suara ungu oktober 2011
Post on 06-Apr-2016
247 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Buletin Fakultas Bahasa dan seni universitas negeri YogYakarta
Bahasa dan BudayaFenomena kultur global perlu dikontrol agar sesuai dengan budaya Indonesia . Hal 4
oktober 2011 volume 1 nomor 5
Bahasa sastra seni
suara ungusegudang Prestasi ada di FBsPrestasi yang telah dicapai dapat dijadikan modal pengembangan untuk pencapaian prestasi yang lebih baik pada masa yang akan datang.
Batik, Pelabuhan untuk BerkaryaBerawal dari “salah jurusan”, Rinik justru menemukan potensinya dalam batik. Menjadi kampiun di Lomba Desain Batik Nasional. Hal 11
Oleh Azwar Anas
Jumat 07 Oktober 2011 digelar rapat senat dan rapat Kerja Fakultas (rKF). salah satu agendanya adalah
membacakan laporan akhir masa jabatan Dekan Fakultas Bahasa dan seni universitas negeri Yogyakarta. Ini menunjukkan akan segera berakhirnya masa jabatan dekan serta para wakilnya periode 20072011.
Ditemui di kantornya, Prof. Dr Zamzani yang menjabat sebagai dekan mencoba merefleksikan kinerjanya dalam periode ini. Dekan yang telah terpilih kembali untuk memmipin FBs pada periode mendatang mengapresiasi prestasi yang telah dicapai FBs. “Ini berkat kesungguhan dan hasil kinerja yang sinergis dari semua pihak untuk menuju pengembangan fakultas yang lebih baik,” ujarnya.
apa yang divisimisikan FBs pada periode ini memang terbilang berhasil. Mulai dari bidang 1, bidang 2, dan bidang 3. Bidang
Dekan FbS beserta para wakilnya. Peningkatan di bidang akademik tampak dalam antusiasme belajar yang ditunjukkan mahasiswa.
Foto
-Fo
to: d
ok
um
en
hu
ma
s F
Bs
un
Y
2 suara ungu oktoBer 2011
Pelindung: Prof. dr. Zamzani, m.Pd. (dekan FBs unY) Penasihat: drs. suhaini m saleh, m.a. (Wakil dekan i), dra. sri harti Widyastuti, m.hum. (Wakil dekan ii), drs. herwin Yogo Wicaksono, m.Pd. (Wakil dekan iii) Pengarah: drs. Yudi sutama, m.Pd. (kabag tu) Pemimpin Umum: drs. Wien Pudji Priyanto, m.Pd. (ketua humas) Pemimpin redaksi: sismono la ode Sekretaris redaksi: virga renitasari, s.Pd. redaktur Pelaksana: azwar anas Staf redaksi: Febi Puspitasari, scholastica Wahyu Pribadi, diyan Fatimatuz Zahro, nunggal seralati Perwajahan: ms lubis Fotografer: Pairin Distribusi dan Sirkulasi: djumari, tukija, a.md.
Alamat redaksi: kantor humas, gedung Pusat layanan akademik lantai ii Fakultas Bahasa dan seni, kampus unY karangmalang telepon: 0274550583 Faks: 0274548207 email: suaraungufbs@uny.ac.id Penerbit: humas FBs unY.
BERITA UTAMA
1 misalnya, Wakil Dekan I suhaini M. saleh, M.a yang mengampu Tridharma Perguruan Tinggi mengaku kinerjanya cukup maksimal. Hal ini dibuktikan dengan terjadinya peningkatan baik kualitas maupun kuantitas dalam bidang pengajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat.
“Jika dibandingkan secara diakronis dari tahun sebelumnya, selama periode ini mengalami peningkatan. Katakanlah standar kelulusan dengan indeks prestasi lebih tinggi dan masa studi yang makin pendek,” ujar suhaini.
Pada tahun 2007, standar kelulusan ratarata memperoleh IPK 3,15 dengan masa studi 5.07 tahun. sedangkan pada tahun 2011 ratarata IPK dalam kelulusan mencapai 3,17 dengan masa studi 5.03 tahun. selain itu, bidang peneltian dan pengabdian masyarakat juga meningkat.
“untuk penelitian, agaknya memang fluktuatif. Perkembangannya naik turun. Pasalnya peneliti
an itu kan tergantung alokasi dananya. Tahun 2009, alokasi dananya lumayan besar dan hasil penelitiannya secara kuantitas juga meningkat,” kata suhaini.
Bidang 2 juga turut mengantongi prestasi yang lumayan signifikan. Bidang yang diampu Wakil Dekan II sri Harti Widyastuti, M.Hum, ini berkaitan dengan sarana dan prasarana, keuangan, sumber daya manusia, pengelolaan, serta ketatalaksanaan.
Di bidang sarana, pembangunan gedung mengalami peningkatan yang siginifikan. Pada tahun 2007 FBs membangun gedung
Laboratorium dan Layanan akademik (PLa) serta gedung Kuliah 1 atau yang sebelumnya dikenal dengan gedung IKM. Padahal dalam masterplan gedung ini akan rampung tahun 2015 pasalnya berkendala dengan pendanaan. akan tetapi, berkat kegigihan mengelola pendanaan yang diperoleh dari aPBn gedung Kuliah 1 mampu diselesaikan di tahun 2011.
Prof. Dr. Zamzani selaku dekan cukup mengapresiasi hal tersebut. “Dulu itu memang rencananya, membangun satu tingkat dalam satu periode. namun, karena FBs Timur harus segera dipindah maka mau tidak mau gedung IKM harus segera dirampungkan,” kenang Zamzani.
Tak hanya itu, pembangunan di FBs pun terus berlanjut. Di tahun 2011 ini misalnya, FBs merencanakan pembangunan gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) baru yang rencananya bakal selesai tanggal 15 Desember 2011. selain itu, pembangunan gedung galeri seni rupa dan Kerajinan, dan pembangunan gapura rencananya akan selesai pada 12 nopember 2011.
sementara itu, tidak kalah berprestasinya adalah bidang 3 yang dijabat oleh atau Wakil Dekan III Herwin Yogo Wicaksono, M.Pd. Bidang yang fokus pada pembinaan kemahasiswaan ini meliputi pembinaan mahasiswa
Dekan FbS beserta para wakilnya. Peningkatan di bidang akademik tampak dalam antusiasme belajar yang ditunjukkan mahasiswa.
3suara ungu oktoBer 2011
badan Eksekutif Mahasiswa, diwakili oleh Ketua Divisi Orsenbud Aditya Rahman, mencoba memberi pendapat terkait kinerja dekanat periode ini. Selama menjadi mahasiswa di FBS,
ia mengaku telah menyaksikan banyak perubahan. “Yang terlihat jelas itu penambahan gedung. Banyak gedunggedung baru dibangun untuk pemenuhan sarana dan prasarana kampus,” kata mahasiwa PBI 2008 ini. Sebagai aktivis kampus di FBS, ia mengaku dekat dengan dekanat. “Urusan BEM tidak dipersulit. Terus kalau Ormawa ngadain acara juga sering datang,” tambahnya.
Sama halnya dengan Dian Hanung, mahasiswa sastra Indonesia 2008. Ia bicara tentang ruang kuliah yang tidak kekurangan lagi. “Beda mas waktu FBS masih jadi dua bagian. Kita harus ke sana kemari buat nyari ruang kuliah.” Meskipun kurang begitu tahu dengan dekanat, Dian berharap ke depan seluruh aspek kualitas dapat dikembangkan. “Tak hanya bangunanannya yang bagus, tapi mutu pengajaran dan kegiatan mahasiswa juga ditingkatkan,” tuturnya. Azwar
pada kegiatan akademis (kegiatan kurikuler) yang bertujuan untuk pencapaian kecerdasan intelektual dan pembinaan kegiatan kemahasiswaan (ekstrakulikuler) yang bertujuan untuk pencapaian kecerdasan emosionalspiritual. Hal ini diwadahi dalam bentuk kegiatan serta Ormawa tingkat fakultas, yang terdiri dari BEMF, DPMF, dan HIMa.
