tumor paru.doc
Post on 24-Apr-2015
125 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
PENDAHULUAN
Pada umumnya tumor paru terbagi atas tumor jinak (5 %) antara lain adenoma,
hamartoma dan tumor ganas (90%) adalah karsinoma bronkogenik. Kanker paru adalah
pembunuh nomor satu diantara pria di USA. Namun, kanker paru ini meningkat dengan angka
yang lebih besar pada wanita dibanding pada pria dan sekarang melebihi kanker payudara
sebagai penyebab paling umum kematian akibat kanker pada wanita.
Pada hampir 70% pasien kanker paru mengalami penyebaran ketempat limfatik regional
dan tempat lain pada saat didiagnosis. Sebagai akibat, angka survival pasien kanker paru
adalah rendah. Bukti-bukti menunjukkan bahwa karsinoma cenderung untuk timbul ditempat
jaringan parut sebelumnya (tuberculosis, fibrosis) dalam paru. Sebagian besar kanker paru-
paru berasal dari sel-sel di dalam paru-paru; tetapi kanker paru-paru bisa juga berasal dari
kanker di bagian tubuh lainnya yang menyebar ke paru-paru. Kanker paru-paru merupakan
kanker yang paling sering terjadi, baik pada pria maupun wanita
Dugaan meningkat pada mereka yang merupakan bagian dari kelompok resiko tinggi
yaitu, apakah pasien merokok, apakah pasien telah terpapar dengan suatu bahan berbahaya
dalam pekerjaannya, dan pernakah pasien menderita fibrosis paru kronis. Kebanyakan kasus
kanker paru dapat dicegah jika merokok dihilangkan.
Di Amerika Serikat Kanker Paru adalah penyebab kematian kedua diantara semua
macam kanker. Kanker Paru bahkan menyebabkan kematian melebihi kanker payudara,
kanker prostat dan kanker usus besar, apabila kematian ketiga macam kanker ini bersama-
sama dihitung.
Keganasan di rongga thorak mencakup kanker paru, tumor mediastinum, metastasis
tumor paru dan keganasan di pleura. Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit
keganasan di paru, mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri (primer) maupun
metastasis tumor di paru.
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
Tumor adalah neoplasma pada jaringan yaitu pertumbuhan jaringan baru yang
abnormal. Tumor jinak atau Noduler Paru biasanya tidak menyebabkan suatu gejala atau
tanda-tanda, biasanya ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan foto toraks atau CT,
namun bisa menyebabkan bersin, batuk, batuk darah, nafas pendek, dan panas apabila
mengalami infeksi. Penentuan suatu Tumor benign atau suatu kanker ganas stadium awal
adalah penting sekali karena mempengaruhi prognosis atau kesembuhan dari
penderitanya.
Kanker Paru adalah penyakit yang ditandai dengan pembelahan sel paru yang tidak
terkontrol. Apabila tidak diobati dan dibiarkan maka pertumbuhan sel Paru akan
berkembang dan menyebar keluar Paru.
II. ETIOLOGI
Seperti kanker pada umumnya penyebab yang pasti dari kanker paru belum diketahui
secara pasti, tapi paparan dan inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat
karsinogenik merupakan factor penyebab utama disamping adanya factor lain seperti
kekebalan tubuh, genetic, dan lain-lain.
Dari beberapa kepustakaan telah dilaporkan bahwa etiologi kanker paru sangat
berhubungan dengan kebiasaan merokok. Lombarg dan Doering (1928), telaj melaporkan
tingginya insiden kanker paru pada perokok dan yang tidak merokok.
Merokok merupakan penyebab utama dari sekitar 90% kasus kanker paru pada pria
dan 70% pada wanita. Semakin banyak rokok yang dihisap, semakin besar risiko untuk
menderita kanker paru-paru.
Hanya sebagian kecil kanker paru-paru (sekitar 10% -15% pada pria dan 5% pada
wanita) yang disebabkan oleh zat yang ditemui atau terhirup di tempat kerja. Bekerja
dengan asbes, radiasi, arsen, kromat, nikel, klorometil eter, gas mustard, dan pancaran
oven arang bisa menyebabkan kanker paru-paru, meskipun hanya terjadi pada pekerja
yang juga merokok.
Peranan polusi udara sebagai penyebab kanker paru-paru maih belum jelas. Beberapa
kasus terjadi karena adanya pemaparan oleh gas radon di rumah tangga.
