uts akuntansi forensic
Post on 14-Jul-2016
66 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
IRENE NATHASIA DEVI/115020307111013/CA
1. Bagaimana membuktikan suap ?
Kita tahu tidak mudah membuktikan terjadinya suap menyuap ini. Arti suap itu
sendiri adalah pemberian atau janji kepada pejabat negara atau pemerintah dengan
imbalan agar pejabat negara atau pemerintah melakukan sesuatu yang seharusnya
tidak dilakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan. Kasus suap menyuap
berhubungan erat dengan KPK, dalam hal ini KPK membuktikan suap dengan
transkip dan suara dalam penyadapan adalah bukti paling diandalkan dan sangat
berpengaruh untuk menyakinkan hakim, bahwa uang yang disita KPK emang adalah
suap. Beruntung, suap diberikan dengan sarana perbankan seperti travel cheque,
sehingga nomor seri cek, pihak penerima, dan pihak yang mencairkan bisa terdeteksi.
Kasus suap berhubungan erat dengan korupsi. Seseorang dikatakan korupsi yaitu
apabila merugikan negara.
2. Mengapa para koruptor tidak takut korupsi meskipun pasal-pasal tersebut
memberatkan?
Karena orang-orang disebut koruptor tersebut memiliki moral yang rendah dan
adanya kesempatan untuk melakukan korupsi tersebut. Korupsi terjadi dari kalangan
atas sampai kalangan bawah. Semakin korup suatu negara, semakin banyak hukum.
Memang di Indonesia menjadi banyak hukum setelah merajalelanya tindak pidana
korupsi, namun hukum lebih bermakna sekadar sebagai simbol, tanpa adanya realisasi
yang benar - benar konkrit, tegas, dan memaksa. Akibatnya, banyak orang yang
melanggar hukum. Apabila seseorang melanggar suatu undang - undang dan
pelanggarannya dilakukan berulang dan dalam hal atau masalah yang sama, itu
menunjukkan bahwa orang tersebut telah menentang undang - undang. Sehingga
hukuman orang itu tidak bisa disamakan dengan hukuman terdahulu atau yang pernah
ia jalani. Maksudnya, harus ada penambahan hukuman, yang sekiranya dapat
membuat dia jera. Maka dari itu, hukumannya jangan tanggung - tanggung, karena ia
telah menentangnya. Oleh karena itu, dalam penegakkan supremasi hukum harus
selalu ada pembenahan, karena seringkali tidak adanya keadilan terhadap
pemberlakuan hukuman kepada narapidana, khususnya koruptor.
3. Sistem LPSE seperti apa ?
LPSE merupakan singkatan dari Layanan Pengadaan Secara Elektronik. LPSE
merupakan unit kerja K/L/D/I yang menyelenggarakan sistem pelayanan Pengadaan
Barang/Jasa secara elektronik. Penyelenggaraan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
secara elektronik diatur dalam Perpres nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan
IRENE NATHASIA DEVI/115020307111013/CA
Barang/Jasa Pemerintah. Jadi begini, seperti kita ketahui, dari kasus-kasus korupsi
yang terjadi di negara ini yang merugikan keuangan negara, sebagian besar
merupakan kasus-kasus korupsi yang berkaitan dengan Pengadaan Barang/Jasa.
*CMIIW. Sebagian besar orang mungkin juga sudah mengetahui bahwa proses
Pengadaan Barang/Jasa di pemerintahan ini merupakan ladang bagi para koruptor. Di
samping itu, biaya untuk proses lelang secara manual sebelumnya ternyata
menghabiskan biaya yang sangat mahal. Misalnya untuk biaya iklan lelang, biaya
pembuatan dokumen, waktu dan berbagai hal lainnya yang membuat proses lelang
menjadi mahal dan tidak efisien. Dengan dua alasan diatas, maka dibuatkan sebuah
sistem yang mengandalkan Teknologi Informasi untuk membantu proses lelang
Pengadaan Barang/Jasa tersebut. Tujuannya adalah untuk meningkatkan dan menjadi
terjadinya efisiensi, efektifitas, transparansi dan akuntabilitas dalam pembelanjaan
uang negara. Maka dari itu, dibentuklah sebuah unit kerja yang bernama LPSE. LPSE
ini bisa dibentuk oleh Bupati, Walikota, Gubernur, Rektor dan instansi pemerintah
lainnya. Jadi di Indonesia akan terdapat banyak LPSE, masing-masing Kabupaten
memiliki satu LPSE, begitu juga Provinsi dan instansi-instansi pemerintah lainnya.