“untuk capaian, saya kira dari tahun ke tahun meningkat. Dalam OrMaWa tahun 2009 BEM FBs unY telah menjadi sekjen IL
MIPsI dan di akhir tahun 2009 kemudian dipercaya menjadi tuan rumah kongres nasional ILMPIsI yang sekaligus mengadakan seminar, dan parade budaya yang bekerja sama dengan sekolah internasional,” tutur Herwin.
Tak hanya itu, dalam pemilihan mahasiswa berprestasi Tingkat universitas tahun 20072011,
FBs selalu mendapatkan juara, baik juara I, II, maupun III. Mahasiswa FBs juga mampu memenangkan kompetisi penelitian student union grand sebanyak empat proposal tiap tahun.
“sebenarnya, masih banyak prestasi yang telah diraih mahasiswa. Kelemahannya terkadang
mereka tidak melaporkannya ke dekanat. Jadi yang tidak terdata juga sangat banyak. Misalnya dalam bidang seni, program kreativitas mahasiswa, pekan ilmiah, dan lainnya,” kata Herwin.
Herwin Yogo Wicaksono memang dikenal dengan kebijakannya yang unik. Misalnya, dalam penerimaan beasiswa, Herwin
memberlakukan kebijakan untuk memberikan beasiswa bagi aktivisaktivis kampus, seperti ketua BEMF, ketua Ormawa, serta ketua HIMa.
“Merekamereka ini memang wajib mendapatkan apresiasi. saya paham betapa beratnya berada di posisi ketuaketua itu. program beasiswa ini bukan bermaksud untuk membayar pengabdian, tapi sedikit memberi imbalan. Itungitung buat beli pulsa,” candanya.
Herwin sangat memegang teguh prinsipnya. Yakni, dalam menjabat Wakil Dekan III, ia benarbenar berusaha menjadi bapak dari kegiatan mahasiswa. “siapa pun nantinya yang menjabat Wakil Dekan III, tolong jaga kultur ini, selalu hadir saat mahasiswa berkegiatan. Tak peduli hanya sebentar. Walau tampak sepele, tapi nyatanya ini membangun hubungan tersendiri antara mahasiswa dan pihak dekanat,” tambahnya.
Pendapat Mahasiswa FBs
Dekan FbS beserta para wakilnya. Peningkatan di bidang akademik tampak dalam antusiasme belajar yang ditunjukkan mahasiswa.
FBs selalu mendapatkan juara dalam pemilihan mahasiswa berprestasi tingkat universitas tahun 2007-2011, baik pertama, kedua, atau ketiga.
Foto
-Fo
to: d
ok
um
en
hu
ma
s F
Bs
un
Y
� suara ungu oktoBer 2011
EVENT
Oleh Febi Puspitasari
sEBanYaK 200 peserta dari berbagai daerah mengikuti seminar nasional bertema Cultural Identity in Language, Literature, and Translation di ruang seminar gedung Kuliah I FBs unY, Kamis (20/10). seminar ini menghadirkan pembicara Dr. Wang Xin dari national university of singapore, Dr. Junaidi dari universitas Indonesia, dan Dr. asruddin B. Tou dari universitas negeri Yogyakarta, serta dibuka oleh rektor unY Prof. Dr. rochmat Wahab, M.Pd., M.a. dan dihadiri Dekan FBs Prof. Dr. Zamzani, M.Pd.
Dr. Wang, Xin menyambut baik adanya dialog dan diskusi melalui seminar ini. “Fenomena adanya masyarakat bilingual memang selalu menjadi kajian yang menarik,” ungkapnya. Dalam makalahnya yang berjudul Language Acquisition in Bilingual Soci
Kajian Bahasa dan Budaya sebagai identitas Kultural
ety, Doktor lulusan universitas arizona ini menjelaskan bahwa masuknya bahasa asing yang mendampingi bahasa Ibu sebagai alat komunikasi memunculkan adanya fenomena diglosia dan bilingualism. “namun, kajian bilingualisme dan diglosia ini masih prematur dalam second language acquisition, sehingga dunia akademik membutuhkan banyak peneliti yang melakukan risetriset tentang isuisu penting ini, terutama melalui pendekatan konstruksivisme sosial,” tandas Dr. Wang, Xin.
Hal senada disampaikan Dr. Junaidi tentang pendekatan sosial dalam kajian bahasa di bidang sastra. Ia mengatakan, sastra sepatutnya tidak hanya dikaji dari segi estetika namun juga dikaji melalui segi psikologi, sosiologi, formal, dan bibliografi. “Dalam sastra, terdapat nilainilai kultural yang memberikan data ten
tang pemahaman makna suatu informasi budaya, sehingga kita bisa mengontrol pengaruh budaya dan seberapa banyak kontrol yang dibatasi agar disesuaikan dengan budaya Indonesia,” jelasnya. Dr. Junaidi menambahkan, karena pada kenyataannya, kita tidak bisa keseluruhannya menggunakan bahasa Inggris sebagai bagian dalam mengekspresikan budaya kita. “Kita sangat berpegang teguh dengan Bahasa Indonesia, yang memiliki konsep bahasa dengan nilai budaya dan ideologi yang berbeda dengan bangsa barat,” jelasnya.
seperti mengiyakan apa yang disampaikan pengajar sastra Inggris uI ini, Dr. asruddin B. Tou juga mengungkapkan perlunya kehatihatian menerjemahkan kosakata bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. “Perlu disadari bahwa dalam tiap kata ada identitas kultural dan ideologi yang dibawanya,” tegasnya. agar bahasa asing tetap menjadi ekspresi identitas bahasa Indonesia, asruddin B. Tou mengajak untuk memperhatikan segi transaksional nilai budaya dalam proses menerjemahkan bahasa lain yang memiliki budaya dan ideologi berbeda.
asruddin mencontohkan penerjemahan kata sex commercial worker dalam bahasa Inggris dengan ‘pekerja seks komersial’ dalam bahasa Indonesia. Menurutnya, definisi worker menyiratkan ideologi dan nilai bangsa Barat yang menyejajarkan kelompok tersebut dengan pekerja industri. Ini jelas berbeda dalam budaya Indonesia. “Jadi penerjemahan harus disesuaikan dengan konteks sosial, situasional, dan budaya tertentu, inilah yang disebut pengekspresian identitas budaya sendiri melalui bahasa.”
Fenomena bilingual hampir tidak terhindarkan dalam kultur global seperti sekarang. Diperlukan kontrol agar sesuai dengan budaya Indonesia.
Dari kiri: Junaidi dari Universitas Indonesia dan Wang, Xin dari National University of Singapore.
5suara ungu oktoBer 2011
FBs turut memeriahkan Padmanaba Faculty Expo, sabtuMinggu, 1516 Oktober 2011. Menurut panitia, kegiatan yang diselenggarakan sMa 3 Yogyakarta ini bertujuan untuk membuka wawasan siswa sMa/sederajat tentang pilihan jurusan yang ada di perguruan tinggi terkemuka.
FBs unY bersama fakultasfakultas lain dari ugM, ITB, uI, uns, dan unDIP menghadirkan pameran hasil karya, dokumentasi kegiatan, dan juga pelayanan informasi bagi para siswa sMa. Panitia stan FBs dan Duta FBs, anggita Laras Pratama, dengan sigap melayani setiap pertanyaan pengunjung. Informasi seputar proses perkuliahan dan seleksi masuk memang seringkali ditanyakan selama pameran.
