ugm menuju green campus
Post on 31-Jul-2015
871 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
TUGAS UAS
KONSERVASI ENERGI
(TKF 3418)
UGM MENUJU GREEN CAMPUS
Aditya Muhtadi (33979)
Cecep Setiawan (35996)
Anastasia Fytry Putry (35783)
PRODI FISIKA TEKNIK
JURUSAN TEKNIK FISIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2011
DESKRIPSI KAMPUS UGM
Kampus adalah salah satu sarana bagi setiap elemen masyarakat untuk menuntut ilmu,
terutama mahasiswa. Disinilah tempat para ahli dan masyarakat dapat mengembangkan ilmu
pengetahuan dan mendalami berbagai bidang ilmu pengetahuan dan keahlian yang
diharapkan. Sarana yang mendukung membuat suasana kondusif bagi para pelajar
bereksperimen dan belajar secara maksimal. Oleh karena itu, kebanyakan para pakar dan ahli
terlahir dari kampus.
Sudah sepatutnya dalam rangka dalam mengatasi krisis energi yang berdampak secara
global ini dimulai dengan wilayah kampus. Dimana tempat para pakar dan ahli bertempat dan
mengembangkan risetnya dan ini pun akan menjadi sebuah contoh kepada kalangan dan
elemen masyarakat yang lain jika memang suasana kampus sudah sesuai dengan konsep
konservasi energi serta ramah lingkungan.
Universitas Gadjah Mada (UGM) sebagai salah satu kampus terbesar di Indonesia,
sepatutnya menjadikan konsep ini sebagai sesuatu hal yang mendasar. Bukan hanya untuk
menjadi contoh masyarakat namun pula untuk memicu kampus lain di Indonesia untuk pula
dapat menggunakan konsep konservasi energi ini dalam penataan kampusnya.
Kebijakan kampus UGM belakangan ini memang mengarah pada penghijauan
kampus. Beragam konsep hemat energi dalam manajemen dan penghijauan kampus telah
diusung dan dilakukan dengan bertahap. Mulai dari sepeda kampus, bis kampus yang sedang
dalam pembangunan, penghematan dan pembatasan penggunaan energi dalam manajemen,
pemanfaatan alam sebagai sumber energi, dan lain sebagainya. Langkah ini sangat tepat jika
dilakukan dan memang harus dilakukan sejak dini. Karena pengembangan konsep ini tidaklah
mungkin dapat dirasakan seketika itu juga namun merupakan konsep yang memerlukan
waktu yang lama agar dapat dirasakan manfaatnya.
Peninjauan tentunya tidaklah dari segi kebijakan saja namun juga harus pada hal
konsumsi energi kampus secara menyeluruh. Berdasarkan data konsumsi energi listrik setiap
bulannya, diketahui apabila kampus UGM harus mengeluarkan ratusan juta rupiah untuk
membiayai konsumsi energi listriknya. Konsumsi energi listrik ini dapat terus meningkat
dikarenakan adanya peningkatan populasi dan pembangunan gedung baru di kampus UGM,
penambahan beban listrik di kampus UGM, perubahan fungsi ruangan, dan penambahan
pelanggan listrik, serta tingkat kuat penerangan yang tidak memadai.
Tentunya perlu dilakukan perhitungan konsumsi energi listrik ulang guna mengetahui
apakah konsumsi energi listrik di kampus UGM masih hemat dan efisien atau tidak. Setelah
dilakukan perhitungan konsumsi energi listrik, kemudian mencari alternatif peluang untuk
penghematannya. Untuk maksud inilah perlu dilaksanakan kegiatan audit energi listrik di
kampus UGM.
Dengan menghitung intensitas konsumsi energi listrik pada gedung kampus UGM
akan diketahui sejauh mana efisiensi penggunaan energi listrik pada gedung UGM, baik
secara keseluruhan maupun pada masing-masing sektor penggunaan dan mencari bagaimana
cara untuk meningkatkan efisiensi penggunaan energi listrik pada gedung kampus UGM
tanpa mengurangi produktifitas dan kenyamanan penghuninya.
sumber: ugm.ac.id
GREEN CAMPUS
Kampus, “suatu kata yang berasal dari bahasa Latin, campus, yang berarti lapangan
luas. Dalam pengertian modern, kampus berarti, sebuah kompleks atau daerah tertutup yang
merupakan kumpulan gedung-gedung universitas atau perguruan tinggi. Bisa pula berarti
sebuah cabang daripada universitas sendiri” (Wikipedia).
Kampus merupakan sarana bagi pelajar/mahasiswa untuk mendapatkan pendidikan
dan pengetahuan demi kemajuan suatu bangsa. Kampus menjadi salah satu lokasi yang
digunakan sebagai sarana pembelajaran baik teori maupun praktek. Dengan ribuan kampus
yang tersebar di seluruh bangsa, meliputi ratusan juta kaki persegi ruang gedung, kampus
telah menjadi bagian integral dari suatu masyarakat. Kampus menjadi tempat dimana para
terpelajar dididik dan didewasakan agar dapat memberi solusi dalam suatu permasalahan
bangsa. Maka dari itu, sudah sepatutnya kampus menjadi ujung tombak terdepan dalam
menyelesaikan suatu permasalahan bangsa, seperti permasalahan energi dan lingkungan.
