tugas akhir - dewapurnama · pdf filetugas akhir meminimasi total biaya persediaan produk...
Post on 06-Feb-2018
229 Views
Preview:
TRANSCRIPT
TUGAS AKHIR
MEMINIMASI TOTAL BIAYA PERSEDIAAN PRODUK SPRITE
295 ml DENGAN MEMPERTIMBANGKAN ADANYA
ALL UNIT DISKON ( Studi Kasus PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java, Semarang )
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1
Teknik Industri
Oleh
Nama : Dessi Kusumawardani
No. Mahasiswa : 06 522 154
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2011
MEMINIMASI TOTAL BIAYA PERSEDIAAN PRODUK SPRITE
295 ml DENGAN MEMPERTIMBANGKAN
ADANYA ALL UNIT DISKON ( Studi Kasus PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java, Semarang )
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1
Teknik Industri
Oleh
Nama : Dessi Kusumawardani
No. Mahasiswa : 06 522 154
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2011
LEMBAR PENGAKUAN
Demi Allah saya akui karya ini adalah hasil kerja saya sendiri kecuali nukilan dan
ringkasan yang setiap satunya telah saya jelaskan sumbernya. Jika dikemudian hari
ternyata terbukti pengakuan ini tidak benar dan melanggar peraturan yang sah dalam
karya tulis dan hak intelektual, saya bersedia ijazah yang telah saya terima untuk
ditarik kembali oleh Universitas Islam Indonesia.
MEMINIMASI TOTAL BIAYA PERSEDIAAN PRODUK
SPRITE 295 ml DENGAN MEMPERTIMBANGKAN ADANYA
ALL UNIT DISKON
TUGAS AKHIR
Oleh
Nama :Dessi Kusumawardani
No. Mahasiswa : 06 522 154
Yogyakarta, 6 Desember 2010
MOTTO
“Sungguh Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai mereka sendiri
mengubah dirinya”
( Terjemahan QS Ar Ra’d :11 )
“ Dan bersama kesukaran pasti ada kemudahan. Karena itu bila selesai suatu
tugas, mulailah tugas yang lain dengan sungguh-sungguh. Hanya kepada
Tuhanmu hendaknya kau berharap”
( Terjemahan QS Asy-Syarh : 6 – 8 )
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karyaku ini kepada Bapak dn Ibu tercinta
serta Adikku tersayang
Terima kasih untuk semua cinta, kasih sayang dan dukungannya selama ini
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr, Wb.
Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat
rahmat dan petunjuk-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir yang
berjudul “Meminimasi Total Biaya Persediaan Pendistribusian Produk SPRITE 295 ml
Dengan Mempertimbangkan Adanya All Unit Diskon “
Penyusunan Tugas Akhir ini terutama dimaksudkan untuk memenuhi salah
satu syarat untuk meraih gelar Sarjana (S1) di Fakultas Teknologi Industri, Jurusan
Teknik Industri, Universitas Islam Indonesia.
Penulis menyadari bahwa menyadari banyak pihak yang telah membantu
memberikan sumbangan materi dan fikirannya hingga selasai penyusunan tugas akhir
ini. Oleh karenanya, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia
2. Bapak Drs. H.M Ibnu Mastur, MSIE. selaku Ketua Jurusan Teknik
Industri, Universitas Islam Indonesia.
3. Ibu Ir. Elisa Kusrini, MT. selaku dosen pembimbing tugas akhir,
terimakasih atas bimbingan dan masukannya.
4. Pimpinan Perusahaan PT. Coca Cola Amatil Indonesia Semarang yang
telah memberikan ijin dalam melaksanakan penelitian.
5. Bapak, ibu, adik q tercinta dan keluarga besar yang selalu memberikan
dukungan baik secara moril dan spiritual sehingga tugas akhir ini dapat
terselesaikan.
6. Sahabat, teman-teman dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu yang telah memberikan doa, dukungan serta bantuanya selama
penyusunan tugas akhir ini.
Penulis menyadari, dalam penyusunan laporan tugas akhir ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat
dibutuhkan demi kesempurnaan penyusunan laporan selanjutnya. Semoga laporan
tugas akhir ini bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamuallaikum Wr. Wb.
Yogyakarta, 6 Desember 2010
Penulis
ABSTRAK
Penjualan dengan sistem diskon yang ditawarkan oleh pihak perusahaan sangat berguna untuk menarik minat konsumen. Sistem penjualan yang dilakukan oleh PT. Coca-Cola tidak tetap artinya tidak selalu penjualan menggunakan diskon tetapi melihat fluktuasi dan target pada saat itu. Hal ini dapat berdampak pada persediaan dan biaya-biaya dikedua belah pihak yaitu pada perusahaan dan distributornya. Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi dapat digunakan dengan dua metode yaitu IDQ (Identitical Delivery Quantity) dan DWP (Delivery What Produced). Strategi IDQ (Identical Delivery Quantity) merupakan kebijakan dimana jumlah pengiriman kepada distributor adalah sama pada setiap pengirimanya. Sedangkan strategi DWP (Delivery What Produced) pada setiap pengiriman kepada distributor tidaklah sama. Dari hasil penelitian didapat bahwa strategi atau metode DWP (Delivery What Produced) lebih tepat digunakan dalam pendistribusian produk Sprite 295 ml khusunya untuk distributor daerah Bawen dikarenakan menghasilkan total biaya gabungan terendah dengan permintaan atau pemesanan ekonomis adalah 12.781 cs.
Kata kunci : Pendistribusian, IDQ, DWP, All Unit Diskon
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………………….. i
LEMBAR PENGAKUAN .......………………………………………………….. ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ……………………………………. iii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ………………….………………………. iv
MOTTO………………………………………………………………………....... v
PERSEMBAHAN ……………………………………………………………….. vi
KATA PENGANTAR ………………………………………………………........ vii
ABSTRAK...…………………………………………………………………....... ix
DAFTAR ISI …………………………………………………………………...... x
DAFTAR TABEL ………………………………………………………………... xiv
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………….. xvi
BAB 1 PENDAHULUAN ………………………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang ………...…………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………..…………… 3
1.3 Batasan Masalah ……………………………………………..…….. 3
1.4 Tujuan Penelitian ………………………………………………….. 3
1.5 Manfaat penelitian …………………………………………...……. 4
1.6 Sistematika Penulisan …………………………………………….. 4
BAB II LANDASAN TEORI……..…………………………………………… 6
2.1 Inventory (Persediaan)………………............................................. 7
2.1.1 Pengertian………………………………………………........ 7
2.2.2 Jenis Persediaan……………………………………………… 10
2.2.3 Tujuan Persediaan……………………………………………. 11
2.2.4 Fungsi Persediaan……………………………………………. 12
2.2.5 Biaya-Biaya Persdiaan……………………………………….. 14
2.2.6 Model-Model Sistem Persediaan…………………………….. 16
2.3 Potongan Harga (Diskon)……………………………………............ 17
2.3.1 All Unit Diskon………………………………………………. 17
2.3.2 Incremental Diskon………………………………………….. 18
2.4 Model Persediaan Terintegrasi……………….....………….............. 20
2.4.1 Identical Delivery Quantity (IDQ)………………................... 20
2.4.2 Delivery What Produced (DWP)…………………………….. 20
2.4.3 Rasio Perbandingan Biaya…………………………………… 21
2.5 Manajemen Distribusi.………………………………………………. 22
2.5.1 Tujuan Sistem Distribusi…..………………………................. 23
2.5.2 Fungsi Manajemen Distribusi………………………………… 24
2.5.3 Lokasi Distribusi……………………………………………… 26
BAB III METODE PENELITIAN ………………………………………………. 28
3.1 Obyek Penelitian …………………………………………………… 28
3.2 Identifikasi Masalah.……………………………………………….. 28
3.3 Pengumpulan Data……........…………………………………......... 28
3.4 Pengolahan Data……….......……………….......…………….......... 30
3.4.1 Formulasi Model....…..……………………………................. 30
A. Notasi……………………………………………………… 30
B. Asumsi – Asumsi………………..………………………… 31
C. Model Matematik……………………………………......... 32
3.4.2 Aplikasi Model………………………………………………… 37
3.5 Hasil Penelitian……….....………………………………………….. 37
3.6 Diagram Alir Penelitian…………………………………………….. 39
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ……………………. 40
4.1 Pengumpulan Data ……………………………………………......... 40
4.1.1 Tentang Perusahaan....……………………………………...... 40
4.1.2 Input Data.......…………………………………………......... 41
4.2 Pengolahan Data ………………………………………………........ 46
4.2.1 Biaya Persediaan Pada Perusahaan (Hv) ................................. 46
4.2.2 Biaya Persediaan Pada Distributor (Hb) ................................. 47
4.2.3 Perbandingan Biaya Pesan dan Biaya Set Up (α).................... 47
4.2.4 Perbandingan Biaya Penyimpanan Persediaan (β).................. 47
4.2.5 Identical Delivery Quantity (IDQ)………………………….. 47
4.2.6 Delivery What Produced (DWP)……………………………. 50
4.2.7 Rasio Perbandingan Biaya Model IDQ dan DWP…………… 55
4.2.8 All Unit Diskon......................................................................... 56
4.2.9 Identical Delivery Quantity (IDQ) Diskon.………………….. 58
4.2.10 Delivery What Produced (DWP) Diskon…………………… 59
4.2.11 Rasio Perbandingan Biaya Model IDQ dan DWP
Diskon…………………………………………………......... 63
BAB V PEMBAHASAN ……………………………………………………....... 64
5.1 Perbandingan Biaya Model IDQ dan DWP………………………… 64
5.2 All Unit Diskon................................................................................... 66
5.3 Perbandingan Biaya Model IDQ dan DWP Diskon…….………….. 67
5.4 Usulan Kebijakan ………………………………………………….. 68
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………...... 72
6.1 Kesimpulan ………………………………………………………… 72
6.2 Saran ….………………………...………………………………….. 72
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Data Penjualan ………………..………………………………………... 42
Tabel 4.2 Data Permintaan ……………………………………………………….. 42
Tabel 4.3 Data Permintaan Perminggu …………………………………………… 42
Tabel 4.4 Data Pengiriman dan Penjualan …………………………………........... 43
Tabel 4.5 Production Run IDQ ……..…………………………………………….. 48
Tabel 4.6 Biaya Total Gabungan Model IDQ ……………………………………. 49
Tabel 4.7 Production Run DWP ……..…………………………………………… 51
Tabel 4.8 Biaya Total Gabungan Model DWP …………………………………... 53
Tabel 4.9 Rasio Biaya Model IDQ dan DWP ……………………………………. 55
Tabel 4.10 Penawaran Diskon ……………………………………………………. 56
Tabel 4.11 Production Run IDQ Diskon …………………………………………. 58
Tabel 4.12 Biaya Total Gabungan Model IDQ Diskon ………………………….. 59
Tabel 4.13 Production Run DWP Diskon ………………………………………… 60
Tabel 4.14 Biaya Total Gabungan Model DWP Diskon ………………………….. 61
Tabel 4.15 Rasio Perbandingan Biaya Total Gabungan ………………………….. 63
Tabel 5.1 Total Biaya Gabungan Model IDQ dan DWP…………………………. 64
Tabel 5.2 Rasio Total Biaya Gabungan …………………………………………… 65
Tabel 5.3 Total Biaya Gabungan Diskon …………………………………………. 67
Tabel 5.4 Rasio Total Biaya Gabungan Diskon ……………………………………68
Tabel 5.5 Usulan Pengiriman Produk …..………………………………………… 69
Tabel 5.6 Usulan Pengiriman Produk Diskon …………………………………… 70
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian………………………………………………. 39
Gambar 4.1 Grafik Hubungan Antara Permintaan dan Total Biaya Gabungan…… 54
Gambar 4.2 Grafik Biaya Persediaan All Unit Diskon …………………………… 57
Gambar 4.2 Grafik Hubungan Antara Permintaan dan Total Biaya Gabungan
Diskon………………………………………………………………… 62
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam sebuah industri manufaktur, penjualan produk tidak lepas dari biaya-
biaya yang dikeluarkan dalam menentukan harga sebuah produk . Dalam penjualan
salah satu produknya yaitu Sprite 295 ml PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central
Java tidak lepas dari namanya sistem diskon terlebih untuk menarik minat
konsumen juga untuk memenuhi target penjualannya. Sistem diskon digunakan
sebagai insetif perusahaan yang mebeli dalam jumlah besar (Zulian Yamit ,1999).
Kuantitas diskon yang ditawarkan oleh perusahaan sangat berguna untuk menarik
minat konsumen untuk membeli produk tersebut terlebih untuk penjualan partai
besar. Berdasarkan kuantitasnya, ada dua jenis potongan atau diskon yang biasanya
ditawarkan yaitu all-units quantity discounts dan incremental discounts.
Sistem penjualan yang dilakukan oleh PT. Coca-Cola tidak tetap artinya
tidak selalu penjualan menggunakan diskon tetapi melihat fluktuasi dan target pada
saat itu. Jika target tidak terpenuhi tetapi tren penjualan meningkat sistem penjualan
dengan diskon baru diterapkan. Hal ini dapat berdampak pada persediaan dan biaya-
biaya dikedua belah pihak yaitu pada perusahaan dan distributornya.
Sebenarnya masalah persediaan tidak hanya dialami oleh manufaktur saja.
Pihak distributor juga dapat mengalami masalah yang serupa. Masalah yang timbul
berhubungan dengan pendistribusian produk salah satunya adalah terkadang
perusahaan ingin mengirim dalam jumlah tertentu kepada distributor akan tetapi
kapasitas dari gudang distributor tidak memenuhi sehingga mau tidak mau produk
akan menumpuk di pihak gudang perusahaan sehingga dapat menimbulkan
pembengkakan biaya, begitu pula sebaliknya. Seperti yang terkadang dialami oleh
PT. Coca-Cola Indonesia Central Java dalam pendistribusian produknya. Untuk itu
diperlukan kebijakan-kebijakan yang dapat menguntukan untuk kedua belah pihak
atau kebijakan-kebijakan tentang produksi dan persediaan yang bertujuan untuk
meminimalakan total biaya gabungan antara perusahaan dan distributornya
(Nyoman Sutapa dan Fransiska, 2000).
Dalam meminimalkan total biaya gabungan dapat mengunakan dua metode
matematis persediaan terintegrasi yang telah dianalisa oleh Nyoman dan Fransiska
(2000). Kedua model tersebut adalah model IDQ ( Identical Delivery Quantity) dan
Model DWP (Delivery What Produced). Strategi IDQ (Identical Delivery Quantity)
merupakan kebijakan dimana jumlah pengiriman kepada distributor adalah sama
pada setiap pengirimanya. Sedangkan strategi DWP (Delivery What Produced)
pada setiap pengiriman kepada distributor tidaklah sama. Jumlah setiap pengiriman
tergantung pada jumlah persediaan yang ada pada saat itu karena semua persediaan
yang ada pada perusahaan dikirim langsung kepada distributornya.
Oleh karena itu, pada penelitian kali ini akan mengunakan kedua metode
matematis persediaan terintegrasi (IDQ dan DWP) dengan tambahan
mempertimbangkan adanya all unit discount. Dimana all unit diskon digunakan
sebagai pertimbangan dalam melihat penjualan atau permintaan produk yang
optimal ketika tejadi sistem diskon. Tujuanya adalah untuk meminimasi total biaya
persediaan dari sebuah perusahaan dan distributornya, dengan mengetahui strategi
yang tepat dalam penjualan atau pendistribusian produk dengan ada atau tanpa
sistem diskon.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasakan latar belakang diatas dapat dibuat perumusan masalah sebagai
berikut :
“Kebijakan apa yang dapat di ambil perusahaan sehingga dapat meminimasi
total biaya persediaan, berdasarkan strategi IDQ atau DWP ? “
1.3 Batasan Masalah
Agar permasalahan tidak berkembang dari persoalan utama, serta
pemecahan masalah dapat dilakukan dengan baik maka diberikan batasan masalah
sebagai berikut :
1. Data diambil dari bagian penjualan PT. Coca-Cola Amatil Indonesia
Central Java, Semarang.