Kalau sebelumnya proses lelang pengadaan barang/jasa biasanya secara manual yaitu
mempertemukan antara panitia pengadaan dan penyedia/rekanan/vendor, maka kali
ini akan dibuat sebuah perantara yaitu LPSE. LPSE ini akan mengelola sebuah
aplikasi berbasis web yang disebut dengan SPSE (Sistem Pengadaan Secara
Elektronik). Tugas utama LPSE adalah menjamin aplikasi dapat berjalan dengan baik.
Kalau diibaratkan seperti sebuah pasar, maka LPSE adalah pengelola pasar. LPSE
yang akan memberikan izin (membuatkan akun) untuk penjual (panitia) dan juga
pembeli (penyedia/rekanan). Tapi dalam proses transaksi/lelang, LPSE tidak bisa ikut
campur dan itu sepenuhnya menjadi pekerjaan panitia dan rekanan. Dalam proses
lelang, semua kegiatan tercatat dalam aplikasi. Begitu juga dokumen-dokumen mulai
dari awal hingga akhir akan tersimpan dalam aplikasi. Dengan adanya SPSE ini, maka
intensitas pertemuan / tatap muka antara panitia pengadaan dan rekanan akan
berkurang.
Lalu, apa hebatnya? Apa bedanya dengan proses manual?
Pertama, tentu saja penghematan. Biaya-biaya seperti penggandaan dokumen, biaya
iklan lelang dan hal-hal lainnya bisa dihemat. Kedua, mempermudah panitia dan
rekanan. Oke pada awalnya mungkin dirasakan sulit oleh panitia dan rekanan karena
mereka harus belajar dan membiasakan diri menggunakan aplikasi. Tapi bagi mereka
IRENE NATHASIA DEVI/115020307111013/CA
yang terbiasa menggunakan komputer, seperti tidak akan menemui masalah berarti.
Ketiga, dan ini mungkin yang terpenting yaitu transparansi. Karena semua dokumen
serta informasi lelang tersimpan dalam aplikasi, maka auditor bisa melakukan audit
setiap saat dengan user dan password yang mereka gunakan untuk masuk ke aplikasi.
Jika terdapat hal-hal yang melanggar aturan, maka bisa saja diusut lebih lanjut.
Dengan begitu, otomatis mereka yang ingin “bermain-main” akan memikirkan
kembali niatnya.
4. Bagaimana kriteria menerima penugasan dan melakukan audit perikatan ?
Menerima Perikatan Audit dan Merencanakan Audit
TUJUAN ATAS AUDIT LAPORAN KEUANGAN.
Menerima dan Mempertahankan Klien Standar pengendalian mutu menyediakan
petunjuk profesional berkenaan dengan dengan keputusan untuk menerima dan
melanjutkan klien dan perikatan, sejalan dengan standar umum dan standar pekerjaan
lapangan dari auditing yang berlaku umum. Menerima dan melanjutkan klien audit
melibatkan elemen-elemen penting mengenai pemahaman bisnis dan industri,
materialitas, risiko audit, dan pertimbangan jasa bernilai tambah. Keputusan untuk
menerima atau menolak dibuat enem bulan hingga sembilan bulan sebelum tahun
fiskal klien berakhir.
Merencanakan Audit.
Standar umum dan standar pekerjaan lapangan menyediakan pedoman profesional
berkenaan dengan perencanaan audit. Perencanaan audit melibatkan elemen-elemen
penting tentang pemahaman bisnis dan industri, materialitas, risiko audit, asersi dan
bukti audit, serta pertimbangan jasa bernilai tambah. Perencanaan audit biasanya
dilakukan tiga hingga enam bulan sebelum tahun fiskal klien berakhir.
Melaksanakan Pengujian Audit.
Tahap ini juga disebut sebagai pelaksanaan pekerjaan lapangan, pengujian biasanya
dilakukan atas ijin klien. Tujuan utama dari tahap ini adalah untuk memperoleh bukti
audit mengenai kondisi ekonomi klien, efektivitas pengendalian intern, dan kewajaran
laporan keuangan klien. Pengujian audit biasanya dilakukan tiga hingga empat bulan
sebelum tahun fiskal klien berakhir hingga satu sampai tiga bulan setelah tahun fiskal
klien berakhir.