Kadang kanker paru-paru (terutama adenokarsinoma dan karsinoma sel alveolar)
terjadi pada orang yang paru-parunya telah memiliki jaringan parut karena penyakit paru
yang lain seperti tuberculosis dan fibrosis. Terdapat hubungan antara rata-rata jumlah
rokok yang dihisap perhari dengan tingginya insiden kanker paru. Dikatakan bahwa, 1
dari 9 perokok berat akan menderita kanker paru-paru.
Efek rokok bukan saja menyebabkan kanker paru, tapi dapat juga menyebabkan
kanker pada organ lain seperti mulut, laring, esophagus. Etiologi lain dari kanker paru-
paru yang pernah dilaporkan adalah:
1. Yang berhubungan dengan paparan zat karsinogen, seperti:
Asbestos, sering menyebabkan mesotelioma
Radiasi ion pada pekerja tambang uranium
Radon, arsen, kromuim, nikel, polisiklik hidrokarbon, vinil klorida.
2. Polusi Udara. Pasien kanker paru lebih banyak di daerah urban yang banyak
polusi udaranyadibandingkan yang tinggal di daerah rural.
3. Genetik. Terdapat perubahan/mutasi beberapa gen yang berperanan dalam
kanker paru-paru, yakni: Proto oncogen, Tumor suppresser gene, Gene encoding
enzyme.
4. Diet. Beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap
betakarotene, selenium, dan vitamin A menyebabkan tingginya resiko terkena
kanker paru-paru.
III. KLASIFIKASI
KLASIFIKASI PATOLOGI
Klasifikasi patologi umumnya untuk menentukan terapi dan prognosis.
a) Kanker paru sel kecil (small cell lung cancer, SCLC)
Sekitar 20% dari tumor ganas paru adalah karena karsinoma sel kecil. Pada
presentasinya, karsinoma sel kecil hampir selalu bermetastasis ke nodul limfatikus
atau ke tempat yang jauh, oleh karena itu tatalaksana tumor jenis ini adalah
kemoterapi kombinasi
b) Kanker paru sel tidak kecil (non small cell lung cancer, NSCLC)
Karsinoma paru yang bukan merupakan karsinoma small cell dikelompokan
menjadi satu karena prognosis serta tatalaksana kanker jenis ini serupa. Ada tiga
tipe utama yaitu karsinoma paru sel skuamosa, adenokarsinoma, dan karsinoma
paru sel besar.
KLASIFIKASI HISTOLOGI
Kanker paru dapat diklasifikasikan berdasarkan tipe histology. Klasifikasi
mempunyai dampak yang penting bagi manajemen klinis serta prognosis dari penyakit.
Kebanyakan tipe kanker paru adalah karsinoma (malignansi yang berasal dari sel-sel
epitel). Dua tipe histology yang paling sering ditemukan dari karsinoma paru
dikategorikan berdasarkan ukuran dan tampilan dari sel-sel malignan yang terlihat di
bawah mikroskop adalah karsinoma paru non small cell dan karsinoma paru small cell.
Tipe non small cell adalah jenis dengan prevalensi hingga saat ini.
Frekuensi dari tipe histology kanker paru:
Berdasarkan Asal Jaringan
Lebih dari 90% kanker paru berasal dari bronkus, hingga kanker ini disebut
karsinoma bronkogenik yang terdiri dari:
1. Karsinoma sel skuamos
2. Karsinoma sel kecil
3. Karsinoma sel besar
4. Adenokarsinoma paru
Karsinoma sel alveolar berasal dari alveoli di dalam paru-paru. Kanker ini bisa
merupakan pertumbuhan tunggal, tetapi seringkali menyerang lebih dari satu daerah di
paru-paru.
Tumor paru yang lebih jarang terjadi adalah:
1. Adenoma (bisa ganas, bisa jinak)
2. Hamartoma kondromatous (jinak)
3. Sarkoma (ganas)
Limfoma merupakan kanker dari sistem getah bening, yang bisa berasal dari paru-
paru atau merupakan penyebaran dari organ lain. Banyak kanker yang berasal daritempat
lain menyebar ke paru-paru. Biasa kanker ini berasal dari payudara, usus besar, prostat,
ginjal, tiroid, lambung, leher rahim, rektum, buah zakar, tulang, dan kulit.
Pancoast tumor adalah suatu tumor ganas pada sulcus superior paru berupa massa
yang tumbuh pada dinding dada atau menyerang daerah apikal dari dinding dada.
Pancoast tumor lebih jarang terjadi daripada tumor ganas paru lainnya. Pancoast tumor
berkisar 1-3% dari semua kasus tumor ganas paru.
