milaistyping.files.wordpress.com · web viewkami membuat makalah ini, karena kami ingin memenuhi...
Post on 06-Nov-2020
11 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ii
Daftar Isi
Sampul Makalah.......................................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................ii
Kata Pengantar........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Sejarah dari Kampung Manusia Pasir.......................................................3
2.2 Perilaku Orang-Orang di Kampung Manusia Pasir...................................6
2.3 Bahasa Orang-Orang di Kampung Manusia Pasir....................................8
2.4 Stereotipe Orang-Orang di Kampung Manusia Pasir................................9
2.5 Kesan terhadap Madura dan terhadap Kegiatan PKL.............................10
BAB III KESIMPULAN.......................................................................................11
ii
Kata Pengantar
Puji syukur kami ucapkan terima kasih kepada Allah S.W.T. yang telah mem-
berikan kesehatan serta kesempatan bagi kami untuk dapat menyelesaikan makalah
ini dengan baik, lancar dan benar. Tak lupa shalawat serta salam semoga tetap ter-
curahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad S.A.W. dan semoga kita
semua mendapatkan syafa’atnya kelak di hari kiamat.
Selanjutnya, kami menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas PKL
Madurese Studies yang dilaksanakan pada tanggal 24 November 2015 di Sumenep,
Madura, Jawa Timur. Tempat-tempat yang dikunjungi antara lain; Kampung Manusia
Pasir dan Astatinggi.
Kami sadar bahwa makalah yang kami buat ini jauh dari kesempurnaan,
karena tidak ada orang yang hidup di dunia ini dengan sempurna. Untuk itu, kami
mohon kritik dan saran yang membangun dan mengarah pada perbaikan makalah ini,
guna sebagai perbaikan dalam pembuatan makalah yang mendatang agar dapat jauh
lebih baik lagi. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini. Dan besar harapan kami, semoga
makalah ini bisa bermanfaat bagi semua orang.
BAB I
ii
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Madurese
Studies, mahasiswa serta mahasiswi membutuhkan kemampuan yang cukup
dalam me-nangani berbagai hal, baik dalam hal pemikiran maupun praktiknya.
Bukan hanya otot dan materi yang kami butuhkan, melainkan kemampuan untuk
berpikir dengan cepat dalam pemahaman materi, serta kebersamaan dan
kekompakan an-tar kelompok juga men-jadi hal yang tak boleh dilupakan.
Kami membuat makalah ini, karena kami ingin memenuhi tugas Praktek
Kerja Lapangan (PKL) Madurese Studies yang telah dilaksanakan di Sumenep,
Madura, Jawa Timur. Selain itu, kami juga ingin mendapatkan ilmu dan ingin
mencoba hal-hal baru yang belum pernah kami coba. Dengan diadakannya
kegiatan ini kami merasa telah mendapatkan ilmu pengetahuan baru yang
tentunya sangat bermanfaat.
1.2 Rumusan Masalah
i. Bagaimana sejarah dari Kampung Manusia Pasir?
ii. Bagaimana perilaku orang-orang yang ada di Kampung Manusia Pasir dan
apa saja perilaku-perilaku yang menarik?
iii. Bagaimana bahasa orang-orang di Kampung Manusia Pasir?
iv. Bagaimana stereotipe orang Madura ada di Kampung Manusia Pasir?
v. Bagaimana kesan terhadap Madura selepas kegiatan Prakterk Kerja
Lapangan (PKL) ini dan bagaimana kesan terhadap kegiatan ini?
1.3 Tujuan
ii
Bagi teman-teman, kalian bisa mendapatkan tambahan ilmu dengan membaca
makalah kami. Jika isi dari makalah kalian tidak sama dengan makalah yang kami
buat, dan begitu pula sebaliknya, tentunya bisa dijadikan pedoman untuk saling
mengoreksi satu sama lain dan juga makalah kami bisa dijadikan referensi atau
acuan, jika ada yang membutuhkannya.
Selain itu, dalam pembuatan makalah ini kami juga ingin mengetahui lebih
dalam tentang budaya-budaya di Madura khususmya di tempat yang kami kun-
jungi. Guna sebagai pengetahuan baru yang di khususkan pada Kabupaten Su-
menep di Madura.
