sukuk kel 12
Post on 01-Dec-2015
220 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Pasar Modal merupakan aktifitas ekonomi keuangan yang tak luput dari
penerapan syariah islam. Dalam melaksanakan proses investasi dan penanaman
modal perlu diterapkanya prinsip syariah yang tidak melanggar hukum agama
juga yang mensejahterkan, maka Pasar Modal Syariah lahir untuk memfasilitasi
masyarakat yang kini semakin maju yang sadar berinvestasi secara syar’i.
Dalam Pasar Modal Syariah perlu adanya penerapan penerapan akad yang
syar’I yang diaplikasikan dalam setiap Produk Pasar Modal Syariah baik itu
saham, reksadana dan tentu saja obligasi syariah yang kini lebih dikenal dengan
sukuk. Akad yang bisa digunakan dalam pasar modal ini adalah akad mudharabah,
musyarakah, murabahah, salam, istishna, dan ijarah.
Sukuk merupakan produk yang paling diminati masyarakat karena telah
tercatat sampai tahun 2012 ada 53 kali penerbitan sukuk atau obligasi syariah
korporasi sejak 2002 dan 32 sukuk syariah yang beredar (outstanding) senilai
Rp6,779 triliun (Sumber: BABPEPAM-LK). Akad yang biasa digunakan dalam
penerbitan sukuk adalah akad mudharabah dan ijarah.
Fenomena diatas membuat kami menjadi lebih ingin mempelajari lebih
dalam mengenai sukuk, apa yang dimaksud dengan sukuk, bagaimana
mekanismenya dan sudah sesuaikan kah dengan syariah islam, apa perbedaannya
dengan obligasi konvensional adalah hal hal lain yang melatarbelakangi mengapa
kami mengangkat tema sukuk dalam makalah kami ini.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sukuk?
2. Apa perbedaan sukuk atau obligasi syariah dengan obligasi konvensional?
3. Bagaimana mekanisme sukuk?
4. Apa peran perbankan dalam mekanisme sukuk?
2
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sukuk
2. Untuk mengetahui perbedaan obligasi syariah dengan konvensional
3. Untuk mengetahui mekanisme sukuk di Indonesia
4. Untuk mengetahui peran perbankan dalam mekanisme sukuk
5. Untuk menambah rujukan mengenai sukuk
6. Menambah wawasan dan memenuhi tugas yang di berikan
3
BAB II
Pembahasan
2.1 Definisi Sukuk
Sukuk berasal dari bahasa Arab صـــكوك (plural: صــك sakk), yaitu cek atau
instrumen hukum. Saat ini, sukuk dikenal sebagai nama sebuah sertifikat finasial
dan dikenal juga dengan nama obligasi syariah (surat utang Islam). Meskipun
sebenarnya memiliki pengertian yang berbeda, sukuk sebagai salah satu produk
pasar modal syariah sering disejajarkan dengan obligasi (bond). Sukuk juga sering
diistilahkan sebagai obligasi syariah. Istilah sukuk mulai digunakan di pasar
modal Indonesia sejak tahun 2006 sejalan dengan terbitnya Peraturan Bapepam-
LK Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah. Sebelumnya, digunakan
istilah obligasi syariah seperti yang difatwakan oleh DSN-MUI dalam Fatwa
Nomor 32 tahun 2002 tentang Obligasi Syariah.1
Surat utang berbasiskan suku bunga tidak diperbolehkan dalam Islam,
sehingga Sukuk adalah surat berharga yang sesuai dengan aturan Islam dan
prinsip-prinsip investasi yang melarang membebankan atau membayarkan bunga.