Permasalahan utama pancoast tumor adalah keterlambatan dalam menegakan
diagnosis, karena dalam stadium awal tidak dapat terlihat kelainan pada foto toraks serta
mempunyai kemiripan gejala dengan penyakit otot dan saraf lainnya.
Lebih dari 95% pancoast tumor adalah jenis non small cell carcinoma, dimana jenis
yang paling sering terjadi adalah squamous cell carcinoma dan adenokarsinoma. Jenis
small cell carcinoma terjadi pada sekitar 5% dari kasus pancoast tumor.
Karsinoma sel skuamous
Disebut squamous cell carcinoma dalam bahasa Inggris atau SCC, jenis kanker ini
bisa terjadi di dalam saluran bronkus utama. Umumnya terjadi perkembangan keratin dan
mutiara keratin.
Adenokarsinoma paru
Adenokarsinoma paru tercatat terjadi sekitar 30%-45% dan nampaknya akan terus
mengalami peningkatan. Kasus adenokarsinoma paru biasanya terjadi pada organ paru
dan lebih sering terjadi pada wanita daripada pada pria, dengan kecendrungan metatasis
pada daerah awal di sekitar nodus limfa dan otak. Memperlihatkan susunan seluler seperti
kelenjar bronkus dan dapat mengandung mukus. Penderita adenokarsinoma paru biasanya
memiliki riwayat penyakit paru intertitial kronis, sperti skleroderma, penyakit reumatoid,
sarkoidosis, pneumonitis intertitial, tuberkulosis, infeksi paru berulang atau penyakit paru
yang disertai nekrosis. Hal ini menyebabkan adenokarsinoma sering disebut scar
carcinoma.
Adenokarsinoma bronkoalveolar
Sebuah subtipe adenokarsinoma paru dengan tingkat kejadian sekitar 2%-4% dari
total kejadian kanker paru, sering dikaitkan dengan beberapa penyakit paru yang
berakibat pada fibrosis paru, seperti pneumonia, fibrosis paru idiopatik, granulomata,
asbestosis, alveolitis dengan fibrosis, skleroderma, dan penyakit Hodgkin. Tempat
terjadinya kanker ini masih terjadi perdebatan. Namun, kemungkinan telah diperkecil
antara populasi sel Clara atau pneumosit tipe II yang merambat sepanjang alveolar septa.
Karsinoma sel besar
Kanker ini memiliki tingkat kejadian sekitar 9%. Tumor memiliki ciri sel yang cukup
besar dengan inti sel yang besar. Belum ditemukan diferensiasi grandular dan skuamus.
Cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif
dan cepat ke tempat-tempat yang jauh.
Karsinoma sel kecil
Seperti tipe sel skuamosa biasanya terletak di tengah dosekitar percabangan utama
bronki. Tidak seperti kanker paru lain, jenis tumor ini timbul dari sel-sel kulchitsky,
komponen normal epitel bronkus.
Gambaran mikroskopis menunjukan terbentuk dari sel-sel kecil (sekitar 2 kali ukuran
limfosit) dengan inti hiperkromatik pekat dan sitoplasma sedikit. Sel-sel ini menyerupai
biji oat. Prognosis dari karsinoma ini yang paling buruk dibandingkan dengan yang lain
(sel kecil memiliki pembelahan yang tercepat).
IV. MANIFESTASI KLINIS
Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukan gejala klinis. Bila sudah
menampakan gejala berarti pasien dalam stadium lanjut.
Manifestasi klinis karsinoma bronkogenik beraneka ragam, dapat dibagi atas:
1. Manifestasi Lokal Kanker Paru (Intrapulmonal Intratorakal):
- Gejala yang paling sering adalah batuk kronis dengan/tanpa produksi sputum.
