan
rendah hati diharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan laporan ini. Semoga
laporan ini bermanfaat bagi kita semua.
Yogyakarta, 4 oktober 2009
Praktikan
Nama : Bogi Puspita Priya Trapsila
NIM : 111 070 131
Pulg : 1
Laboratorium Minyak Dan Gas Bumi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .........................................................................1
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................2
KATA PENGANTAR .......................................................................3
DAFTAR ISI ......................................................................4
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................5
I.1 PENDAHULUAN ......................................................................5
I.2 MAKSUD DAN TUJUAN .............................................................5
I.3 DASAR TEORI ......................................................................6
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................14
BAB III KESIMPULAN ......................................................................22
LAMPIRAN ......................................................................23
Nama : Bogi Puspita Priya Trapsila
NIM : 111 070 131
Pulg : 1
Laboratorium Minyak Dan Gas Bumi
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Pendahuluan
Tujuan utama analisa geokimia dalam eksplorasi hidrokarbon pada
dasarnya meliputi menentukan potensi batuan induk, menentukan tipe kerogen,
dan kematangan batuan induk.
Tujuan-tujuan ini dapat digunakan untuk memberikan gambaran dari arah
migrasi minyak bumi yang berguna untuk mengembangkan sumur pemboran dan
menentukan kelanjutan dari penyelidikan pemboran.
Pelaksanaan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan dapat
dilakukan melalui tiga tahapan dasar yaitu :
Analisa organik matter
Analisa tipe organic matter
Analisa kematangan batuan induk
I.2 Maksud dan Tujuan
I.2.1 Maksud
Agar para praktikan dapat mengerti akan cara-cara
menganalisa batuan induk secara rinci.
I.2.2 Tujuan
Untuk dapat menentukan potensi batuan induk..
Untuk dapat menentukan tipe kerogen.
Untuk dapat mengetahui kematangan batuan induk
Nama : Bogi Puspita Priya Trapsila
NIM : 111 070 131
Pulg : 1
Laboratorium Minyak Dan Gas Bumi
I.3 Dasar Teori
ANALISA JUMLAH ORGANIK DALAM BATUAN INDUK
Jumlah material organic yang terdapat di dalam batuan sedimen
dinyatakan sebagai Karbon Organik Total (TOC). Analisa ini cukup murah,
sedrhana dan cepat biasanya memerlukan satu gram batuan, tetapi jika sample
banyak material organic, jumlah yang lebih kecil dari satu gram cukup.
Analisa TOC biasanya dilakukan dengan suatu alat penganalisis
karbon, Leco Carbon Analyser.
ANALISA KEMATANGAN BATUAN INDUK
Tingkat kematangan minyak bumi
Para ahli berpendapat bahwa proses kematangan dikontrol oleh suhu
dan waktu. Pengaruh suhu yang tinggi dalam waktu yang singkat atau suhu yang
rendah dalam waktu yang lama akan menyebabkan terubahnya kerogen minyak
bumi. Mengenai jenis minyak bumi yang terbentuk tergantung pada tingkat
kematangan panas batuan induk, semakin tinggi tingkat kematangan panas batuan
induk maka akan terbentuk minyak bumi jenis berat, minyak bumi ringan,
kondensat dan pada akhirnya gas.
Dari pengaruh suhu dan kedalaman sumur, umur batuan juga berperan
dalam proses pembentukan minyak bumi. Umur suatu batuan erat hubungannya
dengan lamanya proses pemanasan berlangsung serta jumlah panas yang diterima
batuan induk, sehingga suatu batuan induk yang terletak pada kedalaman yang
dangkal, pada kondisi temperature yang rendah dapat mencapai suhu
pembentukan minyak bumi dalam skala waktu tertentu.
Dari hasil suatu reset, Bissada (1986) menyatakan bahwa temperature
pembentukan minyak bumi sangat bervariasi. Dijelaskan bahwa batuan yang
berusia lebih muda relative memerlukan temperature yang lebih tinggi dalam
pembentukan minyak bumi.
Nama : Bogi Puspita Priya Trapsila
NIM : 111 070 131
Pulg : 1
Laboratorium Minyak Dan Gas Bumi
5 tahapan zonasi pematangan minyak bumi menurut Bissada (1986) :
1. zona I : dimana gas dapat terbentuk sebagai akibat aktivitas bekteri tidak ada
minyak yang dapat dideteksi kecuali minyak bumi merupakan zat pengotor atau
hasil dari suatu migrasi.
