edisi 5 mata sumenep

28
17 NOVEMBER 2014 | MATA SUMENEP | 1

Upload: e-mata-sumenep

Post on 07-Apr-2016

311 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Tabloid Budaya, Agama dan Politik

TRANSCRIPT

17 NOVEMBER 2014 | MATA SUMENEP | 1

2 | MATA SUMENEP | 17 NOVEMBER 2014

one stop event

susunan redaksi

Kantor Redaksi: Jl Matahari 64 Perum Satelit, Tlp (0328) 673100 Email: [email protected] , [email protected] PIN BB: 7D0B6F42

Komisaris : Asmawi Desain Grafi s : Ahmad YadiDewan Redaksi : Moh. Jazuli, Ali Humaidi Manajer Iklan&Promosi : M. Adi IrawanDewan Ahli : Fathorrahem, M. Ilyas Penagih Iklan : Fathor RahemRedaktur Tamu : Suhaidi Manajer Sirkulasi & Distribusi : Moh. JunaediDirektur : Hambali Rasidi Keuangan : Imraatun Nisa’Pemimpin Redaksi : HambaliRasidi Penerbit : PT MATA SUMENEP INTERMEDIARedaktur : Rusydiyono NPWP : 70.659.553.5-608-000 Reporter : Rusdiyono, Mahdi, SIUP : 503/29/SIUP-M/435.213/2014 Ahmad Faidi, Imam Rasyidi, TDP : 13.21.1.58.00174.

Asip Kusuma

Pembaca Mata Sumenep, kali ini, redaksi menurunkan

liputan One Stop Event sebagai cara Bupati

Abuya Busyro Karim mendongkrak ekonomi

warganya.

11

4

24

salam redaksi

12

19Lirik Lagu sadar

Sarat Pesan Sufistik

Aktor Dibalik Kesuksesan Pegelaran Budaya saat Hari Jadi Sumenep ke 745

Bupati Makan Nasi "Pocong" Beralas Daun Jati

Komunitas Vespa nyambangi Rumdis Bupati Abuya Busyro Karim

Gila...Spektakuler...begitulah bentuk kekaguman, siapa pun yang melihat one stop event di hari Minggu, 9 November, di jantung kota Sumenep. Kegiatan dimulai secara maraton dan an-tusiasme warga begitu dahsyat yang da-tang dari segala penjuru Sumenep.

TESTIMONI

17 NOVEMBER 2014 | MATA SUMENEP | 3

Overload

Tidak sampai 1 jam, 10 ribu piring Campor ludes diserbu warga. Kejadian ini, tentu di luar antisipasi. Panitia tidak berpikir

jauh antusiasme warga Sumenep yang begitu luar biasa untuk menikmati rangkaian one stop event. Panitia sebatas menyediakan 10 ribu porsi Campor, yang bisa memecahkan Museum Rekor Indonesia (MURI).

Di menit-menit terakhir warga yang telat men-ukarkan kupon makanan, harus menyisir stand. Hasilnya juga gigit jari. “Cepat habis. Saya sama anak-anak harus muter-muter cari stand yang masih ada, tapi juga nihil” cerita Wardani (37) war-ga Desa Kolor, Sumenep.

Pesta Kuliner khas Sumenep ini, kian meriah, dengan aksesoris pelayan makanan Campor, me-makai baju tradisional Madura, Sakerah dan Mar-lena. Termasuk seluruh pejabat Pemkab Sumenep mengenakan baju serupa.

Pesta rakyat kuliner yang digagas Tim Peng-gerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Kabupaten Sumenep ini melibatkan selu-ruh penjual Campor dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), BUMN dan BUMD, serta PKK Kecamatan.

Campor merupakan makanan khas Sumenep. Wujudnya serupa soto. Sajiannya berupa irisan lon-tong berpadu kuah santan berbalut ulekan kacang di-campur daging sapi dipotong dadu kecil-kecil, ditam-bah bihun atau soun dan taburan kecambah pendek yang digoreng. Agar rasanya kian uenak..., Campor bisa disantap dengan korket atau singkong goreng yang dibentuk lonjong. Rasanya bener-bener mantap di lidah. Asin, manis, dan pedas, perpaduannya benar-benar bikin ketagihan, siapa pun yang mencicipinya.

Nurfitriana Busyro Karim, Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Sumenep, selaku panitia, menyebut, makanan Campor yang tersaji melibatkan semua kader PKK untuk mempromosikan wisata Kuliner Sumenep. “InsyaAllah, ini masuk kategori pesta kuliner terbesar di Nusantara,” tutur ibu Fitri.

Darimana ihwal ide ini? Nurfitriana menjelaskan, makanan Campor mempunyai keunggulan tersendiri. Dari harga beli tergolong murah, bahan baku mudah di-dapat alias tidak sulit. Terpenting, cita rasa sesuai dengan lidah banyak orang. Kenapa milih makanan Campor? Agar makanan yang satu ini tidak tergeser dengan ma-kanan modern lainnya. Sekaligus bentuk tali silaturrah-mi,” tegas ibu Fitri sapaan Nurfitriana, yang menyebut pesta rakyat kuliner ini merupakan sarana pelestarian

dan promosi wisata Kuliner Khas Sumenep ke tingkat regional dan nasional.

“Makanan Campor banyak keunggulannya. Selain lezat dan mudah didapat, cita rasanya sesuai dengan li-dah kebanyakan orang.Makanan Campor bukan hanya milik selera warga Sumenep. Tapi juga selera masyarakat Nusantara,” tambahnya.

Usai acara, Bupati Sumenep A Busyro Karim dan Nurfitriana Busyro selaku Ketua Tim Pengger-ak PKK Kabupaten, mendapat piagam penghargaan dari MURI yang diserahkan langsung oleh Senior Manager MURI, Paulus Pangka, SH.

Bupati sangat berharap kegiatan ini bisa men-dongkrak ekonomi warganya dengan meningkatnya produktifitas usaha dari berbagai sektor.

“Pemerintah sebatas menyediakan ruang aktivi-tas yang bisa menarik perputaran ekonomi warga. Bisa bayangkan, jika harga Campor Rp 6.000 dikali 10.000 porsi. Belum lagi hasil dari jasa salon dan penjual konveksi. Termasuk jasa transportasi dan pedagang kecil lainnya,” urai bupati kepada Mata Sumenep. Karena itu, bupati sangat optimis salah satu pola meningkatkan kesejahteraan warganya melalui banyaknya perputaran uang di tengah ke-hidupan masyarakat Sumenep.

mahdi

Minggu pagi, 9 November, Jalan Dipenogoro, Pan-glima Sudirman, dan Halim Perdana Kusuma, Kota Sumenep berubah menjadi kedai makanan gratis. Belasan ribu warga Sumenep, tumplek blek, meny-erbu sajian gratis 10 ribu piring makanan Campor. Karuan, banyak warga gigit jari karena tak kebagian porsi Campor. Kehadiran warga overload,melebihi jatah porsi Campor yang tersedia. Sisi lain, kegia-tan ini berefek domino dalam mengerek kehidupan ekonomi warga Sumenep.

10 ribu piring Campor, Ludes

aneka action saat pesta one stop event

one stop event

Bupati Sumenep Abuya Busyro Karim menerima penghargaan dari MURI. Sebelah: susana JL Dipenogoro yang berubah menjadi kedai makanan

4 | MATA SUMENEP | 17 NOVEMBER 2014

Tepat pukul 05.30 WIB, Bupati Sume-nep, Abuya Busyro Karim menghadiri acara penanaman bibit pohon dalam

rangka Hari Tata Ruang. Usai acara, bupati langsung menuju tempat untuk membuka jalan-jalan santai (JJS) pada pukul 06.00 pagi, yang diikuti ribuan peserta. JJS yang mengambil tema, Sumenep Cinta Bunga,ini menjadi meriah karena sang bupati dan ibu Nurfitriana, Sekda Hadi Soetarto dan ibu, beserta sejumlah pimpinan SKPD, ikut ber-jalan, bersama ribuan peserta lain, menyu-suri jalan-jalan kota Sumenep.

Sesampai di finish, bupati harus ber-ganti pakaian kaos untuk mendatangi acara yang ditunggu banyak orang. Makan Campur gratis bersama rakyat. Beberapa menit kemudian, bupati dan ibu berpaka-ian batik dasar warna cream motif kem-bang warna orange dengan kombinasi war-na kuning dan hijau, tampak keluar dari Rumah Dinas (Rumdis). Sosok bupati kian beraura dengan memakai Odheng Peredan yang menjadi simbol pakaian Raja Keraton Sumenep. Pakaian para Raja Sumenep ini, sengaja dimodif oleh desainer bupati, den-gan balutan jas tutup motif kembang yang memantulkan aura kharisma dan kesera-sian warna odheng, antara jas kembang dan samper merah soga.

Odheng Peredan memang menjadi hak cipta Raja Sumenep. Menurut Edy Setiawan, senior Budayawan Madura, bu-sana Madura memiliki ciri khas di tiap kabupaten. Termasuk busana rakyat di masing-masing daerah Madura. Edy men-gacu dari sejumlah foto tempo doelo dan sejumlah refrensi yang pernah ia baca. Baju pesa’an dan kaos oblong dengan cela-na gomboran biasa dipakai rakyat Madura beragam bentuk dan warna. Masing-mas-ing mengandung makna simbolis (lebih lengkapnya baca Filosofi Busana Rakyat Madura).

Bupati Abuya Busyro Karim seperti fa-

ham makna simbol Odheng Peredan yang ia pakai. Dengan posisi Odheng seakan menunjukkan tingkatan derajat kebang-sawanannya.

Siapa desain busana bupati? Sopir bu-pati, Mohammad Ready, menyebut Pak Daru, seorang pengrajin Odheng yang ber-domisili di Kecamatan Rubaru, sebagai de-sain Odheng Peredan yang dipakai bupati saat Pesta Kuliner Campor. Sedang yang menjahit baju dan samper, Pak Jamal, langganan jahit bupati. “Soal desain, mo-tif dan warnanya, Bapak dan Ibu yang me-milih,” tutur Didik, panggilan akrab Moh. Ready.

Memang, bentuk dan cara memakai odheng menyimpan makna simbolis. Men-urut Didik, posisi Odheng saat dipakai menunjukkan tingkat derajat kebangsawa-nan. Bentuk Odheng Peredhan, ada pelint-iran di ujung simpul bagian belakang tegak lurus melambangkan huruf alif. “Tentu ini mengandung arti sangat dalam,” tambah Didik, yang tidak menjelaskan secara rinci maksud makna huruf alif itu.

Dalam Pesta Rakyat 10.000 piring, kulin-er khas Sumenep, Campor gratis, ini meru-pakan rangkaian kegiatan, yang satu sama lainnya saling melengkapi. Seperti usai JJS, sambil menunggu undian berhadiah, pe-serta bisa menikmati suguhan alunan musik dengan bintang tamu Yus Yunus. Sembari digelar lomba mewarnai untuk anak SD dan senam anak sehat. Kemudian bupati menuju ke arah barat, untuk meresmikan Tugu Keris, sebagai deklarasi Sumenep Kota Keris. Di tempat itu, warga dan bupati dihibur pagelaran budaya. Malam harin-ya, warga Sumenep disuguhi pesta Musik Group Band eks Saltis, yang kini menjelma menjadi Group Band Super Mantap, yang dibintangi Encung Hariyadi (vocalis), Jass (Gitar), Awex Labeng (Keyboard), Zady Go-zaly (Bass), dan Drumer.

hambali rasidi

G i l a . . . S p e k t a k u l e r. . .begitulah bentuk kek-aguman, siapa pun yang melihat one stop event di hari Minggu, 9 Novem-ber, di jantung kota Sume-nep. Kegiatan dimulai secara maraton dan an-tusiasme warga begitu dahsyat yang datang dari segala penjuru Sumenep.

Sosok Bupati kian Beraura

one stop event

foto-foto arief cool briek

17 NOVEMBER 2014 | MATA SUMENEP | 5

Komandan Kodim 0827, Kol Inf Permadi tidak tampak seperti prajurit. Baju ala Sakera yang ia pakai memantulkan wajah Madura. Begitupun AKBP Marjoko, Kapolres Sumenep. Den-

gan odheng sebagai penutup kepala dan baju pesa’an serta celana gomboran warna hitam dengan kaos loreng merah putih, berbaur dengan warga Sumenep menikmati Campor Gratis sebagai pesta rakyat masakan khas Sumenep.

Pak Dandim dan Pak Kapol beserta Muspida plus dan pejabat eselon pemkab Sumenep, Minggu, 9 November, sedang bersuka ria dalam rangkaian Hari Jadi Sumenep ke 745. Mereka menikmati Pesta Kuliner Khas Sumenep, dengan baju rakyat Madura, populer istilah Sakerah. Sedangkan sang perempuan mengenakan baju Ibu Marlena; terdiri dari kebaya merah dan kain panjang khas Madura.

Apa dan Bagaimana sejarah dan makna baju khas rakyat Madura? Edy Setiawan, Senior Budayawan Madura, menyebut pakaian khas Madura dengan baju hitam serba longgar dengan kaos bergaris me-rah putih atau merah hitam, lengkap dengan tutup Odheng Santapan, dari bahan kain batik biasa, yang berbentuk segitiga, asing di Madura Timur (Sumenep), tapi populer di Madura Barat. Tapi karena sudah menjadi icon busana rakyat Madura oleh para peneliti dan wartawan, maka jadilah semacam kesepakatan bahwa busana rakyat Madura seperti di atas.

Edy berdalih busana rakyat Sumenep memiliki ciri khas tersendi-ri. Ia mengacu sejumlah foto tempo dulu dan sejumlah renfrensi ter-bitan Belanda yang menggambarkan busana rakyat Sumenep, celana ¾ agak ketat (contongan). Baju atas seperti baju koko, tanpa kaos atau kaos warna putih. Selalu diikat dengan sarung, yang menjadi ak-sesoris dan sewaktu bisa dipakai shalat. Pakaian semacam ini mudah dijumpai para kusir dokar. Sedangkan pakaian hitam dan kaos loreng ada persamaan dengan busana pendekar Reog Ponorogo, yang mela-mbangkan kejantanan dan kewibawaan seorang pendekar masa lalu.

Bagi Edy, bentuk busana memiliki makna simbolis dan menjadi identitas para pemakainya. Ia menjelaskan makna busana rakyat Sumenep, dengan motif koko menunjukkan identitas rakyat Sume-nep relegius, dengan sikap rendah hati dan ramah dalam mengha-dapi fenomena sosial dan politik. Kaos warna putih dengan celana ¾ menunjukkan gesit dalam bekerja. Alas kakinya taropah, waktu itu memakai ban dalam, sebelum ada produk sandal.

imam rasyidi

Filosofi Busana Rakyat Madura

Seperti action: Komandan Kodim 0827, Kol Inf Permadi, Ketua DPRD Herman Dali dan Kapolres Sumenep AKBP Marjoko. Di seberang, foto bareng sebagian piminan SKPD

one stop event

foto-foto for mata sumenep

6 | MATA SUMENEP | 17 NOVEMBER 2014

“Jas Merah, Jangan sekali-kali melupakan Sejarah”

Begitu ucapan Bung Karno sang proklamator di suatu kesempatan. Kalimat itu sebenarnya me-narik dan filosofis. Bung karno mengatakan hal seemacam itu di masanya, karena ia berpikir be-gitu banyak hal yang perlu diambil sebagai pelaja-ran pada peristiwa masa lalu.

Ketika aku bertemu dengan kalimat itu di se-buah buku yang kubaca atau mendengarnya en-tah di mana, kalimat itu hanya singgah untuk ba-sah dalam ingatanku lalu pergi begitu saja. Aku tak pernah memikirkannya benar-benar apalagi sampai menayakan kebenarannya. Aku selalu ingat pernyataan asing, terkadang sejarah hanya berisi tentang kebohongan sebab sejarah ditulis oleh pemenang. Kata-kata itulah yang terus men-dominasi sehingga ketika orang lain membenar-kan ucapan Soekarno tersebut, ucapan itu bagiku terdengar biasa saja.

Tapi sejak aku ditakdirkan untuk melakukan perjalanan unik dan tanpa sengaja, rasanya aku harus memikirkan perkataan Bung Karno terse-but sekali lagi. Semua ini bermula dari langkahku ke dalam masa lalu. Menelusuri jeja-jejak pewaris tahta dan mengagumi setiap pahatan dan ukiran memesona pada peninggalannya.

Berziarah ke Pasarean Raja-raja Sumenep

Waktu itu selasa, 14 Januari 2014 bertepatan dengan tanggal 12 Rabi’ul Awwal 1435 H. Aku dan keluargaku serta teman-teman adikku (ke-betulan mereka sedang berkunjung ke rumah un-tuk liburan) berziarah ke makam raja-raja sume-nep yang terkenal dengan sebutan asta tinggi.

Mengapa disebut asta tinggi? Sebab makam-makam itu memang terletak di tempat yang ting-gi. Bisa jadi. Atau pemakaman itu dinamakan asta tinggi karena di sana disemayamkan orang-orang yang berkedudukan tnggi (status sosial). Mulai dari raja-raja, putra-putrinya dan bangsawan yang berdarah biru. Hm, bisa jadi juga. Ini hanya prediksiku.