Produksi sputum yang berlebih merupakan suatu gejala karsinoma sel
bronkoalveolar (bronchoalveolar cell carcinoma). Susah bernafas (dyspnea)
dan penurunan berat badan juga sering dikeluhkan oleh pasien kanker paru
- Hemoptisis (batuk darah) merupakan gejala pada hampir 50% kasus
- Nyeri dada juga umum terjadi dan bervariasi mulai dari nyeri pada lokasi
tumor atau nyeri yang lebih berat oleh karena adanya invasi ke dinding dada
atau mediastinum
- Susah bernafas (dyspnea) dan penurunan berat badan juga sering dikeluhkan
oleh pasien kanker paru
- Pneumonia fokal rekuren dan pneumonia segmental mungkin terjadi karena
lesi obstruktif dalam saluran nafas
- Mengi unilateral dan monofonik jarang terjadi karena adanya tumor bronkial
obstruksi. Stridor dapat ditemukan bila trakea sudah terlibat
2. Gejala intratorasik ekstrapulmoner
Penyebaran tumor ke mediastinum akan menekan atau merusak struktur-struktur
di dalam mediastinum dengan akibat antara lain:
- n. phrenicus : parese/paralise diafragma
- n. Laringeus recurrens : menyebabkan suara serak dan paralisis pita suara kiri
- saraf simpatik superior : sindroma Horner
- kompresi esophagus : disfagia
- vena cava superior: akan menunjukkan suatu sindroma vena kava superior,
yaitu nyeri kepala, wajah sembab/plethora, lehar edema dan kongesti,
pelebaran vena-vena dada
- Trakea/bronkus : sesak
- Jantung : gangguan fungsional, terjadi efusi perikardial
3. Gejala intratorasik non-metastatik
Dapat dibagi atas:
- Manifestasi neuromuskular, berupa neuropatia karsinomatosa terdiri dari
miopati, neuropati perifer, degenerasi serebellar subakut, ensefalomiopati, dan
mielopati nekrotik. Insiden ini terdapat pada 4-15% kasus.
- Manifestasi endokrin metabolik, dapat berupa sindrom Cushing, sindroma
karsinoid, hiperparatiroid dengan hiperkalsemia, sekresi ADH dengan akibat
hiponatremi, sekresi insulin dengan akibat dapat terjadi hipoglikemia,
ginekomastia karena peningkatan sekresi gonadotropin, hiperpigmentasi kulit
karena sekresi MSH.
- Manifestasi jaringan ikat dan tulang, yang paling terkenal yaitu hypertropic
pulmonary osteoarthropathy, gejala ini dihubungkan dengan peningkatan
growth hormone yang imunoreaktif dalam plasma.
- Manifestasi vaskuler dan hematologik, tidak begitu sering didapatkan, sering
dalam bentuk migratory trombophlebitis, purpura, dan anemia.
4. Manifestasi Ekstratorakal Metastasis
Karsinoma bronkogenik adalah satu-satunya tumor yang mampu
berhubungan langsung dengan sirkulasi arterial, sehingga kanker tersebut dapat
menyebar hampir pada semua organ, terutama otak, hati, dan tulang. Keterlibatan
organ-organ ini dapat menyebabkan nyeri local.
Penurunan berat badan >20% dari berat badan sebelumnya (bulan
sebelumnya) sering mengindikasikan adanya metastasis. Pasien dengan metastasis
ke hepar sering mengeluhkan penurunan berat badan. Metastasis ke tulang dapat
terjadi ke tulang mana saja namun cenderung melibatkan tulang iga, vertebra,
humerus, dan tulang femur. Bila terjadi metastasis ke otak, maka akan terdapat
gejala-gejala neurologi, seperti confusion, perubahan kepribadian, dan kejang.
Kelenjar getah bening supraklavikular dan servikal anterior dapat terlibat pada
25% pasien dan sebaiknya dinilai secara rutin dalam mengevaluasi pasien kanker
paru.
5. Gejala sistemik
Anoreksia, berat badan menurun lebih dari 4 kg dalam kurun waktu 6 bulan, di
RSUD dr. Soetomo, gejala penurunan berat badan ini mencapai 53,1%.
Pancoast Tumor
Walaupun pancoast tumor adalah tumor paru-paru, namun ia jarang menimbulkan gejala
yang berhubungan dengan paru-paru (batuk, batuk berdarah, dan sesak nafas) karena
letaknya di daerah perifer paru. Apabila gejala tersebut terjadi pada orang dengan
pancoast tumor, maka prognosa orang tersebut sangat buruk.
Gejala-gejala yang biasanya terjadi pada Pancoast Tumor yaitu:
- Pada awalnya terasa nyeri yang hebat pada bahu, kemudian menjalar ke daerah
axilla, scapula, hingga distribusi N.ulnar dari lengan atas ,siku,dan akhirnya
sampai pada permukaan lengan bawah dan jari manis tangan. Nyerinya biasanya
berlangsung terus menerus dan tidak berhenti-henti, sehingga membutuhkan obat
bius untuk mengurangi rasa nyerinya.
- Bila tumor meluas ke rantai simpatis maka Sindroma Horner akan terjadi pada sisi
ipsilateral dari wajah dan extremitas atas. Gejala-gejala dari sindroma horner
adalah ptosis (kesulitan dalam mengangkat kelopak mata), miosis pupil ( pupilnya
mengecil oleh karena kontraksi pupil), dan anhidrosis ( kulit yang kering karena
kurangnya sekresi kelenjar keringat).
- Otot dari tangan menjadi lemah dan atrofi.
