survey pelayanan kesehatan masyarakat - lkts.org pelayanan kesehatan masyarakat.pdf · dalam...
Post on 06-Feb-2018
219 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
Survey Pelayanan Kesehatan Masyarakat (CRC/ Citizen Report Card)
Di Puskesmas Se-Kabupaten Boyolali Tahun 2008
____________________________________________________ Dilakukan Oleh
LKTS, Biap, Forabi, Lesman, Spb, Lakpesdam atas dukungan LGSP - USAID
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tahun 1998 merupakan tonggak perubahan tatanan pemerintahan yang ada di
Indonesia, salah satu dari tuntutan tersebut adalah otonomi daerah. Pelaksanaan
otonomi daerah dengan otonomi luas pada daerah kabupaten/kota sesuai dengan UU No.
22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, telah dilaksanakan secara penuh sejak 1
Januari 2001. Dalam perkembangan lebih lanjut, Undang-undang No.22 tahun 1999 ini
disempurnakan melalui UU No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 8 tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 3 tahun 2005 tentang Perubahan Undang-
undang Nomor 32 tahun 2004 menjadi Undang-undang. Dengan pelaksanaan otonomi
daerah ini diharapkan pada masing-masing kabupaten/kota terjadi perubahan yang
signifikan dalam peningkatan pelayanan kepada masyarakat atau pelayanan publik.
Pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada daerah sangat memungkinkan
terjadinya penyelenggaraan pelayanan dengan jalur birokrasi yang lebih ringkas dan
terbuka peluang bagi pemerintah daerah untuk melakukan inovasi dalam pemberian dan
peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat, salah satu tujuan pemberian otonomi
adalah untuk meningkatkan kualitas pelayanan masyarakat. Namun apakah selama
pelaksanaan otonomi daerah ini telah terjadi perubahan (peningkatan) pelayanan publik?
Hasil penelitian Bank Dunia yang dihimpun dalam World Development Report 2003,
menunjukkan bahwa akses rakyat miskin terhadap pelayanan publik di Indonesia masih
rendah. Rendahnya aksesibilitas pada layanan publik inilah yang menyebabkan sulitnya
Indonesia bebas dari kemiskinan (Kompas, 23 September 2003). Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara, juga mengakui bahwa pelayanan publik oleh aparatur
pemerintah dewasa ini masih banyak dijumpai kelemahan sehingga belum dapat
memenuhi kualitas yang diharapkan masyarakat. Hal ini ditandai oleh adanya berbagai
keluhan masyarakat yang disampaikan melalui media massa, sehingga dapat
2
menimbulkan citra yang kurang baik terhadap aparatur pemerintah.
Dampak krisis ekonomi yang paling nyata adalah lemahnya kegiatan ekonomi,
buruknya pelayanan kesehatan, pendidikan , rusaknya sarana dan prasarana umum,
menurunnya ketertiban dan ketentraman masyarakat, sehingga mengakibatkan
menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap birokrasi. Hal ini diperparah kebijakan
pemerintah yang menaikan harga BBM sejak pemerintahan Habibi, Gus Dur, Megawati
dan puncaknya pemerintahan SBY, yang menaikkan BBM hingga 2 kali. Ini menambah
deretan kenaikan angka kemiskinan. Data statistic yang diperdebatkan mencapai 30-40 %
penduduk miskin. Ini sangat logis karena berbagai bencana alam seperti gempa bumi,
tsunami, banjir tanah longsor, kekeringan dll, ikut menambah jumlah kemiskinan.
SNPK mendefinisikan kemiskinan sebagai kondisi seseorang atau sekelompok orang,
laki-laki dan perempuan, yang tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan
dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Definisi kemiskinan ini beranjak dari
pendekatan berbasis hak yang mengakui bahwa masyarakat miskin, baik laki-laki maupun
perempuan, mempunyai hak-hak dasar yang sama dengan anggota masyarakat lainnya.
Kemiskinan tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga
kegagalan pemenuhan hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau
sekelompok orang dalam menjalani kehidupan yang bermartabat. Oleh karena itu, konsep
ini memberikan penegasan terhadap kewajiban negara untuk menghargai, melindungi,
dan memenuhi hak-hak dasar masyarakat miskin.
Hasil penelitian Pusat Studi Kependudukan UGM pada tahun 2002 yang dikutip oleh
Lembaga Administrasi Negara (2003) menyatakan bahwa kinerja pelayanan birokrasi kita
masih buruk, ditandai oleh beberapa hal seperti : (1) ketidakpuasan masyarakat, yang
pada umumnya terletak pada waktu, biaya dan cara pelayanan; (2) masih terdapat
diskriminasi pelayanan, yang pada umumnya didasarkan pada diskriminiasi atas hubungan
pertemanan, afiliasi politik, etnis dan bahkan agama; (3) hal-hal seperti rantai birokrasi,
suap dan pungli menjadi semakin diterima dan dianggap wajar; (4) orientasi pelayanan
tidak terhadap pengguna jasa tetapi kepada kepentingan pemerintah dan pejabatnya; (5)
budaya kekuasaan; (6) prinsip yang mendasari pelayanan bukan trust, melainkan distrust,
prosedur yang diterapkan bukan untuk memfasilitasi tetapi untuk mengontrol perilaku; (7)
kewenangan untuk melayani terdistribusi pada banyak satuan birokrasi.
