ricadwiadnyani.files.wordpress.com · web viewviskositas cairan berbagai larutan ni made rica dwi...
Post on 23-Jul-2020
17 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I
VISKOSITAS CAIRAN BERBAGAI LARUTAN
Oleh :
Ni Made Rica Dwi Adnyani
1308105036
Kelompok III
LABORATORIUM KIMIA FISIKA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2014
VISKOSITAS CAIRAN BERBAGAI LARUTAN
Ni Made Rica Dwi Adnyani
1308105036
Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Udayana
ABSTRAK
Dilakukan percobaan viskositas berbagai cairan yaitu CCl4, aseton, etanol dan air suling.
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan viskositas cairan dengan metode Ostwald serta
memahami cara kerja metode Ostwald. Metode Ostwald digunakan mengukur waktu yang
dibutuhkan masing-masing cairan untuk mengalir antara dua tanda yang terdapat dalam
viskometer Ostwald dan dapat menghitung kerapatan cairannya dengan alat viskometer.. Waktu
alir cairan yang diuji kemudian dibandingkan dengan waktu alir air suling. Adapun viskositas
larutan aseton, etanol dan CCl4 berturut-turut sebesar 0,328 cP ; 1,46 cP dan 1,125 cP. Dari hasil
tersebut dapat ditentukan urutan viskositas cairan yaitu etanol > CCl4 > aseton. Fluiditas adalah
kebalikan dari viskositas, maka dapat ditentukan fluiditas berbagai cairan dengan aseton > CCl4
> etanol berturut-turut sebesar 3,09 cP-1 ; 0,8908 cP-1 dan 0,685 cP-1. Etanol memiliki besaran
viskositas yang paling tinggi (paling kental) dan besaran fluiditas yang paling rendah, sedangkan
aseton memiliki besaran viskositas yang paling rendah (paling encer) dan fluiditas yang paling
tinggi.
Kata Kunci : viskositas, metode Ostwald dan fluiditas.
PENDAHULUAN
Setiap zat cair mempunyai
karakteristik yang khas, berbeda satu zat
dengan zat cair yang lain. Kekentalan atau
viskositas dapat dibayangkan sebagai
peristiwa gesekan antara satu bagian dengan
bagian yang lain dalam fluida. Kekentalan
adalah suatu sifat cairan yang berhubungan
erat dengan hambatan untuk mengalir,
dimana makin tinggi kekentalan maka
makin besar pula hambatannya. Kekentalan
didefinisikan sebagai gaya yang diperlukan
untuk menggerakkan secara
berkesinambungan suatu permukaan datar
melewati permukaan datar lain dalam
kondisi tertentu bila ruang diantara
permukaan tersebut diisi dengan cairan yang
akan ditentukan kekentalannya. Satuan dasar
yang digunakan adalah poise ( 1 poise = 100
sentipoise ).
Viskositas adalah sebuah ukuran
penolakan sebuah fluida terhadap perubahan
bentuk di bawah tekanan shear. Biasanya
dikenal sebagai “kekentalan”, atau
penolakan terhadap penuangan. Viskositas
menggambarkan penolakan dalam fluida
kepada aliran dan dapat diartikan sebagai
sebuah cara untuk mengukur gesekan fluida.
Air memiliki viskositas rendah, sedangkan
minyak sayur memiliki viskositas tinggi. .
Nilai kuantitatif dari viskositas dapat
dihitung dengan membandingkan gaya tekan
per satuan luas terhadap gradien kecepatan
aliran dari fluida. Alat untuk mengukur
viskoitas suatu cairan adalah viskometer.
Secara formal, viskositas (diwakili
oleh simbol ƞ “eta”) adalah rasio dari
tegangan geser (F / A) dengan gradient
kecepatan (v x ∆ / ∆ z atauxdv / dz) dalam
fluida. Satuan SI untuk viskositas adalah
yang kedua pascal [Pa s], yang tidak
memiliki nama khusus.
