survey pelayanan kesehatan masyarakat - lkts.org pelayanan kesehatan masyarakat.pdf · dalam...

18
1 Survey Pelayanan Kesehatan Masyarakat (CRC/ Citizen Report Card) Di Puskesmas Se-Kabupaten Boyolali Tahun 2008 ____________________________________________________ Dilakukan Oleh LKTS, Biap, Forabi, Lesman, Spb, Lakpesdam atas dukungan LGSP - USAID BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahun 1998 merupakan tonggak perubahan tatanan pemerintahan yang ada di Indonesia, salah satu dari tuntutan tersebut adalah otonomi daerah. Pelaksanaan otonomi daerah dengan otonomi luas pada daerah kabupaten/kota sesuai dengan UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, telah dilaksanakan secara penuh sejak 1 Januari 2001. Dalam perkembangan lebih lanjut, Undang-undang No.22 tahun 1999 ini disempurnakan melalui UU No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan UU No. 8 tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 3 tahun 2005 tentang Perubahan Undang- undang Nomor 32 tahun 2004 menjadi Undang-undang. Dengan pelaksanaan otonomi daerah ini diharapkan pada masing-masing kabupaten/kota terjadi perubahan yang signifikan dalam peningkatan pelayanan kepada masyarakat atau pelayanan publik. Pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada daerah sangat memungkinkan terjadinya penyelenggaraan pelayanan dengan jalur birokrasi yang lebih ringkas dan terbuka peluang bagi pemerintah daerah untuk melakukan inovasi dalam pemberian dan peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat, salah satu tujuan pemberian otonomi adalah untuk meningkatkan kualitas pelayanan masyarakat. Namun apakah selama pelaksanaan otonomi daerah ini telah terjadi perubahan (peningkatan) pelayanan publik? Hasil penelitian Bank Dunia yang dihimpun dalam World Development Report 2003, menunjukkan bahwa akses rakyat miskin terhadap pelayanan publik di Indonesia masih rendah. Rendahnya aksesibilitas pada layanan publik inilah yang menyebabkan sulitnya Indonesia bebas dari kemiskinan (Kompas, 23 September 2003). Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara, juga mengakui bahwa pelayanan publik oleh aparatur pemerintah dewasa ini masih banyak dijumpai kelemahan sehingga belum dapat memenuhi kualitas yang diharapkan masyarakat. Hal ini ditandai oleh adanya berbagai keluhan masyarakat yang disampaikan melalui media massa, sehingga dapat

Upload: ngonhu

Post on 06-Feb-2018

219 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Survey Pelayanan Kesehatan Masyarakat - lkts.org Pelayanan Kesehatan Masyarakat.pdf · Dalam perkembangan lebih lanjut, Undang-undang No.22 tahun 1999 ini ... buruknya pelayanan kesehatan,

1

Survey Pelayanan Kesehatan Masyarakat (CRC/ Citizen Report Card)

Di Puskesmas Se-Kabupaten Boyolali Tahun 2008

____________________________________________________ Dilakukan Oleh

LKTS, Biap, Forabi, Lesman, Spb, Lakpesdam atas dukungan LGSP - USAID

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tahun 1998 merupakan tonggak perubahan tatanan pemerintahan yang ada di

Indonesia, salah satu dari tuntutan tersebut adalah otonomi daerah. Pelaksanaan

otonomi daerah dengan otonomi luas pada daerah kabupaten/kota sesuai dengan UU No.

22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, telah dilaksanakan secara penuh sejak 1

Januari 2001. Dalam perkembangan lebih lanjut, Undang-undang No.22 tahun 1999 ini

disempurnakan melalui UU No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

sebagaimana telah diubah dengan UU No. 8 tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 3 tahun 2005 tentang Perubahan Undang-

undang Nomor 32 tahun 2004 menjadi Undang-undang. Dengan pelaksanaan otonomi

daerah ini diharapkan pada masing-masing kabupaten/kota terjadi perubahan yang

signifikan dalam peningkatan pelayanan kepada masyarakat atau pelayanan publik.

Pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada daerah sangat memungkinkan

terjadinya penyelenggaraan pelayanan dengan jalur birokrasi yang lebih ringkas dan

terbuka peluang bagi pemerintah daerah untuk melakukan inovasi dalam pemberian dan

peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat, salah satu tujuan pemberian otonomi

adalah untuk meningkatkan kualitas pelayanan masyarakat. Namun apakah selama

pelaksanaan otonomi daerah ini telah terjadi perubahan (peningkatan) pelayanan publik?

Hasil penelitian Bank Dunia yang dihimpun dalam World Development Report 2003,

menunjukkan bahwa akses rakyat miskin terhadap pelayanan publik di Indonesia masih

rendah. Rendahnya aksesibilitas pada layanan publik inilah yang menyebabkan sulitnya

Indonesia bebas dari kemiskinan (Kompas, 23 September 2003). Kementerian

Pendayagunaan Aparatur Negara, juga mengakui bahwa pelayanan publik oleh aparatur

pemerintah dewasa ini masih banyak dijumpai kelemahan sehingga belum dapat

memenuhi kualitas yang diharapkan masyarakat. Hal ini ditandai oleh adanya berbagai

keluhan masyarakat yang disampaikan melalui media massa, sehingga dapat

Page 2: Survey Pelayanan Kesehatan Masyarakat - lkts.org Pelayanan Kesehatan Masyarakat.pdf · Dalam perkembangan lebih lanjut, Undang-undang No.22 tahun 1999 ini ... buruknya pelayanan kesehatan,

2

menimbulkan citra yang kurang baik terhadap aparatur pemerintah.

Dampak krisis ekonomi yang paling nyata adalah lemahnya kegiatan ekonomi,

buruknya pelayanan kesehatan, pendidikan , rusaknya sarana dan prasarana umum,

menurunnya ketertiban dan ketentraman masyarakat, sehingga mengakibatkan

menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap birokrasi. Hal ini diperparah kebijakan

pemerintah yang menaikan harga BBM sejak pemerintahan Habibi, Gus Dur, Megawati

dan puncaknya pemerintahan SBY, yang menaikkan BBM hingga 2 kali. Ini menambah

deretan kenaikan angka kemiskinan. Data statistic yang diperdebatkan mencapai 30-40 %

penduduk miskin. Ini sangat logis karena berbagai bencana alam seperti gempa bumi,

tsunami, banjir tanah longsor, kekeringan dll, ikut menambah jumlah kemiskinan.

