faktor-faktor yang memengaruhi kemauan masyarkat...

26
Faktor-faktor yang Memengaruhi Kemauan Masyarkat Membayar Iuran Jaminan Kesehatan di Kabupaten Hulu Sungai Selatan Elmamy Handayani, 1 Sharon Gondodiputro 2 ,Avip Saefullah 3 1 Mahasiswa IKM Unpad, 2 IKM FK Unpad, 3 FKG Unpad ABSTRAK Adanya fenomena kenaikan Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBD) Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) untuk Program Jaminan Kesehatan Daerah/Jamkesda, menyebabkan beban APBD yang terus meningkat setiap tahun dan mengancam keberlangsungan program. Hasil analisis data yang ada menunjukkan, salah satu penyebabnya karena belum adanya peran serta masyarakat dalam membayar iuran Jamkesda. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini dilakukan, dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang memengaruhi kemauan masyarakat untuk membayar iuran jaminan kesehatan di Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Metode yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan desain potong lintang, melalui survei. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik multistage proportional random sampling. Penentuan besar sampel menggunakan teknik role of thumb, unit sampel adalah kepala keluarga atau istri kepala keluarga berjumlah 142 orang. Data dianalisis secara deskriftif, dilanjutkan dengan analisis multivariabel dengan regresi logistik. Sebanyak 76,8% responden menyatakan kesediaan mereka untuk membayar iuran jaminan kesehatan. Nilai WTP terkecil adalah Rp.2000,- dan terbesar Rp.25.000,-, WTP rata-rata Rp.7402,-. Rata-rata nilai ATP Rp.108.270,- , nilai terkecil Rp.10.000,- dan terbesar Rp.800.000,- Berdasarkan analisis multivariabel, variabel yang secara simultan memiliki pengaruh sifnifikan dengan WTP adalah kemampuan membayar, dan adanya tabungan untuk biaya pelayanan kesehatan. Responden dengan kemampuan membayar ≥Rp.88.500,- memiliki kecenderungan WTP lebih besar dibanding responden dengan kemampuan membayar <Rp.88.500,-. Responden yang memiliki tabungan untuk biaya pelayanan kesehatan cenderung memiliki WTP lebih besar dibanding yang tidak memiliki tabungan. Responden dengan ATP≥Rp.88.500,- , memiliki pendapatan rata-rata yang lebih besar dibanding responden dengan ATP<Rp.88.500,-, kebutuhan dasar mereka relatif telah terpenuhi, sehingga kebutuhan akan jaminan kesehatan muncul. Responden yang memiliki tabungan memiliki kontrol diri yang baik, dan perasaan tidak suka dengan risiko, sehingga berupaya menyediakan cadangan dana untuk menghadapi kemungkinan sakit di masa yang akan datang. Hal ini sejalan konsep jaminan kesehatan, yakni penjaminan terhadap risiko. Implikasi kebijakan bagi pemerintah daerah adalah, terus mengupayakan peningkatan pendapatan dan menggalakkan kebiasaan menabung masyarakat. Rekomendasi kebijakannya adalah, perubahan terhadap Peraturan Daerah Nomor 01 Tahun 2008, dalam rangka pengurangan subsidi untuk iuran Jamkesda dan kewajiban membayar iuran bagi masyarakt mampu, dengan mempertimbangkan kemampuan APBD, ATP dan WTP masyarakat. Kata kunci: kemauan membayar, iuran jaminan kesehatan

Upload: hoangthuy

Post on 02-Feb-2018

239 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Faktor-faktor yang Memengaruhi Kemauan Masyarkat …pustaka.unpad.ac.id/.../pustaka_unpad...masyarakat.pdf · rendahnya cakupan jaminan kesehatan bagi masyarakat, ... penduduk Kab.HSS

Faktor-faktor yang Memengaruhi Kemauan Masyarkat Membayar

Iuran Jaminan Kesehatan

di Kabupaten Hulu Sungai Selatan

Elmamy Handayani,1 Sharon Gondodiputro

2,Avip Saefullah

3

1Mahasiswa IKM Unpad,

2IKM FK Unpad,

3FKG Unpad

ABSTRAK

Adanya fenomena kenaikan Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBD) Pemerintah Kabupaten

Hulu Sungai Selatan (HSS) untuk Program Jaminan Kesehatan Daerah/Jamkesda, menyebabkan

beban APBD yang terus meningkat setiap tahun dan mengancam keberlangsungan program. Hasil

analisis data yang ada menunjukkan, salah satu penyebabnya karena belum adanya peran serta

masyarakat dalam membayar iuran Jamkesda. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini dilakukan,

dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang memengaruhi kemauan masyarakat

untuk membayar iuran jaminan kesehatan di Kabupaten Hulu Sungai Selatan.

Metode yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan desain potong lintang, melalui

survei. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik multistage proportional random sampling.

Penentuan besar sampel menggunakan teknik role of thumb, unit sampel adalah kepala keluarga atau

istri kepala keluarga berjumlah 142 orang. Data dianalisis secara deskriftif, dilanjutkan dengan

analisis multivariabel dengan regresi logistik.

Sebanyak 76,8% responden menyatakan kesediaan mereka untuk membayar iuran jaminan

kesehatan. Nilai WTP terkecil adalah Rp.2000,- dan terbesar Rp.25.000,-, WTP rata-rata Rp.7402,-.

Rata-rata nilai ATP Rp.108.270,- , nilai terkecil Rp.10.000,- dan terbesar Rp.800.000,- Berdasarkan

analisis multivariabel, variabel yang secara simultan memiliki pengaruh sifnifikan dengan WTP

adalah kemampuan membayar, dan adanya tabungan untuk biaya pelayanan kesehatan. Responden

dengan kemampuan membayar ≥Rp.88.500,- memiliki kecenderungan WTP lebih besar dibanding

responden dengan kemampuan membayar <Rp.88.500,-. Responden yang memiliki tabungan untuk

biaya pelayanan kesehatan cenderung memiliki WTP lebih besar dibanding yang tidak memiliki

tabungan.

Responden dengan ATP≥Rp.88.500,- , memiliki pendapatan rata-rata yang lebih besar

dibanding responden dengan ATP<Rp.88.500,-, kebutuhan dasar mereka relatif telah terpenuhi,

sehingga kebutuhan akan jaminan kesehatan muncul. Responden yang memiliki tabungan memiliki

kontrol diri yang baik, dan perasaan tidak suka dengan risiko, sehingga berupaya menyediakan

cadangan dana untuk menghadapi kemungkinan sakit di masa yang akan datang. Hal ini sejalan

konsep jaminan kesehatan, yakni penjaminan terhadap risiko. Implikasi kebijakan bagi pemerintah

daerah adalah, terus mengupayakan peningkatan pendapatan dan menggalakkan kebiasaan menabung

masyarakat. Rekomendasi kebijakannya adalah, perubahan terhadap Peraturan Daerah Nomor 01

Tahun 2008, dalam rangka pengurangan subsidi untuk iuran Jamkesda dan kewajiban membayar iuran

bagi masyarakt mampu, dengan mempertimbangkan kemampuan APBD, ATP dan WTP masyarakat.

Kata kunci: kemauan membayar, iuran jaminan kesehatan

Page 2: Faktor-faktor yang Memengaruhi Kemauan Masyarkat …pustaka.unpad.ac.id/.../pustaka_unpad...masyarakat.pdf · rendahnya cakupan jaminan kesehatan bagi masyarakat, ... penduduk Kab.HSS

ABSTRACT

Increasing in financial necessity for Local Health Insurance (LHI) in Hulu Sungai Selatan

(HSS) regency, becomes high burden for local government financial and treath the program’s

sustainability. Data analysis show, one of the reasons is the absence of premium payment from

LHI’s members. This research based on that phenomenon. The objective is to explore factors

influence the peoples’s willingness to pay for health insurance premium in HSS regency.

Research was designed quantitatif, cross sectional by survey. Sampling methode was multistage

proportional random sampling, and sampling unit was householder or his wife. Sampling size

determine by role of thumb technic.There were 142 respondents selected proportionally from selected

locations. Data analyze descriptively and statistically by logistic regression.

The result shows, 76,8% respondents have willingness to pay for health insurance premium.

Minimum WTP is Rp.2000,- and maximum WTP is Rp.25.000,-, Average WTP is Rp.7402,-. Average

ATP is Rp.108.270,- minimum ATP is Rp.10.000,- and maximum ATP is Rp.800.000,-. Logistic

regression shows ATP and health service saving determine significantly to WTP. Respondents having

ATP≥ Rp.88.500,- and health service saving inclined have positive WTP.

Respondents with ATP≥ Rp.88.500,- having bigger income than the ones with ATP<Rp.88.500,-

. They capable to pay for health insurance premium. Respondents who have health service saving,

acustomed to prepare some fund for health service. Policy implication are increasing family income

dan encouraging saving habit. Policy recommendation for local government are decrease subsidize

for insurance premium and premium payment obligation by concidering local government financial

ability, and people’s ATP and WTP.

