tugas leasing 2
Post on 28-Dec-2015
126 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
D. Perencanaan pajak untuk leasing + ilustrasi kasus.
Dalam setiap aktifitas perusahaan, aset tetap merupakan hal yang sangat
perlu (khususnya untuk perusahaan manufaktur, tambang dan konstruksi). Aset
tetap dapat berupa mesin yang digunakan untuk produksi, peralatan, kendaraan
dan aset tetap lain.
Untuk memiliki aset tetap tersebut, perusahaan dapat memperolehnya
dengan menggunakan leasing (sewa guna usaha). Dan dalam transaksi leasing
ini tentunya harus mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan, tak terkecuali
unsur biaya pajak. Untuk itu diperlukanlah perencanaan untuk meminimalkan
pajak yang nantinya akan dikeluarkan sehubungan dengan transaksi leasing.
Berikut adalah iliustrasi kasus perencanaan pajak untuk leasing. Dalam kasus ini
akan dibandingkan pembiayaan aktiva tetap melalui leasing dan secara kredit.
Contoh Kasus:
Perusahaan Kena Pajak X yang bergerak di bidang jasa pengiriman
barang dan telah memiliki omzet lebih dari 4,8 miliar per tahun akan melakukan
ekspansi pasar. Oleh karena itu, perusahaan pada tahun 2014 berencana
menambah armada truk untuk operasi perusahaan sebanyak 10 unit. Harga
perolehan dari setiap truk tersebut Rp 223.000.000. Berdasarkan analisis
perpajakan dan keuangan, informasi lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut ini
No Informasi Penjelasan
1 Jenis barang modal Truk
2 Jumlah 10 unit
3 Harga/unit Rp 223.000.000
4 Umur aset 8 tahun (Kelompok 2)
5 Metode penyusutan Garis lurus
6 Nilai sisa Tidak ada
7 Tingkat diskonto 7% (Bank Indonesia)
8 Bunga Deposito 5,25% (PT Bank BRI (Persero))
9 Tarif PPh 25% (UU PPh 36 2008)
Kredit
10 Bunga kredit 9% (PT Bank BRI (Persero))
11 Jangka waktu kredit 5 tahun
Finance lease
12 Bunga finance lease 11% (Average)
13 Jangka waktu finance lease 5 tahun
14 Uang muka Rp 223.000.000
15 Nilai opsi Rp 223.000.000
a. Pembelian Tunai
Perolehan truk melalui pembelian secara tunai memberikan perusahaan
dapat menggunakan beban penyusutan secara penuh sebagai tax shield. Namun
tentunya juga diukur sesuai dengan umur manfaat truk tersebut.
Adapun jurnal yang terkait dengan pembelian asset truk secara tunai;
a. Pembelian
Truk 2.230.000.000
Kas 2.230.000.000
b. Beban penyusutan
Beban penyusutan 278.750.000
Akm. Penyusutan - truk 278.750.000
Berdasarkan asumsi yang Penulis telah kemukakan sebelumnya, maka tabel
penyusutan dan tax saving atas pembelian tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Th Tarif Nilai Buku
Awal Periode
Beban Penyusutan
Nilai Sisa Buku Akhir Periode
Discount
factor (20%)
Present Value
0
1 12,5%
Rp2.230.000.000
Rp278.750.000 Rp1.951.250.000
1,00 Rp278.750.000
2 12,5%
Rp1.951.250.000
Rp278.750.000 Rp1.672.500.000
0,93 Rp260.514.019
3 12,5%
Rp1.672.500.000
Rp278.750.000 Rp1.393.750.000
0,87 Rp243.471.046
4 12,5%
Rp1.393.750.000
Rp278.750.000 Rp1.115.000.000
0,82 Rp227.543.033
5 12,5%
Rp1.115.000.000
Rp278.750.000 Rp836.250.000 0,76 Rp212.657.040
6 12,5%
Rp836.250.000 Rp278.750.000 Rp557.500.000 0,71 Rp198.744.898
7 12,5%
Rp557.500.000 Rp278.750.000 Rp278.750.000 0,67 Rp185.742.895
8 12,5%
Rp278.750.000 Rp278.750.000 Rp0 0,62 Rp173.591.491
Total Rp2.230.000.000
Rp1.781.014.421
Tax Saving Rp557.500.000 Rp445.253.605
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai sekarang dari akumulasi penyusutan
adalah sebesar Rp 2.230.000.000 sedangkan apabila dilihat present valuenya sebesar Rp
1.781.014.421. Nilai sekarang tersebut merupakan beban penyusutan yang dapat
dibiayakan terhadap pendapatan bruto perusahaan untuk menentukan pendapatan kena
pajak PT X sehingga dapat mengurangi pajak sebesar Rp 557.500.000 (Tarif PPh 25%)
atau secara present value sebesar Rp 445.253.605.
b. Pembelian Kredit
Kondisi secara lebih mendalam tentu juga akan mempengaruhi hasil dari
perencanaan pajak atas perolehan barang modal truk ini. Oleh karena itu, Penulis
menggunakan beberapa asumsi sebagai berikut:
1. Bunga kredit per tahun 9% sehingga bunga kredit per bulan sebesar 0,75%.
2. Bunga dianggap tetap (fixed rate)
3. Pembayaran angsuran pinjaman dilakukan setiap akhir tahun
4. Metode yang digunakan untuk menghitung pembayaran angsuran adalah metode
anuitas, yaitu metode pembayaran angsuran dengan jumlah nominal yang
dibayarkan setiap akhir periode adalah sama
5. Bunga pinjaman hanya dikenakan atas saldo pinjaman sehingga hanya ada
bunga dan pokok pinjaman.