SNPK mendefinisikan kemiskinan sebagai kondisi seseorang atau sekelompok orang,

laki-laki dan perempuan, yang tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan

dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Definisi kemiskinan ini beranjak dari

pendekatan berbasis hak yang mengakui bahwa masyarakat miskin, baik laki-laki maupun

perempuan, mempunyai hak-hak dasar yang sama dengan anggota masyarakat lainnya.

Kemiskinan tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga

kegagalan pemenuhan hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau

sekelompok orang dalam menjalani kehidupan yang bermartabat. Oleh karena itu, konsep

ini memberikan penegasan terhadap kewajiban negara untuk menghargai, melindungi,

dan memenuhi hak-hak dasar masyarakat miskin.

Hasil penelitian Pusat Studi Kependudukan UGM pada tahun 2002 yang dikutip oleh

Lembaga Administrasi Negara (2003) menyatakan bahwa kinerja pelayanan birokrasi kita

masih buruk, ditandai oleh beberapa hal seperti : (1) ketidakpuasan masyarakat, yang

pada umumnya terletak pada waktu, biaya dan cara pelayanan; (2) masih terdapat

diskriminasi pelayanan, yang pada umumnya didasarkan pada diskriminiasi atas hubungan

pertemanan, afiliasi politik, etnis dan bahkan agama; (3) hal-hal seperti rantai birokrasi,

suap dan pungli menjadi semakin diterima dan dianggap wajar; (4) orientasi pelayanan

tidak terhadap pengguna jasa tetapi kepada kepentingan pemerintah dan pejabatnya; (5)

budaya kekuasaan; (6) prinsip yang mendasari pelayanan bukan trust, melainkan distrust,

prosedur yang diterapkan bukan untuk memfasilitasi tetapi untuk mengontrol perilaku; (7)

kewenangan untuk melayani terdistribusi pada banyak satuan birokrasi.

Agar terwujud pelayanan publik yang berkualitas, sangat dibutuhkan partisipasi

masyarakat luas dalam bentuk “tekanan” kepada pemerintah daerah (eksekutif dan

Page 3: Survey Pelayanan Kesehatan Masyarakat - lkts.org Pelayanan Kesehatan Masyarakat.pdf · Dalam perkembangan lebih lanjut, Undang-undang No.22 tahun 1999 ini ... buruknya pelayanan kesehatan,

3

legislatif) untuk menyelenggarakan pelayanan publik yang sesuai. Masyarakat perlu

memberikan respon kepada penyelenggara pelayanan publik tentang informasi yang

obyektif tentang kualitas pelayanan yang diterima oleh masyarakat. Salah satu cara yang

bisa dilakukan adalah melalui teknik survey Citizen Report Card (CRC) atau Kartu Laporan

Warga. Dengan laporan warga ini diharapkan pemerintah daerah mengerti dengan

susungguhnya kualitas pelayanan yang diterima oleh masyarakat. Idealnya CRC ini bisa

dilakukan rutin setiap tahun sehingga bisa diketahui perkembangan atau perubahan

kualitas pelayanan publik yang diterima masyarakat setiap tahun.

1.2 Tujuan

Tujuan utama Survey Kepuasan Konsumen ini adalah menilai kualitas pelayanan

Kuratif yang diselenggarakan oleh Puskesmas se-Kabupaten Boyolali. Berdasarkan

penilaian yang diberikan konsumen, dapat disusun peringkat kualitas pelayanan Kuratif

dari Puskesmas berdasarkan pada indikator-indikator yang telah disepakati dalam diskusi

terfokus yang dihadiri oleh penyedia maupun Pengguna Puskesmas.

Bagi Puskesmas, hasil survey ini merupakan alat untuk menjaring umpan balik yang

dapat dijadikan sebagai instrumen untuk memberikan pelayanan yang lebih baik.

Pelembagaan metode survey oleh Puskesmas juga dapat menjadi pendorong untuk

merintis praktek dan kebijakan pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada konsumen.

Sedangkan dari sisi konsumen, Survey ini diharapkan dapat menjadi alat untuk

mengungkapkan keinginan dan menjadi alat untuk meminta pertanggungjawaban

penyedia jasa, khusunya di tingkat Puskesmas.

Untuk memberikan dampak yang berarti maka dokumen laporan hasil survey

sebaiknya dimanfaatkan sebagai bahan masukan untuk merumuskan Layanan Kuratif

jangka menengah, perencanaan program kesehatan dan penganggaran tahunan, dan

merancang instrumen kelembagaan untuk menampung dan menindaklanjuti Saran dan

Harapan Masyarakat

1.3 Ruang Lingkup

1.3.1 Ruang Lingkup Wilayah.

Wilayah penelitian meliputi seluruh wilayah Kabupaten Boyolali yang terdiri

dari 19 Kecamatan.

1.3.2 Ruang Lingkup Pelayanan.

Dalam survey dengan teknik CRC ini dikenal dua kategori yaitu CRC makro

Page 4: Survey Pelayanan Kesehatan Masyarakat - lkts.org Pelayanan Kesehatan Masyarakat.pdf · Dalam perkembangan lebih lanjut, Undang-undang No.22 tahun 1999 ini ... buruknya pelayanan kesehatan,

4

dan CRC mikro, CRC makro meneliti seluruh unit pelayanan publik yang ada di suatu

wilayah, sedangkan CRC mikro meneliti hanya satu unit pelayanan publik. Dalam

penelitian ini dipilih jenis pelayanan mikro, dengan demikian ruang lingkup pelayanan

yang diteliti hanya meliputi pelayanan yang diberikan oleh Puskesmas yang memberikan

palayanan kesehatan langsung kepada masyarakat.

Untuk menentukan jenis pelayanan apa saja yang akan diteliti telah

ditentukan melalui FGD bersama masyarakat dan aparat penyelengara pelayanan.

Kegiatan FGD dimaksudkan untuk menentukan prioritas jenis pelayanan yaitu pelayanan

yang paling banyak diterima oleh kelompok masyarakat miskin.

1.4 Tipe Penelitian

Tipe penelitian Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan Kesehatan dengan

Menggunakan Kartu Penilaian Warga ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan

kualitatif dan kuntitatif. Penilaian dilaksanakan mulai 1 Juli 2008 hingga Nopember 2008 di

27 Puskesmas yang menyebar di 19 Kecamatan di Kabupaten Boyolali

1.5 Tahapan dan Metode Penelitian

Secara normatif, salah satu tugas pokok pemerintah daerah adalah

menyelenggarakan pelayanan publik. Karena itu organisasi yang dibentuk dan kegiatan

yang diselenggarakan pemerintah pada dasarnya berorientasi pada pelayanan publik.