Melaporkan Temuan.
Elemen penting dari setiap audit adalah komunikasi mengenai temuan audit. Auditor
membuat laporan kepada manajemen dan dewan direksi yang berisi temuan-temuan
IRENE NATHASIA DEVI/115020307111013/CA
tentang pengendalian intern dan masalah lainnya yang memerlukan perhatian
maamjemen. Laporan audit biasanya diterbitkan dalam waktu satu hingga tiga minggu
setelah penyelesaian pekerjaan lapangan.
MENERIMA DAN MEMPERTAHANKAN KLIEN
Mengevaluasi Integritas Manajemen
Penting bagi auditor untuk menerima suatu perikatan audit hanya apabila terdapat
keyakinan yang memadai bahwa manajemen klien dapat dipercaya. Ketika
manajemen kurang memiliki integritas, terdapat kemungkinan yang lebih besar bahwa
kekeliruan yang material dan ketidak beresan akan terjadi dalam proses akuntansi
dimana laporan keuangan dibuat. Auditor dapat memperoleh informasi mengenai
integritas manajemen melalui :
a. Berkomunikasi dengan auditor terdahulu
b. Mengajukan pertanyaan kepada pihak ketiga lainnya
c. Me-review pengalaman masa lalu dengan klien yang telah ada
d. Mengidentifikasi Kondisi Khusus dan Risiko yang Tidak Biasa .
Elemen penting dari audit melibatkan penilaian risiko salah saji material dalam
laporan keuangan. Akuntan publik juga menaruh perhatian terhadap risiko bisnis
auditor jika dihubungkan dengan perusahaan yang memiliki masalah kesulitan
keuangan atau kelangsungan usaha. Hal-hal yang berkenaan dengan langkah-langkah
menerima suatu perikatan antara lain :
a. Mengidentifikasi pemakai laporan yang telah diaudit
b. Menilai stabilitas keuangan dan hukum calon klien
c. Mengidentifikasi pembatasan lingkup
d. Mengevaluasi sistem pelaporan keuangan entitas dan kemampuan untuk audit
Menilai Kompetensi untuk Melaksanakan Audit
Sebelum menerima suatu perikatan audit, auditor harus menentukan apakah
mereka memilikii kompetensi profesional untuk menyelesaikan perikatan sesuai
dengan GAAS. Hal-hal berikut termasuk dalam penilaian kompetensi :
a. Jasa yang diinginkan
b. Mengidentifikasi tim audit
c. Mempertimbangkan kebutuhan untuk konsultasi dan menggunakan spesialis
Mengevaluasi Independensi
IRENE NATHASIA DEVI/115020307111013/CA
Independensi dalam perikatan audit diwajibkan oleh Peraturan 101 dari Kode Etik
Perilaku Profesional AICPA dan merupakan salah satu dari elemen pengendalian mutu.
Oleh karena itu, sebelum menerima klien audit yang baru, kantor akuntan publik harus
mengevaluasi apakah terdapat kondisi yang akan mempengaruhi independensi dengan
klien. Keputusan untuk Menerima atau Menolak Audit . Dalam membuat keputusan
mengenai apakah akan menerima atau menolak suatu audit, kantor akuntan publik
mengelola risiko bisnis sendiri. Alasan-alasan umum untuk menolak atau menerima
klien audit antara lain :
a. Integritas manajemen
b. Risiko khusus seperti pembatasan lingkup
c. Kemampuan audit atau ketidak sepakatan dengan auditor terdahulu
d. Masalah yang berhubungan dengan memperoleh keahlian yang diperlukan untuk
audit
e. Masalah independensi
Membuat Surat Perikatan
Bentuk dan isi dari surat perikatan dapat bervariasi untuk berbagai klien yang
berbeda, tetapi secara umum surat perikatan harus mencakup hal-hal berikut :
a. Identifikasi yang jelas mengenai entitas dan laporan keuangan yang akan diaudit
b. Tujuan audit
c. Referensi terhadap standar-standar profesional yang akan menjadi acuan audito
d. Suatu penjelasan mengenai sifat dan lingkup audit serta tanggung jawab auditor
e. Suatu pernyataan bahwa suatu audit yang telah dirancang dan dilaksanakan
dengan tepat mungkin tidak akan dapat mendeteksi semua ketidak beresan yang
material
f. Sebagai pengingat kepada manajemen bahwa ia bertanggung jawab untuk
menyusun laporan keuangan dan menyelenggarakan struktur pengendalian yang
memadai
g. Suatu indikasi bahwa manajemen akan diminta untuk menyediakan beberapa
representasi tertulis tertentu kepada auditor
h. Suatu deskripsi dari jasa yang akan diberikan oleh auditor
i. Dasar dimana biaya akan dihitung dan pengaturan pembayaran
j. Suatu permintaan bagi klien untuk mentaati syarat-syarat perikatan dengan
menandatangani dan mengembalikan salinan surat perikatan kepada auditor
MEMPEROLEH PEMAHAMAN TENTANG BISNIS DAN INDUSTRI KLIEN
IRENE NATHASIA DEVI/115020307111013/CA
Siklus Bisnis Klien
Siklus bisnis terus berjalan seperti suatu organisasi memahami kekuatan pasar
dan pereturan yang mendefinisikan lingkungan kompetitif, dan membuat
keputusan penting berkenaan dengan penyebarab sumber daya-sumber daya
kedalam proses inti untuk memperoleh konsumen serta mendistribusikan produk
dan jasanya.