Adapun jurnal terkait dengan perolehan truk secara kredit yaitu :
a. Pembelian
Truk 2.230.000.000
Hutang bank 2.230.000.000
b. Beban penyusutan
Beban penyusutan 278.750.000
Akm. Penyusutan - truk 278.750.000
c. Pembayaran angsuran hutang bank
Hutang bank 29.566.132
Beban bunga 11.701.920
Kas 46.291.132
Selanjutnya, perusahaan perlu menghitung present value interest factor annuity
(PVIFA) terlebih dahulu. Perhitungannya sebagai berikut
PVIFA, 0,75%, 60 = 1−(1+0,75 %)−60
0,75 % = 48,17337
Berdasarkan PVIFA tersebut maka angsuran yang harus dibayar oleh perusahaan setiap
bulannya adalah sebesar
a = PV
PVIFA ,i , n =
Rp 2.230 .000 .00048,17337
= Rp. 46.291.132,-
Selanjutnya perhitungan mengenai besarnya angsuran per bulan, bunga, pokok
pinjaman dan nilai sekarang dari angsuran dapat dilihat pada tabel 1 lampiran.
Pembelian secara kredit juga memberikan tax shield berupa beban penyusutan sebesar
biaya perolehan truk tersebut. Beban penyusutan tersebut sama dengan beban
penyusutan apabila membeli secara tunai.
c. Pembelian Leasing dengan Hak Opsi
Pengadaan truk tersebut juga dapat melalui sewa guna usaha (leasing) dengan hak
opsi. Asumsi-asumsi yang dipakai dalam kasus ini sebagai berikut:
1. Pembayaran leasing dilakukan pada setiap akhir bulan selama lima tahun
2. Metode yang digunakan untuk menghitung pembayaran leasing adalah metode
anuitas, yaitu metode pembayaran leasing dengan jumlah nominal yang
dibayarkan setiap periode adalah sama
3. Dengan bunga leasing per tahun sebesar 11% maka bunga leasing per bulan
sebesar 0,92%.
4. Biaya sewa yang harus dibayar sebesar Rp 2.230.000.000 – Rp 223.000.000 =
Rp 2.007.000.000
Selanjutnya, perlu dihitung besarnya beban sewa yang harus dibayar lessee setiap
bulannya selama lima tahun. Beban sewa tersebut dapat diketahui setelah menghitung
terlebih dahulu present value interest factor annuity (PVIFA) sebagai berikut:
PVIFA, 0,92%, 60 = 1−(1+0,92 %)−60
0,92% = 45,95086
Berdasarkan PVIFA tersebut maka beban sewa yang harus dibayar oleh perusahaan
setiap bulannya adalah sebesar
a = PV
PVIFA ,i , n =
Rp 2.007 .000 .00045,95086
= Rp. 43.677.090,-
Adapun jurnal terkait dengan perolehan asset truk secara sewa guna usaha
(leasing) antara lain :
a. Transaksi sewa guna usaha (leasing)
Truk – asset finance lease 2.007.000.000
Jaminan lease 223.000.000
Kas 223.000.000
Hutang lease 2.007.000.000
b. Angsuran lease bulan ke-1
Hutang lease 25.239.543
Beban bunga 18.397.500
Kas 43.637.043
c. Sewa guna usaha dengan hak opsi (pembelian asset pasca leasing)
Truk 223.000.000
Kas 223.000.000
d. Beban penyusutan (pasca leasing)
Beban penyusutan 27.875.000
Akm. Penyusutan - truk 27.875.000
Berdasarkan perhitungan diatas, dapat diketahui bahwa beban sewa yang harus
dibayar oleh perusahaan sebesar Rp 43.677.090. Selanjutnya perhitungan mengenai
besarnya pembayaran beban sewa, bunga dan angsuran pokok sewa serta nilai sekarang
dari biaya sewa guna usaha dapat dilihat pada tabel 2 lampiran.
Pembiayaan sewa guna usaha dengan hak opsi memberikan perusahan dapat
memiliki aset setelah masa leasing selesai. Oleh karena itu, perusahaan dapat
melakukan penyusutan terhadap truk tersebut. Beban penyusutan untuk truk tersebut
dihitung atau diakui sejak masa leasing berakhir. Perhitungan tersebut menggunakan
nilai buku sebesar nilai opsi yang sudah disepakati bersama dengan lessor. Sedangkan
umur manfaat dari truk tersebut dinilai berdasarkan Pasal 11 (6) UU PPh 36 tahun 2008.
