an penulisan sejarah di indonesia
TRANSCRIPT
Perkembangan Penulisan Sejarah di Indonesia
Metode penulisan sejarah meliputi 4 langkah, yakni Heuristik, Kritik, Interpretensi, dan
Historiografi. Langkah keempat, yakni Historiografi merupakan wujud atau hasil karya dengan
metode sejarah.
Pengertian Historiografi
Historiografi adalah penulisan sejarah dengan menggunakan metode tertentu atau sesuai
dengan norma-norma dalam disiplin ilmu sejarah.
Fungsi Historiografi
Hostoriografi dalam kehidupan masyarakat memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:
1. Fungsi Genetis
yaitu fungsi untuk mengungkapkan bagaimana asal usul dari sebuah peristiwa. Fungsi ini
terlihat pada sejumlah penulisan sejarah seperti Babad Tanah Jawi, Sejarah Melayu, dan
Prasasti Kutai.
2. Fungsi Didaktis
yaitu fungsi mendidik, artinya dalam karya-karya sejarah banyak memuat pelajaran, hikmah dan
suri teladan yang penting bagi para pembacanya.
3. Fungsi Prakmatis
yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya untuk melegitimasi suatu kekuasaan agar terlihat
kuat dan berwibawa. Pada masa kerajaan Mataram, fungsi itu dimainkan oleh Babad Tanah
Jawi. Didalamnya termuat asal usul raja-raja Mataram yang diruntut sejak Nabi Adam, para
Nabi dan bahkan para Dewa.2.
Jenis-jenis Historiografi di Indonesia
Menurut Taufik Abdullah, historiografi di Indonesia dibedakan atas tiga jenis, yaitu:
1. Sejarah Ideologis
yaitu penulisan sejarah yang mempelajari masa lampau tidak semata-mata emi pengetahuan
masa lampau tetapi demi lambang dan identitas yang bisa diadakan untuk masa kini.
2. Sejarah Pewarisan
Yaitu penulisan sejarah yang mengisahkan kepahlawanan perjuangan kemerdekaan yang
bertujuan untuk mewariskan nilai-nilai dan semangat kepahlawanan kedapa generasi penerus
bangsa.
3. Sejarah Akademik
Yaitu penulisan sejarah yang berusaha memberikan gambaran yang jelas mengenai masa
lampau yang ditopang dengan tradisi akademik (ilmiah murni).
Penulisan sejarah di Indonesia
Penulisan sejarah di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi 5, antara lain:
Historigrafi Tradisional
Historigrafi Tradisional adalah penulisan sejarah pada masa kerajaan-kerajaan Hindhu-Budha
maupun pada masa kerajaan-krajaan Islam.
Menurut para sejarawan penulisan sejarah ( tidak dalam bentuk prasasti ) di Indonesia
dimulai oleh Mpu Prapanca yang mengarang kitab NegaraKertagama. Seorang tokoh, yang
menjadi actor utama berperan sebagai pemimpin besar. Hasil karya historiografi tradisional
antara lain : Carita Parahyangan,
Cerita Parahyangan memberikan gambaran mengenai peristiwa sejarah yang pernah
terjadi di daerah Jawa Barat. Di dalamnya menceritakan kisah sanjaya yang mengalahkan
banyak raja – raja di Asia Tenggara.
Corak Historiografi Tradisional
1. Mitos
Bentuk ini pada dasarnya merupakan suatu proses internalisasi dari pengalaman
spiritual manusia tentang kenyataan lalu di ungkapkan melalui kisah sejarah
2. Genealogis
Bentuk ini merupakan gambaran mengenai pertautan antara individu dengan yang lain
atau suatu generasi dengan generasi berikutnya. Sil silah sangat penting untuk melegitimasikan
kedudukan mereka.
3. Kronik.
Dalam penulisan ini sudah ada penulisan kesadaran tentang waktu, Namun
demikian juga masih di lingkungan kepercayaan yang bersifat kosmosmagis
4. Annals.
Sebenarnya bentuk ini merupakan cabang dari kronik hanya saja bentuk annals
ini sudah lebih maju dan lebih jelas, Sudah berusaha membeberkan kisah dalam uraian
waktu.
5.Logis
Kisah yang di ungkapkan mengandung mitos, legenda,
dongeng, asal usul suatu bangsa, kisah disini merupakan merupakan kisah
yang merupakan suatu pembenaran berdasarkan emosi dan kepercayaan.
6. Supranatural
Dalam hal ini kekuatan kekuatan gaib yang tidak bias diterima
dengan akal sehat sering terdapat di dalamnya.
Ciri-ciri Historigrafi Tradisional
1. Regio sentris, artinya segala sesuatu dipusatkan pada raja atau keluarga raja (keluarga
istana).