2. Data yang digunakan atau diambil dalam kurun satu tahun terakhir
terhadap satu distributor (distributor bawen).
3. Objek penelitian dilakukan pada satu jenis produk (Sprite 295 ml).
4. Model yang dikembangkan adalah IDQ (Identical Delivery Quantity) dan
DWP (Delivery What Produced).
5. Seluruh asumsi, data, maupun pembahasan sesuai dengan model yang
diajukan.
6. Kapasitas produksi diasumsikan dapat memenuhi seluruh permintaan.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mendapatkan total
biaya terendah bagi perusahaan dan distributornya dalam hal pendistribusian
produk Sprite 295 ml dengan mengetahui strategi yang tepat yang dapat diambil
dengan mempertimbangkan adanya diskon yang ditawarkan.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui kebijakan yang tepat sehingga mendapatkan total biaya
terendah.
2. Menambah pengetahuan khususnya dalam ruang lingkup manajemen
persediaan.
3. Dapat digunakan sebagai referensi penelitian-penelitian berikutnya
1.6 Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah penulisan tugas akhir ini maka sistematika penulisan
seperti berikut:
BAB. I : PENDAHULUAN
Memuat tentang latar belakang dari kajian yang dilakukan. Permasalahan
yang dihadapi, batasan yang dilakukan, tujuan dan manfaat penelitian.
Tempat dan obyek penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Bab ini merupakan penjelasan terperinci mengenai teori-teori yang
digunakan sebagai landasan untuk pemecahan masalah. Serta memuat
hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh peneliti lain yang
berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Memberikan penjelasan tentang kerangka dan bagian alir penelitian,
teknik yang dilakukan, bahan atau materi penelitian, alat dan tata cara
penelitian, variabel, data yang akan diteliti dan langkah-langkah analisis
yang dipakai.
BAB IV : PENGOLAHAN DATA DAN HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini berisi tentang pengumpulan data yang diperoleh selama
penelitian dan pengolahan data berdasarkan hasil perhitungan.
BAB V : PEMBAHASAN
Berisikan pembahasan yang diperoleh dari hasil pengolahan data yang
dilakukan dan kesesuaian hasil dengan tujuan penelitian sehingga dapat
menghasilkan rekomendasi yang tepat.
BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan bab terakhir yang berisikan kesimpulan yang
diperoleh dari pemecahan masalah maupun dari hasil pengumpulan
data serta diajukan beberapa saran untuk bahan peninjauan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
- GAMBAR
- TABEL
BAB II
LANDASAN TEORI
Persediaan termasuk salah satu aset termahal bagi perusahaan, dikarenakan
persediaan salah satu faktor terpenting di dalam suatu proses produksi. Persediaan
atau inventory merupakan barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau dijual
pada waktu tertentu. Persediaan berguna dalam mengatasi terjadinya fluktuasi
permintaan sewaktu-waktu. Masalah tentang persediaan juga sering dihadapi antara
suatu perusahaan dan distributornya yang saling bekerjasama. Sehingga diperlukan
kebijakan-kebijakan tentang produksi dan persediaan yang bertujuan untuk
meminimalakan total biaya gabungan antara perusahaan dan distributornya (Nyoman
dan Fransiska, 2000).
Penelitian yang menyangkut antara perusahaan dan distributor telah banyak
dilakukan. Josef Hernawan (2007) melakukan penelitian tentang kombinasi suatu
strategi distribusi (Distribusi reguler, Cross Docking dan Direct Plan Delivery).
Menurutnya, kombinasi suatu strategi dapat menurunkan biaya logistik dimana biaya
logistik merpakan salah satu bagian dari biaya produksi. Sehingga dengan penguragan
biaya logistik dapat menurunkan biaya produksi dan memperoleh keuntungan yang
cukup signifikan.
Menurut Anissa Kesy (2008), dalam sebuah sistem supplay chain tuntutan
penurunan biaya-biaya dan persediaan menyebabkan pengambilan keputusan
terintegrasi antara fungsi produksi dan distribusi sangatlah penting. Dalam penelitian
yang dilakukan Annisa, meminimalkan total biaya dengan membandingan kedua
model yaitu simultan dan decoupled yang didapatkan hasil total biaya simultan lebih
kecil dari pada total biaya menggunakan model decoupled.
Sedangkan, Nyoman Sutapa dan Fransiska (2000) telah melakukan penelitian
tentang dua buah model matematis persediaan terintegrasi yaitu model IDQ (
Identical Delivery Quantity) dan Model DWP (Delivery What Produced). Dan hasil
yang didapat adalah menggambarkan keadaan yang bagaimana sebaiknya satu
diantara kedua itu dipilih sehingga dapat meminimumkan total biaya persediaan antara
perusahaan dan distributornya yang saling berkordinasi dan bekerjasama. Dan
Muhamad Faisal (2008) telah melakukan penelitian menggunakan model IDQ
(Identical Delivery Quantity) dalam manajemen inventory. Dalam penelitianya
melakukan perbandingan sistem bunga bank konvensional dan murahabah pada
pengembangan model IDQ. Sehingga diperoleh sistem bunga yang tepat dilakukan
perusahaan.
Penjualan dengan sistem diskon juga dapat menurunkan biaya-biaya
persediaan. Seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Hari Prasetyo et.al
(2005,2006) telah mengembangkan model persediaan yang ada dengan
mempertimbangkan barang kadaluwarsa dan diskon sehingga dapat diturunkan total
biaya persediaan yang ada.
2.1 Inventory (Persediaan)
2.1.1 Pengertian
Persediaan merupakan suatu model yang umum digunakan untuk
menyelesaikan masalah yang terkait dengan usaha pengendaliaan bahan baku
maupun barang jadi dalam suatu aktifitas perusahaan. Secara teknis, inventory atau
persediaan adalah suatu teknik yang berkaitan dengan penetapan terhadap
besarnya persediaan bahan yang harus diadakan untuk menjamin kelancaran
dalam kegiatan operasi produksi, serta menetapkan jadwal pengadaan dan jumlah
pemesanan barang yang seharusnya dilakukan oleh perusahaan. Ciri khas dari
model persediaan sendiri adalah solusi optimalnya selalu difokuskan untuk
menjamin persediaan dengan harga serendah rendahnya. Masalah yang dianalisa
oleh sistem persediaan meliputi dua hal berikut (Tersine, 1994) :
1. Berapa banyak suatu item yang dipesan.
2. Kapan pesanan (produksi) dari suatu item harus dilakukan.
Adapun beberapa pengertian persediaan menurut para ahli adalah sebagai
berikut :
a Persediaan adalah suatu kegiatan untuk menentukan tingkat dan komposisi
dari part atau bagian, bahan baku dan barang hasil produksi, sehingga
perusahaan dapat melindungi kelancaran produksi dan penjualan serta
kebutuhan pembelanjaan perusahaan dengan efektif dan efisien.
b Persediaan adalah serangkaian kebijakan dengan sistem pengendalian yang
memonitor tingkat persediaan yang harus dijaga kapan persediaan harus
diisi dan berapa pesanan yang harus dilakukan.
Ada beberapa terminologi di dalam sistem persediaan :
1. Permintaan (demand) keputusan dalam persediaan mengenai jumlah
pesanan dapat bersifat deterministik maupun probabilistik.
2. Waktu antara pemesanan (lead time) dilakukan dengan saat
kedatangan pemesanan.
3. Tingkat penambahan (repleshinment) atau tingkat pengantian
persediaan.
4. Tingkat persediaan saat pemesanan (reorder level) harus dilakukan
untuk menggantikan persediaan yang berkurang. Artinya persediaan
saat pemesanan sering disebut fungsi dari permintaan dan waktu
antara pemesanan.
5. Keamanan persediaan (safety stock) yang harus ditinggalkan dalam
gudang untuk mengantisipasi fluktuasi permintaan.
Menurut Agus Ristono (2009), Pengendalian persediaan merupakan suatu
usaha memonitor dan menentukan tingkat komposissi bahan yang optimal dalam
menunjang kelancaran dan efektivitas serta efisiensi dalam kegiatan perusahaan.
Pengendalian persediaan perlu diperhatikan karena berkaitan dengan biaya yang
harus ditanggung oleh perusahaan sebagai akibat adanya persediaan. Sehingga
persediaan yang ada harus seimbang dengan kebutuhan, karena persediaan yang
berlebih beresiko menimbulkan kerusakan pada produk dan biaya penyimpanan
yang tinggi. Begitu pula sebaliknya apabila terlalu sedikit akan mengganggu
kelancaran produksi. Oleh karena itu, perlu adanya keseimbangan didalam
pengadaan persediaan sehingga dapat menekan biaya-biaya seminimal mungkin
serta proses produksi dapat berjalan lancar.
2.2.2 Jenis Persediaan
Pembagian jenis persediaan berdasarkan kondisi selama proses
manufaktur, inventory dapat dibagi menjadi empat yaitu:
1. Raw material
Merupakan material dasar (bahan baku) yang digunakan untuk membuat
komponen dari produk jadi seperti kayu, baja dan sebagainya.
2. Components
Bagian dari subasembly yang siap dimasukan kedalam final assembly dari
suatu produk.
3. Work in process
Adalah material dan komponen yang siap dikerjakan atau menunggu
diantara operasi atau proses di pabrik.
4. Finished product
Merupakan item yang telah selesai untuk dibawa sebagai peresediaan
dalam make to stock atau menjual barang jadi untuk konsumen yang telah
memesan pada make to order.
Sedangkan dilihat dari ketergantungannya persediaaan dapat dibagi
menjadi dua, dependent dan independent demand. Dependent demand
merupakan permintaan item yang tidak bergantung pada produk lain, sedangkan
independent demand merupakan permintaan yang bergantung pada produk lain
2.2.3 Tujuan Persediaan
Pengendalian persediaan sangatlah penting karena yang menentukan
kelancaran produksi. Pengendalian persediaan yang dijalankan memiliki tujuan-
tujuan tertentu. Yaitu untuk menjaga tingkat persediaan pada tingkat yang
optimal sehingga diperoleh penghematan-penghematan untuk persediaan
tersebut. Pengelolaan persediaan adalah kegiatan dalam memperkirakan jumlah
persediaan (bahan baku/penolong) yang tepat, dengan jumlah yang tidak terlalu
besar dan tidak pula kurang atau sedikit dibandingkan dengan kebutuhan atau
permintaan. Tujuan dari pengelolaan persediaan yaitu
1. Untuk dapat memenuhi kebutuhan atau permintaan konsumen
dengan cepat.
2. Untuk menjaga kontinuitas produksi atau menjaga agar
perusahaan tidak mengalami kehabisan persediaan yang
mengakibatkan terhentinya proses produksi.
3. Untuk mempertahankan dan bila mungkin meningkatkan
penjualan dan laba perusahaan.
4. Menjaga agar pembeli secara kecil-kecilan dapat dihindari,
karena dapat mengakibatkan ongkos menjadi besar.
5. Menjaga supaya penyimpanan dalam emplacement tidak besar-
besaran, karena akan mengakibatkan biaya menjadi besar.
2.2.4 Fungsi Persediaan
Adapun fungsi dari persediaan adalah sebagai berikut :
1. Decoupling stock (fungsi decoupling) yaitu memungkinkan
operasi-operasi perusahaan internal dan eksternal yang
mempunyai kebebasan sehingga perusahaan dapat memenuhi
permintaan langsung tanpa tergantung pada pemasok.
2. Working stock (fungsi economic lot sizing), yaitu melalui
penyimpanan persediaan, perusahaan dapat memproduksi atau
membeli sumber daya-sumber daya dalam kuantitas yang dapat
mengurangi biaya-biaya per unit.
3. Anticipation stock (fungsi antisipasi), yaitu yang sering kali
perusahaan mengalami fluktuasi permintaan yang dapat
diperkirakan dan diramalkan berdasarkan pengalaman-pengalaman
masa lalu. Dalam hal ini perusahaan dapat mengadakan persediaan
musiman. Disamping itu, perusahaaan juga menghadapi
ketidakpastian jangka waktu pengiriman dan permintaan akan
barang-barang dalam satu periode.
4. Pipeline stock disebut juga dengan transit-stock atau work in
process, yaitu persediaan yang dialokasikan pada area transit
untuk mengakomodasi waktu yang dibutuhkan untuk menerima
material menuju proses produksi, dan mengirimkan barang jadi.
Pipeline stock bersifat eksternal pada persediaan yang berada di
truk, kapal maupun kereta. Sedangkan dapat pula bersifat internal
untuk persediaan yang sedang diproses, menunggu untuk diproses
maupun yang sedang dipindahkan.
5. Safety stock disebut juga dengan buffer stock atau flucturating
stock, yaitu persediaan yang disimpan sebagai cadangan untuk
menghadapi terjadinya ketidakpastiaan dalam permintaan dan
pasokan. Persediaan tetap dipertahankan dalam jumlah tertentu
terutama selama waktu pemesanan kembali untuk mencegah
terjadinya kegagalan pemenuhan order akibat kehabisan barang
(stock out).
6. Psychic stock yaitu persediaan yang digunakan sebagai display
pada tingkat ritel. Persediaan seperti ini digunakan untuk
menstimulasi permintaan.
Persediaan timbul akibat oleh tidak sinkronya permintaan dengan
penyediaan dan waktu yang digunakan untuk memproses bahan baku. Untuk
menjaga keseimbangan permintaan dengan penyediaan bahan baku dan waktu
proses diperlukan adanya persediaan. Oleh karena itu terdapat empat faktor yang
dijadikan sebagai fungsi persediaan (Zulian Yamit, 1999),yaitu :
1. Faktor waktu
Menyangkut lamanya proses produksi dan distribusi sebelum barang
jadi sampai ketangan konsumen. Waktu diperlukan untuk membuat
jadwal produksi, memotong bahan baku, pengiriman bahan baku, dan
pengiriman barang jadi ke konsumen. Persediaan dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan selama waktu tunggu (lead time).
2. Faktor ketidakpastian waktu
Datang dari suplier menyebabkan perusahaan memerlukan persediaan,
agar tidak menghambat proses produksi maupun keterlambatan
pengiriman terhadap konsumen. Ketidakpastian waktu datang
mengharuskan perusahaan membuat jadwal operasi lebih teliti pada
setiap level.
3. Faktor ketidakpastiaan pengguna
Berasal dari dalam perusahaan disebabkan oleh kesalahaan dalam
peramalan permintaan, kerusakan mesin, keterlambatan operasi, bahan
cacat dan berbagai kondisi lain. Persediaan dilakukan untuk
mengantisipasi ketidak pastiaan peramalan akibat lainya tersebut.
4. Faktor Ekonomis
Terjadi akibat adanya keinginan perusahaan untuk mendapatkan
alternatif biaya rendah dalam memproduksi atau membeli item dengan
menentukan jumlah yang paling ekonomis. Pembelian dalam jumlah
besar memungkinkan perusahaan mendapatkan potongan harga. Selain
itu pengiriman dalam jumlah besar menyebabkan biaya transprtasi
lebih rendah sehingga sehingga menurunkan biaya. Persedian
diperlukan untuk menjaga stabilitas produksi dan fluktuasi bisnis.