Yang paling umum unit viskositaas
adalah yang kedua dyne per sentimeter
persegi dyne s [/ cm2], yang diberi nama
poise [P]. sepuluh poise pascal sama dengan
satu detik [Pa s] membuat sentiposie [cP]
dan [MPa kedua millipascal s] identik.
1 pascal detik = 10 poise = 1,000 millipascal
detik
1 sentipoise = 1 millipascal detik
Dalam penentuan viskositas cairan
berbagai larutan ini, digunakan metode
Ostwald dimana metode Oswald merupakan
suatu variasi dari metoda poisuille. Pada
metode ini viskositas ditentukan dengan
mengukur waktu yang dibutuhkan bagi
cairan uji untuk lewat antara dua tanda
ketika ia mengalir karena gravitasi melalui
suatu tabung kapiler vertical dibandingkan
dengan waktu yang dibutuhkan bagi suatu
cairan pembanding yang viskositasnya
sudah diketahui (biasannya air) untuk lewat
antara dua batas tersebut. Maka viskositas
cairan yang tidak ditentukan dengan
membandingkan hasil pengukuran waktu (tx)
dan rapat massa (ρ x) cairan tersebut
terhadap waktu (t0) dan rapat massa (ρ0)
cairan pembanding yang viskositasnya
sudah diketahui pada suhu pengukuran.
Perbandingan viskositas kedua cairan dapat
dinyatakan sebagai berikut :
ƞx
ƞ0=
t x x ρx
t 0 x ρ0
ƞx=ƞ0 xt x x ρx
t 0 x ρ0
METODE PERCOBAAN
Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan
kali ini adalah viscometer Oswald sebanyak
satu buah, thermostat sebanyak satu buah,
pencatat waktu (stopwatch) sebanyak satu
buah, pipet ukur 25 mL, pipet filler dan
piknometer.
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada
percobaan ini adalah larutan CCl4, aseton,
etanol masing-masing sebanyak 20 mL dan
air suling sebagai cairan pembanding
dengan volume yang sama.
Prosedur Pengerjaan
Menentukan Densitas Cairan
Pada penentuan densitas larutan, piknometer
10 mL yang kosong ditimbang. Kemudian
akuadest dimasukkan ke dalam piknometer
hingga penuh, kemudian ditimbang kembali.
Selisih beratnya dihitung dan densitas
akuadest dicari. Percobaan tersebut diulang
dengan menggunakan lrutan CCl4, asetin dan
etanol.
Menentukan Viskositas Cairan
Alat viscometer yang digunakan dibersihkan
terebih dahulu. Kemudian viscometer
diletakkan di dalam thermostat pada posisi
vertikal. Selanjutnya cairan yang akan
ditentukan viskositasnya dipipet sebanyak
10 – 15 mL dan dimasukkan ke dalam
reservoir A (dilihat digambar), sehingga jika
cairan ini dibawa ke reservoir B dan
permukaannya melewati garis m, reservoir
A kira-kira masih setengahnya. Dengan
pengisap atau meniup bawa cairan ke B
sampai sedikit di atas garis m.