Keywords: willingness to pay, health insurance premium

Page 3: Faktor-faktor yang Memengaruhi Kemauan Masyarkat …pustaka.unpad.ac.id/.../pustaka_unpad...masyarakat.pdf · rendahnya cakupan jaminan kesehatan bagi masyarakat, ... penduduk Kab.HSS

Pendahuluan

Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (UU

SJSN), merupakan kebijakan untuk memenuhi hak setiap warga negara agar bisa hidup

layak dan bermartabat menuju tercapainya tingkat kesejahteraan yang diharapkan. Hal ini

sesuai dengan pengertian jaminan sosial, yang diartikan sebagai perlindungan yang

dirancang oleh pemerintah, untuk melindungi warga negara terhadap risiko kematian,

kesehatan, pengangguran, pensiun, kemiskinan, dan kondisi pekerjaan yang tidak layak.1

Jaminan kesehatan dalam SJSN, diselenggarakan dengan prinsip asuransi sosial, yang

menghendaki adanya peran serta masyarakat dalam bentuk pembayaran iuran jaminan

kesehatan secara adil berdasarkan kemampuan finansial peserta. Pemerintah berkomitmen

untuk menyelenggarakan jaminan kesehatan ini di seluruh Indonesia, mengingat masih

rendahnya cakupan jaminan kesehatan bagi masyarakat, berdasarkan penelitian yang

dilakukan Tim DJSN terhadap tenaga kerja sektor informal, yang memperlihatkan, 87%

pekerja mengetahui adanya Jamsostek, hanya 4% pekerja yang menjadi peserta.10

Hasil

studi yang dilakukan Hasbullah Thabrany memperlihatkan kondisi yang sama, yakni, lebih

dari 70% pendanaan kesehatan berasal dari rumah tangga (out of pocket).4

Menurut laporan dari Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan (P2JK), Kementrian

Kesehatan Tahun 2010, kepemilikan jaminan kesehatan penduduk Indonesia, terutama

dengan adanya Jamkesmas dan Jamkesda, telah meningkat menjadi 60,24%. Proporsi

cakupan kepesertaan Jamkesmas sebesar 53,7%, dan Jamkesda 22,6%.5

Terdapat 335

Kabupaten/Kota atau 67,4% dari 497 kabupaten/kota di Indonesia yang telah memiliki

program Jamkesda.5

Data dari DJSN menunjukkan, 11,3 juta penduduk terlindungi oleh

program ini.11

(11) Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa peran pemerintah daerah

cukup besar dalam perluasan kepesertaan jaminan kesehatan, melalui Jamkesda.

Jamkesda di Kabupaten Hulu Sungai Selatan/Kab.HSS, telah dilaksanakan sejak tahun

2008, bedasarkan Peraturan Daerah Nomor 01. Tahun 2008. Peserta Jamkesda adalah

penduduk Kab.HSS yang belum memiliki jaminan kesehatan, dengan subsidi premi penuh

sebesar Rp.60.000,. perkapita pertahun. Kebutuhan dana untuk subsidi premi peserta

meningkat setiap tahun dan dikhawatirkan mengancam keberlangsungan program.

Dari telaah dokumen, yakni, Peraturan Daerah No. 01 Tahun 2008, profil dan petunjuk

teknis Jamkesda Tahun 2011, serta informasi dari petugas di Unit Pelaksana Teknis Daerah

(UPTD) Jamkesda, ditemukan beberapa kelemahan pelaksanaan jamkesda, seperti; (1) tidak

Page 4: Faktor-faktor yang Memengaruhi Kemauan Masyarkat …pustaka.unpad.ac.id/.../pustaka_unpad...masyarakat.pdf · rendahnya cakupan jaminan kesehatan bagi masyarakat, ... penduduk Kab.HSS

adanya iuran peserta sehingga anggaran dari pemerintah daerah selalu bertambah; (2)

terbatasnya portabilitas karena jamkesda hanya berlaku di wilayah Kab.HSS; (3) masih

besarnya cost sharing, khususnya untuk pelayanan di rumah sakit; (4) belum diketahuinya

ATP dan WTP masyarakat untuk membayar iuran jaminan kesehatan; dan, (5) belum

diketahui berapa besaran premi yang sebenarnya.

Adanya lima kelemahan tersebut, diprediksi program jamkesda di Kab.HSS akan

membutuhkan dana yang terus meningkat di masa yang akan datang, seiring dengan

pertambahan jumlah penduduk, inflasi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di

bidang kedokteran serta perubahan pola penyakit.

Berdasarkan kajian terhadap fenomena kenaikan APBD ini, peneliti mengasumsikan,

salah satu penyebabnya karena belum adanya kontribusi masyarakat untuk membayar iuran

jaminan kesehatan.

Dengan latar belakang dan fenomena di atas, ditetapkan rumusan penelitian dalam

pertanyaan penelitian sebagai berikut :

Apakah ada hubungan secara simultan antara ATP, karakteristik individu dan keluarga

(umur, jenis kelamin, pekerjaan, status perkawinan, jumlah angota keluarga, adanya

balita/lansia), kasus katastropik, pengalaman kesakitan dan kematian, dan jenis jaminan

kesehatan yang dimiliki dengan WTP untuk iuran jaminan kesehatan di Kab.HSS ?

Berdasarkan rumusan penelitian yang ada, maka tujuan penelitian adalah untuk:

Menganalisis hubungan secara simultan antara ATP, karakteristik individu dan keluarga,

adanya kasus katastropik, pengalaman kesakitan & kematian, dan jenis jamkes yang dimiliki

dengan WTP iuran jamkes di Kab.HSS.

Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

Kerangka Pemikiran dalam penelitian ini adalah;

Page 5: Faktor-faktor yang Memengaruhi Kemauan Masyarkat …pustaka.unpad.ac.id/.../pustaka_unpad...masyarakat.pdf · rendahnya cakupan jaminan kesehatan bagi masyarakat, ... penduduk Kab.HSS

Karakteristik responden:

Bagan 3.2 Kerangka Pemikiran

Hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:

Ada hubungan secara simultan antara ATP, karakteristik individu dan keluarga, adanya

kasus katastropik, pengalaman kesakitan dan kematian dan jenis jaminan kesehatan yang

dimiliki dengan WTP untuk iuran jaminan kesehatan di Kab.HSS.

Subjek dan Metode Penelitian

Subjek penelitian adalah manusia, dalam hal ini kepala keluarga atau istri kepala

keluarga, yang dipilih secara acak dari seluruh kepala keluarga yang terdaftar dalam register

kependudukan di desa/kelurahan tersebut. Populasi target adalah seluruh kepala keluarga atau

istri kepaa keluarga di Kab.HSS. Populasi terjangkau, adalah seluruh kepala keluarga yang

bertempat tinggal di desa/kelurahan yang menjadi lokasi penelitian pada bulan Januari

2013.

Penetapan sampel dilakukan dengan teknik multistage proportionala random sampling,

besarnya ditentukan dengan teknik role of thumb, sebesar 142 responden. Kriteria inklusi

adalah, kepala keluarga atau istri dari kepala keluarga, yang bersedia ikut serta dalam

penelitian dan menandatangani formulir informed concent , terdaftar sebagai peserta

Jamkesda, atau tidak memiliki jaminan kesehatan, bukan peserta Jamkesmas, Askes,

ATP iuran jaminan kesehatan :

Persentase pengeluaran, atau

Konversi belanja rokok, sirih dan

kesehatan

jenis kelamin

WTP Iuran Jaminan

Kesehatan

status

perkawinan

umur

jumlah anggota

keluarga

adanya balita/

lansia

Pengalaman

kesakitan &

kematian:

jenis jamkes

kasus

katastropik

pendidikan

Tabungan untuk

biaya yankes

Page 6: Faktor-faktor yang Memengaruhi Kemauan Masyarkat …pustaka.unpad.ac.id/.../pustaka_unpad...masyarakat.pdf · rendahnya cakupan jaminan kesehatan bagi masyarakat, ... penduduk Kab.HSS

Jamsostek, maupun Asabri. Kriteria eksklusi adalah kepala keluarga atau istri dari kepala

keluarga yang tidak berada di tempat saat survey dilakukan.

Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif, desainnya potong lintang melalui

survei. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, yang telah diuji validitas dan

reliabilitasnya. Untuk menggali besaranya nilai WTP digunakan teknik lelang/bidding

sederhana dengan 3 tahapan seperti Bagan 3.1. Besaran iuran pada tawaran pertama (starting

point) sebesar Rp.88.500,- perjiwa perbulan. Iuran sebesar ini, didasarkan pada perhitungan

besaran premi untuk skema asuransi Kota Bandung Tahun 2011 sebesar Rp.55.789,- perjiwa

per bulan (tanpa memperhitungkan biaya skreening, deteksi dini, biaya investasi dan

operasional).41

Besaran iuran tersebut kemudian disesuaikan dengan daya beli masyarakat di

Kab.HSS.

,(32),(34, 36, 38) WTP iuran jamkes

pertanyaan terbuka Rp. Rp.88.500,-

Rp.44.250 Rp.177.000

tidak bersedia

bersedia pertanyaan terbuka Rp.66.375 Rp.100.000 pertanyaan terbuka

tidak

bersedia pertanyaan terbuka

Bagan 3.1. Tahapan Bidding WTP Iuran Jamkes

Identifikasi Variabel

Terdapat 11 variabel bebas bebas pada penelitian ini yakni,k emampuan membayar iuran

jaminan kesehatan/ATP, karakteristik individu dan keluarga, dengan sub variabel, usia, jenis

kelamin, pendidikan, status perkawinan, jumlah anggota keluarga, dan adanya balita atau

lansia, adanya kasus penyakit katastropik, pengalaman kesakitan dan kematian, jenis jaminan

kesehatan yang dimiliki, adanya tabungan untuk biaya pelayanan kesehatan

Variabel terikat adalah kemauan membayar iuran jaminan kesehatan/WTP, dinyatakan

dalam bentuk kesediaan responden untuk membayar iuran jaminan kesehatan.

tidak bersedia bersedia

bersedia tidak bersedia

bersedia tidak bersedia

Page 7: Faktor-faktor yang Memengaruhi Kemauan Masyarkat …pustaka.unpad.ac.id/.../pustaka_unpad...masyarakat.pdf · rendahnya cakupan jaminan kesehatan bagi masyarakat, ... penduduk Kab.HSS

Analisis

Analisis dilakukan secara deskriftive dan analisis multivariabel dengan regresi logistik.