Agar terwujud pelayanan publik yang berkualitas, sangat dibutuhkan partisipasi
masyarakat luas dalam bentuk “tekanan” kepada pemerintah daerah (eksekutif dan
3
legislatif) untuk menyelenggarakan pelayanan publik yang sesuai. Masyarakat perlu
memberikan respon kepada penyelenggara pelayanan publik tentang informasi yang
obyektif tentang kualitas pelayanan yang diterima oleh masyarakat. Salah satu cara yang
bisa dilakukan adalah melalui teknik survey Citizen Report Card (CRC) atau Kartu Laporan
Warga. Dengan laporan warga ini diharapkan pemerintah daerah mengerti dengan
susungguhnya kualitas pelayanan yang diterima oleh masyarakat. Idealnya CRC ini bisa
dilakukan rutin setiap tahun sehingga bisa diketahui perkembangan atau perubahan
kualitas pelayanan publik yang diterima masyarakat setiap tahun.
1.2 Tujuan
Tujuan utama Survey Kepuasan Konsumen ini adalah menilai kualitas pelayanan
Kuratif yang diselenggarakan oleh Puskesmas se-Kabupaten Boyolali. Berdasarkan
penilaian yang diberikan konsumen, dapat disusun peringkat kualitas pelayanan Kuratif
dari Puskesmas berdasarkan pada indikator-indikator yang telah disepakati dalam diskusi
terfokus yang dihadiri oleh penyedia maupun Pengguna Puskesmas.
Bagi Puskesmas, hasil survey ini merupakan alat untuk menjaring umpan balik yang
dapat dijadikan sebagai instrumen untuk memberikan pelayanan yang lebih baik.
Pelembagaan metode survey oleh Puskesmas juga dapat menjadi pendorong untuk
merintis praktek dan kebijakan pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada konsumen.
Sedangkan dari sisi konsumen, Survey ini diharapkan dapat menjadi alat untuk
mengungkapkan keinginan dan menjadi alat untuk meminta pertanggungjawaban
penyedia jasa, khusunya di tingkat Puskesmas.
Untuk memberikan dampak yang berarti maka dokumen laporan hasil survey
sebaiknya dimanfaatkan sebagai bahan masukan untuk merumuskan Layanan Kuratif
jangka menengah, perencanaan program kesehatan dan penganggaran tahunan, dan
merancang instrumen kelembagaan untuk menampung dan menindaklanjuti Saran dan
Harapan Masyarakat
1.3 Ruang Lingkup
1.3.1 Ruang Lingkup Wilayah.
Wilayah penelitian meliputi seluruh wilayah Kabupaten Boyolali yang terdiri
dari 19 Kecamatan.
1.3.2 Ruang Lingkup Pelayanan.
Dalam survey dengan teknik CRC ini dikenal dua kategori yaitu CRC makro
4
dan CRC mikro, CRC makro meneliti seluruh unit pelayanan publik yang ada di suatu
wilayah, sedangkan CRC mikro meneliti hanya satu unit pelayanan publik. Dalam
penelitian ini dipilih jenis pelayanan mikro, dengan demikian ruang lingkup pelayanan
yang diteliti hanya meliputi pelayanan yang diberikan oleh Puskesmas yang memberikan
palayanan kesehatan langsung kepada masyarakat.
Untuk menentukan jenis pelayanan apa saja yang akan diteliti telah
ditentukan melalui FGD bersama masyarakat dan aparat penyelengara pelayanan.
Kegiatan FGD dimaksudkan untuk menentukan prioritas jenis pelayanan yaitu pelayanan
yang paling banyak diterima oleh kelompok masyarakat miskin.
1.4 Tipe Penelitian
Tipe penelitian Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan Kesehatan dengan
Menggunakan Kartu Penilaian Warga ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan
kualitatif dan kuntitatif. Penilaian dilaksanakan mulai 1 Juli 2008 hingga Nopember 2008 di
27 Puskesmas yang menyebar di 19 Kecamatan di Kabupaten Boyolali
1.5 Tahapan dan Metode Penelitian
Secara normatif, salah satu tugas pokok pemerintah daerah adalah
menyelenggarakan pelayanan publik. Karena itu organisasi yang dibentuk dan kegiatan
yang diselenggarakan pemerintah pada dasarnya berorientasi pada pelayanan publik.
Jika seluruh organisasi dan jasa pelayanan disurvey, maka cakupan survey akan
sangat luas. Untuk itu diperlukan metode dan kriteria untuk menentukan jenis pelayanan
publik yang akan disurvey. Metode yang digunakan oleh Tim Survey adalah dengan
mengadakan diskusi kelompok terfokus bersama Forum LSM Boyolali. Meskipun pada
kenyataannya LSM yang memfukoskan kegiatan pada bidang kesehatan hanya beberapa
saja, namun peran anggota forum lain dalam menggali isu-isu kesehatan sangat
signifikan. Berdasarkan hasil diskusi kelompok terfokus disepakati bahwa penelitian
dengan pendekatan CRC ini memilih pendekatan mikro, yakni hanya memfokuskan
pelayanan publik di bidang kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas di kabupaten
Boyolali
1.5.1 Tahapan penelitian
Persiapan awal penelitian ini meliputi kegiatan mempersiapkan tim inti yang
bertugas untuk merancang proses dan hasil serta kebutuhan penunjuang untuk jalannya
kegiatan penelitian. Dalam melakukan kegiatan ini tim inti melakukam diskusi secara
periodik untuk mengendalikan proses serta hasil yang akan dicapai ditiap tahapan
5
kegiatan penelitian. Disamping kegiatan dalam kelas, tim peneliti juga melakukan
kegiatan persiapan dilapangan sebagai penelitian pendahuluan yakni:
o Pengumpulan data sekunder dari hasil riset tentang pelayanan sektor kesehatan dan
pendidikan, misalnya analisis profil kabupaten Gowa, kebijakan pemerintah, dan
laporan penelitian yang berkaitan dengan pelayanan publik yang akan di CRC-kan.
o Rapid appraisal untuk mendapatkan gambaran stakeholder kunci pada pelayanan
publik di sektor kesehatan serta Calon reponden yang akan menjadi sember
informasi primer.