Gambar 1. Viskometer Ostwald
Kemudian cairan dibiarkan mengalir secara
bebas. Waktu yang diperlukan cairan untuk
menngalir dari m ke n dicatat. Pekerjaan ini
dilakukan sebanyak dua kali. Rapat jenis
atau densitas ditentukkan pada suhu yang
bersangkutan dengan piknometer atau
neraca Westphal dan akuadest digunakan
sebagai cairan pembanding dengan
viskometer yang sama.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Percobaan ini bertujuan untuk
menentukkan harga viskositas dari beberapa
cairan dengan air suling sebagai
pembandingnya dengan menggunakan
metode Ostwald. Dimana viskositas cairan
merupakan fungsi dari ukuran dan
permukaan molekul, gaya tarik antar
molekul dan struktur cairan. Viskositas
dalam zat cair disebabkan karena adanya
gaya kohesi atau tarik menarik antara
molekul sejenis. Besarnya viskositas
dipenngaruhi oleh beberapa faktor seperti
temperatur, gaya tarik antar molekul dan
ukuran serta jumlah molekul terlarut. Tiap
molekul dalam cairan dianggap dalam
kedudukan setimbang, sehingga sebelum
suatu lapisan molekul dapat melewati
lapisan molekul lainnya diperlukan suatu
energi tertentu. Pada percobaan ini cairan
yang ditentukan viskositasnya yaitu CCl4,
aseton, etanol, dengan menggunakan air
suling sebagai pembandingnya. Untuk
menentukan viskositas cairan digunakan
metode Ostwald yaitu dengan cara
mengukur waktu yang dibutuhkan masing-
masing cairan untuk mengalir antara dua
tanda yang terdapat dalam viskometer
Ostwald. Waktu alir cairan yang diuji
kemudian dibandingkan dengan waktu alir
air. Pada percobaan ini dilakukan sebanyak
dua kali pada setiap cairan. Hasil
pengamatan viskositas cairan berbagai
larutan dapat dilihat pada Tabel 1.
Nama
Zat
Massa
Pikno
meter
Koson
g
(gram)
Massa
Piknom
eter +
Zat Cair
(gram)
Massa
Zat
Cair
(gram
)
Wakt
u
Alira
n
(seko
n)
Air
suling
12,63 22,42 9,79 22,72
12,63 22,42 9,79 27,28
Aseton 12,63 20,35 7,72 10,52
12,63 20,33 7,7 10,00
Etanol 12,65 20,30 7,65 42,69
12,65 20,32 7,67 41,59
CCl4 12,65 28,14 15,49 16,73
12,65 28,13 15,48 15,41
Tabel 1. Data Hasil Pengamatan Viskositas
Cairan Berbagai Larutan
Dari tabel 1, dapat dilihat bahwa
aseton memiliki waktu alir cairan yang
paling cepat dan etanol memiliki waktu alir
cairan yang paling lambat. Adapun urutan
waktu yang diperlukan cairan untuk
mengalir dari m ke n adalah aseton < CCl4 <
air suling < etanol. Hal ini menunjukkan
bahwa tingkat kekentalan aseton lebih kecil
dibandingkan dengan tingkat kekentalan
larutan lainnya, sedangkan etanol memiliki
tingkat kekentalan larutan yang lebih besar
dari CCl4 dan air suling. Hasil yang telah
diperoleh sudah sesuai dengan teori yang
ada dimana makin kental suatu cairan, maka
makin besar gaya yang dibutuhkan untuk
mengalir dari garis m ke n sehingga
memerlukan waktu yang cukup lama.
Karena menurut teori yang ada, aseton
memiliki kekentalan terendah dibandingkan
air suling, etanol dan CCl4.
Dengan mengukur waktu alir rata-
rata dari setiap cairan maka nilai viskositas
cairan tersebut dapat ditentukan dengan
membandingkannya dengan viskositas air
suling dengan rumus :
ƞx=ƞ0 xt x x ρx
t 0 x ρ0
Dimana :
ƞx : viskositas cairan yang ditentukkan (cP)
ƞ0 : viskositas cairan pembanding (air suling)
(cP)
t x : waktu alir cairan yang ditentukkan
(sekon)
t 0: waktu alir cairan pembanding (air suling)
(sekon)
ρ x : massa jenis cairan yang ditentukkan
(g/mL)
ρ0 : massa jenis cairan pembanding (air
suling) (g/mL)
Selain menghitung nilai viskositas
pada setiap cairan, dapat juga dilakukan
perhitungan fluiditas cairan dengan rumus :
∅ x=1ƞx
Dimana ∅ xmerupakan nilai fluiditas dari cairan
yang ditentukkan.
Dari hasil perhitungan dengan
menggunakan kedua rumus diatas maka
didapatkan viskositas berbagai larutan dapat
dilihat pada Tabel 2.
