skripsi yenita rica s

93
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di Indonesia membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Manusia yang berkualitas yaitu manusia yang memiliki ilmu pengetahuan yang mampu bersaing dengan bangsa lain. Dalam upaya pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas tersebut, peran pendidikan sangat besar. Upaya pengembangan sumber daya manusia tersebut tercakup dalam tujuan dan fungsi pendidikan. Undang-undang sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 menyatakan : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. 1

Upload: yelius-jeye-wardane

Post on 07-Aug-2015

192 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Skripsi Yenita Rica S

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan di Indonesia membutuhkan sumber daya manusia

yang berkualitas. Manusia yang berkualitas yaitu manusia yang memiliki

ilmu pengetahuan yang mampu bersaing dengan bangsa lain. Dalam upaya

pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas tersebut, peran

pendidikan sangat besar. Upaya pengembangan sumber daya manusia

tersebut tercakup dalam tujuan dan fungsi pendidikan.

Undang-undang sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003

pasal 1 ayat 1 menyatakan :

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Pada proses pelaksanaan pendidikan di sekolah, guru mempunyai

peranan utama dalam membimbing anak agar mencapai tujuan yang

diharapkan, dimana semuanya menentukan keberhasilan anak dalam

mencapai tujuan. Metode dan keputusan guru dalam proses pembelajaran

sangat menentukan keberhasilan anak didiknya.

Dalam interaksi belajar mengajar, seorang guru sebagai pengajar

akan berusaha secara maksimal dengan menggunakan berbagai

keterampilan dan kemampuannya agar anak dapat mencapai tujuan yang

1

Page 2: Skripsi Yenita Rica S

diharapkan. Oleh karena itu, guru harus dapat menciptakan situasi dimana

agar anak dapat belajar, sebab sebenarnya proses belajar mengajar belum

dapat dikatakan berakhir bila anak belum dapat belajar dan mengalami

perubahan tingkah laku. Karena perubahan tingkah laku itu sendiri

merupakan hasil belajar. Perubahan tingkah laku dapat diartikan sebagai

perubahan yang mencakup aspek yaitu aspek kognitif, apektif, dan

psikomotorik. Untuk itu, guru berkewajiban meningkatkan kemampuan

profesionalnya, terutama dalam hal pengaktifan siswa dalam belajar.

Sebagai seorang guru diharapkan membantu peserta didik untuk

dapat menerima, memahami, serta menguasai ilmu pengetahuan. Untuk

itu, guru hendaknya mampu mengaktifkan siswa pada saat proses belajar

mengajar berlangsung. Pengaktifan tersebut dapat dilakukan dengan

memberikan motivasi belajar dan hasil belajar yang lebih baik.

Motivasi sebaiknya timbul dari kesadaran yang tinggi untuk

mendidik peserta didik menjadi warga negara yang baik. Motivasi belajar

menuntut sikap tanggap dari pihak guru serta kemampuan untuk

mendorong motivasi dengan berbagai upaya pembelajaran. Oleh karena

itu, untuk meningkatkan motivasi belajar hendaknya guru menggunakan

pendekatan-pendekatan yang tepat dan sesuai dengan kondisi belajar

sehingga proses belajar mengajar dapat terlaksana secara efektif dan

efisien serta hasil belajarnya pun lebih sempurnah. Guru sebagai

penyampai materi, harus memiliki pendekatan yang sesuai, sehingga

materi yang disampaikan bisa diterima oleh seluruh siswa, dengan

2

Page 3: Skripsi Yenita Rica S

memperhatikan prinsip-prinsip induvidual siswa, dimana dalam satu kelas

tingkat kemampuan siswa dalam menangkap pelajaran berbeda-beda, ada

yang cepat dan ada yang lambat.

Dari hasil pengetahuan saya, selama ini guru menggunakan

pendekatan belajar dengan sistem yang kurang bervariasi. Sementara

secara karakteristik 40 orang siswa berarti 40 macam karakteristik yang

ada. Dengan pendekatan sistem individu ini memungkinkan anak yang

lamban maju menurut kemampuan masing-masing secara penuh dan tepat,

pelajarannya lebih mementingkan perbedaan individual siswa bila ada

kesulitan-kesulitan yang dihadapi, dan memungkinkan anak maju secara

optimal dengan mengembangkan kemampuan yang ada padanya, secara

umpan balik yang diberikan guru lebih konsisten dengan kebutuhan siswa.

Maka disinilah guru dituntut menggunakan pendekatan yang sesuai

dengan tingkat kemampuan siswa. Dalam proses belajar mengajar, guru

harus bisa menciptakan suasana belajar yang melibatkan siswa secara

aktif. Atas pemikiran tersebut, maka dengan pendekatan sistem individu

ini diharapkan menjadi solusi tepat dalam merangsang timbulnya motivasi

belajar siswa pada pembelajaran fisika. Strategi belajar mengajar

individual memungkinkan siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan

potensialnya, juga memungkinkan setiap siswa dapat menguasai seluruh

bahan pelajaran secara penuh.

Sejalan dengan hal itu, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan berjudul "Pengaruh Pembelajaran Fisika Dengan

3

Page 4: Skripsi Yenita Rica S

Pengajaran Sistem Individu (Personalized System Of Instruction)

Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Getaran Kelas VIII

SMP Negeri 9 Lubuklinggau".

B. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah

1. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah "Adakah pengaruh

yang signifikan pada pembelajaran fisika dengan pengajaran sistem

individu terhadap hasil belajar siswa pada pokok bahasan getaran di SMP

Negeri 9 Lubuklinggau?

2. Batasan Masalah

Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda dan supaya

gambaran penelitian ini jelas, terarah, dan dapat mencapai sasaran maka

perlu batasan sebagai berikut :

a. Hanya dilakukan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Lubuklinggau

b. Materi yang diajarkan adalah materi tentang getaran.

c. Hasil belajar fisika yang dimaksud dalam penelitian ini hanya dibatasi

pada aspek kognitif siswa yang dapat dilihat dari nilai yang diperoleh dari

tes hasil belajar.

4

Page 5: Skripsi Yenita Rica S

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

pembelajaran fisika dengan pengajaran sistem individu terhadap hasil

belajar siswa pada pokok bahasan getaran di SMP Negeri 9 Lubuklinggau

Kelas VIII.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :

1. Bagi siswa, dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan siswa bisa

menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari khususnya pada pokok

bahasan Getaran

2. Bagi guru, sebagai bahan masukan bagi guru tentang salah satu alternatif

pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar

siswa dan aktivitas siswa, sekaligus untuk meningkatkan prestasi belajar

siswa dengan pengajaran sistem individu.

3. Bagi sekolah, Penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi sekolah

berupa perbaikan proses pembelajaran yang diharapkan meningkatkan

citra sekolah dan kualitas lulusan SMP Negeri 9 Lubuklinggau.

E. Anggapan Dasar

Adapun yang menjadi angapan dasar dalam penelitian ini adalah

sikap guru mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar siswa dan model

5

Page 6: Skripsi Yenita Rica S

pengajaran yang diterapkan guru mempengaruhi penguasaan konsep dan

motivasi dari hasil belajar siswa.

F. Definisi Istilah

Menghindari kesalah pahaman dan penafsiran yang keliru serta

untuk memperoleh batasan yang jelas dari istilah-istilah yang digunakan

dalam penelitian ini, maka perlu diberikan penjelasan istilah sebagai

berikut :

1. Pengajaran individu adalah kegiatan yang menekankan bantuan dan

bimbingan belajar kepada individu (Dimyati:1994).

2. Pengajaran individu adalah pengajaran yang diberikan guru kepada

seseorang murid dalam kelas ataupun luar kelas, dalam hal ini guru harus

memandang murid sebagai individu atau satu kesatauan yang bulat yang

berbeda antara satu dengan yang lain (Roestiyah:1994).

3. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tidak belajar dan tidak

mengajar, hasil-hasil dari kegiatan belajar itu disebut prestasi belajar. Hasil

belajar merupakan prestasi belajar yang telah dicapai. Prestasi belajar

mempunyai pengertian yang sama dengan hasil belajar yaitu suatu bukti

keberhasilan seseorang dalam mempelajari materi pelajaran disekolah

yang dinyatakan dalam bentuk nilai yang diperoleh dari hasil tes yang

diberikan.

6

Page 7: Skripsi Yenita Rica S

BAB IIKAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritik

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan bagian kehidupan bagi manusia yang berkaitan

dengan berbagai hal yang terjadi dalam diri manusia sebagai pelajar.

Berbagai hal tersebut akan didukung adanya perubahan tingkah laku yang

sesuai dengan hasil belajar. Para ahli pendidikan dalam memberikan

pengertian belajar berbeda satu sama lain namun pada intinya mempunyai

kesamaan. Sujana (1995:5) menyatakan bahwa:

Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.

Menurut Gagne (dalam Syaiful, 2009:13) belajar adalah suatu proses

dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari

pengalamanan, selain itu menurut Hamalik (1992:21) menyatakan bahwa:

”Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perbuatan dari seseorang

yang dinyatakan dalam cara-cara tingkah laku yang baru berkat

pengalaman dan latihan”. Slameto (2003:2) memberikan definisi tentang

pengertian belajar sebagai berikut: "Belajar adalah suatu proses usaha

yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri

7

Page 8: Skripsi Yenita Rica S

dalam interaksi dengan lingkuangannya". Sedangkan menurut (Djamarah,

2002:13) belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh

suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu

dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif

dan psikomotor.

Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan

bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan

atau perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam

cara-cara tingkah laku yang baru karena adanya pengalaman dan latihan.

a. Prinsip-prinsip Belajar

Prinsip-prinsip belajar menurut Slameto (2003:27-28):

1. Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar adalah

a) Dalam belajar tiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif,

meningkatkan minat dan bimbingan untuk mencapai tujuan

instruksional

b) Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang

kuat pada siswa untuk mencapai tujuan intruksional

c) Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat

mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan

efektif

d) Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya

8

Page 9: Skripsi Yenita Rica S

2. Sesuai hakikat belajar

a) Belajar itu proses kontinyu maka harus tahap demi tahap menurut

perkembangannya

b) Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery

(pertemuan)

c) Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian yang

satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapat pengertian yang

diharapkan. Stimulus yang diberikan menimbulkan response yang

diharapkan

3. Sesuai materi/bahan yang harus diharapkan

a) Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur,

penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap

pengertiannya

b) Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai

dengan tujuan instruksionalnya yang harus dicapainya

4. Syarat keberhasilan belajar

a) Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar

dengan tenang

b) Repetisi,dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar

pengertian/keterampilan/sikap itu mendalam pada siswa

c) Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur,

penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap

pengertiannya

9

Page 10: Skripsi Yenita Rica S

b. Tujuan Belajar

Tujuan belajar menurut Sardiman (2007:25-28) adalah :

Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya

sistem lingkungan (kondisi) belajar yang lebih kondusif. Hal ini akan

berkaitan erat dengan kegiatan mengajar. Mengajar diartikan sebagai suatu

usaha penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya

proses belajar. Sistem lingkungan belajar ini sendiri terdiri atau

dipengaruhi oleh berbagai komponen yang masing-masing akan

mempengaruhi. Komponen-komponen itu misalnya tujuan pembelajaran

yang ingin dicapai, materi yang ingin diajarkan, guru dan siswa yang

memainkan peranan serta dalam hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan

yang dilakukan serta sarana dan prasarana belajar mengajar yang tersedia.

Komponen-komponen sistem lingkungan itu saling mempengaruhi

bervariasi sehingga setiap peristiwa belajar memiliki profil yang unik dan

kompleks. Masing-masing profil sistem lingkungan belajar, diperuntukan

belajar yang berbeda dengan kata lain, untuk mencapai tujuan belajar

tertentu harus diciptakan sistem lingkungan belajar yang tertentu pula.

Tujuan belajar untuk mengembangkan nilai afeksi memerlukan penciptaan

sistem lingkungan yang berbeda dengan sistem yang dibutuhkan untuk

tujuan belajar mengembangkan gerak, dan begitu seterusnya.

Dalam uraian diatas, kalau dirangkum dan ditinjau secara umum,

maka tujuan belajar itu ada tiga jenis.

10

Page 11: Skripsi Yenita Rica S

1. Untuk Mendapatkan Pengetahuan

Hal ini ditandai dengan kemampuan berfikir. Pemilikan

pengetahuan dan kemampuan berfikir sebagai yang tidak dapat dipisahkan,

dengan kata lain tidak dapat mengembangkan kemampuan berfikir tanpa

bahan pengetahuan, sebaliknya kemampuan berfikir akan memperkaya

pengetahuan. Tujuan inilah yang memiliki kecenderungan lebih besar

perkembangannya didalam kegiatan belajar. Dalam hal ini peranan guru

sebagai pengajar lebih menonjol.

Adapun jenis interaksi atau cara yang dipergunakan untuk

kepentingan itu pada umumnya dengan model kuliah (presentasi),

pemberian tugas-tugas bacaan. dengan cara demikian anak didik atau

siswa akan diberikan pengetahuan sehingga menembah pengetahuannya

dan sekaligus untuk mengembangkan cara berfikir dalam rangka

memperkaya pengetahuannya.

2. Peranan Konsep dan Keterampilan

Penenaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan

suatu keterampilan. Jadi soal keterampilan yang bersifat jasmani ataupun

rohani. Keterampilaan jasmaniah adalah keterampilan-keterampilan yang

dapat dilihat, diamati, sehingga akan menitik beratkan pada keterampilan

gerak atau penampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar.

Termasuk dalam hal masalah-masalah ”teknik” dan ”pengulangan”.

Sedangkan keterampilan rohani lebih rumit, karena tidak selalu berurusan

dengan masalah-masalah keterampilan yang dapat dilihat bagaimana ujung

11

Page 12: Skripsi Yenita Rica S

pangkalnya, tetapi lebih abstrak, menyangkut persoalan-persoalan

penghayatan dan keterampilan berfikir serta kreativitas untuk

menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah atau konsep. Jadi semata-

mata bukan soal ”pengulangan” tetapi mencari jawaban yang cepat dan

tepat.

Keterampilan memang dapat dididik, yaitu dengan banyak melatih

kemampuan. Demikian juga mengungkapkan perasaan melalui bahasa tulis

atau lisan, bukan soal kosa kata atau tata bahasa, semua memerlukan

banyak latihan. Interaksi yang mengarah pada pencapaian keterampilan itu

akan menuruti kaidah-kaidah tertentu dan bukan semata-mata hanya

menghafal atau meniru.

3. Pembentukan Sikap

Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi anak

didik, guru harus lebih baik dan hati-hati dalam pendekatanya. Untuk ini

dibutuhkan kecakapan mengarahkan motivasi dan berpikir dengan tidak

lupa menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh atau model.

Dalam interaksi belajar mengajar, seorang guru akan senantiasa

diobservasi, dilihat, didengar dan ditiru semua perilakunya oleh siswa.

Dari proses observasi siswa mungkin juga menirukan perilaku gurunya,

sehingga diharapakan terjadi proses internalisasi yang dapat

menumbuhkan proses penghayatan pada setiap diri siswa untuk kemudian

diamalkan.

12

Page 13: Skripsi Yenita Rica S

Pembentukan sikap mental dan perilaku anak didik, tidak akan

terlepas dari sosl-soal penanaman nilai. Oleh karena itu, guru tidak sekedar

”pengajar”, tetapi betul-betul sebagai pendidik yang akan memindahkan

nilai-nilai itu kepada anak didiknya. Dengan dilandasi nilai-nilai itu anak

didik atau siswa akan tumbuh kesadaran dan kemauannya, untuk

mempraktikkan segala sesuatu yang sudah dipelajarinya.

Jadi pada intinya, tujuan belajar itu adalah ingin mendapatkan

pengetahuan, keterampilan dan penanaman sikap mental atau nilai-nilai.

Pencapaian tujuan belajar berati akan menghasilakan, hasil belajar.

2. Pengertian Fisika

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan suatu kumpulan

pengetahuan yang tersusun secara sistematis tentang gejala-gejala alam.

Pengertian IPA tidak hanya ditunjukkan dari kumpulan fakta tetapi dengan

kumpulan metode ilmiah. Mata pelajaran fisika merupakan bagian dari

IPA. Ada beberapa pendapat yang mendefinisikan fisika. Menurut

pendapat Brockhaus (dalam Ardhaningsih, 2007:10) menyatakan bahwa:

Fisika adalah ilmu yang mempelajari kejadian alam yang memungkinkan penelitian dengan percobaan, pengukuran apa yang didapat, penyajian secara matematis dan berdasarkan peraturan-peraturan umum.

Definisi fisika yang merupakan cabang dari IPA berdasarkan

kurikulum SMP 2006 adalah:

Salah satu ilmu dalam rumpun sains yang dapat mengembangkan kemampuan analisis induktif dan deduktif dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan alam

13

Page 14: Skripsi Yenita Rica S

sekitar, baik secara kualitatif maupun kuantitatif dengan menggunakan matematika, serta dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri.

Secara garis besar, fisika adalah ilmu pengetahuan alam (IPA) atau

sains yang mempelajari peristiwa-peristiwa alam melalui analisis dengan

menggunakan matematika sehingga menghasilkan konsep, teori, dan

hukum.

Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan dapat dinyatakan

bahwa fisika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari kejadian-kejadian

alam yang hasilnya dapat dirumuskan dalam bentuk definisi ilmiah dan

persamaan matematis. Dalam mempelajarinya memungkinkan dilakukan

dengan pengamatan, eksperimen maupun teori. Demikian seterusnya

antara yang satu dengan yang lain saling mengkait menuju kearah yang

lebih sempurna. Fisika meliputi proses, sikap, dan produk. Proses fisika

berupa aktivitas-aktivitas yang bertujuan mempelajari, menggali, mencari,

dan menyelidiki kejadian alam. Sikap fisika berupa sikap mental yang

diperlukan selama melakukan proses kegiatan fisika (jujur, terbuka, kritis,

menghargai pendapat orang lain). Produk fisika adalah hasil kegiatan fisika

berupa konsep, hukum dan teori yang tersusun berdasarkan fakta-fakta

alam.

Tujuan Pengajaran Fisika di SMP

Setiap kegiatan atau pekerjaan sudah pasti ada tujuan yang hendak

dicapai juga dalam pengajaran fisika di SMP ada tujuan yang hendak

dicapai baik secara umum maupun secara khusus.