Apapun namanya, itu tidaklah penting bagiku. Hal yang penting adalah substansi dan nilainya. Walaupun kadang nama menunjukkan simbol kedudukan dan dimaknai secara filosofis. Tapi sekarang kita tidak sedang membicarakan nama. Hal yang akan kita bicarakan adalah nilai sejarah pada warisan leluhur ini. Mari, benarkan tempat dudukmu, nyamankan posisimu, akan kucerita-kan satu persatu sambil menikmati secangkir teh hangat dan belaian angin sore hari.

Sebenarnya, ini bukan kali pertama aku di sini. Hari ini adalah kedua kalinya aku mengin-jakkan kaki di tempat ini. Namun pesona yang ditunjukkan kali ini sungguh berbeda. Aura masa lampau benar-benar terasa saat ini. Seolah aku berdialog dengan para leluhur yang terbaring di

sana. Mereka menceritakan tentang kegungan dan kewibawaan kota Sumenep. Yah, seolah-olah begitu. Bahkan pada setiap peziarah yang mel-antunkan Yasin dan tahlil serta kalimat-kalimat thayyibah lainnya.

Hal pertama yang aku dan keluargaku lakukan adalah membaca yasin dan tahlil ber-sama-sama. Sementara aku hanya menunggu di luar, karena menurut apa yang kami yakini per-empuan yang sedang berhalanga tidak diperbole-hkan untuk berziarah ke kuburan. Namun dapat kurasakan getar kekhusyukan mereka ketika me-nyenandungkannya.

Pembacaan tahlil pertama dilakukan di kuburan utama. Tempat para raja dan penguasa Sumenep disemayamkan. Makam-makam itu ditempatkan di sebuah bangunan yang tak ter-lalu besar dan relatif sederhana. Namun di pojok kanan ruangan terdapat undakan khas kerajaan zaman dahulu. Tiga kuburan besar dinaungi den-gan sebuah papan dengan penyangga yang kokoh. Di tepi atap yang terbuat dari papan itu juga ter-tulis nama-nama raja yang menempati makam itu.

Setelah keluar dari bangunan, kami menuju ke sebuah bangunan yang terletak di sebelah kanan bangunan ini. Makam-makam di dalamnya juga lebih kecil dari makam yang ada di bangunan se-belumnya. Bangunan ini adalah tempat di mana para keturunan dan menantu kerajaan dikebumi-kan. Pesona yang ditampilkan juga tak kalah den-gan bangunan sebelumnya. Nuansa mistis dan magis juga terasa di tempat ini. Namun pengun-jung tidak begitu memadati ruangan.

Sementara aku menunggu di luar, kulihat ada seorang turis yang juga mengunjungi tempatnya. Ternyata tempat ini tidak hanya dikunjungi pen-duduk dalam negeri, tapi juga pengunjung dari luar negeri. Hal ini membuktikan bahwa Sume-nep memiliki daya tarik tersendiri dalam memi-kat setiap orang. Rombongan itu terdiri dari se-orang laki-laki berusia sekitar 40-an dan seorang perempuan yang jarak usianya mungkin hanya selisih 2-3 tahun. Seorang pria muda berusia 25 tahunan. Mungkin ini adalah keluarga, dan se-orang perempuan berwajah pribumi. Mungkin dia adalah penerjemah yang membantu ketiga turis tadi berkomunikasi dengan penduduk se-tempat.

Kuhampiri turis perempuan yang sedang asyik memotret pemandangan di sekitarnya. “Excuse me Ms, is this for research?” tanyaku dengan ba-hasa Inggrisku yang tak seberapa. Dia menoleh padaku karena mendeengarku menyapanya. “No, this is just for holiday” ia menjawabku pen-dek. Hm, aku mengerti akhirnya bahwa mereka berkunjung ke tempat ini untuk liburan dan men-gobati keingintahuan yang mungkin bercokol di benak mereka yang semakin lama semakin mem-besar.

Hal ini membuktikan bahwa Madura ter-utama Sumenep, memiliki banyak harta kekayaan yang tak ternilai dengan rupiah. Makam-makan atau pasarean raja-raja yang disebut dengan asta tinggi ini membuktikan bahwa Sumenep memiliki pesona dan daya magis yang cukup mempu me-narik orang asing untuk melihat dan membukti-kannya sendiri. Tak heran kiranya, jika Sumenep diwacanakan sebagai kota wisata.

Terpukau oleh Kecantikan Museum Keraton Sumenep

Aku adalah penduduk asli Sumenep. Dilahir-kan dan dibesarkan di Kabupaten tercinta ini. Na-mun baru kali ini aku menginjakkan kaki di ker-aton tempat raja dan ratu Sumenep tinggal dan menghabiskan waktunya. Nyaris di usiaku meng-injak angka 24. Maka tak pelak, ketika aku baru sampai di depan pintu utama (mereka menye-butnya Labhang mesem) aku sudah dibuat takjub oleh kemegahannya. Warna catnya memang agak memudar, namun aku yakin pintu itulah yang merupakan benteng utama pertahanan kerajaan Sumenep dari serangan musuh.

Setelah mendaftarkan diri di meja resep-sionis, seorang guide membimbing kami untuk melihat dan mengabadikan setiap pemandangan yang terlihat di sana. Aku bebas bertanya apapun pada lelaki yang mungkin telah berkepala empat itu dan saat ini menjadi guide dalam perjalanan menuju masa lalu ini. Ada sebuah kereta kencana berdiri kokoh dan masih terawat. Aku yakin itu adalah kereta yang biasa dinaiki oleh raja dan ke-luarganya setiap kali keluar istana. Tak jauh dari tempat kereta tampak sebuah meja panjang dan besar. Di atasnya terdapat berbagai macam per-alatan. Mulai dari kursi, meja, tempat duduk yang berbentuk nampan besar yang akhirnya kuketa-hui bahwa itu adalah tempat terdakwa ketika se-dang diadili. Ternyata patron keadilan di Sume-nep telah tegak dengan kokoh di zaman Sumenep Kuno. Lalu bagaimana dengan keadilan Sumenep zaman sekarang? Masihkan tegak dan berdiri ko-koh di tangan penguasa Sumenep saat ini? Di saat Sumenep dinobatkan sebagai salah satu kabupat-en terkorup sejawa timur? Ataukah keadilan di Sumenep hanyalah simbol kengkuhan yang mulai rapuh? Mari kita tanya hati kita masing-masing.

refleksi

MELANGKAH DALAM MASA LALU

Nur Faizah*

17 NOVEMBER 2014 | MATA SUMENEP | 7

Pada saat selanjutnya, kami diperlihatkan pada sebuah tempat yang membuatku harus ber-tasbih kepada-Nya. Sebuah bangunan tua tegak di hadapanku, masih angkuh seolah mengatakan padaku “Akulah lambang kejayaan Sumenep di masa lalu!”. Di depan bangunan angkuh yang seo-lah mmencibirku itu, terlihat patung-patung yang juga tak kalah arogannya. Mereka seolah berkata “hei, manusia yang sok pintar! Mana bukti kecin-taanmu pada tanah kelahiranmu? Belajar tinggi-tinggi hasilnya hanya menjadi manusia yang pan-dai menggerus kelemahan orang lain? Tapi lupa pada budaya dan bahasa serta tatakrama tanah sendiri!” sungguh aku merasa malu.

Tak kupedulikan patung yang sedang men-cibirku itu. Aku melangkahkan kakiku menuju keputren Putri Saini atau yang terkenal dengan sebutan potre koneng. Potre koneng, lambang kecantikan bagi perempuan Sumenep. Bagiku tak hanya kecantikan secara fisik. Namun juga nilai yang terkandung dalam kata cantik itu sendiri. Cantik rupanya, cantik akhlaknya, cantik budi pekertinya, cantik tata bahasa dan tatakramaya dan luas pengetahuannya. Perempuan Sumenep harus memiliki usaha untuk bisa cantik dalam segala hal.

Di dalam keputren potre koneng, ada se-buah cermin besar yang jika seseorang berdiri di hadapannya akan terlihat seluruh tubuhnya dari ujung kaki sampai ujung rambut. Bagiku cermin besar itu bukan hanya berfungsi seba-gai alat bantu menghias diri. Namun lebih dari itu, cermin itu adalah alat untuk melihat diri kita lebih dalam. Melihat setiap kekurangan dan kealpaan diri lalu kemudian mencoba un-tuk memperbaikinya. Cermin itu bagaikan satu

warning bahwa untuk menjadi baik kita tak per-lu melihat kekurangan orang lain. Cukup per-baiki diri kita sendiri.

Setelah puas berdialog dari hati ke hati den-gan potre koneng, aku menuju ke taman sare. Tempat para ratu dan putri membersihkan diri. Sungguh ini bukan suatu kebetulan. Air adalah alat untuk membersihkan diri. Air adalah sim-bol kejernihan hati dan pikiran. Setelah diper-temukan dengan cermin besar di keputren po-tre koneng, kini aku dapat melihat dengan jelas kejernihan taman sare. Kesimpulanku, setelah instropeksi diri, hendaknya kita segera tersadar dan segera membersihkan hati dan pikiran dari segala bentuk prasangka dan penyakit yang da-pat merusak kemurnian dan kesuciannya.

Di tengah-tengah museum terdapat sebuah aula besar dengan kursi dan meja yang ber-deret-deret. Aula ini seperti ruang rapat. Dan benar saja, aula ini memang digunakan untuk sidang istana dan menyambut tamu agung. si-dang istana yang menghadirkan raja dan para punggawanya untuk membahas tentang rakyat serta menanyakan keadaannya. Dari sini sudah tampak pengayoman raja terhadap rakyatnya. Sidang istana yang kadang membuat raja harus meminta pendapat kepada punggawanya. Di sini kita sudah merasakan esensi demokrasi telah ada di zaman Sumenep kuno.

Pada akhirnya aku tersadar, perjalanan yang tak panjang ini memberiku pelajaran yang jauh lebih besar daripada membaca buku-buku se-jarah yang menjemukan. Bagi sebagian orang, jalan-jalan ke museum mungkin hanyalah re-kreasi biasa sekedar melepas diri dari himpitan rutinitas. Namun bagiku, perjalanan ini adalah

perjalanan emosional yang membuatku flash-back ke beberapa abad silam. Bahwa sekalipun Sumenep hanyalah kerajaan kecil yang meru-pakan bagian dari kerajaan Adidaya Majapahit. Namun Sumenep adalah bagian sejarah yang tetap mengabadi di tanah air. Adipati Arya Wi-raraja yang merupakan Adipati pertama ada-lah penasehat sekaligus sosok kepercayaan bagi Raja Majapahit yang pertama yaitu Raden Wijaya. Dari sini kita tahu, bahwa Sumenep memiliki peranan penting dalam kejayaan Ma-japahit. Sumenep telah mengukir sejarah ke-makmuran dan kejayaannya di masa lalu, yang seharusnya menjadi cermin bagi rakyat Sume-nep masa kini.

Matahari semakin condong ke arah barat. Itu adalah matahari yang sama dengan mata-hari ratusan tahun yang silam. Matahari yang menjadi saksi akan kepandaian Arya Wiraraja dalam memimpin Sumenep. Matahari yang menjadi saksi akan kegagahan Jokotole mela-wan Dempo Abhang. Matahari yang menjadi saksi akan kecantikan dan kelembutan serta kesantunan Potre Koneng. Matahari yang men-jadi saksi akan kemakmuran dan kewibawaan Sumenep zaman dulu. Matahari yang menjadi saksi perjalanan kita saat ini. Warga Sumenep yang sibuk dengan segala modernitas dan berb-agai tuntutan zaman. Semoga kita mampu mel-akukan yang terbaik dalam segala hal yang kita jalani. Semoga kita mampu menjaga kedamaian dan keadilan di Sumenep. Amin. Kini, JAS ME-RAH bung Karno menjadi kata-kata yang luar biasa di telingaku. Wallahu A’lam bisshawab.

*Leggung, Batang-Batang

refleksi

8 | MATA SUMENEP | 17 NOVEMBER 2014

mata opini

Tahun ini, Sumenep berulang tahun yang ke 745. Dari aspek kelahirannya, usia tersebut tidak muda lagi, untuk tidak me-

nyebutnya renta. Jika hitungan normal manusia berusia rata-rata 60 tahun, maka usia yang ke 745 ini setidaknya sudah 124 generasi. Selama 124 tu-runan ini, apa yang telah dihasilkan Sumenep?

Agak merepotkan menyebut keberhasilan Sumenep selama 745 tahun sejak kabupaten ini berdiri sebagai sebuah teritorial geografis pada tahun 1269 silam. Begitu juga agak repot menye-but ketidak berhasilan Sumenep dalam banyak hal. Tetapi dilihat dari yang ada saat ini, Sumenep nyaris berkembang biak dalam asbak. Sumenep seakan-akan berjalan apa adanya dibanding den-gan yang diinginkan terjadi. Bahwa hal ini terka-takan, ini bukan untuk mengkritisi Sumenep, melainkan hal ini disampaikan sebagai bentuk perhatian yang berbeda dari anak kandung seja-rah.

Dari tahun ke tahun, dari generasi ke generasi berikutnya, pembangunan di Sumenep memberi kesan tidak fokus pada setiap periode. Semua digarap dengan maksud yang baik; pemerataan. Karena tidak ada konsentrasi, Sumenep ibarat teritorial yang memamah isu. Pembangunan dari berbagai sektor terealisasi setengah-setengah. Ini terjadi karena Sumenep memposisikan sebagai herbivora dan karnivora pada saat yang sama. Se-hingga, tidak ada yang menonjol dari hasil pem-bangunan yang bisa dilihat dengan nagras.

Sekedar menyebut contoh, Sumenep tidak sepenuhnya berhasil mengembangkan indus-tri pariwisata. Ini lantaran perjalanan Sumenep mengadopsi pola lama sebagai omnivora. Po-tensi wisata yang ada pun terengah-engah karena konsep dan realisasi pembangunannya berjalan setengah-setengah. Sumenep pada akhirnya me-maksa dirinya pada program yang tidak berbasis data dan riset. Wal hasil, program industri pari-wisata menjadi ajang proyek, bukan program ino-vatif.

Adanya wisata pantai Lombang dan Salopeng, ini karya putera Sumenep. Melainkan ia ada ka-rena Tuhan ikut campur. Sedangkan inovasi dari adanya potensi alam ini sejak sebelum Sumenep berdiri, hingga berulang tahun yang ke 745 tahun

ini, pertumbuhannya seperti berkembang biak dalam asbak. Ini pasti berbeda dengan bagaima-na Lamongan yang mendadak masyhur karena sukses membangun industri pariwisata WBL, Wisata Bahari Lamongan.

Ini hanya tamsil kecil inovasi yang lahir dari desain peradaban masa depan yang terkonsep dengan baik, berbasis data dan berpijak pada hasil riset. Konstruk wisata yang hanya menjadi bagian kecil dari sebagian besar pembangunan ini memberi kesan tersendiri dan diakui masyarakat luar Lamongan. Sedangkan di Sumenep, memak-sakan dirinya untuk diakui sebagai teritorial yang diperhitungkan sejarah kontekstual.

Contoh lainnya, Sumenep mendeklarasikan diri sebagai Kota Keris pada tahun 2013, bertepa-tan dengan ulang tahun Sumenep yang ke 744. Dengan agak bombastis dikatakan, Sumenep sebagai Kota Keris Terbesar di asia Tenggara. Ukuran terbesar ini berpijak pada Sumenep yang mengukur dirinya sendiri sendiri yang tentu saja, dengan kacamatanya sendiri. Penetapan Kota Keris ini diakui berpijak dari hasil diskusi dengan kelompok empu keris di Sumenep dan pemerha-ti keris di Surabaya. Dari diskusi itu terungkap, jumlah empu keris di Sumenep saat ini tercatat 554 empu. Jumlah ini diklaim sebagai empu ter-banyak se Asia Tenggara, mengalahkan Yogjakar-ta dan Solo, benarkah?

Selanjutnya, pemaksaan diri sebagai Kota Keris dikokohkan dengan pameran 5000 keris dan kemudian MURI memberi rekor. Rekor MURI ini bukan untuk mewisuda Sumenep se-bagai Kota Keris, melainkan MURI memandang Sumenep sebagai panitia yang sukses dalam pam-eran keris dengan jumlah 5000 pusaka. Ini tidak dengan sendirinya mendaulat Sumenep sebagai Kota Keris karena kehadiran MURI bukan untuk melakukan legitimasi, kecuali membukukaannya sebagai sesuatu yang tidak biasa, yang unik.

Pemaksaan kedua sebagai Kota Keris, ditandai dengan pembangunan Monumen Keris di sim-pang empat masuk kota Sumenep jalur tengah dari arah barat. Niat untuk membangun monu-men sangat baik, tetapi hal ini menjadi tidak baik manakala koordinasi dengan jajaran terkait dan mengabaikan Andal (analisis Dampak Lingkun-

gan). Dari sisi ini, menjadi indikasi pembangunan monumen tersebut memberi kesan tidak koor-dinatif dan mengabaikan nilai filosofis layaknya monumen. Monumen Keris ini sangat jauh ber-beda dengan pembangunan Monumen Arek Lan-cor di Pamekasan yang sarat nilai, estetik, dan filosofis.

