surapati, "pena," 1940

43
\ T Ij^^sr-^ jt ’ '’' '-S* J '^ |l| ' ‘S SJ& S * j l I in '' ^4^fe'¥ ^ ' / r .1 - *^"‘^ ’ '■ ' I I I ' J' s * '* ; . * ** ^ f ^ r ^ 1 ' --\ '% .»•-' ;tp J yo |

Upload: jahoed

Post on 12-Jan-2016

263 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

A roman picisan, an Indonesian dime novel, from the Doenia Pengalaman series (Medan), year 3, #4, 5 Feb 1940.Author: SurapatiTitle: Pena

TRANSCRIPT

Page 1: Surapati, "Pena," 1940

\ T Ij sr- jt ’ '’ ''-S*J ' ^ | l |' ‘S S J & S * j l

I in '' ^4^fe'¥ ^ ' / r . 1 - — *^"‘ ’ '■ ' II I ' J' s *'* ; . * ** f ^ r ^ 1

' --\ '% .»•-' ;tpJ yo |

Page 2: Surapati, "Pena," 1940

5 FEBRUARI »940 , 3.

D O E M ! A P E N G A L A M A NM adfalla is R o m a n - D e te c t iv e P o p o e le t

Ijireeteur ?QASfM AH M AD

■Dewan Redaetle } Wd : A dm in is tm teur

fs R E N a S taf Tekenaar

EM NAST * JOESUEb’ HOfcSIN . ‘ Propagandis:

AV.IS K A SI M -- A* R. BENDANG

U

Inctoiiey:Senomor

Adres

Berlangganan 3 boelan:f 3,50 ‘E Loear Indonesia„ 0,10 Senomor

Terbit 3 s sebo?.1a n ' " .ffakh straai 43 <■ £ D A ‘

K A T A P E R P 1 S A H A 0 ■ ■P a 1 elan ja g Jeo -litoct

dari 25 N g\ ember 39 , nama Poestaka Islam soedah ditiorec dari Doema Pengalaman, d u s : Poestaka ■ Islam tidak Jagi penerbit dari D. Pn

, •. v - I.'S i \}c. 10 3 • t - / ndah kedoedoekan kita seban Perniro; dari; madjallah ini, karena penjerahan jang p- im akalh

a terin al h d «m Poest a Islam. -JSoedah d^kat kita memegang pimpinan madjalP

jah ini 1 tahoen setengah lamanja t dan dalam- selama itoe soedah berbagai macjam pengslamans kita bertam bah. Sewaktoe moela menerima pimd pinan dahoeloe. didalam hati kita tertanam sneatoe'

■ojita tjita, b hwa fe la o dari memperkaja perpoes- takaan dan pembatjaan ra'jat 'onesia djoeya akan mendidik /ra 'jat soepaja bersemangat. giat-

P E'N A? i

.. s bS d ’ilslifl

m ? ,

O filRSA ‘

SEfME

| b i .b :HANW

S1IR A P ATIt '

P e n e r b i t :

D o e n i a P e n g a l a mM e d a n

Page 3: Surapati, "Pena," 1940

S O E D A H T E R B I T !

P O E'R 'N A M AN o. 3 — 31 J a n u a r i 1940

Memoeat artikel-artikel:1 MengoerangU djam bekerdja2 Ringkas-Djitoe3 Riwajat poedjangga Rndyard Kipling4 Sedj arah peradaban tanah air(samboengan)5 Kota Paris (samboengan)6 hajar Poetth7 Animisme8 Pertjatoeran. doema Internasional9 Adat-istiadat bangsa Djepang

10 Sport11 Penglipoer lara12 Sehari-hari didjalan raja13 Linie14 Karikatoer jang berisi dan berartiDihiasi dengan beberapa ga ? bar jang bagoes- menarik.PO ERN A M A No. 4, lebih lengkap-m em oe- askan isinja, dengan technik jang tambah manis, d^n gambar Omslagnja -ditoekar de­ngan jang lebih bagoes, memikat hati dan perasaan.T oean moeiailah berlangganan, dari sekarang! Harga f I 35 3 boelan — f 0.16 senomor

AdminisrratieP O J E R N A M AHakkastraat 43 — Medan

N. B. Ditjari Agent dimana tempat jangbeloem acU A aent POERNAM A.

IOAN SfACIC

P E N G O R B A N A N P O E D JA N G G A , 9im / h

„Toean Naibhan ! A langkah girangnja hatikoe menerima perkoendjoengan ini T' seroe Aisjilkin, seorangi poedjangga jang kenam aan, ta tkala me­lihat Naibhan tersemboel dipintoe roem ahnja.

,,Ah, agalknja kedatangan'koe ini m engganggoe tempo toean jang berharga itoe. Kalau penanja pena berlian, tentoelah tem ponja tempo berlian poela, iboekan T' isahoet Naibhan laloe mengoe- loerkan tangannja, berdjabat salaim dengan toean roemah.

„Saja rasa, masa jang dipergoenakan oentoek berkata-ka ta dengan seorang jang sebagai toean, lebih m ahal harganja daripada (berlian,t, d jaw ab poedjangga itoe poela dengan djitoe.

„Selakan toean doedoek \" seroe toean roe- mah, mem perselakan tam oenja itoe.

Naibhan laloe menarilkkan seboeah Ikoersi dan kemoedian mendoedoelkinjia.

„Apa kabar /sekarang, toean N abhan T' tan ja Asjikin poela, tatkala baroe siadja tam oenja itoe doedoek.

„K abar Ibaik isadja. Saja tiada pernah meraisa tiada baik. D an oleh «karena toean seorang .poe­djangga, baiklah saja m enggoebah k a ta poela : m engapa 'poela kita bersoeloeh, dalam peloekan oedara tjerah ; selama hajat menoenggoe toeboeh, kita masih orang bertoeah” . ,

,,Ha, ha, ha \" Asjikin iketawa, „N jatalah toean ini seorang alliround. Tapi, apa sebenarnja mak- soed toean datang kemari; biasanja toean, djarang datang m engoendjoengi saja T' ikat a poedjangga itoe poela.

N abhan tiada Idkais unendjawab. Ia masih mem­perhatikan w adjah 'o@0^[j«ang! doedoek dihada-

3

Page 4: Surapati, "Pena," 1940

pannja itoe dengan teliti, sedang fikirannja men- tjari-tjari kata jang bakal dilepaskannja.

Asjikin, adalah seorang poedjangga jang sa­ngat kenam aan. T iap -tiap karangann ja dibitja- rakan orang. W alaupoen pendapatan chalajak tiada seroepa tentang faedah karangannja, tetapi semoeanja ibersatoe p e n d a p a t: bahw ta k aran g an ­nja itoe ada lah ha'sii daripada kesenian dari se­orang poedjangga jang terbesar dizaman baroe ini.

Sesoenggoehnja, selagi jang membatja itoe se ­orang manoesia ijang mempoenjai perasaan, maka perasaann ja itoe akan tersinggoeng, apabila ia m embatja (karangan Asjikin, T iad a karangannja. jang tiada memberi bekas dan kesan dalam djan- toeng sipemibatja.

Keahliannja teroetam a sekali terletak didaiam m enggam barkan loeki'san pertjin taan dan kepin- tarann ja menjoesoien tjerita pertjin taan itoe, hingga meresap benar (kedalam isoemsoem pem- batjanjia, teroetam a sekali dikalangan pem oeda- pem oeda jang sedang menempoeh pantjaroba da­lam o e si an j a,

(Maka iboeikan sedikitlah gadis-gadis jang ingin sekali berkenalan dengan poedjangga itoe, te ­tapi keinginan merelka itoe hanjalah mendjadi angan-angan belaka. Dilkalangan pemoeda la'ki- lakipoen demikian djoea halnja.

T e tap i tiada sedikit poela orang dew asa jang m enaroeh keberatan akan k aran g an Asjikin itoe. Sebab menoeroet* kejakinan mereka, kejakinan jang dihasilkan oleh pengalam an sendiri, k a ra ­ngan jang demikian itoe m em bahajakan benar ke-

Gpada pem oeda-pem oeda jang membatjanja. Djiwia pem oeda jang sangat soeboer oentoelk nafsoe pertjin taan itoe, m oedah benar menerima bibit jang terdapat dalam karangan-karangan jang me- loekiskan asjik-berahinja pertjintaan. W alaupoen

4

hal jang demikian masih ‘boleh disalahkan kepada sipembatja djoea, tetapi selagi boekoe-boekoe jang demikian itoe didjoeal orang, nistjajalah akan dibatja djoega oleh pem oeda-pem oeda itoe. M aka daripada mendjac^a pem oeda-pem oeda itoe soepaja d j angan dipengaroehi oleh batjaan jang demikian, lebih ibaijklah batjaan terseboet tiada diterbitkan.

,,Sajang sekali ikalau poedjangga kita sem ata- m ata berpedom an : seni oentoek sen i’' , demikian N abhan semalam berkata, ta tkala memperkatia- kan karangan Asjikin itoe dengan isahabatnja Siddik. „Sedang pedom ankoe : m asjarakat diatas segala-galanja” .

Dalam merelka berkata-ka ta itoe, berkoen- djoenglah Jasin keroem ah itoe. M aksoed keda- tangannja itoepoen, tidak lain daripada m emper­soalkan djedjak pena Asjikin djoea. Jasin m ena­roeh keberatan benar, oleh karena anak gadisnja terpengaroeh benar oleh karangan poedjangga terseboet. M aka dipintanjalah pertolongan N ab ­han, soepaja Asjikin m enghentikan penanja me­rangkai k a ta jang m em berahikan pem oeda-pe­moeda, hingga meloepaikan akibat jang moengkin timboel daripadanja.

„Kalau oesaha toean tiada berhasil,” dem ikian­lah Jasin b erk a ta kepada N abhan, ,,djiwanja sa­ja t ja b o e t! [Biarlah saja sendiri m endjadi korban, barangkali anak isterikoe djoega, asalkan manoe- sia jang berbahaja ‘bagi m asjarakat oemoem itoe, dapat d ih indarkan.”

Jasin m engoetjapkan kata itoe dengan bernaf- soe. M elihat gelagatnja, moengkin benar katanja itoe akan ditepatinja.

,,Sabarlah, toean Jasin ! M oedah-m oedahan berhasil djoea tindakan saja dalam hal ini” , de­mikian N abhan m enjabarkan hati orang itoe.

Itoelah maksoed perkoendjoengan N abhan ke- roemah poedjangga itoe.

5

Page 5: Surapati, "Pena," 1940

Setelah ia dapat memilih -kata-kata dan tjara jang baik oentoek memoelai pem bitjaraan, maka dibaw anjalah pertjaika^pan mempersoalkan pe- ngaroeh karangan Asjikin, jang w alaupoen teria- loe .sangat keindahan seninja, tapi m engandoeng bahaja kepada m asjarakat pemoeda. Padahal d a­lam tangan pemoeda itoelah terletaknja masa d e ­pan. P adahal djiwa pem oeda itoelah jang perloe dibentoek, soepaja kelak, tatkala telaih dew asa, f mendjadi orang dew asa jang berharga bagi .ma- ■sjarakat. D im unakan kelak pem oeda itoe akan sehat dioedjoengnja, apabila dipangkal lagi t e - . i lah b inasa ?

★,,Se;benarnja soedah ada beberapa orang jang

mengatakan demikian kepada saja. A da jang mengoendjoengi saja berm oeka-m oeka, dan ada jang m engirimkan soerat. Sebagai seorang pe­ngarang , maka peristiw a ini m em besarkan hati saja. Sebab setoedjoe atau tidak setoedjoe, tetapi karangan saja itoe roepanja diperhatikan oleh oemoem dengan isepantasnja. Poedji a tau tjela jang ditoempahlkan kepada karangan-karangan saja, semoeanja m enoendjoekkan : djedjak pena saja berpengaroeh kepada m asjarakat. Kalau tiada pengaroehnja, m asakan ada orang jang m enjoeroeh saja m eletakkan pena oentoek m e- { noelis sebagai jang demilkian itoe \"

Asjikin m enjandarkan belakangnja keatas san- daran Ikoersi jang mendjadi tem pat doedoeknja, sedancj bilbirnja m em bajangkan sam ar-sam ar se- njoeman jang m enoendjoekkan kesenangan hati dalam mempertja'kapkan hasil penanja itoe. Bidji * m atanja menoedjoe kepada orang jang dihada- pannja, teta'pi tatkala N abhan membalas panda-

t ngan terseboet dengan m atanja jang bertjahaja tadjam itoe, dialihnja poela arah toedjoean pan- dangnja. Silau m atanja akan bertentang m ata de­ngan N abhan.

6

,,M emang benarlah pena toean sangat roentjing dan tadjam. Itoelah jang menjebabkan saja d a­tang kemari. Karena* saja m erasa sajang benar, keahlian toean dalam hal meloelkiskan ketjanti- kan seseorang bidadari dan (kesoetjian pertjinta- an, mem bahajakan kepada pem oeda-pem oeda jang beloem mengetjap ,,,asam-garamt, doenia ini. Sesoenggoehnja tiada dapat saja hendak me- monten keindahan tetesan pena toean, tetapi ma- sjaralkat pem oeda kita beloem sanggoep meneri- manja. Loekisan toean tentang pertjintaan, w a­laupoen tiada m em pergoenakan k a ta-k a ta jang tiada so-pan, tetapi sangatlah mem berahikan hati pemoeda-pem oeda jang membatjanja, hingga mendjadi andjoeran kepada m ereka itoe oentoek mentjari pasangan goena m em praktekkan teori pertjintaan jang toean goebah. Dan mereka me- njangka, bila telah menjoelkai seorang pasang- annja dengan perasaan jang berkobar-kobar jan g membakar segenap djiwa pemoeda, maka soe- dahlah merelka itoe mempoenjai rasa tjinta d a ­lam kalboenja, dan soedahlah benar ketjintaannja itoe soeiatoe pertjin taan jang soetji dan moerni, sebagaim ana jang toean gam barkan dalam toeli- san-toelisan toean. A kibatnja hebat b e n a r ! Agaknja toeanpoen ...^ .......... ”

P erkataan N abhan ini dipoetoeskan oleh Asji­kin : ,,M em ang benar, akibatnja san g a t hebat,dan sesoenggoehnja diloear doegaan saja. Saja ada m enerima soerat dari seorang gadis. T joba- lah toean b a t ja / ’ Asjikin berbangkit dari tem pat doedoelknja, mengambil soerat jang diseboetikan nja itoe, serta m enjerahkannja kepada N abhan.

Soerat itoe berboenji :

Palem bang, p ad a 24 Mei 1933 K epada jth.

j# 1 toean Asjikin,di M edan.

7

Page 6: Surapati, "Pena," 1940

T oean j t h . !Barangkali toean akan m erasa heran, apa­

bila m enerim a soerat dari iseorang gadis jang tiada toean (kenal, apalagi dari soeatoe tem ­pat jang djaoeh dari kediam an toean. Soe­dah tentoe toean tiada mengenal saja, tapi saja kenal kepada toean, kenal sebagai se­orang pengarang jang tiada bandingannja, seorang pengarang dengan pena „berlian” .

Saja adalah /seo rang langganan tetap dari karangan toean itoe. Soedah banjak kara<- ngan jang toean t j ip t akan, dan sebanjak itoe poela (karangan toean saja perhatikan. i

T e ta p i............ ach, toean jang moelia !Saja, pada oemoemnja sekalian pem oeda

jang seoemoer dengan saja, pemoeda jang sedang dilamoen oleh om bak pantjaroba, ti­ada stenggoep m enerima karangan toean jang in-dah itoe, T iad a sanggoep, sesoenggoehnja tiada sanggoep! T etap i sajang 'benar, pera­saan tiada sanggoep itoe baroe diketahoei, sesoedah djaoeh tersesat. H ingga penjesalaii tiadalah berfaedah soeatoe apapoen lagi; !;

Saja ra,sa, iboekan saja sadja jang tersesat oleh toelisan toean itoe. Pem oeda-pem oeda jang -sebaja dengan saja,-, mistjaja : akan -m&- nemoei peristiw a jang demikian djoega. D an saja jalkin, sekalian mereka itoe baroe sedat akan langkahnja, sesoedah tersesat dja- oeh...... ..................... !

D engan segala kesenian toean meloekiskaii lakon pertjin taan, jang sangat mem'berahilkan hati kam i pem oeda jang beloem mengenal kedoeniaan ini. T oelisan toean jang sangat indah dan t j antik itoe m eloepakan kami ke­pada doenia ; kami m en j angka, doenia ini adalah soerga !

Ah, kami pem oeda jang beloem tjoelkoep mem'poenjai pengalam an ini, dim anakan ka­

mi koeasa akan menjisihkan antah dari b e ­ras, dim anakan kami tahoe menapis am pas dari pati. Kami beloem mengenal antah, Ika- mi beloem m engetahoei ampas. Sesoedah an­tah term akan, sesoedah ampas tertelan, ba- roelah ikami insjaf; te tapi ikeinsjafan itoe da­tangan ja terlam bat b en a r! M aka saja soe- dahlah terimakan am pas, soedah tertelan an ­tah. Jang soedah term akan tiada dapat di- m oentahkan lagi, jang soedah tertelan tiada dapat dikeloearkan poela. T inggallah ia da­lam toeboeh, bersatoe dengan darah, mendja- lari segenap perat saraf, jang tiada dapat hendak dipisah-pisahkan lagi.

D engan sindiran kata jang saja seboetkan d iatas ini, agaknja makloemlah toean, per­istiw a apakah jang saja djoempai. M aka de­ngan sioerat ini, saja m inta dengan sangat kepada toean, soepaja kaoem kpe djangan bertam bah banjak terdjeroem oes kedalam

! djoerang bentjana, hentikanlah pena toean daripada m erangkai kalim at jang mekggam­bark an pertjintaan, w alau betapa djoeapoen roepa b en to ek n ja !

Saja harapkan pengorbanan daripada i toean. Pengorbanan pentoek fceselainatan

golongan pem oeda jang masih beloem dapat m enjisihkan an tah dari beras itoe.

T oean boleh djadi akan berkeras dalam pendirian : kalau orang salah menerima woe- djoed karangankoe, m aka boekanlah saja- poenja perkara. _ .

Boleh djadi benar pendirian jang sedemiki­an, tetapi dalam m asjarakat jang banjak toe- pang isioernja vini, saja rasa tiap-tiap anggo- tanja sama mempoenjai tang g o en g - d j a w ab ata’s boeroek-baiknja. fj;

M aka djanganlah toean1 ^memljoeka flfiitoe djoega kepada golongan m oeda oentoefk me-

9.

Page 7: Surapati, "Pena," 1940

masoeki kesesatan, w alaupoen pintoe itoe boekan toean sediakan soe'paja orang terse­sat, T oetoepkanlah pintoe itoe serap at-ra- patn ja !

SebeJoem saja toetoep s o era t ini, inginlah saja hendak bertan ja : b e tap alah agaknja perasaan toean, apabila seorang poeteri, sau d ara toean seiboe sebapa, djatoeh terge- lintjir, jang akan ternoda oentoek selama- lamanja,, oleh karena membatja seboeah ka­rangan jang memoentjak tinggi keseniannja !

Saja rasa tidaklah toean akan m engata­kan : d janganlah membatja boekoe jang de­mikian; tetapi toean tentoe akan menjoem- pah : djanganlah diterbitkan boekoe jang de­mikian akibatnja, walaupoen boekan begitoe jang dikehendaki oleh poedjangga jang me- ngarangn ja !

B ersam a ini saja kirim kan seboeah gam­b ar saja, sebagai soeatoe kenang-ke- ngan ; dan apabila toean perhatikan g am bar- koe (itoe, hendaklah selam anja toean terke­nang : inilah dia gadis jang mendjadi korban karangankoe jang indaih itoe, oleh k aren a ia masih moieda dan lemah oentoek m enahan godaan iblis jan g timboel daripada pemba- tjaan itoe,

Salamkoe,D ahniar,

N abhan m em perhatikan roepa jang tertoelis dalam gam bar jang m enjertai soerat itoe dengan teliti, D ihapalkannja dalam kepalan j a ; roepa se­orang gadis jang dihiasi ram boet ilkal diatas ke- palanja, m ata jang sipit dibaw ah alisnja, hidoeng jang ketjil meimboedjoer menoedjoe bibirnja jang 'ketjil poela,

,,T oean lihatlah !" kata jAsjilkin poela sambil m engeroetkan keningnja jang lebar itoe. ,,Boleh

10

d j adi boekan, hanja seorang ini sadja jang terge- lintjir oleh k aren a salah menerima karangan saja itoe. A langkah beratn ja pertanggoengan d jaw ab- koe atas kedjadian ini Y'

Asjikin m enghem boeskan asap rokoknja ke- oedara dengan perlahan-lahan, sambil m em perha­tikan asap itoe melajang, makin lam a makin tipis dan achirnja bersatoe dengan oedara jang mem- baw anja terbang.

