tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi...
Post on 05-Mar-2019
217 Views
Preview:
TRANSCRIPT
TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG
IMUNISASI PENTAVALEN DI DESA
PUNTUKREJO KARANGANYAR
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun oleh :
Evy Anjani
NIM B12014
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Pentavalen di
Desa Puntukrejo, Karanganyar”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi
tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan dari Program Studi DIII Kebidanan
STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak,
Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta.
2. Ibu Retno Wulandari, S.ST, selaku Ketua Program Studi D III Kebidanan
STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Ibu Yunia Renny Andhikatias, S.ST, selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada
penulis.
4. Bapak Sugito, S.Sos, selaku Kepala Desa Puntukrejo, yang telah bersedia
memberikan ijin kepada penulis dalam melakukan penelitian.
5. Seluruh responden yang bersedia meluangkan waktu untuk mengisi
kuesioner yang telah diberikan.
6. Seluruh Dosen dan Staff Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada
Surakarta terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan.
7. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan Karya Tulis Imiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga
Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta,.............2015
Penulis
v
Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2015
Evy Anjani
B12014
TINGKAT PENGETAHUAN IBU
TENTANG IMUNISASI PENTAVALEN
DI DESA PUNTUKREJO KARANGANYAR
Xii + 40 halaman + 18 lampiran + 4 tabel + 2 gambar
ABSTRAK
Latar Belakang : Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan pada
tanggal 11 Oktober 2014 di Desa Puntukrejo, Ngargoyoso, Karanganyar, di
dapatkan jumlah batita dari bulan Oktober 2013-Oktober 2014 berjumlah 160
batita, kemudian setelah dilakukan wawancara kepada 10 ibu yang mempunyai
anak batita dan sudah diimunisasi Pentavalen didapatkan hasil yaitu 2 ibu sudah
mengetahui tentang imunisasi Pentavalen dan 8 ibu kurang mengetahui tentang
imunisasi Pentavalen. Ibu juga mengatakan bahwa mengimunisasikan anaknya
hanya untuk mengikuti kebijakan dari pemerintah. Dari hasil wawancara tersebut
menunjukkan bahwa pada ibu banyak yang belum mengetahui tentang imunisasi
Pentavalen.
Tujuan : Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi pentavalen di
Desa Puntukrejo, Karanganyar pada tingkat baik, cukup dan kurang.
Metode Penelitian : Jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif, lokasi
penelitian diambil di Desa Puntukrejo, Karanganyar pada tanggal 28 Januari 2015.
Jumlah sampel sebanyak 40 ibu, dengan teknik pengambilan sampel quota
sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, sedangkan untuk analisa
data dilakukan dengan analisis univariat yang menghasilkan distribusi frekuensi.
Hasil Penelitian : Tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi pentavalen di Desa
Puntukrejo, Karanganyar, ibu dengan pengetahuan baik sebanyak 9 responden
(22,5%), pengetahuan cukup sebanyak 26 responden (60%), pengetahuan kurang
sebanyak 7 responden (17,5%).
Kesimpulan : Tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi Pentavalen di Desa
Puntukrejo, Karanganyar sebagian besar dalam kategori cukup yaitu sebanyak 26
responden (60%).
Kata Kunci : Pengetahuan, imunisasi, imunisasi pentavalen.
Kepustakaan : 23 literatur (Tahun 2005 s/d 2015)
vi
MOTTO
1. Dan seandainya semua pohon yang ada dibumi dijadikan pena, dan lautan
dijadikan tinta, ditambah lagi tujuh lautan sesudah itu, maka belum habislah
kalimat-kalimat Allah yang akan dituliskan, sesungguhnya Allah maha
perkasa lagi maha bijaksana(Q.S Lukman : 27).
2. Bangkitlah, tepis debu dari bekas jatuhmu, damaikanlah hatimu, teduhkanlah
wajahmu, dan jadilah pribadi yang lebih baik daripada yang sebelum terluka.
3. Do whatever you like, be consistent and succes will be come naturally.
4. Tuhan menciptakan perbedaan agar kita hidup sejahtera bersama di dalam
rahmat karena adanya perbedaan, bukan untuk merasa benar sendiri karena
orang lain berbeda.
PERSEMBAHAN
Dengan segala rendah hati, Karya Tulis Ilmiah ini penulis persembahkan :
1. Untuk Bapak dan Ibu tercinta, “Bpk. Sukasdi dan Ibu Suminah” terima kasih
atas doa, restu dan cinta kasih sayang selama ini. Untuk kakak saya “Bayu
Suseno” terima kasih untuk doa, semangat, perhatian dan nasehatnya.
Keluarga besar tercinta yang selalu memberikan support disetiap langkah
saya.
2. Untuk teman-teman seperjuangan, senasib, dan sepenanggungan khususnya
Ika Yuliana, Faridha Dwi Hidayati dan Nusaibah terima kasih atas bantuan,
dukungan, semangat, dan canda tawa yang selalu ada setiap saat serta
meyakinkan bahwa saya bisa melalui segala sesuatunya dengan baik.
3. Untuk Apri Setiawan terima kasih telah meluangkan setiap jeda dihari-harimu
untuk mendukung saya dengan tulus tanpa mengenal bosan dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
4. Almamater tercinta.
vii
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv
ABSTRAK ........................................................................................................... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................... vi
CURICULUM VITAE ...................................................................................... vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah .................................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian
1. Umum ................................................................................................. 4
2. Khusus ................................................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 4
E. Keaslian Penelitian .................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori ........................................................................................... 7
B. Kerangka Teori........................................................................................ 21
C. Kerangka Konsep Penelitian ................................................................... 22
ix
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian .............................................................. 23
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 23
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ............................... 24
D. Variabel Penelitian .................................................................................. 25
E. Definisi Operasional................................................................................ 25
F. Instrumen Penelitian................................................................................ 26
G. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 29
H. Metode Pengolahan Data ........................................................................ 30
I. Analisis Data ........................................................................................... 32
J. Etika Penelitian ....................................................................................... 32
K. Jadwal Penelitian ..................................................................................... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PERSEMBAHAN
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ...................................................... 34
B. Hasil Penelitian ....................................................................................... 34
C. Pembahasan ............................................................................................. 36
D. Keterbatasan ............................................................................................ 38
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 39
B. Saran ........................................................................................................ 39
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Distribusi Operasional...................................................................... 25
Tabel 3.2 Kisi-kisi Pernyataan .......................................................................... 27
Tabel 4.1 Mean dan Standar Deviasi ................................................................ 34
Tabel 4.2 Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Pentavalen ................. 35
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Teori .............................................................................. 21
Gambar 2.2 Kerangka Konsep .......................................................................... 22
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penelitian
Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 3. Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 4. Surat Permohonan Ijin Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 5. Surat Balasan Ijin Uji validitas dan Reliabilitas
Lampiran 6. Surat Permohonan Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 7. Surat Balasan Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 8. Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 9. Surat Persetujuan Responden (Informed Consent)
Lampiran 10. Kuesioner Penelitian
Lampiran 11. Kunci Jawaban Kuesioner
Lampiran 12. Data Tabulasi Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 13. Data Hasil Uji Validitas
Lampiran 14. Data Hasil Uji Reliabilitas
Lampiran 15. Data Tabulasi Hasil Penelitian
Lampiran 16. Rumus Mean, Standard Deviation, dan Skor Prosentase
Lampiran 17. Dokumentasi Penelitian
Lampiran 18. Lembar Konsultasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kematian bayi dan anak mencerminkan tingkat pembangunan
kesehatan dari suatu negara serta kualitas hidup dari masyarakatnya. Angka
ini digunakan untuk memonitor dan mengevaluasi program serta kebijakan
kependudukan dan kesehatan. Program kesehatan Indonesia telah difokuskan
untuk menurunkan tingkat kematian anak yang cukup tinggi. Penurunan
kematian bayi dan ibu telah menjadi tujuan utama untuk mencapai tujuan 4
dan 5 dari Millenium Development Goals (MDGs) (SDKI, 2012).
Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012 menunjukkan
kematian bayi untuk periode lima tahun (2008-2012) adalah 32/1.000
kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi (AKB) di Jawa Tengah pada tahun
2012 yaitu 10,75/1.000 kelahiran hidup. Target kematian bayi nasional pada
tahun 2015 adalah 17/1.000 kelahiran hidup, sehingga sudah jauh melampaui
target yang ditetapkan (Dinkes Jateng, 2012).
Diperkirakan 1,7 juta kematian anak atau 5% pada balita di Indonesia
adalah akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Agar
target nasional dan global untuk mencapai eradikasi, eliminasi, dan redukasi
terhadap PD3I dapat dicapai, cakupan imunisasi harus dipertahankan tinggi
dan merata sampai mencapai tingkat Population Immunity (kekebalan
masyarakat) yang tinggi. Salah satu program yang terbukti efektif untuk
2
menekan angka kesakitan dan kematian akibat PD3I adalah imunisasi
(DepKes RI, 2007).
Berdasarkan kajian dari Regional Review Meeting on Imunization
WHO/SEARO di New Delhi dan Komite Ahli Penasehat Imunisasi
Nasional/Indonesian technical Advisory Group on Immunization (ITAGI)
pada tahun 2010, merekomendasikan agar vaksin Hib diintegrasikan ke dalam
program imunisasi nasional untuk menurunkan angka kesakitan, kematian
dan kecacatan bayi dan balita akibat pneumonia dan meningitis. Hal ini
selaras dengan introduksi vaksin baru yang tercepat dalam Comprehensive
Multi Years Plan (CMYP) 2010-2014 dalam rangka mempercepat pencapaian
Millenium Development Goals (MDGs) 4 (DKK Sukoharjo, 2013).
Selain itu direkomendasikan vaksin Hib dalam bentuk cair (liquid)
kombinasi dengan DPT/HB untuk efisiensi biaya, waktu dan penyimpanan.
Berkat kemajuan teknologi pembuatan vaksin, telah dimungkinkan vaksin
DPT, Hepatitis B dan Hib dikombinasikan dalam satu preparat tunggal (DPT-
HB-Hib). Hal tersebut sesuai dengan rekomendasi SAGE ( StrategicAdvisory
Group of Experts on Imunization) tentang kombinasi vaksin Hib dengan
DPT-HB menjadi vaksin DPT-HB-Hib (pentavalen) untuk mengurangi
jumlah suntikan pada bayi (DKK Sukoharjo, 2013).
Pneumonia menyebabkan kematian terbesar pada anak. Kurang lebih 23%
pneumonia yang serius pada anak disebabkan oleh Haemophilus Influenza
tipe b (Hib). Sedangkan penyebab lain adalah Pneumococcus, Saphilococcus,
Streptococcus, virus dan jamur. Hib dan Streptococcus Pneumonia
3
jugamenyebabkan meningitis yang dapat menimbulkan kematian dan
kecacatan pada anak (DKK Sukoharjo, 2013).Cakupan imunisasi dasar
lengkap tahun 2013 di Desa Puntukrejo, Ngargoyoso, Karanganyar sebesar
48,1%, sedangkan imunisasi Hb 0 59,5%, imunisasi BCG 56%, imunisasi
DPT1 58,1%, DPT2 47,8%. DPT3% 45,3%, Polio1 56%, Polio2 58,1%, Polio3
47,8%, Polio4 43,8%, Campak 48,6%.
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan pada tanggal 11
Oktober 2014 di Desa Puntukrejo, Ngargoyoso, Karanganyar, di dapatkan
jumlah batita dari bulan Oktober 2013-Oktober 2014 berjumlah 160 batita,
kemudian setelah dilakukan wawancara kepada 10 ibu yang mempunyai anak
batita dansudah diimunisasi Pentavalen didapatkan hasil yaitu 2 ibu sudah
mengetahui tentang imunisasi Pentavalen dan 8 ibu kurang mengetahui
tentang imunisasi Pentavalen. Ibu juga mengatakan bahwa mengimunisasikan
anaknya hanya untuk mengikuti kebijakan dari pemerintah. Dari hasil
wawancara tersebut menunjukkan bahwa pada ibu banyak yang belum
mengetahui tentang imunisasi Pentavalen.Berdasarkan uraian diatas, penulis
tertarik untuk mengambil judul “Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi
Pentavalen di Desa Puntukrejo, Karanganyar”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah “Bagaimana Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi
Pentavalen di Desa Puntukrejo?”.
4
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang
imunisasi pentavalen di Desa Puntukrejo, Karanganyar.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi pentavalen di
Desa Puntukrejo, Karanganyar pada tingkat baik.
b. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi pentavalen di
Desa Puntukrejo, Karanganyarpada tingkat cukup.
c. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi pentavalen di
Desa Puntukrejo, Karanganyarpada tingkat kurang.
D. Manfaaat Penelitian
1. Bagi ilmu pengetahuan
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk informasi dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan yang lebih
luas khususnya mengenai imunisasi pentavalen.
2. Bagi diri sendiri
Melatih kemampuan peneliti untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang
diperoleh dari institusi pendidikan yaitu metodologi penelitian, statistik
kesehatan, ilmu kesehatan anak, serta melatih keterampilan berfikir secara
kritis dan analisis.