Sumenep sebagai Kota Keris yang diresmikan sendiri oleh orang dalam juga berbeda pada saat Pamekasan yang diumumkan sebagai Kota Batik di Jatim. Gubernur Soekarwo merasa berkepent-ingan untuk hadir saat itu untuk meresmikan. Ini karena Kota Batik di kabupaten dalam lingkup Provinsi Jatim memberi dampak pada masyarakat pembatik di Pamekasan dan menambah gengsi Jatim di khazanah nasional maupun internasion-al pasca pengakuan Unesco yang menyebut batik sebagai karya adilihung anak bangsa (Indonesia).

Dari sisi akademik, sejumlah akademisi mem-buat kajian ilmiah serupa skripsi bertajuk Pen-garuh Penetapan Pamekasan Sebagai Kota Batik Terhadap Pengrajin batik Kecamatan Proppo (2012). Ini sebagai tanda bahwa pengumuman Kota Batik bukan program simbolik, melainkan substantif dan berdampak. Lalu bagaimana na-sib empu keris di Sumenep pasca dinobatkannya Sumenep sebagai Kota Keris yang agak bombastis karena dianggap terbesar di Asia Tenggara?

Diskursus Monumen Keris yang dijadikan pilot project kajian atas pembangunan di Sume-nep pada tulisan ini, hanya sebagian kecil dari kasus lainnya yang pantas diduga tidak berbasis data dan riset. Jajaran terkait seakan-akan hanya bekerja agar atasannya puas dan secara pribadi bawahan mendapat pujian bahkan keuntungan. Jika ini yang benar-benar terjadi, Sumenep pas-tilah berada dalam petaka yang nyata terutama manakala pembangunan hanya dilakukan dan bukan menjadi kebutuhan masyarakat secara umum. Jika bawahan hanya bekerja tanpa data, riset, dan skala prioritas, Sumenep pada akhirnya akan rapuh karena mengedepankan ruang sim-bolik dan mengabaikan rangka substantif. Benar kata Buya Hamka, jika hanya bekerja,binatang juga bekerja.

Kudeta SimbolismePembangunan atasSubstansi Peradaban

*Budayawan Muda Madura

Abrari Alzael*

Redaksi Mata Sumenep Menerima tulisan opini dalam berbagai perspektif dengan materi Seputar Sumenep. Panjang tulisan maximal 850 kata. Tulisan bisa dikirm via email: [email protected]

17 NOVEMBER 2014 | MATA SUMENEP | 9

Soto Campordan Gaya BupatiMendongkrak Ekonomi Warga

Moh. Ilyas*

Soto Campor sempat menghebohkan warga Sumenep. Pesta rakyat yang menyajikan 10 ribu porsi Soto Campor gratis untuk

publik ini menjadi buah bibir kalangan politisi dan pengamat Sumenep lantaran baru dan men-gagumkan siapapun yang menyaksikan. Apalagi berbarengan dengan rangkaian kegiatan one stop event di hari itu. Benar-benar menghebohkan dan spektakuler.

Masyarakat awam dengan kacamata politis pasti mengira, kegiatan tersebut telah meng-hambur-hamburkan APBD. Padahal, kegiatan itu merupakan kegiatan partisipatif, sebagian dari CSR Bank, sponshorsip dan partisipasi sejumlah SKPD yang terkordinir lewat ativi-tas PKK Kabupaten hingga PKK Kecamatan. Tepatnya, kegiatan itu non-budgeter alias non APBD.

Apa maksud dibalik kegiatan itu ? Tentu pemerintah kabupaten dalam hal ini Bupati Sumenep KH. A. Busyro Karim, bermaksud mendongkrak aktivitas ekonomi warga melalui rangkaian kegiatan yang melibatkan sejumlah elemen. Mulai dari pedagang rempah-rempah, pedagang sembako, pedagang busana khas Ma-dura (pesa’an) hingga pedagang Soto Campor sendiri. Termasuk pedagang kaki lima yang pasti terkena imbasnya. Sekali lagi kegiatan itu bukan semata hura-hura.

Wajar bila kegiatan spektakuler ini masih ada yang melihat dari kacamata sebelah. Tidak meli-hat secara utuh. Apalagi disusupi oleh kepentin-gan politik pribadi dengan membagi-bagi kaos bahkan mungkin fulus di tengah kegiatan pada saat berlangsung.

10 ribu porsi Campor gratis, bisa dibilang sebuah sajian kolosal yang digagas Ibu Nurfitri-ana Busyro Karim lewat Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang, karena mobilisasi massa penik-mat Campor melibatkan seluruh SKPD, BUMD, BUMN, instansi vertikal hingga kelurahan. Dan peserta yang datang sangat antusias sehingga ada yang menaksir mendekati jumlah angka 13 ribu piring. Sebab per SKPD atau instansi terkait membawa lebih dari target 100 piring.

Kenapa Ibu Nurfitriana memilih makanan

khas Sumenep SOTO CAMPOR? kok bukan kuliner khas Sumenep yang lain, seperti rujak cingur, soto babat atau kaldu soto (Kalsot) yang juga dikenal familier sebagai masakan favorite masarakat Sumenep ? dan kenapa harus ada re-kor MURI dalam hajatan tersebut ? Hal ini yang menjadi tanda tanya banyak orang.

Ditilik dari segi nama, Soto Campor mem-beri kesan seolah masakan campuran layaknya gado-gado yang dikenal sebagai masakan Jawa. Soto Campor kali pertama dikenal Ibu Fitri sama halnya dengan masakan soto lain yang memiliki kemiripan nyaris tidak ada perbedaan mencolok. Yang membedakan hanyalah variasi bumbu san-tan sebagai penambah nikmat.

Apalah arti sebuah nama, Soto Campor ba-rangkali hanyalah simbol pilihan nama yang sederhana agar mudah dikenal. Tetapi secara filosofis dibalik pilihan Soto Sampor yang men-jadi icon baru pendeklarasian bahwa sumenep kaya akan kuliner, seolah ingin menegaskan ten-tang potret keberagaman masarakat Sumenep yang ber-campor-campor rasa, selera, warna ser-ta kemauan yang tidak cukup dipaksakan dengan satu pemenuhan beragam rasa saja.

Selain itu, semangat yang diusung dari gelar-an makan Soto Campor gratis, penulis menang-kap pesan ajakan tentang pentingnya sebuah kekompakan, kebersamaan meski beda selera akan tetapi jika berkumpul dan makan bersama-sama, perbedaan selera dan hambarnya rasa akan hilang. Yang ada semangat melestarikan dan menjaga persaudaraan demi kedamaian dan keamanan Kabupaten Sumenep yang kita cintai. Satu sama lain, antar individu boleh berbeda se-lera, boleh apor campor rasa dan tidak ada yang melarang beda menu masakan. Tetapi untuk ke-majuan Sumenep ke depan, dibutuhkan komit-men kuat bersama agar tidak terpecah belah ka-rena beda visi-misi atau beda kelompok. Warga Sumenep harus tetap kompak bergandengan tangan.

Kegiatan 10.000 campor gratis menjadi haja-tan orang banyak lantaran yang datang dari ber-bagai kalangan, bercampur latar belakang ; mu-lai dari pejabat tertinggi, seperti Bupati, Wakil

Bupati, pejabat eselon, staf, hingga tukang becak berbaur dan bercampur aduk nyaris tidak ada ja-rak. Wuuuuuuussss….. bagai angin dalam seke-jab sepuluh ribu lebih campor ludes. Mereka ber-jubel bersantap bukan sekedar lapar dan iseng mengisi perut, akan tetapi benar-benar lapar dan haus akan kehidupan yang penuh romantisme, kekompakan serta kebersamaan dalam wadah satu rasa.

Rasanya baru kemarin, sajian porsi 10.000 campor gratis yang baru saja berlalu benar-benar menjadi kegiatan camporan dalam dina-mika ruang publik antero kota sumenep, dari yang sekedar iseng ikut JJS untuk mendapat-kan doorprise, berdangdut ria dengan Yus Yu-nus, ber-selfie bersama gadis-gadis marlena, antre menukar kupon campor, hingga yang pal-ing lucu dan menggelikan ada bagi-bagi kaos Bacabup 2015, benar-benar menjadi penanda bahwa kegiatan campor gratis menjadi milik masarakat sumenep, menjadi lucu karena ada penumpang gelap politis numpang popularitas kegiatan makan 10.000 campor gratis.

Soto campor benar-benar telah menjadi ma-kanan yang merakyat dan terangkat kepermu-kaan menjadi fenomena baru sebagai instrumen daya saing potensi daerah. Karena Ibu Nurfitri-ana Busyro Karim sang penggagas kegiatan men-genalkannya agar semakin populer menasional lewat Museum Rekor Indonesia (MURI) seba-gai media promosi wisata kuliner yang dimiliki Sumenep.

Pesta belum usai. Tentu kita semua ber-harap agar capaian rekor yang digagas istri Bupati tersebut, tidak sekedar menjadi pi-agam yang digantung di museum milik Bang Jaya Suprana di Semarang. Dan agar kita tidak hanya kebagian sebagai tukang cuci piringnya pembangunan pasca usainya kegiatan sepu-luh ribu campor, rekor-rekor baru yang lebih konkret benar-benar digarap lebih serius oleh para stakeholder pegiat wisata dalam rangka memajukan dan mempromosikan kuliner khas Sumenep. Mantap menikmati campor, mari kita ambil sisi positifnya !!

* Dewan Ahli Mata Sumenep

REFLEKSI 10.000 cAMPOR

10 | MATA SUMENEP | 17 NOVEMBER 2014

Pertanyaan sebagian orang, jika dis-ebut penghamburan uang APBD itu, apakah tanpa makna? Memang

dari kacamata sepotong, bisa jadi benar asumsi di atas. Dari sekian agenda tampak seremonial,kurang substantif. Tahukah di Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) yang tercantum di APBD sedikit alokasi kegiatan yang tercantum. Sejumlah agen-da itu banyak menggunakan non-bugeter alias non APBD. Dana itu berasal dari partisipasi SKPD dan CSR dari Bank serta sponshorsip yang sudi beriklan produk di Sumenep. Sebagian kegiatan tercatat di DPA masing-masing SKPD.

Kegiatan seperti 10 ribu campor kulin-er merupakan luar agenda besar tahunan yang terencana sehingga tak tercantum di DPA. Memang begitulah cara Bupati Sumenep, Abuya Busyro Karim yang se-lalu mencari terobosan untuk mendorong peningkatan ekonomi warganya mela-lui berbagai kegiatan. Memang belum ada survei terkait efek peningkatan ekonomi dari berjubelnya kegiatan seremonial ini. Setidaknya, fakta di sejumlah hotel di Sumenep, sudah fully booked, jauh sebe-

lum acara digelar. Sehingga, mereka yang terlambat order hotel, terpaksa menginap di hotel Kabupaten Pamekasan. Sejumlah hotel dan penginapan di Sumenep sudah terisi penuh para wisatawan domestik. Se-hingga, tidak heran, bila melihat pertum-buhan hotel dan penginapan, sejak kepem-impinan Busyro Karim, begitu pesat. Dan berimbas pada lompatan PAD yang begitu monumental, meski belum ada data riil dari DPPKA, perolehan retribusi dari hotel dan restoran setelah dipungut pajak 10% bagi pengunjung.

Dari sisi peningkatan usaha warga. Sep-erti, pendapatan para pedagang kaki lima atau usaha kecil menengah, pasti mereng-guh keuntungan dari hasil jual, setelah banyak penonton yang membeli. Restoran, hotel dan alat transportasi, juga kena im-basnya, setelah para wisatawan domestik ramai-ramai, berkunjung ke bumi Super Mantap. Tak ketinggalan para penjual kon-veksi dan jasa salon, merasakan imbas per-gerakan ekonomi.

Dalam teori pertumbuhan ekonomi, berbagai aktivitas di Sumenep menjadi se-buah proses perubahan kondisi perekono-

mian warga secara berkelanjutan menuju ke arah lebih baik. Sebut saja, pasar Ming-gu sebagai pasar baru telah membuka roda ekonomi dibidang kuliner. Dan dalam per-tumbuhan ekonomi bisa dilihat dari lon-jakan kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan warganya. Pertumbuhan ekonomi warga menjadi in-dikator keberhasilan kepemimpinan sang bupati.

Di luar gesekan ekonomi, sejumlah keg-iatan merayakan sebuah moment, sudah terjalin transformasi kreatifitas dan inova-si warga dalam aktivitas baru atau pening-katan usaha. Kenapa? Dialektika dalam se-buah aktivitas tentu memberi makna dan nuansa tersendiri, yang tanpa sadar, men-jelma sebuah ide baru, yang tidak terduga. Gagasan-gagasan baru itulah, melebihi sekedar bantuan materi yang diterima. Se-mangat dan gagasan baru, menjadi peng-gerak memulai aktivitas baru atau pintu baru peningkatan usaha. Selain hiburan gratis warga. Bukan sekedar berfoya-foya.

redaksi

Belakangan, sebagian warga Sumenep, terasa kaget bercampur takjub ketika menghitung aneka kegiatan seremonial di bumi Sumenep, yang selalu tampil begitu “wah”. Sebut sajakegiatan mulai dari HUTRI, Festival SoengennepFlowers, pameranpembangunan di tiap kecamatan, hingga perayaan10 ribu piring makanan SotoCampor di Hari Jadi KabupatenSumenep, ke 745 yang terangkai dalam one stop event. Sehinggaada yang iseng mengkalkulasi,biaya yang tampak dihamburkan mencapai miliaran rupiah. Itu pun di luar angka hitungan kasat mata.

si abang becak ikut merengguh keuntugan dalam one stop event

Padat Kegiatan Menambah Pendapatan Warga

one stop event

17 NOVEMBER 2014 | MATA SUMENEP | 11

Kisah Legendaris SALTIS ROCK BAND Sumenep

SADAR ......begitulah judul lagu ciptaan En-cung Hariyadi, dkk, berhasil menyentak dunia musik rock di Republik Indonesia,

tahun 1989. Dari kabupaten, nyaris tidak terlihat di peta musik Indonesia, SALTIS ROCK BAND, berhasil membawa harum nama Sumenep ke pentas nasional. Lewat Rock Festival-Part Five- di Surabaya, Saltis menempati 10 besar Rock Band se Indonesia.

Berposisi 10 besar di jajaran group musik rock Indonesia, Saltis harus melewati berbagai seleksi yang dihelat Produser Logzhelebor. Sadey Gozal, Bass personel eks SALTIS ROCK BAND, bercer-ita, seleksi group terbagi, empat zona. Zona Satu, meliputi Jabar-DKI. Zona Dua, Jateng-DIY. Zona Tiga, Jatim-Bali. Zona Empat, meliputi Sumatera dan Provinsi lainnya.

Hasil seleksi masing-masing zona wilayah, mengirim Lima Group Band untuk di pentaskan di Malang. Dan Saltis Band, masuk hasil seleksi, Zona Tiga, yang ikut berlaga di Malang, setelah berhasil menyisihkan sejumlah Group Band dari kota lain di Jatim-Bali. Hasilnya, SALTIS ROCK BAND Sumenep, masuk deretan 10 besar. Sepu-luh Group Band hasil seleksi itu, kembali pentas dalam Rock Festival yang dipusatkan di Tambak Sari, Surabaya. Dalam pentas Rock Festival-Part Five- di Surabaya itu, lagu Sadar membahana di belantika musik rock Indonesia.

Selain keberhasilan Saltis menembus pen-tas musik nasional, bait-bait lagu yang dibawa-kan, menyentuh alam sadar manusia. Siapa pun, yang mendengarnya, pasti merasakan sentuhan makna yang dimaksud dengan rindu ingin selalu mendengarnya. Lirik-lirik lagunya, tidak lekang

di makan zaman. Meski seabrek lagu-lagu anyar menyesaki etalase-etalase musik rock Indonesia. Pesan lagu SADAR tetap menempati ruang-ru-ang kosong pecinta musik rock Indonesia.

Darimana ihwal lagu SADAR? Sadey Gozal, menyebut, nama itu diambil dari fenomena so-sial, terutama anak muda saat itu, yang terjerem-bab dalam dunia hitam. Anak muda yang suka minum-minuman, yang masih belum mengenal dunia Narkoba. Teman-teman Saltis, yang ter-diri dari Encung Hariyadi (vocalis), Jass (Gitar), Awex Labeng (Keyboard), dan Bakar (Drumer), berdiskusi dan memberi masukan bait per bait. Finishingnya, sang vocal, Encung Hariyadi, me-nyesuaikan dengan arensemen musik.

Tersirat, makna tiap bait lagu SADAR memi-liki nilai filosofis yang amat sangat dalam. Bila dilihat dari kacamata tasawuf, hampir menyeru-pai aliran puisi Rumi (Jalaludin Rumi), sang Sufi kelahiran Balkh (Afghanistan) ,1207 Masehi lalu. Puisi Rumi selalu bercerita fenomena sosial yang disandarkan pada nilai cinta kepada Tuhan, le-wat hasil lakunya.