2. Bersifat feodalistis-aristokratis, artinya yang dibicarakan hanyalah kehidupan kaum
bangsawan feodal, tidak ada sifat kerakyatannya dan tidak memuat riwayat kehidupan
rakyat, tidak membicarakan segi-segi sosial dan ekonomi dari kehidupan rakyat.
3. Regio magis, artinya dihubungkan dengan kepercayaan dan hal-hal yang gaib.
4. Tidak begitu membedakan hal-hal yang khayal dan hal-hal yang nyata.
5. Bersifat regio-sentris/etnosentrisme (kedaerahan), maka historiografi tradisional banyak
dipengaruhi daerah, misalnya oleh cerita-cerita gaib atau cerita-cerita dewa didaerah
tersebut.
6. Raja atau pemimpin dianggap mempunyai kekuatan gaib dan kharisma.
7. Sebagai ekspedisi budaya maksudnya sebagai sarana legitimasi tentang jati dirinya dan asal-
usulnya yang dapat menerangkan keberadaannya dan memperkokoh nilai-nilai budaya yang
dianutnya.
8. Oral tradition
Historiografi jenis ini di sampaikan secara lisan, maka tidak dijamin keutuhan
redaksionalnya.
9. Anakronistik
Dalam menempatkan waktu sering terjadi kesalahan kesalahan, pernyataan waktu dengan
fakta sejarah termasuk di dalamnya penggunaan kosa kata penggunaan kata nama dll.
Pada masa kerajaan-kerajaan Hindu-Budha penulisan sejarahnya contohnya seperti
Kitab Mahabrata dan Ramayana. Sedangkan pada masa kerajaan-kerajaan Islam sudah
dihasilkan karya sendiri, bahkan sudah menerapkan sistem kronologi dalam penjelasan
peristiwa sejarahnya.
Tujuan dari Historiografi Tradisional adalah:
1. Untuk menunjukkan kesinambungan yang kronologis
2. Untuk meningkatkan solidaritas dan integrasi di bawah kekuasaan pusat
3. Untuk membuat simbol identitas baru
Untuk menghormati dan meninggikan kedudukan raja, dan nama raja, serta wibawa raja.
Historiografi kolonial
Historiografi colonial sering di sebut sebagai Eropa Sentris, yang berasal dari karya-karya yang
ditulis orang-orang Belanda.
Ciri-cirinya adalah:
1. Penulisan sejarahnya biasanya berisi tentang kisah perjalanan atau petualangan untuk
menemukan daerah-daerah baru untuk dijadikan kolonialnya(jajahannya)
2. Tulisan mereka lebih merupakan sarana propaganda untuk kepentingan
mereka(Belanda) dan sekaligus untuk mengendurka semangat perlawanan bangsa Indonesia.
3. Bersifat Belanda Sentris, kepentingan kolonial sangat mewarnai inpretasi mereka
terhadap suatu peristiwa sejarah yang terjadi.
Tujuan Historiografi kolonial adalah semata-mata untuk memperkokoh kekuasaan Belanda
di Indonesia.
Contoh-contoh historiografi kolonial:
Out en Niew Cost-Indie (Hindia Timur Dulu dan Sekarang) karya Francois Valentijn
Indonesian Trade and Society karangan Y.C Van Leur
Indonesian Sosiological Studies karangan Schrieke
Indonesian Sosiety in Trasition karangan Wertheim
Historiografi Pasca Kemerdekaan
Penulisan sejarah pada masa pasca kemerdekaan didominasi oleh penulisan mengenai
peristiwa-peristiwa yang masih hangat waktu itu, yaitu mengenai perjuangan bangsa Indonesia
dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan. Pada masa ini penulisan sejarah
meliputi beberapa peristiwa penting, misalnya proklamasi kemerdekaan Indonesia dan
pembentukan pemerintahan Republik Indonesia. Kejadian-kejadian sekitar proklamasi
kemerdekaan Indonesia yang meliputi sebab-sebab serta akibatnya bagi bangsa ini merupakan
sorotan utama para penulis sejarah.
Pada masa ini mulai muncul lagi penulisan sejarah yang Indonesia sentris yang artinya
penulisan sejarah yang mengutamakan atau mempunyai sudut pandang dari Indonesia sendiri.
Pada masa sebelumnya yaitu masa colonial, penulisan sejarah sangat Eropa sentris karena yang
melakukan penulisan tersebut adalah orang-orang eropa yang mempunyai sudut pandang
bahwa orang eropa merupakan yang paling baik. Pada masa kemerdekaan ini penulisan sejarah
telah dilakukan oleh bangsa sendiri yang mengenal baik akan keadaan Negara ini, jadi dapat
dipastikan bahwa isi dari penulisan tersebut dapat dipercaya. Penulisan sejarah yang Indonesia
sentris memang sudah dimulai jauh pada masa kerajaan-kerajaan, tetapi kemudian ketika
bangsa barat masuk ke Indonesia maka era penulisan sejarah yang Indonesia sentris mulai
meredup dan digantikan oleh historiografi yang eropa sentris.