,,Sesoeng g oehnja tiada samp ai sekian do egaan saja akan akibat penalkoe itoe. B enar saja boleh berlepas diri dengan menolakkan sekalian k esa­lahan itoe kepada mereka, tapi, d jiwa saja, soekma saja, roehf saja tiada m engizinkan jang demikian itoe, apabila saja ketahoei sebab-sebab m ereka tensilap itoe, s e ti d alk-tidalkn j a bersangkoetan de­ngan perboeatan .saja/'

Pengarang itoe m em perlihatkan moeka jang keroeh, D ipoekoelkannja aiboe rolkok jang mele­kat dioedjoeng rokoknja itoe ketepi tem pat aboe rokok jang terletak dihadapannja, diatas medja.

N abhan membiarkan sadja pengarang de­ngan pena berlian itoe menjesali dirinja,

,,Benarlah k a ta gadis itoe : bagaim ana rasanja, djikalau saudara k ita tersesat oleh karena mem­batja karan g an orang lain. S ipengarang boleh gembira akan hasil tetesan penanja, sipengarang boleh gem bira alkan keindahan loekisan penanja, sebab hanja loekisan indah jang berhasil mem- pengaroehi djiwa pemibatjanja, tetapi soedahkah tjoekoep kehidoepan kita ini hanja bergem bira atas hasil jang diperoleh diri sendiri, tetapi sa­ngat meroegi'kan kepada orang lain V'

Asjikin bermenoeng seketika................. Seolah-olah ia m enahan tindihan hati jang sangat berat!

„Saja ajkan meletakkan pena oentoek selama-lam anja......... kat anj a dengan soeara perlahan-lahan dan lam bat-lam bat, Itoelah poetoesan dji- w anja, poetoesan djiwa jang m enanggoeng dja-

! 11

Page 8: Surapati, "Pena," 1940

waib. Kepalanja tertoendoek, selalkoe iseorang jang menemoei kekalahann ja................

M em anglah ia menemoei kekalahannja. Kalah keahliannja dalam hal karang-m engarang, dia­lahkan oleh perasaan tanggoeng d jawab !

N abhan terperandjat m endengar oetjapan jang tiada disangka-sangka itoe. Ja, m engapa poela malka Asjikin haroes m eletakkan penanja oentoek selam a-lam anja ?

„M engapa begitoe ?” N abhan memadjoelkan pertan jaan . „Boelkankah toean masih dapat lagi meloekiskan hal jang lain-lain dengan seindah- indahnja ?”

„N jata lah toean tiada m engarti” , sahoet Asji­kin dengan tersenjoem. „Ketjantikam toelisan sa­ja, hanjalah dalam meloekiskan pertjintaan, me­loekiskan keindahan ; jang lain tiada diketahoei oleh penakoe oentoek meloekiskannja. Pada ke­tika saja m engarangkan ka ta didalam fasal jang lain, maka pada ketika itoe djoega roentoehlah ke- ma sjhoerankoe sebagai seorang poedjangga M aka lebih haiklah saja menjimpan pena oentoek selama-lamanja, soepaja kem asjhoerankoe itoe tetap terpelihara oenitoek selam a-lam anja poela” .

N abhan m engarti. Iapoen m engarti, betapa besar pengorbanan jang diberikan oleh poedjang­ga itoe oentoek kebaikan m asjarakat bangsanja. Seseorang poedjangga jlang kemasjboeraai diri- nja terletak dioedjoeng penanja, dengan ichlas hendak menjimpan pena jang berharga oentoek kemoeliaan diri itoe, sangatlah besar arti pe- ngorbanannja itoe. M aka pada ketika itoe, b e r­tam bahlah kemoeliaan Asjikin dalam pem an­dangan N abhan.

,, P adalah soedah kem asjhoeran jang saja per­oleh selama meudjadi poedjangga” , k a ta Asjikin poela selandjoetnja. ,,Boleh saja perlihatkansoeratnsoerat poedjian jang saja terim a” . Iapoen

12

laloe m ongeloearkan sehoempoelan soerat-soe- rat dari dalam latji medja toelisnja.

N abhan tiada sampai m em eriksanja satoe-per- satoe. H anja doea-tiga poetjloek sadja jang di- boekanja. T etap i jang doea-tiga boeah itoepoen telah tjoekoepiah oentoek memboektikam pera­saan orang jang mengirimnjia itoe terhadap loe- kisan pena poedjangga itoe.

„D an moelai hari ini, akan berachirlaih soerat- soerat seroepa ini mengoenJdjoengi toean” , kata Nabhan.

Asjikin hanja m emperlihatkan senjoemnja, se­dang tangannja mengoempoelkan sekalian soerat- soerat itoe kembali.

,,Besar benar pengorbanan toean itoe” , oedjar Nabhan. ,,Saja ingin hendak m enerangkan kedja- dian ini kepada gadis jaing mengirim soerat dari Palembang itoe.”

,,Entah sampai toean kesana, ja siapa tahoe, boekan ? —- sam paikanlah oetjapan terima kasih saja atas peringatannja itoe; sebab w alaupoen soedah ada beberapa orang jang m enjatakan fi- kiran demikian, tapi soeratnja itoelah jang per- tama2 sekali memboekakan fikirankoe oentoek tam a-tama sekali memboekakan fikirankoe oen­toek mengambil kepoetoesan ini” , kata Asjikin de­ngan ketaw a.Djiwanja telah m endapat ketenteram an poela. Sebab ia telah m endapat soeatoe kepoetoesan jang selaras dengan kehendak d jiwa jang mem- poenjaii rasa tanggoeng djaWab terhadap m asja­rakat itoe. D jiwa jang lebih m em entingkan oemoem daripada kesenangan diri belaka.

,,Asjikin hanja tinggal nama sadja lagi, toean N abhan” , katanja poela.

,,Boleh djadi ia akan mengisi lem baran riw ajat; tapi boleh djadi djoega tidak. ,,Nah, saja rasa soe- dahlah m asanja bagi saja oentoek kem bali” , kata

13

Page 9: Surapati, "Pena," 1940

N abhan, laloe berdiri serta m engoeloerkan ta ­ri g ann j a oentoek berdjabat salam,

Asjikin m enjamboetnja dengan gairat, pidjit- njapoien lebih keras dari bermoela, gontjiangnja- v poen demikian, -K epada toeanpoien soedah pada tem patnja djoega saja m engoetjapkaa terim a ka­sih atas perhatian toean kepada hekais pena sa­ja” ,

Poedjangga itoe m engantarkan Na'bhian sampai kemoeka pintoe, dan pertemoeam mereka diachi- ri dengan oetjapan : sampai bertem oe.................

f .u

DISERANG PENJAKIT „LEMAH DJANTOENG".

P ada keesokan harinja, tatkala masih pagi- pagi benar, dengan memakai tjelana pendejk, N abhan berdjalan-djalan mengambil haw a jang segar, sedang tangannja m em egang sebatang tongkat, Soedah m endjadi, kesoekaannja menge- tjap oedara pagi itoe, H anja palda ketika itoelah otaknja hening dan fikirannja tenteram . Bila tiada terdjadi hal-hal jang loear b iasa benar, maka ti­daklah ia maoe m engorbankan tempoh oentoek bersenang-senang itoe.

T ib a -tib a ........ tatkala ia mengajoenkan langkahdengan fikiran jang aman dan djiwa jang nja- man, terdengarlah olehnja tsoeara trom pet auto jang telah dekat benar, hingga dengan terpe- randjat jang am at sangat, m engelaklah ia ketepi! Ia menoleh dan dilibatnja Djoeamda, seorang pe­gawai poliisi jang tertinggi, doedoelk didalam auto itoe seorang diri, melihat kepadanja dengan

'H ketaw a gelak.Sebentar itoe djoega D joeanda m enghentikan

autoinja, laloe menegoer N abhan : ,,H endak ke- m ana toean sepagi ini benar ?”

14

U

Pada moelanja N abhan hendak m arah djoega ■karena dikedjoeti itoe, tetapi setelah dilihatnja jang mengedjoeti itoe seorang sahabatnja, Ia menjahoet dengan ketaw a poela : ,,(Dalam dienst sepagi in i?”

Djoeanda menjahoet : ,,T oean masih ©nak-enaik melantjoeng, saja soedah m endjalankan kew adji- ban. E nak betoel djadi orang pertikelir sadja” ,

,,Adia kedjadian jang penting ?” tanja N ab ­han dengan roepa ingin-tahoe,

,,Saja beloem dapat m enentoekan penting atau tidaknja, tapi boeat sem entara, satoe djiwa ad a tersangkoet” .

T iba-tiba N abhan memperlihatkan roepa jangf sangat tertarik akan penoetoeran pegaw ai itoe.

,,Toean maoe ikoeit ? Barangkali saja perloe djoega kepada fikiran toean kelak” , D joeanda mengtoendang,

,,Boleh !” sahoet N abhan,T angan kiri D joeanda laloe meiriboekakan

pintoe autonja, memperselakan sahabatnja itoe.N abhan laloe menaiki auto terselboet dan me­

ngambil tem pat disebelah kiri Djoeanda*Auto itoe didjalankain teroes.................,,K ira-kira sedjam jang laloe” , demilkian D joe­

anda memoelai pem bitjaraannjn, sedang m atanja tetap aw as m em perhatikan d jalan auto jang di- stuurnja itoe, „ada orang m erapportkan kepada: polisi, bahwia dalam sebceah roemah di Sidodadi, didjoempai majat m anoesia”,

,,M ajat siapa ?” tanja N abhan dengan tiada sabar,

„M enoeroet keterangan jang telah diperoleh oentoek sem entara, majat orang jang tinggal da­lam roemah itoe” , djawab D joeanda,

„Soedahkah diketahoei sebab kematiannjia itoe?” tanja N abhan poela mendesak lebih djaoeh.

154

Page 10: Surapati, "Pena," 1940

„Beloem. T api kaibarnja tiada didjoempai bekas penganiajaan. Biarlah kita toenggoekan hasil pe­m eriksaan dokter,”

,,Siapa jang m erapportkan?”„Asjikin, pengarang jang terkenal itoe” . D jaw aban D joeanda ini tiada disangka-sangka

oleh N abhan akan didengarnja. Ia terdiam seke­tika, seolah-olah timboel stoeafcoe perasaan dalam chajalnja, jang ia sendiri tiada mengetahoeinja. Hanjla perasaan jang demikian, selaloe timboel, apabila mendjoempai hal jang agak loear fam s m

,,Siapa jang mendjoempainja ? Asjikin sendiri­kah?” tanja N abhan poela.

,,Ja, dia slendiri.”„M engapa d ia benar jang mendjoempai itoe ?” ,,Sebab tem pat tinggal jang mati itoe didekat

roem ahnja. H anja k ira-kira b eran tara seratoes m eter lebih sedikit” , sahioet Djoeanda.

„W alaupoen berham piran ........! M engapa oranglain jang iberhampiran disitoe tiada mengetahoei­n ja terlebih dahoeloe ?”

„Sebenarnja, agak pandjamg djoega riw ajat jang berhoeboengan dengan perdjoem paan ma- jat itoe. Semalam, telah ditahan seorang jang di­sangka melakoekan pentjoerian dalam roemah Asjikin.”

,,Siapa jang mendjoempai pentjoeri itoe ?”,,Asjikin djoea. D apat ditangkapnja, selagi

hendak keloear dari roem ahnja.”,,Soedahkah diketahoei bagaim ana djalannja

maka pentjoeri itoe d ap a t masoek ?”,,W el, toean roepanja hendak menjiasati saja,”

sahoet D joeanda dengan separoeh ketaw a. ,,M e- noeroet keterangan Asjikin, danpoen keterangan pentjoeri itoe sendiri, kebetoelain benar pintoe roemah sedang tiada berkoentji.”

,,M engapa tidak diko«entji ?”,,Ah, toean tanjakan sadja nanti kepada jang

bersangkoetan. Saja tidak sainggoep m endjawab-

16

nja, teroetam a oleh karena pem eriksaan kami- poen beloem lagi selesai” , kata D joeanda.. ,,Tapi saja beloem m endapat keterangan lagi, mengapa Asjikin benar jang mendjoempai majat itoe”, sahoet Nalbhan poela.

,,Tentang hal itoepoen baiklah toean tanjakan sendiri kelak. N ah, kita soedah sam pai,” oedjar Djoeanda, seraja menekan rem autonja.

Bersamaan dengan mereka, tibalah poela se­orang dokter jang sengadja soedah dipanggil oentoek melakoekan pem eriksaan atas majat jang didjoempai itoe.

K edatangan m ereka disamboet oleh Asjikin, jang telah sedia menoenggoe. Kemoedian ma- soeklah mereka bersam a-sam a kedalam roemah itoe. M aka mereka mendjoempai majat seorang manoesia jang tersoengkoer, meneloengkoep di- atas lantai. T angannja tergenggam keras, sedang giginja terkoentji dengan kakohnja. Tam paknja orang itoe m enahan sakit jang am at sangat se- beloemnja djiwa berpisah dari toeboehnja.

,,Beloemkah ada apa-apa jang berpindah di- sini ?” tanja D joeanda kepada Asjikin.

,,Sama sekali terletak pada tem patnja sebagai­mana jang saja djoem'pai; jaitoe menoeroet pe­rintah toean”, d jawab Asjikin.

,,A dakah orang jang soedah m eraba-raba b a ­dan majat ini?” tanja pegawai polisi itoe poela,

,,Ketjoeali saja ; itoepoien ketika hendak me- ngetahoei hidoep atau tidaknja.”

N abhan m em perhatikan keadaan m ajat itoe dengan teliti, Kemoedian keadaan disekelilingnja.

Dalam pada itoe doikter itoepoen melakoekan pemeriksaannja. Kesirnpoelan dari pem eriksaan- nja m enetapkan kematiain orang itoe karena (,hartverlam m ing” . Ditertamgkannja lagi, bahw a orang jang mati itoe memang mempoenjai djan- toeng jang lemah, tiada boleh terkedjoet jang

17

Page 11: Surapati, "Pena," 1940

agak koeat. D jadi sama sekali tiada dengan se­bab penganiajaam.

Setelah memberi keterangan jang demikian, maka dokter itoepoen berlaloe.

,,Nah, kalau toean dokter soedah memberikan kesaksian, bahwia dalam hal ini tiada tersangkoet penganiajaan, saja rasa kew adjiban kita soedah habis” , oedjar Djoeanda.

,,Boleh djadi benar begitoe, tetapi ma'aflaih toean, saja m erasa kew adjibankoe masih ter­bengkalai. Saja boekan hendak berlagak lebih pandai daripada dokter, tapi biar bagaiim na djoegapoien, dalam hem at saja, masilh ada apa- apa jang tersemboeaji dibelakang „hartverlam - m ing” ini,” kata N abhan dengan roepa ber- soenggoeh-soenggoeh.

,,Ah, toean poen ada-ada sadja. Toean sangka disini A m erika barangkali !”

,,T oean Asjikin, bolehkah saja bertanja, bagai­m ana moelanja, m aka toean ketahoei kedjadian ini ?” tanja N abhan poela kepada poedjangga itoe, dengan tiada memperdoelikan oetjapan D joeanda.

,,Kepada toean D joeanda soedah saja terang­kan; walaupoen begitoe, tidak keberatan sapa m engoeraikannja poela kepada toean. T etapi bo­lehkah saja bertanja sedikit, apakah jang men­desak hati toean oentoek m engetahoei kedjadian ini lebih dalam, padahal sesoenggoehnja boekan pekerdjaan toean ?” Asjikin memandang kepada N abhan dengan roepa jang agak tersenjoem.

,,T oean seorang poedjangga; maka bila men- djoempai soeatoe peristiw a jang mengenai pe­rasaan toean, maka laloe toean hoeboengkanlah rangkaian kalim at, m enggam barkan kedjadian jg. mengenai perasaan itoe. M erangkai kalimat oen­toek m enggam barkan kedjadian terseboet, toean pandang sebagai soeatoe kew adjiban. Akan saja seorang jang senantiasa so<eka menjelesaikan ke­

adaan-keadaan jang soelit, maka setiap bertemoe dengan kesoelitan itoe soekmakoe seolah-olah memaksa oentoek menjelesaikannja sebagai soe­atoe kewadjiban poela” , sahoet N abhan.

,,Tetapi dalam hal ini, saja sesoeai pendapat dengan toean D joeanda, T idak ada apa-apa jang loear biasa dalam kedjadian ini” , Asjikin mem­bantah.

,,Saja horm ati doegaan toean-toean, tetapi sa­ja minta toean m enghormati poela doegaan sa­ja. M aka sajapoen hanja bertanja, boekan me­maksa, entah soedi toean m enerangkannja ke­pada saja” , N abhan mendjawab dengan roepa jang b er s o e n g g o e h -s o en g g oe h .

,,M arahkah toean ? Ha, ha, ha ! Baiklah saja terangkan djoea” , sahoet Asjikin ketaw a gelak.

,,Semalam, saja keloear roemah oentoek ber- djalan-dj'alan sadja sebentar. Oleh karena itoe pintoe moeka tiada saja koentji. T a tk a la saja poelang, jang rasan ja tidak lebih dari lima atau sepoeloeh menit, saja djoempai seorang manoe- sia jang keloear dari dalam dengan tergopoh-go­poh, seolah-olah dikedjar ora^ng. K arena ia tiada menjangka akan bertem oe dengan saja, m aka da­patlah saja memegangnja. D engan segera saja menjoeroeh isteri saja memanggil polisi. Ber- oentoeng benar pada ketika itoe sedang ada poe­la doea orang polisi meronda. M aka saja serah ­kanlah orang tangkapan itoe kepada m ereka. Ketika kami, saja bersam a polisi itoe, memeriksa kedalam, njatalah lemari boekoe dan latji me- dja saja soedah dibongkar, berserak kesana ke­mari, seolah-olah dikais ajam. Jang melakoekan perboeatan itoe, tiada lain daripada orang tan g ­kapan tadi. Iapoien mengakoe berboeat dem ikian” .

Dengan tiba-tiba N abhan memoetoeskan bi- tjara Asjikin : „P ada ketika orang itoe toeantangkap, isteri toean sedang dim ana ?”

18 19

Page 12: Surapati, "Pena," 1940

„Pada ketika itoe ia sedang didapoer. T iada diketahoeinja aida prang lain jang masoek. Ia m endengar djoega soeara berisik idalam kamar toelis saja, tapi tiadalah timboel dalam persamg- kaanmja, seorang pendjahat jang sedang beker- dja. D isangkanja saja djoea".

„T adi toean m engatakan orang itoe keloear setjara tergopoh-gopoh, seolah-olah dikedjai orang* Apakah agaknja jang menjebabkan ia berlakoe seperti itoe ?"

„Boleh djadi karena m endengar soeara lang­kah isteri saja hendak masoek kekam ar itoe".

„T atkala ia ditangkap, adakah didjoempai apa-apa jang soedah diambilnja ?" tanja Nabhan selandjoetnja.

„Soeatoe apapoen t ia d a /’ djawab Asjikin.Dalam pada itoe D joeanda tersenjoem sadja

melihat persoal-djaw aban itoe. T api dalam hati- nja timboel djoega penghargaan kepada Nabhan jang begitoe teliti menjiasati sekalian keterangan jang haloes-haloes. „G eschikt benar", demikian katan ja dalam hati,

„Kemoedian ?"„Setelah itoe fikiran saja mendjadi tergontjang

karenanja. Semalam itoe tiaida dapat saja terti- doer. Pagi-pagi benar, saja soedah keloear goena kesehatan. Saja laloe dimoeka roemah ini. T erli­hat oleh saja dari loear pintoenja terboeka. Pada persangkaan saja, orang jang diam diroemah ini, jaitoe sahabat saja jang kini soedah mendjadi m ajat dihadapan kita, soedah poela bangoen. M aka masoeklah saja dengan tiada menaroeh ketjoerigaan barang sedikitpoien, Baroelah saja ketahoei, sahabat itoe telah tiada bernjaw a lagi. M aka saja rapotkanlah kepada polisi, Selebihnja toeanpoen soedah makloem", kata Asjikin m e* noetoep pem bitjaraannja,

„Bagaim anakah standnja ta tkala toean men- djoempai majat ini ?" tanja N abhan lagi,

20

Asjikin laloe m enggam barkan „stand" bagai­mana ia ber diri dan di mana didjoempainja m ajat itoe. „M ajat ini memang disitoelah terletaknja. T atka la saja masoek, dengan lekas djdega dapat saja melihatnja, H anja pada itioelanja saja tiada lekas mengetahoei, benda jatig saja lihat itoe m a­jat manoesia",

„G elapkah keadaan disini ketika toean masoek itoe ?"

„H anja. . sinar fadjar sadja jang menerangi. Oleh karena itoelah maka agak lama baroe saja mengenal m ajat ini", sahoet Asjikin.

