tentang rencana induk pelabuhan cirebon...
Post on 01-Apr-2018
297 Views
Preview:
TRANSCRIPT
MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR KP 629 TAHUN 2017
TENTANG
RENCANA INDUK PELABUHAN CIREBON
PROVINSI JAWA BARAT
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2008 tentang Pelayaran dan Peraturan Pemerintah Nomor
61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 64
Tahun 2015, setiap pelabuhan wajib memiliki Rencana
Induk Pelabuhan;
b. bahwa Rencana Induk Pelabuhan untuk pelabuhan
utama dan pelabuhan pengumpul ditetapkan oleh
Menteri Perhubungan setelah terlebih dahulu mendapat
rekomendasi dari gubernur dan bupati/walikota
mengenai kesesuaian dengan tata ruang wilayah provinsi
dan kabupaten/kota;
c. bahwa Rencana Induk Pelabuhan Cirebon Provinsi Jawa
Barat disusun dengan memperhatikan Rencana Induk
Pelabuhan Nasional, rencana tata ruang wilayah Provinsi
Jawa Barat, rencana tata ruang wilayah Kota Cirebon,
keserasian dan keseimbangan dengan kegiatan lain
terkait di lokasi pelabuhan Cirebon, kelayakan teknis,
ekonomis, dan lingkungan serta keamanan dan
keselamatan lalu lintas kapal;
d. bahwa ...
- 2 -
Mengingat
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu
menetapkan Keputusan Menteri Perhubungan tentang
Rencana Induk Pelabuhan Cirebon Provinsi Jawa Barat;
: 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4725);
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang
Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4849);
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5059);
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana
telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9
Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5679);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang
Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5070) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun
2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 193, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5731);
6. Peraturan ...
- 3 -
6. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang
Kenavigasian (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5093);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang
Angkutan di Perairan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 26, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5108) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22
Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di
Perairan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5208);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2010 tentang
Perlindungan Lingkungan Maritim (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 27, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5109);
9. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang
Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);
10. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang
Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 75);
11. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 31 Tahun
2006 tentang Pedoman dan Proses Perencanaan
di Lingkungan Departemen Perhubungan;
12. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 36 Tahun
2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor
Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor PM 135 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 36 Tahun
2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor
Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1401);
13. Peraturan ...
- 4 -
13. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun
2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Laut (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 311)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor PM 146 Tahun 2016 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor
PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan
Laut (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016
Nomor 1867);
14. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 189 Tahun
2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Perhubungan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 1844) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 44 Tahun
2017 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor PM 189 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor
816);
15. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 129 Tahun
2016 tentang Alur-Pelayaran di Laut dan Bangunan
dan/atau Instalasi di Perairan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 1573);
16. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 432 Tahun
2017 tentang Rencana Induk Pelabuhan Nasional;
Memperhatikan: 1. surat Walikota Cirebon Nomor 550/ 1307-Bappeda
tanggal 25 Agustus 2016 perihal Rekomendasi Rencana
Induk Pelabuhan (RIP);
2. surat Gubernur Jawa Barat Nomor 552.3/6179/DISHUB
tanggal 30 Desember 2016 perihal Rekomendasi Rencana
Induk Pelabuhan Cirebon;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG RENCANA
INDUK PELABUHAN CIREBON PROVINSI JAWA BARAT.
PERTAMA: ..
- 5 -
PERTAMA : Menetapkan Rencana Induk Pelabuhan Cirebon, Provinsi Jawa
Barat, sebagai pedoman dalam pembangunan, pengoperasian,
pengembangan pelabuhan dan penentuan batas-batas Daerah
Lingkungan Kerja (DLKr) dan Daerah Lingkungan Kepentingan
(DLKp) Pelabuhan Cirebon.
KEDUA : Untuk menyelenggarakan kegiatan kepelabuhanan pada
Pelabuhan Cirebon yang meliputi pelayanan jasa
kepelabuhanan, pelaksanaan kegiatan ekonomi dan
pemerintahan lainnya, serta pengembangannya sesuai
Rencana Induk Pelabuhan Cirebon, dibutuhkan areal daratan
seluas 166,52 Ha dan areal perairan seluas 9.216,79 Ha,
meliputi:
a. areal daratan eksisting Pelabuhan Cirebon seluas 51 Ha:
b. areal perairan Pelabuhan Cirebon, terdiri atas:
1. areal labuh seluas 35,70 Ha;
2. areal kolam pelabuhan seluas 17,63 Ha;
3. areal alur pelayaran seluas 699 Ha;
4. areal alih muat seluas 35,70 Ha;
5. areal keperluan darurat seluas 17,85 Ha;
6. areal pengembangan jangka panjang seluas 8.410,91
Ha.
KETIGA : Rencana pembangunan dan pengembangan fasilitas
Pelabuhan Cirebon untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
jasa kepelabuhanan dilakukan berdasarkan perkembangan
angkutan laut, sebagai berikut:
a. jangka pendek, dari Tahun 2016 sampai dengan Tahun
2020;
b. jangka menengah, dari Tahun 2016 sampai dengan
Tahun 2025; dan
c. jangka panjang, dari Tahun 2016 sampai dengan Tahun
2035;
dengan rincian sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Keputusan
Menteri ini.
KEEMPAT: ...
KEEMPAT : Penyelenggara Pelabuhan Cirebon menyusun dokumen desain
teknis untuk pelaksanaan pembangunan dan pengembangan
fasilitas Pelabuhan Cirebon.
KELIMA : Fasilitas Pelabuhan Cirebon yang direncanakan untuk
dibangun dan dikembangkan sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Keputusan Menteri ini, dilaksanakan dengan
mempertimbangkan prioritas kebutuhan dan kemampuan
pendanaan sesuai peraturan perundang-undangan dan wajib
dilakukan dengan memperhatikan aspek lingkungan,
didahului dengan studi lingkungan.
KEENAM : Rencana penggunaan dan pemanfaatan lahan untuk
keperluan peningkatan pelayanan jasa kepelabuhanan,
pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi
lainnya serta pengembangan Pelabuhan Cirebon, dan
sekitarnya sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Keputusan
Menteri ini.
KETUJUH : Dalam hal penggunaan dan pemanfaatan lahan sebagaimana
dimaksud dalam Diktum KEENAM terdapat areal yang
dikuasai pihak lain, maka pemanfaatannya harus didasarkan
pada ketentuan peraturan perundang-undangan.
KEDELAPAN : Rencana Induk Pelabuhan Cirebon dapat ditinjau dan dikaji
ulang 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun atau sesuai
kebutuhan.
KESEMBILAN : Direktur Jenderal Perhubungan Laut melaksanakan
pembinaan dan pengawasan teknis terhadap pelaksanaan
Keputusan Menteri ini.
KESEPULUH: ...
- 7 -
KESEPULUH : Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 7 Juli 2017
MENTERI PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
BUDI KARYA SUMADI
SALINAN Keputusan ini disampaikan kepada:1. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian;2. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman;3. Menteri Dalam Negeri;4. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia;5. Menteri Perindustrian;6. Menteri Perdagangan;7. Menteri Badan Usaha Milik Negara;8. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia;9. Kepala Staf Angkatan Laut;10. Gubernur Jawa Barat;11. Walikota Cirebon;12. Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal dan Direktur Jenderal
Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan;13. Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas II Cirebon.
Salinan sesuai dengan aslinya EPALA BIRO HUKUM,
kSRI LESTARI RAHAYU
Pembina Utama Muda (IV/c) NIP. 19620620 198903 2 001
LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KP 629 TAHUN 2017 TANGGAL : 7 JULI 2017
RENCANA INDUK PELABUHAN CIREBONPROVINSI JAWA BARAT
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
DAFTAR ISIBABI. PENDAHULUAN.................................................................................................................................... 1-1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................................... 1-1
1.2 Dasar Hukum....................................................................................................................................... 1-1
1.3 Maksud Dan Tujuan.............................................................................................................................1-2
1.4 Hirarki Pelabuhan Cirebon Sesuai RIPN........................................................................................... 1-2
1.5 Lokasi Wilayah Studi............................................................................................................................1-2
BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI...............................................................................................11-1
11.1 Gambaran Umum Wilayah Provinsi Jawa Barat..............................................................................11-1
11.1.1 Rencana Pengembangan Dan Kebijakan W ilayah.................................................................. 11-1
11.2 Gambaran Umum Wilayah Kota Cirebon........................................................................................ 11-1
11.2.1 Letak dan Administratif Wilayah.............................................................................................. 11-1
11.2.2 Kondisi Fisik dan Klimatologi W ilayah..................................................................................... 11-2
11.2.3 Kondisi Kependudukan W ilayah...............................................................................................11-2
11.2.4 Kondisi Perekonomian W ilayah................................................................................................11-2
11.2.5 Sektor Unggulan Potensi Wilayah.......................................................................................... 11-3
11.2.6 Jaringan Transportasi Wilayah..................................................................................................11-3
11.2.7 Rencana Pengembangan Dan Kebijakan W ilayah..................................................................11-4
11.2.8 Rencana Pola Ruang Kota Cirebon........................................................................................... 11-4
BAB III. KONDISI EKSISTING PELABUHAN.............................................................................................. Ill- l
111.1 Gambaran Umum Pelabuhan........................................................................................................Ill- l
111.1.1 Status Pelabuhan.................................................................................................................... Ill- l
111.1.2 Pelabuhan/Terminal Di Sekitar Lokasi Studi........................................................................... 111-2
111.1.3 Hinterland Pelabuhan............................................................................................................... 111-2
111.1.4 Kondisi Jalan Akses Dari dan Ke Pelabuhan............................................................................. 111-2
111.1.5 Kondisi Bathymetri.....................................................................................................................111-2
111.1.6 Kondisi Topografi...................................................................................................................... 111-2
111.1.7 Kondisi Pasang Surut................................................................................................................. 111-3
111.1.8 Kondisi Arus Dan Gelombang.................................................................................................. 111-3
111.2 Fasilitas Eksisting Pelabuhan............................................................................................................. 111-4
111.2.1 Fasilitas Pokok Dan Penunjang Pelabuhan............................................................................. 111-4
111.2.2 Spesifikasi Kapal Yang Tambat Di Pelabuhan.........................................................................111-4
111.2.3 Kedalaman Kolam Dan Alur Pelabuhan...................................................................................111-5
RENCANA INDUK PELABUHAN CIREBON
Ringkasan Eksekutif
III.2.4 Data Peralatan Pelabuhan.........................................................................................................111-5
III. 3 Data Operasional Pelabuhan............................................................................................................ 111-5
111.3.1 Arus Turun Naik Penumpang.................................................................................................... 111-6
111.3.2 Arus Kunjungan Kapal................................................................................................................ 111-6
111.3.3 Trayek Kapal Penumpang Pelni Dan Perintis...........................................................................111-7
111.3.4 DataSBNP....................................................................................................................................111-7
111.3.5 Data Kinerja Operasional Pelabuhan........................................................................................111-7
BAB IV. ANALISIS PRAKIRAAN PERMINTAAN JASA ANGKUTAN LAUT................................................. IV-1
IV. l Metode Analisis................................................................................................................................. IV-1
IV.2 Analisis Perkembangan Wilayah...................................................................................................... IV-1
IV.2.1 Analisis Dan Proyeksi Kependudukan Wilayah Hinterland................................................... IV-1
IV. 2.2 Analisis Dan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Hinterland..................................... IV-2
IV.3 Analisis Pergerakan Barang............................................................................................................... IV-3
IV.4 Analisis Kemasan................................................................................................................................ IV-5
IV. 5 Analisis Pergerakan Kunjungan Kapal.............................................................................................. IV-5
BAB V. ANALISIS PENGEMBANGAN PELABUHAN...................................................................................... V-6
V. l Rencana Kebutuhan Fasilitas Pelabuhan..........................................................................................V-6
V. l . l Dasar Perencanaan..................................................................................................................... V-6
V .l.2 Kriteria Pengembangan..............................................................................................................V-6
V.2 Analisis Kapasitas Pelabuhan Existing...............................................................................................V-8
V.2.1 Dermaga.......................................................................................................................................V-8
V.2.2 Lapangan Penumpukan..............................................................................................................V-8
V.2.3 Gudang..........................................................................................................................................V-8
V.3 Prediksi Kebutuhan Fasilitas.............................................................................................................. V-8
V.3.1 Dermaga.......................................................................................................................................V-8
V.3.2 Lapangan Penumpukan.............................................................................................................. V-8
V.3.3 Gudang..........................................................................................................................................V-8
V.3.4 Terminal Penumpang.................................................................................................................V-8
V.3.5 Peralatan Bongkar Muat............................................................................................................. V-8
V.4 Rencana Pengembangan Pelabuhan................................................................................................ V-9
V.4.1 Penyediaan Alur Pelayaran dan Kolam Pelabuhan............................................................... V-10
V.4.2 Rencana Zonasi dan Pentahapan Pengembangan Pelabuhan Cirebon.............................. V-10
V.4.3 Rencana Peruntukan Perairan................................................................................................. V - l l
V.4.4 Rencana Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) dan Daerah Lingkungan Kepentingan (DLkp) V - l l
V.4.5 Rencana Kebutuhan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran.........................................................V - l l
1
V.4.6 Rencana Biaya Konstruksi....................................................................................................... V-24
BAB VI. KAJIAN EKONOMI DAN FINANSIAL............................................................................................. V l-l
VI.1 Kelayakan Rencana Pembangunan.................................................................................................V l-l
VI.2 Analisis Skenario..............................................................................................................................V l-l
VI. 3 Analisis Sensitivitas.......................................................................................................................... VI-2
BAB VII. KAJIAN RONA AWAL LINGKUNGAN.......................................................................................... V ll-l
VII. 1 Rona Lingkungan Pelabuhan Cirebon........................................................................................... V ll-l
VII.2 Kualitas Air Laut........................................................................................................................... VII-4
VII.3 Arahan Studi Lingkungan Yang Harus Dilakukan......................................................................VII-6
DAFTAR TABEL
Tabel ll- l Penduduk, Jumlah Kelurahan dan Rasio Jenis Kelamin Kota Cirebon menurut KecamatanTahun 2011-2015...................................................................................................................11-2
Tabel 11-2 Produk Domestik Regional Bruto Kota Cirebon Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2010 - 2013 (Milyar Rupiah).............................................................................................................11-3
Tabel lll- l Tabel Fasilitas D e rm aga....................................................................................................III-4
Tabel ui-2 Tabel Fasilitas Gudang di Pelabuhan C irebon............................................................. 111-4
Tabel 111-3 Tabel Fasilitas Lapangan Penumpukan di Pelabuhan Cirebon..........................................111-4
Tabel 111-4 Spesifikasi Kapal di Pelabuhan............................................................................................. 111-5
Tabel 111-5 Kolam dan Alur Pelabuhan C irebon................................................................................111-5
Tabel 111-6 Kapal Pandu dan Kapal Tunda dan Kapal PMK di Pelabuhan Cirebon..............................111-5
Tabel 111-7 Fasilitas Bongkar Muat Pelabuhan....................................................................................... 111-5
Tabel 111-8 Arus Barang Berdasarkan Perdagangan Pelabuhan CirebonTahun 2003-2014............. 111-5
Tabel 111-9 Arus Barang Berdasarkan Kemasan Pelabuhan Cirebon Tahun 2003-2014....................111-6
Tabel 111-10 Arus Barang Berdasarkan Komoditi Pelayaran Antar Negara Pelabuhan Cirebon Tahun2010-2011............................................................................................................................. II1-6
Tabel 111-11 Arus Barang Berdasarkan Komoditi Pelayaran Antar Pulau Pelabuhan Cirebon Tahun 2010-2011..............................................................................................................................111-6
Tabel m-12 Arus Kunjungan Kapal Pelabuhan Cirebon Tahun 2003-2014.................................111-7
Tabel 111-13 Kinerja Armada Bongkar Muat Batu bara dan BOR Jetty Muara Jati 1..............................111-7
Tabel 111-14 Kinerja Armada BM General Cargo dan BOR Dermaga...................................................... 111-8
Tabel 111-15 Kinerja Gudang dan Lapangan Penumpukan...................................................................... 111-8
RENCANA INDUK PELABUHAN CIREBON
Ringkasan Eksekutif
Tabel 111-16 SOR dan YOR di Pelabuhan Cirebon.................................................................................... 111-8
Tabel IV-1 Pertambahan Jumlah Penduduk Provinsi Jawa Barat Tahun 2003-2013.........................IV-2
Tabel IV-2 Proyeksi Jumlah Penduduk Provinsi Jawa Barat hingga Tahun 2035 (Jiwa).................... IV-2
Tabel IV-3 Tabel Proyeksi PDRB Berdasarkan Harga Konstan Provinsi Jawa Barat Hingga Tahun 2035(dalam Juta Rupiah)............................................................................................................. IV-3
Tabel IV-4 Hasil Test Perangkat Proyeksi..........................................................................................iv-4
Tabel IV-5 Proyeksi Arus Barang Berdasarkan Perdagangan di Pelabuhan Cirebon (Ton)............. IV-4
Tabel IV-6 Proyeksi Arus Barang Berdasarkan Perdagangan di Pelabuhan Cirebon (Ton)............. IV-4
Tabel IV-7 Tabel Proyeksi Arus Barang Berdasarkan Kemasan di Pelabuhan Cirebon (Ton)..........IV-5
Tabel IV-8 Tabel Proyeksi Kunjungan Kapal di Pelabuhan Cirebon.......................................... iv-5
Tabel V -l Tabel Kebutuhan Fasilitas Pokok Wilayah Darat Pelabuhan Cirebon.............................. V-9
Tabel V-2 Rekapitulasi Pengembangan Fasilitas Pelabuhan Cirebon...............................................V-10
Tabel V-4 Rencana Biaya Konstruksi Pengembangan Pelabuhan Cirebon...................................... V-24
Tabel V l-l Nilai Investasi Jangka Pendek, Menengah, dan Panjang................................................... V l-l
Tabel VI-2 Proyeksi Pendapatan, Beban Operasi, dan Arus Kas 2016-2035...................................... V l-l
Tabel VI-3 Hasil Analisa Kelayakan Keuangan (Skenario Moderat).................................................... V l-l
Tabel VI-4 Hasil Analisa Kelayakan Keuangan Masing-masing Skenario............................................VI-2
Tabel VI-5 Hasil Analisa Sensitivitas - Kenaikan Nilai Investasi.........................................................VI-2
Tabel VI-6 Hasil Analisa Sensitivitas - Pendapatan per To n .............................................................. VI-2
Tabel VI-7 Hasil Analisa Sensitivitas - Kenaikan Pendapatan per T o n ............................................. VI-2
Tabel VI-8 Hasil Analisa Sensitivitas - Margin Operasi.......................................................................VI-3
Tabel VI-9 Hasil Analisa Sensitivitas - Batas Nilai Kritis......................................................................VI-3
Tabel V ll-l Kapasitas minimal reception facility................................................................................... VII-4
Tabel VII-2 Tabel Sumber Pencemaran Minyak Bumi........................................................................ VII-5
Tabel VII-3 Tabel Identifikasi Dampak yang ditimbulkan kegiatan pelabuhan..................................VII-5
2
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1-1 Peta Lokasi Stud i......................................................................................................................1-2
Gambar ll- l Peta Rencana Tata Ruang....................................................................................................... 11-1
Gambar 11-2 Peta Rencana Pola Ruang.......................................................................................................11-1
Gambar 11-3 Peta Rencana Struktur Ruang Kota Cirebon........................................................................ 11-4
Gambar 11-4 Peta Rencana Pola Ruang Kota Cirebon................................................................................11-4
Gambar lll- l DLKR/DLKP Pelabuhan Cirebon........................................................................................Ill- l
Gambar ni-2 Pelabuhan Sekitar Pelabuhan Cirebon........................................................................... ill-2
Gambar 111-3 Peta Indikasi Hinterland.....................................................................................................111-2
Gambar 111-4 Grafik Pasang Surut............................................................................................................ III-3
Gambar Hl-5 W ave Rose Kejadian Selama 10 Tahun (2005-2014)................................................ III-3
Gambar ni-6 Diagram prediksi Sedimen di Pelabuhan Cirebon....................................................... III-3
Gambar 111-7 Lay Out Pelabuhan Pengumpul Cirebon........................................................................ lli-4
Gambar 111-8 Letak SBNP.............................................................................................................................. 111-7
Gambar IV-1 Diagram Alir Proyeksi Arus Barang....................................................................................... IV-l
Gambar IV-2 Grafik Proyeksi Jumlah Penduduk Provinsi Jawa Barat Hingga Tahun 2035 (Jiwa)....... IV-2
Gambar IV-3 Pertambahan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Provinsi Jawa Barat Tahun 2003-2013(dalam juta rupiah).............................................................................................................. IV-3
Gambar IV-4 Grafik Proyeksi PDRB Harga Konstan Provinsi Jawa Barat Hingga Tahun 2035 (Jiwa). IV-3
Gambar IV-5 Proyeksi Arus Barang Berdasarkan Perdagangan di Pelabuhan Cirebon (Ton)................IV-4
Gambar IV-6 Gambar Proyeksi Arus Barang Berdasarkan Kemasan di Pelabuhan Cirebon.................IV-5
Gambar V -l Kondisi Lay-out Pelabuhan Cirebon Eksisting....................................................................V-12
Gambar V-2 Rencana Zonasi Pengembangan Pelabuhan Cirebon.......................................................V-14
Gambar V-3 Rencana Pengembangan Jangka Pendek Pelabuhan Cirebon.........................................V-15
Gambar V-4 Rencana Pengembangan Jangka Menengah Pelabuhan Cirebon....................................V-17
Gambar V-5 Rencana Pengembangan Jangka Panjang Pelabuhan Cirebon........................................V-19
Gambar V-6 Alur Pelayaran Dan Failitas Perairan Pelabuhan Cirebon................................................ V-20
Gambar V-7 Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) Pelabuhan Cirebon........................................................ V-21
Gambar V-8 Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) Pelabuhan Cirebon.......................................... V-22
Gambar V-9 Rencana Penempatan SBNP.................................................................................................V-23
RENCANA INDUK PELABUHAN CIREBON
Ringkasan Eksekutif
3
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan batas batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra-dan antarmoda transportasi. Sedangkan Rencana Induk Pelabuhan adalah pengaturan ruang pelabuhan berupa peruntukan rencana tata guna tanah dan perairan di Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan. Bahwa berdasarkan Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran dan Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan telah ditetapkan antara lain bahwa setiap pelabuhan wajib memiliki Rencana Induk Pelabuhan yang mengacu kepada Rencana Induk Pelabuhan Nasional sesuai dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP.901 Tahun 2016 tentang Rencana Induk Pelabuhan Nasional.
Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP.901 Tahun 2016 tentang Rencana Induk Pelabuhan Nasional telah ditetapkan antara lain bahwa Pelabuhan Cirebon merupakan Pelabuhan Pengumpul.