5
3. Bagi institusi
a. Institusi lahan penelitian
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dalam
program peningkatan pengetahuan tentang imunisasi pentavalen.
b. Institusi Akademik
Menambah referensi perpustakaan dan sebagai sumber bacaan tentang
tingkat pengetahuan dan imunisasi pentavalen.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian serupa yang pernah dilakukan antara lain :
1. Amin Dewi Fitriyani (2013), dalam penelitiannya yang berjudul “Tingkat
Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi DPT di Posyandu Desa Pereng,
Mojogedang, Karanganyar, Jawa Tengah”. Penelitian ini merupakan jenis
penelitian deskriptif kuantitatif. Alat pengumpulan data yang digunakan
adalah kuesioner. Analisa data yang digunakan adalah adalah analisa
univariat, variabel yang digunakan untuk penelitian ini adalah variabel
tunggal. Hasil penelitian tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi DPT
pada bayi mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan dalam
kategori cukup 22 responden (73,33%), kategori baik 5 responden
(16,67%), dan kategori kurang 3 responden (10%).Perbedaan dengan
penelitian ini adalah lokasi dan waktu penelitian, sampel penelitian,
jumlah responden, tekhnik sampling. Sedangkan persamaan dengan
penelitian ini adalah metode penelitian yaiti deskriptif.
6
2. Peneliti belum menemukan penelitian yang sama mengenai tingkat
pengetahuan ibu tentang imunisasi pentavalen
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk
mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja
maupun tidak sengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak
atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu (Mubarok, 2007).
b. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan, yaitu :
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya, mengingat kembali (recall) terhadap suatu
yang spesifik dari seluruh bahan yang atau rangsangan yang telah
diterima.
2) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara luas.
8
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata.
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam
suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu
sama lain.
5) Sintesis (Syntesis)
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
jastifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
(Mubarok, 2007).
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu :
1) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap
perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita tertentu yang
menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk
mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan
9
untuk mendapat informasi, misalnya hal-hal yang menunjang
kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.
Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga
perilaku seseorang akan pola hidup terutama untuk sikap berperan
serta dalam pembangunan. Pada umunya makin tinggi pendidikan
seseorang makin mudah menerima informasi.
2) Pekerjaan
Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk
menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan
bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara
mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak
tantangan. Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan
yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai
pengaruh terhadap kehidupan keluarga.
3) Usia
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan
sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan
dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan
bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih
dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya.
Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa.
10
4) Lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar
manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi
perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
5) Sosial Budaya
Sistem sosial budaya yang ada di masyarakat dapat
mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.
(Wawan, 2011).
2. Imunisasi
a. Pengertian
Imunisasi merupakan suatu upaya untuk menimbulkan atau
meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu
penyakit (Proverawati dan Dwi Andhini, 2010). Imunisasi adalah
suatu cara untuk meningkatkan kekebalan secara aktif terhadap suatu
penyakit, sehingga kelak bila terpapar dengan penyakit tersebut tidak
akan menderita penyakit tersebut karena system imun tubuh
mempunyai system memori (daya ingat), ketika vaksin masuk
kedalam tubuh maka akan dibentuk anti bodi untuk melawan vaksin
tersebut dan system memori akan menyimpannya sebagai suatu
pengalaman (Mulyani dan Rinawati, 2013).
b. Tujuan Imunisasi
Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan kepada
bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang
11
disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit. Secara umum tujuan
imunisasi, antara lain :
1) Melalui imunisasi, tubuh tidak mudah terserang penyakit
menular.
2) Imunisasi sangat efektif mencegah penyakit menular.
3) Imunisasi menurunkan angka morbidibitas (angka kesakitan) dan
mortilitas (angka kematian) pada balita.
(Proverawati dan Dwi Andhini, 2010)
c. Jenis-jenis vaksin
Pada prinsipnya, vaksin ada 2 jenis, yaitu :
1) Vaksin yang terbuat dari kuman/virus hidup yang dilemahkan.
Contohnya antara lain BCG (bakteri), polio (virus), campak
(virus), dan MMR (virus).
2) Vaksin yang terbuat dari kuman/ virus mati atau komponennya,
contohnya antara lain hepatitis A dan B, DTP, Hib, pneumokokus,
influenza, tifoid, dan HPV.
(SATGAS Imunisasi PP IDAI, 2014)
d. Macam-macam
Ada 5 macam imunisasi dasar, yaitu :
1) Hepatitis B
Infeksi virus hepatitis B (VHB) menyebabkan sedikitnya satu
juta kematian per tahun. Semua orang yang mengandung HbsAg
positif potensial infeksius. Transmisi terjadi melalui kontak
12
perkutaneus atau parenteral, dan melalui hubungan seksual.
Transmisi antar anak merupakan modus yang sering terjadi di
negara endemis VHB. VHB dapat melekat dan bertahan di
permukaan suatu benda selama kurang lebih 1 minggu tanpa
kehilangan daya tular. Darah bersifat infeksius beberapa minggu
sebelum awitan, menetap selama fase akut infeksius bila HbsAg
positif.
2) Polio
Poliomielitis adalah suatu penyakit demam akut yang
disebabkan virus polio. Kerusakan pada motor neuron medula
spinalis dapat mengakibatkan kelumpuhan yang bersifat flaksid.
Virus polio termasuk virus RNA golongan Picornaviridae genus
Enterovirus. Genom polio virus berupa single stranded RNA,
terdiri dari 7.450 nukleotida. Terdapat tiga jenis serotipe virus
polio yaitu virus poli-1, polio-2, polio-3.
3) BCG (Bacille Calmette-Guerin)
Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat
dari Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun
sehingga didaptkan basil yang tidak virulen tetapi masih
mempunyai imunogenitas. Vaksinasi BCG menimbulkan
sensitivitas terhadap tuberkulin.
13
4) DTP (Difteria, Tetanus, Pertusis)
Difteria adalah suatu penyakit akut yang bersifat toxin-
mediate disease dan disebabkan oleh kuman Corynebacterium
diphteriae diphtheriae. Corynebacterium diphteriae diphtheriae
adalah basil Gram positif. Produksi toksin terjadi hanya bila
kuman tersebut mengalami lisogenisasi oleh bakteriofag yang
mengandung informasi genetik toksin.
Tetanus adalah penyakit akut, bersifat fatal, gejala klinis
disebabkan oleh eksotoksin yang diproduksi bakteri Clostridium
tetani. Clostridium tetani adalah kuman berbentuk batang dan
bersifat anaerobik, gram positif yang mampu menghasilkan spor
dengan bentuk drumstick. Kuman ini sensitif terhadap suhu panas
dan tidak bisa hidup dalam lingkungan beroksigen.
Pertusis atau batuk rejan/batuk seratus hari adalah suatu
penyakit akut yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis.
Bordetella pertussis adalah bakteri batang yang bersifat gram
negatif dan membutuhkan media khusus untuk isolasinya. Kuman
ini menghasilkan beberapa antigen antara lain toksin pertusis (PT),
filamen hemagglutinin (FHA), pertactineaglutinogen fimbriae,
adenil siklase, endotoksin, dan trakea sitotoksin. Produk toksin ini
berperan dalam terjadinya penyakit pertusis dan kekebalan
terhadap satu atau lebih komponen toksin tersebut akan
menyebabkan serangan penyakit yang ringan.