2.2.5 Biaya-Biaya Persediaan
Salah satu yang menjadi dasar dari keputussan yang harus dibuat dalam
manajemen inventory adalah menjaga keseimbangan biaya investasi penempatan
kembali pemesanan item. Biaya persediaan merupakan keseluruhan biata opersai
atas biaya persediaan. Adapun jenis biaya yang ada di manajemen persediaan
sebagai berikut:
1. Biaya pembelian (purchase cost)
Biaya pemebelian adalah harga per unit apabila item dibeli dari pihak
luar atau biaya produksi per unit apabila diproduksi dalam perusahaan.
2. Biaya pemesanan (order cost/set up cost)
Biaya pemesanan adalah biaya yang berasal dari pembelian pesanan
dari supplier atau biaya persiapan (set up cost) apabila item diproduksi
didalam perusahaan. Biaya-biaya ini meliputi biaya telepon, biaya
ekspedisi, biaya administrasi (pengeluaran surat-menyurat, foto copy,
dsb), biaya pemeriksaan penerimaan, biaya pengiriman ke gudang dan
seterusnya.
3. Biaya simpan (carrying cost/holding cost)
Biaya simpan adalah biaya yang dikeluarkan atas investasi dalam
persediaan dan pemeliharaan maupun investasi sarana fisik untuk
menyimpan persediaan. Biaya simpan meliputi biaya memiliki
persediaan(biaya modal), biaya gudang, biaya penyusutan, biaya
asuransi dan administrasi.
4. Biaya kekurangan persediaan (stockout cost)
Biaya kekurangan adalah konsekuensi ekonomis atas kekurangan dari
luar maupun dari dalam perusahaan. Kekurangan dari luar terjadi
apabila pesanan konsumen tidak dapat dipenuhi. Sedangkan
kekurangan dari dalam terjadi apabila departemen tidak dapat
memenuhi kebutuhan departemen yang lain. Biaya kekeurangan dari
luar dapat berupa backorder, biaya kehilangan kesempatan penjualan
maupun biaya kesempatan menerima keuntungan. Biaya kekurangan
dari perusahaan dapat berupa penundaan pengiriman maupun idle
kapasitas.
2.2.6 Model-Model Sistem Persediaan
Model sistem persediaan dapat dogolongkan berdasarkan sifat permintaan
dan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh pihak perusahaan. Persedian
dapat dikelompokan menjadi empat model (Elsayed,1994) :
1. Model persediaan static deterministic
Model ini mempunyai ukuran permintaan yang deterministik, karena
ukuran permintaan dalam suatu periode diketahui dan konstan, serta
laju permintaan sama untuk tiap periode.
2. Model persediaan dinamic determinisic
Model ini ukuran permintaanya untuk setiap periode diketahui dan
konstan, tetapi laju permintaanya bervariasi.
3. Model persediaan static probabilistic
Pada model ini ukuran permintaanya bersifat acak, namun berdistribusi
tertentu yang sama untuk setiap periodenya.
4. Model persediaan dinamic probabilistic
Pada model ini ukuran permintaanya bersifat acak, namun berdistribusi
tertentu yang berbeda dan bervariasi unutk setiap periodenya.
2.3 Potongan Harga ( Diskon )
Dalam kenyataan di dunia bisnis harga yang ditawarkan tidak selalu konstan.
Diskon atau potongan harga merupakan sesuatu yang umum digunakan yang dapat
berguna sebagai perangsang bagi pembeli untuk membeli dalam jumlah besar.
Manfaat yang diperoleh bagi penjual adalah penjualan dalam jumlah banyak akan
mengurangi biaya produksi tiap unitnya. Manfaat bagi pembeli adalah akan
mengurangi biaya pesan dan pembayaran harga satuan lebih rendah dari biasanya,
tetapi kerugian yang dapat timbul adalah membengkanya biaya penyimpanan karena
pemesanan yang lebih besar akan meningkatkan inventory.
Secara umum potongan harga dibagi menjadi dua yaitu all unit diskon dan
incremental diskon. All unit diskon diberikan apabila perusahaan diatas jumlah
tertentu. Sedangkan incremental diskon diberikan apabila perusahaan membeli pada
tingkat atau interval tertentu. Menurut Zulian Yamit (1999), harga khusus dapat
diberikan jika perusahaan membeli dalam interval tertentu. Jika EOQ (Economic
Order Quantity) berada pada interval harga diskon maka perusahaan sebaiknya
memanfaatkan harga diskon tersebut. Tetapi jika tidak berada pada interval diskon,
perlu dianalisa pakah perusahaan tetap mengikuti jumlah pembelian sesuai dengan
EOQ atau justru mengubah kebijakan pembelian untuk memanfaatkan harga diskon
tesebut.
2.3.1 All unit Discount
All unit discount dilberikan apabila pembelian dilakukan dalam jumlah
besar sehingga mengakibatkan harga tiap satuan yang lebih rendah untuk
keseluruhan paket pesanan. Dalam hal ini perusahaan akan menawarkan kepada
supplier daftar harga dimana harga per unit sama untuk semua unit pemesanan
dan harga yang ditawarkan akan menurun apabila pemesanan diatas jumlah
tertentu.
P0 untuk U0 ≤ Q < U1
P1 untuk U1 ≤ Q < U2
Pi= .
.
.
Pj untuk Uj ≤ Q < Uj+1
Dimana U1 < U2 < ….< Uj adalah rangkaian unit ketika terjadi penurunan harga.
U0 adalah unit minimum yang dibeli dan Uj+1 adalah unit maksimum yang dibeli.
Pi adalah biaya unit pembelian dengan interval Ui hingga Ui+1 ,dimana P0 > P1
>….> Pj.
Adapun langkah-langkah untuk memperoleh jumlah pemesanan dengan
biaya minimum apabila terdapat satu atau lebih unit diskon adalah sebagai
berikut:
1. Dimulai dengan unit biaya terendah, hitung EOQ setiap unit
biaya hingga diperoleh EOQ yang benar atau tepat.
2. Hitung total biaya untuk EOQ yang benar, jika total biayanya
lebih rendah, maka unit pembelian dengan harga diskon dapat
diterima atau lebih menguntungkan.
3. Pilihlah jumlah pembelian yang memiliki total biaya paling
rendah dalam langkah 2 diatas.
2.3.2 Incremental Discount
Incremental diskon diberikan apabila perusahaan membeli pada tingkat
atau interval tertentu.. Dalam situasi ini penjual menawarkan beberapa harga
dengan interval jumlah tertentu. Atau dapat dikatakan harga per unit lebih
rendah apabila perusahaan dalam membeli dalam jumlah interval tertentu. Di
dalam model potongan harga bertahap ini atau incremental diskon semua unit
harganya tidaklah sama karena ada penjadwlan potongan harga yang
menyebabkan biaya pembelian unit tidak konstan. Secara matematik skedul
harga per unit ditunjukan sebagai berikut:
P0 untuk setiap U0 hingga U1-1
P1 untuk setiap U1 hingga U2-1
Pi= .
.
.
Pj untuk setiap Uj hingga Uj+1,
Dimana U1 < U2 < ….< Uj adalah urutan bilangan bulat jumlah dimana price-
break terjadi dan P0 > P1 >….> Pj. dengan jadwal potongan tersebut, biaya
pembelian unit tidak konstan untuk semua kuantitas Q yang berada pada interval
Ui ≤ Q < Ui+1.
Prosedur untuk pemesanan optimum apabila menghadapi Incremental
Diskon dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Hitung EOQ untuk setiap harga pembelian
2. Tentukan apakag EOQ itu dapat diterima atau ditolak
3. Hitung Total Biaya setiap EOQ diterima
4. Pilihlah EOQ yang tepat dengan total biaya paling rendah
2.4 Model Persediaan Terintegrasi
2.4.1 IDQ ( Identical Delivery Quantity)
Model atau strategi IDQ adalah dimana jumlah produk sama pada setiap
pengirimanya. Asumsi penting dalam mengembangkan model ini adalah
perusahaan harus mengetahui jumlah permintaan dalam suatu periode tertentu,
serta biaya pesan dan biaya simpan dari distributor.
Model dari nilai optimal total biaya gabungan untuk strategi IDQ adalah :
Keterangan :
D : Jumlah permintaan dari distributor pertahun.
S : Biaya produksi pada perusahaan per setup (Rp/unit).
Hv : Biaya penyimpanan persediaan per unit produk pada perusahaan per
tahun (Rp/unit).
α : Perbandingan antara permintaan dan rata-rata produksi.
k : Jumlah pengiriman dari distributor dalam sekali produks.
β : Perbandingan biaya penyimpanan persediaan.
2.4.2 DWP (Delivery What Produced)
Strategi DWP adalah dimana jumlah pengiriman kepada distributor adalah
tidak sama pada setiao pengiriman. Pada setiap pengiriman, semua persediaan
yang tersedia pada perusahaan dikirim langsung ke distributor. ( Nyoman
Pujawan,2005).
Model dari nilai optimal dari total biaya gabungan untuk strategi DWP
sebagai berikut ;
Keterangan :
D : Jumlah permintaan dari distributor pertahun.
S : Biaya produksi pada perusahaan per set up (Rp/unit).
Hv : Biaya penyimpanan persediaan per unit produk pada perusahaan per
tahun (Rp/unit).
α : Perbandingan antara permintaan dan rata-rata produksi.
k : Jumlah pengiriman dari distributor dalam sekali produks.
β : Perbandingan biaya penyimpanan persediaan.
γ : Perbandingan antara permintaan dan rata-rata produksi.
2.4.3 Rasio Perbandingan Biaya antara Model Matematis IDQ dan DWP
Untuk dapat menentukan strategi mana yang terbaik maka dilakukan
perhitungan rasio biaya yang dirumuskan sebaggai berikut:
Apabila nilai R lebih besar dari 100% maka kebijakan persediaan terintegrasi yang
dimodelkan dengan model DWP adalah strategi yang lebih baik. Sebaliknya,
apabila nilai R kurang dari 100% maka kebijakan yang dimodelkan dengan IDQ
merupakan strategi yang lebih baik.
2.5 Manajemen Distribusi
Distribusi barang sering dikenal dengan istilah logistik. Dalam kamus
APICS, logistik didefisinikan sebagai ilmu dan seni dari perolehan produksi dan
distribusi material dan produk dalam kuantitas dan tempat yang tepat. Jaringan
distribusi ini memungkinkan produk pindah dari perusahaan ke konsumen yang
terpisah oleh jarak yang jauh.
Distribusi dari barang mengacu pada hubungan yang ada di antara titik
produksi dan pelanggan akhir, yang sering terdiri dari beberapa inventory yang
harus dikelola. Tujuan utama dari manajemen distribusi inventory adalah
memperoleh inventory tempat yang tepat, pada waktu yang tepat, spesifikasi kualitas
yang tepat serta pada ongkos yang memadai. Tujuan ini untuk mencapai tingkat
pelayanan pelanggan (customer service level) yang diingkan pada atau dibawah
tingkat ongkos yang telah ditetapkan (Gaspersz,2005).
Secara tradisional, jaringan distribusi diaanggap sebagai serangkaian fasilitas
fisik seperti gudang dan fasilitas pengangkutan dan operasi masing-masing fasilitas
ini cenderung terpisah antara satu dengan yang lainnya. Dengan adanya kemajuan-
kemajuan dan terdapat kenaikan kebutuhan pelanggan serta kompetisi yang makin
ketat maka perusahaan-perusahaan saat ini telah melakukan perbaikan-perbaikan
dalam sistem distribusi. Saat ini jaringan distribusi tidak hanya dipandang sebagai
serangkaian fasilitas yang mengerjakan fungsi-fungsi fisik yaitu pengangkutan dan
penyimpanan, tetapi merupakan bagian integral dari kegiatan supply chain dan
memiliki peran strategis sebagai titik penyalur produk maupun informasi dan juga
sebagai wahana untuk menciptakan nilai tambah. (Nyoman Pujawan,2005)
Perkembangan teknologi dalam sistem distribusi saat ini telah berkembang
pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dengan adanya perkembangan teknologi
ini memungkinkan perusahaan dalam mengirimkan barang lebih tepat waktu dan
efisien. Teknologi yang mempermudah dalam sistem pendistribusian yang
digunakan saat ini diantaranya teknologi penyimpanan, barcoding, ASRS
(automatic storage and retrieval system) dan RFID (radio frequency identification).
Sedangkan untuk teknik-teknik yang digunakan dalam manajemn distribusi seperti
crossdocking, flow through distribution, dan 3PL (jasa logistic pihak ketiga).
2.5.1 Tujuan Sistem Distribusi
Adapun tujuan sistem distribusi menurut Gaspersz (2005), adalah sebagai
berikut:
1. Pelayanan Pelanggan
- Waktu tunggu penyerahaan menjadi tepat (timely delivery lead time)
- Pengamanan terhadap ketidakpastian permintaan
- Memberikan bermacam barang yang diperlukan
2. Efisiensi
- Ongkos transportasi minimum
- Tingkat produksi dari pengisisan pesanan
- Ukuran dan lokasi penyimpanan
- Akurasi data inventory
3. Investasi inventory minimum
- Stok pengaman yang diperlukan minimum
- Kuantitas pesanan untuk mengendalikan cycle stock menjadi optimum
2.5.2 Fungsi Manajemen Distribusi
Manajemen dari distribusi dan transportasi mencakup aktivitas baik yang
secara fisik yang dapat dilihat oleh mata seperti menyimpan dan mengirim
produk maupun fungsi non-fisik yang berupa aktivitas pengolahan informasi dan
pelayanan penlanggan. Fungsi dasar yang dilakukan manajemen distribusi dan
transportasi pada umunya sebagai berikut :
1. Melakukan segmentasi dan menentukan target service level.
Segmentasi pelanggan perlu dilakukan karena kontribusi mereka pada
revenue perusahaan bisa sangat bervariasi dan karakteristik pelanggan bisa
berbeda satu dengan yang lainya. Dengan memahami perbedaaan
karekterisrik dan kontribusi tiap pelanggan atau area distribusi, perusahaan
dapat mengoptimalkan alokasi persediaan maupun kecepatan pelanggan.
2. Menentukan mode transportasi yang akan digunakan.
Tiap mode transportasi memiliki karekteristik yang berbeda dan mempunyai
keunggulan serta kelemahan berbeda juga. Manajemen transportasi harus
bisa menentukan mode apa yang akan digunakan dalam mengirimkan atau
mendistribusikan produk mereka ke pelanggan. Kombinasi dua atau lebih
mode transportasi tentu bisa atau bahkan harus dilakukan tergantung situasi
yang dihadapi.
3. Melakukan konsolidasi informasi dan pengiriman.
Tekanan untuk melakukan pengiriman cepat namun murah menjadi
pendorong utama perlunya melakukan konsolidasi informasi dan
pengiriman. Salah satu contoh konsolidasi informasi adalah konsolidasi data
permintaan dari berbagai regional distribution center oleh central gudang
untuk keperluan pembuatan jadwal pengiriman. Sedangkan contoh
konsolidasi pengiriman adalah dengan menyatukan toko atau ritel yang
berbeda dalam sebuah truk.
4. Melakukan penjadwalan dan penetuan rute pengiriman.
Salah satu kegiatan operasional yang dilakukan oleh gudang atau distributor
adalah menentukan kapan sebuah truk harus berangkat dan rute mana yang
harus dilalui untuk memenuhi permintaan dari sejumlah pelanggan.
5. Memberikan pelayanan nilai tambah
Saat ini jaringan distributor semakin dipercaya melakukan nilai tambah.
Beberapa proses nilai tambah yang dapat dilakukan oleh distributor adalah
pengepakan, pelabelan harga, pemberian barcode, dan sebagainya.