Pelabuhan Cirebon merupakan pintu gerbang kegiatan usaha bagi hinterland yang luas, yaitu Provinsi Jawa Barat dan sebagian Provinsi Jawa Tengah di lintasan jalur jalan raya dan rel kereta api ke seluruh kota di Pulau Jawa merupakan keuntungan utama bagi pelabuhan Cirebon.
Pengembangan Pelabuhan Cirebon merupakan suatu hal yang sangat positif dalam rangka mendukung pembangunan di Provinsi Jawa Barat. Secara administratif Pelabuhan Cirebon masuk ke dalam wilayah Kota Cirebon letaknya berada pada: 06°42' 55,6" Lintang Selatan; 108°34l13,89" Bujur Timur dengan luas lahan pelabuhan 51 Ha.
Pelabuhan Cirebon dapat dicapai dengan mudah melalui jalan darat, baik dari arah Jakarta, Provinsi Jawa Barat maupun dari Jawa Tengah. Kemudahan ini mendukung kelancaran distribusi barang dari dan ke Pelabuhan Cirebon. Pelabuhan Cirebon didukung oleh kedalaman kolam -7 meter LWS. Sedangkan kapal yang memiliki draft diatas 7 meter dapat dilayani di daerah lego jangkar kurang lebih 10 km lepas pantai.
Kerangka dasar pembangunan pelabuhan yang tertuang dalam Rencana Induk Pelabuhan tersebut dijabarkan dalam tata ruang dengan tahapan pelaksanaan pembangunan jangka pendek (5 tahun), menengah (10 tahun) dan panjang (20 tahun). Hal tersebut dimaksudkan untuk menjamin kepastian usaha dan pembangunan pelabuhan yang terencana, terpadu, tepat guna, efisien dan berkesinambungan serta adanya sinkronisasi antara rencana pengembangan pelabuhan dengan rencana pengembangan wilayah.
RENCANA INDUK PELABUHAN CIREBON
Ringkasan Eksekutif
1.2 Dasar Hukum
Dalam melaksanakan Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Cirebon ini, terutama akanmendasarkan pada Peraturan perundangan sebagai berikut:
a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agrariab. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalanc. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruangd. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayarane. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Angkutan Jalanf. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidupg. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerahh. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasionali. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhanan sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2015j. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Kenavigasiank. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan Di Perairanl. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 Tentang Rencana Induk Pengembangan
Pariwisata Nasionalm. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2010 Tentang Perlindungan Lingkungan Maritimn. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 135 Tahun 2015 Tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 36 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan
o. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 25 Tahun 2011 Tentang Sarana Bantu Navigasi Pelayaran
p. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 26 Tahun 2011 Tentang Telekomunikasi Pelayaranq. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 129 Tahun 2016 Tentang Alur-Pelayaran Di Laut
dan Bangunan dan/atau Instalasi di Perairanr. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 93 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan dan
Pengusahaan Angkutan Lauts. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 20 Tahun 2015 Tentang Standar Keselamatan
Pelayarant. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 57 Tahun 2015 Tentang Pemanduan dan
Penundaan Kapalu. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 119 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 37 Tahun 2015 Tentang Standar Pelayanan Penumpang Angkutan Laut
v. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 136 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 52 Tahun 2011 Tentang Pengerukan dan Reklamasi
w. Keputusan Menteri Perhubungan 31 Tahun 2006 Tentang Pedoman Perencanaan di Lingkungan Departemen Perhubungan.
x. Keputusan Presiden No. 62 Tahun 2007 Tentang Fasilitas Umumy. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 901 Tahun 2016 Tentang Rencana Induk
Pelabuhan Nasional
1-1
z. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 22 Tahun 2010 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat
aa. Peraturan Daerah Kota Cirebon Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Cirebon
1.3 Maksud Dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari kegiatan "Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Pengumpul Cirebon, di Kota Cirebon, Provinsi Jawa Barat" adalah sebagai berikut.Maksud Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Pengumpul Cirebon adalah:> Sebagai pedoman dalam pembangunan, pengembangan dan operasional kegiatan
kepelabuhanan di Pelabuhan Pengumpul Cirebon;> Mengendalikan tercapainya target pembangunan jangka panjang sesuai rencana yang tertuang
dalam Rencana Induk Pelabuhan yang ditetapkan;> Mengidentifikasi pelaksanaan pembangunan jangka pendek dengan memperhatikan
pelaksanaan pembangunan secara optimal;> Mengoptimalkan penggunaan fasilitas eksisting pelabuhan dengan meningkatkan efisiensi
pemakaian fasilitas dan operasional pelabuhan;> Mengakomodasi dan memperhatikan perubahan pola kebijakan maupun strategi
pembangunan dengan memperhitungkan kondisi realistis yang berkembang sehingga memberi pengaruh terhadap arah rencana pembangunan dan pengembangan pelabuhan.
Tujuan Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Pengumpul Cirebonadalah kegiatan menyusun program atau rencana kegiatan kepelabuhanan yang meliputi:> Rencana penetapan fungsi kegiatan pokok dan penunjang pelabuhan jangka pendek,
menengah dan jangka panjang;> Menyusun rencana pembangunan dan pengembangan fasilitas dan utilitas pelabuhan;'y Menyusun rencana pengelolaan lingkungan geofisika dan arahan jenis-jenis penanganan
lingkungan;y Menyusun rencana pelaksanaan tahapan pembangunan dan pengembangan jangka pendek,
menengah dan jangka panjang;y Menyusun rencana kebutuhan ruang daratan dan perairan serta pemanfaatan ruang daratan
maupun ruang perairan.
1.4 Hirarki Pelabuhan Cirebon Sesuai RIPNMenurut RIP Nasional sesuai Keputusan Menteri Perhubungan No. KP 901 Tahun 2016, hirarki pelabuhan Cirebon adalah sebagai Pelabuhan Pengumpul dari tahun 2015 sampai dengan 2030.
1.5 Lokasi Wilayah Studi
Pelabuhan Cirebon terletak di Kota Cirebon, di pantai Utara Jawa Barat, kurang lebih 250 km dari Jakarta ke arah Timur. Posisi geografis pelabuhan ini terletak pada koordinat: 06°42' 55,6" Lintang Selatan; 108°34'13,89" Bujur Timur.
Pelabuhan Cirebon di Kota Cirebon dapat dicapai dengan mudah melalui jalan darat, baik dari arah Jakarta, Provinsi Jawa Tengah maupun dari kota Bandung. Kemudahan ini mendukung kelancaran distribusi barang dari dan ke Pelabuhan Cirebon.
RENCANA INDUK PELABUHAN CIREBON
Ringkasan Eksekutif
••J a k a r t a iPe labu han Cirebon
Imagu NOAA U !
Lands a:S Navy NGA G E B C O
C ' . l H V j l e M '!1
Gambar 1-1 Peta Lokasi Studi
1-2
BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI
II. 1 Gambaran Umum Wilayah Provinsi Jawa Barat
II.1.1 Rencana Pengembangan Dan Kebijakan WilayahBerdasarkan Peraturan Daerah Nomor 22 tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Barat , sistem perkotaan di provinsi Jawa Barat terdiri atas Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Penetapan PKN dan PKW di Provinsi Jawa Barat mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Nasional, sebagaimana dipaparkan dalam gambar berikut
Sumber: RTRW Provinsi Jawa Barat
Gambar l l- l Peta Rencana Tata Ruang
RENCANA INDUK PELABUHAN CIREBON
Ringkasan Eksekutif
Sumber: RTRW Provinsi Jawa Barat Gambar 11-2 Peta Rencana Pola Ruang
11.2 G a m b a ra n U m um W ilayah Ko ta C irebon
11.2.1 Letak dan Administratif WilayahKota Cirebon terletak didaerah pantai utara Provinsi Jawa barat bagian timur. Dengan letak geografis yang strategis sebagai jalur utama transportasi dari Jakarta menuju Jawa Barat, Jawa Tengah, yang melalui daerah utara atau pantai utara (pantura). Letak tersebut menjadikan suatu keuntungan bagi Kota Cirebon, terutama dari segi perhubungan dan komunikasi. Geografis Kota Cirebon terletak pada posisi 108.33° dan 6.41° Lintang Selatan pada pantai Utara Pulau Jawa, bagian timur Jawa Barat, memanjang dari barat ke timur + 8 kilometer, Utara Selatan +11 kilometer dengan ketinggian dari permukaan laut + 5 meter dengan demikian Kota Cirebon merupakan daerah dataran rendah dengan luas wilayah administrasi + 37,35 km2 atau + 3.735,8 hektar yang mempunyai batas-batas:
l l - l
Sebelah Utara Sebelah Barat Sebelah Selatan Sebelah Timur
: Sungai Kedung Pane : Sungai Banjir Kanal / Kabupaten Cirebon : Sungai Kalijaga : Laut Jawa
Sedangkan untuk perkiraan jarak antara Kota Cirebon terhadap wilayah PKN, dan wilayah Ciayumajakuning lainnya sebagai berikut:
- Kota Bandung : 130 KmBekasi : 229 Km
- Indramayu : 54 KmMajalengka : 61 KmKuningan : 35 Km
11.2.2 Kondisi Fisik dan Klimatologi WilayahIklim, Air Tanah dan Sungai Keadaan angin terdapat tiga macam angin:
1. Pancaroba: April - Nopember2. Angin Muson Barat: Desember - Maret3. Angin Muson Timur: Mei - Oktober
Angin Kota Cirebon termasuk daerah iklim tropis, dengan suhu udara minimum rata-rata 25,43°C dan maksimun rata-rata 30,48°C dan banyaknya curah hujan 1.624,2 mm per tahun dengan hari hujan 71 hari. Keadaan air tanah pada umumnya dipengaruhi oleh intrusi air laut, sehingga kebutuhan air bersih masyarakat untuk keperluan minum sebagian besar bersumber dari pasokan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Cirebon yang sumber mata airnya berasal dari Kabupaten Kuningan.Sedangkan untuk keperluan lainnya sebagian besar diperoleh dari sumur dengan kedalaman antara dua meter sampai dengan enam meter, di samping itu ada beberapa daerah/wilayah kondisi air tanah relatif sangat rendah dan rasanya asin karena intrusi air laut dan tidak dapat digunakan untuk keperluan air minum.
11.2.3 Kondisi Kependudukan WilayahPenduduk yang jumlah besar merupakan asset bagi pembangunan jika penduduknya berkualitas. Dengan besarnya jumlah penduduk akan menyebabkan besarnya jumlah angkatan kerja. Besarnya angkatan kerja ini akan membutuhkan lapangan pekerjaan yang lebih banyak lagi, dan membuka lapangan kerja tidak semudah membalik telapak tangan. Melalui data kependudukan akan diperoleh gambaran mengenai dinamika, perkembangan penduduk, perbandingan serta dapat diperoleh gambaran kondisi kependudukan Kota Cirebon terhadap Provinsi Jawa Barat. Data kependudukan dapat diperoleh dari data dalam angka Kota Cirebon dan Provinsi Jawa Barat. Kondisi Kependudukan Kota Cirebon dapat digambarkan sebagai berikut: a. Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin
Berdasarkan data dalam angka 2014 Kota Cirebon, jumlah penduduk Kota Cirebon dari tahun ke tahun meningkat yaitu sebesar 300.434 jiwa pada tahun 2011 meningkat menjadi 301.720 jiwa pada tahun 2012.
RENCANA INDUK PELABUHAN CIREBON
Ringkasan Eksekutif
Tabel l l- l Penduduk, Jumlah Kelurahan dan Rasio Jenis Kelamin Kota Cirebon menurut Kecamatan Tahun 2011-2015
No Kecamatan KelurahanPenduduk
Sex RatioLaki-laki Perempuan Jumlah
1 Harjamukti 5 53,536 52,451 105,987 102,07
2 Lemahwungkuk 4 27,908 26,880 54,788 103,82
3 Pekalipan 4 14,787 15,226 30,013 97,124 Kesambi 5 36,530 36,289 72,819 100,665 Kejaksan 4 21,467 22,420 43,887 95,75
Jumlah 2015 22 154,228 153,266 307,494 100,63Jumlah 2014 22 153,362 152,537 305,899 100,54Jumlah 2013 22 152,573 151,740 304,313 100,55Jumlah 2012 22 151,273 150,447 301,720 100.55Jumlah 2011 22 150,628 149,806 300,434 100.55
Sumber: Kota Cirebon dalom Angka, BPS 2016
11.2.4 Kondisi Perekonomian WilayahKota Cirebon beberapa tahun terakhir telah berubah menjadi kota metropolis baru dipesisir pantura. Hal ini tergambar dari pembagunan fisik yang menonjolkan kekhasan pembangunan perkotaan. Salah satunya dapat dilihat dengan semakin banyaknya pembangunan pusat perbelanjaan di Kota Cirebon. Disamping itu pembangunan hotel dan tempat tinggal yang semakin marak membuat Kota Cirebon yang merupakan kota persinggahan dan hinterland di daerah timur Jawa Barat mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi selama tahun 2015. Sepanjang tahun 2013 semua sektor di Kota Cirebon mengalami pertumbuhan positif. Bila pada tahun 2011 Kota Cirebon mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 5,93 persen dan pada tahun 2012 tumbuh 5,57 persen, maka pada tahun 2013 pertumbuhannya sebesar 4,79 persen.Secara umum kegiatan ekonomi dikelompokkan menjadi tiga sektor ekonomi yaitu:
1. Sektor Primer, yaitu sektor yang tidak mengolah bahan mentah atau bahan baku melainkan hanya mendayagunakan sumber-sumber alam seperti tanah dan deposit didalamnya. Yang termasuk kelompok ini adalah sektor pertanian serta sektor pertambangan dan penggalian.
2. Sektor Sekunder, yaitu sektor yang mengolah bahan baku, baik yang berasal dari sektor primer maupun sektor sekunder menjadi barang lain yang lebih tinggi nilainya. Sektor Sekunder mencakup sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas, air bersih dan sektor bangunan/konstruksi.
3. Sektor Tersier atau dikenal juga sebagai sektor jasa-jasa, yaitu sektor-sektor yang tidak memproduksi dalam bentuk fisik melainkan dalam bentuk jasa. Yang termasuk sektor ini adalah sektor perdagangan, sektor pengangkutan dan komunikasi, bank dan lembaga keuangan, sewa rumah, pemerintahan dan jasa-jasa.
Dari pengelompokkan tersebut tampak bahwa kelompok tersier masih mendominasi dalam penciptaan nilai tambah di Kota Cirebon. Total Nilai Tambah Bruto (NTB) atas dasar harga
11-2
berlaku dari kelompok sektor tersier di tahun 2013 mencapai Rp. 10.207,21 milyar, atau meningkat 11,18 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Tabel 11-2 Produk Domestik Regional Bruto Kota Cirebon Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2010 - 2013 (Milyar Rupiah)
Kelompok/ Lapangan Usaha 2010 2011*1 2012*1 2013**)
1. Primer 39,25 42,23 40,85 46,961) Pertanian 39,25 42,23 40,85 46,962) Pertambangan - - - -
II. Sekunder 3.359,22 3.771,48 4.045,64 4.443,983) Industri 2.435,68 2.660,58 2.896,28 3.173,004) Listrik gas dan air 260,84 274,04 295,95 334,395 ) Bangunan 662,69 776,89 853,42 936,59
III. Tersier 7.532,97 8.363,34 9.180,40 10.207,216) Perdagangan 3.873,59 4.263, 72 4.703,24 5.211,907) Pengangkutan 1.619,65 1.859,28 2.020,66 2.270,308) Lembaga keuangan 1.166,95 1.271,04 1.397,31 1.546,029) Jasa-jasa 872,78 969,31 1.059,20 1.176,98
PDRB 10.931,43 12.117,05 13.266,90 14.698,15Sumber: Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Kota Cirebon 2010-2013
11.2.5 Sektor Unggulan Potensi Wilayaho Di sektor pertanian Kota Cirebon merupakan salah satu lumbung padi nasional, demikian
pula mangga gedong gincu yang merupakan produk unggulan Kabupaten Majalengka, Kabupaten Cirebon, dan Kabupaten Indramayu.
o Sektor industri jasa dan manufaktur, seperti batik, rotan, makanan olahan, dan perdagangan, terpusat di Kota Cirebon dan Kabupaten Cirebon, sementara bola yang diekspor ke Eropa dan Afrika Selatan adalah komoditas unggulan Kabupaten Majalengka. Kabupaten Indramayu adalah penghasil minyak dan gas yang dikelola PT Pertamina.
o Sektor pariwisata menjadi andalan Kabupaten Kuningan yang menjual kelestarian hutan di sekitar Gunung Ciremai. Demikian pula Kabupaten dan Kota Cirebon menyuguhkan wisata budaya sekaligus religi dengan kehadiran tiga keraton dan makam Sunan Gunung Jati yang tak pernah sepi dikunjungi.
o Infrastruktur pendukungnya adalah akses di Ciayumajakuning. Tol Palimanan-Kanci dan tol Kanci-Pejagan kian mempercepat lalu lintas kendaraan dari Jawa Tengah ke DKI Jakarta.
o Kota Cirebon memiliki letak geografis yang sangat strategis. Berada di persimpangan jalur Jawa Barat dan Jawa Tengah, dilalui oleh jalur lintas nasional dan menjadi pusat pertemuan / titik simpul seluruh moda transportasi. Sebagai konsekuensi letak geografis tersebut kapasitas infrastruktur yang ada menjadi tidak sebanding dengan beban yang terjadi. Sehingga saat ini sudah terasa bertambahnya titik-titik kemacetan terutama di lintasan-lintasan sebidang jalur kereta api, selain itu jumlah jalan dengan kondisi rusak pun semakin bertambah. Fenomena commuter Cirebon - Jakarta semakin hari semakin
RENCANA INDUK PELABUHAN CIREBON
Ringkasan Eksekutif
tinggi, hal ini dipicu dengan semakin membaiknya pelayanan dan infrastruktur jalur kereta api lintas pulau Jawa.
o Keberadaan Pelabuhan Cirebon dipandang sebagai salahsatu fasilitas yang sangat strategis karena hanya satu-satunya di wilayah pantai Utara khususnya Jawa Barat bagian timur. Diharapkan dengan berkembangnya Pelabuhan Cirebon pelaku industri bisa memangkas biaya Rp 2,5-3 juta per kontainer jika tak harus mengapalkan produk mereka lewat Tanjung Priok.Dengan rata-rata ekspor 1.200 kontainer per bulan, pelaku industri rotan Cirebon saja bisa menghemat biaya transportasi sampai Rp 3,6 miliar per bulan atau Rp 43,2 miliar per tahun.
o Mayoritas arus barang di Pelabuhan Cirebon saat ini adalah batu bara yang akan digunakan untuk memasok kebutuhan batu bara di kota-kota di Jawa Barat, utamanya seperti Bandung, Bogor, maupun beberapa kota di Jawa Tengah bagian barat. Seiring dengan kenaikan harga BBM yang beberapa saat lalu mencapai puncaknya (meskipun sekarang sedang pada titik terendah), beberapa industri di Jawa Barat mengubah bahan bakarnya dari BBM ke batu bara, sehingga potensi kenaikan arus barang terutama batu bara masih terbuka.
11.2.6 Jaringan Transportasi WilayahKota Cirebon memiliki letak geografis yang sangat strategis. Berada di persimpangan jalur Jawa Barat dan Jawa Tengah, dilalui oleh jalur lintas nasional dan menjadi pusat pertemuan / titik simpul seluruh moda transportasi. Sebagai konsekuensi letak geografis tersebut kapasitas infrastruktur yang ada menjadi tidak sebanding dengan beban yang terjadi. Sehingga saat ini sudah terasa bertambahnya titik-titik kemacetan terutama di lintasan- lintasan sebidang jalur kereta api, selain itu jumlah jalan dengan kondisi rusak pun semakin bertambah. Fenomena commuter Cirebon - Jakarta semakin hari semakin tinggi, hal ini dipicu dengan semakin membaiknya pelayanan dan infrastruktur jalur kereta api lintas pulau Jawa. Waktu tempuh pun semakin singkat, dan bukan tidak mungkin Kota Cirebon menjadi pilihan utama mereka yang bekerja di Jakarta untuk bertempat tinggal di Kota Cirebon. Sementara untuk transportasi massal masih mengandalkan moda angkutan kota yang jumlahnya cenderung tetap.Persoalan lainnya adalah keberadaan Pelabuhan Cirebon dipandang sebagai salahsatu fasilitas yang sangat strategis karena hanya satu-satunya di wilayah pantai Utara khususnya Jawa Barat bagian timur. Sebelum transportasi darat berkembang pesat seperti saat ini, arus barang dan penumpang yang keluar masuk pelabuhan Cirebon termasuk cukup tinggi. Namun seiring dengan perkembangan transportasi darat yang semakin maju, keberadaan pelabuhan Cirebon sebagai moda transportasi barang dan penumpang sedikit demi sedikit mulai berkurang. Saat ini pelabuhan masih digunakan sebagai transit barang / kapal laut serta lebih diutamakan untuk pengangkutan batu bara sebagai bahan bakar industri di wilayah Bandung dan sekitarnya. Akibat perkembangan tersebut jalur transportasi Cirebon - Bandung menjadi lebih cepat rusak karena dimuati oleh beban yang berlebih, belum dampak dari debu batubara yang mencemari lingkungan sekitar pelabuhan dan kawasan permukiman di wilayah tersebut. Waktu tempuh jalur Cirebon - Bandung pun menjadi lebih lama. Aksesibilitas transportasi ke wilayah selatan juga masih menjadi persoalan. Peningkatan aksesibilitas ke wilayah selatan diharapkan dapat menjadi pemicu peningkatan perekonomian masyarakat sekitar yang saat ini masih tertinggal dibanding wilayah lainnya di Kota Cirebon.
11-3
11.2.7 Rencana Pengembangan Dan Kebijakan Wilayah
Melalui Peraturan Daerah Kota Cirebon Nomor 8 Tahun 2012 perencanaan pembangunan Kota Cirebon telah diarahkan hingga periode tahun 2011- 2031. Rencana Struktur Ruang dimaksud sebagaimana gambar berikut
776000 778000 730000 737000 734000
K A B. C IR EBO N
730000 734000
J . D f KAB. C REBO Nk ) 1
Sumber: RTRW Provinsi Jawa Barat
Gambar 11-3 Peta Rencana Struktur Ruang Kota Cirebon
RENCANA INDUK PELABUHAN CIREBON
Ringkasan Eksekutif
11.2.8 Rencana Pola Ruang Kota Cirebon
Melalui Peraturan Daerah Kota Cirebon Nomor 8 Tahun 2012 perencanaan Pola Ruang Kota Cirebon telah diarahkan hingga periode tahun 2011- 2031. Sebagaimana gambar berikut
Sumber: RTRW Provinsi Jawa Barat
Gambar 11-4 Peta Rencana Pola Ruang Kota Cirebon
11-4
BAB III. KONDISI EKSISTING PELABUHAN
III.1 G a m ba ra n U m u m P ela bu h a n
III.1.1 Status Pelabuhan
Status Pelabuhan Cirebon sendiri adalah Pelabuhan Pengumpul sesuai dengan Rencana Induk Pelabuhan Nasional. Oleh karenanya Pelabuhan Cirebon diharapkan dapat menjadi gerbang utama dalam mendukung perkembangan perekonomian Jawa Barat yang merupakan sasaran penanaman modal paling besar baik modal asing maupun modal dalam negeri, mengingat Provinsi ini memiliki ragam jenis indrustri yang sangat banyak mulai dari indrusti makanan sampai indrusti tekstil, indrustri barang, pertanian, logam mulia, kimia mesin, peralatan, pabrik semen, pupuk.