14
5) Campak
Penyakit campak disebabkan oleh karena virus campak.
Virus termasuk dalam famili paramyosovirus. Virus campak
sensitif terhadap panas, sangat mudah rusak pada suhu 37oC.
Toleransi terhadap PH baik sekali. Bersifat sensitif terhadap eter,
cahaya dan trysine. Virus mempunyai jangka hidup pendek (short
survival time) yaitu kurang dari 2 jam.
(IDAI, 2011).
3. Imunisasi Pentavalen (DTP-HB-Hib)
a. Pengertian
1) Difteria
Difteria adalah suatu penyakit akut yang bersifat toxin-
mediate disease dan disebabkan oleh kuman Corynebacterium
diphteriae diphtheriae. Corynebacterium diphteriae diphtheriae
adalah basil Gram positif. Produksi toksin terjadi hanya bila
kuman tersebut mengalami lisogenisasi oleh bakteriofag yang
mengandung informasi genetik toksin. Hanya galur toksigenik
yang dapt menyebabkan penyakit berat. Ditemukan 3 galur bakteri
yaitu, gravis, intermedius, belfanti dan mitis dan semuanya dapat
memproduksi toksin, tipe gravis adalah yang paling sering
didapatkan pada kasus yang berat (IDAI, 2011).
Penyakit difteria merupakan penyakit yang mudah menular
dan menyerang saluran napas bagian atas dengan gejala demam,
15
pembengkakan pada amandel (tonsil), dan terlihat selaput putih
kotor yang makin lama makin membesar dan dapat menutup jalan
napas. Tersumbatnya jalan napas oleh selaput merupakan
penyebab kematian utama (IDAI, 2011).
2) Pertusis
Pertusis merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh
kuman Bordetella pertusis. Batuk ini mencapai 1-3 bulan, oleh
karena itu pertusis dikenal dengan istilah batuk seratus hari.
Penularan penyakit ini dapat melalui droplet penderita (Mulyani
dan Rinawati, 2013). Gejala utama pertusis timbul saat terjadinya
penumpukan lendir dalam saluran nafas akibat kegagalan aliran
oleh bulu getar yang lumpuh berakibat terjadinya batuk
paroksismal tanpa inspirasi yang disertai dengan bunyi whoop.
Pada serangan batuk seperti ini, pasien akan muntah dan sianosis,
menjadi sangat lemas dan kejang. Keadaan ini dapat berlanjut
antara 1 sampai 10 minggu (IDAI, 2011).
3) Tetanus
Tetanus merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi
kuman Clostridium Tetani. Penderita akan mengalami kejang-
kejang baik pada tubuh maupun otot mulut sehingga mulut tidak
bisa dibuka, pada bayi air susu ibu tidak bisa masuk, selanjutnya
penderita mengalami kesulitan menelan dan kekakuan pada leher
dan tubuh. Pada bayi penularan disebabkan karena pemotongan
16
tali pusat tanpa alat yang steril atau dengan cara tradisional
dimana alat pemotong dibubuhi ramuan tradisional yang
terkontaminasi spora kuman tetanus
(Proverawati dan Dwi Andhini, 2010).
4) Hepatitis B
Hepatitis B merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus
yang telah mempengaruhi organ hati. Bayi-bayi yang terjangkit
virus hepatitis beresiko terkena kanker hati. Virus Hepatitis B
disebarkan melalui kontak dengan cairan tubuh (darah, air liur, air
mani). Gejalanya mirip flu, yaitu hilangnya nafsu makan, mual,
muntah, rasa lelah, mata kuning, demam, urine menjadi kuning
dan sakit perut (Proverawati dan Dwi Andhini, 2010).
5) Haemophyllus Influenza tipe b
Haemophyllus Influenza tipe b (Hib) merupakan suatu bakteri
Gram negatif. Infeksi Hib menyebabkan meningitis (radang
selaput otak) dengan gejala demam, kaku kuduk, penurunan
kesadaran, kejang, dan kematian. Penyakit lain yang dapat terjadi
adalah pneumonia, selulitis, artritis dan epiglotitis. Penularannya
melalui bersin, batuk dari penderita secara langsung. Penularan
juga dapat disebabkan karena penggunaan barang-barang yang
terkontaminasi oleh bakteri Haemophyllus Influenza tipe b. Anak-
anak mempunyai resiko lebih tinggi. Anak-anak yang yang masih
17
minum ASI masih bisa terlindung, akan tetapi lebih baik jika
diberikan imunisasi (Mulyani dan Rinawati, 2013).
b. Tujuan Imunisasi
Tujuan imunisasi pentavalen adalah untuk pencegahan terhadap
penyakit difteri, tetanus, pertusis (batuk rejan), hepatitis B,dan infeksi
Haemophilus influenzae tipe b secara simultan pada seseorang dan
menghilangkan penyakit tersebut pada sekelompok masyarakat
(Biofarma, 2013).
c. Kontra Indikasi
Hipersensitif terhadap komponen vaksin, atau reaksi berat
terhadap dosis vaksin kombinasi sebelumnya atau bentuk-bentuk
reaksi sejenis lainnya merupakan kontra indikasi absolut terhadap
dosis berikutnya. Terdapat beberapa kontra indikasi terhadap dosis
pertama DTP, kejang atau gejala kelainan otak pada bayi baru lahir
atau kelainan saraf serius lainnya merupakan kontra indikasi terhadap
komponen pertusis. Dalam hal ini vaksin tidak boleh diberikan
sebagai vaksin kombinasi, tetapi vaksin DT harus diberikan sebagai
pengganti DTP, vaksin Hepatitis B dan Hib diberikan secara terpisah.
Vaksin tidak akan membahayakan individu yang sedang atau
sebelumnya telah terinfeksi virus hepatitis B (Biofarma, 2013).
d. Efek Samping
Jenis dan angka kejadian reaksi simpang yang berat tidak berbeda
secara bermakna dengan vaksin DTP, Hepatitis B dan Hib yang
18
diberikan secara terpisah. Untuk DTP, reaksi lokal dan sistemik
ringan umum terjadi. Beberapa reaksi lokal sementara seperti
bengkak, nyeri dan kemerahan pada lokasi suntikkan disertai demam
dapat timbul dalam sejumlah besar kasus. Kadang–kadang reaksi
berat seperti demam tinggi, irritabilitas (rewel) dan menangis dengan
nada tinggi dapat terjadi dalam 24 jam setelah pemberian.