Signifikansi pengaruh dilihat dari nilai p. Nilai <0,05 berarti ada pengaruh signifikan antara

variabel bebas dengan variabel terikat dan sebaliknya jika nilai p>0,05.50

Hasil Penelitian

Penelitian tentang faktor-faktor yang memengaruhi kemauan masyarakat membayar

iuran jaminan kesehatan di Kabupaten HSS telah dilakukan dengan jumlah sampel sebanyak

170 responden. Dari jumlah tersebut 28 diantaranya tidak diikutsertakan dalam analisis

karena kuesioner yang tidak lengkap dan kesalahan sasaran, sehingga tersisa 142 responden.

Adapun hasilnya adalah sebagai berikut:

1) Distribusi responden berdasarkan ATP

Dari 142 responden, diperoleh gambaran kisaran pendapatan keluarga perbulan, sebesar

Rp.200.000,- sampai Rp.6.000.000,-, rata-rata Rp.1.705.986,-perkeluarga perbulan dan

median sebesar Rp.1.600.000,- perkeluarga perbulan. Pendapatan perkapita dapat diketahui

dengan membagi pendapatan dengan jumlah anggota keluarga. Diperoleh rata-rata

pendapatan perkapita perbulan sebesar Rp.309.535,- median Rp.320.834,- dengan

pendapatan perkapita terendah sebesar Rp.1.248.000,- dan tertinggi Rp.2.000.000,-. Menurut

BPS, batas garis kemiskinan berdasarkan pendapatan perkapita Tahun 2012 sebesar

Rp.259.520,- perkapita perbulan. Dibandingkan dengan batas tersebut maka, 47,9 %

responden memiliki pendapatan perkapita di bawah garis kemiskinan.

Pengeluaran keluarga, dibagi menjadi dua kelompok besar, yakni pengeluaran untuk

makanan dan pengeluaran bukan makanan. Pengeluaran keluarga untuk kesehatan, termasuk

dalam kelompok pengeluaran bukan makanan, sedangkan pengeluaran untuk rokok, sirih dan

tembakau tergabung dalam kelompok pengeluaran makanan. Hasil penelitian menunjukkan

pengeluaran keluarga untuk makanan lebih besar dibanding pengeluaran bukan makanan.

Belanja makanan berkisar dari Rp.126.000,- hingga Rp.3.024.000,- perbulan, dan median

Rp.988.000,- perbulan. Belanja bukan makanan berkisar dari Rp.5000,-hingga

Rp.2.211.000,- perbulan dengan median Rp.230.833,- perbulan.

ATP responden dinilai dari konversi belanja rumah tangga untuk rokok dan kesehatan,

sedangkan pengeluaran untuk sirih dan tembakau tidak ditemukan pada penelitian ini.

Sebanyak 61 oresponden atau 43% , memiliki pengeluaran untuk rokok, berkisar dari

Rp.40.000 dan terbesar Rp.800.000,- per keluarga perbulan. Belanja untuk kesehatan

Page 8: Faktor-faktor yang Memengaruhi Kemauan Masyarkat …pustaka.unpad.ac.id/.../pustaka_unpad...masyarakat.pdf · rendahnya cakupan jaminan kesehatan bagi masyarakat, ... penduduk Kab.HSS

terdapat pada 94 responden atau 66,2%, dengan jumlah terkecil Rp.10.000,- dan terbesar

Rp.200.000,- perkeluarga perbulan. Hasil yang lebih rinci tampak pada Tabel 4.1

Tabel 4.1 Distribusi Responden berdasarkan ATP (Rp./keluarga/bulan)

ATP Jumlah

(%)

Minimal-Maksimal/

Rata-rata/

median/SD

< 20.000

20.000-50.000

50.100-80.000

80.100-110.000

110.100-140.000

140.100-170.000

170.100-200.000

200.100-230.000

230.100-260.000

260.100-290.000

290.100-320.000

320.100-350.000

> 350.000

37 (26,1)

53 (37,3)

2 (1,4)

2 (1,4)

5 (3,5)

7 (4,9)

7 (4,9)

11 (7,7)

4 (2,8)

2 (1,4)

2 (1,4)

0 (0)

11(7,7)

10.000- 800.000

Mean=108.270

Median= 42.000

SD=Rp.145.366

142 (100)

2) Distribusi Responden berdasarkan Karakteristik

Dari 142 responden, didapatkan sebaran karakteristik responden seperti tampak pada

Tabel 4.2. Sebagian besar responden adalah laki-laki, berusia rata-rata 41,21 tahun, dengan

tingkat pendidikan terbanyak SD (tamat/tidak tamat), status telah menikah, rata-rata jumlah

anggota keluarga 4 orang, dan 62 % keluarga tidak memiliki balita ataupun lansia di dalam

rumah. Sebagian besar responden memiliki pekerjaan utama sebagai petani.

Page 9: Faktor-faktor yang Memengaruhi Kemauan Masyarkat …pustaka.unpad.ac.id/.../pustaka_unpad...masyarakat.pdf · rendahnya cakupan jaminan kesehatan bagi masyarakat, ... penduduk Kab.HSS

Tabel 4.2 Distribusi Responden berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan,

Status Perkawinan, Pekerjaan, Jumlah Anggota Keluarga,

Adanya Balita/Lansia

3) Distribusi Responden berdasarkan Pengalaman Kesakitan dan Kematian

Dari 142 responden 20 di antaranya menyatakan ada anggota keluarganya yang

menderita sakit, seperti demam, batuk, dan flu dalam 3 bulan terakhir. Satu tahun terakhir, 8

responden memiliki anggota keluarga dengan penyakit kronis, seperti, reumatik, asam urat

dan TB paru. Lima dari 142 responden anggota keluarganya pernah dirawat inap karena

berbagai penyakit. Sebanyak, 10 responden menyatakan, ada ibu melahirkan dalam anggota

keluarga mereka dalam satu tahun terakhir. Item terakhir untuk menilai variabel ini adalah

adanya kematian karena sakit, hasilnya, 4 responden, pernah mengalami kematian anggota

keluarganya karena sakit dalam satu tahun terakhir.

Variabel Jumlah persentase Minimal-Maksimal/

Rata-rata/

median/modus/SD

Umur;

15-24

25-34

35-44

45-54

≥ 55

Jenis kelamin;

Laki-laki

Perempuan

Tingkat Pendidikan;

SD (tamat/tidak) SLTP

SLTA

PT

Status Perkawinan;

Menikah

Janda/duda

Belum menikah

Pekerjaan;

Karyawan swasta

Pedagang

Petani/nelayan

Buruh

Lainnya

Jumlah Anggota Keluarga

1 orang

2-4 orang

5-7 orang

> 7 orang

Adanya Balita/lansia

Ada

Tidak ada

19

32

37

27

27

87

55

79

34

16

9

113

22

7

3

23

83

9

24

18

101

20

3

54

88

13,4

22,5

26,1

19,0

19,0

61,3

38,7

55,6

23,9

11,3

6,3

79,6

15,5

4,9

2,1

16,2

58,5

6,3

16,9

12,7

71,1

14,1

2,1

38,0

62,0

18-75 tahun

Mean=41,21 tahun

Median=40 tahun

SD=13,7 tahun

-

-

-

-

Mean 3,52

Minimal 1, maksimal 8

Median= 3 orang

-

Page 10: Faktor-faktor yang Memengaruhi Kemauan Masyarkat …pustaka.unpad.ac.id/.../pustaka_unpad...masyarakat.pdf · rendahnya cakupan jaminan kesehatan bagi masyarakat, ... penduduk Kab.HSS

4) Distribusi Responden berdasarkan Kepemilikan Jaminan Kesehatan

Sebagian besar responden adalah peserta Jamkesda, kemudian disusul peserta Askes.

Persentase responden yang tidak memiliki jaminan kesehatan cukup besar, yakni 16,9%,

meskipun pemerintah kabupaten telah melaksanakan program Jamkesda secara gratis bagi

seluruh penduduk.

5) Distribusi Responden berdasarkan Adanya Tabungan untuk Biaya Pelayanan Kesehatan

Sebagian besar responden tidak memiliki tabungan kesehatan, hanya 16,2% yang

memilikinya, baik dalam bentuk uang, perhiasan maupun aset yang bisa dijual/digadaikan

saat memerlukan pembiayaan kesehatan.

6 ) Distribusi Responden berdasarkan WTP Iuran Jaminan Kesehatan

Berdasarkan WTP, responden terdistribusi menjadi, yang bersedia membayar iuran

jaminan kesehatan (WTP positif), dan tidak bersedia membayar iuran jaminan kesehatan

(WTP negatif). Sebanyak 109 (76,8%) responden menyatakan bersedia membayar iuran

(WTP Positif), dan 33(23,2%) tidak bersedia membayar (WTP Negatif).