Pada periode klasik Islam, definisi sakk (sukuk) yang juga merupakan kata
dasar ‘cheque’ di Eropa, berarti sebuah dokumen yang mewakili sebuah kontrak
hak, kewajiban atau keuangan yang sesuai dengan syariah. Fakta empiris
menunjukkan bahwa sukuk merupakan produk yang secara umum digunakan di
abad pertengahan oleh umat Islam untuk melakukan transfer kewajiban finansial
dari aktivitas trading dan aktivitas komersial lainnya. Pentingnya perangkat sukuk
dalam perspektif Islam modern terletak pada konsep sekuritisasi yang dapat
dicapai melalui proses penerbitan sukuk. Potensi terbesar adalah di dalam
melakukan transformasi cash flow di masa yang akan datang pada aset. Sukuk
dapat diterbitkan pada aset yang sudah ada ataupun aset baru.
Menurut Fatwa DSN MUI Nomor 32/DSN-MUI/IX/2002, Obligasi
Syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah 1 Tim Penyusun BAPEPAM-LK, Himpunan Skema Sukuk, hal ii.
4
yang dikeluarkan Emiten kepada pemegang Obligasi Syariah yang mewajibkan
Emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang Obligasi Syariah berupa
bagi hasil atau margin atau fee, serta membayar kembali dana obligasi pada saat
jatuh tempo. Akad (kontrak) yang dapat digunakan dalam penerbitan obligasi
syariah antara lain Mudharabah, Musyarakah, Murabahah, Salam, Istishna, dan
Ijarah. Jenis usaha yang dilakukan Emiten (Mudharib) tidak boleh bertentangan
dengan syariah dengan memperhatikan substansi Fatwa DSN-MUI Nomor
20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk Reksa Dana
Syariah. Pendapatan (hasil) investasi yang dibagikan Emiten (Mudharib) kepada
pemegang Obligasi Syariah sesuai dengan akad yang digunakan, serta harus
bersih dari unsur non halal.
Sedangkan menurut AAOFI, Sukuk adalah sertifikat yang bernilai sama
yang mewakili kepemilikan yang tidak dibagikan atas suatu aset berwujud, nilai
manfaat (usufruct) dan jasa-jasa (services) atau kepemilikan atas aset dari proyek
tertentu atau kegiatan investasi tertentu. Lebih khusus lagi, dalam Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN),
SBSN didefinisikan sebagai surat berharga yang diterbitkan berdasarkan syariah,
sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, baik dalam mata uang
rupiah maupun valuta asing. 2
2.2 Latar Belakang Munculnya Sukuk
Pada masa awal Islam, sukuk merupakan salah satu alat pembayarangaji
para pegawai negara. Dalam sejarah disebutkan bahwa khalifahUmar bin al-
Khattab adalah khalifah pertama yang membuat sukukdengan membubuhkan
stempel di bawah kertas sukuk tersebut. Pemakaian sukuk berkembang pada abad
4-5 Hijriyah (10-11 Masehi) di mana seorang pembeli dapat mengirim sukuk pada
seorang pedagang,pada sukuk tersebut tertulis nama barang yang diinginkan,harga
barang, dan tanda tangan pembeli. Kemudian pedagang tersebut mengirim barang
yang diinginkan pembeli, ketika pedagangitu menemui atau menghubungi
2 Abida Mutaqiena, Makalah peluang dan tantangan sukuk di Indonesia, hal 7.
5
pembeli pada waktu yang telahditentukan, maka ia menyerahkan sukuk tersebut
pada pembeli,dan pembeli membayar sesuai dengan harga barang.
Ibnu Khaldun menyebutkan bahwa pemakaian sukuk bukanhanya di
kalangan rakyat (swasta), tapi juga di kalangan pemerintah. Terkadang sukuk ini
diserahkan ke Baitul Mal, para pedagang,atau para bendaharawan. Biasanya pada
sukuk terdapat nama dantanda tangan dua saksi yang berkualifikasi adil. Ibnu
Hauqal menyebutkanbahwa ia pernah menyaksikan sukuk senilai 240 ribu
dinarantara dua orang saudagar yang disaksikan oleh beberapa orangyang
berkualifikasi adil, dan terkadang pada sukuk tersebut jugatertulis penjamin
pembayarannya, di mana ia bertanggung jawabuntuk membayar jika penerbit
sukuk tidak sanggup membayar.