Jenis Zat
Cair
Viskositas
rata-rata (ƞx)
(cP)
Fluiditas
rata-rata
(∅ x ) (cP-1)
Aseton 0,328 3,09
Etanol 1,46 0,685
CCl4 1,125 0,8908
Tabel 2. Hasil Perhitungan Viskositas dan
Fluiditas Cairan Berbagai Larutan
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat
bahwa cairan yang ditentukan yang
memiliki nilai viskositas yang tinggi adalah
etanol dan asetin memiliki nilai viskositas
paling rendah. Hal ini dikarenakan etanol
yang memiliki berat molekul yang lebih
besar maka dari itu etanol memiliki
viskositas yang lebih tinggi dari aseton dan
CCl4.
Semakin kental suatu cairan,
maka besar gaya yang dibutuhkan untuk
mengalir dari garis m ke n pada viskometer
Ostwald sehingga memerlukan waktu yang
cukup lama untuk mengalir. Selain itu,
karena adanya ikatan OH pada struktur
etanol dan bekerjanya dua macam gaya,
salah satunya adalah gaya dipol-dipol yang
dapat mempertahankan ikatan antara
molekul tetap kuat. Adapun urutan nilai
viskositas dari pada percobaan ini yaitu
etanol > CCl4 > aseton.
Dari Tabel 2 didapatkan juga
fluiditas berbagai larutan. Fluiditas adalah
gugusan molekul yang jarak pisahnya besar
dan kecil untuk zat cair. Jarak antar
molekulnya itu besar jika dibandingkan
dengan garis tengah molekul itu. Molekul-
molekul itu tidak terikat pada suatu kisi,
melainkan saling bergerak bebas terhadap
satu sama lain. Jadi kecepatan fluida atau
massanya kecepatan volume tidak
mempunhyai makna yang tepat sebab
jumlah molekul yang menempati volume
tertentu terus menerus berubah. Fluida yang
jenisnya berbeda memiliki tingkat
kekentalan yang berbeda. Fluiditas
merupakan kebalikan dari viskositas
(kekentalan). Dapat dilihat dari Tabel 2
caian yang ditentukan yang memiliki nilai
fluiditas paling tinggi adalah aseton
sedangkan, etanol memiliki nilai fluiditas
yang paling rendah. Adapun urutan fluiditas
dari berbagai larutan yaitu aseton > CCl4 >
etanol. Hal ini dikarenakan molekul-molekul
yang membentuk suatu fluida saling gesek-
menggesek ketika fluida-fluida tersebut
mengalir.
Untuk mengetahui kebenaran
praktikum maka yang dilakukan dengan cara
ralat nisbi. Berdasarkan ralat keraguan
dimana nilai kebenaran praktikum yang
diperoleh sebagian besar mendekati 100%.
Untuk pengukuran viskositas aseton,
kebenaran praktikum yang diperoleh sebesar
88,4%, untuk etanol diperoleh sebesar
98,63% dan untuk CCl4 diperoleh sebesar
96%. Sedangkan untuk pengukuran fluiditas,
kebenaran praktikum yang diperoleh untuk
aseton sebesar 73,1%, untuk etanol
diperoleh sebesar 98,63% dan untuk CCl4
diperoleh sebesar 96,1%. Hal ini
menunjukkan bahwa praktikan dalam
melakukan praktikum cukup teliti, karena
terjadi sedikit kesalahan yang dilakukan
praktikan pada saat praktikum, seperti pada
saat pengukuran yang tidak teliti sehingga
mempengaruhi nilai kebenaran praktikum
yang tidak mencapai angka 100%.
KESIMPULAN
1. Nilai viskositas rata-rata untuk
aseton sebesar 0,328 cP, untuk etanol
sebesar 1,46 cP dan untuk CCl4
sebesar 1,125 cP. Sedangkan nilai
fluiditas rata-rata untuk aseton
sebesar 3,09 cP-1, untuk etanol
sebesar 0,685 cP-1 dan untuk CCl4
sebesar 0,8908 cP-1.