1.5.2 Menentukan Jenis Pelayanan publik
Secara umum salah satu tugas pokok pemerintah daerah adalah
menyelenggarakan pelayanan publik. Karena itu organisasi yang dibentuk dan kegiatan
yang diselenggarakan pemerintah pada dasarnya berorientasi pada pelayanan publik.
Jika seluruh organisasi dan jasa pelayanan publik diteliti, maka cakupan
survey akan sangat luas. Untuk itu diperlukan metode dan kriteria untuk menentukan
jenis pelayanan publik yang akan disurvey. Metode yang digunakan oleh Tim Survey
untuk menentukan jenis pelayanan publik adalah dengan mengadakan diskusi kelompok
terfokus dengan beberapa pejabat publik dan khusunya bersama Forum LSM Boyolali
yang memiliki berbagai Latar belakang kegiatan dan fokus program. Meskipun pada
kenyataannya LSM yang memfukoskan kegiatan pada bidang kesehatan hanya beberapa
saja, namun peran anggota forum lain dalam menggali isu-isu kesehatan sangat
signifikan. Berdasarkan hasil diskusi kelompok terfokus disepakati bahwa penelitian
dengan pendekatan CRC ini memilih pendekatan mikro, yakni hanya memfokuskan
pelayanan publik di bidang kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas di kabupaten
Boyolali. Alasan mendasar dipilihnya fokus penelitian ini adalah adanya hipotesa awal
bahwa Puskesmas adalah tempat dimana anggota masyararakat kalangan bawah selalu
menggunakan layanan Puskesmas. Meskipun diketahui bahwa fokus utama layanan
puskesmas bukan pada menyembuhkan penyakit (layanan Kuratif) namun hal tersebut
belum difahami oleh mayoritas warga masyarakat.
1.5.3 Menentukan Variabel Penilaian
Variabel dan indikator penelitian dirumuskan dengan cara wawancara bersama
kepala SKPD terkait serta diskusi terfokus dengan kelompok pengguna puskesmas. Pada
kegiatan diskusi terfokus bersama warga, Peserta diupayakan melibatkan laki-laki maupun
perempuan dalam komposisi yang setara baik dari sisi kualitas maupun kuantitasnya.
Peserta diskusi diambil secara acak dari pengguna puskesmas. Pada kegiatan ini kelompok
warga yang dilibatkan dalam diskusi terfokus diambilkan dari pengguna puskesmas di
6
Kecamatan Simo. Pertimbangan dipilihnya Daerah ini lebih didsarkan pada persoalan
geografis yakni wilayah bagian tengah kabupaten Boyolali. Diskusi terfokus lain juga
dilakukan besama anggota Forum LSM Boyolali yang tergabung dalam penelitian ini.
Sebagai dokumen yang diharapkan dapat memberikan dorongan untuk
meningkatkan kinerja pelayanan publik, survey ini menyajikan infomasi yang diperlukan
untuk memahami Tiga isu pokok yaitu Performance pengelolaan Puskesmas darisi sisi
layanan administratif, Kualitas Petuas serta Kualitas dan Kuantitas Sarana dan Prasarana
yang disediakan Puskesmas.
1.5.4 Menentukan Besaran Sampel
Yang menjadi subyek penelitian (n= sample) ini adalah masyarakat Boyolali
yang menggunakan Pukesmas yang ada diseluruh kabupaten Boyolali. Berdasar data
Dinas Kesehtan Sosial (DKS), masyarakat yang menggunakan jasa layanan Puskesmas
selama tahun 2007 adalah sebanyak 936.805 orang.
Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan metode sampling acak sederhana,
dengan responden Pengguna Puskesmas yang terpilih. Untuk menentukan jumlah sample
pengguna Puskesmas, ditentukan dengan menggunakan rumus statistik Slovin, dengan
sampling error sebesar (E) 0,05
Formula rumus statistik tersebut adalah sebagai berikut :
N =
N
1 + N ( E )²
N = Populasi Pengguna Puskesmas Kab Boyolali.
n = 913.166 =
398,77496 1 + 913.166 (0,05) ²
n = 400 responden
Jumlah sampel Responeden tersebut kemudian diproporsikan dengan jumlah pengunjung
ditiap Puskemas yang jumlahnya berbeda-beda sesuai prosentase kunjungan di Puskesms
berangkutan.
1.5.5 Menentukan Sebaran Sampel Penelitian
Dari sampel sejumlah 400 individu di tingkat Kabupaten, di tingkatan tiap
Puskesmas sampel ditentkan dengan proses sebagai berikut:
• Dari data kunjungan selama tahun 2007, diketahui bahwa jumlah pengunjung dari
27 puskesmas sebanyak 913.166 orang. Untuk menentukan jumlah sampel ditiap
puskesmas, data pengunjung selama 1 tahun ditiap puskesmas dibagi dengan
jumlah pengguna puskesmas tingkat Kabupaten. Prosentase Hasil pembagian
7
tersebut kemudian dikalikan dengan 400 (hasil perhitungan statistik), sehingga
diperoleh proporsi sampel tiap Puskesmas sebagaimana tabel 1.1
• Setelah diketahui jumlah sampel di tiap puskesmas, kemudian dilanjutkan dengan
menentukan pengguna puskesmas yang akan menjadi responden dalam penelitian.