Pada masa kontemporer, kemunculan sukuk dilatarbelangi oleh upaya
untuk menghindari praktek riba yang terjadi pada obligasikonvensional dan
mencari alternatif instrumen pembiayaan bagi pengusaha atau negara yang sesuai
dengan syari’ah. Dengan didukungoleh munculnya fatwa ulama yang
mengharamkan obligasikonvensional, seperti Fatwa Majma’ al-Fiqh al-Isl£mÉ 20
Maret 1990dan fatwa Dewan Syari’ah Nasional Majlis Ulama Indonesia
No.32/DSN-MUI/IX/2002 dan kebutuhan investasi jangka panjang,maka para ahli
dan praktisi ekonomi Islam berijtihad untuk menciptakansebuah produk atau
instrumen keuangan baru yang bernama obligasi syari’ah atau sukuk.3
2.3 Macam-macam Sukuk
Berdasarkan The Accounting and Auditing Organisation of Islamic
Financial Institutions (AAOIFI) ada 14 jenis transaksi/struktur Sukuk.
Diantaranya adalah :
1) Sukuk Ijarah
Sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad Ijarah dimana satu
pihak bertindak sendiri atau melalui wakilnya menjual atau menyewakan hak
guna (manfaat) atas suatu asset kepada pihak lain berdasarkan harga sewa dan
periode sewa yang disepakati, tanpa diikuti dengan perpindahan kepemilikan 3 Dede Abdul Fatah, Perkembangan obligasi syariah (sukuk) di Indonesia: analisis peluang dan tantangan, hal 4.
6
asset itu sendiri. Sukuk Ijarah dibedakan menjadi Ijarah Sale and Lease Back
(Ijarah Almumtahiya Bittamlik) dan Ijarah Headlease and Sublease.
2) Sukuk Mudharabah
Sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad Mudharabah yang
merupakan suatu bentuk kerjasama dimana satu pihak menyediakan modal
(rab al-maal) dan pihak lain menyediakan tenaga dan keahlian (mudharib),
keuntungan dari kerjasama tersebut akan dibagi berdasarkan perbanbandingan
yang telah disetujui sebelumnya. Kerugian yang timbul akan ditanggung
sepenuhnya oleh pihak yang menjadi penyedia modal.
3) Sukuk Musyarakah
Sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad Musyarakah yang
merupakan suatu bentuk kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk
menggabungkan modal yang digunakan untuk membangun proyek baru,
mengembangkan proyek yang telah ada, atau membiayai kegiatan usaha.
Keuntungan maupun kerugian yang timbul akan ditanggung bersama sesuai
dengan jumlah partisipasi modal masing-masing pihak.
4) Sukuk Istishna’
Sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad Istisna’ yang
merupakan suatu bentuk perjanjian jual beli antara para pihak untuk
pembiayaan suatu proyek dimana cara dan jangka waktu penyertaan barang
serta harga ditentukan berdasarkan kesepakatan para pihak. Sukuk Istishna’
merupakan jenis sukuk yang tidak dapat diperjual belikan (non-tradable).
5) Sukuk Salam
Sukuk Salam merupakan sukuk jangka pendek yang diterbitkan dalam rangka
kontrak jual beli suatu komoditas dengan cara pemesanan dan pembayaran
harga terlebih dahulu dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan sebelumnya.
Sukuk Salam juga termasuk jenis sukuk non-tradable.