Manajemen Senior
Manajemen senior biasanya berarti pejabat entitas, dewan direksi, dan lainnya
yang mengendalikan arah strategi perusahaan. Dalam beberapa hal, sebuah
perusahaan mungkin akan dikelola oleh pemilik nya dan tujuannya digerakkan
oleh tujuan pemilik. Memahami pengalaman manajemen dengan entitas dan
pengalaman manajemen dalam industri, atau preferensi pengambilan risiko oleh
manajemen, dapat membantu auditor menilai risiko bawaan dari salah saji dalam
laporan keuangan.
Tujuan dan Sasaran Manajemen
Tujuan manajemen mungkin berhubungan dengan memperoleh pangsa pasar
tambahan atau memperoleh target pertumbuhan penjualan, laba, arus kas, atau
penilaian pasar entitas. Tim audit juga harus mengenali tujuan strategik
manajemen untuk membantu pengembangan harapan kinerja keuangan dan
mengevaluasi kelayakan bukti yang diperoleh dalam audit.
Sumber Daya Organisasi
Auditor harus memahami sumberdaya-sumberdaya organisasi dan pentingnya
sumberdaya-sumberdaya tersebut untuk mencapai tujuan entitas. Terdapat lima
kategori sumberdaya organisasi, suberdaya tersebut adalah :
a. Sumberdaya keuangan
b. Sumberdaya berdasarkan aktiva
c. Sumberdaya manusia
d. Sumberdaya informasi
e. Sumberdaya tidak berwujud
Proses Inti dan Siklus Operasi Entitas. Proses inti adalah proses yang
digunakan klien untuk mengembangkan, memproduksi, memasarkan dan
mendistribusikan produk atau jasanya. Auditor harus memahami struktur
biaya entitas, termasuk apakah operasi merupakan padat biaya tetap, atau
apakah biaya operasi terutama terdiri dari biaya variabel yang bervariasi
IRENE NATHASIA DEVI/115020307111013/CA
sesuai dengan volume aktivitas. Siklus operasi mengacu pada periode waktu
dimulainya penggunaan kas untuk membeli persediaan, untuk mengkonversi
persediaan kembali menjadi kas melalui penjualan, dan untuk mengumpulkan
piutang usaha. Prosedur untuk Memperoleh Suatu Pemahaman tentang Bisnis
dan Industri. Berbagai prosedur dapat digunakan untuk memperoleh
pengetahuan mengenai bisnis dan industri. Disamping prosedur tersebut,
auditor juga harus waspada terhadap prinsip-prinsip akuntansi khusus dan
prosedur audit yang dapat diaplikasikan pada industri tertentu atau jenis
aktiva bisnis tertentu.
