tugas etika arthur andersen
Post on 09-Dec-2015
21 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Pendahuluan
Kode etik yang mengikat semua anggota profesi perlu ditetapkan bersama, tanpa
kode etik maka setiap individu dalam satu komunitas akan memiliki sikap atau tingkah
laku yang berbeda – beda yang dinilai baik menurut anggapannya sendiri dalam
berinteraksi dengan masyarakat atau organisasi lainnya. Tidak dapat dibayangkan
betapa kacaunya apabila, setiap orang dibiarkan dengan bebas menentukan mana yang
baik dan mana yang buruk menurut kepentingannya masing – masing, atau bila perlu
menipu dan berbohong dalam bisnis seperti menjual produk yang tidak memenuhi
standar tetap dijual dianggap sebagai hal yang wajar (karena setiap pebisnis selalu
menganggap bahwa setiap pebisnis juga melakukan hal yang sama). Atau hal lain
seperti setiap orang diberi kebebasan untuk berkendara di sebelah kiri atau kanan sesuai
keinginannya. Oleh karena itu nilai etika atau kode etik diperlukan oleh masyarakat,
organisasi, bahkan Negara agar semua berjalan dengan tertib, lancar, teratur, dan
terukur.
Kepercayaan masyarakat dan pemerintah atas hasil kerja auditor ditentukan oleh
keahlian, indepedensi serta integritas moral/ kejujuran para auditor dalam menjalankan
pekerjaannya. Ketidak percayaan masyarakat terhadap satu atau beberapa auditor dapat
merendahkan martabat profesi auditor secara keseluruhan, sehingga dapat merugikan
auditor lainnya. Oleh karena itu organisasi auditor berkepentingan untuk mempunyai
kode etik yang dibuat sebagai prinsip moral atau aturan perilaku yang mengatur
hubungan antara auditor dengan klien dan masyarakat. Kode etik atau aturan perilaku
dibuat untuk dipedomani dalam berperilaku atau melaksanakan penugasan sehingga
menumbuhkan kepercayaan dan memelihara citra organisasi di mata masyarakat.
Di dalam KAP sendiri memuat setidaknya ada tiga aturan yang memuat aturan
atau standard – standart dalam aturan auditing yaitu: prinsip etika, aturan etika dan
interpretasi aturan etika. Dan dalam kesempatan ini saya akan mendeskripsikan prinsip
etika yang meliputi delapan butir dalam pernyataan IAI, 1998, dalam Ludigdo, 2007
(dalam bahasa pemahaman sendiri).
1. Tanggung Jawab profesi
Dalam melaksanakan pekerjaan dan tanggung jawabnya sebagai bidang yang ahli dalam
bidangnya atau profesional, setiap auditor harus senantiasa menggunakan pertimbangan
moral dan profesional dalam setiap kegiatan yang dilakukan seperti dalam mengaudit
sampai penyampaian hasil laporan audit.
2. Kepentingan Publik
Profesi akuntan publik memegang peran yang penting di masyarakat, dimana publik
dari profesi akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja,
pegawai, investor, dunia bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung kepada
obyektivitas dan integritas akuntan dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis secara
tertib. Karena tanggung jawab yang dimiliki oleh auditor adalah menjaga kredibilitas
organisasi atau perusahaan.
3. Integritas
Auditor harus memiliki integritas yang tinggi, sama seperti hal dalam kepentingan
publik, auditor adalah peran yang penting dalam organisasi, dalam menjalankan
tanggung jawabnya auditor harus memiliki integritas yang tinggi, tidak mementingkan
kepentingan sendiri tetapi kepentingan bersama atas dasar nilai kejujuran. Sehingga
kepercayaan masyarakat dan pihak – pihak lain memeliki kepercayaan yang tetap.
4. Objektivitas
Setiap auditor harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan
dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.
Obyektivitasnya adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan
anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan auditor bersikap adil, tidak memihak, jujur
secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan
atau dibawah pengaruh pihak lain. Akan tetapi, setiap auditor tidak diperbolehkan
memberikan jasa non-assurance kepada kliennya sendiri, karena dapat menimbulkan
tindakan yang dapat melanggar peraturan atau kecurangan.
5. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-hati, kompetensi
dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan
ketrampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien
atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional dan teknik yang paling
mutakhir. Auditor diharapkan memiliki pengetahuan yang memadai dan sikap yang
konsistensi dalam menjalankan tanggung jawabnya.
6. Kerahasiaan
Setiap auditor harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama
melakukan jasanya dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut
tanpa persetujuan klien atau pihak – pihak yang terkait, kecuali bila ada hak atau
kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya.
7. Perilaku Profesional
Setiap auditor harus berperilaku yang konsisten dengan karakter yang dimiliki yang
harus dapat menyesuaikan perilakunya dengan setiap situasi atau keadaan dalam setiap
tanggung jawabnya terhadap klien.
8. Standar Teknis
Setiap auditor harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan
standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati,
auditor mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa
selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.
Standar teknis dan standar professional yang harus ditaati auditor adalah standar yang
dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Internasional Federation of Accountants,
badan pengatur, dan pengaturan perundang-undangan yang relevan.
Profil Perusahaan
Arthur Andersen LPP adalah salah satu firma akuntansi terbesar di Amerika
Serikat yang berdiri sejak 1913 berbasis di Chicago, Illionis, USA yang didirikan oleh
Arthur Andersen dan Clarence Delany. Awal mulanya bernama Andersen, Delany & Co
kemudian pada tahun 1918 mengubah namanya menjadi Arthur Andersen & Co. Selama
perjalanannya perusahan ini memiliki reputasi sebagai kepercayaan, integritas dan etika
yang penting bagi perusahaan yang di bebani auditing secara independen dan
melaporkan laporan-laporan perusahaan publik, dimana akurasi investor tergantung
keputusan investasi.
Di masa-masa awalnya Andersen memiliki standar-standar profesi akuntansi dan
mengembangkan inisiatif-inisiatif baru pada kekuatan-kekuatan integritasnya. Arthur
Andersen pernah menjadi model sebuah karakter teguh hati dan integritas yang
merupakan profesionalitas dalam akuntansi. Tetapi kebangkrutan klien-klien besar
membuka skandal-skandal besar yang membuat firma akuntansi ini tutup.
Kebangkitan
Ketika Leonard Spacek bergabung di tahun 1947, ia mulai mengembangkan jasa
konsultan kepada klien-klien besar. Selama rentang waktu 30 tahunan, bisnis konsultasi
Andersen menjadi lebih menguntungkan daripada usaha aslinya. Di Andersen,
pertumbuhan menjadi prioritas dan penekanannya pada perekrutan dan
mempertahankan klien-klien besar berdampak pada kualitas dan independensi audit.
Fokus pada pertumbuhan ini menghasilkan perubahan yang mendasar pada budaya
perusahaan. Bisnis konsultasi Andersen menjadi yang tercepat pertumbuhannya dan
paling menguntungkan dan paling berkembang pesat di dunia. Banyak yang
meninjaunya sebagai model sukses yang ditiru frima-firma lainnya. Tetapi model ini
menjadikan Securities and Exchange Commission (SEC) memberikan peringatan
berkaitan independensi auditing. Ketua SEC yang prihatin akan hal ini menyarankan
aturan-aturan baru untuk membatasi layanan di luar audit. Tetapi saran ini ditolak
Andersen.
Tahun 1999 Andersen memisahkan fungsi akuntansi dan konsultasi. Namun
seringkali strategi ini menjadikan persaingan di antara kedua unit yang cenderung
melemahkan dan memicu kerahasiaan dan keegoisan. Komunikasi menjadi merosot,
merintangi kemampuan perusahaan untuk tanggap dan bekerja efektif menghadapi
krisis. Dengan pendapatan yang berkembang, unit konsultasi menuntut kompensasi dan
pengakuan yang lebih besar. Perselisihan yang meruncing ini menjadikan pertikaian.
Tahun 2000 dalam pengadilan arbitrase, hakim memutuskan bahwa konsultan Andersen
bisa memisahkan diri dan bekerja secara efektif. Perusahaan konsultasi berubah
namanya menjadi Accenture. Pada Januari 2001, Andersen mengangkat Joseph
Berardino sebagai CEO baru dalam auditing. Tugas pertamanya adalah melacak
perusahaan yang lebih kecil melalui sejumlah tuntutan hukum yang sudah ada.