Selain itu juga di sekitar Cirebon sendiri terdapat pabrik semen , pabrik tekstil, makanan ternak, pabrik jala, dan yang paling utama adalah pengrajin rotan.
DLKP dan DLKR EksistingBerdasaran "Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Perhubungan No. 58 tahun 1988 dan Nomor: KP 25/AL 108/PHB-88 tentang Batas-batas Daerah Lingkungan Kerja dan Derah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan Cirebon", menetapkan, bahwa Pelabuhan Cirebon mempunyai luas 51 ha Daerah Lingkungan Kerja dan 25 ha Daerah Lingkungan Kepentingan, serta perairan Pelabuhan seluas 8.410,91 ha.Pelabuhan Cirebon diharapkan bisa menampung segala kebutuhan dalam mendukung kegiatan bongkar muat barang. Pelabuhan Cirebon didukung oleh kedalaman kolam sampai -6,5 m LWS. Sedangkan kapal yang memiliki draft lebih dapat dilayani di daerah lego jangkar kurang lebih 5 -1 0 km lepas pantai.Secara lebih jelas Daerah Lingkungan Kerja dan Derah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan Cirebon (DLKR/DLKP pelabuhan Cirebon) ini disajikan pada Gambar berikut.
RENCANA INDUK PELABUHAN CIREBON
Ringkasan Eksekutif
K E T E R A N G A N :
Pantoi
Kontur
Jalón Arten
Jalón Kereta ApiBatos Perairan Daerah Pelabuhan
TITIK — TITIK KO O R D INAT DAERAH LIN G KU N G A N K E R JA DAN M E R A H LIN G KUN G AN K E P E N TIN G A N
n jBgrar.rn: .wlOT-M“-»* IT
ior-ay-44* bt tjl _2E=f£=Hla10T-XT-&2* BT
" ¿ K E S S
l s10r-J4’-1t* BTT.7. IOT-J4’-1B" BTt* ..ar.-tf.-w ^lor-SA'-jjr bt r.«,
i f l r - w - M ' B
n a i»‘ tOB-SJ'-JT" BT
TITIK KO O R D IN A T DAERAH PERAIRAN
_2E=«£=«sr±S»or-ajT-tí* bt* o»-4<y-por l< iMr-4or-ea* btc. JBEriT=?r.tf Hw-ror-eer bt
10B’ - » —«C*BT
3 Km +
108*35
108-35*
Gambar lll- l DLKR/DLKP Pelabuhan Cirebon
III.1.2 Pelabuhan/Terminal Di Sekitar Lokasi Studi
'Kola Sutang/ Kab Prwlka'ta
Km Maengka
Kat ¿umedargKab b r c ^ e a r ^ J ^
nvM.yin
Beberapa Pelabuhan di sekitar Pelabuhan Cirebon diantaranya adalah sebagaimana gambar berikut:
PRABVWANTAIUJYj RÓ«,
Legenda* FELABUHAN
FELABUHAN CIREBON
i j s j s Ibukota Jk1. \ ■:
K y j o ) ■ . )• i T V-» * f I/ p V ) • S Ji y f) J l ' <*. r a f e 3'« . / .
r^\ / / V "’’•J A Y < /• (? ■ x t
ts, W HAT j H»H*> Pt lo SUV UO í * * ' P V u W P W F i W . ^ }” \
rP a r r a' , r X ^ PELA3J m<NPERIHANVJ :»E!A \C,4 • \ PEl.-.SL>K.NEBV j ANGASEALOWAN
7 ■ v '30 -d *ina*.i\ » v& * a t ) Subang \ ■ ■ . . v
3 Boga'L \ l PELABUHAN CIREBON
, PE.ASUHAN PEPlKV-riAN ^ I aWANP T'v \ ^ •- .n 'D iiii 'iD j \t.ir
S O yjBapakan
1' 1 •'Kaa B ét)
<rV- iKat - : g-i • ' f } ^ J
Gambar 111-2 Pelabuhan Sekitar Pelabuhan Cirebon
III.1.3 Hinterland PelabuhanSecara topografis, sebagian besar wilayah Kota Cirebon merupakan dataran rendah dan sebagian kecil merupakan wilayah perbukitan yang berada di wilayah selatan kota. Kondisi wilayah kota yang sebagian besar berupa dataran rendah menjadi kendala tersendiri karena kecepatan aliran air hujan yang terbuang ke laut menjadi lambat dan sangat berpotensi menimbulkan genangan banjir di beberapa tempat. Namun kondisi lahan yang relative datar dapat mendukung bagi perkembangan kota dan peningkatan infrastruktur kewilayahan, seperti misalnya pengembangan jalan poros, pengembangan terminal peti kemas. Selain itu juga posisi geografis yang strategis (akses ke Jakarta dan Bandung serta akses ke Semarang dan Yogyakarta).
RENCANA INDUK PELABUHAN CIREBON
Sumber: Analisis Konsultan
Gam bar 111-3 Peta Indikasi Hinterland
.1.4
.1.5
Kondisi Jalan Akses Dari dan Ke Pelabuhan Jalan akses Utama adalah jalan kias 1 yang menghantar k Jarak Pantura dengan Pelabuhan hanya berkisar 3 km menghantarkan ke Bandung dan sekitarnya, dalam k is a rs i
C\rebon menu)Upa"tura’
r»
jalan Tol yang
3 ^ 3.0 km.
Kondisi BathymetriKondisi Batimetri di alur Pelabuhan Cirebon cukup la n d ^ pelayaran sangat tidak menguntungkan karena dengar» sepanjang alur dan kolam pelabuhan.
.1.6 Kondisi Topografi
Wilayah kegiatan kepelabuhan secara geologi m em pun yang terdiri dari perselang-selingan endapan lepung dan laut perairan dangkal.
f t V '
tuk kepent'°6an a'ur
'SS&S* p' " s
,1.7
Keadaan bentang alam di lokasi Pelabuhan Cirebon ditandai dengan kemiringan kurang dari 2%. Satuan bentang alam didaerah ini merupakan satuan bentang alam dataran pantai. Ketinggian dataran di lokasi Pelabuhan Cirebon berkisar antara 1-2 m diatas permukaan laut. Kemudian keadaan dataran pantai ini ditandai dengan kelandaian yang jauh menjorok ke laut, yaitu sekitar jarak 1.000 m dari garis pantai.
Kondisi Pasang SurutPasang surut di muka pelabuhan Cirebon hampir sama dengan kondisi di wilayah perairan pantura pada umumnya baik tunggang pasang surut maupun tipe pasang surutnya.Hasil pengamatan yang telah dilakukan dimuka pelabuhan Cirebon sebagaimana digambarkan dalam grafik pasang surut berikut
7| rtrp
Tanggal Pengamatan
HWSMSL
LWS
Gambar 1)1-4
(High Water Surface) = (Mean Sea Level) =
(Low Water Surface) =
Grafik Pasang Surut
+ 1,21 m + 0,59 m
0,00 m
1.1.8 Kondisi Arus Dan GelombangGelombangDimana jumlah seluruh kejadian untuk data angin lokasi pekerjaan dengan didukung data angin selama 10 tahun mulai dari 2005-2014 dipergunakan untuk memprediksi gelombang dengan hasil sebagaimana gambar wave Rose berikut:
RENCANA INDUK PELABUHAN CIREBON
Ringkasan Eksekutif
»%
Gambar 111-5 Wave Rose Kejadian Selama 10 Tahun (2005-2014)
SedimenDari hasil prediksi untuk laju sedimentasi yang terjadi pada daerah pelabuhan Cirebon dapat dilihat pada gambar berikut:
• i !»
■«553
-8 700
■e 7:2
-8.704
-8 708
-8 708
•8 710
-8 712
-6 714
-8 718
-8 718
-8 720
Total load-direction
Sumber:Analisis KonsultanGambar ni-6 Diagram prediksi Sedim en di Pelabuhan Cirebon.
Laju sedimentasi lokasi perairan pelabuhan Cirebon untuk titik pengamatan pada daerah alur pelayaran terlihat tidak terlalu dibandingkan dengan area lokasi yang ada di depan pintu masuk alur menuju ke lepas pantai terjadi perubahan sedimentasi hal ini dikarenakan adanya pendangkalan pada wilayah tersebut. Selain itu juga arah gelombang yang mengarah ke arah selatan.
III.2 Fa silita s E ksistin g P ela b u h a n
.2.1 Fasilitas Pokok Dan Penunjang Pelabuhan Lay Out PelabuhanPelabuhan Cirebon dapat dicapai dengan mudah melalui jalan darat, baik dari arah Jakarta, Provinsi Jawa Tengah maupun dari kota Bandung. Kemudahan ini mendukung kelancaran distribusi barang dari dan ke Pelabuhan Cirebon.Pelabuhan Cirebon didukung oleh kedalaman kolam sampai -6,5 m LWS. Sedangkan kapal yang memiliki draft lebih dapat dilayani di daerah lego jangkar kurang lebih 10 km lepas pantai.Dengan luas 51 ha Daerah Lingkungan Kerja dan 25 ha Daerah Lingkungan Kepentingan, serta perairan Pelabuhan seluas 8.410,91 ha, Pelabuhan Cirebon diharapkan bisa menampung segala kebutuhan dalam mendukung kegiatan bongkar muat barang.
KOTA C * C » O N
Lcgrnda■ Dermaga
GudangZona Curah Kenng Zona Curah Cair Zona Multipurpose Zona Docking
■ Perkantoran Rumoh Sakit Business Center Belum Termanfaatkan
Sumber: KSOP Cirebon
Gambar 111-7 Lay Out Pelabuhan Pengumpul Cirebon
DermagaFasilitas dermaga yang ada di Pelabuhan Cirebon seperti dapat dilihat pada Tabel dibawah dibedakan menjadi Dermaga Kolam Muarajati, Dermaga Kolam Pelabuhan II dan I dan Dermaga Pelra
RENCANA INDUK PELABUHAN CIREBON
Ringkasan Eksekutif
Tabel l ll - l Tabel Fasilitas Dermaga
NO URAIAN SATUAN VOLUME KETERANGAN
1. DERMAGA KOLAM MUARAJATI- Muarajati 1 & III (Beton) Meter 355 Kedalaman (6) M Lws
II. DERMAGA KOLAM PELABUHAN II- Muarajati II (Sheet pile Beton) Meter 248 Kedalaman (6) M Lws
Linggarjati (Sheet pile Beton) Meter 131 Kedalaman (6) M Lws- Pelita 1 - III (Beton) Meter 111 Kedalaman (6) M Lws
III. DERMAGA KOLAM PELABUHAN 1- Surya Sumantri 1 - IV (Beton) Meter 68 Kedalaman (3-4) M Lws
Samadikun (Beton) Meter 67 Kedalaman (3-4) M Lws- Perniagaan 1 - IV (Beton) Meter 44 Kedalaman (2-3) M Lws
IV. DERMAGA KOLAM KHUSUS PELRA- Pelra (Kayu) Meter 150 Kedalaman (2) M Lws
Sumber: KSOP Cirebon
Pergudangan dan Lapangan PenumpukanGudang yang terdapat di Pelabuhan Cirebon sebanyak 5 buah dengan luas total 8.342 m2 dan
perincian secara lebih jelas dapat dilihat pada Tabel III.2
Tabel 111-2 Tabel Fasilitas Gudang di Pelabuhan Cirebon
NO URAIAN SATUAN VOLUME KETERANGAN1 Muara Jati M2 4.0002 101 M2 1.6103 102 M2 1.3664 103 M2 3465 Samadikun M2 1.020
Sumber: KSOP Cirebon
Tabel 111-3 Tabel Fasilitas Lapangan Penumpukan di Pelabuhan Cirebon
No Uraian Satuani Volume Keterangan1 Linggarjati (Konvensional) M2 9.6202 Muarajati III (CY) M2 4.5003 Suryat Sumatri (Stock Pile) M2 8.4704 Pelita (Stock Pile) M2 14.300
Sumber: KSOP Cirebon
III.2.2 Spesifikasi Kapal Yang Tambat Di Pelabuhan
Kunjungan KapalArus kunjungan kapal di Pelabuhan Cirebon dalam kurun waktu 2003-2014 mengalami perkembangan cukup fluktuatif, rata-rata pertumbuhan dalam kurun waktu tersebut berdasarkan unit kapal mengalami penurunan sebesar -1,03 % sedangkan berdasarkan GT kapal rata-rata pertumbuhan mengalami peningkatan yaitu sebesar 5,76%.Selain kapal barang dan Curah Cair juga Ponton Batu bara 270 Feet.
Tabel 111-4 Spesifikasi Kapal di Pelabuhan
rtiiT.’inic C13W
700 58 9.7 3.7
1.000 6-1 10.1 1,22 .000 RI 12,7 4 ,9
3 .0 0 0 9 2 11,2 5 ,75 .0 0 0 109 I <V,4 i* 88 .000 126 18.7 8,010.000 137 19,9 8,515.000 153 22,3 9,320.000 177 23,4 10,030.000 1S6 27,1 10,940 .000 201 29,4 11,750 .000 216 _____3U5_____ 12,4
K*t>al Mi.iv^k ( l ) W n700 50 ß-5 -1.7
1.000 <•'» I 9,8 4,(Ji.OOO 77 12.2 S.CI3.000 88 1 i,K vi,fi
5 .0 0 0 IlH 16,210.000 130 20,1 8,015.000 148 22,8 9.0
III.2.3 Kedalaman Kolam Dan Alur PelabuhanHingga saat ini Pelabuhan Cirebon memiliki alur sepanjang 2.500 m dengan lebar 70 m dan kedalaman bervariasi antara -6 hingga -7 m terhadap LWS.Secara lebih jelas data kolam dan alur pelabuhan Cirebon ini dapat dilihat pada Tabel berikut
Tabel 111-5 Kolam dan Alur Pelabuhan Cirebon
NO URAIAN SATUAN VOLUME KETERANGAN
1. ALUR MASUKPanjang Meter 2.500 Kedalaman (7) M Lws
- Lebar Meter 70
II KOLAM PELABUHAN Ha 10,92- Kolam Muarajati 1 Ha 2,66 Kedalaman (7) M Lws- Kolam Pelabuhan 1 Ha 2,66 Kedalaman (6) M Lws
- Kolam Pelabuhan II Ha 4,30 Kedalaman (6) M Lws- Kolam Khusus Pelra Ha 1,12 Kedalaman (4) M Lws
III. PENAHAN GELOMBANG- Panjang Meter 1.406
Sumber: KSOP Cirebon
III.2.4 Data Peralatan Pelabuhan
Kapal Pandu dan kapal TundaPelabuhan Cirebon memiliki 1 (satu) unit Kapal Pandu kapasitas 2x400 PK dan 2 (dua) buah kapal tunda masing-masing berkapasitas 1.700 PK dan 1.200 PK. Daerah pandu Pelabuhan Cirebon meliputi koordinat batas:
06°40' 00" LS; 108°37‘ 40" BT
RENCANA INDUK PELABUHAN CIREBON
Ringkasan Eksekutif
06°44' 30" LS; 108°37' 40" BT 06°44' 30" LS; 108°35' 40" BT 06°40' 00" LS; 108°33' 10" BT
Tabel 111-6 Kapal Pandu dan Kapal Tunda dan Kapal PMK di Pelabuhan Cirebon
NO URAIAN SATUAN VOLUME KETERANGAN
1. KAPAL PANDU Unit 1
II. KAPAL TUNDA Unit 1
III PMK Kapasias 5000 Liter
Sumber: KSOP Cirebon
111.3.6 Fasilitas Bongkar Muat
Unit 1
Pemanfaatan teknologi dapat dilihat dengan adanya fasilitas bongkar muat serta fasilitas telekomunikasi sebagai fasilitas yang membantu kegiatan operasional pelabuhan. Fasilitas bongkar muat dapat dilihat pada Tabel berikut
Tabel 111-7 Fasilitas Bongkar Muat Pelabuhan
NO URAIAN
I. ALAT BONGKAR MUAT Forklift Kap. 5 Ton Mobile Crane Kap. 25 Ton Wheel Loader Kap. 5 M3 Excavator Kapasitas Kap. 2,1 m3Dump Truck Kap. 20 Ton Rampdoor
Sumber: KSOP Cirebon
SATUAN
UnitUnitUnitUnitUnitUnit
VOLUME KETERANGAN
112442
III.3 Da ta O p er a sio n a l P ela bu h a n
Arus Bongkar Muat BarangArus barang berdasarkan perdagangan di Pelabuhan Cirebon Tahun 2010-2013 dapat dibedakan atas ekspor dan impor serta bongkar dan muat, secara total rata-rata perkembangannya sebesar 3 %, tidak ada arus barang ekspor. Arus barang yang terbesar antara barang bongkar dan muat adalah berdasarkan barang yang bongkar (98%) dibanding barang yang dimuat (2%).
Tabel 111-8 Arus Barang Berdasarkan Perdagangan Pelabuhan CirebonTahun 2003-2014
Tahun
Arus Barang Berdasarkan Perdagangan (Ton)
JumlahAngkutan Luar Negeri Angkutan Dalam NegeriEkspor Impor Bongkar Muat
2003 207 42,124 1,481,277 206,753 1,730,361
2004 - 46,109 2,306,248 106,360 2,458,717
2005 - 64,386 2,773,111 144,300 2,981,797
2006 - 72,873 2,981,779 215,791 3,270,443
111-5
TahunArus Barang Berdasarkan Perdagangan (Ton)
JumlahAngkutan Luar Negeri Angkutan Dalam Negeri
Ekspor Impor Bongkar Muat
2007 - 76,478 3,324,367 143,675 3,544,520
2008 8,104 80,083 3,666,955 71,559 3,826,7012009 4,003 53,840 3,471,277 55,014 3,584,134
2010 - 68,130 3,570,740 59,386 3,698,256
2011 - 125,249 3,757,248 199,279 4,081,776
2012 - 145,376 3,690,342 36,865 3,872,583
2013 - 229,332 3,784,493 32,348 4,046,173
2014 - 191,981 4,374,424 78,127 4,644,532Sumber: KSOP Cirebon
Arus barang berdasarkan kemasan di Pelabuhan Cirebon Tahun 2010-2013 terdiri dari general cargo, bag cargo, curah cair non BBM dan curah kering, untuk kemasan petikemas pada tahun tersebut tidak ada.
Tabel 111-9 Arus Barang Berdasarkan Kemasan Pelabuhan Cirebon Tahun 2003-2014
Tahun
Arus Barang Berdasarkan Kemasan (Ton)Jumlah
GeneralCargo
BagCargo
CurahCairBBM
CurahCair Non
BBM
CurahKering
Petikemas Lain-lain
2003 208,472 441,760 171,377 965 906,979 - 808 1,730,361
2004 184,683 304,640 147,075 96 1,822,223 - - 2,458,717
2005 239,914 372,908 58,967 138,116 2,171,892 - - 2,981,797
2006 84,393 320,290 53,673 175,217 2,636,870 - - 3,270,443
2007 63,442 229,680 26,837 219,988 3,004,574 - - 3,544,520
2008 42,490 139,070 - 264,759 3,380,382 - - 3,826,701
2009 37,321 170,116 700 344,330 3,029,250 2,417 - 3,584,134
2010 41,159 215,772 - 355,540 3,085,785 - - 3,698,256
2011 34,342 226,724 - 405,387 3,415,323 - - 4,081,776
2012 25,141 138,769 - 345,561 3,363,112 - - 3,872,583
2013 9,299 120,829 - 346,328 3,569,717 - - 4,046,173
2014 10,570 137,350 - 393,681 4,102,931 - - 4,644,532
Sumber: KSOP Cirebon
Arus barang berdasarkan komoditi dapat dibedakan atas pelayaran antar negara dan antar pulau. Arus barang komoditi berdasarkan antar negara di Pelabuhan Cirebon tahun 2010- 2011 untuk barang impor terdiri dari komoditi aspal dan gypsum, sedangkan barang yang di ekspor tidak ada.
Tabel 111-10 Arus Barang Berdasarkan Komoditi Pelayaran Antar Negara Pelabuhan Cirebon Tahun 2010-2011
RENCANA INDUK PELABUHAN CIREBON
Ringkasan Eksekutif
No Uraian Satuan 2010 20111 Aspal Ton 42,307 41,0512 Barang dalam Petikemas Ton 0 03 Barang Proyek Ton 0 04 Gypsum Ton 25,823 84,1985 Lain-lain Ton 0 0
Jumlah Impor Ton 68,130 125,2491 Barang dalam Petikemas Ton 0 02 Barang Proyek Ton 0 03 Lain-lain Ton 0 0
Jumlah Ekspor Ton 0 0Sumber: KSOP Cirebon
Arus barang komoditi berdasarkan pelayaran antar pulau tahun 2010-2011 untuk barang bongkar terdiri dari komoditi batubara, minyak sawit, tepung sagu, pupuk, gypsum, dan komoditi lainnya. Komoditi bongkar ini sebagian besar adalah komoditi batubara (98% dari barang yang di bongkar).
Tabel 111-11 Arus Barang Berdasarkan Komoditi Pelayaran Antar Pulau Pelabuhan Cirebon Tahun 2010-2011
No Uraian /Bongkar Satuan 2010 20111 Batu Bara Ton 2,920,889 3,085,5082 Minyak Sawit Ton 288,830 335,7863 Tepung Sagu Ton 112,615 91,7394 Pupuk Ton 91,779 85,2305 Gypsum Ton 77,504 38,2175 Komoditi Lainnya Ton 79,123 120,768
Jumlah bongkar Ton 3,570,740 3,757,2481 Semen Ton 29,230 174,1452 Beras Ton 16,407 2953 Barang Proyek/ Mesin Ton 7,489 22,2594 Alat-alat Berat Ton 1,081 1625 Pupuk Ton 604 06 Komoditi Lainnya Ton 4,575 2,418
Jumlah muat Ton 59,386 199,279Sumber: KSOP Cirebon
111.3.1 Arus Turun Naik PenumpangTidak ada terminal dan dermaga khusus penumpang di dalam wilayah pelabuhan Cirebon
111.3.2 Arus Kunjungan KapalArus kunjungan kapal di Pelabuhan Cirebon dalam kurun waktu 2003-2014 mengalami perkembangan cukup fluktuatif, rata-rata pertumbuhan dalam kurun waktu tersebut berdasarkan unit kapal mengalami penurunan sebesar -1,03 % sedangkan berdasarkan GT kapal rata-rata pertumbuhan mengalami peningkatan yaitu sebesar 5,76%.
