timbal
Post on 20-Feb-2016
26 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Rino Komalig Senin, 14 Maret 2011
PENCEMARAN AIR
Definisi pencemaran air menurut Surat Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan
Lingkungan Hidup Nomor : KEP-02/MENKLH/I/1988 Tentang penerapan baku mutu
lingkungan adalah : masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energy atau komponen lain
ke dalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga
kualaitas air menurun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air menjadi kurang atau
sudah tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya (pasal 1).
Dalam pasal 2, air pada sumber air menurut kegunan/peruntukkannya digolongkan menjadi:1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa
pengolahan terlebih dahulu.
2. Golongan B, yaitu air yang dapat dipergunakan sebagai bahan baku air untuk diolah sebagai air
minum dan keperluan rumah tangga.
3. Golongan C, yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan.
4. Golongan D, yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan pertanian dan dapat
dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industry dan listrik Negara.
Menurut definisi pencemaran air tersebut di atas bila suatu sumber air yang termasuk dalam
katagori A, misalnya sebuah sumur penduduk kemudian mengalami pencemaran dalam bentuk
rembesan limbah cair dari suatu industry maka katagori sumur tadi bukan lagi golongan A tapi
sudah turun menjadi golongan B karena air tadi sudah tidak dapat digunakan langsung sebagai
air minum tanpa pengolahan terlebih dahulu. Dengan demikian sumur tersebut menjadi kurang
berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.
Sumber Pencemaran dan Jenis-Jenis Bahan PencemarSetelah Perang Dunia II telah terjadi pertumbuhan yang mengejutkan dalam dunia industry yang
menggunakan bahan-bahan kimia sintetik. Banyak dari bahan-bahan kimia ini telah
menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan air. Seperti limpasan (run off) dari pestisida dan
herbisida yang berasal dari pertanian atau perkebunan dan buangan limbah industry ke
permukaan air. Yang lebih serius lagi adalah terjadinya rembesan ke dalam air tanah dari bahan-
bahan pencemar yang berasal dari penampungan limbah kimia dan “landfills”, kolam
penampungan atau kolam pengolahan limbah dan fasilitas-fasilitas lainnya.
Untuk mempelajari lebih jauh dari pencemaran air dan sumber-sumbernya perlu mengetahui
siklus dari bahan pencemar dalam lingkungan.
Bahan pencemar air secara umum dapat diklasifikasikan seperti terlihat dalam table 1. Tidak
semua perairan mengandung bahan pencemar yang sama atau semua bahan pencemar seperti
terlihat pada table 1 karena terjadinya pencemaran ditentukan oleh banyak factor.
Tabel 1. Klasifikasi Umum dari Bahan Pencemar AirJENIS BAHAN PENCEMAR PENGARUHNYA
Unsur-unsur renik
Senyawa organo logam
Polutan anorganik
Asbestos
Hara-ganggang
Radionuklida
Asiditas, alkalinitas, salinitas tinggi
Zat pencemar organic renik
Pestisida
PCB
Karsinogen
Limbah minyak
Pathogen
Detergen
Sedimen
Rasa, bau dan warna
Kesehatan, biota akuatik
Transport logam
Toksisitas, biota akuatik
Kesehatan manusia
Eutrofikasi
Toksisitas
Kualitas air, kehidupan akuatik
Toksisitas
Toksisitas, biota akuatik, satwa liar
Kesehatan manusia
Penyebab kanker
Satwa liar, estetik
Kesehatan
Introfikasi, estetik
Kualitas air, estetik
Estetik
Unsur-Unsur Renik Dalam AirIstilah unsur-unsur renik dalam air (trace element) merujuk pada unsur-unsur yang terdapat pada
konsentrasi yang sangat rendah dalam suatu system. Unsur renik yang sangat penting yang dapat
ditemui dalam perairan alami terdapat dalam table 2.
Table 2. Sumber dan Efek dari Unsur-Unsur Renik Dalam Perairan Alami
Unsur Sumber Efek / Pengaruh Batas USPHS *)(mg/L)
Cadmium Buangan industri, limbah pertambangan, pengelasan logam, pipa-pipa air.
Menukar seng secara biokimia, tekanan darah tinggi, merusak ginjal-jaringan testikuler dan sel-sela darah merah, toksisitas terhadap biota akuatik
0,01
Arsen Hasil samping pertambangan, bilangan kimia.
Toksik, karsinogenik -
Berilium Batubara, tanaga nuklir dan industri ruang angkasa
Toksisitas akut dan karsinogenik
Tidak diberikan
Boron Batubara,, detergen, limbah industri
Toksik terhadap beberapa tanaman
1,0
Khrom Pengelasan logam, zat aditif pada neraca air sebagai Cr (VI)
Unsure renik pokok, karsinogenik sebagai Cr (VI)
0,05
Tembaga Pengelasan logam, limbah industri dan domestic, penambangan, pencucian mineral.
Unsure renik pokok, tidak terlalu toksik terhadap hewan, toksik terhadap tanaman dan ganggang dalam konsentrasi sedang.
1,0
Fluor (ion fluoride) Sumber-sumber geologi alam, limbah industri, zat aditif pada air.
mencegah kerusakan gigi pada kira-kira 1 mg/L dan pembentukan karat gigi/kerusakan gigi pada kira-kira 5 mg/L dalam air
0,8 – 17(Tergantung pada suhu)
Yodium (ion iodide) besi
Limbah industri, air laut, industri air laut, karat logam, limbah industri, saluran tambang atom
Mencegah gondok, natrium pokok Hb, tidak selalu toksik, merusak perabotan kamar mandi dan pakaian
Tidak diberikan
Mangan Pertambangan, limbah industri, saluran tambang atom, kerja mikroba terhadap
Relative tidak toksik terhadap hewan, toksik terhadap tanaman pada
0,05
mineral Mn pada pH rendah
konsentrasi tinggi, perkaratan perabotan kamar mandi dan pakaian
Merkuri Limbah industri, industri pestisida, batubara dan pertambangan
Toksisitas akut dan kronik.
Tidak di berikan
Molibder Limbah industri, sumber alam
Kemungkin racun pada hewan, penting untuk tanaman
Tidak diberikan
Selenium Sumber geologi alami, belerang, batubara
Penting pada konsentrasi rendah, toksik pada konsentrasi tinggi dan kemiungkinan karsinogenik
0,01
Perak Sumber geologi alami, penambangan, las listrik, buangan prosesing film, disinfeksi air
Menyebabkan kulit berwarna biru abu-abu, merusak membrane mucous dan mata
0,05
Dari table 2 beberapa unsur renik dikenal sebagai hara untuk tanaman dan nutrisi untuk hewan.
Dalam table tersebut banyak unsure yang merupakan unsure pokok pada konsentrasi rendah dan
toksik pada konsentrasi yang lebih tinggi. Hal ini merupakan fenomena dari beberapa zat dalam
lingkungan perairan.
Beberapa dari unsure logam berat merupakan logam yang paling berbahaya dari unsure-unsur zat
pencemar. Seperti Timbal (Pb), Kadmium (Cd) dan Merkuri (Hg), kebanyakan dari logam-logam
tersebut mempunyai afinitas yang sangat besar terhadap belerang. Logam-logam ini menyerang
ikatan-ikatan belerang dalam enzim-enzim sehingga enzim yang bersangkutan menjadi tidak
berfungsi. Gugus-gugu protein, asam karboksilat dan amino juga diserang oleh logam-logam
berat. Ion-ion Cd, Cu dan Hg (II) terikat pada sel-sel membrane yang menyebabkan
terhambatnya proses-proses transport melalui dinding sel. Logam-logam berat juga dapat
mengendapkan fosfat organic atau mengkatalisis pengurainya.
Unsur-unsur yang terdapat pada garis batas antara logam dan bukan logam yaitu metalloid,
beberapa diantaranya merupakan zat pencemar air yang berbahaya. Arsen (As), Selenium (Se)
dan Antimon (Sb) merupakan contoh-contoh penting yang pengaruhnya seperti pada table 2.
Arsen, Kadmium, Timbal dan Merkuri Bahan Pencemar Sangat Berbahaya di PerairanArsen telah dikenal sebagai zat kiimia yang sangat berbahaya. Keracunan arsen yang akut dapat
berasal dari makanan yang jumlahnya lebih dari 100 mg unsure tersebut. Keracunan kronis dapat
terjadi melalui makanan dalam jumlah arsen yang sedikit dalam periode waktu yang lama. Dari
bermacam-macam kejadian diketahui bahwa arsen bersifat karsinogenik.
Dalam kerak bumi, As terdapat pada konsentrasi rata-rata 2 – 5 ppm. Pembakaran bahan bakar
fosil terutama batu bara, mengeluarkan sejumlah arsen ke Lingkungan, dimana sebagian besar
akan masuk ke dalam perairan alami. Arsen terdapat di alam bersama-sama dengan mineral
fosfat dan dilepaskan ke lingkungan bersama-sama dengan senyawa fosfor. Beberapa pestisida
mengandung senyawa arsen yang sangat toksik. Sumber utama lain dari arsen adalah hasil akhir
penambangan logam. Arsen yang dihasilkan sebagai hasil ikatan dari pertambangan tembaga,
emas dan limbah terakumulasi sebagai limbah.
Sama halnya dengan merkuri, oleh beberapa proses dapat terjadi pada arsen sehingga terbentuk senyawa-senyawa metil yang sangat toksik.
H3AsO4 + 2H+ + 2e- H3AsO3 + H2O
H3AsO3 Metil Kobalamin CH3AsO (OH2)2
(Asam Metil Arsenit)
CH3AsO (OH2)2 Metil Kobalamin (CH3)2 AsO (OH)
(Asam Metil Arsenit)
(CH3)2 AsO (OH) + 4H+ + 4e Metil Kobalamin (CH3)2AsH(dimetil Arsin)
Bahan pencemar Cadmium dalam air berasal dari pembuangan limbah industry dan limbah
pertambangan. Cadmium secara luas dipergunakan dalam proses pelapisan logam. Sifat kimia
dari cadmium sangat mirip dengan seng dan kedua metal tersebut sering terlibat bersama-sama
dalam proses-proses geokimia. Kedua logam tersebut dalam air dengan bilangan oksidasi +2.
Pengaruh manusia sangat serius. Diantaranya adalah menyebabkan tekanan darah tinggi,
kerusakan ginjal, kerusakan jaringan testikuler dan kerusakan sel dari sel-sel darah merah.
Keracunan cadmium menyebabkan penyakit di Jepang yang dinamai “hai-hai” atau aduh-aduh.
Hal ini dialami oleh sebagian penduduk dimana sungai Jitusu sumber dari bahan pencemar ini
berasal dari kegiatan pertambangan.
Lapisan permukaan air yang bersifat aerobic mengandung cadmium terlarut dalam konsentrasi
relative tinggi terutama dalam bentuk ion CaCl+. Dilapisan tengah perairan dimana kondisinya
anaerob airnya hanya sedikit mengandung cadmium karena terjadinya proses reduksi oleh
mikroba yang mereduksi sulfat menjadi sulfida yang kemudian mengendapkan CaCl+ menjadi
CdS
Timbal, terdapat dalam air dengan bilangan oksidasi +2 dan dikeluarkan oleh sejumlah industry
dan pertambangan. Timbal yang berasal dari bahan bakar bertimbal merupakan sumber utama
dari timbale di atmosfer dan daratan yang kemudian dapat masuk ke perairan alami. Timbal yang
berasal dari batuan kapur dan galena (PbS) merupakan sumber timbal pada perairan alami.
Daya racun timbal yang akut pada perairan alami menyebabkan kerusakan hebat pada ginjal,
system reproduksi, hati dan otak serta system syaraf sentral dan bisa menyebabkan kematian.
Pengaruh proses pelapisan kertas-kertas timbale atau cat-cat dengan kandungan timbal tinggi
diperkirakan telah menyebabkan hambatan perkembangan mental pada anak.
Timbal digunakan sebagai bahan untuk solder dan untuk penyambung pipa air, sehingga air
untuk rumah tinggi kemungkinan dapat kontak dengan timbal. Air yang tersimpan dalam alat-
alat yang terbuat dari hasil pematrian untuk jangka waktu lama dapat mengakumulasi sejumlah
timbal yang sangat tinggi.
Merkuri atau raksa merupakan alih bahasa dari bahasa Latin “Hydragyrum” yang berarti perak
cair, dilambangkan Hg. Apabila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, merkuri berarti mudah
menguap. Merkuri adalah logam cair yang berwarna putih keperakan pada suhu biasa dan
mempunyai rapatan 13,534 g/ml pada suhu 25 0C. Merkuri adalah unsur dengan nomor atom 80,
berat atom 200,5 g. Titik lebur -34,87 0C, titik didih 358,58 0C dan masuk dalam golongan IIB
dalam periodik unsur memiliki dua valensi yaitu Hg+ sama dengan ion merkuro dan Hg++ sama
dengan ion merkuri. Secara alami Hg dihasilkan dari biji Sinabar, HgS, yang mengandung unsur
Hg antara 0,1 % - 4 %.
HgS + O2 Hg + SO2
Gambar 2. Reaksi Pembentukan Hg
Kadar merkuri dalam sungai dan danau berkisar 0,08 – 0,12 ppb. Secara alamiah merkuri ini juga
terlepas dan berasosiasi dengan air sungai. Sumber alami merkuri yang paling umum adalah
HgS. Selain itu, mineral sulfida misalnya sphelarit (ZnS), chalcophyrite (CuFeS) dan galena
(PbS) juga mengandung Hg. HgS sukar larut dalam air, namun pelapukan bermacam-macam
batuan dan erosi tanah dapat melepaskan Hg ke dalam lingkungan.
Merkuri terdapat di lingkungan sebagai senyawa anorganik melalui oksidasi dan kemudian
menjadi unsur Hg kembali lewat proses reduksi. Merkuri anorganik dapat menjadi merkuri
organik melalui kerja bakteri anaerobik tertentu misalnya Metil kobalamin dan senyawa ini
secara lambat berdegradasi menjadi merkuri anorganik.
Beberapa jenis aktifitas manusia dapat meningkatkan kadar merkuri dalam lingkungan antara
lain adalah pertambangan, peleburan (untuk menghasilkan logam dari bijih tambang sulfidanya),
pembakaran bahan bakar fosil dan produksi baja, semen serta fosfat.
Sianida dan Bahan Anorganik Lainnya Dalam AirSianida merupakan suatu senyawa yang secara kimia sangat bersifat toksik dan berada dalam air
dalam bentuk Hidrogen Sianida (HCN). Sianida dapat ditemukan secara alamiah seperti pada
tumbuh-tumbuhan. Dalam tumbuh-tumbuhan sianida terikat pada glukosa (gula) yang disebut
amygdalin.
Gambar 4. Rumus struktur amygdalin
Bangsa Romawi kuno memperoleh CN dari sumber biji-bijian alami seperti biji apel, apricot dan
ceri. Sianida dapat larut dalam air karena hanya sianida alkali yang terikat pada logam yang
memiliki sifat kelarutan tersebut. Dalam larutan murni, CN- adalah bentuk yang paling stabil
diatas pH kira-kira 10,5. Sianida bersifat toksik yang letal dan sub letal terhadap organisme.
Sianida dalam air bersih yang akan digunakan untuk minum tidak boleh melewati batas 0,05
ppm karena dapat mengganggu metabolisme.
Sianida dalam bentuk ion sianida (CN-) membentuk berbagai ikatan kompleks dengan ion-ion
transisi logam misalnya emas (Au(CN)2), perak (Ag(CN)2) dan besi (Fe(CN)6). Alasan
karakteristik inilah sehingga sianida digunakan secara komersil. Sianida juga banyak digunakan
secara luas dalam industri terutama pembersih logam dan pengelasan listrik. Sianida juga banyak
digunakan dalam prosessing mineral-mineral tertentu.
Sianida yang terdapat di perairan berasal dari limbah industri, misalnya industri pelapisan logam,
pertambangan emas, pertambangan perak, pupuk dan besi dan baja. Kadar sianida yang
digunakan dalam pertambangan emas dan perak dapat mencapai 250 ppm.
Amonia merupakan produk utama dari penguraian limbah nitrogen organic yang keberadaannya
menunjukkan bahwa sudah pasti terjadi pencemaran oleh senyawa tersebut. Ammonia kadang-
kadang ditambahkan ke dalam bahan air untuk minum atau sumber air dengan pH rendah yang
kemudian akan bereaksi dengan klor untuk menyediakan sisa klor (pada proses penjernihan air
minum). Ketika pKa dari ion ammonium, NH4+, kebanyakan dari ammonia dalam air terdapat
sebagai NH4+ daripada NH3.
Hydrogen Sulfida, H2S, dihasilkan dari proses pembusukan bahan-bahan organic yang
mengandung belerang oleh bakteri anaerob, juga sebagai hasil reduksi dengan kondisi anaerob
terhadap sulfat oleh mikroorganisme dan sebagai salah satu bahan pencemar gas yang
dikeluarkan dari air panas bumi. Biahan-bahan pencemar dari industry kimia, pabrik kertas,
pabrik tekstil dan penyamakan kulit dapat mengandung H2S yang merupakan asam lemak
dengan harga pKa (1)= 6,99 dan pKa (2)= 12,92. Ion S-2 tidak pernah ditemukan dalam perairan
alami yang bersifat normal.ion sulfide mempunyai afinitas yang menakjubkan dengan banyak
logam berat dan pengendapan dari logam-logam sulfide seringkali menyertai terbentuknya H2S.
Karbon Dioksida bebas, CO2, seringkali terdapat dalam air konsentrasi tinggi sehubungan
dengan terjadinya pembusukan bahan-bahan organic, CO2 digunakan untuk “melunakkan” air,
pada proses rekarbonisasi dalam pengolahan air. Kandungan CO2 yang cukup tinggi air akan
bersifat korosif dan akan membahayakan kehidupan akuatik.
Ion Nitrit, NO2- terdapat dalam air sebagai “an intermediate Oxidation State” dari nitrogen.
Kadang kala nitrit ditambahkan pada beberapa proses industry untuk mencegah terjadinya
korosi. Jarang terdapat pada air minum pada konsentrasi lebih dari 0,1 mg/L
Ion Sulfit, SO3-2 ditemukan dalam beberapa air limbah industry. Natrium sulfit biasa
ditambahkan “to Boiler feed waters” sebagai perangkap oksigen:
2 SO3-2 + O2 2SO4
-2
Bila pKa (1) dari asam belerang 1,76 dan pKa (2) = 7,20 sulfit terdapat sebagai HSO3- atau SO3
-2
dalam perairan alami tergantung pada pH. Perlu dicatat bahwa hidrazin, N2H4, juga dapat
berfungsi sebagai perangkap oksigen.