Responden selanjutnya diminta memberikan alasan mereka bersedia atau tidak

bersedia membayar iuran jaminan kesehatan. Sebagian besar responden dengan WTP positif,

memberikan alasan bahwa jaminan kesehatan itu penting dan mereka perlukan, dan bahwa

jaminan kesehatan diperlukan untuk mendapatkan pengobatan secara gratis. Responden

dengan WTP negatif sebagian besar beralasan, bahwa jaminan kesehatan adalah tanggung

jawab pemerintah secara penuh, sehingga penduduk seharusnya mendapatkannya secara

gratis. Alasan lain yang juga dominan adalah responden merasa tidak akan mampu membayar

iuran, karena pendapatan yang minim.

Responden dengan WTP positif, digali nilai WTPnya, dengan teknik lelang, sebanyak 3

tahap. Penawaran tahap pertama dengan nilai Rp.88.500,- perkapita perbulan, tidak ada

satupun responden yang bersedia membayar. Ketidak mampuan membayar menjadi alasan

utama. Pada penawaran tahap kedua, nilai WTP diturunkan setengahnya, menjadi

Rp.44.250,-. Hasilnya tetap sama, tidak ada satupun responden yang bersedia membayar.

Tahapan terakhir, proses lelang adalah dengan pertanyaan terbuka. Responden diminta

menyebutkan berapa nilai WTP maksimal yang bersedia mereka bayarkan. Sebagian besar

responden memberikan nilai WTP maksimal sebesar Rp.5.000,- , rata-rata Rp.7402,-, dengan

standar deviasi Rp.4629,- dan median Rp 5.000,-. Nilai WTP terkecil adalah Rp.2000,- dan

terbesar Rp.25.000,- per jiwa per bulan. Dari penawaran pertama sampai terakhir, terlihat

bahwa kemampuan membayar menjadi pertimbangan utama responden dalam menentukan

besarnya iuran yang bersedia mereka bayarkan. Hasilnya tampak pada Tabel 4.3.

Page 11: Faktor-faktor yang Memengaruhi Kemauan Masyarkat …pustaka.unpad.ac.id/.../pustaka_unpad...masyarakat.pdf · rendahnya cakupan jaminan kesehatan bagi masyarakat, ... penduduk Kab.HSS

Tabel 4.3 Nilai WTP Iuran Jaminan Kesehatan, pada Tahap Terakhir

(perkapita perbulan)

Analisis Multivariabel

Hasil analisis membuktikan hanya dua variabel bebas yang secara statistik

berhubungan dengan WTP untuk iuran jaminan kesehatan. Kedua varibel tersebut adalah

ATP ≥Rp.88.500,- dengan nilai p= 0,002, dan variabel adanya tabungan untuk biaya

pelayanan kesehatanan dengan nilai p=0,035. Hasil lengkap tampak pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Hasil Analisis Multivariabel

Variabel Koefisien

β

SE Nilai

p

OR

95% CI

Perempuan 0.746 0.488 0.126 2.109 (0.811- 5.486)

Menikah/pernah

menikah

0.476 0.999 0.634 1.610 (0.227- 11.420)

Umur< 55 tahun 0.914 0.561 0.103 2.495 (0.830- 7.498)

Adanya balita/lansia 0.269 0.516 0.603 1.308 (0.476- 3.599)

Jumlah anggota

keluarga ≤ 4 orang

-1.029 0.921 0.264 0.358 (0.059- 2.173)

Tidak memiliki

tabungan untuk biaya

yankes

-2.368 1.123 0.035 0.094 (0.010- 0.846)

Tingkat Pendidikan

SLTA/PT

1.341 0.833 0.107 3.825 (0.747- 19.576)

Punya Pengalaman

kesakitan/kematian

-0.461 0.481 0.338 0.631 (0.246- 1.619)

ATP ≥ median 2.006 0.640 0.002 7.431 (2.121- 26.039)

Memiliki jaminan

kesehatan

0.521 0.628 0.406 1.684 (0.492- 5.768)

Konstanta 1.807

Dari nilai OR/odds ratio terlihat bahwa, responden yang memiliki ATP≥Rp.88.500,-,

memiliki kemungkinan untuk bersedia membayar iuran jaminan kesehatan 7,4 kali lebih

Nilai WTP Jumlah %

2000

5000

<5000

10.000

<10.000

15.000

20.000

25.000

1

50

24

21

1

8

2

2

0,9

45,9

22,0

19,3

0,9

7,3

1,8

1,8

jumlah 109 100

Page 12: Faktor-faktor yang Memengaruhi Kemauan Masyarkat …pustaka.unpad.ac.id/.../pustaka_unpad...masyarakat.pdf · rendahnya cakupan jaminan kesehatan bagi masyarakat, ... penduduk Kab.HSS

besar dibanding responden yang, yang memiliki ATP<Rp.88.500,-. Tidak memiliki tabungan

untuk pelayanan kesehatan, menurunkan peluang responden, sekitar 99%, untuk bersedia

membayar iuran jaminan kesehatan, dibandingkan responden yang memiliki tabungan.

Pengujian Hipotesis

Berdasarkan hasil analisis statistik multivariabel, hipotesis penelitian ini tidak terbukti.

Tidak terdapat pengaruh secara simultan antara ATP, karakteristik individu dan keluarga

(umur, jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga,

adanya balita dan lansia), pengalaman kesakitan dan kematian, jenis jaminan kesehatan yang

dimiliki dan adanya tabungan untuk biaya pelayanan kesehatan dengan WTP untuk iuran

jaminan kesehatan di Kab.HSS.

Hasil analisis statistik dengan regresi logistik, menunjukkan, hanya ATP dan tabungan

untuk biaya pelayanan kesehatan yang memiliki pengaruh signifikan dengan WTP. Berarti

Ho diterima, dan Ha tolak.

Pembahasan

ATP Iuran Jaminan Kesehatan

Hasil penelitian menunjukkan, 50(35,2%) responden memiliki ATP≥Rp.88.500,-,

dengan pendapatan rata-rata Rp.1.888.000,- perkeluarga perbulan. Nilai ini lebih tinggi

dibanding rata-rata pendapatan responden dengan ATP< Rp.88.500,- yakni sebesar

Rp.1.592.935,- perkeluarga perbulan. Bisa dikatakan bahwa, semakin besar pendapatan

keluarga, ATP cenderung semakin besar.

Berdasarkan pendapatan, 47,9% responden atau sekitar 89.789 jiwa, memiliki

pendapatan per kapita perbulan dibawah garis kemiskinan, yang ditetapkan BPS yakni

sebesar Rp.259.520,- perkapita perbulan. Mereka adalah kelompok masyarakat miskin di luar

kuota Jamkesmas, yang layak mendapatkan subsidi iuran jaminan kesehatan dari pemerintah

daerah.

Program Jamkesda Kab.HSS yang mulai dilaksanakan Tahun 2005, diselenggarakan

dengan kewajiban membayar iuran dari pesertanya sebesar Rp.85.000,- perkeluarga

pertahun.9 Sejak Tahun 2008, berdasarkan Perda Nomor 01 Tahun 2008, kewajiban

membayar iuran Jamkesda dihilangkan. Pemerintah daerah diwajibkan membayar iuran

seluruh peserta Jamkeda sebesar Rp.5000,- perkapita perbulan, atau Rp.60.000,- perkapita

pertahun. Tahun 2011, jumlah peserta Jamkesda adalah 187.451 jiwa. Subsidi pemerintah

untuk jumlah peserta sebesar itu sekitar Rp.11,2 milyar pertahun.23

Page 13: Faktor-faktor yang Memengaruhi Kemauan Masyarkat …pustaka.unpad.ac.id/.../pustaka_unpad...masyarakat.pdf · rendahnya cakupan jaminan kesehatan bagi masyarakat, ... penduduk Kab.HSS

Hasil penelitian membuktikan 73,9% responden memiliki ATP ≥Rp.20.000,-

perkeluarga perbulan. Berdasarkan nilai ATP tersebut, sebagian besar responden mampu

membayar iuran Jamkesda untuk 4 orang anggota keluarga. Implikasinya adalah,

pemerintah daerah bisa melakukan pengurangan subsidi iuran Jamkesda, apabila 73,9%

pesertanya (138.526 jiwa) diwajibkan membayar iuran. Subsidi iuran Jamkesda bisa

dikurangi sekitar Rp.692.630.000,- perbulan atau sekitar Rp.8,3 milyar pertahun.

Dibandingkan dengan perhitungan besaran iuran jaminan kesehatan Kota Bandung,

sebesar Rp.55.789,- perkapita perbulan (Rp.223.156,- perkeluarga perbulan, untuk 4 anggota

keluarga), maka sebagian besar responden tidak memiliki kemampuan membayarnya. Hasil

penelitian menunjukkan, dari 142 responden, hanya 21% responden yang memiliki ATP ≥

Rp.200.000 perkeluarga perbulan, seperti tampak pada Tabel 4.4 (hal. 57). Peserta Jamkesda

yang mampu membayar iuran sebesar Rp.223.156,- perbulan hanya sekitar 9.800 keluarga.

Berdasarkan ATP, ada potensi masyarakat yang cukup besar untuk pembayaran iuran

jaminan kesehatan. Pemerintah daerah bisa mempertimbangkan hal ini, untuk melakukan

pengurangan subsidi iuran Jamkesda.

WTP untuk Iuran Jaminan Kesehatan

Berdasarkan hasil survey, 76,8% responden bersedia membayar iuran jaminan

kesehatan, dan 76,2% diantaranya bersedia membayar ≥ Rp.5000,- perkapita perbulan. Nilai

WTP maksimal yang bersedia dibayarkan responden adalah Rp.25.000,- perkapita perbulan,

dan hasil ini hanya diberikan oleh 2 orang responden.