Dalam masalah energi, khususunya di Indonesia, dapat dikatakan selalu mengalami
krisis energi. Padahal sumber daya alam negeri ini melimpah ruah, sehingga seharusnya
negeri ini tidak mengalami krisis energi. Lalu apa yang menyebabkan krisis energi tersebut?
Hal ini disebabkan buruknya pengelolaan energi sehingga mengakibatkan terjadinya
pemborosan energi, seperti pemborosan penggunaan energi listrik, air, dll.
Sedangkan permasalahan lingkungan menjadi salah satu hal yang paling utama dan
paling diperhatikan dalam beberapa tahun belakangan ini. Isu pemanasan global dan
perubahan iklim (climate change) bukan lagi sekedar isapan jempol belaka, tapi sudah
menunjukan bentuk & wujud yang sebenarnya ke hadapan umat manusia di Bumi dengan
semakin tidak nyamannya Bumi sebagai tempat tinggal ataupun hunian makhluk hidup.
Berbagai fenomena alam yang cenderung mengalami penyimpangan (anomali) akhir-akhir
ini, seperti iklim yang kacau, panas yang ekstrim berkepanjangan, intensitas curah hujan yang
kelewat tinggi diluar normal, banjir, angin ribut, puting beliung, banyak dikaitkan dengan isu
pemanasan global tersebut.
Lalu, apa yang dapat dilakukan oleh suatu kampus untuk mencari solusi dalam
permasalahan energi dan lingkungan di Bumi ini?
Salah satu program yang akhir-akhir ini terutama ditujukan untuk lingkungan kampus
adalah yang disebut dengan program eco-campus (Green Campus). Program green campus
menjadi suatu perwujudan sebuah kampus yang memanfaatkan energi ramah lingkungan dan
menjadi tindakan nyata untuk menjawab berbagai permasalahan lingkungan yang terjadi di
Bumi ini. Dengan demikian yang diharapakan adalah muncul dan terbangunnya kesadaran
dan kepedulian warga kampus sendiri dalam memelihara kelestarian lingkungan. Selain itu
juga, kampus yang merupakan tempat berkumpulnya para intelektual dan tempat
dilahirkannya para intelektual muda generasi penerus bangsa diharapkan dapat menjadi
pelopor dan role model atau contoh bagi institusi lain dalam pengelolaan lingkungan yang
baik dengan menerapkan seluruh unsur ramah lingkungan dalam setiap aspeknya.
Beberapa kampus telah melakukan program green campus dan berlomba-lomba untuk
menjadi kampus terbaik dalam konteks green campus. Berdasarkan situs
http://gayahidup.liputan6.com, hasil riset dan survei yang dihimpun secara online oleh tim UI
Green Metric kepada ribuan kampus di dunia, pada Mei hingga November 2010, peringkat
pertama diduduki Universitas California, Barkeley, Amerika Serikat (skor 8,213). Adapun
posisi kedua diraih Universitas Nottingham, Inggris (skor 8,201) dan Universitas
Northeastern, AS (skor 7,909) berada di urutan ketiga.
Apa itu Green Campus?
Pengertian istilah Green Campus bukan berarti hanya
suatu lingkungan kampus yang dipenuhi dengan pepohonan yang
hijau ataupun kampus yang dipenuhi oleh cat hijau, ataupun
barangkali karena kebetulan jaket almamater kampus yang
bersangkutan berwarna hijau, namun lebih jauh dari itu makna
yang terkandung dalam green campus adalah sejauh mana warga
kampus dapat memanfaatkan sumber daya yang ada di lingkungan kampus secara efektif dan
efisien, misalnya dalam pemanfaatan kertas, alat tulis menulis, penggunaan listrik, air, lahan,
pengelolaan sampah, dll. Dimana semua kegiatan itu dapat dibuat neraca dan dapat diukur
secara kuantitatif baik dalam jangka waktu bulanan maupun tahunan (Nasoetion, P).
Green Campus adalah sebuah komunitas perguruan tinggi untuk meningkatkan
efisiensi energi, melestarikan sumber daya, dan meningkatkan kualitas lingkungan yang
berkelanjutan, serta menciptakan lingkungan belajar yang sehat (Humblet, E. M., Owens, R.,
Roy, L. P., 2010).
Green Campus adalah salah satu yang mengintegrasikan pengetahuan lingkungan ke
dalam semua disiplin ilmu yang relevan, meningkatkan pembelajaran lingkungan,
memberikan kesempatan bagi pelajar/mahasiswa untuk belajar kampus dan masalah
lingkungan setempat, melakukan audit lingkungan, pertanggung jawaban institusi dalam
mengeluarkan kebijakan lingkungan, mengurangi sampah kampus, memaksimalkan efisiensi
energi, membuat kelestarian lingkungan menjadi
prioritas utama dalam penggunaan lahan,
transportasi, dan perencanaan pembangunan,
membentuk pusat studi mahasiswa lingkungan,
dan mendukung mahasiswa yang karirnya ingin
bertanggung jawab terhadap lingkungan (Teresa
Heinz, 1995).