Tak hanya pelayanan informasi, stan yang dikoordinasi BEM FBs ini juga menunjukkan demo permainan alat gamelan saron. Banyak peserta mencoba bermain saron mengikuti dentingan nada yang dimainkan mahasiswa FBs. seorang siswa dari Jepang pun terlihat antusias ikut memainkan lagulagu Jawa dengan alat musik ini.
Di sesi presentasi (16/10), FBs sekali lagi menunjukan permainan musik gamelan kontemporer karya grup musik Plenthong Konslet dan pertunjukan tari dari HIMa seni Tari. Febi
LOKaKarYa Percepatan Tugas akhir menjadi titik awal mahasiswa untuk mempercepat studi. “Lulus tepat waktu”, demikian ungkapan sekaligus harapan Ketua Jurusan Pendidikan seni Tari FBs unY, ni nyoman seriati, M.Hum. agar sebagian besar mahasiswanya dapat lulus tepat waktu.
Lokakarya ini dihadiri sekitar �5 mahasiswa Pendidikan seni Tari angkatan 2008 dan dosen pendamping yang nantinya
akan membimbing mahasiswa menempuh tugas akhir. selama tujuh jam mahasiswa dicekoki ti
ga model peneliti
an di ruang seminar gedung Kuliah I lantai 2, sabtu, (1/10).
ada tiga narasumber yang hadir. Mereka adalah sri Harti Widyastuti, M.Hum. (Dosen Pendidikan Bahasa Jawa dan Wakil Dekan II FBs) dengan topik “Penelitian Kualitatif naturalistik seni dan Budaya”, Prof. suwarsih Madya, Ph.D. (Dosen Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris), yang mempresentasikan model Penelitian dan Pengembangan, serta Drs. sumaryadi, M.Pd. (Dosen Pendidikan seni Tari) dengan model Action Research dan Penelitian Kualitatif.
“Lokakarya ini setiap tahun pasti diadakan karena kegiatan semacam ini dapat percepatan mahasiswa untuk menyelesaikan studinya,” ungkap Kusnadi, M.Pd., dosen Pendidikan seni Tari yang juga menjadi moderator dalam lokakarya. Tica
BuKTI bahwa suatu karya memiliki kualitas baik mencakup tiga hal berikut: dapat dipublikasikan, banyak dibaca, dan dapat dijadikan bahan rujukan. untuk itulah Badan Pertimbangan Penelitian FBs unY mengadakan acara bertajuk seminar Hasil Penelitian Dosen FBs Tahun 2011.
seminar yang berlangsung Jumat, (21/10) di gedung Kuliah I ini adalah program di bawah naungan Wakil Dekan I dan digelar tiap tahun. acara yang digelar mulai 08.00 hingga 15.00 tersebut dihadiri oleh Dekan FBs, para wakil dekan, peneliti, pembahas, serta perwakilan dari BPP FBs.
acar ini harusnya dihadiri 37 peneliti, namun tiga di antaranya tak bisa hadir dikarenakan tugas lain. Peserta yang hadir kemudian dibagi menjadi 2 kelompok agar menghemat waktu presentasi. Presentasi dilakukan 1015 menit untuk setiap peneliti dilanjutkan dengan revisi oleh pembahas, serta saran, masukan, dan pesan dari peneliti lain.
Dalam sambutan di awal acara, Dekan FBs Prof. Dr. Zamzani, M.Pd. mengungkapkan bahwa sudah waktunya mengarahkan komitmen untuk meningkatkan kualitas penelitian, baik secara teknis maupun metodologis. Fitri
seminar Penelitian Dosen 2011
Lokarkarya Percepatan tugas akhir Pendidikan seni tari
FBs Unjuk Gigi di Padmanaba Faculty expo
Sri H Widyastuti
Foto-Foto: dokumen humas FBs unY
6 suara ungu oktoBer 2011
EVENT
Oleh Febi Puspitasari dan Scholastica W Pribadi
KOMunITas studi Budaya (KsB) Fakultas Bahasa dan seni unY di auditorium universitas negeri Yogyakarta (unY) menyelenggarakan seminar nasional Kebudayaan dengan tema “Menemukan Kembali Esensi Kebudayaan Indonesia dalam Membentuk Karakter Kebangsaan” dengan menghadirkan Sastrawan Taufiq Ismail dan Endri nugraha Laksana, Wakil Ketua DPrD sleman. seminar dihadiri 650 peserta di auditorium unY.
Ketua panitia, Tomi syafasyah, mengatakan bahwa terselenggaranya seminar ini berangkat dari kegelisahan mahasiswa akan penurunan asistensi kebudayaan Indonesia. Dengan kata senada, Ketua Komunitas studi Budaya menjelaskan, “seminar nasional kebudayaan ini diselenggarakan dengan maksud menyadarkan kembali kepada bangsa Indonesia akan esensi budaya Indonesia
serta mendefinisikan dan melestarikan budaya sebagai wujud karakter kebangsaan sedangkan bagi intektual muda dan masyarakat untuk memaknai dan memanfaatkan kebudayaan sebagaimana mestinya.”
Prof Dr. Zamzani, Dekan Fakultas Bahasa dan seni, juga menegaskan dalam pidato sambutan
Kebudayaan Membentuk Karakter Bangsa
perlunya kesadaran intelektual muda dalam menumbuhkan kepedulian masyarakat untuk mencintai kebudayaan Indonesia supaya tak diklaim negara lain.
seminar nasional ini diawali penjelasan Taufiq Ismail tentang format pembentukan karakter bangsa yang harus segera diubah. Beliau membandingkan
pembentukan karakter yang dilakukan pemerintah Indonesia dan negara lain dalam upaya pembentukan karakter bangsa melalui budaya membaca buku wajib bagi siswa. “negara yang beradab akan mewajibkan siswanya untuk memba
ca, mendiskusikan dan menuliskan buku,” tegasnya.
Menurut Taufiq Ismail, budaya ini harus digalakkan dengan serius agar Indonesia dapat membentuk karakter yang berkualitas sejak ketertinggalan Indonesia di umur kemerdekaan 61 tahun ini. Berdasarkan hasil survei yang Taufiq tunjukan, perbandingan
kewajiban membaca buku sastra sMa di 13 negara adalah 0 buku wajib baca dibandingkan dengan sMa Malaysia 6 Judul buku wajib dan sMa Belanda 30 Judul. Dari kategori jumlah karangan yang dihasilkan di sMa, keproduktifan siswa Indonesia adalah 1 halaman dalam setahun dibandingkan sMa Malaysia 50� halaman/tahun dan amerika serikat 158� halaman/tahun.
Wakil Ketua DPrD sleman Endri nugraha Laksana berbicara tentang kebudayaan sebagai pembentuk karakter bangsa. Endri memaparkan pemerintah telah berupaya sepenuhnya dalam melestarikan dan memberdayakan seni dan budaya Indonesia namun pemerintah membutuhkan kontribusi setiap elemen baik dari LsM maupun masyarakat dalam menghadapi tantangan budaya di dunia global.
Format pembentukan karakter bangsa harus segera diubah. Kita mampu mengejar ketertinggalan dengan menggalakkan budaya membaca.
negara yang beradab akan mewajibkan siswanya untuk membaca, mendiskusikan dan menuliskan buku.
taufiq Ismail dan endri Nugraha Laksana dalam Seminar Nasional kebudayaan di FbS UNY.