111-6
Untuk lebih jelasnya mengenai arus kunjungan kapal di Pelabuhan Cirebon tahun 2003-2014 dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 111-12 Arus Kunjungan Kapal Pelabuhan Cirebon Tahun 2003-2014
TahunArus Kapal i Unit Arus Kapal (GT)
PLN PDN PR PL Jumlah PLN PDN PR PL Jumlah2003 15 1,077 680 7 1,779 24,925 1,042,182 120,208 9,083 1,196,3982004 16 1,357 611 21 2,005 25,823 1,332,302 101,182 27,578 1,486,8852005 29 1,490 575 6 2,100 60,507 1,394,829 97,884 7,362 1,560,582
2006 22 1,633 296 6 1,957 32,584 1,643,770 33,368 6,600 1,716,322
2007 24 1,695 192 10 1,920 43,722 1,811,163 22,268 7,589 1,884,742
2008 25 1,756 88 14 1,883 54,860 1,978,555 11,168 8,578 2,053,161
2009 44 1,760 60 16 1,880 66,177 1,917,884 8,182 17,314 2,009,557
2010 46 1,538 40 17 1,641 85,789 1,853,945 6,445 11,608 1,957,787
2011 46 1,466 22 3 1,537 107,199 1,901,600 2,930 543 2,012,272
2012 51 1,513 11 12 1,587 139,529 2,038,938 2,399 1,991 2,182,857
2013 65 1,331 9 2 1,407 170,870 1,800,508 1,812 1,800 1,974,990
2014 54 1,468 11 3 1,536 128,369 2,008,356 1,100 1,256 2,139,081Sumber: KSOP Cirebon
111.3.3 Trayek Kapal Penumpang Pelni Dan PerintisPelabuhan Cirebon tidak terlayani oleh Kapal Penumpang pelni maupun kapal Perintis
111.3.4 DataSBNPAda SBNP di Pelabuhan ini 1 di darat dalam area Pelabuhan dan dua lainnya sebagai tanda pintu masuk area Pelabuhan yaitu du mulut alur masuk pelabuhan diujung kedua breakwater.
RENCANA INDUK PELABUHAN CIREBON
Ringkasan Eksekutif
Gambar 111-8 Letak SBNP
III.3.5 Data Kinerja Operasional PelabuhanKinerja Pelabuhan Cirebon sesuai data yang didapatkan dari KSOP Cirebon bias dirangkum sebagaimana berikut:
Tabel 111-13 Kinerja Armada Bongkar Muat Batu bara dan BOR Jetty Muara Jati I
Parameter Pelayanan Kapal General Cargo
Armada BV
Jumlah Gang 1
Produktifitas Gang 160per JamGross (ton)Produktifitas Kapal 160per Jam Kerja (ton)Jam Kerja per Hari (jam) 18Koefisien Kerja Kapal 0,75Produktifitas Kapal per 120,00Jam di Tambatan (ton)
Tahun
Jumlah
Kapal
(unit)
Rcrata
Muatan
(Ion)
Perata Pro-
duktifita*
(ton/jam)
Rerata
Waktu Tambat
(jim )
Rerata
LOA
(m)
Mdksimal
I.OA
(m)
Pemakaian
Dermaga
()*m)
BOR
Exirting
Kebutuhan Tambatan
BOR
nuvim um
Jumlah
Tambatan
Panjang
(m)
Panjang perlu
(m)
2010 365 5.000 120,00 66.6 7 90 90 24.341 278% 10 99 275 77% 60%
2011 370 8.000 120 00 66.67 90 90 25.278 289% 10 99 286 m 60%
2012 356 S.000 120,00 66,67 90 90 25.722 294% 1.0 99 291 82% 60%
2013 392 8.000 120,00 66,67 90 90 26.167 249% 10 99 296 83% 60%
2014 427 8.000 120,00 66,67 90 90 28.454 325% 1.0 99 322 91% 60%
2015 441 8.000 120,00 66,67 90 90 29.404 336% 10 99 332 94% 60%
• -
111-7
Tabel 111-14 Kinerja Arm ada BM General Cargo dan BOR Dermaga
Tahun III Ri t .Ua
Muatan
(ton)
Rcrata Pro
duktif! ta»
(ton/jam)
Rrra t a
Waktu Tambat
Rcrata
LOA
(m)
M akfinul
LOA
(m)
Pemakaian
Dermaga
U*m)
BOR
Exi aling
Kebutuhan Tambalan
BOR
maximum
jumlah
Tambatan
Panjang
(m)
Panjang perlu
(m)
2010 96 3.500 15,00 23333 76 76 22.292 254% 1.0 83 212 86% 60%
2011 105 3.500 15,00 23333 76 76 24.561 230% 10 83 234 94% 60%
20 U 119 3.500 1S.Û0 23333 76 76 27.358 313% W 83 26S 107% 60%
20 B 110 3.E00 15,00 23333 76 76 25.577 292% to 83 244 93% 60%
2014 191 3.500 15,00 23333 76 76 44.630 509% to 53 125 171% 60%
2015 190 3.500 15.Q0 23333 76 76 44.334 507% to 83 423 170% 60%
-
Parameter Pelayanan Kapal General Cargo Arma da B\!
Jumlah Gang iProduktif! tas Gang 30per Jam Grosa (ton)Produktifita» Kapal 30per Jam Kerja (ton)Jam Kerja per Hari (jam) 12Koefisien Kerja Kapal 0,50ProduktifitaB Kapal per 15,00(am di Tambatan (ton)
Tabel 111-15 Kinerja Gudang dan Lapangan Penumpukan
Tahun
I ï !
Rcrata
Muatan
(tun)
Rcrata Pro
duktifita»
(ton/join)
Rcrata
Waktu Tambat
0«>i)
R e n ta
tO A
(m)
Makaimal
LOA
(m)
Pemakaian
Dermaga
Om» )
BOR
Eaiating
Kebutuhan Tambatan
BOR
maximum
Jumlah
Tambatan
Panj»ng
(»0
Panjang perlu
(m)
2010 86 3.500 65,00 53,85 82 82 4.633 53% to 90 48 19% 60%
2011 103 3.500 65 00 53,85 82 82 5369 61% to 90 55 22% 60%
2012 85 3300 65,00 53,85 82 82 4.762 54% to 90 49 20% 60%
20 B 74 330 0 65,00 53,85 82 82 4.007 46% to 90 41 17% 60%
2014 33 3300 65.00 53,85 82 82 4.469 51% 10 90 46 19% 60%
2015 36 3300 65,00 53,85 82 82 4.619 53% to 90 48 19V 60%
-
Parameter Pelayanan Kapal General Cargo Armada BN!
lumlah Gang iProduktifitay Gang 130per JarnGrons (ton)Produkttfita* Kapal 130per Jam Kerja (ton)Jam Kerja per Hari (jam) 12Koefisien Kerja Kapal 0,50Produktifitas Kapal per 55,00Tam di Tambatan (ton)
Tabel 111-16 SOR dan YOR di Pelabuhan Cirebon
T o ta l BM P ro d u k tiita s BM L u as E x is tin g L u as P erlu E x is tin g M a x im u m
T ah u n G u d an g Y ard G u d a n g Y ard G u d an g Y ard G u d an g Y ard S O R YO R S O R Y O R
(to n) (ton) (to n) (ton) M 2 M 2 M 2 M 2 % % % %
2 0 1 0 100 .3 1 3 751 .3 6 6 2 5 0 ,0 0 20 8 ,0 0 8 .3 4 2 3 6 .8 9 0 401 3 .6 1 2 5 10 70 70
2011 110 .5 2 6 7 9 0 .8 8 2 2 5 0 ,0 0 208 ,00 8 .3 4 2 3 6 .8 9 0 4 4 2 3 .8 0 2 5 10 70 70
2 0 1 2 125.361 8 2 6 .2 7 0 2 5 0 ,0 0 208 ,00 8 .3 4 2 3 6 .8 9 0 501 3 .9 7 2 6 11 70 70
201 3 1 1 5 .0 9 7 8 1 9 .8 2 7 2 5 0 ,0 0 208 ,00 8 .3 4 2 3 6 .8 9 0 4 6 0 3 .941 6 11 70 70
201 4 2 0 0 .8 3 5 1 .0 1 7 .6 2 3 2 5 0 ,0 0 208 ,00 8 .3 4 2 3 6 .8 9 0 8 0 3 4 .8 9 2 10 13 70 70
2015 199 .7 2 6 1 .0 3 8 .5 8 2 2 5 0 ,0 0 20 8 ,0 0 8 .3 4 2 3 6 .8 9 0 7 99 4 .9 9 3 10 1 4 70 70
- - - - - - - - - - - - -
RENCANA INDUK PELABUHAN CIREBON
Ringkasan Eksekutif
BAB IV. ANALISIS PRAKIRAAN PERMINTAAN JASA ANGKUTAN LAUT
IV. 1 Metode AnalisisMetode proyeksi arus barang dan penumpang secara ideal dapat dilihat pada Gambar Data tahunan dari objective port terdiri atas data kunjungan kapal, volume barang dan jumlah penumpang. Sedangkan data dari laporan bulanan terdiri atas kunjungan kapal, ukuran kapal (seperti GT,LOA), waktu sandar (BT), volume barang dan jumlah penumpang tiap-tiap kapal.
<1?D ata K u n ju n g a n K a p a l, G T, LO A ,
B T , A ru s B a ran g , A ru s
P e n u m p a n g
D ata K u n ju n g a n K a p a l, G T, LO A ,
BT, A ru s B a ra n g , A ru s P e n u m p a n g ' ' > 2 2 S
A J A J _SJ. ro 2 ET *5 ¡» A K o
A lo k a s i P ro y e k s i A ru s B a ra n g ke
M a s in g -M a s in g U k u ra n K a p a l/ Je n is
P e la y a ra n
IHasil Proyeksi Arus Barang untuk Jangka Pendek & Jangka Menengah
E s t im a s i K u n ju n g a n K a p a l B e rd a s a rk a n
A ru s B a ra n g
Gambar IV-1 Diagram Alir Proyeksi Arus Barang
Seperti yang ditunjukkan pada diatas, beberapa metode akan digunakan dalam proyeksi ini, di mana selanjutnya akan ditentukan metode mana yang paling sesuai dengan memperhatikan data aktual. Secara ringkas, dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Model Regresi Linear adalah metode proyeksi yang paling dasar (sederhana) dan paling
banyak digunakan. Model ini dapat dituliskan dalam bentuk rumusan sebagai berikut:
y( t ) = a • ,x(r) + 6
b. Model Rata-rata Laju Pertumbuhan adalah suatu metode proyeksi yang didasarkan pada rata-rata laju pertumbuhan tahunan. Model ini dapat dituliskan dalam bentuk rumusan
sebagai berikut:
RENCANA INDUK PELABUHAN CIREBON
Ringkasan Eksekutif
y(t + l ) = A G R y { t )
dimana,
-1 n - 1/c. Model Geometric Trend adalah model proyeksi dengan menggunakan fungsi waktu yang
non-linier, berbeda dengan model tren biasa yang merupakan fungsi linier. Penggunaan fungsi yang non-linier ini dimaksudkan untuk mengakomodasi karakteristik pertumbuhan yang memang lebih pas pada beberapa variabel dibandingkan menggunakan fungsi tren biasa. Berikut ini model matematis dari model tersebut:
Y = c ( i + g y
Dimana:Y : Variabel yang akan diproyeksi C : Parameter konstanta (didapat dari hasil regresi) g : Parameter pertumbuhan (didapat dari hasil regresi) t : Variabel waktu
Asumsi yang digunakan dalam menganalisa arus barang di Pelabuhan Cirebon adalah sebagai berikut:
1. Wilayah hinterland dari Pelabuhan Cirebon adalah Provinsi Jawa Barat.2. Pertumbuhan PDRB secara agregat di Provinsi Jawa Barat sebesar 5,83%.3. Pertumbuhan rata-rata arus barang di Pelabuhan Cirebon dalam 10 tahun terakhir cukup
fluktuatif, secara keseluruhan rata-rata pertumbuhan sebesar 6.87%. Pertumbuhan pada tahun 2013-2004 tidak disertakan karena data yang cukup ekstrem nilainya dibandingkan tahun-tahun yang lain.
4. Dengan melihat kondisi pertumbuhan PDRB dan pertumbuhan arus barang sehingga multiplier untuk proyeksi pertumbuhan arus barang di Pelabuhan Cirebon dibanding dengan pertumbuhan PDRB sebesar 0.94, artinya 1% pertumbuhan ekonomi akan mengakibatkan arus barang tumbuh menjadi 0.94%.
IV.2 Analisis Perkembangan Wilayah
IV.2.1 Analisis Dan Proyeksi Kependudukan Wilayah HinterlandKondisi kependudukan merupakan faktor yang cukup berpengaruh pada tingkat aktivitas
suatu wilayah, termasuk tingkat bongkar muat dan arus penumpang yang menggunakan jasa
kepelabuhan. Dalam hal ini, terdapat indikator yang dapat dipergunakan sebagai faktor yang
mempengaruhi perkembangan lalulintas barang dan penumpang di Pelabuhan
Cirebonadalah jumlah penduduk Provinsi Cirebon. Dalam hal arus muat, banyaknya
penduduk menentukan berapa surplus produksi suatu daerah yang dapat dikirim ke daerah
lainnya.
IV-1
Tabel IV-1 Pertambahan Jumlah Penduduk Provinsi Jawa Barat Tahun 2003-2013
No TahunLaju Pertumbuhan Penduduk
(Jiwa) ( % )
1 2003 37,980,422
2 2004 38,472,185 1.29
3 2005 39,960,869 3.87
4 2006 40,737,594 1.94
5 2007 41,483,729 1.83
6 2008 42,194,869 1.71
7 2009 42,686,512 1.17
8 2010 43,413,973 1.70
9 2011 43,826,775 0.95
10 2012 45,509,147 3.84
11 2013 46,183,642 1.48
Rata-Rata Laju Pertumbuhan 1.98
Sumber: BPS Jawa Barat, 2014
Pada data penduduk Provinsi Jawa Barat diatas menunjukkan bahwa rata-rata laju
pertambahan penduduk Provinsi Jawa Barat dari Tahun2003-2013 sebesar 1,98 persen.
Proyeksi laju pertumbuhan penduduk untuk target tahun yang telah ditentukan dilakukan
dengan menggunakan 2 (dua) skenario yaitu:
1. Skenario Pertama, populasi diproyeksikan dengan melakukan trend terhadap data
populasi penduduk yang ada untuk wilayah hinterland;
2. Skenario Kedua, proyeksi populasi dilakukan dengan menghitung rata-rata laju
pertumbuhan populasi penduduk yang ada;
3. Skenario Ketiga, proyeksi populasi berdasarkan rata-rata dari hasil kedua metode
proyeksi diatas.
Tabel IV-2 Proyeksi Jum lah Penduduk Provinsi Jawa Barat hingga Tahun 2035 (Jiwa)
TahunPenduduk Prov.
Jawa BaratProyeksi dengan Trend Method
Proyeksi dengan Average Growth Rate
Rata-rata Hasil Proyeksi
2003 37,980,422
2004 38,472,185
2005 39,960,869
2006 40,737,594
2007 41,483,729
2008 42,194,869
2009 42,686,512
RENCANA INDUK PELABUHAN CIREBON
Ringkasan Eksekutif
Tahun Penduduk Prov. Jawa Barat
Proyeksi dengan Trend Method
Proyeksi dengan Average Growth Rate
Rata-rata Hasil Proyeksi
2010 43,413,9732011 43,826,7752012 45,509,1472013 46,183,642
2014 46,803,640 47,097,840 46,950,740
2015 47,597,433 48,030,134 47,813,783
2016 48,391,226 48,980,883 48,686,054
2017 49,185,018 49,950,451 49,567,735
2018 49,978,811 50,939,212 50,459,012
2019 50,772,604 51,947,546 51,360,075
2020 51,566,397 52,975,839 52,271,118
2025 55,535,361 58,430,808 56,983,0852030 59,504,325 64,447,480 61,975,9032035 63,473,289 71,083,694 67,278,492
Sumber: Hasil Analisa
2003 2008 2013 2018 2023 2028 2033
Gambar IV-2 Grafik Proyeksi Jumlah Penduduk Provinsi Jawa Barat Hingga Tahun 2035 (Jiwa)
IV.2.2 Analisis Dan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Wilayah HinterlandProduk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting untuk
mengetahui kondisi perekonomian di suatu wilayah dalam periode tertentu, yang umumnya
satu tahun. PDRB merupakan jumlah nilai tambah bruto yang dihasilkan oleh seluruh unit
usaha dalam suatu wilayah tertentu.
IV-2
Laju pertumbuhan ekonomi merupakan suatu indikator ekonomi makro yang
menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan oleh berbagai sektor
ekonomi. Dengan demikian indikator ini dapat pula dipakai untuk menentukan arah
kebijakan pembangunan yang akan datang. Untuk mengukur besarnya laju pertumbuhan
ekonomi, dapat dihitung dari data PDRB atas dasar harga konstan. Untuk berbagai keperluan
analisa, PDRB harga konstan sering dipakai karena pengaruh naik turunnya harga terhadap
nilai PDRB telah dieliminir atau dengan kata lain telah ditiadakan. Untuk melihat fluktuasi
perekonomian secara riil, maka perlu disajikan PDRB atas dasar harga konstan secara berkala.
Perekonomian Provinsi Jawa Barat terus mengalami peningkatan hingga tahun 2013. Hal ini
ditunjukkan dengan total nilai tambah yang dihasilkan dari aktivitas perekonomian di wilayah
Provinsi Jawa Barat yang terus meningkat sejak tahun 2003 hingga tahun 2013. Total nilai
tambah yang terangkum dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jawa Barat
atas dasar harga konstan pada tahun 2013 mencapai 386.838,8 miliar rupiah.
Gambar IV-3 Pertambahan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Provinsi Jawa Barat Tahun 2003-2013 (dalam juta rupiah)
Seperti telah diketahui bahwa pertumbuhan nilai PDRB mempunyai korelasi yang kuat
dengan pertumbuhan arus barang, yang berkaitan dengan kebutuhan sehari-hari. Untuk
melihat sejauh apa perkembangan ekonomi di wilayah hinterland Pelabuhan Cirebon, maka
akan dilakukan proyeksi PDRB dengan melihat data historis PDRB selama 10 (sepuluh) tahun
terakhir dan mencari laju pertumbuhan setiap tahunnya serta variabel bebas dari
RENCANA INDUK PELABUHAN CIREBON
Ringkasan Eksekutif
pertumbuhan penduduk selama kurun waktu 10 (sepuluh) tahun terakhir, maka PDRB
diprediksi untuk tahun-tahun mendatang dan hasil Proyeksi Pendapatan Domestik Regional
Bruto (PDRB) Provinsi Jawa Barat atas dasar Harga Konstan adalah sebagai berikut:
Tabel IV-3 Tabel Proyeksi PDRB Berdasarkan Harga Konstan Provinsi Jawa Barat Hingga Tahun 2035 (dalam Juta Rupiah)
Tahun PDRB Proyeksi - Tren
Proyeksi - Average Growth
Proyeksi - Rata-rata
2012 364,752 #N/A #N/A #N/A2013 386,839 #N/A #N/A #N/A2014 #N/A 409,397 394,256 401,8262015 #N/A 433,271 410,939 422,1052016 #N/A 458,537 427,622 443,0802017 #N/A 485,277 444,306 464,7912018 #N/A 513,576 460,989 487,2822019 #N/A 543,525 477,672 510,5992020 #N/A 575,221 494,356 534,7882025 #N/A 763,676 577,772 670,7242030 #N/A 1,013,874 661,189 837,5312035 #N/A 1,346,042 744,606 1,045,324
Sumber: Hasil Analisa
Gambar IV-4 Grafik Proyeksi PDRB Harga Konstan Provinsi Jawa Barat Hingga Tahun 2035 (Jiwa)
IV.3 Analisis Pergerakan Barang
Berikut ini analisa proyeksi dari beberapa metode yang digunakan. Dibandingkan dengan data
historis, error dari masing-masing metode antara 6-9% dan bila dari hasil rata-rata proyeksi error
dapat turun menjadi 5.48%.
