strategi komunikasi komunitas wanita indonesia...
Post on 18-Mar-2019
227 Views
Preview:
TRANSCRIPT
STRATEGI KOMUNIKASI KOMUNITAS WANITA INDONESIA BERCADAR (WIB) DALAM MENSOSIALISASIKAN JILBAB BERCADAR
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh Rizky Nurul Ambia
1112051000057
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1437 H/2016 M
i
ABSTRAK
Rizky Nurul Ambia 1112051000057 Strategi Komunikasi Komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB)
dalam Mensosialisasikan Jilbab Bercadar Perkembangan budaya yang semakin pesat membuat jilbab menjadi
diterima oleh masyarakat, namun tidak demikian dengan cadar. Cadar merupakan penambah untuk penutup wajah sehingga hanya terlihat mata saja. Fungsi cadar mengalami pergeseran makna akhir-akhir ini, apalagi paska aksi terorisme. Masyarakat memiliki pandangan bahwa wanita bercadar merupakan sekelompok orang yang tertutup serta sebagai aliran atau kelompok keras. Di sisi lain, jilbab bercadar yang mereka kenakan merupakan simbol ketaatan kepada Allah dan menjaga perempuan agar tidak menjadi fitnah laki-laki yang bukan mahramnya.
Berdasarkan konteks diatas, maka muncullah pertanyaan penelitian. Pertanyaan penelitian nya adalah Bagaimana perumusan strategi komunikasi komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB) dalam mensosialisasikan jilbab bercadar? Bagaimana implementasi strategi komunikasi komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB) dalam mensosialisasikan jilbab bercadar? Bagaimana evaluasi strategi komunikasi komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB) dalam mensosialisasikan jilbab bercadar?
Strategi yang dilakukan oleh Komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB) dalam mensosialisasikan jilbab bercadar yaitu dengan cara melakukan pendekatan diri dan peduli dengan kehidupan sekitar sehingga masyarakat lebih mengenal dan nyaman dengan cadar serta berkurangnya stigma terhadap wanita yang menggunakan jilbab bercadar.
Secara garis besar strategi melalui tiga tahapan, yaitu: Pertama, perumusan strategi. Tahapan ini merupakan langkah-langkah yang harus diambil dalam perencanaan komunikasi. Yang kedua, Implementasi strategi. dalam tahapan ini berjalannya proses pelaksanaan strategi serta memanfaatkan sistem informasi dan menghubungkan sumber daya manusia dengan kinerja organisasi. Dan yang ketiga, evaluasi strategi. Tahapan ini untuk mengukur sejauh mana strategi itu dicapai.
Metode yang digunakan penulis adalah metode analisis deskriptif melalui pendekatan kualitatif, yaitu dengan cara melalui wawancara, observasi dan dokumentasi dari kegiatan mensosialisasikan jilbab bercadar yang dilakukan oleh Komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB).
Strategi komunikasi yang dilakukan oleh Komunitas WIB sudah sepenuhnya dilakukan. Tahapan awal yang dilakukan yaitu perumusan strategi, berupa memahami sasaran komunikasi, penyusunan pesan dan penetapan metode. Selanjutnya dalam tahap implementasi strategi, tertuang dalam beberapa program kegiatan yang berjalan dengan lancar dan mendapat respon yang baik dari masyarakat. Namun saat ini ada 2 program yang tidak berjalan lancar, karena terhambat oleh kesibukan para anggota dan SDM yang kurang memadai dalam mengkoordinir. Adapun kegiatan yang tidak termasuk dalam program kegiatan sosialisasi cadar tetapi memberikan dampak yang baik bagi internal WIB.
Kata kunci : strategi, komunikasi, komunitas, wanita, cadar
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, kasih sayang dan
karunia-Nya sehingga dapat mencurahkan selalu nikmat sehat dan panjang umur
dan atas izin-Nya penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam
senantiasa dilimpahkan kepada junjungan Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW.
Alhamdulillah, berkat usaha dan do’a skripsi yang berjudul “Strategi
Komunikasi Komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB) Dalam
Mensosialisasikan Jilbab Bercadar” dapat penulis selesaikan. Penulis menyadari
bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan.
Beribu-ribu ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang
telah membantu, mendukung, dan membimbing penulis selama proses
penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis ucapkan sedalam-dalamnya
kepada :
1. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Suparto, M.Ed, Ph.D selaku wakil Dekan I Bidang
Akademik, Dr. Hj. Roudhonah, M.Ag selaku wakil Dekan II Bidang
Administrasi Umum, serta Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan III
Bidang Kemahasiswaan.
2. Drs. Masran, MA dan Fita Fathurokhmah, M.Si selaku Ketua dan
Sekretaris jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
3. Drs. S. Hamdani, MA yang selalu memberikan dukungan kepada penulis.
iii
4. Prof. Dr. H. M. Yunan Yusuf, MA selaku dosen pembimbing skripsi yang
selalu memberikan bimbingan dan motivasi selama penulis menyelesaikan
penulisan skripsi untuk mencapai hasil yang lebih baik.
5. Bapak/Ibu seluruh staf pengajar di Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam Fakultas Dakwan dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan
ilmunya kepada penulis
6. Bapak/Ibu seluruh staf dan karyawan tata usaha bidang kemahasiswaan,
administrasi, keuangan dan kepustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang telah membantu penulis.
7. Bapak/Ibu seluruf staf dan karyawan Perpustakaan Fakultas dan
Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
membantu penulis dalam hal peminjaman buku-buku yang digunakan
sebagai referensi dan literatur dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai.
8. Bapak H.Samino AZ dan Ibu Siti Rodiyah serta Kakak dan Adik saya
yaitu Putik Rizky dan Rizky Noor Firdaus terima kasih untuk semua do’a,
kesabaran, pengorbanan dan dukungan yang tak ternilai kepada penulis.
9. Komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB) selaku narasumber - Ummu
Nida, Akhwan Dian, Ukhty Maryam, Ukhty Fitriyani, Ukhty Farah.
Terima kasih banyak sudah membantu penulis dan bersedia meluangkan
waktunya.
10. Teman-teman KPI 2012, terutama untuk teman-teman yang penulis
anggap sebagai keluarga yaitu KPI B 2012. Terima kasih banyak atas
pengalamannya dalam berbagi ilmu dan semua kebersamaannya yang
tidak pernah terlupakan.
iv
11. KKN LEBAH 2015 – Panji, Kiki, Miko, Dennis, Bogel, Lutfi, Ka Syahid,
Devi, Tika, Farida, Nisa, Anis, Rahmi, Betari dan Bidara. Terima kasih
atas kebersamaan dan kekompakannya selama berada di Desa Kedung
Kec. Gunung Kaler.
12. VOC UIN JAKARTA – Ka Rifki, Ka Riezky, Ka Putra, Ka Besar, Ka
Gina, Ka Nanda, Ka Ika, Wita, Puji. Terima kasih atas pembelajaran yang
sudah diberikan kepada penulis.
13. Komunitas AIR FILM – Bang Lebe, Bang Yusli, Bang Arga, Ka Wulan,
Ka Ikoh, Zoupi, Nina, Tamya, Imi, Nowe, Fani, Sulis, Alya, Dede, Donny
serta sineas angkatan 2014 dan 2016. Terima Kasih atas pembelajaran
yang sudah diberikan kepada penulis.
14. Riri, Putri, Sarah Hanan, Icha, Ira, Eka, Ulan, Arin, Ole, Rahman, Pipit,
Dita, Devi Feria, Keke, Devi N, Lulu, Wirna, Ryan, Ibnu yang selalu
memberikan do’a serta dukungan yang membuat semangat penulis.
Akhir kata penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala
kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat kepada para pembaca dan khususnya bagi diri penulis
sendiri.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Jakarta, 30 September 2016
Rizky Nurul Ambia
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................. .i
KATA PENGANTAR ........................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR............................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ............................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 7
D. Tinjauan Penelitian........................................................................ 8
E. Metodologi Penelitian ................................................................... 10
F. Sistematika Penulisan .................................................................... 14
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Strategi .......................................................................................... 17
1. Pengertian Strategi .................................................................. 17
2. Tahapan – Tahapan Strategi .................................................... 19
B. Komunikasi ................................................................................... 21
1. Pengertian Komunikasi............................................................ 21
2. Komponen Dasar Komunikasi ................................................. 23
C. Strategi Komunikasi ...................................................................... 25
3. Pengertian Strategi Komunikasi ............................................... 25
4. Fungsi Strategi Komunikasi ..................................................... 27
5. Langkah- Langkah Strategi Komunikasi .................................. 27
D. Sosialisasi ..................................................................................... 32
1. Pengertian Sosialisasi .............................................................. 32
2. Agensi Sosialisasi .................................................................... 33
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Pengertian Jilbab dan Sejarah Tradisi Cadar .................................. 35
1. Pengertian Jilbab ..................................................................... 35
2. Karakteristik Jilbab.................................................................. 35
vi
3. Sejarah Tradisi Cadar .............................................................. 37
4. Karakteristik Cadar.................................................................. 40
B. Latar Belakang Komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB) ...... 41
1. Sejarah Terbentuknya .............................................................. 41
2. Visi-Misi ................................................................................. 43
3. Logo ........................................................................................ 44
4. Fungsi ..................................................................................... 45
C. Organisasi Wanita Indonesia Bercadar (WIB) ............................... 45
1. Kepengurusan.......................................................................... 45
2. Program Kegiatan .................................................................... 46
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Perumusan Komunikasi Komunitas Wanita Indonesia
Bercadar (WIB) dalam Mensosialisasikan Jilbab Bercadar ............ 49
B. Implementasi Komunikasi Komunitas Wanita Indonesia
Bercadar (WIB) dalam Mensosialisasikan Jilbab Bercadar ............ 58
C. Evaluasi Komunikasi Komunitas Wanita Indonesia
Bercadar (WIB) dalam Mensosialisasikan Jilbab Bercadar ............ 75
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 84
B. Saran ............................................................................................. 86
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 88
LAMPIRAN
vii
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 4.1 Koleksi foto sosialisasi jilbab bercadar………………….….61
2. Gambar 4.2 Bentuk sosialisasikan jilbab bercadar di Facebook……........71
3. Gambar 4.3 Buku karya Ririn Irya dan FP Wanita Indonesia Bercadar...72
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peradaban hidup manusia telah berubah seiring perkembangan zaman
yang semakin pesat, salah satunya adalah mengenai gaya hidup berpakaian.
Berbagai alternatif gaya atau mode pakaian ditampilkan setiap harinya. Islam
merupakan agama yang memuliakan seorang muslimah dengan cara berpakaian
yang menutupi auratnya. Allah SWT. berfirman dalam surat An-Nur ayat 31:
“Katakanlah kepada kaum wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) Nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara lelaki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan
2
yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” 1
Ayat di atas diperuntukkan kepada seluruh kaum perempuan muslim di
manapun mereka berada. Meskipun aturan berpakaian tersebut nampak jelas,
namun ada beberapa pengecualian dan keringanan bagi perempuan dengan
kondisi tertentu. Beberapa alasan logis seorang perempuan muslim diwajibkan
menjaga cara berpakaiannya, antara lain untuk mencegah timbulnya fitnah dan
menarik perhatian laki-laki yang bukan mahramnya, menjauhkan wanita dari
gangguan laki-laki, menjadi keluhuran akhlak perempuan dan memelihara
kesucian agama bagi perempuan yang bersangkutan.
Perempuan muslim diwajibkan memakai pakaian yang menutup aurat.
Pakaian yang dimaksud bagi masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim adalah
pakaian yang dilengkapi dengan penggunaan jilbab. Makna jilbab dalam bahasa
Arab adalah pakaian yang lapang atau luas yang menutup aurat wanita.2 Allah
SWT. berfirman dalam surat Al-Ahzab ayat 59 berikut:
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”3
Dari perkembangan budaya, sampai saat ini jilbab sudah diterima oleh
masyarakat. Namun, lain halnya dengan cadar. Cadar merupakan penambah untuk
1 Mushaf Al-Qur’an Terjemah, surat An-Nur: 24:31, (Jakarta: Al-Huda, 2002). 2 Mulhandy Ibn.Haj., Enam Puluh Satu Tanya Jawab Tentang Jilbab (Yogyakarta: Espe
Press, 1992), h. 5. 3 Mushaf Al-Qur’an Terjemah, surat Al-Ahzab: 33: 59, (Jakarta: Al-Huda, 2002).
3
penutup wajah sehingga hanya terlihat mata saja. Sebagian besar pengguna cadar
beranggapan bahwa seorang wanita harus menutup sebagian wajah mereka dan
hanya menyisakan kedua matanya saja.4 Dasar dari penggunaan cadar adalah
untuk menjaga perempuan sehingga tidak menjadi fitnah dan menarik perhatian
laki-laki yang bukan mahramnya.5
Ada perbedaan pendapat mengenai wajib atau tidaknya penggunaan cadar.
Pendapat pertama mengatakan bahwa niqab (cadar) tidak termasuk syariat agama
Islam, dan justru hanya adat istiadat Timur Tengah saja, bahkan secara tegas
pendapat ini mengatakan niqab adalah bukan ibadah. Sementara jika merujuk
pada jumhur salafi-wahhabi, mempunyai dua pendapat, pertama menyatakan jika
wajah adalah aurat. Sementara dalam pendapat terakhir, Ibn Hanbal tidak
menyatakan wajah sebagai aurat.6 Dalam hal ini, dari sisi wanita bercadar itu
sendiri menyikapi dengan bijak adanya perbedaan tentang hukum cadar seperti
sunnah ataupun wajib.7 Masyarakat pun sebaiknya demikian, dapat menerima
dengan baik sunnah yang dilakukan oleh wanita yang menggunakan cadar.