Andersen membayar amat mahal untuk tuntutan-tuntutan ini. Tahun berikutnya, banyak
perusahaan klien Andersen meninjau ulang hubungannya dengan Andersen. Bagian
selanjutnya adalah menjabarkan segelintir kasus yang membuat keruntuhan Andersen.
Permasalahan - Keruntuhan
BFA
Skandal Baptist Foundation of Arizona (BFA) menjadi kebangkrutan terbesar
perusahaan amal nirlaba dalam sejarah AS, dimana Andersen bertindak sebagai
auditornya. Mereka dianggap menipu investor sebesar $570 juta. BFA didirikan untuk
menghimpun dana dan mengelola gereja di Arizona. Lembaga ini bekerja seperti bank,
membayar bunga deposito yang digunakan sebagian besar untuk berinvestasi di Arizona
real estate. Ini merupakan investasi yang lebih spekulatif daripada apa yang dilakukan
lembaga pembaptis lainnya.
Masalah dimulai ketika pasar real estate mengalami penurunan, dan manajemen dituntut
untuk menghasilkan keuntungan. Karenanya, pengurus yayasan diduga
menyembunyikan kerugian dari investor sejak 1986 dengan menjual beberapa properti
dengan harga tinggi kepada entitas-entitas yang telah meminjam uang dari ayyasan yang
tak mungkin membayar properti kecuali kondisi pasar real estate berbalik. Dalam
dokumen pengadilan apa yang disebut dengan “skema Ponzi” setelah kasus peniupuan
yang terkenal, pejabat yayasan diduga mengambil uang dari investor baru untuk
membayar investor yang sudah ada untuk menjaga arus kas. Sementara itu, pejabat
puncak menerima gaji. Skema ini akhirnya terurai, mengarah pada investigasi kriminal
dan tuntutan terhadap BFA dan Andersen. Akhirnya, yayasan mengajukan petisi Bab 11
mengenai perlindungan kebangkrutan pada tahun 1999.
Gugatan investor terhadap Andersen menuduh perusahaan ini melakukan
pemalsuan dan menyesatkan laporan keuangan BFA. Dala sebuah pernyataannya di
tahun 2000, Andersen merespon rasa simpatinya kepada BFA tetapi membela
keakuratan dengan opininya tentang audit. Namun setelah dua tahun penyelidikan,
laporan menunjukkan bahwa Andersen sudah diperingatkan kemungkinan kegiatan
penipuan oleh beberapa karyawan BFA, yang akhirnya perusahaan setuju untuk
membayar $217 juta untuk menyelesaikan gugatan dengan pemegang saham pada taun
2002.
Sunbeam
Masalah Andersen dengan Sunbeam bermula dari kegagalan audit yang
membuat kesalahan serius pada akuntansinya yang akhirnya menghasilkan tuntutan
class action dari investor Sunbeam. Baik dari gugatan hukum dan perintah sipil yang
diajukan SEC menuduh Sunbeam membesar-besarkan penghasilan melaului strategi
penipuan akuntansi, seperti pendapatan “cookie jar”, recording revenue on contingent
sales, dan mempercepat penjualan dari periode selanjutnya ke kuartal masa kini.
Perusahaan juga dituduh melakukan hal yang tidak benar melakukan transaksi “bill-and-
hold”, dimana menggembungkan pesanan bulan depan dari pengiriman sebenarnya dan
tagihannya.
Akibatnya, Sunbeam dipaksa meyatakan kembali laporan keuangan selama
enam kuartal. SEC juga menuduh Arthur Andersen. Pada 2001, Sunbeam mengajukan
petisi kepada Pengadilan kepailitan AS Distrik Selatan New York dengan Bab 11 Judul
11 tentang aturan kebangkrutan. Agustus 2002, pengadilan memutuskan pembayaran
sebesar $141 juta. Andersen setuju membayar $110 juta untuk menyeleaikan klaim
tanpa mengakui kesalahan dan tanggung jawab. Sunbeam mengalami kerugian
pemegang saham sebesar $4,4 miliar dan kehilangan ribuan karyawannya. Sunbeam
terbebas dari kebangkrutan.
Waste Management
Andersen juga terlibat dalam pengadilan atas data akuntansi yang dipertanyakan
mengenai pendapatan yang berlebih sebesar $1,4 miliar dari Waste Management.