MELAKSANAKAN PROSEDUR ANALITIS
Mengidentifikasi Penghitungan dan Perbandingan yang akan Dilakukan. Jenis
perhitungan dan perbandingan yang digunakan secara umum termasuk hal-hal
berikut:
a. Perbandingan data absolut
b. Laporan keuangan ukuran umum
c. Analisis rasio
d. Analisis tren
e. Hubungan informasi keuangan dengan informasi non keuangan yang relevan
Mengembangkan Ekspektasi Penting bagi auditor untuk mengembangkan
secara independen ekspektasi sebelum melaksanakan perhitungan mengenai
data klien sehingga perbandingan akhir tidak bias. Dasar pemikiran ini
digunakan dalam mengembangkan ekspektasi dari berbagai sumber. Sumber-
sumber tersebut antara lain :
a. Informasi keuangan klien untuk periode masa lalu yang dapat dibandingkan
b. Anggaran formal dan peramalan
c. Hubungan antara elemen-elemen informasi keuangandalam suatu period
d. Data industri
Melaksanakan Penghitungan/Perbandingan
Langkah ini termasuk mengakumulasi data yang akan digunakan dalam
menghitung jumlah absolut dan persentase perbedaan antara jumlah saat ini dan
tahun lalu, menghitung data ukuran umum serta data rasio, dll. Karena
perencanaan dilakukan beberapa bulan sebelum saldo akun akhir tahun berjalan
IRENE NATHASIA DEVI/115020307111013/CA
tersedian, maka langkah ini melibatkan penggunaan data satu tahun hingga
tanggal saat aktual dan/atau proyeksi data akhir tahun.
Menganalisis Data dan Mengidentifikasi Perbedaan Signifikan
Bagian penting dari analisis ini adalah mengidentifikasi fluktuasi dalam data
yang tidak diharapkan atau tidak adanya fluktuasi yang diharapkan yang dapat
memberikan pertanda adanya peningkatan risiko salah saji. Elemen penting
dalam proses ini adalah menspesifikasikan besarnya perbedaab atau fluktuasi
yang harus mendorong keputusan untuk melakukan penyelidikan.
Menyelidiki Perbedaan Signifikan yang Tidak Diharapkan
Penyelidikan perbedaan signifikan biasanya melibatkan pertimbangan ulang
metode-metode dan faktor-faktor yang digunakan dalam mengembangkan
ekspektasi dan mengajukan pertanyaan kepada manajemen, kadang-kadang
informasi baru akan mendukung perbaikan ekspektasi, yang pada akhirnya
akan menghilangkan perbedaan signifikan.
Menentukan Dampak atas Perencanaan Audit
Perbedaan signifikan yang tidak dapat dijelaskan biasanya dianggap sebagai
indikasi suatu peningkatan risiko salah saji dalam akun-akun yang terlibat
dalam perhitungan perbandingan. Dalam kasus ini, auditor biasanya akan
merencanakan untuk melaksanakan pengujian yang lebih mendetail terhadap
akun-akun tersebut. Dengan mengarahkan perhatian auditor terhadap bidang-
bidang yang memiliki risiko lebih tinggi, prosedur analitis dapat memberikan
kontribusi bagi pelksanaan audit yang lebih efektif dan efisien.
Pendekatan audit investigasi atas tindak pidana didasarkan pada penilaian yang
logis terhadap individu dan segala sesuatu/benda yang terkait dengan tindak
kejahatan tersebut. Seperti dijelaskan di bawah ini :
a. Individu yang terkait dengan tindak kejahatan
b. Korban , pelapor dan saksi-saksi merupakan subyek wawancara bagi
investigatif auditor dalam rangka memperoleh fakta dan informasi yang
diketahui mereka
IRENE NATHASIA DEVI/115020307111013/CA
c. Tersangka dan pelaku kejahatan merupakan subyek wawancara yang
merupakan dasar terjadinya suatu fakta dalam rangka investigatif auditor
menetukan sampai sejauh mana keterlibatan mereka dalam tindak kejahatan
tersebut. Agar bukti yang didapatkan benar-benar valid, investigatif auditor
harus senantiasa melakukan konformasi terhadap kebenaran informasi yang
diperoleh dengan pihak-pihak yang independen.
5. Apa saja yang harus dimasukkan dalam perencanaan audit investigatif ?
Perencanaan audit investigatif
Dalam setiap penugasan audit investigatif, auditor investigatif harus menyusun
rencana audit. Rencana audit tersebut harus dievaluasi, dan bila perlu, disempurnakan
selama proses audit investigatif berlangsung sesuai dengan perkembangan hasil audit
investigatif di lapangan.Perencanaan audit investigatif dibuat dengan tujuan untuk
meminimalkan tingkat risiko kegagalan dalam melakukan audit investigatif serta
memberikan arah agar pelaksanaan audit investigatif efisien dan efektif. Rencana
audit investigatif dibuat untuk setiap penugasan audit investigatif berdasarkan
informasi yang diterima. Sumber informasi dapat berasal dari pengaduan masyarakat,
pengembangan hasil audit kinerja maupun audit lainnya, permintaan instansi aparat
penegak hukum serta permintaan instansi lainnya.