„M a’aflah toean Asjikin; bolehkah saja ber- tanja lebih djaoeh kepada toean ? Saja m inta’ ma- ’af, oleh karena saja tiada berhak 1 Oentoek me- madjoekan pertanjaan, danpoen toean tiada mem- poenjai persangkoetan soeatoe apa dengan kema- tian sahabat toean ini", kata N abhan poela.

„W alaupoen tadi saja menaroeh' keheranaii atas minat toean dalaim perkara ini, tetapi soedah tentoe sadja saja tiada keberatan memberi kete^ rangan sekedar jang saja ketahoei; apatah lagi dalam peristiw a ini tersangkoet djiwa seorang sahabat saja", sahoet Asjikin. ; ri !<

„Siapakah nam a mendiang ini ?" ^„Boerhan". ' ■ : 1 1' ‘ ' 1 j'>,Soedah lam akah toean bersahabat dengan

beliau ?" M,,Soedah. lama".„Sekarang baiklah saja tanja kepada toean :

kalau jang menerangi tem pat ini hanja siiiar fa ­djar, maka soedah tentoe sadja kea'daan disini gelap. Adapoen majat ini tersoengkoer -ditengah djialan masoek kedalam. Apabila kita datang dari loear, nistjaja m ata kita tiada moedah melihat majat jang terlan tar d iatas lantai ini. Kalau jaiicj datang itoe hendak masoek teroes kedalam, maka m ajat ini n istjaja terpidjak olehnja, hingga id moengkin poela terdjatoeh karen an ja ,1 boekari ?'"

21

Page 13: Surapati, "Pena," 1940

,,Boleh djadi benar demikian, tapi saja sebenar- nja tiada berniat hendak teroes masoek kedalam. Sebab biarpoen bagaim ana kerasnja persahabat­an kami, tiadalah lantas dalam angan saja hen­dak masoek kedalam roemah orang lain sebeloem diizinkan oleh jang empoenja” , djawab Asjikin.

,,Ja, toean Asjikin, saja tidak hendak menoe- doeh toean masoek kedalam. Tjoem a m enerang­kan teori saja. Adapoen teori ini saja keloearkan, sebab moengkin benar sebeloem atau sesoedah toean tiba ada orang jang bermaksoed djahat te­lah datang kem ari'’.

,,Tapi toean N abhan, betapakah dapat kita me- ngetahoeinja T ’ tanja Djoeanda, jang mendjadi tertarik poela m endengar penoetoeran Nabhan itoe.

,,M arilah kita selidiki” , sahoet N abhan. „Tapi sebeloem itoe, lebih baik Juta angkat terlebih dahoeloe majat ini keatas tem pat tidoer didalam biliknja. Kasihan; dari semendjak tadi kita se­olah-olah . terloepa kepadanja”, kata Nabhan selandjoetnja.

Perintah N abhan itoe dengan segera ditoeroet oleh Asjikin dan D joeanda. Dengan tiada dike- tahoei oleh mereka itoe,; N abhan laloe mengambiU apa-apa dari genggaman majat jang -soedah ka- koe itoe, serta mengoetip seboeah barang jang terletak didekat majat itoe terbaring.

N abhan memeriksa lampoe jang .terlekat didin- ding diroeang sebelah moeka. Kemoedian di- periksanja poela lampoe jang terletak diatas me- dja toelis orang jang m ati itoe. D iatas medja itoe terletak poela beberapa helai kertas jang soe­dah penoeh bertoelis, sedang sehelai diantaranja hanja baroe beberapa baris. D engan teliti N ab­han m am perhatikan sekalian kertas-kertas jang soedah bertoelis itoe. Dalam pada itoe ekor mata- nja dapat poela menjaksikan ketjemasan jang ter- toelis diw adjah Asjikin, tatkala ia memperhati-

22

kan toelisan-toelisan jang tertera diiatas kertas itoe.

„W el, toean N abhan !” kata Djoeanda, jang roepanja soedah tiada sabar melihat tindakan N abhan itoe. „A pakah jang toean djoempai T ’

„Jang saja djoempai pada ketika ini adalah soeatoe hal jang sama sekali diloear doegaan. Saja rasa tidak ada orang jang mendoega seba­gaimana adanja pendapatan saja ini. T api sama sekali tidak ada goenanja oentoek polisi; oleh k a ­rena itoe 'biarlah tidak oesah saja terangkan. Jang boleh saja n jatakan : tidak ada orang jang ma­soek kemari, semendjak mendiang Boerhan me­ninggalkan bilik ini. T inggal jang mendjadi soal : mengapa maka bilik ini ditinggalkannja T ’

„D ari mana toean ketahoei, tak ada orang jang masoek T ’ tanja Djoeanda. Kini perhatian pega­wai polisi itoe mendjadi lebih besar kepada pe- njelidikan N abhan.

„M injak lampoe jang terisi dalam lampoe jang terletak idiatas medja ini telah kosong. Soemboe- nja telah hangoes bagian atasnja. Ini mencten- djoekkan, bahw a lampoe ini terpasang teroes se- malam-malaman ini, hingga padam sendirinja se­telah kehabisan minjak. T ap i aneh sekali, minjak laimpoe jang tersangkoet didinding diroeangan tengah, tem pat majat itoe terham par, masih ada minjaknja. H al ini memboektikan, bahw a lampoe itoe telah dipadam kan. D jadi konkloesi saja : orang jang datang keroemah ini, w alau apa djoe- ga maksoednja,, tidak soeka terlihat prang, sebab itoe lampoe dipadam kannja. Dan ia tidak ma­soek kedalam bilik ini, karena lampoe disini me­njala teroes sampai minjaknja habis. D engan de­mikian, m aka doedoek perkara adalah begini ; Boerhan sedang m engarang dalam bilik ini. Hal ini diboektikan oleh lampoe jang terpasang, pena, dari kertas-kertas diatas medja ini, jang dianta- nja sehelai masih sedikit tertoelis. E ntah apa se-

23

Page 14: Surapati, "Pena," 1940

babnja, Boerhan keloear poela. Berapa lama ia diloear tidak d ap a t dipastikan, tapi ia tidak per­nah 'm asoek kedalam bilik ini, oleh karena dengan tiba-tiba diserang oleh penjakit lemah djantoeng, Kemoedian daripada itoe ada poela lagi orang jang masoek kedalam roemah ini. Jaitoe orang jang tiada soeka terlihat itoe. Apa maksoednja, wallahoe a ’lam. H anja sekianlah baroe pengeta- hoean saja, tetapi biar bagaim ana djoega, kedja- dian ini adalah m enarik perhatian benar. Boekan kah begitoe, toean Djoeanda ?"

Djoeanida m enganggaek-anggoek. T erasa be­nar kepadanja ketjerdikan N abhan dalam menje- lidi'ki sesoeatoe perkara, „T api tentang kematian m endiang Boerhan ini, sama sekali tidak ada ber­asal daripada penganiajaan, boekan?" tanjanja poela kepada N abhan.

„Penganiajaan jang m enjebabkan sipenganiaja dapat didjerat oleh oendang-oendang, pastilah tidak. T eroetaina oleih karena menoeroet kete­rangan ahli, matinja hanja karena hartverlam - ming sadja, Pendeknja oentoek kepolisian* tidaik adalah kew adjiban toean lagi dalam perkara ini. T ap i bagi saja jang tiada pernah maoe poeas dalam hal menjelidiki perkara sebeloem sampai keakar-akarnja , maka biarlah hal ini toean serah­kan sadja kepada saja oentoek menjelidiki sete- ioesnja. T idak keberatan boekan ?" N abhan ter- senjoem m engeloearkan oetjapannja jang achir ini.

„T entoe sadja tidak. Akan sekarang, apalagi jang toean kehendaki ? Saja sedia boeat meno­long' , sahoet D joeanda.

„Siapkah namaiija orang jang tertangkap di- roemah toean Asjikin itoe ?"

„Jasin." saihoet D joeanda dengan tenang.T api djaw aban pegawai polisi itoe menarik

perhatian benar kepada N abhan. Hampir dioerai- kannja boeah pem bitjaraan mereka dalam perte-

24

moean kemarin doeloe : bahw a Jasin sedia akan mentjaboet djiwa Asjikin, apabila poedj angga itoe masih m eneroeskan goebahannja jang m embaha- jakan kepada m asjarakat pemoeda itoe.

,.T iadakah didjoempai sendjata tadjam diba- wanja ?" tanja N abhan poela, setejah berdiam diri sedjoeroes. ~ 2 * ^ "

„Tak ada," sahoet Asjikin, TN abhan m enganggoek-anggoekkan kepalanja,

tanda fikirannja sedang bekerdja k e ra s .. „N ah, boeat sem entara soedahlah habis pem eriksaan saja," katanja poela kemoedian. „Baiklah kita poelang doeloe",

Djoeanda dan N abhan laloe berslam an de­ngan Asjikin, T a tk a la bersalam itoe terasa benar oleh N abhan betapa kentjangnja darah Asjikin berdjalan.Ia tersenjoem dengan senjoem jang sa­ngat tadjam. A gaknja terasa djoega kepada Asjikin ketadjam an senjoem itoe, hingga merah w arna moekanja.

Dengan diantarkan oleh menteri polisi D joe­anda, N abhan tibalah diroem ahnja kembali. Di- atas medja soedah sedia minoemannja, dihidang­kan oleh Siddik.

„W el, Siddik ! Kita berdjoem pa lagi dengan satoe perkara jang sangat soelit. Diloear tam pak- nja sangat sederhana, tapi didalamnja berdjalin- djalin", kata. N abhan kepada sahabatnja itoe.

„Sepagi ini soedah bertemoe poela dengan per­kara jang soelit ?"

N abhan menganggoek, laloe menjahoet : „Asji­kin mati !"

Siddik terkedjoet. „Diboenoeh orang ?" ta ­njanja.

N abhan m enganggoek.„Asjikin, poedjangga pertjintaan itoe ?"N abhan m enganggoek djoega.„Kalau begitoe, si__„Jasin ?" N abhan memotong bitjara Siddik.

25

Page 15: Surapati, "Pena," 1940

„Ja, si Jasin. Boekankah dia semalam m ene­rangkan, kalau poedjangga itoe tidak m enghenti­kan toelisannja jang mem berahikan anak-anak moeda, njaw a Asjikin akan ditjaboetnja ?”

,,Tapi si Jasin tertangkap diroemah Asjiikin senldiri dengan tiada membawa sendjata tadjam selakoe seorang pemboenoeh !”

Siddik m em perlihatkan roepa jang mengan- doeng kebingoengan. „Si Jasin ditangkap oleh Asjikin ? Boekankah Asjikin itoe jang mati ?”

,,M em ang benar dem ikian: jang imati itoe ia­lah Asjiikin, poedjangga jang ternam a, dan jang menangka'p si Jasin itoepoen ialah Asjikin, poe­djangga jang terkenal. H anja jang imati itoe ber­nam a............. Boerhan !”

„Itoe beloem berapa aneh, Siddik", 'kata N ab ­han poela ta tkala melihat roepa jang diperlihat- f kan oleh tem annja itoe. ,,Kematian ^Boerhan itoe, atau dengan perkataan lain : Boerhan diboenoeh dengan djalan sew adjarnja, jaitoe dengan „hart- verlam m ing” !”

,,M asja Allah !” Siddik m engeloeh.................

- I I I - .

S O B E K A N S O E R A T D A N P A T A H A N PISA U ,

Setelah selesai pengoeboeran majat Boerhan, maka N abhan mengoendjoengi Asjikin poela. K edatangan ini disamboet oleh poedjangga itoe * dengan ram ah tam ah jang diboeat-boeat. Kepal- soean ini tam pak djoega oleh N abhan dengan njata oleh m atanja jang tadjam itoe.

„K edatangan saja ini hendak meminta bebe­rapa keterangan jang lebih pamdjang daripada toean, jang berhoeboeng dengan perjstiwa Boer­han itoe. Sediakah toean menolong saja dalam penjelidikan ini ?” Demikian N abhan memoelai pertanjaannja.

26

„D engan segala senang hati” , sahoet Asjikin. „Apa jang saja ketahoei, tiada akan saja sem-, boenjikan kepada toean” .

„Tadi toean m engatakan bersahabat dengan mendiang Boerhan, boekankah begitoe ?”

„Benar” , sahoet Asjikin.„D apatkah agaknja toean m enerangkan asal

moelanja persahabatan itoe timboel ? P ertanjaan ini saja madjoekan, oleh karena hati saja tertarik mendengar persahabatan itoe. M engapa m aka Boerhan dapat bersahabat dengan toean, seorang poedjangga jang kenam aan, padahal Boerhan itoe tiada seberapa dikenal orang disini ?”

„Saja tidak seberapa m engingat lagi asal moe­lanja persahabatan kami, tapi setidak-tidaknja persahabatan kami itoe adalah oleh karena ber­dekatan roem ah”.

„T api tidak semoea orang jang i>erdekataii roemah dengannja dikampoeng ini bersaHabat dengannja, boekan ?” tanja N abhan dengan soeara jang menjindir.

„Benar. T api dengan saja begitoelah halnja” , sahoet Asjikin dengan soeara tetap dan pasti.

„Oleh karena Boerhan seolah-olah mengoe- roeng dirinja, maka tiadalah dapat saja hendak mengetahoei barang sesoeatoe jang bersangkoe- tan -dengannja; padahal pengetahoean tentang itoe, perloe benar oentoek penjelidikan saja. M a­ka hanja kepada toean seoranglah jang saja ha­rapkan dapat memberikan pertolongan dalanflTal ini” .

„Baik. Saja bersedia” , sahoet Asjikin dengan rasa terpaksa, tapi tiada sanggoep membantah.

„Saja ingin hendak m engetahoei penghidoep- an Boerhan ; dapatkah toean m enerangkannja ?”

„Akan hal itoe saja sendiripoen tiada seberapa m engetahoeinja; atau lebih benar tiada m engeta- hoeinja sama sekali” , djawab Asjikin. *

z7

Page 16: Surapati, "Pena," 1940

N abhan m erasa kecew a. Ia bertanja poela : ,,M engapa maka Boerhan seolah-olah m engasing­kan diri dari pergaoelan ram ai'?”

..T iada saja ketahoei, D an tiada poela pernah saja selidiki” ,

,,Boeat sem entara tjpekoep /sekian tentangBoerhan, T ap i dalam perkara jang lain dapatkah agaknja toean m endoega-doega : apakah jang dim aksoed oleh pentjoeri jang masoek keroemah ini ?” N abhan moelai memoetar penjelidikannja kelain d oeroesan,

,,Saja tak dapat m endoeganja. Kalau dikata­kan mentjoeri, mengapa kertas-kertas jang ter^ simpan dalam medja toelis saja sadja jang di- bangkariija ? ; D isitoe tidak ada harta jang te r­sim pan,” sahoet Asjikin dengan keheranan,

..Segala sesoeatoe ada kem oengkinannja, Oien- toek m enetapkan kem oengkinan itoe, tjobalah toean periksa sekalian soerat-soerat jang toean simpan disitoe”. kata N abhan poela.

M cskipoen dengan perasaan malas, Asjikin.rne- noeroetkan djoega kehendak N abhan itoe.

,,Ada jang hilang agaknja?” tanja N abhan se­telah selesai pem eriksaan itoe,

,.T idak ada barang sehelaipoeii” . Asjikin me­netapkan, !

..Tetapi m engapa soerat gadis dari Palem bang irii kelfhatannja sebagai soedah direm as, sedang semalam tidak begitoe ?” tanja N abhan, sambil mengambil soerat terseboet,

\s jik in seolah-olah tersedar dari tidder. M ata- n ja terboeka lebar. Benar-benar ia merasa heran. Ia m engoeloerkan tangannja poela hendak me­ngambil soerat itoe kembali. T ap i N abhan meno- laknja dengan haloes,

„Biarlah soerat ini saja simpan boeat semen­tara , oleh karena ada kepentingannja menoeroet persangkaan saja. T oean soedah lihat soerat ini bekas diremas, boekan ? N ah, toean perhatikan

poelalah lagi disoedoet ini, bekas tertjarik, boe­kan ? Padahal semalam, soerat in bagoes benar,, tatkala toean perlihatkan kepada saja, boekan ? Aneh sekali, boekan ?” N abhan mempengaroehi fikiran Asjikin,, ,,Ja, ja,: aneh benar !” sahoet poedjangga itoe.

,,Ada lagi jang lebih aneh. Toenggoe seben­tar !” kata N abhan poela.

Ia laloe m engeloearkan dari dalam dompet- nja set j arik kertas ketjil, jang diambilnja dari genggaman majat Boerhan pagi tadi. Kemoedian ditjotjokikannja dengan oedjoeng soerat jang be­kas kojak itoe.

,,Nah, toean lihat, potongan oedjoeng kertas ini ada pada saja. Lihatlah, tjotjolk, boekan ?”

Asjikin semakin tertjengang.,,Dan toean tahoe dari mana saja dapat sobe­

kan kertas ini ?”Jang di tanja menggeleng.„Saja dapat dari dalam genggaman majat

B oerhan!” sahoet N abhan dengan soeara jang ditekankan.

Asjikin semangkin ternganga, keheranan.,,Adjaib, boekan ?” k a ta N abhan poela.,,Adjaib benar, sebagai hikajat seriboe-satoe

malam, rasan ja.” sahoet poedjangga itoe. ,,Saja sekali-kali tidak m engarti” .

,,Artinja moedah benar. Bahwa soerat ini di­ambil lebih doeloe dari dalam latji medja toelis toean dan kemoedian sampai ketangan mendiang. Boerhan. Setelah di'batjanja, soerat ini d irem as- nja. iW aktoe itoelah djiwanja melajang, oleh ka­rena dengan tiba-tiba ia diserang penjakit hart- verlam m ing” .

Demikian N abhan memberikan keterangan.,,Tapi masih banjak benar perkara jang beloem

dapat saja artikan.” djalwab Asjikin sambil meng­geleng-gelengkan kepalanja.

29

Page 17: Surapati, "Pena," 1940

• 'Pi , ,JaiMe> apa sebab soerat ini perloe diambil

dari dalam latji medja toelis toean dan apa sebab m endiang Boerhan membatjanja, dan apa sebab soerat ini diremasnja, dan paling achir, apa se­bab ia terserang oleh hartverlam m ing cfengan ti­ba-tiba sesoedah membatja soerat ini. Boekankah begitoe soalnja?”

Asjikin hanja m enganggoek-anggoekkan kepa- lanja. K eheranannja bertam bah-tam bah.

,,Djawabnija moedah benar. Jaitoe isi soerat ini besar benar pengaroehnja kepada Boerhan. Boe­kankah menoeroet keterangan dokter, ia mem- poenjai djantoeng jang lemah dan tiada boleh dikedjoetkan ? Ia soedah dikedjoetkan oleh soerat itoe. Dalam terkedjoet itoe datanglah penjakitnja, hingga membawa maoet. T andanja ia gemas benar akan boenji soerat ini, itoelah bekas re- masannja; toean lihatlah bagaim ana kedjadiannja dengan soerat ini. Sampai ia meninggal, soerat ini masih digenggamnja. Ini diboetikan dengan tja- rikannja jang masih saja djoempai dalam geng- gam annja tad i’'

Dan pemboenoehan itoe dilakoekannja, moengkin benar oleh karena tiada menjetoedjoei karangan- karangan • Boerhan jang sangat mempengaroehi' fikiran anak-anak moeda dan menimboelkan be­rahi mereka dalam hal pertjin taan”.

,,M engapa isi soerat ini mempengaroehi Boer­han, padahal hanja diadreskan kepada Asjikin, jaitoe diri toean ?” N abhan meneroeskan per­soalan itoe.

Tam pak benar kegelisahan Asjikin tatkala me­nerima pertanjaan jang dim adjoekan oleih Naib- han itoe. Soeatoe pertanjaan jang bersangkoet- an benar dengan rahasia jang dipendam nja. Ber- oentoenglah pada ketika itoe dengan sekonjong- konjong Siddik tiba poela keroem ah itoe. Keda­tangan Siddik ini memberi kesempatan kepadanja oentoek m engabaikan pertanjaan N abhan tadi.

30

T etapi sebenarnja, bagi N abhan jang tjerdik itoe, kegelisahan Asjikin itoe sadja soedahlah tjoe- koep. Dan iapoen tiada hendak lagi m enggoegat pertanjaan itoe lagi.

Asjikin memandangi Siddik dengan tertje- ngang, karena ia beloem menggenal orang jang datang itoe.

Dengan segera N abhan laloe memperkenalkan: ,,Inilah dia sahabat saja : Siddik. Kami tinggal seroemah. T ad i sewaktoe hendak kemari, saja soeroeh dia kepasar boeat memibeli boeah- boeahan jang akan dibawa kemari. M asoeklah!”

Siddikpoen masoek dengan membawa seboeah boiengkoesan kertas ditangannja, jang laloe me­njerahkan boengkoesan terseboet kepada toean roemah.

„Bawa toeanlah kedalam boeah tangan kami ini” , oedjar N abhan.