Green Campus merupakan gerakan pengelolaan sumber daya alam di lingkungan
kampus untuk pemanfaatan yang berkelanjutan. (PPLH-IPB, 2010)
Apabila disimpulkan dari seluruh pendapat yang ada, maka Green Campus
merupakan sebuah sistem manajemen lingkungan yang berkelanjutan untuk mewujudkan
kampus yang berwawasan lingkungan dan bertujuan untuk mengatasi permasalahan
lingkungan yang terjadi. Green Campus merupakan solusi yang paling tepat dalam mengatasi
permasalahan lingkungan yang terjadi terutama akibat dari keberlangsungan kampus yang
bersangkutan.
Latar Belakang Green Campus
Program green campus pada dasarnya dilatarbelakangi oleh suatu harapan bahwa
lingkungan kampus harus merupakan tempat yang nyaman, bersih, teduh (hijau), indah dan
sehat dalam menimba ilmu pengetahuan. Kemudian lingkungan kampus sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dari ekosistem perkotaan tidak sedikit peranan dan sumbangannya dalam
pemakaian energi serta dalam meningkatkan maupun menurunkan pemanasan global.
Menurut PPLH-IPB (2010), Green Campus dilatarbelakangi oleh:
a) Kampus merupakan “gudangnya” para ahli dalam segala multidisiplim termasuk
diantaranya dalam hal pelestarian dan perlindungan lingkungan.
b) Kampus sebagai tempat pengembangan berbagai ilmu, termasuk dalam hal dan
perlindungan lingkungan.
c) Kampus mempunyai tanggung jawab moral memberikan contoh kepada komunitas
dalam berbagai hal, termasuk dalam hal dan perlindungan lingkungan.
Tujuan Green Campus
Tujuan terselanggaranya green campus selain untuk menciptakan kampus kawasan
hijau juga sebagai tahap awal sosialisasi menumbuhkan kesadaran. Selain itu bagaimana
masyarakat kampus dapat mengimplementasikan IPTEK bidang lingkungan hidup secara
nyata. Oleh karena itu, program green campus bertujuan untuk meningkatkan kesadaran serta
kepedulian masyarakat kampus sebagai kumpulan masyarakat ilmiah untuk turut serta
berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam mengurangi pemanasan global.
Indikator Green Campus
Ada beberapa indikator ataupun parameter yang dapat dijadikan sebagai ukuran
apakah kampus tersebut benar-benar telah mencapai sebutan Green Campus. Menurut P.
Nasoetion, ukuran keberhasilan tersebut ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain:
1) Efisiensi penggunaan kertas sebagai kebutuhan pokok pengajaran
2) Efisiensi pengelolaan sampah dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran
3) Efisiensi penggunaan lahan sebagai ruang terbuka hijau dan estetika (landscape)
4) Efisiensi penggunaan listrik
5) Efisiensi penggunaan air
6) Efisiensi pemakaian sumber daya alam
7) Upaya kontribusi pengurangan pemanasan global
Pengelolaan Kertas dan Sampah
Kami tegaskan prinsip-prinsip dalam pengurangan limbah: desain dan mendesain ulang fasilitas dan
teknologi untuk mengurangi limbah; menciptakan sistem daur ulang, mengurangi konsumsi dengan
membeli hanya apa yang benar-benar diperlukan; pembuatan danau untuk penampungan air hujan;
membeli sesuatu yang secara lokal dapat didaur ulang, dan membangun dialog dengan vendor.
(http://www.heinzfamily.org)
Kampus sebagai suatu lembaga/institusi yang fungsinya utamanya menyelenggarakan
proses pendidikan dan pengajaran, penelitian, serta pengabdian masyarakat, tentunya dalam
semua kegiatannya tidak terlepas dari penggunaan kertas yang cukup banyak. Harus diakui
kondisi yang ada selama ini menunjukkan bahwa hampir semua lembaga/institusi baik
pemerintah maupun swasta tidak terkecuali lembaga pendidikan sangat boros dalam
pemakaian kertas (Nasoetion, P).
Seringkali pemakaian kertas ini kurang bijak dan sampah kertas ini sering tercampur
dengan sampah lainnya. Hal ini bukan saja akan berdampak pada meningkatnya volume
sampah yang kemudian akan memperpendek usia TPA, namun juga secara tidak langsung hal
ini akan memboroskan penggunaan sumber daya alam hutan (kayu).
Sampah menjadi masalah utama dan terus bertambah setiap hari bagi pengelolaan
sampah yang hanya mengandalkan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) tanpa adanya proses
pendahulan. Keadaan seperti ini menyebabkan lahan TPA cepat penuh dan kurang efektif
untuk jangka panjang, karena ketersediaan lahan TPA semakin terbatas.