Setelah diterima, tiap informasi harus dianalisis dan dievaluasi tentang dugaan adanya
kasus penyimpangan dengan pendekatan Apa, Siapa, Dimana, Kapan, Mengapa,
Bagaimana dan berapa banyak atau yang lebih populer disebut pendekatan:
5W + 2H (What, Who, Where, When, Why, How dan how much ).
Tujuan analisis dan evaluasi ini adalah untuk menentukan tiga keputusan yaitu:
melakukan audit investigatif, meneruskan ke pejabat yang berwenang, atau tidak perlu
menindaklanjuti.
Jika keputusannya adalah untuk melakukan audit investigatif, APIP harus menentukan
rencana tindakan yang berupa langkah-langkah berikut:
a. menentukan sifat utama pelanggaran;
b. menentukan fokus perencanaan dan sasaran audit investigatif;
c. mengidentfikasi kemungkinan pelanggaran hukum, peraturan, atau perundang-
undangan, dan memahami unsur-unsur yang terkait dengan pembuktian atau
standar;
IRENE NATHASIA DEVI/115020307111013/CA
d. mengidentifikasi dan menentukan prioritas tahap-tahap audit investigatif yang
diperlukan untuk mencapai sasaran audit investigatif;
e. menentukan sumber daya yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan audit
investigatif;
f. melakukan koordinasi dengan instansi yang berwenang, termasuk instansi
penyidik, apabila perlu.
Selain itu, analisis dan evaluasi informasi akan menghasilkan hipotesis, yaitu
anggapan atas tindakan dan aktivitas tertentu yang mungkin telah terjadi, dimana data
atau informasi yang tersedia sangat terbatas. Hipotesis tersebut dijadikan dasar
penyusunan program audit. Rencana audit yang telah ditetapkan tidaklah bersifat
final. Perkembangan hasil audit investigatif mungkin mengharuskan auditor
investigatif untuk memperluas audit sehingga rencana yang telah disusun sebelumnya
harus dimutakhirkan. Hal-hal yang dapat menjadi pertimbangan perlunya
pemutakhiran rencana audit antara lain:
1. bukti yang diperoleh tidak mengarah pada sasaran audit yang semula
ditetapkan;
2. pihak-pihak yang semula direncanakan untuk memberikan bukti tidak
kooperatif;
3. waktu yang semula direncanakan untuk melaksanakan suatu prosedur ternyata
tidak mencukupi.
Penetapan Sasaran, Ruang Lingkup dan Alokasi Sumber Daya dalam Audit
Investigasi
Dalam membuat rencana audit, auditor harus menetapkan sasaran, ruang lingkup, dan
alokasi sumber daya.
Sasaran
Sasaran audit investigatif adalah terungkapnya kasus penyimpangan yang berindikasi
dapat menimbulkan terjadinya kerugian keuangan negara/daerah.
Ruang Lingkup
IRENE NATHASIA DEVI/115020307111013/CA
Ruang lingkup audit investigatif meliputi pengungkapan fakta dan proses kejadian,
sebab dan dampak penyimpangan, dan penentuan pihak-pihak yang diduga terlibat
dan atau bertanggung jawab atas penyimpangan.
Alokasi Sumber Daya
Tujuan penetapan alokasi sumber daya pendukung audit investigatif adalah agar
kualitas audit investigatif dapat dicapai secara optimal. Kebutuhan sumber daya yang
harus ditentukan antara lain terkait dengan personil, pendanaan, dan sarana atau
prasarana lainnya. Alokasi personil dalam audit investigatif harus mendapatkan
perhatian secara khusus karena tim audit investigatif secara kolektif merupakan
gabungan dari berbagai disiplin, keahlian, dan pengetahuan profesional seorang
auditor, akuntan, ahli hukum, investigator, pewawancara (interviewer), pengumpul
informasi (information collector), ahli teknologi, dan riset.