Dari berbagai jenis sukuk, ada beberapa jenis yang cukup populer di
kalangan Investor Sukuk dan merupakan jenis sukuk yang paling banyak
diterbitkan, yaitu :
7
1) Sukuk Ijarah,
Bagi penerbit sukuk, mekanisme sukuk Ijarah relatif lebih mudah
dilaksanakan dibanding jenis sukuk lainnya, dan penggunaan dana lebih bebas
sepanjang tidak melanggar ketentuan syari’ah. Sedangkan bagi Investor, Sukuk
Ijarah lebih diminati karena strukturnya mirip dengan struktur Obligasi
Konvensional, yang ‘cenderung’ memberikan keuntungan tetap, karena transaksi
yang bersifat sewa serta lebih mudah dalam menetukan fee ijarah (bukan bunga)
yang dibayarkan secara periodik. Mekanisme sukuk ijarah berdasarkan Objek
ijarah yang dijadikan underlying dalam penerbitan sukuk berupa fixed asset milik
emiten yang sudah ada dengan jenis aset dan spesifikasi yang jelas. Contoh objek
ijarah: (1) Kapal Tanker, dengan bobot mati tertentu; (2) Jaringan Listrik, dengan
jenis, nilai, dan spesifikasi tertentu; (3) Bangunan, yang berfungsi sebagai mall;
(4) Sirkit, dengan kapasitas tertentu.
Sumber: Bapepam-LK
Emiten menerbitkan sukuk ijarah dengan nilai tertentu yang didasarkan
pada objek ijarah tertentu, dan pada saat yang bersamaan investor menyerahkan
sejumlah dana sebesar nilai sukuk ijarah kepada emiten.
Penerbitan sukuk tersebut memiliki struktur sebagai berikut:
1. Atas penerbitan sukuk ijarah tersebut, Emiten mengalihkan manfaat
objek ijarah kepada investor, dan investor yang diwakili wali amanat
8
sukuk menerima manfaat objek ijarah (berupa fixed asset yang sudah
ada dengan jenis aset dan spesifikasi yang jelas) dari emiten.
2. Investor yang diwakili wali amanat sukuk memberikan kuasa (akad
wakalah) kepada emiten untuk menyewakan objek ijarah tersebut
kepada pihak ketiga.
2. Emiten selaku penerima kuasa dari investor bertindak sebagai mu’jir
(pemberi sewa) menyewakan objek ijarah tersebut kepada pihak
ketiga sebagai musta’jir (penyewa).
3. Atas objek ijarah yang disewa tersebut, pihak ketiga memberikan
pembayaran sewa kepada emiten.
4. Emiten meneruskan pembayaran sewa yang diterima dari pihak
ketiga kepada investor berupa cicilan fee ijarah secara periodik
sesuai dengan waktu yang diperjanjikan serta sisa fee ijarah pada
saat jatuh tempo sukuk.
2) Sukuk Mudharabah
Sukuk Mudharabah memiliki potensi keuntungan yang jauh lebih besar
daripada obligasi konvensional karena sifat bagi hasilnya, namun tetap
memiliki derajat pengembalian pokok yang cukup tinggi. Mekanisme
sukuk mudharabah yang diterbitkan oleh perbankan syariah
Sumber: Bapepam-LK
9
Emiten menerbitkan sukuk mudharabah dengan nilai tertentu, dan pada
saat yang bersamaan investor menyerahkan sejumlah dana sebesar nilai sukuk
mudharabah kepada emiten.
Penerbitan sukuk tersebut memiliki struktur sebagai berikut:
1. Dana hasil emisi sukuk dipergunakan untuk meningkatkan aktiva
produktif yang akan disalurkan untuk pembiayaan murabahah;
2. Dari kegiatan usaha dalam bentuk pembiayaan murabahah kepada
nasabah, diperoleh pendapatan margin yang kemudian dipisahkan dan
didistribusikan sesuai dengan proporsi sumber dana pembiayaan
murabahah yang berasal dari dana sukuk, dana emiten dan dana pihak
ketiga;
3. Pendapatan margin yang berasal dari dana sukuk, didistribusikan sebagai
pendapatan bagi hasil kepada investor dan emiten dalam suatu periode
yang telah ditentukan sesuai dengan nisbah yang disepakati;
4. Pada saat jatuh tempo, emiten membayar kembali modal kepada investor
sebesar nilai sukuk pada saat penerbitan.