Foto
-Fo
to: d
ok
um
en
hu
ma
s F
Bs
un
Y
7suara ungu oktoBer 2011
BELuM banyak tersorot prestasi seni musik mahasiswa FBs. siapa sangka bahwa gitarisgitaris muda telah membawa nama harum unY di kancah nasional dengan prestasi gemilang secara berturutturut di 2011. salah satunya di ajang Open Guitar Competition (11/9/2011). Kompetisi ini diselenggarakan oleh Duatone, perkumpulan guruguru gitar di surabaya, yang diiikuti peserta dari seluruh Indonesia.
Berbeda dengan sebelumnya, para peserta kini bermain solo. gitarisgitaris dari unY akhirnya berhasil memboyong semua piala penghargaan kategori solo Klasik ke Yogyakarta. Juara I diraih Birul Walidaini yang membawakan lagu Coyunbaba karya Carlo Domenicani. Juara II Mardian Bagus dengan lagu klasik Chaccone
karya J.s Bach, dan Juara III menjadi milik pemain Grand Overture karya Mauro guillani, Yanuar Pamungkas. Permainan mereka dinilai oleh para gitaris juara nasional dan asia yang diketuai Bambang Leman.
Ditanya tentang kunci suksesnya, Birul Walidaini membuka rahasia, “Kata juri, saya bisa memainkan gitar dengan lebih tenang dibandingkan lainnya.” Hal ini tak lepas dari porsi latihan
yang dilakukan Birul bersama temantemannya, terutama ketika mendekati hari H.
Tak berpuas diri, laskar gitaris muda unY ini akan berkompetisi kembali dalam Kompetisi gitar Klasik nasional di Jakarta pada Desember depan. “Kami sudah mulai latihan sejak sekarang, jadi mohon doanya agar kami berhasil,” ajak Birul Walidaini dan kawankawan demi dukungan dari sivitas unY. Febi
FBs patut berbangga hati, pasalnya mahasiswa Kampus ungu ini tidak hanya pandai dalam bidang akademik namun juga bidang non akademik. seperti yang sudah diketahui, banyak kompetisi yang berhasil dimenangkan oleh mahasiswa FBs. Contohnya, lomba penelitian, lomba musik, lomba kreasi tari, dan lomba desain batik.
Begitu halnya dengan Tulus angga Wijaya, mahasiswa sastra Inggris 2009 yang baru saja berhasil meraih gelar Juara I Putra Bantul dalam ajang Pemilihan Putra Putri Bantul 2011. setelah melewati empat kali wawancara yang terdiri dari wawancara psikologibahasa
asing, media, pariwisata, dan bakat. Tulus berhasil lolos ke tahap 50 besar dan menyisihkan setidaknya 190 peserta lain. Dengan itu pula ia dipastikan mengikuti grand final yang dilakukan pada senin (16/10) di Pendopo “Parasamya” Kabupaten Bantul. selain Tulus ada beberapa mahasiswa yang maju ke50 besar, di antaranya Zyah rohmad Jaelani, mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris 2009 dan anisa Wulandari, mahasiswi Pendidikan Bahasa Jerman 2009.
Pada malam grand final, 50 finalis masingmasing melakukan fashion show dan kemudian barulah ditentukan 10 besar finalis yang terdiri dari 5 putra dan 5 putri. Kesepuluh finalis terpilih tersebut diwajibkan untuk menjawab pertanyaan dari
para dewan juri. Fitri ananda, wartawan Suara Ungu yang kebetulan ikut menyaksikan acara tersebut kemudian mewawancarai pengunjung. Bebe
rapa di antara mereka mengatakan bahwa Tulus mampu menjawab pertanyaan dengan jelas, baik dan menarik. Fitri
Ketenangan, Kunci Prestasi Gitaris Muda UnY
Mahasiswa sasing raih Gelar Putra Bantul 2011
tulus Angga Wijaya
birul Walidaini dan kawankawan di Open Guitar Competition.
8 suara ungu oktoBer 2011
Studi banding di Universitas Udayana dan Studi tour baliLombok Jurusan Pendidikan bahasa Daerah, 37 Oktober raker Senat dan Fakultas (Laporan Akhir Masa Jabatan Dekan FbS UNY), 79 Oktober, Malang Seminar Internasional Le Français en Indonésie Face À La Mondialisation, 8 Oktober, Gedung Kuliah I FBS Lokakarya
Metodologi Penelitian Seni Musik, 10 Oktober, Gedung Kuliah I FBS Makrab Jurusan Pendidikan bahasa Prancis, 15 Oktober, Wisma Hanoman Parangtritis Arisan Jurusan Pendidikan bahasa Prancis, 16 Oktober Pelatihan Metode Penelitian Linguistik dan Pengajaran bahasa Prancis, 17 Oktober, Gedung PLA FBS Workshop
Sosialisasi topik tugas Akhir, Strategi dan kiat Penulisan tugas Akhir Mahasiswa Pb Jerman, 20 Oktober, Gedung C13 FBS Seminar Nasional Cultural Identity in Language, Literature, and translation, 20 Oktober, Gedung Kuliah I FBS Workshop Pangkalan Data Akademik FbS UNY, 21 Oktober, Dream Lab Gedung C15 FBS Seminar Hasil
Penelitian Dosen FbS 2011, 21 Oktober, Gedung Kuliah I FBS Seminar Nasional Menemukan kembali esensi kebudayaan Indonesia dalam rangka Membentuk karakter kebangsaan, 27 Oktober, Auditorium UNY kunjungan Universitas Negeri Surabaya, 27 Oktober Yudisium Periode oktober 2011, 31 Oktober 2011, Gedung PLA FBS.
EVENT
AgendA
Oleh Febi Puspitasari
saBTu (22/10), 30 mahasiswa FBs bertolak ke Desa Kasongan Bantul untuk melakukan eksplorasi penelitian. Ketua uKMF Penelitian Limlarts, Zasqia Damai, menjelaskan, kegiatan tersebut bertujuan mengajak mahasiswa mendekatkan diri dengan masyarakat demi menemukan permasalahan dan potensi daerah. setelah eksplorasi, kata Zasqia, mahasiswa akan dipandu untuk mewujudkan solusi dan ideide mereka melalui pembuatan program penelitian.
sesampainya di lokasi, rombongan mendengarkan presentasi riwayat desa Kasongan dari seorang pengurus desa wisata, selanjutnya acara berakhir dengan tanya jawab. Proses Pengelolaan usaha Kasongan dan pembuatan
eksplorasi Penelitian ke Desa Kasongan
gerabah menjadi topik yang banyak ditanyakan. Kegiatan berlanjut dengan praktik membuat gerabah kreasi sendiri. Berawal dengan demo yang dilakukan seorang pengrajin, peserta kemudian mencoba membuat gerabah menggunakan teknik cetak dan manual.
Para pengrajin industri gerabah menyambut baik kegiatan ini. selama eksplorasi ke ‘dapurdapur industri’, mereka melayani setiap pertanyaan peserta tentang usaha gerabah, pemanfaatan bahan dasar, dan kendala proses. seorang pekerja di dapur industri Pak Temu mengemukakan, “Karena masih menggunakan alat pembakaran tradisional, terkadang susah menentukan suhu yang tepat selama pembakaran dan pengeringan,” keluhnya, “akibatnya beberapa gerabah re
tak dan biasanya tak bisa dipakai lagi.” Di tempat lain, seorang pekerja juga berkomentar, “Buyer produk Kasongan kebanyakan dari luar negeri, tapi orang lokal malah membeli produk kita di negeri orang itu,” Kelakarnya disambut tawa peserta dan pekerjapekerja lain.