2. zona II : merupakan aal pembentukan minyak bumi. Hasil utama yang
terbentuk pada zona ini adalah gas kering basah dan sedikit kondensat. Adanya
pertambahan konsentrasi minyak menyebabkan minyak bumi terus mengalami
pengenceran, tetapi belum dapat terbebaskan dari batuan induknya. Begitu titik
kritis kemampuan menyimpan terlampaui, proses perlepasan minyak bumi
sebagai senyawa yang telah matang.
3. zona III : merupakan zona puncak pembentukan dan pelepasan minyak bumi
dari batuam induk. Bentuk utama yang dihasilkan berupa gas dan minyak bumi.
Dengan bertambahnya tingkat pematangan maka minyak yang berjenis ringan
akan terbentuk.
4. zona IV : merupakan zona peningkatan pembentukan kondensat gas basah.
5. zona V : merupakan zona akhir, dicirikan dengan suhu yang tinggi sehingga zat
organic akan terurai menjadi gas kering (metana) sebagai akibat karbonasi.
Perubahan yang terjadi sebagai akibat penambahan panas dan lamanya pemanasan
pada kerogen atau batubara dapat bersifat kimia dan fisika, seperti diuraikan
Bissada (1986) sebagai berikut :
a. daya pantul cahaya dari partikel vitrinit akan meningkat secara eksposnensial.
b. warna kerogen akan berubah menjadi lebih gelap.
c. adanya peningkatan mutu batubara, dengan kandungan volatile akan berkurang.
d. sifat kimia dari kerogen akan berubah, kandungan oksigen dan hidrokarbon
akan berkurang sehingga perbandingan dari atom oksigen / karbon dan hydrogen /
karbon akan menurun dan akhirnya hanya akan membentuk karbon murni (grafit).
1. Analisa Pantulan Vitrinit.
Analisa ini berdasarkan pada kemampuan daya pantul cahaya vitrinit.
Besarnya pantulan vitrinit merupakan petunjuk langsung untuk tingkat
kematangan zat organic, terutama humus yang cenderung membentuk gas dan
Nama : Bogi Puspita Priya Trapsila
NIM : 111 070 131
Pulg : 1
Laboratorium Minyak Dan Gas Bumi
merupakan petunjuk tidak langsung untuk sapronel kerogen yang cenderung
membentuk minyak (Cooper, 1977). Kemampuan daya pantul ini merupakan
fungsi temperature artinya dengan perubahan waktu pemanasan dan temperature
akan menyebabkan warna vitrinit berubah dibawah sinar pantul.
Cara penganalisaan pantul vitrinit ini yaitu dengan mengambil contoh
batuan dari kedalaman tertentu diletakkan diatas kaca preparat dan direkatkan
dengan epoxyresin. Kemudian digosokkan dengan kertas korondum kasar sampai
halus dan terakhir dengan menggunakan alumina. Selanjutnya contoh batuan
tersebut diuji dalam minyak immerse (indeks bias = 1,516) dengan menggunakan
mikroskop dan suatu micro photomultiplier dan digital voltmeter attachment.
Kemudian dilakukan kalibrasi terhadap vitrinit berdasarkan suatu standart yang
terbuat dari gelas. Table dibawah mempelihatkan hubungan antara nilai pantulan
vitrinit dengan tingkat kematangan hidrokarbon (Tissot and Welte 1978).
VITRINIT REFLECTION (Ro) HIDROCARBON TYPE
0,33 – 0,35
0,35 – 0,66
0,66 – 0,80
0,80 – 1,30
1,30 – 1,60
1,60 – 2,00
> 2,00
Biogenic gas
Biogenic gas and oil immature
Immature oil
Mature oil
Mature oil,condensate, wet gas
condensate, wet gas
Petrogen Oic methane gas
2. Analisa Indeks Warna Spora
Analisa ini untuk mengetahui tingkat kematangan zat organik dengan
menggunakan mikro fosil dari sekelompok spora dengan serbuk sari. Analisa
ini dilakukan dengan cara contoh kerogen yang diperlukan dari keratin bor
diuraikan dengan cairan asam kemudian contoh spora atau tepung sari ini
diletakkan pada kaca preparat dan diamati tingkat warnanya dengan suatu
skala waena melalui mikroskop.