Akan tetapi, fungsi cadar mengalami pergeseran makna akhir-akhir ini.
Apalagi paska aksi terorisme di Indonesia.8 Wanita bercadar serta merta memiliki
keterbatasan baru, tidak hanya harus menerima ‘kodrat’ sebagai perempuan,
bentuk diskriminasi baru, baik secara eksplisit maupun implisit menjadi hal yang
tak terelakkan artinya wanita bercadar mengalami diskriminasi berganda.
4 Mulhandy Ibn.Haj., Enam Puluh Satu Tanya Jawab Tentang Jilbab, h. 6. 5 Indra Tanra, “Persepsi Masyarakat Tentang Perempuan Bercadar,” Jurnal Equilibrum,
FKIP Unismuh Makassar, Volume II No. 1, Januari 2015, h.117. 6 Mutiah, “Dinamika Komunikasi Wanita Arab Bercadar,” Jurnal Penelitian Komunikasi,
FISIP Universitas PGRI Ronggolawe Tuban, Vol. 16 No. 1, Juli 2013, h.58. 7 http://www.wanitaindonesiabercadar.com, diakses pada 16 Maret 2016, pukul 15.00
WIB. 8 Lintang Ratri, “Cadar, Media dan Identitas Perempuan Muslim,” Jurnal Forum. Vol.39
No.2, 2011, h.30.
4
Keberadaan wanita bercadar masih belum dapat diterima secara penuh
oleh masyarakat, terdapat persepsi negatif terhadap wanita bercadar. Masyarakat
memiliki pandangan bahwa wanita bercadar merupakan sekelompok orang yang
tertutup serta sebagai aliran atau kelompok keras, sehingga penggunaan pakaian
bercadar dianggap mengganggu proses hubungan antar pribadi masyarakat.9
Wanita bercadar akhirnya tidak memiliki tempat di masyarakat.
Padahal jilbab yang disertai dengan cadar yang mereka kenakan
merupakan simbol ketaatan kepada Allah SWT. Selain itu, cadar dijadikan
sebagai pelindung ekstra dalam ruang sosial mereka termasuk di kota yang telah
menuju metropolitan dengan mayoritas tidak menggunakan cadar. Maka dari itu,
dibutuhkan sosialisasi kepada masyarakat agar penggunaan cadar ini tidak disalah
artikan dan diterima oleh masyarakat sebagai hal yang positif.
Hal inilah yang menjadi dasar founder (Pendiri) Komunitas Wanita
Indonesia Bercadar (WIB) Ummu Nida beserta para chapter (cabang
perhimpunan) yang tersebar di Indonesia. Walaupun ditengah-tengah perdebatan
wajib atau tidaknya penggunan cadar. Komunitas Wanita Indonesia Bercadar
(WIB) saling bahu membahu mensosialisasikan jilbab bercadar kepada para
wanita muslimah, agar penggunaannya tidak disalah artikan seperti halnya
menganggap bahwa wanita bercadar pengikut salah satu kelompok keras, serta
membuktikan walaupun wanita menggunakan cadar tidak akan menghambat
hubungan dengan masyarakat di sekitarnya.
Komunitas wanita Indonesia bercadar merupakan salah satu pelopor
komunitas bercadar di Indonesia. Komunitas ini merupakan komunitas muslimah
9 Mutiara Sukma Novri, “Konstruksi Makna Cadar Oleh Wanita Bercadar Jamaah Pengajian Masjid Umar Bin Khattab Kelurahan Delima Kecamatan Tampan Pekanbaru,” Jom Fisip,Vol 3 No. 1, Februari 2016, h. 2.
5
yang didirikan pada 1 September 2014 dengan tujuan menjadi sarana dakwah
untuk mensosialisasikan jilbab berikut cadar, agar masyarakat lebih mengenal dan
nyaman dengan sunnah cadar, mencoba meminimalisir stigma negatif yang
melekat pada wanita bercadar serta masyarakat dapat memahami bahwa cadar itu
dipakai untuk menjaga diri.10 Dalam melakukan kegiatan dakwahnya, Wanita
Indonesia Bercadar (WIB) menjadikan Al-Qur’an dan sunnah sebagai rujukan
utama. Selain itu juga komunitas WIB ini memiliki visi mensosialisasikan jilbab
berikut cadar sehingga menjadi pakaian muslimah dan berkurangnya stigma
negatif yang beredar di masyarakat.11
Komunitas Wanita Indonesia Bercadar ini mengalami kesulitan karena,
masyarakat masih tidak perduli terhadap hal tersebut. Maka dari itu, dalam
melakukan kegiatan sosialisasi ini harus memiliki suatu strategi yang efektif.
Strategi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi (communication
planning) dan manajemen komunikasi (management communication) untuk
mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus
dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara taktis dilakukan, dalam arti
bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu, tergantung kepada
situasi dan kondisi. Bisa dikatakan, dalam menentukan sebuah langkah, sangat
diperlukan strategi komunikasi sebelumnya. Agar pesan dapat tersampaikan
secara efektif hingga tercapainya tujuan secara umum.12
Strategi dalam segala hal digunakan untuk mencapai suatu tujuan yang
telah diciptakan. Tujuan tidak akan mudah dicapai tanpa adanya strategi, karena
10 Wawancara Pribadi dengan anggota WIB Depok Ukhty Farah, Depok, 10 Juni 2016. 11 http://www.wanitaindonesiabercadar.com, diakses pada 15 Maret 2016, pukul 16.00
WIB. 12 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2004), h. 29.
6
pada dasarnya segala tindakan atau perbuatan itu tidak lepas dari strategi.
Pemilihan strategi merupakan langkah krusial yang memerlukan penanganan
secara hati-hati dalam perencanaan komunikasi, sebab jika pemilihan strategi
salah atau keliru maka hasil yang diperoleh bisa fatal, terutama kerugian dari segi
waktu, materi, dan tenaga. Maka dari itu, strategi komunikasi sangat dibutuhkan
agar kegiatan sosialisasi ini berjalan dengan lancar dan sesuai dengan tujuan yang
sudah direncanakan.
Dari beberapa pernyataan di atas, untuk mengetahui bagaimana strategi
komunikasi yang dilakukan oleh Komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB)
dalam mensosialisasikan penutup wajah bagi wanita muslimah sehingga hanya
terlihat mata saja. Dengan alasan inilah dapat dibahas masalah yang dituangkan
dalam skripsi yang berjudul “Strategi Komunikasi Komunitas Wanita
Indonesia Bercadar (WIB) dalam Mensosialisasikan Jilbab Bercadar”.
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan ini lebih terarah, maka penulis memfokuskan pada
kegiatan komunikasi yang berkaitan dengan strategi komunikasi yang digunakan
oleh komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB) dalam mensosialisasikan jilbab
bercadar.
2. Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah pokok yang akan dibahas pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:
7
a. Bagaimana perumusan strategi komunikasi yang digunakan komunitas
Wanita Indonesia Bercadar (WIB) dalam mensosialisasikan jilbab
bercadar?
b. Bagaimana implementasi strategi komunikasi yang digunakan komunitas
Wanita Indonesia Bercadar (WIB) dalam mensosialisasikan jilbab
bercadar?
c. Bagaimana evaluasi strategi komunikasi yang digunakan komunitas
Wanita Indonesia Bercadar (WIB) dalam mensosialisasikan jilbab
bercadar?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan dan manfaat penelitian, sebagai berikut:
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok masalah yang penulis paparkan diatas, maka ada
beberapa tujuan yang diharapkan dapat dicapai dalam penelitian ini, antara lain:
a. Untuk mengetahui perumusan strategi komunikasi yang digunakan oleh
komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB) dalam mensosialisasikan
jilbab bercadar.
b. Untuk menganalisis implementasi strategi komunikasi yang digunakan
oleh komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB) dalam
mensosialisasikan jilbab bercadar .
c. Untuk menganalisis evaluasi strategi komunikasi yang digunakan oleh
komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB) dalam mensosialisasikan
jilbab bercadar
8
2. Manfaat Penelitian
Sedangkan manfaat penelitian yang diharapkan dalam penelitian ini antara
lain:
a. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dalam
bidang studi dakwah dan komunikasi, khususnya dalam kajian yang berkaitan
dengan strategi komunikasi.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, masukan dan
pendapat bagi penulis dan khususnya untuk komunitas Wanita Indonesia Bercadar
(WIB) agar lebih baik dalam mensosialisasikan jilbab bercadar dari sebelumnya,
sehingga muslimah Indonesia tergugah hatinya lebih menutup diri sesuai syari’at
Islam. Serta menambah ilmu bagi mahasiswa dakwah dan komunikasi yang
berminat dalam kajian komunikasi pada umumnya.
D. Tinjauan Pustaka
Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengadakan penelitian lebih lanjut
kemudian menyusunnya menjadi suatu karya ilmiah. Maka langkah awal yang
penulis lakukan adalah mengkaji lebih dahulu terhadap penelitian-penelitian
terdahulu. Adapun setelah penulis mengadakan suatu tinjauan kepustakaan,
akhirnya penulis menemukan beberapa judul yang penelitiannya memiliki
kemiripan dengan apa yang penulis teliti. Judul-judul tersebut antara lain:
Dian Putra menyimpulkan bahwa agar mensosialisasikan busana islami
terlaksana dengan baik, sangat dibutuhkan strategi komunikasi Harold D.
9
Lasswell yang menyatakan bahwa proses komunikasi yang unggul adalah dengan
menjawab pertanyaan :”who says what in which channel to whom with what
effect?” komunikasi ini akan berjalan lancar dan sesuai sasaran bila setiap
komponen yang dikatakan Lasswell dipadukan. Strategi yang digunakan adalah
dengan media atau komunikasi secara langsung.13
Popy Oktarini menyimpulkan bahwa strategi komunikasi yang digunakan
oleh Majelis Dhuha dalam mensosialisasikan program adalah menggunakan teori
Harold D. Laswell bahwa komunikasi adalah penyampaian pesan oleh
komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek, dalam
hal ini Majelis Dhuha menggunakan beberapa media diantaranya adalah brosur,
koran, televisi, dvd dan buku.14
Nany Suuryaningsih menyimpulkan bahwa strategi komunikasi yang
digunakan Layanan Kesehatan Umat dalam mensosialisasikan program wakaf
tunai ambulance plus adalah menggunakan model perencanaan strategi
komunikasi lima langkah dimana dalam model ini terdiri atas lima tahap yakni:
penelitian (research), perencanaan (plan), pelaksanaan (execute),
pengukuran/evaluasi (measure) dan pelaporan (report).15
13 Dian Putra, “Strategi Komunikasi Rumah Busana Ranti dalam Mensosialisasikan
Busana Islami,” (Jakarta: Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi,UIN Jakarta,2011), hal i. 14 Popy Oktarini, “Strategi Komunikasi Majelis Dhuha Nasional dalam Mensosialisasikan
Program Majelis Dhuha,” (Jakarta: Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi,UIN Jakarta, 2013), hal i.
15 Nany Suryaningsih, Strategi Komunikasi Layanan Kesehatan Umat (LKU) dalam Mensosialisasikan Program Wakaf Tunai Ambulance Plus di Masjid An-Nashr Bintaro,” (Jakarta : Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi,UIN Jakarta, 2013), hal i.
10
E. Metodologi Penelitian
1. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian yang digunakan oleh penulis adalah pendekatan
penelitian kualitatif yaitu dengan melakukan penelitian yang menghasilkan data
deskriptif yaitu metode penelitian dengan pengamatan langsung yang bersifat
interaktif dan memaparkan sesuai data yang didapat. Menurut Bogdan dan Taylor
metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati.16
Metodologi penelitian kualitatif mempunyai kelebihan yaitu penulis
dengan narasumber dapat berperan aktif dalam penelitian ini. Responden dalam
metode kualitatif berkembang terus untuk bertujuan sampai data yang
dikumpulkan dianggap memuaskan dan sumber data berada dalam situasi yang
wajar, tidak dimanipulasi oleh angket atau hasil tidak dibuat-buat.
Dalam penerapannya, pendekatan kualitatif menggunakan metode
pengumpulan data dan metode analisis yang bersifat non kuantitatif, seperti
penggunaan instrumen wawancara dan pengamatan. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini ialah analisis deskriptif yang berfokus pada penelitian non
hipotesis sehingga dalam langkah penelitiannya tidak perlu merumuskan
hipotesis.17
16 Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 4.
17 Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi (Jogjakarta: Gintanyali, 2004), h. 2.
11
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah Komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB)
sedangkan objek pada penelitian ini adalah strategi komunikasi komunitas Wanita
Indonesia Bercadar (WIB) dalam sosialisasikan jilbab bercadar.
3. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan mulai dari pertengahan Maret sampai dengan awal
September 2016. Sedangkan tempat penelitian ini dilakukan di jl. RTM Raya, Gg.
H. Salim rt 03/01, Kelapa Dua Kel. Tugu Kec. Cimanggis, Kota Depok – 16451.
4. Sumber Data
Sumber data merupakan sesuatu hal yang sangat penting untuk digunakan
dalam penelitian guna menjelaskan valid atau tidaknya suatu penelitian tersebut.