Hasil observasi dan wawancara dengan para pengrajin ini lalu menjadi bahan diskusi peserta dalam penemuan solusi permasalahan dan potensi usaha daerah. Peserta dipandu mewujudkan ide melalui penelitian dalam bentuk PKMP (Penelitian), PKMM (Program Pengabdian Masyarakat), PKMT (Penciptaan Teknologi) dan PKMK (Program Kewirausahaan). Hasil diskusi setiap kelompok lalu dipresentasikan dan diapresiasi dengan berbagai bingkisan hadiah.
anggota uKMF Penelitian Limlarts terjun ke tengah para pengrajin gerabah. Mengasah kemampuan meneliti.
Anggota Limlarts mengamati dan mencoba membuat gerabah di Desa kasongan.
Foto-Foto: dokumen humas FBs unY
9suara ungu oktoBer 2011
LintAs
raBu (5/10), FBs unY kedatangan tamu istimewa dari mahasiswa Jurusan Bahasa dan sastra Indonesia Fakultas sastra dan Budaya (FsB) universitas negeri gorontalo (ung), guna menjalin persaudaraan dengan Jurusan Pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia (PBsI) unY.
acara diawali dengan sambutan Dekan FBs unY, Prof. Dr. Zamzani, M.Pd., lalu dilanjutkan sambutan Ketua Jurusan Bahasa dan sastra Indonesia ung, Dr. Fatmah umar, M.Pd, yang merasa tersanjung atas kesediaan FBs unY menyambut kedatangan mereka. “Ini merupakan kebanggaan yang tidak ternilai,” tegasnya. setelah itu,
kedua jurusan saling bertukar cinderamata sebagai simbol tali persaudaraan yang akan berjalan selamalamanya.
untuk memeriahkan acara pertemuan yang jarang terjadi ini, segudang kreativitas dari mahasiswa jurusan PBsI dipentaskan, seperti pembacaan tiga puisi oleh aushi, mahasiswa sastra Indonesia dan pementasan Teater Misbah yang dibalut dengan akustik musik kolaborasi kesenian Jawa yang dibuat dengan bahasa Indonesia. Demikian halnya, presentasi kebudayaan gorontalo, Tumbelotohe turut didiskusikan dalam kegiatan ini, di samping tarian dari gorontalo. Tica
unIvErsITas udayana (unud) memiliki sistem tata kelola kegiatan kebudayaan yang baik serta memiliki kesamaan dengan beberapa jurusan dan program studi di FBs unY. Karena itu, rombongan BEM dan Perwakilan Ormawa FBs unY melakukan studi Banding ke Fakultas sastra unud, Jumat (30/9).
acara dibuka dengan sambutan penerimaan rombongan oleh Putu Eka gunayasa selaku Ketua senat Fakultas sastra, dilanjutkan Ketua BEM FBs (Ikhwanul Habibi), dan diakhiri Do
sen Pendamping FBs unY (Wi
en Pudji Priyanto, M. Pd.). Presentasi dan Tanya Ja
wab adalah acara inti studi
Banding. Presentasi mengenai Program Kerja serta bagaimana merealisasikannya diawali dari Pihak unud dan dilanjutkan FBs. Dari situ, ada beberapa hal yang selaras dengan visimisi Fakultas, salah satunya “Bersatu dalam spirit Keanekaragaman,” terang guna.
Yang paling mencolok perbedaan antara kedua fakultas adalah sistem kerja ormawa. Dijelaskan bahwa tata kelola kepemimpinan unud menggunakan sistem garis komando, yang artinya senat membawahi semua HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan) yang ada di Fakultas sastra. Ini berbeda dengan FBs yang menggunakan sistem garis koordinat yang artinya semua organisasi mahasiswa berkedudukan sejajar. sesi tanya jawab dibuka dua termin. Dari situ pulalah kedua belah pihak saling berbagi dan memotivasi untuk melakukan suatu program kerja. Fitri
seni yang Mempersatukan Bangsa
Menimba ilmu ke Pulau seberang
Ikhwanul Habibi
alunan Musik Kamis MalamSiapa yang tak suka musik? Apalagi jika pertunjukan seni ini dilangsungkan secara gratis. Inilah yang ditawarkan Hima Seni Musik FBS UNY. Acara Kalem, singkatan dari Kamis Malem, dihelat untuk sharing kreativitas dan penyaluran minat musik. Kalem menampilkan berbagai perfomer dari Seni Musik dan Seni Tari. Kegiatan yang sudah berlangsung tiga kali (Februari, April, dan Oktober) selama 2011 ini merupakan panggung bagi siapa saja yang berminat untuk tampil dan ikut serta di dalamnya. Kalem meraup antusiasme tiap kali diadakan. Ini terbukti dari penuhnya Altar Seni Musik di hampir semua area. Para penikmat musik pun dijamu dengan sebuah gerobak angkringan. Nunggal
seminar Bahasa asingPada 10 November 2011, Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman FBS UNY akan menyelenggarakan seminar yang bertajuk “Pengajaran Bahasa Asing dan Pendidikan Karakter” di Ruang Seminar Lantai III Gedung Pusat Layanan Akademik FBS UNY. Tema ini diambil karena isu pendidikan karakter telah menjadi isu utama dalam dunia pendidikan. sebagai pembicara, panitia akan menghadirkan Prof. Dr. Putu Wijana (UGM), Dr. Manneke Budiman (UI), dan Prof. Dr. Chaedar Alwasilah (UPI). Kontribusi pendaftaran sebesar 75 ribu rupiah untuk mahasiswa, peserta umum 100 ribu, dan pemakalah dikenakan 150.000 ribu. Jika Anda berminat, silakan segera mendaftar di sekretariat panitia. Diyan
10 suara ungu oktoBer 2011
KABAR PLA
Oleh Diyan F Zahro
BEraWaL dari meningkatnya kebutuhan akan ketersediaan dan keamanan data akademik, tim IT FBs unY menggagas sebuah program yang tidak hanya mampu menyediakan data akademik, tapi juga bermacam data yang berkaitan kepentingan jurusan maupun fakultas.
Program yang dijuluki sebagai Pangkalan Data akademik ini dibuat sejak Juli 2011. selain berfungsi sebagai backup data dari sistem Informasi akademik (sIaKaD), program ini juga mengintegrasikan semua data jurusan dan fakultas secara digital, semisal data dosen, karyawan, atau profil jurusan. Pengintegrasian ini sangat penting, terutama untuk kepentingan akreditasi maupun untuk pengajuan hibah kompetisi.
Oleh karena itu, demi kelancaran pengembangan program di masa depan, Jumat (21/10) di Dream Lab diadakan workshop yang berkaitan dengan Pangkalan Data akademik FBs unY. se
banyak 25 orang admin jurusan dan fakultas mengikuti workshop ini. Mereka melakukan brainstorming dan mengumpulkan usulanusulan agar program ini dapat bekerja lebih optimal. Para admin tampak antusias menyambut program baru ini, mereka berharap Pangkalan Data akademik dapat mempermudah kinerja dalam memberi layanan terbaik kepada sivitas akademika FBs unY.
Penangggung Jawab program, ardi ariyanto, s.Pd. menjelaskan bahwa sementara ini Pangkalan Data akademik hanya dapat diakses oleh admin jurusan dan fakultas, sehingga tingkat keamanan datanya lebih terjamin. “Kami terus berupaya memperbaiki konten sekaligus tampilan program, sebelum mengonlinekan program ini,” ungkapnya. Masih dari ardi, “Tahap selanjutnya kami bakal mengundang para sekretaris jurusan untuk mendapatkan masukan yang lebih mendalam tentang berbagi aspek Pangkalan Data akademik ini.”
Workshop Pangkalan DataPangkalan data mengintegrasikan seluruh data secara digital. Mempermudah pelayanan.