2. Setiap cairan memiliki nilai
viskositas yang berbeda-beda karena
pengaruh jenis zat cair, komposisi
campuran dan tekanan.
3. Semakin kental suatu cairan, maka
semakin besar gaya yang dibutuhkan
untuk mengalir dari garis m ke n
pada viskometer Ostwald sehingga
memerlukan waktu yang cukup lama
untuk mengalir.
4. Tingkat kekentalan etanol lebih besar
dari CCl4 dan aseton dikarenakan
memiliki berat molekul yang lebih
besar dan adanya ikatan OH pada
struktur etanol dan bekerjanya dua
macam gaya, salah satunya adalah
gaya dipol-dipol yang dapat
mempertahankan ikatan antara
molekul tetap kuat.
5. Nilai fluiditas merupakan kebalikan
dari nilai viskositas (kekentalan).
6. Etanol memiliki nilai fluiditas yang
paling rendah diantara CCl4 dan
aseton. Hal tersebut dikarenakan
molekul-molekul yang membentuk
suatu fluida saling gesek-menggesek
ketika fluida-fluida tersebut
mengalir.
7. Urutan viskositas cairan berbagai
larutan yaitu etanol > CCl4 > aseton.
8. Urutan fluiditas cairan berbagai
larutan aseton > CCl4 > etanol.
9. Untuk pengukuran viskositas aseton,
kebenaran praktikum yang diperoleh
sebesar 88,4%, untuk etanol
diperoleh sebesar 98,63% dan untuk
CCl4 diperoleh sebesar 96%.
10. Untuk pengukuran fluiditas,
kebenaran praktikum yang diperoleh
untuk aseton sebesar 73,1%, untuk
etanol diperoleh sebesar 98,63% dan
untuk CCl4 diperoleh sebesar 96,1%.
DAFTAR PUSTAKA
Atkins, P.W. 1996. Kimia Fisik Jilid II Edisi
IV. Jakarta: Erlangga
Bird, Tony. 1993. Kimia Fisik Untuk
Universitas. Jakarta: PT Gramedia
Dogra, S.K. 1990. Kimia Fisika dan Soal-
soal. Jakarta: Universitas Indonesia
Dudgale. 1986. Mekanika Fluida Edisi 3.
Jakarta; Erlangga
Farrington, Robert. 1978. Kimia fisika jilid
2. Jakarta: Erlangga
Moechtar. 1990. Farmasi Fisik. Yogyakarta:
UGM – Press
Niken, P. 2011. Penentuan Viskositas
Larutan Newton Dengan
Viskosimeter Ostwald. Kediri:
Jurusan Farmasi Universitas
Haluoleo
Sukarjo. 1989. Kimia Fisika. Jakarta: PT.
Bima Aksara
Tim Laboratorium Kimia Fisika. 2014.
Penuntun Praktikum Kimia Fisika I.
Bukit Jimbaran: Jurusan Kimia
FMIPA Universitas Udayana
Whilem, Frank.M. 1988. Mekanika Fluida
Edisi ke-2 Jilid I. Jakarta : Erlangga
PERHITUNGAN
1. Menentukan rapat massa cairan dari berbagai larutan
a. Air suling
Diketahui : Massa piknometer kosong = 12,63 g
Massa piknometer + air suling = 22,42 g
Massa air suling = (22,42 - 12,63) = 9,79 g
Volume air suling = 10 mL
Ditanya : ρair suling = ….?
Jawab : ρair suling = massa air sulingvolume air suling
ρair suling = 9,79 g10 m L
ρair suling = 979x10-3 g/mL
b. Aseton
Diketahui : Massa piknometer kosong = 12,63 g
Massa piknometer + aseton = 20,34 g
Massa aseton = (20,34 - 12,63) = 7,71 g
ρair suling = 979x10-3 g/mL
Massa air suling = 9,79 g
Ditanya : ρaseton = ….?