,,Ah, tak perloe ! Sebab orang roemah sedang tak ada” , djawab Asjikin. ,,Sesoedah kedjadian jang riiboet-riboet pada malam tadi, dia takoet tinggal disini. Oleh karena itoe baroe sadja dia berangkat tadi pergi keroemah seorang familie jang lebih ram ai.”

Kemoedian Asjikin berbangkit oentoek me­ngambil pisau goena mengoepas boeah saoeh menila jang dibaw a oleh Siddik itoe. ,,Sajang in- doek dapoer sedang tidak diroem ah; djadi te r­paksa aw ak sendiri bekerdja” , katanja poela, setelah keloear kembali membawa pisau dita­ngannja.

,,Ah, toean Asjikin, marilah kita koepas ber­sama-sama dengan berganti-ganti. Saja tak se­gan-segan disini” , sahoet N abhan, seraja mene­rima pisau jang dioeloerkan oleh toean roemah.

,,Bagoes benar pisau ini !” kata N abhan, ta t­kala menjetjahkan pisau jang diberikan oleh Asji­kin kepadanja kekoelit boeah saoeh jang hendak dikoepasnia itoe. ,,Baroe lagi tadjam ” .

31

Page 18: Surapati, "Pena," 1940

■- „T api sajang oedjoengnja ini soedah patah, sedikit” , katanja poela. Dalam pada itoe ekor m atanja m engarah kemoeka poedjangga itoe.

Tam paknja Asjikin agak terkedjoet ta tkala m endengar oedjoeng pisaunja itoe telah patah.

„P atah ?” tanjanja. „Ah, Bila patahnja ? ! Se­malam masih baik lagi” , oedjarnja.

„H erankah toean akan patahnja ini?” tan ja N abhan poela. '

„T entoe sadja; sebab tidak diketahoei bila dan dim ana patahn ja”, djawab Asjikin dengan roepa jang bersoenggoeh-soenggoeh. Kesoenggoeh- ann;a inipoen tam pak d jelas oleh N abhan.

„Barangkali saja dapat menolong toean oen­toek mendjawab pertanjaan itoe” .

Asjikin m enentang moeka N abhan dengan roe­pa jang sangat ingin tahoe.

Dalam pada itoe N abhan m enghentikan pe- kerdjaannja mengoepas boeah saoeh tadi, laloe m engeloearkan poela seboeah benda haloes, ja- i-toe sepotong besi ketjil jang tadjam. Kemoedian benda ini ditjotjokkannja kepada oedjoieng pisau jang patah itoe; njatalah tjotjok adanja.

„T oean lihatlah ! Oedjoeng pisau toean jang patah ini ada poela saja simpan, sebagaim ana oedjoeng soerat toean jang kojak tadi. D an oedjoeng pisau inipoen saja djoempai terletak di- dekat m ajat Boerhan pagi tad i” . N abhan me- ngoetjapkan perkataan ini satoe persatoe dengan setenang-tenangmja, seolah-olah perkataannja itoe tidak mempoenjai pengaroe'h apa-apa kepada sipendengar.

„Soenggoeh aneh benar pendapatan toean. D an pisau inipoen tiada pernah lekang dari ta ­ngan saja, betapa poela ia akan moengkin sampai kedekat m ajat mendiang Boerhan ?” sahoet Asjikin.

„Bahwa jang saja djoempai ini oedjoeng pisau jang patah ini, soedah pasti. T idak moengkin

32

doea patahan pisau bisa bersam aan. D an bahw a pisau ini ada jang m embawanja kesana, soedah pasti poela. T inggal jang mendjadi soal, siapa jang m embawanja dan ada poela sebabnja maka dibawa kesana.”

Nabhan berhenti. M atanja m em perhatikan Asjikin jang telah gelisah doedoeknja. T angan- nja meneroeskan kerdjanja kembali mengoeroes boeah saoeh itoe. „Boeat sem entara ‘hal ini ma­sih dalam penjelidikan saja” , katanja.

„Akan sekarang sajapoen m en g artilah : apasebabnja toean datang kemari dengan membawa boeah-boeahan. Tentoelah karena hendak meli­hat oedjoeng pisau saja jang patah itoe, boekan? Tjerdik soenggoeh toean dalam penjelidikan ini. Dan berhoeboeng dengan pendapatan toean da­lam roemah ini, boleh djadi serba sedikit telah moelai djatoeh sjak wasangka toean atas diri saja. T etapi tiadalah mengapa, oleh karena saja pertjaja : pada achirnja kelak toean akan mem­peroleh djoea ketentoean dalam perkara jang se­dang diselidiki ini. Seland;oetnja, maoekah toean menerima seboeah pendapatan jang saja djoem­pai semalam, entah bergoena djoega bagi toean oentoek menjelami perkara inr sampai kedasar- nja ?”

Naibhan tiada m endjawab, melainkan mem­biarkan sadja poedjangga itoe m eneroeskan pem- bitjaraannja, sampai mem perhatikan gerik-gerik dan w arna moekamja, oentoek mengambil kesim- poelan : apakah Asjikin berkata benar ataupoen doesta.

„Semalam, tatkala saja m enangkap orang itoe, habis saja geledah pakaiannja. M aka saja djoem­pai sepotong soerat jang hanja bertoelis dengan angka-angka belaka. Pada moelanja saja anggap kertas itoe tiada arti dan harganja. Itoelah se­babnja maka tiada saja serahkan pada polisi. Tapi tatkala melihat lakoe toean dalam penjeli-

i t o M

33

Page 19: Surapati, "Pena," 1940

dikan, jang tiada maoe memboeang barang jang sehaioes-haloesnja sekalipoen terasa poela dalam hati saja, entah bergoena poela agaknja kertas itoe dalam oesaha toean ini.”

T elinga N abhan terboeka selebar-lebarnja ta t­kala m endengar keterangan Asjikin ini. Pada moelanja ia hanja menaroeh tjoenga djoega akar keterangan itoe : boleh djadi entah hanja dika­rang-karang sadja oleh pengarang terseboet, oentoek melalaikan fikirannja daripada sobekan kertas dan oedjoeng pisau jang patah tadi. T e ta ­pi setelah kertas terseboet diperlihatkan rleh Asjikin, maka tertoem pahlah perhatiannja sepe- noeh-penoehnja kepada tjatetan jang terloekis d iatas kertas tadi, hingga loepalah ia boeat se­m entara sekalian penjelidikannja jang soedah berlakoe.

Kertas itoe bertoelis angka-angka jang tersoe- soen dari lima-lima baris dalam beberapa toem- poekan.

- IV -

R A H A SIA AN G K A .

Siang telah berganti malam. Berganti dengar malam jang sangat kelam. T iada seboeahpoer b intang jang m enjoearkan sinar lenteranja. Se- baliknja dioedara aw an bergoempal sangat tebal- nja, bersedia hendak menimpa boemi.

Pada ketika itoe N abhan masih doedoek seo­rang diri dalam kam ar toelisnja. T elah bebera-.. pa kali Siddik m engadjaknja makan, tetapi oesah- kan disahoetinja, diperdoelikannjapoen tidak, Ia asjik benar mentjari koentji rahasia angka- angka jang tertoelis diatas kertas tadi.

T elah bermatjam-matjam tjara dilakoekannja, tetapi tiada sekalipoen jang berhasil, Oesahkan berhasil, m endekatpoen tidak ! Dalam pekerdja- an jang demikian, loepalah ia kepada makanan.

loepalah ia kepada lapar, dan loepalah ia kepa­da waktoe.

Poekoel sepoeloeh malam telah mendjelang. Dalam pada itoe hoedjan telah toeroen memba­sahi boemi, disertai oleh halilintar jang tiada terkira-kira dahsjat dentoemnja !

Bersamaan dengan soeara petir jang berden-toem, kedengaranlah teriak N abhan .................. .Siddik jang dari semendjak tadi telah separoeh tertidoer m enoenggoekan N abhan keloear dari kamar itoe, mendjadi terkedjoet m endengar te­riak itoe. Ia laloe melompat dan m endatangi sa-habatnja itoe, dan dilihatnjalah N abhan ............menari-nari kegirangan seperti orang gila sedang moeloetnja tiada berhenti berteriak !

,,M enang ! Kita menang, Siddik !’T demikian teriaknja, tatkala Siddik masoek m endapatkan- nja. Pada achirnja djerih pajahkoe tiada sia-sia. Soedah koedjoempai koentjinja.”

Siddik segera m endekatinja. Sebab iapoen ingin hendak mengetahoei rahasia jang tersem- boenji dalam angka-angka itoe.

Tetapi N abhan beloem hendak menoendjoek- kan rahasia itoe kepadanja. ,,Sediakanlah m aka­nan terlebih dahoeloe ! Sekarang baroe lapar rasakoe” .

N abhan m akan dengan bernafsoe sekali. M akloemlah dari semendjak siang tadi peroetnja beloem diisi.

Setelah itoe baroelah kedoea mereka itoe m a­soek poela kedalam kam ar toelis tadi oentoek mengoeraikan rahasia angka-angka tadi satoepersatoe. T etap i .......... kertas jang bertoelisangka-angka tadi soedah h ilan g .......... !

N abhan memandang kepada Siddik, laksana seekor harimau jang sedang kelaparan.

,,Dengan segera ia melompat keloear, dengan pengharapan akan sempat melihat sipentjoerinja, tetapi dengan sekonjong-konjong ia^tertjam pj#:

3534

Page 20: Surapati, "Pena," 1940

kesamping bagai ditolakkan orang, sedang kepa- lanja dirasakannja sakit benar, seolah-olah ber- adoe dengan soeatoe benda jang keras* Dan pa­da ketika itoe djoega ia m endengar soeara orangmengadoeh .................

Siddik dengan segera m endatangi tem pat' itoe. D ilihatnja seorang lain sedang terdjeroemoes di- moeka pintoe*

Dengan segera Siddik m enangkap orang itoe* jang kemoedian ditolong poela oleh N abhan me- m eganginja. M ereka laloe menjeretnja kedalam,. dan ternjatalah : orang itoe boekan lain daripa­da ................. Asjikin !

„T oean Asjikin !” kata N abhan laloe mendoe- doekkan poedjangga itoe keatas koersi* „Apa ar- tinja sekalian ini?”

„A rtinja ?” sahoet Asjikin* „A rtinja : tatkala saja hendak masoek kedalam roemah ini, dengan tiba-tiba telanggar oleh orang jang menjerboe keloear* Boekan main sakitnja saja rasa*”

„H a, ha, h a !” N abhan ketawa* Baroelah ia dapat tertaw a gelak* Geli rasa hatinja menge­nangkan kedjadiain itoe* T api gelaknja itoe se-- bentar benar* Sebab pada ketika itoe djoega te r­ingatlah ia akan kesoelitan hal jang sedang di- hadapinja itoe. M aka ia laloe memadjoekan per-’ tanjaan : „A pakah maksoed toean datang kemari ditengah malam dan hoedjan poela ?”

„Saja baroe sadja dikoendjoengi oleh seorang; jang tiada dikenal* D engan tiba-tiba ia mengan- tjam saja dengan sedjata a p i ; dan memaksa, soepaja saja mengembalikan soerat jang bertoelis dengan angka-angka itoe* D engan ketakoetan saja laloe m enerangkan kepadanja, bahw a soerat itoe telah saja serahkan kepada toean* Setelah ia pergi, maka saja dengan boeroe-boeroe poela da­tang {kemari oentoek memberi ingat kepada toe­an. Sebab saja jakin, orang itoe nistjaja datang kem ari,”

36

„Orang itoe soedah datang* Dan soerat itoesoedah ditjoerinja kembali.” sahoet N abhan„Roepanja ketika kami sedang m akan tadi, diamendapat kesempatan masoek kedalam roemahini. Silap benar, kami terloepa mengoentji pin . »» foe*

Nabhan berdiam diri seketika oentoek berfikir. Kemoedian ia berkata poela : „D jikalau kita tje- pat, baranglkali sempat poela mendjoempainja di- roemah mendiang Boerhan* Djikalau tebakankoe benar, isi soerat itoe menjoeroeh pergi kesana.”

Ia tiada menoenggo-e persetoedjoean daripada kaw an-kaw annja itoe, tapi dengan langsoeng memanggil seboeah amko jang kebetoelan me­lintas dimoeka roemah itoe*

Dengan tjepat mereka bertiga naik keatas ken- deraan roda tiga itoe, sesoedah Siddik m engoen­tji roemah itoe dengan sebaik-baiknja*

Kenderaan itoe tiada dihentikan didekat roe­mah jang hendak dikoendjoengi itoe. Ada kira2 doearatoes meter lagi, toeroenlah mereka dari atas kenderaan terseboet. D engan berdjalan pe- lahan-lahan, N abhan mengepalalai pengintipan itoe*

Dari djaoeh mereka soedah dapat melihat tja- haja jang terang didalam roemah jang telah ko­song itoe. Asjikin dan Siddik telah moelai ber­debar-debar darahnja melihat kedjadian itoe* Melainkan N abhan djoea jang tinggal tenang.

Setelah dekat N abhan laloe menghoenoes sen- djata apinja* Kemoedian pintoe roemah itoe di- tolaknja dengan keras* T iada soeatoepoen jang menghalangi, hingga daoen pintoe itoe terboeka selebar-lebarnja* Dengan sangat hati-hati N ab ­han m em perhatikan soeara gerak dan gerik da­lam roemah itoe. T api tiada soeatoe apapoen jg* berdetik. T iadalah tanda-tanda hidoep dalam roemah itoe* Laksna seboeah 'koeiboeran diatas tanah djoea laiknja. Setelah menoenggoe semen-

37

Page 21: Surapati, "Pena," 1940

tara ;waktoe, baroelah N abhan masoek dengan m engendap-endap, diikoeti oleh Asjikin dan Sid- dik dari belakang. T atka la mereka tiba diroeang tengah, dengan tiba-tiba penerangan dalam roe- mah itoe padam, hingga keadaan mendjadi ge'lap gelita .................

,,Au !” teriak Asjikin ............Dengan ketjepatan jang loear biasa, Nabhan

laloe m enengkoerap diatas lantai, tangan kanan- nja memegang sendjata api sedang tangan kiri- nja memegang lampoe senter jang menjoear ke- kanan dan kekiri. T etap i ia tiada melihat barang soeatoe apapoen, sedang Asjikin sendiri tampak olehnja masih dalam keadaan sehat w alafiat ...

M aoe tak maoe N abhan ketaw a terpingkil- pingkil, setelah mengetahoei kedjadian jang se- benarnja.

,,M engapa toean memekik?'* tanja N abhan de­ngan gelaknja.

„T erkedjoet benar saja melihat lampoe itoe padam ." djawab Asjikin. „T entoelah ada orang dalam roemah ini jang m em adamkannja."

N abhan tiada dapat m enahan geli hatinja, ,,Lampoe dinding* ini mendjadi padam, oleh ka­rena ditioep angin jang berhemboes dari pintoe jang terboeka itoe." oedjar N abhan, seraja me- noendjoek arah kepintoe. „K iranja dalam roe­mah ini tidak ada orang. Kalau ada tentoe dia soedah lari m endengar kita riboet-riboet ini. Be- gitoepoen, baiklah kita periksa djoega dengan hati-hati."

Sebagaim ana doegaan N abhan, tiadalah me­reka mendjoempai soeatoe machloek jang berdji- w a dalam roemah itoe. M elainkan latji medja mendiang Boerhan berserak kian kemari bekas dibongkar orang.

,,Dia soedah datang terlebih dahoeloe." keloeh N abhan.

38

M aka merekapoen kembalilah dengan hampatangan.

Siddik telah mengantoek, tetapi N abhan masih berdjalan m oendar-m andir dalam roem ahnja itoe. „Perkara ini kelihatannja satoe, tetapi bertjabang doea." katanja kepada Siddik jang sedang ter- kantoek-kantoek itoe, sem entara ia berdjalan hi- lir-mcedik,

„Ah, kalau saja tjepat mengetahoei rahasia angka2 itoe tadi." sahoet Siddik, karena pada persangkaannja N abhan m em perkatakan angka2 itoe djoega.

„Apa?" tanja N abhan. „O, angka-angka ta ­di? Biarlah hilang, karena isinja masih hapal da­lam kepalakoe, sedang salinan angka-angka itoe masih ada koesimpan dengan baik.

M endengar perkataan jang belakangan ini, hi­langlah kantoek Siddik. „Kalau begitoe, tjobalah oeraikan kehendak angka-angka itoe." katanja.

„M ari sini." N abhan memerintah Siddik soe- paja mengikoetinja kedalam kam ar toelisnja. „Inilah salinan angka-angka itoe." N abhan laloe menjerahkan tjatetan angka-angka jang tertoelis lima-lima baris dalam beberapa toempoek, seba­gai dibawah ini :

24 9 12 3 8 12 21 8 131 21 7 1 21 7 4 8 1

14 21 1 14 9 8 1 21 147 14 22 12 2 4 4 13 1

23 11 16 21 7 2 21 21 12

,Kau lihat anc|ka- angka ini diatoerlima-lima baris ?" N abhan moelai memberikan penerangan.

,Ja , sahoet Siddik.„Itoe malksoednja, alfabet jang doeapoeloeh

enam boeah itoe dibagi lima-lima. T joba hitoeng: a-satce, be-doea, se-tiga, de-empat, e-lima." Se-

39

Page 22: Surapati, "Pena," 1940

m entara itoe tangan N abhan menoendjoekhoeroef alfabet satoe persatoe. „N ah, djadi ang­ka 1 m enoendjoekkan hoeroef e, sebab hitoengan kelima jang pertam a djatoeh pada hoeroef e. H oeroef jang kesepoeloeh jaitoe je; djadi angka2 menoendjoekkan hoeroef je, Hoeroef kelimabelas jaitoe hoeroef o; djadi angka 3 menoendjoekkan hoeroef o, Hoeroef kedoeapoeloeh jaitoe hoeroef te; djadi angka 4 m enoendjoekkan hoeroef te. Semoeanja hoeroef itoe berdjoemlah doeapoeloeh enam, O entoek mentjoekoepkan tigapoeloeh, ha- roes ditam bah empat lagi. H itoengannja dioelangi dari a sebagai hoeroef jg. kedoeapoeloeh toedj'oeh, D jadi hoeroef de, djatoeh pada jang: ketigapoe- loeh; m aka angka 6 menoendjoekkan hoeroef de, Begitoelah seteroesnja, T iap-tiap sampai kepada z, hitoeng kembali samiboengannja dengan a. Ka­lau soedah dapat koentjinja itoe, m'alka angka-angka tadi. soedah bisa kita batja. Lihatlah

24-p 9-s 12-h 3-o 8-n 12-k 21-a1-e 13-m 1-e 21-a 7-i 1-e 21-a

4-t 4-n 1-e 14-r 21-a 1-e14-r 9-s 8-n 1-e 21-a 14-r 7 - i7-i 22-£ 12-h 2-j 4-t 13-m 1-e

23-k 11 -c 16-b 21-a 7-i 2-j 21-a12-k 21-a

Kalau kita batja dari atas kebawah, maka b e r-1 boenji : periksa archief boerhan asjikin tjatetan n'ama m ereka/'

„Soedah terang ?" tanja N abhan poela kepa­da Siddik.

Jang terseboet belakangan ini menganggoek-^ anggoekkan kepalanja, m enandakan ia telah m e-| ngerti.

„D jadi njatalah ada tjatetan nama jang ter­simpan dalam archief Boerhan. T jatetan itoe ti­dak moengkin ada dalam archief Asjikin. Pem-

40

bongkaran jang pertam a diroem ahnja memboek- tikan demikian. T inggal jang mendjadi soal : tja­tetan nam a-nam a siapakah dan apa perloenja tjatetan nam a itoe," N abhan melandjoetkan per- kataannja. „Itoelah sebabnja akoe mengambil kesimpoelan : perkara ini tam paknja satoe,. tapi hertjabang doea, T jabang pertam a, Asjikin seti- dak-tidaiknja ada tersangkoet, sedang tjabang ke- doea beloem lagi koeketahoei siapa jang bakal dihadapi/'

„Tapi biar bagaim ana djoega, besok akoe moesti pergi ke Palem bang. Sebab disana masih tersimpan soeatoe rahasia jang mendjadi koentji dalam perkara ini, sekoerang-koerangnja oentoek tjabang pertam a. T ap i siapa tahoe tjabang ke- doea disana djoega terletak koentjinja ? Besok kebetoelan ada kapal. Oleh karena itoe, baiklah berkemas dari sekarang", kata N abhan poela.

Pada keesokan harinja, sebeloem berangkat ke Palembang, N abhan terlebih dahoeloe mengoen- djoengi D joeanda, karena ia hendak melihat Ja- sin, orang jang tertangkap diroemah Asjikin ke­marin malam itoe. T api alangkah ketjaw a hati- nja, karena jang tertangkap itoe, walaupoen ber­nama Jasin djoega, tapi boekanlah orang jang menerangkan hendak memboenoeh Asjikin kare­na karangannja jng berbahaja itoe.