Jika seluruh organisasi dan jasa pelayanan disurvey, maka cakupan survey akan

sangat luas. Untuk itu diperlukan metode dan kriteria untuk menentukan jenis pelayanan

publik yang akan disurvey. Metode yang digunakan oleh Tim Survey adalah dengan

mengadakan diskusi kelompok terfokus bersama Forum LSM Boyolali. Meskipun pada

kenyataannya LSM yang memfukoskan kegiatan pada bidang kesehatan hanya beberapa

saja, namun peran anggota forum lain dalam menggali isu-isu kesehatan sangat

signifikan. Berdasarkan hasil diskusi kelompok terfokus disepakati bahwa penelitian

dengan pendekatan CRC ini memilih pendekatan mikro, yakni hanya memfokuskan

pelayanan publik di bidang kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas di kabupaten

Boyolali

1.5.1 Tahapan penelitian

Persiapan awal penelitian ini meliputi kegiatan mempersiapkan tim inti yang

bertugas untuk merancang proses dan hasil serta kebutuhan penunjuang untuk jalannya

kegiatan penelitian. Dalam melakukan kegiatan ini tim inti melakukam diskusi secara

periodik untuk mengendalikan proses serta hasil yang akan dicapai ditiap tahapan

Page 5: Survey Pelayanan Kesehatan Masyarakat - lkts.org Pelayanan Kesehatan Masyarakat.pdf · Dalam perkembangan lebih lanjut, Undang-undang No.22 tahun 1999 ini ... buruknya pelayanan kesehatan,

5

kegiatan penelitian. Disamping kegiatan dalam kelas, tim peneliti juga melakukan

kegiatan persiapan dilapangan sebagai penelitian pendahuluan yakni:

o Pengumpulan data sekunder dari hasil riset tentang pelayanan sektor kesehatan dan

pendidikan, misalnya analisis profil kabupaten Gowa, kebijakan pemerintah, dan

laporan penelitian yang berkaitan dengan pelayanan publik yang akan di CRC-kan.

o Rapid appraisal untuk mendapatkan gambaran stakeholder kunci pada pelayanan

publik di sektor kesehatan serta Calon reponden yang akan menjadi sember

informasi primer.

1.5.2 Menentukan Jenis Pelayanan publik

Secara umum salah satu tugas pokok pemerintah daerah adalah

menyelenggarakan pelayanan publik. Karena itu organisasi yang dibentuk dan kegiatan

yang diselenggarakan pemerintah pada dasarnya berorientasi pada pelayanan publik.

Jika seluruh organisasi dan jasa pelayanan publik diteliti, maka cakupan

survey akan sangat luas. Untuk itu diperlukan metode dan kriteria untuk menentukan

jenis pelayanan publik yang akan disurvey. Metode yang digunakan oleh Tim Survey

untuk menentukan jenis pelayanan publik adalah dengan mengadakan diskusi kelompok

terfokus dengan beberapa pejabat publik dan khusunya bersama Forum LSM Boyolali

yang memiliki berbagai Latar belakang kegiatan dan fokus program. Meskipun pada

kenyataannya LSM yang memfukoskan kegiatan pada bidang kesehatan hanya beberapa

saja, namun peran anggota forum lain dalam menggali isu-isu kesehatan sangat

signifikan. Berdasarkan hasil diskusi kelompok terfokus disepakati bahwa penelitian

dengan pendekatan CRC ini memilih pendekatan mikro, yakni hanya memfokuskan

pelayanan publik di bidang kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas di kabupaten

Boyolali. Alasan mendasar dipilihnya fokus penelitian ini adalah adanya hipotesa awal

bahwa Puskesmas adalah tempat dimana anggota masyararakat kalangan bawah selalu

menggunakan layanan Puskesmas. Meskipun diketahui bahwa fokus utama layanan

puskesmas bukan pada menyembuhkan penyakit (layanan Kuratif) namun hal tersebut

belum difahami oleh mayoritas warga masyarakat.

1.5.3 Menentukan Variabel Penilaian

Variabel dan indikator penelitian dirumuskan dengan cara wawancara bersama

kepala SKPD terkait serta diskusi terfokus dengan kelompok pengguna puskesmas. Pada

kegiatan diskusi terfokus bersama warga, Peserta diupayakan melibatkan laki-laki maupun

perempuan dalam komposisi yang setara baik dari sisi kualitas maupun kuantitasnya.

Peserta diskusi diambil secara acak dari pengguna puskesmas. Pada kegiatan ini kelompok

warga yang dilibatkan dalam diskusi terfokus diambilkan dari pengguna puskesmas di

Page 6: Survey Pelayanan Kesehatan Masyarakat - lkts.org Pelayanan Kesehatan Masyarakat.pdf · Dalam perkembangan lebih lanjut, Undang-undang No.22 tahun 1999 ini ... buruknya pelayanan kesehatan,

6

Kecamatan Simo. Pertimbangan dipilihnya Daerah ini lebih didsarkan pada persoalan

geografis yakni wilayah bagian tengah kabupaten Boyolali. Diskusi terfokus lain juga

dilakukan besama anggota Forum LSM Boyolali yang tergabung dalam penelitian ini.

Sebagai dokumen yang diharapkan dapat memberikan dorongan untuk

meningkatkan kinerja pelayanan publik, survey ini menyajikan infomasi yang diperlukan

untuk memahami Tiga isu pokok yaitu Performance pengelolaan Puskesmas darisi sisi

layanan administratif, Kualitas Petuas serta Kualitas dan Kuantitas Sarana dan Prasarana

yang disediakan Puskesmas.

1.5.4 Menentukan Besaran Sampel

Yang menjadi subyek penelitian (n= sample) ini adalah masyarakat Boyolali

yang menggunakan Pukesmas yang ada diseluruh kabupaten Boyolali. Berdasar data

Dinas Kesehtan Sosial (DKS), masyarakat yang menggunakan jasa layanan Puskesmas

selama tahun 2007 adalah sebanyak 936.805 orang.

Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan metode sampling acak sederhana,

dengan responden Pengguna Puskesmas yang terpilih. Untuk menentukan jumlah sample

pengguna Puskesmas, ditentukan dengan menggunakan rumus statistik Slovin, dengan

sampling error sebesar (E) 0,05

Formula rumus statistik tersebut adalah sebagai berikut :

N =

N

1 + N ( E )²

N = Populasi Pengguna Puskesmas Kab Boyolali.

n = 913.166 =

398,77496 1 + 913.166 (0,05) ²

n = 400 responden

Jumlah sampel Responeden tersebut kemudian diproporsikan dengan jumlah pengunjung

ditiap Puskemas yang jumlahnya berbeda-beda sesuai prosentase kunjungan di Puskesms

berangkutan.