IV-3
Tabel IV-4 Hasil Test Perangkat Proyeksi
Tahun Realisasi AverageGrowth
GeometricTrend
Regresi Non Linier
AverageMultiplier
ProyeksiRata-rata
2003 1,730,3612004 2,458,717 1,849,163 2,840,717 2,855,499 1,825,164 2,342,6362005 2,981,797 2,627,527 2,977,048 2,981,156 2,593,425 2,794,7892006 3,270,443 3,186,520 3,119,922 3,122,061 3,145,163 3,143,4172007 3,544,520 3,494,984 3,269,653 3,280,846 3,449,624 3,373,7772008 3,826,701 3,787,878 3,426,570 3,440,836 3,738,717 3,598,5002009 3,584,134 4,089,433 3,591,017 3,554,267 4,036,358 3,817,7692010 3,698,256 3,830,212 3,763,357 3,727,391 3,780,501 3,775,3652011 4,081,776 3,952,169 3,943,968 3,917,829 3,900,876 3,928,7102012 3,872,583 4,362,021 4,133,246 4,111,089 4,305,408 4,227,9412013 4,046,173 4,138,465 4,331,608 4,306,610 4,084,754 4,215,3592014 4,644,532 4,323,974 4,539,490 4,502,848 4,267,854 4,408,542Error 8.78% 6.30% 6.23% 8.94% 5.48%
Berikut ini hasil proyeksi keseluruhan hingga tahun 2035 (angka di bawah adalah hasil proyeksi
tanpa peti kemas karena terminal peti kemas diperkirakan akan mulai beroperasi 2020, lebih detil
lihat bagian proyeksi per kemasan):
Tabel 1V-5 Proyeksi Arus Barang Berdasarkan Perdagangan di Pelabuhan Cirebon (Ton)
Tahun Realisasi AverageGrowth
GeometricTrend
Regresi Non Linier
AverageMultiplier
ProyeksiRata-rata
2003 1,730,361
2004 2,458,717 1,849,163 2,840,717 2,855,499 1,825,164 2,342,636
2005 2,981,797 2,627,527 2,977,048 2,981,156 2,593,425 2,794,7892006 3,270,443 3,186,520 3,119,922 3,122,061 3,145,163 3,143,4172007 3,544,520 3,494,984 3,269,653 3,280,846 3,449,624 3,373,777
2008 3,826,701 3,787,878 3,426,570 3,440,836 3,738,717 3,598,5002009 3,584,134 4,089,433 3,591,017 3,554,267 4,036,358 3,817,7692010 3,698,256 3,830,212 3,763,357 3,727,391 3,780,501 3,775,365
2011 4,081,776 3,952,169 3,943,968 3,917,829 3,900,876 3,928,7102012 3,872,583 4,362,021 4,133,246 4,111,089 4,305,408 4,227,9412013 4,046,173 4,138,465 4,331,608 4,306,610 4,084,754 4,215,3592014 4,644,532 4,323,974 4,539,490 4,502,848 4,267,854 4,408,542
2015 #N/A 4,963,414 4,757,349 4,708,029 4,898,996 4,831,9472016 #N/A 5,304,190 4,985,663 4,922,559 5,167,402 5,094,9542017 #N/A 5,668,363 5,224,935 5,146,864 5,450,513 5,372,6692018 #N/A 6,057,540 5,475,689 5,381,391 5,749,135 5,665,9392019 #N/A 6,473,436 5,738,478 5,626,604 6,064,118 5,975,6592020 #N/A 6,917,886 6,013,878 5,882,990 6,396,358 6,302,7782025 #N/A 9,641,982 7,602,286 7,351,181 8,351,384 8,236,708
RENCANA INDUK PELABUHAN CIREBON
Ringkasan Eksekutif
Tahun Realisasi AverageGrowth
GeometricTrend
Regresi Non Linier
AverageMultiplier
ProyeksiRata-rata
2030 #N/A 13,438,759 9,610,230 9,185,782 10,903,958 10,784,682
2035 #N/A 18,730,616 12,148,520 11,478,236 14,236,717 14,148,522
Gam bar IV-5 Proyeksi Arus Barang Berdasarkan Perdagangan di Pelabuhan Cirebon (Ton)
Bila dibagi berdasarkan perdagangan dalam dan luar negeri serta bongkar dan muat barang maka
hasilnya sebagai berikut:
Tabel IV-6 Proyeksi Arus Barang Berdasarkan Perdagangan di Pelabuhan Cirebon (Ton)
Tahun
Arus Barang Berdasarkan Perdagangan (Ton)
JumlahAngkutan Luar Negeri
Angkutan Dalam Negeri
Ekspor Impor Bongkar Muat
2015 215,664 4,542,497 73,786 4,831,947
2016 245,447 4,778,906 70,601 5,094,954
2017 279,247 5,025,892 67,530 5,372,669
2018 317,589 5,283,780 64,570 5,665,939
2019 361,064 5,552,878 61,717 5,975,659
2020 410,336 6,233,475 58,967 6,702,778
2025 772,988 7,939,322 46,657 8,758,967
2030 1,437,631 9,992,488 36,448 11,466,567
2035 2,628,929 12,381,899 27,995 15,038,823
IV-4
IV.4 A n a lisis K em asan
Analisa arus barang berdasarkan kemasan di Pelabuhan Cirebon dapat dibedakan atas general
cargo, bag cargo, curah cair BBM, curah cair non BBM Curah kering dan petikemas.
Tabel IV-7 Tabel Proyeksi Arus Barang Berdasarkan Kemasan di Pelabuhan Cirebon (Ton)
Tahun
Arus Barang Berdasarkan Kemasan (Ton)
JumlahGeneralCargo
BagCargo
CurahCairBBM
Curah CairNon BBM
CurahKering
Petikemas Lain-lain
2015 7,715 123,234 429,722 4,271,276 4,831,947
2016 5,646 110,867 470,327 4,508,113 5,094,954
2017 4,129 99,666 514,381 4,754,492 5,372,669
2018 3,018 89,540 562,206 5,011,174 5,665,939
2019 2,204 80,400 614,152 5,278,902 5,975,659
2020 1,610 72,161 670,592 5,558,416 400,000 6,702,778
2025 332 41,819 1,035,690 7,158,867 522,259 8,758,967
2030 68 24,102 1,590,811 9,169,701 681,885 11,466,568
2035 14 13,838 2,434,146 11,700,523 890,301 15,038,824
Gambar IV-6 Gam bar Proyeksi Arus Barang Berdasarkan Kemasan di Pelabuhan Cirebon
RENCANA INDUK PELABUHAN CIREBON
Ringkasan Eksekutif
IV.5 Analisis Pergerakan Kunjungan Kapal
Analisa pergerakan kunjungan kapal di Pelabuhan Cirebon dapat dibedakan atas general cargo, bag
cargo, curah cair BBM, curah cair non BBM Curah kering dan Pakan Ternak, Petikemas/Kontainer
dan penumpang.
Tabel IV-8 Tabel Proyeksi Kunjungan Kapal di Pelabuhan Cirebon
TAHUNG EN ER AL DAN BAG CARGO BATU BARA PETI KEM AS/KO N TAINER CURAH CAIR
CURAH KERING DAN PAKAN
TERN AK
<5000
>5000-
10000
>10000-
20000 <5000
>5000-
10000
>10000-
20000 <5000
>5000-
10000
>20000-
40000 <5000
>5000-
10000
>10000-
20000 <5000
>5000-
10000
>10000-
20000
2016 63 16 0 273 122 0 0 0 0 51 17 0 143 18 02017 65 16 0 283 126 0 0 0 0 52 17 0 160 20 02018 74 19 0 292 130 0 0 0 0 53 18 0 200 28 262019 79 21 0 302 134 0 0 0 0 55 18 0 268 42 582020 141 44 0 208 208 0 364 0 0 93 70 0 211 79 392021 147 38 4 215 143 43 392 0 0 52 52 26 226 82 412022 154 40 4 222 148 44 420 0 0 53 53 26 242 86 432023 161 42 4 229 153 46 448 0 0 53 53 27 257 89 452024 168 44 4 237 158 47 462 0 0 54 54 27 273 94 472025 129 45 11 420 280 84 476 322 126 55 55 27 215 99 682026 109 39 24 107 285 214 504 336 126 28 56 35 228 105 732027 114 41 24 109 291 218 518 336 126 28 56 35 242 111 782028 121 43 25 111 297 223 532 350 126 29 57 36 257 117 812029 127 45 27 114 303 227 546 364 140 29 58 36 271 123 862030 135 48 28 160 426 319 560 378 140 29 59 37 288 131 922031 142 50 30 162 432 324 574 378 140 30 60 37 306 140 972032 151 54 31 165 439 329 588 392 154 30 61 38 324 149 1032033 159 56 33 167 446 334 602 406 154 31 62 39 343 159 1112034 168 60 35 170 453 340 630 420 154 31 63 39 364 169 1172035 178 63 36 173 552 345 644 420 154 32 64 40 386 180 125
IV-5
BAB V. ANALISIS PENGEMBANGAN PELABUHAN
V . l Ren ca n a K ebu tu h a n Fa silita s P ela bu h an
Selaras dengan fungsi Pelabuhan dan sesuai dengan amanat Undang-Undang tentang Pelayaran
dan Kepelabuhanan, maka Pembangunan Pelabuhan tidak terlepas dari pembangunan masyarakat
dan pembinaan sumber daya alam sesuai dengan lingkungan eksternal dan internal yang ada. Hal
ini sejalan dengan Kebijaksanaan Umum Pembangunan Nasional dalam kaitannya dengan
pembinaan sumber daya dan pengentasan kemiskinan, sebagaimana tercermin dalam program-
program yang dirancang oleh Bappenas yang terlihat memberikan prioritas bagi kedua hal
tersebut.
Sehubungan dengan hal itu maka Pelabuhan Cirebon diarahkan pada pencapaian tujuan dan
sasaran pengembangan sumberdaya alam baik berupa tambang maupun agro Industri
Adapun tujuan dan sasaran pengembangan Pelabuhan dapat dikemukakan sebagai berikut.
Terdapat 5 (lima) tujuan pokok sebagai berikut:
1. Meningkatkan laju pergerakan barang dan penumpang;
2. Meningkatkan Pendapatan masyarakat di daerah hinterland Pelabuhan pada umumnya
3. Meningkatkan pendapatan Daerah;
4. Mengembangkan dan mengexplore potensi yang ada;
5. Menunjang pembangunan daerah.
Pembangunan Pelabuhan mencakup 3 hal pokok sebagai berikut:
1. Pembangunan Pelabuhan Cirebon dengan segala fasilitas sarana/prasarana yang
memadai untuk meningkatkan kegiatan usaha di daerah dalam berbagai sektor, baik
Industri maupun hasil sumberdaya alam yang dimiliki.
2. Pembangunan masyarakat disertai dengan penyediaan fasilitas kegiatan usaha
3. Pembinaan sumber daya manusia dan peningkatan pendapatan daerah guna
kesejahteraan rakyat di Cirebon khususnya dan Provinsi Jawa Barat pada umumnya.
V . l . l Dasar Perencanaan
Pelabuhan Cirebon merupakan salah satu gerbang pintu keluar masuknya barang dan
penumpang di Provinsi Jawa Barat yang sangat strategis. Secara geografis Pelabuhan Cirebon
RENCANA INDUK PELABUHAN CIREBON
Ringkasan Eksekutif
berada di tengah tengah Provinsi Jawa Barat dan berada dekat dengan kota Cirebon bahkan
bisa dikatakan terletak daidalam kota Cirebon.
Ditinjau dari suatu system transportasi Pelabuahan Cirebon terhubungkan dengan moda
transportasi lain dengan jarak yang relative dekat, dengan bandara jalur kereta api hanya
memakan waktu tidak lebih dari 10 menit perjalanan menggunakan transportasi darat.
Dari sumber energy, di sebelah Timur ada pembangkit listrik tenaga uap dengan kapasitas
1000 mw.
Satu satunya kendala terbesar adalah sempitnya lahan yang dimiliki dan ketiadaan lahan
untuk pengembangan, disamping alur pelayaran yang dangkal dan panjang
Untuk perencanaan fasilitas pelabuhan, baik fasilitas darat maupun laut, digunakan pedoman
standar perencanaan sebagai berikut:
■ UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
■ Pedoman Teknis Rencana Induk Pelabuhan yang disusun oleh Direktorat
Pelabuhan dan Pengerukan, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Departemen
Perhubungan, Tahun 2009
■ Port Development; handbook for planners in developing countries, 1985
■ Technical Standards for Ports and Harbour Facilities in Japan JICA, 1995.
■ Comments on Technical Standards for Ports and Harbour Facilities in Japan, 2002.
Konsep pengembangan pelabuhan dalam hal ini mereferensi kebijakan hirarki pelabuhan
yang telah ditetapkan dalam Rencana Induk Pelabuhan Nasional (RIPN), sesuai Permenhub
no 414/2013.
V.1.2 Kriteria Pengembangan
Skala Pelabuhan Cirebon secara Nasional merupakan Pelabuhan Pengumpul, dimana
pelabuhan ini harus mempunyai kedalaman minimal -10 dan lahan darat lebih dari 50 ha
mengingat pelabuhan ini harus bisa didarati oleh kapal besar untuk tujuan export.
Sesuai dengan peraturan yang ada KP 901 tahun 2016 Pelabuhan ini harus memenuhi
kriterian sebagai berikut:
a. kedekatan secara geografis dengan tujuan pasar internasional;
b. berada dekat dengan jalur pelayaran internasional ± 500 mil dan jalur pelayaran
nasional ± 50 mil;
V-6
c. memiliki jarak dengan pelabuhan utama lainnya minimal 200 mil;
d. memiliki luas daratan dan perairan tertentu serta terlindung dari gelombang
e. kedalaman kolam pelabuhan minimal -7 m-LWS;
f. berperan sebagai tempat alih muat peti kemas/curah/general cargo/penumpang
internasional;
g. melayani Angkutan petikemas sekitar 300.000 TEUs/tahun atau angkutan lain yang
setara;
h. memiliki dermaga peti kemas/curah/general cargo minimal 1 (satu) tambatan,
peralatan bongkar muat petikemas/curah/general cargo serta lapangan
penumpukan/gudang penyimpanan yang memadai.
i. berperan sebagai pusat distribusi peti kemas/curah/general cargo/penumpang di
tingkat nasional dan pelayanan angkutan peti kemas internasional;
Sedangkan Standard peruntukan Fasilitas Darat dan laut di sesuaikan dengan aturan yang
berlaku sebagai berikut:
Standard Fasilitas Darat
Sesuai ketentuan Pasal 22 PP 61/2009, rencana peruntukan wilayah daratan untuk Rencana
Induk Pelabuhan disusun berdasarkan kriteria kebutuhan 2 katagori fasilitas darat, yaitu:
Fasilitas Pokok dan Fasilitas penunjang, seperti berikut.
1) Fasilitas Pokok, meliputi:
a) dermagab) gudang lini 1;c) lapangan penumpukan lini 1;d) terminal pelabuhan (pelayanan: penumpang; general cargo; peti
kemas;terminal ro-ro; curah; dsb)e) fasilitas penampungan dan pengolahan limbah;f) fasilitas bunker;g) fasilitas pemadam kebakaran;h) fasilitas gudang untuk Bahan/Barang Berbahaya dan Beracun (B3);i) fasilitas pemeliharaan dan perbaikan peralatan dan Sarana Bantu
Navigasi-Pelayaran (SBNP)
2) Fasilitas Penunjang, meliputi:a) kawasan perkantoran;
RENCANA INDUK PELABUHAN CIREBON
Ringkasan Eksekutif
b) fasilitas pos dan telekomunikasi;c) fasilitas pariwisata dan perhotelan;d) instalasi air bersih, listrik, dan telekomunikasi;e) jaringan jalan dan rel kereta api;f) jaringan air limbah, drainase, dan sampah;g) areal pengembangan pelabuhan;h) tempat tunggu kendaraan bermotor;i) kawasan perdagangan;j) kawasan industri; dank) fasilitas umum lainnya
Standar Peruntukan Fasilitas Perairan.
Menurut Pasal 23 PP 61/2009, rencana peruntukan wilayah perairan untuk Rencana Induk
Pelabuhan disusun berdasarkan kriteria kebutuhan untuk: 1) Fasilitas pokok, dan 2)
Fasilitas Penunjang.
1) Fasilitas pokok meliputi:
a) alur-pelayaran;b) perairan tempat labuh;c) kolam pelabuhan untuk kebutuhan sandar dan olah gerak kapal;d) perairan tempat alih muat kapal;e) perairan untuk kapal yang mengangkut Bahan/Barang Berbahaya dan Beracun
(B3);f) perairan untuk kegiatan karantina;g) perairan alur penghubung intrapelabuhan;h) perairan pandu; dani) perairan untuk kapal pemerintah.
2) Fasilitas penunjang meliputi:
a) perairan untuk pengembangan pelabuhan jangka panjang;b) perairan untuk fasilitas pembangunan dan pemeliharaan kapal;c) perairan tempat uji coba kapal (percobaan berlayar);d) perairan tempat kapal mati;e) perairan untuk keperluan darurat; danf) perairan untuk kegiatan kepariwisataan dan perhotelan.
Hasil penyusunan ruang peruntukan fasilitas perairan tersebut menjadi referensi
penetapan Daerah Lingkungan Kepentingan Perairan (DLKP) Pelabuhan.
V- 7
Rancangan pengembangan dan penyediaan fasilitas darat maupun fasilitas perairan
pelabuhan, dilaksanakan secara bertahap sebagaimana ketentuan KAK yaitu:
• Jangka pendek, tahun 2015-2020
• Jangka menengah, tahun 2015-2025
• Jangka panjang, tahun 2015-2035.
V.2 Analisis Kapasitas Pelabuhan Existing
V.2.1 DermagaTotal panjang dermaga yang dimiliki oleh Pelabuhan Cirebon adalah 1024 m dengan lebar
bervareasi dari 6 hingga 10 m, dermaga kayu 150 m merupakan dermaga Pelra kedalaman
desain dari dermaga ini adalah sampai -6,00 m LWS yang dimanfaatkan untuk bersandarnya
kapal curah cair dan General Cargo. Untuk lebih jelasnya secara rinci bisa dilihat di bab
sebelumnya yaitu pada bab kondisi existing pelabuhan (sub bab V.3.3.). Dengan kondisi
tersebut maksimal hanya bisa didarati kapal dengan bobot mati 5000 DWT.
V.2.2 Lapangan PenumpukanDominasi pemanfaatan lapangan penumpukan adalah berupa lapangan penumpukan
Batubara dan general cargo dan sebagian lain adalah curah cair. Luas lapangan penumpukan
Kontainer dan general cargo adalah 36.890 m2.
V.2.3 GudangPelabuhan Umum Cirebon mempunyai gudang permanen baik di lini satu maupun ditempat
lainnya. Gudang yang ada digunakan sebagi fungsi penyimpanan dengan luas 4.071 m2.
V.3 Prediksi Kebutuhan Fasilitas
V.3.1 Dermaga
Sudah selayaknya Pelabuhan bertaraf Pelabuhan Pengumpul harus mempunyai dermaga
yang dedicated permasing masing jenis barangnya, baik itu berupa peti kemas, general cargo,
curah cair maupun curah kering dan lain sebagainya.
Prediksi kebutuhan dermaga dalam setiap jenis komoditinya dapat dilihat pada tabel di akhir
bab ini.
RENCANA INDUK PELABUHAN CIREBON
Ringkasan Eksekutif
V.3.2 Lapangan Penumpukan
Sesuai dengan proyeksi peningkatan setiap komoditi yang diprediksi melalui pelabuhan ini
akan membutuhkan lapangan penumpukan yang memadai baik dalam luas maupun jenisnya.
Prediksi pemakaian lapangan penumpukan dengan berbagai komoditi dan luasnya dapat
dilihat pada tabel di akhir bab ini.
V.3.3 Gudang
Ketersediaan gudang-gudang yang ada sudah mencukupi sampai dengan akhir
pengembangan pelabuhan. Mengenai luasan dan pemanfaatannya dapat dilihat pada tabel
di akhir bab ini.
V.3.4 Terminal Penumpang
Terminal Penumpang akan diadakan di dalam wilayah pelabuhan ini untuk mengakomodir
permintaan daerah termasuk di dalamnya sebagian wilayah pelabuhan yang dianggap
sebagai Heritoge oleh Pemerintah Daerah Cirebon.
V.3.5 Peralatan Bongkar Muat
Peralatan bongkar muat akan disesuaikan dengan kebutuhan hondling system yang
diperlukan oleh masing masing jenis komoditi baik general cargo, curah kering, curah cair
dan peti kemas.
V-8
Tabel V - l Tabel Kebutuhan Fasilitas Pokok W ilayah Darat Pelabuhan Cirebon
No. Nmiui/Jr- itis StandarYon« Digunakan
Ki'lnilutcin Kapanltin / Ulmr lr.12020 2025 2035
w ---------------------------<21 (3) (4) (S> ------------- <«) --------------- 12 <»>
I WILAYAH DARAT— —
A FASILITAS POKOK
........................ .......... .......... .................. . UNTAD " * ---------- ----------------------- ------ *_____ a_ Dcnnaga General ¿fc Bag Cargo 420 m 263 m 293 m 465 m___ b Dermaga Batu Bara 200 in 95 m 223 m____ c DcnnapiCtinh 0 in 65 in 103 m
il Dermaga Curah Cn* 25y m 105 rn 121 me Dermaga Pakan Tcrmk 0 in 91 m 106 m 196 m___ £ DcmngaContanci 0 m 349 m 482 m 624 mg. Dcnnaga Passanpcr 0 in 156 m 156 in 156 m Bint baru intifc kap«! 10000 DWT
2 Gudang — ---- ---------------------- --------------------- ---------------------------
_ a. General ¿t Bug Cargo •1071 m'’ 1 177 m1 1.461 m' 3 164 m'—
— b Contanei (CFS; m1 ...... ....................._... ____ 19.100 m' ____ 25 600 m2 34.000 m'___ Buat bani3. Open Yard - - _______________
— — .................. .................... ---------- ---------- ---------------------------
a General & Bag Cargo 21 025 m2 2.941 m1 3 G52 m' 6 160 m'_ . b Batu Bani 52 881 m' 19.93S m' 40 27S m' 6« 198 m'C Cur.ih Kcidv m1 ..
d Curah Cn* 53 463 m2 1 565 m' 1 844 m' 2 152 m'.. _
_____ c Pakan Ternak m’ 3 299 m* 3 898 m2 7 111 m'___ £ Container III2 273 312 ni‘ 366 534 m' 487 078 m'g Dock dan Gahngan kapal m2 400 000 m2 700 000 m2 1 000 000 m’ Lalim telih dkvMumsi scbagim
4. Passenger Terminal ------ ------------ ---------------------- ------- --------------------------------------- ---------
a Gedung Terminal m2 600 m2 1 200 in2___ . .Tempat >,‘'»rl<ir n1 600 m2 600 m2 1 000 m7
B. FASILITAS PENUNJANG ............. ........................ — — — ------------------- -----------------------------
_ . ) Kantor Admaretmsi Pchbulnn m1 Neufert 600 m2 600 m2 600 m2.2 _ Kiw— n Perkantoran 7 744 m2 7 744 m2 7 744 m2 7 744 m’
. ' *____3 Ak Benih ............... ...........
1 Ruuv Pompa i 1___ 2 Menara A* 1 3. . . . 3_Sumber ar__ 1 1 1
.
___4 Janngan LbUtI: PUIL 1988 400 KVA 500 KVA 600 KVA5 Jaraigan Tcfckomunkasi TELKOM V V V6 Jalinan Jalan Bm Mm«
__ a__Kereta Agi 2 000 m 2 000 m * ■__ b Jahnbnsa 2 000 m 2 600 m 4 000 m
7 - Tempat Parki Kerayaan Bermotor m2 200 m2 400 m2 600 n)2.
8 JaiDgan Dranasc 4 000 m 5 200 m__
__ y _ L*ubah 1 Unit 1 Unit 1 Unf___l_0 Tempat Pcrnbinrgan Snmpnh AkJei 1 Unit i lMl 1 Unit
11 Pcngohli LtnbaJ fRF) 1 1« 2 In 3 In12 Toilet Umun13 Tempat Ibadah NcufcH ni2 200 m2 400 m’14 Pos Jaga 15 m2 30 in215 Pagar keL^ Masif
Pagar kehimg Besi 800 m 1 000 m16 Gapira pchbulun - - ■
17 Pcngliiiaum 20 • • Lms Lalim V V V18 Aical Pcxvcmbiu*om Pehbidnn m2 m2
n WILAYAH PERAIRAN— — — — — —
A FASILITAS POKOK __________________ __________ ___________1 Alur Pchyaran2 Break Wato 1 000 m 2 (00 m 3 000 m3 Perairan Tempat Labuh 357 030 m2 140.594 m2 140 584 m'
___ 456
Area AHi Mi»»t Kapal 357 030 m2 77 329 m2 92 380 m’•
KolamPetabiinn utii; Olah gerak Kapal 176 371 m2 88 7yG m2 88 796 m’Pernran Pandu 55 221 m2 35 061 in2
7g.