14

Page 15: Skripsi Yenita Rica S

Tujuan umum pengajaran fisika di SMP adalah:

1. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan

didalam kehidupan dan dunia yang selalu berkembang melalui latihan

bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat,

jujur, efektif, dan efisien.

2. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan fisika dan pola pikir

fisika dalm kehidupan sehari-hari dalam mempelajari berbagai ilmu

pengetahuan.

Dengan demikian tujuan fisika pada jenjang pendidikan menengah

Pertama (SMP) memberi tekanan pada penataan nalar, dasar, dan

pembentukan sifat siswa serta memberikan keterampilan dalam penerapan

fisika.

Tujuan khusus pengajaran fisika di SMP adalah:

a. Siswa memiliki pengetahuan fisika sebagai bekal untuk melanjutkan

kependidikan tinggi.

b. Siswa memiliki keterampilan fisika sebagai peningkatan fisika dasar

untuk dapat digunakan dalam kehidupan yang lebih luas (didunia

kerja) dan dalam kehidupan sehari-hari.

c. Siswa mempunyai pandangan yang lebih luas serta memiliki, sifat

menghargai kegunaan fisika, sikap kritis, logis dan objektif melalui

fisika di SMP.

Dengan mengetahui tujuan fisika baik secara umum maupun secara

khusus, guna dapat memberikan motivasi kepada siswa agar siswa

15

Page 16: Skripsi Yenita Rica S

berminat belajar fisika, karena fisika dilihat dari tujuannya, fisika itu

sendiri maupun ilmu pengetahuan lainnya, bahkan dapat di manfaatkan

dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan fungsi dan tujuan tersebut dapat disimpulkan bahwa

tujuan pengajaran fisika adalah memperoleh wawasan dan menguasai

konsep fisika dan saling keterkaitannya dengan sikap ilmiah siswa agar

keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa semakin meningkat. Bahan

kajian mata pelajaran fisika di SMP dikembangkan dari bahan kajian yang

telah diajarkan di SD, diperluas sampai bahan kajian yang mengandung

abstrak dan dibahas secara kuantitatif dan analisis. Pada pengajaran fisika

di SMP, diharapkan siswa tidak hanya menguasai konsep prinsip, dan

hukum-hukum fisika saja, tetapi juga ditekankan pada aplikasi melalui

penelitian dan pemecahan masalah, sehingga diharapkan bermanfaat dalam

kehidupan sehari-hari.

3. Pengertian Pembelajaran Sistem Individu (Personalized System Of

Instruction)

Pembelajaran induvidualistik merupakan bentuk penyelenggaraan

program pendidikan yang diindividualkan. Menurut Dimyati (1994:148),

“Pengajaran individual adalah kegiatan yang menekankan bantuan dan

bimbingan belajar kepada individu”. Sedangkan menurut Roestiyah

(1994:50), “Pengajaran individu adalah pelajaran yang diberikan guru

16

Page 17: Skripsi Yenita Rica S

kepada seorang murid sebagai individu atau satu kesatuan yang bulat yang

berbeda antara satu dengan yang lain’’.

Berbeda dengan pendekatan pembelajaran pemprosesan informasi,

pendekatan pembelajaran individu berorientasi pada individu dan

pengembangan diri. Pendekatan ini memfokuskan pada proses di mana

individu membangun dan mengorganisasikan dirinya secara realitas

bersifat unik. Secara singkat model ini menekankan pada pengembangan

pribadi, yaitu upaya membantu siswa untuk mengembangkan hubungan

yang produktif dengan lingkungannya dan membantu mereka untuk dapat

memandang dirinya sebagai pribadi yang mampu/berguna (Uno, 2007:17).

Secara umum, sebagaimana halnya model pembelajaran lain,

model pembelajaran ini juga memiliki tahapan, yaitu :

Tahap pertama, membantu siswa menemukan inti permasalahan

yang dihadapinya. Biasanya pembatasan masalah yang dihadapi siswa

sangat bervariasi tergantung jenis masalah atau siswanya.

Tahap kedua, guru mendorong (memancing) siswa agar dapat

mengekspresikan perasaannya, baik positif maupun negatif. Disamping itu

guru harus mendorong (memancing) siswa agar dapat menyatakan atau

menggali permasalahannya. Bagaimana caranya? Yaitu menerima dengan

tangan terbuka dan kehangatan serta tanpa memberikan penilaian (mencap

jelek atau buruk) terhadapnya.

Tahap ketiga, siswa secara bertahap mengembangkan pemahaman

(kesadaran) akan dirinya. Ia berusaha menemukan makna dari

17

Page 18: Skripsi Yenita Rica S

pengalamannya, menemukan hubungan sebab dan akibat dan pada

akhirnya memahami (menyadari) makna dari perilaku sebelumnya. Dalam

hal ini, dimana siswa berada dalam tahapan diantara upanya menggali

permasalahannya sendiri dan upaya memahami perasaannya, guru

mendorong siswa untuk membuat perencanaan pengambilan keputusan

berkaitan dengan masalah yang dihadapinya. Tugas guru jangan

memberikan alternatif, tetapi berusaha membantu mengklarifikasi

alternatif-alternatif yang diajukan siswa.

Tahap keempat, siswa melaporkan tindakan (berupa alternatif-

alternatif pemecahan masalah yang telah diambinya pada tahap ketiga

diatas). Lebih jauh ia merefleksikan ulang tindakan yang telah diambinya

tersebut dan berupaya membuatnya lebih baik dan efektif.

Muhammad Ali (1998: 104) mengatakan bahwa, ciri-ciri penting

dari pengajaran dengan sistem SPI sebagai berikut :

a. Memungkinkan siswa maju menurut kemampuan masing-masing (Seif

Paced Learning)

b. Adanya persyaratan penguasaan yang sempurna bagi setiap unit

pelajaran sebelum maju ke uji t pelajaran berikutnya

c. Menggunakan kuliah dan demonstrasi sebagai alat untuk memberikan

motivasi pada siswa

d. Komunikasi guru siswa ditekankan pada penggunaan bahan-bahan

tertulis dalam bentuk programa

18

Page 19: Skripsi Yenita Rica S

e. Menggunakan sistem proctor, yakni memberikan tes secara berulang-

ulang untuk memberikan penilaian secara cepat

f. Menggunakan sistem tutor, yakni siswa pandai memberi bimbingan

belajar kepada yang kurang dan lemah, sehingga seluruh siswa dapat

mencapai taraf penguasaan penuh terhadap unit pelajaran yang

dipelajari

g. Memungkinkan adanya aspek personal dan sosial dalam proses

pendididkan.

Menurut Muhammad Ali (1998: 104-105), prosedur pelaksanaan

pengajaran dengan sistem SPI adalah ;

a. Menentukan patokan penguasaan atau materi untuk bahan yang akan

dipelajari

b. Merumuskan satuan pelajaran yakni pokok-pokok bahasan yang akan

dipelajari

c. Prosedur pengajaran ditentukan untuk dilakukan siswa dalam rangka

mempelajari dan mencapai tujuan

d. Setiap siswa mempelajari unit-unit pelajaran dengan kecepatan sesuai

dengan kemampuan masing-masing

e. Tes diikuti oleh seluruh siswa dengan bantuan asisten ubtuk

memeriksa dan menganalis hasinya

f. Memberikan bimbingan melalui tutor kepada siswa yang tidak atau

belum dapat mencapai tingkat penguasaan penuh. Tutoring diberikan

oleh siswa pandai atau telah mencapai penguasaan penuh

19

Page 20: Skripsi Yenita Rica S

Personalized System Of Instruction (SPI) dalam pelaksanaan sudah

mencerminkan sistem pengajaran individual dengan beberapa modifikasi.

Langkah–langkah yang ditempuh dalam pengajaran sistem ini sangat

memperhatikan perbedaan individual. Sistem pengajaran ini menggunakan

semacam program, dengan menambahkan unsur personal-sosial dalam

kerangka programnya. Oleh karena itu PSI dipandang sebagai salah satu

bentuk sistem pengajaran yang menekankan kepada pelajaran tuntas

melalui sistem pengajaran induvidual.

Adapun langkah-langkah dalam melaksanakan pengajaran sistem

individu adalah :

a. Guru merumuskan sejumlah tujuan pengajaran

b. Guru merumuskan satuan pengajaran dalam menentukan unit-unit

pelajaran untuk dipelajari setiap satu atau dua minggu

c. Guru menentukan patokan penguasaan ( standard mastery )

d. Guru menyusun diagnostik progress test-test formatif setiap unit

pelajaran yang akan diikuti oleh seluruh siswa untuk menentukan

tingkat penguasaan siswa sesuai dengan patokan standar.

e. Guru mempersiapkan seperangkat atau tugas untuk dipelajari

f. Gureu melaksanakan pengajaran biasa dengan pengajaran kelompok

yang heterogen, sehingga siswa yang pandai dapat memberikan

bimbingan belajar kepada siswa yang belum menguasai materi yang

diajarkan.