1.5.5 Menentukan Sebaran Sampel Penelitian

Dari sampel sejumlah 400 individu di tingkat Kabupaten, di tingkatan tiap

Puskesmas sampel ditentkan dengan proses sebagai berikut:

• Dari data kunjungan selama tahun 2007, diketahui bahwa jumlah pengunjung dari

27 puskesmas sebanyak 913.166 orang. Untuk menentukan jumlah sampel ditiap

puskesmas, data pengunjung selama 1 tahun ditiap puskesmas dibagi dengan

jumlah pengguna puskesmas tingkat Kabupaten. Prosentase Hasil pembagian

Page 7: Survey Pelayanan Kesehatan Masyarakat - lkts.org Pelayanan Kesehatan Masyarakat.pdf · Dalam perkembangan lebih lanjut, Undang-undang No.22 tahun 1999 ini ... buruknya pelayanan kesehatan,

7

tersebut kemudian dikalikan dengan 400 (hasil perhitungan statistik), sehingga

diperoleh proporsi sampel tiap Puskesmas sebagaimana tabel 1.1

• Setelah diketahui jumlah sampel di tiap puskesmas, kemudian dilanjutkan dengan

menentukan pengguna puskesmas yang akan menjadi responden dalam penelitian.

Responden ditentukan dengan mengambil secara acak daftar pengguna puskesmas

selama 6 bulan terakhir di tiap puskesmas yang ada di tiap Kecamatan.

1.6 Mengumpulkan data

1.6.1 Observasi

Mengamati situasi dan kondisi tiap puskesmas merupakan salah satu bagian

tugas yang harus dilakukan oleh setiap enumereator, selain tugas utama yakni

mewawancarai pengguna puskesmas di rumah masing-masing responden. Kegiatan

pengamatan ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran situasi dan kondisi riil baik

menyangkut proses pelayanan, kondisi Sarana dan prasarana serta sikap dan perilaku

petugas puskesmas. Hasil pengamatan digunakan sebagai masukan analisis, serta cek

silang terhadap informasi yang di berikan oleh pengguna puskesmas.

1.6.2 wawancara

Kegiatan wawancara dilakukan oleh 15 orang enumerator dengan jumlah

responden yang berbeda-beda. Sebelum melakukan wawancara, setiap enumertor

dibekali dengan berbagai pengetahuan melalui pelatihan enumerator. Proses dan hasil

pelatihan ini dapat disimak pada lampiran 4.

Selama melakukan wawancara setiap enumerator membawa sejumlah daftar

pernyataan, dimana setiap pertanyaan sudah disediakan jawaban tertentu, sehingga

responden tinggal menentukan (difasilitasi untuk menentukan salah satu jawaban) yang

telah disediakan tim peneliti. Kegiatan wawancara ini dilaksanakan selama 10 hari yakni

pada tanggal 21 Agustus hingga 2 September 2008.

1.6.3 Indept interview

Kegiatan wawancara mendalam bersama SKPD terkait dimaksudkan untuk

memperoleh masukan-masukan baik menyangkut soal perumusan tujuan penelitian,

metode, serta cara-cara yang paling tepat, sehingga penelitian dengan pendekatan CRC

ini bisa menghasailkan informasi yang berkualitas untuk kepentingan semua pihak.

Wawancara mendalam dilakukan oleh tim inti penelitian, khususnya dengan

Page 8: Survey Pelayanan Kesehatan Masyarakat - lkts.org Pelayanan Kesehatan Masyarakat.pdf · Dalam perkembangan lebih lanjut, Undang-undang No.22 tahun 1999 ini ... buruknya pelayanan kesehatan,

8

kepala Dinas Kesehatan Sosial, Kepala Badan Pusat Statistik, serta Kepala Kantor

Kesbanglinmas Boyolali. Kegiatan ini dilakukan pada tangal 5 Juli 2008 di kantor tiap-tiap

SKPD.

1.7 Organisasi pelaksana

Penelitian ini dilaksanakan oleh Forum LSM Boyolali yang terdiri dari 15 lembaga.

Organisasi pelaksana Survey Layanan kesehatan Masyarakat di Puskesmas terdiri dari:

• Penanggung Jawab : Ismail Al Habib, S.Ag

• Ketua tim Peneliti : Drs. Trijoko Sy

• Koordinator Penelitian : Istamar

• Koordinator Advokasi : Sunaryanto SH.

• Koordinator input data : Hendro Irianto SP

• Enumerator : 15 orang

1.8 Waktu Pelaksanaan

Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan yakni dimulai pada tanggal 30 Juli

sampai dengan 30 Oktober 2008

Page 9: Survey Pelayanan Kesehatan Masyarakat - lkts.org Pelayanan Kesehatan Masyarakat.pdf · Dalam perkembangan lebih lanjut, Undang-undang No.22 tahun 1999 ini ... buruknya pelayanan kesehatan,

9

BAB II

HASIL PENELITIAN

Serangkaian kegiatan penelitian sejak dari survey pendahuluan, diskusi dan

wawancara dengan responden serta Lokakarya bersama stakeholder terkait, dapat

mengungkap berbagai informasi baik menyangkut soal responden maupun performance

pegawai Puskesmas dalam memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat.

Informasi hasil penelitian disajikan seracara deskriptif maupun dalam bentuk tabel-tabel

statistik berikut ini.

2.1 Profil responden

Dalam penelitian ini variabel penelitian dari aspek profil responden meliputi

informasi jenis kelamin, usia, pendapatan, pendidikan dan pekerjaan responden. Hasil

survei dari aspek ini dapat diuraiakan segabai berikut:

2.1.1 Jenis kelamin Rensponden

Jumlah responden dalam survey ini adalah sebanyak 400 orang , terdiri atas

154 laki-laki dan 264 orang perempuan. Jika di ilustrasikan dalam grafik, perbandingan

reponden dari sisi jenis kelamin dapat disimak pada tabel 2.1.

Ditinjau dari sisi kelompok usia, sebagian besar ((56%) temasuk golongan

kolompok usia kurang produktif, semantara responden yang masuk golongan usia

produktif mencapai sebesar (44%).