Dalam hal ini penulis menggunakan data primer dan sekunder. Berikut
penjelasannya:
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari objek
peneliti perorangan, kelompok dan organisasi.18 Dalam hal ini data yang diperoleh
dari hasil wawancara. Penggunaan teknik wawancara yaitu memperoleh
keterangan secara mendetail untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab
antara pewawancara dengan informan atau orang yang di wawancarai. Disini
peneliti mendapatkan informasi dari pihak komunitas Wanita Indonesia Bercadar
(WIB) yaitu founder-nya bernama Ummu Nida, suami Ummu Nida bernama Dian
Hendriyana selaku IT WIB, ketua chapter Depok bernama Ukhty Maryam, ketua
chapter Jakarta bernama Ukhty Fitriyani dan seorang member Wanita Indonesia
18 Rosadi Ruslan, Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2003), h.29.
12
Bercadar (WIB) yaitu Ukhty Farah. Serta mendapat informasi dari Likers
Facebook FP Wanita Indonesia Bercadar bernama Novitakiers dan Muslimah
yang hadir saat kopi darat bernama Iyah.
b. Data Sekunder
Memperoleh data dalam bentuk yang sudah tersedia melalui publikasi dan
informasi yang dikeluarkan oleh komunitas atau instansi-instansi. Dalam hal ini
sekunder yang diperoleh adalah catatan-catatan, dokumen-dokumen, brosur dan
sumber-sumber lain yang berkaitan dengan penulisan penelitian ini.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yaitu dengan cara penelitian lapangan atau
survey, sedangkan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah:
a. Observasi
Observasi ini dilakukan langsung dengan mengadakan pengamatan
langsung dengan mendatangi tempat berkumpul komunitas Wanita Indonesia
Bercadar (WIB) yang berada di jl. RTM Raya, Gg. H. Salim rt 03/01, Kelapa Dua
Kel. Tugu Kec. Cimanggis, Kota Depok pada tanggal 30 Mei 2016. Sebelumnya
penulis mengadakan pengamatan dalam acara “Kopdar Muslimah Se-
Jabodetabek” pada hari Minggu, 20 Maret 2016 di Masjid Kubah Emas
Depok. Selanjutnya melakukan pengamatan tambahan dalam acara Tabligh Akbar
& Penggalangan Dana yang bertajuk: “Sejuta Cinta Muslimah Indonesia Untuk
Suriah” pada hari Sabtu, 28 Mei 2016 di Masjid Nurul Islam Islamic Center
Bekasi, Jl. Ahmad Yani Bekasi Barat. Dengan tujuan agar dapat mengetahui hal
yang sebenar-benarnya terjadi ditempat penelitian yang berkaitan dengan strategi
komunikasi mensosialisasikan jilbab bercadar dalam menyelesaikan penelitian ini.
13
b. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data dalam metode
survey melalui daftar pertanyaan yang diajukan secara lisan terhadap responden
(subjek). Hal ini bertujuan untuk memberikan keleluasan pada narasumber dalam
menjawab pertanyaan yang diberikan agar tetap terarah pada masalah yang akan
dibahas. Melakukan wawancara dengan pihak komunitas Wanita Indonesia
Bercadar (WIB) yaitu founder-nya bernama Ummu Nida, suami Ummu Nida
bernama Dian Hendriyana selaku IT WIB, ketua chapter Depok bernama Ukhty
Maryam, ketua chapter Jakarta bernama Ukhty Fitriyani dan seorang member
Wanita Indonesia Bercadar (WIB) yaitu Ukhty Farah. Serta mendapat informasi
dari Likers Facebook FP Wanita Indonesia Bercadar bernama Novitakiers dan
Muslimah yang hadir saat kopi darat bernama Iyah. Dengan menggunakan metode
ini, peneliti memperoleh data yang sebenarnya dari narasumber secara utuh dan
laporannya secara deskriptif dalam bentuk kata yang diperoleh dari hasil
wawancara yang sudah dilakukan.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan proses pengumpulan dan pengambilan data
berbentuk gambar seperti foto kegiatan yang telah dilakukan oleh Komunitas
Wanita Indonesia Bercadar atau sebagainya yang berkaitan dengan penelitian.
6. Teknik Analisis Data
Analisa data merupakan upaya mencari data dan menata data secara
sistematis untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti
dan menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain.19 Analisis data kualitatif
19 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi IV (Yogyakarta: Rake Sasarin,
2000), h.115
14
dimulai dari melakukan analisis berbagai data yang berhasil dikumpulkan dan
dituangkan dalam bentuk laporan lapangan.
Tujuan analisis data ialah mengungkapkan data apa yang masih perlu
dicari, hipotesis apa yang perlu diuji, pertanyaan apa yang perlu dijawab, metode
apa yang harus digunakan untuk mendapatkan informasi baru dan kesalahan apa
yang harus diperbaiki.
Analisis data ini dilakukan dengan metode deskriptif dimana metode ini
menggambarkan apa adanya dengan sesuai situasi dan kejadian. Analisis data
ialah kegiatan analisis mengkategorikan data untuk mendapatkan pada hubungan,
tema, serta menyampaikan atau melaporkan apa yang bermakna kepada orang
lain.20
Selain menggunakan metode deskriptif, analisis data ini dilakukan
dengan teknik pengumpulan data dari hasil wawancara disertai dengan observasi.
Penulis merasa terbantu dengan hal ini, agar menunjang dan memperkuat data
yang sudah ada dengan apa yang narasumber katakan.
7. Pedoman Penulisan
Pedoman dalam teknik penulisan skripsi ini penulis merujuk pada buku
“Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi)” yang diterbitkan
oleh CeQDA (Center For Quality Development And Assurance) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2011. 21
20 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi IV, h. 120 21 Hamid Nasuhi, dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (CeQDA (Center For Quality
Development And Assurance), UIN Syarif Hidayatullah , 2011)
15
F. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan terarah, maka penulis
membagi pembahasannya ke dalam lima bab yang dibagi ke dalam sub-sub bab
sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Pendahuluan ini menguraikan secara singkat mengenai alasan pemilihan
judul, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan
pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN TEORITIS
Bab ini menerangkan tentang tinjauan umum mengenai konsep strategi,
tahapan-tahapan strategi, konsep komunikasi, komponen dasar komunikasi,
konsep strategi komunikasi, langkah-langkah strategi komunikasi, konsep
sosialisasi dan agen sosialisasi.
BAB III : GAMBARAN UMUM
Bab ini berkenaan dengan gambaran umum yang mencakup tentang
Komunitas Wanita Indonesia Bercadar yang meliputi: Pengertian Jilbab dan
Sejarah Tradisi Cadar, Latar Belakang Komunitas Wanita Indonesia Bercadar
(WIB) berupa Sejarah Terbentuknya, Visi-Misi, Logo, Fungsi dan Organisasi
Komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB) berupa Kepengurusan dan Program
Kerja.
BAB IV: TEMUAN DAN ANALISIS DATA
Bab ini membahas mengenai hasil temuan strategi komunikasi yang
digunakan Komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB) melalui tahapan
perumusan strategi, implementasi strategi dan evaluasi strategi yang digunakan
16
Komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB) dalam mensosialisasikan jilbab
bercadar sesuai dengan rumusan dan tujuan penelitian.
BAB V: PENUTUP
Bab ini memaparkan tentang kesimpulan dan memberikan saran-saran
serta di bagian terakhir memuat tentang lampiran-lampiran penelitian.
17
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Strategi
1. Pengertian Strategi
Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen
(management) untuk mencapai suatu tujuan. Dalam hal ini organisasi harus
mempunyai sebuah jalan yang mengarahkan pada tujuan. Jalan disini disebut
dengan sebuah strategi, harus menunjukkan bagaimana operasionalnya secara
taktis dilakukan, dalam arti bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda
sewaktu-waktu, tergantung kepada situasi dan kondisi. Bisa dikatakan, dalam
menentukan sebuah langkah, sangat diperlukan strategi komunikasi
sebelumnya. Agar pesan dapat tersampaikan secara efektif hingga tercapainya
tujuan secara umum. 1
Stephen Robbins mendefinisikan strategi sebagai penentuan tujuan
jangka panjang organisasi dan memutuskan arah tindakan serta mendapatkan
sumber-sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan.2 Dengan adanya
strategi yaitu sebagai cara untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan, baik
jangka panjang maupun jangka pendek dalam mencapai hasil akhir yang efektif.
Dalam menjalankan strategi perlu adanya tindakan-tindakan yang dilakukan
serta sumber-sumber yang menjadi faktor pendorong dalam mewujudkan tujuan
organisasi.
1 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2004), h. 29. 2 Morissan, Pengantar Public Relation Strategi Menjadi Humas Professional (Jakarta:
Randina Prakasa, 2006), h. 134.
18
Quinn menyatakan agar suatu strategi dapat efektif dilaksanakan dalam
sebuah program, harus mencakup beberapa hal, antara lain objektif, memelihara
inisiatif, konsentrasi, fleksibelitas, kepemimpinan yaitu kepemimpinan yang
memiliki komitmen dan terkoordinasi, kejujuran, dan keamanan. Strategi harus
menentukan langkah dan menetapkan tindakan terhadap peristiwa, bukan
bereaksi terhadap satu peristiwa. Selain itu, strategi juga mengamankan seluruh
organisasi dan semua operasi penting organisasi.3
Strategi haruslah bersifat dinamis, sehingga komunikator sebagai
pelaksana dapat segera mengadakan perubahan apabila ada suatu faktor yang
mempengaruhi suatu masalah yang menghambat komunikasi dapat datang
sewaktu-waktu, terlebih jika komunikasi langsung melalui media massa.
“Menurut Stainer dan Minner, strategi adalah penempatan misi perusahaan, penetapan sasaran organisasi dalam meningkatkan kekuatan eksternal dan internal, perumusan kebijakan dan strategi tertentu untuk mencapai sasaran dan memastikan implementasinya secara tepat, sehingga tujuan dan sasaran utama organisasi akan tercapai.”4
Penetapan sasaran organisasi tidak hanya meningkatkan faktor internal,
melainkan faktor eksternal juga harus bisa diperhatikan dan ditingkatkan. Faktor
eksternal merupakan faktor pendukung diluar faktor internal. Hal ini dilakukan
agar implementasi dapat berjalan lancar sehingga tujuan organisasi akan
tercapai sesuai rencana.
Berdasarkan pernyataan yang dikemukakan oleh beberapa ahli
komunikasi, maka penulis menarik kesimpulan bahwa strategi merupakan suatu
proses perencanaan terhadap suatu hal untuk mencapai suatu tujuan yang
3 Yusuf Zainal Abidin, Manajemen Komunikasi: Filosofi, Konsep dan Aplikasi (Bandung:
CV Pustaka Setia, 2015), h. 116. 4 George Stainner dan John Minner, Manajemen Strategi, penerjemah Agus Dharma
(Jakarta: Erlangga,1999), h. 21.
19
diharapkan, dengan menggunakan langkah-langkah yang jitu secara sistematis,
efektif dan efesien. Strategi menjadi acuan untuk mencapai hasil yang
diharapkan oleh sebuah organisasi atau perusahaan.
2. Tahapan-Tahapan Strategi
Pemilihan strategi merupakan langkah krusial yang memerlukan
penanganan secara hati-hati dalam perencanaan komunikasi, sebab jika
pemilihan strategi salah atau keliru maka hasil yang diperoleh bisa fatal,
terutama kerugian dari segi waktu, materi, tenaga dan juga tujuan yang
diinginkan pun tidak berjalan dengan baik. Oleh karena itu, strategi juga
merupakan rahasia yang harus disembunyikan oleh para perencanaan. Secara
garis besar strategi melalui tiga tahapan, yaitu:5
a. Perumusan Strategi
Langkah pertama yang dilakukan adalah merumuskan strategi yang akan
dilakukan. Sudah termasuk di dalamnya adalah membangun visi dan misi
organisasi, menetapkan tujuan strategi, memahami adanya peluang dan
ancaman eksternal, menetapkan kekuatan dan kelemahan secara internal,
menghasilkan strategi alternatif dan memilih strategi untuk dilaksanakan.
Dalam strategi juga ditentukan suatu sikap untuk memutuskan, memperluas,
menghindari dan melakukan suatu keputusan dalam proses kegiatan. Dalam
merumuskan strategi dilakukan dengan mengembangkan tujuan-tujuan apa saja
yang akan dicapai dan merumuskan strategi lainnya termasuk mengatasi faktor
eksternal dan internal. Selanjutnya memilih strategi alternatif dan strategi yang
5 Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep (Jakarta: Prenhalindo, 2002), h. 30.
20
akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan, serta menentukan sikap untuk
mengambil keputusan dalam proses kegiatan.
b. Implementasi Strategi
Setelah merumuskan dan memilih strategi yang telah ditetapkan, maka
langkah berikutnya melaksanakan strategi yang ditetapkan tersebut. Dalam
tahap pelaksanaan strategi yang telah dipilih sangat membutuhkan komitmen
dan kerjasama dalam pelaksanaan strategi yang tertuang dalam budaya
organisasi, jika tidak maka proses formulasi dan analisis strategi hanya akan
menjadi impian yang jauh dari kenyataan. Dalam implementasi strategi
bertumpu pada alokasi dan pengorganisasian sumber daya yang akan
ditampilkan melalui penetapan struktur organisasi yang efektif dan
mengarahkan komunikasi dan mempersiapkan anggaran atau dana untuk
berjalannya proses pelaksanaan strategi dan organisasi, serta mengembangkan
dan memanfaatkan sistem informasi dan menghubungkan sumber daya manusia
dengan kinerja organisasi.
c. Evaluasi Strategi
Setelah tahap strategi dilaksanakan, maka yang terakhir di lakukan dari
strategi adalah evaluasi strategi. Evaluasi strategi diperlukan karena
keberhasilan yang dapat dicapai dan dapat diukur untuk menetapkan tujuan
berikutnya, evaluasi menjadi tolak ukur strategi yang akan dilaksanakan
kembali oleh suatu organisasi dan evaluasi sangat diperlukan untuk memastikan
sasaran yang dinyatakan telah dicapai.