• > * • / /~ v ~

P O E D JA N G G A JA N G M A SJH O E R IT O E .

T atkala N abhan toeroen sebentar kebandar Singapoera, baroe sadja ia sampai m endarat, da­tanglah seorang jang tiada dikenal menghampiri- nja, seraja m enjerahkan sepoetjoek soerat jang boenjinja begini :

41

Page 23: Surapati, "Pena," 1940

,,Toean N abhan jang moelia !

Djangan ketjil hati, kalau saja ter­paksa melakoekan beberapa tindakan jang agaknja koerang m enjenangkan. Oempamanja, saja mengantjam Asjikin, saja memasoeki roemah toean dengan tiada permisi, saja mentjoeri soerat jang berisi angka-angka itoe poela. Saja te r­paksa melakoekan tindakan jang de­mikian, oleh karena dalam perkara ini tersangkoet keselam atan beberapa dji- wa. R ahasia angka-angka itoe boleh djadi telah toean ketahoei, tetapi apa j g. tersim pan dalam archief Boerhan, tia­dalah boleh diketahoei oleh orang lain. Barangkali toean tiada akan berchianat, sajapoen pertjaja penoeh, toean tiada akan maoe berboeat pekerdjaan kedji, tapi lebih selamat lagi, bila toean sen- diripoen tiada mengetahoeinja. Betapa saja mengetahoei soerat terseboet di­peroleh Asjikin, tak oesahlah toean ke­tahoei. Itoe lebih baik. Dalam pada itoe saja nasihatkan kepada toean, hendak­lah berhati-hati, oleh karenaa diri toe­an kelak moengkin terseret dalam per­kara jang tiada enak dan tiada poela toean ketahoei oedjoeng pangkalnja. Begitoepoen saja oetjapkan : berhasil £#lah oesaha to ean /'

Soerat itoe tiada ditanda tangani. Seolah-olah soerat gelap atau soerat kaleng sadja. T ap i bagi N abhan, boekan tanda itoe jang terpenting, me­lainkan isinja.

„Kalau isi soerat ini benar, demikian N abhan berfikir„ „tapi tiada dapat disangsikan kebena- rannja, njatalah Boerhan mempoenjai perhoe- ngan poela dengan soeatoe sarikat gelap” .

A ntara Singapoera dengan Palem bang, tiada­lah N abhan mendjoempai soeatoe apa jang ada kepentingannja berhoeboeng dengan perkara jang sedang diselidikinja itoe.

O esahanja jang pertam a kali ta tkala tiba di- kota Palem bang, ialah mentjari kediam an gadis jang pernah mengirim soerat kepada Asjikin, soepaja m enghentikan kalamnja jang menimboel- kan nafsoe berahi dikalangan pemoeda-pemoeda itoe.

T iada berapa soekar bagi N abhan m entjari Dahniar, oleh karena dalam soerat jang dikirim- kannja itoe, ditoeliskannja alam atnja dengan terang.

N abhan haroes menjewa seboeah sampan jang akan m enjeberangkannja ke Kedemangan. T iba ditentang roemah nomor 7, sebagaim ana jang di- njatakan dalam soerat itoe, N abhan laloe menge- toek pintoenja.

Seorang gadis jang djoeita laloe m endje- ngoek keloear.

D ihadapan N abhan berdirilah seorang gadis roepawan dengan dihiasi oleh ram boet ikal di- atas kepalanja, berombak-om bak kelihatan, m ata jang sipit dibawah alisnja, hidoeng ketjil jang disamboet oleh bibir ketjil poela disebelah ba­wah n j au D engan sekali pandang, njatalah kepada Nabhan, gadis jang berdiri dihapannja itoe, se- roepa benar dengan gam bar jang terloekis dalam soerat jang terkirim dari Palem bang oentoek Asjikin tempo hari,

Tam paknja gadis ini tiada kikoek ataupoen kemaloe-maloean, berhadapan dengan seorang laki-laki jang beloem pernah dikenalnja.

„Apa kabar engkoe ?” tanja gadis itoe dengan ram ah-tam ahnja.

„Bolehkah saja bertanja : dim anakah roemah seorang gadis jang bernam a D ahniar T ’ tanja N abhan kepada gadis itoe dengan segala hor-

42 43

Page 24: Surapati, "Pena," 1940

m atnja, walaupoen ia telah jakin : gadis itoelah jang bernam a D ahniar.

„D isinilah.” sahoet gadis itoe. T erbajang di- m oekanja soeatoe perasaan heran, oleh karena tamoe jang datang itoe mengenal namanja, tetapi d ia sendiri rasanja tiada pernah mengenalinja.

„D apatkah agaknja saja berbitjara dengan- nja?” tanja N abhan poela seteroesnja.

„Boleh. Dan Sajalah ito e /' sahoet perempoean moeda jang berdiri dihadapan N abhan itoe de­ngan roepa jang tenang.

N abhan berfikir sedjoeroes. Bahwa roepa ga­dis jang sedang berdiri dihadapannja itoe tjotjok benar dengan gam bar jang dikirimkan kepada Asjikin tempo' hari, tiadalah kesangsiannja ba­rang sedikitpoen. T etapi m engapakah tiada tam ­pak tanda-tanda dalam roepa dan roman D ah­niar ini, sebagai seorang korban daripada pem- batjaan jang m embangoenkan nafsoe berahi ?

„O leh karena soal jang hendak saja perkata- kan dengan entjik ini agak penting lebih baiklah kalau saja dapat bertem oe poela dengan iboe •atau bapak entjik, soepaja tiada menimboelkan fitnah dibelakang hari kelak.” kata N abhan de­ngan ichlas hatinja.

„Sajapoen lebih setoedjoe demikian. Kalau be^ gitoe, baiklah saja panggilkan iboe sebentar ke- belakang. Ajah lama lagi baroe kembali; tak sa­bar kelak toean m enoenggoenja,” Dengan oetja- pan jang demikian, D ahniar laloe pergi kebela- kang m endapatkan iboenja, m eninggalkan N ab­han seorang diri, berdiri diloear pintoe.

Selama berhadapan dengan gadis terseboet, N abhan m erasa setoedjoe dengan sikapnja. M oengkinkah gadis jang; sedemikian haloes boe- di bahasanja, sedemikian toeloes tingkah-lakoe- nja, dapat diroesakkan kebatinannja oleh kara­ngan jang m em berahikan hati ? N abhan tiada seberapa pertjaja. T api boekankah dalam soerat-

44

nja jang diterima oleh Asjikin dengan terang diseboetkannja, bahw a iapoen terhitoeng salah seorang daripada beberapa korban ?

Dalam ia berfikir demikian, maka tersemboel- lah iboe D ahriar, laloe menegoer tam oenja : „Apa kabar engkoe ? M asoeklah !”

Dengan segera djoega N abhan laloe doedoek diatas seboeah koersi jang soedah tersedia, ber­hadap-hadapan dengan D ahriar dan iboenja.

,,Saja datang dari M edan .” demikian N abhan memoelai pertjakapan.

„Terlebih doeloe saja meminta m a’af,” demi­kian N abhan melandjoetkan bitjaranja, ,,sebab saja hendak memadjoekan pertanjaan : soekakah. entjik membatja karangan poedjangga Asjikin ?”:

,,Toean pendjoeal boekoe k iran ja” . djawaib Dahniar dengan rasa ketjewa. ,;Kalau itoelah maksoed toean kemari, maka sia-sialah adanja. perdjalanan toean jang sedjaoeh itoe.” .

,,Saja beloem menentoekan m aksoed kedata­ngan saja kemari. M aksoed itoe kelak akan nja- ta djoega kepada entjik, setelah pertanjaan saja jang pertam a itoe berdjaw ab.” N abhan membela, dirinja.

,,Kalau toean boekan hendak mendjoeal boe- koe itoe, bolehlah saja beri djaw abannja. .Saja sebetoelnja tiada soeka membatja karangan-ka­rangan poedjangga Asjikin itoe.” sahoet D ah­niar dengan ringkas.

„M enilik dari boenji pendjaw aban entjik itoe,- njatalah entjik telah kenal kepada nam a poe­djangga itoe danpoen karangan-karangannja, boekan?” N abhan memasang ketadjam an m ata- nja oentoek mempengaroehi fikiran gadis itoe.

„Nam a itoe saja kenal sebagai seorang poe­djangga. Saja tiada pernah membatja karangan- karangannja, tetapi kabarnja sangatlah tjantik goebahannja. Di Palem bang ini, tiada sedikit pe- moeda-pemoeda jang kegila-gilaan akan kara-

45

Page 25: Surapati, "Pena," 1940

ngannja itoe. Setiap terbit karangannja jang ba- roe, m aka ram ailah pemoeda2 disini bereboet- reboetan membelinja. A gaknja hanja saja sendiri jang tidak pernah memperhatiikannja.”

K eterangan D ahniar ini semangkin m enarik hati N abhan.' Bersemboenjikah gadis itoe kepa- dan j a ?

,,M engapakah entjik tiada pernah mem perhati­kan karangan poedjangga jang term asjhoer itoe?” Kembali N abhan m em pergoenakan pengaroeh pandangannja, hingga D ahniar m erasa benar tosoekan tjahaja m ata jang menjinar tadjam itoe,

„Sebab saja jakin : besar bahajanja bagi anak mereda” ,

„M engapa kejakinan itoe timboel ?” tanja N ab­han seteroesnja.

„Kejakinan saja itoe timboel, oleh karena soedah pernah melihat besarnja pengaroeh karangan poedjangga itoe» Seorang sahabat saja, Sjamsiar namanja, dipengaroehi begitoe roepa, sampai ke- toelang soemsoemnja. Ia boekan sadja tergila-J gila ikepada karangan poedjangga itoe, tetapi-I poen ia langsoeng tergila-gila kepada pengarang itoe s e n d ir i!”

„M asja Allah !” d jawab N abhan dengan tiada seberapa disengadjanja. „Betapa ia menggilai pengarang itoe, padahal berkenalanpoen tentoe beloem ?”

„Aneh benar, tetapi benar kedjadian. Itoelah sebabnja, maka saja tiada soeka membatja ka­rangan poedjangga itoe. Saja takoet, kalau-kalau saja akan mengikoeti djedjak Sjamsiar itoe, Tjoe- koeplah dia sendiri jang tersesat” ,

„D im anakah sahabat entjik itoe sek aran g ?” tanja N abhan,

„Ia hilang. T iad a ketahoean entah kemana per- ginja. E ntah masih hidoep, entahpoen soedah bepoelang kerahm atoellah” .

„Kalau ia menggilai poedjangga itoe, tentoe - lah ia menoedjoe ketem pat tinggal Asjikin, jaitoe kekota M edan,” sahoet N abhan.

„Boleh djadi benar doegaan toean” , kata gadis itoe poela.

„Barangkali dapat saja menolong entjik dalam hal ini karena saja datang dari M edan djoea. Adakah gam barnja entjik simpan ?”

„Ada !” Da'hniar mendja|wab dengan rasa ber besar hati. M aka dengan segera ia berbangkit, laloe mengambil seboeah albuim jang tersim pan dalam biliknja.

N abhan laloe m em perhatikan w adjah jang ter­tera diatas gam bar jang terlekat pada album itoe. Sedjoeroes lam anja ia berfikir,

„R asa-rasanja saja pernah djoeg'a melihat w a­djah perem poean jang seperti ini” , kata N abhan sambil m engingat-ingatinja.

T iba-tiba ia seolah-olah terkena listrik, roepa jang m enoendjoekkan otak berfikir tadi, berobah mendjadi roepa jang kegirangan. D engan tiada seberapa disedarnja keloearlah oetjapannja jang dilafazkan dengan soeara jang agak keras : „Be­nar ! Benarlah dia ! Inilah gambar isteri Asijikin !”

„Tapi ini ? Gam bar siapa poela lagi jang se­boeah ini ?” tanja N abhan poela, sebeloem lagi ke- doea anak beranak itoe semipat mengeloearkan se- boetir perkataan jang berhoeboengah dengan isteri Asjikin itoe» Karena tiba-tiba poela m ata Nabhan mendjadi tertarik kepada seboeah gam bar jang terlekat didekat gam bar Sjamsiar isteri Asjikin itoe»

„M ana ?” sahoet D ahniar poela dengan seboeah pertanjaan, seraja tangannja teroeloer hendak mengambil albuim jang berisi gam bar terseboet.

„Jang ini” , oedjar N abhan sambil menoen- djoekkan dengan djarinja.

„Ini gam bar abang saja, Boerhan. Kenalkah toean kepadanja ? Iapoen soedah’ semendjak lama

46 47

Page 26: Surapati, "Pena," 1940

benar m eninggalkan kami. Sebagai djoega S jam - siar, iapoen tiada pernah berkirim soerat kepada kami. T ap i kabarnja iapoen tinggal di M edan, djoega” . Demikian D ahniar menjahoet.

„Benar, saja kenal padanja. T a p i.....................N abhan m enahan lidahnja. Ia merasa beloem m asanja akan m eneroeskan kata.

„T api mengapa ?” tanja D ahniar poela dengan ketjemasan.

„Tapi, bolehkah saja bertanja: apa po-ela jang menjebabkain dia m eninggalkan kota Palem bang ini”? N abhan membelokkan katanja kelain djoe- roesan,.

M engapa ia m eninggalkan kota Palem bang inisampai sekarang masih men’djadi soeatoe teka- teki kepada kami. M em ang kelakoean Boerhan selaloe bersifat teka-teki sadja. T iada moedah orang lain menebaknja. Demikianpoen oempa- manja dengan pertjintaannja. Ia menjintai se­orang gadis dan gadis itoepoen menjintai dirinja djoega. Dengan tiada diketahoei asal-pangkalnja, tiba-tiba dipoetoeskannja sadja perhoeboengan itoe. Saja tahoe, tiada kesalahan sigadis. D an saja tahoe poela, setelah memoetoes'kan pertjin taan­nja itoe, Boerhan m erasakan soeatoe tekanan dji'wa jang am at berat dan sangat, hingga ia di­hinggapi penjakit lemalh djantoeng, jang sewak- toe-,waktoe bisa m em bahajakan bagi djiw anja” .

K eterangan D ahniar ini m enjenangkan hati N abhan benar, oleh karena dalamnja banjak ter- selit berita-berita jang perloe diketahoeinja.

„Siapakah nama ketjintaan saudara entjik itoe?”

„Asiah nam ^nja.”„M asih beloemkah ia kaw in sekarang ?”„Soedah. D engan seorang saudagar bernam a

N oerdin. Ach, kasihan si Asiah itoe. Benar kese­nangan badan tjoekoep diperolehnja, oleih karena soeaminja kaja, tetapi kesenangan djiwa, saja ja-

kin tiada pernah diketjapnja, teroetam a sekali soeaminja itoe seorang jang sangat pentjemboe- roe. T iada djarang Asiah itoe diperpoekoelinja dengan tiada soeatoe sebab jang pan tas” .

„D apatkah entjik m enoendjoekkan salah se­orang famili jang akrab kepada Asiah ?”

„Ah, tentoe sadja. Oem pam anja : engkoe Ja­tim, saudaran ja.”

„Dim ana tinggalnjla ?”„Di T alang Semoet. Nom ornja saja loepa. T a ­

pi boleh ditanjakun.”„Saja sebetoelnja ingin hendak mendjoempai

Asiah itoe, tetapi tentoelah tiada moengkin, agak- nja”, kata N abhan poela.

„Sedangkan perem poean lagi so-ekar akan mendjengoeknja, berhoeboeng dengan sifat soeaminja jang pentjem boeroe itoe. Konon poela seorang laki-laki jang tiada dikenalnja sebagai toean, T etap i apakah keperloeannja toean hendak mendjengoeknja ?”

„Oentoek menjampaikan salam dari saudara entjik itoe”, dja,wab N abhan berdoesta.

„Roepanja masih diingatnja djoega kekasihnja itoe ?”

„Masih diingatnja, h in g g a ........” N abhan ham ­pir terlandjoer kata. T api dengan tjepat d itahan- nja, karena ia, merasa beloem tiba m asanja oen­toek mentjjeritakan kem atian Boerhan itoe.

Ia memoetar kelain djoeroesan. D ari dalam kantong dalamnja dikeloearkannjalah soerat jang diterima oleh Asj'rkin, dikirim oleh D ahniar tem ­po hari. „D ari entjikkah soerat ni ?” tanjanja se­raja m engoeloerkannja kepada anak dara itoe.

D ahniar menjamboetnja, laloe membatja isinja sekali. Tam pak benar perobahan air moekanja, demi membatja soerat terseboet. Dalam pada itoe N abhan memperhatikan dengan teliti w adjah gadis itoe.

48 49

Page 27: Surapati, "Pena," 1940

„Siapa jang berboeat ini ?” demikianlah soeara jang terdengar pertam a ikali dari moeloet gadis itoe. „Soenggoeh koerang adjar benar !M Ia moe- lai sengit. „Sekali-kali boekan saja imenoelis atau- poen m engirim kan soerat ini” Ia membela diri.

„D ari sem endjak bermoela telah datang ke- ja!kinan dalam hati saja, bahiwa soerat ini tiada benar entjik memperboeatnja, walaupoen oleh jang m emboeatnja dioesahakan soepaja orang mempertjaj'ai dem ikian” , dijawab N abhan.

„T etapi apa poela perloenja, soepaja orang meimpertjajai saja menoelisnja ?” kata gadis ito'e dengan keheranan, sataibil memoelangkan soerat itoe kembali.

„Sebagai entjik lihat disitoe, soepaja Asjikin, pengarang jang terkenal itoe, d jangan meneroes- kan goebahannja jang m em berahikan pem oeda”.

„Kalau tjoema sekian maksoednja, mengapa maka nam a saja dipergoenakan ? Apa salahnja dengan berteroes terang ?” sahoet gadis itoe poela.

„T jerdik benar entjik menjelami perkara ini”, kata N abhan mennoedji D ahniar, hingga berobah poela air moeka gadis itoe, kem erah-m erahan, „Bila dalatm sesoeatoe perkara terselit kepalsoean, m aka adalah dalamnja sesoeatoe hal jang raha­sia. Demikian djoega doegaan isaja dalam pengi­riman soerat ini” .

„Tapi saja tiada melihat soeatoe apapoen jang tersemboenji didalam nja” .

„Jaitoe : soepaja Asjikin pertjaja, bahw a en­tjik soedah poela serta mendjadi korban,” djawab N abhan.

„Kalau Asjikin pertjaja ?”„Soepaja dihentikannja memboeat karangan jang tiada disoekai itoe.”

„Tapi apa poela pengaroeh saja kepada Asji­kin, hingga ia m enghentikan kalamnja ?”

50

„Sebab ia saudara entjik”, sahoet N abhan de­ngan tegas.

D ahniar terperandjat. Demikianpoen iboenja.„Asjikin, saudara saja ?” tanja gadis itoe de­

ngan m ata terboeka lebar.„Benar !” djafwab N abhan dengan soeara pasti,

sambil m enganggoekkan kepalanja.„Tidak ada saudara saja jang bernam a Asji­

kin”. D ahniar membantah dengan soeara pasti poela.

„Tetapi ada jang bernam a Boerhan, b o ek an ?” membalas poela N abhan dengan senjoem.

„Ada” .„Itoelah dia Asjikin, poedjangga jang masjhoer

itoe !”D ahniar dan iboenja tertjengang m endengar be­

rita itoe. Sesoenggoehnjakah demikian ? Kalaubenar, w ah a i............ D ahniar tiada tahoe entahdoeka entah gembira. Gem bira djoega rasanja mempoenjai seorang saudara jang term asjhoer,tetapi sebaliknja, a:h .......... boekankah ia sendiritiada setoedjoe dengan karangan-karangan jang digoebah oleh Asjikin itoe ?

„Bagaimana poela pendapat saudarakoe atas isi soerat palsoe ini ?” tanja D ahniar dengan sa­ngat tertarik . „Pertjaja poelakah dia ?”

„Isi soerat itoe mempengaroehi djiwanja lebih hebat daripada jang didoega, oleh kare­na ......................” N abhan terhenti poela.. „Oleh k aren a ............ ” D ahniar menjamboet

dengan tiada sabar.„Oleh karena, setelah membatja soerat ini,

tiba-tiba iapoen diserang oleh penjakit lemah djantoeng, hingga m embawa kepada ad ja ln ja ...” Nabhan m engoeraikan kedjadian jang berlakoe atas diri Boerhan dengan soera jang pelan-pelan dan daja oepaja jang m enghindarkan rasa teke- ajoet pada kedoea anak beranak itoe.....................

I 51

Page 28: Surapati, "Pena," 1940

^ V I -

D IT O E D O E H !