Episode hypotonic-hyporesponsive pernah dilaporkan. Kejang
demam telah dilaporkan dengan anagka kejadian 1 kasus per 12.500
dosis pemberian. Pemberian asetaminofen pada saat dan 4-8 jam
setelah imunisasi mengurangi terjadinya demam. Studi yang dilakukan
sejumlah kelompok United States institute of Medicine, The Advisory
Commitee on Immunization Practices, dan asosiasi dokter spesialis
anak di Australia, Canada, Inggris dan Amerika, menyimpulkan
bahwa data tidak menunjukkan adanya hubungan kausal anatara DTP,
dan disfungsi saraf kronis pada anak. Oleh karenanya, tidak ada bukti
ilmiah bahwa reaksi tersebut mempunyai dampak permanen pada
anak.
Vaksin Hib ditoleransi dengan baik. Reaksi lokal dapat terjadi
dalam 24 jam setelah vaksinasi dimana penerima vaksin dapat
merasakan nyeri pada lokasi penyuntikkan. Reaksi ini biasanya
bersifat ringan, termasuk demam, jarang terjadi setelah penyuntikkan
vaksin Hib. Reaksi berat lainnya sangat jarang, hubungan kausalitas
19
antara reaksi berat lainnya dan vaksin belum pernah ditegakkan
(Biofarma, 2013).
e. Jadwal Imunisasi
Suntikan awal diberikan pada bayi berumur 2, 3-4, 4-6 bulan, dan
suntikan ulang ketika anak berusia 15-18 bulan (SATGAS Imunisasi
PP IDAI, 2014). Diberikan secara intramuskular pada paha
anterolateral dan di lengan kanan atas pada batita saat imunisasi
lanjutan (Biofarma, 2013).
f. Dosis dan Cara Pemberian
Vaksin harus disuntikkan secara intramuskular. Penyuntikkan
sebaiknya dilakukan pada anterolateral paha atas. Penyuntikkan pada
bagian bokong anak dapat menyebabakan luka saraf siatik dan tidak
dianjurkan. Suntikkan tidak boleh diberikan ke dalam kulit karena
dapat meningkatkan reaksi lokal. Satu dosis anak adalah 0,5 ml
(Biofarma, 2013). Cara memberikan vaksin ini sebagai berikut :
1) Letakkan bayi dengan posisi miring di atas pangkuan ibu dengan
seluruh kaki telanjang.
2) Orangtua sebaiknya memegang kaki bayi.
3) Pegang paha dengan ibu jari dan jari telunjuk.
4) Masukkan jarum dengan sudut 90o.
20
5) Tekan seluruh jarum langsung ke bawah melalui kulit sehingga
masuk ke dalam otot. Untuk mengurangi rasa sakit, suntikkan
secara perlahan-lahan.
(Proverawati dan Dwi Andhini, 2010).
g. Reaksi KIPI
Gejala KIPI vaksinasi Pentavalen antara lain:
1) Reaksi suntikan langsung : rasa sakit, bengkak, dan kemerahan.
2) Reaksi suntikan tidak langsung : rasa takut/cemas, nafas tertahan,
pernafasan sangat cepat, pusing, mual/muntah, kejang,
pingsan/sinkope, hysteria massal.
(DepKes, 2013).
21
B. Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Modifikasi (Wawan, 2011), (IDAI, 2011).
Tingkat
Pengetahuan Ibu
Imunisasi
Pentavalen
Faktor yang
Mempengaruhi
Pengetahuan :
1. Pendidikan
2. Pekerjaan
3. Umur
4. Lingkungan
5. Sosial
Budaya
a. Pengertian
b. Tujuan
c. Kontra Indikasi
d. Efek Samping
e. Jadwal Imunisasi
f. Dosis dan Cara
Pemberian
g. Reaksi KIPI
Imunisasi
a. Pengertian
b. Tujuan
c. Jenis-jenis vaksin
d. Macam-macam
Imunisasi Dasar
22
C. Kerangka Konsep
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
Tingkat pengetahuan ibu tentang
imunisasi pentavalen
Baik
Cukup
Kurang
Faktor yang Mempengaruhi
Pengetahuan :
1. Pendidikan
2. Pekerjaan
3. Umur
4. Lingkungan
5. Sosial Budaya
23
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Ditinjau dari tujuan penelitian yang akan dicapai, penelitian ini
mengguanakan metode penelitian deskriptif kuantitatif. Deskriptif yaitu suatu
penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau memaparkan peristiwa
penting yang terjadi pada masa kini yang dilakukan secara sistematis dan
menekan pada data faktual (Nursalam, 2013). Kuantitatif yaitu data yang
berupa angka-angka (Syaifuddin, 2013). Penelitian yang dilakukan untuk
mendiskripsikan tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi pentavalen di
Desa Puntukrejo, Karanganyar.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat yang digunakan peneliti untuk
pengambilan data selama kasus berlangsung (Hidayat, 2007). Penelitian
ini dilakukan di Desa Puntukrejo, Ngargoyoso, Karanganyar.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah jangka waktu yang di butuhkan peneliti
untuk memperoleh data penelitian yang di laksanakan (Hidayat, 2007).
Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2014 – Juli 2015.
24
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Sujarweni,2012). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah ibu
yang mempunyai batita dalam waktu satu tahun terakhir dari bulan
Januari 2014 sampai Januari 2015 di Desa Puntukrejo, Ngargoyoso,
Karanganyar sebanyak 166 ibu yang mempunyai batita.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi terjangkau yang dapat
dipergunakan sebagai subyek penelitian melalui sampling. Sedangkan
sampling adalah proses menyeleksi populasi yang dapat mewakili
populasi yang ada (Riwidikdo, 2013). Bila populasi kurang dari 100
sebaiknya dicuplik 50% dari populasi, dan bila populasi beberapa ratus
diambil 25% - 30% (Saryono, 2011). Penelitian ini mengambil 25% dari
populasi yaitu 40 responden yaitu ibu yang memiliki batita di Desa
Puntukrejo, Ngargoyoso, Karanganyar.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel merupakan teknik untuk menentukan
sampel yang akan digunakan dalam penelitian (Sujarweni, 2012). Teknik
pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah quota
sampling. Quota Sampling yaitu teknik untuk menentukan sampel dari
25
populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang
diinginkan (Sujarweni, 2012).
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah sesuatu yang berbentuk yang ditetapkan oleh
peneliti dipelajari dengan seksama sehingga diperoleh informasi berupa data
dan diolah dengan statistik sehingga dapat ditarik kesimpulan
(Sujarweni,2012). Penelitian ini menggunakan variabel tunggal yaitu Tingkat
Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Pentavalen.
E. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan mendefinisikan variabel secara operasional
berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti
untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu
objek atau fenomena (Hidayat, 2007).
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Skala
Ukur Hasil
Tingkat
pengetahuan
ibu
tentang
imunisasi
Pentavalen.
Pengetahuan ibu yang dimiliki
dalam menjawab kuesioner
yang berkaitan dengan
imunisasi Pentavalen yang
terdiri dari pengertian, tujuan
imunisasi, kontra indikasi,
efek samping, jadwal
imunisasi, dosis dan cara
pemberian, serta reaksi KIPI.