Ganggang dan EutrofikasiIstilah eutrofikasi berasal dari bahasa Yunani yang berarti nutrisi/hara baik, yang meni air
buangan jelaskan suatu kondisi dari suatu danau atau penampungan/sumber air yang
menyebabkan kemerosotan dari kualitas airnya. Langkah pertama dari Eutrofikasi dari badan-
badan air adalah adanya masukkan dari hara-hara tanamanyang berasal dari air buangan hara
atau nutrirn yang mencapai badan air yang kemudian menghasilkan sejumlah besar biomassa
tanaman melalui fotosintesis.
Biomassa yang mati terakumulasi di dasar danau yang sedikit demi sedikit mengalami
pembusukan dan menghasilkan kembali gas CO2, fosfor, nitrogen dan kalium. Bila danau tidak
terlalu dalam, akar-akar tanaman di dasar danau mulai tumbuh, meningkatkan akumulasi dari
material padat dalam danau atau kolam.
Eutrofikasi merupakan suatu fenomena yang sering terjadi, yang merupakan dasar dari
pembentukan deposil yang berlimpah dari batubara dan tanah-tanah yang subur, dimana kegiatan
manusia dapat meningkatkan dengan cepat proses tersebut. Hal ini dapat dipahami bila kita
melihat table 3 yang memperlihatkan bahwa unsur-unsur kimia dibutuhkan untuk pertumbuhan
tanaman. Kebanyakan unsur-unsur tersebut terdapat di rata-rata sumber air atau danau dalam
jumlah yang lebih dari cukup untuk pertumbuhan tanaman.
Detergen yang berasal dari rumah tangga merupakan sumber fosfat yang umum dalam air limbah
dan untuk mengontrol eutrofikasi dikonsentrasikan pada eliminasi fosfat dalam detergen,
mengeluarkan fosfat pada proses pengolahan air buangan limbah dan mencegah termuatnya
fosfat dalam aliran air buangan dari berbagai badan air.
Seluruh fenomena eutrofikasi merupakan suatu yang kompleks dan dibutuhkan penelitian-
penelitian untuk memecahkan permasalahan ini. Sungguh sangat ironis dalam dunia yang miskin
akan tanaman, bahan buangan kaya akan nutrient yang berasal dari proses pemupukan lahan
yang berlebihan atau dari air buangan yang sangat meningkat dalam banyak danau dan waduk-
waduk air.
Tabel 3. Sumber dan Fungsi Hara Esensial Bagi TanamanHara Sumber Fungsi
Hara makro Karbon (CO2) Hidrogen Oksigen Nitrogen (NO3)
Fosfor
Kalium
Sulfur Magnesium Kalsium
Hara Mikro B, Cl, Ca, Cu, Fe, Mo, Mn,
Na, Si, U, Zn
Atmosfer, pembusukanAirAirPembusukan, atmosfer, bahan pencemarPembusukan, mineral, bahan pencemarMineral-mineral bahan pencemarMineral-mineralMineral-mineralMineral-mineral
Mineral-mineral, bahan pencemar
Penyusun BiomasPenyusun biomasPenyusun biomasPenyusun protein
Penyusun DNA dan RNA
Fungsi metabolic
Protein, enzimFungsi metabolicFungsi metabolic
Fungsi metabolic dan penyusun enzim
Aciditas, Alkalinitas dan Salinitas
Biota akuatik sensitive terhadap pH yang ekstrim, dalam arti air sangat bersifat asam atau basa.
Hal ini kebanyakan akibat dari efek osmotic, sehingga biota-biota akuatik tidak dapat hidup
dalam suatu medium yang salinitasnya tidak sesuai. Oleh karena itu ikan air tawar akan segera
mati bila dimasukkan ke dalam air laut begitupun sebaliknya bila ikan air laut tidak dapat hidup
daalam air tawar. Kelebihan salinitas juga akan segera mematikan tanaman yang tidak sesuai
dengan kondisi tersebut. Gambar berikut memperlihatkan kurva yang menunjukkan pertumbuhan
organism akuatik sebagai fungsi dari pH.
Dari gambar tersebut tampak bahwa aktifitas optimum enzim dalam pertumbuhan organisme
akuatik terlihat pada ph dengan kondisi netral. Hal ini berbeda dengan kondisi temperature
perairan dimana aktifitas enzim yang diperlihatkan oleh pertumbuhan organismenya kurvanya
tidak berbentuk normal, seperti pada gambar berikut.
Dari gambar diatas tampak bahwa aktifitas enzim meniingkat dengan naiknya temperature tetapi
setelah mencapai temperature maksimum enzim biasanya menurun tajam atau berhenti. Hal ini
disebabkan temperature yang tinggi akan merusak enzim dan terjadi perubahan enzim tersebut
pada temperature tidak terlalu jauh dari nilai optimumnya.
Sumber yang paling umum dari bahan pencemar asam dalam air adalah aliran asam
penambangan. Asam sulfat dari aliran tersebut dihasilkan oksidasi mikroba dari pyrite dan
mineral-mineral lainnya. Harga pH dari air yang terkontaminasi dengan asam tersebut dapat
mencapai dibawah 3, suatu kondisi yang mematikan kehidupan akuatik kecuali bakteri culpit
sebagai perantara oksidasi pyrite dan besi (II) oksida. Limbah industry sering menyebabkan
kondisi keasaman yang tinggi dari perairan. Asam sulfat juga terbentuk dalam oksidasi bahan
pencemar SO2 di atmosfer yang memasuki perairan alami melalui jatuhan hujan asam. Dalam
kasus ini bila perairan tidak mengalami kontak dengan mineral-mineral bersifat basa akan sangat
membahayakan, seperti dialami beberapa danau di Kanada yang menjadi “danau Mati” karena
sudah tidak ada kehidupan akuatik di sana.
Kelebihan Alkalinitas, seringkali disertai dengan pH tinggi, secara umum tidak langsung
disebabkan oleh aktivitas manusia. Tetapi di beberapa daerah dimana tanahnya banyak
mengandung mineral-mineral bersifat basa akan memberikan efek alkalinitas tinggi terhadap
perairannya. Aktifitas dengan jalan mengalirkan sebagian air buangan pertambangan ke dalam
air permukaan atau sumber air. Kelebihan salinitas dalam air dimanifestasikan oleh adanya
karakterisasi pembentukan garam-garam putih di pinggiran suatu badan air atau di atas tepi
sungai.
Salinitas air dapat meningkat oleh sejumlah aktifitas manusia. Seperti air yang melalui suatu
system pengolahan air yang kurang baik, mengambil garam dari beberapa proses, seperti
pelunakan air oleh NaCl. Irigasi dan produksi pertanian yang intensif telah menyebabkan
terjadinya resapan garam-garam yang mengakibatkan air mempunyai salinitas air yang tinggi.
Pada waktu musim kemarau, penguapan air terjadi cukup tinggi karena panasnya suhu
meninggalkan lahan dengan muatan garam yang cukup tinggi dan akhirnya tidak mendukung
pertumbuhan tanaman lebih lanjut.
Oksigen, Bahan Oksidan dan ReduktanKeberadaan oksigen sangat vital dalam perairan alami. Dalam air, oksigen dikonsumsi secara
cepat oleh bahan organic, {CH2O}, dalam reaksi
{ CH2O } + O2 mikroorganisme CO2 + H2ODengan tidak adanya reaerasi yang cukup, seperti adanya arus turbolensi dari suatu sungai yang
dangkal, sungai dengan cepat akan kekurangan oksigen dan tidak dapat mendukung kehidupan
akuatik yang lebih baik.
Dengan adanya mikroorganisme yang berfungsi sebagai perantara oksidasi bahan organic,
oksigen dalam air mungkin digunakan oleh biooksidasi dari bahan-bahan bernitrogen.
NH4+ + 2 O2 2 H+ + NO3
- + H2ODan selanjutnya dengan oksidasi kimia atau biokimia dari bahan pereduksi, terjadi reaksi :
4 Fe+2 + O2 + 10 H2O 4 Fe(OH)3(s) + 8 H+
2 SO3-2 + O2 2 SO4
-2
Semua proses tersebut menyebabkan terjadinya deoksigenasi dari air.Banyak oksigen yang digunakan dengan perantara mikroba dan bahan pencemar air dinamakan
Biochemical Oxygen Demand (BOD). Parameter ini biasanya diukur dengan menentukan jumlah
oksigen yang digunakan oleh mikroorganisme akuatik yang sesuai selama jangka waktu 5 hari.
Mula-mula suatu perairan dengan aerasi yang baik, yaitu sungai yang tidak tercemar maka kadar
oksigennya tinggi dan populasi bakteri rendah.dengan adanya penambahan bahan pencemar yang
dapat dioksidasi, maka kandungan oksigen dalam air menurun tajam karena reaerasi tidak dapat
tercapai dengan adanya penggunaan oksigen oleh bakteri. Dalam wilaya penguraian, populasi
bakteri meningkat. Zona ini ditandai dengan populasi bakteri yang tinggi dengan tingkat
kandungan oksigen yang rendah. Bila bahan pencemar tadi sudah habis maka terbentuk zona
terminate yang kemudian terjadi zona perbaikan. Dalam zona perbaikan, populasi bakteri
menurun dan tingkat kandungan oksigen atau oksigen terlarut meningkat sampai akhirnya air
mencapai kondisi semula.
Meskipun BOD merupakan suatu pengukuran yang realistic untuk menentukan kualitas air dan
jauh mengangkut oksigen, tes yang digunakan membutuhkan cukup waktu dan tidak praktis
untuk dilakukan. Total Organic Karbon (TOC), seringkali dilakukan pengukuran dengan
menggunakan katalis yang dapat mengoksidasi bahan organic dalam air dengan jalan mengukur
TOC menjadi lebih popular karena menggunakan peralatan yang lebih sederhana dan tidak
menggunakan waktu yang terlalu lama seperti pengukuran BOD.
Bahan Pencemar OrganikSeperti terlihat pada table 3 dibawah ini, buangan domestic , komersian , proses pembuatan
makanan dan industry merupakan sumber yang mengandung bahan polutan dengan kandungan
yang cukup banyak, termasuk jenis bahan pencemar organic. Beberapa dari bahan pencemar ini,
terutama zat-zat yang membutuhkan oksigen seperti : minyak, gemuk dan beberapa padatan
dikeluarkan dari proses pengolahan air primer dan sekunder. Bahan pencemar lainnya seperti
garam-garam, logam-logam berat dan bahan-bahan organic yang tahan urai dapat dihilangkan
dengan efisiensi.
Table 4. beberapa komponen primer air buangan dari system buangan air kotaKomponen Sumber Potensial Efek Dalam AirZat-zat yang membutuhkan oksigen
Bahan organic yang tidak terdegradasi
Virus dan detergen
Minyak dan lemak
Fosfat
Garam-garam
Bahan-bahan organic terutama feces.
Buangan industri, produk-produk rumah tangga
Buangan manusia dan buangan rumah tangga
Merusak proses pembuatan makanan dan limbah industri
Detergen
Buangan manusia, pelunakan air, limbah industri
Mengurangi oksigen terlarut
Toksik terhadap kehidupan akuatik
Menyebabkan penyakit estetika, menghambat penghilangan minyak, toksik terhadap kehidupan akuatik
Estetika dan berbahaya kehidupam akuatik.
Nutrisi bagi ganggang
Meningkatnya salinitas
Logam Berat, Agen chelat dan Padatan
Limbah industri, lab. Kimia, beberapa detergen, limbah industri
Toksisitas, pelarutan logam berat dan transportasinya, estetika, berbahaya bagi kehidupan akuatik.
Masalah besar lainnya dari lingkungan air limbah adalah terbentuknya banyak lumpur dari
proses pengolahan air limbah. Lumpur yang dihasilkan ini mengandung bahan-bahan organic
yang mengalami penguraian perlahan-lahan, bahan organic tidak terdegradasi dan logam-logam
berat jumlah lumpur yang dihasilkan makin meningkait. Hal ini disebabkan setiap industry
diwajibkan untuk mengolah air limbahnya berarti lumpur yang dihasilkan dari proses pengolahan
air akan makin bertambah banyak sesuai dengan semakin banyaknya industry yang didirikan.
Pestisida Di Dalam Air Pestisida merupakan penyebab pencemaran lingkungan yang utama, baik untuk pencemaran
tanah, udara dan air. Banyak pestisida sangat beracun seperti DDT (sekarang sudah tidak boleh
digunakan dan diproduksi) dan menjadi lebih tinggi konsentrasinya di dalam rantai makanan.
Makhluk hidup terutama manusia banyak menarik keuntungan dari adanya pestisida. Suatu
kenyataan tanpa pestisida, bidang pertanian tidak akan menghasilkan produk yang sesuai dengan
yang diperkirakan. Dari pengalaman sejarah masa lalu, keracunan tanaman pertanian oleh hama
dan penyakit telah menyebabkan kelaparan penduduk di dunia dalam jumlah yang sangat besar.
Oleh karena itu pestisida akan terus digunakan, yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah
harus dicari pestisida yang lebih aman dan lebih mudah terurai dalam lingkungan setelah
digunakan.
Pestisida dapat digolongkan sebagai herbisida, insektisida dan fungisida. Herbisida, meskipun
sangat beracun tarhadap tanaman yang peka, umumnya tidak menghambat pertumbuhan
microbial bila digunakan pada konsentrasi yang diinginkan. Herbisida digunakan untuk
mematikan tanaman yang tidak diinginkan. Insektisida, biasanya tidak membahayakan
mikroorganisme meskipun penggunaannya dengan kondisi yang lebih tinggi dari herbisida.
Fungisida digunakan untuk membasmi cendawan-cendawan berbahaya.
Insektisida dan fungisida merupakan pestisida yang paling penting karena penggunaannya yang
dekat sebelum atau sesudah panen sehingga dapat menyebabkan asupan terhadap bahan
makanan. Potensi adanya sejumlah besar pestisida masuk kedalam perairan bisa secara langsung
seperti kegiatan membasmi nyamuk dan serangga lainnya, atau yang tidak langsung terutama
berasal dari saluran pertanian.
Abasiyah tuk IndonesiaAbasiyah Personal Blog
Posts Tagged ‘dampak pestisida’
Pentingnya Kualitas Air dan Pelestariannya
January 18, 2012
Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan. Makhluk hidup di muka bumi ini tak dapat terlepas dari kebutuhan akan air. Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, sehingga tidak ada kehidupan seandainya di bumi tidak ada air. Namun demikian, air dapat menjadi malapetaka bilamana tidak tersedia dalam kondisi yang benar, baik kualitas maupun kuantitasnya. Air yang relatif bersih sangat didambakan oleh manusia, baik untuk keperluan hidup sehari-hari, untuk keperluan industri, untuk kebersihan sanitasi kota, maupun untuk keperluan pertanian dan lain sebagainya.
Dewasa ini, air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang serius. Untuk mendapat air yang baik sesuai dengan standar tertentu, saat ini menjadi barang yang mahal, karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari berbagai hasil kegiatan manusia. Sehingga secara kualitas, sumberdaya air telah mengalami penurunan. Demikian pula secara kuantitas, yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat.
Dari hari ke hari bila diperhatikan, makin banyak berita-berita mengenai pencemaran air. Pencemaran air ini terjadi dimana-mana. Di Teluk Jakarta terjadi pencemaran yang sangat merugikan bagi petambak. Tidak saja udang dan bandeng yang mati, tapi kerang hijaupun turut mati pula, beberapa jenis spesies ikan telah hilang. Secara kimiawi, pencemaran yang terjadi di Teluk Jakarta tersebut telah sangat parah. Indikasinya populasi kerang hijau berkembang lebih cepat dan semakin banyak, padahal hewan ini merupakan indikator pecemar. Kadar logam antara lain seng, tembaga dan timbal telah mencapai ambang batas normal. Kondisi ini sangat berbahaya, karena logam berat dapat diserap oleh manusia atau hewan yang memakannya dan akan terjadi akumulasi (Republika, 17/02/03). Di Waduk Saguling juga terjadi pencemaran logam berat (merkuri) dan kadar H2SO4 yang tinggi, sehingga pencemaran ini sangat mempengaruhi ekonomi masyarakat sekitar, ribuan petani ikan mas jaring terapung di kawasan ini terancam gulung tikar karena produksi ikan turun terus (Pikiran Rakyat, 08/06/03). Selain itu, penggunaan pestisida yang berlebihan dan berlangsung lama, juga akan mengakibatkan pencemaran air.
Sebagai contoh, hal ini terjadi di NTB yang terjadi pencemaran karena dampak pestisida dan limbah bakteri e-coli. Petani menggunakan pestisida di sekitar mata air Lingsar dan Ranget (Bali Post, 14/8/03).
Krisis air juga terjadi di hampir semua wilayah Pulau Jawa dan sebagian Sumatera, terutama kota-kota besar baik akibat pencemaran limbah cair industri, rumah tangga ataupun pertanian. Selain merosotnya kualitas air akibat pencemaran, krisis air juga terjadi dari berkurangnya ketersediaan air dan terjadinya erosi akibat pembabatan hutan di hulu serta perubahan pemanfaatan lahan di hulu dan hilir. Menyusutnya pasokan air pada 3 beberapa sungai besar di Kalimantan menjadi fenomena yang mengerikan, sungai-sungai tersebut mengalami pendangkalan akibat minimnya air pada saat kemarau serta ditambah erosi dan sedimentasi. Pendangkalan di sungai Mahakam misalnya meningkat 300% selama kurun waktu 10 tahun terakhir (Air Kita Diracuni, 2004).
Pencemaran air di banyak wilayah di Indonesia, seperti beberapa contoh di atas, telah mengakibatkan terjadinya krisis air bersih. Lemahnya pengawasan pemerintah serta keengganannya untuk melakukan penegakan hukum secara benar menjadikan problem pencemaran air menjadi hal yang kronis yang makin lama makin parah.
Indikator Pencemaran AirIndikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati yang dapat digolongkan menjadi :
1. Pengamatan secara fisis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan tingkat kejernihan air (kekeruhan), perubahan suhu, warna dan adanya perubahan warna, bau dan rasa.
2. Pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan zat kimia yang terlarut, perubahan pH.
3. Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan mikroorganisme yang ada dalam air, terutama ada tidaknya bakteri pathogen.
Indikator yang umum diketahui pada pemeriksaan pencemaran air adalah pH atau konsentrasi ion hydrogen, oksigen terlarut (Dissolved Oxygen, DO), kebutuhan oksigen biokimia (Biochemiycal Oxygen Demand, BOD) serta kebutuhan oksigen kimiawi (Chemical Oxygen Demand, COD).
pH atau Konsentrasi Ion HidrogenAir normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH sekitar 6,5 – 7,5. Air akan bersifat asam atau basa tergantung besar kecilnya pH. Bila pH di bawah pH normal, maka air tersebut bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH di atas pH normal bersifat basa. Air limbah dan bahan buangan industri akan mengubah pH air yang akhirnya akan mengganggu kehidupan biota akuatik.
Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahab pH dan menyukai pH antara 7 – 8,5. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan , misalnya proses nitrifikasi akan berakhir pada pH yang rendah. Pengaruh nilai pH pada komunitas biologi perairan dapat dilihat pada table di bawah ini :
Tabel : Pengaruh pH Terhadap Komunitas Biologi Perairan
Sumber : modifikasi Baker et al., 1990 dalam Efendi, 2003
Pada pH < 4, sebagian besar tumbuhan air mati karena tidak dapat bertoleransi terhadap pH rendah. Namun ada sejenis algae yaitu Chlamydomonas acidophila mampu bertahan pada pH =1 dan algae Euglena pada pH 1,6.
Oksigen terlarut (DO)Tanpa adanya oksegen terlarut, banyak mikroorganisme dalam air tidak dapat hidup karena oksigen terlarut digunakan untuk proses degradasi senyawa organic dalam air. Oksigen dapat dihasilkan dari atmosfir atau dari reaksi fotosintesa algae. Oksigen yang dihasilkan dari reaksi fotosintesa algae tidak efisien, karena oksigen yang terbentuk akan digunakan kembali oleh algae untuk proses metabolisme pada saat tidak ada cahaya. Kelarutan oksigen dalam air tergantung pada temperature dan tekanan atmosfir.
Berdasarkan data-data temperature dan tekanan, maka kalarutan oksigen jenuh dalam air pada 25o C dan tekanan 1 atmosfir adalah 8,32 mg/L (Warlina, 1985).
Kadar oksigen terlarut yang tinggi tidak menimbulkan pengaruh fisiologis bagi manusia. Ikan dan organisme akuatik lain membutuhkan oksigen terlarut dengan jumlah cukup banyak. Kebutuhan oksigen ini bervariasi antar organisme. Keberadaan logam berta yang berlebihan di perairan akan mempengaruhi system respirasi organisme akuatik, sehingga pada saat kadar oksigen terlarut rendah dan terdapat logam berat dengan konsentrasi tinggi, organisme akuatik menjadi lebih menderita (Tebbut, 1992 dalam Effendi, 2003).
Pada siang hari, ketika matahari bersinar terang, pelepasan oksigen oleh proses fotosintesa yang berlangsung intensif pada lapisan eufotik lebih besar daripada oksigen yang dikonsumsi oleh
proses respirasi. Kadar oksigen terlarut dapat melebihi kadar oksigen jenuh, sehingga perairan mengalami supersaturasi. Sedangkan pada malam hari, tidak ada fotosintesa, tetapi respirasi terus berlangsung. Pola perubahan kadar oksigen ini mengakibatkan terjadinya fluktuasi harian oksigen pada lapisan eufotik perairan. Kadar oksigen maksimum terjadi pada sore hari dan minimum pada pagi hari.
Kebutuhan Oksigen Biokimia (BOD)Dekomposisi bahan organic terdiri atas 2 tahap, yaitu terurainya bahan organic menjadi anorganik dan bahan anorganik yang tidak stabil berubah menjadi bahan anorganik yang stabil, misalnya ammonia mengalami oksidasi menjadi nitrit atau nitrat (nitrifikasi). Pada penentuan nilai BOD, hanya dekomposisi tahap pertama ynag berperan, sedangkan oksidasi bahan anorganik (nitrifikasi) dianggap sebagai zat pengganggu.
Dengan demikian, BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme dalam lingkungan air untuk memecah (mendegradasi) bahan buangan organic yang ada dalam air menjadi karbondioksida dan air. Pada dasarnya, proses oksidasi bahan organic berlangsung cukup lama. Menurut Sawyer dan McCarty, 1978 (Effendi, 2003) proses penguraian bahan buangan organic melalui proses oksidasi oleh mikroorganisme atau oleh bakteri aerobic adalah :
CnHaObNc + (n + a/4 – b/2 – 3c/4) O2 → n CO2 + (a/2 – 3c/2) H2O + c NH3
Bahan organic oksigen bakteri aerob 9
Untuk kepentingan praktis, proses oksidasi dianggap lengkap selama 20 hari, tetapi penentuan BOD selama 20 hari dianggap masih cukup lama. Penentuan BOD ditetapkan selama 5 hari inkubasi, maka biasa disebut BOD5. Selain memperpendek waktu yang diperlukan, hal ini juga dimaksudkan untuk meminimumkan pengaruh oksidasi ammonia yang menggunakan oksigen juga. Selama 5 hari masa inkubasi, diperkirakan 70% – 80% bahan organic telah mengalami oksidasi. (Effendi, 2003).
Jumlah mikroorganisme dalam air lingkungan tergantung pada tingkat kebersihan air. Air yang bersih relative mengandung mikroorganisme lebih sedikit dibandingkan yang tercemar. Air yang telah tercemar oleh bahan buangan yang bersifat antiseptic atau bersifat racun, seperti fenol, kreolin, detergen, asam cianida, insektisida dan sebagainya, jumlah mikroorganismenya juga relative sedikit. Sehingga makin besar kadar BOD nya, maka merupakan indikasi bahwa perairan tersebut telah tercemar, sebagai contoh adalah kadar maksimum BOD5 yang diperkenankan untuk kepentingan air minum dan menopang kehidupan organisme akuatik adalah 3,0 – 6,0 mg/L berdasarkan UNESCO/WHO/UNEP, 1992. Sedangkan berdasarkan Kep.51/MENKLH/10/1995 nilai BOD5 untuk baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri golongan I adalah 50 mg/L dan golongan II adalah 150 mg/L.
Kebutuhan Oksigen Kimiawi (COD)COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia baik yang dapat didegradasi secara biologis maupun yang sukar didegradasi. Bahan buangan organic tersebut akan dioksidasi oleh kalium bichromat yang
digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent) menjadi gas CO2 dan gas H2O serta sejumlah ion chrom.
Jika pada perairan terdapat bahan organic yang resisten terhadap degradasi biologis, misalnya tannin, fenol, polisacharida dansebagainya, maka lebih cocok dilakukan pengukuran COD daripada BOD. Kenyataannya hampir semua zat organic dapat dioksidasi oleh oksidator kuat seperti kalium permanganat dalam suasana asam, diperkirakan 95% – 100% bahan organic dapat dioksidasi.
Seperti pada BOD, perairan dengan nilai COD tinggi tidak diinginkan bagi kepentingan perikanan dan pertanian. Nilai COD pada perairan yang tidak tercemar biasanya kurang dari 20 mg/L, sedangkan pada perairan tercemar dapat lebih dari 200 mg/L dan pada limbah industri dapat mencapai 60.000 mg/L (UNESCO,WHO/UNEP, 1992).
SUMBER PENCEMARAN AIRBanyak penyebab sumber pencemaran air, tetapi secara umum dapat dikategorikan menjadi 2 (dua) yaitu sumber kontaminan langsung dan tidak langsung. Sumber langsung meliputi efluen yang keluar dari industri, TPA sampah, rumah tangga dan sebagainya. Sumber tak langsung adalah kontaminan yang memasuki badan air dari tanah, air tanah atau atmosfir berupa hujan (Pencemaran Ling. Online, 2003). Pada dasarnya sumber pencemaran air berasal dari industri, rumah tangga (pemukiman) dan pertanian. Tanah dan air tanah mengandung sisa dari aktivitas pertanian misalnya pupuk dan pestisida. Kontaminan dari atmosfir juga berasal dari aktifitas manusia yaitu pencemaran udara yang menghasilkan hujan asam.
Komponen Pencemaran Air Saat ini hampir 10 juta zat kimia telah dikenal manusia, dan hampir 100.000 zat kimia telah digunakan secara komersial. Kebanyakan sisa zat kimia tersebut dibuang ke badan air atau air tanah. Sebagai contoh adalah pestisida yang biasa digunakan di pertanian, industri atau rumah tangga, detergen yang biasa digunakan di rumah tangga atau PCB yang biasa digunakan pada alat-alat elektronik.
Erat kaitannya dengan masalah indikator pencemaran air, ternyata komponen pencemaran air turut menentukan bagaimana indikator tersebut terjadi. Menurut Wardhana (1995), komponen pencemaran air yang berasal dari industri, rumah tangga (pemukiman) dan pertanian dapat dikelompokkan sebagai bahan buangan:
1. padat2. cairan berminyak3. organic dan olahan bahan makanan4. berupa panas5. anorganik6. zat kimia
Bahan buangan padatYang dimaksud bahan buangan padat adalah adalah bahan buangan yang berbentuk padat, baik yang kasar atau yang halus, misalnya sampah. Buangan tersebut bila dibuang ke air menjadi pencemaran dan akan menimbulkan pelarutan, pengendapan ataupun pembentukan koloidal.
Apabila bahan buangan padat tersebut menimbulkan pelarutan, maka kepekatan atau berat jenis air akan naik. Kadang-kadang pelarutan ini disertai pula dengan perubahan warna air. Air yang mengandung larutan pekat dan berwarna gelap akan mengurangi penetrasi sinar matahari ke dalam air. Sehingga proses fotosintesa tanaman dalam air akan terganggu. Jumlah oksigen terlarut dalam air menjadi berkurang, kehidupan organisme dalam air juga terganggu.
Terjadinya endapan di dasar perairan akan sangat mengganggu kehidupan organisme dalam air, karena endapan akan menutup permukaan dasar air yang mungkin mengandung telur ikan sehingga tidak dapat menetas. Selain itu, endapan juga dapat menghalangi sumber makanan ikan dalam air serta menghalangi datangnya sinar matahari.
Pembentukan koloidal terjadi bila buangan tersebut berbentuk halus, sehingga sebagian ada yang larut dan sebagian lagi ada yang melayang-layang sehingga air menjadi keruh. Kekeruhan ini juga menghalangi penetrasi sinar matahari, sehingga menghambat fotosintesa dan berkurangnya kadar oksigen dalam air.
Bahan buangan organic dan olahan bahan makananBahan buangan organic umumnya berupa limbah yang dapat membusuk atau terdegradasi oleh mikroorganisme, sehingga bila dibuang ke perairan akan menaikkan populasi mikroorganisme. Kadar BOD dalam hal ini akan naik. Tidak tertutup kemungkinan dengan berambahnya mikroorganisme dapat berkembang pula bakteri pathogen yang berbahaya bagi manusia. Demikian pula untuk buangan olahan bahan makanan yang sebenarnya adalah juga bahan buangan organic yang baunya lebih menyengat. Umumnya buangan olahan makanan mengandung protein dan gugus amin, maka bila didegradasi akan terurai menjadi senyawa yang mudah menguap dan berbau busuk (misal. NH3).
Bahan buangan anorganikBahan buangan anorganik sukar didegradasi oleh mikroorganisme, umumnya adalah logam. Apabila masuk ke perairan, maka akan terjadi peningkatan jumlah ion logam dalam air. Bahan buangan anorganik ini biasanya berasal dari limbah industri yang melibatkan penggunaan unsure-unsur logam seperti timbal (Pb), Arsen (As), Cadmium (Cd), air raksa atau merkuri (Hg), Nikel (Ni), Calsium (Ca), Magnesium (Mg) dll.
Kandungan ion Mg dan Ca dalam air akan menyebabkan air bersifat sadah. Kesadahan air yang tinggi dapat merugikan karena dapat merusak peralatan yang terbuat dari besi melalui proses pengkaratan (korosi). Juga dapat menimbulkan endapan atau kerak pada peralatan.
Apabila ion-ion logam berasal dari logam berat maupun yang bersifat racun seperti Pb, Cd ataupun Hg, maka air yang mengandung ion-ion logam tersebut sangat berbahaya bagi tubuh manusia, air tersebut tidak layak minum.
Bahan buangan cairan berminyakBahan buangan berminyak yang dibuang ke air lingkungan akan mengapung menutupi permukaan air. Jika bahan buangan minyak mengandung senyawa yang volatile, maka akan terjadi penguapan dan luas permukaan minyak yang menutupi permukaan air akan menyusut. Penyusutan minyak ini tergantung pada jenis minyak dan waktu. Lapisan minyak pada
permukaan air dapat terdegradasi oleh mikroorganisme tertentu, tetapi membutuhkan waktu yang lama.
Lapisan minyak di permukaan akan mengganggu mikroorganisme dalam air. Ini disebabkan lapisan tersebut akan menghalangi diffusi oksigen dari udara ke dalam air, sehingga oksigen terlarut akan berkurang. Juga lapisan tersebut akan menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam air, sehingga fotosintesapun terganggu. Selain itu, burungpun ikut terganggu, karena bulunya jadi lengket, tidak dapat mengembang lagi akibat terkena minyak.
Bahan buangan berupa panas (polusi thermal)Perubahan kecil pada temperatur air lingkungan bukan saja dapat menghalau ikan atau spesies lainnya, namun juga akan mempercepat proses biologis pada tumbuhan dan hewan bahkan akan menurunkan tingkat oksigen dalam air. Akibatnya akan terjadi kematian pada ikan atau akan terjadi kerusakan ekosistem. Untuk itu, polusi thermal inipun harus dihindari. Sebaiknya industri-industri jika akan membuang air buangan ke perairan harus memperhatikan hal ini.
Bahan buangan zat kimiaBahan buangan zat kimia banyak ragamnya, tetapi dalam bahan pencemar air ini akan dikelompokkan menjadi :
a. Sabun (deterjen, sampo dan bahan pembersih lainnya),b. Bahan pemberantas hama (insektisida),c. Zat warna kimia,d. Zat radioaktif
Tags:akibat pencemaran air, dampak pencemaran, dampak pestisida, indikator pencemaran air, kadar oksigen terlarut, krisis air bersih, penanggulangan pencemaran air, pencemaran air, pencemaran logam berat, pentingnya air bersih, pH larutan, proses nitrifikasi, sanitasi, supersaturasi, syarat air bersihPosted in Environment | Comments Off
TimbalDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum DiperiksaLangsung ke: navigasi, cari "PB" beralih ke halaman ini. Untuk permainan daring dengan akronim yang sama, lihat Point Blank Online.
talium ← timbal → bismutSn↑P
b↓Fl 82Pb
Tabel periodik
Penampilanabu-abu metalik
Ciri-ciri umumNama, lambang, Nomor atom timbal, Pb, 82
Dibaca / ̍ l ɛ d / LED Jenis unsur logam pasca-transisi
Golongan, periode, blok 14, 6, pMassa atom standar 207.2
Konfigurasi elektron [Xe] 4f14 5d10 6s2 6p2
2, 8, 18, 32, 18, 4Sifat fisika
Fase solidMassa jenis (mendekati suhu
kamar) 11.34 g·cm−3
Massa jenis cairan pada t.l. 10.66 g·cm−3
Titik lebur 600.61 K, 327.46 °C, 621.43 °F
Titik didih 2022 K, 1749 °C, 3180 °FKalor peleburan 4.77 kJ·mol −1 Kalor penguapan 179.5 kJ·mol−1
Kapasitas kalor 26.650 J·mol−1·K−1
Tekanan uap
P (Pa) 1 10 100 1 k 10 k 100 kat T (K) 978 1088 1229 1412 1660 2027
Sifat atomBilangan oksidasi 4, 2 (oksida Amfoter)Elektronegativitas 2.33 (skala Pauling)
Energi ionisasi pertama: 715.6 kJ·mol−1
ke-2: 1450.5 kJ·mol−1
ke-3: 3081.5 kJ·mol−1
Jari-jari atom 175 pmJari-jari kovalen 146±5 pm
Jari-jari van der Waals 202 pmLain-lain
Struktur kristal face-centered cubicPembenahan magnetik diamagnetikKeterhambatan elektris (20 °C) 208 nΩ·mKonduktivitas termal 35.3 W·m−1·K−1
Ekspansi termal (25 °C) 28.9 µm·m−1·K−1
Kecepatan suara (batang ringan)
(suhu kamar) (annealed)1190 m·s−1
Modulus Young 16 GPaModulus Shear 5.6 GPaBulk modulus 46 GPaRasio Poisson 0.44
Kekerasan Mohs 1.5Kekerasan Brinell 38.3 MPa
Nomor CAS 7439-92-1Isotop paling stabil
Artikel utama: Isotop dari timbal
iso NA Waktu paruh DM DE (MeV) DP204Pb 1.4% >1.4×1017 thn α 2.186 200Hg205Pb syn 1.53×107 thn ε 0.051 205Tl206Pb 24.1% Pb stabil dengan 124 neutron207Pb 22.1% Pb stabil dengan 125 neutron208Pb 52.4% Pb stabil dengan 126 neutron210Pb sisa 22.3 y α 3.792 206Hg
β 0.064 210Bi l b s
· r
Timbal adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Pb dan nomor atom 82.
Lambangnya diambil dari bahasa Latin Plumbum.[rujukan?] Timbal (Pb) adalah logam berat yang terdapat secara alami di dalam kerak bumi.[rujukan?] Keberadaan timbal bisa juga berasal dari hasil aktivitas manusia, yang mana jumlahnya 300 kali lebih banyak dibandingkan Pb alami yang terdapat pada kerak bumi.[rujukan?] Pb terkonsentrasi dalam deposit bijih logam.[rujukan?] Unsur Pb
digunakan dalam bidang industri modern sebagai bahan pembuatan pipa air yang tahan korosi, bahan pembuat cat, baterai, dan campuran bahan bakar bensin tetraetil.[rujukan?]
Timbal (Pb) adalah logam yang mendapat perhatian khusus karena sifatnya yang toksik (beracun) terhadap manusia.[rujukan?] Timbal (Pb) dapat masuk ke dalam tubuh melalui konsumsi makanan, minuman, udara, air, serta debu yang tercemar Pb.[rujukan?]
ToksisitasKeracunan akibat kontaminasi Pb bisa menimbulkan berbagai macam hal diantaranya[rujukan?]:
1. Menghambat aktivitas enzim yang terlibat dalam pembentukan hemoglobin (Hb)2. Meningkatnya kadar asam δ-aminolevulinat dehidratase (ALAD) dan kadar protoporphin
dalam sel darah merah3. Memperpendek umur sel darah merah4. Menurunkan jumlah sel darah merah dan retikulosit, serta meningkatkan kandungan
logam Fe dalam plasma darah.
Timbal bersifat kumulatif.[rujukan?] Dengan waktu paruh timbal dalam sel darah merah adalah 35 hari, dalam jaringan ginjal dan hati selama 40 hari, sedangkan dalam tulang selama 30 hari.[rujukan?]
Mekanisme toksisitas Pb berdasarkan organ yang dipengaruhinya adalah[rujukan?]:
1. Sistem haemopoietik; dimana Pb menghambat sistem pembentukan hemoglobin (Hb) sehingga menyebabkan anemia.
2. Sistem saraf; di mana Pb dapat menyebabkan kerusakan otak dengan gejala epilepsi, halusinasi, kerusakan otak besar, dan delirium.