Maksudnya dalam tahap evaluasi strategi yakni melakukan kajian ulang
terhadap strategi yang digunakan dalam tahap implementasi strategi, karena
21
dalam tahap ini kita bisa melihat proses strategi yang sudah dijalankan.
Mengukur hasil, sesuai atau tidaknya dengan yang diharapkan dengan
kenyataan. Prosesnya dapat dilakukan dengan menyelidiki penyimpangan
pelaksanaan dari rencana. Setelah itu harus segera mengambil langkah korektif
untuk memastikan bahwa prestasi sesuai dengan rencana.
B. Komunikasi
1. Pengertian Komunikasi
Secara etimologis, komunikasi dipelajari menurut asal-usul katanya,
yaitu berasal dari bahasa Latin, communication, kata ini bersumber pada kata
comminis, yang artinya sama makna, sama makna disini maksudnya sama
makna atau sama arti. Berarti komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan
makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator yang
diterima oleh komunikan.6
Sedangkan secara terminologis, komunikasi berarti proses penyampaian
suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian itu jelas
bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang, di mana seseorang menyatakan
sesuatu kepada orang lain.7 Dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses
penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau
mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan maupun
tidak langsung melalui media.
Carld L. Hoveland mengatakan bahwa Komunikasi adalah proses ketika
seorang individu (komunikator) mentransfer stimuli (menggunakan lambang-
6 Yusuf Zainal Abidin, Manajemen Komunikasi: Filosofi, Konsep dan Aplikasi, h. 34. 7 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, h. 4.
22
lambang bahasa) untuk mengubah tingkah laku individu (komunikan) yang
lain.8 Dalam definisi Hoveland ini, komunikasi bukan hanya penyampaian
pesan dari komunikator kepada komunikan, melainkan juga mengubah sikap
sang komunikan. Contohnya seorang ustad yang memberikan tausiyahnya
disebuah majelis.
Everett M. Rogers & Lawrence Kincaid, menyatakan bahwa komunikasi
adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan
pertukaran informasi antara satu sama lain, yang pada gilirannya terjadi saling
pengertian yang mendalam.9Komunikasi merupakan proses sosial dimana
komunikasi melibatkan manusia untuk selalu berinteraksi satu sama lain,
sehingga mencapai suatu pemahaman yang sama.
Louis Forsdale mengatakan bahwa “Communication is the process by
which a system is established, maintained and altered by means of shared
signals that operate according to rules.” Komunikasi adalah proses
memberikan signal menurut aturan tertentu sehingga suatu sistem dapat
didirikan, dipelihara, dan diubah. Pada definisi ini, komunikasi juga dipandang
sebagai proses. Kata signal berupa verbal dan nonverbal yang mempunyai
aturan tertentu. Dengan adanya aturan ini, orang yang menerima signal dapat
memahami maksud dari signal yang diterimanya. Misalnya, setiap bahasa
mempunyai aturan tertentu, baik bahasa lisan, tulisan maupun bahasa isyarat.
Apabila orang yang mengirimkan signal menggunakan bahasa yang sama
8 Onong Uchjana Effendy, Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007), h. 31 9 Onong Uchjana Effendy, Komunikasi Teori dan Praktek, h. 32
23
dengan orang yang menerima, penerima dapat memahami maksud dari signal
tersebut.10
Berdasarkan definisi tersebut, pada hakikatnya komunikasi merupakan
proses. Istilah proses, artinya bahwa komunikasi berlangsung melalui tahap
tertentu secara terus-menerus. Proses komunikasi merupakan proses yang
dilakukan secara timbal balik karena pengirim dan penerima saling
memengaruhi satu sama lain. Pengirim pesan dapat berupa seorang individu,
kelompok atau organisasi. Demikian pula penerima pesan. Perubahan tingkah
laku, artinya perubahan yang terjadi di dalam diri individu, mungkin dalam
aspek kognitif, afektif atau psikomotor.
2. Komponen Dasar Komunikasi
Ada empat komponen dalam komunikasi, yaitu orang yang
mengirimkan pesan, pesan yang akan dikirimkan, saluran atau jalan yang dilalui
pesan dari pengirim kepada penerima, dan penerima pesan. Karena komunikasi
merupakan proses dua arah atau timbal balik, komponen output perlu ada dalam
proses komunikasi. Dengan demikian, komponen dasar komunikasi sebagai
berikut:11
a. Pengirim Pesan (Komunikator)
Pengirim pesan adalah individu atau orang yang mengirimkan pesan.
Pesan atau informasi yang akan dikirimkan berasal dari otak pengirim pesan.
Oleh sebab itu, sebelum mengirimkan pesan, pengirim harus membuat pesan
yang akan dikirimkannya. Membuat pesan adalah menentukan arti yang akan
10 Yusuf Zainal Abidin, Manajemen Komunikasi: Filosofi, Konsep dan Aplikasi, h. 32. 11 Yusuf Zainal Abidin, Manajemen Komunikasi: Filosofi, Konsep dan Aplikasi), h. 35.
24
dikirimkan kemudian menyandikan (encode) arti tersebut dalam suatu pesan.
Setelah itu, dikirimkan melalui saluran.
b. Pesan
Pesan adalah informasi yang akan dikirimkan kepada penerima. Pesan
dapat berupa verbal maupun nonverbal. Pesan secara verbal dapat secara
tertulis, seperti surat, buku, dan pesan secara lisan, seperti percakapan tatap
muka, percakapan melalui telepon dan sebagainya. Adapun pesan yang
nonverbal dapat berupa isyarat gerakan badan, ekspresi muka, dan nada suara.
Hal ini dilakukan untuk mendapatkan umpan balik (feed back) dari komunikan.
c. Saluran dan Media Komunikasi
Saluran merupakan jalan berlalunya pesan dari komunikato kepada
komunikannya. Ada dua jalan agar pesan komunikator sampai pada
komunikannya, yaitu tanpa media yang berlangsung tatap muka dan komunikasi
yang menggunakan media. Media yang dimaksud aialah media komunikasi,
artinya ini menggunakan teknologi media komunikasi.
d. Penerima Pesan (Komunikan)
Penerima pesan adalah orang yang menganalisis dan
menginterpretasikan isi pesan yang diterimanya. Umpan balik dari penerima
pesan memainkan peranan yang amat penting dalam komunikasi sebab ia
menentukan berlanjutnya komunikasi atau berhentinya komunikasi yang di
utarakan oleh pengirim pesan (komunikator).
e. Output
Output adalah respons penerima terhadap pesan yang diterimanya.
Adanya reaksi ini membantu pengirim untuk mengetahui sesuai tidaknya
25
interpretasi pesan yang dikirimkan dengan hal-hal yang dimaksudkan oleh
pengirim. Apabila arti pesan yang dimaksudkan oleh pengirim diinterpretasikan
sama oleh penerima, berarti komunikasi tersebut efektif.
C. Strategi Komunikasi
1. Pengertian Strategi Komunikasi
Strategi komunikasi merupakan keseluruhan perencanaan, taktik dan cara
yang akan dipergunakan oleh kelompok atau organisasi untuk melancarkan
komunikasi dengan memerhatikan keseluruhan aspek yang ada pada proses
komunikasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan.12
“Seorang pakar perencanaan komunikasi, Middleton membuat definisi mengenai strategi komunikasi dengan menyatakan bahwa Strategi komunikasi adalah kombinasi yang terbaik dari semua elemen komunikasi mulai dari komunikator, pesan, saluran (media), penerima sampai pada pengaruh (efek) yang dirancang untuk mencapai tujuan komunikasi yang optimal.”13
Strategi komunikasi yang dilakukan dalam suatu kelompok atau organisasi
yang terpenting adalah peran antara penerima pesan (komunikan) dan pemberi
pesan (komunikator) dan pesan (message), ketiga unsur kecil ini akan membantu
jalannya strategi komunikasi dengan didukung unsur-unsur lainnya. Hal ini dibuat
untuk mencapai suatu tujuan komunikasi yang efektif.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa strategi komunikasi merupakan
perencanaan dan taktik yang dibuat sedemikian rupa yang akan dilaksanakan oleh
kelompok atau organisasi untuk mencapai suatu tujuan. Strategi komunikasi
haruslah bersifat dinamis, sehingga jika ada perubahan atau faktor penghambat
12 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 65-66. 13 Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi (Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada, 2013, h. 61.
26
dalam proses komunikasi. Komunikator bisa mengambil langkah atau tindakan
yang lain dengan tepat. Sehingga strategi komunikasi yang sudah di rencanakan
dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
Menurut R. Wayne Peace, Brend D. Petterson dan M. Dallas Burnet dalam
bukunya Techniques for effective communication, seperti yang dikutip oleh
Onong Uchjana Effendy, tujuan sentral strategi komunikasi terdiri atas tiga tujuan
utama yaitu:
a. To secure understanding : memastikan bahwa komunikan mengerti pesan
yang diterima, andaikan sudah dapat dimengerti dan menerima maka
penerimaannya itu harus dibina.
b. To establish acceptance : setelah komunikan mengerti dan menerima
pesan, maka pesan ini harus dilakukan pembinaan.
c. To motivation action : setelah penerimaan itu dibina maka kegiatan ini
harus dimotivasikan.14
Tiga tujuan ini sangat berkaitan erat, karena yang pertama To secure
understanding: memastikan bahwa komunikan mengerti pesan yang diterimanya.
Andaikan sudah dapat mengerti dan menerima maka penerimaannya itu harus
dibina (To establish acceptance), yang pada akhirnya kegiatan dimotivasikan (To
motivation action).
2. Fungsi Strategi Komunikasi
Strategi komunikasi sangat dibutuhkan dalam proses komunikasi, karena
berhasil tidaknya kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh
14 Onong Uchjana Effendy, Komunikasi Teori dan Praktek, h. 32.
27
strategi komunikasi. Maka dari itu, strategi komunikasi memiliki fungsi ganda,
yaitu:
a. Menyebarluaskan pesan komunikasi bersifat informatif, persuasif, dan
instruktif, secara sistematik kepada sasaran komunikasi untuk memperoleh
hasil yang optimal.
b. Menjembatani akibat kemudahan diperolehnya dan kemudahan
dioperasioanalkannya media massa yang begitu ampuh, yang jika
dibiarkan akan merusak nilai-nilai budaya.15
3. Langkah-Langkah Strategi Komunikasi
Dalam realitanya melaksanakan strategi komunikasi diperlukan langkah-
langkah strategi yang perlu dijalankan untuk menyusun langkah-langkah tersebut
dibutuhkan suatu landasan pemikiran dengan memperhitungkan konten-konten
dalam komponen komunikasi serta faktor pendukung dan penghambat
komunikasi. Berikut langkah-langkah dalam strategi komunikasi:16
a. Mengenal Khalayak
Mengenal khalayak merupakan langkah awal yang harus dilakukan
komunikator sebagi pelaku strategi komunikasi serta usaha komunikasi yang
efektif. Dalam proses komunikasi, khalayak itu sama sekali tidak pasif, melainkan
aktif, sehingga antara komunikator dan komunikan bukan terjadi saling hubungan,
tetapi juga saling mempengaruhi.
15 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung : Citra Aditya
Bakti, 2003), h. 300. 16 Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi dan Praktek (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 184.
28
b. Menyusun Pesan
Langkah selanjutnya dalam perumusan strategi ialah menyusun pesan.
Dalam hal ini yang harus dilakukan yaitu menentukan tema dan materi. Syarat
utama dalam mempengaruhi khalayak dari pesan tersebut, ialah mampu
membangkitkan perhatian. Dalam masalah ini, Wilbur Schramm mengajukan
syarat-syarat untuk berhasilnya pesan tersebut sebagi berikut:
1) Pesan harus direncanakan dan disampaikan sedemikian rupa sehingga
pesan itu dapat menarik perhatian sasaran yang di tuju-tuju.
2) Pesan haruslah menggunakan tanda-tanda yang didasarkan pada
pengalaman yang sama antara sumber dan sasaran, sehingga kedua
pengertian itu bertemu.
3) Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi daripada sasaran dan
menyarankan cara-cara untuk mencapai kebutuhan itu.
4) Pesan harus menyarankan sesuatu jalan untuk memperoleh kebutuhan
yang layak bagi situasi kelompok di mana kesadaran pada saat digerakkan
untuk memberikan jawaban yang dikehendaki.
c. Menetapkan Metode
Mencapai efektivitas dari suatu komunikasi selain akan tergantung dari
kemantapan isi pesan, yang diselaraskan dengan kondisi khalayak dan sebagainya,
maka juga akan turut dipengaruhi oleh metode-metode penyampaiannya kepada
sasaran. Dalam dunia komunikasi pada metode penyampaian atau mempengaruhi
itu dapat dilihat dari dua aspek yaitu: menurut cara pelaksanaannya dan menurut
bentuk isinya.
29
Dalam dunia komunikasi pada metode penyampaian dapat dilihat dari dua
aspek yaitu: menurut cara pelaksanaannya dan menurut bentuk isinya. Hal
tersebut dapat diuraikan lebih lanjut, bahwa yang pertama, semata-mata melihat
komunikasi itu dari segi pelaksanaannya dengan melepaskan perhatian dari isi
pesannya. Sedangkan yang kedua, yaitu melihat komunikasi itu dari segi bentuk
pernyataan atau bentuk pesan dan maksud yang dikandung.
Dalam metode penyampaian atau mempengaruhi pesan menurut cara
pelaksanaannya, dapat diwujudkan dalam dua bentuk yaitu:
1) Redundancy (Repetition)
Metode redundancy atau repetition, adalah cara mempengaruhi khalayak
dengan jalan mengulang-ulang pesan kepada khalayak. Dengan metode ini banyak
manfaat yang dapat ditarik. Manfaat itu antara lain bahwa khalayak akan lebih
memperhatikan pesan itu, karena justru berkontras dengan pesan yang tidak
diulang-ulang, sehingga ia akan lebih banyak mengikat perhatian.