- Iga pertama dan kedua atau tulang belakang bisa dilibatkan oleh penyebaran
tumor sehingga menyebabkan rasa nyerinya menjadi semakin hebat.
- Sindroma vena cava juga dapat terjadi walaupun jarang ditemukan. Sindroma
vena cava menyebabkan sesak nafas, wajah dan extremitas atas menjadi bengkak.
V. DIAGNOSA
Melakukan suatu pemeriksaan radiologis dada adalah langkah pertama jika pasien
melaporkan gejala-gejala yang menimbulkan kecurigaan akan adanya suatu kanker paru.
Pemeriksaan ini mungkin mengungkapkan adanya massa yang jelas, pelebaran
mediastinum (sugestif dari penyebaran ke limfonodus yang ada di sana), atelektasis
(kolaps), konsolidasi (pneumonia), atau efusi pleura. Jika tidak ada temuan radiografi tapi
kecurigaan akan adanya kanker tinggi (seperti perokok berat dengan sputum bercampur
darah), bronkoskopi dan/atau CT-Scan mungkin menyediakan informasi yang
dibutuhkan. Bronkoskopi atau biopsi yang dipandu CT-Scan sering digunakan untuk
mengidentifikasi tipe tumor temuan abnormal.
Pada pasien dengan Pancoast tumor dapat ditemukan Sindroma Horner oleh karena
paralysis saraf simpatis ,yaitu Ptosis (kesulitan dalam mengangkat kelopak mata), miosis
pupil (pupilnya mengecil oleh karena kontraksi pupil), dan anhidrosis ( kulit yang kering
karena kurangnya sekresi kelenjar keringat).
a) Deteksi dini
Pada tahun 1999, di AS diduga didapati 94.000 kasus baru kanker paru pada pria dan
77.600 pada wanita, 658.900 penderita meninggal karena kanker paru. Melihat
besarnya populasi yang menderita kanker paru maka tindakan deteksi dini untuk
mengetahui adanya kanker paru berupa skrinning (penyaringan) perlu dilakukan.
Sasaran penyaringan penderita dengan risiko kanker paru yang tinggi, yaitu:
- Pria, survey epidemiologi kanker paru berdasarkan jenis kelamin pada umumnya
melaporkan bahwa perbandingan kasus pria dan wanita sebesar 5:1, di Surabaya
39:8.
- Umur > 40 tahun, survei epidemiologi kanker paru pada umumnya melaporkan
bahwa kurang lebih 90% kasus didapatkan pada penderita di atas usia 40 tahun. Di
AS 90% berusia diatas 40 tahun sedang angka di Surabaya 84,4%.
- Perokok, beberapa data epidemiologik perihal rokok yang sudah banyak
dilaporkan. Makin banyak merokok/hari (>20 batang/hari) dan makin lama
merokok (>10-20 tahun) serta kebiasaan inhalasi dalam, penyalaan kembali
puntung rokok, akan mempertinggi risiko terkena kanker paru sebanyak 4-120
kali.
- Bekerja atau berhubungan dengan asbestos (paparan asbestos akan meningkatkan
risiko 4-5 kali atau lebih banyak lagi hingga 100 kali jika individu yang terpapar
juga seorang perokok); uranium, arsenikum, nikel, coal, tar, petroleum oil, gas
mustard.
- Ada riwayat penyakit paru interstitial, penyakit paru kronis obstruktif
- Pasien dengan infeksi HIV dan memiliki riwayat merokok dapat terkena kanker
paru pada usia relatif muda (<50 tahun). Risiko terkena kanker paru pada pasien
ini meningkat 6,5 kali.
- Mempunyai gejala klinik yang berhubungan dengan kanker paru, batuk-batuk
darah, penurunan berat badan lebih dari 4 kg/6 bulan, stridor unilateral, batuk yang
hebat serta lama atau batuk “rokok” (smoker’s cough)
b) Penyaringan (skrinning)
Untuk penyaringan (skrinning) dilakukan pemeriksaan sitologi dan foto thoraks,
karena kedua pemeriksaan ini saling melengkapi (komplementer). Sitologi sering lebih
peka untuk kanker paru yang letaknya sentral, sedangkan foto toraks lebih baik untuk
kanker yang letaknya perifer. Interval penyaringan dianjurkan tiap 6 bulan sekali. Hal
ini berdasarkan hasil dari “Mayo Lung Project” yang melaporkan bahwa survival rate
meningkat bila kurun waktu antara foto toraks yang negatif dengan foto toraks yang
pertama menunjukkan adanya kanker paru kurang dari setahun.