20

Page 21: Skripsi Yenita Rica S

Adapun keuntungan dari pengajaran individual ini menurut

Hamalik (1992:121) adalah :

a. Memungkinkan anak yang lamban maju menurut kemampuan masing-

masing secara penuh dan tepat

b. Mencegah terjadinya ilusi dalam kemajuan, tetapi bersifat nyata

melalui diskusi kelompok

c. Memungkinkan anak maju secara optimum dan mengembangkan

kemampuan yang ada padanya

d. Latihan-latihan tidak diperlukan bagi anak cerdas

e. Mengurangi hambatan dan mencegah eliminasi anak-anak yang

lamban

Dengan demikian, sintesis pengajaran sistem individu

(Personalized System Of Instruction) dalam penelitian ini adalah suatu

bentuk sistem pengajaran yang menekankan kepada belajar tuntas yang

menekankan pada pemberian bantuan dan bimbingan belajar kepada setiap

individu yang berbeda antara satu dengan yang lain.

4. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

menerima pengalaman belajarnya. Proses penilaian terhadap hasil belajar

memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya

mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya

dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-

21

Page 22: Skripsi Yenita Rica S

kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu

(http://techonly13.wordpress.com).

Hamalik (2003:30) menyatakan bahwa Hasil belajar adalah

perubahan tingkah laku yang diharapkan pada siswa setelah melakukan

proses belajar mengajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:3) hasil

belajar merupakan hasil dari suatu tindak belajar dan tindak mengajar.

Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan evaluasi hasil belajar. Dari

sisi siswa, hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

hasil belajar merupakan hasil perubahan tingkah laku siswa, perubahan

tingkah laku ini meliputi segenap ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

Berkaitan dengan penelitian ini penulis membatasi hasil belajar pada ranah

kognitif yang dilihat dari kemampuan siswa dalam proses pembelajaran

yang ditinjau dari nilai-nilai yang diperoleh siswa.

a. Hasil-hasil Belajar

Berdasarkan tujuan belajar, maka hasil belajar tersebut menurut

Bloom dalam Sardiman (2007:23) meliputi tiga ranah atau matra:

1) Pengetahuan, konsep, atau fakta (kognitif)

2) Personal, kepribadian, atau sikap (afektif)

3) Kelakuan, keterampilan, atau kemempuan (psikomotorik)

Ketiga hasil belajar tersebut, dalam pengajaran merupakan tiga hal

yang secara perencana terpisah, namun pada kenyataannya pada diri siswa

22

Page 23: Skripsi Yenita Rica S

akan merupakan satu kesatuan yang utuh dan bulat. Ketiganya itu dalam

kegiatan belajar mengajar, masing-masing direncanakan sesuai dengan

butir-butir bahan pelajaran. Karena semua itu bermuara pada anak didik,

maka setelah terjadi proses belajar, terbentuklah suatu kepribadian yang

utuh, oleh sebab itu diperlukan sistem lingkungan yang mendukung.

Setelah berahirnya suatu proses belajar, maka siswa memperoleh

suatu hasil belajar. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tidak

belajar dan tidak mengajar, hasil-hasil dari kegiatan belajar itu disebut

prestasi belajar. Hasil belajar merupakan prestasi belajar yang telah

dicapai. Prestasi belajar mempunyai pengertian yang sama dengan hasil

belajar yaitu suatu bukti keberhasilan seseorang dalam mempelajari materi

pelajaran disekolah yang dinyatakan dalam bentuk nilai yang diperoleh

dari hasil tes yang diberikan. Prestasi belajar adalah hasil yang telah

dicapai dalam penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang

dikemukakan oleh mata pelajaran (Surayin, 2001:455) sedangkan menurut

Djamarah (2002:24), prestasi belajar adalah penilaian pendidikan tentang

kemajuan siswa dalam segala hal yang dipelajari disekolah menyangkut

pengetahuan atau kecakapan/keterampilan yang dinyatakan sesuai hasil

penilaian.

b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Adapun yang menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi hasil

belajar menurut Syah (1997:132) dapat digolongkan menjadi :

23

Page 24: Skripsi Yenita Rica S

1) Faktor Internal (Faktor dari dalam diri siswa)

Faktor yang berasal dari dalam diri siswa, adapun faktor yang

dimaksud antara lain :

a. Tidak mempunyai tujuan yang jelas

b. Kurangnya minat terhadap motivasi belajar

c. Kesehatan yang sering terganggu

d. Kebiasaan belajar yang kurang baik

e. Cacat tubuh

f. Intelegensi

2) Faktor Eksternal

Faktor yang berasal dari luar diri siswa sangat rentan pengaruhnya

tehadap kemajuan siswa, karena faktor ini sebagai penentu dalam proses

perkembangan untuk mendapat kecakapan hidup, yang termaksuk dalam

faktor ini antara lain :

a. Faktor yang bersumber dari lingkungan sekolah

1. Cara guru memberikan motivasi belajar

2. Kurangnya bahan bacaan

3. Kurangnya alat bantu pengajaran

4. Keadaan gedung sekolah

5. Bahan pelajaran tidak sesuai dengan kemampuan siswa

6. Disiplin sekolah

7. Waktu sekolah

8. Tugas rumah

24

Page 25: Skripsi Yenita Rica S

9. Reaksi guru dengan siswa

b. Faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga

Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga yaitu :

1. Faktor relasi antar anggota keluarga

2. Faktor suasana rumah

3. Faktor ekonami keluarga

c. Faktor yang bersumber dari lingkungan masyarakat

Faktor yang bersumber dari masyarakat mempengaruhi hasil

belajar siswa, faktor ini antara lain :

1. Media masa sepertibioskop, radio, televisi dan surat kabar, semua

ini dapat berpengaruh negatif bagi kemajuan anak untuk belajar

walaupun ada yang berpengaruh positif

2. Teman bergaul yang memberikan pengaruh baik dan tidak baik

3. Adanya kegiatan dalam masyarakat yang berlebihan sehingga

kesempatan dan waktu untuk belajar akan terpakai pada kegiatan

tersebut

3) Faktor Pendekatan Belajar

Faktor pendekatan belajar sangat mempengaruhi hasil belajar

siswa. Sehingga semakain baik cara belajar siswa maka semakin baik

hasinya. Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai cara/strategi yang

digunakan siswa dalam menunjang aktivitas dan efisiensi proses

pembelajaran materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat

25

Page 26: Skripsi Yenita Rica S

langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan

masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu.

a. Pendekatan Hukum Jost

Salah satu asumsi penting yang mendasari hukum Jost adalah siswa

yang lebih sering mempraktikkan materi pelajaran akan lebih mudah

memanggil kembali memori lama yang berhubungan dengan materi yang

sedang ia tekuni.

b. Pendekatan Ballard dan Clanchy

Menurut Ballard dan clanchy, pendekatan belajar siswa pada

umumnya dipengaruhi oleh sikap terhadap ilmu pengetahuan. Ada dua

macam siswa dalam menyingkapi ilmu pengetahuan, yaitu sikap

melestarikan apa yang sudah ada dan sikap memperluas. Siswa yang sikap

melestarikan apa yang sudah ada pada umumnya menggunakan

pendekatan belajar “Reproduktif” sedangkan siswa yang bersikap

memperluas biasanya menggunakan pendekatan belajar “Analistik”

(berdasarkan pemilihan dan interprestasi fakta dan informasi).

c. Pendekatan Biggs

Menurut hasil penelitian Biggs, pendekatan belajar siswa dapat

dikelompokan kedalam tiga prototipe (bentuk dasar)

1. Pendekatan surface (permukaan atau bersifat lahiriah)

2. Pendekatan deep (mendalam)

3. Pendekatan achieving (pencapaian prestasi tinggi)

26

Page 27: Skripsi Yenita Rica S

c. Penilaian Hasil Belajar

Untuk menilai hasil belajar siswa dapat dilaksanakan dalam dua

tahap. Pertama tahap jangka pendek yakni penilaian yang dilaksanakan

guru pada akhir proses belajar mengajar. penilaian ini disebut penilaian

formatif. Kedua tahap belajar mengajar berlangsung beberapa kali atau

setelah menempuh periode tertentu, misalnya penilaian tengah semester

atau penilaian pada akhir semester. Penilaian ini disebut penilaian sumatif

(Sudjana, 1989:122).

Dalam penelitian ini penilaian hasil belajar siswa, diartikan sebagai

pengumpulan informasi untuk mengatur seberapa jauh pengetahuan dan

kemampuan yang telah dicapai oleh siswa pada akhir proses belajar

mengajar dikelas VIII SMP Negeri 9 Lubuklinggau.

5. Getaran

1. Pengertian Getaran

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering melihat benda bergetar.

Misalnya bandul jam yang bergerak bolak balik secara teratur, senar gitar

yang bergetar ketika dipetik, bedug atau drum yang dipukul dan pegas

yang diberi beban bergerak ke atas dan ke bawah.

Dari contoh-contoh yang telah dijelaskan timbul pertanyaan apa

sebenarnya getaran itu dan apa ciri-cirinya ?

27

Page 28: Skripsi Yenita Rica S

Semua benda akan bergetar apabila kita beri simpangan atau

gangguan. Contohnya adalah bergetarnya bandul sederhana, seperti

gambar 1.