Pemusnahan sampah dengan cara membakar seperti yang lazim dilakukan bukanlah
penyelesaian masalah sampah, akan tetapi sebaliknya akan menimbulkan masalah baru
berupa pencemaran udara. Kandungan gas dari pembakaran sampah berbahaya karena
mengandung gas CO2, gas CO, dan sejumlah zat berbahaya lainnya. Dampaknya akan
memicu meningkatnya pemanasan global. Selain itu, apabila asap pembakaran terhirup terus
menerus akan menyebabkan gangguan pernafasan dan melemahnya sistem otak. Oleh sebab
itu, penanganan sampah harus terus digalakkan demi mengurangi permasalahan sampah yang
semakin meresahkan. Bentuk penanganan yang mudah ialah dengan memisahkan sampah
sesuai karakteristik dan jenis. Di dalam lingkungan kampus diharapkan sudah tersedia
tempat-tempat sampah sekaligus upaya-upaya pemilahan sampah antara organik & an-
organik. Penerapan konsep 4 R (Reduce, Recycle, Reuse dan Repair atau Recovery)
merupakan pilihan yang tepat dan bijak dalam mengatasi masalah sampah termasuk di
lingkungan kampus.
STUDI KASUS KEBERHASILAN
Universitas Colorado, Boulder, Colorado
Salah satu kampus pertama
dan terbaik dalam program
pengurangan limbah dan daur ulang
adalah Universitas Colorado yang
dimulai pada tahun 1976. Program ini
– diawasi oleh Universitas Colorado
Student Union dan dikelola oleh
seorang direktur, mahasiswa, dan
sukarelawan pelayanan masyarakat –
mengumpulkan limbah daur ulang yang telah dipisahkan dari setiap gedung kampus. Untuk
mengurangi tumpukan sampah kertas, staff universitas dilatih untuk menggunakan surat
elektronik (e-mail), memakai dua sisi kertas, serta penggunaan produk kertas daur ulang.
Program ini didukung dengan pendidikan publik yang dikampanyekan secara luas, yang
meliputi siaran pers, iklan layanan masyarakat, artikel koran, dan benda-benda audio-visual,
serta orientasi bagi mahasiswa baru. Rencana ke depan mencakup kampanye pengurangan
limbah berbahaya rumah tangga, alternatif pembuangan limbah kimia, dan meningkatkan
pengadaan produk daur ulang (http://www.heinzfamily.org).
Pemanfaatan Lahan, Transportasi, Rencana Bangunan
Penggunaan lahan, transportasi, dan rencana pembangunan di lingkungan kampus
perlu mendapat perhatian. Dalam penggunaan lahan, transportasi, dan perencanaan
pembangunan, kelestarian lingkungan harus mendapat prioritas utama.
Idealnya dalam penggunaan lahan harus ada perimbangan antara luas bangunan
dengan ruang terbuka hijau. Menurut P.Nasoetion, minimal 30% lahan kampus sebaiknya
dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau (RTH). Kondisi yang ada selama ini ada
kecenderungan bahwa lahan-lahan di lingkungan kampus belum dimanfaatkan secara
optimal, bahkan cenderung ditelantarkan atau dibiarkan sebagai lahan tidur (sleeping land)
atau ruang hilang (lost space). Padahal bila lahan yang ada dimanfaatkan bagi berbagai
macam tanaman, termasuk tanaman produktif, misalnya buah-buahan akan memberikan
manfaat ganda. Disatu sisi tanaman dapat mendaur ulang gas-gas CO2 di udara, sekaligus
menghasilkan udara segar (oksigen) yang memberikan kenyamanan bagi lingkungan
sekitarnya, yang berarti juga akan mengurangi pemanasan global, disisi lain tanaman buah-
buahan dapat memberikan nilai tambah ekonomi bagi warga kampus/masyarakat. Di samping
itu, dengan adanya vegetasi/tanaman dapat memberikan nilai estetika/keindahan tersendiri
bagi lingkungan kampus.
Dalam hal transportasi, volume penggunaan kendaraan bermotor perlu dihambat.
Maka dari itu, dalam perencanaan transportasi pihak kampus perlu memberi insentif agar
warga kampus mau berjalan kaki. Selain itu, penyediaan sepeda kampus dan bis kampus
(gratis) menjadi opsi yang bagus.
Dalam rencana untuk konstruksi bangunan atau renovasi, kampus harus
mengutamakan pedoman untuk efisiensi energi, ventilasi yang baik, dan tidak beracun, serta
menggunakan material yang ramah lingkungan untuk konstruksi.
Penggunaan Energi
Energi menjadi salah satu hal yang paling sering diperhatikan beberapa tahun
belakangan ini. Kampanye agar seluruh masyarakat/lembaga/negara behemat energi terus
digalakkan tidak terkecuali di lingkungan kampus yang notabene memerlukan energi yang
cukup banyak dalam menjalankan kegiatannya.