6. Menyimpan persediaan
Jaringan distribusi selalu melibatkan proses penympanan produk baik di
suatu gudang pusat atau gudang regional maupun toko dimana produk
tersebut dipajang untuk dijual. Oleh karena itu manajemen distribusi tidak
bisa dilepaskan dari manajmen pergudangan.
7. Menanggani pengembalian (return)
Manajemen distribusi juga punya tanggung jawab untuk melaksanakan
kegiatan pengembalian produk dari hilir ke hulu dalam supply chain.
Pengembalian ini dapat berupa karena produk rusak atau tidak terjual sampai
batas waktu penjualan habis. Kegiatan pengembalian juga dapat berupa
pengembalian kemasan. Proses pengembalian produk atau kemasan ini
sering disebut dengan sebutan reverse logistic.
2.5.3 Lokasi Distribusi
Lokasi dari berbagai tingkat distribusi di kelompokkan menjadi :
1. Titik distribusi paling rendah (tingkat pengecer)
Biasanya mengambil lokasi yang dekat dengan pelanggan, karena lokasi
itu memberikan ongkos transportasi yang memadai dan tingkat pelayanan
pelanggan (customer service level) yang tinggi.
2. Titik distribusi area (area distribution plant)
Grosir (wholesalers) atau distributor area (area distributors) secara
langsung memasok titik distribusi paling rendah (pengecer). Lokasi yang
dipilih mungkin pada area yang kurang memiliki akses seperti pada
tingkat pengecr tetapi fasilitas transportasi menjadi factor penting untuk
dipertimbangkan.
3. Titik distribusi regional (regional diatribution points)
Fasilitas penyimpanan distribusi regional diperlukan untuk
memasokpusat-pusat area, seperti mengambil lokasi di luar wilayah dari
pusat-pusat area (dapat di luar negeri) dengan mempertimbangkan ongkos
transportasi yang lebih rendah dan pelayanan yang lebih cepat.
4. Lokasi manufacturing
Perusahaan telah banyak mendistribusikan pabrik-pabrik secara geografis
untuk memberikan pelayanan lebih baik untuk salah satu titik distribusi
regional atau titik distribusi area. Dalam beberapa kasus, barang-barang
yang sama diproduksi dalam pabrik-pabrik yang berbeda untuk
memberikan akses yang cepat ke pasar.
BAB III
METEDOLOGI PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Penelitian dilakukan pada PT. Coca- Cola Amatil Indonesia Central Java,
Semarang yang bergerak pada bidang manufaktur dan pendistribusian. Objek
penelitian ini akan dilakukan pada bagian penjualan bertujuan untuk menentukan
langkah pendistribusian yang tepat untuk mendapatkan total biaya terendah.
3.2 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian yang dilakukan adalah bagaimana
pihak perusahaan maupun distributor menentukan kebijakan atau strategi yang tepat
sehingga mendapatkan total biaya terendah bagi perusahaan dan distributornya.
3.3 Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai
berikut:
1. Metode Pengamatan Langsung (Observasi)
Pengamatan langsung ini dilakukan untuk mendapatkan data-data
perusahaan yang berkaitan dengan masalah pendistribusian produk.
2. Studi Kepustakaan
Studi pustaka dilakukan agar peneliti menguasai terlebih dahulu teori
maupun konsep dasar yang berkaitan dengan masalah yang sedang
diteliti dari beberapa referensi. Ada dua jenis studi pustaka :
A. Studi pustaka induktif
Kajian induktif adalah kajian pustaka yang bermakna untuk menjaga
keaslian penelitian. Kajian ini diperoleh dari jurnal dan proseding.
Pada kajian induktif, dapat diketahui perkembangan penelitian ,
batas- batas dan kekurangan penelitian terdahulu. Disamping itu
dapat diketahui perkembangan metode – metode mutakhir yang
pernah dilakukan peneliti lain.
B. Studi pustaka deduktif
Kajian deduktif membangun konseptual yang mana parameter –
parameter yang relevan disistematika, diklasifikasikan dan dihubung
– hubungkan sehingga bersifat umum. Kajian deduktif merupakan
landasan teori yang dipakai sebagai acuan untuk memecahkan
masalah penelitian.
3. Wawancara
Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara tentang
data-data yang dibutuhkan kepada karyawan yang berwenang
diperusahaan tersebut.
4. Literatur Data Perusahaan
Data-data lain yang diperlukan dalam penelitian ini didapatkan dari
literatur yang ada diperusahaan.
3.4 Pengolahan Data
3.4.1 Formulasi Model
A. Notasi
Notasi yang digunakan dalam model IDQ (Identical Delivery Quantity)
dan DWP (Delivery What Produced) adalah
Z : total biaya gabungan per tahun
r : perkiraan biaya penyimpanan dari modal yang ditanamkan dalam
prosentase (unit/tahun)
Cv : biaya manufakturing pada perusahaan per unit (Rp/unit)
Cb : harga pembelian pada distributor per unit produk ( Rp/unit)
Hv : biaya penyimpanan persediaan per unit produk pada perusahaan
pertahun (Rp/unit)
Hb : biaya penyimpanan persediaan per unit produk pada distributor per
tahun (Rp/unit)
S : biaya produksi pada perusahaan per setup (Rp/setup)
A : biaya pesanan pada distributor untuk setiap pengiriman (Rp/pesan)
P : rata-rata produksi pada perusahaan per tahun (unit)
D : jumlah permintaan dari distributor per tahun (unit)
g = D/P : perbandingan antara permintaan dan rata-rata produksi
n = 1/g = P/D : perbandingan antara rata-rata produksi dan permintaan
α = A/S : perbandingan antara biaya pesan dan biaya setup
β = Hb/Hv : perbandingan biaya penyimpanan persediaan
q1 = jumlah pengiriman dari perusahaan ke distributor
Q = jumlah produksi pada perusahaan per production run (unit)
Q= 2𝐷(𝐴+𝑆)
𝐻𝑏−𝐻𝑣 +𝐻𝑣 (1+𝐷
𝑃)
T = Q/D : interval waktu antara production run (tahun)
k : jumlah pengiriman dari distributor dalam sekali produksi.
Sedangkan notasi yang digunakan dalam perhitungan All Unit Diskon
adalah:
Q = kuantitas pemesanan
R = jumlah permintaan
C = biaya pesan per setiap kali pemesanan
P = biaya simpan perunit per satuan waktu
F = frekuensi pemesanan
TC = Total biaya persediaan
B. Asumsi-asumsi
Asumsi – asumsi yang digunakan pada model IDQ ( Identical Delivery
Quantity) dan DWP (Delivery What Produced) adalah
1. Mengetahui jumlah permintaan dalam suatu periode.
2. Mengetahui biaya simpan, biaya pesan pada perusahaan dan dari
distributor.
3. Data-data permintaan, rata-rata produksi dan biaya setup pada
perusahaan serta biaya order pada distributor diketahui dan konstan.
4. Biaya kekurangan persediaan tidak diperhitungkan.
5. Jumlah permintaan mempertimbangkan sistem incremental diskon.
C. Model Matematik
1. Model Matematis IDQ
Biaya tahunan yang diadakan oleh perusahaan, dirumuskan :
atau
sedangkan, biaya tahunan yang diadakan oleh distributor dapat dirumuskan
sebagai :
atau
Sehingga total biaya gabungan yang diadakan oleh perusahaan dan
distributor, untuk suatu nilai T dan k tertentu merupakan gabungan antar Z1
dan Z2 :
Untuk nilai tertentu k, nilai ekonomis dari T, yaitu optimal Z terhadap
T, daoat diturunkan sebagai berikut :
(1)
Jadi, untuk nilai tertentu k, nilai optimum dari Z dapat diturunkan sebagai
berikut:
Dimana T seperti pada persamaan (1), dengan demikian nilai Z optimal
adalah:
atau
(2)
Nilai optimum k, katakana sebagai k1, dapat ditemukan dengan
meminimumkan Z2 (k) dari persamaan (2), seperti berikut ini :
` Setelah mengabaikan variabel-variabel dan konstanta-konstanta yang
bebas dari k masalah minimasi dapat disederhanakan menjadi :
(3)
Z2(k1)≤ Z2(k1 – 1) (4)
dan
Z2(k1)≤ Z2(k1 + 1) (5)
Dengan mensubtitusikan persamaan (4) dan (5) ke persamaan (3), maka
didapatkan:
k1(k1– 1) ≤ 2𝛾−1+𝛽
(1−𝛾)𝛼 (6)
dan
k1(k1+ 1) ≤ 2𝛾−1+𝛽
(1−𝛾)𝛼 (7)
gabungkan persamaan (6) dan (7)
Maka nilai optimal total biaya gabungan untuk strategi IDQ adalah
2. Model Matematis DWP
Total jumlah produksi yang dikirimkan dari perusahaan ke distributor
dapat dirumuskan sebagai berikut:
Selanjutnya, total biaya gabungan unuk suatu nilai q1 dan k tertentu adalah
:
\
atau
Untuk nilai tertentu k1, maka nilai ekonomis dari q1 = q (k), dapat
diturunkan seperti dibawah ini :
𝜕𝑍
𝜕𝑞1 = 0
(syarat Z optimal jika ditinjau dari q1)
Yang akhirnya setelah disederhanakan didapat :
(8)
Jadi, untuk nilai k yang diberikan, nilai optimum Z dapat diturunkan
sebagai berikut :
Dimana q1 seperti pada persamaan (8), dengan demikian nilai Z(k)
dapat dinyatakan dengan:
(9)
Dari persamaan (9), bila terlebih dahulu dikuadratkan, maka akan
didapat bentuk yang lebih sederhana, yaitu :
Persamaan ini disederhanakan dan dicari akarnya didapatkan :
Jadi, nilai optimal dari total biaya gabungan untuk strategi DWP dapat
dinyatakan dengan :
3. All Unit Diskon
a. EOQ
Q = 2 𝑅𝐶
𝑃𝐹
b. Total Cost
Biaya Total Persediaan = Ordering cost + Holding cost + Purchasing
cost
TC(Q) = PR + CR
Q + PFQ
2
3.4.2 Aplikasi Model
Model yang digunakan sebagai aplikasi adalah model matematis integrasi
persedian IDQ dan DWP untuk menentukan strategi yang tepat. Dalam penentuan
strategi ini juga dilakukan dengan mempertimbangkan adanya all unit diskon.
3.5 Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang diperoleh dari pengolahan dan analisis data kemudian
didiskusikan untuk mengetahui kemungkinan kekurangan atau kelebihan dari hasil
penelitian sehingga dapat dibuat suatu rekomendasi terhadap hasil penelitian ini.
Hasil penelitian kali ini diharapkan dapat mengetahui strategi yang tepat dalam
proses pendistribusian barang sehinnga didapat total biaya yang minimum.
Diagram Alir Penelitian
Kajian pustaka Deduktif dan Induktif
Mulai
Identifikasi dan Perumusan Masalah
Pengumpulan Data
Pengolahan Data:1. model IDQ dan DWP
2. All Unit Diskon
Analisa Hasil
Menyimpulkan Hasil dan Rekomendasi
Selesai
Fokus Kajian dan Perancangan Penelitian
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Pengumpulan Data
4.1.1 Tentang Perusahaan
PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Central Java merupakan salah satu
produsen dan distributor minuman ringan yang memproduksi dan mendistribusikan
produk-produk berlisensi dari The Coca-Cola Company. Perusahaan ini
memproduksi dan mendistribusikan produk Coca-Cola ke seluruh daerah Jawa
Tengah, Jogjakarta dan sekitarnya.
PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Central Java berdiri pertama kali dengan
nama PT. Pan Java Bottling Company yang berdiri pada lahan seluas 8,5 Ha. Pada
tahun 1992 melakukan joint aventure dengan Coca-Cola Amatil Limited Australia
dan sejak itu berubah nama menjadi PT. Coca-Cola Pan Java. Dengan adanya
tahap awal dari rencana merger yang diusulkan oleh kelompok usaha Coca – Cola
maka sejak tanggal 1 Agustus 1999 terjadi perubahan badan hukum dari PT. Coca-
Cola Pan Java menjadi PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Bottling. Perubahan
terakhir terjadi pada tanggal 1 Juli 2002, PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Bottling
(CCAIB) berganti nama menjadi PT. Coca-Cola Bottling Indonesia (CCBI)
berdasarkan persetujuan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia. Sedangkan untuk distributornya bernama PT. Coca-Cola Distribution
Indonesia (CCDI).
PT. Coca-Cola Bottling Indonesia (CCBI) mempunyai visi “ Ingin Menjadi
Perusahaan Produsen Minuman Terbaik di Asia Tenggara, Khususnya Minuman Ringan
Tidak Beralkohol (non alcoholic ready to drink beverages)”. Sedangkan misi dari
perusahaan adalah
a. Menjadi perusahaan minuman yang terkemuka khususnya di Indonesia.
b. Memberikan nilai terbaik bagi pemegang saham dengan menjadi perusahaan
terdepan dalam pasar minuman non-alkohol secara global.
c. Merk Coca-Cola merupakan tumpuan sukses dalam memuaskan konsumen
dengan produk layanan berkualitas tinggi melalui orang-orang yang dinamis
dan berdedikasi tinggi.
Produk-produk yang dihasilkan dan dipasarkan kepada konsumennya selalu
produk yang mempunyai kualitas terbaik. Contoh produk yang dihasilkan oleh PT.
Coca-Cola Bottling Indonesia Central Java yaitu Coca-Cola, Coca-Cola Zero, Diet
Coke, Fanta (Strawberry, Soda Water, Blueberry), Sprite, Sprite Zero, Frestea
Jasmine, Frestea Green, Frestea My Body dan Fanta Vitamin C.
4.1.2 Input Data
Data diperoleh berdasarkan data penjualan produk sprite 295 ml satu tahun.
Data yang digunakan adalah data tahun sebelumya yaitu tahun 2009 dari bulan
Januari sampai dengan Desember. Data-data yang lain diperoleh berdasarkan
wawancara kepada bagian penjualan dan ditribusion requpment planning (DRP).
Adapun data-data yang diperoleh dan diperlukan adalah sebagai berikut :
A. Data Transaksi Penjualan
Di bawah ini adalah data transaksi penjualan produk sprite 295 ml pada tahun
2009 :
Tabel 4.1 Data Penjualan
Bulan Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des Juml (cs) 3786 2675 7392 6010 6441 8742 7471 7161 12261 8766 8318 8290
B. Data Peramalan Permintaan
Berikut ini adalah data permintaan pada tahun 2009 untuk produk sprite 295
ml :
Tabel 4.2 Data Permintaan
Bulan Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des juml (cs) 5178 5656 5200 3826 5439 8233 7125 5351 7260 7729 8183 10027
C. Data Permintaan Per Minggu
Berikut ini adalah data permintaan yang diagi setiap minggunya:
Tabel 4.3 Data Permintaan Perminggu
Bulan minggu Cs Bulan minggu Cs
1
1 1660 7
1 986 2 1884 2 1879 3 844 3 1914 4 791 4 2345
2
1 1193 8
1 1151 2 1372 2 1469 3 1540 3 1469 4 1552 4 1262
3 1 573
9
1 1013 2 909 2 2307 3 758 3 1629 4 748 4 460
5 2212
5 1851
4
1 426 10
1 1442 2 961 2 1751 3 1040 3 1858 4 1399 4 2677
5
1 1281 11
1 1631 2 1343 2 2087
3 1311
3 2101 4 1504 4 2364
6
1 1222 12
1 1343 2 1456 2 1551 3 1787 3 2273 4 1948 4 2692 5 1820 5 2169
D. Data Penjualan Per Minggu ( Data Pengiriman)
Berikut ini adalah data pengiriman atau penjualan produk :
Tabel 4.4 Data Pengiriman atau Penjualan
Bulan minggu Cs Bulan minggu Cs
1
1 989 7
1 849 2 1631 2 1961 3 586 3 1854 4 581 4 2808
2
1 556 8
1 892 2 802 2 1741 3 618 3 1703 4 700 4 2825
3
1 653 9
1 2117 2 792 2 2556 3 2111 3 2519 4 2077 4 2584 5 1759 5 2486
4
1 552 10
1 1864 2 2016 2 1882 3 1353 3 2664 4 2089 4 2357
5
1 1010 11
1 2437 2 1648 2 1886 3 1533 3 2191 4 2250 4 1803
6
1 563 12
1 1225 2 1655 2 2071 3 1594 3 1823 4 3107 4 1731 5 1823 5 1440
E. Sistem Diskon
Dalam penjualanya sistem diskon dilakukan apabila terjadi trend penjualan
yang meningkat akan tetapi target tidak dapat terpenuhi. Banyak sistem diskon
yang diterapkan untuk penjualan produk. Salah satunya yang sering dipakai adalah
diskon 9% dari produk yang dibeli atau lebih dikenal dengan sistem 10:1 artinya
apabila pembelian 10 cs akan mendapat bonus 1 cs begitu juga dengan kelipatanya.