Penyaringan orang yang berisiko tinggi (laki-laki diatas usia 45 tahun yang
merokok 40 atau lebih sehari) bagi kanker paru dengan sitologi sputum dan radiograf
toraks setiap 4 bulan telah memperlihatkan angka prevalen kanker paru pada pasien
asimtomatik 4 sampai 8 kasus per 1000 orang.
a. Pemeriksaan Sitologi
Pemeriksaan sitologi mampu memeriksa sel kanker sebelum tindakan kanker
bedah sehingga bermanfaat untuk deteksi pertumbuhan kanker, bahkan sebelum
timbul manfestasi klinik penyakit kanker.
Dahak spontan mempunyai nilai diagnostik tinggi terutama pada tumor dengan
kecurigaan klinis yang jelas. Koleksi dahak 24 jam atau dahak pagi sangat banyak
mengandung materi semua lapisan paru bagian dalam. Akurasi akan melebih 90%
bila pemeriksaan dilakukan 3-5 kali berturut-turut. Dahak setelah pemeriksaan
bronkoskopi (post broncoscopic sputum) yaitu 2 jam sesudah atau keesokan
harinya, banyak mengandung materi diagnostik dari bagian dalam yang tinggi nilai
diagnostiknya.
Untuk pengeluaran dahak yang representatif, pemberian bahan yang
menginduksi batuk dapat sangat menolong pengeluarannya, yaitu bahan mukolitik
atau salin. Kadang-kadang sekret tumor yang mengering dapat membuntu
pengeluaran dahak di bagian yang dalam, untuk itu dengan bantuan posisi postural
dan mukolitik dahak dapat keluar dengan maksimal.
Untuk tumor yang berada di perifer, materi pemeriksaan dapat dikumpulkan
dengan menggunakan alat bronkoskop fiberoptik yang fleksibel (lentur) misalnya
dengan melakukan aspirasi, bilasan dan sikatan bronkus. Aspirat di sekitar daerah
yang dicurigai adanya tumor, umumnya mengandung sel-sel yang amat
representatif dan banyak mengandung sel ganas daripada yang terdapat pada cairan
bilas atau hasil sikatan bronkus pada kasus yang sama.
Menurut penelitian Risse dkk (1987), ada hubungan yang erat antara hasil
positif dari sitologi dahak yang mengandung darah atau bloody sputum untuk
kanker paru primer maupun sekunder. Nilai positif pada sitologi dahak ini tinggi
pada kanker primer dengan bloody sputum. Persentase diagnosis positif benar lebih
tinggi secara bermakna pada dahak post bronkoskopi daripada prebronkoskopi,
namun bila produksi dahak mengandung darah, persentase nilai positif benar akan
lebih tinggi secara bermakna pada dahak prebronkoskopi.
Pemeriksaan sitologi sputum efektif pada tumor yang letaknya endobronchial
dan biasanya dibuat 3 contoh specimen. Keadaan ini dapat memberikan hasil 30%
pada mereka yang tanpa gejala, 50% bila adanya riwayat batuk dan 70% bila
adanya riwayat batuk darah pada mereka yang kita curigai.
b. Pemeriksaan Radiologis Thoraks
Meskipun banyak kemajuan yang telah dicapai pada bidang radiologi, seperti
computed tomografi, Scintigrafi, Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan
sebagainya, namun x-foto dada yang rutin dikerjakan masih merupakan metode
yang sangat informatif pada pemeriksaan paru dan struktur-struktur toraks. Standar
pemeriksaan adalah x-foto dada posisi postero-anterior dan lateral. Pemeriksaan
radiologis idealnya memakai film berukuran 66 x 43 cm dengan paparan sinar 140
KV (Hight KV Teknik). Pemeriksaan ini hanya memberi radiasi yang kecil.
Penilaian bentuk kelainan radiologi thoraks dikelompokkan berdasarkan:
Penilaian hilus, meliputi: Pembesaran hilus, Massa di hilus, Massa
perihilus
Penilaian parenkim paru meliputi: Massa, Massa apical, Massa
multiple, Emfisema, Ateletaksis, Proses konsolidasi, Pneumonitis,
Kavitas
Penilaian ekstrapulmoner intrakranial meliputi: pelebaran/massa di
mediastinum, dinding toraks termasuk otot dan tulangnya, efusi pleura,
peninggian diafragma
Pada pemeriksaan foto toraks PA/lateral, kelainan dapat dilihat bila massa
tumor berukuran >1 cm. Tanda yang mendukung keganasan adalah tepi yang
ireguler, disertai indentasi pleura, tumor satelit, dan lain-lain. Pada foto toraks
juga dapat ditemukan invasi ke dinding dada, efusi pleura, efusi perikard dan
metastasis intrapulmoner.