Perakan I Tntuk Kapal PcmcinitahPengerukan akr dan Kohm — --------------------------- 110,442 n a
50 940 000 mV70122 na 70 122 m' ............................................. ...............
B FASILlTASPENUNjANG ------------ ----------------— — ---------------------------z z z z z z1 Zom Docksy .............
100 000 m2 in2 in’—
___ 2_ _ _Pcr.ii»n inhjk kcpcthwn dnn> nt 178 515 m2___3 Perairan Untuk Wnala m2
_
4 Perairan Unhic Kapal Mati m2 m2 m'5 Perairan Unttic Pcngembaucui Pclabifnn m2 na |n,
RENCANA INDUK PELABUHAN CIREBON
Ringkasan Eksekutif
IA R encana P en gem ban gan Pelabuh an
Penyusunan rencana kebutuhan pengembangan pelabuhan didasarkan pada pendekatan penilaian kapasitas pelabuhan dan memperhatikan skema pembangunan pelabuhan. Selain kebijakan pemerintah, ¡juga telah diperhatikan program pembangunan pelabuhan strategis di Indonesii.Pelabuhan Cirebon mempunyai wilayah hinterland yang paling luas di antara pelabuhan yang ada di Provinsi Jawa Barat. Potensi yang ada dapat dikelompokkan menjadi 4 Kelompok besar antara lan
1. Peti Kemas
2. Curah Cair
3. Curah Kering dan
4. General Kargo
Potensi inilah yang dilakukan bongkar muatnya di Pelabuhan Cirebon. Dari hasil analisis Potensi
Bongkar Muat barang yang perlu pengapalan melalui Pelabuhan Cirebon dan hasil analisis
kemampuan dan daya tampung pelabuhan Ciebon terlihat bahwa kondisi pelabuhan yang ada
sudah tidak lagi mampu melayani tuntutan bongkar muat dimasa mendatang. Dengan demikian
untuk memenuhi kebutuhan akan sarana dan prasarana Bongkar muat barang diperlukan
pengembangan wilayah darat maupun perairannya.
Dalam hal ini solusi pengembangan satu satunya hanya denga melakukan reklamsai untuk
menambah daratan yang diperlukan dan melakukan pengerukan baik untuk kolam maupun alur
pelayarannya.
Dengan terbatasnya lahan darat ditambah dengan adanya permintaan daerah untuk menjadikan
sebagian wilayah pelabuhan sebagai Heritage dan perlu diadakannya terminal penumpang, maka
dipandang perlu untuk melakukan rekonfigurasi pemanfaatan lahan yang ada.
Dalam kerangka besar rekonfigurasi ini Pelabuhan Cirebon dikondisikan sebagai pelabuhan yang
mempunyai porsi seimbang untuk memenuhi kebutuhan yang ada. Minimal masih terdapat 4
Terminal yang perlu dipertahankan untuk memenuhi kebutuhan sarana bongkar muat barang dan
naik turunnya penumpang, empat terminal tersebut adalah:
1. Terminal Penumpang
2. Terminal Peti Kemas
3. Terminal Curah Kering
4. Terminal Multi purpose
V-9
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan sedikit perubahan tata kelola dalam pelaksanaan
bongkar muatnya, kebutuhan terminal yang ada tidak dipisahkan dengan jelas pada peruntukan
dermaga dan daerah yang ada di belakangnya. Akan tetapi dibuat lebih fleksibel dengan
merencanakan dermaga yang ada menjadi dermaga multipurpose termasuk di dalamnya adalah
dermaga curah cair, alih fungsi dock yard yang ada menjadi terminal penumpang, yang lain seperti
peti kemas, curah kering dan relokasi Dock Yard memanfaatkan penambahan lahan darat dengan
reklamasi laut.
V.4.1 Penyediaan Alur Pelayaran dan Kolam Pelabuhan
Dari hasil analisis pada bab sebelumnya diketahui bahwa Pelabuhan Cirebon perlu
melakukan pengembangan ke arah laut dengan melakukan reklamasi dan pengerukan kolam
dan alur pelabuhan. Untuk dermaga yang ada akan ditingkatkan kekuatannya sesuai dengan
kebutuhan pemanfaatannya dengan menambah perkuatan dermaga di depan dermaga yang
ada untuk menahan kapal yang lebih besar dari desain semula yaitu hingga kapal dengan
bobot mati 10.000 DWT atau dengan kedalaman kolam hingga -10.00 m LWS. Sedangkan
untuk daerah reklamasi diperlukan dermaga yang lebih besar khususnya di dermaga peti
kemas sehingga mampu menampung kapal peti kemas dengan bobot mati 40.000 DWT atau
dengan kedalaman kolam dan alur hingga -12.00 mLWS
RENCANA INDUK PELABUHAN CIREBON
Ringkasan Eksekutif
V.4.2 Rencana Zonasi dan Pentahapan Pengembangan Pelabuhan Cirebon
Pelabuhan Cirebon akan dilakukan zonasinya disesuaikan dengan memanfaatkan semaksimal mungkin kondisi yang ada ditambah dengan daerah pengembangan hingga 20 tahun ke depan.
Ada 7 zona utama antara lain
1. Zona Multipurpose2. Zona Curah Cair3. Zona Passenger4. Zona Curah Kering (non batubara)5. Zona Peti Kemas6. Zona Batubara7. Zona Dock dan Galangan Kapal
Layout kondisi eksisting dan rencana zonasi pengembangan Pelabuhan Cirebon bisa dilihat ber turut turut pada Gambar V -l dan V2. Tahapan pengembangan jangka pendek sampai dengan jangka panang disajikan pada Gmbar V-3 s/d. V-5; pada lembar berikutnya dalam laporan ini.
Tabel V -2 Rekapitulasi Pengembangan Fasilitas Pelabuhan Cirebon
N u .N aiu o / Jen fe L) I n * ns 1 K x k t in g S a tu a n
R e n c a n a P e n g e m b a n g a nK e t e r a n g a n
2 0 1 6 - 2 0 2 0 2 0 1 6 - 2 0 2 5 2 0 1 6 - 2 0 3 5
01 (3 ) (4 ) <J1 (6 ) <J> t» )
I W IL A Y A H D A R A T
A FA SILITAS PO KOK1 . D e r m a g a
a D e im ig a G en era l & B a g G a ig o (M u ltip u ip o ie ) 6-10 m 4 4 0 7 9 5 7 9 5
b D e m i ig a C u u h K c m g (B a tu B a n i l 3 5 5 m 7 7 5 4 2 0 4 2 0
3 5 5 im h d h f ir g s ir u n m a y a r ii d e im i& i Multi
p ir p o s e
c D e n rn g a C ir u h K c ro p (W on B atu b ara) 0 m 0 0 2 4 0
d D c n r a g a C in J i C a f f 1 7 9 m 1 7 9 1 7 9 1 7 9
c D c m u g a C on tain er 0 m 4 6 5 6 5 8 9 5 0
f D e n ra g a P a s s a i^ e r 0 m 2 0 0 2 0 0 2 0 0 A hh F u n g a D e n r a g * n a ib P u p o s c
2 Gudang
a . G en era l «fc B u g C nigp 4 0 7 1 m3 4 0 7 1 4 0 7 1 4 0 7 1
3 . Open Yard
•a. G en era l ¿t B u g C iu g p 2 1 0 2 5 m1 2 1 0 2 5 2 1 0 2 5 2 1 0 2 5 D ig im fc u i U ntuk A ie a M u jip u p o s e
b B a tu B a n i 6 9 0 0 0 n\ 6 9 0 0 0 9 9 0 0 0 2 1 8 0 0 0Ja p g k a M en eng ah L o k a s i Penum pukan p in la h
b : a re a r e t ia n n a
c . C u ra h K erin g n on b atu b ara 0 nV 1 2 2 0 0 0 2 1 2 0 0 0 2 1 2 0 0 0
•J C u rah C a ir 4 3 .5 0 0 m1 5 1 9 0 0 5 1 9 0 0 5 1 9 0 0
e. C on tain er 0 no? 0 9 6 5 0 0 2 1 9 0 0 0
t' D o c k d m GuLtugun k tp .tl 0 m: 3 7 0 0 0 0 3 7 0 .0 0 0 9 7 0 0 0 0
4 . Passenger Term inal
a G ed u n g T erm in al0 m: 6 0 0 1 2 0 0 2 0 0 0
D ukun ra n g k a pcngcrobun& in u v a t a
bn d a> ah antu gc
b T em p a t Parkir 0 m2 6 0 0 6 0 0 1 0 0 0
V-10
N o .N a m a / J t n k D im e n s i E x t s t b ig S a t u a n
R e n c a n a P e n g e m b a n g a nK e t e r a n g a n
2 0 1 6 - 2 0 2 0 2 0 1 6 - 2 0 2 5 2 0 1 6 - 2 0 3 5
( D 0 ) ( 3 ) ______ L *) i ? ) i Q _______________0 ______________ ( 8 )
B. F A S IL IT A S P E N U N JA N G
1 K a n to r A d m n s tr a s iP o la b u ln n 0 n»2 600 600 600n K a w a s a n P e rk a n to r a n 7 744 n? 7.744 7 744 7744
3 Ajt B e r s ih
1 ) R i m * P o m p a 1 1 1
2 ) M e n u a A s 1 2 3
3) Sumber ar 1 1 1
4 Jarahan I-wti'5 K V A 400 900 1 500
5 J a r s u t m T eh -k o m im ik a s i V V V
6 Ja r in g a n J n lu i
n K e r e ta A p i m 2 0 0 0 2 0 0 0 2 0 0 0
b J a l i n b « s a m 2 0 0 0 2600 4 000
7 T e m p a t P a i k s K e n d a r a a n B e rm o to r m 2 2 0 0 400 600
8 J a r n p a n D ra in a se m 4 000 5 200 8 0 0 0
9 Ja n r g a n A k L s n b a l i U n i 1 1 1
1 0 T e m p a t P c m b u m g a n S a m p a h A k i» U n S 1 1 1
11 P e i v o h l i L in h a l i ( R F ) h i 1 2 3
13 T o ile t U m ts n m 2 40 80 1 2 0
13 T e m p a t Ib a d a h m 2 . 2 0 0 400
1 4 P o s J a g a m 2 15 30 30
1 5 P a g a r k c f f i i * : M a s i f m 600 800 1 000
P a g a r k e k b g B e s i m 600 800 1 000
10 G .ip u a p e t i b i i u n iti it 1 1 1
17 P e n rh a a u n n V V V
18 A ie u l P c m e m b a t v a n P e la b u h a n
U W ILA YA H PERAIR AN
A F A S IL IT A S P O K O K
1 A k r P e la y a r a n n v 6 990 000 6990 000 6990 000
B r e a k W itte r E k s n tm g1 400 m 1 406 706 706
rbbor^ kru ' ilr ja i y k a n w n en g a h i t k re k la m a s i
c lo c k y a rd
B r e a k W n te r E a m m 0 0 1 000
3 P e r a s a n T e m p a t L a b u h m ' 357 030 140 S84 140 584
4 A r e a A i h M i B t K a p a l nv 357 030 77329 92 380
5 K o h m P c h b i i n n i s t i i : O b h p e r a k K a p a l n v 176 371 88 796 88 796
6 P e r a s a n P a n iu n v 55 221 35 061 35 0617 P e r a s a n U n t i i : K a p a l P e m e n r ta h n v 110 442 70122 70 1228 P c p p e i iik a n a k r d a n K o h m M k « -8 - 1 0 -12
B FA S IL IT A S P E N U N JA N G
1 Z o m D o c k i ig m : 1 0 0 0 0 0
2 . P e i n s n m s t i k k e p e r k w i d a m a i m ' 178 515
3 P e r a s a n U n tu k W K ata nv
4 P c r a r a n U n tu k K a p a l ) 4 a t i m :
5 P e r a s a n U n tu k P e n g e m b a n g a n P e h b i t n n nv
6 T a r R J f l i D is p o s a l A r c a m 0 0 1 0 2 0 0
7 D K p o s a l A r c a 0 0 2 900 000 Untuk penam pungan m aterial h asil keruk
V.4.3 Rencana Peruntukan Perairan
Rencana Peruntukan Perairan disajikan pada Gambar V-6.
RENCANA INDUK PELABUHAN CIREBON
Ringkasan Eksekutif
V.4.4 Rencana Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) dan Daerah Lingkungan Kepentingan (DLkp)
Rencana Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) dan Daerah Lingkungan Kepentingan (DLkp) disajikan pada Gambar V-7 dan V-8.
V.4.5 Rencana Kebutuhan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran
Pelabuhan Cirebon berhadapan langsung dengan laut terbuka sehingga tidak banyak lapu navigasi
yang diperlukan, Lampu Suar sebagai penanda pelabuhan yang ada masih tetap bisa digunakan.
Pemindahan lampu navigasi sebagai tanda masuk alur pelabuhan yang selama ini terpasang di
ujung breakwater bisa dipindahkan ke ujung breakwateryang baru. Rencana penempatan SBNP
disajikan pada Gambar V-9.
V - ll
Executive Summary
Gambar V-l LAY OUT PELABUHAN CIREBON
RENCANA INDUK PELABUHAN CIREIBON V-6
Executive Summary
KEMENTRIAN PERHUBUNGANDIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUTKANTOR KE8YAHBANOARAN DAN OTORDAS PELABUHAN KELAS H
C IR E B O N
RENCANA INDUK PELABUHAN CIREBON PROVINSI JAWA BARAT
PELABUHAN CIREBON DLKP
U
4
^ Ä r a n g a n -
P a n ta i
K o n tu r
J a la n A rte ri
J a la n K e r e ta Api
B a t a s P e ra ira n D a e ra h P e la b u h a n
TA BEL KOORDINAT RENCANA D LKR/Q LKPKOORDINAT 0 5 ) (■ 0
A O S'—W - O O " lo f f - a a ’- i a *B oe--40'-oo’ ioer-40*-oo*C IO C —4 0 '—OO"D OC"—44*—3 4 " ioer-3s*-40*
Gambar V-2 DAERAH LINGKUNGAN KEPENTINGAN PELABUHAN CIREBON
RENCANA INDUK PELABUHAN CIREBON V-7
Executive Summary
k s p eo o o n oooo
DISPOSAL AREA 90 Ha
hi 92HM KX) OOOO
K 92!;9200 0000
DISPOSAL AREA 220.7 Ha
K D258SOO 0000
N 926B400 OOOO
K 9 ? ia O 0 0 OOOO
C Ü R Ä H K E IIHTY DRY
24.25 HaMULTI/PURPOSE-'
[CONTAINER YARD]
¡CURAH KERINGk 9 ? s 7 ? n o oooo
ACCESS ROAD
JALAN &JALUR KFREFA API
3.4N 9P66BD 0 OOOO
KEMENTRIAN PERHUBUNGANDIREKTORAT JEN D ERA L PERHUBUNGAN LAUT
« R J KAKTOR MJYAHBM04RAN DAN OTOflITA# PSLMUIWi I4LAS #^ CI RE B ON
RENCANA INDUK PELABUHAN CIREBON PROVINSI JAWA BARAT
ZONASI PELABUHAN CIREBON
LEGEND :1 C O N TA IN ER YARD L—- - J2 C O A LY A R D E333 PA R K IR A R EA ( = □
4 P A S S A N G E R TERM IN A L □
5 D ERM A G A W .
0 KANTO R PEM ER IN T A H CD7 KANTO R LAIN NYA ( = □
B JA S A R EK R EA S I c = □
0 PERD A G A N G A N □
10 M ULTI P O U R P O S E E Z l11 D ERM A G A UO U fT
12 TANK FARM N O N B3 M
13 P A S S A N G E R TERM IN A L
14 D O C K Y A R D Esa16 PLTU c= □
ie A R E A C A D A N G A N P EN G EM B A N G A N tZJ( J IK A D IP ER LU K A N )
Gambar V-3 ZONASI PELABUHAN CIREBON
RENCANA INDUK PELABUHAN CIREBON V-9
Executive Summary
K 9?ßfiOOO OOOO
DISPOSAL AREA 90 Ha
DOCK YARD
T3ÜÖRTN 92SG400 OOOO
N 92bflOOO OOOO
\ii ¿S HalK 92!T/pQO OOOO
JALUR KERETA APIJÄLAN&
JALUR KERETA API
N 9209000 OOOO
t. B2Ö920O 0000
K 02&V200 OOOO
3.4 HoK 9256800.0000
T A B E L KOORDINAT :
No ( L S ) ( B T )1 6* 41* 19.248“ 108' 35' 48.123"2 6" 41* 28.801" 108' 35' 39.039"3 S' 41’ 53.506“ 108' 35' 4 .087’4 6* 42’ 54.434“ 108' 35' 4.643’5 6* 43* 2.945" 108* 34' 33.233"6 6- 43* 6.589" 108- 34' 20.689"7 & 43* 8.838" 108' 34' 16.676“8 5 ’ 42' 57.951" 108' 34' 10.354’9 6" 42' 49.514" 108' 34' 3.609“10 6 ' 42' 44.998" 108’ 34' 1.415“11 6* 42' 41.094’ 108' 34' 6.880“12 S’ 42' 1.614’ 108’ 34' 16.702“13 ST 41* 3.713" 108’ 35' 13.508“14 er 41* 1 7.343’ 108’ 35’ 27.487“15 er 41' 1 7.229" 108* 35’ 34.177“16 er 41' 11.377" 108’ 35* 39.785“
♦ ¡ J * KEMENTRIAN PERHUBUNGAN™ DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT
RENCANA INDUK PELABUHAN CIREBON PROVINSI JAWA BARAT
DLKR PELABUHAN CIREBON
LEGENDA
1 C O N TA IN ER YARD2 C O A LY A R D
3 PA R K IR AHEA CZD4 P A S S A N G E R TERM IN AL c z n6 D ERM A G A
6 K AN TO R PEM ER IN TA H □ZJ7 KAN TO R LAIN NYA [=3G JA S A R EK R EA S I LZDD PERD A G A N G A N □Z)10 M ULTI P O U H P O SE E Z 311 D ERM A G A UQUTT E^ a12 TANK FARM N O N B B M
13 P A S S A N G E R TERM IN AL l ' ' ! l14 D O C K Y A RD 1 1
18 PLT U [Z D16 A R EA CAD AN G AN PEN G EM BA N G A N (Z□
Gambar V-4 DAERAH LINGKUNGAN KERJA (DLKr) PELABUHAN CIREBON
RENCANA INDUK PELABUHAN CIREBON V-10
Executive Summary
lok >00o
0 * . 4 0 * -
0 * . \ 4 4 “
TABEL KOORDINAT RENCANA DLKR/DLKPKOORDINAT (LS> (BO
1 OC. 41*. 57.301* 108-, 35*. 0.184*2 oe*. 40*. 57.683* 10e. 34*. 53.800*3 O«*. 40*. 52.011" 10e. 34*. 47.791"4 08*. 40*. 46.323* 105*. 34*. 41.960*5 Oe*. 40*. 29.570* 10e. 34*. 58.353*6 06*. 40*. 35.252* 108*. 35*. 4.163"7 Oe*. 40*. 40.737* 1 0 r . 34*. 37.431*8 Oe. 41*. 11.415* 108*. 35*. 40.122"g oe*. 41 \ 10.903* 10e. 34*. 42.954*10 06*. 39*. 31.700* 10e. 37*. 15.562*11 oe*. 39*. 39.500* 10e. 37*. 23.835*12 OC*. 39*. 38.191* 10e. 37*. 29.205*13 oe*. 39*. 47.549* 108*. 37*. 40.900’14 oe*. 39*. 50.630* 10e. 37*. 38.252*15 06*. 40*. 15.602* 10e. 37*. 38.177*16 o e . 40'. 4.311* 1 0 r. 37*. 24.329*17 o e . 39*. 52.930* 10ff. 37*. 12.882*
KEMENTRIAN PERHUBUNGANDIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT
RENCANA INDUK PELABUHAN CIREBON PROVINSI JAWA BARAT
PELABUHAN CIREBON DLKP
2 K m
PERUNTUKAN WILAYAH LAUTA. FASILITAS POKOK
(ARSIR)
1 KOLAM PUTAR ¡mg2 KOLAM ALIH r i3. KOLAM LABUH4 ALUR PELAYARAN5 KOLAM KEADAAN DARURAT r~~i6 KOLAM TAMBAT i i7 KAPAL MATI Q_J
Gambar V-5 ALUR PELAYARAN DAN FASILITAS PERAIRAN PELABUHAN CIREBON
RENCANA INDUK PELABUHAN CIREBON V - l l
Executive Summary
9257600
9257100
LEGENDA:J BENCH MARK (BMI
I CONTROL POINT (CP)
] KONTUR
° p l BANGUNAN
JALAN
SUNGAI
JALUR POLIGON UTAMA
j----------------1 JALUR POLIGON CABANG
9258600
KEMENTRIAN PERHUBUNGANDIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUTKANTOR KESYAMBAN3ARAN DAN OTORITAS PELABUHAN KELAS »
C I R E B O N
RENCANA INDUK PELABUHAN CIREBON PROVINSI JAWA BARAT
DENAH EXISTING PELABUHAN CIREBON
9258100
Gambar V-6 LAY OUT PELABUHAN CIREBON EXISTING
RENCANA INDUK PELABUHAN CIREBON V-13
Executive Summary
9280000.0000
DISPOSAL AREA 90 Ha
92S9ÖOO.OUOO
92b9200.0CJ00
DISPOSAL A R eI a 200 Ha
3288400.0000
9287600.0000
'JALAN 4.UR KERETA API
9287200.0000
9288800.0000
KEMENTRIAN PERHUBUNGAND IREK TO RA T JE N D E R A L PERH U BU N G A N LAUTKAM T CR KZLiY ATtWt DARAN DAN OrCfUTAS PELABUHAN KL LAS M
C I R E B O N
RENCANA INDUK PELABUHAN CIREBON PROVINSI JAWA BARAT
RENCANA PENGEMBANGAN JANGKA PENDEK
LEGEN OA
1 RENCANA JANGKA PENDEK | j
N 9288800.0000
N 92880000000
Gambar V-7 RENCANA PENGEMBANGAN JANGKA PENDEK PELABUHAN CIREBON
RENCANA INDUK PELABUHAN CIREBON V-14
Executive Summary
N 9260000.0000
DISPOSAL AREA 90 Ha
N 02S3800.0COO
N 92b9200.0000
DOCK YARD
N 92 ¡>8400 0000
K 9 ? b /600.000/0
K 9257200 0000
mn'is»jsiäSä3M\
KEMENTRIAN PERHUBUNGANDIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT
RENCANA INDUK PELABUHAN CIREBON PROVINSI JAWA BARAT
LEGENDA
1 R E N C A N A JA N G K A P E N D E K
2 RENCANA JANGKA MENENGAH
Gambar V-8 RENCANA PENGEMBANGAN JANGKA MENENGAH PELABUHAN CIREBON
RENCANA INDUK PELABUHAN CIREBON V-15
Executive Summary
DISPOSAL AREA 90 Ha
N 91!b91i00 OOOO
60 Ha
DISPOSAL A&EA 220.8 Ha
N 9256*00 0000
N 925/600 0000
JALAN &I JALUR KERETA,API
CURAH KERII11.G Ha
3.4 Ha
m KEMENTRIAN PERHUBUNGANDIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUTKAMTCM «nyM fiAW VW UM MM 0T0M1TA3 PELA8UHAM « T LAS a
C IR E B O M
RENCANA INDUK PELABUHAN CIREBON PROVINSI JAWA BARAT
RENCANA PENGEMBANGAN JANGKA PANJANG
LEGENDA
1 RENCANAJANGKA PENDEK | j
2 RENCANA JANGKA MENENGAH f j
3 RENCANA JANGKA PANJANG | / . :: :|
4 CADANGAN PENGEMBANGAN
N 9260000.0000
H 9259600.0000
Gambar V-9 RENCANA PENGEMBANGAN JANGKA PANJANG PELABUHAN CIREBON
RENCANA INDUK PELABUHAN CIREBON V-16
V.4.6 Rencana Biaya Konstruksi
Biaya konstruksi hingga tahap pengembangan jangka panjang pada tahun berjalan dihitung
berdasarkan harga yang berlaku pada tahun 2015. Sedangkan hasil hitungan biaya konstruksi
minimum sebagaimana tertuang dalam beberapa Tabel V.4 berikut:
Tabel V-3 Rencana Biaya Konstruksi Pengembangan Pelabuhan Cirebon
No. HARGA (Rp.)Keterangan
JANGKA PENDEK JANGKA M ENENGAH JANGKA PANJANG
(J ) <*> (81 (9) (10) (U I
I W ILA Y A H D A R A T 8.563.203.158.655 13.892.015.116.935 25.746.111.767.185
A FASILITAS POKOK 3,262,996,864.65? 6.608.057,093.206 10.888.262.954.638
1. D i'm in g n K32.H64,794.011 1.229.608.006.362 2.352.243.105.107
n Dcimiign General & Bag Cargo 40 82 7 9 1 » O il 46 973 097 984 89 000 lo7 460 ok dgn perkuitan untuk kupal 20000 DW T
b Dermaga Balu Bara 33 370 920 000 90 208 143 790 200 210 164 *53 Buat bara itituk kapal 20000 D W T
c Dermaga Curah K c r r g 4» 539 520000 48 539 520 000 152 070 S33 942 Euat bara Ptnynng Dermaga Pcrkr 183 m, 200C0 D W T
il Dermaga Curah Cair 1» 006 816 000 47 656 952 604 47 656.952 604 ok dgn perkutt.ui rabuk kapal 20000 DW T
c Dermaga Pakan Tcrmk 62 022 720 000 62 022 720 000 194 312 73 2 259 Buat bara Paniang Dermaga Perkt 176 m. 20000 D W T
f Demwp» Container 548 597 700 Ooo 853 308 371 985 1 588 093 113 989 Euat bara irtuk kapal max 40 000 D W T
g Dermaga Pam nger 80 899 200 0GO 80 899 200 000 80 899 2oo 000 ok Perkuatan uituk kapal 10000 D W T
3. OpgnYard 1.737,252.594.644 3.836.469.903.591 5.861.810.713.531
u G«l*nil & Bag Cargo . . . dgumkim area rouki purpose
b Batu Bara 125 573 536.000 .739 449 904 039 1 136 880677211 ptvdah ke lokasi baru (duty dry buk)
c C u ia h K e rn j 95 198 670 273 152 438 211 459 383 881 096 218 Luuanaik' idergan tinggi 15 m. costmkO
tl Curah C a r 18 459 928 097 22 875 116 896 30 619 759 588 I,uisan lank turn (Dengan tiggi 19 m. cost tnnklamii
c Pakan Tenuk 46 329 260 274 57 599 702 219 153 843 900 426 Luisan ado i rlcngun tinggi 15 m, cost sil>)
f C'ontancr 70S 542 400 000 1 209 647 372 778 2 102 125 643 8*8 D i tihnn burarcklmvrei
g Dock dan Galangan kapal 683 148 800000 2 054 459 596 200 2 054 459 596 200 Lahnn te lah drektamasi sebagian
h 1 Xick il;m Gatanam kapal 198 113 1J2 0O0 403 809 771 430 403 809 771 430 Lahan reklamasi baru