Secara keseluruhan terlihat, bahwa nilai WTP lebih kecil dari ATP. Ada dua

kemungkinan penyebabnya, pertama sesuai teori ekonomi, jika WTP < ATP berarti utilitas

individu terhadap produk/jasa yang ditawarkan rendah.30

Peserta Jamkesda merasakan paket

jaminan Jamkesda yang selama ini didapatkan tidak seperti yang mereka harapkan, 34,9%

responden mengharapkan pelayanan kesehatan yang lebih baik dari pelayanan kesehatan

yang selama ini mereka terima.

Rendahnya WTP ini juga disebabkan, karena responden sebagai peserta Jamkesda,

selama ini mendapatkan pelayanan tanpa kewajiban membayar iuran. Mereka berharap,

dengan menetapkan nilai WTP yang rendah, iuran jaminan kesehatan yang nantinya harus

mereka bayar, dapat ditekan semurah-murahnya.

Nilai WTP responden dapat diupayakan meningkat sesuai ATP, dengan meningkatkan

kualitas pelayanan, sesuai harapan masyarakat. Upaya lainnya adalah, sosialisasi dan

Page 14: Faktor-faktor yang Memengaruhi Kemauan Masyarkat …pustaka.unpad.ac.id/.../pustaka_unpad...masyarakat.pdf · rendahnya cakupan jaminan kesehatan bagi masyarakat, ... penduduk Kab.HSS

desimenasi tentang konsep asuransi sosial yang melandasi penyelenggaraan jaminan

kesehatan dalam Jamkesda dan SJSN.

Penyelenggara Jamkesda perlu melakukan perhitungan aktuaria untuk mengetahui

berapa besaran iuran yang harus dibayarkan peserta. Besaran iuran ini, dapat menjadi acuan

pemetaan penduduk berdasarkan ATP dan WTP. Hasil pemetaan tersebut dapat dijadikan

dasar dalam pemberian subsidi iuran jaminan kesehatan dari pemerintah daerah.

Faktor-faktor yang Memengaruhi WTP untuk Iuran Jaminan Kesehatan

1) Pengaruh ATP terhadap WTP untuk Iuran Jaminan Kesehatan

Berdasarkan analisis regresi logistik, terdapat pengaruh yang signifikan antara ATP

dengan WTP untuk iuran jaminan kesehatan, dilihat dari nilai p=0,002. Responden dengan

ATP ≥ Rp.88.500,- perbulan, cenderung memiliki WTP positif, dan responden dengan ATP

<Rp.88.500,- cenderung memiliki WTP negatif.

Hasil penelitian membuktikan bahwa responden dengan ATP≥ Rp.88.500,- perbulan,

memiliki pendapatan rata-rata yang lebih besar dibanding responden yang memiliki

ATP<Rp.88.500,-. Banyak penelitian sebelumnya membuktikan bahwa, pendapatan

memengaruhi WTP berbagai mekanisme jaminan kesehatan seperti yang dilakukan Curt

Lofgren dkk. di Vietnam, Amponsah di Ghana, Woldemarian di Ethiopia, Pythagore dkk.di

Kamerun dan Nirmala di Bali.18-20,33,35

Menurut teori hirarki kebutuhan dari Maslow, kebutuhan akan rasa aman (safety needs)

berada pada tingkatan kedua, setelah kebutuhan fisiologis seperti makan dan minum.40

Kebutuhan rasa aman, termasuk rasa aman dari kerugian finansial akibat sakit, hanya akan

muncul, jika kebutuhan fisiologis telah terpenuhi. Responden dengan penghasilan terbatas

lebih mengutamakan kebutuhan pokok dibanding kebutuhan akan jaminan kesehatan.

Jamkesda yang selama ini mereka miliki secara gratis, masih bisa digunakan untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan sehingga mereka cenderung tidak mau membayar iuran

jaminan kesehatan.

Implikasi kebijakan dari hasil ini adalah, secara umum pemerintah perlu terus

mengupayakan peningkatan pendapatan masyarakat. Khusus bagi petani dapat dilakukan

dengan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, dan penganekaragaman usaha di

bidang pertanian.

2) Pengaruh Tabungan untuk Biaya Pelayanan Kesehatan dengan WTP untuk Iuran

Jaminan Kesehatan

Page 15: Faktor-faktor yang Memengaruhi Kemauan Masyarkat …pustaka.unpad.ac.id/.../pustaka_unpad...masyarakat.pdf · rendahnya cakupan jaminan kesehatan bagi masyarakat, ... penduduk Kab.HSS

Berdasarkan analisis multivariabel, terbukti adanya pengaruh yang signifikan antara

tabungan untuk biaya pelayanan kesehatan dengan WTP iuran jaminan kesehatan, dilihat dari

nilai p=0,035. Responden yang memiliki tabungan, untuk membiayai pelayanan kesehatan,

mempunyai kemungkinan WTP positif lebih besar dibanding responden yang tidak memiliki

tabungan.

Kebiasaan menabung tidak hanya dipengaruhi oleh faktor ekonomi seperti pendapatan,

namun juga faktor psikologi yakni kepribadian seseorang, seperti kemampuan menunda

kesenangan, control diri, perasaan tidak suka terhadap resiko (bahaya), locus of control dan

kesukaan atas waktu. Menurut Keynes, ada delapan motif berbeda dalam menabung, dua di

antaranya adalah precaution (tindakan pencegahan), berimplikasi pada menambah cadangan

untuk menghadapi keadaan yang tidak terduga dan foresight (tinjauan masa depan), untuk

mengantisipasi perbedaan antara pendapatan dengan pengeluaran belanja di masa depan (the life-

cycle motive).54

Responden yang memiliki tabungan untuk biaya pelayanan kesehatan telah menyiapkan

dana sebagai tindakan pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya risiko sakit yang

memerlukan biaya di masa yang akan datang. Membayar iuran jaminan kesehatan, juga

mencerminkan sifat antisipatif terhadap risiko finansial akibat sakit, sehingga bisa difahami

bahwa responden yang memiliki tabungan cenderung mau membayar iuran jaminan

kesehatan.

Implikasi kebijakan atas hasil penelitian ini adalah, secara umum pemerintah

menggiatkan kebiasaan menabung masyarakat. Secara khusus, pemerintah bekerja sama

dengan pihak perbangkan dapat merancang sebuah tabungan yang sederhana dan mudah

kususnya bagi petani. Bagi hasil atau bunga tabungan secara otomatis dapat digunakan untuk

membayar iuran jaminan kesehatan.

Faktor-faktor yang tidak berpengaruh dengan WTP Iuran Jaminan Kesehatan

1) Karakteristik Individu dan Keluarga

a. Umur

Bendig dan Arun yang meneliti partisipasi masyarakat dalam asuransi kesehatan di

Srilangka membuktikan, bahwa semakin bertambah usia semakin besar WTP untuk asuransi

kesehatan, karena risiko sakit yang semakin besar.36

Penelitian lain yang dilakukan Nketiah di

Vietnam, Phytagore dkk. di Kamerun, Babatunde dkk. di Nigeria dan Edoh dan Brenya di

Ghana membuktikan hal serupa.20,31,35,39

Hasil sebaliknya, pada penelitian Lofgren dkk. di

Vietnam, semakin tua seseorang, semakin rendah WTP nya.18

Penelitian Barnighausen di

Page 16: Faktor-faktor yang Memengaruhi Kemauan Masyarkat …pustaka.unpad.ac.id/.../pustaka_unpad...masyarakat.pdf · rendahnya cakupan jaminan kesehatan bagi masyarakat, ... penduduk Kab.HSS

Cina memberikan hasil yang serupa dengan penelitian ini, bahwa usia tidak memengaruhi

WTP untuk asuransi kesehatan.

Peneliti menduga derajat keengganan menerima risiko sakit, persepsi risiko dan

persepsi terhadap besarnya kerugian akibat sakit pada kedua kelompok usia ini, tidak jauh

berbeda. Responden yang berusia ≥ 55 tahun memiliki persepsi risiko sakit yang lebih besar

dibanding responden yang berusia < 55 tahun karena faktor usia, tetapi responden yang

berusia < 55 tahun memiliki derajat keengganan menerima risiko yang lebih besar dibanding

yang responden yang berusia ≥ 55 tahun. Hal ini disebabkan karena mereka bertanggung

jawab terhadap anggota keluarga lainnya. Hasil survey menunjukkan 34,6% responden

berusia ≥ 55 tahun, hidup sendirian, tidak memiliki anggota keluarga lain di dalam rumah,

sedangkan responden yang berusia < 55 tahun, rata-rata memiliki anggota keluarga 4 orang.