Kita bisa memahami pesan Sufistik lagu SADAR, seperti di bait...Dan ketika kini aku pejamkan mata Ada berkas putih hinggap didepanku Ada desah bisikan ditelingaku Dijantungku diuluh hatiku

Makna pejamkan mata, dalam kacamata Su-fistik, memiliki arti keluar dari belenggu syahwat, yang mengantarkan dunia kegelapan, di lorong-lorong (jalan) hitam. Makna kalimat, ada berkas putih hinggap. Ini juga bermakna secercah cahaya

(sinar) yang diraih, setelah keluar dari belenggu lorong gelap. Sedangkan makna, desah bisikan, di jantung dan di uluh hati, memberi isyarat laku seorang pencari cinta Ilahi.

Dan dilanjutkan dalam bait berikutnya: Antara sadar dan tiada Terbuka mata hatiku tiba - tiba Menatap cahaya putih menyambutku Membersihkan hitamnya hatiku

Siapapun yang faham makna bait-bait di atas pasti menyebut luar biasa karena sarat makna yang tersimpan. Beberapa bait dalam lirik lagu SADAR, sepintas, seperti penegasan kisah se-orang salik (pejalan) yang sebelumnya melalui dunia gelap lewat lorong-lorong gelap. Dan di tengah jalan meraih cahaya putih.

Kenapa menyebut cahaya putih, tidak menye-but cahaya merah,kuning, hijau (pelangi)? Zadey Gozal tersipu malu. Ketika didesak, apakah ada orang luar crew eks Saltis, yang memberi materi lirik lagu SADAR, Sadey Gozal, hanya tersenyum.

“Ya...lirik lagu SADAR ini, sekedar memberi motivasi agar anak muda segera keluar dari du-nia hitam yang menggelutinya. Anak muda harus SADAR, kembali ke jalan yang benar. Baitnya ga-bungan dari ide teman-teman. Finalnya, di mas Encung. Makanya, pencipta lagu SADAR atas nama Encung Hariyadi,” ucap pemilik nama asli Abdul Kadir, yang kini masih menjabat Kabid Komunikasi di Diskominfo.

Memang, bagi mereka yang suka dunia tuilis novel atau cerpen, lagu SADAR bisa menjadi inspirasi kisah.

bersambung......mahdi

Lorong-lorong gelap langkahku tersendat - sendat Namun aku coba melangkah dan melangkah Walau kaki tak kuasa menahan raga Diantara dosa yang terikutkan

Disudut jalan bersinar seberkas lilin Bersama gema malam memeluk kesunyian Aku berhenti melepaskan lelah Bersandar menatap bintang satu dua

Dan ketika kini aku pejamkan mata Ada berkas putih hinggap didepanku Ada desah bisikan ditelingaku Dijantungku diuluh hatikuOh……… oh………..Yeah…….. yeah…...

# Antara sadar dan tiada Terbuka mata hatiku tiba - tiba Menatap cahaya putih menyambutku Membersihkan hitamnya hatiku

Kembali ke # Kesadaranku kini telah datang Bersama suara - suara menggugah sukma Menyongsong dagu penuh kesucianMengajak kembali ke jalan Ilahi Oh……… oh………..Yeah…….. yeah…...Kembali ke #

Lirik Lagu SadarSarat Pesan Sufistik

one stop event

12 | MATA SUMENEP | 17 NOVEMBER 2014

Aktor Dibalik Kesuksesan Pagelaran Budaya(Sendratari) di Hari Jadi Sumenep ke 745

Nama mengandung do’a. Seperti orang tua memberi nama kepada si buah hati den-gan harapan sesuai makna namanya. De-

mikian dengan nama tokoh dalam sejarah, seperti Airlangga, Mapanji, Daja Bhaja, Kemaswara, Gajah Mada, Hayam Wuruk dan lainnya. Didalam kitab pararaton dikatakan bahwa Arya Wiraraja semula bernama Bayak Wide. Halaman 18 pararaton (edisi Belanda) menyebutkan “ Hana ta Wongira, babatan-gira buyuting nangka, aran Banyak Wide, arupa tan kandel denira, dinohaken, kinon adhipatiaring sun-genep, angar ing madura wetan”. Selain itu dalam Kitab Kidung Ranggalawe dikatakan “ wonten won-giro binatang buyut nangka, Banak Wideanami, si-nung abhiseka, Arya Wiraraja sira, arupa sinangsi-yeni, dinohan preneh, kinon angadhipati”. Manggu ing Soengennep Madura Wetan, lawasipun anganti patang puluh tiga, duk andon balanabrang, sira Wi-raraja dadi arasa-rasa, dene dinohan apti (nyanyian 1 Durma).

Nama Arya Wiraraja, sangat jelas. Nama itu be-rarti Raja yang gagah perwira (Wira: perwira, kesa-trya, Raja: Raja, pemimpin). Gelar Arya menunjuk-kan bahwa Wiraraja adalah seorang pejabat tinggi, lebih–lebih bila dikaitkan dengan jabatannya seba-gai adhipati (adhi: pertama, baik, pati: raja, pem-impin). Gelar Arya dalam masyarakat Jawa Baru berubah menjadi Haryo (pangeran Haryo).

Begitulah cara sang sutradara senior melakukan kajian sebelum membuat alur cerita dan mencari fi gur yang bisa membawahi karakter Arya Wiraraja dalam Prosesi Seni Drama dan Tari (Sendratari) dalam Pagelaran Budaya Hari Jadi Sumenep ke 745, 2 November lalu. Suara aplaus selalu bersa-hutan menandakan penampilan Sendratari benar-benar menghipnotis penonton. Kelaborasi Seni Tari dan Teater di luar bayangan penononton kebanya-kan. Atraksinya menumbuh hijaukan kebersamaan, keakraban, dan senyum manis Sumenep yang se-makin berseri. Tak ubahnya bau kembang melati yang selalu semerbak memberi keharuman dan ke-tenangan bagi seluruh masyarakat Sumenep. Sosok Arya Wiraraja memberi jalan terang dan kisah seja-rah yang menakjubkan, dengan ketenaran dan dan kejayaan Sumenep sebagai pusat kerajaan tunggal di Pulau Madura.

Siapa sosok dibalik kesuksesan pagelaran ini? Edy

Setiawan, yang selama ini hanya dikenal di dunia fo-tografer, ternyata menyimpan keunggulan di bidang Sutradara Sendratari, sejak lama. Kemampuannya ia baru ditunjukkan ke publik di usia mendekati angka 70. Memang, tidak sedikit yang mencibir sosok Edy menjadi sutradara dalam even tahunan di Hari Jadi Sumenep. Sebab, Edy sebatas kondang di dunia wa-cana budaya dan fotografer. Terdengar asing bagi gen-erasi muda Madura jika di lacak di dunia Sendratari. Ternyata, Edy sudah berkecimpung di dunia Sendra-tari sejak tahun 80-an.

Ketika Mata Sumenep bertanya kebenarannya, Edy tersipu dan senyum. Maklum seusia Edy ter-golong matang di dunia persilatan. Meski dirinya mendengar cibiran akan posisinya sebagai sutradara, Edy memilih diam. Tanpa duga, Mata Sumenep, meli-hat tumpukan piagam di atas meja ruang tamunya, di dalam map, yang menyimpan piagam penghargaan dari Direktorat Kesenian di Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, pada tahun 1984, sebagai peserta Pekan Drama Tari dan Teater Tingkat Nasion-al. Disusul piagam penghargaan dari Bupati Sumenep, Soegondo, sebagai Sutradara Sendratari Joko Tole, pada tahun 1988, dalam aksinya di Taman Candrawa-ti Wilwatika, Pandaan, Kabupaten Pasuruan. Terakhir Piagam dari Gubernur Jatim, Imam Utomo, diberikan kepada Edy Setiawan sang Sutradara Tombak Pateh Attas Langnget Majapahit, sebagai Seniman Berpr-estasi Tingkat Nasional dalam Penyaji Unggulan dan Ark-Arakan Terbaik Karnaval Prajurit Tradisional Nu-santara Tahun 2007 di Jakarta. Ketika didesak untuk difoto copy, Edy melarang. Tapi setelah dirayu, akh-irnya Edy luluh dan mengizinkan.

Edi tidak sendirian. Ia dibantu ibu Sherly Hastari Haristanti, S.Si,Ketua Sanggar Mekar Sare. Kedua sosok ini membagi peran, karena deadline waktu san-gat minim. Edy bertugas menyusun naskah alur cerita. Ibu Sherly mencari fi gur yang sesuai dengan peran dalam alur cerita. Pemilihan fi gur peran dan kesera-sian warna kostum menjadi pemikiran utama saat pementasan. Sedangkan Edy mencoba menghadirkan aura Raja–Raja Sumenep dan kemegahan kerajaan tempo dulu, sehingga para penonton bisa berfantasi susana tempo doeloe.

Waktu 45 hari menjadi waktu sangat singkat untuk merekrut dan melatih pemain. Bagi Edy, pertunjukan Minggu, 2 November lalu, menjadi

pekerjaan sangat berat, karena 75 % fi gur yang memainkan peran tidak berlatarbelakang teater. Edi Setiawan dan Sherly Hastari Haristanti, men-coba melangkah di tengah kekhawatiran untuk menunjukkan hasil terbaik.

Rukrutmen 300-an fi gur berasal dari sejum-lah pelajar SMP, SMA, pemenang Kacong Cebbing Sumenep dan anggota Sanggar Potre Koneng dan Sanggar Mekar Sare. 45 orang, terdiri 15 cewek dan 30 peserta cowok dari Sanggar Mekar Sare. Sisanya diambil dari utusan SMP, SMA dan Sang-gar Potre Koneng.

Tarian dari Sanggar Mekar Sare adalah tarian Pangesto yang sengaja dicipta sendiri ibu Sherly. Tarian pangesto merupakan wujud restu atau patuh atas kehadiran Arya Wiraraja. Pangesto arti dalam bahasa Indonesia adalah sebuah Restu. Pengertian umum adalah sebuah do’a restu un-tuk Arya Wiraraja yang telah menyandang gelar Adhipati.

Sherly bercerita sebelum menggelar training atau latihan, para anggota dilakukan uji mental. Selain itu, Sherly juga membuat beberapa prop-erty yang digunakan dalam pementasan saat Hari Jadi Sumenep yang ke 745. Guru SMP 1 Sumenep ini tidak menduga, penampilan anak asuhnya, saat pelantikan Arya Wiraraja jauh dari yang ia kira. Totalitas dan penghayatan antar masing masing pemain telah menjadi kelaborasi yang enerjik. Se-hingga ia sangat bersyukur, melalui kerja keras dan metode latihan di Bidang Tari, bisa ikut partisipasi dalam merayakan Hari Jadi Sumenep dalam bentuk Pelantikan Arya Wiraraja sebagai Adhipati.

Sang Sutradara Edi Setiwan, merasa bersyukur bisa berperan di puncak Hari Jadi Sumenepke 745. Hanya ia memberi catatan dari beberapa kesulitan saat proses latihan, seperti pemilihan fi gur pemain, pembentukan karakter serta pilihan kostum. Seba-gian besar kostum dan properti masih milik sang-gar. Sebagian, menyewa, sisanya disediakan oleh Disparbud.Rata-rata kostum yang disediakan Dis-parbud bernafaskan Singosari.

Karena itu, Edy berpesan kepada generasi muda Sumenep agar terus berkarya dalam seni. Sehingga kebudayaan Sumenep tetap lestari dan menjadi kebanggan identitas warga Sumenep.

imam rasyidi

Sherli Hastari Haristanti

Edy SetiawanAnggota Sanggar Mekar Sare saat latihan jelang Pagelaran Sendratari

17 NOVEMBER 2014 | MATA SUMENEP | 13

PANGESTO

Menjadi Pegawai Negeri Sipil mayoritas men-jadi incaran utama bagi lulusan sarjana Strata I, Strata 2, dan Strata 3. Seperti yang terjadi di Ka-bupaten Sumenep, di tahun 2014 ini ada 4162 orang yang mendaftar untuk mengikuti seleksi. Dari 4162 Calon pendaftar yang telah mengisi formolir pendaftaran, banyak yang tidak mengi-kuti tes seleksi. Padahal dari Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan (BKPP) sering meng-konfirmasikan kepada seluruh calon peserta tes. Pihak penyelenggara, Kepala Badan Kepegawa-ian, Pendidikan dan Pelatihan (BKPP) Sumenep, Titik Suryati mengatakan, membutuhkan waktu 5 hari untuk menyelesaikan tes seleksi.

Kepala Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan (BKPP) Titik Suryati menuturkan, di tahun tahun sebelumnya tempat tes CPNS di Surabaya. Tanggal 17 September BKKP meneri-ma surat dari Menpan yang isinya Sumenep bisa bekerjasama dengan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) dalam seleksi CPNS ini dan lokasinya ditempatkan di Sumenep.

Badan penyelenggara tes seleksi menyedia-kan 10 lokasi yang akan menjadi pusat tes seleksi CPNS. Diantaranya kampus Akademi Komunitas, terdapat 140 unit komputer, SMA 1 Sumenep, SMKN Patean, SMP 1, 2 dan 3 Sumenep, SDN Pangarangan 3 dan SMA 2 Sumenep, SMK Ka-lianget, SKD.

Di 10 lokasi ini tersedia 14 ruang, masing mas-ing ruang tersedia 25 unit computer, 20 komputer di gunakan oleh peserta, 1 komputer pengawas, 1 unit di gunakan operator, 1 unit di gunakan administrator, dan 1 komputer digunakan oleh badan pengawas dari Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP). Pada 10 lokasi yang ada, tes koleksi dilakukan 3 sesi. Sesi pertama 20 peserta sampai sesi ketiga. Waktu pelaksanan dimulai dari jam 07:00 sampai jam 02:00 siang. Dimas-ing – masing hari ada 840 peserta tes.

Titik Suryati mengatakan, ada beberapa ta-hapan yang diberikan oleh penyelenggara kepada CPNS, semacam sosialisasi, bimbingan teknis, dan pada saat h-1 BKPP memberikan simulasi kepada seluruh CPNS, agar penyelenggaraan tes seleksi berjalan sesuai yang diharapkan. Untuk materi tes yang di berikan adalah pengetahuan umum.

Secara keseluruhan total computer yang dis-iapkan sebanyak 300 unit yang tersebar di 10 lokasi itu. Untuk mengantisipasi kelambatan jar-ingan koniksi BKPP bekerja sama dengan Telkom. jumlah 300 unit komputer itu, pelaksanaan tes di Sumenep dipastikan hanya memakan waktu sela-ma lima hari. Terkait biaya yang di anggarkan be-lum jelas, dari 43 formasi dan 4162 peserta takut ada formasi tambahan, sebab pemerintah setem-pat memang meminta formasi tambahan seban-yak 200 formasi sehingga Badan Penyelengga tes seleksi menganggar 400 juta rupiah yang sifatnya persediaan, ternyata formasi tambahan yang di-minta tersebut tidak ada . sehingga untuk yang 43 formasi anggaran belum tahu pasti. Sementara Kepala Badan Kepagawaian Titik Suryati men-gaku untuk tes seleksi tahun ini, menghabiskan biaya berapa belum diketahui. Sebab pihak pe-nyelenggara belum selesai mengkalkulasi secara keseluruhan biaya yang dikeluarkan.

Bagi seluruh CPNS harus tahu beberapa per-syaratan yang telah tercantum seperti, ujian dengan sistem Computer Assisted Test: Seleksi Penerimaan CPNS 2014 secara Nasional dilak-sankan dengan ujian / test menggunakan C.A.T. (Computer Assisted Test). Info dapat dibaca di Website Kemenpan & RB ( http://www.menpan.go.id/berita-terkini/1513 ), persyaratan umum: Sebagaimana diatur dalam PP Nomor 11 Tahun 2002 tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil, serta memenuhi persyaratan kualifikasi pen-didikan sesuai lowongan formasi yang diminati, alamat E_mail: Seleksi Penerimaan CPNS 2014 hanya dapat diikuti melalui tahap pendaftaran di Portal ini, untuk itu calon pendaftar wajib memi-liki alamat surat elektronik yang masih berlaku (email), pengisian data pribadi harus akurat: Se-mua informasi/data pribadi yang diisikan dalam formulir pendaftaran disini harus akurat, benar dan dapat dipertanggung jawabkan untuk meng-hindari hal-hal yang dapat merugikan diri sendiri atau merugikan pihak lain serta diberikannya sanksi hukum dikemudian hari. Calon peserta hanya dapat mendaftar 1 (satu) kali di portal ini (hanya mempunyai 1 kali kesempatan mengikuti test di salah satu instansi). Calon peserta dapat memilih 3 (tiga) formasi jabatan, yang kualifika-si pendidikannya sama pada instansi yang telah

diputuskan / dipilih oleh calon peserta, cermat danteliti : Harap mencermati setiap keterangan / instruksi / pemberitahuan / peringatan yang muncul di halaman-halaman pendaftaran, gratis : Penerimaan CPNS Tahun 2014 tidak dipungut biaya mulai dari pendaftaran s/d pengumuman hasil kelulusan. Persyaratan Umum CPNS Sume-nep adalah Warga Negara Republik Indonesia, Pelamar adalah lulusan dari Perguruan Tinggi Negeri/Swasta yang telah terakreditasi, dan/atau telah mendapat ijin penyelenggaraan dari Men-teri yang menyelenggarakan urusan pemerinta-han di bidang pendidikan atau Pejabat lain yang berdasarkan Peraturan Perundang-undangan berwenang menyelenggarakan pendidikan, Per-syaratan Usia Pelamar berusia serendah - ren-dahnya 18 (delapan belas) tahun pada tanggal 1 Januari 2015, dan setinggi - tingginya 35 (tiga puluh lima) tahun pada tanggal 1 Desember 2014, Berkelakuan baik dan tidak pernah dihukum Pen-jara atau kurungan berdasarkan putusan Pengadi-lan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, Berbadan sehat dan tidak menggunakan obat-obatan terlarang, Tidak pernah diberhenti-kan dengan tidak hormat, tidak atas permintaan sendiri, atau tidak dengan hormat sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil/Pegawai Negeri Sipil atau diberhentikan tidak dengan hormat sebagai Pega-wai Swasta, Tidak berkedudukan sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil atau Pegawai Negeri Sipil, Bersedia mengundurkan diri dari kepengurusan dan / atau keanggotaan Partai Politik jika dinyata-kan lulus sebagai CPNS, Mampu mengoperasikan komputer.