6. Hal-hal apa yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan audit investigatif ?
Pertimbangan dalam Perencanaan
Dalam penyusunan rencana audit investigatif, auditor investigatif harus
mempertimbangkan berbagai hal. Berbagai hal yang harus dipertimbangkan dalam
penyusunan rencana audit investigatif antara lain:
a. sasaran, ruang lingkup dan alokasi sumber daya;
b. pemahaman mengenai akuntabilitas berjenjang;
c. aspek-aspek kegiatan operasi auditi dan aspek pengendalian intern.
d. jadwal kerja dan batasan waktu;
e. hasil audit periode atau periode-periode sebelumnya dengan mempertimbangkan
tindak lanjut terhadap rekomendasi atas temuan sebelumnya;
f. teknik-teknik pengumpulan bukti audit yang tepat;
g. mekanisme koordinasi antara auditor, auditi, dan pihak terkait lainnya.
7. Bagaimana membuat audit investigatif yang baik ?
Identifikasi masalah
Dalam tahap ini, auditor melakukan pemahaman awal terhadap kasus yang hendak
diungkap. Pemahaman awal ini berguna untuk mempertajam analisa dan spesifikasi
ruang lingkup sehingga audit bisa dilakukan secara tepat sasaran.
Pembicaraan dengan klien
IRENE NATHASIA DEVI/115020307111013/CA
Dalam tahap ini, auditor akan melakukan pembahasan bersama klien terkait lingkup,
kriteria, metodologi audit, limitasi, jangka waktu, dan sebagainya. Hal ini dilakukan
untuk membangun kesepahaman antara auditor dan klien terhadap penugasan audit.
Pemeriksaan pendahuluan
Dalam tahap ini, auditor melakukan pengumpulan data awal dan menganalisanya.
Hasil pemeriksaan pendahulusan bisa dituangkan menggunakan matriks 5W + 2H
(who, what, where, when, why, how, and how much). Investigasi dilakukan apabila
sudah terpenuhi minimal 4W + 1H (who, what, where, when, and how much). Intinya,
dalam proses ini auditor akan menentukan apakah investigasi lebih lanjut diperlukan
atau tidak.
Pengembangan rencana pemeriksaan
Dalam tahap ini, auditor akan menyusun dokumentasi kasus yang dihadapi, tujuan
audit, prosedur pelaksanaan audit, serta tugas setiap individu dalam tim. Setelah
diadministrasikan, maka akan dihasilkan konsep temuan. Konsep temuan ini
kemudian akan dikomunikasikan bersama tim audit serta klien.
Pemeriksaan lanjutan
Dalam tahap ini, auditor akan melakukan pengumpulan bukti serta melakukan analisa
atasnya. Dalam tahap ini lah audit sebenarnya dijalankan. Auditor akan menjalankan
teknik-teknik auditnya guna mengidentifikasi secara meyakinkan adanya fraud dan
pelaku fraud tersebut.
Penyusunan Laporan
Pada tahap akhir ini, auditor melakukan penyusunan laporan hasil audit forensik.
Dalam laporan ini setidaknya ada 3 poin yang harus diungkapkan. Poin-poin tersebut
antara lain adalah:
1. Kondisi, yaitu kondisi yang benar-benar terjadi di lapangan.
2. Kriteria, yaitu standar yang menjadi patokan dalam pelaksanaan kegiatan. Oleh
karena itu, jika kondisi tidak sesuai dengan kriteria maka hal tersebut disebut
sebagai temuan.
3. Simpulan, yaitu berisi kesimpulan atas audit yang telah dilakukan. Biasanya
mencakup sebab fraud, kondisi fraud, serta penjelasan detail mengenai fraud
tersebut.
Standar pelaporan mencakup:
a. Kewajiban Membuat Laporan
IRENE NATHASIA DEVI/115020307111013/CA
Auditor investigatif harus membuat laporan hasil audit investigatif sesuai
dengan
penugasannya yang disusun dalam format yang tepat segera setelah melakukan
tugasnya. Laporan hasil audit investigatif dibuat secara tertulis dengan tujuan
untuk memudahkan pembuktian dan berguna untuk proses hukum berikutnya
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dalam menjalankan standar ini
beberapa pedoman di bawah ini harus dipertimbangkan.
1. Dalam setiap laporan, fakta-fakta harus diungkapkan untuk membantu
pemahaman pembaca laporan. Hal ini termasuk suatu pernyataan yang singkat
dan jelas berkenaan dengan penerapan hukum yang dilanggar atau sebagai
dasar suatu audit investigatif.
2. Laporan harus memuat bukti-bukti baik yang mendukung maupun yang
melemahkan temuan audit.