A O B

Gambar 1. Bandul Sederhana

Sebuah bandul sederhana mula-mula diam pada kedudukan di O

(kedudukan seimbang). Bandul tersebut ditarik ke kedudukan A (diberi

simpangan), pada saat bandul dilepas dari kedudukan di A, bandul akan

bergerak bolak-balik secara teratur melalui titik keseimbangan. Gerakkan

bandul dari A ke O ke B ke O dan kembali ke A (A-O-B-O-A) disebut

satu getaran penuh. Gerakan bandul dari A-O-B disebut setengah getaran

jadi, getaran didefiniskan sebagai gerak bolak-balik benda secara teratur

melalui titik keseimbangan salah satu ciri getaran adalah adanya amplitudo

(simpangan terbesar) jarak OA atau OB pada gambar 1 merupakan

amplitudo.

2. Periode dan Frekuensi Getaran

Setiap getaran pasti memiliki amplitudo dan frekuensi. Amplitudo

merupakan simpangan maksimum. Frekuensi adalah banyaknya getaran tiap

sekon. Kedua besaran ini menyatakan ciri-ciri suatu getaran.

28

Page 29: Skripsi Yenita Rica S

Waktu yang diperlukan benda untuk melakukan satu kali getaran

disebut periode. Periode tidak bergantung pada amlitudo. Artinya,

berapapun simpangan yang kita inginkan, waktu untuk melakukan suatu

getaran tetap sama. Oleh karena periode menyatakan waktu, maka

satuannya adalah sekon (s).

3. Hubungan Frekuensi dengan Periode

Telah disebutkan bahwa frakuensi menyatakan banyaknya getaran

dalam satuan sekon. Sedangkan periode menyatakan waktu yang

diperlukan untuk satu kali getaran. Berarti, antara frekuensi dengan

periode terdapat hubungan yaitu

(Erlangga, KTSP 2006)

Dengan : f = Frekuensi (Sekon)

T = Periode (Hz)

Satuan frekuensi disebut getaran/sekon atau hertz (Hz). Persamaan

diatas tidak hanya berlaku pada getaran, melainkan juga pada gelombang.

Bila benda melakukan n kali getaran dalam waktu t sekon, maka frekuensi

dinyatakan dengan persamaan

(Erlangga, KTSP 2006)

Dengan: n = jumlah getaran dan t = waktu

29

f =

f =

Page 30: Skripsi Yenita Rica S

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Elsi Suryani (2006) menyimpulkan bahwa pembelajaran fisika

dengan pendekataan sistem individu dapat meningkatkan motivasi belajar

bagi siswa sehingga dengan meningkatnya motivasi belajar siswa setelah

pembelajaran diikuti peningkatan hasil belajar siswa. Dari hasil penelitian

memperlihatkan dampak instruksional yang optimal dan dampak pengiring

seperti partisipasi, rasa ingin tahu, pola pikir, perhatian dan proses berfikir

siswa dalam proses belajar mengajar sebagian besar dalam kategori tinggi

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh yang signifikan

pembelajaran fisika dengan sistem individu terhadap hasil belajar siswa

pada pokok bahasan getaran di kelas VIII SMP Negeri 9 Lubuklinggau.

Setelah siswa mempelajari materi dengan menggunakan pembelajaran

Sistem Individu diharapkan siswa dapat menyelesaikan suatu masalah

yang muncul. Hal ini dapat dilihat bagaimana siswa menyelesaikan

masalah yang ada pada soal tes yang akan dilakukan dalam penelitian ini.

Berdasarkan landasan teori di atas maka hipotesis dalam penelitian

ini bahwa pembelajaran dengan sistem individu akan lebih baik proses

pembelajarannya dibandingkan dengan pembelajaran konvensional

sehingga hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran sistem

individu lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar dengan

menggunakan pembelajaran konvensional.

30

Page 31: Skripsi Yenita Rica S

Bila dirumuskan dalam Ha dan Ho, maka hipotesis statistik ini

dibagi dalam dua hal yakni:

Ha: Ada pengaruh signifikan dengan menggunakan

Pembelajaran Sistem Individu terhadap hasil belajar fisika siswa.

Ho: Tidak ada pengaruh signifikan dengan menggunakan

Pembelajaran Sistem Individu terhadap hasil belajar fisika siswa.

31

Page 32: Skripsi Yenita Rica S

BAB IIIMETODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang diteliti maka jenis penelitian ini

adalah penelitian eksperimen. Menurut Arikunto (dalam Kurnia, 2007:34)

bahwa: "penelitian eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan

sebab akibat antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti

dengan mengurangi atau menyisikan faktor-faktor yang menggangu".

Berdasarkan uraian diatas maka penulis membedakan dua

perlakuan antara kelas eksperimen dan kelas konterol. Kelas eksperimen

diberikan pembelajaran dengan pengajaran sistem individu sedangkan

kelompok kontrol menggunakan pembelajaran konvensional. Desain

eksperimen yang digunakan berbentuk control group pretest-postest, yang

dapat dijelaskan pada Tabel 1.

Tabel 1. Pretest-Posttes Control Group Desaign

GropPengukuran

(pretest)Perlakuan Pengukuran

(posttest)

Kelompok Experimen O1 X O2

Kelompok Kontrol O1 (-) O2

Keterangan:

O1 : Kedua kelompok tersebut diobservasi dengan pretest untuk

mengetahui kemampuan awal siswa.

32

Page 33: Skripsi Yenita Rica S

O2 : Tes akhir yang diberikan pada kelas eksperimen dan kelas

kontrol.

X : Perlakuan yang diberikan pada kelas experimen yaitu mem-

berikan pengajaran dengan menggunakan pengajaran sistem

individu.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto,

1996:130). Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP

Negeri 9 Lubuklinggau Kelas VIII Tahun Ajaran 2009/2010, yaitu

sebanyak 6 kelas yang berjumlah 224 orang. Lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel 2.

Tabel 2.Populasi Penelitian

No Kelas Jumlah Siswa1 VIII.A 392 VIII.B 383 VIII.C 384 VIII.D 405 VIII.E 336 VIII.F 36

Jumlah 244(Sumber :TU SMP Negeri 9 Lubuklinggau tahun ajaran 2009/2010)

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti

(Arikunto, 1996:131). Adapun penentuan sampel dilakukan secara acak,

33

Page 34: Skripsi Yenita Rica S

yaitu dua kelas dari enam kelas VIII SMP Negeri 9 Lubuklinggau. Dari

hasil pengundian sampel yang diperoleh yaitu siswa kelas VIII-F sebagai

kelas eksperimen, yang diberikan pembelajaran dengan pengajaran sistem

individu, dan kelas VIII-E sebagai kelas kontrol, yang diberikan

pembelajaran dengan pengajaran konvensional.

Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas

dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi

atau variabel penyebab, dimana dalam penelitian ini variabel bebasnya

adalah pengajaran dengan sistem individu dalam pembelajaran fisika.

Variabel terikat adalah variabel yang tergantung pada variabel

bebas. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan variabel terikat adalah

hasil belajar siswa kelas VIII pada pokok bahasan getaran SMP Negeri 9

Lubuklinggau.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode tes.

Menurut Arikunto (2002:127), tes adalah serentetan pertanyaan

atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,

pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh

individu atau kelompok. Tes digunakan untuk memperoleh data tentang

hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes ini berbentuk

uraian yang berjumlah enam soal.

34

Page 35: Skripsi Yenita Rica S

D. Uji Coba Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan perangkat tes yang valid, reliabel dan

mempunyai tingkat kesukaran dan daya pembeda soal yang baik maka

perangkat tes yang disusun kemudian diujicobakan. Kelas yang digunakan

untuk uji coba soal adalah kelas IX.C SMP Negeri 9 Lubuklinggau.

1. Validitas tes

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan

atau kesahihan suatu instrumen. Arikunto (2006:168) mengatakan bahwa,

suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi.

Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.

Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang

hendak diukur (Arikunto, 2006:168). Agar dapat mengetahui valid

tidaknya tes yang digunakan dalam penelitian, maka dalam mencari

validitas instrumen digunakan rumus korelasi product moment, yaitu:

(Arikunto, 2006:170)

Keterangan :

= Koefisien korelasi antara variabel X dan Y

n = Banyaknya sampel

X = Skor butir masing-masing responden

Y = Skor total dari keseluruhan butir masing-masing responden

35

Page 36: Skripsi Yenita Rica S

Klasifikasi untuk menginterpretasikan Validitas, menurut Guilford

(dalam Sukasno, 2006:49) yaitu :

0,00 Tidak valid

0,00 < 0,20 Valid sangat rendah

0,21 < 0,40 Valid rendah

0,40 < 0,60 Valid sedang (cukup)

0,60 < 0,80 Valid tinggi (baik)

0,80 < 1,00 Valid sangat tinggi

Untuk mengetahui keberhasilan dari koefisien validitas, digunakan

uji-t dengan rumus:

(Sudjana,1996:380)

Untuk taraf nyata jika

maka hipotesis diterima (tidak

signifikan). Dalam hal lainnya hipotesis ditolak (signifikan), dengan kata

lain butir soal tersebut dikatakan valid.

Hasil perhitungan validitas butir soal (lampiran B) dapat dilihat

pada Tabel 3.