Pengguna puskesmas perempuan yang termasuk kelompok usia produktif

(17 sampai 56th) mencapai sebesar 39% dan selebihnya (61%) adalah kelompok usia

kurang produktif. Sementara kelompok usia produktif laki-laki adalah sebesar 51,9%, dan

sisanya sebesar (48,1%) termasuk kelompok usia kurang produktif.

Dari hasil analisa tersebut dapat diduga bahwa pengguna puskesmas

sebagian besar (56%) adalah kelompok usia kurang produktif yang berusia antara 57

sampai 86 th. Sedangkan pengguna Puskemas usia produktif mencapai 46%. Uraian

secara lebih detai dapat disimak pada tabel 2.2

2.1.2 Pekerjaan Responden

Profil responden dilihat dari aktifitas hariannya sebagian besar (32%) adalah

sebagai petani dimana 77 orang diantarnya adalah perempuan. Kemudian sebagian besar

(24%) berikutnya adalah tidak memiliki pekerjaan tetap dan diantara mereka sebanyak 83

orang adalah perempuan. Meskipun prosentasenya sangat kecil (2,8%), Puskesmas juga

sering di manfaatkan oleh Pegawai negeri. Uraian secara rinci pekerjaan pengguna

Page 10: Survey Pelayanan Kesehatan Masyarakat - lkts.org Pelayanan Kesehatan Masyarakat.pdf · Dalam perkembangan lebih lanjut, Undang-undang No.22 tahun 1999 ini ... buruknya pelayanan kesehatan,

10

puskesmas sebagaimana tabel 2.3

2.1.3 Pendidikan Responden

Meskipun dalam jumlah sedikit, Puskesmas juga dimanfaatkan oleh anggota

masyarkat yang memiliki pendidikan Strata 2. akan tetapi sebagaian besar (49,3%)

pengguna puskesma berpendidikan paling tinggi Sekolah Dasar. Kemudian sebagaian

besar (23,5%) berikutnya adalah berpendidikan SLTA. Uraian pengguna puskesmas

ditinjau dari sisi pendidikan secara rinci dapat disimak pada tabel 2.4

2.1.4 Penghasilan Respanden

Pengguna terbesar jasa layanan Puskesmas adalah anggota masyarakat yang

berpenghasilan dibawah rendah. Hasil penelitian membuktikan bahwa dari 400 responden

pengguna Puskesms, 48,8% diantaranya mereka berpenghasilan dibawah Rp. 500.000,-

dan sebagai lasan utama mengapa mereka berobat ke Puskesmas adalah kerena tidak

dikenakan biaya. selama 6 bulan terakhir mereka berobat ke Puskesmas antara 2- 5 kali.

Sedangkan mereka yang berpenghasilan antara 500.000 s/d 1 juta sebanyak (31%),

mereka meenggunakan puskesmas antara 2-5 kali selama 6 bulan terkhir. Uraian secara

rinci tentang penghasilan responden dapat disimak pada tabel 2.5

2.1.5 Kunjungan responden selama 6 bulan terakhir

Anggota masyarakat yang menggunakan jasa layanan puskesmas lebih dari

5 kali selama 6 bulan terkhir mencapai 18%. Sedangkan yang mengggunakan puskesmas

2 s/d 5 kali sebesar 52%. Dari sisi jenis kelamin terbukti kelompok perempuan yang

sering datang berobat ke puskemas.

2.1.5 Alasan responden berobat ke Puskesmas

Dari 400 orang pengguna Puskesmas, hanya sebanyak 35 orang yang

mengatakan bahwa mereka dipungut biaya ketika menggunakan jasa layanan Puskesmas.

Biaya yang dipngut antara lain dipergunakan untk membayar pendataran (administrasi)

yakni sebesar antara Rp. 1.000 s/d 3750. sementara biaya lain yang dibayar oleh

pengguna Puskesmas adalah digunakan untuk menebus resep, membayar rawat inap,

biaya laborat, imunisasi calon epengantin dan biaya retribusi sampah. Dafta Puskesmas

yang memungut biaya untuk pengguna puskesmas dapat di lihat pada lampiran...

2.2 Performance Managemen Puskesmas

Penilaian warga dalam variabel performance Managemen ini lebih memfokuskan

Page 11: Survey Pelayanan Kesehatan Masyarakat - lkts.org Pelayanan Kesehatan Masyarakat.pdf · Dalam perkembangan lebih lanjut, Undang-undang No.22 tahun 1999 ini ... buruknya pelayanan kesehatan,

11

pada Sejuh mana pengelola puskesmas mampu menempatkan pegawai administratif

dapat bekerja secara profesioanal baik dari sisi ketrampilan maupun pelayanan kepada

masyarakat. Uraian hasil penilaian warga terhadap variabel-variabel Performan

managemen tersebt dapat disimak pada uraian berikut.

2.2.1 Persyaratan Mendaftar

Berdasar penilaian pengguna puskesmas perempuan, proses dan syarat

untuk mendaftarkan diri dipuskesmas dinilai cukup mudah. Dari keseluruhan responden

sebesar 54,8% juga menilai bahwa proses dan syarat pendaaftaran cukup mudah. Namun

demikian sebesar 2% responden menilai bahwa proses pendaftaran dinilai kurang mudah.

Uraian secara lengkap dapat disimak pada tabel 2-8

2.2.2 Pengaturan Antrian

Dari 400 orang pengguna puskesmas, sebesar 3,5% responden menilai

bahwa antrian mendaftar untuk meperoleh layanan kesehatan di Puskesmas berjalan

kurang teratur. Prosentase sebesar tersebut diatas 12 orang diantaranta adalah penilaian

menurut pasien perempuan. Secara umum performance petugas dalam mengatur antrian

dinilai cukup teratur yakni sebesar 59,5% atau senyak 238 orang dari 400 pengguna

puskesmas. Uraian secara lebih lengkap dapat disimak pada tabel 2.9

2.2.3 Performance layanan informasi

Hasil penelitian responden terhadap layanan informasi menunjukan bahwa

14 perempuan dari 26 orang menilai bahwa layanan mempereoleh informasi di

Puskesmas kurang mudah. Namun demikan secara umum responden menilai bahwa

untuk memperoleh informasi di Puskesmas cukup mudah (59,5%). Uraian secara lebih

rinci dapat disimak pada tabel 2.10

2.2.4 Kualitas Obat

Kualitas obat-obatan yang diterima dari Puskesmas menurut 4,3%

responden dinilai sangat mujarab, sementara yang menilai cukup mujarab adalah sebesar