Nama : Bogi Puspita Priya Trapsila
NIM : 111 070 131
Pulg : 1
Laboratorium Minyak Dan Gas Bumi
Kesulitan dalam analisa indeks warna spora ini terkadang timbul dalam hal
dalam membanfingkan tingkat warna dari suatu contoh spora atau tepung sari
dengan warna stndart tertentu. Keterbatasan lainnya adalah bahwasanya
tingkat warna spora akan sangat tergantung pada ketebalan dindingnya, pada
beberapa jenis sporaefek panas yang mengenainya terkadang tidak selalu
tercermin dari perubahan warnanya. Tabel dibawah memperlihatkan
hubungan antara warna dari spora atau tepung sari dengan tingkat
kematangannya.
SCI PALYNOMORPH COLOUR MATURITY DEGREE
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Pale Yellow
Yellow
Yellow
Gold Yellow
Orange to Yellow
Orange
Brown
Dark Brown
Dark Brown to Black
Black
Immature
Immature
Transition to mature
Transition to mature
Mature
Optimum Oil Generation
Optimum Oil Generation
Mature, gas condensate
Over Mature, Dry gas
Over Mature, Dry gas (traces)
3. Indeks Pengubahan Thermal
Metode ini menggunakan penentuan warna secara visual dari pollen
(sebuk kepala putik) dari zat organik lainnya, dari warna kuning, coklat
sampai hitam. Klasifikasi ini dihubungkan langsung dengan pembentukan atau
pematangan minyak dan gas bumi.
Identifikasi Kematangan Berdasarkan Pyrolisis
1. Metode Analisis
Alat yang dipergunakan untuk ini adalah rock – eval. Didalam pyrolisis,
sejumlah kecil bubuk sample (biasanya sekitar 5 – 100 mg) dipanasi secara
Nama : Bogi Puspita Priya Trapsila
NIM : 111 070 131
Pulg : 1
Laboratorium Minyak Dan Gas Bumi
perlahan tanpa adanya oksigen dari suatu temperatur awal 2500 C ke
temperatur maksimum 5500 C.
Selama pemanasan berlangsung dua jenis hidrokarbon dikeluarkan dari
batuan. Hidrokarbon pertama, yang keluar sekitar 2500 C, merupakan
hidrokarbon yang sudah ada dalam batuan. Hidrokarbon ini setara dengan
bitumen yang dapat diekstraksi dengan mempergunakan pelarut. Detector
pada rock – eval akan merekam hal ini dan dapat menggambarkannya dalam
bentuk S1 pada kertas pencatat. Dengan menerusnya pemanasan, aliran
hidrokarbon yang sudah ada didalam batuan mulai berkurang. Pada
temperature 3500 C jenis hidrokarbon jenis kedua mulai muncul. Aliran kedua
ini mencapai 4200 C dan 4600 C, yang kemudian menurun sampai akhir
pyrolisis. Hidrokarbon kedua ini disebut S2, merupakan hidrokarbon yang
terbentuk dari kerogen didalam rock – eval karena penguraian bahan kerogen.
S2 dianggap sebagai indicator penting tentang kemampuan kerogen
memproduksi hidrokarbon saat ini.
Selama pyrolisis, karbon dioksida juga dikeluarkan dari kerogen. Karbon
dioksida ini ditangkap oleh suatu perangkap selama pyrolisis berlangsung dan
kemudian dilepas pada detector kedua (direkam sebagai S3) setelah semua
pengukuran hidrokarbon selesai. Jumlah karbon dioksida yang didapat dari
kerogen yang dikorelasaikan dengan jumlah oksigen yang tinggi berkaitan
dengan material yang berasal dari kayu selulosa atau oksida tinggi selama
diagenesis, maka kandungan oksigen tinggi didalam kerogen merupakan
indicator negative potensial sumber hidrokarbon.
Pyrolisis Tmax
Parameter Tmax adalah temperatur puncak S2 mencapai maksimum.
Temperatur pyrolisis dibunakan sebagai indicator kematangan, sebab jika
kemtangan kerogen meningkat, temperature yang menunjukkan laju maksimum
pyrolisis terjadi juga meningkat atau dengan kata lain jika Tmax makin tinggi
batuan semakin matang. Demikin pula halnya dengan ratio S1 / (S2 + S3) yang
disebut juga transportation ratio atau OPI (Oil Production Index) dan juga
Nama : Bogi Puspita Priya Trapsila
NIM : 111 070 131
Pulg : 1
Laboratorium Minyak Dan Gas Bumi
parameter Tmax. Untuk hubunagn antara transportation ratio dan Tmaxdengan
kematangan dapat dilihat pada table dibawah ini.