Responden ditentukan dengan mengambil secara acak daftar pengguna puskesmas
selama 6 bulan terakhir di tiap puskesmas yang ada di tiap Kecamatan.
1.6 Mengumpulkan data
1.6.1 Observasi
Mengamati situasi dan kondisi tiap puskesmas merupakan salah satu bagian
tugas yang harus dilakukan oleh setiap enumereator, selain tugas utama yakni
mewawancarai pengguna puskesmas di rumah masing-masing responden. Kegiatan
pengamatan ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran situasi dan kondisi riil baik
menyangkut proses pelayanan, kondisi Sarana dan prasarana serta sikap dan perilaku
petugas puskesmas. Hasil pengamatan digunakan sebagai masukan analisis, serta cek
silang terhadap informasi yang di berikan oleh pengguna puskesmas.
1.6.2 wawancara
Kegiatan wawancara dilakukan oleh 15 orang enumerator dengan jumlah
responden yang berbeda-beda. Sebelum melakukan wawancara, setiap enumertor
dibekali dengan berbagai pengetahuan melalui pelatihan enumerator. Proses dan hasil
pelatihan ini dapat disimak pada lampiran 4.
Selama melakukan wawancara setiap enumerator membawa sejumlah daftar
pernyataan, dimana setiap pertanyaan sudah disediakan jawaban tertentu, sehingga
responden tinggal menentukan (difasilitasi untuk menentukan salah satu jawaban) yang
telah disediakan tim peneliti. Kegiatan wawancara ini dilaksanakan selama 10 hari yakni
pada tanggal 21 Agustus hingga 2 September 2008.
1.6.3 Indept interview
Kegiatan wawancara mendalam bersama SKPD terkait dimaksudkan untuk
memperoleh masukan-masukan baik menyangkut soal perumusan tujuan penelitian,
metode, serta cara-cara yang paling tepat, sehingga penelitian dengan pendekatan CRC
ini bisa menghasailkan informasi yang berkualitas untuk kepentingan semua pihak.
Wawancara mendalam dilakukan oleh tim inti penelitian, khususnya dengan
8
kepala Dinas Kesehatan Sosial, Kepala Badan Pusat Statistik, serta Kepala Kantor
Kesbanglinmas Boyolali. Kegiatan ini dilakukan pada tangal 5 Juli 2008 di kantor tiap-tiap
SKPD.
1.7 Organisasi pelaksana
Penelitian ini dilaksanakan oleh Forum LSM Boyolali yang terdiri dari 15 lembaga.
Organisasi pelaksana Survey Layanan kesehatan Masyarakat di Puskesmas terdiri dari:
• Penanggung Jawab : Ismail Al Habib, S.Ag
• Ketua tim Peneliti : Drs. Trijoko Sy
• Koordinator Penelitian : Istamar
• Koordinator Advokasi : Sunaryanto SH.
• Koordinator input data : Hendro Irianto SP
• Enumerator : 15 orang
1.8 Waktu Pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan yakni dimulai pada tanggal 30 Juli
sampai dengan 30 Oktober 2008
9
BAB II
HASIL PENELITIAN
Serangkaian kegiatan penelitian sejak dari survey pendahuluan, diskusi dan
wawancara dengan responden serta Lokakarya bersama stakeholder terkait, dapat
mengungkap berbagai informasi baik menyangkut soal responden maupun performance
pegawai Puskesmas dalam memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat.
Informasi hasil penelitian disajikan seracara deskriptif maupun dalam bentuk tabel-tabel
statistik berikut ini.
2.1 Profil responden
Dalam penelitian ini variabel penelitian dari aspek profil responden meliputi
informasi jenis kelamin, usia, pendapatan, pendidikan dan pekerjaan responden. Hasil
survei dari aspek ini dapat diuraiakan segabai berikut:
2.1.1 Jenis kelamin Rensponden
Jumlah responden dalam survey ini adalah sebanyak 400 orang , terdiri atas
154 laki-laki dan 264 orang perempuan. Jika di ilustrasikan dalam grafik, perbandingan
reponden dari sisi jenis kelamin dapat disimak pada tabel 2.1.
Ditinjau dari sisi kelompok usia, sebagian besar ((56%) temasuk golongan
kolompok usia kurang produktif, semantara responden yang masuk golongan usia
produktif mencapai sebesar (44%).
Pengguna puskesmas perempuan yang termasuk kelompok usia produktif
(17 sampai 56th) mencapai sebesar 39% dan selebihnya (61%) adalah kelompok usia
kurang produktif. Sementara kelompok usia produktif laki-laki adalah sebesar 51,9%, dan
sisanya sebesar (48,1%) termasuk kelompok usia kurang produktif.