F. Data Lainnya
1. Harga beli produk : Rp 1.750,00/unit = Rp 42.000,00/cs
2. Perkiraan biaya penyimpanan dari modal yang ditanamkan :
Estimasi :
- Harga : Rp. 42.000,00 /cs
- Kapasitas : 25.000 cs
- Biaya Perawatan : Rp. 150.000,00
- Biaya Tenaga Kerja : Rp. 600.000,00
- Biaya Penyusutan : Rp. 100.000,00
- Biaya Listrik : Rp. 100.000,00 --------------------------- + Rp. 850.000,00 / bulan = Rp. 10.200.000,00 / th
- Biaya capital :
- Bunga : 6,50 % pertahun
- Capital : 6,50 % X Rp. 42.000,00 = Rp 2.730,00
- Biaya Simpan = 10200000
25.000 𝑐𝑠 + 2730 = Rp 3.138,00 /cs/tahun
- Prosentase = 3.138
42.000 x 100 % = 0,07 %
3. Biaya produksi perusahaan per set up :
Estimasi :
- Set up cost = Harga Jual – Keuntungan
100 % = 120% - 20%
Set up cost = (100% : 120%) x harga jual
= (100% :120%) x 42000
= Rp 35.000,00 / set up
4. Biaya manufakturing pada perusahaan :
Estimasi :
- Biaya Produksi : Rp. 35.000,00
- Marketing (20%) : Rp 7.000,00 ------------------- - Rp 28.000,00/cs
Asumsi Rincian Biaya Manufaktur:
- Biaya Bahan Baku (60%) : Rp 16.800,00
- Biaya Tenaga Kerja (5%) : Rp 1.400,00
- Biaya Penyusutan Mesin dan bangunan (25%) : Rp 7.000,00
- Biaya Overhead (10%) : Rp 4.200,00 ----------------------- +
Rp. 28.000,00 / cs
5. Biaya pesan pada distributor untuk setiap pengiriman :
Estimasi :
- Biaya Administrasi : Rp 15.000,00
- Biaya Telp : Rp 10.000,00 -------------------- + Rp 25.000,00 / Pesan
6. Rata –rata produksi : 25.000 cs/day = 7.500.000 cs/th
4.2 Pengolahan Data
4.2.1 Biaya Persediaan Pada Perusahaan (Hv)
Jumlah biaya persediaan per unit produk yang dikeluarkan perusahaaan per tahun
adalah
Hv = perkiraan penyimpanan biaya dari modal (r) x biaya manufacturing (Cv)
= 0,07 % x Rp 28.000,00
= Rp. 1.960,00 cs/th
4.2.2 Biaya Persediaan Pada Distributor (Hb)
Jumlah biaya persediaan per unit produk yang dikeluarkan distributor per tahun
adalah
Hb = perkiraan penyimpanan biaya dari modal (r) x harga pembelian (Cb)
= 0,07 % x Rp 42.000,00
= Rp. 2.940,00 cs/th
4.2.3 Perbandingan Biaya Pesan dan Biaya Set up (α)
Perbandingan antara biaya pesan dan biaya set up adalah sebagai berikut:
α = biaya pesan (A)
biaya set up (S) =
Rp 25.000,00
Rp 35.000,00
= 0,72
4.2.4 Perbandingan Biaya Penyimpanan Persediaan (β)
Perbandingan antara biaya simpan pada perusahaan dan biaya simpan pada distributor
adalah sebagai berikut:
β = biaya simpan distributor (Hb )
biaya simpan perusahaan (Hv )
= Rp 2.940,00
Rp . 1.960,00 = 1,5
4.2.5 Identical Delivery Quantity (IDQ)
Model atau strategi IDQ adalah kebijakan dimana jumlah produk sama
pada setiap pengirimanya.. Model IDQ yang digunakan sebagai berikut:
Adapun perhitungan biaya total gabungan dengan model IDQ adalah
sebagai berikut:
a. Production Run (Q)
Rumus atau model untuk menghitung production run sebagai berikut :
Q= 2𝐷(𝐴+𝑆)
𝐻𝑏−𝐻𝑣 +𝐻𝑣 (1+𝐷
𝑃)
Production run pada bulan Januari :
Q = 2 (5178)(25000 +35000 )
245−163,33 + 1633,33(1+5178
700000)
= 621385380
81,67+164,65
= 1588,65 cs
Berikut ini adalah hasil perhitungan selengkapnya jumlah produksi pada
perusahaan per production run pada tahun 2009 untuk perhitungan model IDQ.
Tabel 4.5 Production Run IDQ
BULAN D Q Januari 5178 1588,65 Februari 5656 1660,00 Maret 5200 1591,90 April 3826 1366,45 Mei 5439 1627,90 Juni 8233 2000,26 Juli 7125 1861,75 Agustus 5351 1614,88
September 7260 1879,25 Oktober 7729 1938,50 November 8183 1994,19 Desember 10027 2205,65
b. Biaya Total Gabungan Model IDQ
Perhitungan biaya total gabungan perhitungan model IDQ pada bulan Januari
adalah :
Z*IDQ = 2𝑥5178𝑥35000𝑥163,33 0,714𝑥4 + 1 1 − 0,0069 + 2𝑥0,00069−1+1,5
4
= 243319,17 x 2,08
= Rp 506.779,23
Berikut ini adalah hasil perhitungan selengkapnya untuk biaya total gabungan
perhitungan model IDQ dari bulan Januari-Desember.
Tabel 4.6 Biaya Total Gabungan Model IDQ
BULAN D Γ N Q T K Z Januari 5178 0,00069 1448,38 1588,65 0,31 4 Rp 506.779,23 Februari 5656 0,000754 1325,94 1660,00 0,29 4 Rp 529.652,30 Maret 5200 0,000693 1442,44 1591,90 0,31 5 Rp 546.647,82 April 3826 0,00051 1960,24 1366,45 0,36 4 Rp 435.634,96 Mei 5439 0,000725 1379,04 1627,90 0,30 4 Rp 519.359,50 Juni 8233 0,001098 910,98 2000,26 0,24 5 Rp 687.787,66 Juli 7125 0,00095 1052,69 1861,75 0,26 4 Rp 594.408,85 Agustus 5351 0,000714 1401,49 1614,88 0,30 4 Rp 515.184,73 September 7260 0,000968 1033,04 1879,25 0,26 5 Rp 645.902,02 Oktober 7729 0,00103 970,42 1938,50 0,25 4 Rp 619.079,67 November 8183 0,001091 916,59 1994,19 0,24 4 Rp 636.992,56 Desember 10027 0,001337 747,96 2205,65 0,22 5 Rp 759.002,50
4.2.6 Delivery What Produced (DWP)
Model atau strategi DWP adalah kebijakan dimana jumlah produk tidak
sama pada setiap pengirimanya. Semua persediaan yang tersedia dikirim langsung
ke distributor. Model DWP yang digunakan sebagai berikut:
Adapun perhitungan biaya total gabungan dengan model DWP adalah
sebagai berikut:
a. Production Run (Q)
Rumus atau model untuk menghitung production run sebagai berikut :
Q= 2𝐷(𝐴+𝑆)
𝐻𝑏−𝐻𝑣 +𝐻𝑣 (1+𝐷
𝑃)
Production run pada bulan Januari minggu pertama:
Q = 2 (1660)(25000 +35000 )
245−163,33 + 1633,33(1+1660
700000)
= 199191762
81,67+163,72
= 900,97 cs
Berikut ini adalah hasil perhitungan selengkapnya jumlah produksi pada
perusahaan per production run untuk perhitungan model DWP pada tahun 2009.
Tabel 4.7 Production Run DWP
Bulan minggu D Q
Januari
1 1660 900,97 2 1884 959,63 3 844 642,69 4 791 622,11
Februari
1 1193 764,11 2 1372 819,07 3 1540 867,84 4 1552 871,10
Maret
1 573 529,62 2 909 666,91 3 758 609,04 4 748 605,14 5 2212 1039,70
April
1 426 456,62 2 961 685,80 3 1040 713,53 4 1399 827,11
Mei
1 1281 791,47 2 1343 810,66 3 1311 800,68 4 1504 857,70
Juni
1 1222 773,34 2 1456 843,81 3 1787 934,69 4 1948 975,98 5 1820 943,24
Juli
1 986 694,71 2 1879 958,40 3 1914 967,47 4 2345 1070,56
Agustus
1 1151 750,37 2 1469 847,72 3 1469 847,72 4 1262 785,78
September
1 1013 704,18 2 2307 1061,93 3 1629 892,54 4 460 474,43
5 1851 951,22
Oktober
1 1442 839,88 2 1751 925,29 3 1858 953,21 4 2677 1143,65
November
1 1631 893,07 2 2087 1009,98 3 2101 1013,48 4 2364 1074,74
Desember 1 1343 810,66
2 1551 870,83 3 2273 1053,90 4 2692 1146,74 5 2169 1029,66
b. Biaya Total Gabungan Model DWP
Perhitungan biaya total gabungan untuk model DWP pada bulan Januari
minggu pertama adalah:
Z*DWP= 2𝑥5178𝑥35000𝑥163,33 1,5+0,00069 1−0,00069 1+0,00069 1 (1+1𝑥0,714)
(1+0,00069) 1−0,00069 1
= 243319,17 x 1,60
= Rp 390.268,49
Berikut ini adalah hasil perhitungan selengkapnya biaya total gabungan
perhitungan model DWP dari bulan Januari-Desember.
Tabel 4.8 Biaya Total Gabungan Model DWP
BULAN D γ N K2 q(k2) Q Z* Z*min
Januari
5178 0,00069 1448,38 1 1659,93 900,97 Rp 390.268,49
Rp 390.268,49 2 1883,51 959,63 Rp 464.192,03 3 844,00 642,69 Rp 528.061,31 4 790,77 622,11 Rp 584.998,69
Februari
5656 0,000754 1325,94 1 1193,41 764,11 Rp 407.897,39
Rp 407.897,39 2 1371,50 819,07 Rp 485.129,26 3 1539,91 867,84 Rp 551.879,30 4 1551,53 871,10 Rp 611.384,81
Maret
5200 0,000693 1442,44 1 572,99 529,62 Rp 391.070,45
Rp 391.070,45 2 908,85 666,91 Rp 465.144,59 3 757,86 609,04 Rp 529.144,93 4 748,18 605,14 Rp 667.231,98 5 2211,63 1039,70 Rp 638.172,80
April
3826 0,00051 1960,24 1 425,87 456,62 Rp 335.447,00
Rp 335.447,00 2 961,11 685,80 Rp 399.058,27 3 1040,48 713,53 Rp 453.965,74 4 1398,60 827,11 Rp 502.913,88
Mei 5439 0,000725 1379,04 1 1280,52 791,47 Rp 399.964,21 Rp 399.964,21
2 1343,43 810,66 Rp 475.707,80 3 1310,52 800,68 Rp 541.161,54 4 1504,10 857,70 Rp 599.511,43
Juni
8233 0,001098 910,98 1 1222,45 773,34 Rp 492.162,15
Rp 492.162,15 2 1455,71 843,81 Rp 585.148,15 3 1786,72 934,69 Rp 665.659,59 4 1948,36 975,98 Rp 737.433,28 5 1819,63 943,24 Rp 802.815,67
Juli
7125 0,00095 1052,69 1 986,28 694,71 Rp 457.817,67
Rp 457.817,67 2 1878,67 958,40 Rp 544.395,12 3 1914,49 967,47 Rp 619.299,47 4 2345,20 1070,56 Rp 686.074,46
Agustus
5351 0,000714 1401,49 1 1150,82 750,37 Rp 396.746,62
Rp 396.746,62 2 1469,26 847,72 Rp 471.886,34 3 1469,26 847,72 Rp 536.814,29 4 1262,13 785,78 Rp 594.695,44
September 7260 0,000968 1033,04 1 1013,38 704,18 Rp 462.153,60
Rp 462.153,60 2 2307,45 1061,93 Rp 549.541,10 3 1628,96 892,54 Rp 625.153,48
4 459,75 474,43 Rp 692.559,66
5 1850,61 951,22 Rp 753.963,46
Oktober
7729 0,00103 970,42 1 1442,16 839,88 Rp 476.810,85
Rp 476.810,85 2 1750,91 925,29 Rp 566.969,85 3 1858,35 953,21 Rp 644.980,28 4 2677,18 1143,65 Rp 714.524,26
November
8183 0,001091 916,59 1 1630,89 893,07 Rp 490.654,37
Rp 490.654,37 2 2086,77 1009,98 Rp 583.359,41 3 2101,29 1013,48 Rp 663.624,74 4 2363,59 1074,74 Rp 735.179,03
Desember
10027 0,001337 747,96 1 1343,43 810,66 Rp 543.066,71
Rp 543.066,71 2 1550,56 870,83 Rp 645.674,62 3 2272,61 1053,90 Rp 734.514,00 4 2691,70 1146,74 Rp 813.711,81 5 2169,04 1029,66 Rp 885.857,22
Berikut ini adalah hubungan antara permintaan (D) dengan Total Biaya Gabungan
yang dihasilkan :
Gambar 4.1 Grafik Hubungan Antara Permintaan dan Total Biaya Gabungan
4.2.7 Rasio Perbandingan Biaya Model IDQ dan DWP
Dari biaya yang didapat dari masing-masing model akan dibandingkan untuk
mengetahui strategi terbaik, perhitungan rasio dirumuskan sebagai berikut:
Dengan ketentuan yang diutarakan dalam penelitian Nyoman Sutapa dan
Fransiska (2000): Apabila nilai R lebih besar dari 100% maka kebijakan
persediaan terintegrasi yang dimodelkan dengan model DWP adalah strategi yang
lebih baik. Sebaliknya, apabila nilai R kurang dari 100% maka kebijakan yang
dimodelkan dengan IDQ merupakan strategi yang lebih baik.