Tabel Hubungan antara transportation ratio dengan kematangan (Espilatie etal 77
Vide Tissot & Welte 1978)
S1 / (S1 +S2)
(mg / gr atau kg / ton)
Tingkat Kematangan
< 0,1
0,1 – 0,4
> 0,4
Belum matang
Matang (oil window)
Lewat matang (gas window)
Tabel Hubungan antara Tmax dengan kematangan (Espilatie etal 77 Vide Tissot
& Welte 1978)
Tmax ( 0 C) Tingkat Kematangan
400 – 435
435 – 460
> 460
Belum matang
Matang (oil window)
Lewat matang (gas window)
Tabel Klasifikasi S1 +S2 (HY) (Espilatie etal 77 Vide Tissot & Welte 1978)
S1 / (S1 +S2)
(mg / gr atau kg / ton)
Potensial
0,00 – 1,00
1,00 – 2,00
2,00 – 6,00
6,00 – 10,00
10,00 – 20,00
> 20,00
Poor
Marginal
Moderate
Good
Very good
Excellent
ANALISA TIPE MATERIAL ORGANIK
Nama : Bogi Puspita Priya Trapsila
NIM : 111 070 131
Pulg : 1
Laboratorium Minyak Dan Gas Bumi
Tipe-tipe bahan organic dalam batuan induk
Hampir seluruh bahan organic dapat diklasifikasikan menjadi dua tipe
utama yaitu Sapropelic dan Humic (POTONIE, 1908), istilah Spropelic
menunjukkan hasil dekomposisi dari lemak, zat organic lipid yang diendapkan
dalam lumpur bawah air (Laut dan Danau) pada komposisi oksigen terbatas.
Istilah humic menjelaskan hasil dari pembentukan gambut, dan pada
umumnya berasal pada mulanya menunjukkan bahan organic dan serpih minyak
yang menjadi minyak akibat pematangan thermal.
Sekarang kerogen didefinisikan sebagai bahan organic yang tidak
dapat larut dalam asam non oksidasi, basa dan pelarut organic (HUNT, 1979),
sekitar 80-99% kandunagn bahan organic pada batuan induk tersusun oleh
kerogen, selebihnya adalah bitumen.
Dalam diagram van krevelen yang dimodifikasi Tissot (1974) dan ahli
lainya (North, 1985), ia menggambarkan jalur evolusi pematangan (Evolusi
thermal), 4 tipe kerogen yaitu :
Tipe 1
Merupakan tipe tinggi, berupa sedimen-sedimen alga, umumnya
merupakan endapan danau, mengandung bahan organic sapropelic. Rasio
atom H : C sekitar 1.6 – 1.8. Kerogen ini cenderung menghasilkan minyak
(oil prone).
Tipe 2
Kerogen tipe ini merupakan tipe intemediet, umumnya merupakan
endapan-endapan tepi laut. Bahan merupakan campuran antara bahan
organic asal darat dan laut, rasio atom H : C sekitar 1.4. tipe ini juga
menghasilkan minyak (oil prone).
Tipe 3
Kerogen ini mengandung bahan organic Humic yang berasal dari darat,
yakni dari tumbuhan tingkat tinggi (ekivalen vitrinite pada batubara).
Rasio antara atom H : C adalah0.1. tipe ini cendurung untuk membentuk
gas ( gas prone).
Nama : Bogi Puspita Priya Trapsila
NIM : 111 070 131
Pulg : 1
Laboratorium Minyak Dan Gas Bumi
Tipe 4
Tipe ini bahan organiknya berasal dari berbagai sumber, namun telah
mengalami oksidasi, daur alterasi. Bahan organiknya yang lembam (inert)
miskin hydrogen (rasio atom H:C kurang dari 0,4) dan tidak menghasilkan
hidrokarbon.