Keadaan ini membuat variasi WTP diantara kedua kelompok umur, tidak jauh berbeda.

b. Jenis kelamin

Berbagai penelitian membuktikan bahwa, perempuan cenderung memiliki WTP positif

dibanding laki-laki. Menurut Lofgren dkk.,perempuan memiliki derajat keengganan

menerima risiko dan persepsi risiko yang lebih besar dibanding laki-laki.18

Penelitian Nketiah

dan Amponsah, Bernighausen dkk., membuktikan hal tersebut.20,32,39

Hasil sebaliknya, dalam penelitian Edoh dan Brenya di Ghana, laki-laki cenderung

memiliki WTP positif dibanding perempuan. Responden penelitian Edoh sebagian besar laki-

laki, dan mereka sekaligus sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga. Keputusan untuk

membelanjakan uang ada di tangan laki-laki.31

Pada penelitian ini, jenis kelamin tidak memengaruhi WTP, serupa dengan hasil

penelitian Woldemariam di Ethiopia.17

Menurut peneliti keadaan ini disebabkan karena

pekerjaan sebagai petani yang dilakukan oleh 58,5% responden, melibatkan baik laki-laki

maupun perempuan. Pendapatan keluarga tidak hanya bersumber dari laki-laki, tapi juga

perempuan. Keputusan untuk membelanjakan uang, termasuk membayar iuran jaminan

kesehatan ada di tangan laki-laki dan juga perempuan.

c. Status Perkawinan

Penelitian Nketiah di Ghana membuktikan, wanita yang telah menikah cenderung

memiliki WTP positif dibanding yang belum menikah.20

Pada penelitian ini, status

perkawinan terbukti tidak memiliki pengaruh dengan WTP.

Peneliti menduga kecilnya jumlah responden yang belum menikah, hanya 7 orang atau 4,9%

memengaruhi signifikansi hasil.

Page 17: Faktor-faktor yang Memengaruhi Kemauan Masyarkat …pustaka.unpad.ac.id/.../pustaka_unpad...masyarakat.pdf · rendahnya cakupan jaminan kesehatan bagi masyarakat, ... penduduk Kab.HSS

d. Jumlah anggota keluarga

Menurut Lofgren dkk., jumlah anggota keluarga memengaruhi persepsi kepala keluarga

terhadap risiko dan persepsi terhadap besarnya kerugian. Semakin banyak jumlah anggota

keluarga, semakin besar risiko sakit, dan semakin besar kerugian finansial yang akan

dialami.18

Teori ini terbukti pada penelitian Woldemariam di Ethiopia dan Masanjala-Phiri di

Malawi.20,38

Babatunde dkk., membuktikan hasil sebaliknya. Semakin besar jumlah anggota

keluarga semakin menurunkan WTP, karena jumlah iuran yang harus dibayar semakin besar.

39

Pada penelitian ini terbukti, jumlah anggota keluarga tidak memengaruhi WTP. Peneliti

menduga, penyebabnya karena besar iuran yang harus dibayarkan responden tidak disebutkan

secara ekplisit dalam kuesioner penelitian. Responden hanya diminta menyebutkan WTP

maksimal yang bersedia mereka bayarkan, setelah mendapatkan penjelasan tentang skenario

jaminan kesehatan yang ditawarkan. Responden telah mempertimbangkan jumlah anggota

keluarga mereka, sebelum menyebutkan nilai maksimal WTPnya. Keadaan akan berbeda,

seandainya dalam kuesioner penelitian telah ditentukan besar iuran jaminan kesehatan yang

harus dibayar.

Hasil penelitian menunjukkan, 68,8%, responden menyebutkan nilai WTP maksimal

sebesar Rp.5000,- perkapita perbulan, seperti tampak pada Tabel 4.12. Nilai ini lebih kecil

dari ATP. Sebanyak 73,9% responden memiliki ATP≥Rp.20.000 perkeluarga perbulan, yang

berarti cukup untuk membyar iuran jaminan kesehatan untuk 4 anggota keluarga. Masih

terjangkaunya besar iuran membuat, jumlah anggota keluarga tidak memengaruhi WTP.

e. Adanya balita/lansia

Penelitian Woldemariam tentang WTP asuransi kesehatan di Ethiopia membuktikan

bahwa, adanya balita dalam keluarga cenderung meningkatkan WTP.19

Menurut Lofgren

dkk., keberadaan balita/lansia dalam keluarga meningkatkan derajat keengganan menerima

risiko, persepsi terhadap risiko dan persepsi terhadap besarnya kerugian.18

Balita/lansia

memiliki risiko sakit yang lebih besar dibanding kelompok umur yang lain.

Pada penelitian ini, adanya balita/lansia tidak memengaruhi WTP. Peneliti menduga,

penyebabnya karena kejadian kesakitan yang dialami responden relatif ringan dan tidak

membutuhkan biaya besar. Bagi peserta Jamkesda, kejadian kesakitan yang dialami masih

termasuk dalam paket jaminan.

Pada Tabel 4.6 terlihat, kecilnya persentase responden yang memiliki pengalaman

kesakitan dan kematian. Kejadian kesakitan yang dialami dalam 3 bulan terakhir relatif

Page 18: Faktor-faktor yang Memengaruhi Kemauan Masyarkat …pustaka.unpad.ac.id/.../pustaka_unpad...masyarakat.pdf · rendahnya cakupan jaminan kesehatan bagi masyarakat, ... penduduk Kab.HSS

ringan, seperti demam, batuk dan flu. Kasus penyakit kronis yang biasa dialami lansia, relatif

tidak berdampak buruk terhadap keuangan keluarga. Sebagian besar responden yang menjadi

peserta Jamkesda, bisa menggunakannya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, tanpa

mengeluarkan banyak biaya.

f. Tingkat pendidikan

Menurut Lofgren dkk., pendidikan memengaruhi persepsi risiko, derajat keengganan

menerima risiko dan persepsi terhadap besarnya kerugian.18

Semakin tinggi tingkat

pendidikan, semakin bertambah pengetahuan dan kebutuhannya terhadap pelayanan

kesehatan, yang selanjutnya meningkatkan WTP untuk asuransi kesehatan. Penelitian

Woldemariam, dan Masanjala-Phiri, membuktikan teori tersebut.17,38

Hasil penelitian

Barnighausen, menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian ini, bahwa tingkat pendidikan

tidak memengaruhi WTP iuran jaminan kesehatan. Barnighausen berargumen, bahwa di

kalangan pekerja informal Cina, pendidikan tidak ditentukan oleh yang bersangkutan, tetapi

sangat dipengaruhi tempat lahir, pandangan politik dan prestasi akademik di tingkat

pendidikan dasar.32

Tingkat pendidikan dalam penelitian ini, tidak berpengaruh signifikan terhadap WTP,

setelah dianalisis bersama variabel lainnya. Peranan pendidikan tidak sebesar peranan ATP

dan adanya tabungan untuk biaya pelayanan kesehatan dalam menentukan keputusan

seseorang untuk membayar iuran jaminan kesehatan. Meskipun pengetahuannya tentang

kesehatan baik, dan kebutuhannya terhadap pelayanan kesehatan cukup besar, namun ATP

dan adanya tabungan menjadi pertimbangan utama. Implikasinya bagi pemerintah adalah

upaya peningkatan pendaptan keluarga, perluasan dan penganekaragaman usaha di bidang

pertanian tetap menjadi prioritas, serta perlunya menggalakkan kebiasaan menabung di

masyarakat.

2) Pengalaman kesakitan dan kematian

Variabel pengalaman kesakitan dan kematian, pernah diteliti oleh Lofgren dkk.,

Shinjini dan Soumita di India, Phytagore dkk., di Kamerun, Bendig dan Arun di Srilangka,

dan Masanjala dan Phiri di Malawi. 18,32,25,36,38

Hasilnya bervariasi, sebagian besar

membuktikan adanya pengaruh variabel ini terhadap WTP.

Pada penelitian ini, variabel pengalaman kesakitan dan kematian tidak memengaruhi

WTP iuran jaminan kesehatan. Keluarga yang anggotanya pernah mengalami kesakitan,

persalinan atau kematian, memiliki variasi WTP yang tidak berbeda dengan keluarga yang

tidak memiliki pengalaman kesakitan dan kematian. Tampaknya, pengalaman kesakitan dan

kematian yang dialami anggota keluarga tidak terlalu memengaruhi konsidi keuangan

Page 19: Faktor-faktor yang Memengaruhi Kemauan Masyarkat …pustaka.unpad.ac.id/.../pustaka_unpad...masyarakat.pdf · rendahnya cakupan jaminan kesehatan bagi masyarakat, ... penduduk Kab.HSS

keluarga. Hasil penelitian menunjukkan, penyakit yang diderita relatif ringan, seperti demam,

flu, batuk, reumatik, asam urat dan Tuberkulosis paru. Persalinan juga tidak menjadi masalah

bagi keluarga, karena tercakup dalam paket jaminan bagi peserta Jamkesda.

3) Kepemilikan jaminana kesehatan

Menurut Lofgren, dkk., orang yang pernah merasakan manfaat asuransi, cenderung

memiliki WTP positif terhadap asuransi kesehatan.18

Pada penelitian ini variabel

kepemilikan jaminan kesehatan tidak berpengaruh dengan WTP.

Program jamkesda sebenarnya ditujukan untuk seluruh penduduk yang belum memiliki

jaminan kesehatan. Penelitian membuktikan masih ada sekitar 16,9% penduduk yang belum

terdaftar. Keadaan ini terutama disebabkan oleh, keengganan sebagian masyarakat untuk

melengkapi persyaratan administrasi, seperti KTP dan kartu keluarga, bukan karena mereka

tidak mendukung program ini.

Rekomendasi Kebijakan

Berdasarkan hasil penelitian, dan data sekunder dari Profil Kesehatan Kabupaten dan

laporan Jamkesda Tahun 2011, peneliti merekomendasikan kebijakan kepada pemerintah

daerah sebagai berikut;

1. Melakukan perubahan terhadap Perda No.01 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan

Jaminan Kesehatan Bagi Penduduk. Perubahan dilakukan dalam rangka pengurangan

subsidi untuk iuran Jamkesda dan kewajiban membayar iuran bagi peserta dari

kelompok masyarakat mampu.