Sangat jelas sekali Titik Suryati mengatakan pengawai yang dicari adalah pegawai yang benar - benar faham dalam bidangnya, butuh penyelek-sian yang sangat akurat dalam menetukan CPNS yang telah masuk final. Sehingga Kepala Dinas Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan (BKPP) Titik Suryati mengatakan akan mengada-kan sumpah PNS yang akan diselenggaran di Korpri pada tanggal 18 November 2014 dengan jumlah 534 peserta. Yang mana ini bertujuan agar PNS di Kabupaten Sumenep dapat menjalankan tanggung jawab serta amanahnya dengan sesung-guh sungguhnya.

imam Rasyidi

BKPP Sukses Gelar Test CPNS

14 | MATA SUMENEP | 17 NOVEMBER 2014

PANGESTO

Pameran pembangunan di tiap kecamatan bisa menumbuhkan ekonomi kreatif dan memberi edukasi dalam menggali potensi desa. Tentu ini butuh peran aktif masyarakat untuk memunculkan aneka potensi di setiap desa. Apakah potensi SDA atau potensi SDM.

Dalam minsed Bupati Sumenep, A Busyro Karim, pergelaran pameran di tingkat ke-camatan, tentu melibatkan generasi muda baik sebagai peserta maupun pendukung. Se-mua kekayaan kecamatan atau desa seperti keragaman makanan (kuliner), hasil kreasi home industry dan hasil produk alam bisa ditampilkan lewat pameran.Ruang peran ini menjadi pintu untuk menunjukkan hasil kreasi yang bisa dipajang di setiap stand-stand kecamatan.

“Saya yakin setiap desa pasti memiliki keunikan tersendiri. Melalui kegiatan pam-eran di tiap kecamatan, bisa menjadi ajang promosi potensi desa,” tutur bupati suatu ketika.

Dalam kesempatan yang sama, Bunda Paud Kecamatan dan Desa dilantik oleh Bun-da Paud Kabupaten, Nurfi triana Busyro. Dalam sambutannya, Bunda Fitri selalu mene-kankan pentingnya kualitas pendidikan yang harus dimulai sejak usia dini. Selain itu, ia juga berpesan agar para ibu untuk selalu memperhatikan kualitas gizi anaknya.

Ekonomi Kreati f di Pameran Kecamatan

17 NOVEMBER 2014 | MATA SUMENEP | 1517 NOVEMBER 2014 | MATA SUMENEP | 15

PANGESTO

aneka aktivitas dan pertunjukan dalam pameran disetiap kecamatan yang menjadi leading sektor Diskom-info......Bravo...Super Mantap

16 | MATA SUMENEP | 17 NOVEMBER 2014

mata POTENSI

Kesuksesan saat ini, tentu melalui perjuan-gan yang sangat panjang dengan modal istiqomah dan keberanian mengambil

risiko. Gairah usaha, beliau lalui setelah me-namatkan pendidikan di Pesantren Al-Amien, Prenduan, tahun 1998. Awal usaha ia lalui den-gan membuka jasa service komputer, di sekitar Ponpes. “Saya hanya bermodal kepercayaan dan uang saku sekolah yang ditabung sejak duduk di bangku SD,” cerita Ustadz BQ, mengenang ihwal usaha yang ia rintis.

Dari hasil membuka jasa service, Ustadz BQ baru bisa membeli komputer untuk menyediakan kebutuhan dan permintaan konsumen, yang se-makin meningkat. Antusiasme warga, ia respon dengan membuka kursus komputer yang dileng-

kapi berbagai aksesoris komputer, hingga ke penjualan laptop dan perangkat tekh-nologi modern seperti scanner, proyektor, LCD, printer multifungsi, finger print dan lain seba-gainya.

Dalam minsed Ustadz BQ, kehadiran teknologi komputer, laptop dan perangkat tekhnologi lain, sangat membantu pekerjaan individu dengan

hasil maksimal dan efisien dalam waktu sangat singkat. Berangkat dari pemikiran itu, Ustadz BQ, terpecut mengembangkan usaha komputer di se-jumlah tempat di Madura. “Pertama saya buka di rumah sendiri di Desa Jaddung Pragaan, pada ta-hun 1998,” tuturnya kepada Mata Sumenep.

Pada tahun 2003, Ustadz BQ merambah Kota Sumenep, tempatnya samping Mapolres, mem-beri nama BQ Computer. Kemudian menam-bah gerai komputer di Jalan Kemala, Kelurahan Banselok, Sumenep, pada tahun 2008 dan Pame-kasan, tahun 2010. Pada tahun 2013, Ustadz BQ memperluas bangunan usaha komputer di Sume-nep dengan membangun gedung baru, setahun kemudian, toko anyar-nya, di lengkapi Bola-Bola Ponsel (pusat handphone). Di tahun itu pula, Ustadz BQ membuka BQ Galeri di Pakamban, yang menyediakan onderdil sepeda motor, jasa laundry, konveksi, tas sekolah, dan sepatu.

Demi menjawab tantangan zaman yang serba ketergantungan dalam teknologi informasi dan komunikasi, Ustadz BQ membuka bisnis lebih spektakuler, dengan nama Dealer HP. Dari bis-nis barunya, Ustadz BQ menambah gelar, Raja Ponsel di Madura. Kenapa? Di usaha Dealer HP itu, tergolong penyedia aksesoris HP (hand-phone) terbesar, terlengkap dan termurah di Madura, yang kini dikenal dengan nama Bola-Bola Ponsel. Usaha ini berpusat di dua tempat. Pertama, di Jalan Stadion, Pamekasan. Kedua, Jalan Urip Sumaharjo, Sumenep. Untuk mem-berikan kepuasan bagi para konsumen, Ustadz BQ, selalu memanjakan konsumen dengan pelayanan terbaik, tersedia berbagai macam merek terkenal seperti Apple, Samsung, Ad-vance, Treq, Oppo dll.

Disela menekuni usaha yang sudah berjalan dan berkembang pesat, Ustadz BQ juga sukses bergelut di bisnis real estate (Perumahan) di sekitar wilayah Sumenep dan Pamekasan den-gan bermodal keinginan dan keyakinan serta re-lasi bisnisnya, yang tersebar di dalam maupun luar Madura. Harapan beliau jangka panjang dari usaha ini bahwa masyarakat Madura dapat

mandiri memiliki tempat tinggal yang sederha-na namun layak ditempati.

Dalam perjalanan merintis usaha, memang tidak lepas dari aral rintangan. Namun, bagi Ustadz BQ, kerikill perjalanan usaha itu, di-jadikan cermin untuk instrospeksi demi per-baikan dan kemajuan usahanya. Karena itu, ia selalu menanamkan kepada karyawan dengan unsur pendidikan sehingga memiliki nilai plus. Bekerja sambil belajar. Tak heran, jika jumlah karyawan di bawah naungan usaha Ustadz BQ, mencapai 250 orang, yang diambil dari sejum-lah tempat di Sumenep dan alumni Ponpes Al-Amien.

Motivasi utama dari semua usaha yang ia tekuni adalah untuk mengurangi angka pen-gangguran di masyarakat Madura. Ini terbukti dari keseharian keluarga, istri dan anak-anak beliau yang penuh dengan kesederhanaan dan jauh dari kemewahan. Hasil dari usaha-usaha beliau akan dikembangkan untuk membuka usaha lainnya, dengan demikian dapat mem-berikan lapangan pekerjaan bagi mereka yang membutuhkan. Sehingga, dapat memberi kon-stribusi bagi negara, bukan hanya dengan me-nambah nominal PAD (pendapatan asli daer-ah), tapi bisa mengurangi angka pengangguran.

Jiwa pejuang (ruhul jihad) Ustadz BQ, di-aplikasikan ketika menimba ilmu dan menjadi guru di pesantren Al-Amien Prenduan yang cukup ternama di tanah Madura ini. Menu-rutnya, modal utama yang harus dimiliki untuk mencapai kesuksesan terutama dalam bidang wirausaha adalah Istiqomah, berani mengambil risiko dan mampu bekerja sama dengan orang lain. Memperbanyak jaringan atau relasi kerja, jangan terlalu banyak berfikir dengan risiko ka-rena kesuksesan dapat diraih setelah melewati tangga kegagalan. Namun tujuan akhir dari semuanya, adalah memberikan manfaat bagi mereka sekitar kita seperti motto hidup beliau “Khairunnas Anfa’uhum Linnas”

Berani mencoba!!!.. ahmad faidi

Nama :SUBEKI

Tetala : Banyuwangi, 29 Maret 1972

Alamat : Dusun Ketapang 001 / 001

Desa Jadung, Pragaan

Ayah : Kastubi

Ibu : Marsun

Istri : Sri Astutik

Nama Anak : 1) Ahmad Fawas Irfani,

2) M. Farros Sofwani,

3) M. Nabhan Mubarok

Pendidikan : SD Banyuwangi (1982)

MTs Banyuwangi (1989)

MA Banyuwangi (1992)

S1 IDIA Prenduan (1997)

Motto : “Khairunnas Anfa’uhum Linnas”

Biodata

Ustadz BQ nomor dua dari kanan

salah satu Gerai BQ di Prenduan

Mendengar nama BQ, orang langsung menunjuk toko kom-puter. Memang, BQ Computer tercatat sebagai perintis pe-nyedia jasa service beserta kelengkapan komputer, di Sume-nep. Dan label BQ, merupakan singkatan dari sang owner, Ustadz Subeki,- akrab dipanggil Ustadz BQ, yang sengaja mengambil identitas dalam bentuk usaha komputer. Buah dari perjuangannnya, ia petik kesuksesan dengan merambah usaha lain, seperti, konveksi, laundry, onderdil dan ponsel.

Dari Penyedia Service Komputer Kini Menjadi Raja Ponsel

17 NOVEMBER 2014 | MATA SUMENEP | 17

mata desa

Deklarasi Damai Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) Serentak Sumenep 2014 berlangsung guyub di Pendopo Agung, pada hari Rabu 12 November 2014. Acara dihadiri 280 Calon Kepala Desa (Cakades), BPD, Ketua Panitia, Muspika dan Forpimda Kabupaten un-tuk menyaksikan Deklrasi Damai dan Ikrar untuk menyelenggarakan Pilkades damai.

Langkah ini tergolong baru dilakukan Pemkab Sumenep dalam kontestasi politik tingkat desa. Biasanya, deklarasi damai berlang-sung pada kontestasi politik tingkat kabupaten.

Bupati Sumenep Abuya Busyro Karim dalam sambutan meminta kepada Cakades yang ikut dalam Pilkades Gratis agar legowo dan siap menang dan siap kalah. Sehingga tidak ada permasalahan yang menon-jol dan kedewasaan politik di tingkat desa mulai terwujud.

“Berkompetisi politiklah secara dewasa. Karena, tidak seluruh calon bisa memenangkan pemilihan kepala desa. Pilkades serentak merupa-kan komitmen pemkab Sumenep untuk lebih meningkatkan kualitas demokrasi tingkat desa, sekaligus mereduksi konflik horisontal, dan mengurangi praktek perjudian atau taruhan,” papar bupati.

Dalam acara itu, panitia dari Pemdes memberi kesempatan kepada masing-masing Forpimda untuk menjelaskan terkait aturan Pilkades. Khusus Mapolres, Pemdes memberi waktu kepada semua jajaran Kepa-la Satuan (Kasat) di Mapolres untuk menjelaskan secara rinci hal-hal yang melanggar peraturan. Seperti, Kasatlantas Polres Sumenep, AKP Musa Bakhtiar meyampaikan materi terkait lalu lintas saat Pilkades agar para pendudkung tidak melakukan konvoi sepeda motor yang dapat memicu ketersinggungan antar pendukung Calon Kades. Sedan-gkan persoalan hukum dipaparkan Kasatreskrim Polres Sumenep.

rusydiyono

Deklarasi Damai Pilkades GratisSerentak

18 | MATA SUMENEP | 17 NOVEMBER 2014

MATA DESA

Camat Batang-Batang, Anwar Syahro-ni Yusuf, berhasil menyisihkan 26 Camat untuk menjadi duta Pemkab Sumenep dalam seleksi peningkatan kinerja ke ting-kat provinsi Jawa Timur. Camat Anwar terpilih setelah melewati seleksi 27 Camat. Camat Anwar lolos ke babak penyisihan 5 besar dan terakhir lolos seleksi 3 besar. Dari tiga besar ini, Camat Anwar dinilai memiliki program kreatif dan inovasi yang memudahkan pelayanan warganya.

Kepala Bagian Pemerintahan umum dan Otoda Setdakab Sumenep, Ferdi-yansyah Tetrajaya, menerangkan bahwa lima Camat terbaik yang masuk dalam ta-hap penilaian adalah, Mohamad Junaidi, Camat Kota Sumenep, Anwar Syahroni Yusuf, Camat Batang-Batang, Joko Sigit Supraworo, Camat Ambunten, Agus Dwi Saputra, Camat Lenteng, serta Wahyu Kurniawan Pribadi, Camat Dungkek.

“Lima camat tersebut merupakan camat terbaik setelah melalui berbagai

penilaian yang dilakukan tim Pemkab Sumenep, yang dipimpin langsung Bapak Bupati Sumenep’’ ujarnya Kepada Mata Sumenep.

Dari 5 Camat menyusut menjadi tiga camat terbaik. Yaitu, Anwar Syahroni Yusuf, Camat Batang-Batang, Mohamad Junaidi, Camat Kota Sumenep, Joko Sig-it Supraworo, Camat Ambunten. ‘’ Tiga nominator terbaik di Sumenep dianuger-ahi Piala Bupati Sumenep yang diberikan saat upacara Hari Jadi Sumenep ke 745, 31 Oktober 2014,” jelas Ferdiyansyah.

Waktu penilaian kinerja camat digelar sejak tanggal 29 September hingga 6 Ok-tober 2014 lalu. Penilaian dengan presen-tasi potensi wilayah dan dilanjuti sistem kunjungan lapangan. Semua itu dilakukan untuk menentukan lima camat terbaik, dan menuju ke tahap penilaian berikutnya hingga menghasilkan lima camat dan mengkrucut menjadi tiga dan satu yang terbaik.

Ferdiansyah merinci penilaian terse-but dilakukan dalam rangka memaksil-malkan dan memotivasi kinerja para ca-mat dalam memberikan pelayanan pada masyarakat. Penilaian tersebut dimaksud untuk mendorong pengembangan krea-tivitas dan inovasi perangkat yang ada di tingkat kecamatan.

“Camat Batang-Batang tergolong kre-atif dan inovatif karena membuka pelay-anan 24 jam kepada masyarakat Batang-Batang yang membutuhkan pelayanan. Pak Camat memberi mandat atau delega-rasi wewenang kepada bawahannya, un-tuk melayani masyarakat yang memerlu-kan keterangan berobat. Pelayanan orang sakit kan tidak waktunya. Ini terobosan Camat Batang-Batang yang dinilai kreatif dan inovatif dalam memberikan pelay-anan kepada warganya,” ujarnya dari bilik telpon.

rusydiyono

Camat Terbaik Duta Sumenep

Camat Batang-Batang saat menerima piala penghargaan dari Bupati Abuya Busyro Karim

17 NOVEMBER 2014 | MATA SUMENEP | 19

KISAH DIBALIK PENDOPO

Arah jarum jam menunjukkan pukul 18.30 Wib. Mobil rombongan Bupati Sumenep berja-lan beriringan menuju lapangan sebelah kantor Kecamatan Batang-Batang. Terlihat sejumlah pimpian SKPD ikut serta dalam rombongan bu-pati yang akan menghadiri Pembukaan Pameran Pembangunan Dan Pengokohan Bunda Paud di Kecamatan Batang-Batang.

Rombongan tiba di perempatan jalan Batang-Batang, sebelah selatan tempat acara, pada pukul 19.15 Wib. Selanjutnya, rombongan orang nomor satu di Sumenep itu, memasuki lokasi kegiatan yang sedang berlangsung.

Kehadiran bupati bersama rombongan dis-ambut hangat oleh Bapak Camat Batang-Batang, Anwar Syahroni Yusuf. Sambi lalu tersenyum Pak Camat menjabat tangan suami Nurfitriana itu dan mempersilahkan duduk. Suasana kembali hangat disaat Shalawat Badar bergema.