2.4 Perbedaan sukuk dengan obligasi konvensional
Sukuk memiliki sejumlah perbedaan karakteristik dengan obligasi
konvensional. Perbedaan-perbedaan tersebut yaitu :
1) Sukuk bukan merupakan instrumen utang, akan tetapi merupakan bukti
kepemilikan bersama suatu asset berwujud atau hak manfaat (beneficial title);
2) diperlukan adanya underlying asset (berupa aset berwujud maupun aset tidak
berwujud) dan syariah endorsement (dokumen pernyataan kesesuaian syariah
dari DSN MUI) sebagai dasar penerbitan sukuk;
3) penghasilan yang diberikan bukan berupa bunga/capital gain akan tetapi
berupa imbalan/sewa, bagi hasil atau margin;
4) diperlukan adanya SPV (Special Purpose Vehicle) sebagai penerbit sukuk
untuk kepentingan obligor, fasilitator antara obligor dan investor, serta
waliamanat (principal trustee) untuk kepentingan pemegang Sukuk;
5) Sukuk diterbitkan dan dijual dengan harga at par (100%);
10
6) Sukuk harus terhindar dari:
a. imbal hasil dari kontrak pinjaman (debt contract) berupa bunga (riba)
b. ketidakpastian dalam perjanjian (gharar)
c. unsur perjudian/gambling (maysir)
Tabel Perbandingan Sukuk dengan Obligasi Konvensional
Deskripsi Sukuk Obligasi
Dasar Hukum - Undang-Undang Undang-Undang
Penerbit - Pemerintah - Korporasi
- Pemerintah - Korporasi
Metode Penerbitan - Lelang - Bookbuilding - Private Placement
- Lelang - Bookbuilding - Private Placement
Ketentuan Perdagangan Tradable* Tradable
Sifat Instrument Sertifikat kepemilikan/ penyertaan atas aset
Pengakuan utang
Tipe Investor - Konvensional - Syariah
Konvensional
Penghasilan bagi Investor Imbalan, bagi hasil, Margin
Bunga/kupon, Capital Gain
Dokumen yang diperlukan - Dokumen Pasar Modal - Dokumen Syariah
Dokumen Pasar Modal
Underlying Asset Perlu Tidak Perlu
Penggunaan hasil penjualan (proceed)
Harus sesuai syariah Bebas
Lembaga terkait SPV, Trustee, Custodian, Agen Pembayar
Trustee, Custodian, Agen Pembayar
Syariah Endorsement Perlu Tidak perlu
* untuk kontrak tertentu Sumber: Dahlan Siamat, 2007
2.5 Bank Sebagai Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (Kustodian)
11
1. Pengertian Bank Kustodian
Bank kustodian atau disingkat kustodian adalah suatu lembaga yang
bertanggung jawab untuk mengamankan aset keuangan dari suatu perusahaan
ataupun perorangan. Bank kustodian ini akan bertindak sebagai tempat penitipan
kolektif dan dari asset seperti saham, obligasi, serta melaksanakan tugas
administrasi seperti menagih hasil penjualan, menerima deviden, mengumpulkan
informasi mengenai perusahaan acuan seperti misalnya rapat umum pemegang
saham tahunan, menyelesaikan transaksi penjualan dan pembelian, melaksanakan
transaksi dalam valuta asing apabila diperlukan, serta menyajikan laporan atas
seluruh aktivitasnya sebagai kustodian kepada kliennya.
Biasa juga disebut dengan bank kustodian 'global, apabila bank kustodian
tersebut mengelola aset yang berasal dari berbagai penjuru dunia dengan beragam
jurisdiksi melalui berbagai cabangnya diberbagai penjuru dunia. Aset yang
tersebar demikian biasanya dimiliki oleh dana pensiun
Bank Kustodian adalah Pihak yang memberikan jasa penitipan Efek dan
harta lain yang berkaitan dengan Efek serta jasa lain, termasuk menerima dividen,
bunga, dan hak-hak lain, menyelesaikan transaksi Efek, dan mewakili pemegang
rekening yang menjadi nasabahnya.