Energi listrik di lingkungan kampus merupakan salah satu energi yang paling banyak
dikonsumsi di lingkungan kampus. Maka dari itu, konsumsi/penggunaan energi listrik
merupakan salah satu indikator yang digunakan dalam menilai apakah suatu kampus telah
berwawasan lingkungan atau belum. Apalagi selama ini sebagian besar sumber utama energi
listrik berasal dari bahan bakar fosil, seperti minyak bumi, gas, dan batubara yang jelas-jelas
telah banyak menghasilkan gas-gas rumah kaca seperti CO2, dan telah memberikan kontribusi
terbesar bagi pemanasan global. Di samping itu, energi fosil merupakan energi tersimpan,
sehingga dapat diperkirakan cadangan yang ada di perut bumi, dimana hanya dapat
dimanfaatkan untuk beberapa tahun ke depan. Untuk itu, perlu upaya-upaya efisiensi dalam
penggunaannya sambil terus menerus mengembangkan energi terbarukan yang ramah
lingkungan, seperti solar cell.
Upaya konservasi energi harus dilakukan oleh setiap kampus apabila ingin menjadi
kampus yang “green campus”. Konservasi energi tidak berarti harus mengurangi jumlah
energi yang dibutuhkan, akan tetapi melakukan peningkatan efisiensi energi.
STUDI KASUS KEBERHASILAN
Universitas Brown, Providence, Rhode Island
Sebagai universitas menengah
dengan lebih dari 5.000 mahasiswa S-1
dan mahasiswa S-2 (pascasarjana),
sumber daya energi yang dikonsumsi
setiap tahun di Universitas Brown besar
dan mahal. Setiap tahun Universitas
Brown mengkonsumsi 55 juta
kilowatthours listrik, 23.000 barel
minyak pemanas, dan 204 juta kaki kubik
gas alam, biaya lebih dari $ 6 juta.
Pada tahun 1991, Universitas Brown menggalakkan program Brown is Green (BIG)
untuk mencari tahu potensi untuk meminimalkan konsumsi energi, biaya ekonomi dan
lingkungan yang terkait dengan kegiatan kampus sehari-hari. Proyek pertama BIG ini adalah
membuat suatu skema energi pencahayaan yang efisien dalam renovasi asrama, yang
sekarang telah menghemat lebih dari $ 16.000 setiap tahun. Proyek lainnya ialah bekerjasama
dengan mahasiswa untuk mengetahui konsumsi energi di setiap gedung kampus. Pihak
internal kampus mendapatkan bahwa laboratorium secara signifikan boros dalam konsumsi
energi dan bahwa penghuni cenderung tidak mematikan lampu ketika ruangan tidak dipakai.
Mahasiswa juga dicek dalam hal pembelian peralatan, diusulkan pembenahan penerangan
tanda keluar, dan menciptakan sistem insentif bagi mahasiswa untuk mengurangi tagihan
energi mereka sendiri (http://www.heinzfamily.org).
Pemanfaatan Air
Air merupakan sumber daya yang paling penting dalam kehidupan manusia. Air
merupakan kebutuhan vital manusia dan makhluk hidup lainnnya. Pemanfaatan air oleh
manusia di perkotaan ataupun di pedesaan cenderung mengalami peningkatan baik secara
kuantitatif maupun kualitatif, serta menunjukkan pemakaian yang cenderung boros.
Lingkungan kampus tidak luput dari konsumsi air yang cenderung boros. Kasus
sederhananya ialah seringkali kran air di lingkungan kampus tidak tertutup rapat sehingga air
tersebut terus mengalir meskipun tidak dipakai.
Oleh sebab itu, efisiensi pemanfaatan air sangat penting dilakukan oleh semua warga
kampus. Penghematan air misalnya dapat dilakukan dengan jalan memanfaatkan kembali air
yang telah digunakan dengan menggunakan teknologi re-sirkulasi air seperti yang telah bayak
digunakan oleh institusi lain. Jadi, sisa air yang telah digunakan untuk berbagai keperluan,
seperti dari kamar mandi, dapur, dll, ditampung kembali dalam kolam penjernihan terpadu
yang kemudian dimanfaatkan kembali. Di samping itu, lahan yang ada juga dapat
dimanfaatkan sebagai sumur resapan ataupun biopori untuk menampung air hujan yang jatuh
agar tidak sia-sia mengalir sebagai air permukaan dan terbuang ke laut. Air hujan selanjutnya
dapat mengisi air tanah, kemudian tersimpan sebagai air persediaan pada saat musim
kemarau tiba (Nasoetion, P).
Program ini hanya akan menjadi sebuah wacana apabila tidak didukung semua pihak
kampus. Maka dari itu, untuk mewujudkan program green campus ini harus ada sinergi antar
elemen kampus, pihak universitas, fakultas, dan jurusan, serta mahasiswa.
Dalam konteks kampus UGM menuju green campus, salah satu upayanya ialah
dengan melakukan konservasi energi (khususnya dalam konsumsi energi listrik). Konservasi
energi tidak berarti harus mengurangi jumlah energi yang dibutuhkan, akan tetapi melakukan
peningkatan efisiensi energi.