“JurnaL penelitian adalah ruh dari eksistensi sebuah perguruan tinggi”, ungkap Prof. Dr. Burhan nurgiyantoro. Lebih lanjut Ketua redaksi Litera ini menjelaskan bahwa jurnal penelitian adalah media bergengsi bagi universitas dan berperan penting bagi para dosen yang ingin meraih gelar guru Besar. Ini tak dapat dipungkiri karena jurnal memuat karyakarya terpilih yang merupakan cermin keilmuan penulisnya.
Karena itulah keberdaan jurnal penelitian sangat penting, terlebih jurnal yang diakreditasi Dikti. Dari sekian banyak jurnal yang ada di unY, FBs memiliki Litera, jurnal istimewa yang pada Oktober lalu mendapat pengesahan atas kualitasnya. sesuai sK Dikti nomor 66b/DIKTI/Kep.2011, Litera resmi menyandang akreditasi B. Dengan demikian, Litera menjadi satu dari tiga jurnal terakreditasi di unY.
seleksi yang ketat dalam proses akreditasi dikarenakan Dikti ingin membatasi jumlah jurnal terakreditasi agar kualitas tetap terjaga. selain itu, agar terjadi ‘wirawiri’ naskah sehingga terjadi pertukaran ilmu dan komu
nikasi keilmuan yang erat. Bidang humaniora menjadi ruang lingkup dalam Litera, yang berfokus pada bahasa, sastra, serta pengajarannya.
“Ini prestasi, karena sekarang
sistem seleksi Dikti sangat ketat,” ujar Drs. anwar Efendi, M.si., sekretaris redaksi Litera sembari tersenyum bangga. Kegembiraan juga dirasakan Prof. Burhan, yang terus berjuang hingga Litera akhirnya diakui sebagai jurnal berkualitas. Diyan
Jurnal “Litera” FBs terakreditasi B
Foto
-Fo
to: d
ok
um
en
hu
ma
s F
Bs
un
Y
11suara ungu oktoBer 2011
tian juri dan Bapak Presiden, susilo Bambang Yudhoyono yang juga hadir di acara tersebut.
Batik buatan tangan rinik berbeda dengan batik di pasaran pada umumnya. Ia menjelaskan bahwa batiknya memiliki motif dan komposisi berbeda. Terkadang ia mencampurkan motif tradisional dengan motif modern, terkadang juga ia menggunakan
riniK
FIGUR
Oleh Nunggal Selarati
kecintaan terhadap sesuatu tidak selalu datang langsung begitu saja. Inilah yang terjadi pada ri
nik, Mahasiswi Pendidikan seni Kerajinan FBs unY. Batik adalah minatnya. Tapi ternyata ini berawal dari ketidaksengajaan.
“Tadinya saya senang sekali dengan akuntansi, tapi begitu masuk sMa saya malah didaftarkan di sekolah Kejuruan. Kebetulan jurusannya tekstil dan yang didalami adalah batik. Nah, sejak itulah saya mulai senang dengan batik,” terangnya.
rinik yang kedua orang tuanya bukan pembatik atau orang yang berkecimpung dalam dunia batik mulai merintis kecintaan pada warisan asli Indonesia ini. Walau bukan pembatik, ia mengaku bahwa dukungan dari kedua orang tuanya sangat berpengaruh. Keluarga serta kedua orang tua rinik menjadi motivator bagi dirinya untuk mengembangkan potensi dan kecintaannya terhadap batik tulis.
saat ditanya mengapa memilih batik, mahasiswi semester IX ini menjawab, “Dari salah jurusan itu, batik semacam pelabuhan saya untuk berkarya. Di sMK dan di jurusan pun diajari membatik. Jadilah saya makin suka batik.”
Hal ini berbuah manis. Tanggal 29 september 2011 lalu, rinik berhasil menyabet Juara I Lomba Desain Batik nasional. Dalam acara yang bertema “Batik Warisan Budaya Indonesia untuk Dunia” itu ia memperoleh segudang hadiah, teman, dan pengalaman. Buah karyanya yang berjudul Jagad Punokawan menarik perha
Batik, Pelabuhan untuk Berkarya
komposisi berbeda untuk motif tradisional buatannya. namun, secara pribadi, gadis yang lahir di sleman ini menyukai motif Sekar Jagad. Motif ini memiliki beragam bentuk. Ia merasa bahwa motif ini lain dari yang lain karena mempersatukan semua motif tradisi yang ada.
“Buat saya batik itu adalah kesenangan dan hobi. saya punya citacita untuk melestarikan batik sebagai warisan budaya,” ungkapnya. Ia menambahkan, “apalagi batik Indonesia sudah dikenal di kancah mancanegara dan memiliki keunikan yakni motifnya yang lebih detail dan kompleks dari batikbatik lain.”
rencana ke depannya adalah lulus dan membuka butik bersama sang adik. “Pertama sih saya ingin lulus dulu. Lalu saya juga berencana membuat butik atau semacam galeri bersama adik. Hitunghitung sebagai tempat berkarya,” pungkasnya.
Berawal dari “salah jurusan”, rinik justru menemukan potensinya dalam batik. Karyanya menjadi kampiun di Lomba Desain Batik nasional.
rinik
Lahir: Sleman, 20 Desember 1988 Program Studi/Jurusan: Pendidikan Seni Kerajinan/Pendidikan Seni Rupa Semester: IX Pendidikan: SMK 5 Yogyakarta Prestasi: Juara 1 Lomba Desain Batik Nasional 2011 orang tua: Yariman dan Sariyem.
12 suara ungu oktoBer 2011
anggapan demikian karena kita tahu sebelumnya ada hubungan kekerabatan antara budaya dan bahasa.
Tak semua hal dalam bahasa hanya perlu dianalisis secara dangkal, sehingga dalam hal ini kita tidak sekadar berkutat dengan ribuan arti dari setiap kata, yang ternyata belum tentu seluruhnya memiliki arti yang sama persis bila diterjemahkan sesuai kamus. apabila sudah bel
ajar tentang budaya Jerman, barangkali kita tak akan dibuat bertanyatanya bahwa terjemahan ke dalam bahasa Indonesia dari kalimat wie spät ist es adalah pukul berapa atau jam berapa.
adapun terjemahan sebenarnya yang sesuai kamus mendekati arti “seberapa telatkah?” Berbeda bukan jika kita menerjemahkannya secara bebas sehingga berbunyi “jam berapa?” Dalam terjemahan yang sesungguhnya, wie spät ist es seakan meng
APRESIASI
Budaya Bersemi karena Bahasa
Oleh Ira Lukiyanti
budaya manusia dengan segala kerumitannya tidak akan berkembang dan tidak dapat dipikir
kan tanpa bantuan bahasa (salzmann). Pernyataan tersebut semakin menegaskan bahwa bahasa merupakan dasar suatu budaya. Bahasa dan budaya merupakan dua hal tak terpisahkan, tidak bersifat substitusi melainkan komplementer. Kita barangkali paham betul hubungan bahasa dan budaya. Mengapa bahasa menjadi cermin dari budaya? Jawabannya mungkin sudah lama ada dibenak kita, yakni karena budaya membentuk bahasa.
aspekaspek budaya yang penting bagi anggota masyarakat bisa digarisbawahi. Di Jerman, misalnya, ada sebuah kalimat wie spät ist es. Kalimat ini digunakan untuk menanyakan waktu, dan jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti “jam berapa”. Padahal, padanan sesungguhnya untuk kata spät adalah “terlambat”. Di sinilah persoalannya, kenapa orang Jerman lebih menggunakan kata spät untuk menanyakan waktu?