3. Laporan harus didukung dengan kertas kerja audit investigatif yang memuat
referensi kepada semua wawancara, kontak, atau aktivitas audit investigatif
yang lain.
4. Laporan harus mencerminkan apa hasil yang diperoleh dari audit investigatif.
Hal ini termasuk denda, penghematan, pemulihan, tuduhan, rekomendasi, dan
sebagainya.
b. Cara dan Saat Pelaporan
Laporan hasil audit investigatif dibuat secara tertulis dan segera setelah
berakhirnya pelaksanaan audit investigatif. APIP harus menetapkan kapan laporan
akan diberikan secara tertulis, sesuai dengan situasi dan kasus yang diaudit.
c. Bentuk dan Isi Laporan
Laporan hasil audit investigatif harus memuat semua aspek yang relevan dari
audit investigatif. Laporan hasil audit investigatif minimal harus memuat hal-hal
berikut ini.
1. Dasar melakukan audit.
2. Identifikasi auditi.
3. Tujuan/sasaran, lingkup, dan metodologi audit.
4. Pernyataan bahwa audit investigatif telah dilaksanakan sesuai Standar Audit.
5. Fakta-fakta dan proses kejadian mengenai siapa, dimana, bilamana, bagaimana
dari kasus yang diaudit.
6. Sebab dan dampak penyimpangan.
IRENE NATHASIA DEVI/115020307111013/CA
7. Pihak yang diduga terlibat atau bertanggung jawab.
8. Dalam pengungkapan pihak yang bertanggung jawab atau yang diduga
terlibat, auditor harus memperhatikan azas praduga tidak bersalah yaitu
dengan tidak menyebut identitas lengkap.
d. Kualitas Laporan
Laporan hasil audit investigatif harus akurat, jelas, lengkap, singkat, dan disusun
dengan logis, tepat waktu, dan obyektif. Suatu laporan harus akurat dan jelas,
singkat, menunjukkan hasil-hasil relevan dan upaya auditor investigatif. Laporan
harus disajikan secara langsung, tepat secara gramatikal, menghindari penggunaan
kata yang tidak perlu, mengganggu, atau membingungkan. Laporan harus
disajikan dengan baik, relevan dengan audit investigatif, dan mendukung
penyajian. Semua audit investigatif harus dilaksanakan dan dilaporkan secara
cermat dan tepat waktu. Hal ini disebabkan besarnya dampak hasil audit
investigatif terhadap karir seseorang atau kehidupan suatu organisasi.
e. Pembicaraan Akhir dengan Auditi
Auditor investigatif harus meminta tanggapan/pendapat terhadap hasil audit
investigatif. Tanggapan/pendapat tersebut harus dikemukakan pada saat
melakukan pembicaraan akhir dengan auditi. Salah satu cara yang paling efektif
untuk memastikan bahwa suatu laporan hasil audit investigatif dipandang adil,
lengkap, dan obyektif adalah adanya reviu dan tanggapan dari pejabat yang
bertanggung jawab, sehingga dapat diperoleh suatu laporan yang tidak hanya
mengemukakan kesimpulan auditor investigatif saja, melainkan memuat pula
pendapat pejabat yang bertanggung jawab tersebut. Tanggapan tersebut harus
dievaluasi dan dipahami secara seimbang dan obyektif, serta disajikan secara
memadai dalam laporan hasil audit investigatif. Apabila tanggapan dari auditi
bertentangan dengan kesimpulan dalam laporan hasil audit investigatif, dan
menurut pendapat auditor investigatif tanggapan tersebut tidak benar, maka
auditor investigatif harus menyampaikan ketidaksetujuannya atas tanggapan
tersebut beserta alasannya secara seimbang dan obyektif. Sebaliknya, auditor
harus memperbaiki laporannya, apabila auditor berpendapat bahwa tanggapan
tersebut benar.
f. Penerbitan dan Distribusi Laporan
Laporan hasil audit investigatif diserahkan kepada pimpinan organisasi, auditi,
dan pihak lain yang diberi wewenang untuk menerima laporan hasil audit sesuai
IRENE NATHASIA DEVI/115020307111013/CA
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Laporan hasil audit investigatif
harus didistribusikan tepat waktu kepada pihak yang telah ditentukan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Namun dalam hal yang diaudit
merupakan rahasia negara, untuk tujuan keamanan negara, atau menurut
peraturan perundang-undangan dilarang dipublikasikan, maka APIP harus
membatasi pendistribusian laporan tersebut.
top related