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam
(m) TOC S1 S2 S3 Tmax Ro S1 + S2 TPI HI % OI %
1000 1.22 1.70 2.30 1.27 426 0.54 4 0.425 188,524 104,098
2000 1.63 1.16 3.56 1.57 428 0.52 4.72 0.245 218,404 96,319
2500 2.75 0.85 5.80 0.97 423 0.58 6.65 0.127 210,909 35,272
2875 6.43 5.95 9.3 2.62 354 0.66 15.25 0.390 144,634 40,746
3000 6.25 2.20 9.3 1.76 380 0.70 11.5 0.191 148,800 28.16
1.Hasil analisa sumur “los Noches”
Potensi Tipe Kerogen Tipe HC Maturity
Moderate Tipe III Biogenic Gas and Oil Mature Immature
Moderate Tipe III Biogenic Gas and Oil Mature Immature
Good Tipe II Biogenic Gas and Oil Mature Immature
Very good Tipe II Immature Oil Gas Prone
Very good Tipe II Immature Oil Immature
Nama : Bogi Puspita Priya Trapsila
NIM : 111 070 131
Pulg : 1
Laboratorium Minyak Dan Gas Bumi
Grafik perbandingan data
DEPTH Vs TOC
DEPTH Vs Tmax
Nama : Bogi Puspita Priya Trapsila
NIM : 111 070 131
Pulg : 1
Dalam
(m) TOC
1000 1.22
2000 1.63
2500 2.75
2875 6.43
3000 6.25
Laboratorium Minyak Dan Gas Bumi
DEPTH Vs Ro
Nama : Bogi Puspita Priya Trapsila
NIM : 111 070 131
Pulg : 1
Dalam
(m) Tmax
1000 426
2000 428
2500 423
2875 354
3000 380
Laboratorium Minyak Dan Gas Bumi
DEPTH Vs OI
Nama : Bogi Puspita Priya Trapsila
NIM : 111 070 131
Pulg : 1
Dalam
(m) Ro
1000 0.54
2000 0.52
2500 0.58
2875 0.66
3000 0.70
Laboratorium Minyak Dan Gas Bumi
DEPTH Vs TPI
Nama : Bogi Puspita Priya Trapsila
NIM : 111 070 131
Pulg : 1
Dalam
(m) OI %
1000 104,098
2000 96,319
2500 35,272
2875 40,746
3000 28.16
Laboratorium Minyak Dan Gas Bumi
DEPTH Vs S1+S2
Nama : Bogi Puspita Priya Trapsila
NIM : 111 070 131
Pulg : 1
Dalam
(m) TPI
1000 0.425
2000 0.245
2500 0.127
2875 0.390
3000 0.191
Dalam
(m)
S1 +
S2
1000 1.73
2000 2.25
2500 1.59
2875 2.37
3000 2.49
Laboratorium Minyak Dan Gas Bumi
DEPTH Vs HI
Nama : Bogi Puspita Priya Trapsila
NIM : 111 070 131
Pulg : 1
Dalam
(m) HI %
1000 188,524
2000 218,404
2500 210,909
2875 144,634
3000 148,800
Laboratorium Minyak Dan Gas Bumi
Tmax Vs HI
Kesimpulan:
Berdasarkan hasil dari penarikan garis berat-garis berat yang di dapat dari
perpotongan data sumur I yang di gunakan, maka di dapatkan harga perbandingan
Nama : Bogi Puspita Priya Trapsila
NIM : 111 070 131
Pulg : 1
Tmax HI %
426 188,524
428 218,404
423 210,909
354 144,634
380 148,800
Laboratorium Minyak Dan Gas Bumi
Depth terhadap TOC, TPI, HI, S1+S2, T-Max, Ro, dan T-Max terhadap HI. Jika
semakin dalamnya Kedalaman pemboran dari permukaan, maka akan semakin
meningkat harga TOC, TPI, S1+S2, dan Nilai Ro. Dan sebaliknya akan semakin
menurun harga HI, T-Max, dan HI terhadap T-Maxnya
Perhitungan: -Depth 1000: S1 + S2 = 1,70 + 2.30 = 4
TPI = S1 = 1,70 = 0.425
S1 + S2 1,70 + 2.30
HI = S2 x 100% = 2.30 x 100% = 188.542
TOC 1.63
OI = S3 x 100% = 3.56 x 100% = 104.098
TOC 1.63
-Depth 2000: S1 + S2 = 1.16 + 3.56 = 4,72
TPI = S1 = 1,16 = 0.245
S1 + S2 1,16 + 3.56
HI = S2 x 100% = 3.56 x 100% = 218.404
TOC 1.63
OI = S3 x 100% = 1.57 x 100% = 96.319
TOC 1.63
-Depth 2500: S1 + S2 = 0,85 + 5,80 = 6.65
TPI = S1 = 0,85 = 0.127
S1 + S2 0,85 + 5.80
HI = S2 x 100% = 5.80 x 100% = 210.909