Jawab : ρaseton = massa aseton
massa air suling x ρair suling
ρaseton = 7,71 g9,79 g x 979x10-3 g/mL
ρaseton = 771x10-3 g/mL
c. Etanol
Diketahu : Massa piknometer kosong = 12,65 g
Massa piknometer + etanol = 20,31 g
Massa etanol = (20,31 - 12,65) = 7,66 g
ρair suling = 979x10-3 g/mL
Massa air suling = 9,79 g
Ditanya : ρetanol = ….?
Jawab : ρetanol = massa etanol
massa air suling x ρair suling
ρetanol = 7,66 g9,79 g x 979x10-3 g/mL
ρetanol = 766x10-3 g/mL
d. CCl4
Diketahui : Massa piknometer kosong = 12,65 g
Massa piknometer + CCl4 = 28,135 g
Massa CCl4 = (20,135 - 12,65) = 15,485 g
ρair suling = 979x10-3 g/mL
Massa air suling = 9,79 g
Ditanya : ρ CCl4 = ….?
Jawab : ρCCl4 = massa CCl 4
massa air suling x ρair suling
ρ CCl4 = 15,485 g
9,79 g x 979x10-3 g/mL
ρ CCl4 = 1,5485 g/mL
2. Menentukan viskositas dan fluiditas cairan dari berbagai larutan
Untuk Aseton
Diketahui : t air suling = 22,72 s
t aseton = 10,52 s
ρair suling = 979x10-3 g/mL
ρ aseton = 771x10-3 g/mL
Ƞ air suling = 1,005 cp
Ditanya : Ƞ aseton = …?
∅aseton = …?
Jawab : Ƞ aseton = ρ aseton
ρ air suling x t aseton
t air suling x Ƞ air suling
Ƞ aseton = 771 x 10−3 g /mL979 x10−3 g/mL
x 10,52 s22,72 s x 1,005 cp
Ƞ aseton = 366,46X10-3 cp
∅aseton = 1
Ƞaseton
∅aseton = 1
366,46 x 10−3 cp
∅aseton = 2,73 cp-1
Dengan cara yang sama didapatkan perhitungan untuk 1 kali pengulangan berikut
yaitu :
t (s ) t 0(s) ρAir suling (g/cm3) ρ Aseton (g/cm3) Ƞ Air suling
(cp)
Ƞ Aseton (cp)
27,2
8
10,00 979x10-3 g/mL 771x10-3 g/mL 1,005 290,15x10-3
Ƞ = Ƞ1+Ƞ2
2=
(366,46 X 10−3+290,15 x10−3)2
= 0,328 cp
∅ = ∅1+∅ 2
2 =
(2,73+3,45)2
= 3,09 cp-1
Untuk Etanol
Diketahui : t air suling = 22,72 s
t etanol = 42,69 s
ρair suling = 979x10-3 g/mL
ρ etanol = 766x10-3 g/mL
Ƞ air suling = 1,005 cp
Ditanya : Ƞ etanol = …?
∅etanol = …?
Jawab : Ƞ etanol = ρ etanol
ρ air suling x t etanol
t air suling x Ƞ air suling
Ƞ etanol = 766 x 10−3 g/mL979 x10−3 g/mL
x 42,69 s22,72 s x 1,005 cp
Ƞ etanol = 1,48 cp
∅ etanol = 1
Ƞetanol
∅ etanol = 1
1,48 cp
∅ etanol = 675,68x10-3 cp-1
Dengan cara yang sama didapatkan perhitungan untuk 1 kali pengulangan berikut
yaitu :
t (s ) t 0(s) ρAir suling (g/cm3) ρ etanol
(g/cm3)
Ƞ Air suling
(cp)
Ƞ etanol (cp)
27,2
8
41,59 979x10-3 g/mL 766x10-3 g/mL 1,005 1,44
Ƞ = Ƞ1+Ƞ2
2=
(1,48+1,44)2
= 1,46 cp
∅ = ∅1+∅ 2
2 = (675,68 x10−3+694,44 x10−3)
2 = 0,685 cp-1
Untuk cairan CCl4
Diketahui : t air suling = 22,72 s
t CCl4 = 16,73 s
ρair suling = 979x10-3 g/mL
ρ CCl4 = 1,5485 g/mL
Ƞ air suling = 1,005 cp
Ditanya : Ƞ CCl4 = …?