2. Melakukan pengembangan Jamkesda atau pengintegrasian Jamkesda ke dalam SJSN

secara bertahap, dengan mempertimbangkan hal-hal berikut:

a. Kemampuan APBD dan potensi pembiayaan dari masyarakat.

b. Penguatan kapasitas badan penyelenggara, dari sisi sumber daya manusia dan

teknologi informasi.

c. Kualitas pelayanan di puskesmas dan jaringannya, khususnya program promotif dan

preventif.

d. Kualitas pelayanan di rumah sakit, khususnya standarisasi pelayanan.

Berdasarkan hasil survey dan data sekunder, peneliti memetakan potensi

pembiayaan kesehatan dari masyarakat berdasarkan ATP dan WTP untuk iuran jaminan

kesehatan. Asumsi yang mendasari pemetaan ini adalah: sasaran program Jamkesda

sama dengan jumlah peserta Jamkesda Tahun 2011 sebanyak 187.451 jiwa (58% dari

Page 20: Faktor-faktor yang Memengaruhi Kemauan Masyarkat …pustaka.unpad.ac.id/.../pustaka_unpad...masyarakat.pdf · rendahnya cakupan jaminan kesehatan bagi masyarakat, ... penduduk Kab.HSS

jumlah penduduk), dan besaran iuran Rp.55.800,- perkapita perbulan. Keluarga

dikatakan mampu jika dapat membiayai iuran untuk 4 orang anggota keluarga atau

memiliki ATP≥Rp.223.200,- perbulan. Keluarga miskin di luar kuota Jamkesmas

adalah reesponden dengan penghasilan <Rp.259.520,-. Keluarga setengah mampu

adalah jumlah seluruh peserta jamkesda dikurangi keluarga mampu dan keluarga

miskin di luar kuota Jamkesmas. Sektor formal adalah peserta Askes, Jamsostek dan

Asabri. Hasil pemetaan adalah sebagai berikut:

Bagan 4.1 Pemetaan Potensi Pembiayaan Kesehatan dari Masyarakat

berdasarkan ATP di Kab.HSS Tahun 2013

Terdapat sekitar 28% atau 52.486 jiwa penduduk miskin yang tidak tercakup dalam

program Jamkesmas. Kelompok ini layak mendapatkan subsidi iuran secara penuh dari

pemerintah daerah. Jumlah dana yang dibutuhkan sekitar Rp.9,84 milyar pertahun.

Sekitar 12,2% tergolong masyarakat mampu, yang wajib membayar iuran secara penuh,

tanpa subsidi dari pemerintah. 18% adalah kelompok masyarakat setengah mampu, yang bisa

mendapatkan subsidi iuran sebagian/parsial. Besaran subsidi disesuaikan dengan ATP dan

kemampuan keuangan pemerintah. Peneliti menyarankan pemberian subsidi parsial dilakukan

berdasar kriteria yang telah ditentukan, seperti, keluarga yang memiliki ibu hamil, bayi dan

balita, serta keluarga dengan penyakit kronis dan katastropik.

Berdasarkan WTP iuran jaminan kesehatan, penduduk di Kab.HSS dipetakan sebagai

berikut:

27%

28%15%

18,00%

12,20%

Jamkesmas kuota APBN

Gakin diluar kouta Jamkesmas, APBDSektor formal

Keluarga setengah mampuKeluarga mampu

Page 21: Faktor-faktor yang Memengaruhi Kemauan Masyarkat …pustaka.unpad.ac.id/.../pustaka_unpad...masyarakat.pdf · rendahnya cakupan jaminan kesehatan bagi masyarakat, ... penduduk Kab.HSS

Bagan 4.2 Pemetaan Potensi Pembiayaan Kesehatan dari Masyarakat berdasarkan WTP Iuran

Jaminan Kesehatan di Kab.HSSTahun 2013

Sekitar 77%, sasaran program Jamkesda bersedia membayar iuran jaminan kesehatan.

51% memiliki nilai WTP Rp.5000,- hingga Rp.10.000,- perkapita perbulan. Pemerintah dapat

menjadikan data ini sebagai dasar kebijakan pengurangan subsidi iuran Jamkesda. Nilai WTP

memang lebih kecil dari asumsi besaran iuran, namun bisa diupayakan untuk ditingkatkan

maksimal sama dengan ATP, dengan sosialisasi program kepada masyarakat dan perbaikan

kualitas pelayanan.

Keterbatasan Penelitian

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini, masih terbatas pada sisi masyarakat. Masih

ada variabel lain yang belum diteliti, dari sisi provider, seperti kualitas pelayanan di fasilitas

kesehatan. Dasi sisi penyelenggara, seperti paket pelayanan kesehatan yang dijamin, dan

kepercayaan masyarakat, yang mungkin berpengaruh terhadap WTP iuran jaminan kesehatan.

Kelemahan penelitian adalah kemungkinan terjadi bias, karena skenario yang

ditawarkan pada responden tidak menyebutkan besarnya iuran secara jelas, dan sebagian

besar responden tidak memiliki pengalaman membayar iuran jaminan kesehatan atau jenis

asuransi lain sebelumnya. Kelemahan lain adalah pendekatan kuantitatif pada penelitian ini,

tidak dapat menggali secara mendalam alasan WTP responden.

18%

51%

8,40%

23%

WTP Positif <Rp.5000/kap/bln

WTP Positif Rp.5000-Rp.10.000/kap/bln

WTP Positif >Rp.10.000/kap/bln

WTPNegatif

Page 22: Faktor-faktor yang Memengaruhi Kemauan Masyarkat …pustaka.unpad.ac.id/.../pustaka_unpad...masyarakat.pdf · rendahnya cakupan jaminan kesehatan bagi masyarakat, ... penduduk Kab.HSS

DAFTAR PUSTAKA

1. William C. Arthur, Smith Michael, Young C.Peter. Risk Management and Insurance. The Mc

Grow Hill Company 1998.hlm.439

2. Avip Syaefullah Avip. Low Literacy on HPRQoL; Kegagalan Pendidikan Kesehatan Masyarakat;

Penyebab Terjadinya Siklus Kebodohan, Kemiskinan, Penyakit di Indonesia [Orasi Ilmiah

Pengukuhan Guru Besar]. Bandung: Padjadjaran; 2012.

3. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004, Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

4. Ali Ghufron Mukti dan Moertjahyo, Sistem Jaminan Kesehatan, Konsep Desentralisasi

Terintegrasi. Yogyakarta: Magister Kebijakan Pembiayaan dan Manajemen Asuransi Kesehatan,

FK UGM bekerjasama dengan Asosiasi Jamsosda; 2008.hlm 25,49-52,55-56.

5. Bhisma Murti, Strategi untuk Mencapai Cakupan Universal Pelayanan Kesehatan di Indonesia,

[makalah] Temu Ilmiah Reuni Akbar FK-UNS; 2010 27 Nopember 2010; Surakarta. Institute of

Health Economic and Policy Studies (IHEPS), Bagian IKM FK Universitas Sebelas Maret;

2010;[diunduh tanggal 24 Juli 2012]; tersedia dari:www.fk.unhas.ac.id

6. Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN). Sosialisasi SJSN: Persiapan Menuju Universal Coverage

Jaminan Kesehatan [makalah seminar]. Seminar dan Diseminasi Informasi SJSN dan BPJS; 29

Februari 2012; Bandung

7. Hasbullah Thabrany, Strategi Pendanaan Jaminan Kesehatan Indonesia dalam SJSN, [makalah

diskusi] Diskusi RPJMN Bappenas, 29 April 2008; Jakarta. 2008.[diunduh tanggal 9 Juli 2012];

Tersedia dari www.staff.ui.ac.id

8. Sulastomo, Asuransi Kesehatan,Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Jakarta: Ikatan Dokter

Indonesia; 2005.hlm.119-120

9. Pusdatin Kemenkes RI. Analisis Data Laporan Jamkesmas 2010. Buletin Jamkesmas. 2011

Triwulan IV 2011; [diunduh tanggal 2 Agustus 2012] Tersedia dari : www.depkes.go.id

10. Kementrian Kesehatan dan Kemitraan Australia Indonesia, Laporan Kajian Sistem Pembiayaan

Kesehatan Di Beberapa Kabupaten dan Kota Tahun 2008.

11. Rachmat Latief. Program Pelayanan Kesehatan Gratis. Jamsos Indonesia.com; [diunduh, 1

Agustus 2012]; Tersedia dari: www.jamsosindonesia.com.

12. Zulkarnaen Nurdin. Jaminan Sosial Kesehatan Sumsel Semesta JamsosIndonesia.com;

[diunduh 1 Agustus 2012]; Tersedia dari: www.jamsosindonesia.com

13. Reihana. Jaminan Kesehatan Semesta (Jamkesta) Provinsi Lampung, [diunduh tanggal 1 Agustus

2012] Tersedia dari: www.jamsosindonesia.com

14. Jamkesprov Kedodoran. Radar Banjarmasin. [surat kabar di internet]; 13 September 2013

[diunduh tanggal, 25 September 2012]Tersedia dari www.radarbanjarmasin.com

15. Brama Yoga Kiswara, Jatah Jamkesda Membludak, Bupati Malang Heran. Berita Jatim[surat

kabar di internet],2012 Juli 4 [diunduh tanggal 1 Agustus 2012]; Tersedia dari

www.beritajatim.com.