AUDIT ENERGI
Audit energi adalah teknik yang dipakai untuk menghitung besarnya konsumsi energi
pada bangunan gedung dan mengenali cara-cara untuk penghematannya (SNI 03-6196-2000).
Batasan Masalah
1. Audit energi listrik hanya dilakukan pada 12 pelanggan yang ada di kampus
UGM.
2. Data pengukuran konsumsi energi listrik mengacu pada pengukuran rekening
listrik yang dilakukan pada bulan Januari - Juni 2010.
3. Pelaksanaan audit energi listrik pada kampus UGM berpedoman kepada SNI 03-
6196-2000 tentang Prosedur Audit Energi Pada Bangunan Gedung.
A. Audit Energi Awal
Merujuk pada SNI 03-6196-2000, kegiatan yang dilakukan pada saat audit energi
awal adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan dan penyusunan data energi bangunan gedung.
Data – data tersebut antara lain:
a. Dokumentasi bangunan terdiri dari:
Denah bangunan gedung.
Denah instalasi pencahayaan bangunan seluruh lantai.
Kurva satu garis listrik.
b. Pembayaran rekening listrik bulanan.
c. Tingkat hunian bangunan (occupancy rate).
2. Menghitung besarnya intensitas konsumsi energi (IKE).
B. Audit Energi Rinci
Merujuk pada SNI 03-6196-2000, audit energi rinci dilakukan bila nilai IKE lebih
besar dari nilai target yang ditentukan. Jika dari hasil perhitungan IKE ternyata sama atau
lebih kecil dari pada IKE yang ditargetkan, audit energi rinci masih dapat dilakukan untuk
memperoleh IKE yang lebih rendah lagi. Kegiatan yang dilakukan dalam audit energi
rinci adalah:
1. Penelitian konsumsi energi
2. Pengukuran energi
3. Identifikasi peluang hemat energi
4. Analisis peluang hemat energi
Bagan alur proses audit energi (SNI-03-6196-2000)
C. Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Listrik dan Standar
Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Listrik adalah pembagian antara konsumsi energi
listrik pada kurun waktu tertentu dengan satuan luas bangunan gedung.
Menurut Pedoman Pelaksanaan Konservasi Energi dan Pengawasannya di
Lingkungan Departemen Pendidikan Nasional nilai IKE dari suatu bangunan gedung
digolongkan dalam dua kriteria, yaitu untuk bangunan ber-AC dan bangunan tidak ber-
AC (Salpanio, 2007).
Audit
Energi
Awal
Audit
Energi
Rinci
Implementasi
&
Monitoring
Tabel IKE Bangunan Gedung Tidak ber-AC
Tabel IKE Bangunan Gedung ber-AC
Sumber: Salpanio, 2007
D. Analisis Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Listrik
Kriteria IKE Pelanggan Listrik Kampus UGM
Apabila kita tinjau kriteria IKE Pelanggan Listrik Kampus UGM dengan standar IKE
Bangunan Gedung ber-AC dan tidak ber-AC maka ada beberapa gedung yang sudah
efisien dalam hal pemanfaatan energi listrik. Namun demikian, masih ada beberapa
gedung yang masih kurang efisien dan cenderung boros dalam pemanfaatan energi listrik
ini, seperti Lab. Kimia Org. (SEKIP UT) dan Lab. Kimia Dasar Ged. Baru.
Bengkel Fisika
Ditinjau dari IKE-nya (2,60 kwh/m2/bulan), pemanfaatan listrik di Bengkel Fisika
cenderung boros.
Fak.
MIPA
Fak.
Teknik
Lab. Kimia Dasar Ged. Baru
IKE Gedung Fisika MIPA ini sebesar 32,27 kwh/m2/bulan. Jika dibandingkan
dengan standar IKE Bangunan Gedung ber-AC, maka pemanfaatan listrik di Lab.
Kimia Dasar Ged. Baru sangat boros. Pengefisiensian energi listrik sangat perlu
dilakukan.
Administrasi Ged. Baru
Ditinjau dari IKE-nya (7,42 kwh/m2/bulan) maka pemanfaatan energi listrik di
Gedung Administrasi ini sangat efisien.
Lab. Fisika Dasar
IKE Lab. Fisika Dasar MIPA ini sebesar 0,06 kwh/m2/bulan. Jika dibandingkan
dengan standar IKE Bangunan Gedung tidak ber-AC, maka pemanfaatan listrik di
Lab. Fisika Dasar tidak efisien. Peluang penghematan energi yang dapat dilakukan
adalah dengan penurunan kapasitas langganan.
Gedung Fisika
IKE Gedung Fisika MIPA ini sebesar 4,44 kwh/m2/bulan. Jika dibandingkan
dengan standar IKE Bangunan Gedung ber-AC, maka pemanfaatan listrik di
Gedung Fisika sangat efisien.
Lab. Kimia Org. (SEKIP UT)
Apabila dibandingkan IKE Lab. Kimia Org. MIPA (15,04 kwh/m2/bulan) dengan
standar IKE Bangunan Gedung ber-AC, maka pemanfaatan listrik di Lab. Kimia
Org. MIPA agak boros. Pengefisiensian perlu dilakukan.