3. Sistem urinaria; dimana Pb bisa menyebabkan lesi tubulus proksimalis, lengkung henle, serta menyebabkan aminosiduria.
4. Sistem pencernaan; di mana Pb dapat menyebabkan kolik dan konstipasi. 5. Sistem kardiovaskular; di mana Pb dapat menyebabkan peningkatan permeabilitas
pembuluh darah. 6. Sistem reproduksi; di mana Pb dapat menyebabkan keguguran, tidak berkembangnya
sel otak embrio, kematian janin waktu lahir, serta hipospermia dan teratospermia pada pria.
7. Sistem endokrin; di mana Pb dapat menyebabkan gangguan fungsi tiroid dan fungsi adrenal
8. Bersifat karsinogenik dalam dosis tinggi.
Paparan Pb dosis tinggi mengakibatkan kadar Pb darah mencapai 80 µg/dL pada orang dewasa dan 70 µg/dL pada anak-anak sehingga terjadi ensefalopati, kerusakan arteriol dan kapiler , edeme otak, meningkatkanya tekanan zalir serebrospinal, degenerasi neuron, serta perkembangbiakan sel glia yang disertai dengan munculnya ataksia, koma, kejang-kejang, dan hiperaktivitas.[rujukan?]
Kandungan Pb dalam darah berkorelasi dengan tingkat kecerdasan manusia.[rujukan?] Semakin tinggi kadar Pb dalam darah, semakin rendah poin IQ.[rujukan?] Apabila dalam darah ditemukan kadar Pb sebanyak tiga kali batas normal (intake normal sekitar 0,3 mg/hari), maka akan terjadi penurunan kecerdasan intelektual.[rujukan?]
Intoksikasi Pb bisa terjadi melalui jalur oral, lewat makanan, minuman, pernapasan, kontak lewat kulit, kontak lewat mata, serta lewat parenteral.[rujukan?] Logam Pb tidak dibutuhkan oleh tubuh manusia sehingga bila makanan atau minuman tercemar Pb dikonsumsi, maka tubuh akan mengeluarkannya[rujukan?]. Sebagian kecil Pb diekskresikan melalui urin atau feses karena sebagian terikat oleh protein dan sebagian lainnya lagi terakumulasi dalam ginjal, hati, kuku, jaringan lemak, dan rambut.[rujukan?]
Pencemaran Pb (Timbal) - Sumber Pencemar Timbal (Pb) dan Alur Pajanan Tuesday, 17 February 2009 07:00 Pemantauan Pencemaran Lingkungan
Article Index
Pencemaran Pb (Timbal)
Sumber Pencemar Timbal (Pb) dan Alur Pajanan
Pb dalam Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (Bensin)
Dampak Pb terhadap Kesehatan
All Pages
Page 2 of 4
Sumber Pencemar Timbal (Pb) dan Alur Pajanan
Pencemaran lingkungan oleh timbal kebanyakan berasal dari aktifitas manusia yang mengekstraksi dan mengeksploitasi logam tersebut. Timbal digunakan untuk berbagai kegunaan terutama sebagai bahan perpipaan, bahan aditif untuk bensin, baterai, pigmen dan amunisi. Sumber potensial pajanan timbal dapat bervariasi di berbagai lokasi.
Manusia menyerap timbal melalui udara, debu, air dan makanan. Salah satu penyebab kehadiran timbal adalah pencemaran udara. Yaitu akibat kegiatan transportasi darat yang menghasilkan bahan pencemar seperti gas CO2, NOx, hidrokarbon, SO2,dan tetraethyl lead, yang merupakan bahan logam timah hitam (timbal) yang ditambahkan ke dalam bahan bakar berkualitas rendah untuk menurunkan nilai oktan. Gambar 2.1 menunjukkan alur pajanan timbal terhadap manusia.
Gambar 2.1 Alur Pajanan Timbal
Indrhy_Qhy Kamis, 14 Februari 2013
Makalah Timbal (Pb)
BAB IPendahuluan
A. Latar Belakang
Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Komposisi campuran gas tersebut tidak selalu konstan. Kualitas dari udara yang telah berubah komposisinya dari komposisi udara alamiahnya adalah udara yang sudah tercemar sehingga tidak dapat menyangga kehidupan. Udara merupakan komponen kehidupan yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia maupun makhluk hidup lainnya seperti tumbuhan dan hewan. Tanpa makan dan minum kita bisa hidup untuk beberapa hari tetapi tanpa udara kita hanya dapat hidup untuk beberapa menit saja
Pencemaran udara adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat,energi dan/ atau komponen lain ke dalam air atau udara. Pencemaran juga bisa berarti berubahnya tatanan (komposisi) air atau udara oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas air/ udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.
Udara di alam tidak pernah ditemukan bersih tanpa polutan sama sekali. Pencemaran udara pada suatu tingkat tertentu dapat merupakan campuran dari satu atau lebih bahan pencemar, baik berupa padatan, cairan, atau gas yang masuk terdispersi ke udara dan kemudian menyebar ke lingkungan sekitarnya. Kecepatan penyebaran ini tentu tergantung pada keadaan geografi dan metereologi setempat. Sebagian besar pencemar udara (sekitar 75%) berasal gas buangan hasil pembakaran bahan bakar fosil. Sumber polusi yang utama berasal dari kendaraan bermotor. Sumber-sumber polusi lainnya misalnya pembakaran, proses industri, pembuangan limbah dan lain-lain
Sumber pencemaran timbal (Pb) terbesar berasal dari pembakaran bensin, dimana dihasilkan berbagai komponen timbal (Pb), Timbal (Pb) dicampurkan ke dalam bensin sebagai anti letup atau anti knock aditif dengan kadar sekitar 2,4 gram/gallon. Timbal (Pb) yang digunakan untuk anti knock adalah tetraethyl timbal (C2H5)4. Fungsi penambahan timbal (Pb) adalah dimaksudkan untuk meningkatkan bilangan oktana. Timbal (Pb) adalah bahan yang dapat meracuni lingkungan dan mempunyai dampak pada seluruh sistem di dalam tubuh. Timbal (Pb) dapat masuk ke tubuh melalui inhalasi, makanan dan minuman serta absorbsi melalui kulit.
Menurut Environment Project Agency, sekitar 25% Pb tetap berada dalam mesin dan 75% lainnya akan mencemari udara sebagai asap knalpot. Emisi Pb dari gas buangan tetap akan menimbulkan pencemaran udara dimanapun kendaraan itu berada, tahapannya adalah sebagai berikut: sebanyak 10% akan mencemari lokasi dalam radius kurang dari 100 m, 5% akan mencemari lokasi dalam radius 20 Km, dan 35% lainnya terbawa atmosfer dalam jarak yang cukup jauh.
Logam Timbal (Pb) sebagai gas buang kendaraan bermotor dapat membahayakan kesehatan dan merusak lingkungan. Pb yang terhirup oleh manusia setiap hari akan diserap, disimpan dan kemudian ditampung dalam darah. Bentuk kimia Pb merupakan faktor penting yang mempengaruhi sifat-sifat Pb di dalam tubuh. Komponen Pb organik misalnya tetraethil Pb segara dapat terabsorbsi oleh tubuh melalui kulit dan membran mukosa. Pb organik diabsorbsi terutama melalui saluran pencernaan dan pernafasan dan merupakan sumber Pb utama di dalam tubuh. Tidak semua Pb yang terhisap atau tertelan ke dalam tubuh akan tertinggal di dalam tubuh. Kira-kira 5-10 % dari jumlah yang tertelan akan diabsorbsi melalui saluran pencernaan, dan kira-kira 30 % dari jumlah yang terisap melalui hidung akan diabsorbsi melalui saluran pernafasan akan tinggal di dalam tubuh karena dipengaruhi oleh ukuran partikel-partikelnya.
BAB II
PEMABAHASAN
A. Pencemaran UdaraUdara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi
dan komponen campuran gas tersebut tidak selalu konstan (Fardiaz, 1992). Udara juga merupakan atmosfer yang berada di sekeliling bumi yang fungsinya sangat penting bagi kehidupan manusia di dunia ini. Dalam udara terdapat oksigen untuk bernafas, karbondioksida untuk proses fotosintesis oleh klorofil daun dan ozon untuk menahan sinar ultraviolet.
Udara sebagai salah satu sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, merupakan kebutuhan utama bagi manusia, hewan dan tanaman dalam mempertahankan hidupnya. Oleh karena itu udara perlu dijaga kebersihannya, melalui pemantauan, pengaturan dan pembatasan pemanfaatannya sehingga tidak melampaui batas yang masih diperkenankan bagi kehidupan.
Pencemaran udara merupakan salah satu faktor penting yang perlu dipertimbangkan dalam mencapai pembangunan berwawasan lingkungan. Sesuai dengan pembangunan nasional yaitu pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia, maka studi pencemaran udara merupakan studi yang mengkaitkan udara atau atmosfer sebagai sumber daya alam dengan kepentingan manusia seperti kesehatan, keselamatan, kesejahteraan dan kenyamanan (K4). Untuk menuju K4 tersebut diatas, perlu dijaga keselarasan, keserasian, kesetimbangan dan kebulatan yang utuh dalam setiap kegiatan pembangunan.
Pencemaran udara adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam air atau udara. Pencemaran juga bisa berarti berubahnya tatanan (komposisi) air atau udara oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas air/ udara menjadi berkurang atau tidaka dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
Salah satu aktifitas manusia yang yang dapat mencemari udara adalah Penggunaan logam – logam berat dalam berbagai keperluan sehari-hari berarti telah secara langsung maupun tidak langsung, atau sengaja maupun tidak sengaja, telah mencemari lingkungan. Beberapa logam berat tersebut ternyata telah mencemari lingkungan melebihi batas yang berbahaya bagi kehidupan lingkungann. Logam – logam berat yang berbahaya dan sering mencemari lingkungan terutama adalah merkuri (Hg), timbal (Pb), arsenik (As), kadmium (Cd), Khromium (Cr) dan Nikel (Ni). Logam – logam tersebut diketahui dapat mengumpul di dalam tubuh suatu organisme, dan tetap tinggal dalam tubuh dalam jangka waktu lama sebagai racun yang terakumulasi .
Batas Baku mutu pencemaran udara indonesia
Zat Nilai Ambang Batas (ppm)
SO2 0.10
CO 20
NO 115
O3 0.10
Debu 0.26
Pb 0.06
H2S 0.03
NH3 2.0
Sumber: Baku mutu lingkungan udara ambien di Indonesia menurut Kepmen KLH 02/MENKLH/1988.
B. Pengertian Pb ( Timbal )Logam merupakan kelompok toksikan yang unik. Logam dapat ditemukan dan menetap
di alam, tetapi bentuk kimianya dapat berubah akibat pengaruh fisika kimia, biologis atau akibat aktivitas manusia. Toksisitasnya dapat berubah drastis apabila bentuk kimianya berubah. Umumnya logam bermanfaat bagi manusia karena pengggunaannya di bidang industri, pertanian atau kedokteran. Sebagian merupakan unsur penting karena dibutuhkan dalam berbagai fungsi biokimia atau faali. Dilain pihak, logam dapat berbahaya bagi kesehatan bila terdapat dalam makanan, air atau udara (Darmono,2001).
Logam-logam tertentu sangat berbahaya apabila ditemukan dalam konsentrasi yang tinggi dalam lingkungan, karena logam tersebut mempunyai sifat yang merusak jaringan tubuh mahluk hidup, diantaranya logam Pb (timbal).
Logam timbal telah dipergunakan oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu (sekitar 6400 SM) hal ini disebabkan logam timbal terdapat diberbagai belahan bumi, selain itu timbal mudah di ekstraksi dan mudah dikelola. Unsur ini telah lama diketahui dan disebutkan di kitab Exodus. Para alkemi mempercayai bahwa timbal merupakan unsur tertua dan diasosiasikan dengan planet Saturnus. Timbal alami, walau ada jarang ditemukan di bumi.
Timbal atau yang kita kenal sehari-hari dengan timah hitam dan dalam bahasa ilmiahnya dikenal dengan kata Plumbum dan logam ini disimpulkan dengan timbal (Pb). Logam ini termasuk kedalam kelompok logam-logam golongan IV–A pada tabel periodik unsur kimia. Mempunyai nomor atom (NA) 82 dengan bobot atau berat (BA) 207,2 adalah suatu logam berat berwarna kelabu kebiruan dan lunak dengan titik leleh 327°C dan titik didih 1.620°C. Pada suhu 550-600°C. Timbal (Pb) menguap dan membentuk oksigen dalam udara membentuk timbal oksida. Bentuk oksidasi yang paling umum adalah timbal (II). Walaupun bersifat lunak dan lentur, timbal (Pb) sangat rapuh dan mengkerut pada pendinginan, sulit larut dalam air dingin, air panas dan air asam. Timbal (Pb) dapat larut dalam asam nitrit, asam asetat dan asam sulfat pekat.
C. Sifat dan Karakteristik Logam Timbal (Pb)
Beberapa sumber menyebutkan bahwa plumbum (Pb) adalah logam lunak berwarna abu-abu kebiruan mengkilat, memiliki titik lebur rendah, mudah dibentuk, memiliki sifat kimia yang aktif, sehingga bisa digunakan untuk melapisi logam agar tidak timbul perkaratan. Pb dicampur dengan logam lain akan terbentuk logam campuran yang lebih bagus daripada logam murninya. Pb adalah logam lunak berwarna abu-abu kebiruan mengkilat serta mudah dimurnikan dari pertambangan. Pb meleleh pada suhu 3280C (6620F), titik didih 1.7400C (3.1640F), bentuk sulfid dan memiliki gravitasi 11,34 dengan berat atom 207,20. Timbal (Pb) termasuk ke dalam logam golongan IV-A pada tabel periodik unsur kimia, mempunyai nomor atom (NA) 82 dengan bobot atau berat atom (BA) 207,2. Timbal termasuk logam berat ”trace metals” karena mempunyai berat jenis lebih dari lima kali berat jenis air. Bentuk kimia senyawa Pb yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan akan mengendap pada jaringan tubuh, dan sisanya akan terbuang bersama bahan sisa metabolisme.
Menurut Palar (2004), logam timbal (Pb) mempunyai sifat-sifat yang khusus seperti berikut :
1. Merupakan logam yang lunak, sehingga dapat dipotong dengan menggunakan pisau atau dengan tangan dan dapat dibentuk dengan mudah.
2. Merupakan logam yang tahan terhadap peristiwa korosi atau karat, sehingga logam timbal sering digunakan sebagai bahan coating.
3. Mempunyai titik lebur rendah hanya 327,5°C.
4. Mempunyai kerapatan yang lebih besar dibandingkan dengan logam-logam, kecuali emas dan merkuri.
5. Merupakan pengantar listrik yang baik.
D. Sumber Pencemaran Timbal (Pb)1. Sumber Alami
Kadar timbal (Pb) yang secara alami dapat ditemukan dalam bebatuan sekitar 13 mg/kg. Khusus timbal (Pb) yang tercampur dengan batu fosfat dan terdapat di dalam batu pasir (sand stone) kadarnya lebih besar yaitu 100 mg/kg. Timbal (Pb) yang terdapat di tanah berkadar sekitar 5-25 mg/kg dan di air bawah tanah (ground water) berkisar antara 1-60 μg/liter. Secara alami timbal (Pb) juga ditemukan di air permukaan. Kadar timbal (Pb) pada air telaga dan air sungai adalah sebesar 1-10 μg/liter. Dalam air laut kadar timbal (Pb) lebih rendah dari dalam air tawar. Laut Bermuda yang dikatakan terbebas dari pencemaran mengandung Pb sekitar 0,07 μg/liter. Kandungan Pb dalam air danau dan sungai di USA berkisar antara 1-10 μg/liter. Secara alami Pb juga ditemukan di udara yang kadarnya berkisar antara 0,0001 - 0,001 μg/m3. Tumbuh-tumbuhan termasuk sayur-mayur dan padi-padian dapat mengandung Pb, penelitian yang dilakukan di USA kadarnya berkisar antara 0,1 -1,0 μg/kg berat kering. Logam berat Pb yang berasal dari tambang dapat berubah menjadi PbS (golena), PbCO3 (cerusite) dan PbSO4 (anglesite) dan ternyata golena merupakan sumber utama Pb yang berasal dari tambang. Logam berat Pb yang berasal dari tambang tersebut bercampur dengan Zn (seng) dengan
kontribusi 70%, kandungan Pb murni sekitar 20% dan sisanya 10% terdiri dari campuran seng dan tembaga.
2. Sumber dari Industri Industri yang perpotensi sebagai sumber pencemaran timbal (Pb) adalah semua industri
yang memakai Timbal (Pb) sebagai bahan baku maupun bahan penolong, misalnya:
a. Industri pengecoran maupun pemurnian. Industri ini menghasilkan timbal konsentrat (primary lead), maupun secondary lead yang berasal dari potongan logam (scrap).
b. Industri baterai. Industri ini banyak menggunakan logam timbal (Pb) terutama lead antimony alloy dan lead oxides sebagai bahan dasarnya.
c. Industri bahan bakar. Timbal (Pb) berupa tetra ethyl lead dan tetra methyl lead banyak dipakai sebagai anti knock pada bahan bakar, sehingga baik industri maupun bahan bakar yang dihasilkan merupakan sumber pencemaran timbal (Pb).
d. Industri kabel. Industri kabel memerlukan timbal (Pb) untuk melapisi kabel. Saat ini pemakaian timbal (Pb) di industri kabel mulai berkurang, walaupun masih digunakan campuran logam Cd, Fe, Cr, Au dan arsenik yang juga membahayakan untuk kehidupan makluk hidup.
e. Industri kimia, yang menggunakan bahan pewarna. Pada industri ini seringkali dipakai timbal (Pb) karena toksisitasnya relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan logam pigmen yang lain. Sebagai pewarna merah pada cat biasanya dipakai red lead, sedangkan untuk warna kuning dipakai lead chromate (Sudarmaji, dkk, 2006).
3. Sumber dari Transportasi Timbal, atau Tetra Etil Lead (TEL) yang banyak pada bahan bakar terutama bensin,
diketahui bisa menjadi racun yang merusak sistem pernapasan, sistem saraf, serta meracuni darah. Penggunaan timbal (Pb) dalam bahan bakar semula adalah untuk meningkatkan oktan bahan bakar. Penambahan kandungan timbal (Pb) dalam bahan bakar, dilakukan sejak sekitar tahun 1920-an oleh kalangan kilang minyak. Tetra Etil Lead (TEL), selain meningkatkan oktan, juga dipercaya berfungsi sebagai pelumas dudukan katup mobil (produksi di bawah tahun 90-an), sehingga katup terjaga dari keausan, lebih awet, dan tahan lama. Penggunaan timbal (Pb) dalam bensin lebih disebabkan oleh keyakinan bahwa tingkat sensitivitas timbal (Pb) tinggi dalam menaikkan angka oktan. Setiap 0,1 gram timbal (Pb) perliter bensin, menurut ahli tersebut mampu menaikkan angka oktan 1,5 sampai 2 satuan. Selain itu, harga timbal (Pb) relatif murah untuk meningkatkan satu oktan dibandingkan dengan senyawa lainnya (Santi, 2001).