N abhan kembali kehotel tem patnja menginap, Beberapa boeah soal haroes dipetjahkannja terle­bih dahoeloe, sebeloem ia sampai keoedjoeng m aksoed. Pertam a, apa sebab JBoerhan memoe- toeskan pertjintaannja, hingga kesehatannja ter- antjam oleh perboeatannja itoe. D jadi tentoelah ada soeatoe sebab jang memaksa padanja oen-j toek berboeat demikian, Kedoea, betapakash ben- toek dan tjoraknja sarikat gelap jang ditjampoeri oleh Boerhan itoe, Ketiga, m engapa Boerhan ber- semboenji dibalik nam a Asjikin dalam toelis- toelisannja. Keempat, betapa akan memperboeat perhoeboengan dengan Asiah,

M enoeroet doegaan N abhan, sekalian soal-soal ini hanja seboeah koentjinja. Bertaoet-paoet an­tara satoe dengan lainnja. Bila terboeka satoe, akan teroengkai poelalah jang lain-lainnja.

„T jabang jang kedoea ini lebih soekar dari tjabang pertam a,” demikian ia berkata dalam ha- tinja sambil berdjalan m oendar-m andir dalam ka- marnja.

T iba-tiba ia m endengar soeara riboet-riboet di- loear, Baroe sadja ia hendak memboeka pintoe kam arnja, kedengaran olehnja pintoe itoe ditokok orang dari loear dengan segera daoen pintoe itoe diboekanja, maka tam paklah k ep a d a n ja ........bebe­rapa orang polisi jang berpakaian dines dan doea orang lagi jang berpakaian biasa. Ia terkedjoet dar tertjengang melihat kedatangan mereka itoe.

T etap i ia tiada perloe tertjengang lebih lama, oleh karena pegawai polisi tadi laloe memperke­nalkan diri m enerangkan maksoed kedatangan- nja : ,,Kami polisi hendak m enggeledah toean dar kam ar toean ini, Boekankah toean baroe datang

dari M edan dan di Singapoera ada menerima se- poetjoek soerat ?”

Nabhan heran m endengar keterangan polisi itoe. D ari mana mereka mengetahoei ia m eneri­ma soerat di Singapoera itoe? N abhan mem benar­kan, tiada membantah. Ia merasa tiada perloe membantah.

„Kalau begitoe serahkanlah kepada kami soe­rat itoe. Itoe lebih baik daripada atas paksaan kami kelak.” perintah kepala rom bongan polisi itoe,

N abhan tiada dapat membantah. Dan iapoen tiada hendak m elakoekan bantahan. M enoeroet pertimbangannja, sia-sia sadja m embantah kema- oean polisi. Lagipoen dalam hal ini tiada faedah- dahnja membantah. M aka diserahkannjalah soerat terseboet. T api polisi masih melandjoetkan peme­riksaan dan penggeledahannja dalam kam ar itoe. Setelah tiada mendjoempai barang soeatoepoen lagi jang dianggapnja penting, maka mereka b er­kata poela kepada N abhan: „Kami harap toean soeka menoeroeti kami kekantor boeat diperik­sa.”

„Dalam hal apa ?” tanja N abhan dengan si­kap enggan menoeroeti,

„Toean akan mengetahoeinja djoea kelak.” djawab kepala polisi itoe,

„Adakah saja ini ditoedoeh dalam sesoeatoe kedjahatan ?” N abhan bertanja poela lagi.

„N anti toean akan m engetahoeinja semoea- nja, Setidak-tidaknja toean haroes akan mendja- wab tentang soerat dari Singapoera ini.”

Baroelah N abhan faham akan maksoed soerat jang diterim anja di Singapoera tempo hari jang mengatakan : hendaklah berhati-hati, oleh kare­na diri toean kelak moengkin tersangkoet dalam perkara jang tiada enak dan tiada poela toean ketahoei oedjoeng pangkalnja.

52 53

Page 29: Surapati, "Pena," 1940

Dengan tiada berdaja, N abhan laloe menoe. roetkan sadja kehendak pegaiwai polisi itoe. Ka. lau ia menjangka, bahw a pem eriksaan atas diri, nja dengan segera dilakoekan, maka keliroelal ia. N abhan tiada diperiksa dengan langsoeng T ap i dim asoekkan sadja kedalam kam ar arrest Sekalian bantahannja sia-sia belaka.

Dalam kam ar ini ia bertem an dengan doer orang, masing-masing bernam a Jatim dan Joesoe S iregar. Oleh karena m erasa senasib, maka de ngan segera mereka berkenalan dengan baik, se olah-olah soedah akrab benar.

,,Saudara dari mana?” demikianlah pertanjaaf jang pertam a kali dim adjoekan oleh kawannf sekoeroengan itoe kepada N abhan.

„D ari M ed an /' sahoet N abhan dengan pen dek.

Pada ketika itoe tam pak benar perhatian Ja tim am at besar m endengar nama ,,M edan" itoe

Beberapa djam mereka haroes menoenggoe baroelah kedengaran soeara panggilan, menjera seorang d iantara m ereka itoe, jang bernam a Ja tim. Pintoe kam ar arrest diboeka, Jatim dikeloear- kan oentoek diperiksa. M aka tinggal Nabha: bersam a dengan Joesoef S iregar itoe.

,,Tahoekah saudara siapa jang soedah berchi anat d iantara tem an-tem an kita?" demikian Joe soef Siregar memadjoekan pertanjaan kepad' N abhan. tatkala mereka telah tinggal berdoea doea sadja dalam koeroengan itoe.

N abhan jang sama sekali tiada tahoe-,mena'ho, dalam hal ini, tentoe sadja tiada dapat mendja w ab pertanjaan terseboet. T etap i oleh karena di; ingin poela hendak mengetahoei perkara apa jari sebenarnja ditoedoehkan atas dirinja itoe, mak tiadalah dip erlihatkann j a , bahw a ia tiada menge tahoei soeatoe apa. D engan tjara jang bersoenc goeh-soenggoeh, kening jang berkedoet, seolali olah orang jang berfikir dan mengingat-inga

iapoen menjahoet : ,,Saja tiada dapat mefrentoe- kannja."

„Saja Jakin si Boerhan. Sebab ia menghilang sadja dari kota Palem bang ini dengan tiada mem­beritakan soeatoe apa. Saudara Jatim tadipoen pertjaja demikian djoega." Joesoef berkata de­ngan jakinnja.

„Tapi si Boerhan telah m eninggal doenia". Nabhan membalas.

„Dimana ?" tanja Joesoef dengan minatnja.„Di M edan. Saja sendiri serta mengoeboer-

kannja." N abhan memberikan kepastian.„Bila?"„Apa sakitnja?" Joesoef makin bertam bah mi­

natnja,„O, penjakit itoe djoega kiranja." djawab Joe­

soef dengan tiada keheranannja.„Tahoekah saudara akan penjakitnja itoe?"

Nabhan moelai poela m endjalankan tipoe moesli- hatnja.

„Tahoe, D an saja rasa b anjak kaw an-kaw an lain jang m engetahoeinja."

Nabhan semakin tertarik. „Sem endjak bilakah dia m endapat penjakit itoe?" tanjanja lebih lan- djoet.

„Semendjak ia memoetoeskan pertoenangannja dengan Asiah, adik saudara Jatim tadi." djawab Joesoef dengan tiada sangsi sedikitpoen.

„M engapa dipoetoeskannja, kalau sesoeng- goehnja ia m erasa berat benar menanggoeng akibatnja ?"

„Sesoenggoehnja sajapoen tiada tahoe betapa keadaan jang sebenarnja. T etapi menoeroet ke­terangan saudara Jatim, moengkin benar karena hendak m enjingkirkan diri daripada organisasi kita. Roepanja ia telah menjesal mentjampoeri gerakan kita. Ia tentoe sadja tiada akan dapat berlepas diri begitoe sadja, kalau masih mempoe- njai perhoeboengan dengan Asiah, adik saudara

5554

Page 30: Surapati, "Pena," 1940

Jatim, seorang jang sangat aktif dalam kalangan k i ta / ’ Demikian Joesoef memberi keterangan. Soeatoe keterangan jang benar artinja bagi N ab­han.

„Tapi saja koerang pertjaja akan pengchiana- tan jang dilakoekan oleh Boerhan itoe. Boleh dja- di benar ia telah m erasa menjesal, tapi mengapa soedah sekian lama baroe ia berchianat?” Nab- han membela Boerhan.

„Tentoelah ada sebab-sebabnja. Boleh djadi dia m enoenggoekan sampai kita loepa kepadanja”,

„T idakkah moengkin orang lain jang berchia­nat?” N abhan memadjoekan tanja.

„A taupoen barangkali sesoedah dia mati raha­sia ini terbongkar T ' Joesoef balas bertanja.

„Baik Boerhan jang berchianat, baik rahasia ini terbongkar sesoedah dia mati, tiada moengkin rasan ja.” djawab N abhan m em pertahankan pen- diriannja. „Sebab, pengetahoean Boerhan dalam organisasi kita sangatlah besarnja. T jatetan-tja- te tan nama tersim pan dalam archiefnja sebanjak- banjaknja. T ap i saudara pertjajalah hanja seba­hagian ketjil sadja d iantara kita jang tertangkap sekarang”, djawab N abhan.

Sebentar kemoedian, kedengaran poela nama N abhan dipanggil. lapoen dikeloearkan poela dari dalam koeroengan itoe oentoek diperiksa.

Pem eriksaan atas diri N abhan sebahagian be­sar berhoeboeng dengan soerat jang diterimanja di S ingapoera itoe. N abhan memberi keterangan jang seada-adanja belaka. Beroelang-oelang ha- roes ia m enahan hati menerima kata sindiran, tjem oohan dan kadang2 bentak djoega. Kiranja pegaw ai polisi jang memeriksanja itoe, tiada se­berapa pertjaja akan keterangan jang diberikan.

„Djadi apa boenji angka-angka rahasia itoe?" Pegaw ai polisi itoe mendesak.

„Saja sekali-kali tiada m engetahoeinja,” sahoet N abhan dengan berdoesta.

56

„Tapi dalam soerat ini dikatakannja, toean soe­dah tahoe, boekan ?”

„Barangkali toean silap.” sahoet N abhan de­ngan sopan santoennja. „Dalam soerat itoe dinja- takan: boleh djadi; djadi beloem pasti. D an ke- pastiannja, saja beloem tahoe. Kalau saja tjam poer dalam perkara jang ditoedoehkan atas diri saja, masakan saja haroes menerima soerat jang demi­kian boenjinja ! T jobalah toean timbang benar2. Selain daripada itoe, saja di M edan berkenalan baik dengan sekalian pegawai polisi, moelai dari jang paling rendah sampai kepada jang paling tinggi. T jobalah toean tanjakan kapada toean Djoeanda di M edan ataupoen kepada jg. Iain2. Sa^ ja harap, toean tanjakanlah kesana dengan tele­gram. B iar saja menanggoeng ongkosnja.”

D jaw aban N abhan ini m enggerakkan hati pe­gawai polisi jang memeriksa itoe. lapoen meng- anggoek-anggoekkan kepalanja, karena merasa kebenaran kata N abhan itoe. M aka ia menjahoet: „Baik, kami akan bertanja ke M edan dengan te­legram soepaja lebih tjepat. T idak oesah toean ba- jar. T etapi biar bagaim ana balasan djoega, kami beloem boleh mengizinkan toean keloear, sebeloem menerima balasan dari sana, meskipoen dalam hati saja kini, tiada menaroeh sjak barang sedikitpoen lagi akan kebersihan diri toean.”

Setelah itoe N abhan disoeroeh kembali kedalam arrest. T a tk a la ia masoek, tibalah geleran Joesoef Siregar poela akan diperiksa.

Balasan dari M edan itoe tiada segera datang- nja, N abhan terpaksa bermalam djoega dalam ka­mar tahanan itoe seorang diri, sebab baik Jatim, baik Joesoef Siregar tiada lagi masoek kekam ar terSeboet. *

Lebih koerang poekoel 10 keesokan harinja, baroela'h datang balasan jang dinanti-nantikan oleh N abhan itoe. Dan beroentoeng benar, ba la­san jang m enjenangkan hatinja poela. Fihak ke-

57

Page 31: Surapati, "Pena," 1940

polisian di M edan memberi penerangan jang baik tentang keadaan N abhan. M aka seketika itoe djoega iapoen dim erdekakanlah.

Setibanja dihotel, baroelah diketahoeinja se­bab-sebab penangkapan itoe* Selembar koran „Pertja Selatan” m ew artakan, bahasa pada ke­marin pagi telah dilakoekan penangkapan besar atas beberapa orang jang tersangka mendjadi anggota dari soeatoe perkoempoelan jang berna­ma PARI, jang kabarnja dibawah pimpinan T an M alaka jang terkenal itoe.

K iranja saja disangka communist............. demi­kian N abhan berkata dalam hatinja sambil ter- senjoem .....................

- V II -

„M E I H U A ”

Kini N abhan telah mempoenjai soeatoe alasan jang baik oentoek mendjoempai Asiah. Boekan- kah ia telah pernah berdjoem pa dengan abangnja, Jatim, dalam tahanan ? D engan bersendjatakan perkenalannja dengan Jatim dalam tahanan itoe- lah ia pergi mengoendjoengi Asiah.

T iad a berapa soekar ia baginja mentjahari roemah itoe, karena ra ta -ra ta pendoedoek kota Palem bang mengenali Noerdin.

Dengan kebetoelan benar, pada ketika itoe N oerdin sedang tiada diroema'h, T etapi amat soekar baginja oentoek bertem oe moeka dengan Asiah, Sebab perempoean itoe koeatir, kalau-kalau pada ketika itoe soeaminja poelang, nistjaja ia akan menerima paloe dan poekoel kelak.

N abhan boekan ,,N abhan” kalau ia tiada mem­poenjai akal oentoek m elantaskan keinginannja, M aka kepada seorang anak ketjil jang menjam- boet kedatangannja, dikirimkannja pesan kepa­da Asiah, bahw a ia ada membawa pesan dari

58

toetoepan, dari toean Jatim, oentoek disampaikan kepada adiknja, jaitoe Asiah sendiri.

T etapi N abhan ketjewa, Asiah tiada djoega keloear. D an anak ketjil itoe menjam paikan pe­san poela, bahasa pesan itoe tidak perloe disam­paikan lagi kepadanja, oleh karena Jatim soedah merdeka kembali semendjak semalam djoea.

N abhan tidak kehilangan akal, Ditoelisnja se- tjarik kertas dengan perkataan : „ada kabar pen­ting dari Boerhan”, dan kemoedian disoeroeh antarkannja kepada anak ketjil itoe kepada Asiah.

Roepanja tipoe moeslihatnja jang belakangan ini mandjoer. Asiah m em perlihatkan dirinja,. Tam paklah seorang perem poean dengan koelit hitam manis datang m endapatkan dirinja. Keda­tangannja ini menoendjoekkan kepada Nabhan,. ba'hwa tjinta jang terkandoeng dalam sanoebari perempoean itoe beloemlah djoega padam, dan moengkin tidak akan padam -padam nja. Nam a Boerhan itoe tjoekoep koeat oentoek meloepakan keganasan soeaminja.

Setelah bertemoe, maka Asiah lalce berkata ; „Saja harap toean djangan lam a-lama ber'bitjara dengan saja, sebab kalau soeami saja kelak kem­bali dan didapatinja saja sedang berkata-kata dengan seorang laki-laki jang tiada dikenal, nis­tjaja ia akan berang dan saja akan dipoekoeli nja.”

„Baiklaih ! Saja tiada akan berlam a-lam a. Ka­rena keperloean sajapoen hanja sedikit sadja, Kalaupoen andainja soeami entjik mendjoempai kita sedang berkata-kata, dapatlah saja kelak memperlindoengi diri entjik” , djawab N abhan.

„Soepaja tjepat : apakah sebetoelnja m aksoed toean kemari ?”

„Saja hendak menjampaikan berita atau lebih benar w asiat kepada entjik, jaitoe dari sahabat saja, Boerhan : sebeloem ia menoetoep mata, di- mintanja soepaja saja sam paikan perm intaan m a-

59

Page 32: Surapati, "Pena," 1940

afn ja banjak-banjak kepada entjik atas sekalian kesalahannja jang soedah-soedah, soepaja se­nanglah roehnja menoedjoe alam bak a”»

„Boerhan telah m eninggal............ ?” Asiah me­nahan hatinja m endengar berita jang sangat me- njedihkan hatinja itoe. A ir m atanja berlinang- linang, kemoedian menetes seboetir demi seboetir.

„A pakah penjaktinja ?” tanjanja.„Kem atiannja dengan tiba-tiba, setelah mene­

rim a soerat dari Palem bang ini”»,,Soerat dari Palem bang ?”„Benar. D ari D ahn iar”»,,Kalau begitoe dari saudaran ja” , sahoet Asiah» „Soedah saja tanjakan tadi kepada saudaranja

itoe, tetapi entjik D ahniar tiada mengakoe soe­dah berkirim soerat itoe”»

„D ari siapa poela lagi ?” tanja Asiah»,,B arangkali hanja soerat palsoe belaka” , d ja­

w ab N abhan memberi suggestie kepada Asiah. „Perloenja ?”„Perloenja, soepaja Boerhan lenjap dari dalam

doenia ini. Kalau benar begitoe, maka maksoed itoepoen soedahlah berhasil,” kata N abhan me­negaskan»

,,Ja Allah, kedjamnja !” seroe Asiah» Pada ke­tika itoe iapoen telah loepa sama sekali kepada isoeaminja» Peristiw a jang bersangkoetan dengan bekas kekasihnja itoe sangatlah menarik minat- nja»- „Saja ada membawa soerat itoe» Inilah dia, tjoba entjik periksa, entah kenal akan toelisan ini” , kata N abhan poela seraja menjerahkan soe­ra t terseboet»

Asiah menerima soerat jang dioeloerkan itoe. Setelah m em perhatikannja. seketika, maka ia me- njahoet : „Saja rasa toelisan ini saja kenal. Se­ro ep a benar bentoeknja dengan toelisan ipar saja Noerm ala, adik soeami saja.”

„N ah, entjik Asiah. Pekerdjaan saja sebenar- nja, ialah akan menjelidiki perkara kematian sau­dara Boerhan itoe. Benar kem atiannja menoeroet keterangan dokter hanja tersebab hartverlam - ming sadja, tetapi saja jakin, dibelakang kedja- dian jang tam paknja kebetoelan ini, ada terselit soeatoe rahasia. Saja rasa tentoelah entjik tiada keberatan boeat membantoe saja dalam peker­djaan ini, boekan ?” N abhan memboedjoek.

„T idak” , sahoet Asiah. Perasaan hendak me- noentoet bela kem atian kekasihnja itoe timboel dalam hatinja.

„Sekarang entjikpoen soedah m engarti : bahw a soerat ini sengadja dikirimkan kepada saudara Boerhan, soepaja hatinja roesoeh mem batjanja. Jang memboeat kita soedah tahoe. M aka jang me- ngirimkannja tentoe sadja soeami entjik, P ertja ja­kah entjik demikian ?”

„Pertjaja benar. Sebab soeami saja sangat be­sar tjemboeroe hatinja, T eroetam a setelah diketa- hoeinja, bahasa saja pernah memboeat perhoe- boengan dengan Boerhan.

O leh karena ketjem boeroean itoe dilarangnja boekoe-boekoe karangan Asjikin masoek keda- lam roemah ini, karena menoeroet keterangannja, Asjikin itoe adalah nama sam aran dari Boerhan djoea” .

„D ari mana dia m engetahoeinja ?” tanja N ab ­han dengan sepenoeh minat.

„Dem ikian ’bang Jatim m engatakan kepada- nja”, d jawab Asiah.

„Djadi toean Jatim mengetahoei siapa jang se- benarnja bernam a Asjikin itoe ?” N abhan me- nganggoek-anggoekkan kepalanja. Ia telah dapat poela soeatoe bajangan. M aka ia melandjoetkan pertanjaan lagi : „M oengkinkah soeami entjik itoe soeka akan kem atian Boerhan ?”

„Saja rasa kalau didengarnja Boerhan telah m aK ti dia maoe kendoeri. T ap i boekan kendoeri me-

61

Page 33: Surapati, "Pena," 1940

minta selamat kepada si Boerhan, m elainkan ken- doeri disebabkan kebesaran hatin ja” , djaw ab Asiah*

„T etap i tahoekah soeami entjik itoe bahasa Boerhan mengidap penjakit lemah djantoeng itoe ?”

„Saja rasa dia tahoe dari ’bang Jatim djoega”. Lagi-lagi Jatim, demikian fikir N abhan. „Betapakah sikap abang entjik itoe kepada

Boerhan ?” tanja N abhan poela*„P ada moelanja baik benar* Dan iapoen se-

toedjoe dengan pertjintaan kami itoe* T etapi be­lakangan, saja tiada m engetahoei entah apa asal moelanja, sikapnja berobah benar* Bahkan saja rasa, hebatnja tjemboeroe N oerdin kepada Boer­han, adalah dengan sebab gosokan dari abang saja itoe djoega, walaupoen dia tahoe benar Boerhan tiada pernah berboeat dosa kepada saja ataupoen kepada dirinja sendiri”*

„Saja harap entjik djangan berketjil hati, kalau saja m engatakan: doegaan saja toean Jatim me­megang rol besar djoega atas pengirim an soerat jang meniwaskan djiwa saudara Boerhan ini” , oedjar Boerhan.