Lab. Komputer SIC (Lt. II)
IKE Lab. Komputer SIC (Lt. II) ini sebesar 2,28 kwh/m2/bulan. Jika dibandingkan
dengan standar IKE Bangunan Gedung ber-AC, maka pemanfaatan listrik di Lab.
Komputer SIC (Lt. II) masih kurang efisien. Peluang penghematan energi yang
dapat dilakukan adalah dengan penurunan kapasitas langganan.
Ged. Aministrasi Fakultas Teknik
Apabila dibandingkan IKE Ged. Aministrasi Fakultas Teknik (3,81 kwh/m2/bulan)
dengan standar IKE Bangunan Gedung ber-AC, maka pemanfaatan listrik di Ged.
Aministrasi Fakultas Teknik masih kurang efisien. Peluang penghematan energi
yang dapat dilakukan adalah dengan penurunan kapasitas langganan.
Masjid F. Teknik
IKE Masjid F. Teknik ini sebesar 0,26 kwh/m2/bulan. Jika dibandingkan dengan
standar IKE Bangunan Gedung tidak ber-AC, maka pemanfaatan listrik di Masjid
F. Teknik tidak efisien. Peluang penghematan energi yang dapat dilakukan adalah
dengan penurunan kapasitas langganan.
BEM F. Teknik
Ditinjau dari IKE-nya (29,56 kwh/m2/bulan), pemanfaatan listrik di BEM F.
Teknik cenderung boros. Perlu dilakukan pengefisiensian energi listrik.
Teknik Nuklir (Teknik Fisika)
IKE Gedung Teknik Nuklir (Teknik Fisika) ini sebesar 4,40 kwh/m2/bulan. Jika
dibandingkan dengan standar IKE Bangunan Gedung ber-AC, maka pemanfaatan
listrik di Gedung Teknik Nuklir (Teknik Fisika) sangat efisien.
Perpustakaan Fak. Teknik
IKE Perpustakaan Fak. Teknik ini sebesar 2,74 kwh/m2/bulan. Jika dibandingkan
dengan standar IKE Bangunan Gedung ber-AC, maka pemanfaatan listrik di
Perpustakaan Fak. Teknik tidak efisien. Peluang penghematan energi yang dapat
dilakukan adalah dengan penurunan kapasitas langganan.
STRATEGI UGM MENUJU GREEN CAMPUS
Latar Belakang
Beberapa faktor yang melatarbelakangi perlu dilakukannya audit energi listrik pada
gedung kampus UGM adalah:
1. Peningkatan populasi dan pembangunan gedung baru di kampus UGM.
2. Penambahan beban listrik di kampus UGM.
3. Perubahan fungsi ruangan.
4. Penambahan pelanggan listrik.
5. Tingkat kuat penerangan yang tidak memadai.
Dari faktor – faktor diatas maka perlu adanya suatu strategi agar UGM menuju green
campus. Strategi tersebut diperlukan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan energi listrik
pada gedung kampus UGM tanpa mengurangi produktifitas dan kenyamanan penghuninya.
Dengan strategi ini diharapkan adanya penghematan konsumsi energi listrik, penghematan
biaya konsumsi energi listrik, dan peningkatan keandalan penyaluran energi listrik pada
gedung kampus UGM.
Langkah-langkah untuk Mengurangi Konsumsi Energi Listrik pada Sistem Penerangan
1) Memanfaatkan cahaya alami pada siang hari sebaik-baiknya. Dalam pemanfaatan
cahaya alami pada siang hari, masuknya radiasi matahari langsung kedalam bangunan
harus dibuat seminimal mungkin. Cahaya langit harus diutamakan daripada cahaya
matahari langsung.
2) Matikan lampu-lampu listrik apabila sudah tidak digunakan.
3) Menyalakan lampu halaman/taman apabila hari benar-benar telah mulai gelap. Jika
malam sudah menjelang larut, hendaknya lampu-lampu tersebut dikurangi. Matikan
segera jika hari telah mulai terang kembali.
4) Peliharalah bola lampu atau tabung lampu beserta kapnya atau reflektornya agar tetap
bersih. Lampu dan kap lampu yang kotor dapat mengurangi cahaya sehingga mungkin
menyebabkan timbulnya keinginan untuk menambah lampu lagi, atau ingin
menggantinya dengan lampu lain yang lebih besar wattnya.
Langkah-langkah untuk Mengurangi Konsumsi Energi Listrik pada Sistem Tata Udara
1) Mematikan AC bilamana ruangan tidak ditempati (kosong) dalam waktu yang relatif
sama.
2) Usahakan agar pintu dan jendela selalu tertutup. Bila AC telah dioperasikan tutuplah
pintu dan jendela kecuali jendela yang khusus dimaksudkan untuk ventilasi udara.
Dengan demikian beban AC karena infiltrasi udara dapat dihindari/dikurangi.
3) Perhatikan kondisi udara luar. Jika temperatur diluar cukup dingin, misalnya dibawah
270C, maka AC dapat dimatikan dan jangan lupa untuk membuka jendela agar ada
sirkulasi udara.
