translate

Post on 12-Apr-2016

220 Views

Category:

Documents

3 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

ssssssss

TRANSCRIPT

Fenomena potensiasi jangka panjang (LTP) adalah mekanisme memori jangka panjang untuk mamalia. LTP diamati ketika neuron post sinaps depolarisasi secara terus menerus setelah ledakan yang tinggi pada neuron pre sinaps. LTP memiliki yang cocok sebagai substrat fisiologis memori. Hal ini didirikan sangat cepat dan bertahan dalam waktu yang lama. Asosiasi dalam hal ini tergantung pada terjadinya aktivitas presinaps dan depolarisari post sinaps. Ini terjadi hanya pada sinaps potensial, tidak semua sinaps berhubungan pada sel post sinaps. Akhirnya LTP terjadi dominan pada hippocampus yang merupakan struktur yang penting untuk memori.

Induksi dari LTP diketahui dimediasi postsinaps dan melibatkan aktivasi N-methyl-D-aspartate (NMDA) reseptor yang memungkinkan masuknya kalsium kedalam sel post sinapstik. LTP dipengaruhi oleh peningkatan jumlah a-amino-3-hidroksi-5-metil-4-isoxazolepropionate (AMPA;non-NMDA) reseptor pada sel post sinaps dan juga memungkinkan peningkatan pelepasan neurotransmitter.

Sebuah metode yang menjanjikan untuk menjelaskan mekanisme molekuler dari memori bergantung pada mutasi genetic pada genom. Dengan menghapus gen tunggal dapat menghasilkan mice dengan receptor spesifik atau molekul sel yang tidak aktif atau diubah. Sebagai contoh pada tikus dengan penghapusan reseptor selektif NMDApada hippocampus, banyak aspek dari CA 1tetap utuh, tapi CA1 neuron tidak menunjukan LTP dan kerusakan memori dalam hal perilaku. Manupulasi genetic diperkenalkan reversible pada orang dewasa sangat menguntunkan, perubahan molekul spsifik dapat di induksi pada perkembangan hewan normal.

Associative Learning

Studi tentang kondisi klasik telah memberikan banyak wawasan kedalam biologi dari memori. Pengkondisian klasik telah mempelajari studi secara baik pada kelinci, menggunakan nada sebagaistimulus dan udara ke mata ( yang mana secara otomatis menimbulkan respon blink) sebgai stimulus. Pengulangan nada dan udara saat kondisi respon memunculkan sebuah kedipan mata. Lesi revesibel dalam inti cerebellum menghilangkan respondan tanpa terkena dampak pada respon terkondisi. Lesi ini juga mencegah pembelajaran awal yang terjadi dan ketika lesi dibalik kelinci kembali belajar normal. Dengan demikina cerebellum mengandung sirkuit penting bagi asosiasi belajar. Plastisitas relevan tampaknya di distribusikan antara korteks dan inti dalam.

Pola analog plastisitas cerebellar diyakini mendasari pembelaran motorik pada reflex vestibuloocular dan mungkin pembelajaran asosiatif motorik pada umumnya. Didasarkan pada gagasan bahwa pembelajaran respon motorik tergantung pada kotrol terkoordinasi perubahan waktu dan kekuatan dari respon, telah disarankan bahwa perubahan sinaptik di korteks serebellar sangat penting untuk waktu belajar, sedangkan perubahan sinaps dalam inti sangat penting untuk membentuk hubungan antara stimulus terkondisi dan stimulus berkondisi.

Kondisi takut dan potensia ketakutan adalah jenis pembelajaran yang berfungsi sebgai model yang berguna untk gangguan kecemasan dan kondisi kejiwaan terkait. Misalnya tikus

menunjukkan perilaku beku ketika kembali kekonteks yang sama dimana kejutan permusuhan disampaikan pada kesempatan sebelumnya. Jenis pembelajaran tergantung pada encoding fitur konstekstual dari lingkungan belajar. Memperoleh dan mengekspresikan jenis pembelajaran memerlikan lintasan saraf yang mencakup amigdala dan hipokampus. Amigdala mungkin penting untuk bergaul negative dengan rangsangan baru dan hippocampus penting untuk mempresentasikan konteks. Untuk mewakili konteks dengan pelatiha ekstision, koteika konteksnya tidak lagi dikaitan dengan stimulus tidak menyenangkan maka respon rasa takut akan memudar. Korteks frontal diyakini memainkan peran kunci dalam ekstension.

CORTICAL ORGANIZATION OF MEMORY

Satu pertanyaan yang fundamental menyangkut locus usia memori penyimpanan diotak. Pada tahun 1920, Karl Lashley mencari lokasi penyimpanan memori dengan mempelajarai perilaku tikus setelah removing dengan jumlah korteks serebral. Dia mencatat jumlah percobaan yang diperlukan untuk mempelajari kembali masalah labirin bahwa tikus belajar sebelum operasi dan ia menemukan deficit proporsional dengan jumlah korteks yang dihapus. Deficit tampaknya tidak tergantung pada lokasi tertentu dari kerusakan kortikal, Lashley menyimpulkan bahwa memori yang dihasilkan dari labirin tidak terlokalisasi di salah satu bagian dari otak melainkan didistribusikan ekuivalen atas seluruh korteks.

Penelitian selanjutnya menyebabkan reinterpretasi dari hasil ini. Maze belajr pada tikus tergantung jenis informasi termasuk visual, taktil, spasial dan informasi penciuman. Neuron yang memperoses berbagai jenis informasi dipisahkan ke daerah daerah yang berbeda dari korteks serebral tikus, penyimpanan memori terpisah secara parallel dengan demikian korelasi antara kemampuan pembeajran labirin dan ukuran lesi yang diamati lashley dalah hasil dari perambahan progresif lesi yang lebih besar pada daerahkortikal khusus melayani banyak komponen dari pengolahan informasi yang relevan terhadap pembelaran labirin.

Organisasi fungsional dari serebral kortex mamalia telah terungkap melalui analisis neuropsikologi dari deficit yang mengikuti kerusakan otak danmelalui studi fisiologis otak yang intak. Area kortikal bertanggung jawab terhadap proses wawasan dan menyimpan informasi visual yang telah dipelajari pada primate. Hampir dari sentengah neokorteks primate dikhususkan untuk funsi pengelihatan.

Jalur kortikal untuk pengolahan informasi visual dimulai pada korteks primer visual (VI) dan melanjutkan sepajang jalur parallel. SAtu aliran ventral ke korteks inferotemporal dan proses informasi mengenai identifikasi objek visual aliran bagian punggung ke parietal korteks dan khusus untuk meproses informasi tentang spatial lokasi.

top related