Hasil pembakaran dari bahan tambahan (aditive) timbal (Pb) pada bahan bakar kendaraan bermotor menghasilkan emisi timbal (Pb) in organik. Logam berat timbal (Pb) yang bercampur dengan bahan bakar tersebut akan bercampur dengan oli dan melalui proses di dalam mesin maka logam berat timbal (Pb) akan keluar dari knalpot bersama dengan gas buang lainnya (Sudarmaji, dkk, 2006).
E. Timbal (Pb) di Lingkungan Sebagai sumber timbal (Pb) di lingkungan hidup kita adalah (Mukono, 2002):
1. Udara
Timbal (Pb) di udara dapat berbentuk gas dan partikel. Dalam keadaan alamiah menurut studi patterson (1965), kadar timah hitam di udara sebesar 0,0006 mikrogram/m3, sedangkan di daerah tanpa penghuni dipegununan California (USA), menunjukkan kadar timah hitam (Pb) sebesar 0,008 mikrogram/m3. Baku mutu di udara adalah 0,025 – 0,04 gr/Nm3.
2. Air Analisis air bawah tanah menunjukkan kadar timah hitam (Pb) sebesar antara 1–60 mikrogram/liter, sedangkan analisis air permukaan terutama pada sungai dan danau menunjukkan angka antara 1–10 mikrogram/liter. Kadar timah hitam pada air laut kadarnya lebih rendah dari yang terdapat di air tawar. Di pantai Californa (USA) kadar timah hitam (Pb) menunjukkan kadar antara 0,08 – 0,04 mikrogram/liter. Timbal (Pb) yang larut dalam air adalah Timbal asetat (Pb(C2H3O2)2), timbal klorat Pb(CLO3)2, timbal nitrat Pb (NO3)2, timbal stearat Pb (C18H35O2)2. Baku mutu (WHO) timbal (Pb) dalam air 0,1 mg/liter dan KLH No 02 tahun 1988 yaitu 0,05 – 1 mg/liter.
3. Tanah Rata-rata timbal (Pb) yang terdapat dipermukaan tanah adalah sebesar 5–25 mg/kg.
4. Batuan Bumi kita mengandung timbal (Pb) sekitar 13 mg/kg. Menurut study Weaepohl (1961), dinyatakan bahwa kadar timbal (Pb) pada batuan sekitar 10 – 20 mg/kg.
5. Tumbuhan Secara alamiah tumbuhan dapat mengandung timbal (Pb). Menurut Warren dan Delavault (1962), Kadar timbal (Pb) pada dedaunan adalah 2,5 mg/kg berat daun kering.
6. Makanan Kadar timbal (Pb) pada makanan dapat bertambah dalam proses procecing, kandungan timbal (Pb) yang tinggi ditemukan pada beras, gandum, kentang dan lain-lain. Asupan yang diizinkan yaitu 50 mikrogram/kg BB (dewasa) dan 25 mikrogram/kg BB (anak-anak).
F. Perjalanan Timbal (Pb) Mencemari LingkunganMeningkatnya konsentrasi Pb di udara dapat berasal dari hasil pembakaran bahan bakar
bensin dalam berbagai senyawa Pb terutama PbBrCl dan PbBrCl.2PbO. Senyawa Pb halogen terbentuk selama pembakaran bensin, karena dalam bensin yang sering ditambahkan cairan anti letupan (anti ketok) yang terdiri dari 62% TEL, 18% etildiklorida dan 2% bahan-bahan lainnya. Senyawa yang berperan sebagai zat anti ketok adalah timbal oksida.
Timbal oksida ini terdapat dakam partikel-partikel yang tersebar dala ruang bakar bensin . Senyawa Pb sukar larut dalam air tetapi mudah larut dalam minyak atau lemak (Fardiaz, 1992). Tujuan penambahan bahan tersebut untuk mendapatkan tingkat oktan yang lebih tinggi, agar pemakaian bahan bakar bensin lebih ekonomis. Pada proses pembakaran mesin, senyawa ini dilepaskan dalam bentuk partikel melalui asap gas buang kendaraan bermotor ke udara, dimana sebagian besar mengandung partikel Pb berdiameter dibawah 1 mikron. Besarnya ukuran partikel tersebut merupakan batas ukuran partikel yang dapat diserap melalui pernafasan.
Pada proses pembakaran mesin yang menggunakan bahan bakar bensin, dihasilkan gugus radikal bebas yang dapat menyebabkan letupan pada mesin, sehingga mengakibatkan menurunnya efisiensi mesin. Untuk mengatasi hal tersebut ditambahkan bahan berupa TEL
atau TML. Tujuannya adalah untuk mengikat radikal bebas yang terbentuk selama proses pembakaran.
Bahan tersebut akan bereaksi dengan gugus radikal bebas, dan menghalangi terjadinya reaksi pembentukan PbO. Pb dalam bensin akan bereaksi dengan oksigen dan bahan-bahan pengikat, selanjutnya dikeluarkan melalui system pembuangan dalam bentuk partikel. Partikel yang mengandung Pb akan diemisikan ke dalam lingkungan, sehingga menyebabkan terjadinya pencemaran udara oleh Pb (Kumar, De, 1979).
Melalui buangan mesin kendaraan tersebut unsur Pb terlepas ke udara. Sebagian di antaranya akan membentuk partikulat di udara bebas dengan unsur–unsur lain, sedangkan sebagian lainnya akan menempel dan diserap oleh daun tumbuh – tumbuhan yang ada di sepanjang jalan.
Timbal yang terdapat dalam makanan yang diduga berasal dari pencemaran udara dilakukan penelitian beberapa sampel makanan yang diambil dari pasar di suatu kota. Kadar Pb dalam Beracun Berbahaya (B3) yang di dalamnya terdapat logam – logam berat, salah satunya adalah Pb. Akumulasi logam dalam tanaman tidak hanya tergantung pada kandungan logam dalam tanah, tetapi juga tergantung pada unsur kimia tanah, jenis logam, pH tanah, dan spesies tanaman (Darmono dalam Charlena, 2004).
Timbal sebagian besar diakumulasi oleh organ tanaman, yaitu daun, batang, akar, dan akar umbi-umbian (bawang merah). Akumulasi tertinggi Pb dalam akar dibuktikan oleh Kohar (2005) melalui studi kandungan Pb dalam tanaman kangkung. Pada tanaman kangkung yang berumur 6 minggu, Pb terdapat dalam akar sebanyak 3.36 mg/kg sampel dan di bagian lain dari tanaman terdapat kandungan Pb sebesar 2.09 mg/kg sampel. Sedangkan pada tanaman kangkung yang berumur 3 minggu, kandungan Pb nya dalam akar adalah 1.86 mg/kg sampel dalam bagian lain dari tanaman sebesar 1.13 mg/kg. Hasil ini menunjukkan bahwa pajanan Pb pada tanaman kangkung lebih banyak terdapat pada bagian akar. Selain itu, kandungan Pb dalam tanaman kangkung yang berumur 3 minggu baik di akar maupun di bagian lain tidak melebihi ambang batas yang ditetapkan 2 mg/kg, sehingga dianjurkan untuk memanen kangkung pada umur tidak lebih dari 3 minggu.
Perpindahan Pb dari tanah ke tanaman tergantung komposisi dan pH tanah, serta KTK (Kemampuan Tukar Kation). Tanaman dapat menyerap logam Pb pada saat kondisi kesuburan tanah, kandungan bahan organik, serta KTK tanah rendah. Pada Keadaan ini logam berat Pb akan terlepas dari ikatan tanah dan berupa ion yang bergerak bebas pada larutan tanah. Jika logam lain tidak mampu menghambat keberadaannya, maka akan terjadi serapan Pb oleh akar tanaman. Menurut Supardi dalam Charlena (2004), timbal tidak akan larut ke dalam tanah jika tanah tidak terlalu masam. Tingginya tingkat keasaman dapat diatasi dengan pengapuran. Pengapuran tanah mengurangi ketersediaan timbal dan penyerapannya oleh tanaman. Timbal akan diendapkan sebagai hidroksida, fosfat dan karbonat. Ion-ion Ca2+ bersaing dengan timbal untuk menempati tempat - tempat petukaran pada akar dan permukaan tanah.
Pencemaran tanah oleh timbal selain disebabkan oleh limbah B3 dapat pula disebabkan dari air yang tercemar Pb, kemudian terserap oleh tanah dan hendaknya tidak melampaui konsentrasi alami Pb dalam sedimen yaitu 10 – 70 ppm.
G. Metabolisme Timbal1. Absorbsi
Pajanan timbal (Pb) dapat berasal dari makanan, minuman, udara, lingkungan umum, dan lingkungan kerja yang tercemar timbal (Pb). Pajanan non okupasional biasanya melalui tertelannya makanan dan minuman yang tercemar timbal (Pb). Pajanan okupasional melalui saluran pernapasan dan saluran pencernaan terutama oleh timbal (Pb) karbonat dan timbal (Pb) sulfat. Masukan timbal (Pb) 100 hingga 350 mikrogram/hari dan 20 mikrogram/hari diabsorbsi melalui inhalasi uap timbal (Pb) dan partikel dari udara lingkungan kota yang polutif (DeRoos, 1997 dalam Ardyanto, 2005.). Timah hitam dan senyawanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan dan saluran pencernaan, sedangkan absorbsi melalui kulit sangat kecil sehingga dapat diabaikan. Bahaya yang ditimbulkan oleh timbal (Pb) tergantung oleh ukuran partikelnya. Partikel yang lebih kecil dari 10 mikrogram dapat tertahan di paruparu, sedangkan partikel yang lebih besar mengendap di saluran nafas bagian atas. Absorbsi timbal (Pb) melalui saluran pernafasan dipengaruhi oleh tiga proses yaitu deposisi, pembersihan mukosiliar, dan pembersihan alveolar. Deposisi terjadi di nasofaring, saluran trakeobronkhial, dan alveolus. Deposisi tergantung pada ukuran partikel timbal (Pb) volume pernafasan dan daya larut. Partikel yang lebih besar banyak di deposit pada saluran pernafasan bagian atas dibanding partikel yang lebih kecil (DeRoos 1997, dan OSHA, 2005 dalam Ardyanto, D, 2005.). Pembersihan mukosiliar membawa partikel di saluran pernafasan bagian atas ke nasofaring kemudian di telan. Rata-rata 10–30% Pb yang terinhalasi diabsorbsi melalui paru-paru, dan sekitar 5-10% dari yang tertelan diabsorbsi melalui saluran cerna (Palar, 1994). Fungsi pembersihan alveolar adalah membawa partikel ke ekskalator mukosiliar, menembus lapisan jaringan paru kemudian menuju kelenjar limfe dan aliran darah. Sebanyak 30-40% timbal (Pb) yang di absorbsi melalui saluran pernapasan akan masuk ke aliran darah. Masuknya timbal (Pb) ke aliran darah tergantung pada ukuran partikel daya larut, volume pernafasan dan variasi faal antar individu (Palar, 1994).
2. Distribusi dan penyimpanan Timah hitam yang diabsorsi diangkut oleh darah ke organ-organ tubuh sebanyak 95% timbal (Pb) dalam darah diikat oleh eritrosit. Sebagian timbal (Pb) plasma dalam bentuk yang dapat berdifusi dan diperkirakan dalam keseimbangan dengan pool timbal (Pb) tubuh lainnya dibagi menjadi dua yaitu ke jaringan lunak (sumsum tulang, sistim saraf, ginjal, hati) dan ke jaringan keras (tulang, kuku, rambut, gigi) (Palar, 1994). Gigi dan tulang panjang mengandung timbal (Pb) yang lebih banyak dibandingkan tulang lainnya. Pada gusi dapat terlihat lead line yaitu pigmen berwarna abu abu pada perbatasan antara gigi dan gusi (Goldstein & Kipen, 1994 dalam Ardyanto, 2005.). Hal itu merupakan ciri khas keracunan timbal (Pb). Pada jaringan lunak sebagian timbal (Pb) disimpan dalam aorta, hati, ginjal, otak, dan kulit. Timah hitam yang ada dijaringan lunak bersifat toksik.
3. Ekskresi Ekskresi timbal (Pb) melalui beberapa cara, yang terpenting adalah melalui ginjal dan saluran cerna. Ekskresi timbal (Pb) melalui urine sebanyak 75–80%, melalui feces 15% dan lainnya
melalui empedu, keringat, rambut, dan kuku (Palar,1994). Ekskresi timbal (Pb) melalui saluran cerna dipengaruhi oleh saluran aktif dan pasif kelenjar saliva, pankreas dan kelenjar lainnya di dinding usus, regenerasi sel epitel, dan ekskresi empedu. Sedangkan Proses eksresi timbal (Pb) melalui ginjal adalah melalui filtrasiglomerulus.
H. Efek Timbal (Pb) Terhadap Kesehatan Paparan bahan tercemar timbal (Pb) dapat menyebabkan gangguan sebagai berikut :
1. Gangguan NeurologiGangguan neurologi (susunan syaraf) akibat tercemar oleh timbal (Pb) dapat berupa encephalopathy, ataxia, stupor dan coma. Pada anak-anak dapat menimbulkan kejang tubuh dan neuropathy perifer.
2. Gangguan terhadap fungsi ginjal. Logam berat timbal (Pb) dapat menyebabkan tidak berfungsinya tubulus renal, nephropati irreversible, sclerosis vaskuler, sel tubulus atropi, fibrosis dan sclerosis glumerolus. Akibatnya dapat menimbulkan aminoaciduria dan glukosuria, dan jika paparannya terus berlanjut dapat terjadi nefritis kronis.
3. Gangguan terhadap sistem reproduksi. Logam berat timbal (Pb) dapat menyebabkan gangguan pada sistem reproduksi berupa keguguran, kesakitan dan kematian janin. Logam berat timbal (Pb) mempunyai efek racun terhadap gamet dan dapat menyebabkan cacat kromosom. Anak -anak sangat peka terhadap paparan timbal (Pb) di udara. Paparan timbal (Pb) dengan kadar yang rendah yang berlangsung cukup lama dapat menurunkan IQ.
4. Gangguan terhadap sistem hemopoitik. Keracunan timbal (Pb) dapat dapat menyebabkan terjadinya anemia akibat penurunan sintesis globin walaupun tak tampak adanya penurunan kadar zat besi dalam serum. Anemia ringan yang terjadi disertai dengan sedikit peningkatan kadar ALA (Amino Levulinic Acid) urine. Pada anak–anak juga terjadi peningkatan ALA dalam darah. Efek dominan dari keracunan timbal (Pb) pada sistem hemopoitik adalah peningkatan ekskresi ALA dan CP (Coproporphyrine). Dapat dikatakan bahwa gejala anemia merupakan gejala dini dari keracunan timbal (Pb) pada manusia. Dibandingkan dengan orang dewasa, anak -anak lebih sensitif terhadap terjadinya anemia akibat paparan timbal (Pb). Terdapat korelasi negatif yang signifikan antara Hb dan kadar timbal (Pb) di dalam darah.
5. Gangguan terhadap sistem syaraf. Efek pencemaran timbal (Pb) terhadap kerja otak lebih sensitif pada anak-anak dibandingkan pada orang dewas. Gambaran klinis yang timbul adalah rasa malas, gampang tersinggung, sakit kepala, tremor, halusinasi, gampang lupa, sukar konsentrasi dan menurunnya kecerdasan pada anak dengan kadar timbal (Pb) darah sebesar 40-80 μg/100 ml dapat timbul gejala gangguan hematologis, namun belum tampak adanya gejala lead encephalopathy. Gejala yang timbul pada lead encephalopathy antara lain adalah rasa cangung, mudah tersinggung, dan penurunan pembentukan konsep. Apabila pada masa bayi sudah mulai terpapar oleh timbal (Pb), maka pengaruhnya pada profil psikologis dan penampilan pendidikannya akan tampak pada umur sekitar 5-15 tahun. Akan timbul gejala tidak spesifik berupa hiperaktifitas atau gangguan psikologis jika terpapar timbal (Pb) pada anak berusia 21 bulan sampai 18 tahun (Sudarmaji, dkk, 2006).
I. Upaya – upaya penanggulangan pencemaran oleh Pb
Lebih baukmencegahdaripadamengobatimerupakansuatu motto yang tetapdiakuihinggasaatini.Untukitu, sebelumterjadikasus yang lebih parah perlu dilakukan tindakan-tindakan pencegahan.
Menurut Umar Fahmi Achmad menyatakan pengendalian Pb yang merupakan sebagian dari gas buang kendaran bermotor cukup sulit, karena cukup banyak variable yang mempengaruhinya diantaranya cara mengemudi, ketaatanperawatan, kemacetan, banyaknyakendaraanpribadi, dll. Untuk itu perlu dilakukan bebera papendekatan ,antara lain :
1. PendekatanTeknis
Timah hitam yang keluar dari knalpot berbentuk partikel yang sangat halus, adanya polutan timbal (Pb) karena dalam bensin diberikan bahan tambah berupa Pb (C2H5)4 yaitu Tetra EthilLead (TEL) sebagai upaya untuk meningkatkan angka oktan. Partikel Pb dapat mencemari tanaman pangan, dan bila hasil tanaman tersebut dikonsumsi manusia maka dapat menyebabkan keracunan.
Untuk menghilangkan polutan Pb dapat dilakukan secara teknik, yaitu dengan mengendalikan bahan bakar yang akan digunakan oleh kendaraan bermotor. Hal ini dapat dilakukan dengan menggantikan TEL dengan anti knocking yang lain yang tidak mengandung Pb. Mencari bahan alternatif juga merupakan solusi yang banyak ditawarkan. Bahan bakar tersebut dapat berupa bahan bakar gas (BBG).
Mobil listrik merupakan solusi program langit biru yang paling tepat karena tidak menggunakan motor bakar sebagai tenaga penggerak, melainkan motor listrik sehingga emisinya nol. Pada saat ini mobil listrik bukan Propotipe lagi melainkan sudah diproduksi secara massal dan dijual pada pasar mobil.
2. Pendekatan planatologi, administrasi dan hukum
Pemerintah mempunyai posisi yang paling srategis dalam upaya pengendalian pencemaran Pb ini. Pemerintah dapat menyusun tata kota dan rambu lalu lintas yang memungkinkan kendaraan dapat berjalan lancar, dapat mengontrol kadar Pb dan mengenakan sanksi atas pengendara yang melanggar. Menurut hasil uji emisi kendaraan bermotor akhir juni 1996 di Jakarta selama 6 hari, sebanyak 60% kendaraan brmotor telah melampaui baku mutu emisi.
Hukum sebagai salah satu sarana dalam upaya untuk mencegah dan menanggulangi akibat dari emisi gas kendaraan bermotor karena di undang-undang telah disebutkan syarat – syarat kendaraan bermotor.