Page 23: Faktor-faktor yang Memengaruhi Kemauan Masyarkat …pustaka.unpad.ac.id/.../pustaka_unpad...masyarakat.pdf · rendahnya cakupan jaminan kesehatan bagi masyarakat, ... penduduk Kab.HSS

16. Jamkesda Pekalongan. [surat kabar di internet] Kota Pekalongan; 2011 [diunduh tanggal 23 Juli

2012]; Tersedia dari . www.pekalongan.go.id

17. Dewan soroti Anggaran Jamkesda. Radar Lampung [surat kabar di internet] 2011 Juli 6 [diunduh

tanggal 1 Agustus 2012].; Tersedia dari: www.radarlampung.co.id.

18. Lofgren Curt, Nguyen X Thanh, Nguyen TK Chuc, Emmelin Anders dan Lindhom Lars.

People's willingness to Pay for Health Insurance in Rural Vietnam. Cost Effectiveness and

Resource Allocation. [online serial]. 2008; [diunduh tanggal 27 Juli 2012]; 7 Februari 2008;6:1-

16.Tersedia dari: www.ncbi.nlm.nih.gov

19. Woldemariam Yared Habtewold, Preference for health care financing option and willingness to

pay for compulsory health insurance among goverment in Ethiopia [tesis] . Umea University

Sweden; 2009. [diunduh tanggal 24 Juli 2012]; Tersedia dari www.phmed.umu.se.

20. Nketiah-Amponsah Edward. Demand for Health Insurance Among Woman in Ghana: Cross

Sectional Evidence. International Research Journal of Finance and Economics. [online serial].

2008 (33):179-91. [diunduh tanggal 26 Juli 2012] Tersedia dari:www.eurojournals.com

21. Henni Djuhaeni, Sharon Gondodiputro, Elsa Pudji Setiawati,dkk. Keinginan Masyarakat

Mampu untuk Ikut Serta Skema Asuransi Kesehatan Pemkot Bandung [laporan antara]. Bandung,

FK Unpad dan Dinkes Kota Bandung; 2012

22. Peraturan Daerah Nomor 01 Tahun 2008, Tentang Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan bagi

Penduduk di Kabupaten Hulu Sungai Selatan

23. Profil Jamkesda Kabupaten Hulu Sungai Selatan Tahun 2011, UPTD BLU Jamkesda Kab.Hulu

Sungai Selatan; 2011

24. Hasbullah Thabrany, Tinjauan Akademis Tentang Asuransi Kesehatan Nasional. Laporan

Studi. Jakarta: Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan UI; [diunduh tanggal 9 Juli 2012]. 2003 Juni;

Tersedia dari www.staff.ui.ac.id

25. Departemen Kesehatan, Pedoman Penetapan Tarif JPKM [e-book]. Jakarta: Departemen

Kesehatan RI; 2000.[diunduh tanggal 21 Maret 2012].Tersedia dari www.depkes.go.id.

26. Russel Steven, Ability to Pay for Health Care: Concepts and Evidence. Health Policy and

Planning, [online serial], 1996; [diunduh tanggal,16 Maret 2012]11(3):219-37.Tersedia

dari:heapol.oxfordjournals.org.

27. Ritanenny Esmi, Pola Pembiayaan Kesehatan Masyarakat yang Tidak Memiliki Jaminan

Pemeliharaan Kesehatan dalam Mewujudkan Cakupan Menyeluruh Asuransi Kesehatan Di Kota

Sukabumi [tesis], Institut Pertanian Bogor; 2009.[diunduh tanggal 15 Juli 2012]; Tersedia dari

www.repository.ipb.ac.id.

28. Henni Djuhaeni, Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM): Strategi Aksesitas

Pelayanan Kesehatan di Masa Depan,[makalah seminar]; Seminar JPKM Dana Sehat; Agustus

2004; Bandung. JPKM Dana Sehat Al-Islam Bandung 2004.[diunduh tanggal 6 Juni 2012];

Tersedia dari: pustaka.unpad.ac.id

29. Tongam Sihol Nababan, Juara Simanjuntak. Aplikasi Willingness to Pay Sebagai Proksi

Terhadap Variabel Harga; Suatu Model Empirik dalam Estimasi Permintaan Energi Listrik Rumah

Page 24: Faktor-faktor yang Memengaruhi Kemauan Masyarkat …pustaka.unpad.ac.id/.../pustaka_unpad...masyarakat.pdf · rendahnya cakupan jaminan kesehatan bagi masyarakat, ... penduduk Kab.HSS

Tangga. Organisasi dan Manajemen. [online serial]. 2008 [diunduh tanggal September

2008];4(2):73-84;Tersedia dari: www. lontar.ui.ac.id

30. Tjiptoherijanto Prijono, Budi Soesetyo. Ekonomi Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta

2008.hlm.135.

31. Edoh Dominic, Brenya Ampofo. Community-Based Feasibility Study of National Health

Insurance Scheme in Ghana. African Journal Health Sciences [online serial].2002 Januari-

June;9:41-50. [diunduh tanggal 26 Juli 2012]; Tersedia dari :www.ajol.info

32. Barnighausen Till Y.L. , Zhang Xinping, Sauerborn Rainer. Willingness to pay for social

health insurance among informal sector worker in Wuhan, China : a contingent valuation study

BMC Health Services Research, [online serial]. 2007:1-16. [diunduh tanggal 3 Agustus

2012];Tersedia dari:www.irssh.comRitzer George. Teori Sosiologi : Dari Sosiologi Klasik Sampai

Perkembangan Klasik Terakhir Postmodern. University of Maryland: Pustaka Pelajar Jogjakarta;

2012.hlm 154-156

33. Nirmala Trisna AA, Gde Muninjaya,A.A. Survey Pasar Jaminan Kesehatan Sosial Bali.

Manajemen Pelayanan Kesehatan, 1 Maret 2007;10:29-39.

34. Henni Djuhaeni, Potensi Partisipasi Masyarakat Menuju Pelaksanaan Jaminan Kesehatan dalam

Rangka Universal Coverage di Kota Bandung [makalah seminar] Seminar SJSN; Bandung.

2012

35. Pierre Donfouet Hermann Pythagore, Makaundez Ephiaas, Malin Eric. The Determinants of the

Willingness-to-pay for Community-Based Prepayment Scheme in Rural Cameroon.[makalah

konferensi] International Conference on New Evidence on Poverty Traps; 2011 6-7 October;

University of Paris, France. 2011.[diunduh tanggal 29 Juli 2012]; Tersedia dari:

www.biomedcentral.com

36. Bendig Mirco, Arun Thankom. Enrolment in Micro Life and Health Insurance : Evidences from

Sri Langka. IZA Discussion Paper. 2012 January:1-29. [diunduh tanggal 24 Juli 2012];Tersedia

dari: ftp.iza.org

37. Mondal Shinjini, Gosh Soumitra. Willingness to pay for Health Insurance among urban poor:

Evidence from Mumbai Slum in India. [abstrak].2011 [diunduh tanggal 5 Agustus 2012];

Tersedia dari :www.icddrb.org.

38. Winford Masanjala dan Phiri Innocent, Willingness to Pay for Health Insurance in Malawi.

University of Malawi. [online serial]; [diunduh tanggal 23 November 2012]

39. OA Babatunde Ta, AG Salaudeen, OE Elegbede, LM Ayodele. Willingness to Pay for

Community Health Insurance and its Determinants among Household Heads in Rural

Communities in North-Central Nigeria. International Review of Social Sciences and Humanities.

[online serial]. 2011;2:133-42.[diunduh tanggal 3 Agustus 2012]; Tersedia dari:www.irssh.com

40. Jarvis Matt, Teori-teori Psikologis, Nusa Media Bandung, 2007. hlm 93-97.

41. DG Gerstner. Predictor of Willingness to pay for health benefits:[disertasi]. Rosenheim,

Germany: Ludwig-Maximilians-Universitat zu Munchen; 2011. [diunduh tanggal 24 Juli

2012];Tersedia dari: edoc.ub.uni-muenchen.de.

Page 25: Faktor-faktor yang Memengaruhi Kemauan Masyarkat …pustaka.unpad.ac.id/.../pustaka_unpad...masyarakat.pdf · rendahnya cakupan jaminan kesehatan bagi masyarakat, ... penduduk Kab.HSS

42. Yasunaga HI Hideo, Imamura Tomoaki, Ohe Kazuhiko. Willingness to pay for health care

services in common cold, retinal detachment, and myocardia infarction: an internet survey in

Japan. BMC Health Services Research. [online serial], 9 Juni 2005;6(12):1-10.[diunduh tanggal

29 Juli 2012]; Tersedia dari: www.biomedcentral.com

43. Sugiyono. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). edisi pertama Bandung: CV

Alpabeta, 2011.hlm.133.

44. M. Sopiyudin Dahlan. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Edisi 3: Salemba Medika

Jakarta ; 2008.hlm 175-193.

45. Berita Resmi Statistik,No.06/01/Th.XVI,2 Januari 2013, [diunduh tanggal 13 Maret 2013];

Tersedia dari www.bps.go.id

46. Canova L.,Maria A.,Rattazi M., Webly P.,Struktur secara Hirarki Motif Menabung; [diunduh

tanggal 23 April 2013]; tersedia dari www.mshohib.staff.u.a.ac.ia

47. Buse K.Mays N.,Walt G.,Making Health Policy. London School of Hygiene and Tropical

Medicine

Page 26: Faktor-faktor yang Memengaruhi Kemauan Masyarkat …pustaka.unpad.ac.id/.../pustaka_unpad...masyarakat.pdf · rendahnya cakupan jaminan kesehatan bagi masyarakat, ... penduduk Kab.HSS