Gugatan diajukan oleh SEC atas penipuan laporan keuangan selama lebih dari lima
tahun. Menurut SEC, Waste Management membayar jasa audit kepada Andersen, yang
menyarankan bahwa bisa memperoleh biaya tambahan melalui “tugas khusus”.
Awalnya Andersen mengidentifikasi praktek-praktek akuntansi yang tidak tepat dan
disajikan kepada Waste Management. Namun pimpinan Waste Management menolak
mengkoreksi. Hal ini dilihat oleh SEC sebagai upaya menutupi penipuan masa lalu
untuk melakukan penipuan masa depan. Hasilnya, Andersen harus membayar $220 juta
ke pemegang saham Waste Management dan $7 juta ke SEC. Andersen dipaksa untuk
melakukan perjanjian untuk tidak melakukan laporan palsu di masa mendatang atau izin
usahanya akan dicabut – suatu persetujuan yang kemudian memutuskan hubungannya
dengan Enron.
Enron
Bulan Oktober 2001, SEC mengumumkan investigasi akuntansi Enron, salah
satu klien terbesar Andersen. Dengan Enron, Andersen mampu membuat 80 persen
perusahaan minyak dan gas menjadi kliennya. Namun, pada November 2001 harus
mengalami kerugian sebesar $586 juta. Dalam sebulan, Enron bangkrut.
Departemen Kehakiman AS menmulai melakukan penyelidikan kriminal pada 2002
yang mendorong Andersen dan kliennya runtuh. Perusahaan audit akhirnya mengakui
telah menghancurkan dokumen yang berkaitan dengan audit Enron yang menghambat
putusan. Atas kasus itu, Nancy Temple, pengacara Andersen meminta perlindungan
Amandemen Kelima yang dengan demikian tidak memiliki saksi. Banyak pihak yang
menamainya sebagai “bujukan koruptif” yang menyesatkan. Dia menginstruksikan
David Duncan, supervisor Andersen dalam pengawasan rekening Enron, untuk
menghapus namanya dari memo yang bisa memberatkannya.
Pada Juni 2005, pengadilan memutuskan Andersen bersalah menghambat
peradilan, menjadikannya perusahaan akuntan pertama yang dipidana. Perusahaan
setuju untuk menghentikan auditing publik pada 31 Agustus 2002, yang pada
prinsipnya mematikan bisnisnya.
Perusahaan Telekomunikasi
Sayangnya, tuduhan penipuan tidak berakhir pada kasus Enron. Berita segera
muncul ketika WorldCom, klien terbesar Andersen, memiliki penyimpangan sebesar
$3,9 miliar. Harga sahamnya kemudian jatuh dan investor melayangkan serangkaian
tuntutan hukum yang mengirim WorldCOm ke Pengadilan Kepailitan. Andersen
menyalahkan WorldCom dan bersikeras bahwa penyimpangan tidak pernah
diungkapkan kepada auditor dan bahwa ia telah memenuhi standar SEC dalam auditnya.
WorldCOm balik menuduh Andersen karena gagal menemukan penyimpangan yang
ada. Selama kasus Enron dan WorldCOm berlanjut, banyak perusahaan-perusahaan
lainnya dituduh melakukan penyimpangan akuntansi.
Pembahasan
Menurut teori fraud ada 3 komponen utama yang menyebabkan orang
melakukan kecurangan, menipulasi, korupsi dan sebangsanya (prilaku tidak etis), yaitu
opportunity; pressure; dan rationalization. Ketiga hal tersebut akan dapat kita hindari
melalui meningkatkan moral, akhlak, etika, perilaku, dan lain sebagainya, karena kita
meyakini bahwa tindakan yang bermoral akan memberikan implikasi terhadap
kepercayaan publik (public trust).