Manfaat lainnya, ialah bahwa khalayak tidak akan mudah melupakan hal
yang penting yang disampaikan berulang-ulang itu. Selanjutnya dengan metode
repetition ini, komunikator dapat memperoleh kesempatan untuk memperbaiki
kesalahan-kesalahan yang tidak disengaja dalam penyampaian-penyampaian
sebelumnya.
2) Canalizing
Untuk mempengaruhi khalayak haruslah terlebih dahulu mengerti tentang
kerangka referensi dan lapangan pengalaman dari khalayak tersebut dan kemudian
menyusun pesan dan metode yang sesuai dengan itu. Hal tersebut dimaksudkan,
agar khalayak tersebut pada permulaan dapat menerima pesan yang kita lontarkan
30
kepadanya. Komunikator terlebih dahulu mengenal khalayaknya dan memulai
melontarkan idenya sesuai dengan kepribadian, sikap dan motif khalayak atau
memulai komunikasinya sesuai dengan di mana khalayak itu berada (start where
the audience) kemudian diubah sedikit demi sedikit ke arah tujuan komunikator.
Cara inilah yang disebut dengan metode canalizing. Maksudnya komunikator
menyediakan saluran-saluran tertentu untuk menguasai motif-motif yang ada pada
dari khalayak. Juga termasuk proses canalizing ini ialah memahami dan meneliti
pengaruh kelompok terhadap individu atau khalayak.
Daniel Larner menyebut Empati, sebagai kesanggupan seseorang melihat
diri sendiri di dalam situasi orang lain, dan merupakan kepribadian yang mobil.
Artinya mudah menyesuaikan diri dengan kondisi, situasi dan kepribadian orang
lain yang dihadapi.
Sedangkan dalam metode menurut bentuk isinya ada beberapa metode
yang dikenal yakni diantaranya:17
(a) Informatif. Bentuk pesan yang bersifat informatif, yaitu suatu bentuk isi
pesan, yang bertujuan mempengaruhi khalayak dengan jalan (metode)
memberikan penerangan. Penerangan disini adalah berupa pesan yang
berisikan informasi berdasarkan fakta dan pendapat yang bisa
dipertanggung jawabkan kebenarannya.
(b) Persuasif. Persuasif berarti, mempengaruhi dengan jalan membujuk.
Dalam hal ini khalayak digugah baik pikirannya, maupun dan terutama
perasaannya. Metode persuasif, dengan demikian merupakan suatu cara
17 Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi dan Praktek, h. 184.
31
untuk mempengaruhi komunikan, dengan tidak terlalu banyak berpikir
kritis.
(c) Edukatif. Metode edukatif, sebagai salah satu usaha mempengaruhi
khalayak dari suatu pernyataan umum yang dilontarkan, dapat diwujudkan
dalam bentuk pesan yang berisi: pendapat-pendapat, fakta-fakta dan
pengalaman-pengalaman. Oleh karena itu suatu pernyataan kepada umum
dengan memakai metode edukatif ini, akan memberikan pengaruh yang
mendalam kepada khalayak kendatipun hal ini akan memakan waktu yang
sedikit lebih lama dibanding dengan memakai metode persuasif.
d. Penggunaan Media
Sebagaimana dalam menyusun pesan dari suatu komunikasi yang ingin
dilancarkan, kita harus selektif, dalam arti menyesuaikan keadaan dan kondisi
khalayak. Pemilihan media komunikasi pun harus demikian adanya, karena untuk
mencapai sasaran komunikasi harus dapat memilih secara tepat media komunikasi
yang digunakan, tergantung pada tujuan yang akan dicapai, pesan yang akan
disampaikan, dan teknik yang akan digunakan.
Kesimpulannya strategi komunikasi adalah cara yang digunakan untuk
mencapai tujuan komunikasi, dan dalam melaksanakan strategi komunikasi
terdapat beberapa langkah untuk mengenal khalayak yakni: menyusun pesan,
menetapkan metode komunikasi, dan penggunaan media. Jika langkah-langkah ini
dilakukan dengan komunikasi yang efektif maka, tujuan komunikasi yang sudah
direncanakan akan berjalan dengan baik.
32
D. Sosialisasi
1. Pengertian Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses dalam mana individu menerima kemudian
menginternalisasikan menghayati banyak nilai sosial, kepercayaan, pola-pola
perilaku dari kebudayaan mereka. Proses sosialisasi berlangsung interaktif dan
resiprokal. Dengan proses tersebut, individu akan mengetahui dan menjalankan
hak dan kewajibannya berdasarkan peran status masing-masing dan kebudayaan
suatu masyarakat.18
Sosialisasi merupakan dasar bagi setiap subsistem dalam sebuah
masyarakat yang berjuang untuk melanjutkan dan mempertahankan sebuah sistem
yang stabil.19 Dengan begitu, jelas bahwa sosialisasi adalah proses berbaur,
mencari tahu, memberi tahu dan interaksi antara satu orang dengan orang lainnya
Kemudian Peter L. Berger mendefinisikan sosialisasi sebagai “a process
by which a child learns to be a participant member of society” atau proses melalui
dimana seorang anak belajar menjadi seorang anggota dalam masyarakat.20
Maksudnya adalah seseorang yang berusaha untuk mengetahui sesuatu yang
belum diketahuinya secara jelas dan detail. Dimana saat itu dia berada di tengah
orang-orang yang akan berinteraksi padanya dengan memberikan sejumlah
informasi.
Sosialisasi merupakan usaha untuk mengubah milik perseorangan menjadi
milik publik, proses belajar seorang anggota masyarakat untuk mengenal dan
menghayati kebudayaan masyarakat dilingkungannya. Sosialisasi juga merupakan
18Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group,2011), h. 880. 19 Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna, h. 881. 20 Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi (Jakarta: Lembaga Penerbit: Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia,2004), h. 21.
33
upaya memasyarakatkan sesuatu sehingga menjadi dikenal, dipahami, dihayati
oleh masyarakat agar tidak disalah artikan.
Sosialisasi merupakan proses belajar mengajar mengenai pola-pola
tindakan interaksi dalam masyarakat sesuai dengan peran dan status sosial yang
dijalankan masing-masing. Dengan proses itu, individu akan mengetahui dan
menjalankan hak dan kewajibannya berdasarkan peran status masing-masing dan
kebudayaan suatu masyarakat.21
Dari pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa sosialisasi adalah sebuah
proses dimana seseorang belajar melalui berinteraksi antara satu orang dengan
orang lainnya, sesuai dengan peran dan status sosial dalam masyarakat sehingga
individu akan mengetahui dan menjalankan hak dan kewajibannya. Sosialisasi
merupakan proses yang terus terjadi selama hidup kita.
2. Agensi sosialisasi
Agensi sosialisasi adalah individu-individu, seperti orang tua dan guru,
yang melakukan sosialisasi kepada orang lain. Agensi sosialisasi adalah
sekelompok orang, yang setiap anggotanya terus menerus berinteraksi, yang bisa
mempengaruhi perkembangan kepribadian seseorang sepanjang hidupnya. Agensi
sosialisasi yang paling kita kenal ada empat yaitu keluarga, kelompok bermain,
media massa, lembaga pendidikan (sekolah), masyarakat dan Negara serta agen-
agen sama lain.22
Pesan-pesan yang disampaikan agen sosialisasi berlainan dan tidak
selamanya sejalan satu sama lain. Proses sosialisasi akan berjalan lancar apabila
21 http://www.zonasiswa.com/2014/07/pengertian-sosialisasi.html diakses pada 22 Mei
2016 pukul 20.00. 22 M. Amin Nurdin dan Ahmad Abrosi, Mengerti Sosiologi (Jakarta: UIN Jakarta Press,
2006), cet ke.1 h. 80.
34
pesan-pesan yang disampaikan oleh agen-agen sosialisasi itu tidak bertentang atau
selayaknya saling mendukung satu sama lain.
Dalam melakukan sosialisasi, maka dibutuhkan media sebagai alat
berlangsungnya antara lain yaitu media massa. Media massa memiliki berbagai
bentuk yang terdiri atas media cetak (surat kabar, majalah, bulletin) maupun
media elektronik (radio, televisi, film, internet) itu semua merupakan bentuk
komunikasi yang menjangkau sejumlah banyak orang. Media massa
diidentifikasikan sebagai suatu agen sosialisasi yang berpengaruh pula terhadap
perilaku khalayak. Peningkatan frekuensi penerapan masyarakat pun memberi
peluang bagi media massa untuk berperan sebagai suatu agen sosialisasi yang
semakin penting.23
23 Dwi Narwoko-Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar (Jakarta: Prenada Media,
2005), h. 56.
35
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Pengertian Jilbab dan Sejarah Tradisi Cadar
1. Pengertian Jilbab
Jilbab berasal dari bahasa Arab yang jamaknya Jalabiib artinya pakaian
yang lapang atau luas. Pengertiannya adalah pakaian yang lapang dan dapat
menutup aurat wanita.1 Lebih jelasnya jilbab adalah kain mengulur yang menutupi
seluruh tubuh dari atas hingga mata kaki.2
Menggunakan pakaian pada dasarnya ialah untuk menutup yang perlu
ditutup dan tidak ingin diperlihatkan. Yang ditutup itu adalah badan yakni tempat
bersemayamnya ruh atau jiwa. Karena ruh adalah milik Allah semata dan
diberikan kepada manusia untuk dijaga baik-baik dan diberikanNya petunjuk
untuk menjaganya.3
Jilbab bukan hanya menutup badan, tetapi jilbab menghilangkan rasa
berahi yang menimbulkan syahwat. Agar tidak merangsang syahwat, maka
hendaklah ditutup segala yang memalukan. Memakai jilbab atau mengenakan
kerudung itu hukumnya wajib bagi para muslimah.4 Jilbab merupakan sesuatu hal
yang diperintahkan oleh Allah SWT. dan wajib hukumnya untuk digunakan kaum
wanita.
1 Mulhandy Ibn.Haj., Enam Puluh Satu Tanya Jawab Tentang Jilbab, h. 5. 2 Ririn Irya dan FP Wanita Indonesia Bercadar, “Generasi Ghuroba’: orang-orang yang
terasing,” h. 52. 3 Fuad Mohd. Fachruddin, Aurat Dan Jilbab Dalam Pandangan Mata Islam (Jakarta: CV.
Pedoman Ilmu Jaya, 1984), h. 33. 4 Mulhandy Ibn.Haj., Enam Puluh Satu Tanya Jawab Tentang Jilbab, h.7.
36
2. Karakteristik Jilbab
Ada beberapa karakteristik dalam berjilbab sesuai ajaran agama Islam, antara
lain:5
a. Bukan Berfungsi Sebagai Perhiasan
Allah telah melarang para wanita untuk menampakan perhiasan yang ada
pada dirinya dan memerintahkan kepada mereka agar memanjangkan jilbab dan
kain kerudungnya untuk menutupi perhiasan tersebut. Dengan demikian, jilbab
maupun kain kerudung berfungsi sebagai pelindung terhadap perhiasan yang
dipakainya agar tidak terlihat oleh pandangan laki-laki asing.
b. Kainnya Harus Tebal, Tidak Tipis
Seorang wanita harus memakai pakaian yang terbuat dari bahan yang
tebal. Dengan demikian seluruh tubuhnya akan tertutupi dengan sempurna, tidak
akan terlihat dari pandangan orang lain, dan akan mencegah dari munculnya
fitnah. Apabila pakaian yang dikenakan terbuat dari bahan yang tipis dan
transparan, maka fungsi pakaian tidak lagi ada padanya.
c. Harus Longgar, Tidak Ketat
Selain kain yang tebal dan tidak tipis, maka pakaian tersebut haruslah
longgar, tidak ketat, sehingga tidak menampakkan bentuk tubuh wanita muslimah.
d. Tidak Diberi Wewangian atau Parfume
Perhatikanlah salah satu sabda Nabi saw. berkaitan tentang wanita-wanita
yang memakai wewangian, lalu ia melewati kaum laki-laki agar mereka
mendapatkan baunya, maka ia adalah pezina. Maka hendaknya kita lebih berhati-
5 Ririn Irya dan FP Wanita Indonesia Bercadar, “Generasi Ghuroba’ : orang-orang yang
terasing,” h. 54-56.
37
hati lagi dalam menggunakan segala jenis bahan yang dapat menimbulkan
wewangian pada pakaian yang kita kenakan keluar.
e. Tidak Menyerupai Pakaian Laki-Laki
Rasulullah telah melarang dan melaknat seorang wanita yang menyerupai
laki-laki, baik dalam hal berbusana maupun yang lainnya. Hikmah dilarangnya
seorang wanita menyerupai laki-laki bahwa, kesempurnaan seorang wanita
terletak pada keteguhannya dalam mengenakan busana yang sudah menjadi ciri
khasnya dan atribut perhiasan yang sesuai baginya, hal itu untuk melindungi dan
menutupi mereka. Apabila seorang wanita memaksakan diri keluar dari apa yang
menjadi ciri khasnya, baik dalam masalah pakaian ataupun yang lainnya, maka ia
telah keluar dari fitrah dan kepribadiannya.
f. Tidak Menyerupai Pakaian Wanita Kafir
Dari ‘Abdullah bin “Umar Radiallahu ‘Anhuma, Rasulullah saw.
bersabda:
“…dan barang siapa menyerupai suatu kaum maka ia termasuk golongan mereka.”6
g. Bukan Termasuk Pakaian Untuk Mencari Popularitas
Hendaklah pakaian itu bukan untuk mencari popularitas. Baik pakaian
tergolong mahal untuk berbangga-bangga dengan dunia dan perhiasannya, atau
pakaian yang bernilai rendah dan hina untuk memperlihatkan kefakirannya
dengan tujuan riya. Namun bukan berarti ia tidak boleh memakai pakaian yang
baik atau bernilai mahal. Karena pengharaman di sini berkaitan dengan keinginan
mencari popularitas.