3. Pendekatan Edukasi
Upaya mengurangi Pb dalam udara bukan hanya tugas pemerintah saja, melainkan tanggung jawab seluruh rakyat. Untuk itu dapat dilakukan dngan cara :
a. Memberikan informasi secara intensif kepada masyarakat tentang dampak Pb pada kesehatan dan lingkungan ,serta bagaimana cara mengatasinya. Dengan mengetahui dampak tersebut diharapkan timbul kesadaran masyarakat untuk melakukan upaya mengatasinya.
b. Melakukan pendidikan pelatihan pada orang-orang yang potensial menjadi penyebab meningkatnya pencemaran Pb , seperti pengemudi ,pemilik kendaraan bermotor, mekanik/teknisi yang melakukan perawatan kendaraan
J. Tanaman Penyerap Partikel Timbal (Pb) Untuk meningkatkan bilangan oktan pada bensin dan mengurangi letupan di dalam
mesin kendaraan bermotor, maka ke dalam bensin ditambahkan TEL (tetra ethyl lead), yang jumlahnya berbeda-beda untuk setiap negara. Penggunaan TEL dalam bensin ternyata menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Gas buang dari kendaraan bermotor merupakan sumber utama timbal (Pb) di lingkungan (Sahwan, 1991). Umasda 1989 dalam Soemarno mengklasifikasikan kemampuan jenis pohon dalam menyerap partikel timbal (Pb) dari udara sbb:
1. Jenis pohon dengan kemampuan menyerap sangat baik: jambu batu, ketapang, dan bungur. 2. Jenis pohon dengan kemampuan menyerap sedang: mahoni, mangga, cemara gunung,
angsana. 3. Jenis pohon dengan kemampuan menyerap rendah: daun kupu-kupu, kersen, kenangakere
payung, karet munding, kenari, akasia, dadap.
ANALISIS RISIKO KADAR TIMBAL (Pb) DALAM AIR SUMUR TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT DI KELURAHAN KETEGUHAN KECAMATAN TELUK BETUNG BARAT KOTA BANDAR LAMPUNG
ABSTRAK
ANALISIS RISIKO KADAR TIMBAL (Pb) DALAM AIR SUMUR TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT DI KELURAHAN KETEGUHAN KECAMATAN
TELUK BETUNG BARATKOTA BANDAR LAMPUNG
OlehAndri Budianto
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya, yang fungsinya tidak akan digantikan oleh senyawa lainnya. Akibat kepadatan penduduk, banyak masyarakat yang membuang sampah, kotoran maupun limbah ke sungai, hal ini dapat menyababkan semakin memburuknya kualitas air. Dampak yang dapat ditimbulkan yaitu terjadinya pencemaran lingkungan khususnya logam Timbal (Pb) yang terdapat di dalam
air. Masyarakat Kelurahan Keteguhan mengkonsumsi air minum yang berasal dari air sumur yang digunakan sebagai kebutuhan baku air minum.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya cemaran logam timbal di dalam air yang dikonsumsi masyarakat, dan mengetahui besarnya risiko kesehatan masyarakat akibat cemaran logam timbal di dalam air yang dikonsumsi oleh masyarakat Kelurahan Keteguhan Kecamatan teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung.
Penelitian ini bersifat diskriftif analitik. Sampel yang digunakan adalah air sumur yang dikonsumsi masyarakat yang berjumlah 20 sampel. Pemeriksaan sampel dilakukan dengan menggunakan alat AAS (Atomatic Absorption Spektrofotometer), dan untuk mengetahui besaran risiko sampel yang diambil berjumlah 271 responden dengan menggunakan cara kuisoner.
Hasil didapat kadar logam timbal dalam air rata-rata 0,2753 mg/L, kadar tertinggi logam timbal dalam air 0,4691 mg/L, kadar terendah logam timbal dalam air 0,1975 mg/L yang tidak memenuhi persyaratan Permenkes No.416/ Menkes/ Per/ IX/ 1990 yaitu 0,05 mg/L. Hasil analisis risiko didapat 87,8% masyarakat di Kelurahan Keteguhan berisiko mengalami gangguan kesehatan akibat logam timbal dan sisanya 12,2% belum berisiko.
Kata kunci : Analisis Risiko, Timbal (Pb), Air sumur.
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup
lainnya, yang fungsinya tidak akan digantikan oleh senyawa lainnya. Dalam jaringan hidup, air
merupakan medium untuk berbagai reaksi dan proses ekskresi. Air merupakan komponen utama,
baik dalam tanaman maupun hewan termasuk manusia. Tubuh manusia terdiri dari 60 – 70 % air
(Rukaesih, 2004). Air dipergunakan oleh manusia untuk berbagai kebutuhan, kebutuhan air yang
paling utama bagi manusia adalah untuk air bersih dan air baku untuk diolah sebagai air minum.
Air tanah merupakan sumber air yang digunakan untuk kebutuhan air bersih dan air baku yang
diolah sebagai air minum.
Kualitas air dapat dipengaruhi karena kepadatan penduduk, limbah industri, tata ruang yang
salah dan tingginya eksploitasi sumber daya air. Selain itu, banyak orang yang membuang
sampah, kotoran maupun limbah ke sungai. Bahkan, ada cara lain membuang limbah berbahaya
dengan menanam di kedalaman beberapa meter. Hal inilah yang menyebabkan semakin
memburuknya kualitas air. Salah satu hasil penelitian yang dilakukan oleh Athena (1996)
menunjukkan 41.5 % sampel air di Jakarta mengandung Merkuri (Hg) berlebih, 25.4 % sampel
air
di Bogor mengandung Kadmium (Cd) berlebih, dan 41.1 % sampel air di Bogor mengandung
Timbal (Pb) berlebih. Kandungan logam berat pada air minum di Bogor dan Jakarta lebih tinggi
dibandingkan Bekasi dan Tangerang. Indikator yang digunakan untuk mendeteksi pencemaran
air adalah cemaran logam berat didalamnya. Disebut logam berat berbahaya karena umumnya
memiliki rapat massa tinggi (5 gr/cm3) dan sejumlah konsentrasi kecil dapat bersifat racun dan
berbahaya. Di antara semua unsur logam berat, Hg menduduki urutan pertama dalam hal sifat
racunnya, kemudian diikuti oleh logam berat antara lain Cd, Ag, Ni, Pb, As, Cr, Sn, dan Zn
(andiinfo bogor2008).
Pencemaran merupakan masalah yang sudah sangat populer bagi masyarakat dan perlu
mendapatkan penanganan oleh semua kalangan masyarakat untuk mengatasinya. Pencemaran
terjadi bila ketidakseimbangan struktur dan daur materi dalam lingkungan mengalami perubahan.
Ketidakseimbangan struktur dan daur materi terjadi karena proses alam atau juga karena
kebutuhan manusia. Banyak kegiatan atau perbuatan manusia untuk memenuhi kebutuhan
biologis dan kebutuhan teknologi, sehingga menimbulkan pencemaran lingkungan. Pencemaran
lingkungan adalah peristiwa penyebaran bahan kimia dengan kadar tertentu yang dapat merubah
keadaan keseimbangan pada daur materi, baik keadaan struktur maupun fungsinya, sehingga
menggangu kesejahteraan manusia (Wasilah,1986).
Salah satu dari pencemaran lingkungan yaitu pencemaran air. Menurut Surat Keputusan Menteri
Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No : KEP-02/MENKLH/I/1988, pencemaran air
adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain di dalam air
oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air menurun sampai ketingkat tertentu yang
menyebabkan tidak lagi berfungsi sesuai dengan peruntukannya.
Sampah merupakan salah satu penyebab dari terjadinya pencemaran air. Sampah yang
mengandung bahan kimia mempunyai pola perjalanan tertentu untuk dapat mempengaruhi
kesehatan manusia. Secara garis besar sampah yang mengandung bahan kimia tersebut akan
mempengaruhi kesehatan manusia, dengan jalan masuk melalui Air minum, Kontak melalui
media Makanan, Udara, dan Kontak langsung (proyek pengembangan pendidikan tenaga sanitasi
pusat, 1987).
Di Kelurahan Keteguhan Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung merupakan
daerah yang berdekatan dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) tempat pembuangan
sampah akhir (TPA) Bakung Kota Bandar Lampung. Bardasarkan hasil survey, instalasi
pengolahan air limbah tersebut hanya sebagai penampung resapan air yang berasal dari sampah-
sampah TPA Bakung. Ketika volume limbah melebihi kapasitas bak air limbah, air limbah akan
keluar melalui pipa dan akan mengalir ke irigasi. Kelurahan tersebut dilalui oleh aliran air
limbah yang akan bermuara ke laut, air limbah yang mengalir berwarna hitam pekat. Hal ini akan
memberikan dampak negatif bagi air sumur yaitu terjadinya pencemaran air. Air limbah yang
menyebabkan pencemaran air tersebut mengandung senyawa kimia, senyawa kimia tersebut
diantaranya adalah senyawa organik dan senyawa anorganik. Salah satu yang termasuk dalam
senyawa anorganik adalah logam berat. Logam berat merupakan hal yang sering ditemukan
dalam kandungan air limbah sampah. Air limbah yang mengandung logam berat dapat menjadi
penyebab pencemaran air. Logam berat yang dapat menjadi penyebab pencemaran air salah
satunya adalah logam timbal (Pb). Air sumur yang tercemar logam timbal (Pb) dapat
menimbulkan adanya risiko bagi kesehatan apabila dikonsumsi. Daya racun timbal yang akut
pada perairan alami menyebabkan hambatan perkembangan mental pada anak, kerusakan pada
ginjal, sistem reproduksi, hati, dan otak, serta sistem syaraf pusat, dan bisa menyebabkan
kematian (Rukaesih, 2004).
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Pemerintah Kota Bandar Lampung di
dalam draf laporan akhir kajian teknis pengolahan TPA Bakung Kota Bandar Lampung pada
tahun 2005 menyatakan bahwa air sumur penduduk terdapat kandungan zat organik dan zat
anorganik berada diatas baku mutu air menurut Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001.
Standar maksimum kadar timbal (Pb) dalam air bersih dan air minum berdasarkan Permenkes
No. 416/ Menkes/ Per/ IX/ 1990 adalah 0,05 mg/L atau 0,05 ppm.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti ingin mengetahui apakah kadar logam berat
Timbal (Pb) yang terkandung di dalam air sumur yang digunakan untuk kebutuhan air bersih dan
air minum oleh masyarakat di daerah tersebut masih dalam batas aman untuk air bersih dan air
minum berdasarkan persyaratan Permenkes No.416/ Menkes/ Per/ IX/ 1990, serta konsentrasi
timbal (Pb) tersebut apakah berisiko jika dikonsumsi oleh manusia secara terus menerus.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian sebagai
berikut :
1. Apakah terdapat cemaran logam Timbal (Pb) didalam air sumur masyarakat di Kelurahan
Keteguhan Kecamatan Teluk Betung Kota Barat Bandar Lampung?
2. Apakah kadar Timbal (Pb) yang terdapat didalam air sumur masyarakat di Kelurahan
Keteguhan Kecamatan Teluk Betung Kota Barat Bandar Lampung memenuhi persyaratan
Permenkes No.416/ Menkes/ Per/ IX/ 1990 yaitu 0,05 mg/L atau 0,05 ppm yang diperuntukkan
bagi air bersih dan air minum?
3. Berapa besar risiko kesehatan masyarakat akibat logam Timbal (Pb) yang terdapat didalam air
sumur pada masyarakat Keteguhan Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian antara lain yaitu :
1. Untuk mengetahui adanya cemaran logam Timbal (Pb) di dalam air sumur yang digunakan pada
masyarakat di Kelurahan Keteguhan Kecamatan Teluk
Betung Barat Kota Bandar Lampung.
2. Untuk mengetahui kadar Timbal (Pb) yang terdapat di dalam air sumur masyarakat di Kelurahan
Keteguhan Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung memenuhi persyaratan
Permenkes No.416/ Menkes/ Per/ IX/ 1990 yaitu 0,05 mg/L atau 0,05 ppm yang diperuntukkan
bagi air bersih dan air minum.
3. Untuk mengetahui besar risiko kesehatan masyarakat akibat logam Timbal (Pb) yang terdapat
didalam air sumur bagi kesehatan masyarakat di Kelurahan Keteguhan Kecamatan Teluk Betung
Barat Kota Bandar Lampung.
D. Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi tentang bahaya dari logam Timbal (Pb) yang terkandung dalam air sumur
kepada masyarakat di Kelurahan Keteguhan Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar
Lampung.
2. Menambah pengetahuan penulis dan pembaca tentang bahaya logam Timbal (Pb) yang terdapat
dalam air.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dibatasi pada bidang kimia air dalam kajian studi analisis risiko kesehatan
lingkungan yaitu pemeriksaan kadar Timbal (Pb) dalam air sumur masyarakat di Kelurahan
Keteguhan Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Penelitian
1. Air
Air merupakan meterial yang paling berlimpah di bumi ini, menutupi sekitar 71% dari muka
bumi. Air memiliki sifat-sifat yang penting untuk adanya kehidupan. Setiap sifat fisik air dan
kimianya khusus diciptakan untuk kehidupan (Sujadi, 2008).
Beberapa sifat penting dari air, diantaranya yaitu :
a. Pelarut yang sangat baik.
b. Panas penguapan lebih tinggi dari material lainnya.
c. Tegangan permukaan yang tinggi dari pada cairan yang lainnya
Dalam jaringan hidup, air merupakan medium untuk berbagai reaksi dan proses ekskresi.
Transportasi zat-zat makanan dalam tubuh semuanya dalam bentuk larutan dengan pelarut air
(Rukaesih, 2004).
2. Pencemaran Lingkungan
Pencemaran menurut UU No. 4 tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengolahan
Lingkungan Hidup adalah masuknya atau dimasukannya makhluk hidup, zat, energi atau
komponen yang lain kedalam lingkungan dan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan
manusia atau oleh proses alam,
sehingga kualitas lingkungan turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan
menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (Depkes RI, 1990).
Suatu lingkungan dikatakan tercemar apabila telah terjadi perubahan-perubahan dalam tatanan
lingkungan itu sehingga tidak sama lagi dengan bentuk asalnya, sebagai akibat dari masuknya
dan atau dimasukkannya suatu zat atau benda asing kedalam tatanan lingkungan itu. Perubahan
yang terjadi sebagai akibat dari kemasukkannya benda asing itu, memberikan dampak buruk
terhadap organisme yang sudah ada dan hidup dengan baik dalam tatanan lingkungan tersebut.
Sehingga lingkungan tersebut telah tercemar dalam tingkatan yang tinggi, dapat membunuh dan
bahkan menghapuskan satu atau lebih jenis organisme yang tadinya hidup normal dalam tatanan
lingkungan itu. Jadi pencemaran lingkungan merupakan suatu perubahan dalam suatu tatanan
lingkungan asli menjadi suatu tatanan baru yang lebih buruk dari tatanan aslinya. Beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi pencemaran suatu tatanan lingkungan hidup disebabkan oleh
banyak hal, namun yang paling utama dari semakin banyak penyebab tercemarnya suatu tatanan
lingkungan adalah limbah (Palar, 1994).
Sumber-sumber pencemaran yang paling umum adalah limbah pemukiman, limbah pertanian,
dan limbah industri.
a. Limbah Pertanian
Dalam kegiatan pertanian, penggunaan pupuk buatan, zat kimia pemberantas hama (pestisida),
pemberantas tumbuhan pengganggu (herbisida), pemberantas cendawan /fungi (fungisida),
pemberantas serangga (insektisida) dapat mencemari air ketika zat-zat kimia larut dalam
air. Pencemaran air oleh pupuk buatan dapat meracuni organisme air, seperti plankton, ikan,
hewan lainnya yang meminum air tersebut.
Residu pestisida seperti DDT, Endrin, Lindane, dan Endosulfan yang terakumulasi dalam tubuh
ikan dan biota lainnya dapat terbawa dalam rantai makanan ke tingkat trofil yang lebih tinggi,
yaitu manusia. Selain itu, masuknya pupuk pertanian, sampah, dan kotoran ke bendungan, danau,
serta laut dapat menyebabkan meningkatnya zat-zat hara di dalam air. Peningkatan tersebut
mengakibatkan pertumbuhan ganggang atau enceng gondok menjadi pesat (blooming algae).
Pertumbuhan ganggang atau enceng gondok yang cepat dan kemudian mati membutuhkan
banyak oksigen untuk menguraikannya. Akibatnya, oksigen dalam air menjadi berkurang dan
mendorong terjadinya kehidupan organisme anaerob. Peristiwa ini disebut sebagai eutrofikasi.
b. Limbah Permukiman
Menurut bahannya limbah permukiman dikelompokkan menjadi limbah organik dan limbah
anorganik. Limbah organik merupakan limbah yang berasal dari barang yang mengandung
bahan-bahan organik, seperti sisa-sisa sayuran, sisa-sisa makanan, tinja manusia, potongan-
potongan ranting tanaman, rumput pada waktu pembersihan kebun dan sebagainya.
Limbah anorganik merupakan limbah yang berasal dari barang yang mengandung bahan
anorganik. Limbah anorganik yang berasal dari aktivitas rumah tangga antara lain dari kegiatan
mencuci (sabun dan deterjen), bahan-bahan bekas pengemas makanan dan minuman (kantung
plastic, kaca, kertas, dan pakaian). Berdasarkan kemampuan diurai oleh alam (biodegradability),
limbah rumah tangga dapat dibagi lagi menjadi :
1. Biodegradable: yaitu limbah yang dapat diuraikan secara sempurna oleh proses biologi baik
aerob atau anaerob, seperti: sisa-sisa sayuran, sisa-sisa makanan, tinja manusia, potongan-
potongan ranting tanaman, rumput pada waktu pembersihan kebun.
2. Non-biodegradable: yaitu limbah yang tidak bisa diuraikan oleh proses biologi. Dapat dibagi
lagi menjadi:
Recyclable: yaitu limbah yang dapat diolah dan digunakan kembali karena memiliki nilai secara
ekonomi seperti plastik, kertas, pakaian dan lain-lain.
Non-recyclable: yaitu limbah yang tidak memiliki nilai ekonomi dan tidak dapat diolah atau
diubah kembali seperti tetra packs, carbon paper, thermo coal dan lain-lain.
Di daerah pemukiman padat penduduk seperti di kota-kota besar menghasilkan limbah yang
sangat banyak. Limbah-limbah tersebut apabila dibuang ke sungai akan menimbulkan
pencemaran air. Di perkotaan banyak kita temukan saluran-saluran air dan sungai dengan tingkat
pencemaran tinggi, airnya berwarna kehitaman dan mengeluarkan bau yang menyengat. Hal itu
terjadi karena bahan organik yang menunmpuk mengalami penguraian dan pembusukan. Selain
itu, sabun, deterjen, dan sisa aktivitas rumah tangga lainnya larut yang dibuang ke selokan larut
dengan air. Tingkat pencemaran air yang tinggi dapat membunuh biota air.
c. Limbah Industri
Tidak semua Pabrik/industri dapat mengolah limbahnya dengan baik. Bahkan, ada sebagian
industri yang membuang limbahnya ke sungai. Limbah industri yang dibuang oleh industri
tergantung pada jenis industrinya. Ada yang berupa limbah organic maupun anorganik. Ada yang
berupa limbah padat maupun limbah cair.