Mungkin bagi yang mengenal bahasa Jerman sempat dibuat bertanyatanya mengenai kalimat tersebut. salah satu analisis sederhana yang dapat kita gunakan adalah: terlambat identik dengan jam karet atau molor. sudah umum diketahui bahwa masyarakat Jerman merupakan tipe ontime. Kemungkinan kata spät diambil dari budaya Jerman yang tepat waktu. Kita bisa ber
ilustrasikan bahwa orang Jerman selalu mengatakan “sudah seberapa telatkah aku?” untuk menanyakan waktu. Padahal, belum tentu mereka datang terlambat. Mereka amat menghindari keterlambatan, yang mungkin sama artinya dengan membuang waktu siasia. Waktu yang terbuang seharusnya bisa digunakan untuk melakukan start, tapi harus tertunda karena terlambat. Meski cuma beberapa menit, itu bisa sangat berpengaruh. Start yang tidak ontime menyebabkan segala hal dalam proses pekerjaan memakan waktu yang lebih lama, sehingga berdampak pada mundurnya finishing.
Waktu memang sangat penting bagi masyarakat Jerman. Wajar
jika salah satu negara yang terletak di benua Eropa ini memiliki sumber daya manusia yang mempunyai disiplin waktu cukup tinggi. Mungkin juga budaya tepat waktu itu turut melatarbelakangi kesuksesan Jerman sebagai penghasil penemuan besar terbanyak di dunia. sekadar informasi,
pada tahun 2002, hasil paten terbanyak di benua Eropa berasal dari Jerman, yakni mencapai 23 ribu, kemudian diikuti amerika serikat dan Jepang. Hasil penemuannya pun beragam, di antaranya di bidang teknologi, transportasi, dan kesehatan. Beberapa contohnya adalah penemuan format MP3 oleh Fraunhofer Institut yang kemudian diproduksi pertama kali oleh Jepang, televisi oleh Otto von guericke, rel kereta api oleh Werner von klemens,
tanpa bahasa, bisa jadi tak akan ada yang namanya warisan budaya. Budaya mampu mengatur pribadi
yang berlainan ke dalam kelompok, sehingga kepercayaan, nilai, perilaku, dan aktivitas yang diyakini membawa
kebaikan akan terbangun.
13suara ungu oktoBer 2011
kirimkan esai anda tentang bahasa, sastra, dan seni ke suaraungufbs@uny.ac.id berikut foto dan identitas diri.
aspirin oleh Felix Hoffmann, serta masih banyak lagi penemuan yang telah ditelurkan oleh negara yang hampir tidak kenal dengan istilah terlambat itu.
apakah kebanyakan negara yang masuk dalam klasifikasi negara maju memang memiliki budaya tepat waktu? ataukah itu sekadar kebetulan? Mari kembali sejenak pada contoh negara maju seperti yang telah disebut di atas. Budaya tepat waktu sudah menjadi nilai luhur di Jerman. Kita tahu, yang namanya budaya itu telah menjadi suatu kebiasaan yang diwarisan secara turuntemurun melaui bahasa. sehingga, karena bahasalah budaya tepat waktu di Jerman, amerika, dan Jepang senantiasa lestari.
Tanpa bahasa, bisa jadi tidak akan ada yang namanya warisan budaya. Budaya mampu mengatur pribadi yang berlainan ke dalam kelompok, sehingga kepercayaan, nilai, perilaku, dan aktivitas yang diyakini membawa kebaikan akan terbangun. Lantas bagaimana dengan istilah budaya telat? Istilah ini seakan dibenarkan karena ada unsur pembiasaan. Lalu benarkah telat merupakan budaya atau sekadar ajang ikutikutan kebiasaan beberapa individu yang dibudidayakan banyak individu waktu itu?
Pertanyaan tersebut terkait hubungan antara kesuksessan negara maju dan budaya tepat waktu. adakah hubungannya? Kalau begitu, apakah tepat waktu itu penting? Terkadang karena hal itu banyak juga yang dibuat marah dan ketinggalan informasi, bahkan bodoh karena sering tak bisa ikut pelajaran di kelas, misalnya. Coba bayangkan sejenak sembari kita mengulas bayangan tentang keistimewaan Jerman, amerika serikat, dan Jepang. Mereka mungkin sering membuat decak kagum kita dengan keberhasilannya yang cemerlang. seolaholah mereka dilahirkan dengan perlakuan yang berbeda da
ri sang Pencipta. Padahal, secara alamiah sifat manusia sama, tapi kebiasaan dan tradisilah yang membuat mereka jauh terpisah (Confucius).
Pernyataan tersebut bila disarikan adalah berupa: kebiasaan yang membuat setiap individu suatu daerah atau negara sama dan begitu dekat dengan kelompoknya serta berbeda dari individu lain yang berbeda kelompok. Jadi, mungkin budaya tepat waktu itu pula yang membuat kita jauh berbeda dengan mereka. Lalu apakah kita dapat semaju mereka selama ada anggapan telat adalah budaya?
Budaya ontime akan berdampak paralel pada kehidupan. Berawal dari budaya tepat waktu, mereka dapat mengorganisasi waktu secara apik. sebagai bukti, sesibuk apa pun, mereka tetap punya jatah waktu untuk
membaca berita, buku, meneliti, bahkan sekadar membaca pengumuman. secara keseluruhan dapat disarikan bahwa budaya tepat waktu orang Jerman telah tercermin dalam bahasanya, sehingga sebaiknya jika kita mempelajari bahasanya alangkah baiknya mengenal budayanya pula. Keberadaan budaya mampu memperjelas terjemahan di balik makna bahasa. Begitu pula, bahasa mampu menjaga budaya sehingga menjadi suatu warisan atau tradisi.
ira lukiyanti, mahasiswa Pendidikan Bahasa Jerman angkatan
2009 FBs unY.
na
tio
na
litY
inW
or
ldh
isto
rY.
ne
t
1� suara ungu oktoBer 2011
SASTRA
Cerpen Mutayasaroh
akbar
Akbar, anak tunggalku, kubesarkan seorang diri sejak dia baru berumur delapan tahun. Ibunya me
ninggal. akbar memilih tidak melanjutkan sekolah. Dia memilih melukis, bidang yang juga aku tekuni. Tapi nasibku selama ini tak seberuntung dirinya. aku tidak pernah membuahkan karya yang bisa disebut “master”.
akbar lebih tekun dari yang kukira. Tiap hari dia bereksplorasi dengan warna. gelap, terang, sendu, lembut, kasar. Dia mencatat tiap penemuannya dalam sebuah buku agenda. Dia melarangku melihatnya. sebenarnya aku ingin tahu apa yang ia tulis.
Beberapa waktu lalu kudengar dari mulutnya dia baru saja mengunjungi Museum affandi. “apa yang kamu dapat?” tanyaku. sangat banyak, katanya. ada banyak warna yang bisa ia dapat dan bahkan dicuri. Begitu masuk, dia mendapat banyak ide dan menuliskannya di buku catatan. Kalau hari ini dia sedang mengurung diri di studio, artinya dia sedang mengerjakan yang sudah lama dipikirkannya.