Asiah terdiam* H anja air m atan ja djoea jangtergenang .................

„M enoeroet penjelidikan saja, saudara Boerhan itoe ada poela mentjampoeri soeatoe perserikatan gelap, jang beloem saja ketahoei entah perserika­tan apa. A pakah sikap abang entjik itoe tidak ada perhoeboengannja dengan sarikat gelap itoe poela ?”

N abhan memandangi moeka Asiah jang tiada dapat memberi djawab an itoe*

„M enoeroet doegaan entjik, apa sebabnja maka dengan tiba-tiba sadja Boerhan memoetoeskan perhoeboengannja dengan entjik, walaupoen ia haroes m enanggoeng penjakit jang hebat kare- nanja ?”

62

,,Sebab jang benar saja tiada mengetahoei, se­bab diapoen tiada m enerangkannja dengan d jelas* Oesah tidak, pada soeatoe hari saja menerima soerat daripadanja, jang m enjatakan poetoesnja perhoeboengan itoe” , djaw ab Asiah*

* .Adakah entjik simpan soerat itoe ?” tanja Nabhan dengan penoeh perhatian* .

„A da” , sahoet Asiah* „Soerat itoe tidaklah akan saja sia-siakan, karena itoelah soerat jang paling achir saja terima daripadanja*”

Asiah segera berbangkit dan masoek kedalam mengambil soerat itoe dari tem pat sim panannja jang tersemboenji sekali.

Sebentar kemoedian soerat itoe telah terben­tang dihadapan N abhan, begini boenjinja :

A siah' jang tertjinta !Soeratkoe ini adalah soerat jang pengha­

bisan* O leh karena itoe biarlah ia pendek sadja. Lain daripada jang biasa* T iada ber­isi tjoemboean dan kata-kata madoe* Kau djangan terkedjoet, Asiah* Boleh djadi kau tiada mengerti akan sikap jang koeambil ini. T etap i sikap itoe adalah sikap jang tidak bo­leh tidak. Perhoeboengan kita berachirlah de­ngan soerat ini. Pertjintaan kita tidak oesah dipoetoeskan* Biarlah saja menjintai kau boeat selama-lamanja* Kalau kau soeka akoe- poen tidak keberatan poela ditjintai* T ap i perhoeboengan tidak moengkin* Perhoe­boengan kita jang lebih landjoet, hanja akan berarti pengorbanan dari sedjoemlah djiwa dan pertjintaan orang lain* M aka daripada demikian akibatnja, daripada akoe mendjadi seorang pengchianat, sebagaim ana disoe- roehkan oleh abangmoe, Jatim, biarlah akoe m engorbankan kesenangan hidoepkoe dan hidoepmoe djoega barangkali* Barangkali kau heran m endengar kata „pengchianatan” dalam soeratkoe ini* Heran, karena beloem

63

Page 34: Surapati, "Pena," 1940

mengerti, T api biarlah kau tak oesah me­ngarti seteroesnja.

T joem a sekian,

Peloek tjioem jang berkekalan,.Boerhan.

,,Terim a kasih !” sahoet N abhan sambil me- m oelangkan kembali soerat itoe kepada Asiah. „Saja soedah memperoleh beberapa keterangan jang boleh dipertaoet-taoetkan dengan peristiwa jang telah saja djoempai. Dengan soerat ini ber­tam bah dekatlah saja keoedjoeng masaalah jang sedang saja hadapi ini. Dan sekarang, baiklah saja m engoetjapkan selamat tinggal, soepaja dja- ngan sempat bersoea dengan soeami entjik” , kata N abhan,

T etap i beloem lagi selesai kata jang dioetjap- kannja, tibalah N oerdin dimoeka pintoe !

Pada ketika melihat isterinja sedang berkata- kata dengan seorang laki-laki jang tiada dikenal- nja, maka roepa N oerdin seolah-olah seekor ban­teng melihat kain merah.

M elihat peristiw a ini maka N abhan telah me- ngetahoei akibat jang bakal menjoesoel, D engan segera ia m em perkenalkan diri dan m enerangkan kedatangannja dari M edan,

T etap i ia tiada m endapat sam boetan jang baik dari Noerdin. „Habis, maoe apa ? !” Demikian N oerdin menjamboet dengan kata jang m engan- doeng antjam an.

„Saja datang kemari, karena hendak mentjari toean Jatim. Saja dengar dia soedah keloear djoe- ga dari tahanan”, djawab N abhan dengan poera- poera tiada mengarti maksoed Noerdin.

„Perloe apa maoe djoempa sama dia ? Disini boekan roem ahnja !”

„Sesoedah saja bertemoe dengan entjik ini ba- roe saja tahoe saja keliroe. T adin ja saja sangka

64

dia berdiam disini djoega. Sebab ketika semalam kami berdjoempa, berdjoem pa dalam tahanan, dia m enerangkan beripar dengan toean Noerdin,

j saudagar jang tekenal kaja itoe” ,„Djadi kau ikoet djoega kena tahan ?” tanja

Noerdin, jang walaupoen masih kasar adatnja, f tapi m oerkanja telah moelai kendoer.

„Benar, toean. D isanalah saja berkenalan de- | ngan Jatim. Djadi menoeroet fikiran saja, sesoe­

dah berkenalan dimasa sakit, baiklah perkenalan itoe disamboeng dimasa senang, Itoelah sebabnja saja m entjarinja kem ari” , djawab N abhan.

„T jari dia diroem ahnja” , sahoet N oerdin de­ngan ketoes.

„Ja, saja soedah tahoe roemahnja diseboetkan oleh entjik itoe”, kata N abhan laloe pergi me­ninggalkan roemah itoe.

Ia m engharap benar, djanganlah terdjadi soe- atoe apa kepada Asiah. T etap i pengharapannja

! itoe tiada terkaboel. N oerdin moengkin tiada akan berang kepada isterinja oleh karena ber­djoempa dengan N abhan tadi, kalau tidak karena

; terlihat poela kepadanja soerat jang terkirim oleh Boerhan paling achir itoe. Beloem lagi dibatjanja

j soerat itoe hatinja telah meloeap ! Sebab ia se­nantiasa m enaroeh sjak sadja kepada tiap per-

| empoean jang menjimpan-njimpan soerat rahasia. Dengan segera soerat itoe diram pasnja, w alau­poen dipertahankan oleh Asiah dengan sedapat-

I dapatnja,N oerdin m em pergoenakan kekerasan ! H atinja

; semakin tjemboeroe, karena tam paknja Asiah ti­ada hendak m enjerahkan soerat itoe kepadanja, bahkan seakan-akan menjemboenjikannja poela daripadanja. D an Asiah kalah dalam pertanding­an kekerasan ini. M akloem lah tenaga perem - poean ! M oekanja m atanja biroe dipoekoeli oleh Noerdin, jang tiada mengenal kasihan itoe. Lain

65

Page 35: Surapati, "Pena," 1940

lagi maki nista jang tiada dapat didengarkan oleh telinga jang sopan*

Setelah soerat itoe pada achirnja dapat diram ­pas oleh N oerdin, maka tiadalah daja Aslah, se- s lain daripada doedoek menangis tersedoe-sedoe, \ la insjaf benar, tiadalah akan memperoleh soerat , itoe kembali, soerat jang hendak didjadikannjasebagai kenang-kenangan .................

,,Roepanja kau berani menjimpan-njimpan ? soerat dari si Boerhan itoe, ja I B an g sa t!" Noer- j din membentak isterinja, Bersam aan dengan ben­tak itoe laloe poelalah tangannja, ,,P erkara ini ] tidak bisa koediamkan. Akoe moesti beritahoekan kepada 'bang Jatim", katanja.

P ad a ketika itoe djoega ia laloe berlaloe dari roemah itoe menoedjoe keroem ah Jatim oentoek m enerangkan kedjadian itoe serta membawa soe­ra t dari mendiang Boerhan itoe poela............

★T atka la N abhan tiba kembali ketem pat pe-

nginapannjfi, dengan tiada disangka-sangkanja berdjoem palah ia dengan seorang nona Tionghoa jang tjantik molek. Ham pir benar mereka belang- gar, tatkala N abhan membelok digang dalam ho­tel itoe menoedjoe kekam arnja,

„Sorry !" Seboetir perkataan terham boer dari moeloet nona itoe dalam bahasa Inggeris,

Boekan main m erdoenja soeara itoe dalam pen­dengaran N abhan, M aka dipandangnjalah bibir jang berkata-kata itoe barang seketika,

,,Saja minta m a’aK , kata perem poean moeda itoe seteroesnja dalam bahasa Inggeris djoega, ,,Bolehkah saja berkenalan dengan toean",

T ingkah-lakoenja terlaloe ram ah tam ah benar, hingga m enggairatkan djoega kepada Nabhan jang masih moeda itoe,

,,Dengan segala senang hati", sahoet N abhan dalam bahasa Inggeris poela. ,,Bolehkah saja oendang nona boeat m akan sore nanti ?"66

„D engan segala senang hati", djawab nona Tionghoa itoe jang mengakoe bernam a „M eiBua",

„N ona baroe datang dari Straits, boekan ? Ke­fasihan nona dalam bahasa Inggeris memboek- tikan hal itoe", kata N abhan poela selandjoet- nja,

„Tidak salah doegaan toean itoe. Saja baroe tadi malam tiba kemari. T oean kelihatannja soe- dah beberapa hari disini ; tetapi mengapa malam tadi saja tiada melihat toean ?"

„M alam tadi saja tiada menginap disini", dja­wab N abhan, menjemboenjikan tem pat pengina- pannja semalam dalam koeroengan itoe,

„Nah, toean N abhan, sampai nanti sore", kata Mei Hua, laloe meninggalkan N abhan sesoedah- nja memberikan tangannja.

M enoenggoekan w aktoe petang, N abhan terti- doer dikam arnja. Sendja benar baroe ia te r­bang o en.

Dengan tiada mempoenjai niat jang tertentoe iapoen keloear dengan pelahan-lahan, M em ang- lah mendjadi kebiasaannja berdjalan selakoe orang jang m engendap-ngendap itoe. T iba dian- tara doea kam ar dari tem pat tidoernja, terde-

fngarlah olehnja soeara jang: an tara kedengaran dengan tiada, Soeara itoe dioetjapkan dalam ba-

|hasa Inggeris jang sangat merdoe dalam pende- ngarannja. M endengar jang demikian itoe, tiada-

|Jah ia sjak lagi, soeara itoe pasti keloear dari fmoeloet M ei Hma jang djoeita itoe. M aka ber- jhentilah ia dimoeka pintoe itoe oentoek m ende­ngarkan pem bitjaraan terseboet. T etapi betapa

fdjoeapoen dioesahkannja soepaja dapat m ende­ngar terang, tiadalah dapat telinganja menangkap, ketjoeali doea tiga patah perkataan sadja,\ „Serahkanlah kepadakoe !" H anja itoelah fcetjapan jang terang didengarnja, Selebihnja ha- tnja bisik-bisik sadja.

67

Page 36: Surapati, "Pena," 1940

D engan segera timboel ketjoerigaan dalam ha­ti N abhan. M ereka berkata-kata dengan berbi­sik . Bisik itoe artinja rahasia, tiada soeka dide­ngar oleh orang lain. M aka apakah jang d iraha­siakan ? A pakah jang hendak diserahkan kepada perem poean tjantik itoe ?

N abhan insaf akan pengaroeh perem poean tjantik. Dalam perkara jang besar-besar dan he­bat-hebat, selaloelah orang m empergoenakan perem poean tjantik, M aka dalam hal ini, apakah tidak boleh djadi M ei Hua dilepas kepadanja se­bagai oempan ?

Dalam ia berpikir demikian, tiba-tiba terde­ngarlah olehnja soeara orang melangkah. D e­ngan tjepat ia menjemboenjikan dirinja kembali kedalam kam arnja, tetapi mengintip dari tjelah pintoe jang direnggangkannja sedikit. M aka tam ­paklah olehnja seorang laki-laki keloear dari ka­mar Mei Hua, dan laki-laki itoe boekan lain d a r ip a d a ........... Jatim !

A pakah perhoeboengan Jatim dengan M ei Hua? T idakkah benar doegaannja tadi, M ei H ua hen­dak didjadikan oempan goena m entjelakakan di­rinja ? Tetapi, fikirnja poela lebih landjoet,. apakah sebabnja maka Jatim hendak mentjelaka­kan dirinja ? K arena ia mentjampoeri oeroesankem atian Boerhan itoekah ? A taupoen ....................oleh karena diketahoeinja, bahw a Jatim menjoe- roeh Boerhan berchianat ?

T etap i ketjoerigaannja itoe tidaklah mendjadi sebab baginja akan m em batalkan oendangannja kepada M ei H ua bersam a-sam a m akan sore. Ka­rena sebagai seorang jang sangat soeka kepada hal-hal jang m engandoeng rahasia, semakin be­sarlah keinginannja akan menjelidiki rahasia te r- seboet.

Demikianlah tiada berselang beberapa djam„ N abhan telah doedoek m enghadapi m akanan jang

68

lazat tjita rasanja diatas seboeah medja bersam a dengan nona T ionghoa jang tjantik itoe.

D engan sedapat-dapatnja N abhan menjemboe­njikan ketjoerigaan hatinja, walaupoen ia haroes berhati-hati: entahkan ada apa-apa jang diboe- boehkan dalam m akanan itoe.

Dalam pada itoe M ei Hua tiada sedikitpoen m enoendjoekkan tingkah lakoe jang boleh me- nimboelkan ketjoerigaan. Sikapnja tiada berobah: lemah lemboet dan lemak manis.

Ingin benar N abhan hendak mentjoengkil ra ­hasia jang tersemboenji dibalik moeka jang tjantik itoe, tetapi betapa djoeapoen tipoe moeslihatnja didjalankannja, dibalas oleh Mei Hua dengan djaw aban jang menjesatkan.

,,A pakah maksoed kedatangan nona kekota ini ?” tanja N abhan.

„M enarik hati toean benarkah maksoed keda­tangan saja kemari ? Apalah goenanja maksoed itoe dipersoalkan. Jang teroetam a penting, jaitoe kita telah dapat berkenalan dengan baik, boe­kan ?” sahoet Mei Hua dengan senjoemnja, sam­bil mengiroep minoemannja.

„Saja soedah beberapa hari disini, tetapi de­ngan sia-sia hendak m entjari seorang kenalan saja” , kata N abhan poela.

„Siapa nam anja ?” tanja Mei H ua dengan soe­ara jan bagai poeloeh perindoe,

„Jatim !” djawab N abhan dengan soeara djitoe.

„O Jatim ?” Barangkali saja kenal padan ja”, sahoet Mei H ua dengan paras jang tiada berobah barang sedikitpoen. „Kalau toean soeka dapat poela saja perdjoem pakan toean dengannja. Saja kenal baik padanja. Nah, toean lihat, perkenalan kita ini banjak benar faedahnja ?”

„Soedah semendjak lam akah nona berkenalan dengannja ?” N abhan mengoesoet teroes.

69

Page 37: Surapati, "Pena," 1940

„Soedah lama. Saja biasa datang kem ari” , sa- hoet M ei Hua.

„A pakah agaknja perhoeboengan nona de- ngannja ?”

M ei H ua tertaw a, „Tjem boeroekah to ean ?” katanja. ,,Perhoeboengan kami tiada lebih dari soeatoe perhoeboengan business. Dalam masa jang tiada lama lagi toean pasti akan mengeta- ho'einja” , M ei H ua mempermainkan alis m atanja jang m enambah kegenitan lakoenja. , , ,

„Kalau toean ingin hendak bersoea dengan Ja- j tim, serahkanlah kepadakoe” , kata M ei H ua j poela.

Serahkanlah kepadakoe............ ! Boekankah ka­limat jang seroepa ini benar dengan lagoe jang demikian benar didengarnja tadi dioetjapkan oleh Mei H ua djoega kepada Jatim ?

Dalam pada itoe kedoea mereka itoe telah se­lesai makan. M asing-m asing telah menjeka moe- loetnja.

T idak adakah program m a nona pada malam ini ?” tanja N abhan poela.

,,W el, program m a saja senantiasa ada sadja. pada setiap waktoe. T api tidaklah itoe mendjadi halangan bagi saja oentoek m endjalankan pro­gramma lain”, djafwab M ei Hua.

„Segala djawab nona selaioe m engandoeng arti | jang lebih dalam daripada jang dioetjapkan”, sa- hoet N abhan, „T etapi tidak poela itoe mendjadi sebab kepada saja oentoek m endjaoehkan diri daripada nona. D an kalau nona tiada keberatan, saja m engoendang nona menonton sekarang” .

M ei H ua tersenjoem simpel, „Benarkah dja- { w ab saja demikian ? Kalau benar, ja memang bo­leh djadi benar, maka dalam masa jang tiada lama lagi toean akan mengetahoei apa maksoed 1 dan toedjoean perkataan jang sebenarnja” .

70

T iad a berapa lama berselang m ereka telah doedoek diatas seboeah oplette jang dilarikan menoedjoe seboeah panggoeng bioscoop.

Sebenarnja perhatian N abhan sedikitpoen tak ada kepada tontonan itoe, H atinja tjoeriga dan sikapnja berhati-hati atas segala kemoengkinan.

T etap i sampai gam bar habis dipoetar, tiada soeatoe djoeapoen jang menimboelkan ketjoeri- gaan hatinja.

Seboeah taxi jang melintas dihadapan mereka laloe ditahan. Baroe sadja N abhan m endoedoek- kan poenggoengnja diatas tilam kenderaan itoe, dengan tiba-tiba ia mentjioem sematjam baoe jang m enjebabkan seloeroeh toeboehnja mendjadi sangat lemas dan kemoedian ia tiada m engeta­hoei soeatoe apapoen lag i............

Baroelah ia tersedar, tatkala dirasanja badan- nja am at sakit dan tiada dapat digerak-gerakkan- nja, Ditjobanja hendak m engangkatkan tangan- nja, tiada djoega moengkin, Pelahan-pelahan ba­roelah diketahoeinja, bahw a kaki tangannja te­lah terikat sedang moeloetnja telah tersoempaL

Ia memboeka mata oentoek melihat keadaan di- sekelilingnja, tapi n jata benar tem pat itoe sangat asing kepadanja.

Sebeloem fikirannja sempat mengingat kedja- dian jang telah berlakoe atas dirinja tiba-tiba ter­dengarlah olehnja soeara jang bagai boeloeh pe- rindoe, soeara jang telah biasa didengarnja, ber­kata : „Toean Jatim, dia soedah sedar kem bali” , Setelah itoe terdengarlah olehnja soeara haloes ketaw a, soeara jang selama ini didengarnja seba­gai soeara bidadari, tetapi pada ketika ini seolah-olah soeara iblis............. !

„T oean N abhan !” seroe Mei Hua. „Inilah toean Jatim jang toean tjari itoe. B itjarakanlah padanja apa jang hendak toean perkatakan” , kata M ei H ua poela sambil mendekati orang jang se­dang terikat itoe.

71

Page 38: Surapati, "Pena," 1940

T etap i N abhan tiada mendjawab. H anja mata- nja sadja jang memandang dengan pandangan jang m engandoeng kegoesaran jang am at sangat. B erganti-ganti pandangannja itoe kepada Mei H ua dan kepada Jatim»

„G oesarkah toean ?” kata M ei H ua poela. ,/Ka­lau toean seorang jang sangat tjerdik nistjaja toean-ketahoei, siapa sebenarnja saja ini» Boekan- kah telah beberapa kali saja sindirkan: bahw a perhoeboengan saja dengan toean Jatim tiada berapa lama lagi akan toean ketahoei, bahw a apa m aksoed dan toedjo-ean perkataan saja akan toean ketahoei, Sekarang tahoelah toean sekalian- nja itoe, boekan T ’

Setelah itoe M ei H ua bertepoek tangan» Se­bentar kemoedian moentjoellah seorang moeda jang tiada djahat bentoek rom annja.

Roman orang jang datang ini, rasa-rasan japernah dilihat oleh N abhan, tetapi d im ana........?Soedah ragoe ia» Ach, tidak salah lagi, oranginilah janug m engikoetinja sem alam ................... .

,,Sebentar lagi kau haroes kasi dia minoem obat ini» Ratjoen ini tiada keras djalannja» Kira» kira dalam tempo doeapoeloeh empat djam, ba» roelah orang jang meminoemnja ini mendjadi m a­j a l P ada ketika itoe kita soedah sampai ditengah laoetan” , kata M ei H ua poela kepada orang ter- seboet.

„N ah, sekarang kita boleh berangkat, toean Jatim, T inggalkanlah korban kita ini dalam pen- d jagaannja” .

M ei H ua laloe mengepit tangan Jatim berla- loe dari tem pat i to e .. . . . . . . .