Tabel 3.Hasil Analisis Validitas Butir Soal

No Nilai rxy thitung ttabel Keterangan

123

0,490,550,50

3,123,663,21

2,0422,0422,042

Valid / sedangValid / sedangValid / sedang

36

Page 37: Skripsi Yenita Rica S

456

0,470,420,46

2,962,562,87

2,0422,0422,042

Valid / sedangValid / sedangValid / sedang

2. Reabilitas

Arikunto (1997:154) mengatakan bahwa reliabilitas menunjuk pada

tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel artinya dapat dipercaya, jadi dapat

diandalkan.

Untuk menentukan reliabilitas tes pemahaman fisika digunakan

rumus alpha, sebagai berikut:

Sukjaya (dalam Astuti, 2010:37)

Keterangan :

r11 = Reliabilitas Instrumen

n = Banyaknya Butir Soal atau Pertanyaan

= Skor Rata-rata

St2 = Jumlah Varians Skor Soal

Suatu instrumen dikatakan reliabel apabila memenuhi koefisien

reabilitas suatu r11 lebih besar rtabel.

Interprestasi lebih rinci mengenai nilai r11 tersebut dibagi ke dalam

beberapa kategori sebagai berikut: Suherman dan Sukjaya (dalam Astuti,

2010:37).

r11 ≤ 0,00 Tidak Reliabel

0,00 < r11 ≤ 0,20 Reliabilitas Sangat Rendah

37

Page 38: Skripsi Yenita Rica S

0,20 < r11 ≤ 0,40 Reliabilitas Rendah (Kurang)

0,40 < r11 ≤ 0,60 Reliabilitas Sedang (Cukup)

0,60 < r11 ≤ 0,80 Reliabilitas Tinggi (Baik)

0,80 < r11 ≤ 1,00 Reliabilitas Sangat Tinggi (Sangat Baik)

Setelah data hasil uji coba dianalisis dengan menggunakan rumus

alpha di atas (lampiran B), diperoleh koefisien reabilitas sebesar

0,92(terlampir). ini berarti soal tes tersebut mempunyai derajat rebilitas

sangat tinggi, sehingga dapat dipercaya sebagai alat ukur.

3. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran soal suatu butir soal menunjukkan apakah butir

soal tersebut tergolong butir soal yang sukar, sedang, atau mudah. butir

soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu

sukar. Satu hal yang harus diperhitungkan oleh perancang tes adalah

mempertimbangkan tingkat kesukaran soal. Secara umum tingkat

kesukaran soal dapat diketahui secara empirik dari persentase (%) peserta

yang gagal dalam menjawab soal, secara rinci akan dijelaskan pada

analisis item.

Menghitung tingkat kesukaran (TK) soal yang berbentuk essay,

digunakan rumus yang dikemukakan oleh Karno to (dalam

Anggraini,2009:26) sebagai berikut:

atau

Sukjaya (dalam Astuti, 2010:38)

38

Page 39: Skripsi Yenita Rica S

Keterangan :

TK = Indeks Tingkat Kesukaran

JSA = Jumlah Skor Kelompok Atas

JSB = Jumlah Skor Kelompok Bawah

SIA = Jumlah Skor Ideal Kelompok Atas

SIB = Jumlah Skor Ideal Kelompok Bawah

Kriteria indeks kesukaran butir soal yang digunakan seperti yang

dikemukakan oleh Suherman dan Sukjaya (dalam Astuti,2010:38) yaitu:

TK = 0,00 Soal Terlalu Sukar

0,00 < TK ≤ 0,30 Soal Sukar

0,30 < TK ≤ 0,70 Soal Sedang

0,70 < TK ≤ 1,00 Soal Mudah

TK = 1 Soal Terlalu Mudah

Hasil analisis tingkat kesukaran (lampiran B), dapat dilihat pada

Tabel 4.

Tabel 4.Hasil Analisis Tingkat Kesukaran

No JSA JSB SIA TK Keterangan123456

5676105435059

172664182414

5878110505060

0,560,530,670,580,70,69

SedangSedangSedangSedangSedangSedang

39

Page 40: Skripsi Yenita Rica S

4. Daya pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan

antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang tidak

pandai (berkemampuan rendah). Angka yang menunjukkan besarnya daya

pembeda disebut juga dengan indeks deskriminasi (daya pembeda). Daya

pembeda (DP) setiap butir soal essay dapat dihitung dengan menggunakan

rumus:

Sukjaya (dalam Astuti,2010:39)

Keterangan :

DP = Indeks Daya Pembeda

SA = Jumlah Skor Kelompok Atas

SB = Jumlah Skor Kelompok Bawah

IA = Jumlah Skor Salah Satu Kelompok (kelompok atas atau

bawah)

Klasifikasi interprestasi untuk daya pembeda yang digunakan

menurut Suherman dan Sukjaya (dalam Astuti,2010:39) sebagai berikut:

DP ≤ 0,00 Sangat Jelek

0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek

0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup

0,40 < DP ≤ 0,70 Baik

0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat Baik

Hasil analisis daya pembeda (lampiran B), dapat dilihat pada Tabel 5.

40

Page 41: Skripsi Yenita Rica S

Tabel 5.Hasil Analisis Daya Pembeda

No JSA JSB SIA/B DP Keterangan123456

5676105435059

172664182414

5878110505060

0,550,650,470,560,560,95

BaikBaikBaikBaikBaik

Sangat Baik

Berdasarkan hasil ujicoba tes hasil belajar maka rekapitulasi hasil

ujicoba dapat disajikan dalam Tabel 6.

Tabel 6.Rekapitulasi Hasil Ujicoba Tes Hasil Belajar

No Validitas TingkatKesukaran

DayaPembeda

Ket

123456

0,490,550,500,470,420,46

SedangSedangSedangSedangSedangSedang

0,56 0,63 0,67 0,58 0,7 0,69

SedangSedangSedangSedangSedangSedang

BaikBaikBaikBaikBaik

Sangat Baik

DipakaiDipakaiDipakaiDipakaiDipakaiDipakai

E. Teknis Analisis Data

Teknis analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Menentukan skor rata-rata dan simpangan baku pada tes awal dan tes

akhir, untuk data hasil belajar pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol

dengan rumus:

41

0,55 0,65 0,47 0,56 0,56 0,95

Page 42: Skripsi Yenita Rica S

dan Sugiyono (dalam Jamal,

2004:40)

Keterangan:

= Nilai rata-rata hasil belajar siswa

fi = Frekuensi

s = Simpangan baku

n = Banyak sampel

2. Uji Normalitas

Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui kenormalan data.

Rumus yang digunakan dalam uji normalitas adalah uji kecocokan Chi-

kuadrat ( ) yaitu:

Sugiyono (dalam Jamal,2004:41)

Keterangan:

= Harga Chi-kuadrat yang dicari

= Frekuensi ukuran data

= Titik tengah interval kelas ke-i

Selanjutnya hitung dibandingkan dengan tabel dengan derajat

kebebasan (dk) = J – 1, dimana J adalah banyaknya kelas interval. Jika

hitung < tabel, maka dapat dinyatakan bahwa data berdistribusi normal.

42

Page 43: Skripsi Yenita Rica S

3. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah populasi

bertitik tolak dari keadaan yang sama (homogen) yaitu keseragaman

sebaran data atau varians sampel yang diambil populasi. Pengujian

homogenitas ini mengujikan uji varians dua peubah. Dengan demikian

hipotesis yang akan diuji adalah:

H0 = Hipotesis pembanding, kedua varians sama atau homogen

Ha = Hipotesis kerja, kedua varians tidak sama atau heterogen

Dimana dk1 = (n1 -1) dan dk2 = (n2 – 1)

Uji statistiknya menggunakan uji varians (F), dengan rumus:

(Sudjana, 1996:249)

Keterangan:

S12 = Varians Terbesar

S22 = Varians Terkecil

Kriteria pengujiannya adalah terima H0 jika

dan tolak H0 jika mempunyai harga-harga yang

lain.

4. Uji Kesamaan Rata-rata

Uji kesamaan rata-rata ini digunakan untuk menguji kesamaan

antara dua rata-rata data, dalam hal ini antara data kelompok eksperimen

dan data kelompok kontrol.

43

Page 44: Skripsi Yenita Rica S

a. Jika kedua data berdistribusi normal dan homogen, maka uji statistik yang

digunakan adalah uji-t dengan rumus:

dengan (Sudjana, 1996:239)

Keterangan:

= Nilai rata-rata kelompok eksperimen

= Nilai rata-rata kelompok kontrol

n1 = Jumlah responden kelompok eksperimen

n2 = Jumlah responden kelompok kontrol

s = Simpangan baku

kriteria pengujian ialah terima H0 jika

dimana didapat dari daftar distribusi t dengan dk = (n1 + n2 – 2)

dan peluang ( ). Untuk harga-harga t lainnya H0 ditolak.

b. Jika kedua data berdistribusi normal dan tidak homogen, maka uji statistik

yang digunakan adalah uji-t semu ( ) dengan rumus:

(Sudjana, 1996: 241)

Keterangan:

= Nilai rata-rata kelompok eksperimen

= Nilai rata-rata kelompok kontrol

44

Page 45: Skripsi Yenita Rica S

n1 = Jumlah responden kelompok eksperimen

n2 = Jumlah responden kelompok kontrol

S12 = Varians terbesar

S22 = Varians terkecil

Kriteria pengujian adalah terima hipotesis Ho jika:

dan tolak Ho jika terjadi sebaliknya,

dengan w1 = s12/n1, w2 = s2

2/n2, t1 = t ( , dan t2 = t ( ,

. Peluang untuk penggunaan daftar distribusi t ialah (

sedangkan dk-nya masing-masing (n1-1) dan (n2-1).