6 HR. Ahmad no. 5114, 5115, dan 5667.
38
3. Sejarah Tradisi Cadar
Cadar sudah dikenal oleh sebagian bangsa Arab sebelum Islam, dan
merupakan salah satu model pakaian dan perhiasan wanita. Cadar dikenal
manusia pada zaman Rasulullah saw. dan yang dikenal oleh nenek moyang kita di
Turki dan Mesir, dan yang dikenal oleh wanita-wanita Badui di perkampungan-
perkampungan Saudi dan Mesir, demikian pula sebagian wanita Negara-negara
Teluk.7
Setelah islam datang, islam tidak memerintahkannya dan tidak
melarangnya, melainkan membiarkannya menjadi tradisi manusia. Sudah
dimaklumi, bahwa model pakaian pada umumnya diserahkan oleh syar’i kepada
kaum muslim untuk memilihnya sesuai dengan kondisi kehidupan mereka secara
geografis dan sosial. Juga yang terpenting mereka mematuhi adab-adab yang telah
ditetapkannya, apa pun model yang dipilihnya.
Memakai cadar ini jarang terjadi di dalam masyarakat muslim di Mekah
dan Madinah pada zaman Nabi saw. ini berarti bahwa Ummul Mukminin menutup
wajah mereka dalam umumnya keadaan mereka dengan penutup selain cadar
seperti ujung jilbab. Tetapi apabila mereka hendak keluar dengan sembunyi-
sembunyi, mereka memakai pakaian yang tidak biasa, dan memakai cadar itulah
yang menyebabkan mereka sembunyi-sembunyi, karena biasa dipakai oleh
sebagian wanita Arab pendatang dari luar Mekah dan Madinah, dan jumlah
mereka sedikit.
Ada sejenis pakaian yang biasa dipakai oleh golongan elit, ada yang biasa
dikenakan oleh masyarakat umum, dan ada pula yang biasa dipakai oleh
7 Abdul Halim Abu Syuqqoh, Kebebasan Wanita (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), h.
291.
39
pembantu dan bekas budak. Wanita-wanita merdeka dan terhormat berciri khas
dengan memakai kain yang menutupi mukanya dengan tersisa matanya saja yaitu
niqab (cadar) bersama pakaian yang lain seperti jilbab. Sedangkan wanita miskin
atau budak memakai pakaian minim dan membuka wajahnya. Bahkan kadang-
kadang membuka kepalanya, seakan-akan sebagai simbol kepapaan. Sebaliknya,
bercadar sebagai simbol kemewahan.
Mengenai jilbab,Al-Qur’an telah memerintahkan wanita-wanita merdeka
untuk mengulurkannya, agar dengan begitu mereka berbeda dengan wanita budak
yang merupakan salah satu lapisan masyarakat pada waktu itu. Sementara itu
penyebutan niqab (cadar) tidak pernah datang dari lisan Rasulullah saw.,
melainkan hanya satu kali saja dalam konteks pelarangan memakainya bagi
wanita yang sedang ihram.
Memang benar bahwa Islam tidak melarang memakai cadar dalam
berbagai keadaan umumnya. Seandainya Islam melarangnya, berarti ia telah
mempersempit wanita yang membiasa-kannya dan menjadikannya sebagai adat
kebiasaan, meskipun jumlah mereka sedikit dan jarang ada di kalangan
masyarakat muslim. Islam mengakui cadar dan memperbolehkannya demi
memberikan kelapangan kepada segolongan wanita mukmin yang menjadikannya
sebagai mode pakaiannya.
“Menurut Syaikh Islam Imam Ibnu Hajar Al-Asqalany, niqab (cadar) adalah kerudung atau jilbab yang terdapat (menutupi) di atas hidung atau di bawah lekuk mata. Dan dikatakan juga bahwa niqob itu adalah kerudung atau jilbab yang terdapat di atas hidung atau dibawah lekuk mata yang menutupi seluruh wajahnya, kecuali mata untuk mengetahui jalan di depannya apabila ia keluar untuk suatu keperluan.”8
8 http://www.habibtyalby.com/2010/02/cadar-dalam-perspektif-ulama.html diakses pada
20 Mei 2016 pukul 15.00
40
Cadar merupakan versi lanjutan dari penggunaan jilbab. Penggunaan cadar
menambah penutup wajah, sehingga hanya terlihat mata saja, bahkan telapak
tangan pun juga harus ditutupi. Jika berjilbab mensyaratkan pula penggunaan baju
panjang, maka bercadar diikuti pula penggunaan gamis (bukan celana), rok-rok
panjang dan lebar, dan biasanya seluruh aksesoris berwarna hitam atau yang
berwarna gelap. Cadar ini diperuntukkan bagi wanita muslimah.
Wanita bercadar adalah perempuan muslimah yang mengenakan baju
panjang sejenis jubah dan menutup semua badan hingga kepalanya serta memakai
penutup muka atau cadar sehingga yang nampak hanya kedua matanya.9
Wanita yang menggunakan cadar tidak lagi berkutat dengan kewajiban-
kewajiban sebagai seorang muslim, tapi lebih memperkaya amalan dari sunah
Rasul. Al-Quran dan Hadits tidak lagi untuk dipertanyakan, namun diyakini dan
dilaksanakan. Hal ini juga menjadikan perempuan muslim bercadar memiliki
karakter kuat dan ikhlas, karena mereka menyadari tidak mudah bagi orang lain
bahkan yang sesama muslim untuk menerima keberadaan mereka tanpa
pertanyaan pertanyaan.
4. Karakteristik Cadar
Di dalam cadar terdapat beberapa karakteristik yang membedakannya dari
beberapa model pakaian masa kini yang di dalamnya kita lihat sesuatu yang patut
diingkari, karena menyebabkan kesempitan dan kesulitan. Inilah beberapa
karakteristik yang baik bagi cadar:10
a. Cadar (kain yang diikatkan di atas hidung hingga leher) tidak menutup
wajah secara keseluruhan. Maka, dengan demikian tidak menyembunyikan
9 http://www.habibtyalby.com/2010/02/cadar-dalam-perspektif-ulama.html diakses pada 20 Mei 2016 pukul 16.00.
10 Abdul Halim Abu Syuqqoh, Kebebasan Wanita), h. 295.
41
jati diri wanita dan memberikan kesempatan untuk berkenalan, khususnya
di dalam masyarakat-masyarakat kecil.
b. Oleh karena cadar menolerir perkenalan, maka mendorong peran serta
wanita dalam kehidupan sosial. Di antaranya silaturahmi dengan laki-laki
yang bukan mahramnya, agar menjauhkan pandangannya dan menjauhkan
fitnah.
c. Karena cadar menampakkan kedua mata dan kedua kelopaknya, maka
memungkinkan lawan bicara wanita memahami perasaannya, seperti
senang atau susah, ridha atau terganggu, menerima atau menolak.
d. Karena cadar menampakkan kedua mata, maka membantu wanita yang
lemah untuk menjaga dari rasa malu, jika ia ingin memandang orang yang
membuka keberaniannya. Ini berbeda dengan penutup yang menutup
semua wajahnya.
B. Latar Belakang Komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB)
1. Sejarah Terbentuknya
Saat melihat juga merasakan langsung di tengah masyarakat bahwasanya
banyak sekali wanita yang bercadar masih terlihat kaku seolah-olah urusan
mereka hanya di dalam rumah mengerjakan aktifitas itu saja. Dari dampak itu
mereka menjadi lupa bahwa mereka juga merupakan bagian dari masyarakat itu
sendiri. Akhirnya mereka lupa bersosialisasi dengan tetangganya. Inilah
sebenarnya dari dampak utama mengapa masyarakat menganggap mereka itu
berbeda. Ketika mereka berbeda akhirnya ada media yang berhasil menggiring
opini publik sehingga masyarakat berstigma bahwa bercadar terkait dengan
42
teroris, pengikut aliran-aliran sesat, orang-orang yang susah bersosialisasi maka
dari sinilah tampak sinkron.
Walaupun dari sisi kebiasaan memang mereka lebih baik menjalankan
aktivitas dirumah karena sebaik-baik tempat untuk wanita itu adalah di rumah.
Karena dalam rangka untuk menghindari fitnah juga wanita-wanita ini ketika di
rumah mereka berpeluang menjadi perhiasan dunia hanya saja yang mungkin
menjadi catatan bahwa wanita bercadar tidak saja mengerjakan pekerjaan di
dalam rumah. Wanita bercadar saat terkena diskriminasi hanya bisa menangis dan
menangis yang awalnya hanya bisa menjelekkan dari sudut pandangnya mereka
saja. Akhirnya tidak terjadinya suatu komunikasi yang utuh.
Hal ini lah yang menjadi dasar founder wanita bercadar yang bernama
Nida An Khofiya atau Ummu Nida dibantu oleh sang suami ingin membentuk
suatu komunitas sebagai sarana dakwah, serta ingin menjadikan sebuah komunitas
menjadi wadah silaturahmi antar sesama muslimah. Maka dari itu Ummu Nida
sebagai founder membuat sebuah komunitas yang diberi nama Wanita Indonesia
Bercadar.11
Wanita Indonesia Bercadar (WIB) merupakan komunitas muslimah yang
didirikan pada tanggal 1 September 2014 dengan tujuan menjadi sarana dakwah
untuk mensosialisasikan jilbab syar’i berikut cadar sebagai salah satu pakaian
muslimah. Dalam melakukan kegiatan dakwahnya, WIB menjadikan Al-Qur'an
dan Sunnah sebagai rujukan utama. Anggotanya terjalin dalam satu ikatan cinta
kepada Islam, meski masing-masing memiliki latar belakang dari organisasi yang
berbeda.12
11 Wawancara pribadi dengan Nida an Khofiya, Jakarta, 30 Mei 2016. 12 http://wanitaindonesiabercadar.com (di akses pada 19 April 2016) pukul 16.00.
43
Komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB) mencoba meminimalisir
stigma-stigma yang beredar di masyarakat ini bahwasanya kami tidak seperti yang
mereka katakan dan pikirkan. Sehingga aksi-aksi sosial terkait dengan aktivitas
WIB ini dilaksanakan bersama anggota dan juga bersinergi dengan komunitas
lainnya. Disini WIB membuat sesuatu yang baru, membuat suatu gebrakan. Lebih
moderat, tidak mengarah ke salafi dan tidak terlihat kaku. Serta mendukung
semua organisasi tanpa menyudutkan organisasi lain.
Wanita Indonesia Bercadar (WIB) berpandangan bahwa cadar bukan milik
organisasi Islam tertentu saja, namun setiap wanita muslimah dari organisasi
Islam yang manapun boleh mengenakan cadar. WIB menyikapi dengan bijak
adanya perbedaan tentang hukum cadar seperti sunnah ataupun wajib.
2. Visi-Misi
Setiap komunitas atau perkumpulan yang didirikan pasti didasari oleh
suatu visi dan misi tertentu yang akan memberikan warna dalam perjalanan
komunitas tersebut. Komunitas akan selalu berupaya untuk merealisasikan visi
dan misi tersebut. Pada tahap tertentu yang merupakan akhir dari suatu periode
yang sudah ditentukan, suatu komunitas pasti melakukan evaluasi untuk
mengetahui pertumbuhan dan perkembangan organisasi yang bersangkutan dalam
pencapaian kondisi organisasi dan hasilnya dengan visi dan misi yang mendasari.
Sejak awal berdirinya Komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB) telah
memiliki visi yaitu Mensosialisasikan pakaian syari berikut cadar sehingga
menjadi pakaian muslimah yang dapat di terima oleh masyarakat dan
berkurangnya stigma negatif yang beredar di masyarakat.
44
Sedangkan misi yang dimiliki oleh Komunitas Wanita Indonesia Bercadar
(WIB) yaitu membentuk fanpage sebagai sarana dakwah dan informasi
komunitas, mengadakan event-event non profit, bersinergi dengan komunitas lain,
menjadi peserta bazar dalam berbagai acara, mengkader pengurus dengan
membekali kekuatan ruhiyah, fikriyah dan jasadiyah, serta menyapa masyarakat
secara langsung dengan kegiatan sosial.
3. Logo
Diberi nama Wanita Indonesia Bercadar (WIB) supaya namanya lebih
meluas karena ini di Indonesia. Warna ungu pada logo Komunitas Wanita
Indonesia Bercadar (WIB) berhubungan dengan tingkat yang lebih tinggi dari
pencerahan spiritual dalam agama. Dan juga mewakili chakra mahkota, daerah
diatas kening yang merangsang proses berpikir dan jalur spiritualitas.
Warna ungu mencerminkan bidadari-bidadari yang InsyaAllah dimuliakan
oleh Allah SWT, karena wanita bercadar juga ingin menjaga dan memuliakan
agama Allah SWT. Logo ini dikonsultasikan dan dibuat oleh MDC (Muslim
Designer Community).13
13 Wawancara pribadi dengan Dian Hendriyana, Jakarta, 30 Mei 2016.
45
4. Fungsi
Beberapa fungsi dari Komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB), antara
lain:
a. Membangun jaringan dengan LSM muslimah untuk mempererat
silaturahmi dan jalinan ukhuwah islamiyah.
b. Memberikan dukungan kepada sesama wanita bercadar yang mempunyai
masalah sosial di lingkungannya.
c. Merubah stigma atau penilaian masyarakat terhadap wanita bercadar
C. Organisasi Komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB)
1. Kepengurusan
Komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB) dinaungi oleh seorang
founder bernama Nida an Khofiya dibantu oleh suaminya bernama Dian
Hendriyana sebagai IT WIB serta para ketua chapter yang tersebar di beberapa
daerah. Saat ini WIB telah memiliki 48 chapter baik dalam maupun luar negeri.