Gambaran radiografik dari kanker paru non small cell dan morbiditas terkait
terlihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 1. Kanker paru NSC. Lesi sentral yang besar terdiagnosa sebagai karsinoma NSC
Gambar 2. Kanker paru NSC. Efusi pleura sinistra dan kehilangan volume sekunder akibat karsinoma
NSC pada lobus kiri bawah. Efusi pleura diambil sebagai sampel dan hasilnya menunjukan keganasan;
sehingga lesinya tidak operable
Gambar 3. Kanker paru NSC. Kolaps pada daerah kiri atas hampir selalu sekunder akibat karsinoma
bronkogenik endobrokial
Gambar 4. Kanker paru NSC. Kolaps paru kiri komplit sekunder akibat karsinoma bronkogenik dari
bronkus cabang utama
Gambar 5. Kanker paru NSC. Kavitas pada lobus kanan bawah dari karsinoma sel skuamosa
Gambar 6. Kanker paru NSC. Kavitas lobus kanan bawah. Ini tidak dideskripsikan dengan baik dan
ditemukan sebagai karsinoma sel skuamosa
Gambar 7. Kanker paru NSC. Lesi lobus kanan atas terdiagnosis sebagai adenokarsinoma pada biopsi
perkutaneus
Gambar 8. Kanker paru NSC. Kolaps paru kanan atas dengan tanda S dari golden sekunder akibat
karsinoma NSC pada bronkus
Gambaran radiologis pada pancoast tumor, pada posisi PA dapat terlihat:
- Gambaran radioopak berupa suatu massa unilateral atau asimetri di daerah
apeks paru.
- Penebalan pleura
- Destruksi iga 1-3
- Invasi tumor pada tulang belakang
- Pembesaran mediastinum karena massa tumor
Kelemahan menggunakan Xray adalah pada stadium awal, pancoast tumor sulit
terdeteksi dari foto toraks PA karena sulitnya mengidentifikasikan bayangan di
daerah apical paru.
Gambar 9. Pada foto torak posisi PA diatas terlihat massa tumor di daerah apex paru kiri berupa suatu
perselubungan radioopak, dan terlihat destruksi iga 2 dan 3. Kombinasi dari terdapatnya massa di daerah apex
paru dan adanya destruksi iga adalah karakteristik pancoast tumor.
c. CT Scan Thoraks
CT scan toraks (Computerized Tomographic Scans) dapat mendeteksi tumor
yang berukuran lebih kecil yang belum dapat dilihat dengan foto toraks, dapat
menentukan ukuran, bentuk, dan lokasi yang tepat dari tumor oleh karena 3
dimensi. CT scan toraks juga dapat mendeteksi pembesaran kelenjar getah bening
regional.
Tanda-tanda proses keganasan tergambar dengan baik, bahkan bila terdapat
penekanan terhadap bronkus, tumor intrabronkial, atelektasis, efusi pleura yang
tidak massif dan telah terjadi invasi ke mediastinum dan dinding dada meski tanpa
gejala. Demikian juga ketelitiannya mendeteksi kemungkinan metastasis
intrapulmoner. Pemeriksaan CT scan toraks sebaiknya diminta hingga suprarenal
untuk dapat mendeteksi ada/tidak adanya pembesaran KGB adrenal.
Gambar 10. Pancoast tumor pada CT Scan potongan axial terlihat massa tumor menyerang pleksus
brakialis di apex paru kiri.
d. MRI (Magnetic Resonance Imaging Scans)
MRI tidak rutin digunakan untuk penjajakan pasien kanker paru. Pada keadaan
khusus, MRI dapat digunakan untuk mendeteksi area yang sulit diinterpretasikan
pada CT scan toraks seperti diafragma atau bagian apeks paru (untuk
mengevaluasi keterlibatan pleksus brakial atau invasi ke vertebra).
MRI sangat akurat dibandingkan dengan pemeriksaan lainnya dalam menilai
invasi Pancoast tumor pada dinding dada dan pleksus brakialis, memeriksa struktur
pembuluh darah, bahkan anatomi apeks paru dapat terlihat lebih bagus dengan
MRI karena saraf dari pleksus brachialis dan pembuluh darah bertemu pada apeks
paru.
Gambar 11. Pancoast tumor pada potongan axial T1-weighted menunjukkan kompresi tulang belakang
karena luasnya massa tumor
Gambar 12. Pancoast tumor pada MRI potongan sagital spin-echo T2-weighted menunjukkan kolaps
tulang belakang dan kompresi dari C7, T1, dan T2 karena massa tumor.