Fungsi bank kustodian di Indonesia ada 3 yaitu :
1. Lembaga penitipan dan pengamanan. Semua dana dan Efek yang
terkumpul dari reksa dana disimpan dan berada dibawah pengawasan
bank kustodian.
2. Administrasi. Menghitung Net Asset Value atau NAB (Nilai Aktiva
Bersih) dari setiap jenis reksadana KIK setiap akhir hari bursa
yang untuk selanjutnya diumumkan kepada masyarakat via koran atau
internet.
3. Transfer agent. Melakukan pencatatan seluruh pembelian maupun
penebusan/pencairan (redemption) oleh masyarakat pemodal serta
mencatat setiap account nasabah. Disamping itu memberikan surat
konfirmasi sebagai tanda bukti pembelian, pencairan atau pemindahan
12
(switching) antar jenis reksa dana.
2. Prospektus
Prospektus merupakan hal pertama yang harus dipelajari sebelum
berinvestasi atau membeli reksadana, bagi kebanyakan orang prospektus
hanyalah bacaan yang agak membosankan, tetapi di dalam prospektuslah semua
tentang reksadana ada, termasuk strategi investasi (tujuan investasi, jenis
portfolio dan kebijakan investasinya), resiko dan biaya,. Informasi yang terdapat
dalam prospektus yang akan dijadikan acuan investor dalam memilih manajer
investasi serta reksadana yang sesuai dengan kebutuhannya.
3. Tugas Bank Kustodian
Berdasarkan peraturan Bapepam, bank kustodian memiliki kewajiban
untuk melakukan penitipan efek, melakukan administrasi atas kekayaan
reksadana dan melakukan laporan atas keadaan dan perkembangan
kekayaan reksadana. Dalam melaksanakan tugasnya sebagai bank kustodianv
PT. Bank BRI (Persero) Tbk belum pernah melakukan kelalaian atas
kewajibannya, namun terdapat beberapa masalah yang biasa dihadapi oleh
bank kustodian antara lain; kelalaian oleh bank kustodian, pelanggaran
manajer investasi terhadap KIK, pencairan sebelum jatuh tempo. Sebagai bentuk
tanggung jawab dalam rangka melindungi hak investor atau pemegang unit
penyertaan, maka dalam mengelola kekayaan reksadana bank kustodian
bertanggung
13
BAB III
Penututup
Kesimpulan
Sukuk adalah sertifikat yang bernilai sama yang mewakili kepemilikan
yang tidak dibagikan atas suatu aset berwujud, nilai manfaat (usufruct) dan jasa-
jasa (services) atau kepemilikan atas aset dari proyek tertentu atau kegiatan
investasi tertentu.
Tabel Perbedaan Sukuk dengan Obligasi Konvensional
Deskripsi Sukuk Obligasi Dasar Hukum - Undang-Undang Undang-Undang Penerbit - Pemerintah
- Korporasi - Pemerintah - Korporasi
Metode Penerbitan - Lelang - Bookbuilding - Private Placement
- Lelang - Bookbuilding - Private Placement
Ketentuan Perdagangan Tradable* Tradable Sifat Instrument Sertifikat kepemilikan/
penyertaan atas aset Pengakuan utang
Tipe Investor - Konvensional - Syariah
Konvensional
Penghasilan bagi Investor Imbalan, bagi hasil, Margin
Bunga/kupon, Capital Gain
Dokumen yang diperlukan - Dokumen Pasar Modal - Dokumen Syariah
Dokumen Pasar Modal
Underlying Asset Perlu Tidak Perlu Penggunaan hasil penjualan (proceed)
Harus sesuai syariah Bebas
Lembaga terkait SPV, Trustee, Custodian, Agen Pembayar
Trustee, Custodian, Agen Pembayar
Syariah Endorsement Perlu Tidak perlu
14
Daftar Pustaka
Suhendi, Hendi. 2010. Fiqh Muamalah. Rajawali Pers: Jakarta.