Perin tah M ei H ua tadi diikoetkan benar oleh orang jang diperintahkan» Dengan paksa ia dapat m entjoerahkan obat itoe kedalam moeloet N ab ­han» Seberapa dapat korban itoe melawan de­ngan sekalian tenaga jang masih ada padanja, tetapi apalah dajanja seorang jang terikat kaki

72

dan tangan, m elawan seorang moeda jang masih seg ar............ .

M akin lama makin lemaslah kembali perasaan N abhan dan pada achirnja hilanglah ingatannja sama sekali.................

- V III -

P E N O E T O E P ,

E ntah berapa lama ia dalam keadaan jang ti­ada sedarkan diri itoe, tiadalah diketahoeinja» T ap i tatkala ia memboeka matanja, terasalah ke- padanja, bahw a anggotanja telah terlepas dari ikatan! Keadaan dikiri kanannjapoen tiadalah asing kepadanja» D engan segera ia m engetahoei : bahrwa ia sedang terbaring dalam hotel tem pat- mja menginap V Lampoe listrik telah m enerangi kam arnja........

Ingatannja dengan tjepat bekerdja kembali. T erbajang dalam kepalanja sekalian peristiwa jang terdjadi atas dirinja itoe. Dengan segera ia bangoen. Ia berlari kebawah, bertanjakan kepa­da jang empoenja hotel itoe, pebilakah kapal berangkat.

„Lagi tiga djam ,J, sa'hoet toke hotel itoe.„Berapa lama saja tidak sedarkan diri toke T ’

tanjanja»„Satoe hari satoe malam, T oean soedah mi­

noem terlaloe b anjak. T oean poenja kaw an jang baw a toean semalam kem ari” , kata toke hotel itoe memberi keterangan.

„Berapa sama sekali sajapoenja hoetang ?” tanjanja poela.

Setelah membajar sekalian hoetangnja selama menginap disitoe, sebagai 'kilat lakoenja N abhan naik poela kembali menoedjoe kekam ar tidoer- nja» Sesampainja disana iapoen bersiap hendak berangkat.

73

Page 39: Surapati, "Pena," 1940

„Akoe tidak akan m engadoekan hal ini kepada polisi, Akoe akan m enoendjoekkan kepada M ei H ua, bahw a ia berhadapan dengan N abhan, Pastilah dengan kapal ini ia berangkat, Akoe haroes memboeroenja.” Demikianlah N ab- han berkata dalam hatinja selama berkem as-ke­mas itoe.

T iad a lama kemoedian N abhan telah kelihatn diatas kapal „T hedens” jang m embawanja kem­bali ketanah Deli, D ari semendjak m engindjak lantai kapal itoe, telah dimoelainjalah oesaha oen- toek m entjahari M ei Hua, Diselidikinja penom- pang seorang demi seorang ditas dek, tetapi ti­ada didjoem painja nona jang diboeroe itoe. Ah, adakan ia menompang diatas dek, demikian pen- dapatnja , Penom pang kelas 1 dan 2 tiada moe- dah menjelidikinja. T etap i N abhan tiada berpoe- toes asa. T idak malam ini, besok siang, tidak be­sok siang, loesa ! Demikianlah ia mengambil ke­tetapan, T etap i besok tidak, loesapoen tidak, hinggapoen kapal itoe tiba dipelaboehan Singa- poera jang ramai itoe, bajangan M ei H ua tiada kelihatan__ ____!

D engaan rasa mendongkol, N abhan toeroen kedarat. Ia mendongkol karena m erasa kalah berhadapan dengan seorang perem poean sadja. Lebih mendongkol rasa hatinja, oleh karena ia terlaloe pertjaja akan perkataan perem poean itoe, jang m engatakan: dalam tempo doeapoeloeh em­pat djam kitapoen telah sampai ditengah laoetan. M engapa dipertjajainja sadja oetjapan demikianitoe m entah-m entah. Ia tertipoe...... ... padahalbiasanja dialah jang selaloe melakoekan peni- poean !

*

,,Pengalam an saja dalam beberapa hari ini sa­ngat tjoekoep. Barangkali lebih dari tjoekoep”, kata N abhan pada Asjikin, tatkala telah tiba kembali dan berkoendjoeng keroem ah poedjangga.

74

itoe, ,,W alaupoen m alapetaka jang menimpa di- rikoe sangat hebat, tetapi pengalam an itoe tiada dapat koeteboes dengan oeang. Sebab ia menam­bah kepintarankoe dalam hal menjelidiki perkara jang soelit-soelit,”

Seteroesnja N abhan m entjeritakan kepada Asjikin tentang pengalam annja sealama di P a­lembang, jang didengarkan dengan minat jang sepenoeh-penoehnja oleh Asjikin,

,,Selaloe benar kedjadian”, demikian N abhan melandjoetkan pem bitjaraannja, ,,soeatoe perkara mempoenjai perhoeboengan dengan soeatoe per­kara lain, M isalnja dalam perkara kematian Boerhan ini : dengan tiada saja sangka, roepanja kematian Boerhan itoe, hanjalah sebagai oedjoeng dari soeatoe perkara, sedang pangkalnja terletak

jdikota Palem bang,Boerhan roepanja mentjampoeri soeatoe per­

gerakan rahasia bersam a beberapa orang lain, D ian tara kaw annja satoe partai ini, ada seorang jang bernam a Jatim, mempoenjai seorang saudara seorang gadis, Boerhan menjintai gadis itoe, Ja­tim tidak keberatan. T etap i roepanja Jatim mem­poenjai m aksoed jang lebih djaoeh. Ia hendak m endjadikan adiknja itoe sebagai perkakas. Se­bab ia sebenarnja seorang pengchianat.

Dalam pergerakan rahasia tadi, Boerhan me­megang rol jang terpenting. M aka Jatim memboe- djoek padanja soepaja berchianat.

T api Boerhan boekan seorang pengchianat. D an ia merasa, djikalau ia memboeat perhoe­boengan teroes meneroes dengan gadis itoe, nis- tjaja pada soeatoe ketika ia akan terpengaroeh djoega. M aka sebeloem ia melakoekan pengchia- natan, dipoetoeskannjalah perhoeboengan mereka.

M emoetoeskan perhoeboengan jang lahir dari soeatoe pertjintaan jang soetji, sangatlah berat- nja, Boerhanpoen m erasakan demikian djoega. H ingga ia terserang oleh penjakit, sebagaim ana

75

Page 40: Surapati, "Pena," 1940

diterangkan oleh dokter jang memeriksanja tempo hari, tiada boleh m endengar berita jang menge- djoetkan. Apabila ia terkedjoet, sangat berbaha- j a bagi djiwanja.

Boerhan laloe menghilang dari Palem bang dan dengan diam-diam pindah kemari, O esahanja ha- njalah darihal karang-m engarang, sebagaim ana toeanpoen makloem. Ia beroesaha soepaja orang lain djangan mengetahoei keadaan dirinja, Itoelah sebabnja m aka ia m engasingkan diri dari perga- oelan dan memakai nam a „Asjikin” dalam ka- rang-karangannja.

Ia tahoe, djikalau Jatim m engetahoei dimana kediam annja, berarti bahaja. Sebab, selama Boer­han masih hidoep, djiwa Jatim terantjam . Jatim takoet benar, kalau Boerhan m enerangkan kepada kaw an-kaw an m ereka jg, lain, bahw a Jatim ada­lah satoe pengchianat dan telah pernah memboe- djoeknja soepaja berchianat poela,

OentO'ek kepentingan Asiah, gadis jang ditjin- tainja, Boerhan tiada maoe memboekakan rah a­sia ini. T ap i biarpoen begitoe, Jatim tetap koe- a tir ♦

Itoelah sebabnja, maka dioesahakan oleh Jatim dari Palem bang, soepaja (Boerhan meninggal doe- nia di M edan , D an iapoen tahoe djoega, bahw a Boerhan memakai nama ,,Asjikin,

D alam hal ini ia m endjadikan iparnja, soeami ketjintaaan Boerhan, sebagai perkakas, Dihidoep- hidoepkannja perasaan tjemboeroe iparnja itoe kepada Boerhan, M aka atas nasihatnja djoega, soepaja Noerdin, iparnja itoe, menjoeroeh adik- n ja jang perem poean menoelis seerat kepada Asjikin,

M ereka tidak m enjangka soerat itoe djatoeh ketangan toean, sebab pada sangkanja, Boerhan memakai nama itoe teroes meneroes,

D ahniar, ialah nam a adik kandoeng dari Boer- han, T esjpelah ia akan terkedjoet, bila mende-

76 9 1

ngar adik kandoengnja telah mendjadi korban da­ri boeah penanja sendiri !

Barangkali soerat terseboet diketahoei poela isinja oleh isteri toean. Saja menjangka isteri toean, karena moestahillah orang lain bisa me- ngetahoeinja. M aka isteri toean laloe m embawa soerat itoe kepada Boerhan pada malam terdjadi- nja kem atian poedjangga itoe.

P ada hem at saja, isteri toean tiada senang djoega kepada Boerhan, oleh karena D ahniar itoe seorang sahabatnja jang akrab, D isangkanja isi soerat itoe benar kedjadian. Selain daripada itoe, menoeroet penjelidikan saja, isteri toeanpoen soedah m endjadi korban djoega dari boeah pena Boerhan jang m embangoenkan berahi itoe. Saja (lebih dahoeloe minta ma’af, karena begitoelah [penjelidikan saja, isteri toean itoe sebenarnja asjik kepada ,,Asjikin” sebagai poedjangga dan boekan toean,, Ia tiada menjangka, kalau isi soerat itoe moeng^ kin m em bahajakan djiwa Boerhan, M aka ia men­djadi sangat terkedjoet, tatkala melihat Boerhan djatoeh dengan tiba-tiba setelah membatja soerat itoe. D engan ketakoetan ditarikkannjalah soerat. terseboet dari genggaman Boerhan jang pada ke­tika itoe boleh djadi telah mendjadi majat, soe­paja djangan ketahoean, bahw a soerat itoe hilang dari latji medja toelis toean.

Roepanja oleh karena tergesa-gesa tjabik djoea. oedjoeng soerat itoe. Itoelah jang saja djoempai dalam genggaman m ajat Boerhan.

Sebeloem meninggalkan roemah itoe, isteri toean mematikan lampoe diloear itoe terlebih da­hoeloe, sebagaim ana kita djoempai. Sedang lam­poe dalam terpasang teroes hingga habis minjak- nja.

M enoeroet taksiran saja, ketika isteri toean itoe datang, Boerhan sedang mengarang. Ia keloear m endapatkan isteri toean. Dan ia tiada masoek

77

Page 41: Surapati, "Pena," 1940

lagi m engarang karena diserang hartverlam nling setelah membatja soerat j g. m engedjoetkan itoe*

H am pir bersam aan ketikanja, toeanpoen datang poela kesana dengan pisau terhdenoes* Saja rasa maksoed toean pada ketika itoe hendak memboe- noeh Boerhan* Apa pasalnja, saja tak tahoe* T api tiba-tiba kaki toean tersangkoet pada majat Boerhan, dan toeanpoen djatoeh tersoengkoer, hingga oedjoeng pisau toean mendjadi patah*

T oean tiada moedah melihat majat Boerhan itoe, karena gelap. D an setelah toean ketahoei akan kem atian Boerhan itoe, laloe toean ting­galkan tem pat itoe, sebagai tiada terdjadi apa2*

Roepanja ketika toean poelang, toean men- djoempai seorang lain poela memasoeki roemahc toean*

Siapakah orang itoe ? T idak lain daripada Ja­tim jang haroes mentjari tjatetan nam a-nam a orang jang tersangkoet dalam pergerakan rahasia itoe* Jatim tahoe, bahw a tjatetan itoe ada pada Boerhan* T ap i jang menerima perintah keliroe* Benar dalam soerat perintah itoe disoeroeh meme­riksa * archief Asjikin Boerhan, tapi m aksoednja Asjikin alias Boerhan, dan boekan Asjikin dan Boerhan* Itoelah sebabnja dia datang kemari m embongkar latji medja toelis toean.

A kan orang jang mengantjam toean dengan sendjata api soepaja m enjerahkan kembali soerat perin tah itoe, adalah golongan sarikat gelap itoe djoega* D ia takoet, kalau-kalau soerat itoe dja­toeh poela kepada orang jg* m engarti m embat j a- nja* D an dia djoega jang telah mentjoeri sekalian tja te tan nam a-nam a itoe dari archief Boerhan tatkala kita m engintipnja dalam hoedjan tempo hari, A gaknja dia djoega jang m enjerahkan ke­pada saja sepoetjoek soerat di Singapoera itoe*

Sekarang perkara ini telah djelas* Jang tinggal gelap kepada saja: mengapa toean bermaksoed

78

djoega hendak niemboenoeh Boerhan ?" N abhan menoetoep tjeritanja dengan pertanjaan.

,,Sebab saja tjemboeroe* Saja tahoe isteri saja pergi keloear pada malam itoe* H ati saja tjem ­boeroe* Lebih tjemboeroe lagi ketika melihat dia masoek keroemah Boerhan* Apalagi saja lihat lampoe dipadamkan* Selebihnja, benarlah sebagai penoetoeran to ean /' djawab Asjikin* ,,Tetapi me­ngapa toean ketahoei, bahw a B oerhanlah sebe- narnja pengarang jang bernam a Asjikin itoe T ' ta- nja Asjikin poela*

„P ada ketika kita masoek dikam ar toelisnja, saja sempat membatja kertas-kertas jang terletak diatas medja itoe, T oeanpoen tentoe melihatnja, boekan ? Disitoe dapatlah saja ketahoei* Sebab klkta-kata jang tergoebah diatas kertas-kertas iipe, saja tahoe betoel, adalah goebahan Asjikin jang term asjhoer itoe"*

„T jerdik benar toean", Asjikin mengakoei* o „T etapi saja beloem tahoe, bagaim ana asal

moelanja toean mendjadi kontakt dengan poe- djangga itoe", kata N abhan poela*

„Pada moelanja saja hanja mendjadi temannja* Ketika ia m engarang pertam a kali, d ipakatkan- njalah dengan saja, soepaja dia berhak memakai nam a saja dalam tiap-tiap karangannja* Saja ti­dak keberatan* T iad a seorangpoen jang m engeta- hoei hal ini* H ingga ketika isteri saja tempo hari datang dari Palem bang, disangkanja sajalah poe- djangga itoe* Boerhan menjoeroeh saja menerima lam arannja oentoek mendjadi soeami-isterL Ka­in ip o en kawin* T ap i pada achirnja rahasia ini petjah djoega* M akloem lah orang jang bersoeami- isteri* T ap i pada ketika itoe dia tidak bisa ber- boeat soeatoe apa* W alaupoen begitoe, hati saja soedah moelai koerang pertjaja kepadanja, sebab saja tahoe betoel dia menjintai poedjangga de­ngan pena berlian itoe, boekan saja* Sampai se- begitoe djaoeh tidak terdjadi apa-apa, tapi ketika

79

Page 42: Surapati, "Pena," 1940

pada malam itoe saja lihat dia keloear dan ma- soek kedalam roem ah Boerhan, maka silaplah fi- kiran saja, Beroentoeng djoega perkara ini ber­lainan kesoedahannja” . (Demikian Asjikin membe-

. ri keterangan,Seminggoe kemoedian, N abhan menerima se-

poetjoek soerat dan selembar koran „S traits T i­mes” dari Singapoera, Dalam koran Inggeris itoe terbatjalah olehnja satoe kabar pendek, tentang didjoempainja satoe m ajat bekas dianiaja di Q uay-boat River, Polisi disana tiada mengenal m ajat siapa itoe, tiada mengetahoei apa sebabnja pem boenoehan itoe, dan siapa pemboenoehnja.

T ap i gam bar orang jang mati teraniaja itoe di- f kenali benar oleh N abhan sebagai gam bar Jatim,

pengchianat itoe ................. fSoerat jang seboeah lagi diboeka oleh Nabhar,*

Isinja pendek sadja :T oean N abhan !Pertam a sekali m a’af. Kami terpaksa me-

njakiti diri toean, soepaja pengchianat itoe pertjaja kepada kami. Kini dia soedah mene­rima oepahnja, IW alaupoen toean kami ikat* tapi kami djoea jang m engantarkan toean kembali kehoteh M inoem an jang diberikan kepada toean, sama sekali boekan ratjoen, sebagaim ana toeanpoen telah tahoe” ,

Soerat itoe tiada bertanda tangan dan tiada ditoeliskan darim ana dikirim. T api N abhan te­lah m engetahoeinja......... .

T A M M A T.

80

aktif dan tangkas perwira sebagai jang pernah ter­dapat 'dalam tjerita detektif, dan soepaja ,,tjinta” jang selaloe dinjanjikan oleh para pemoeda dan pemoedi dapat ditoentoen m enoeroet bdekoem jang diadjarkan Toehan dalam agama kita Islam. Tjita-tjita ■ itoe' masih tetap kita pegang t-egoeh sampai kepada tjerita „Diempang pengepoengan kota Bondjol ", roman sedjarah jang menarik hati itoe, dan sedjak itoe sampai sekarang pimpinan itoe tidak lagi dapat kita laksanakan,' Dengan teroes terang kita lahirkan, tidaklah kita mempoenjai keberanian oentoek melahirkah Jlisini apakah kita tjoekoep poeas dengan peker- E jaan jang soedah kita kerdjakarn dan apakah fcengarang2 roman dan detektif kita soedah njoekoep insaf akan tjita-tjita kita diatas, ataukah dbeloem ? Tjoema ada satoe pengharapan kita, bahw a pimpinan jang akan berlakoe sesoedah ini dapat semakin mendekati tjir.a-2 kita dahoeloe itoe, dan diatas t j f ta 2 jang moelia itoe Doema Pengalam an semakin m enem poeh popoeleriteitnja jang semakin tinggi.

Kepada segenap pembatja kita mengoetjapkan m a'af djika pimpinan kita selama ini koerang beres, dan m engoetjapkan „selamat tin g g al,” Dan kepada pimpinan baroe kita m engharap soepaja m engingat tjita2 bermcela tem pat D P. didirikan, soepaja popoeleriteit jg didapat haroes- lah sedjalan dengan tjita-tjita - moelia oentoek memimpin oem at bangsa kita. Selamat 1

A, M. P atnoeru jak

T> * K o b le r & Co. — Is in ja d ilo e a r ta r ig g o en g a n p e n tj i ta k

f f '

Page 43: Surapati, "Pena," 1940

Satoe-satoenja R om an-D etective jang asjik-gerrbira. menarik dan memoeaskan

Beloem hendak berhenti membatjanja, sebeloem tamat.

D engan bahasa jang indah permai Seorang perem poean jang oleh karena membela

kewadjiban - membela bapanja, diloear doegaannja, dia telah berdjoeang dengan toenangannja,

Achirnja ♦ ♦ ♦ ?Toenggoe tanggal terbitnja !

. • DOKTER PENTJOERI MAJAT ■ . i» " ‘ ■- , oleh; 'S, D/ARENS* ■ . !,

: 'T je td k a n - k ed o ea , d a la m p e r t j i ta k a n . ' - . ' •;K a r e n a d e sa k a n d a n d o ro n g a n p o e b lik ja n g b e lo e m •

m e n g e ta h o e f r iw a ja tn ja ja n g b e rm o e la , m a k a b o ek o e 1 t t o e k a m i t j e ta k s e k a li la g i. B e ta p a t id a k . . <► . /

T i t e l t je r i te r a n ja s a d ja t jo e k o e p m e n g g e m p a rk a n ♦S . D ja r e n s m e n g g o e b a b ro m a n w e te n s e b a p m o d e r n , p e n o e b d en g a n k e a d a a n ja n g a n eh ’a d ja ib s e r ta m e n e ­g a k k a n b o e lo e ro m a . M e n g a p a , se o ra n g d o k te r Jah oed i ja n g s a n g a t ra m a h ta m a h . m a k a ia m a o e m e r a tjo e n i p a t i e n tn ja ? D a n m e n tjo e r i m a ja t~ m a ja t ja n g d id ja d i- k a n n ja m o e m ia se b a g a i d a r i z a m a n M e s ir k o e n o ? D a n b a g a im a n a p o e la ta n g k a s t je r k a s n ja se o ra n g d o k te r In d o n es ia . D r , B o e r n a m a n ja , m e m b o e k a k ed o k k e p a l- soean D r , Z in , d o k te r p e n t jo e r i m a ja t i t o e ? D ja w a h - n ja , ♦ ♦ ? T o e n g g o e la b d a la m b o ek o e i t o e .

| > © b hari, baba&ani < i ( -ebid ten ig♦ ieba • i - p c u i i r s ^ < c i o i s D f ; i / c m a j O . ’D . M o c i f u - » 'hit dan f 0 sesoedab terbit

P e sa n la h d a r i se k a ra n g , a g a r d ja n g a n k eh a b isa n p o e la , ke:

»;

No. 5 — 15 Februari 1940

,' , 9,J&jv N ( , B R R T O P E .N G •