Dari hasil analisa tersebut dapat diduga bahwa pengguna puskesmas
sebagian besar (56%) adalah kelompok usia kurang produktif yang berusia antara 57
sampai 86 th. Sedangkan pengguna Puskemas usia produktif mencapai 46%. Uraian
secara lebih detai dapat disimak pada tabel 2.2
2.1.2 Pekerjaan Responden
Profil responden dilihat dari aktifitas hariannya sebagian besar (32%) adalah
sebagai petani dimana 77 orang diantarnya adalah perempuan. Kemudian sebagian besar
(24%) berikutnya adalah tidak memiliki pekerjaan tetap dan diantara mereka sebanyak 83
orang adalah perempuan. Meskipun prosentasenya sangat kecil (2,8%), Puskesmas juga
sering di manfaatkan oleh Pegawai negeri. Uraian secara rinci pekerjaan pengguna
10
puskesmas sebagaimana tabel 2.3
2.1.3 Pendidikan Responden
Meskipun dalam jumlah sedikit, Puskesmas juga dimanfaatkan oleh anggota
masyarkat yang memiliki pendidikan Strata 2. akan tetapi sebagaian besar (49,3%)
pengguna puskesma berpendidikan paling tinggi Sekolah Dasar. Kemudian sebagaian
besar (23,5%) berikutnya adalah berpendidikan SLTA. Uraian pengguna puskesmas
ditinjau dari sisi pendidikan secara rinci dapat disimak pada tabel 2.4
2.1.4 Penghasilan Respanden
Pengguna terbesar jasa layanan Puskesmas adalah anggota masyarakat yang
berpenghasilan dibawah rendah. Hasil penelitian membuktikan bahwa dari 400 responden
pengguna Puskesms, 48,8% diantaranya mereka berpenghasilan dibawah Rp. 500.000,-
dan sebagai lasan utama mengapa mereka berobat ke Puskesmas adalah kerena tidak
dikenakan biaya. selama 6 bulan terakhir mereka berobat ke Puskesmas antara 2- 5 kali.
Sedangkan mereka yang berpenghasilan antara 500.000 s/d 1 juta sebanyak (31%),
mereka meenggunakan puskesmas antara 2-5 kali selama 6 bulan terkhir. Uraian secara
rinci tentang penghasilan responden dapat disimak pada tabel 2.5
2.1.5 Kunjungan responden selama 6 bulan terakhir
Anggota masyarakat yang menggunakan jasa layanan puskesmas lebih dari
5 kali selama 6 bulan terkhir mencapai 18%. Sedangkan yang mengggunakan puskesmas
2 s/d 5 kali sebesar 52%. Dari sisi jenis kelamin terbukti kelompok perempuan yang
sering datang berobat ke puskemas.
2.1.5 Alasan responden berobat ke Puskesmas
Dari 400 orang pengguna Puskesmas, hanya sebanyak 35 orang yang
mengatakan bahwa mereka dipungut biaya ketika menggunakan jasa layanan Puskesmas.
Biaya yang dipngut antara lain dipergunakan untk membayar pendataran (administrasi)
yakni sebesar antara Rp. 1.000 s/d 3750. sementara biaya lain yang dibayar oleh
pengguna Puskesmas adalah digunakan untuk menebus resep, membayar rawat inap,
biaya laborat, imunisasi calon epengantin dan biaya retribusi sampah. Dafta Puskesmas
yang memungut biaya untuk pengguna puskesmas dapat di lihat pada lampiran...
2.2 Performance Managemen Puskesmas
Penilaian warga dalam variabel performance Managemen ini lebih memfokuskan
11
pada Sejuh mana pengelola puskesmas mampu menempatkan pegawai administratif
dapat bekerja secara profesioanal baik dari sisi ketrampilan maupun pelayanan kepada
masyarakat. Uraian hasil penilaian warga terhadap variabel-variabel Performan
managemen tersebt dapat disimak pada uraian berikut.
2.2.1 Persyaratan Mendaftar
Berdasar penilaian pengguna puskesmas perempuan, proses dan syarat
untuk mendaftarkan diri dipuskesmas dinilai cukup mudah. Dari keseluruhan responden
sebesar 54,8% juga menilai bahwa proses dan syarat pendaaftaran cukup mudah. Namun
demikian sebesar 2% responden menilai bahwa proses pendaftaran dinilai kurang mudah.
Uraian secara lengkap dapat disimak pada tabel 2-8
2.2.2 Pengaturan Antrian
Dari 400 orang pengguna puskesmas, sebesar 3,5% responden menilai
bahwa antrian mendaftar untuk meperoleh layanan kesehatan di Puskesmas berjalan
kurang teratur. Prosentase sebesar tersebut diatas 12 orang diantaranta adalah penilaian
menurut pasien perempuan. Secara umum performance petugas dalam mengatur antrian
dinilai cukup teratur yakni sebesar 59,5% atau senyak 238 orang dari 400 pengguna
puskesmas. Uraian secara lebih lengkap dapat disimak pada tabel 2.9
2.2.3 Performance layanan informasi
Hasil penelitian responden terhadap layanan informasi menunjukan bahwa
14 perempuan dari 26 orang menilai bahwa layanan mempereoleh informasi di
Puskesmas kurang mudah. Namun demikan secara umum responden menilai bahwa
untuk memperoleh informasi di Puskesmas cukup mudah (59,5%). Uraian secara lebih
rinci dapat disimak pada tabel 2.10
2.2.4 Kualitas Obat
Kualitas obat-obatan yang diterima dari Puskesmas menurut 4,3%
responden dinilai sangat mujarab, sementara yang menilai cukup mujarab adalah sebesar
57.0%, dan penilaian kualitasnya biasa saja sebesar 32.8%. kemudin yang menilai bahwa
kualitas obat kurang mujarab adalah sebesar 6.0%. Penilaian kualitas obat-obatan dari
Puskesmas secara rinci deiuraikan dalam tabel 2.11
2.2.5 Ketersediaan Obat
Performance pengelolaan persediaan obat-obatan, dinilai oleh
12
4.5%,responden sangat mencukupi, cukup tersedia sebesar 69.0%, dan jawaban biasa
saja sebesar 20.0%, serta jawaban kurang mencukupi adalah 6.5%. uraian secara lebih
rinci dapat disimak pada tabel 2.12
2.2.6 Kesiagaan Petugas Puskesmas Menanggapi Kasus-kasus Penyakit
di Lingkungan responden
Kesiagaan petugas puskesmas dalam menangani kasus penyakit di
lingkungan responden dinilai bahwa : sangat siaga ditunjukkan dengan prosentase 7.5%,
penilaian cukup siaga sebesar 63.0%, dan penilaian biasa saja sebesar 23.8%, serta
penilaian kurang siaga sebesar 5.8%. uraian secara lebih rinci dapat disimak pada tabel
2.13
2.3 Performance Petugas
Pada aspek penilaian performance petugas, penelitian ini dirancang untuk mampu
mengungkap sejauh mana kedisiplinan pegawai baik dari sisi ketepatan waktu melayani
masyarakat, pemakaian identitas sebagai petugas kesehatan, keramahan dan kesopanan
dalam melayani pengguna jasa puskesmas, kecermatan dan ketelitian dalam bekerja,
daya tanggap terhadap perasaan maupun kekhawatiran pasien terhadap masalah
kesehatan yang mereka hadapi serta kemampuan memberi contoh untuk menjaga
keberihan dilingkungan puskesmas. Hasil penilaian terhadap variabel-bariabel tersebut
dapat disimak pada uraian berikut ini.