Citarum merupakan salah satu sungai di Jawa Barat yang telah tercemar oleh limbah industri dan
pakan ikan jaring apung. Sungai Citarum sepanjang 268 kilometer yang menjadi sumber utama
Waduk Cirata, Saguling, dan Jatiluhur menampung limbah sekitar 1.000 industri dari daerah
Bandung (Anonim, 2011).
3. Pencemaran Logam Berat
Logam berat masih termasuk golongan logam dengan kriteria-kriteria yang sama dengan logam-
logam lain. Perbedaannya terletak dari pengaruh yang dihasilkan bila logam berat ini berikatan
dan atau masuk ke dalam tubuh organisme hidup (Palar, 1994).
Pencemaran logam berat cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya proses
industrialisasi. Pencemaran logam berat dalam lingkungan dapat menimbulkan bahaya bagi
kesehatan, hal ini tergantung pada dosis paparannya. Polutan logam mencemari lingkungan baik
di lingkungan udara, air dan tanah yang berasal dari proses alami maupun kegatan industri.
Kegiatan manusia yang bisa menambah polutan bagi lingkungan berupa kegiatan industri,
pertambangan, pembakaran bahan bakar serta kegiatan domestik lainnya yang dapat
meningkatkan pencemaran kandungan logam di lingkungan air, udara dan tanah (Widowati,
2008).
Logam merupakan kelompok toksikan yang unik. Logam ini ditemukan dan menetap dalam
alam, tetapi bentuk kimianya berubah akibat pengaruh fisikokimia, biologis atau aktivitas
manusia. Pada umumnya logam bermanfaat bag manusia digunakan dalam bidang industri,
pertanian dan kedokteran (Lu, 1995).
Beberapa dari unsur logam berat merupakan logam yang paling berbahaya dari unsur-unsur zat
pencemaran. Seperti timbal (Pb), kadmium (Cd), dan merkuri (Hg). Logam-logam ini menyerang
ikatan-ikatan belerang dalam enzim yang bersangkutan menjadi tidak berfungsi. Gugus-gugus
protein,asam karboksilat, dan amino juga diserang oleh logam-logam berat (Rukaesih,2004).
4. Timbal (Pb)
Timbal, terdapat dalam air dengan bilangan oksidasi Pb2+, dan dikeluarkan oleh sejumlah
industri dan pertambangan. Timbal yang berasal dari bahan bakar bertimbal merupakan sumber
utama dari timbal di atmosfer dan daratan yang kemudian dapat masuk di perairan alami. Timbal
yang berasal dari batuan kapur merupakan sumber timbal dari perairan alami (Rukaesih, 2004).
Timbal dapat masuk dalam ke perairan melalui pengkristalan di udara yang merupakan
pembakaran hasil pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor dengan bantuan hujan. Dapat
pula sebagai akibat proses korosifikasi bahan mineral akibat hempasan dan angin. Timbal (Pb)
yang masuk kedalam bahan perairan sebagai dampak aktifitas manusia, di antaranya dalam air
buangan (limbah) industri yang berkaitan dengan timbal (Pb) yang jatuh pada jalur-jalur perairan
seperti anak sungai dan terbawa menuju laut.
5. Timbal (Pb) dalam lingkungan
Logam timbal (Pb) dan persenyawaannya dapat masuk dalam lingkungan.
a. Pb di udara
Jumlah Pb di udara mengalami peningkatan yang sanat drastis. Emisi Pb ke dalam lapisan
atmosfer bumi dapat berbentuk gas dan partikulat. Emisi yang masuk dalam bentuk gas, terutama
sekali berasal dari buangan gas kendaraan bermotor. Emisi tersebut merupakan hasil sampingan
dari pembakaran yang terjadi dalam mesin-mesin kendaraan. Pb dari pembakaran mesin
menyebabkan jumlah Pb udara dari asap buangan kendaraan meningkat sesuai dengan
meningkatnya jumlah kendaraan (widowati, 2008).
b. Pb dalam air
Logam timbal dan persenyawaannya dapat berada di dalam badan perairan secara alamiah dan
sebagai dampak dari aktifitas manusia. Secara alamiah, Pb dapat masuk dalam perairan melalui
pengkristalan Pb di udara dengan bantuan air hujan. Pb yang masuk ke dalam badan perairan
sebagai dampak dari aktifitas kehidupan manusia ada bermacam bentuk. Diantaranya adalah air
buangan (limbah) dari industri yang berkaitan dengan Pb, air buangan dari pertambangan biji
timah hitam dan buangan sisa industri baterai. Buangan-buangan tersebut akan jatuh pada jalur-
jalur perairan seperti anak sungai untuk kemudian akan dibawa terus menuju lautan. Umumnya
jalur buangan dari bahan sisa perindustrian yang menggunakan Pb akan merusak tata lingkungan
perairan yang dimasukinya (Palar, 1994).
6. Metabolisme logam Timbal (Pb)
Metabolisme biotransformasi dan bahan-bahan beracun merupakan faktor penentu utama
terhadap daya racun zat terkait. Melalui proses ini bahan-bahan beracun yang masuk ke dalam
tubuh akan mengalami peningkatan daya racunnya atau akan mengalami penurunan dari daya
racun yang dimilikinya, karena dalam peristiwa ini setiap zat atau mineral yang masuk akan
diolah dan diubah menjadi bentuk-bentuk yang lebih sederhana atau persenyawaan sederhana.
Dari pada itu, proses perubahan bentuk merupakan rangkaian peristiwa kimiawi. Suatu bahan
beracun dapat saja berkaitan dengan bahan beracun lainnya yang akan meningkatkan daya
racunnya yang sudah ada atau sebaliknya, ikatan tersebut akan menurunkan atau menetralkan
daya racun yang semula ada (Palar, 1994).
Timbal merupakan logam yang bersifat toksik terhadap manusia, yang bisa berasal dari tindakan
mengkonsumsi makanan, minuman, atau inhalasi dari udara, debu yang tercemar Pb, kontak
dengan kulit, kontak dengan mata, dan lewat parental. Logam Pb tidak dibutuhkan oleh tubuh
manusia sehingga bila makanan dan minuman tercemar Pb dikonsumsi, maka tubuh akan
mengeluarkannya. Orang dewasa mengabsorpsi Pb sebesar 5 – 15 % dari keseluruhan yang
dicerna, sedangkan anak-anak mengabsorpsi Pb lebih besar, yaitu 41,5 %.
Didalam tubuh manusia, Logam timbal (Pb) dapat masuk dalam tubuh manusia,karena salah
satunya adalah manusia mengkonsumsi air minum dengan air yang tercemar logam Pb. Di dalam
tubuh manusia,Pb bisa menghambat aktivitas enzim yang terlibat dalam pembentukan
hemoglobin (Hb) dan sebagian kecil Pb di ekskresikan lewat urin atau feses karena sebagian
terikat oleh protein, sedangkan sebagian lagi terakumulasi dalam ginjal, hati, kuku, jaringan
lemak, dan rambut. Waktu paruh timbal (Pb) dalam eritrosit adalah selama 35 hari, dalam
jaringan ginjal dan hati adalah 40 hari, sedangkan waktu paruh dalam tulang adalah 30 hari.
Tingkat ekskresi Pb melalui sistem urinaria adalah sebesar 76%, gastrointestinal 16%, dan
rambut, kuku, serta keringat sebesar 8% (Klaassen, 1986).
Keracunan akibat kontaminasi logam Pb bisa menimbulkan berbagai macam hal, seperti
meningkatnya kadar ALAD (Amino Levulinic Acid Dehidratase)) dalam darah dan urin,
meningkatnya kadar protoporphin dalam sel darah merah, memperpendek sel darah merah,
menurunkan jumlah sel dara merah dan kadar sel-sel darah merah yang masih muda (retikulosit),
serta meningkatkan kandungan logam Fe dalam plasma darah. Timbal (Pb) juga dapat
mengakibatkan menurunnya kemampuan belajar, dan membuat anak-anak bersifat hiperaktif.
Selain itu, mempengaruhi organ-organ tubuh, antara lain sistem saraf, ginjal, sistem reproduksi,
sistem endokrin dan jantung, serta gangguan pada otak sehingga anak mengalami gangguan
kecerdasan dan mental.
Kandungan Pb dalam darah berkolerasi dengan tingkat kecerdasan manusia. Semakin tinggi
kadar Pb dalam darah, semakin rendah poin IQ. Apabila dalam darah ditemukan kadar Pb
sebanyak tiga kali batas normal (intake normal sekitar 0,3 mg/hari), maka akan terjadi penurunan
kecerdasan intelektual (IQ) dibawah 80. Kelainan fungsi otak terjadi karena Pb secara kompetitif
menggantikan peranan Zn, Cu, dan Fe dalam mengatur fungsi sistem saraf pusat. Timbal (Pb)
merupakan neurotoksin yang bersifat akumulatif. Setiap kenaikan kadar Pb dalam darah sebesar
10 g/dl menyebabkan penurunan IQ sebanyak 2,5 poin (Widowati, 2008).
7. Toksisitas Logam Timbal (Pb)
Pajanan timbal dalam jumlah kecil tetapi dalam jangka waktu yang lama akan terjadi akumulasi,
sehingga dapat menyebabkan keracunan. Gejala keracunan Kronis ringan berupa insomnia,
sedangkan gejala keracunan timbal akut ringan adalah menurunnya tekanan darah dan berat
badan. Keracunan akut yang cukup berat dapat mengakibatkan koma bahkan kematian (Palar,
1994) .
a. Efek Logam Timbal (Pb) Terhadap Ginjal
Senyawa-senyawa timbal (Pb) yang terlarut dalam darah akan dibawa oleh darah keseluruh
sistem tubuh. Pada peredarannya, darah akan masuk ke glomerolus yang merupakan dari
ginjal.senyawa Pb yang terlarut dalam darah ke sistem urinaria (ginjal) dapat mengakibatkan
terjadinya kerusakan pada saluran ginjal. Kerusakan yang terjadi tersebut disebabkan
terbentuknya intranuclear inclusion bodies yang disertai dengan membentuk aminocliduria
(kelebihan asam amino dalm urine) (Palar, 1994).
b. Efek Logam Timbal (Pb) Terhadap Jantung
Organ lain dapat diserang oleh racun yang dibawa oleh logam Pb adalah jantung. Namun sejauh
ini perubahan dalam otot jantung sebagai akibat dari keracunan PB baru ditemukan pada anak-
anak.
c. Efek Logam Timbal (Pb) Terhadap Sistem Saraf
Sistem saraf merupakan sistem yang paling sensitif terhadap daya racun yang dibawa oleh logam
Pb. Pengaruh dari keracunan logam Pb dapat menimbulkan kerusakkan otak. Penyakit-penyakit
sebagai akibat dari keracunan Pb adalah epilepsi, halusinasi, kerusakan pada otak besar, dan
delirium (sejenis penyakit gula).
d. Efek Logam Timbal (Pb) Terhadap Sistem Reproduksi
Daya racun yang dimiliki Timbal juga memepengaruhi sistem reproduksi. Timbal (Pb) dapat
mengakibatkan kemandulan, aborsi, dan kematian neonatal (Lu, 1994). Janin yang belum lahir
peka terhadap toksisitas logam Pb, janin yang berada dalam kandungan mengalami penurunan
dalam ukuran, hambatan pada pertumbuhan dalam rahim induk dan setelah dilahirkan (Palar,
1994).
8. Spektrofotometer Serapan Atom
Spektrofotometer Serapan Atom adalah suatu metode analisa untuk menentukan unsur-unsur
logam dan metaloid yang berdasarkan pada penyerapan (absorpsi) radiasi oleh atom bebas unsur
bebas tersebut.
Dalam spektrofotometer serapan atom, atom bebas berinteraksi denga berbagai bentuk energi
mulai dari energi termis atau panas, energi elektromagnetik, energi kimia, dan energi listrik.
Interaksi ini menimbulkan proses-proses dalam atom bebas tersebut, yang hasilnya berupa emisi
(pancaran) radiasi, panas dan sebagainya. Radiasi yang ditimbulkan dari interaksi ini adalah
khas, karena mempunyai panjang gelombang yang benar-benar karakteristik untuk atom yang
bersangkutan. Adanya adsorbsi atau emisi radiasi disebabkan karena adanya transisi elektronik,
yaitu perpindahan elektron dalam atom tersebut dari tingkat energi yang satu ketingkat energi
yang lain.
Gambar 1 : Komponen-komponen Sebuah Spektrofotometer Serapan Atom.
Komponen peralatan yang terdapat pada Spektrofotometer Serapan Atom, yaitu :
a. Lampu katoda berongga (hallow cathode lamp) sebagai sumber radiasi.
Lampu katoda berongga terdiri atas tebung gelas yang berisi dengan Ar atau Ne bertekanan
rendah dan di dalamnya dipasang sebuah katoda berongga dan anoda. Rongga katoda berlapis
logam murni dari objek analisis.
b. Pembakar atau burner
Burner merupakan alat dimana campuran gas (bahan bakar dan oksidan) dinyalakan. Dalam
nyala yang bersuhu tinggi itulah terjadi pembentukan atom-atom analit yang akan diukur. Alat
ini terbuat dari logam yang tahan panas dan tahan korosi. Desain burner harus dapat mencegah
masuknya nyala kedalam chamber.
c. Spray chamber atau burner chamber (ruang pengkabutan)
Spray chamber adalah bagian di bawah burner dimana larutan contoh diubah menjadi kabut
aerosol. Dinding-dinding dari spray chamber ini dibuat dari plastik atau teflon. Dalam ruangan
ini dipasang nebulizer, glass bead, atau impact bead (untuk memecahkan larutan menjadi partikel
atau bulir yang halus), flow spoiler (berupa baling-baling berputar, untuk mengembunkan butir-
butir atau partikel larutan yang kasar), inlet dari fuel gas, dan drain port (lubang pembuangan).
d. Monokromator dan slit
Monokromator terdiri atas kisi (gratings), cermin dan prisma. Fungsi dari monokromator yaitu
untuk mengisolasi dan mengontrol radiasi spesifikyang diinginkan. Monokromator dibantu oleh
dua buah slit (celah) yaitu celah masuk (entrance slit) dan celah keluar (exit slit). Slit yang lebih
sempit akan meminimalkan gangguan spectral tetapi sebaliknya amat mengurangi intensitas
radiasi yang masuk dan diukur oleh detektor.
e. Detektor
Detektor terdiri atas sebuah tabung gelas hampa yang di dalamnya berisi elektroda-elektroda,
yaitu yang bermuatan negatif (katoda), dan yang bermuatan positif (anoda). Katoda bersifat peka
cahaya maka disebut photocathoda) dan dianoda yang positif amat responsif kepada elektron
(Supriyanto, 2002).
9. Analisis Risiko Kesehatan
Analisis risiko adalah padanan istilah untuk risk assessment, yaitu karakterristisasi efek yang
potensial merugikan kesehatan manusia oleh pajanan bahaya lingkungan. Analisis risiko
merupakan suatu alat pengolahan risiko, yaitu proses penilaian bersama para ilmuan dan birokrat
untuk memprakirakan peningkatan risiko kesehatan pada manusia yang terpajan oleh zat-zat
toksik.
Tujuan adanya analisis risiko yaitu untuk menyediakan kerangka ilmiah guna membantu para
pengambil keputusan dan orang-orang yang berkepentingan (legislator and regulator industri
dan warga negara yang peduli lainnya) dalam memecahkan masalah-masalah lingkungan dan
kesehatan (Louvar and Lauvar, 1998).
Analisis risiko dibagi menjadi identifikasi bahaya (Hazard identification), Analisis dosis-respon
(Dose-respon Assessment), Analisis pemajanan (Exposure assessment), dan karakterisasi Risiko
(Risk Charaterization).
a. Identifikasi Bahaya (Hazard identification)
Identifikasi bahaya adalah langkah identifikasi efek yang merugikan atau kapasitas yang dimiliki
suatu bahan yang dapat menyebabkan kerugian (BPOM RI, 2001). Kecuali perumusan masalah
yang menetapkan hanya ada satu risk agent saja, berbagai bahaya lingkungan pada suatu lokasi
spesifik perlu diidentifikasi keberadaannya sebagai zat toksik, organisme patogen, atau kondisi-
kondisi fisik tertentu yang berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan. Tahap pertama dalam
identifikasi bahaya adalah menentukan mana saja yang dapat ditetapkan sebagai indikator bahan
kimia, biologi dan fisik, hal ini dilakukan dengan pemilihan dan penentuan prioritas
menggunakan pendekatan chemical of concentration (COC) dan site specific chemistry (SSC)
(Kolorut et al., 1996) kemudian menentukan prioritas dilakukan selanjutnya digunakan teknik
concentration Toxicity Screening yang bertujuan untuk mengidentifikasi risk agent (karsinogen
dan non karsinogen) menurut jalur pajanannya yang menyumbang risiko terhadap kesehatan
akibat toksisitas dan kelimpahannya (Kolorut et al., 1996). Konstribusi ini dinyatakan sebagai
faktor risiko (R) dari tiap media (air, udara, tanah, dan makanan) yang dapat dihitung dengan
persamaan :
R = (Ci) (Ti)
Dalam persamaan ini :
C = Konsentrasi maksimum risk agent dalam setiap lingkungan.
T = Nilai toksisitas kuantitatif risk agent (I/RfD) untuk non karsinogen dan SF untuk karsinogen.
b. Analisis dosis-respon (Dose-respon Assessment)
Konsentrasi risiko mengandung pengertian probabilitas yang disebut RfD (reference dose). Jika
dosis yang diterima melebihi RfD maka probabilitas untuk mendapatkan risiko juga bertambah.
RfD ditetapkan dengan membagi NOAEL (No Obseved Adverse Effect level) dengan UF
(Uncertainty Factor) x MF (Modifying Factor) (Kolorut et al., 1996).
RfD =
UF = 10 untuk variasi sensitifitas dalam populasi manusia.