Jumlah anggota Komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB) yang masuk
kedalam keanggotaan inti hanya 256 orang, tetapi masih banyak lagi yang belum
masuk kedalam keanggotaan sekitar 1.280 orang. Hal ini dikarenakan
keterbatasan sumber daya manusia dari WIB itu sendiri.
Berikut 46 chapter yang tersebar di Indonesia yaitu Jakarta, Bandung,
Depok, Jambi, Batam, Bekasi, Bengkulu, Semarang, Ciamis, Pontianak,
Tangerang, Solo, Surabaya, Medan, Makassar, Balikpapan, Palembang, Bogor,
Padang, Denpasar, Pekanbaru, Banjarmasin, Malang, Samarinda, Tasikmalaya,
Cirebon, Purworejo, Kendal, Purwakarta, Indramayu, Yogyakarta, Garut,
46
Manado, Bima, Banyuwangi, Sukabumi, Purwokerto, Lombok, Mataram, Bandar
lampung, Boyolali, Brebes, Purwodadi, Pemalang, Kebumen, Banjarnegara. Serta
2 chapter yang berada di luar negeri yaitu Taiwan dan Hongkong. Total pengikut
yang ada di akun facebook milik komunitas Wanita Indoneia Bercadar sampai
pertengahan bulan September 2016 adalah 40.213
2. Program Kegiatan
Komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB) memiliki beberapa program
kegiatan yaitu:
a. Berbagi pakaian syari, jilbab dan cadar
Kegiatan berbagi pakaian syar’i, jilbab dan cadar ini dilakukan oleh para
member dari Komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB) maupun bekerja sama
dengan komunitas lain misalnya, Komunitas Pejuang Shubuh atau dengan
Komunitas DOTS (Dakwah On The Street). Hal ini bertujuan untuk
mensosialisasikan jilbab syar’i yang dimaksudkan jilbab disini adalah pakaian
yang sesuai dengan syariat Islam. Disamping itu, Komunitas Wanita Indonesia
Bercadar juga mesosialisasikan cadar kepada masyarakat sekitar agar tidak
menyalah artikan penggunaan cadar maupun berstigma negatif terhadap cadar.
Kegiatan ini pernah dilakukan di Car Free Day Jakarta, Bekasi, Bandung dan
Pangkal Pinang.
b. Tahsin Al-Qur'an pekanan
Tahsin Al-Qur’an merupakan membaguskan bacaan Al-Qur’an.
Tujuannya agar dapat membaca ayat-ayat Al-Qur’an secara benar (fasih) sesuai
dengan yang diajarkan oleh Nabi saw. dengan kata lain agar dapat memelihara
lisan dari kesalahan-kesalahan ketika membaca Al-Qur’an. Kegiatan ini dilakukan
47
secara bersama-sama ataupun secara bergantian oleh komunitas WIB. Kegiatan
ini juga diikuti oleh para member komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB)
yang dilakukan setiap minggunya.
c. Ta'lim internal dan eksternal
Hal ini dilakukan agar mempererat tali silaturahmi antar sesama anggota
Komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB). Ta’lim merupakan kegiatan
berbagi proses pemberian pengetahuan, pemahaman, penanaman amanah serta
mempelajari segala sesuatu yang bermanfaat baginya dan yang tidak
diketahuinya. Kegiatan ini diikuti oleh anggota Komunitas Wanita Indonesia
Bercadar (WIB) dan dapat diikuti oleh selain anggota.
Komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB) juga selalu mengadakan
kopi darat bertemakan “Ajak muslimah untuk menutup aurat dan berkarya di jalan
Allah” atau kopdar muslimah menjalin ukhuwah islamiah. Kopi darat ini biasanya
di hadiri oleh member dari berbagai daerah. Misal, jika kopdar Komunitas Wanita
Indonesia Bercadar (WIB) dilakukan di Depok, maka anggota WIB yang berada
di Karawang, Bogor, Purwakarta maupun diluar Jakarta ikut serta menghadiri
kopdar tersebut.
d. Membuka Stand Bazar
Komunitas Wanita Inonesia Bercadar (WIB) membuka stand bazar
diberbagai kesempatan dalam acara Islami. Hal ini dilakukan untuk
mempermudah masyarakat yang ingin membeli keperluan muslimah seperti
jilbab, cadar, kerudung syar’i dan lain-lain.
48
e. Mengadakan kegiatan sosial
Kegiatan sosial merupakan kegiatan untuk memberdayakan masyarakat
terutama kelompok yang membutuhkan, melalui penguatan modal sosial dan
pelaksanaan tindakan bersama para anggota. Kegiatan sosial yang pernah
dilakukan oleh Komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB) yaitu
mengumpulkan donasi untuk seseorang yang sedang membutuhkan seperti ukhti
“Istiqomah Ramadhania” yang terkena musibah kecelakaan, kemudian
mengumpulkan donasi untuk karpet syar’i Masjid Adz-Dzikra di Jawa Barat, lalu
membantu renovasi Masjid Nurul Huda di RT.16/05 Kp. Cibarengkok, Kel. Desa
Pameyanan Kec. Plered Kab. Purwakarta, memberikan santunan anak yatim,
melakukan penggalangan dana untuk suriah dan juga membantu seseorang yang
sedang membutuhkan bantuan seperti Laras seorang gadis yang memiliki
keterbatas dalam berbicara.
f. Membuat aneka merchandise seperti jaket bordir, stiker, pin, dll
Tujuan pembuatan aneka merchandise yang dilakukan oleh Komunitas
Wanita Bercadar (WIB) yaitu untuk mempermudah para anggota WIB dalam
memiliki aneka merchandise seperti jaket bordir, stiker maupun pin yang berlogo
komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB).
49
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Perumusan Strategi Komunikasi Komunitas Wanita Indonesia Bercadar
(WIB) dalam Mensosialisasikan Jilbab Bercadar.
Perumusan strategi merupakan proses penyusunan langkah-langkah ke
depan yang akan dilakukan untuk membangun visi dan misi organisasi,
menetapkan tujuan strategi, memahami adanya peluang dan ancaman eksternal,
menetapkan kekuatan dan kelemahan secara internal serta merancang strategi
untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam hal ini, visi yang dibangun oleh komunitas
WIB adalah mensosialisasikan pakaian syari berikut cadar sehingga menjadi
pakaian muslimah yang dapat di terima oleh masyarakat dan berkurangnya stigma
negatif yang beredar di masyarakat. Untuk tujuan strategi yang dimaksud disini
yaitu memastikan bahwa komunikan mengerti pesan yang diterima dari
komunikator, jika sudah dapat dimengerti dan menerimanya, maka pada akhirnya
kegiatan dimotivasikan. Yang menjadi komunikator dalam mensosialisasikan
jilbab bercadar adalah Ummu Nida selaku founder WIB serta suaminya bernama
Dian Hendriyana, karena mereka memiliki keterampilan dalam berbicara dan
menguasai pembahasan mengenai sosialisasi jilbab bercadar. Berikut adalah
perumusan strategi komunikasi yang dilakukan oleh Komunitas Wanita Indonesia
Bercadar (WIB) dalam mensosialisasikan jilbab bercadar, antara lain:
1. Menentukan dan memahami Sasaran Komunikasi
Sebelum melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan oleh Komunitas
Wanita Indonesia Bercadar (WIB), mereka terlebih dahulu harus memahami
50
sasaran komunikasi yaitu masyarakat kelas bawah yang masih memiliki
pengetahuan awam mengenai cadar dan juga para remaja. Sasaran komunikasi
merupakan hal yang sangat penting, karena merekalah yang menentukan berhasil
atau tidaknya suatu kegiatan, sebab semua aktivitas komunikasi diarahkan kepada
mereka. Jadi bagaimana pun besarnya waktu dan tenaga yang sudah dikeluarkan
tetapi, jika mereka tidak tertarik pada kegiatan yang ditawarkan, maka kegiatan
komunikasi yang dilakukan akan gagal dan tidak dapat mencapai tujuan yang
sudah direncanakan.
Cara yang dihadapi untuk memahami sasaran komunikasi adalah
mengambil hati masyarakat agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam pelaksanaan
kegiatan yang akan diadakan bahwasanya, wanita bercadar dan masyarakat dapat
saling hidup berdampingan. Dalam hal ini, Ummu Nida membuat suatu konsep
untuk memahami sasaran komunikasi seperti, bagaimana type masyarakat yang
akan dituju, bagaimana respon awal saat komunikan berhadapan langsung dengan
wanita bercadar, bagaimana pengetahuan agama komunikan setelah dilakukan
pendekatan pribadi, seperti apa bentuk penerimaan masyarakat terhadap wanita
bercadar.
Ummu Nida sebagai founder Komunitas Wanita Indonesia Bercadar
(WIB) mencoba untuk beradaptasi terlebih dahulu dengan masyarakat sekitar
rumahnya di daerah Kelapa Dua, Kel. Tugu Kec. Cimanggis, Kota Depok. Hal ini
merupakan langkah awal bagi komunikator dalam usaha komunikasi yang efektif.
Respon awal yang diterima oleh WIB dari komunikan yaitu mereka masih merasa
takut, gelisah dan belum nyaman dengan wanita bercadar. Akan tetapi setelah
51
komunikator melakukan pendekatan pribadi, komunikan menjadi lebih santai dan
tidak canggung.
WIB tidak hanya memfokuskan strategi untuk eksternal saja, namun dari
sisi internal WIB yaitu para anggota. Ummu Nida memberikan pengarahan
kepada para anggota WIB untuk mendekatkan diri dengan masyarakat disertai
akhlak yang baik. Anggota WIB harus bisa membenahi diri terlebih dahulu agar
pemahaman masyarakat mengenai wanita bercadar yang di identikkan dengan
teroris, pengikut suatu aliran keras, eksklusif ataupun penghambat hubungan
dalam masyarakat perlahan menghilang.
Dalam kesehariannya wanita bercadar ikut membaur dengan masyarakat
sekitarnya, sehingga tidak kaku saat berkomunikasi langsung. Dari hal tersebut,
wanita bercadar dapat mengetahui cara berfikir atau penerimaan masyarakat
terhadap mereka. Seperti yang dikatakan oleh founder WIB Ummu Nida, yaitu :
“Terbukti dengan ini saya dan keluarga tinggal di perkampungan bukan di komplek-komplek besar tapi Alhamdulillah semua menerima. Semua tetangga juga kalau mengaji yaaa ke kita. Walaupun mereka tidak bercadar, walaupun mereka tidak berkerudung mereka tetep mau campur dan saya pun ikut berbaur, maka kembali pada proses wanita bercadar itu sendiri. Mau diterima atau tidak yang pasti harus ingat mereka atau saya bagian dari masyarakat yang tidak boleh melupakan masyarakat itu sendiri.”1 Dalam hal ini, Ummu Nida berinteraksi dengan masyarakat melalui
kegiatan mengaji bersama. Setelah itu, berkomunikasi dengan pembahasan yang
dekat dengan keseharian masyarakat, seperti menanyakan keadaan keluarganya.
Kegiatan ini dilakukan tanpa adanya pemaksaan kepada masyarakat untuk
bercadar, Ummu Nida hanya ingin memperlihatkan sikap dan kedekatan antara
1 Wawancara Pribadi dengan Founder WIB Ummu Nida An Khofiyah, Depok, 4 Juni 2016.
52
wanita bercadar dengan masyarakat. Sehingga masyarakat dapat menerimanya
dan tidak merasa takut dengan stigma yang beredar di masyarakat.
Tujuan dalam komunikasi merupakan maksud yang harus dicapai, agar
sebuah pesan dapat tersampaikan dari komunikator kepada komunikan. Jadi dari
penjelasan di atas, untuk mencapai strategi dalam kerangka referensi yaitu dengan
berhadapan langsung dengan komunikan atau komunikasi tatap muka (face to
face). Karena dengan pendekatan tersebut komunikator akan mengetahui
bagaimana keadaan dan cara berfikir komunikan.
Selain komunikasi tatap muka dalam mensosialisasikan jilbab bercadar,
dilakukan juga melalui media massa. Dalam hal ini, komunikasi bermedia
umumnya dipergunakan untuk menyampaikan informasi melalui media massa.
Media ini dapat menampung semua masukan baik yang bersifat saran ataupun
kritikan masyarakat, sehingga dapat dijadikan bahan pembelajaran bagi WIB agar
lebih baik lagi dalam mensosialisasikan jilbab bercadar.
Sebuah keuntungan menggunakan media massa, karena menimbulkan
keserempakan. Maksudnya, pesan yang disampaikan dapat diterima oleh
komunikan yang jumlahnya relatif amat banyak pada waktu yang sama secara
bersama-sama. Oleh sebab itu, dalam melancarkan komunikasi dengan
menggunakan media, komunikator harus lebih matang dalam perencanaan dan
persiapannya sehingga ia merasa pasti bahwa komunikasinya itu akan berhasil.
Dalam hubungan ini, komunikator harus mengetahui sifat-sifat komunikan yang
akan dituju dan memahami sifat-sifat media yang akan digunakan. Maka dari itu,
WIB menggunakan bahasa keseharian yang baik dan benar agar tidak terjadinya
kesalahpahaman makna.