2.3.1 Ketepatan Jadual pelayanan
Performance petugas dilihat dari ketepatan jadual pelayanan, sebesar (9%)
responden menilai bahwa petugas Puskesmas sangat tepat waktu dalam memberikan
layanan kepada masyarakat. Penilain ini jika dilihat dari jumlah responden perempuan
adalah sebanyak 25 orang dan laki laiki adalah sebanyak 11 orang. Sementara responden
yang menilai bahwa petugas puskesmas cukup tepat waktu dalam memberikan layanan
adalah sebesar 62,5%. Uraian secara rinci dapat disimak pada tabel 2.14
2.3.2 Disiplin dalam memakai identitas kerja
Dari sisi performan pemakaian identitas pegaawai, selalu memakaian
identitas dengan jelas, dari responden di nilai bahwa : petugas ya, selalu memakai
indentitas adalah 71.0%, jawaban tidak selalu sebesar 13.5%, dan jawaban tidak tahu
sebesar 15.5%. Uraian secara rinci dapat disimak pada tabel 2.15
13
2.3.3 Keramahan dan Kesopanan
Untuk keramahan dan kesopanan petugas dinilai pengunjung bahwa :
petugas sangat ramah dan sopan sebesar 12.8%, petugas yang cukup ramah dan sopan
sebesar 67.0%, sedangkan penilaian biasa saja sebesar 13.5%, dan jawaban kurang
ramah dan sopan sebesar 6.0%, serta jawaban sangat tidak ramah dan sopan adalah
0.8%.
2.3.4 Kedisiplinan
Penilaian sangat disiplin dala melaksanakan tugas adalah sebesar 6.0%,
cukup disiplin sebesar 64.0%, sedangkan penilaian biasa saja sebesar 23.0%, dan kurang
disiplin sebesar 6.8%, serta penilaian sangat tidak disiplin sebesar 0.3%. uraian secara
lebih rinci dapat disimak pada tabel .2.17
2.3.5 Kecermatan dan ketelitian
Penilaian kecermatan dan ketelitian petugas dalam menangani pasien
pengunjung puskes mas, dari responden diperoleh hasil bahwa : Petugas sangat cermat
dan teliti dalam melaksanakan pekerjaan adalah 6.3%, cukup cermat dan teliti sebesar
60.5%, sedangkan penilaian biasa saja sebesar 24.3%, dan penilaian kurang cermat dan
teliti sebesar 8.8%, serta sangat tidak cermat dan tidak teliti adalah 0.3%. uraian secara
lebih rinci dapat disimak pada tabel .2.18
2.3.6 Kecepatan dan daya tanggap Petugas
Kecepatan, ketepatan dan daya tanggap petugas dalam menangani pasien
khusunya gawat darurat, diperoleh hasil bahwa : petugas yang cepat, tepat dan tanggap
adalah seebesar 11.5%, cukup cepat, tepat dan tanggap sebesar 65.3%, sedangkan
penilaian biasa saja sebesar 17.5%, dan petugas yang kurang cepat, tepat dan tanggap
adalah 5.3%, serta sangat tidak cepata, tepat dan tanggap adalah 0.5%. uraian secara
rinci dapat disimak dalam tabel 2.19
2.3.7 Kedisiplinan menjaga kebersihan ruang tunggu
Penilaian kedisiplinan dalam menjaga kebersihan ruang tunggu dinyatakan
oleh responden sangat tidak bersih 0,5 %, kurang 5,3%, biasa saja 1,7%, cukup bersih
65%. Sangay bersih 11,5%, uaraian daopat dilihat pada tabel 2.20
2.3.8 Pengguna jasa rawat inap di Puskesmas
Respoden pengguna layanan yang menyatakan tidak perenah dirawat inap
14
74,5% sedang yang menyatakan pernah diarawat inap sebesar 25,5%, uraian secara
rincian pada tabel 2.21
2.3.9 Kesiagaan dokter jaga
Kesiagaan dokter dinilai oleh responden bahwa dokter jaga selalu tidak ada 2
%, Kadang kadang ada kadang kadang tidak 12,0%, ada ketika dibutuhkan 2,8%, dan
selalu ada 6,9%, tidak tahu 55,4%, data rinci terlihat pada tabel 2.22
2.3.10 Kebersihan Kamar mandi/ WC
Penilaia terhadap kebersihan Kamar mandi/ WC, sebesar 4% responen
menyatakan sangat tidak bersih, 15,8%Kurang bersih, 23,8%Biasa saja, 51, 5% cukup
bersih dan sebesar 5,0%. Menyatakan sangat bersih. Uraian secara lebih lengkap dapat
disimak pada tabel 2.23
2.3.11 Pencahayaan Lampu ruangan di malam hari
Penilaian terhadap pencahayan pada malam hari, ini diperuntukkan bagi
pasien rawat inap dan sasaran penelitian pada Puskesmas yang menyediakan layanan
rawat inap. Reponden yang menyatakan Sangat tidak bersih 1,0%, kurang terang 10,9%,
biasa saja 16,8%, cukup eterang 65,3%, sangat terang 5,9%. Uraian secara lebih lengkap
dapat disimak pada tabel 2.24
2.3.12 Pemeliharaan/ perawatan ruangan di Lingkungan Rawat inap
Pemeliharaan perawatan ruangan di lingkungan rawat inap responden yang
menyatakan sangat tidak terawat 2,0%, kurang terawat 8,9%, biasa aja 23,8%, cukup
dirawat 63,4%, sangat teraat 2,0%. Uraian secara lebih rinci dapat disimak pada tabel