∅CCl4 = …?
Jawab : Ƞ CCl4 = ρCCl4
ρ air suling x
t CCl4
t air suling x Ƞ air suling
Ƞ CCl4 = 1,5485 g /mL
979 x10−3 g/mL x
16,73 s22,72 s x 1,005 cp
Ƞ CCl4 = 1,17 cp
∅CCl4 = 1
ȠCCl4
∅CCl4 = 1
1,17 cp
∅CCl4 = 854,7x10-3 cp-1
Dengan cara yang sama didapatkan perhitungan untuk 1 kali pengulangan berikut
yaitu :
t (s ) t 0(s) ρAir suling (g/cm3) ρ CCl4
(g/cm3)
Ƞ Air suling
(cp)
Ƞ CCl4 (cp)
27,2
8
15,41 979x10-3 g/mL 1,5485 g/mL 1,005 1,08
Ƞ = Ƞ1+Ƞ2
2=
(1,17+1,08)2
= 1,125 cp
∅ = ∅1+∅ 2
2 = (854,7 x 10−3+925,9 x 10−3)
2 = 0,8903 cp-1
RALAT KERAGUAN
1. Aseton
a. Viskositas aseton
Percobaan Ƞ (cP) Ƞ (cP) (Ƞ - Ƞ¿ (cP) (Ƞ−Ƞ)2 (cP)
1 366,46x10-3 0,328 38,46x10-3 1,48x10-3
2 290,15x10-3 0,328 37,85x10-3 1,43x10-3
∑ (Ƞ−Ƞ)2 2,91x10-3
∆ Ƞ = √∑ ¿¿¿¿ = √ 2,91 x10−3
2 (2−1) = 0,038 cP
¿ ∆ Ƞ) = (0,328 ± 0,038)cP
Ralat nisbi=∆ ȠȠ x 100% =
0,0380,328x100% = 11,6 %
Kebenaran prak .=100 %−11,6%=88,4 %
b. Fluiditas aseton
Percobaan ∅ ∅ (∅ - ∅ ) (∅−∅ )2
1 2,73 3,09 0,36 129,6x10-3
2 3,45 3,09 1,12 1,25
∑ (∅−∅ )2 1,38
∆∅=√∑ ¿¿¿¿ = √ 1,382(2−1)
= 0,8307
¿ ∆ ∅ ) = (3,09 ± 0,8307)cP
Ralat nisbi=∆∅∅ x 100% = 0,8307
3,09 x100% = 26,9 %
Kebenar an prak .=100 %−26,9 %=73,1%
2. Etanol
a. Viskositas etanol
Percobaan Ƞ (cP) Ƞ (cP) (Ƞ - Ƞ¿ (cP) (Ƞ−Ƞ)2 (cP)
1 1,48 1,46 20x10-3 400x10-6
2 1,44 1,46 20x10-3 400x10-6
∑ (Ƞ−Ƞ)2 800x10-6
∆ Ƞ = √∑ ¿¿¿¿ = √ 800 x 10−6
2(2−1) = 0,02 cP
¿ ∆ Ƞ) = (1,46 ± 0,02)cP
Ralat nisbi=∆ ȠȠ x 100% =
0,021,46x100% = 1,37 %
Kebenaran prak .=100 %−1,37 %=98,63 %
b. Fluiditas etanol
Percobaan ∅ ∅ (∅ - ∅ ) (∅−∅ )2
1 675,68x10-3 0,685 9,32x10-3 8.7x10-5
2 694,44x10-3 0,685 9,44x10-3 8,9x10-5
∑ (∅−∅ )2 176x10-6
∆∅=√∑ ¿¿¿¿ = √ 176 x 10−62(2−1)
= 9,38x10-3
¿ ∆ ∅ ) = (0,685± 9,38x10-3)cP
Ralat nisbi=∆∅∅ x 100% = 9,38 x10−3
0,685x100% = 1,37 %
Kebenaran prak .=100 %−1,37 %=98,63%
3. CCl4
a. Viskositas CCl4
Percobaan Ƞ (cP) Ƞ (cP) (Ƞ - Ƞ¿ (cP) (Ƞ−Ƞ)2 (cP)
1 1,17 1,125 45x10-3 2,025x10-3
2 1,08 1,125 45x10-3 2,025x10-3
∑ (Ƞ−Ƞ)2 4,05x10-3
∆ Ƞ = √∑ ¿¿¿¿ = √ 4,05 x10−32(2−1)
= 45x10-3cP
¿ ∆ Ƞ) = (1,125 ± 45x10-3)cP
Ralat nisbi=∆ ȠȠ x 100% = 45 x10−3