57.0%, dan penilaian kualitasnya biasa saja sebesar 32.8%. kemudin yang menilai bahwa

kualitas obat kurang mujarab adalah sebesar 6.0%. Penilaian kualitas obat-obatan dari

Puskesmas secara rinci deiuraikan dalam tabel 2.11

2.2.5 Ketersediaan Obat

Performance pengelolaan persediaan obat-obatan, dinilai oleh

Page 12: Survey Pelayanan Kesehatan Masyarakat - lkts.org Pelayanan Kesehatan Masyarakat.pdf · Dalam perkembangan lebih lanjut, Undang-undang No.22 tahun 1999 ini ... buruknya pelayanan kesehatan,

12

4.5%,responden sangat mencukupi, cukup tersedia sebesar 69.0%, dan jawaban biasa

saja sebesar 20.0%, serta jawaban kurang mencukupi adalah 6.5%. uraian secara lebih

rinci dapat disimak pada tabel 2.12

2.2.6 Kesiagaan Petugas Puskesmas Menanggapi Kasus-kasus Penyakit

di Lingkungan responden

Kesiagaan petugas puskesmas dalam menangani kasus penyakit di

lingkungan responden dinilai bahwa : sangat siaga ditunjukkan dengan prosentase 7.5%,

penilaian cukup siaga sebesar 63.0%, dan penilaian biasa saja sebesar 23.8%, serta

penilaian kurang siaga sebesar 5.8%. uraian secara lebih rinci dapat disimak pada tabel

2.13

2.3 Performance Petugas

Pada aspek penilaian performance petugas, penelitian ini dirancang untuk mampu

mengungkap sejauh mana kedisiplinan pegawai baik dari sisi ketepatan waktu melayani

masyarakat, pemakaian identitas sebagai petugas kesehatan, keramahan dan kesopanan

dalam melayani pengguna jasa puskesmas, kecermatan dan ketelitian dalam bekerja,

daya tanggap terhadap perasaan maupun kekhawatiran pasien terhadap masalah

kesehatan yang mereka hadapi serta kemampuan memberi contoh untuk menjaga

keberihan dilingkungan puskesmas. Hasil penilaian terhadap variabel-bariabel tersebut

dapat disimak pada uraian berikut ini.

2.3.1 Ketepatan Jadual pelayanan

Performance petugas dilihat dari ketepatan jadual pelayanan, sebesar (9%)

responden menilai bahwa petugas Puskesmas sangat tepat waktu dalam memberikan

layanan kepada masyarakat. Penilain ini jika dilihat dari jumlah responden perempuan

adalah sebanyak 25 orang dan laki laiki adalah sebanyak 11 orang. Sementara responden

yang menilai bahwa petugas puskesmas cukup tepat waktu dalam memberikan layanan

adalah sebesar 62,5%. Uraian secara rinci dapat disimak pada tabel 2.14

2.3.2 Disiplin dalam memakai identitas kerja

Dari sisi performan pemakaian identitas pegaawai, selalu memakaian

identitas dengan jelas, dari responden di nilai bahwa : petugas ya, selalu memakai

indentitas adalah 71.0%, jawaban tidak selalu sebesar 13.5%, dan jawaban tidak tahu

sebesar 15.5%. Uraian secara rinci dapat disimak pada tabel 2.15

Page 13: Survey Pelayanan Kesehatan Masyarakat - lkts.org Pelayanan Kesehatan Masyarakat.pdf · Dalam perkembangan lebih lanjut, Undang-undang No.22 tahun 1999 ini ... buruknya pelayanan kesehatan,

13

2.3.3 Keramahan dan Kesopanan

Untuk keramahan dan kesopanan petugas dinilai pengunjung bahwa :

petugas sangat ramah dan sopan sebesar 12.8%, petugas yang cukup ramah dan sopan

sebesar 67.0%, sedangkan penilaian biasa saja sebesar 13.5%, dan jawaban kurang

ramah dan sopan sebesar 6.0%, serta jawaban sangat tidak ramah dan sopan adalah

0.8%.

2.3.4 Kedisiplinan

Penilaian sangat disiplin dala melaksanakan tugas adalah sebesar 6.0%,

cukup disiplin sebesar 64.0%, sedangkan penilaian biasa saja sebesar 23.0%, dan kurang

disiplin sebesar 6.8%, serta penilaian sangat tidak disiplin sebesar 0.3%. uraian secara

lebih rinci dapat disimak pada tabel .2.17

2.3.5 Kecermatan dan ketelitian

Penilaian kecermatan dan ketelitian petugas dalam menangani pasien

pengunjung puskes mas, dari responden diperoleh hasil bahwa : Petugas sangat cermat

dan teliti dalam melaksanakan pekerjaan adalah 6.3%, cukup cermat dan teliti sebesar

60.5%, sedangkan penilaian biasa saja sebesar 24.3%, dan penilaian kurang cermat dan

teliti sebesar 8.8%, serta sangat tidak cermat dan tidak teliti adalah 0.3%. uraian secara

lebih rinci dapat disimak pada tabel .2.18

2.3.6 Kecepatan dan daya tanggap Petugas

Kecepatan, ketepatan dan daya tanggap petugas dalam menangani pasien

khusunya gawat darurat, diperoleh hasil bahwa : petugas yang cepat, tepat dan tanggap

adalah seebesar 11.5%, cukup cepat, tepat dan tanggap sebesar 65.3%, sedangkan

penilaian biasa saja sebesar 17.5%, dan petugas yang kurang cepat, tepat dan tanggap

adalah 5.3%, serta sangat tidak cepata, tepat dan tanggap adalah 0.5%. uraian secara

rinci dapat disimak dalam tabel 2.19

2.3.7 Kedisiplinan menjaga kebersihan ruang tunggu

Penilaian kedisiplinan dalam menjaga kebersihan ruang tunggu dinyatakan

oleh responden sangat tidak bersih 0,5 %, kurang 5,3%, biasa saja 1,7%, cukup bersih

65%. Sangay bersih 11,5%, uaraian daopat dilihat pada tabel 2.20

2.3.8 Pengguna jasa rawat inap di Puskesmas

Respoden pengguna layanan yang menyatakan tidak perenah dirawat inap

Page 14: Survey Pelayanan Kesehatan Masyarakat - lkts.org Pelayanan Kesehatan Masyarakat.pdf · Dalam perkembangan lebih lanjut, Undang-undang No.22 tahun 1999 ini ... buruknya pelayanan kesehatan,