2.25
2.4 Performance Pengelolaan SARPRAS
Penilaian prestasi pengelolaan Sarana dan Prasarana di puskesmas, difokuskan pada
beberapa variabel yakni tingkat kenyamanan konstruksi loket pendaftaran, kelengkapan
fasilitas ruang tunggu yang membuat pengguna puskesmas merasa nyaman ketika harus
menunggu pelayanan atau menunggu keluarga yang sedang sakit, kenyamanan ruang
periksa yang memungkinkan semua pasien tidak ragu untuk mengungkapkan hal-hal
pribadi ketika diperlukan, sampai pada penilaian masalah kelangkapan fasilitas alat medis.
Hasil survey terhadap aspek-skpek tersebut dapat di simak pada uraian berikut ini
15
2.4.1 Kenyamanan konstruksi Loket Pendaftaran
Kenyaman lokasi maupun konstruksi loket pendaftaran menurut 1 orang laki-
laki dan 4 orang perempuan mengatakan bahwa loket pendatarn sangat tidak nyaman,
kemudian sebesar 10.9% menilai kurang nyaman sedangkan penilaian biasa saja sebesar
15.8%, dan penilaian cukup nyaman sebesar 66,3%, serta 5,0% responden menilai
bahwa konstruksi loket pendataran dianggap sangat nyaman. Secara rinci penilaian warga
terhadap loket pendataran diuraikan dalam table 2..26
2.4.2 Kelengkapan fasilitas ruang tunggu
Perormance puskesmas dilihat dari sisi penyediaan fasilitas ruang tunggu,
sebesar 1,3% responden menilai sangat tidak lengkap, sementara 14,3 %, responden
menilai bahwa fasilitas ruang tunggu kurang lengkap, penilaian biasa saja sebesar 36.8%.
responden yang menilai cukup lengkap sebesar 45.8%, dan sangat lengkap sebesar 2%.
table berikut menguriakan tentang penedapat warga terhadap kelengkapan fasilitas ruang
tunggu.
2.4.3 Tingkat kenyamanan ruang periksa
Dari penilaian 2 responeden perempuan dan 1 responden laki-laki tehadap
kenyamanan kamar periksa, menilai bahwa kamar periksa dinilai sangat tidak nyaman.
Sedangakan Penilaian dari 3 orang perempuan dan 4 orang laki-laki yang lain menilai
bahwa ruang periksa sangat nyaman, kemudian yang menilai cukup nyaman baik laki-laki
maupun perempuan adalah sebesar 64.3%, biasa saja sebesar 21.5%, dan penilaian
kurang nyaman sebesar 11.5%. uraian secara lebih lengkap dapat disimak pada tabel
2.28
2.4.4 Kelengkapan peralatan Medis
Dari sisi performance Kelengkapan Peralatan medis, survey ini membuktikan
bahwa 0,8% reponden menyatakan sangat tidak lengkap, 11,5% menilai kurang lengkap,
21,5% biasa saja serta responen yang menilai cukup lengkap sebesar 64,3%. Dari 400
responden hanya sebanyak 8 orang yang menyatakan bahwa fasilitas peralatan medis
dinilai sangat lengkap. Uraian secara lebih rinci dapat disimak pada tabel 2.29
2.4.5 Kemudahan menemukan tiap ruangan
Penilaian responden terhadap kemudahan menemukan tiap bagian/ruangan,
sebesar 24,5% menilai sangat mudah, 59,0% cukup mudah dan yang menilai biasa saja
16
10,8%. Uraian secaa lebih lengkap dapat di simak pada tabel 2.30
2.4.6 Ketersediaan air di Kamar Mandi/WC
Penilaian responden terhadap penyediaan air di kamar mandi/WC oleh
petugas puskesmas, sebesar 11,5% menilai bahwa air di kamar mandi/ WC sangat
kurang, sebesar 1,8% menilai kurang tersedia, sebesar 18,3% menilai biasa sadan dan
42,0% menilai cukup tersedia. Sementara yang menilai sangat tersedia/ mencukupi
sebanyak26,5%. Uraian secaa lebih lengkap dapat di simak pada tabel 2.31
2.4.7 Keamanan Tempat Parkir
Penilaian responden terhadap keamanan lingkungan parkir, sebesar2,3%
menilai sangat tidak aman, 10,3% menilai biasa saja, sengkan yang menilai cukup aman
sebesar 31,5%. Pernyataan tentang keamanan lingkungan parkir jika disimak lebih
mendalam bahwa sebanyak 50% responen menilai cukup aman. Sebagian besar (132
orang ), pernyataan cukup aman tersebut adalah pendapat menurut perempuan
sedangkan dari penilaian laki-laki berjumlah 68orang. Uraian secara lebih lengkap dapat
disimak pada tabel 2.27
17
BAB 3
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI UMUM
3.1 KESIMPULAN
Cita-cita masyarakat yang menginginkan adanya layanan kesehatan pemerintah
yang prima sebagaimana hasil penelitian. Ruang untuk partisipasi masyarakat sudah
saatnya untuk mendapatkan tempat yang lebih besar agar masyarakat tidak takut lagi
dalam menyampaikan usulan, kritik serta pengawasan terhadap layanan kesehatan
pemerintah.