BAB II
ii
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah dari Kampung Manusia Pasir
Sampai saat ini, tampaknya belum ada catatan sejarah yang lengkap dan benar
yang menjelaskan kapan penduduk di Kampung Manusia Pasir mulai melakukan
aktivitas kehidupannya di atas hamparan pasir. Yang jelas, tradisi tersebut merupakan
warisan nenek moyang mereka yang masih lestari hingga saat ini.
Kedua narasumber kami juga memaparkan hal demikian. Narasumber yang
pertama, yaitu kedua wanita paruh baya yang sedang bercengkrama dengan akrab
satu sama lain di atas hamparan pasir mengatakan bahwa pasir-pasir itu berasal dari
nenek moyang mereka yang terdahulu. Mereka hanya mengetahui, sejak mereka lahir
pasir itu memang sudah ada dan mereka dibiasakan oleh orangtua mereka untuk
akrab dengan pasir, sebagai contohnya yaitu tidur atau bahkan melakukan aktivitas
lain di atas pasir. Mereka juga meyakini bahwa pasir bisa dijadikan alat untuk me-
nyembuhkan berbagai macam penyakit. Salah satu contoh yang sering terjadi pada
penduduk di sana adalah reumatik.
ii
Sedangkan narasumber kami yang kedua, berasal dari sebuah keluarga kecil
yaitu keluarga Bapak Nawir. Bapak Nawir merupakan seorang nelayan−mayoritas
penduduk di sana adalah nelayan−yang setiap harinya berlayar dari dzuhur hingga
kembali keesokan hari pada jam 10 pagi. Bapak Nawir dengan istri beserta anaknya
terlihat sedang menikmati family time mereka di hamparan pasir di depan rumah me-
reka. Pada awalnya kami merasa sungkan karena mereka tampak sedang ber-
cengkrama. Namun untungnya, mereka menyambut kami dengan ramah dan mem-
persilahkan kami untuk meawancari mereka. Bapak Nawir menjelaskan pada kami
tentang asal usul tradisi pasir tersebut tidak jauh berbeda dengan penjelasan nara-
sumber kami yang pertama, yaitu berasal turun-temurun dari nenek moyang mereka.
Beliau juga menjelaskan bahwa penduduk di sana meyakini pasir tersebut berasal dari
gunung pasir daerah cemara atau mereka biasa menyebutnya lok-polok.
Satu hal yang mebuat kami kagum adalah pasir yang ada di rumah-rumah
penduduk sangat halus dan bersih. Bapak Nawir menjelaskan bahwa pasir-pasir itu
setiap harinya−tepatnya pada pagi hari−selalu diayak agar selalu halus. Hal ini
dimaksudkan agar mereka tetap nyaman saat pasir-pasir itu digunakan untuk tidur.
Satu hal lagi yang membuat kami tercengang ternyata di bawah pasir tersebut ada air
yang kedalamannya ± antara 5-10 meter di bawah permukaan pasir tersebut. Bapak
Nawir menggali hamparan pasir tersebut−namun tidak cukup dalam−kemudian salah
satu dari teman kami mencoba menyentunya. Dan dia berkata jika memang terasa
sedikit basah. Lain halnya lagi jika dekat dengan laut, bisa hanya mencapai 1.5 meter.
Hal lain yang membuat kami bertanya-tanya adalah saat kami melihat ada
kuburan yang diatasnya diberi pasir. Tentu hal tersebut sangat asing, apalagi untuk
kami. Bapak Nawir menjelaskan bahwa pasir tersebut bisa menahan tanah kuburan
agar tidak ambruk karena panas atau kekeringan. Jika kalian berasumsi bahwa di
Kam-pung Manusia Pasir semua penduduk di sana terbiasa tidur di atas pasir, maka
asumsi kalian salah. Menurut penjelasan istri dari Bapak Nawir, mayoritas penduduk
di sana memang terbiasa. Namun, jika ada mayoritas pasti ada pula minoritas. Ada
sebagian atau beberapa penduduknya yang memang tidak terbiasa tidur di atas pasir,
entah apa alasannya.
ii
Di dekat Kampung Manusia Pasir tersebut ada pantai yang jaraknya hanya
satu kilometer dari rumah penduduk. Pantai tersebut bernama Pantai Lombang. Pantai
Lombang sangat indah menurut pendapat kami. Dan kami juga membenarkan ucapan
dari Bapak Nawir bahwa pasir di Pantai Lombang ini lebih kuning dan bersih dari
pasir di rumah penduduk.
ii
2.2 Perilaku Orang-Orang di Kampung Manusia Pasir
Selama wawancara berlangsung, kami juga sembari mengamati perilaku ke-
dua narasumber kami mulai dari cara berbicara mereka, tutur bahasa mereka, hingga
ada beberapa sikap mereka yang membuat kami tertarik.