TOC 2,75
OI = S3 x 100% = 0.97 x 100% = 35.272
TOC 2,75
-Depth 2875: S1 + S2 = 5,95 + = 9,3= 15.52
TPI = S1 = 5,95 = 0.390
S1 + S2 5,95 + 9.3
Nama : Bogi Puspita Priya Trapsila
NIM : 111 070 131
Pulg : 1
Laboratorium Minyak Dan Gas Bumi
HI = S2 x 100% = 9.3 x 100% = 144.634
TOC 6,43
OI = S3 x 100% = 2,62 x 100% = 40,746
TOC 6,43
-Depth 3000: S1 + S2 = 2,20 + 9.3 = 11.5
TPI = S1 = 2,20 = 0.191
S1 + S2 2,20 + 9.3
HI = S2 x 100% = 9.3 x 100% = 148.800
TOC 6.25
OI = S3 x 100% = 1.76 x 100% = 28.16
TOC 6.25
2.Hasil analisa sumur “Espada”
Dalam
(m) TOC S1 S2 S3 Tmax Ro S1 + S2 TPI HI % OI %
1000 1.32 2.44 2.18 0.73 424 0.45 4.62 0.528 165,151 55,303
1300 1.75 0.59 3.43 0.55 433 0.45 4.02 0.146 196,000 31,428
1500 0.97 0.60 1.22 0.68 430 0.42 1.82 0.329 125,773 70,103
1750 0.64 1.24 0.71 0.86 434 0.53 1.95 0.635 110,937 134,375
2000 0.66 0.88 0.65 0.84 452 0.78 1.53 0.575 98,484 127,272
2225 1.33 4.85 1.25 0.62 445 0.89 6.1 0.795 93,984 46,616
Pot Tipe Kerogen Tipe HC Maturity
Moderate Tipe II Biogenic Gas and Oil Mature Immature
Moderat Tipe II Biogenic Gas and Oil Mature Immature
Moderat Tipe II Biogenic Gas and Oil Mature Gas Prone
Moderat Tipe III Biogenic Gas and Oil Mature Gas Prone
Moderat Tipe III Immature Oil Oil Prone
Good Tipe II Mature Oil Gas Prone
Nama : Bogi Puspita Priya Trapsila
NIM : 111 070 131
Pulg : 1
Laboratorium Minyak Dan Gas Bumi
Grafik perbandingan data
DEPTH Vs TOC
DEPTH Vs Tmax
Nama : Bogi Puspita Priya Trapsila
NIM : 111 070 131
Pulg : 1
Dalam
(m) TOC
1000 1.32
1300 1.75
1500 0.97
1750 0.64
2000 0.66
2225 1.33
Laboratorium Minyak Dan Gas Bumi
DEPTH Vs RO
Nama : Bogi Puspita Priya Trapsila
NIM : 111 070 131
Pulg : 1
Dalam
(m) Tmax
1000 424
1300 433
1500 430
1750 434
2000 452
2225 445
Laboratorium Minyak Dan Gas Bumi
Nama : Bogi Puspita Priya Trapsila
NIM : 111 070 131
Pulg : 1
Dalam
(m) Ro
1000 0.45
1300 0.45
1500 0.42
1750 0.53
2000 0.78
2225 0.89
Dalam
(m) OI %
1000 55,303
1300 31,428
1500 70,103
1750 134,375
2000 127,272
2225 46,616
Laboratorium Minyak Dan Gas Bumi
DEPTH Vs TPI
Nama : Bogi Puspita Priya Trapsila
NIM : 111 070 131
Pulg : 1
Dalam
(m) TPI
1000 0.528
1300 0.146
1500 0.329
1750 0.635
2000 0.575
2225 0.795
Laboratorium Minyak Dan Gas Bumi
DEPTH Vs S1 + S2
Nama : Bogi Puspita Priya Trapsila
NIM : 111 070 131
Pulg : 1
Dalam
(m)
S1 +
S2
1000 4.62
1300 4.02
1500 1.82
1750 1.95
2000 1.53
2225 6.1
Laboratorium Minyak Dan Gas Bumi
DEPTH Vs HI
Tmax VS HI
Nama : Bogi Puspita Priya Trapsila
NIM : 111 070 131
Pulg : 1
Dalam
(m) HI %
1000 165,151
1300 196,000
1500 125,773
1750 110,937
2000 98,484
2225 93,984
Laboratorium Minyak Dan Gas Bumi
Kesimpulan: Berdasarkan hasil dari penarikan garis berat-garis berat yang di
dapat dari perpotongan data sumur I yang di gunakan, maka di dapatkan harga
perbandingan Depth terhadap TOC, TPI, HI, S1+S2, T-Max, Ro, dan T-Max
terhadap HI. Jika semakin dalamnya Kedalaman pemboran dari permukaan, maka
akan semakin meningkat harga TOC, TPI, S1+S2, dan Nilai Ro. Dan sebaliknya
akan semakin menurun harga HI, T-Max, dan HI terhadap T-Maxnya.