Syafei, Rahmat. 2001. Fiqh Muamalah. Pustaka Setia: Bandung.
Muttaqiena, Abida. 2009. Makalah Peluang dan Tantangan Sukuk di Indonesia.
Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang
Tim Penyusun. 2011. Kumpulan Skema Sukuk. BAPEPAM-LK
Tri Rahmadi, Aditya., dkk. 2009. Bank Kustodian Sebagai Penanggung Jawab
Reksadana Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (KIK). Sekolah Tinggi
Administrasi Negara
DSN MUI. 2002. Fatwa DSN MUI NO: 32/DSN-MUI/IX/2002 Tentang Obligasi
Syariah. Majlis Ulama Indonesia
DSN MUI. 2002. Fatwa DSN MUI NO: 33/DSN-MUI/IX/2002 Tentang Obligasi
Syariah Mudharabah. Majlis Ulama Indonesia
15
Lampiran I
Data Emiten dan Akad Penerbitan Sukuk Tahun 2002 - 2012 Jumlah Akumulasi
Tahun Nama Emiten Akad Jumlah
Emiten
Emiten Baru
2002 PT Indosat Tbk Mudharabah 1 1
2003 PT Berlian Laju Tanker Tbk Mudharabah 5 6
PT Bank Bukopin Tbk Mudharabah
PT Bank Syariah Muamalat Indonesia Tbk Mudharabah
PT Ciliandra Perkasa Mudharabah
PT Bank Syariah Mandiri Mudharabah
2004 PT PTPN VII (Persero) Mudharabah 7 13
PT Matahari Putra Prima Tbk Ijarah
PT Sona Topas Tourism & Industry Tbk Ijarah
PT Citra Sari Makmur Ijarah
PT CSM Corporatama Ijarah
PT Berlina Tbk Ijarah
PT Humpus Intermoda Transportasi Tbk Ijarah
2005 PT Apexindo Pratama Duta Tbk Ijarah 3 15
PT Ricky Putra Globalindo Tbk Ijarah
PT Indosat Tbk Ijarah
2006 PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Ijarah 1 16
2007 PT Indosat Tbk Ijarah 4 17
PT Berlian Laju Tanker Tbk Ijarah
PT Adhi Karya (Persero) Tbk Mudharabah
PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Ijarah
2008 PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Ijarah 7 21
PT Indosat Tbk Ijarah
PT Mayora Indah Tbk Mudharabah
PT Summarecon Agung Tbk Ijarah
PT Aneka Gas Industri Ijarah
PT Metrodata Electronics Tbk Ijarah
16
PT Bank Syariah Muamalat Indonesia Tbk Mudharabah
2009 PT Bakrieland Development Tbk Ijarah 9 25
PT Matahari Putra Prima Tbk Ijarah
PT Berlian Laju Tanker Tbk Ijarah
PT Bakrieland Development Tbk Ijarah
PT Salim Ivomas Pratama Ijarah
PT Pupuk Kalimantan Timur (Persero) Ijarah
PT Indosat Tbk Ijarah
PT Mitra Adiperkasa Tbk Ijarah
PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Ijarah
2010 PT Titan Petrokimia Nusantara Ijarah 3 27
PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Ijarah
PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Mudharabah Barat (Bank Nagari)
2011 PT Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Mudharabah 1 28 Selatan
2012 PT Adhi Karya (Persero) Tbk Mudharabah 4 28
PT Bank Syariah Muamalat Indonesia Tbk Mudharabah
PT Indosat Tbk Ijarah
PT Mayora Indah Tbk. Mudharabah
TOTAL Mudharabah: 45 28 15 Ijarah: 30
top related