Studi empirik Weisen Born, Noris tahun 1997, (dalam Zabihollah : 2002),
terhadap 30 perusahaan di Amerika Serikat yang memiliki indikasi sering melakukan
kecurangan, dari hasil penelitian teridentifikasi faktor penyebab kecurangan tersebut
diantaranya dilatarbelakangi oleh sikap tidak etis, tidak jujur, karakter moral yang
rendah, dominasi kepercayaan, dan lemahnya pengendalian. Faktor tersebut adalah
merupakan prilaku tidak etis yang sangat bertentangan dengan good corporate
governance philosofy yang membahayakan terhadap business going cocern. Begitu pula
praktik bisnis Enron yang menjadikannya bangkrut dan hancur serta berimplikasi
negatif bagi banyak pihak.Pihak yang dirugikan dari kasus ini tidak hanya investor
Enron saja, tetapi terutama karyawan Enron yang menginvestasikan dana pensiunnya
dalam saham perusahaan serta investor di pasar modal pada umumnya (social impact).
Milyaran dolar kekayaan investor terhapus seketika dengan meluncurnya harga saham
berbagai perusahaaan di bursa efek.
Jika dilihat dari Agency Theory, Andersen sebagai KAP telah menciderai
kepercayaan dari pihak stock holder atau principal untuk memberikan suatu fairrness
information mengenai pertanggungjawaban dari pihak agent dalam mengemban amanah
dari principal. Pihak agent dalam hal ini manajemen Enron telah bertindak secara
rasional untuk kepentingan dirinya (self interest oriented) dengan melupakan norma dan
etika bisnis yang sehat. Lalu apa yang dituai oleh Enron dan KAP Andersen dari sebuah
ketidak jujuran, kebohongan atau dari praktik bisnis yang tidak etis? adalah hutang dan
sebuah kehancuran yang menyisakan penderitaan bagi banyak pihak disamping proses
peradilan dan tuntutan hukum. Artinya secara kasat mata kasus Enron (baik manajemen
Enron maupun KAP Andersen) telah melakukan mal practice jika dilihat dari etika
bisnis dan profesi akuntan antara lain :
1. Adanya praktik discrimination of information/unfair discrimination, melalui
suburnya praktik insider trading, dimana hal ini sangat diketahui oleh Board of Director
Enron, dengan demikian dalam praktik bisnis di Enron sarat dengan collusion. Kondisi
ini diperkuat oleh Bussines Round Table (BRT), pada tanggal 16 Pebruari 2002
menyatakan bahwa : (a). Tindakan dan perilaku yang tidak sehat dari manajemen Enron
berperan besar dari kebangkrutan perusahaan; (b). Telah terjadi pelanggaran terhadap
norma etika corporate governance dan corporate responsibility oleh manajemen
perusahaan; (c). Perilaku manajemen Enron merupakan pelanggaran besar-besaran
terhadap kepercayaan yang diberikan kepada perusahaan.
2. Adanya Deception Information, yang dilakukan pihak manajemen Enron maupun
KAP Arthur Andersen, mereka mengetahui tentang praktek akuntansi dan bisnis yang
tidak sehat. Tetapi demi trust dari investor dan publik kedua belah pihak merekayasa
laporan keuangan mulai dari tahun 1985 sampai dengan Enron menjadi hancur
berantakan.Bahkan CEO Enron saat menjelang kebangkrutannya masih tetap
melakukan Deception dengan menyebutkan bahwa Enron secara berkesinambungan
memberikan prospek yang sangat baik. KAP Andersen tidak mau mengungkapkan apa
sebenarnya terjadi dengan Enron, bahkan awal tahun 2001 berdasarkan hasil evaluasi
Enron tetap dipertahankan, hal ini dimungkinkan adanya coercion atau bribery, karena
pihak Gedung Putih termasuk Wakil Presiden Amerika Serikat juga di indikasikan
terlibat dalam kasus Enron ini.
3. Arthur Andersen, merupakan kantor akuntan publik- The big six- yang melakukan
Audit terhadap laporan keuangan Enron Corp. tidak hanya melakukan manipulasi
laporan keuangan Enron, KAP Andersen telah melakuklan tindakan yang tidak etis
dengan menghancurkan dokumen-dokumen penting yang berkaitan dengan kasus
Enron. Arthur Andersen memusnahkan dokumen pada periode sejak kasus Enron mulai
mencuat ke permukaan, sampai dengan munculnya panggilan pengadilan. Walaupun
penghancuran dokumen tersebut sesuai kebijakan internal Andersen, tetapi kasus ini
dianggap melanggar hukum dan menyebabkan kredibilitas Arthur Andersen hancur.