14

74,5% sedang yang menyatakan pernah diarawat inap sebesar 25,5%, uraian secara

rincian pada tabel 2.21

2.3.9 Kesiagaan dokter jaga

Kesiagaan dokter dinilai oleh responden bahwa dokter jaga selalu tidak ada 2

%, Kadang kadang ada kadang kadang tidak 12,0%, ada ketika dibutuhkan 2,8%, dan

selalu ada 6,9%, tidak tahu 55,4%, data rinci terlihat pada tabel 2.22

2.3.10 Kebersihan Kamar mandi/ WC

Penilaia terhadap kebersihan Kamar mandi/ WC, sebesar 4% responen

menyatakan sangat tidak bersih, 15,8%Kurang bersih, 23,8%Biasa saja, 51, 5% cukup

bersih dan sebesar 5,0%. Menyatakan sangat bersih. Uraian secara lebih lengkap dapat

disimak pada tabel 2.23

2.3.11 Pencahayaan Lampu ruangan di malam hari

Penilaian terhadap pencahayan pada malam hari, ini diperuntukkan bagi

pasien rawat inap dan sasaran penelitian pada Puskesmas yang menyediakan layanan

rawat inap. Reponden yang menyatakan Sangat tidak bersih 1,0%, kurang terang 10,9%,

biasa saja 16,8%, cukup eterang 65,3%, sangat terang 5,9%. Uraian secara lebih lengkap

dapat disimak pada tabel 2.24

2.3.12 Pemeliharaan/ perawatan ruangan di Lingkungan Rawat inap

Pemeliharaan perawatan ruangan di lingkungan rawat inap responden yang

menyatakan sangat tidak terawat 2,0%, kurang terawat 8,9%, biasa aja 23,8%, cukup

dirawat 63,4%, sangat teraat 2,0%. Uraian secara lebih rinci dapat disimak pada tabel

2.25

2.4 Performance Pengelolaan SARPRAS

Penilaian prestasi pengelolaan Sarana dan Prasarana di puskesmas, difokuskan pada

beberapa variabel yakni tingkat kenyamanan konstruksi loket pendaftaran, kelengkapan

fasilitas ruang tunggu yang membuat pengguna puskesmas merasa nyaman ketika harus

menunggu pelayanan atau menunggu keluarga yang sedang sakit, kenyamanan ruang

periksa yang memungkinkan semua pasien tidak ragu untuk mengungkapkan hal-hal

pribadi ketika diperlukan, sampai pada penilaian masalah kelangkapan fasilitas alat medis.

Hasil survey terhadap aspek-skpek tersebut dapat di simak pada uraian berikut ini

Page 15: Survey Pelayanan Kesehatan Masyarakat - lkts.org Pelayanan Kesehatan Masyarakat.pdf · Dalam perkembangan lebih lanjut, Undang-undang No.22 tahun 1999 ini ... buruknya pelayanan kesehatan,

15

2.4.1 Kenyamanan konstruksi Loket Pendaftaran

Kenyaman lokasi maupun konstruksi loket pendaftaran menurut 1 orang laki-

laki dan 4 orang perempuan mengatakan bahwa loket pendatarn sangat tidak nyaman,

kemudian sebesar 10.9% menilai kurang nyaman sedangkan penilaian biasa saja sebesar

15.8%, dan penilaian cukup nyaman sebesar 66,3%, serta 5,0% responden menilai

bahwa konstruksi loket pendataran dianggap sangat nyaman. Secara rinci penilaian warga

terhadap loket pendataran diuraikan dalam table 2..26

2.4.2 Kelengkapan fasilitas ruang tunggu

Perormance puskesmas dilihat dari sisi penyediaan fasilitas ruang tunggu,

sebesar 1,3% responden menilai sangat tidak lengkap, sementara 14,3 %, responden

menilai bahwa fasilitas ruang tunggu kurang lengkap, penilaian biasa saja sebesar 36.8%.

responden yang menilai cukup lengkap sebesar 45.8%, dan sangat lengkap sebesar 2%.

table berikut menguriakan tentang penedapat warga terhadap kelengkapan fasilitas ruang

tunggu.

2.4.3 Tingkat kenyamanan ruang periksa

Dari penilaian 2 responeden perempuan dan 1 responden laki-laki tehadap

kenyamanan kamar periksa, menilai bahwa kamar periksa dinilai sangat tidak nyaman.

Sedangakan Penilaian dari 3 orang perempuan dan 4 orang laki-laki yang lain menilai

bahwa ruang periksa sangat nyaman, kemudian yang menilai cukup nyaman baik laki-laki

maupun perempuan adalah sebesar 64.3%, biasa saja sebesar 21.5%, dan penilaian

kurang nyaman sebesar 11.5%. uraian secara lebih lengkap dapat disimak pada tabel

2.28

2.4.4 Kelengkapan peralatan Medis

Dari sisi performance Kelengkapan Peralatan medis, survey ini membuktikan

bahwa 0,8% reponden menyatakan sangat tidak lengkap, 11,5% menilai kurang lengkap,

21,5% biasa saja serta responen yang menilai cukup lengkap sebesar 64,3%. Dari 400

responden hanya sebanyak 8 orang yang menyatakan bahwa fasilitas peralatan medis

dinilai sangat lengkap. Uraian secara lebih rinci dapat disimak pada tabel 2.29

2.4.5 Kemudahan menemukan tiap ruangan

Penilaian responden terhadap kemudahan menemukan tiap bagian/ruangan,

sebesar 24,5% menilai sangat mudah, 59,0% cukup mudah dan yang menilai biasa saja

Page 16: Survey Pelayanan Kesehatan Masyarakat - lkts.org Pelayanan Kesehatan Masyarakat.pdf · Dalam perkembangan lebih lanjut, Undang-undang No.22 tahun 1999 ini ... buruknya pelayanan kesehatan,

16

10,8%. Uraian secaa lebih lengkap dapat di simak pada tabel 2.30

2.4.6 Ketersediaan air di Kamar Mandi/WC

Penilaian responden terhadap penyediaan air di kamar mandi/WC oleh

petugas puskesmas, sebesar 11,5% menilai bahwa air di kamar mandi/ WC sangat

kurang, sebesar 1,8% menilai kurang tersedia, sebesar 18,3% menilai biasa sadan dan