Perhitungan beban penyusutan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Th Tarif Nilai Buku
Awal Periode
Beban
Penyusutan
Nilai Sisa Buku Akhir
Periode
Tingkat
Diskon
Nilai Tunai
Beban
Penyusutan
Tahun 1-5 tidak ada penyusutan karena sewa guna usaha
6 12,50%
Rp223.000.000
Rp27.875.000 Rp195.125.000
0,67 Rp18.574.289
7 12,50%
Rp195.125.000
Rp27.875.000 Rp167.250.000
0,62 Rp17.359.149
8 12,50%
Rp167.250.000
Rp27.875.000 Rp139.375.000
0,58 Rp16.223.504
9 12,50%
Rp139.375.000
Rp27.875.000 Rp111.500.000
0,54 Rp15.162.153
10 12,50%
Rp111.500.000
Rp27.875.000 Rp83.625.000 0,51 Rp14.170.237
11 12,50%
Rp83.625.000 Rp27.875.000 Rp55.750.000 0,48 Rp13.243.212
12 12,50%
Rp55.750.000 Rp27.875.000 Rp27.875.000 0,44 Rp12.376.833
13 12,50%
Rp27.875.000 Rp27.875.000 Rp0 0,41 Rp11.567.134
Total
Rp223.000.000
Rp118.676.511
Sumber: Penulis, 2013
d. Perbandingan Penghematan Pajak dan Cash Outflow
Alternatif yang dipilih untuk menghemat pajak terutang adalah alternatif yang
memiliki deductible expenxe paling besar sehingga penghasilan kena pajak juga menjadi
berkurang besar. Namun agar lebih sesuai dalam membandingkan maka Penulis
menggunakan present value dari masing-masing komponen deductible expense. Hal itu
dilakukan agar mendapatkan informasi yang mempertimbangkan time value of money).
Perbandingan tersebut dapat dilihat pada tabel 3 lampiran.
Berdasarkan tabel 3 lampiran diketahui bahwa apabila dilihat dari nilai nominal
maka perusahaan lebih baik menggunakan leasing dengan hak opsi (finance lease)
karena memiliki nilai tax saving-nya terbesar sebesar Rp 710.305.647. Sedangkan
apabila menggunakan kredit dan tunai berturut-turut hanya Rp 694.366.982 dan Rp
557.500.000.
Akan tetapi Penulis memperhatikan time value of money karena dianggap paling
sesuai dan mempertimbangkan kondisi ekonomi secara global. Oleh karena itu
perusahaan lebih baik menggunakan alternatif kredit dalam memperoleh barang modal
truk tersebut karena mampu memberikan tax saving terbesar sebesar Rp 563.442.873.
Sedangkan apabila menggunakan alternatif leasing dengan hak opsi dan tunai berturut-
turut hanya Rp 536.018.503 dan Rp 445.253.605.
Perusahaan tentu juga akan mampu melakukan penghematan kas apabila
mengambil alternatif kredit ataupun sewa guna usaha. Atas penghematan tersebut maka
perusahaan memiliki sejumlah uang kas untuk bisa digunakan sehari-hari. Disini penulis
memberikan salah satu contoh untuk di depositokan di bank. Berdasarkan asumsi diawal
maka jumlah penghematan tunai yang didapatkan oleh perusahaan dapat dilihat pada
tabel berikut
Tabel. Analisis Penghematan Tunai antara Finance Lease dengan TunaiKeterangan Tingkat Diskon (20%)
Nilai tunai biaya sewa Rp2.025.397.500,00
Penghematan dana tunai karena sewa guna usaha Rp2.007.000.000,00
Selisih Rp18.397.500,00
Penghematan pajak Rp90.764.897,57
Penghematan neto Rp109.162.397,57
Pendapatan bunga deposito Rp120.420.000,00
Jumlah penghematan tunai Rp229.582.397,57
Sumber: Penulis, 2013
Tabel. Analisis Penghematan Tunai antara Kredit dengan TunaiKeterangan Tingkat Diskon (20%)
Nilai tunai biaya kredit Rp2.246.725.000,00
Penghematan dana tunai karena kredit Rp2.230.000.000,00
Selisih Rp16.725.000,00
Penghematan pajak Rp118.189.267,68
Penghematan neto Rp134.914.267,68
Pendapatan bunga deposito Rp133.800.000,00
Jumlah penghematan tunai Rp268.714.267,68
Sumber: Penulis, 2013
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa kredit mampu memberikan
penghematan tunai lebih besar sebesar Rp 268.714.267,68 dibandingkan dengan finance
lease. Oleh karena itu, perusahaan bisa mengambil alternatif pembelian truk secara
kredit karena mampu memberikan tax saving dan penghematan tunai terbesar
dibandingkan dengan alternatif yang lain.
top related