Disini Andersen telah ingkar dari sikap profesionallisme sebagai akuntan independen
dengan melakukan tindakan knowingly and recklessly yaitu menerbitkan laporan audit
yang salah dan meyesatkan (deception of information).
Bukti bahwa budaya perusahaan Andersen berkontribusi terhadap kejatuhan
perusahaan
Ada beberapa poin yang membuktikan bahwa budaya perusahaan berkontribusi
terhadap kejatuhan perusahaan, diantaranya:
•Pertumbuhan perusahaan dijadikan prioritas utama dan menekankan pada perekrutran
dan mempertahankan klien-klien besar, namun mutu dan independensi audit
dikorbankan.
•Standar-standar profesi akuntansi dan integritas yang menjadi contoh perusahaan-
perusahaan lainnya luntur seiring motivasi meraup keuntungan yang lebih besar.
•Perusahaan terlalu fokus terhadap pertumbuhan, sehingga tanpa sadar menghasilkan
perubahan mendasar dalam budaya perusahaan. Perubahan sikap lebih memprioritaskan
mendapatkan bisnis konsultasi yang memiliki pertumbuhan keuntungan lebih besar
lebih tinggi dibanding menyediakan layanan auditing yang obyektif yang merupakan
dasar dari awal mula berdirinya Kantor Akuntan Publik Arthur Andersen. Pada akhirnya
ini menggiring pada kehancuran perusahaan.
•Andersen menjadi membatasi pengawasan terhadap tim audit akibat kurangnya check
and balances yang bisa terlihat ketika tim audit telah menyimpang dari kebijakan
semula.
•Sikap Arthur Andersen yang memusnahkan dokumen pada periode sejak kasus Enron
mulai mencuat ke permukaan, sampai dengan munculnya panggilan pengadilan.
Walaupun penghancuran dokumen tersebut sesuai kebijakan internal Andersen, tetapi
kasus ini dianggap melanggar hokum dan menyebabkan kredibilitas Arthur Andersen
hancur. Akibatnya, banyak klien Andersen yang memutuskan hubungan dan Arthur
Andersen pun ditutup.
Kesimpulan
Dari kasus tersebut dapat disimpulkan bahwa KAP Arthur Andersen sudah
melanggar kode etik yang seharusntya menjadi pedoman dalam melaksanakan tugasnya
dan bukan untuk dilanggar. Mungkin saja pelanggaran tersebut awalnya mendatangkan
keuntungan bagi perusahaan seperti misalnya pada kasus enron, tetapi akhirnya dapat
menjatuhkan kredibilitas bahkan menghancurkan enron dan KAP Arthur Andersen.
Dalam kasus ini KAP yang seharusnya bersikap independen, tidak dilakukan oleh AA.
Karena perbuatan tersebut, kedua-duanya menuai kehancuran dimana enron bangkrut
dengan meninggalkan hutang millayaran dollar. Sedangkan KAP AA sendiri kehilangan
keindependensiannya dan kepercayaan dari masyarakat terhadap KAP tersebut, juga
berdampak pada karyawan yang bekerja di KAP yang bersangkutan dimana mereka
menjadi sulit untuk mendapatkan pekerjaan akibat kasus ini.
KAP Andersen sebagai pihak yang seharusnya menjungjung tinggi
independensi, dan profesionalisme telah melakukan pelanggaran kode etik profesi dan
ingkar dari tanggungjawab terhadap profesi maupun masyarakat diantaranya melalui
Deception, discrimination of information, coercion, bribery. Akhirnya KAP Andersen di
tutup disamping harus mempertanggungjawabkan tindakannya secara hukum
Sumber :
https://en.wikipedia.org/wiki/Arthur_Andersen
https://uwiiii.wordpress.com/2009/11/14/kasus-enron-dan-kap-arthur-andersen/
http://the-johan.blogspot.co.id/2008/10/tragedi-enron-corporation.html
http://livemodestly.tumblr.com/post/10731316310/masalah-independensi-pada-kap-
arthur-andersen
https://vandave.wordpress.com/kode-etik-akuntan-publik/
Etika Profesi Dan Tata Kelola Korporat
Tugas Individu
Studi Kasus Etika
Pada KAP Arthur Andersen
Disusun oleh :
Peggy Anna Theodora Ambarita
(PPAk-0118-13)
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2015
top related