42,0% menilai cukup tersedia. Sementara yang menilai sangat tersedia/ mencukupi

sebanyak26,5%. Uraian secaa lebih lengkap dapat di simak pada tabel 2.31

2.4.7 Keamanan Tempat Parkir

Penilaian responden terhadap keamanan lingkungan parkir, sebesar2,3%

menilai sangat tidak aman, 10,3% menilai biasa saja, sengkan yang menilai cukup aman

sebesar 31,5%. Pernyataan tentang keamanan lingkungan parkir jika disimak lebih

mendalam bahwa sebanyak 50% responen menilai cukup aman. Sebagian besar (132

orang ), pernyataan cukup aman tersebut adalah pendapat menurut perempuan

sedangkan dari penilaian laki-laki berjumlah 68orang. Uraian secara lebih lengkap dapat

disimak pada tabel 2.27

Page 17: Survey Pelayanan Kesehatan Masyarakat - lkts.org Pelayanan Kesehatan Masyarakat.pdf · Dalam perkembangan lebih lanjut, Undang-undang No.22 tahun 1999 ini ... buruknya pelayanan kesehatan,

17

BAB 3

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI UMUM

3.1 KESIMPULAN

Cita-cita masyarakat yang menginginkan adanya layanan kesehatan pemerintah

yang prima sebagaimana hasil penelitian. Ruang untuk partisipasi masyarakat sudah

saatnya untuk mendapatkan tempat yang lebih besar agar masyarakat tidak takut lagi

dalam menyampaikan usulan, kritik serta pengawasan terhadap layanan kesehatan

pemerintah.

Pelayanan kesehatan pemerintah kabupaten boyolali khususnya di tingkat

puskesmas, sebagain besar (61,5%) digunakan oleh kelompok perempuan dengan usia

rata-rata diatas 56 tahun. Mereka pada umumnya berpendidikan Sekolah dasar (SD) dan

tidak tamat SD. Dari sisi tingkat penghasilan responden diketahui bahwa sebagian besar

(48,8%) pengguna Puskesmas berpendapatan dibawah Rp. 500.000,- setiap bulan.

Sementara pengguna puskesmas yang berpendapatan diatas Rp. 3.000.000 hanya

sebesar (1%).

Alasan utama responden berobat ke puskesmas adalah karena tidak dipungut

biaya, namun sebagian kecil (0,8%) mereka yang dipungut biaya merasa tidak

mendapatkan penjelasan secara lengkap atas biaya yang dipungut oleh Puskesmas. Hal

ini disebabkan karena, rata-rata mereka tidak diberi uraian secara rinci atas biaya yang

mereka bayarkan.

Tugas Puskesmas dalam melayani tindakan Kuratif sesungguhnya hanya

merupakan bagian kecil dari tugas makronya, yakni melakukan tindakan preventif guna

mencegah munculnya berbagai ancaman penyakit di masyarakat. Penilaian warga

terhadap kualitas layanan yang rata-rata mencapai tingkat cukup, dari sederet ranking

yakni { sangat kurang (nilai 1) , kurang (nilai 2), biasa saja (nilai 3), cukup (nilai 4) dan

sangat tidak kurang (nilai 5)}, belum dapat di kategorikan bahwa pretasi tersebut

mencerminkan berkulitasnya pengelolaan Puskesmas secara umum, akan tetapi baru

sebatas pada prestasi tugas Kuratif.

Sebagaimana dibuktikan dalam penelitian ini bahwa sebagai besar (5,8%)

pengguna puskesmas menilai bahwa petugas puskesmas kurang tanggap terhadap

munculnya kasus-kasus penyakit dilingkungan masyarakat, kemudian dari sisi sikap dan

perilaku petugas, sebesar (2%) pengguna puskesmas merasa bahwa mereka sangat tidak

ramah dan sangat tidak sopan dalam memberikan pelayanan kesehatan. damping itu

Page 18: Survey Pelayanan Kesehatan Masyarakat - lkts.org Pelayanan Kesehatan Masyarakat.pdf · Dalam perkembangan lebih lanjut, Undang-undang No.22 tahun 1999 ini ... buruknya pelayanan kesehatan,

18

beberapa fasilitas sarana dan prasarana dinilai sangat tidak nyaman untuk kondisi fisik

pasien maupun kelompok usia tertentu.

3.2 REKOMENDASI

Berdasarkan kesimpulan tersebut diatas maka tim peneliti memberikan rekomendasi-

rekomendasi yang memerlukan penyempurnaan kebijakan serta praktek-praktek

dilapangan, sehingga layanan dasar kesehatan masyarakat dapat lebih ditingkatkan dan

memenuhi kebutuhan masyarakat baik laki-lakimapun perempan. Rekomendasi tersebut

antara lain sebagai berikut:

• Perlu adanya perbaikan dan penambahan sarana dan prasarana seperti ruang

tunggu agar diperlebar dan ada penambahan kursi, peningkatan keamanan dan

tempat parkir agar diberi atap, loket pendaftaran perlu di seting ulag agar lebih

komunikatif dengan pasien, penyediaan TV diruang tunggu dan lain-lain.

• Kedisiplinan petugas dalam memberikan layanan kesehatan perlu ada peningkatan,

terutama ketepan waktu layanan, kecerematan dalam memberikan layanan medis,

dan tidak ada diskriminasi dalam memberikan layanan kesehatan khususnya bagi

warga yang menggunakan karetu ASKESKIN.

• Kebersihan lingkungan terutama di sekitar MCK harus mendapatkan perhatian

lebih, serta tersedianya air di Kamar mandi dalam jumlah yang mencupi sepanjng

waktu.

• Akses informasi terutama dalam pemungutan biaya semestinya harus dilakukan

sesuai peraturan yang ada. Transpansi lebih menekankan pada soal kejelasan dan

tidak hanya sekedar nilai nominalnya. Puskesmas sebagai pelayan publik paling

dekat dengan warga, disamping dituntut menjadi contoh dalam hal pemeliharaan

kesehatan fisik tentu juga dituntut untuk memberikan contoh dalam pemeliharaan

kesehatan non fisik (mental) melalui pemberian informasi secara jelas khusunya

dalam hal pemungutan dana.

• Mengingat bahwa survey yang dilakukan forum LSM ini masih sebatas performance

layanan Kuratif, Peningkatan keramahan petugas dalam memberikan pelayanan

kesehatan harus ditingkatkan hingga mencapai performance pelayanan yang sangat

memuaskan. Pencapaian pretasi pada tingkat Cukup pada hampir semua variabel

diharapkan dapat memicu petugas puskesmas untuk mencapai performance yang

paling atas, yakni memuaskan warga di semua ditingkatan kelas sosial baik laki-laki

maupun perempuan.