4) Pertimbangkan menggunakan fan (kipas angin) yang konsumsi listriknya lebih kecil
dibandingkan dengan AC. Dengan menggunakan fan maka udara panas dari dalam
rungan dapat ditarik keluar dan diganti dengan udara segar yang lebih dingin,
khususnya pada kondisi udara luar yang tidak terlalu panas.
5) Hindari sinar matahari langsung mengenai kondensor AC. Unjuk kerja akan turun bila
terkena radiasi langsung matahari. Bila tidak mungkin untuk menempatkan AC pada
tempat yang terlindung dari cahaya matahari, maka sebaiknya AC ditutup dengan
peneduh.
6) Bersihkan filter AC secara teratur. Pada umumnya AC dilengkapi dengan filter untuk
menyaring debu dan kotoran-kotoran lainnya masuk kedalam ruangan bersama-sama
dengan udara. Jika filter AC menjadi kotor maka efisiensi dari AC tersebut akan
berkurang.
7) Aturlah pengatur suhu (Thermostat) agar selalu pada batas nyaman nyaman tertinggi
yang diperbolehkan. Perbedaan temperatur sedikit saja akan memberikan dampak
yang cukup besar terhadap penggunaan energi AC.
Penurunan Kapasitas Langganan
Penurunan kapasitas langganan dilakukan dengan membandingkan kapasitas
langganan terpasang dengan beban puncaknya. Jika selisih antara beban puncak dan kapasitas
langganan terpasang besar, maka ada peluang penghematan pembayaran energi listrik, yaitu
dengan penurunan kapasitas langganan.
Perhitungan penurunan kapasitas langganan dilakukan dengan asumsi bahwa tidak
terjadi penambahan beban listrik pada gedung-gedung kampus UGM untuk beberapa tahun
ke depan.
Rekomendasi Untuk Rektorat dan Fakultas.
Memimpin penelitian dan mengajarkan tentang efisiensi energi.
Mendorong mahasiswa untuk memberikan solusi berbasis peneltian penggunaan
energi dalam kampus sebagai bentuk penghargaan akademik.
Rekomendasi Untuk Mahasiswa
Meningkatkan kesadaran mengenai gambaran bagaimana energi itu digunakan dan
bagaimana mahasiswa dapat menggunakan energi tersebut secara lebih efisien.
Mengadakan kompetisi “Green Cup” atau “Eco-Lympics”, kompetisi antar-jurusan
dan/atau antar-fakultas untuk melakukan pengefisiensian energi (khususnya dalam
konsumsi listrik).
DAFTAR PUSTAKA
Humblet, E. M., Owens, R., Roy, L. P., 2010, Roadmap to a Green Campus, U.S.
Green Building Council, Washington D.C.
http://www.centerforgreenschools.org/docs/roadmap-to-a-green-campus.pdf (diakses tanggal
12 Mei 2011, pukul 23.04 WIB)
Karono, SIP (Kasi Inst. Listrik dan Air), 2010, Daftar Rekening Sewa Listrik Fakultas
Dan Penunjang Universitas, Direktorat Pengelolaan Dan Pemeliharaan Aset Sub Direktorat
Prasarana, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Murdiman, 2008, Inventaris Gedung Dan Luas Ruang Berdasarkan Peruntukannya
FMIPA UGM Yogyakarta, Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Nasoetion, P., Green Campus vs Pemanasan Global
http://www.gogreenindonesiaku.com/green_opinion2.php (diakses tanggal 12 Mei 2011,
pukul 23.11 WIB)
PPLH-IPB, 2010, Gerakan Menuju Kampus Hijau, Workshop Reposisi Peran
Stakeholders Dalam Implementasi Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Salpanio, R., 2007, Audit Energi Listrik Pada Gedung Kampus UNDIP Pleburan
Semarang, Makalah Seminar Tugas Akhir, Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro, Semarang
----, 1995, Blueprint For A Green Campus: The Campus Earth Summit Initiatives For
Higher Education, The Heinz Family Foundation
http://www.heinzfamily.org/pdfs/Blueprint-For-Green-Campus.pdf (diakses tanggal 13 Mei
2011, pukul 21.35 WIB)
----, 2000, Prosedur Audit Energi Pada Bagunan Gedung, Badan Standardisasi
Nasional
http://ecocampus.itb.ac.id/?page_id=230 (diakses tanggal 24 Mei 2011, pukul 21.37
WIB)
http://gayahidup.liputan6.com/read/311765/ui_masuk_15_besar_kampus_terhijau_du
nia (diakses tanggal 24 Mei 2011, pukul 21.56 WIB)
http://id.wikipedia.org/wiki/Kampus (diakses tanggal 24 Mei 2011, pukul 20.58 WIB)
http://ugm.ac.id
http://unand.org
http://colorado.edu (diakses tanggal 24 Mei 2011, pukul 21.13 WIB)
http://sustainability.fullerton.edu (diakses tanggal 24 Mei 2011, pukul 21.43 WIB)
top related