F. Prosedur dan Pelaksanaan Penelitian

Prosedur penelitian yang telah dilaksanakan melalui beberapa

tahap, yaitu :

a. Tahap persiapan, meliputi pembuatan perangkat pembelajaran, pembuatan

instrumen, dan pertimbangan hasil uji coba.

b. Tahap pelaksanaan, terdiri dari : pemberian pretes, kegiatan pembelajaran

dan pemberian postes.

c. Tahap analisis data, meliputi : pengumpulan data, penskoran, analisis data

dan menarik kesimpulan.

Pelaksanaan dilaksanaan di SMP Negeri 9 Lubuklinggau pada

kelas VIII semester II Tahun Pelajaran 2009/2010. Penelitian ini dimulai

45

Page 46: Skripsi Yenita Rica S

dari tanggal 13 Mei sampai dengan 22 Mei 2010. Pelaksanaan penelitian

dimulai dari pemberian tes awal (pretes) kemudian melaksanakan

pembelajaran dan pemberian tes akhir (postes) terhadap pembelajaran

dengan menggunakan pengajaran sistem individu. Pretes digunakan untuk

mengetahui kemampuan awal seluruh siswa dalam penggunaan materi

getaran. Sedangkan postes digunakan untuk mengetahui penguasaan

materi getaran yang merupakan keberhasilan siswa setelah mengikuti

proses pembelajaran.

46

Page 47: Skripsi Yenita Rica S

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Kemampuan Awal Siswa

Kemampuan awal siswa sebelum mengikuti pembelajaran dengan

penggunaan pengajaran sistem individu pada materi pokok geteran

merupakan data penelitian yang didapat dari tes awal atau soal diberikan

sebelum siswa mendapatkan pengajaran dari guru. Pelaksanaan tes awal

berfungsi untuk mengetahui kemampuan awal tentang topik atau materi

dari masing-masing kelompok, baik kelompok eksperimen maupun

kelompok kontrol. Soal tes awal diambil dari materi pokok geteran dengan

menggunakan 6 (enam) buah soal berbentuk essay yang telah diketahui

validitas, reabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran soal.

Dari hasil tes awal didapat bahwa nilai rata-rata untuk kelas VIII-F

yang berjumlah 31 orang sebagai kelas eksperimen dengan menggunakan

pengajaran sistem individu yaitu 21,12 dan simpangan baku yaitu 12,15,

sedangkan nilai rata-rata untuk kelas VIII-E yang berjumlah 31 sebagai

kelas kontrol atau yang tidak menggunakan pengajaran sistem individu

yaitu 17,90 dan simpangan baku yaitu 10,49. Hasil analisis ini tergolong

rendah disebabkan siswa belum mendapat materi pokok getaran, untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7.

47

Page 48: Skripsi Yenita Rica S

Tabel 7.Rata-Rata dan Simpangan Baku (s)Hasil Pretest kemampuan awal siswa

Kelas Rata-rata Simpangan baku (s)

EksperimenKontrol

21,1217,90

12,1510,49

2. Kemampuan Akhir Siswa

Kemampuan akhir siswa dalam penguasaan materi Getaran,

merupakan hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.

Kemampuan akhir diperoleh melalui post-test (tes akhir). Pelaksanaan

post-test berfungsi untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti

proses belajar mengajar yang dilaksanakan secara berbeda antara kelas

eksperimen dan kelas kontrol.

Dari hasil perhitungan (terlampir), dapat dikemukakan rakapitulasi

hasil rata-rata dan simpangan baku dari hasil post-test yang dapat dilihat

pada tabel 8.

Tabel 8.Rata-Rata dan Simpangan Baku (s)Hasil Post test kemampuan akhir siswa

Kelas Rata-rata Simpangan baku (s)

EksperimenKontrol

71,7551,24

6,365,53

Dari hasil post-test, dapat dibandingkan dengan kemampuan awal

siswa (pre-test), terdapat peningkatan setelah mengikuti pembelajaran.

48

Page 49: Skripsi Yenita Rica S

Skor rata-rata tes awal kelas eksperimen adalah 21,12, sedangkan skor

rata-rata tes akhir adalah 71,75, berarti terjadi peningkatan sebesar 50,63.

Skor rata-rata tes awal pada kelas kontrol adalah 17,90 sedangkan skor

rata-rata tes akhir adalah 51,24. Hal ini berarti terjadi peningkatan rata-rata

skor sebesar 33,34. Jadi, peningkatan rata-rata kelas eksperimen lebih

tinggi dibandingkan peningkatan rata-rata pada kelas kontrol,

3. Pengujian Hipotesis Penelitian

Perolehan dari pengolahan data, baik pada kelas eksperimen

maupun kelas kontrol selanjutnya dipergunakan untuk pengujian hipotesis

penelitian, guna mengetahui apakah penggunaan pengajaran sistem

individu memiliki pengaruh terhadap hasil belajar siswa untuk materi

pokok getaran. Dalam pengujian hipotesis ini, analisis yang dipergunakan

adalah uji-t dengan taraf signifikan 5%. Sebelum pengujian dilakukan

terlebih dahulu diadakan uji normalitas dan uji homogenitas varians dari

data tersebut.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah data hasil tes siswa

berdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan ketentuan perhitungan

statistik mengenai uji normalitas data (terlampir) dengan taraf kepercayaan

α = 0,05, jika χ2hitung < χ2

tabel, maka masing-masing data berdistribusi

normal.

49

Page 50: Skripsi Yenita Rica S

Hasil perhitungan uji normalitas tes awal dan tes akhir untuk kedua

kelompok dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9. Hasil Uji Normalitas Skor Tes Awal dan Tes Akhir

Kelas χ2hitung Dk Χ2

tabel Kesimpulan

Eksperimen 1. Tes

Awal 2. Tes

Akhir

5,0536,93

66

11,111,1

NormalNormal

Kontrol 1. Tes

Awal 2. Tes

Akhir

9,3610,12

66

11,111,1

NormalNormal

Pada tabel 9. menunjukkan bahwa nilai χ2hitung data tes awal maupun

tes akhir untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol lebih kecil daripada

χ2tabel. Berdasarkan ketentuan pengujian normalitas dengan menggunakan

uji χ2 (chi-kuadrat) dapat disimpulkan bahwa masing-masing dapat untuk

tes awal maupun tes akhir kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi

normal pada taraf kepercayaan α =0,05 dan derajat kebebasan (dk) = 5.

b. Uji Homogenitas

Uji homoginitas ini bertujuan untuk melihat apakah hasil post-test

(tes akhir) pada kedua kelas sampel mempunyai varians yang homogen

atau tidak. Dari uji homogenitas varians tes awal dan tes akhir pada taraf

kepercayaan α =0,05 dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10. Hasil Uji Homogenitas Skor Tes Awal dan Tes Akhir

50

Page 51: Skripsi Yenita Rica S

χ2hitung Dk Χ2

tabel Kesimpulan

Tes Awal 1,34 (30;30) 1,84 Homogen

Tes Akhir 1,32 (30;30) 1,84 Homogen

Pada tabel 10. menunjukkan bahwa varians kedua kelompok yang

dibandingkan pada tes awal dan tes akhir adalah homogen karena F hitung <

F tabel pada taraf kepercayaan α =0,05.

c. Uji Kesamaan Dua Rata-rata

Berdasarkan hasil uji normalitas dan homogenitas, maka kedua

kelompok data tes awal adalah normal dan homogen. Begitu juga hasil tes

akhir adalah normal dan homogen. Dengan demikian uji kesamaan dua

rata-rata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk data tes awal

maupun tes akhir dapat menggunakan uji t. Hasil uji t (terlampir) untuk tes

awal dan tes akhir pada dilihat pada tabel 11.

Tabel 11. Uji Kesamaan Dua Rata-rata Tes Awal dan Tes Akhir

thitung Dk Ttabel Kesimpulan

Tes Awal 1,18 60 1,67 thitung < ttabel H0 diterima

Tes Akhir 14,36 60 1,67 thitung > ttabel H0 ditolak

Pada tabel 11. menunjukkan bahwa hasil analisis uji t mengenai

kemampuan awal siswa menunjukkan bahwa kelas eskperimen dan kelas

51

Page 52: Skripsi Yenita Rica S

kontrol mempunyai kemampuan awal yang sama dengan taraf

kepercayaan α = 0,05 karena thitung < ttabel (1,18 < 1,67).

Setelah diberikan pembelajaran yang berbeda untuk kelas

eksperimen dan kelas kontrol terjadi peningkatan skor. Peningkatan skor

tersebut merupakan hasil belajar siswa. Kelas eksperimen diberikan

pengajaran dengan menggunakan pembelajaran sistem individu sedangkan

pada kelas kontrol diberikan pembelajaran konvensional. Hipotesis

statistik yang diuji dalam perhitungan uji t pada tes akhir adalah:

H0 = Hipotesis pembanding, rata-rata skor kelas eksperimen kurang dari

atau sama dengan rata-rata skor kelas kontrol.

Ha = hipotesis kerja, rata-rata skor kelas eksperimen lebih besar dari rata-

rata skor kelas kontrol.