Cara berbicara dan tutur bahasa mereka mempunyai ciri khas tersendiri. Di-
mulai dari narasumber pertama, yaitu kedua wanita paruh baya yang mempunyai
logat khas Sumenep. Bagi salah satu dari kami−Mila Kurniati−logat khas orang
Sumenep mempunyai intonasi yang lucu. Karena berasal dari Bangkalan, jadi cukup
aneh saja mendengar logat seperti yang seperti itu. Dan juga bagi salah seorang dari
kami−Aprilia Fatin−logat orang di Kampung Manusia Pasir terdengar asing. Karena
notabenenya dia berasal dari Tuban, Jawa Timur. Namun, hal tersebut juga mem-
berikan hiburan tersendiri bagi kami atas kekhasan mereka.
Lain halnya lagi dengan narasumber kami yang kedua, Bapak Nawir. Kami
awalnya sedikit heran karena dari cara Bapak Nawir berbicara sama sekali tidak
menunjukkan bahwa Bapak Nawir merupakan orang Sumenep asli. Hal ini di-
karenakan Bapak Nawir bisa dengan lancar menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
teman-teman dalam Bahasa Indonesia. Tentu saja hal itu membuat kami takjub.
Ada beberapa hal menarik yang kami temukan dalam proses mewawancari
keluarga Bapak Nawir, yaitu putrinya. Di wajah anaknya itu terdapat beberapa pasir
yang kami yakini bahwa dia baru saja bermain di hamparan pasir di depan rumahnya.
Anak perempuan itu terlihat tidak terganggu dengan pasir yang ada di wajahnya,
malah dia terlihat nyaman di pangkuan ibunya sambil mendengarkan proses wa-
wancara yang dilakukan kami dan teman-teman. Hal ini seakan membenarkan bahwa
dia memang sudah dibiasakan untuk akrab dengan pasir sejak kecil sekalipun tanpa
ada rasa tidak nyaman karena ada pasir di wajahnya. Anak perempuan itu bahkan
tidak berniat sama sekali membersihkan pasir itu.
Hal menarik lainnya kami temukan dibeberapa rumah penduduk di Kampung
Manusia Pasir, yaitu tumpukan pasir berbentuk persegi panjang di depan rumah
ii
masing-masing. Hampir semua rumah penduduk memiliki tumpukan pasir berbentuk
persegi panjang ini di depan rumahnya.
ii
2.3 Bahsa Orang-Orang di Kampung Manusia Pasir
Ditinjau dari segi bahasa, bahasa yang digunakan oleh penduduk di Kampung
Manusia Pasir tidak jauh berbeda dengan Bahasa Madura pada umumnya. Namun,
memang ada beberapa penggunaan kosakata yang sedikit berbeda dengan peng-
gunaan kosakata dalam Bahasa Madura khususnya di Bangkalan. Sebagai contoh,
untuk mengatakan tidak kepada teman sebaya−dengan kata lain adalah bahasa ka-
sarnya−orang Bangkalan biasanya menggunakan “lok”, namun lain halnya dengan di
Sumenep, mereka menggunakan “tak” sebagai ungkapan tidak dalam Bahasa Ma-
dura. Itulah yang menjadi sisi unik dari Bahasa Madura Walaupun berada dalam satu
kepulauan, namun terdapat beragam bahasa setiap Kabupaten di Pulau Madura. Un-
tuk logat juga membuat kekhasan tersendiri, seperti yang sudah dibahas sebelumnya.
ii
2.4 Stereotipe Orang-Orang di Kampung Manusia Pasir
Mungkin menurut pengetahuan kita kebanyakan, stereotipe orang Madura
lebih banyak ke arah negatif, yaitu; galak, kaku, garang, kasar, kurang me-
nyenangkan, dan lain sebagainya. Mungkin sebagian memang benar, namun tidak se-
mua orang Madura memiliki stereotipe seperti yang telah disebutkan tadi. Seperti
halnya yang kita temukan di Kampung Manusia Pasir. Mereka semua menyambut
kedatangan kami dengan ramah.