MF = berkisar antara > 0 sampai 10
Efek kritis dimana dosis tertinggu yang menyebabkan toksisitas kronis (NAOEL) adalah 0,01
mg/kg/hari dengan UF = 10 dan NF = 1, maka RfD adalah 0,001 mg/kg/hari.
c. Analisis pemajanan (Exposure assessment)
Pemajanan adalah proses yang menyebabkan organisme kontak dengan bahaya lingkungan
berupa risk agent, sebagai jembatan yang menghubungkan bahaya dan risiko. Analisis
pemajanan digunakan untuk menentukan dosis risk agent yang diterima individu sebagai asupan
intake (I), dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
I =
Keterangan :I = Asupan (intake), jumlah yamg masuk kedalam tubuh manusia per berat badan per hari, (mg/kg/hari)C = Konsentrasi logam timbal (Pb) dalam air sumur, (mg/kg)R = Laju (rate) asupan, (Liter/hari)fE = Frekuensi paparan, (hari/tahun)Dt = Durasi pajanan, tahun (lamanya pajanan yang terjadi ditempat tinggal)Wb = Berat badan responden, (kg)tavg = Periode waktu rata-rata (30 tahun x 365 hari/tahun untuk zat non karsinogen, 70 tahun x 365 hari/tahun untuk zat karsinogen)
d. Karakterisasi Risiko (Risk Charaterization)
Dalam karakterisasi Risiko, hasil-hasi analisis dosis-respon (RfD dan SF) dan analisis pemajanan
(intake)digabungkan untuk menghitung RQ (non karsinogen) dan cancer risk (karsinogen, jika
ada).
RQ =
Exess Cancer Risk = C x SF
Dalam analisis risiko, RQ menyatakan kemungkinan risiko yang potensial terjadi, semakin besar
nilai RQ diatas 1, semakin besar kemungkinan risiko terjadi. Dengan kata lain, semakin tinggi
RQ semakin tinggi pula seharusnya kepedulian risk manager untuk mengelola risiko itu (Kolorut
et al., 1996).
B. Kerangka Teori
Sumber pencemar limbah pemukiman. limbah pertanian. limbah industri.Tak toksikBadan Air
Timbal (Pb)ToksikTerlarutTersuspensiTanahLogam
Air BersihKesehatan Masyarakat
(Effendi, 2003)
Gambar 2 : Skema Kerangka Teori
C. Kerangka Konsep
Berdasarkan teori yang ada, maka dapat disajikan dalam kerangka konsep analisis risiko kadar
Pb dalam air terhadap kesehatan masyarakat pada air sumur yang di konsumsi untuk kebutuhan
air minum di Kelurahan Keteguhan Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung
Sebagai berikut :
Logam berat Pb dalam air sumur
Risiko pada kesehatan manusia
Gambar 3 : Skema Kerangka Konsep
D. Definisi Oprasional
No Variabel Definisi Cara ukur Hasil Ukur Skala
1 Variabel bebas: kadar logam Timbal pada air
Kadar Timbal dalam air sumur yang di konsumsi oleh masyarakat kelurahan keteguhan
Kadar timbal di ukur dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom (AAS)
hasil Ukur dibandingkan dengan Nilai ambang batas Permenkes No.416/ Menkes/ Per/ IX/ 1990 yang diperuntukkan untuk air bersih dan air minum yaitu 0,05 mg/L atau 0,05 ppm
Rasio
2 Variabel pendukung
Laju Asupan (R)
Durasi Pajanan (Dt)
Frekuensi Pemajanan (fE)
Berat badan (Wb)
Jumlah Asupan / Inteke (I)
Banyaknya air yang dikonsumsi oleh responden dalam satu hariLama waktu kontak responden dengan pajanan ditempat tinggal
Waktu pemajanan dalam satu tahun
Berat badan responden pada saat dilakukan penelitian
Banyaknya Timbal dalam air yang masuk kedalam tubuh manusia melalui
Wawancara
Wawancara
Wawancara
Penimbangan
Berdasarkan konsentrasi Timbal dalam air (C), banyaknya air yang dikonsumsi (R), durasi pajanan (Dt), frekuensi pemajanan (fE), berat
Liter/hari
Tahun
Hari/tahun
kg
mg/kg/hari
Rasio
Rasio
Rasio
Rasio
3
Variabel terikat :resiko pada kesehatan manusia (RQ)
pencernaan perberat badan perhari
Penilaian untuk memperkirakan kemungkinan atau potensi terjadinya resiko terhadap kesehatan manusia, terhadap efek non-karsinogen,
(Wb), dan periode waktu rata-rata (tavg)Rumus : I = C x R x fE x Df
Wb x tavg
Perhitungan dengan bilangan resiko atau risk quotien (RQ) berdasarkan asupan (I) dan dosis referensi (RfD). Rumus :
RQ = I RfD RQ = besar
risiko, bila (RQ<1) tidak berisiko, bila (RQ>1) berisiko
Rasio
Rasio
BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif analitik, yaitu menggambarkan dan menganalisis
risiko kadar logam timbal (Pb) dalam air terhadap kesehatan masyarakat di Kelurahan Keteguhan
Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung. Variabel bebas penelitian ini adalah
kadar logam timbal dalam air yang dikonsumsi masyarakat Kelurahan Keteguhan Kecamatan
Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung dan Variabel terikat pada penelitian ini adalah
Masyarakat yang berisiko terpajan logam timbal di Kelurahan Keteguhan Kecamatan Teluk
Betung Kota Bandar Lampung.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Keteguhan Kecamatan Teluk Betung Barat Kota
Bandar Lampung pada air sumur yang di konsumsi oleh masyarakat di kelurahan tersebut.
Sedangkan untuk pemeriksaan sampel dalam penelitian ini dilaksanakan di UPTD Balai
Laboratorium Kesehatan Propinsi Lampung pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi sampel untuk analisis logam timbal (Pb) adalah sumur warga di sekitar aliran air lindi
TPA Sampah Bakung, yaitu : RT.03 lingkungan III, RT.02 lingkungan II, dan RT.10 lingkungan
I Kelurahan Keteguhan Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung dengan klaster
jarak 10 meter, 50 meter, dan 100 meter dari aliran air lindi.
Populasi berjumlah 103 sumur, dengan rincian sebagai berikut :
a. RT.03
1) Jarak 10 meter : 8 sumur
2) Jarak 50 meter : 20 sumur
3) Jarak 100 meter : 12 sumur
Jumlah : 40 sumur 40 sumur
b. RT.02
1) Jarak 10 meter : 17 sumur
2) Jarak 50 meter : 11 sumur
3) Jarak 100 meter : 10 sumur
Jumlah : 38 sumur 38 sumur
c. RT.10
1) Jarak 10 meter : 11 sumur
2) Jarak 50 meter : 9 sumur
3) Jarak 100 meter : 5 sumur
Jumlah : 25 sumur 25 sumur
Total : 103 sumur
Sedangkan populasi untuk analisis risiko logam timbal (Pb) terhadap kesehatan adalah seluruh
masyarakat di Kelurahan Keteguhan Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung.
2. Sampel
Sampel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah air sumur yang dikonsumsi oleh
masyarakat yang letaknya dilalui aliran limbah cair TPA Bakung yang berada di Kelurahan
Keteguhan Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung. Sampel diambil dari sumur
warga di sekitar aliran air lindi pada 3 klaster jarak, yaitu : jarak 10 meter, 50 meter, dan 100
meter dari aliran air lindi.
Banyaknya sampel yang akan diambil dihitung berdasarkan rumus alokasi proporsional
(Riduwan; Akdon, 2007) :
a. Sampel total
N n = Keterangan : n = Jumlah sampel total N(d2) +1 N = Jumlah populasi total
d2 = Presisi (20%)
Maka, sampel total pada penelitian ini, yaitu :
103 103 103 n = = = = 20,1 20 sampel
103 (0,2)2 + 1 103 (0,04) + 1 5,12
b. Sampel menurut klaster
Nini = x n Keterangan : ni = Jumlah sampel menurut klaster
N n = Jumlah sampel total Ni = Jumlah populasi menurut klaster N = Jumlah populasi total
Maka, sampel menurut klaster jarak pada penelitian ini, yaitu :
1) Jarak 10 meter :
36ni = x 20 = 6,9 7 sampel 103
2) Jarak 50 meter :
40ni = x 20 = 7,7 8 sampel 103
3) Jarak 100 meter : 27
ni = x 20 = 5,2 5 sampel 103
Kontrol negatif (-) kadar Timbal (Pb) diambil di bagian hulu, yaitu sumur warga di Kelurahan
Bakung dan kontrol positif (+) diambil dari sumur pantau yang berada didekat kolam
penampungan limbah cair (air lindi).
Besaran sampel minimal untuk analisis risiko yang akan diambil dalam penelitian ini dihitung
berdasarkan ukuran sampel dari satu populasi (one-sample situation) dengan variabel dependen
dan kontinyu (Lwanga S.K. & Lemesshow, S, 1991) menggunakan persamaan sebagai berikut :
n = ......................persamaan (1)
n = jumlah sampel yang dibutuhkanZ = Nilai baku distribusi normal pada derajat kepercayaan 90% (Z2
1-a / 2)P = Proporsi populasi manusia yang terpajan timah (Pb) (P = 0,5 ; untuk populasi yang tidak
diketahui)d = Presisi absolute ( jumlah orang yang dimasukkan dalam sampel sehingga dapat diduga
dalam jarak 5% di atas dibawah prevalensi yang sesungguhnya dengan tingkat kepercayaan 90%)
Dengan persamaan (1), maka sampel minimal dalam penelitian ini dapat dihitung sebagai berikut
:
n = = 271 ..............persamaan (2)
Jadi untuk perhitungan analisis risiko sebagai sampel yang diambil sejumlah 271 orang /
responden. Sedangkan sampel yang akan diambil adalah air sumur dan dianalisa kandungan
timbal (Pb).
Cara Menentukan Pengambilan Sampel Air Sumur
Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah Purposive Random Sampling. Untuk
memperoleh sampel dari masing – masing jarak :
1. Jarak 10 meter sebanyak 7 sampel.
2. Jarak 50 meter sebanyak 8 sampel.
3. Jarak 100 meter sebanyak 5 sampel.
Pada masing-masing klaster jarak tersebut diambil sampel sesuai jumlah hasil perhitungan secara
acak.
D. Alat dan Bahan
1. Alat
a) Spektrofotometer Serapan Atom (AAS),
b) Lampu holow katoda Pb,
c) Gelas piala 250 mL
d) Pipet ukur 1 mL, 2 mL, 5 mL, 10 mL, dan 20 mL,
e) Labu ukur 100 mL,
f) Corong gelas,
g) Pemanas listrik,
h) Kertas saring whatman 40 dengan ukuran pori 0,42 m; dan
i) Labu semprot
2. Bahan
a) Air suling (aquadest),
b) Asam nitrat (HNO3),
c) Larutan standar logam timbal (Pb),
d) Gas asetilen (C2H2)
E. Prosedur Kerja Penelitian
Metode : Atomic Absorption Spektrofotometer
Prinsip kerja : Penambahan asam nitrat bertujuan untuk melarutkan analit logam dan menghilangkan zat-zat
pengganggu dengan bantuan pemanas listrik, kemudian diukur dengan SSA menggunakan gas
asetilen (C2H2).
1. Pembuatan Larutan Standar Timbal (Pb) (SNI 06-6989.8-2004)
a. Pembuatan Larutan Baku Timbal (Pb) 100 ppm
1) Pipet 1 mL larutan baku timbal (Pb) 1000 ppm dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL.
2) Tambahkan larutan pengencer (aquadest) sampai tanda batas.
b. Pembuatan Larutan Seri Standar Timbal (Pb)
1) Larutan baku Timbal (Pb) 10 ppm dipipet 0,0 mL; 0,5 ml; 1,0 mL; 2,0 mL; 5,0 mL; 10,0 mL;
dan 20,0 mL.
2) Masing-masing larutan dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL.
3) Larutan ditambahkan larutan pengencer (aquadest) sampai tanda batas, hingga diperoleh kadar
Timbal (Pb) 0,0 ppm; 0,05 ppm; 0,1 ppm; 0,2 ppm; 0,5 ppm; 1 ppm; dan 2 ppm.
4) Pengukuran larutan standar dengan Spektrofotometer Serapan Atom (AAS) pada panjang
gelombang 283,3 nm.
2. Cara Pemeriksaan Sampel (SNI 06-6989.8-2004)
a. Sampel dihomogenkan dengan cara di kocok.
b. Dimasukkan 100 mL sampel yang sudah dihomogenkan ke dalam gelas piala.
c. Tambahkan 5 mL asam nitrat (HNO3) ke dalam gelas piala yang berisi sampel.
d. Sampel dipanaskan di pemanas listrik sampai larutan sampel hampir kering.
e. Sampel yang hampir kering tersebut, kemudian ditambahkan 50 mL aquadest.
f. Sampel disaring dengan kertas saring dan dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL
g. Tambahkan aquadest sampai tanda batas.
h. Pengukuran kadar sampel dengan Spektrofotometer Serapan Atom (AAS) pada panjang
gelombang 283,3 nm.
3. Pembuatan kurva kalibrasi
Pembuatan kurva kalibrasi dlakukan sebagai berkut :
a. Alat AAS diatur dan dioptimalkan sesuai dengan petunjuk penggunaan alat untuk pengujian
logam.
b. Diukur masing-masing larutan kerja yang telah dibuat pada panjang gelombang 283,3 nm.
Kemudian dicatat masing-masing serapannya (absorbans).
c. Dibuat kurva kalibrasi dari data-data yang telah diperoleh dan ditentukan persamaan garis
lurusnya yaitu Y = bX + a
4. Cara Pengujian Sampel
Diukur masing-masing larutan uji yang telah dipreparasi pada panjang gelombang 283,3 nm
dengan Spektrofotometer Serapan Atom (AAS) menggunakan lampu holow katoda Pb.
5. Perhitungan Kadar Timbal dalam Air Sumur
Perhitungan kadar Timbal (Pb) dapat dilakukan dengan cara menggabungkan absorbans dengan
larutan standar. Kurva kalibrasi ini digunakan untuk memplotkan absorbans dan larutan standar
dengan absobans sampel. Setelah absorban sampel telah didapatkan, maka dapat ditentukan
konsentras sampel dengan menggunakan rumus regresi linear berdasarkan kurva kalibrasi.
Data yang didapatkan dari larutan standar dimasukkan kedalam tabel berikut ini :
No AbsorbanStandar (Y)
Konsentrasi Standar (X)
XY X2 Y2
1234n Y X XY X2 Y2
Penentuan kadar timbal (Pb) pada sampel menggunakan persamaan regresi linear dengan rumus
Y = bX + a
Nilai a dan b diperoleh dari data konsentrasi larutan standar baku dan absorban standar baku (Y)
dengan menggunakan persamaan :
r = .....................(persamaan 1)
R = r2 ............................(persamaan 2)
a = ...........................(persamaan 3)
b = ............................(persamaan 4)
data yang didapatkan dari sampel hasil perhitungan diatas, dimasukkan ke dalam tabel berikut :
No Absorban Sampel (Y) Konsetrasi Sampel (X)1234n Y X
6. Perhitungan Analisis Risiko
Dari hasil perhitungan kadar timbal (Pb) tersebut, dilanjutkan analisis risiko yaitu dengan
menghitung asupan (intake). Perhitungan asupan (intake) didapatkan berdasarkan konsentrasi
kadar timbal (mg/kg), laju asupan (g/hari), Frekuensi paparan (hari/tahun), durasi pajanan, berat
badan rata-rata. Dengan rumus :
I = .....................(persamaan 5)
Selanjutnya, untuk mengetahui ada tidaknya risiko timbal (Pb) berisiko pada kesehatan manusia
dihitung dengan menggunakan rumus :
RQ = .....................(persamaan 6)
F.
Sampel (Air sumur)Kuisioner
Alur Penelitian
KesimpulanPemeriksaan kadar Timbal (Pb) pada sampel air sumurPerbandingan dengan Nilai ambang batas Permenkes No.416/ Menkes/ Per/ IX/ 1990 yang
diperuntukkan bagi air bersih dan air minum yaitu 0,05 mg/L atau 0,05 ppm
Pengumpulan Data hasil pemeriksaan kadar timbal (Pb) dan kuisonerPengolahan Data
(Analisis Resiko dan Analisa Data)
Gambar 4 : Skema Alur Penelitian
G. Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang didapat dari hasil pengujian
konsentrasi logam Timbal (Pb) yang dilakukan di UPTD Balai Laboratorium Kesehatan Propinsi
Lampung dan data kuisoner yang didapat dari hasil wawancara dengan masyarakat yang tinggal
di Kelurahan Ketaguhan Kecamatan Teluk Betung Barat Bandar Lampung. Selanjutnya data
tersebut digunakan untuk menghitung asupan (inteke) konsentrasi Timbal (Pb) dalam air yang
masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pencernaan.
H. Analisis Data
Analisa yang digunakan yaitu univariat untuk memperoleh gambaran pada masing-masing
variabel. Dalam analisa ini digunakan ukuran mean, median, nilai minimal-maksimal kandungan
logam berat timbal (Pb) dalam sampel air sumur masyarakat di Kelurahan Keteguhan Kecamatan
Teluk Betung Barat KotaBandar Lampung.
Untuk mengetahui besar risiko kadar Timbal (Pb) terhadap masyarakat, perhitungan analisis
risiko yaitu dengan menghitug asupan (intake). Data mengenai asupan intake kandungan timbal
(Pb) dalam air sumur diperoleh dengan menggunakan persamaan 5.
Hasil yang didapat melalui pengukuran asupan (intake) dan studi pustaka timbal (Pb) (RfD =
0,001 mg/kg/hari) digunakan dalam persamaan menggunakan pendekatan bilangan risiko (risk
quotient,RQ). RQ dari pajanan timbal (Pb) dalam
air sumur digunakan untuk menentukan kemungkinan terjadinya risko kesehatan masyarakat,
dengan rumus sebagai berikut :
RQ =
Hasil yang didapatkan menunjukkan tingkatan risiko kesehatan masyarakat akibat
mengkonsumsi air minum dari air sumur yang mengandung timbal (Pb). Apabila : RQ < 1 =
Berada di bawah batas normal dan tidak berisiko.
RQ > 1 = Berada di atas normal dan berisiko terhadap kesehatan.
Diposkan oleh KUMPULAN JUDUL KTI POLTEKKES TANJUNG KARANG di 10.49 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
1 komentar:
1.
desy yulia 11 November 2012 19.23
perkenalkan saya desy dari s2 ugm ilmu lingkungan......saya tertarik untuk mengambil penelitian di TPA Bakung......hmmm sebenarnya saya mengalami kesulitan karena saya tidak mempunyai gambaran mengenai TPA Bakung yang sekarang.....sedangkan ketersedian informasi mengenai TPA tersebut sangatlah sedikit.....untuk itu saya berharap dapat bertukar informasi.....
Balas
Muat yang lain...Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Arsip Blog 2012 (2)
o 08/19 - 08/26 (2) ANALISIS RISIKO KADAR TIMBAL (Pb) DALAM AIR SUMUR ... PERBEDAAN HASIL PEMERIKSAAN KADAR GLUKOSA DENGAN
M...
Mengenai Saya
KUMPULAN JUDUL KTI POLTEKKES TANJUNG KARANGLihat profil lengkapku
top related