Berdasarkan hasil perhitungan uji t mengenai kemampuan akhir

(terlampir) menunjukkan bahwa thitung > ttabel (14,36 > 1,67). Hal ini berarti

H0 ditolak, dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini

diterima kebenarannya. Jadi “Ada pengaruh signifikan pembelajaran

dengan menggunakan pengajaran Sistem Individu terhadap hasil belajar

fisika siswa.

B. Pembahasan

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah adakah

pengaruh yang signifikan pada pembelajaran fisika dengan pembelajaran

sistem individu terhadap hasil belajar siswa pada pokok bahasan getaran di

52

Page 53: Skripsi Yenita Rica S

SMP Negeri 9 Lubuklinggau. Dimana pada kelas eksperimen, peneliti

menerapkan pembelajaran sistem individu dan kelas kontrol diberikan

model pembelajaran konvensional.

Untuk hasil belajar fisika pada materi “Getaran” dalam penelitian

ini peneliti hanya meneliti dari segi kognitifnya yaitu dalam bentuk tes

yang berisi pertanyaan untuk mengukur kemampuan pengetahuan,

intelegensi, dan kemampuan siswa yang dimiliki oleh siswa seperti yang

dikemukakan oleh Bloom yang menyatakan bahwa perubahan kognitif

siswa terdiri dari enem bagian yaitu: pemahaman, pengetahuan, penerapan,

analisis, sintesis dan evaluasi.

Pada analisis data penelitian yang telah dilakukan oleh penulis

dengan cara memberikan tes. Pada tes awal, kelas eksperimen nilai rata-

rata hasil tes awalnya adalah = 21,12 dan kelas kontrol nilai rata-rata

hasil tes awalnya adalah = 17,90, thitung < ttabel yaitu thitung = 1,18 dan ttabel =

1,67, sedangkan pada tes akhir didapat kelas eksperimen mendapat hasil

yang lebih besar dibandingkan dengan kelas kontrol dimana pada kelas

eksperimen nilai rata-rata hasil tes akhirnya adalah = 71,75, sedangkan

pada kelas kontrol nilai rata-rata hasil tes akhirnya adalah = 51,24, dan

dari thitung > ttabel yaitu thitung = 14,36 dan ttabel = 1,67.

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan

pengajaran sistem individu pada materi pokok getaran berpengaruh

terhadap hasil belajar siswa di kelas VIII SMP Negeri 9 Lubuklinggau,

dengan H0 ditolak dan Ha diterima maka rata-rata skor kelas eksperimen

53

Page 54: Skripsi Yenita Rica S

lebih besar dari rata-rata skor kelas kontrol. Dari analisis dan pembahasan

di atas disimpulkan bahwa kelas yang diajarkan dengan penggunaan

pengajaran sistem individu mendapatkan hasil yang lebih baik dari pada

kelas yang tidak menggunakan pengajaran sistem individu atau

konvensional, khususnya untuk materi pokok getaran.

Dengan demikian hipotesis yang berbunyi “Ada pengaruh yang

signifikan pada pembelajaran fisika dengan pengajaran sistem individu

terhadap hasil belajar siswa.” dapat diterima.

Pembelajaran sistem individu pada penelitian eksperimen ini

diduga merupakan pembelajaran yang efektif yang dapat meningkatkan

hasil belajar fisika siswa secara maksimal. Oleh karena itu hasil belajar

siswa sebagai tolak ukur yang harus diuji kebenarannya. Hasil belajar

siswa dengan analisis data di dalam penelitian ini menunjukkan bahwa

siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajaran Sistem individu

hasil belajarnya berbeda secara signifikan dan lebih baik dari pada siswa

yang diajarkan dengan pembelajaran Konvensional.

Hasil pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran sistem

individu lebih baik dikarenakan model ini menekankan pada pemahaman

konsep pada diri siswa dengan cara siswa mencari dan menemukan sendiri

apa yang telah mereka pelajari, sehingga mereka tidak pernah lupa akan

pelajaran yang didapatnya. Berbeda dengan siswa yang hanya tahu dan

menghapal materi yang disampaikan, hal ini akan cepat terlupakan oleh

siswa seiring dengan berjalannya waktu.

54

Page 55: Skripsi Yenita Rica S

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada kelas VIII SMP

Negeri 9 Lubuklinggau, proses pembelajaran dengan menggunakan

pembelajaran Konvensional lebih rendah dibandingkan dengan

menggunakan pembelajaran sistem individu. Pembelajaran konvensional

ternyata memiliki kelemahan, dimana kegiatan lebih berpusat pada guru.

Siswa hanya menerima apa yang guru jelaskan, saat diberi kesempatan

mereka enggan bertanya walaupun mereka belum mengerti. Saat proses

belajar mengajar, beberapa siswa menguap karena mengantuk dan wajah

mereka mengekspresikan kebosanan, hal ini disebabkan karena mereka

sama sekali tidak termotivasi dan tidak tertarik dengan apa yang dijelaskan

oleh guru. Saat dievaluasipun banyak siswa yang mengalami kesulitan

walaupun soal yang diberikan relatif mudah. Karena mereka sebenarnya

belum paham dan mengerti dengan materi yang diberikan.

Berbeda dengan kelas yang diajarkan dengan menggunakan

pembelajaran Sistem Individu dimana siswa lebih aktif di dalam

kelompok-kelompok kecil, saling bekerja sama dan berdiskusi. Disini

siswa memperlihatkan kemampuan individu dan kemampuan

kelompoknya.

55

Page 56: Skripsi Yenita Rica S

BAB VSIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan

sebelumnya, mengenai pengaruh pembelajaran fisika dengan pengajaran

sistem individu terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok getaran

pada siswa SMP Negeri 9 Lubuklinggau kelas VIII tahun ajaran

2009/2010, ditunjukkan dengan adanya perbedaan pemahaman yang

signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dari hasil analisis

dengan uji-t diperoleh harga thitung = 14,36, dengan dk = 60 dan α = 5%

diperoleh harga ttabel = 1,67. Karena thitung > ttabel, maka dapat disimpulkan

bahwa, hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran Sistem

Individu lebih baik dari pada hasil belajar siswa yang menggunakan model

pembelajaran Konvensional.

B. Saran

Sehubungan dengan hasil penelitian ini, maka peneliti memberikan

saran yang berguna untuk lebih dapat meningkatkan hasil belajar siswa

disekolah yaitu:

1. Peran guru dalam mengembangkan kreativitas belajar perlu

ditingkatkan agar hasil belajar siswa lebih optimal.

56

Page 57: Skripsi Yenita Rica S

2. Hendaknya setiap siswa berusaha belajar secara kreatif, aktif, dan

penuh kesungguhan.

3. Siswa dituntut lebih banyak latihan dan membahas soal-soal

bersama dengan dibimbing oleh guru agar siswa lebih aktif dalam

memahami materi yang sedang diajarkan khususnya materi getaran.

57

Page 58: Skripsi Yenita Rica S

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 1998. Guru dalam proses belajar mengajar. Jakarta: Sinar baru Algensindo

, 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Astuti, Dewi. 2010. Penggunaan Media Power Point Dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Pokok Bahasan Tata Surya Di SMP Suka Mulya Tahun Ajaran 2009-2010. (Tidak dipublikasikan). Lubuklinggau: Skripsi STKIP-PGRI lubuklinggau.

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. UU Sistem Pendidikan Nasional. Semarang: Aneka Ilmu

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri.2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Hamalik, Oemar. 1992. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar baru Algensido.

http://alberthrs.wordpress.com/2009/03/09/ penyebab-siswa-kurang-semangat- dan-solusinya / (20 Februari 2010).

Jamal. 2004. Hubungan Minat Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika Kelas VIII di SMP Negeri 7 Lubuklinggau. (Tidak dipublikasikan). Lubuklinggau: Skripsi STKIP-PGRI Lubuklinggau.

Kurnia, Asep Rudi .2007. Pengaruh Pemberian Belajaran Tambahan Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Negeri 22 Lubuklinggau. (Tidak dipublikasikan). Lubuklinggau: Skripsi STKIP-PGRI lubuklinggau.

Mangunwiyoto Harjono, Widagdo. KTSP 2006. Pokok-pokok Fisika SMP. Jakarta: Erlangga

58

Page 59: Skripsi Yenita Rica S

Roestiyah. 1994. Masalah Pengajaran Sebagai Suatu Sistem. Jakarta: Rineka Cipta.

Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar dan Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta

Sudjana.1996. Metode Statistika. Bandung: Tarsito

, 1989. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2002. Statistika untuk penelitian. Jakarta: Alfabeta

Suherman dan Sukjaya. 1990. Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung : Wijaya Kusumah.

Suryani, Elsi. 2006. Pengaruh Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Sistem Individu (Personalized System Of Instruction) Terhadap Motivasi Belajar Fisika di SMP Negeri 14 Kota Bengkulu. (Tidak Dipublikasikan). Skripsi Universitas Bengkulu

Tim Penyusun Pedoman Penulisan Makalah dan Skripsi STKIP-PGRI Lubuklinggau. 2009. Pedoman Penulisan Makalah dan Skripsi. Lubuklinggau. Percetakan STKIP-PGRI Lubuklinggau

Uno, Hamzah.2007. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif Dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

59