Adapaun hasil perbandingan atau rasio dari kedua model adalah:
Perbandingan untuk bulan januari:
R = 𝑅𝑝 506.779,23
𝑅𝑝 390.268,49 x 100 %
= 129,85 %
Hasil perbandingan selengkapnya dari kedua model sebagai berikut:
Rp-
Rp100,000.00
Rp200,000.00
Rp300,000.00
Rp400,000.00
Rp500,000.00
Rp600,000.00
Rp700,000.00
Rp800,000.00
51
78
56
56
52
00
38
26
54
39
82
33
71
25
53
51
72
60
77
29
81
83
10
02
7
Tota
l Co
st
Permintaan
IDQ
DWP
Tabel 4.9 Rasio Biaya Model IDQ dan DWP
BULAN D IDQ DWP R(%) Januari 5178 Rp 506.779,23 Rp 390.268,49 129,85 Februari 5656 Rp 529.65,30 Rp 407.897,39 129,85 Maret 5200 Rp 546.647,82 Rp 391.070,45 139,78 April 3826 Rp 435.634,96 Rp 335.447,00 129,87 Mei 5439 Rp 519.359,50 Rp 399.964,21 129,85 Juni 8233 Rp 687.787,66 Rp 492.162,15 139,75 Juli 7125 Rp 594.408,85 Rp 457.817,67 129,84 Agustus 5351 Rp 515.184,73 Rp 396.746.62 129,85 September 7260 Rp 645.902,02 Rp 462.153,60 139,76 Oktober 7729 Rp 619.079,67 Rp 476.810,85 129,84 November 8183 Rp 636.992,56 Rp 490.654,37 129,83 Desember 10027 Rp 759.002,50 Rp 543.066,71 139,76
4.2.8 All-Unit Diskon
All unit diskon dilberikan apabila pembelian dilakukan dalam jumlah besar
sehingga mengakibatkan harga tiap satuan yang lebih rendah untuk keseluruhan
paket pesanan. Perhitungan diskon kali ini dihitung berdasarkan kebutuhan atau
penjualan per bulan yang terjadi penjualan menggunakan sistem diskon.
Adapun perhitungannya sebagai berikut:
Diketahui : - Biaya Simpan (F) : 0,07 % per tahun
- Biaya Pesan (C) : Rp. 25.000,00
- Jumlah Unit Kebutuhan (R) : 87.314 cs
- Penawaran diskon (P) :
Tabel 4.10 Penawaran Diskon
Unit Prosentase diskon Harga unit
< 10 cs 0 % Rp. 42.000,00
≥ 10 cs 9 % Rp. 38.182,00
Perhitungan:
a. EOQ
Q = 2 𝑅𝐶
𝑃𝐹
Q untuk setiap harga adalah sebagai berikut:
1. Q*38.182 = 2 87314 (25000 )
38182 (0.07%) = 12.780,52 cs = 12.781 cs
2. Q*42.0000 = 2 87314 (25000 )
42000 (0.07%) = 12.185,78 cs = 12.186 cs
Dari perhitungan diatas EOQ dengan harga Rp. 42.000,00 kurang tepat, hal ini
dikarenakan pembelian unit lebih dari 10 cs atau krat, seharusnya pembeliaan tidak
boleh melebihi 10 cs dengan harga tersebut. Sedangkan EOQ dengan harga Rp.
38.182,00 tepat karena pembelian diatas 10 cs.
b. Total Biaya
TC(Q) = PR + CR
Q +
PFQ
2
Total biaya EOQ untuk tiap harga adalah sebagai berikut:
1. TC (10) = (42000)(87314) + 25000 (87314 )
10 + 42000 0.07% (10)
2
= Rp 3.885.473.147,00 2. TC (12781) = (38182)(12781) + 25000 (87314 )
12781 + 38182 0.07% (12781 )
2
= Rp 3.333.993.936,67 Dari perbandingan total biaya EOQ, minimum biaya tercapai pada pemesanan
unit 12.781 cs, dengan total biaya Rp 3.333.993.936,67
Berikut ini adalah grafik hubungan biaya persediaan all unit diskon:
Gambar 4.2 Grafik Biaya Persediaan All Unit Diskon
4.2.9 Identical Delivery Quantity (IDQ) Diskon
Model IDQ yang digunakan sebagai berikut:
Adapun perhitungan biaya total gabungan dengan model IDQ adalah
sebagai berikut:
a. Production Run (Q)
Rumus atau model untuk menghitung production run sebagai berikut :
Q= 2𝐷(𝐴+𝑆)
𝐻𝑏−𝐻𝑣 +𝐻𝑣 (1+𝐷
𝑃)
Production run untuk bulan maret:
Q = 2 (7392)(25000 +35000 )
245−163,33 + 1633,33(1+7392
700000)
= 887013111 ,60
81,67+165,06
= 1896,09 cs
Berikut ini adalah hasil selengkapnya perhitungan jumlah produksi pada
perusahaan per production run yang penjualanya terjadi sistem diskon pada tahun
2009.
Rp3,000,000,000.00
Rp3,200,000,000.00
Rp3,400,000,000.00
Rp3,600,000,000.00
Rp3,800,000,000.00
Rp4,000,000,000.00
10 12781
total cost
Tabel 4.11 Production Run IDQ Diskon
Maret Juni Sept Okt Nov Des
D 7392 8742 12261 8766 8318 8290 Q 1896,09 2060,69 2436,45 2063,51 2010,50 2007,13
b. Biaya Total Gabungan Model IDQ
Perhitungan total biaya gabungan untuk bulan maret adalah:
Z*IDQ= 2𝑥7392𝑥35000𝑥163,33 0,714𝑥5 + 1 1 − 0,000986 + 2𝑥0,000986 −1+1,5
5
= 290710,57 x 2,24
= Rp 651.727,224
Berikut ini adalah hasil perhitungan selengkapnya biaya total gabungan
perhitungan model IDQ dengan All Unit Diskon:
Tabel 4.12 Biaya Total Gabungan Model IDQ Diskon
BULAN D γ N Q T K Z* Maret 7392 0,000986 1014,64 1896,09 0,26 5 Rp 651.727,99 Juni 8742 0,001166 857,93 2060,69 0,24 5 Rp 708.721,50 September 12261 0,001635 611,67 2436,45 0,20 5 Rp 839.240,30 Oktober 8766 0,001169 855,56 2063,51 0,24 4 Rp 659.307,34 November 8318 0,001109 901,65 2010,50 0,24 4 Rp 642.242,69 Desember 8290 0,001105 904,71 2007,13 0,24 5 Rp 690.167,45
4.2.10 Delivery What Produced (DWP) Diskon
. Model DWP yang digunakan sebagai berikut:
Adapun perhitungan biaya total gabungan dengan model DWP adalah
sebagai berikut:
a. Production Run (Q)
Rumus atau model untuk menghitung production run sebagai berikut :
Q= 2𝐷(𝐴+𝑆)
𝐻𝑏−𝐻𝑣 +𝐻𝑣 (1+𝐷
𝑃)
Production run untuk bulan maret minggu pertama adalah:
Q = 2 (653)(25000 +35000 )
245−163,33 + 1633,33(1+653
700000)
= 78399090
81,67+163,49
= 565,51 cs
Berikut ini adalah hasil perhitungan selengkapnya jumlah produksi pada
perusahaan per production run yang penjualanya mengunakan sistem diskon.
Tabel 4.13 Production Run DWP Diskon
Bulan minggu D Q
Maret
1 653 565,51 2 792 622,49 3 2111 1015,81 4 2077 1007,64 5 1759 927,33
Juni
1 563 525,13 2 1655 899,66 3 1594 882,95 4 3107 1231,78 5 1823 943,99
September
1 2117 1017,15 2 2556 1117,47 3 2519 1109,53 4 2584 1123,68 5 2486 1102,06
Oktober
1 1864 954,69 2 1882 959,14 3 2664 1140,76 4 2357 1073,21
November
1 2437 1091,30 2 1886 960,37 3 2191 1034,92 4 1803 938,98
Desember 1 1225 774,26
2 2071 1006,24
3 1823 943,99 4 1731 919,91 5 1440 839,31
b. Biaya Total Gabungan Model DWP
Perhitungan total biaya gabungan model DWP pada saat terjadi diskon untuk
bulan maret minggu pertama :
Z*DWP= 2𝑥7392𝑥35000𝑥163,33 1,5+0,000986 1−0,000986 1+0,0009861
(1+1𝑥0,714)
(1+0,000986) 1−0,0009861
= 290710,57 x 1,60
= Rp 466.327,14
Berikut ini adalah hasil perhitungan biaya total gabungan selengkapnya
perhitungan model DWP dengan All unit Diskon. Dimana untuk jumlah
permintaan dengan jumlah pengiriman di asumsikan sama banyaknya jumlah
produk.
Tabel 4.14 Biaya Total Gabungan Model DWP Diskon
BULAN D γ N K2 q(k2) Q Z* Z*min
Maret
7392 0,000986 1014,64 1 653,33 565,51 Rp 466.327,14
Rp 466.327,14 2 791,73 622,49 Rp 554.494,09 3 2110,97 1015,81 Rp 630.787,94 4 2077,09 1007,64 Rp 795.306,96 5 1758,66 927,33 Rp 760.758,88
Juni
8742 0,001166 857,93 1 563,31 525,13 Rp 507.162,70
Rp 507.162,70 2 1655,09 899,66 Rp 602.941,97 3 1594,11 882,95 Rp 685.901,59 4 3106,93 1231,78 Rp 759.857,84 5 1822,54 943,99 Rp 827.228,44
Sept
12261 0,001635 611,67 1 2116,53 1017,15 Rp 600.733,04
Rp 600.733,04 2 2555,71 1117,47 Rp 713.849,25 3 2519,42 1109,53 Rp 812.067,68 4 2584,27 1123,68 Rp 899.627,59 5 2485,54 1102,06 Rp 979.390,47
BULAN D γ N K2 q(k2) Q Z* Z*min
Okt
8766 0,001169 855,56 1 1864,16 954,69 Rp 508.101,40
Rp 508.101,40 2 1881,58 959,14 Rp 603.775,34 3 2663,63 1140,76 Rp 686,848,72 4 2356,81 1073,21 Rp 760.907,10
Nov
8318 0,001109 901,65 1 2437,15 1091,30 Rp 494.703,33
Rp 494.703,33 2 1886,42 960,37 Rp 588.162,79 3 2191,30 1034,92 Rp 669.089,00 4 1803,18 938,98 Rp 741.232,46
Des
8290 0,001105 904,71 1 1225,35 774,26 Rp 493.869,19
Rp 493.869,19 2 2071,28 1006,24 Rp 587.171,05 3 1822,54 943,99 Rp 667.960,81 4 1730,59 919,91 Rp 739.982,63 5 1440,22 839,31 Rp 805.591,05
Berikut ini adalah hubungan antara permintaan (D) dengan Total Biaya Gabungan
yang dihasilkan (Z*) :
Gambar 4.2 Grafik Hubungan Antara Permintaan dan Total Biaya Gabungan
Diskon
Rp-
Rp100,000.00
Rp200,000.00
Rp300,000.00
Rp400,000.00
Rp500,000.00
Rp600,000.00
Rp700,000.00
Rp800,000.00
Rp900,000.00
7392 8742 12261 8766 8318 8290
Tota
l Co
st
Permintaan
IDQ
DWP
4.2.11 Rasio Perbandingan Biaya Model IDQ dan DWP Diskon
Sama dengan perbandingan yang sebelunya hasil total biaya gabungan untuk
produk sprite 295 ml untuk tiap-tiap model dibandingkan untuk mengetahui
kebijkan yang tepat. Rumus rasio yang digunakan adalah
Rasio perbandingan untuk bulan maret didapatkan sebagai berikut:
R = 𝑅𝑝 651.727,99
𝑅𝑝 466.327,14 x 100%
= 139,76 %
Hasil rasio perbandingan yang didapat adalah sebagai berikut:
Tabel 4.15 Rasio Perbandingan Biaya Total Gabungan
BULAN D IDQ DWP R(%) Maret 7392 Rp 651.727,99 Rp 466.327,14 139,76 Juni 8742 Rp 708.721,50 Rp 507.162,70 139,74 September 12261 Rp 839.240,30 Rp 600.733,04 139,70 Oktober 8766 Rp 659.307,34 Rp 508.101,40 129,76 November 8318 Rp 642.242,69 Rp 494.703,33 129,82 Desember 8290 Rp 690.167,45 Rp 493.869,19 139,75
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Perbandingan Model IDQ dan DWP
Identical Delivery Quantity (IDQ) merupakan metode untuk mencari total
biaya gabungan antara perusahaan dengan distributornya dimana jumlah produk
yang dikirim selalu sama disetiap pengirimanya. Dalam penerapan model ini yang
perlu diperhatikan adalah perusahaan harus mengetahui jumlah permintaan suatu
periode tertentu serta biaya simpan dan biaya pesan dari distributor. Sedangkan
Delivery What Produced (DWP) adalah merupakan metode yang sama untuk
mencari total biaya gabungan antara perusahaan dan distributornya akan tetapi
jumlah produk yang dikirim tidaklah selalu sama. Semua persediaan dari produksi
yang ada dikirim langsung kepada distributor. Untuk perhitungan model ini total
biaya gabungan per bulan yang di ambil adalah total biaya gabungan yang terkecil
dari setiap total biaya gabungan yang ada pada setiap pengirimanya dalam hal ini
perminggu. Adapun hasil yang didapat untuk total biaya gabungan penjualan produk
Sprite 295 ml dengan model IDQ dan dwp adalah sebagai berikut:
Tabel 5.1 Total Biaya Gabungan Model IDQ dan DWP
BULAN Z*IDQ Z*DWP Januari Rp 506.779,23 Rp 390.268,49 Februari Rp 529.652,30 Rp 407.897,39 Maret Rp 546.647,82 Rp 391.070,45 April Rp 435.634,96 Rp 335.447,00 Mei Rp 519.359,50 Rp 399.964,21 Juni Rp 687.787,66 Rp 492.162,15 Juli Rp 594.408,85 Rp 457.817,67 Agustus Rp 515.184,73 Rp 396.746,62
BULAN Z*IDQ Z*DWP September Rp 645.902,02 Rp 462.153,60 Oktober Rp 619.079,67 Rp 476.810,85 November Rp 636.992,56 Rp 490.654,37 Desember Rp 759.002,50 Rp 543.066,71
Hasil total biaya gabungan yang didapat untuk penjualan produk Sprite 295 ml
berbeda-beda untuk setiap model. Dilihat berdasarkan hasil yang didapat total biaya
gabungan dengan model DWP (Delivery What Produced ) lebih kecil sehingga
kemungkinan model ini yang lebih tepat terlihat juga pada grafik hubungan antara
permintaan dengan total biaya gabungan. Untuk membutiknya maka dilakukan
perbandingan hasil total baya gabungan kedua model tersebut. Hasil rasio yang
diperoleh :
Tabel 5.2 Rasio Total Biaya Gabungan
BULAN D IDQ DWP R(%) Januari 5178 Rp 506.779,23 Rp 390.268,49 129,85 Februari 5656 Rp 529.65,30 Rp 407.897,39 129,85 Maret 5200 Rp 546.647,82 Rp 391.070,45 139,78 April 3826 Rp 435.634,96 Rp 335.447,00 129,87 Mei 5439 Rp 519.359,50 Rp 399.964,21 129,85 Juni 8233 Rp 687.787,66 Rp 492.162,15 139,75 Juli 7125 Rp 594.408,85 Rp 457.817,67 129,84 Agustus 5351 Rp 515.184,73 Rp 396.746.62 129,85 September 7260 Rp 645.902,02 Rp 462.153,60 139,76 Oktober 7729 Rp 619.079,67 Rp 476.810,85 129,84 November 8183 Rp 636.992,56 Rp 490.654,37 129,83 Desember 10027 Rp 759.002,50 Rp 543.066,71 139,76
Dari hasil perhitungan rasio kedua model pada tabel diatas dan berdasarkan
ketentuan yang telah ada terlihat bahwa nilai rasio atau R lebih dari 100%, maka
dapat dikatakan pengunaan model Delivery What Produced (DWP) adalah lebih
tepat untuk meminimasi total biaya gabungan kedua belah pihak (perusahaan dan
distributor) daripada mengunakan model Identical Delivery Quantity (IDQ).