Ordinal
a. Baik, bila nilai
responden (x) >
mean + 1 SD.
b. Cukup, bila nilai
mean-1 SD £ x £
mean + 1 SD.
c. Kurang ,bila nilai
responden (x) <
mean – 1SD.
(Riwidikdo, 2013).
26
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan penelitian
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih
baik sehingga mudah diolah (Saryono, 2011). Instrumen yang digunakan
pada penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner adalah suatu daftar pustaka
yang berisi pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab atau dikerjakan
oleh responden (Walgito, 2010).
Kuesioner dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup, yang berbentuk
pernyataan dimana dalam pernyataan tersebut disediakan pilihan jawaban
“benar” atau “salah” tentang imunisasi Pentavalen dan responden diminta
untuk memilih salah satu jawaban tersebut. Dalam penelitian ini terdapat dua
pernyataan yaitu pernyataan positif (favourable) dan pernyataan negatif
(unfavourable). Pernyataan positif (favourable) adalah pernyataan yang
jawabannya benar, apabila responden menjawab benar nilainya 1 dan
menjawab salah nilainya 0. Pernyataan negatif (unfavourable) adalah
pernyataan yang jawabannya salah, apabila responden menjawab benar
nilainya 0 dan menjawab salah nilainya 1. Adapun pengisian kuesioner ini
dengan cara memberikan tanda centang (√) pada lembar kuesioner yang
sudah disediakan.
Untuk mengetahui kuesioner penelitian ini berkualitas, terlebih dahulu
dilakukan uji validitas dan reliabilitas dengan karakteristik sejenis di luar
lokasi penelitian. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan pada 20 ibu yang
mempunyai batita pada tanggal 06 – 10 Januari 2015 di Desa Nglegok,
27
kemudian diolah dan dianalisa dengan dibantu program SPSS (Statistical
Product and Service Solution) versi 17.
1. Kisi-kisi kuesioner
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Kuesioner Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Pentavalen
Indikator No. kuesioner
favorable
No. Kuesioner
unforable
Jumlah
Pengertian Imunisasi
Pentavalen
1*, 6, 13, 19*, 20,
24, 25, 27, 31,
12, 18, 21, 12
Tujuan Imunisasi
Pentavalen 16, 2
3, 4*,
17 5*
Kontra Indikasi
Imunisasi Pentavalen 40, 5 15, 8* 4
Efek Samping 7, 11 22, 23* 4
Jadwal Imunisasi 9*, 14, 36*, 37 10, 28 6
Dosis dan Cara
Pemberian 30, 34*, 35* 29, 26 5
Reaksi KIPI 38, 39 32*, 33* 4
Jumlah Total Soal 40
Keterangan : ( * ) tidak valid
2. Uji Validitas
Uji validitas untuk mengetahui apakah alat ukur tersebut valid, valid
artinya ketepatan mengukur, atau alat ukur tersebut tepat untuk mengukur
sebuah variabel yang akan diukur. Penelitian ini menggunakan uji validitas
dengan rumus product- moment sebagai berikut :
r =
28
Keterangan :
N : Jumlah responden
r : Koefisien korelasi product moment
X : Skor pernyataan
Y : Skor total
XY : Skor pernyataan dikali skor total
(Riwidikdo, 2013).
Sesuai rumus product-moment di atas, instrumen dikatakan valid jika
r hitung> r tabel dengan taraf signifikansi 5 %, yaitu rhitung > 0,444 untuk
jumlah responden 20 orang (Notoatmodjo, 2010).
Berdasarkan uji validitas di Desa Nglegok, Ngargoyoso, Karanganyar
didapatkan dari 40 soal pernyataan yang telah dilakukan uji validitas
didapatkan kesimpulan 28 pernyataan dinyatakan valid, sedangkan 12
pernyataan dinyatakan tidak valid yaitu nomor ,1, 9, 19,4, 5, 8, 23, 32, 33,
34, 35, 36 dan sehingga pernyataan tersebut tidak digunakan karena sudah
terwakili.
3. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah hal yang dapat dipercaya. Hasil pengukuran harus
reliabel dalam artian harus memiliki tingkat konsistensi dan kemantapan.
Reliabel dapat diartikan ajeg, artinya alat ukur mempunyai prinsip
keajegan, dimana dipakai pada waktu dan tempat berbeda yang
mempunyai kemampuan mengukur yang sama. Alat ukur yang reliabel
pasti terdiri dari item-item alat ukur yang valid (Riwidikdo, 2013). Dalam
29
penelitian ini, uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach.
Rumus Alpha Cronbach adalah sebagai berikut :
r =
Keterangan :
r = koefisien relibilitas instrument
K = banyaknya butir pertanyaan / banyaknya soal
= total varians butir
= total varians
(Riwidikdo, 2013).
Dikatakan reliabel jika nilai alpha minimal 0,7 (Riwidikdo, 2013).
Sedangkan hasil dari uji reliabilitas yang telah dilakukan diketahui bahwa
nilai alpha sebesar 0,937 dengan demikian kuesioner tersebut dinyatakan
reliabel dan dipergunakan sebagai penelitian.
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara peneliti untuk mengumpulkan
data yang akan dilakukan dalam penelitian (Hidayat, 2007). Data yang
diperoleh terdiri dari :
1. Data Primer
Data primer disebut juga data tangan pertama. Data primer diperoleh
langsung dari subyek penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau
alat pengambilan data, langsung pada subjek sebagai sumber informasi
yang dicari. Kelebihan data primer adalah akurasinya lebih tinggi.
30
Sedangkan kelemahannya berupa ketidak efisienan, untuk memperolehnya
memerlukan sumber daya yang lebih besar (Saryono, 2011). Data primer
diperoleh secara langsung melalui pengisian kuesioner oleh responden.
2. Data Sekunder
Data sekunder disebut juga data kedua. Data sekunder adalah data
yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti
dari subjek penelitiannya. Biasanya berupa data dokumentasi atau data
laporan yang telah tersedia. Keuntungan data sekunder adalah efisiensi
tinggi dengan kelemahan kurang akurat (Saryono, 2011). Data sekunder
didapatkan dari Posyandu Desa Puntukrejo, Ngargoyoso, Karanganyar
yang dapat menunjang pelaksanaan penelitian ini, yaitu berupa data
jumlah ibu yang mempunyai batita di Posyandu Desa Puntukrejo,
Ngargoyoso, Karanganyar sebanyak 166 ibu yang mempunyai batita.
H. Metode Pengolahan
Setelah data terkumpul, langkah berikutnya adalah pengolahan data. Proses
pengolahan data terdiri dari :
a. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan. Peneliti memeriksa kembali data yang
diperoleh dari responden, apabila ada data yang tidak lengkap maka
peneliti akan mengembalikan kepada responden untuk dilengkapi.