4. Passenger Terminal 8.797,776.000 5.7V7,776.000 17.876.429.2V3
a. Gedung Terminal 5 393 280000 5 393 280 000 16 896 759 327
b. Tempat Parkir 404 496 000 404 496 000 979 665 906
H. FASILITAS PENUNJANG 8.449,472.000 10.374.118.732 63,961.159.929
1 Kantor Arlmsiwtrasi Pehbihm 4044 960 000 4 044 060 000 4 044 500 000 PevUhch area perkantoran
6 Jaringan Jakn . .
a Kereta Api 21 569 023 738
b Ja lm termuak akses ke Dock Yard 1 797 760 Ooo 2 519 502 524 S.203 647701
7 Tempat Paiku Kcmlaman Bermotor 134 832 000 315.267 631 602 *54 614
8 Jaringan Drainage 1 797 760 OOO 2.519 502 524 5 203 647 701
U Pagar keliling Masif 404 496000 584 931 631 872 518 614
14 Pagar kchbng Besi 269 664000 389 954 421 581 675 070
17 Baigunnn perangkap debu batu bara . 25 882 828 4*5
U W ILA Y A H P E R A IR A N 5.291.757.122.001) 7.273.583.904.998 14.793.887,(52.617
A FASILITAS POKOK 5,156.923,122.000 6.881.631.130.710 14.401.934.878.330
1 A k r Pelayaran . . .2 Break Water « . 910 692 113 378
.7 Pemborgkarnn Break water hmn 11 286 562000 30 274 404 911 30 274 404 911
4 Tabid Pemhan Rekhmasi 566743 840 000 740 563 497 939 4 420 238 947 62510 Pcigerukan akr d.in Kolim 4 578 894 720 000 6 110 793 227 860 9 040 729 412 416
B FASILITAS PENUNJANG 134.832.UUO.OOO 391.952.774.288 391.952.774.288
1 Zom D ockrg 134 832 000 OGo 391 952 774 288 391 952 774 288
Sumber analisis konsultan
RENCANA INDUK PELABUHAN CIREBON
Ringkasan Eksekutif
V-24
BAB VI. KAJIAN EKONOMI DAN FINANSIAL
VI. 1 K e l a y a k a n R e n c a n a P e m b a n g u n a n
Dengan mengacu pada kebutuhan fasilitas dan peralatan yang telah dirinci pada bab sebelumnya,
maka didapatlah total nilai investasi sebesar Rp 25.7 triliun yang dibagi menjadi tiga periode. Pada
tabel berikut ini tersaji nilai investasi pada masing-masing periode.
Tabel V l- l Nilai Investasi Jangka Pendek, Menengah, dan Panjang
Tahapan
Jangka Pendek
Nilai Investasi (Juta Rp)
8.563.203Jangka Menengah 5.328.811Jangka Panjang 11.854.096Total 25.746.111
(Sumber: Hasil Analisa.)
Untuk menganalisa kelayakan rencana pembangunan Pelabuhan Cirebon tersebut, berikut ini
beberapa asumsi skenario moderat yang digunakan:
1. Pendapatan per Ton pada tahun 2016 sebesar Rp 37.000 per ton. Perkiraan nilai ini
didasarkan pada pertimbangan nilai pendapatan per ton historis dari Pelabuhan Cirebon
tahun 2014 sebesar Rp 31.495 per ton dan pendapatan historis dari Pelindo II di tahun
yang sama sebesar Rp 44.033 per ton.
2. Kenaikan pendapatan per ton setiap tahunnya sebesar 9%. Pertimbangan yang digunakan
juga data historis kenaikan pendapatan per ton dari Pelabuhan Cirebon dan Pelindo II
yaitu masing-masing sebesar 9.39% dan 5.13%.
3. Margin dari kegiatan operasi sebesar 20%. Hal ini berdasarkan nilai historis margin operasi
Pelabuhan Cirebon yaitu sebesar 15.87% dan Pelindo II sebesar 20.59%.
4. Adanya Tax Holiday selama 20 tahun untuk investasi infrastruktur pelabuhan.
5. Biaya modal (Cost of Equity) sebesar 16% yang merupakan rata-rata return indeks harga
saham gabungan di Bursa Efek Indonesia selama 15 tahun terakhir.
6. Biaya hutang (Cost of Debt) sebesar 10% yang merupakan rate bunga pinjaman korporasi
di tahun 2015.
7. Pembiayaan dengan menggunakan hutang sebesar 80% dari total nilai investasi.
RENCANA INDUK PELABUHAN CIREBON
Ringkasan Eksekutif
Dengan menggunakan asumsi-asumsi di atas maka didapatlah pendapatan, beban operasi dan arus
kas masuk Pelabuhan Cirebon pada tahun 2035 diperkirakan mencapai 12.4 triliun pendapatan, 9,9
triliun beban operasi dan Rp 3,2 triliun arus kas. Detil per periodenya bisa dilihat pada tabel berikut.
Tabel VI-2 Proyeksi Pendapatan, Beban Operasi, dan Arus Kas 2016-2035
(Rp juta)Tahun Pendapatan Beban Operasi Arus Kas Operasi
2016 390.674 312.540 103.1382017 457.124 365.699 120.6812018 535.219 428.176 141.2982019 627.034 501.627 165.5372020 853.294 682.635 225.2702025 2.457.551 1.966.041 648.7932030 5.647.853 4.518.282 1.491.0332035 12.447.847 9.958.278 3.286.232
(Sumber: Hasil Analisa.)
Dengan perhitungan arus kas masuk tersebut, dan dibandingkan dengan pengeluraran investasi
untuk pembangunannya maka bisa disimpulkan bahwa pada skenario moderat, rencana
pembangunan Pelabuhan Cirebon tersebut layak dilaksanakan. Hal ini dikarenakan nilai IRR dari
rencana pembangunan tersebut sebesar 11.63% dimana nilai ini lebih tinggi dari nilai WACC
sebesar 11.2%. Dapat dilihat juga nilai NPV positif sebesar 483 milyar.
Tabel VI-3 Hasil Analisa Kelayakan Keuangan (Skenario Moderat)
K eteran gan M o d erat
P en d ap atan R p p er T o n 2 0 1 6 3 7 .5 0 0
K e n a ik a n P en d ap atan p er T o n 9 ,0 0 %
M argin O p e ra si 2 0 ,0 0 %
W A C C 1 1 ,2 0 %
IR R 11 ,6 3 %
N PV 4 8 3 milyar
(Sumber: Hasil Analisa.)
1.2 Analisis SkenarioSelain dengan menggunakan skenario moderat, dihitung juga bagaimana hasilnya dengan
menggunakan skenario yang lebih konservatif maupun lebih optimis. Pada skenario konservati,
nilai pendapatan sedikit diturunkan yaitu pendapatan per ton menjadi 35.000 saja dan kenaikan
nilai pendapatan per ton setiap tahunnya hanya tumbuh sebesar 8%. Nilai marginnya juga turun
menjadi hanya 17,5%. Sementara pada skenario optimis, nilai pendapatan per tonnya dinaikan
Vl-l
menjadi 40.000 dengan pertumbuhan sebesar 10% dan margin yang lebih besar yaitu sebesar
22,5%.
Hasilnya, jika yang terjadi adalah skenario konservatif maka rencana pembangunan menjadi tidak
layak karena nilai NPVnya negatif yaitu sebesar minus 2.2 triliun dan IRR lebih kecil dari WACC.
Sementara pada skenario optimis, nilai NPV menjadi lebih besar lagi yaitu pada angka 4 triliun. Hasil
selengkapnya bisa dilihat pada tabel berikut:
Tabel VI-4 Hasil Analisa Kelayakan Keuangan Masing-masing Skenario
K eterangan K on ser
vatif
M o d erat Optimis Historis
Cirebon
Historis
Pelindo IIP en d ap atan R p p er T o n 2 0 1 6 3 5 .0 0 0 3 7 .5 0 0 4 0 .0 0 0 3 1 .4 9 7 4 4 .0 3 3
K e n a ik a n P en d ap atan p er T o n 8 ,0 0 % 9 ,0 0 % 1 0 ,0 0 % 9 ,3 9 % 5 ,1 3 %
M arg in O p erasi 1 7 ,5 0 % 2 0 ,0 0 % 2 2 ,5 0 % 1 5 ,8 7 % 2 0 ,5 9 %
W A C C 1 1 ,2 0 % 1 1 ,2 0 % 1 1 ,2 0 %
IR R 1 1 ,6 3 % 1 4 ,2 8 %
N PV 483 m ilyar 4 triliun
(Sumber: Hasil Analisa,)
Dengan demikian pada tahap pelaksanaan harus benar-benar dijaga agar asumsi-asumsi pada
skenario moderat dapat dicapai.
V I.3 A n a lisis S en sitiv ita s
Berikutnya dilakukan analisa sensitivitas, yaitu analisa perhitungan bila yang berubah hanya salah
satu variabel (sebelumnya pada analisa skenario semua variabel berubah pada masing-masing
skenario). Analisa ini untuk melihat, variabel mana yang paling menentukan berubahnya hasil
analisa. Analisa sensitivitas ini dilakukan pada empat variabel yaitu berubahnya biaya investasi,
pendapatan per ton, kenaikan pendapatan per ton, dan margin operasi.
Tabel VI-5 Hasil Analisa Sensitivitas - Kenaikan Nilai Investasi
Kenakan Investasi NPV-10,00% 1.413.894.041.519-5,00% 948.626.722.3020,00% 483.359.403.0855,00% 18.092.083.8685,19% 0
15,00% -912.442.554.566
(Sumber: Hasil Analisa.)
RENCANA INDUK PELABUHAN CIREBON
Ringkasan Eksekutif
Analisa sensitivitas yang pertama dilakukan pada variabel perubahan nilai investasi. Jadi akan
dilihat apa yang terjadi bila nilai investasi ternyata naik atau turun, terutama bila nilainya naik
karena akan mengurangi kelayakan rencana pembangunan. Dari tabel di atas terlihat bahwa bila
nilai investasi naik 5% ternyata rencana pembangunan masih layak. Namun bila kenaikan mencapai
10% rencana pembangunan menjadi tidak layak. Titik kritisnya adalah 5,19%, jadi bila kenaikan di
atas angka tersebut maka kenaikan terlalu tinggi dan menyebabkan rencana menjadi tidak layak
secara keungan.
Tabel VI-6 Hasil Analisa Sensitivitas - Pendapatan per Ton
Pend. Per Ton NPV39.500 1.005.423.711.74838.500 744.391.557.41737.500 483.359.403.08536.500 222.327.248.75435.648 035.500 3 8 .7 0 4 .905.577
34.500 -299.737.059.909
(Sumber: Hasil Analisa.)
Analisa berikutnya terkait dengan varaibel pendapatan per ton, bagaimana pengaruh perubahan
pendapatan per ton ini terhadap kelayakan keuangannya. Terutama yang diperhatikan jika
pendapatan per ton ini mengalami penurunan. Dari tabel di atas terlihat bila pendapatan turun
sampai level 36.500 per ton pun secara keuangan masih layak. Angka kritisnya adalah pendapatan
per ton sebesar 35.648 per ton, jika turun dibawah angka tersebut rencana menjadi tidak layak.
Tabel VI-7 Hasil Analisa Sensitivitas - Kenaikan Pendapatan per Ton
Kenaikan Pend. NPV10,00% 2,227.443.321.3579,50% 1.320.054.119.8899,00% 483.359.403.0858,69% 08 ,50% 2 8 7 .9 9 0 .931.361
8,00% -998.958.145.3517,50% -1.654.141.586.170
(Sumber: Hasil Analisa.)
Analisa berikutnya terkait dengan varaibel kenaikan pendapatan per ton per tahun. Dari tabel
diatas terlihat bila kenaikan turun ke level 8% saja, rencana menjadi tidak layak secara keuangan.
V 1-2
Nilai kritisnya adalah 8.69%, kenaikan per tahun yang kurang dari angka tersebut akan
menyebabkan rencana menjadi tidak layak.
Tabel VI-8 Hasil Analisa Sensitivitas - Margin Operasi
Margin Operasi NPV22,00% 1.165.602.533.72421,00% 824.480.968.40520,00% 483.359.403.08519,00% 142.237.837.76618,58% 0
17,00% -540.005.292.873
(Sumber: Hasil Analisa.)
Analisa sensitivitas terakhir dilakukan pada variabel margin operasi. Dari tabel di atas terlihat
bahwa jika margin operasi turun sampai poin 19% rencana pembangunan masih layak. Bila
penurunan terjadi lebih lanjut lagi hingga mencapai angka 18%, maka rencana menjadi tidak layak
secara keuangan. Angka kritis untuk variabel margin operasi ini adalah 18,58%.
Berdasarkan analisa sensitivitas di atas, variabel yang sangat sensitif terhadap kelayakan proyek
adalah kenaikan pendapatan per ton per tahunnya. Angka kenaikan harus dijaga agar tidak turun
sampai di bawah angka 8.69%. Angka kritis untuk variabel lainnya terangkum pada tabel berikut.
Tabel VI-9 Hasil Analisa Sensitivitas - Batas Nilai Kritis
Variabel Moderat Angka KritisKenaikan Investasi 0,00% 5,19%Pendapatan per Ton 37.500 35.648Kenaikan Pendapatar 9,00% 8,69%Margin Operasi 20,00% 18,58%
(Sumber: Hasil Analisa,)
RENCANA INDUK PELABUHAN CIREBON
Ringkasan Eksekutif
VI-3
BAB VII. KAJIAN RONA AWAL LINGKUNGAN
V II.1 Ro n a L in g ku n g a n P elabu h an C irebo n
Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP.901 Tahun 2016 tentang Penetapan
Rencana induk Pelabuhan Nasional telah ditetapkan antara lain bahwa Pelabuhan Cirebon
merupakan Pelabuhan Pengumpul. Pelabuhan Cirebon terletak di Kota Cirebon, lintas utama
pantai Utara Jawa Barat, kurang lebih 250 km dari Jakarta atau 130 km dari Bandung. Posisi
Geografis terletak pada Koordinat 6°42'54"LS,108°34'9"BT.
Pelabuhan Cirebon berada di Kelurahan Panjunan Kecamatan Lemahwungkuk yang langsung
berbatasan dengan daerah pantai pada Laut Jawa.
1. Isu Lingkungan Strategis Pelabuhan Cirebona. Transportasi Darat dan Laut
Kota Cirebon memiliki letak geografis yang sangat strategis. Berada di persimpangan jalur Jawa
Barat dan Jawa Tengah, dilalui oleh jalur lintas nasional dan menjadi pusat pertemuan / titik simpul
seluruh moda transportasi. Sebagai konsekuensi letak geografis tersebut kapasitas infrastruktur
yang ada menjadi tidak sebanding dengan beban yang terjadi. Sehingga saat ini sudah terasa
bertambahnya titik-titik kemacetan terutama di lintasan-lintasan sebidang jalur kereta api, selain
itu jumlah jalan dengan kondisi rusak pun semakin bertambah. Fenomena commuter Cirebon -
Jakarta semakin hari semakin tinggi, hal ini dipicu dengan semakin membaiknya pelayanan dan
infrastruktur jalur kereta api lintas pulau Jawa. Waktu tempuh pun semakin singkat, dan bukan
tidak mungkin Kota Cirebon menjadi pilihan utama mereka yang bekerja di Jakarta untuk
bertempat tinggal di Kota Cirebon. Sementara untuk transportasi massal masih mengandalkan
moda angkutan kota yang jumlahnya cenderung tetap.
Persoalan lainnya adalah keberadaan Pelabuhan Cirebon dipandang sebagai salahsatu fasilitas
yang sangat strategis karena hanya satu-satunya di wilayah pantai Utara khususnya Jawa Barat
bagian timur. Sebelum transportasi darat berkembang pesat seperti saat ini, arus barang dan
penumpang yang keluar masuk pelabuhan Cirebon termasuk cukup tinggi. Namun seiring dengan
perkembangan transportasi darat yang semakin maju, keberadaan pelabuhan Cirebon sebagai
moda transportasi barang dan penumpang sedikit demi sedikit mulai berkurang. Banjir dan
Genangan
RENCANA INDUK PELABUHAN CIREBON
Ringkasan Eksekutif
Kota Cirebon merupakan merupakan kota pantai yang menjadi ujung sebagian aliran sungai-sungai
di wilayah Cirebon. Sebagai kota pantai,kondisi kemiringan lereng sangat landai dan hal ini
menyebabkan air larian cenderung lambat. Dengan bertambahnya fenomena pemanasan global
dan terjadinya kerusakan di wilayah hulu terutama di sekitar Gunung Ciremai, banjir dan genangan
hujan menjadi permasalahan yang kemudian muncul. Kondisi ini ditambah dengan berkurangnya
resapan air hujan karena pesatnya pembangunan fisik serta area ruang terbuka hijau yang semakin
hari semakin berkurang.
b. Sedimentasi dan Kerusakan Ekologis Laut dan Pantai
Terjadinya kerusakan lingkungan di wilayah hulu sungai (sekitar Gunung Ciremai) serta
berkurangnya daerah resapan ternyata berpengaruh pula pada tingginya sedimentasi di wilayah
pantai Kota Cirebon. Di sisi lain fenomena ini menambah luas fisik wilayah kota tetapi pada sisi lain
dijadikan tambahan lahan untuk pembangunan perumahan liar. Kondisi ini menyebabkan
lingkungan di sekitar pantai cenderung tidak tertata, kumuh, dan merusak ekosistem pantai.
Dampak yang kemudian terjadi adalah semakin jauhnya wilayah penangkapan ikan para nelayan
Cirebon, hal ini disebabkan karena habitat ekologis tempat berkembang biak hewan laut menjadi
hilang atau rusak.
c. Pelanggaran Tata Ruang
Kota Cirebon telah memiliki dokumen perencanaan tata ruang melalui Peraturan Daerah Nomor 8
Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Cirebon 2011- 2031. Peraturan
daerah ini masih dalam tahap baru dan pada saat RPJMD ini disusun sedang dilakukan penyusunan
Rencana Detil Tata Ruang. Yang kemudian menjadi permasalahan bahwa dokumen ini belum cukup
dijadikan acuan karena masih ada beberapa peraturan perundangan sebagai tindak lanjut perda
tersebut yang belum disusun, sebagai contoh terkait dengan aturan pengenaan sanksi administratif
pelanggaran tata ruang dan pengenaan insentif dan disinsentif tata ruang. Selain itu dalam
pelaksanaannya diperlukan konsistensi dan komitmen dalam penegakan hukum. Untuk itu,
diperlukan sinergitas antara Pemerintah Daerah, masyarakat dengan komunitas pemerhati
penataan ruang yang didukung oleh transparansi informasi
d. Pengelolaan Bongkar Muat Batu bara
Batu bara merupakan salah satu komuditas unggulan Pelabuhan Cirebon, namun demikian
pengelolaanya masih sangat konvensional sehingga dampak yang ditimbulkannya juga menuntut
Vll-l
perhatian khusus terutama pencemaran oleh debu batu bara dan kerusakan jalan oleh tonase dan
frekuensi kendaraan pengangkut batu bara.