Perhitungan: -Depth 1000: S1 + S2 = 1,30 + 1,73 = 3,03
TPI = S1 = 1,30 = 0,429043
S1 + S2 1,30 + 1,73
HI = S2 x 100% = 1,73 x 100% = 186,0215
TOC 0,93
Nama : Bogi Puspita Priya Trapsila
NIM : 111 070 131
Pulg : 1
Tmax HI %
424 165,151
433 196,000
430 125,773
434 110,937
452 98,484
445 93,984
Laboratorium Minyak Dan Gas Bumi
OI = S3 x 100% = 1,47 x 100% =
158,0645
TOC 0,93
-Depth 2000: S1 + S2 = 2,16 + 2,00 = 4,16
TPI = S1 = 2,16 = 0,519231
S1 + S2 2,16 + 2,00
HI = S2 x 100% = 2,00 x 100% = 229,8851
TOC 0,87
OI = S3 x 100% = 1,37 x 100% =
157,4713
TOC 0,87
-Depth 2500: S1 + S2 = 0,85 + 1,14 = 1,99
TPI = S1 = 0,85 = 0,427136
S1 + S2 0,85 + 1,14
HI = S2 x 100% = 1,14 x 100% = 148,0519
TOC 0,77
OI = S3 x 100% = 0,87 x 100% =
112,987
TOC 0,77
-Depth 2875: S1 + S2 = 7,95 + 1,72 = 9,67
TPI = S1 = 7,95 = 0,82213
S1 + S2 7,95 + 1,72
HI = S2 x 100% = 1,72 x 100% = 120,2797
TOC 1,43
OI = S3 x 100% = 2,32 x 100% =
162,2378
TOC 1,43
-Depth 3000: S1 + S2 = 4,20 + 0,91 = 5,11
TPI = S1 = 4,20 = 0,821918
S1 + S2 4,20 + 0,91
Nama : Bogi Puspita Priya Trapsila
NIM : 111 070 131
Pulg : 1
Laboratorium Minyak Dan Gas Bumi
HI = S2 x 100% = 0,91 x 100% = 113,75
TOC 0,80
OI = S3 x 100% = 1,66 x 100% = 207,5
TOC 0,80
3. Hasil analisa sumur “Arcana”
Dalam (m) TOC S1 S2 S3 Tmax Ro
S1 +
S2 TPI HI % OI %
1000 0.95 0.20 1.53 0.90 432 0.36 1.73 0.115 161,052 94,736
1200 0.84 0.25 2.00 1.75 436 0.55 2.25 0.111 238,095 208,333
1400 0.75 0.25 1.34 2.00 440 0.62 1.59 0.157 178,666 266,666
1500 1.40 0.85 1.52 4.45 445 1.95 2.37 0.358 178,823 317,857
1700 0.86 0.98 1.51 3.50 450 1.88 2.49 0.393 154,081 406,976
Pot Tipe Kerogen Tipe HC Maturity
Tipe III
Biogenic Gas n Oil
Mature Immature
Tipe II
Biogenic Gas n Oil
Mature Oil Prone
Tipe III
Biogenic Gas n Oil
Mature Oil Prone
Tipe III Condensat, Wet Gas Oil
Nama : Bogi Puspita Priya Trapsila
NIM : 111 070 131
Pulg : 1
Laboratorium Minyak Dan Gas Bumi
Generation
Tipe III Condensat, Wet Gas Condensate
Grafik perbandingan sumur “Arcana”
DEPTH Vs TOC
Nama : Bogi Puspita Priya Trapsila
NIM : 111 070 131
Pulg : 1
Dalam
(m) TOC
1000 0.95
1200 0.84
1400 0.75
1500 1.40
1700 0.86
Laboratorium Minyak Dan Gas Bumi
DEPTH Vs Tmax
Nama : Bogi Puspita Priya Trapsila
NIM : 111 070 131
Pulg : 1
Dalam
(m) Tmax
1000 432
1200 436
1400 440
1500 445
1700 450
Laboratorium Minyak Dan Gas Bumi
DEPTH Vs RO
DEPTH Vs OI
Nama : Bogi Puspita Priya Trapsila
NIM : 111 070 131
Pulg : 1
Dalam
(m) Ro
1000 0.36
1200 0.55
1400 0.62
1500 1.95
1700 1.88