Entah bagaimana dia melihat yang tidak bisa aku lihat itu. suatu kali, dia melihat semut berjalan berbaris, yang membawa sesuatu berwarna putih. akbar menyebutnya makanan semut atau nasi. selama berjamjam, kejadian itu berada di halaman. aku sengaja membiarkannya, karena aku melihat diriku di dalam dirinya ketika itu. aku mengamati diriku sendiri lewat dia.
aku lihat dia tersenyum, menggumamkan sesuatu dan sesaat kemudian masuk ke dalam rumah. Wajahnya berseriseri, tersenyum puas karena telah menemukan harta karunnya. apa itu? aku juga tidak tahu, aku hanya
menyadari dia telah menemukan yang tak pernah aku sadari. Dua hari kemudian dia menunjukkan padaku sebuah lukisan setumpuk semut berwarna hitam. awalnya aku diam saja, sampai dia menanyakan apakah dia jenius? aku mengangguk, dia memang jenius. sejak itu, dia lebih sering berkunjung ke studio, tempat aku juga mengurung diri bila menemukan harta karun.
akbar terlalu sering ke studio daripada ke sekolah, membuatku ditegur berkalikali oleh kepala sekolah. Tapi aku juga tak bisa menghentikan kesenangannya. aku katakan padanya mengenai telepon dari kepala sekolah, dia hanya menjawab, “Besok aku akan menemuinya.”
Bukan hal yang mengejutkan bila keesokan harinya sepulang dari sekolah akbar mengatakan, “aku keluar, Kepala sekolah minta persetujuan Bapak.”
Pagi harinya, aku ikut dengannya menghadap kepala sekolah dan minta maaf atas kelakuannya, walaupun sebenarnya aku akui dia benar. Para petani tak semuanya lulus sekolah atau bahkan mungkin tak pernah sekolah. Pedagang dan orangorang lain juga ada yang tak mengenyam bangku sekolah. asalkan mereka mengusai bidangnya, ilmu berhitung dan mampu bernegosiasi dengan sedikit akal dan kejujuran—mungkin bila itu masih ada—mereka sudah bisa hidup dan mengolah kebutuhan hidupnya. akbar hanya ingin memupuk kemampuannya, memfokuskan diri pada apa yang diinginkannya.
aku iri padanya karena di usia yang masih muda dia sudah menyadari potensinya. Bereksperimen dan menertawakan karyanya sendiri. Bertemu dengan orangorang yang sama dengan
Jes
sic
aW
on
ka
.de
via
nta
rt.
co
m
15suara ungu oktoBer 2011
kirimkan cerpen dan puisi anda ke suaraungufbs@uny.ac.id berikut identitas diri.
PUisi
ecoute le Cri de Mon CœurOleh Arum
arum, mahasiswa Pendidikan Bahasa Prancis.
Je suis silence sans voixJe suis muette sans motQuand tu es devant moiJe n’ose que regarder ton dos
Tu entends? Mon Cœur qui crie l’amourC’est pour toi, la propriétaire de mon CœurAvec cet amour, j’espère qu’un jour,Je peux déclarer le cri de mon cœur
nya semakin membuatnya percaya kalau dirinya jenius dan hanya ini tujuan hidupnya.
Tapi, bagiku akbar tetap anak kecilku yang tak tahu apaapa.
“Warna merah tak selamanya berarti darah,” kataku, ketika kami samasama duduk di dalam studio menghadapi kanvas.
“aku tahu, Pak” jawab akbar,“Dan tidak selamanya abuabu
juga berarti abuabu,” ujarku.“aku tahu, tak perlu khawatir.”aku tidak mengkhawatirkan
nya. aku mengkhawatirkan warna yang dia campur.
“aku memang sering salah, tapi aku tak membuangnya, aku terus menggunakannya dan menyimpannya, itu akan membantuku mengingat kesalahan dan kekurangan,” ujarnya.
“Bukan itu masalahnya, warnawarna itu sulit dibeli kembali.”
“apa maksud Bapak? Bapak takut kehabisan uang?”
“Tidak,”Ku dengar dia menggerutu.“Kau bisa terjebak pada warna
yang kau inginkan,”
semua itu terjadi 10 tahun lalu. seperti baru tadi pagi, aku memejamkan mata lalu tibatiba saja sudah menjadi hari ini. aku
memandangi lukisan yang ukurannya cukup besar milik akbar, tak kusangka dia melukis potretku. rupanya aku terlihat sangat tua dimatanya.
aku bisa melihat tangannya yang sedang menyapukan warna di atas kanvas di wajahku. Wajahnya dan mataku menjadi satu dalam kerutankerutan masa tua. aku ada dalam dirinya, dia pun terlukis di sana. atau mungkin dia melihat dirinya sendiri?
“Tidak ada yang bisa menyamai Bapak,”
suaranya terdengar lebih berat dari sepuluh tahun yang lalu. Dia memang bagian dari diriku dan ibunya. Melihatnya membuatku bisa melihat istriku.
“sudah peyotpeyot rupanya,”“Itu hanya penglihatan Bapak
saja,” ujarnya.“aku tahu kau hanya menghi
burku,” kataku, disambut tawa yang berderai dari mulutnya, “selamat atas pameran tunggalmu.” aku menjabat tangannya, sebagian darahku yang mengalir ke dalam dirinya menyatu sesaat dengan dagingku.
Yang ingin aku kalahkan adalah Bapak. Dialah rivalku yang sebenarnya... Juli 1991
aku menemukan agendanya beberapa waktu lalu. Tak kusangka isinya hanyalah sejumlah bahasa dunia yang ia temukan. Entah sudah sejauh mana dia sebenarnya melangkah. Dia sudah bukan anak kecilku lagi yang harus aku khawatirkan. Yang ingin dia kalahkan sudah terkalahkan sejak awal.
“aku kembalikan bukumu,” kusodorkan buku berwarna cokelat itu kepadanya. Dia menerimanya dengan keheranan.
“Kupikir sudah hilang, di mana Bapak temukan ini?”
“sepertinya terjatuh di lantai, waktu kau datang ke rumah mengantarkan undangan pameranmu ini, kau pasti tidak sadar.”
“Mungkin… umm tapi, apa Bapak membaca isinya?”
“Ya, sedikit, aku selalu ingin tahu apa yang kau tulis.”
Dia tertawa, lebih bahagia dari 10 tahun yang lalu. Tawa kemenangan atas musuh abadinya.
mutayasaroh, mahasiswa Fakultas Bahasa dan seni unY
angkatan 2009.
morninglorYsunrise.BlogsPot.com
IMagEsUara UnGU
Ukiran arif tirtahana
Sejenis mainan yang bentuknya bisa bermacammacam, terutama manusia atau hewan serta tokohtokoh fiksi, ialah boneka (dari bahasa Por
tugal boneca). Boneka merupakan salah satu mainan paling tua, karena pada zaman Yunani, Romawi atau Mesir kuno, boneka sudah ada. Namun fungsi, bentuk, maupun bahan pembuatnya ternyata berbeda sekali antara dulu dan sekarang.
Pada Umumnya boneka dibuat sebagai mainan anakanak, namun kadangkadang digunakan untuk fungsifungsi ritual yang berhubungan dengan alam atau halhal yang bersifat gaib ataupun mistik, misalnya berupa upacaraupacara ritual keagamaan pada zaman dulu, permainan jelangkung, sihir ataupun upacara pemanggilan roh. Seringkali boneka ditemukan pada makammakam kuno atau situssitus sejarah maupun prasejarah. Dan boneka pun berkembang dari zaman ke zaman.
Ketertarikanku pada bentuk anak tampil dalam berbagai aspek, baik proses cara berfikir, keagresifan, bentuk tubuh, gaya bicara, tingkah laku, dan persoalannya. Walau begitu, istilah ini juga sering merujuk pada perkembangan mental seseorang. Meski usianya secara biologis dan kronologis sudah termasuk dewasa, namun bila dilihat dari perkembangan mentalnya atau urutan umurnya, siapa pun bisa diasosiasikan dengan istilah “anak”. Arif tirtahana, mahasiswa Seni rupa angkatan 2005
Judul : Anak bonekaUkuran : P x L x t (26 cm x 18 cm x 75 cm)Media : kayu Sengontahun : 2009
top related