Pelayanan kesehatan pemerintah kabupaten boyolali khususnya di tingkat
puskesmas, sebagain besar (61,5%) digunakan oleh kelompok perempuan dengan usia
rata-rata diatas 56 tahun. Mereka pada umumnya berpendidikan Sekolah dasar (SD) dan
tidak tamat SD. Dari sisi tingkat penghasilan responden diketahui bahwa sebagian besar
(48,8%) pengguna Puskesmas berpendapatan dibawah Rp. 500.000,- setiap bulan.
Sementara pengguna puskesmas yang berpendapatan diatas Rp. 3.000.000 hanya
sebesar (1%).
Alasan utama responden berobat ke puskesmas adalah karena tidak dipungut
biaya, namun sebagian kecil (0,8%) mereka yang dipungut biaya merasa tidak
mendapatkan penjelasan secara lengkap atas biaya yang dipungut oleh Puskesmas. Hal
ini disebabkan karena, rata-rata mereka tidak diberi uraian secara rinci atas biaya yang
mereka bayarkan.
Tugas Puskesmas dalam melayani tindakan Kuratif sesungguhnya hanya
merupakan bagian kecil dari tugas makronya, yakni melakukan tindakan preventif guna
mencegah munculnya berbagai ancaman penyakit di masyarakat. Penilaian warga
terhadap kualitas layanan yang rata-rata mencapai tingkat cukup, dari sederet ranking
yakni { sangat kurang (nilai 1) , kurang (nilai 2), biasa saja (nilai 3), cukup (nilai 4) dan
sangat tidak kurang (nilai 5)}, belum dapat di kategorikan bahwa pretasi tersebut
mencerminkan berkulitasnya pengelolaan Puskesmas secara umum, akan tetapi baru
sebatas pada prestasi tugas Kuratif.
Sebagaimana dibuktikan dalam penelitian ini bahwa sebagai besar (5,8%)
pengguna puskesmas menilai bahwa petugas puskesmas kurang tanggap terhadap
munculnya kasus-kasus penyakit dilingkungan masyarakat, kemudian dari sisi sikap dan
perilaku petugas, sebesar (2%) pengguna puskesmas merasa bahwa mereka sangat tidak
ramah dan sangat tidak sopan dalam memberikan pelayanan kesehatan. damping itu
18
beberapa fasilitas sarana dan prasarana dinilai sangat tidak nyaman untuk kondisi fisik
pasien maupun kelompok usia tertentu.
3.2 REKOMENDASI
Berdasarkan kesimpulan tersebut diatas maka tim peneliti memberikan rekomendasi-
rekomendasi yang memerlukan penyempurnaan kebijakan serta praktek-praktek
dilapangan, sehingga layanan dasar kesehatan masyarakat dapat lebih ditingkatkan dan
memenuhi kebutuhan masyarakat baik laki-lakimapun perempan. Rekomendasi tersebut
antara lain sebagai berikut:
• Perlu adanya perbaikan dan penambahan sarana dan prasarana seperti ruang
tunggu agar diperlebar dan ada penambahan kursi, peningkatan keamanan dan
tempat parkir agar diberi atap, loket pendaftaran perlu di seting ulag agar lebih
komunikatif dengan pasien, penyediaan TV diruang tunggu dan lain-lain.
• Kedisiplinan petugas dalam memberikan layanan kesehatan perlu ada peningkatan,
terutama ketepan waktu layanan, kecerematan dalam memberikan layanan medis,
dan tidak ada diskriminasi dalam memberikan layanan kesehatan khususnya bagi
warga yang menggunakan karetu ASKESKIN.
• Kebersihan lingkungan terutama di sekitar MCK harus mendapatkan perhatian
lebih, serta tersedianya air di Kamar mandi dalam jumlah yang mencupi sepanjng
waktu.
• Akses informasi terutama dalam pemungutan biaya semestinya harus dilakukan
sesuai peraturan yang ada. Transpansi lebih menekankan pada soal kejelasan dan
tidak hanya sekedar nilai nominalnya. Puskesmas sebagai pelayan publik paling
dekat dengan warga, disamping dituntut menjadi contoh dalam hal pemeliharaan
kesehatan fisik tentu juga dituntut untuk memberikan contoh dalam pemeliharaan
kesehatan non fisik (mental) melalui pemberian informasi secara jelas khusunya
dalam hal pemungutan dana.
• Mengingat bahwa survey yang dilakukan forum LSM ini masih sebatas performance
layanan Kuratif, Peningkatan keramahan petugas dalam memberikan pelayanan
kesehatan harus ditingkatkan hingga mencapai performance pelayanan yang sangat
memuaskan. Pencapaian pretasi pada tingkat Cukup pada hampir semua variabel
diharapkan dapat memicu petugas puskesmas untuk mencapai performance yang
paling atas, yakni memuaskan warga di semua ditingkatan kelas sosial baik laki-laki
maupun perempuan.
top related