Sehingga kebijakan yang tepat diambil oleh sesuai dengan metode DWP (Delivery
What Produced ) yaitu jumlah pengiriman tidaklah sama akan tetapi disesuaikan
jumlah persediaan yang ada di gudang.
5.2 All Unit Diskon
Sistem diskon sangat berguna untuk menarik minat konsumen untuk mebeli
produk tersebut terlebih untuk penjualan partai besar. Penjualan produk Sprite 295
ml tidal lepas dari namanya penjualan diskon. Diskon ini digunakan apabila terjadi
trend penjualan yang meningkat tetapi target tidak terpenuhi secara optimal.
Dalam perhitungan kali ini dilakukan pengoptimalan permintaan apabila terjadinya
diskon sehingga dapat menghasilkan total cost terendah terutama untuk pihak distributor.
Adapun hasil perhitungan EOQ didapat pembeliaan produk dengan harga Rp 42.000,00
didapatkan hasil 12.186 cs, sedangkan pada harga Rp 38.812,00 didapatkan hasil 12.781 cs.
EOQ dengan harga Rp 42.000,00 kurang tepat dikarenakan hasil pembelian
yang didapat diatas 10 cs, dimana pembeliaan yang terjadi seharusnya dibawah 10
cs untuk unit yang tidak mendapat potongan. Sedangkan untuk pembeliaan dengan
harga Rp 38.812,00 adalah tepat atau valid karena jumlah unit diatas 10 cs sesuai
dengan jumlah unit yang mendapat potongan harga.
Dari perbandingan total biaya, minimum biaya tercapai apabila pemesanan
12.781 cs, dengan total biaya Rp Rp 3.333.993.936,67. Hasil inilah yang dapat
digunakan sebagai acuan khususnya distributor dalam melakukan pemesanan ke
pihak manufaktur.
5.3 Perbandingan Model IDQ dan DWP Diskon
Dalam perhitungan total biaya gabungan data permintaan yang digunakan adalah
berdasarkan data penjualan bulan-bulan yang terjadi penjualan diskon. Karena pada
kenyataan dalam setahun tidak semua penjualan menggunakan diskon. Penentuan total
biaya gabungan dengan atau tanpa perhitungan all unit diskon pada dasarnya masing masing
model sama yang membedakan jumlah dari permintaan. Berikut ini adalah hasil dari total
biaya gabungan untuk kedua model atau strategi:
Tabel 5.3 Total Biaya Gabungan Diskon
BULAN D Z*IDQ Z*DWP Maret 7392 Rp 651.727,99 Rp 466.327,14 Juni 8742 Rp 708.721,50 Rp 507.162,70 September 12261 Rp 839.240,30 Rp 600.733,04 Oktober 8766 Rp 659.307,34 Rp 508.101,40 November 8318 Rp 642.242,69 Rp 494.703,33 Desember 8290 Rp 690.167,45 Rp 493.869,19
Hasil yang didapat dengan all unit diskon tak jauh beda dengan perhitungan
yang tanpa melihat adanya sistem diskon. Hasil total biaya gabungan dengan model
DWP lebih rendah daripada mengunakan model IDQ sehingga dapat dikatakan pula
total biaya persediaan dengan menggunakan model DWP lebih kecil daripada total
biaya persediaan dengan model IDQ. Total biaya persediaan juga mempengerahui
besarnya total cost yang akan dikeluarkan sehingga model biaya persediaan yang
terendah yang dapat digunakan sebagai pertimbangan yang digunakan.
Sedangkan hasil rasio kedua model adalah sebagai berikut:
Tabel 5.4 Rasio Total Biaya Gabungan Diskon
BULAN D IDQ DWP R(%) Maret 7392 Rp 651.727,99 Rp 466.327,14 139,76 Juni 8742 Rp 708.721,50 Rp 507.162,70 139,74 September 12261 Rp 839.240,30 Rp 600.733,04 139,70 Oktober 8766 Rp 659.307,34 Rp 508.101,40 129,76
BULAN D IDQ DWP R(%) November 8318 Rp 642.242,69 Rp 494.703,33 129,82 Desember 8290 Rp 690.167,45 Rp 493.869,19 139,75
Dari hasil rasio diatas ternyata didapat hasil yang sama dengan yang tanpa
menghitung pemesanan optimul yaitu nilai rasio lebih besar daripada 100%. Artinya
strategi DWP adalah staretegi yang paling tepat dalam melakukan pendistribusian
produknya untk meminimasi total biaya gabungan yang pada akhirmya berdampak
dengan meminimasi total cost dikedua belah pihak. Kebijakan yang dapat diambil
perusahaan pun disesuaikan dengan strategi DWP (Delivery What Produced) yaitu
dimana jumlah persediaan yang ada pada perusahaan dikirim langsung kepada
distributor.
5.4 Usulan Kebijakan
Berdasarkan perhitungan didapatkan bahwa menggunakan metode DWP
(Delivery What Produced ) merupakan metode dengan hasil total cost lebih rendah.
Sehingga kebijakan yang diambil dapat disesuaikan dengan strategi DWP (Delivery
What Produced ) dimana jumlah persediaan yang ada langsung dikirimkan langsung
ke distributor. Adapun usulan kebijakan sebagai berikut dengan asumsi jumlah
barang yang ada di gudang sama dengan production run:
a. Tanpa Adanya Diskon
Tabel 5.5 Usulan Pengiriman Produk
Bulan Minggu Permintaan Production Run n Production Run Persediaan Pengiriman
Jan
1 1660 900,97 2 1802 1802 2 1884 959,63 2 1919 1919 3 844 642,69 2 1285 1285 4 791 622,11 1 622 622
Feb 1 1193 764,11 1 764 764 2 1372 819,07 2 1638 1638
3 1540 867,84 2 1736 1736 4 1552 871,10 2 1742 1742
Maret
1 573 529,62 1 530 530 2 909 666,91 2 1334 1334 3 758 609,04 1 609 609 4 748 605,14 1 605 605 5 2212 1039,70 2 2079 2079
April
1 426 456,62 1 457 457 2 961 685,80 1 686 686 3 1040 713,53 2 1427 1427 4 1399 827,11 2 1654 1654
Mei
1 1281 791,47 2 1583 1583 2 1343 810,66 2 1621 1621 3 1311 800,68 2 1601 1601 4 1504 857,70 2 1715 1715
Juni
1 1222 773,34 2 1547 1547 2 1456 843,81 2 1688 1688 3 1787 934,69 2 1869 1869 4 1948 975,98 2 1952 1952 5 1820 943,24 2 1886 1886
Juli
1 986 694,71 2 1389 1389 2 1879 958,40 2 1917 1917 3 1914 967,47 2 1935 1935 4 2345 1070,56 2 2141 2141
Agst 1 1151 750,37 2 1501 1501
2 1469 847,72 2 1695 1695 3 1469 847,72 2 1695 1695 4 1262 785,78 1 786 786
Sept
1 1013 704,18 1 704 704 2 2307 1061,93 2 2124 2124 3 1629 892,54 2 1785 1785 4 460 474,43 1 474 474 5 1851 951,22 2 1902 1902
Okt
1 1442 839,88 2 1680 1680 2 1751 925,29 2 1851 1851 3 1858 953,21 2 1906 1906 4 2677 1143,65 2 2287 2287
Nov
1 1631 893,07 2 1786 1786 2 2087 1009,98 2 2020 2020 3 2101 1013,48 2 2027 2027 4 2364 1074,74 2 2149 2149
Des 1 1343 810,66 1 811 811 2 1551 870,83 1 871 871 3 2273 1053,90 2 2108 2108
4 2692 1146,74 2 2293 2293 5 2169 1029,66 2 2059.32 2059
Total
79206 44085
80251 80251
b. Dengan Adanya Diskon
Tabel 5.6 Usulan Pengiriman Produk Diskon
Bulan Minggu Permintaan Production Run n Production Run Persediaan Pengiriman
Maret
1 653 565,51 1 566 566 2 792 622,49 1 622 622 3 2111 1015,81 2 2032 2032 4 2077 1007,64 2 2015 2015 5 1759 927,33 2 1855 1855
Juni
1 563 525,13 1 525 525 2 1655 899,66 2 1799 1799 3 1594 882,95 2 1766 1766 4 3107 1231,78 3 3695 3695 5 1823 943,99 2 1888 1888
Sept 1 2117 1017,15 2 2034 2034
2 2556 1117,47 3 3352 3352 3 2519 1109,53 2 2219 2219 4 2584 1123,68 2 2247 2247 5 2486 1102,06 2 2204 2204
Okt
1 1864 954,69 2 1909 1909 2 1882 959,14 2 1918 1918 3 2664 1140,76 2 2282 2282 4 2357 1073,21 2 2146 2146
Nov
1 2437 1091,30 2 2183 2183 2 1886 960,37 2 1921 1921 3 2191 1034,92 2 2070 2070 4 1803 938,98 2 1878 1878
Des
1 1225 774,26 2 1549 1549 2 2071 1006,24 2 2012 2012 3 1823 943,99 2 1888 1888 4 1731 919,91 2 1840 1840 5 1440 839,31 2 1679 1679
Total
53769 26729
54095 54095
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan yang telah dilakukan
maka dapat ditarik kesimpulan:
Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan dengan kedua metode didapatkan total
biaya gabungan terendah menggunakan model DWP (Delivery What Produced) baik
dengan penjualan pada saat terjadi diskon maupun tidak. Sehingga kebijakan yang
dapat diambil adalah mengunakan strategi delivery what produced atau semua
persediaan yang ada pada saat itu langsung dikirim ke distributor dengan permintaan
atau pemesanan ekonomis adalah 12.781 cs.
6.2 Saran
Saran yang dapat diberikan berkaitan dengan penelitian kali ini dan untuk
penelitian selanjutnya adalah:
1. Dengan hasil penelitian yang telah dilakukan kali ini diharapkan dapat
menjadikan pertimbangan kebijakan pendistribusian produk Sprite 295 ml
untuk distributor Bawen.
2. Untuk penelitian selanjutnya dapat mengaplikasikan dengan sistem diskon
yang lainnya atau dengan pertimbangan pertimbangan yang lain seperti cacat
produk dan kadaluarsa bahan.
DAFTAR PUSTAKA
Andy Heru P, (2008). Penentuan Kuantitas Pesanan Optimum Berdasarkan Waktu
Kadaluarsa Bahan dan Diskon Satuan Pembelian Menggunakan EOQ Single
Item (Studi Kasus di Bakpia”25”). Jurusan Teknik Industri, Yogyakarta.
Universitas Islam Indonesia.
Annisa Kesy Garside, (2008). model simultan dan decoupled untuk pentelesaian
problema terintegrasi produksi-persediaan-distribusi-persediaan. Jurnal
Teknik Industri, Universitas Kristen Petra, vol.10, no.1,hlm. 11-25, Juni
Elsayed, E. A. and Boucher, T. O., (1994). Analysis And Control Of Production
Systems.Prentice-Hall, New Jersey.
Gaspersz, Vincent., (2005). Production Planning and Inventory Control
Berdasarkan Pendekatan Sistem Terintegrasi MRP II dan JIT Menuju
Manufacturing 21. Jakarta. PT.Gramedia Pustaka Utama.
Hari P, Hafidh M, Ning A.M, (2005). pengembangan model persediaan dengan
mempertimbangkan waktu kadaluarsa bahan dan faktor incremental
discount. Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Universitas Muhammadiyah
Surakarta ,vol.4,no.2, hlm. 49-56, Deseember
Hari P, Munajat T.N, Asti P,(2006).pengembangan model persediaan bahan baku
dengan mempertimbangkan waktu kadaluarsa dan faktor unit discount.
Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Universitas Muhammadiyah Surakarta
vol.4,no.3, hlm. 115-112, April
Josef Hernawan N, (2007). kombinasi strategi distribusi untuk menurunkan biaya
logistik.Jurnal Teknologi Industri,UAJY,vol.XI, no.2, hlm. 163-172, April
Muhammad Faisal,(2008). Komparasi Sistem Bunga Bank Konvesional dan
Murabahah Pada Pengembangan Model Identical Delivery Quantity (IDQ)
Dalam Manajemen Inventory Dengan Pembayaran Berbasis Suku Bunga.
Jurusan Teknik Industri, Yogyakarta. Universitas Islam Indonesia.
Nyoman Sutapa, Fransiska (2000). model matematis persediaan terintegrasi antara
suatu perusahaan dan distributornya. Jurnal Teknik Industri, Universitas
Kristen Petra, vol.2, no.1, hlm. 13-21,Juni
Pujawan, I Nyoman.,(2005). Supply Chain Management. Surabaya. Guna Widya.
Ristono, A., (2009). Manajemen Persediaan. Yogyakarta. Graha Ilmu.
Tersine, R, (1994). Principles of Inventory and Material Management. Prentice-
Hall.New Jersey.