31
b. Coding
Coding adalah kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap
data yang terdiri atas beberapa kategori. Setelah semua data diedit
selanjutnya dilakukan pengkodean. Pada soal pernyataan positif
(favourable) yaitu pernyataan yang jawabannya benar, apabila responden
menjawab benar diberi kode 1 dan menjawab salah diberi kode 0.
Sedangkan pada soal pernyataan negatif (unfavourable) yaitu pernyataan
yang jawabannya salah, apabila responden menjawab benar diberi kode 0
dan menjawab salah diberi kode 1.
c. Data Entry
Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah
dikumpulkan kedalam program atau software computer. Setelah proses
coding selesai, maka peneliti memasukkan jawaban dari masing-masing
responden dalam bentuk kode (angka) ke dalam program atau software
komputer
d. Pembersihan Data (Cleaning)
Pembersihan data merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang
sudah dimasukkan apakah ada kesalahan atau tidak. Pada langkah ini
peneliti memeriksa ulang, jika ada data yang salah atau tidak tepat
dihapus atau diganti dengan yang tepat, sedangkan data yang telah
dimasukkan sudah tepat tidak perlu diganti atau dihapus.
(Agus Riyanto, 2013).
32
I. Analisis Data
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini analisis univariate atau
analisa deskriptif yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian (Hidayat, 2007).
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan adalah sebagai berikut :
a. Baik : bila nilai responden (x) > mean + 1 SD
b. Cukup : bila nilai mean – 1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD
c. Kurang : bila nilai responden (x)< mean – 1 SD
(Riwidikdo, 2013).
J. Etika Penelitian
Pada penelitian ini, tetap menjunjung tinggi kebebasan dan hak dari setiap
orang dalam memberikan masukan, pendapat serta jawaban dari kuesioner
yang ada. Sehingga nilai untuk tetap menjunjung tinggi etika penelitian
menjadi salah satu wujud akan tidak adanya intervensi dari pihak manapun.
Standar etika dalam melakukan penelitian antara lain :
a. Informed Consent (Lembar Persetujuan)
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.
Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan
memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuannya
adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui
dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani
33
lembar persetujuan. Jika tidak bersedia maka peneliti harus menghormati
hak responden.
b. Anonimity (Tanpa Nama)
Jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak
memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur
dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil
penelitian yang akan disajikan.
c. Confidentiality (kerahasiaan)
Merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil,
penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua
informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti,
hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.
(Hidayat, 2007).
K. Jadwal Penelitian
Dalam bagian ini diuraikan langkah-langkah kegiatan dari mulai
menyusun proposal penelitian, sampai dengan penulisan laporan penelitian,
beserta waktu berjalan atau berlangsungnya tiap kegiatan tersebut
(Hidayat,2007). Jadwal kegiatan penelitian ini terlampir.
34
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
Desa Puntukrejo merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan
Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar. Secara geografis, di sebelah utara desa
Puntukrejo berbatasan langsung dengan desa Nglegok, sebelah timur
berbatasan dengan desa Berjo, sebelah selatan berbatasan dengan desa Salam,
dan sebelah barat berbatasan dengan desa Harjosari. Total luas wilayah desa
Puntukrejo mencapai 268.5940 hektar. Jumlah penduduk di wilayah ini
sebanyak 3.990 jiwa.
B. Hasil Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dimana
pengambilan data penelitian menggunakan kuesioner mengenai Tingkat
Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Pentavalen di Desa Puntukrejo,
Karanganyar. Setelah data terkumpul, maka langkah yang dilakukan
berikutnya adalah pengolahan data. Pengolahan data dilakukan dengan
penghitungan manual dan dibantu program SPSS (Statistical Product and
Servcie Solution), berikut hasil perhitungan mean dan standar deviasi :
Tabel 4.1 Mean dan Standar Deviasi
Variabel N Mean Standar Deviasi
Pengetahuan Ibu Tentang 40 19,90 3,740
Imunisasi Pentavalen
35
Sumber : Data Primer 2015
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan responden, maka dilakukan
perhitungan sebagai berikut :
a. Baik = (x) > Mean + 1(SD)
= (x) > 19,90 + 1(3,740)
= (x) > 23,64
Jadi pengetahuan baik jika nilai responden > 23,64
b. Cukup = Mean – 1(SD) ≤ (x) ≤ Mean + 1(SD)
= 19,90 – 1(3,740) ≤ (x) ≤ 19,90 + 1(3,740)
= 16,16 ≤ (x) ≤ 23,64
Jadi pengetahuan cukup jika nilai responden 16,16 ≤ (x) ≤ 23,64
c. Kurang = (x) < Mean – 1(SD)
= (x) < 19,90 – 1(3,740)
= (x) < 16,16
Jadi pengetahuan kurang jika nilai responden < 16,16
Sehingga didapat hasil frekuensi dan prosentase tingkat pengetahuan ibu
tentang imunisasi pentavalen sebagai berikut :
Tabel 4.2 Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Pentavalen
No. Tingkat Pengetahuan Frekuensi Prosentase (%)
1. Baik 9 22,5
2. Cukup 24 60
3. Kurang 7 17,5
Jumlah 40 100
Sumber : Data Primer 2015
36
Berdasarkan dari tabel 4.2 diatas dapat diuraikan bahwa dari 40 responden
terdapat 9 responden (22,5%) memiliki pengetahuan baik, 24 responden
(60%) memiliki pengetahuan cukup dan 7 responden (17,5%) memiliki
pengetahuan kurang. Jadi sebagian besar responden besar memiliki
pengetahuan cukup tentang imunisasi Pentavalen.
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengolahan data penelitian diketahui bahwa tingkat
pengetahuan ibu yang mempunyai batita tentang imunisasi pentavalen pada
kategori baik 9 responden (22,5%), pada kategori cukup sebanyak 24
responden (60%), dan pada kategori kurang sebanyak 7 responden (17,5%).
Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan ibu yang mempunyai
batita tentang imunisasi pentavalen yang terbanyak adalah kategori cukup
yaitu sebanyak 24 responden (60%). Menurut Wawan (2011) faktor-faktor
yang mempengaruhi pengetahuan adalah pendidikan, pekerjaan, usia,
lingkungan, sosial budaya. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang
termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama untuk sikap
berperan serta dalam pembangunan.
Pada umunya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima
informasi. Pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman
dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung dari
lingkungan pekerjaan. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan
kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja, sehingga
37
pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Lingkungan dapat
mempengaruhi masuknya pengetahuan seseorang yang berpengaruh terhadap
perkembangan dan perilaku. Sistem sosial budaya yang ada di masyarakat
dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.