Lantunan Shalawat Badar pun telah usai. Acara demi acara penyambutan selesai, sehingga pada akhirnya tiba giliran Bupati untuk menyapa masyarakat Batang-Batang. Namun ada kejutan yang tak terduga, sebelum Abuya naik ke atas panggung, tiba-tiba muncul puluhan penari kaum pria yang berdandan layak perempuan dengan iringan musik tong-tong Super Mantap. Sebe-lum tarian itu diakhiri, dua orang dari penari itu mengeluarkan secarik kain putih. Setelah dibu-ka kain itu, ternyata ada tulisan yang bermunyi “Sumenep Super Mantap”.

Tepat pukul 20.45 Wib, bupati mengucapkan salam, dan menyapa semua pengunjung. Dengan ciri khasnya, yaitu menggunakan bahasa Madura dan selalu dibumbuhi senyum. Mengawali samb-utannya, bupati berkata “saya sudah lama tidak berdiri di lapangan Batang-Batang ini, dulu saya sering, karena saya sebelum menjadi bupati, saya aktif di GP Ansor, NU, sampai akhirnya ke PKB

dan kebetulan sering mengadakan acara di tem-pat ini,” ujarnya.

Dalam sambutannya, Bupati menyampaikan tentang hakikat adanya pameran. Katanya, Selain untuk silaturrahim, ada sisi lain yang tak kalah pentingnya, yakni peningkatan ekonomi rakyat. Lanjut Bupati, dengan adanya pameran, proses perputaran uang akan semakin lancar. Karena semua pedagang bisa ikut menikmati keuntun-gannya, maka dengan sendirinya ekonomi rakyat semakin berkembang. Selain itu, dengan adanya pameran tersebut, produk lokal tidak akan punah, malah berkembang dan tambah baik.

Sebelum mengakhiri sambutannya, bupati berharap, agar masyarakat Sumenep, Khususnya warga Kecamatan Batang-Batang terus berinovasi dan berkreasi. “Sebentar lagi Sumenep akan me-miliki gedung khusus untuk menampungkuliner khas Sumenep. Apabila masyarakat terus menin-gkatkan produksinya dan dikemas dengan baik, tidak menutup kemungkinan, Sumenep akan kaya dengan makanan lokal,” ujar bupati.

Setelah itu, bupati menyampaikan kebang-gaannya kepada Anwar Camat Batang-Batang, sebab dengan dana sekecil Rp. 6.000.000 yang diambil dari APBD Sumenep bisa melaksanakan acara semeriah itu. Bupati berkata demikian ka-rena melihat format dan jalan acara yang ber-langsung dengan memeriah. Semua ini berjalan lancar karena kecerdasan pemimpinnya dalam menyiasati keterbatasan, sedikit memuji orang nomor satu di Kecamatan Batang.

Usai sambutan Bupati tidak langsung tu-run dari panggung, tetapi masih menyapa grup musik Super Mantap. Tidak lama kemudian tu-run dan duduk kembali ke tempat semula. Be-berapa menit kemudian pembawa acara dalam kegiatan tersebut menyampaikan, bahwa bupati beserta rombongan akan berkunjung ke semua

Stan yang ada. Sepontan pengunjung berdiri di samping jalan, tiada lain hanya untuk bersala-man dengan bupatinya. Saat itu Mata Sumenep yang bersama Kasubag pemberitaan Humas dan Protokol Ali Alhamidi berjalan di belakang rombongan. Bupati langsung ke Stan Nasi Poc-ong, disana terlihat Bapak Sekda, Hadi Soetarto juga ikut menikmati Nasi Pocong.

Dari kejauhan Aynizar Sukma, ajudan bu-pati dan Uswatun Hasanah selaku ajudan Bunda PAUD, Nurfitriana tampak sibuk mendampingi junjungannya. Tetapi ada seutas kebahagiaan yang dirasakan oleh Nana panggilan akrabnya, dengan selalu ikut Bunda Fitri, selain bisa me-nambah wawasan juga bisa ngerti terhadap bu-daya di tiap-tiap daerah yang ada di Sumenep ini.

Bapak Sufiyanto, Kabag Humas dan Protokol terlihat mondar mandir. Pak Sofi-panggilan akrabn-ya selalu memantau stan-stan yang akan dikunjungi bupati beserta rombongan. Semua itu ia lakukan demi kelancaran dan khidmatnya acara.

Sesampainya di stan, pengunjung berebut untuk bersalaman dengan bupati. Bupati juga membalas salam sapa rakyatnya itu dengan senyum dan ber-tanya kabarnya “katinapa padhe sehat” katanya sambil berjalan mengunjungi stan berikutnya. Bah-kan kata Ali,pengunjung pameran kali ini cukup tertib dan sukses.

Blusukan bupati ke stan-stan berakhir di stan Bakso Gratis yang disediakan oleh panitia pam-eran pembangunan. Sehabis itu bupati berbin-cang-bincang santai dengan Camat. Tak lama kemudian langsung menuju mobil. Sayonara.....bupati kembali ke Rumah dinas di Sumenep. Ses-ampainya di Rumdin jarum jam menunjuk angka 02. Cukup melelahkan, tapi itulah kenyataan se-bagai pemimpin bangsa. Tidak cukup duduk san-tai di atas meja.

rusydiyono

Uswatun Hasanah Aynizar Sukma

Bupati Makan Nasi “Pocong” Beralas Daun Jati

Camat Batang-Batang

20 | MATA SUMENEP | 17 NOVEMBER 2014

album mata

Surat Untuk Wakil Rakyat

Melalui proses yang cukup panjang, akhirnya “Panitia Lomba Membuat Surat Untuk Wakil Rakyat Sume-

nep” memutuskan 13 orang sebagai pemenang dari 200 pengirim surat melalui email [email protected].

Ketua Panitia Lomba, Ibnu Hajar men-gungkapkan, kreteria penilaian berdasarkan fakta dan gagasan yang ditawarkan untuk menuju Sumenep lebih baik. “Pada dasarnya, semua surat yang masuk mengandung nilai dan wajib diakomudir oleh anggota dewan yang terhormat,” tutur Ibnu.

200 surat dari pserta diserahkan secara kelembagaan DPRD Sumenep agar menjadi kajian dan bahan pertimbangan selama 5 ta-hun kedepan.

Adapun Pemenang Lomba :1. Alifatul Khairiyah ( MA I Annuqayah, Guluk-Guluk)2. Fauzi (Pasar Anom Kota Sumenep)3. Nur Hikmah (SMU 1 Muahmmadiyah Sumenep)4. Sukambeng (Batang-Batang)5. Aribuddin (Gapura Tengah, Gapura)6. Azna Abrory Wardana (Jl. Cendana Perum BSA Kolor)7. M Ibrohim (Lubangsa Selatan Guluk-Guluk)8. Atiqairiyah (Ketawang Karay Ganding)9. Ach. Taufiqil Aziz10. Cindy Lea Prastini (Unija Sumenep)11. Nurul Fadhilah12. Masyhuri Drajat (Gapura Timur)13. Moh Yani (Totosan Batang-Batang)

KJS LaunchingPWI Gelar Raker

Sejumlah wartawan Sumenep yang tergabung lewat Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sumenep menggelar Rapat Kerja (Raker) tahunan ber-tempat di Balai PWI Jawa Timur dihadiri Kepala Dinas Komunikasi dan

Informatika (Dikominfo) Sumenep, Yayak Nurwahyudi dan Ketua PWI Jawa Timur, Ahmad Munir serta sejumlah pengurus PWI Jatim.

Pembukaan Raker PWI Sumenep ini sengaja ditempatkan di Balai PWI Ja-tim dan dibuka langsung oleh Ketua PWI Jatim, Ahmad Munir, kemudian dilanjutkan di Hotel Weta Surabaya.

Sebelum dilakukan pembukaan Raker, para awak media ini berdialog den-gan pengurus PWI Jatim tentang penguatan organisasi PWI Sumenep.“Sebagai ketua PWI Jatim, kami bersama pengurus PWI Jatim sangat berterima kasih kepada kepala Diskominfo yang menyempatkan diri hadir ke Balai PWI Jatim ini,” ungkap Ahmad Munir. Raker PWI Sumenep ini berlangsung mulai tang-gal 15 hingga 16 November 2014.

Sebelumnya, sejumlah awak media di Sumenep yang tergabung dalam Komunitas Jurnalis Sumenep (KJS) menggelar Launching dan Refleksi Hari Pahlawan sembari memberi anugerah bagi peserta Sayembara Menulis Satu Hati Membangun Sumenep. Kegiatan KJS ini berlangsung di WPS, Minggu 9 November 2014.

Bupati Sumenep, Abuya Busyro Karim hadir dalam acara anugerah say-embara menulis itu. Bupati berharap kekompakan dan minsed para jurnalis Sumenep bisa memberi konstribusi dan solusi bagi peningkatan pembangu-nan Sumenep.

redaksi

17 NOVEMBER 2014 | MATA SUMENEP | 21

MATA inspirasi

Berbagi sehat terhadap sesama, merupa-kan tujuan utama perusahaan Al-Maliki Herbal. Perusahaan yang memproduksi

obat-obatan berbahan buah Mengkudu ini be-rada di Desa Marengan, Kecamatan Kota Sume-nep, tepatnya sebelah timur pasar modern. Hasil produksinya terbilang unik dan termasuk langka. Tidak hanya di Sumenep, bisa di Indonesia. Sebab buah Mengkudu yang diolah menjadi obat alter-natif ini adalah sari buah Mengkudu asli, dengan proses fermintasi. Bukan dijus ataupun direbus, sehingga mengahasilkan produk herbal bermutu tinggi.

Perusahaan tersebut bermula dari pengala-man pribadi sang pemilik Herbal, Bapak Malik, ketika sering mengalami gangguan kesehatan. “Saya sering sakit kepala sebelah (migrain), kes-emutan, letih dan selalu ngantuk. Berbagai usaha untuk sembuh telah dilakukan. Akan tetapi usaha saya nyaris tak membuahkan hasil yang maksi-mal,” cerita Malik kepada Mata Sumenep, yang menemuinya.

Selang beberapa hari, Alumni Pondok Pesant-ren Annuqayah daerah Lubangsa itu bertemu dengan rekan bisnisnya di Surabaya. Dan atas saran rekannya, diperintahmengkonsumsi buah Mengkudu. Alhasil, penyakit yang dideritanya berangsur sembuh. “Alhamdulillah, berkat saran teman saya itu, penyakit saya sembuh dan tidak

kambuh lagi” katanya.Sumi Maisuroh ini bercerita tentang pengala-

man yang mengantarkan dirinya ke ambang kes-uksesan sebagai pengusaha herbal. Setelah pen-yakitnya hilang, ayah dua anak ini memproduksi sari buah Mengkudu, selain untuk dikonsumsi sendiri, juga untuk dibagi-bagikan kepada teman, keluarga, dan orang lain yang membutuhkan. Hal itu dilakukan sebagai wujud syukur atas kesem-buhan dirinya dengan pelantara Mengkudu. Ka-rena semua orang telah merasakan manfaatnya, sehingga mereka pun menyarankan agar produk-si tersebut dikembangkan dan dijual.

Lagi-lagi atas usulan teman, akhirnya produk-si terus digalakkan, hingga menghasilkan produk dengan tiga varian. Yaitu, Sari Buah Mengkudu, Kopi Biji Mengkudu, dan Teh Cellup Mengkudu. Berkat usaha kerasnya itu, hasil kreativitas itu resmi dipasarkan pada hari Ahad tanggal 3 Agus-tus 2014, tersebar dibeberapa tempat, termasuk ketika pasar Minggu, di depannya Museum kera-ton Sumenep, dengan nama merk An-Noni.

Untuk sementara, pemasaran An-Noni selain di Madura, sudah sampai ke Bali, Bekasi, dan daerah lain di Jawa Timur. Selain itu, produk yang dikemas dengan pembungkus warna hijau telah mengikuti pameran di wilayah Madura dan Jawa Timur. “Semuanya berkat kerja sama den-gan Dinas Koperasi dan UKM, Dinas Pertanian,

serta Dinas Perindustrian dan Pedagangan (Dis-perindag) Kabupaten Sumenep,” pungkas ayah Moh. Aisyul Kiromi ini.

Dari mana bahan bakunya? “Semua buah Mengkudu itu membeli ke petani yang ada di daerah pegunungan yang jauh dari polusi. Selain memperhatikan kualitas buah, juga memperhati-kan proses pemetikannya, sehingga ketika akan difermintasi nantinya bisa menghasilkan sari buah yang benar-benar berkualitas dan menye-hatkan,” tandasnya.

Sepintas Mata Sumenep membaca di papan nama yang ada di tempat proses pembuatan sari buah Mengkudu dilakukan, bahwa manfaatnya yaitu, untuk memelihara sistem imunitas (keke-balan Tubuh), anti oksidan, menormalkan te-kanan darah, mencegah dan menghmbat sel tumur dan sel kanker, dan membantu mengelu-arkan racun (Detoksifisika), serta kaya manfaat lainnya. Bahkan bagi perokok, sari buah meng-kudu merupakan obat alternatif untuk mengatasi dampak ngatif bahya rokok.

Di Al-Maliki Herbal sudah bisa mempeker-jakan sembilan orang, dan semuanya digaji tiap bulan. Keberadaan Herbal tersebut tidak hanya bernilai bisnis belaka, tetapi lebih pada pember-dayaan ekonomi masyaakat, memakai semboyan berbagi sehat dengan kebaikan buah mengkudu.

rusydiyono

Tersedia Sari Buah, Kopi dan Teh Cellup Mengkudu

Produk Herbal asli Sumenep

Buah Mengkudu yang menge-luarkan bau tak sedap, berubah menjadi minuman segar yang menyehatkan. Dari tangah Ma-lik, Buah Mengkudu diolah menjadi tiga varian; Sari Buah Mengkudu, Kopi Biji Meng-kudu, dan Teh Cellup Meng-kudu. Minuman berbahan asli sari buah Mengkudu, dengan proses fermintasi, tanpa jus atau direbus, menghasilkan minu-man herbal bermutu tinggi.

22 | MATA SUMENEP | 17 NOVEMBER 2014

MATA PESANTREN

Hanya satu dari sekian ribu, seperti Pon-dok Pesantren Yatim Terpadu Al-Akbar Santoso yang berada di dekat lokasi

Wisata Pantai Lombang. Berjarak 5o meter dari bibir Pantai Lombang keberadaan Ponpes cukup unik. Sebab, lokasi yang dipilih dekat lokasi wisa-ta. Beda dengan lazimnya lokasi Ponpes.

Pengasuh Ponpes, Kiai Zainul, bercerita ih-walkeinginan seorang travelling dunia, H. Leks-mono Santoso, untuk membangun Masjid. Hingga akhirnya berkembang menjadi Pondok Pesantren Yatim Terpadu Al-Akbar Santoso. Ala-san Leksmono sederhana, ketika berlibur ke Pan-tai Lombang bersama rekan-rekannya seringkali mengalami kesulitan ketika akan menunaikan ibadah shalat. Memang, kondisi Mushallah dekat pantai sangat memprihatinkan, baik dari sisi ke-bersihannya ataupun kondisi bangunannya.

Akan tetapi, perjalanan tak selamanya mulus, pada tahun 2008 pertama kali Ponpes berdiri, selalu saja ada aral dan rintangan menghadang. Berbagai tantangan dan cobaan menimpah sang pengasuh Ponpes. Pernah suatu ketika, dirinya disangka komplotan teroris. Bahkan dirinya sem-pat dicurigai sebagai perakit bom. Namun, suami Nyi Imaroh ini tetap tabah dan sabar menjalani ujian tersebut. Dalam hatinya sudah tertanam benih-benih perjuangan untuk dakwah. Sehingga gelombang yang datang bertubi-tubi menghan-tam, tidak membuat dirinya rapuh untuk ber-juang di jalan Allah.

Ibarat api yang menyala-nyala, akhirnya pad-am jua. Isu negatif sang pengasuh dan keberadaan Ponpes perlahan hilang. Lambat laun keberadaan Ponpes yang berada di Jl. Cemara Udang No 85,

Desa Lombang Kecamatan Batang-Batang itu mu-lai mendapat ruang di hati warga sekitar. Buktin-ya tidak berselang lama dari peresmian Ponpes, anak-anak tetangga sekitar sudah mulai berda-tangan untuk menuntut ilmu. Apalagi semenjak masyarakat tahu, kalau Ponpes itu bebas biaya, terutama bagi anak yatim dan anak yang berasal dari keluarga tidak mampu. Buktinya disana su-dah terdapat tiga puluh lebih anak yang mondok, semuanya berasal dari keluarga tidak mampu. Belum lagi yang tidak menetap di asrama Ponpes, yang hanya belajar ngaji dan sesudah selesai sang murid pulang ke rumahnya masing-masing. Ujar Kiai dengan tiga anak.

Menampung anak yatim dan menyantuni anak yang berasal dari keluarga tak mampu memang tujuan utama didirikannya Ponpes. Seperti yang tertuang dalam buku panduan Ponpes, bahwa tujuan mendirikan Ponpes atau rumah yatim itu tidak lain untuk membantu para yatim piatu agar dapat menyelesaikan pendidikan formalnya sesuai dengan jenjang pendidikannya. Tidak hanya sampai pada penyelesaian pendidikan, tapi titik tekan dari Ponpes tersebut bagaimana anak yatim ini memiliki keterampilan agar bisa hidup mandiri nantinya ketika sudah dewasa. Paparnya.