Gambar 13. Pancoast tumor pada MRI potongan sagital gradien-echo T2-weighted menunjukkan adanya
massa tumor yang mengenai C7, T1 dan T2 dengan kolaps dan kompresi tulang belakang yang cukup berat
Gambar 14. Pancoast tumor pada MRI potongan coronal T1-weighted menunjukkan destruksi tulang
belakang.
VI. STADIUM KANKER PARU
Tabel 3. Status Tumor Paru
Tabel 4. Keterlibatan KGB Regional
Tabel 5. Metastasis Jauh
Tabel 6. Stadium Kanker Paru
VII. PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan kanker paru:
1. Kuratif:
Menyembuhkan atau memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan
angka harapan hidup pasien
2. Paliatif:
Mengurangi dampak kanker dan meningkatkan kualitas hidup
3. Rawat Rumah (Hospice Care) pada kasus terminal:
Mengurangi dampak fisik maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun
keluarga
4. Suportif
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif, dan terminal seperti pemberian nutrisi,
transfusi darah dan komponen darah, growth factor, obat anti nyeri, dan obat anti
infeksi
Pembedahan
Pada kasus karsinoma bronkogenik, pembedahan dapat sebagai terapi kuratif
maupun paliatif. Setiap kasus dengan karsinoma bronkogenik yang akan dilakukan
pembedahan kuratif, harus ditentukan stadium pra bedah. Pembedahan hanya dilakukan
pada penderita kanker paru stadium I, II, dan III-a tanpa IV-2. Status faal paru penderita,
serta syarat-syarat operasi besar lainnya dikerjakan pada pra bedah. Dari faal paru pra
bedah, bila FEV1 penderita 60% nilai predicted dan VC 50% atau diatas 1,7 L, umumnya
penderita tahan terhadap tindakan pneumectomi. Bila FEV1 kurang dari 40% nilai
predicted risiko terjadi gagal napas besar.
Radiasi
Radioterapi pada kanker paru dapat bersifat terapi kuratif atau paliatif. Pada terapi
kuratif, radioterapi menjadi bagian dari kemoterapi neo adjuvan untuk stadium III A.
Radiasi sering merupakan tindakan darurat yang harus dilakukan untuk meringankan
keluhan penderita, seperti sindrom vena kava superior, nyeri tulang akibat invasi tumor
ke dinding dada & metastasis tumor di tulang atau otak. Dosis radiasi yang diberikan
secara umum adalah 5000-6000 cGy, dengan cara pemberian 200 cGy/kali, 5 hari
seminggu.
Kemoterapi
Kemoterapi dapat diberikan pada semua jenis kanker paru. Syarat utama harus
ditentukan jenis histologis dan tampilan (performance status) yang harus lebih dari dosis
skala Karnofsky atau mempunyai nilai 2 menurut skala WHO. Kemoterapi dilakukan
dengan menggunakan satu jenis obat anti kanker atau kombinasi beberapa jenis obat
dalam sebuah regimen kemoterapi. Berdasar konsensus PDPI yang telah disepakati,
prinsip pemilihan jenis panduan obat anti kanker adalah: (1) Platinum based therapy
(sisplatin atau karboplatin); (2)Respon obyektif satu obat anti kanker > 15%; (3)
Toksisitas obat tidak lebih dari grade 3 skala WHO; (4) Harus dihentikan atau diganti bila
setelah pemberian 2 siklus pada penilaian terjadi tumor progresif.
VIII. PROGNOSIS
Ketahanan hidup 5 tahun (5 years survival rate)
- untuk karsinoma bronkogenik tipe small cell = 0%
- untuk karsinoma bronkogenik tipe non-small cell tergantung pentahapannya
dan dilakukan pembedahan atau tidak.
Tahap I + operasi : untuk karsinoma epidermoid = 54% adenokarsinoma dan
sel besar = 51%.
Tahap II + operasi: Ca epidermoid = 35% adenokarsinoma dan sel besar = 18%
Tanpa operasi : ketahanan hidup 5 tahun, kurang dari 10%
DAFTAR PUSTAKA
Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta:EGC.
Sudoyo, Aru W, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam; Edisi 4 Jilid 2. Jakarta:Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Davey, Patrick. 2006. At a Glance Medicine. Jakarta:Erlangga.
Davin Sutton. 1992. A textbook of Radiology & Imagng. Fifth edition. Volume 2. Churcill
Livingston.
www.dorlandkita.files.wordpress.com
top related