Pada peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia yang menjadi sorotan utama adalah
tokoh nasional yang sering disebut sebagai Dwitunggal yaitu Soekarno dan Moh. Hatta. Dua
tokoh inilah yang menjadi tokoh utama dalam peristiwa proklamasi tersebut, disamping tentu
saja sangat banyak tokoh-tokoh lain yang turut berperan dalam peristiwa tersebut.
Historiografi Indonesia Modern
Historiografi Indonesia modern dimulai sejak diselenggarakannya Seminar Sejarah Nasional
Indonesia di Yogyakarta dimulai pada tahun 1957. Semenjak itu penulisan sejarah Indonesia
mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi di Indonesia ditulis oleh orang Indonesia sendiri.
Sehingga dengan demikian dapat dilihat perkembangan Indonesia-sentris yang mulai beranjak.
Ciri-ciri Historiografi Indonesia Modern:
1. Penulisannya sudah bersifat obyektif, artinya tidak bersifat istana-sentris dan tidak
bersifat kolonial atau Belanda-sentris.
2. Tinjauannya bersifat kritis artinya menilai dari berbagai apek kehidupan seperti politik,
sosial, budaya, ekonomi, dan Filosofis.
3. Metode yang digunakan selain menggunakan metode kepustakaan juga menggunakan
studi lapangan melalui teknik wawancara terhadap tokoh sejarah dan saksi sejarah.
Tujuan Historiografi Tradisional adalah:
Untuk menyadarkan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang tertindas dan terjajah.
Untuk memprotes ketidakadilan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial terhadap
bangsa Indonesia.
Contoh Historiografi Indonesia Modern dapat kita lihat pada buku “Max Havelaar” karya
Douwes Dekker dengan menggunakan nama samaran Multatuli. dll.
Historiografi Nasional
Setelah Indonesia merdeka, bangsa Indonesia berusaha untuk menulis sejarah nasionalnya
sendiri.
Ciri-ciri Historiografi Nasional antara lain:
1. Memanfaatkan semua sumber sejarah baik yang bersal dari penulisan sejarah
tradisional(karya bansa Indonesia) maupun sumber-sumber yang berasal dari pemerintah
kolonial untuk melakukan rekontruksi ulang menjadi sejarah nasional yang berorientasi kepada
kepentingam integrasi nasional.
2. Objek penelitian sejarah nasional meliputi berbagai aspek dengan menggunakan
pendekatan multidemensional, baik aspek ekonomi, politik, ideologi, sosial budaya, sistem
kepercayaan, dsb.
3. Lebih mengutamakan kepentingan nasional Indonesia atau bersifat Indonesia-sentris.
Tujuannya adalah:
1. Untuk memberikan legitimasi pada keberadaan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang
merdeka.
2. Untuk menunjukkan jati dirinya sebagai bangsa yang sederajat debgab bangsa-bangsa
lain di dunia
3. Untuk memberikan pendidikan nasionalisme kepada generasi muda sebagai warga
negara dan sebagai penerus bangsa.
Contoh Historiografi Nasional:
Sejarah perlawanan-perlawanan terhadap Kolonialisme dan Imperialisme, karangan
Sartono Kartodirdjo.
Perkembangan Penulisan Sejarah di Indonesia
Historiografi baru membuka ruang cakupan yang lebih luas. Untuk itu, diperlukan
penyempurnaan metodologi yaitu penggunaan konsep-konsep ilmu sosial dalam analisis-
analisisnya.
Sehubungan dengan hal ini maka lebih jelas dibedakan antara sejarah lama (the old
history) dan sejarah baru (the new history), seperti dibwah ini:
Sejarah lama (the old History)
a) disebut sejarah konvensional;searah radisional
b) Pemaparan deskriptif-naratif
c) Tema terbatas (sejarah politik lama atau sejarah ekonomi lama)
d) Para pelaku sejarah terbatas pada raja-raja, orang-orang besar, pahlawan atau jendral
e) Tanpa pendekatan ilmu sosial
Sejarah Baru (the new History)
1). Multi dimensional
2).Para pelaku sejarah luas beragam, segala lapisan masyarakat (vertikal ataupun horizontal:top
down atau bottom up)
3). Ruang cakup luas;segala aspek pengalaman dan kehidupan manusia masa lampau
4). Tema luas dan beragam, sejarah politik baru, sejarah ekonomi baru dll.