Dalam
(m) OI %
1000 94,736
1200 208,333
1400 266,666
1500 317,857
1700 406,976
Laboratorium Minyak Dan Gas Bumi
DEPTH Vs TPI
DEPTH Vs S1+S2
Nama : Bogi Puspita Priya Trapsila
NIM : 111 070 131
Pulg : 1
Dalam
(m) TPI
1000 0.115
1200 0.111
1400 0.157
1500 0.358
1700 0.393
Dalam
(m)
S1 +
S2
1000 1.73
1200 2.25
1400 1.59
1500 2.37
1700 2.49
Laboratorium Minyak Dan Gas Bumi
Nama : Bogi Puspita Priya Trapsila
NIM : 111 070 131
Pulg : 1
Laboratorium Minyak Dan Gas Bumi
DEPTH Vs HI
Tmax Vs HI
Nama : Bogi Puspita Priya Trapsila
NIM : 111 070 131
Pulg : 1
Dalam (m) HI %
1000 161,052
1200 238,095
1400 178,666
1500 178,823
1700 154,081
Tmax HI %
432 161,052
436 238,095
440 178,666
445 178,823
450 154,081
Laboratorium Minyak Dan Gas Bumi
BAB III
KESIMPULAN
Lag Time adalah waktu yang diperlukan oleh serbuk bor atau cutting
untuk dapat muncul kembali ke permukaan. Lag Time merupakan kecepatan
pergerakan suatu benda dari dasar lubang bor sampai ke permukaan oleh media
lumpur. Dengan Lag Time kita dapat mengetahui lama cutting terangkat keatas
sehingga dapat ditentukan kapan harus mengambil cutting tersebut.
Cutting merupakan serbuk bor berupa hancuran dari batuan yang ditembus
oleh mata bor, serbuk bor ini diangkat dari dasar lubang bor ke permukaan oleh
gerakan lumpur pemboran yang digunakan untuk mengebor pada waktu kegiatan
pemboran berlangsung. Berdasarkan hasil perhitungan volume total sumur
Nama : Bogi Puspita Priya Trapsila
NIM : 111 070 131
Pulg : 1
Laboratorium Minyak Dan Gas Bumi
sebelum diperdalam mempunyai harga yang lebih kecil bila dibandingkan dengan
volume total setelah diperdalam
Dari Hasil Perhitungan diperoleh :
Pada soal no. 1 didapatkan penambahan Lumpur pada sumur hingga kedalaman
5470
feet adalah sebesar 717.326326 barrel, kemudian waktu yang dibutuhkan oleh
cutting
untuk mencapai permukaan saat kedalaman mencapai 6430 feet adalah 351.75
menit
atau 5º 51’45”
Pada soal no.2 didapatkan waktu pengambilan cutting pada tiap-tiap kedalaman,
yaitu
Kedalaman 5350 feet pukul 06.30, waktu pengamilan cutting
adalah 10 º 46 ’ 1.8 ”
Kedalaman 6550 feet pukul 08.45, waktu pengambilan cutting
adalah 12 º 24 ’ 39.6 ”
Kedalaman 7235 feet pukul 10.15, waktu pengamilan cutting
adalah 15 º 31 ’ 42.6 ”
Kedalaman 8865 feet pukul 12.35, waktu pengamilan cutting
adalah 18 º 44 ’ 11.9”
Nama : Bogi Puspita Priya Trapsila
NIM : 111 070 131
Pulg : 1
Laboratorium Minyak Dan Gas Bumi
LAMPIRAN
Nama : Bogi Puspita Priya Trapsila
NIM : 111 070 131
Pulg : 1