Yamit, Zulian., (1999). Manajemen Persediaan. Yogyakarta. Ekonisia Fakultas
Ekonomi UII.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Keterangan Selesai Penelitian
Lampiran 2 Production Run dan PerhitunganTotal Biaya Gabungan Model IDQ
Lampiran 3 Production Run DWP
Lampiran 4 Perhitungan Biaya Total Gabungan Model DWP
Lampiran 5 Production Run dan Perhitungan Total Biaya Gabungan Model IDQ
Diskon
Lampiran 6 Production Run DWP Diskon
Lampiran 7 Perhitungan Biaya Total Gabungan Model DWP Diskon
Lampiran 3
PRODUCTION RUN DWP
Bulan minggu D 2D(A+S)
Hb-Hv Hv(1+D/P) Q2 Q
Januari
1 1660 199191762.00 81.67 163.72 811744.32 900.97 2 1884 226021672.80 81.67 163.77 920885.53 959.63 3 844 101280009.60 81.67 163.53 413055.78 642.69 4 791 94891935.60 81.67 163.52 387022.55 622.11
Februari
1 1193 143209004.40 81.67 163.61 583862.94 764.11 2 1372 164580015.60 81.67 163.65 670878.87 819.07 3 1540 184789558.80 81.67 163.69 753138.56 867.84 4 1552 186183320.40 81.67 163.70 758810.67 871.10
Maret
1 573 68758905.60 81.67 163.47 280495.53 529.62 2 909 109061845.20 81.67 163.55 444765.41 666.91 3 758 90942944.40 81.67 163.51 370927.97 609.04 4 748 89781476.40 81.67 163.51 366194.07 605.14 5 2212 265395438.00 81.67 163.85 1080969.82 1039.70
April
1 426 51104592.00 81.67 163.43 208505.60 456.62 2 961 115333772.40 81.67 163.56 470319.59 685.80 3 1040 124857810.00 81.67 163.58 509119.21 713.53 4 1399 167832126.00 81.67 163.66 684117.84 827.11
Mei
1 1281 153662216.40 81.67 163.63 626428.76 791.47 2 1343 161211758.40 81.67 163.65 657166.36 810.66 3 1311 157262767.20 81.67 163.64 641088.69 800.68 4 1504 180492127.20 81.67 163.68 735648.76 857.70
Juni
1 1222 146693408.40 81.67 163.62 598052.33 773.34 2 1456 174684787.20 81.67 163.67 712012.01 843.81 3 1787 214406992.80 81.67 163.75 873643.95 934.69 4 1948 233803508.40 81.67 163.79 952532.53 975.98 5 1820 218355984.00 81.67 163.76 889707.07 943.24
Juli
1 986 118353589.20 81.67 163.56 482622.54 694.71 2 1879 225440938.80 81.67 163.77 918523.66 958.40 3 1914 229738370.40 81.67 163.78 936001.00 967.47 4 2345 281423696.40 81.67 163.88 1146108.29 1070.56
Agustus
1 1151 138098545.20 81.67 163.60 563050.42 750.37 2 1469 176310842.40 81.67 163.68 718630.52 847.72 3 1469 176310842.40 81.67 163.68 718630.52 847.72 4 1262 151455427.20 81.67 163.63 617443.23 785.78
September 1 1013 121605699.60 81.67 163.57 495871.22 704.18
2 2307 276893971.20 81.67 163.87 1127701.27 1061.93 3 1629 195475064.40 81.67 163.71 796621.54 892.54 4 460 55169730.00 81.67 163.44 225084.02 474.43 5 1851 222072681.60 81.67 163.77 904824.37 951.22
Oktober
1 1442 173058732.00 81.67 163.67 705393.33 839.88 2 1751 210109561.20 81.67 163.74 856162.36 925.29 3 1858 223001856.00 81.67 163.77 908603.56 953.21 4 2677 321262048.80 81.67 163.96 1307938.82 1143.65
November
1 1631 195707358.00 81.67 163.71 797566.74 893.07 2 2087 250412500.80 81.67 163.82 1020064.56 1009.98 3 2101 252154702.80 81.67 163.82 1027147.31 1013.48 4 2364 283630485.60 81.67 163.88 1155075.34 1074.74
Desember
1 1343 161211758.40 81.67 163.65 657166.36 810.66 2 1551 186067173.60 81.67 163.70 758338.00 870.83 3 2273 272712686.40 81.67 163.86 1110709.00 1053.90 4 2692 323004250.80 81.67 163.96 1315013.63 1146.74 5 2169 260284978.80 81.67 163.84 1060197.56 1029.66
Lampiran 4 PERHITUNGAN BIAYA TOTAL GABUNGAN DENGAN MODEL DWP
BULAN D √2d.s.hv (β+γ) (1-γ) γk2 (1+γk2) (1+k2.α) X (1+γ) (1-γk2) Y x/y √x/y Z*
Januari
5178 243319 1.50 0.99931 0.00069 1.00069 1.71 2.57 1.00069 0.99931 1 2.57 1.60 Rp 390,268.49 4.8E-07 1 2.43 3.64 1 1.00069 3.64 1.91 Rp 464,192.03 3.3E-10 1 3.14 4.71 1 1.00069 4.71 2.17 Rp 528,061.31 2.3E-13 1 3.86 5.78 1 1.00069 5.78 2.40 Rp 584,998.69
Februari
5656 254305 1.50 0.99925 0.00075 1.00075 1.71 2.57 1.00075 0.99925 1 2.57 1.60 Rp 407,897.39 5.7E-07 1 2.43 3.64 1 1.00075 3.64 1.91 Rp 485,129.26 4.3E-10 1 3.14 4.71 1 1.00075 4.71 2.17 Rp 551,879.30 3.2E-13 1 3.86 5.78 1 1.00075 5.78 2.40 Rp 611,384.81
Maret
5200 243819 1.50 0.99931 0.00069 1.00069 1.71 2.57 1.00069 0.99931 1 2.57 1.60 Rp 391,070.45 4.8E-07 1 2.43 3.64 1 1.00069 3.64 1.91 Rp 465,144.59 3.3E-10 1 3.14 4.71 1 1.00069 4.71 2.17 Rp 529,144.93 2.3E-13 1 5.00 7.49 1 1.00069 7.49 2.74 Rp 667,231.98 1.6E-16 1 4.57 6.86 1 1.00069 6.85 2.62 Rp 638,172.80
April
3826 209152 1.50 0.99949 0.00051 1.00051 1.71 2.57 1.00051 0.99949 1 2.57 1.60 Rp 335,447.00 2.6E-07 1 2.43 3.64 1 1.00051 3.64 1.91 Rp 399,058.27 1.3E-10 1 3.14 4.71 1 1.00051 4.71 2.17 Rp 453,965.74 6.8E-14 1 3.86 5.78 1 1.00051 5.78 2.40 Rp 502,913.88
Mei
5439 249361 1.50 0.99927 0.00073 1.00073 1.71 2.57 1.00073 0.99927 1 2.57 1.60 Rp 399,964.21 5.3E-07 1 2.43 3.64 1 1.00072 3.64 1.91 Rp 475,707.80 3.8E-10 1 3.14 4.71 1 1.00073 4.71 2.17 Rp 541,161.54 2.8E-13 1 3.86 5.78 1 1.00073 5.78 2.40 Rp 599,511.43
Juni 8233 306805 1.50 0.9989 0.0011 1.0011 1.71 2.57 1.0011 0.9989 1 2.57 1.60 Rp 492,162.15
1.2E-06 1 2.43 3.64 1 1.0011 3.64 1.91 Rp 585,148.15 1.3E-09 1 3.14 4.71 1 1.0011 4.71 2.17 Rp 665,659.59
1.5E-12 1 3.86 5.78 1 1.0011 5.78 2.40 Rp 737,433.28 1.6E-15 1 4.57 6.85 1 1.0011 6.85 2.62 Rp 802,815.67
Juli
7125 285409 1.50 0.99905 0.00095 1.00095 1.71 2.57 1.00095 0.99905 1 2.57 1.60 Rp 457,817.67 9E-07 1 2.43 3.64 1 1.00095 3.64 1.91 Rp 544,395.12
8.6E-10 1 3.14 4.71 1 1.00095 4.71 2.17 Rp 619,299.47 8.1E-13 1 3.86 5.78 1 1.00095 5.78 2.40 Rp 686,074.46
Agustus
5351 247356 1.50 0.99929 0.00071 1.00071 1.71 2.57 1.00071 0.99929 1 2.57 1.60 Rp 396,746.62 5.1E-07 1 2.43 3.64 1 1.00071 3.64 1.91 Rp 471,886.34 3.6E-10 1 3.14 4.71 1 1.00071 4.71 2.17 Rp 536,814.29 2.6E-13 1 3.86 5.78 1 1.00071 5.78 2.40 Rp 594,695.44
September
7260 288110 1.50 0.99903 0.00097 1.00097 1.71 2.57 1.00097 0.99903 1 2.57 1.60 Rp 462,153.60 9.4E-07 1 2.43 3.64 1 1.00097 3.64 1.91 Rp 549,541.10 9.1E-10 1 3.14 4.71 1 1.00097 4.71 2.17 Rp 625,153.48 8.8E-13 1 3.86 5.78 1 1.00097 5.78 2.40 Rp 692,559.66 8.5E-16 1 4.57 6.85 1 1.00097 6.85 2.62 Rp 753,963.46
Oktober
7729 297260 1.50 0.99897 0.00097 1.00097 1.71 2.57 1.00103 0.99903 1.00006 2.57 1.60 Rp 476,810.85 9.4E-07 1 2.43 3.64 1 1.00103 3.64 1.91 Rp 566,969.85 9.1E-10 1 3.14 4.71 1 1.00103 4.71 2.17 Rp 644,980.28 8.8E-13 1 3.86 5.78 1 1.00103 5.78 2.40 Rp 714,524.26
November
8183 305866 1.50 0.99891 0.00109 1.00109 1.71 2.57 1.00109 0.99891 1 2.57 1.60 Rp 490,654.37 1.2E-06 1 2.43 3.64 1 1.00109 3.64 1.91 Rp 583,359.41 1.3E-09 1 3.14 4.71 1 1.00109 4.71 2.17 Rp 663,624.74 1.4E-12 1 3.86 5.78 1 1.00109 5.78 2.40 Rp 735,179.03
Desember 10027 338594 1.50 0.99866 0.00109 1.00109 1.71 2.57 1.00134 0.99891 1.00024 2.57 1.60 Rp 543,066.71
1.2E-06 1 2.43 3.64 1 1.00134 3.64 1.91 Rp 645,674.62
1.3E-09 1 3.14 4.71 1 1.00134 4.71 2.17 Rp 734,514.00 1.4E-12 1 3.86 5.78 1 1.00134 5.78 2.40 Rp 813,711.81 1.5E-15 1 4.57 6.85 1 1.00134 6.84 2.62 Rp 885,857.22
Ket : X =(β+γ)(1-γ)(1+γk2)(1+k2.α)
Y=(1+γ)(1-γk2)
Lampiran 5
PRODUCTION RUN IDQ DISKON
mrt juni sept okt nov des
D 7392 8742 12261 8766 8318 8290
2D(A+S) 887013112 1.049E+09 1.471E+09 1.052E+09 998165599.2 994797342
Hb-Hv 81.67 81.67 81.67 81.67 81.67 81.67
Hv(1+D/P) 165.06 165.37 166.19 165.38 165.27 165.27
Q2 3595152.57 4246432.82 5936297.51 4258089.36 4042123.80 4028590.72
Q 1896.09 2060.69 2436.45 2063.51 2010.50 2007.13
PERHITUNGAN BIAYA TOTAL GABUNGAN DENGAN MODEL IDQ DISKON
bln 2D.s.HV √2d.s.hv α.k+1 1-γ (2γ-1+β)/k
(1-γ) + (2γ-1+β)/k A √A Z
mrt 8.5E+10 290710.57 4.57 0.9990144 0.1003942 1.10 5.03 2.24 Rp 651,727.99
juni 1E+11 316148.7 4.57 0.9988344 0.1004662 1.10 5.03 2.24 Rp 708,721.50
sept 1.4E+11 374418.89 4.57 0.9983651 0.1006539 1.10 5.02 2.24 Rp
839,240.30
okt 1E+11 316585.94 3.86 0.9988312 0.1255844 1.12 4.34 2.08 Rp 659,307.34
nov 9.5E+10 308387.74 3.86 0.9988909 0.1255545 1.12 4.34 2.08 Rp 642,242.69
des 9.5E+10 307866.98 4.57 0.9988947 0.1004421 1.10 5.03 2.24 Rp 690,167.45
Lampiran6
PRODUCTION RUN DWP DISKON
Bulan minggu D 2D(A+S)
Hb-Hv Hv(1+D/P) Q2 Q
Maret 1 653 78399090.00 81.67 163.49 319797.30 565.51 2 792 95008082.40 81.67 163.52 387495.91 622.49 3 2111 253316170.80 81.67 163.83 1031869.04 1015.81 4 2077 249251032.80 81.67 163.82 1015342.62 1007.64 5 1759 211038735.60 81.67 163.74 859942.27 927.33 Juni 1 563 67597437.60 81.67 163.46 275759.97 525.13 2 1655 198611028.00 81.67 163.72 809381.45 899.66 3 1594 191293779.60 81.67 163.71 779607.33 882.95 4 3107 372831228.00 81.67 164.06 1517270.54 1231.78 5 1823 218704424.40 81.67 163.76 891124.35 943.99 September 1 2117 253984014.90 81.67 163.83 1034583.99 1017.15 2 2556 306685625.40 81.67 163.93 1248738.62 1117.47 3 2519 302330120.40 81.67 163.92 1231046.66 1109.53 4 2584 310111956.00 81.67 163.94 1262655.43 1123.68 5 2486 298264982.40 81.67 163.91 1214533.07 1102.06 Oktober 1 1864 223698736.80 81.67 163.77 911437.91 954.69 2 1882 225789379.20 81.67 163.77 919940.79 959.14 3 2664 319635993.60 81.67 163.95 1301335.49 1140.76 4 2357 282817458.00 81.67 163.88 1151771.72 1073.21 November 1 2437 292457642.40 81.67 163.90 1190940.38 1091.30 2 1886 226370113.20 81.67 163.77 922302.65 960.37 3 2191 262956355.20 81.67 163.84 1071056.00 1034.92 4 1803 216381488.40 81.67 163.75 881675.64 938.98 Desember 1 1225 147041848.80 81.67 163.62 599471.23 774.26 2 2071 248554152.00 81.67 163.82 1012509.41 1006.24 3 1823 218704424.40 81.67 163.76 891124.35 943.99 4 1731 207670478.40 81.67 163.74 846239.85 919.91 5 1440 172826438.40 81.67 163.67 704447.79 839.31
Lampiran 7
PERHITUNGAN BIAYA TOTAL GABUNGAN DENGAN MODEL DWP DISKON
BULAN D √2d.s.hv (β+γ) (1-γ) γk2 (1+γk2) (1+k2.α) X (1+γ) (1-γk2) Y x/y √x/y Z* Maret 7392 290711 1.50 0.99901 0.00099 1.00099 1.71 2.57 1.00099 0.99901 1 2.57 1.60 Rp 466,327.14 9.7E-07 1 2.43 3.64 1 1.00098 3.64 1.91 Rp 554,494.09 9.6E-10 1 3.14 4.71 1 1.00099 4.71 2.17 Rp 630,787.94 9.4E-13 1 5.00 7.49 1 1.00099 7.48 2.74 Rp 795,306.96 9.3E-16 1 4.57 6.85 1 1.00099 6.85 2.62 Rp 760,758.88 Juni 8742 316149 1.50 0.99883 0.00117 1.00117 1.71 2.57 1.00117 0.99883 1 2.57 1.60 Rp 507,162.70 1.4E-06 1 2.43 3.64 1 1.00116 3.64 1.91 Rp 602,941.97 1.6E-09 1 3.14 4.71 1 1.00117 4.71 2.17 Rp 685,901.59 1.8E-12 1 3.86 5.78 1 1.00117 5.78 2.40 Rp 759,857.84 2.2E-15 1 4.57 6.85 1 1.00117 6.85 2.62 Rp 827,228.44 September 12261 374419 1.50 0.99837 0.00163 1.00163 1.71 2.57 1.00163 0.99837 1 2.57 1.60 Rp 600,733.04 2.7E-06 1 2.43 3.64 1 1.00163 3.63 1.91 Rp 713,849.25 4.4E-09 1 3.14 4.71 1 1.00163 4.70 2.17 Rp 812,067.68 7.1E-12 1 3.86 5.78 1 1.00163 5.77 2.40 Rp 899,627.59 1.2E-14 1 4.57 6.85 1 1.00163 6.84 2.62 Rp 979,390.47 Oktober 8766 316586 1.50 0.99883 0.00163 1.00163 1.71 2.57 1.00117 0.99837 0.99953 2.58 1.60 Rp 508,101.40 2.7E-06 1 2.43 3.64 1 1.00117 3.64 1.91 Rp 603,775.34 4.4E-09 1 3.14 4.71 1 1.00117 4.71 2.17 Rp 686,848.72 7.1E-12 1 3.86 5.78 1 1.00117 5.78 2.40 Rp 760,907.10
November 8318 308388 1.50 0.99889 0.00111 1.00111 1.71 2.57 1.00111 0.99889 1 2.57 1.60 Rp 494,703.33 1.2E-06 1 2.43 3.64 1 1.00111 3.64 1.91 Rp 588,162.79 1.4E-09 1 3.14 4.71 1 1.00111 4.71 2.17 Rp 669,089.00 1.5E-12 1 3.86 5.78 1 1.00111 5.78 2.40 Rp 741,232.46 Desember 8290 307867 1.50 0.99889 0.00111 1.00111 1.71 2.57 1.00111 0.99889 1 2.57 1.60 Rp 493,869.19 1.2E-06 1 2.43 3.64 1 1.0011 3.64 1.91 Rp 587,171.05 1.4E-09 1 3.14 4.71 1 1.00111 4.71 2.17 Rp 667,960.81 1.5E-12 1 3.86 5.78 1 1.00111 5.78 2.40 Rp 739,982.63 1.7E-15 1 4.57 6.85 1 1.00111 6.85 2.62 Rp 805,591.05
Ket : X =(β+γ)(1-γ)(1+γk2)(1+k2.α)
Y=(1+γ)(1-γk2)
top related