Dalam proses wawancara juga demikian, narasumber kami juga menyambut
kami dengan ramah. Bapak Nawir awalnya sedikit kebingungan dengan kedatangan
kami, namun pada akhirnya Bapak Nawir dan keluarga menyambut kami dengan baik
saat hendak menjalankan proses wawancara.
Selama proses wawancara berlangsung, Bapak Nawir berbicara dengan
pelan−bahkan terkesan lembut−untuk ukuran seorang laki-laki. Jauh sekali dari
prediksi kita bahwa orang Madura berbicara dengan sangat lantang. Kami sendiri
masih sedikit ragu dengan yang satu ini. Entah memang cara berbicaranya sudah se-
perti ini atau Bapak Nawir masih canggung menjawab pertanyaan kami.
ii
2.5 Kesan terhadap Madura dan terhadap Kegiatan Praktek
Kerja Lapangan (PKL) Madurese Studies
Kesan pertama yang terlintas di benak kami terhadap Madura selepas dari
kegiatan ini adalah menakjubkan! Mungkin kebanyakan orang berpikir bahwa Ma-
dura merupakan pulau yang sangat gersang secara keseluruhan. Namun, tidak
menampik bahwa Madura memiliki tradisi unik yang dapat dijadikan sarana pe-
nelitian. Wisata di Madura juga tidak kalah menakjubkan dengan wisata-wisata yang
berada di luar Madura. Meski tidak seramai dengan wisata di luar pulau, namun
cukup untuk sekedar melepas penat. Jika saja penduduk di sekitar wisata lebih bisa
mengelola tempat wisata yang berada di luar pulau, kami yakin Madura bisa lebih
berkembang dari sector pariwisata.
Dengan adanya kegiatan PKL ini kami sangat bersyukur bisa mengetahui
sedikit seluk-beluk di Madura. Selain menambah pengetahuan, PKL ini bisa menjadi
sarana agar lebih dekat dengan alam karena turun secara langsung ke lapangan. Mes-
kipun pada awalnya kami cukup kecewa karena tempat-tempat yang dituju tidak
sesuai dengan perkiraan yang sebelumnya. Perjalanan ke Sumenep cukup memakan
waktu yang lama, oleh karena itu kami dan teman-teman hanya bisa mengunjungi dua
tempat yang ada di Sumenep. Museum dan beberapa tempat di Pamekasan yang
awalnya hendak kami kunjungi terpaksa batal karena terbatasnya waktu. Namun,
dengan mengunjungi pantai yang ada di dekat Kampung Manusia Pasir, setidaknya
perasaan kecewa kami sedikit terbayarkan dengan pemandangan yang disuguhkan
pantai tersebut.
ii
BAB II
KESIMPULAN
Secara keseluruhan kegiatan PKL Madurese Studies ini sangat bermanfaat
bagi Mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura. Hal ini dikarenakan dapat me-
nambah pengetahuan tentang pulau tempat mereka mengenyam pendidikan. Ma-
hasiswa dari luar Pulau Madura juga pastinya akan sangat terbantu dengan
diadakannya kegiatan PKL Madurese Studies ini karena belum sepenuhya tau tentang
seluk-beluk Madura. Apalagi bisa secara face-to-face untuk mendapatnya berbagai
informasi penting secara langsung. Intinya, kami mendapatnya banyak pengalaman
baru yang berharga.
ii
Makalah Kampung Manusia Pasir di Sumenep
MADURESE STUDIES
Praktek Kerja Lapangan
Dosen Pengampu:
Iqbal Nurul Azhar, S.S, M.Hum
Disusun Oleh:
Mila Kurniati (150511100084)
Aprilia Fatin (150511100088)
PROGRAM STUDI SASTRA INGGRIS
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
BANGKALAN, 2015
top related