Selain untuk menampung para yatim piatu dan anak yang keluarganya kurang atau sama sekali tidak mampu. Misi utama Ponpes yang ba-han bangunannya didominasi dengan kayu ukir itu, untuk memfilter dampak negatif pengaruh wisata. Karena diakaui atau tidak, kata pria yang mengaku setiap hari selalu membersihkan hala-man Ponpes, Wisata Pantai Lombang akan ber-dampak buruk bagi lingkungan dan pola hidup

masyarakat di sekitarnya. Sehingga perlu ada fil-terasi. Untuk menyaring semua pengaruh buruk tersebut. Ujarnya.

Masalah biaya operasional Ponpes, selain me-mang dari sang perintis Ponpes yaitu Leksmono, juga dari aset lain yang dimiliki yayasan Al-Ak-bar, seperti tokoh yang ada di depan Ponpes, dan penginapan di sebalah utara Masjid Al-Akbar. Dari ketiga sumber dana itulah, Al-Akbar bisa menampung dan menyantuni anak-anak yang memerlukan perhatian khusus dari selain ke-luarganya. Selain itu, sudah memiliki satu ruang Perpustakaan, yang berisi buku-buku penunjang. Pungkasnya.

Adapun materi yang diajarkan di Ponpes lebih mengutamakan pada penguasaan mem-baca al-Qur’an. Mulai dari tajwij dan makharijul huruf, serta lagu-lagu enak di dengar. Sehingga santri Ponpes Al-Akbar mahir dan indah bacaan al-Qur’annya. Untuk materi kitab belum ada, hanya saja sudah direncanakan dalam kurikulum Ponpes. Alasan kenapa kitab belum menjadi ma-teri pelajaran, karena santrinya kebanyakan be-lum siap menerima pelajaran kitab. Sebab selain karena umur santri, juga dasar pendidikan sebe-lumnya.

Lebih lanjut sang pengasuh berharap kepada semua elemin, agar selalu bersedia dan dengan ikhlas berjuang mengembangkan Pondok Pesant-ren Yatim Terpadu Al-Akbar Santoso. Sehingga pada akhirnya benar-benar bisa menjadi rumah tempat belajar, khususnya bagi anak yatim dan anak yang kelas ekonomi keluarganya berada pada peringkat paling bawa.

rusydiyono

Ponpes di area Wisata Pantai Lombang

17 NOVEMBER 2014 | MATA SUMENEP | 23

Metamorfosis Al-Ghazali (5)Dari Filsuf Menuju Sufi

azuli MuhtarDosen STIT

AlKarimiyah

SURI TAULADAN

Praktek kesufian menurut Al-Ghazali harus dilalui dengan ‘uzlah (menyendiri), khalwat (menyepi), riyadlah (olah jiwa), dan mujaha-dah (sungguh-sungguh) demi mem-perbaiki hati dan akhlak agar selalu ingat Allah Swt, sehingga dapat mer-asakan (dzauq) hasil yang dilakukan.

Sikap ‘uzlah dan khalwat diambil al-Ghazali sebagai proses elementri penyucian sifat-sifat kasar menuju kebeningan hati. Dia sadar, sela-ma menjadi selebritas, alfa, bahwa kedudukan dan kemewahan, bagian dari orientasi hidupnya. Karena itu, setelah hampir sepuluh tahun ‘uzlah, al-Ghazali merasakan sesuatu yang baru saat kembali ke Naisabur, men-jadi tenaga pengajar. Dirinya mera-sakan hal baru. Berbeda saat berada di Baghdad. Jiwa al-Ghazali tidak lagi mencari kedudukan, gelar dan pengaruh. Dirinya bersandar pada kalimat laa haula wa laa quwwata illa billah. “aku tidak berdaya. Di-alah yang menggerakkan jiwa dan ragaku,” tulis al-Ghazali dalam al-Munqidz.

Masa reborn (kelahiran kembali) al-Ghazali waktu mengajar, meman-faatkan bertukar pikiran dengan para muridnya pada malam hari. Al-Ghazali menceritakan, tentang apa yang telah menimpa dirinya, sejak memutuskan mengembara menuju Allah. Serta bagaiman ia mendapat pengalaman spiritual.

Bagi al-Ghazali, ‘uzlah sebagai bentuk proses netralisasi diri dari kekagetan seorang salik yang akan menemukan rahasia yang tak ter-hingga sebagai tahap awal menuju musyahadah (penyaksian yang Haq) kemudian meningkat pada mukasya-fah (tersingkapnya hijab). Walau dalam keadaan sadar, kata al-Ghaz-ali, ia akan bertemu para malaikat, arwah para Nabi dan Rasul kemudi-an naik kepada tingkatan lebih tinggi yang tidak bisa dilukiskan dengan kata, yaitu makrifatullah.

Al-Ghazali menyebut tangga makrifatullah sebagai etape bagi per-ambah jalan Allah Swt. Dia melukis-kan tujuh mi ‘raj (pertemuan) yang harus dilalui oleh para Salik sebelum

meraih atau mencapai terminal akhir yang dituju, yaitu pertemuan dengan Allah Swt (makrifatullah).

Al-Ghazali meibaratkan makri-fatullah seperti membaranya api. Sedangkan ilmu tasawuf adalah api. Makrifat hanya diberikan kepada orang yang dekat kepada Allah Swt berupa pemberian cahaya Nya yang ditautkan dalam hatinya. Cahaya makrifat muncul dalam hati yang bersih dari sifat hina, buruk, tercela, dan rasa malu diri sendiri. Al-Hu-jwiri menyebut makrifat merupakan hati yang hidup bersama Allah Swt dan dia selalu memalingkan diri se-lain Allah Swt.

Dengan makrifatullah, kata al-Ghazali mengantarkan hamba untuk mencintai (mahabbah) Allah Swt ka-rena merasakan manisnya bertemu yang dirindu. Hal ini yang membeda-kan pengertian mahabbah Al-Ghaza-li dengan para Sufi terdahulu, sep-erti Dzun Nun Al-Misri atau Rabi’ah Adlawiyah, yang melalui tahapan mahabbah sebelum makrifatullah. Keduanya sama dimengerti atau dibenarkan. Hanya saja, Al-Ghaz-ali lebih menekankan wujud atau hasil konkret lebih dahulu sebelum menyatakan cinta kepada Allah Swt. Sebab, bagi Al-Ghazali, dirinya mer-asa kurang yakin menyatakan cinta sebelum berkomunikasi langsung atau merasakan pertemuan langsung dengan-Nya (makrifatullah).

Titik perbedaan landasan cinta (mahabbah) itulah yang dirasakan Al-Ghazali menjadi bagian integral dalam kehidupannya. Sehingga, di-rinya merasa ‘gila’ karena terbawa cinta-Nya. Tiada waktu untuk selalu bermesraan (uns) bersama kekasih yang dicinta. Dirinya rela (ridla) atau ikhlas menjalani apa yang men-jadi ketentuan-Nya.

Al-Ghazali menyebut mahabbah kepada Allah Swt merupakan buah makrifatullah dari para pejalan men-cari Allah Swt. Sebab, katanya, cinta nya kepada Allah berakar dari manis-nya bertemu. Rasa rindu menggelora bila tak bertemu kekasih. Karena itu, kata Al-Ghazali, cinta butanya men-gantarkan untuk selalu menyendiri

demi merajut kemesraan dengan kekasih yang dicinta (Allah Swt).

Tiada waktu kecuali bermunajat (komunikasi) melalui peleburan diri dengan merasakan manisnya dzikir. Sebab, kata Al-Ghazali, hati, pikiran, dan pengetahuan sudah terserap kemesraan dengan kekasih. Al-Ghaz-ali menyebut kemesraan (uns) berge-layut dengan Allah Swt karena hatin-ya terserap dan tertuju pada Kekasih yang dicintanya, sehingga tidak ada ruang kosong di dalam hatinya kec-uali berisi nama Kekasih (Allah Swt). Dia melihat yang Satu, tidak lagi melihat akan dirinya, karena kalah terserap ke dalam persatuan dengan Allah Swt.

Menurut Al-Ghazali, para ‘arif melihat tidak ada wujud kecuali ek-sistensi Tuhan (Allah), semuanya bi-nasa kecuali “Wajah”-Nya. Semuan-ya fana (hampa) kecuali yang Esa. Para ‘arif meleburkan diri dalam Ke-satuan Mutlak. Akal pikiran hilang dan terbius di dalam-Nya. Mulutnya tidak memanggil selain nama Allah Swt. Lupa akan diri sendiri hanya Allah yang diketahui. Hatinya selalu ingat (dzikir) Allah Swt. Lisannya selalu memuji-Nya. Anggota badan-nya sibuk beribadah kepada Allah Swt. Para ‘arif menemukan keba-hagian dan tidak mau berpisah dari yang dicintai. Allah selalu mengingat sebagaimana ia selalu ingat kepada Allah Swt. Allah mencintainya seba-gaimana dia mencintai Allah. Para ‘arif merasa senang dan puas bila bersama Allah Swt.

Al-Ghazali menyebut kemesraan

(uns) bergel-ayut dengan

Allah Swt karena hat-

inya terserap dan tertuju

pada Kekasih yang dicin-

tanya, se-hingga tidak

ada ruang kosong di

dalam hat-inya kecuali berisi nama

Kekasih (Allah Swt).

24 | MATA SUMENEP | 17 NOVEMBER 2014

ADVERTORIAL

Lembaga Pendidikan (LP) Ma’arif dan Gerakan Pemuda (GP) Ansor Sumenep, menggelar Lomba Gerak Jalan Shalawat

(GJS) yang diikuti 189 regu dari dua kategori pelajar dan umum. Kategori pelajar, diikuti ting-kat SMP/MTs, SMA/MA,dan sederajat. Sedan-gkan kategori umum berasal Pondok Pesantren dan Organisasi Kepemudaan lainnya.

Rute yang harus dilalui peserta yakni, Jl.Trunojoyo (depan Masjid Jami’, start), Jl. Jendral Sudirman, Hos Cokrominoto, K.H. Agus Salim, Imam Bonjol, Halim Perdana Kusuma, Pahlawan, K.H. Zainal Arifin, Wahid Hasyim, dan finis di Jl. Trunojoyo (sebelah barat Taman Bunga Sumenep).

Bupati Sumenep, A Busyro Karim dalam sambutan pelepasan GJS, mengungkap adanya gerak jalan shalawat akan melahirkan pemuda berkualitas lahir bathin. “Saya bangga dan senang

dengan kegiatan Gerak Jalan Shalawat ini. Ka-rena akan mampu melahirkan pemuda berkuali-tas,” katanya. Dengan salawat, sambungnya, akan tertanam jiwa dan semangat peduli lingkungan, sehingga hidup ini banyak memberikan manfaat pada sesama.

Ketua LP Ma’arif Sumenep, Moh. Ikhsan ke-pada Mata Sumenep mengaku bangga dengan kegiatan GJS hasil kerja bareng LP Ma’arif dan GP Ansor untuk menciptkan kehidupan Sumenep lebih makmur, aman dan damai. “Selain mer-ayakan tahun baru 1436 Hijriyah dan Hari Jadi Sumenep ke 745, kegiatan ini untuk memasyar-katkan tradisi shalawat kepada Nabi Muhammad SAW,” tutur Kasi Sarana dan Prasaran Dikmen di Dinas Pendidikan Sumenep ini.

Ketua Umum PC GP Ansor Sumenep, Muhri menyebut, Gerak Jalan Shalawat yang dimulai pukul 05:30 WIB dan berakhir pada pukul 12:30

WIB pada hari Minggu,16 November 2014, ini bertujuan untuk memasyarakatkan tradisi Shala-wat Nabi SAW agar kehidupan masyarakat Sume-nep meraih safaat Nabi Muhammad SAW.

Adapun pemenang Lomba Grak Jalan Shala-wat dari kategori pelajar putra diraih, SMA Nah-dlatul Ulama Sumenep sebagai pemenang juara 1. SMP Plus Miftahul Ulum Tarate jura 2, dan juara 3 diraih SMA Plus Miftahul Ulum Tarate. Sedan-gkan pemenang kategori pelajar putri yakni, SMA Nahdlatul Ulama, juara 2 SMA Tarbiyatus Sibyan Dungkek, dan juara 3 diraih MA Nurul Muhlisin Rubaru.

Pemenang kategori umum yakni, Komisariat IPPNU Tarsib Dungkek meraih juara 1, Ponpes Nurul Anwar Longos Gapura meraih juara 2, dan PAC GP Ansor Batuputih meraih juara 3.

mahdi

Rangkaian Hari Jadi Sumenep ke 745 dan Tahun Baru 1436 Hijriyah

Membumikan Shalawat Nabi SAW Melalui Gerak Jalan Shalawat

Komunitas Vespa MenyambangiBupati

Para pecinta vespa se Jawa Timur, Minggu, 16 November, menyambangi Ru-mah Dinas (Rumdis) Bupati untuk sekedar bertatap muka dan berfoto selfie, dalam kurun waktu sekitar 15 menit. Setelah beramah-tamah, ratusan peng-

endara vespa dengan bermacam-macam variasi itu, meninggalkan Rumdis menuju acara di Lapangan Gotong Royong untuk merayakan Hari Jadi Sumenep ke 745.

Bupati Sumenep, Abuya Busyro Karim tampil muda menyesuaikan para tamu. Dalam sambutan sekitar 3 menit, bupati mengaku kembali muda seakan hidup saat mahasiswa dulu bila berkumpul dengan para pecinta vespa. “Sewaktu kuliah di IAIN Jogjakarta (sekarang UIN, red), berangkat dari tempat tinggal di Pondok Pesantren Krapyak ke kampus, selalu mengendarai sepeda vespa,” cerita bupati yang disambut respon jari jempol dari para pecinta vespa dengan identitat Cakrawala Enterpres.

Karena itu, bupati merasa sangat senang bila para pecinta vespa mengajak pemer-intah dalam setiap kegiatan sosial maupun aktivitas lainnya. “Kami siap memfasili-tasi apa yang dibutuhkan para pecinta vespa,” ujar bupati mengakhiri sambutannya.

17 NOVEMBER 2014 | MATA SUMENEP | 252014 | MATA SUMENEP | 25

Testimoni

17 NOVEMBER 2014 | MATA SUMENEP | 252014 | MATA SUMENEP | 25

Testimoni

Beberapa buku yang pernah ditulis bu-pati antara lain ; (1) Tafsir Tradisiona-lis Membumikan Teks dalam Konteks

Kehidupan Sosial, [2009], (2) Tafsir al-Asas, Kandungan dan Rahasia di Balik Firman-Nya [2011), (3) Fiqh Jalan Tengah Imam Syafi’i [2012], (3) Indonesia, Globalisasi dan Otonomi Daerah, Beberapa Pikiran untuk Sumenep [2005], (4)Migrasi Tanpa Kata, Catatan Dari Ruang Pojok [2012], (5) Bu-kalah Selimutmu [2012), terbaru Menuju Sumenep Cerdas 2015--Pengelolaan Pen-didikan Secara Profesional (2014).

Sufiyanto menyebut, ghairah intelektual bupati bisa teraktualisasi dengan menulis buku dan meneruskan ke program doktoral di Universitas 17 Agustus (Untag) di Sura-baya. Dan di tengah menyelesaikan program doktoralnya, Abuya masih menyempatkan menulis buku Menuju Sumenep Cerdas 2015--Pengelolaan Pendidikan Secara Pro-fesional. Menurut Kabag Humas dan Pro-tokol ini, sang bupati menguraikan beberapa fakta yang menjadi penghambat kemajuan sebuah pendidikan, kemudian menawarkan solusi apa yang menjadi kendala dalam pen-gelolaan pendidikan.

Dr. Muhammad Saidi, M.Pd., MM dalam pengantar buku anyar bupati me-nyebut mengelola pendidikan secara pro-fesional, saling erat kaitan dengan Standar Nasional Pendidikan yang digariskan Pemerintah berupa: standar isi; proses; kompetensi lulusan; pendidik dan tenaga kependidikan; sarana dan prasarana; pen-gelolaan; pembiayaan; dan standar pe-nilaian pendidikan. Dari semua standar itu adalah batasan minimal yang harus dipe-nuhi oleh satuan pendidikan, yang ditun-

jang pemenuhannya di antaranya Pemer-intah Pusat dan Daerah. Kesemua standar itu tidak mungkin dicapai (hanya) oleh satuan pendidikan, baik negeri maupun swasta tanpa campur tangan pihak lain. Karena itu, kata M Saidi dalam pengan-tarnya, butuh kebersamaan antar stake-holder agar pengelolaan pendidikan men-jadi profesional.

Kalimat-kalimat yang dirangkai Bupati Abuya Busyro dalam beberapa buku yang diterbitkan, memang renyah dibaca. Sek-edar contoh buku; Migrasi Tanpa Kata; Cat-atan Dari Ruang Pojok [2012] dan Menuju Sumenep Cerdas 2015--Pengelolaan Pen-didikan Secara Profesional (2014).