Dalam rangka peningkatan kinerja dan hasil guna yang lebih baik diperlukan peningkatan perlakuan
terhadap komoditi ini sehingga memenuhi Standard pengelolaan yang berlaku dan aman.
Perbaikan sistem Bongkar muat dan teknis penumpukan batu bara di stock pile harus sesuai
Standard operasi pada umumnya.
Pembongkaran batu bara dari kapal harus dilewatkan oleh konveyor sampai stock pile yang
diperuntukkan untuk itu, dalam stock pile harus disediakan peralatan deteksi dini peningkatan
panas dan debu dan disediakan pula alat pencegahannya, sehingga selalu dalam kondisi terjaga
dari kebakaran dan peningkatan kandungan debu diudara hingga melewati ambang batas aman,
e. Pengelolaan Sampah
Kota Cirebon memiliki luas wilayah administratif yang relatif sempit dibandingkan dengan kota-
kota lainnya di Provinsi Jawa Barat. Dengan kondisi ini salahsatu permasalahan yang terkait
ketersediaan lahan adalah keberadaan Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA). Kapasitas dan
daya tampung fasilitas tersebut akan berakhir dan harus segera digantikan dengan fasilitas baru
dengan sistem sanitary landfill. Sementara dengan perkembangan kegiatan kota yang sangat pesat
dan jumlah penduduk yang bertambah maka volume sampah yang dihasilkan pun meningkat pula.
Pola inovasi dan pengembangan pengelolaan sampah baru pernahdilakukan di beberapa lokasi
misal dengan pencanangan "'zero waste" di beberapa kantor instansi pemerintah dan di beberapa
komunitas perumahan. Namun hal tersebut belum cukup karena program yang ada cenderung
sporadis, belum masif dan belum menjadi prioritas. Dalam jangka waktu lima tahun ke depan
diperkirakan keberadaan tempat pembuangan akhir sampah masih sangatdibutuhkan, namun
karena Kota Cirebon tidak memiliki lahan yang mencukupi maka satu-satunya pilihan adalah
dengan menggunakan lahan di wilayah kabupaten/kota lain di sekitar Kota Cirebon.
2. Kajian fasilitas RF (reception facility)Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor: PM 29 Tahun 2014
Tentang Pencegahan Pencemaran Lingkungan Maritim Bab IV Pencegahan Pencemaran Dari
Kegiatan Kepelabuhanan Pasal 74 ayat (1) Setiap pelabuhan dan terminal khusus yang dioperasikan
wajib memenuhi persyaratan untuk mencegah timbulnya pencemaran yang bersumber dari
kegiatan operasional kapal dengan melengkapi fasilitas penampungan (reception facillties).
RENCANA INDUK PELABUHAN CIREBON
Ringkasan Eksekutif
Pencegahan pencemaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tersedianya fasilitas
penampungan [reception focilities) antara lain:
a. penampungan minyak kotor;
b. penampungan bahan cair beracun;
c. penampungan kotoran;
d. penampungan sampah;
e. penampungan bahan perusak ozon;
f. penampungan limbah B3;
g. penampungan sedimen/endapan air balas.
Kegiatan di pelabuhan termasuk di terminal khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
operasional kapal, pembangunan, perawatan, perbaikan, dan penutuhan kapal (ship recycling).
Fasilitas penampungan [reception focilities) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 harus dirancang
dan ditempatkan secara memadai untuk memenuhi keperluan penampungan tanpa
mengakibatkan keterlambatan yang tak perlu bagi kapal (undue delay).
Pertimbangan terhadap fasilitas penampungan (reception facilities) yang memadai sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 75 meliputi:
a. kapasitas harus cukup untuk menampung limbah kapal yang datang atau berkunjung di
pelabuhan;
b. sesuai dengan jenis limbah pada kapal yang datang atau berkunjung di pelabuhan;
c. mudah untuk diangkut ke tempat pembuangan akhir limbah.
Fasilitas penampungan (reception facilities) di pelabuhan dapat dirancang dengan tipe yang
bersifat tetap dan ataupun tipe yang dapat bergerak (mobile), yang memadai untuk menampung
limbah dari kapal.
Pengadaan fasilitas penampungan (reception facilities) di pelabuhan selain dari Pemerintah dapat
dilakukan oleh badan usaha atau perusahaan lainnya setelah mendapatkan persetujuan dari
Penyelenggara Pelabuhan dengan berpedoman pada Panduan IMO tentang Pelaksanaan Fasilitas
Penampungan (IMO Guide to Good Practicefor Reception Facility).
Kegiatan pengawasan terhadap pembuangan dan penampungan limbah di pelabuhan dilakukan
oleh Syahbandar di pelabuhan setempat.
VII-2
Pengadaan fasilitas pengelolaan limbah di pelabuhan merupakan bagian dari pelaksanaan Konvensi
Internasional tahun 1973 tentang pencegahan pencemaran dari kapal . Kapal yang telah
dimodifikasi oleh Protokol 1978 yang terkait dengan MARPOL 1973 jo 1978 (yang selanjutnya
disebut MARPOL 73/78) dan telah diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia melalui Keputusan
Presiden No. 46 Tahun 1986, pada tanggal 9 September 1986. Selain itu dipertegas pula oleh
kewajiban pelabuhan untuk menyediakan fasilitas penampungan limbah yang dikeluarkan oleh
Departemen Perhubungan melalui Keputusan Menteri Perhubungan nomor 215 Tahun 1987
tentang Pengadaan Fasilitas Penampungan Limbah dari kapal. Akan tetapi dalam peraturan ini
Departemen Perhubungan hanya mewajibkan pengadaan fasilitas saja, tidak dijelaskan bagaimana
pengelolaan limbah selanjutnya.
Sesuai dengan prinsip pengelolaan limbah B3 di Kementerian Negara Lingkungan Hidup yaitu 3R
[Reuse, Recycle dan Recovery), maka limbah yang terdapat di Fasilitas Pengelolaan Limbah
[Reception Facilities) wajib dikelola sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dalam proses
perizinannya, jenis-jenis limbah B3 yang diizinkan untuk disimpan dan dikumpulkan di Reception
Facilities (RF) di pelabuhan terbatas hanya untuk limbah-limbah B3 yang telah diketahui secara
pasti dan dijamin ketersediaan fasilitas pengelolaan lanjutannya. Selain melakukan kegiatan
pengumpulan dan penyimpanan limbah B3, Reception Facilities (RF) limbah di pelabuhan juga
dapat memiliki fasilitas pengolahan (antara lain: oil separator, waste water treatment
p/cwt/WWTP) dan landfill residu atau limbah B3 lainnya (antara lain: incinerator) baik yang
berlokasi di kawasan pelabuhan maupun di luar kawasan pelabuhan. Adapun izin dari Kementerian
Negara Lingkungan Hidup yang perlu dimiliki oleh fasilitas semacam ini adalah pengoperasian alat
pengolahan, penyimpanan, pengumpulan, pengolahan, pemanfaatan, landfill dan rekomendasi
pengangkutan.
Limbah hasil operasional kapal yang diserahkan oleh pemilik kapal ke fasilitas pengelolaan limbah
di pelabuhan akan mendapatkan sertifikat penyerahan limbah (Certificate of Waste Discharge) dari
pihak pengelola fasilitas pengelolaan limbah. Sertifikat ini merupakan salah satu kelengkapan
dalam Surat Ijin Berlayar (SIB) yang dikeluarkan oleh Administrator Pelabuhan.
Hal ini karena kapal dalam operasional rutinnya menghasilkan limbah yang masuk kategori bahan
berbahaya dan beracun (B3) baik dalam bentuk padat maupun cair. Limbah cair B3 misalnya lumpur
dari bahan bakar, minyak, oli bekas, air bekas cuci dek/tangki, dan air ballast. Limbah padat B3
adalah sampah domestik yang dapat berupa barang-barang atau kemasan dari sintelis, plastik,
RENCANA INDUK PELABUHAN CIREBON
Ringkasan Eksekutif
kaca, metal, kain lap, tembikar dan sampah-sampah serupa (Sudrajai. 2006). Kesemua limbah B3
ini dilarang dibuang ke perairan, sehingga pihak pelabuhan mempunyai kewajiban untuk mengelola
limbah ini salah satunya dengan menyediakan fasilitas penampungan limbah dari kapal di
pelabuhan (reception facilities).
Pencemaran di perairan pelabuhan tidak saja akan menurunkan kualitas dan produktivitas perairan
pelabuhan tersebut, lebih dari itu, akan inempengaruhi kualitas dan produktivitas perairan
sekitarnya. Hal ini tentu sangat merugikan, karena wilayah perairan pelabuhan dan sekitarnya
umumnya digunakan untuk kegiatan lain seperti, rekreasi air, perikanan tangkap dan budidaya
perairan, seperti halnya di sekitar kawasan perairan Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta. Oleh karena
itu, perlu adanya suatu sistem peiigelolaan limbah pelabuhan guna mempertahankan kualitas
perairan laut pada suatu tingkat baku mutu tertentu yang menjamin baiknya kualitas dan tingginya
produktivitas berbagai ekosistem laut dan pesisir.
Upaya pengelolaan limbah dari operasional kapal secara internasional telah ditetapkan oleh
International Maritime Organization (IMO) dalam International Convention for The Prevention of
Pollution from Ships, 1973 and The Protocol of 1978 Relatif There to yang dikenal dengan istilah
Marine Pollutiuon Convention (MARPOL) 73/78. Pemerintah Indonesia juga telah meratifikasi
peratuaran tersebut berdasarkan Kepres Nomor 46 Tahim 1986 tentang Pencegahan Pencemaran
dari Kapal. Tindak lanjut paling utama dari Kepres tersebut adalah dengan dikeluarkannya
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 215/AL.506/PHB-X7 tentang Pengadaan Fasilitas
Penampungan Limbah dari Kapal-kapal (reception facilities. Secara khusus dalam Peraturan
Menteri Perhubungan tersebut mewajibkan 5 (lima) pelabuhan utama yakni Belawan, Tanjung
Priok, Tanjung Perak dan Makasar telah memiliki fasilitas penampungan limbah dari kapal
selambat-lambatnya 1 April 1988.
Ketentuan MARPOL tersebut selanjutnya juga diakomodasi lebih lanjut dalam Peraturan
Perundangan di Indonesia, antara lain Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran,
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau
Perusakan Laut, Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan, dan
Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2002 tentang Perkapalan, dimana semuanya memuat
kewajiban seluruh pelabuhan untuk menyediakan fasiltas penampungan limbah yang berasal dari
kegiatan kapal.
VII-3
Pelabuhan Cirebon membutuhkan fasilitas penampungan limbah dari kapal untuk jenis limbah ;
lumpur minyak [fuelsludge), air kotor berminyak (oilybilge water), air ballast berminyak (oil ballast
water) dan residu kargo berminyak (oily corgo residues). Berdasarkan proyeksi kunjungan kapal
diperoleh kebutuhan kapasitas fasilitas penampungan limbah dari kapal untuk masing- masing jenis
limbah: lumpur minyak {fuelsludge) kapasitas minimal penampungan 10 ton atau 1 ton x rata-rata
kunjungan kapal harian (RKH), air kotor berminyak {oily bilge water) kapasitas minimal
penampungan 10 ton atau 2 ton x rata-rata kunjungan kapal harian (RKH), air ballast berminyak {oil
ballast water) kapasitas minimal penampungan 30% kapasitas tanker terbesar atau 30% x rata-rata
kunjungan kapal harian (RKH) dan residu kargo berminyak {oily cargo residues) kapasitas minimal
penampungan 0,2% kapasitas tanker terbesar x 1 atau x rata-rata kunjungan kapal harian (RKH).
Sedangkan untuk galangan kapal pada jenis limbah air ballast berminyak (oil ballast water)
dibutuhkan kapasitas minimal penampungan 8% kapasitas bunker tanker terbesar, ± 1.500 ton
atau 4,5% kapasitas maksimum tanker dan residu kargo berminyak {oily cargo residues) kapasitas
minimal penampungan % DWT: minyak mentah 1%; black product 0,5%; white product 0,2%+Solid
0,1%.
Lokasi fasilitas penampungan limbah setidaknya seluas 1 (satu) hektar untuk kemudahan
penanganan dan perlindungan dari situasi darurat serta berada di luarkawasan kepabeanan
pelabuhan. Lokasi ini harus menjamin kemudahan akses baik untuk operasi pergerakan/manuver
kapal secara aman dan mencegah penundaan yang tidak diinginkan ataupun akses terhadap
berbagai keperluan yang dibutuhkan, antara lain listrik, uap, dan sebagainya. Lokasi ini juga secara
geologis dan geografis harus bebas banjir, longsor dan genangan serta mempunyai sistem drainase
yang baik dengan jarak sekurang-kurangnya 50 meter dari lokasi pemukiman, lingkungan yang
rentan, dan lingkungan untuk kepentingan tertentu guna meminimalkan dampak tehadap
lingkungan dan kesehatan.
Bangunan fasilitas penampungan limbah B3 di pelabuhan harus dilengkapi dengan berbagai
fasilitas penunjang dengan tata ruang yang tepat sehingga kegiatan penyimpanan dan
pengumpulan limbah B3 dapat berlangsung dengan baik dan aman bagi lingkungan. Sedangkan
sarana dan prasarana tambahan mencakup laboratorium, sarana pencucian, sarana untuk bongkar
muat dan kolam pengumpul. Pihak pelabuhan atau operator juga diharuskan memiliki peralatan
penanganan tumpahan yaitu alat-alat dan bahan-bahan yang digunakan untuk mengumpulkan dan
membersihkan ceceran atau tumpahan limbah bahan berbahaya dan beracun, dimana bekas alat
RENCANA INDUK PELABUHAN CIREBON
Ringkasan Eksekutif
atau bahan pembersih tersebut, jika tidak dapat digunakan kembali harus diperlakukan sebagai
limbah limbah bahan berbahaya dan beracun.
Hasil pengumpulan data diperoleh bahwa PT. Pelindo 2 cabang Cirebon telah memiliki reception
facility, namun belum jelas ukuran dan daya tampung yang dimiliki dalam fungsinya sebagai
penampung limbah pelabuhan.
Kapasitas minimal reception facility disajikan dalam tabel berikut.
Tabel Vll-l Kapasitas minimal reception facility
Jenis LimbahPemuatan
Minyakmentah
Pemuatan Minyak lainnya Pelabuhan Galangan kapal
Lumpur minyak (Fuel sludge) 10 ton 10 ton 10 ton atau
1 ton x RKH -
Air kotor berminyak (oily bilge water)
10 ton atau2 ton x RKH
10 ton atau2 ton x RKH
10 ton atau2 ton x RKH -
Air ballast berminyak (oil ballast water)
30% kapasitas tanker terbesar atau 30% x RKH
30% kapasitas tanker terbesar atau 30% x RKH
-
8% kapasitas bunkertanker
terbesar, 1.500 ton atau 4,5% x
kapasitas maksimum tanker
Residu kargo berminyak (oily cargo residues)
-0,2% kapasitas tanker terbesar x 1 atau x RKH
-
%DWT: minyak mentah 1%; black
product 0,5%; white product
0,2%+solid 0,1%Sumber: Analisis Konsultan
VII.2 K u a lita s A ir La u t
Sumber-sumber Pencemaran Lingkungan Laut Menurut perkiraan, keseluruhan minyak bumi yang
masuk ke lingkungan laut adalah 3.2 juta metrik ton pertahun. Yang terbanyak adalah dari sumber-
sumber di daratan terutama dalam bentuk pembuangan dari kota dan industri. Tumpahan dari
kapal karena kecelakaan, ditambah dengan aktivitas eksplorasi dan produksi sebesar 6,47 juta
metrik ton, secara relatif kecil kalau dibandingkan dengan produksi sedunia sekarang yang
besarnya 3 milyar metrik ton. Yang setengahnya diangkut melalui laut.
Sumber pencemaran minyak bumi terbesar diakibatkan oleh kegiatan pembuangan industri yaitu
sebesar 37 % dan operasi kapal sebesar 33 %. Tabel di bawah ini memperlihatkan sumber-sumber
minyak bumi yang masuk kedalam lingkungan laut.
VII-4
Tabel VII-2 Tabel Sumber Pencemaran Minyak Bumi
NO. SUMBER PENCEMARAN MINYAK BUMI
KETERANGAN
1 Pembuangan Industri dan perkantoran 37%2 Operasi kapal-kapal 33%3 Kecelakaan kapal-kapal tanker 12%4 Atmosfir 9%5 Sumber-sumber alam 7%6 Eksplorasi dan produksi 2%
Total 100 %Sumber Data: Marpol 73/78
Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan/ atau perairan dengan batas-batas
tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan pengusahaan yang dipergunakan
sebagai tempat kapal bersandar, naik turun penumpang, dan/ atau bongkar muat barang, berupa
terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan
pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra-dan
antarmoda transportasi.
Kegiatan pelabuhan menyebabkan dampak selain di laut juga di darat, identifikasi dampak yang
diakibatkan kegiatan pelabuhan disajikan dalam tabel berikut.
Tabel VII-3 Tabel Identifikasi Dampak yang ditimbulkan kegiatan pelabuhan
K O M P O N E N K E G IA T A N
N o . JENIS D A M P A K JASA PELAYANAN KAPALJASA PELAYANAN
BARANG
JASALAINN
YA
PENGOPERASIANPERALATAN
KEGIATANPERKANTORAN
A . l I A .2 I A ,3 | A .4 | A .5 | A.6 B .l 1 B.2 1 B. 3 C D I | D2 E .l 1 E.2
1 Ifisik-kimia1.1 P en u ru n an Ku a litas Udara ico. no*. i o i , pmiii.tsiA___ laM IM 1i . L E S n1A P en in gkatan Koblslngan 1 1 1 n □ m m1.3 P en u ru n an Ku a litas A ir Laut I B m m i N1.4 T im b u ln ya Kerusakan Jalan H m1.S T im b u ln ya Lim bah Dom estik V
1.6 P en in gkatan Keb u tu h an A ir Bersih1.7 T im b u ln ya Kam acetan Lalu U n ta i 1 1 H1.8 T im b u ln ya Lim bah B-3 r z V «
II BIOLO G I _ 12,1 Perubahan Ka llm p ah an Jenis Flora D arat _ J 1 zz i r m Z Z PZ2.2 G angguan B iota A ir Ü 5 J ____ __ m m i frizz_r z
III SO SIA L-EK O N O M I-B U D A YA z z3.1 Interaksi Sosia l ■ ■ L Z Z|3.2 P en in gkatan A k tiv ita s Ekom om l M asyarakat V t z z3.3. A d an ya p e nggunaan tenaga kerja lokal V o ■ s 1 H3.4. G anguan A ktlfita s N a layan (Araa Tan gkap ) V V n ^■1rz ____ i i i
IV KESEH A TA N M A SY A R A K A T z z z .......z r : .......... .. :........i z z . . ...........4,1 Po la P en yakit z z z z Z Z Z Z z z Z Z 1 m r z z z Z Z Z I Z4.2 Kesehatan Lin gku n gan z z Izzzlt l J L Z J tz:tZJ1.....t w t Z J t z J Z Z J L Z Z
K ETER A N G A N :H Q | D a m p a k y a n g te la h te rja d i a k iba t k e giatan p e n g o p e ra s ia n p e la b u h a n C ireb o n
A . l . P e la ya n a n La bu h B . l . Jasa B o n g k a r M u a t D . l . A la t-a la t E l. AktlfitasA .2 . P e la ya n a n P a n du B.2. Jasa P e n u m p u k a n d lla p a n g a n B erat Karyawan
A .3 . P e la ya n a n T u n d a
A .4 . P e la ya n a n T a m b a t
A .S . S up la i A ir Bersih
A .6 . S up la i B u n k e r B B M
B.3. Jasa P e n u m p u k a n di G u d a n g D .2 . G e n set E2. Kegiatan
Perkantoran
Kegiatan pelabuhan yang menyebabkan dampak terhadap lingkungan antara lain
RENCANA INDUK PELABUHAN CIREBON
Ringkasan Eksekutif
1. Pelayanan labuh
2. Pelayanan pandu
3. Pelayanan tunda
4. Pelayanan tambat
5. Suplai air bersih
6. Suplai bunker BBM
7. Jasa bongkar muat
8. Jasa penumpukan di lapangan
9. Jasa penumpukan di gudang
10. Jasa lainnya
11. Penggunaan alat-alat berat
12. Penggunaan genset
13. Aktivitas karyawan
14. Kegiatan perkantoran
VII-5
besarnya perubahan nilai parameter lingkungan sebagai akibat adanya rencana kegiatan dan sifat
penting; dampak. Tujuan prediksi dampak penting adalah memprakirakan besaran dampak dan sifat
penting; dampak dalam studi ANDAL untuk masing-masing dampak penting hipotetik, termasuk
rumus-rumus dan asumsi prediksi dampaknya disertai argumentasi/alasan pemilihan metode
tersebut.
Prakira;an dampak penting yang timbul akibat kegiatan pelabuhan Cirebon yaitu :
I . Penurunan kualitas udara (baik oleh BM batu bara maupun yang lainnya)
Peningkatan kebisingan
31. Penurunan kualitas air laut
4. Timbulnya kerusakan jalan
Ei. Timbulnya limbah domestik
6i. Peningkatan kebutuhan air bersih
7. Timbulnya kemacetan lalu lintas
8. Timbulnya limbah B3
9. Perubahan kelimpahan jenis biota darat
10. Gangguan biota air
I I . Interaksi sosial
12. Peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat
13. Penggunaan tenaga kerja lokal
14. Gangguan aktivitas nelayan
15. Pola penyakit
16. Kesehatan lingkungan
VII.3 Arahan Studi Lingkungan Yang Harus DilakukanPrediksi dampak penting adalah suatu upaya untuk mencari jawaban atas pertanyaan tentang
RENCANA INDUIK PELABUHAN CIREBON
Executive Summary
Dampak-dampak tersebut berbeda beda tingkat kepentingannya, sehingga memerlukan kajian
lebih mendalam hingga diperoleh besaran yang pasti dalam mengelola dan memantau dampak
lingkungan.
MENTERI PERHUBUNGAN REPU BLIK INDONESIA
ttd
BUDI KARYA SUMADI
Salinan sesuai aslinya,KEPALA BIRO HUKUM KBMENTERIAN PERHUBUNGAN
SRI LESTA RI RAH^jYU Pembina Utama Muda (IV/c) NIP. 19620620 198903 2 001
VII-6
top related