1,125x100% = 4 %
Kebenaran prak .=100 %−4 %=96 %
b. Fluiditas CCl4
Percobaan ∅ ∅ (∅ - ∅ ) (∅−∅ )2
1 854,7x10-3 0,8908 36,1x10-3 1,30x10-3
2 925,9x10-3 0,8908 35,1x10-3 1,23x10-3
∑ (∅−∅ )2 2,53x10-3
∆∅=√∑ ¿¿¿¿ = √ 2,53 x10−3
2(2−1) = 0,035
¿ ∆ ∅ ) = (0,8908± 0,035)cP
Ralat nisbi=∆∅∅ x 100% =
0,0350,8908x100% = 3,9 %
Kebenaran prak .=100 %−3,9 %=96,1 %
LAMPIRAN
PERTANYAAN
1. Apakah yang dimaksud dengan bilangan Reynold dan bagaimanakah hubungannya
dengan aliran laminer?
2. Sebutkan cara lain yang dapat digunakan untuk menentukan viskositas cairan! Berikan
penjelasan singkat!
JAWABAN :
1. Bilangan Reynold adalah rasio antara gaya inersia (vsp) terhadap gaya viskos (μ/ L¿
yang mengkuantifikasikan hubungan kedua gaya tersebut dengan suatu kondisi aliran
tertentu. Bilangan ini digunakan untuk mengidentifikasi jenis aliran yang berbeda,
misalnya laminer dan turbulen. Bilangan Reynold merupakan salah satu bilangan tak
berdimensi yang paling penting dalam mekanika fluida dan digunakan, seperti halnya
dengan bilangan tak berdimensi lain, untuk memberikan kreteria untuk menentukan
dinamik similitude. Jika dua pola aliran yang mirip secara geometris, mungkin pada
fluida yang berbeda dan laju alir yang berbeda pulla, memiliki nilai bilangan tak
berdimensi yang relevan, keduanya tersebut memiliki kemiripan dinamis. Bilangan
Reynold (Re) merupakan bilangan tak berdimensi yang dipakai untuk menentukan
distribusi kecepatan suatu aliran sehingga dapat menentukan sifat suatu aliran.
Dimana nilai bilangan Reynold dapat ditentukan dengan persamaan :
ℜ= ρ. v . Dμ
Keterangan :
D = diameter
v = laju alir
ρ=¿ densitas
μ=¿ viskositas
2. Cara lain dapat digunakan adalah dengan metode bola jatuh. Metode ini menyangkut
gaya gravitasi yang seimbang denngan gerak alirannya pekat. Dimana benda yang
jatuh mempunyai kecepatan yang semakin besar, namun juga diimbangi dengan
besarnya gaya gesek, saat setimbang kecepatan benda jatuh tetap.
ƞ=2 r b2 (dh−d ) g
gv
Keterangan :
b = bola jatuh
g = gaya gravitasi
v = volume
top related