Haji Sugiyanto, Wakil Ketua REI Jatim, menilai sosok Abuya tergolong familier dan nyambung bila diajak bicara dengan ban-yak orang. Kendati tergolong sibuk sebagai bupati, tapi secara pribadi masih ikut me-mikirkan hal-hal yang bersifat teknis. Sug-ianto menyebut sebuah terobosan yang di-ambil bupati tentang proses IMB, khusus untuk perumahan RSA, sebagai langkah jitu. Sebab, bagi Sugianto, Sumenep butuh pengembangan lokasi baru untuk pengem-bangan kota, itu yang sangat dibutuhkan warga. Ini yang beda dari sosok Kiai Busyro yang memiliki jiwa entrepreneurship

Sufiyanto hampir kesulitan menilai sosok Abuya Busyro Karim lebih jauh. Bu-kan tanpa alasan, ia mengaku banyak ter-inspirasi dari pemikiran dan sikap bupati. “Saya banyak belajar dari Abuya. Beliau sebagai bupati saya rasa bisa menjadi guru dalam mengarungi kehidupan,” tuturnya singkat.

rusydiyono

Bupati Sumenep Kiai Haji Abuya Busyro Ka-rim tercatat sosok yang suka membaca dan menulis. Selama men-duduki jabatan politik di DPRD dan Bupati, banyak buku lahir di tengah kesibukan me-mikirkan masyarakat Sumenep. Termasuk menulis kolom atau opini di sejumlah me-dia cetak.

Ghairah Intelektual Bupati Teraktualisasi Dengan Menulis Buku dan Kuliah

Sufiyanto Haji Sugianto

26 | MATA SUMENEP | 17 NOVEMBER 2014

Karangduwak (3) Sang Mpu

Mengenal

Suatu ketika, sebut saja, Pak Nawa, 50, salah satu peziarah di Makam KH Zainal Arifin, Jl Pahlawan berbincang santai dengan pezia-

rah lain. Dalam perbincangan itu, peziarah asal Sapudi ini menyampaikan suatu keinginan untuk berziarah ke makam orang tua Adipoday di Sume-nep. Pak Nawa bercerita, keinginan berziarah ke makam sang kakek Joko Tole itu, membetahkan diri berlama-lama di lingkugan Asta KH Zainal Arifin. Cita-cita Pak Nawa terwujud setelah ditun-jukkan oleh seseorang ke makam Sang Mpu Ka-rangduwak alias Gung Macan yang tidak jauh dari makam KH Zainal Arifin.

Suhardi membenarkan jika Gung Macan atau Sang Mpu Karangduwak memiliki banyak putra yang sengaja disebar untuk menyiarkan agama Is-lam. Salah satu putranya, Adipoday dan Adirasa. Termasuk Mpu Citranala tercatat salah satu putra Sang Mpu. (Kisah Citranala akan diulas edisi beri-kutnya).

Suhardi bercerita bahwa Sang Mpu Karangdu-wak masih tercatat keluarga besar dengan Sunan Ampel dan orang tua Sunan Bonang, Sayyid Abdul-lah. Juga berhubungan darah dengan Maulana Ma-lik Ibrahim dan Bindara Saod di Sumenep.

Bagaimana dengan orang tua Sang Mpu Karang-duwak? Suhardi menyebut kedua orangtuang Sang Mpu bernama Syech Al Badri atau populer dengan Ki Carren. Sedangkan umminya, bernama Nyai Badri-

yah. Makam kedua orang tua Sang Mpu, berada di sebelah utara makam Sang Mpu, berjarak sekitar 20 meter.

Sosok Ki Carren mengingatkan kisah juru kunci asta atau buju’ Carron, yang berlokasi di Bukit Pecaron di Desa Pasir Putih, Kecamatan Bungatan yang men-jadi salah satu objek wisata religi andalan di Situbon-do. Menurut sang juru kunci, Syekh Maulana Ishaq, yang menempati Buju’ itu, masih terkait darah den-gan Sumenep dan Arab. Dan sebagian orang meya-kini makam tersebut masih terkait atau ada hubungan darah dengan makam Adipoday. Bisa jadi pemaha-man sepotong bisa menjadi jalan benang merah ket-erkaitan antara satu lainnya. Memang, tidak sedikit peziarah asta Adipoday dan Asta Belingi, berasal dari Situbondo atau daerah Jawa Tapal Kuda.

Salah satu juru kunci Adipoday sempat bercerita jika di sebelah makam Blingi ada gua yang memiliki jalan dua arah. Satu arah bisa menghubungkan ja-lan ke Buju’ Carron di Pasir Putih, Situbondo. Arah satunya bisa mengarah ke Sumenep. Tidak tahu maksud penjelasan sang juru kunci itu. Bisa jadi, keyakinan yang turun temurun itu bisa menjadi taf-sir pengetahuan tentang keberadaan Asta Belingi dan Buju’ Carron dan Asta para waliyullah di Sume-nep.

Syech Al-Badri ditilik dari namanya berasal dari Arab (Timur Tengah, tepatnya Mekkah). Menurut Suhardi, orangtua Gung Macan memang berasal

dari Arab. Begitupun orangtua Syech Al-Badri ber-nama Sayyid Al-Qusyairi makamnya ada di Mek-kah. “Tapi, sewaktu hidup Sayyid Al-Qusyairi be-rada di Sumenep. Hanya ketika wafat, jazadnya moksa (hilang) pindah ke Mekkah,” cerita Om Ndi kepada Mata Sumenep.

Om Ndi merinci, Bindara Saod dan Kiai Usymuni masih bertalih darah dengan Sang Mpu Karangdu-wak. Tidak heran, keluarga Loteng masih terkait darah dengan Sang Mpu Karangduwak.

Bupati Sumenep Kiai Haji Abuya Busyro Karim suatu ketika bercerita kepada Mata Sumenep, jika kakek Buyutnya, Kiai Wirajuda yang asli Karangdu-wak juga memiliki talian darah dengan Sang Mpu Karangduwak. Bupati sangat respek tentang meng-hidupkan kembali sosok sang Waliyullah dalam ki-sah yang bisa menjadi inspirasi dan suri tauladan para generasi saat ini.

Sayang, kisah-kisah para waliyullah di Ma-dura sulit mendapat tempat dalam kajian akade-mik. Berbeda dengan tradisi Persia yang banyak melahirkan para pemikir Islam termasuk para Sufi karena menjadi objek penelitian para akad-emisi, sehingga warisan pengetahuan dan kisah hidup para Sufi selalu menjadi kajian mahasiswa di mata kuliah bidang islamic studies. Saatnya Sumenep menghadirkan kajian Sufi Madura.

Bersambung…..Asip Kusuma

Sangat sedikit warga Sumenep atau Ma-dura yang concern menelaah secara kritis keberadaan sosok atau figur para peng-huni asta (makam) yang kini ramai dikun-jungi peziarah luar Madura. Padahal, para penghuni Asta itu, menjadi legenda warga bahwa penghuninya bukan manusia bia-sa. Sebut saja, penghuni Asta Tinggi dan makam suci lain serta keberadaan Kera-ton Sumenep. Termasuk sosok Sang Mpu Karangduwak. Sang Mpu Karangduwak memang populer dikalangan pecinta keris. Tapi tahukah siapa Sang Mpu Karangdu-wak? Kisah seorang peziarah bisa men-jadi petunjuk sekelumit sosok Sang Mpu.

Disebut Orang Tua Adipoday

17 NOVEMBER 2014 | MATA SUMENEP | 27

one stop event

Gelar Mpu memang dikhususkan kepada in-dividu yang memiliki keahlian men”cipta” keris. Kemampuan men”cipta” tentu

mengandung makna beda dengan individu yang bisa membuat keris dengan alat peraga yang ada.

Karena itu, gelar Mpu atau Empu umum dis-ematkan di tanah Jawa khusus mereka yang ahli pen”cipta” keris. Sedangkan di Bali, pen”cipta” keris teristilah nama Pande atau Wangsa Pandie. Di budaya Sunda dikenal dengan istilah Guru Te-upa. David van Duuren dalam bukunya The Kris; menyebut Sang Empu merupakan orang-orang yang dianggap suci dan memiliki kedudukan ting-gi di masyarakat. Mas Ngabehi Wirasoekadga dalam buku Misteri Keris menulis Sang Empu adalah mahluk/manusia yang memiliki derajat tinggi.

Ajaran Pandie/Empu awal mula berasal dari Sekte Brahma, merupakan sekte yang menempati urutan sangat penting diantara sekte-sekte lain. Pengikutnya bergelar Brahmana Pandie. Pada za-man itu dikenal dengan Wangsa Brahmana Pan-die. Di Jawa setelah Agama Hindu jatuh ke Agama Islam, istilah Brahmana tidak tampak lagi, tetapi istilah Wangsanya masih ada, yang sekarang la-zim disebut Pandie Besi, Pandie Mas, dan seba-gainya. Di Bali, Wangsa Pandie diikat kewajiban moril dan prasasti-prasasti wisama leluhur yang secara rohaniah berhubungan sangat erat antara keluarga satu dengan yang lainya dengan istilah Wangsa, Prasasti yang mengikat mereka yang paling terkenal disebut Prasasti “Pustaka Bang Tawang”. Mereka memiliki kesepakatan men-gangkat Empu Baradah sebagai gurunya. Di Bali ilmu kepandean tidak sembarangan orang bisa

mempelajarinya karena hanya mereka yang ketu-runan wangsa pande yang boleh mempelajari. Sedangkan di luar tradisi Bali, sang Pandie hanya merupakan profesi saja dan siapapun boleh mem-pelajarinya dan mereka tidak diikat dalam satu sistem keluarga tertentu.

Sumenep, kini mendeklarasikan Kota Keris dengan meresmikan Monumen Keris, pada Min-ggu, 9 November. Bupati Sumenep, Abuya Buyro Karim, meresmikan monumen keris yang ber-posisi di Kelurahan Karangduwak, Jalan Dipon-egoro. Menurut Bupati, pada tahun 2012 lalu, Ke-menterian telah melakukan penelitian soal keris di Sumenep. Sementara Unesco juga telah men-gakui, jika Sumenep mempunyai pengrajin dan empu keris terbanyak di dunia.

Bupatimenyebut bahwa keris merupakan kar-ya agung budaya yang mendunia. Karena itu, pen-canangan kota keris sekaligus menjadi promosi wisata di kota Sumenep.

Selain memiliki potensi keindahan alam, Sumenep juga memiliki kebudayaan dan keseni-an yang tergolong luar biasa. Pemkab mencatat jumlah pengrajin keris di Sumenep terbanyak di dunia. “Lebih banyak dari yang didata Unesco,” kata Bupati Sumenep, Abuya Busyro Karim, saat peresmian Monumen Keris.

Bupati merinci, data Unesco tahun 2012 me-nyebut jumlah pengrajin keris di Sumenep seban-yak 524 orang. Namun, data Pemerintah Sume-nep pada 2014 mencatat sebanyak 648 pengrajin keris.

Menurut Abuya, jumlah pengrajin keris di Sumenep lebih banyak dibandingkan di Yogya-karta. Pengrajin keris Sumenep paling banyak

ditemukan di Kecamatan Saronggi, Bluto dan Lenteng.

Berdasar data tersebut, Pemerintah Kabu-paten Sumenep layak mencanangkan Sumenep sebagai ‘Kota Keris’. Pencanangan tersebut ditan-dai dengan pembuatan dan peresmian monumen keris.

Bupati berharap ikon Kota Keris ini, bisa men-jadi jalan untuk mempromosikan wisata Kabu-paten Sumenep. “Apalagi sejak 2005, PBB telah menetapkan keris sebagai warisan dunia,” tam-bahnya.

Menurut Kepala Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang, Bambang Irianto, keputusan mendeklar-asikan Sumenep sebagai kota keris, tidak sekedar berdasar keinginan pemerintah Sumenep sema-ta. Tapi melalui hasil diskusi dengan sejumlah kelompok pecinta keris di Sumenep dan pemer-hati keris di Surabaya. Sumenep memang layak .

Dari diskusi itu terungkap bahwa jumlah empu keris di Sumenep diklaim sebagai empu ter-banyak se-Asia Tenggara. Daerah lain di Indone-sia yang juga dikenal dengan kerajinan kerisnya seperti Yogjakarta, Solo dan Malang jumlah empu kerisnya dibawah 10 orang. “Kami anggap Sume-nep layak miliki ikon kota keris,” kata Bambang.

Ketua Ikatan Pengrajin Keris Indonesia (IPKI) Sumenep, Fathurrahman berharap dengan pen-deklarasian Sumenep kota keris bisa meningkat-kan kesejahteraan para pande keris di di sume-nep.

“Pasar keris Sumenep sudah menembus luar negeri, terutama Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam,” katanya.

Asip kusuma/dari berbagai sumber

Penuh Deretan Sang Mpu dan Pengrajin Keris

Sumenep Kota Keris Terbesar di Asia

Bupati Sumenep Abuya Busyro Karim menandatangani monumen keris Yus Yunus menyalami Sekda Hadi Soetarto sebelum meng-hibur di acara one stop event

28 | MATA SUMENEP | 17 NOVEMBER 2014

Kepedulian HCML MelaluiPengembangan Potensi Lokal

Berurutan dari atas kiri: Perwakilan HCML, Camat Gayam, Syamsuri, Staf Humas SKK Migas Jabanusa, Ami Hermawati, Kepala Kantor ESDM Pemkab Sume-nep, Abd. Kahir. Sebelah: Peserta Pelatihan Pengolahan limbah sapi menjadi biogas. Dan ibu-ibu peserta Pelatihan Pengalengan Ikan di Pulau Sapudi. Kegiatan ini berlangsung, Selama tiga hari sejak Kamis (13/11) hingga Sabtu (15/11), diikuti 30 warga Desa Pancor, Kecamatan Gayam, Pulau Sapudi, Kabupaten Sumenep.

Husky-CNOOC Madura Limited (HCML) sebagai Kontraktor Kontrak Kerja Sama (K3S) yang sedang melakukan eksplorasi

Migas di perairan Pulau Raas melakukan bantuan kepada masyarakat di sekitar area, melalui Pro-gram Pendukung Operasi (PPO) HCML untuk masyarakat Pulau Sapudi dan Pulau Raas, Kabu-paten Sumenep. Kegiatan bersama Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Wilayah Jawa, Bali, Madura, dan Nusa Tenggara (Jabamanusa), ini ber-langsung sejak Kamis, 13/11 hingga Minggu 16/11 2014, yang terbagi di dua tempat.

Selama tiga hari sejak Kamis (13/11) hingga Sabtu (15/11), sebanyak 30 warga Desa Pancor, Ke-camatan Gayam, Pulau Sapudi, Kabupaten Sume-nep, mendapat pelatihan biogas dan pelatihan pengawetan serta pengalengan ikan. Sedangkan Pelatihan Pengeringan Rumput Laut dan Pelatihan Pengolahan Hasil Rumput Laut, digelar sejak hari Jumat (14/11) hingga Minggu (16/11) di Pulau Raas. Program ini, HCML kembali menggandeng Lemba-

ga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (LPPM-ITS) sebagai pelaksana kegiatan.

“Untuk kelompok masyarakat di Pulau Sapudi, masyarakat diajari cara mengolah limbah sapi yang melimpah menjadi biogas. Termasuk, teknik pen-galengan ikan dan teknik pengolahan hasil rumput laut di Pulau Raas. Saya berharap adanya Program Pelatihan ini dapat bermanfaat bagi masyarakat se-tempat untuk mengoptimalkan pendapatan warga,” jelas Site Relations & Community Development Of-ficer HCML, Ali Ayuddin dalam press release yang dikirim kepada Mata Sumenep,Minggu (16/11).

Aliyuddin menjelaskan bahwa Pulau Sapudi tercatat sebagai wilayah dengan populasi sapi ter-banyak di Sumenep. Karena itu, ia memprogram-kan pelatihan biogas supaya warga Sapudi bisa mengolah kotoran sapi menjadi energi alternatif biogas. “Pasca pelatihan, kami akan melakukan pendampingan supaya mereka benar-benar bisa mengaplikasikan semua materi pelatihan. Kami in-gin pelatihan ini bisa berkesinambungan alias tidak

sekadar menggelar pelatihan,” tambahnya.Staf Humas SKK Migas Jabanusa, Ami Her-

mawati mengapresiasi positif pelatihan biogas dan pelatihan pengawetan serta pengalengan ikan di Pulau Sapudi yang digagas HCML. “Pelatihan yang dilakukan HCML sangat tepat, karena berbasis po-tensi lokal di Pulau Sapudi. Kami berharap warga Pulau Sapudi memaksimalkan pelatihan dengan cara menerapkan semua materi pelatihan alias jan-gan sekedar ikut pelatihan,” ujarnya kepada warta-wan.

Kepala Kantor ESDM Sumenep, Abd Kahir men-gucapkan terima kasih atas kegiatan yang digagas HCML dan SKK Migas di Pulau Sapudi. Kahir ber-harap, masyarakat tidak lagi resah atau khawatir den-gan keberadaan HCML. Kehadirannya meringankan negara, sehingga perlu didukung oleh masyarakat. Bila kegiatan HCML sukses, dampak positifnya pasti dirasa masyarakat sekitar. Dengan pelatihan Biogas, berarti masyarakat tidak perlu membeli LPG, ka-rena sudah ada biogas,” tandasnya.

hambali rasidi

ADVERTORIAL