Berdasarkan hasil penelitian, ibu yang mempunyai pengetahuan pada
kategori baik yang diperoleh 9 responden (22,5%), sebagian besar ibu telah
memahami pengertian imunisasi pentavalen, tujuan pemberian imunisasi
pentavalen, efek samping imunisasi pentavalen, dosis, cara pemberian, jadwal
imunisasi, dan kontra indikasi imunisasi pentavalen. Adapun yang belum
dimengerti ibu yaitu reaksi KIPI. Berdasarkan hasil kuesioner dari responden,
tingkat pengetahuan ibu pada kategori cukup sebanyak 24 responden (60%),
sebagian besar ibu telah memahami pengertian imunisasi pentavalen, tujuan
pemberian imunisasi pentavalen, efek samping imunisasi pentavalen, dosis,
cara pemberian, jadwal imunisasi, dan kontra indukasi imunisasi pentavalen.
Adapun yang belum dimengerti ibu yaitu reaksi KIPI. Sedangkan tingkat
pengetahuan ibu pada kategori kurang sebanyak 7 responden (17,5%), telah
mengerti tentang pengertian imunisasi pentavalen, tujuan imunisasi
pentavalen, jadwal imunisasi, dan efek samping imunisasi pentavalen. Akan
tetapi kurang memahami mengenai cara pemberian, dosis, kontra indikasi
imunisasi pentavalen dan reaksi KIPI.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, peneliti belum bisa
membandingkan hasil penelitian karena belum menemukan penelitian yang
sama mengenai tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi pentavalen.
38
D. Keterbatasan
Dalam melakukan penelitian ini, penulis memiliki beberapa kendala dan
keterbatasan yaitu :
1. Kendala Penelitian
Kendala penelitian ini adalah peneliti membutuhkan waktu yang lama
dalam menjelaskan kuesioner kepada responden dan ada beberapa
responden yang kurang paham dengan pernyataan didalam kuesioner
tersebut walaupun sudah dijelaskan oleh peneliti.
2. Keterbatasan Penelitian
a. Variabel penelitian ini merupakan variabel tunggal sehingga
penelitian terbatas pada tingkat pengetahuan saja.
b. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner
tertutup sehingga responden hanya bisa menjawab benar atau salah
serta jawaban responden belum bisa untuk mengukur pengetahuan
secara mendalam.
39
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil penelitian Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Pentavalen
di Desa Puntukrejo, Karanganyar adalah sebagai berikut :
1. Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Pentavalen di Desa
Puntukrejo, Karanganyar pada kategori baik sebanyak 9 responden
(22,5%).
2. Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Pentavalen di Desa
Puntukrejo, Karanganyar pada kategori cukup sebanyak 24 responden
(60%).
3. Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Pentavalen di Desa
Puntukrejo, Karanganyar pada kategori kurang sebanyak 7 responden
(17,5%).
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang
Imunnisasi Pentavalen di Desa Puntukrejo, Karanganyar yang tertinggi pada
kategori cukup sebanyak 24 responden (60%).
B. Saran
1. Bagi Responden
Diharapkan dengan adanya penelitian ini, para ibu lebih aktif mencari
informasi melalui media cetak, radio, televisi, internet dan ikut serta
40
dalam penyuluhan yang diberikan oleh tenaga kesehatan agar ibu paham
dan mengerti tentang pentingnya imunisasi, khususnya imunisasi
pentavalen.
2. Bagi Lahan Penelitian
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan dalam program
peningkatan pengetahuan tentang imunisasi pentavalen.
3. Bagi Institusi Akademik
Diharapkan penelitian ini dapat menambah referensi perpustakaan dan
sebagai sumber bacaan tentang tingkat pengetahuan dan imunisasi
pentavalen.
DAFTAR PUSTAKA
Amin Dewi Fitriyani, 2013. Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi DPT di
Posyandu Desa Pereng, Mojogedang, Karanganyar, Jawa Tengah tahun
2013. Surakarta STIKes Kusuma Husada Surakarta. Karya Tulis Ilmiah.
Anwar, S. 2013. Metode Penelitian. Jakarta : Reinka Cipta.
BADAN POM RI. 2013. Drug for Patient Safety. http://perpustakaan.
Pom.go.id. Diakses Tanggal 12 November 2014.
Biofarma. 2013. Pentabio Vaksin DTP-HB-Hib.
http://www.biofarma.co.id/?s=imunisasi+pentavalen. Diakses tanggal 12
November 2014.
DepKes RI. 2013. Aspek Keamanan Vaksin Kombinasi Pentabio.
http://pptm.depkes.go.id/cms/fronted/ebook/ASPEK_MEDIS_DAN_KEAM
ANAN_VAKSIN_KOMBINASI_PENTABIO_domi.pdf. Diakses tanggal 20
Oktober 2014.
Dinkes Jateng. 2013. AKB di Jawa Tengah.
http://www.dinkesjatengprov.go.id/dokumen/2013/KADINKES/LapSKPD/K
INERJA.pdf. Diakses tanggal 11 Oktober 2014.
DKK Sukoharjo. 2013. Introduksi vaksin baru DPT-HB-Hib (Pentavalen).
http://dkk.sukoharjokab.go.id/read/introduksi-vaksin-baru-dpt-hb-hib-
pentavalen. Diakses tanggal 03 November 2014.
Hidayat, A. A. A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta : Salemba Medika.
______________ . 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis
Data. Jakarta : Salemba Medika.
Kementrian Kesehatan. 2013. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012.
Jakarta : Kementrian Kesehatan.
Mubarak, W.I. 2007. Promosi Kesehatan : Sebuah Pengantar Proses Belajar
Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Mulyani, N.S, Rinawati, M. 2013. Imunisasi Untuk Anak. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Nursalam. 2013. Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika.
Notoatmodjo, Sukino. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta
PP IDAI. 2011. Pedoman Imunisasi Di Indonesia. Jakarta : Departemen Ilmu
Kesehatan Anak.
Proverawati, A. 2010. Imunisasi dan Vaksinsi. Yogyakarta : Nuha Medika.
Riyanto, Agus. 2013. Statistik Deskriptif Untuk Kesehatan. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Riwidikdo, H. 2013. Statistik Untuk Penelitian Kesehatan dengan Aplikasi
Program R dan SPSS. Yogyakarta : Pustaka Rihama.
Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan Penuntun Praktis Bagi
Pemula. Jogjakarta : Mitra Cendikia.
SATGAS IMUNISASI PP IDAI. 2014. Panduan Imunisasi Anak Mencegah
Lebih Baik Daripada Mengobati. Jakarta : Kompas Media Nusantara.
Sujarweni, Wiratna. 2012. Statistika Untuk Penelitian. Yogyakarta : Graha Ilmu
Wawan. 2010. Teori Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Walgito, Bimo. 2010. Bimbingan Konseling Studi dan Karier. Yogyakarta : Mitra
Cendikia Press.
top related