53
Tujuan yang paling mendasar dari kegiatan komunikasi adalah
menciptakan pemahaman. Maka pada akhirnya akan tercapai suatu pengetahuan
yang menumbuhkan pemahaman timbal balik dari khalayak. Komunitas WIB
melakukan pendekatan pribadi kepada masyarakat dalam rangka
mensosialisasikan jilbab bercadar agar mereka mengetahui keutamaan dalam
menggunakan jilbab bercadar, serta nyaman hidup berdampingan antar sesama
tanpa adanya labeling terhadap wanita bercadar itu sendiri.
2. Penyusunan Pesan
Setelah mengenal khalayak dan situasinya, maka langkah selanjutnya
dalam perumusan strategi ialah penyusunan pesan, yaitu menentukan materi yang
akan disampaikan kepada komunikan. Syarat utama dalam mempengaruhi
khalayak dari pesan tersebut, ialah mampu membangkitkan perhatian. Pesan yang
disampaikan terkait dengan mensosialisasikan jilbab bercadar, komunikator
menggunakan penyajian pesan yang bersifat:
a. Menarik perhatian khalayak
Penyusunan pesan harus direncanakan dan disampaikan dengan baik agar
dapat menarik perhatian khalayak. Rencana komunikasi disini adalah bagaimana
komunikator menyampaikan materi kegiatan sosialisasi ini, bagaimana bentuk
bahasa yang digunakan oleh komunikator saat berada di lingkungan khalayak
umum, bagaimana komunikator saat berbicara dengan banyak orang, bagaimana
cara berbicara face to face dengan komunikan yang bertanya atau kurang mengerti
dengan materi diskusi yang telah disampaikan.
Dalam hal ini, komunikator menyampaikan materi dengan pembahasan
yang tidak berat-berat dan disesuaikan dengan kondisi masyarakat, hal ini
54
dilakukan agar saling mengenal antara komunikator dengan komunikan. Bentuk
bahasa yang digunakan oleh komunikator lebih formal tetapi dengan nada
berbicara pada umumnya. Menyampaikan materi dengan santai dan tidak terburu-
buru. Saat komunikator berbicara face to face dengan komunikan yang bertanya
mengenai materi diskusi, komunikator menjawab dengan lugas diperkuat dengan
dalil-dalil Al-Qur’an dan Hadits. Hal ini dilakukan agar komunikan mengerti dan
yakin dengan jawaban dari pertanyaannya. Hal ini diperkuat dengan hasil
wawancara berikut ini:
“Saat berhadapan dengan masyarakat, kita berusaha berakhlak baik dengan ngobrol tapi bahasannya disesuai sama kondisi masyarakat. Kang dian sama ummu nida juga nyampein materi dengan santai dan ngasih jawaban dengan lugas. Jadi masyarakat tertarik dan mau bertanya banyak hal.”2 Kegiatan sosialisasi ini juga didukung dengan atribut yang dibawa oleh
WIB berupa tulisan di karton untuk menarik perhatian khalayak. Seperti yang
dikatakan oleh salah satu anggota WIB yaitu Ukhty Farah, sebagai berikut:
“Kita bawa kayak spanduk mini dan tulisan-tulisan di karton. Contoh tulisannya “kalian coba, boleh bawa pulang” dan tulisan lainnya. Kita mengajak siapapun yang lewat, dan bisa juga karena penampilan kita berbeda jadi menarik perhatian.”3
Jadi pesan yang disampaikan oleh komunikator harus sesuai dengan
kemampuan komunikan dalam mencerna pesan itu, tujuannya supaya pesan yang
disampaikan dapat dimengerti oleh khalayak. Maka, peran komunikator sangatlah
penting dalam proses komunikasi. Atribut yang digunakan juga tidak kalah
pentingnya sebagai alat pendukung komunikasi.
2 Wawancara Pribadi dengan ketua chapter WIB Jakarta Ukhty Fitriyani, Ciputat, 07
September 2016. 3 Wawancara Pribadi dengan anggota WIB Depok Ukhty Farah, Depok, 10 Juni 2016.
55
b. Menggunakan tanda-tanda yang disesuaikan dengan kerangka acuan
khalayak
Pesan yang disampaikan komunikator kepada komunikan dalam
mensosialisasikan jilbab bercadar secara bertahap mulai dari pengetahuan
mendasar hingga tahap sosialisasi jilbab bercadar. Pesan tersebut dimulai dengan
cara mengingatkan pentingnya menutup aurat bagi perempuan muslim, kemudian
keutamaan menggunakan hijab dan jilbab yang sesuai dengan syariat islam,
disertai hukum wajibnya mengenai hijab dan jilbab. Setelah komunikan tertarik
dengan diskusi yang sedang berjalan lalu pihak komunitas WIB menceritakan
kisah inspiratif wanita bercadar dengan menunjukkan foto-foto wanita bercadar
yang sedang melakukan pekerjaannya, seperti menjadi seorang pilot di bandara
Malaysia, pembuat bola dunia untuk seagames, WNI yang menjadi pembicara
internasional, dokter kecantikan dan dokter umum yang memberikan pengobatan
gratis untuk warga miskin di Yogyakarta dan pendaki gunung. Kemudian,
komunikator memberikan informasi mengenai keutamaan menggunakan jilbab
bercadar. Hal ini disampaikan oleh komunikator melalui komunikasi tatap muka.
3. Penetapan Metode
Penetapan metode yang digunakan oleh Komunitas Wanita Indonesia
Bercadar dalam mensosialisasikan jilbab bercadar dengan cara:
a. Informatif
Suatu bentuk metode penyampaian pesan yang dilakukan dengan cara
memberikan penerangan kepada komunikan. Dalam hal ini, Kang Dian dan
Ummu Nida selaku komunikator memberikan penerangan berupa pesan yang
berisi informasi berdasarkan fakta dan pendapat yang bisa
56
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Seperti halnya menerangkan surat Al-
Ahzab ayat 59 mengenai wajibnya menutup aurat bagi wanita serta cara
berpakaian menurut syariat Islam. Ditambahkan dengan Informan Ukhty Fitriyani
sebagai berikut:
“Ternyata masyarakat sekitar masih menganggap bahwa pemakaian jilbab itu masih sunnah. Jadi ada beberapa yang belum berjilbab. Nah baru disitu kita jelaskan dan kita terangkan dalilnya seperti ini memakai jilbab segala macem.” 4
Metode informatif ini bisa disebut hubungan satu arah. Sebuah cara
komunikasi dalam meyampaikan pesan yang dilakukan oleh komunikator yaitu
Kang Dian dan Ummu Nida kepada komunikan. Metode komunikasi ini yang
paling ekonomis untuk menyampaikan informasi, karena dapat mengatasi
kekuranganpahaman komunikan. Selain itu, metode ini merupakan metode yang
efektif karena, pesan yang disampaikan oleh komunikator dilakukan secara tatap
muka sehingga lebih cepat dipahami oleh komunikan serta adanya penguatan
materi yang jelas sumbernya.
b. Persuasif
Metode persusasif ini merupakan bentuk penyampaian pesan dengan cara
membujuk. Dengan demikian, mempengaruhi komunikan agar tidak tertalu
banyak berpikir kritis. Informan Ummu Nida mengatakan:
“Saat kami terjun kelapangan memang tidak sedikit diantara mereka yang merasa takut dan gelisah melihat wanita bercadar. Maka dari itu, kami memiliki taktik dengan cara para suami-suami dari WIB yang menghadapinya. Mereka memanggilnya atau menghampirinya lalu diajak ngobrol. Pembahasannya disesuaikan dengan kondisi masyarakat,
4 Wawancara Pribadi dengan ketua chapter WIB Jakarta Ukhty Fitriyani, Ciputat, 07
September 2016.
57
ditambah dengan kami memperlihatkan foto-foto wanita bercadar yang menginspirasi”5
Metode ini disebut dengan komunikasi persuasif, karena mempengaruhi
komunikan dengan usaha mengubah keyakinan baik pikirannya maupun sikapnya.
Dalam strategi ini bukan sekedar untuk merayu saja, tetapi merupakan teknik
mempengaruhi dengan menggunakan data dan fakta psikologis komunikan. Oleh
karena itu, bagi komunikator sendiri harus memiliki kemampuan untuk dapat
mengetahui keadaan khalayak yang dihadapi.
c. Edukatif
Metode edukatif ini merupakan salah satu usaha mempengaruhi khalayak
dengan cara mendidik. Menurut informan Ukty Fitriyani mendidik disini adalah
berinteraksi dan mau ngobrol dengan masyarakat disertai dengan sikap dan akhlak
yang baik, hal seperti itu harus dibiasakan. Jangan karena cadaran jadi tidak mau
interaksi sama yang lain. Sehingga masyarakat tidak beranggapan bahwa wanita
bercadar memiliki sikap eksklusif. Dan juga harus memiliki sikap kepedulian
terhadap kehidupan disekeliling, karena manusia merupakan makhluk sosial yang
hidup berdampingan dengan yang lain. 6
Dalam hal ini, WIB selalu menerapkan metode edukatif ke dalam
program-program kegiatan mereka dalam mensosialissikan jilbab bercadar.
Metode edukatif ini akan memberikan pengaruh yang mendalam kepada khalayak,
walaupun akan memakan waktu yang sedikit lebih lama. Maka dari itu,
komunikator harus berusaha keras untuk mempengaruhi khalayak agar tujuan
komunikasi berjalan dengan baik.
5 Wawancara Pribadi dengan Founder WIB Ummu Nida An Khofiyah, Depok, 4 Juni
2016. 6 Wawancara Pribadi dengan ketua chapter WIB Jakarta Ukhty Fitriyani, Ciputat, 07
September 2016.
58
B. Implementasi Strategi Komunikasi Komunitas Wanita Indonesia
Bercadar (WIB) dalam Menssialisasikan Jilbab Bercadar
Implementasi strategi komunikasi merupakan proses pelaksanaan strategi
komunikasi, dimana pelaksanaannya harus dengan adanya komitmen yang kuat
dan kerja sama dari para anggota komunitas Wanita Indonesia Bercadar. Hal ini
dilakukan dalam melaksanakan strategi komunikasi agar pelaksanaannya tepat
pada sasaran sehingga mencapai tujuan yang telah disepakati.
Dalam tahap implementasi strategi komunikasi komunitas Wanita
Indonesia Bercadar (WIB) dalam mensosialisasikan jilbab bercadar yaitu berupa
bentuk aktifitas yang tertuang dalam beberapa program-program mereka yaitu
berbagi jilbab, peci, kerudung dan cadar, kopi darat muslimah, melakukan
kegiatan sosial, menjadi peserta bazar dalam berbagai acara, tahsin Al-Qur'an
pekanan, dan membuat aneka merchandise. Dengan adanya program-program ini,
proses mensosialisasikan jilbab bercadar bisa berjalan. Kegiatan
mensosialisasikan jilbab bercadar juga didukung dengan adanya penggunaan
media massa berupa media internet dan media cetak yaitu buku. Bentuk program
kegiatan dalam mensosialisasikan jilbab bercadar antara lain:
1. Berbagi Jilbab, Peci, Kerudung dan Cadar
Program kegiatan ini dilakukan di Car Free Day (CFD) 4 kota yaitu
Jakarta pada tanggal 21 Desember 2014, Bandung pada tanggal 15 Februari 2016,
Bekasi dan Pangkal Pinang pada tanggal 22 Februari 2016. Kegiatan berbagi
jilbab, peci, kerudung dan cadar dilakukan oleh Komunitas Wanita Indonesia
Bercadar yang bersinergi dengan #DOTS (Dakwah On The Street) dan juga
Komunitas Pejuang Shubuh. Saat WIB melakukan kegiatan Berbagi Jilbab, Peci,
59
Kerudung dan Cadar di satu tempat. Dalam hal ini mereka membagi-bagikan
jilbab, peci dan kerudung, kalau cadar sifatnya untuk mensosialisasikan tidak
memaksakan untuk mencoba atau memakainya. Tujuan kegiatan ini dilakukan ke
jalan supaya masyarakat dapat merasakan langsung berinteraksi dengan wanita
bercadar, sehingga cara pandang masyarakat kepada wanita bercadar perlahan
berubah. Masyarakat yang berpartisipasi dalam kegiatan berbagi jilbab, peci,
kerudung dan cadar sesuai dengan apa yang sudah diharapkan oleh WIB yaitu
ibu-ibu yang masih memiliki pengetahuan awam mengenai cadar dan juga para
remaja. Kali itu, anak-anak kecil pun juga mengikuti kegiatan tersebut.
Salah satu hal yang membuat khalayak merasa ingin mengetahui wanita
bercadar lebih dekat, karena melihat kedekatan antara wanita bercadar dengan
anak-anak kecil. Apalagi anak-anak tersebut tidak takut dan ikut berpartisipasi
dalam kegiatan menghafal surat-surat pendek. Anak-anak diajak untuk memahami
arti dari Al-Qur’an dan menghafalnya melalui bahasa tubuh. Masyarakat pun
menjadi tertarik untuk mengikuti kegiatan tersebut. Hal ini juga membuktikan
kepada masyarakat sekitar bahwa wanita bercadar tidak eksklusif dan kaku.
Kegiatan selanjutnya yaitu sosialisasi cadar. Mensosialisasikan jilbab
bercadar bukan hal yang mudah untuk dilakukan oleh wanita bercadar. Hal ini
dikarenakan tidak sedikit diantara masyarakat yang merasa takut dan gelisah
melihatnya. Berawal dari tidak mengertinya dan tidak mengenalnya masyarakat
dengan wanita bercadar, apalagi dibanjiri dengan opini publik seperti cadar
merupakan teroris, memiliki sikap eksklusif dan fanatic terhadap suatu agama
merupakan alasannya. Oleh karena itu, komunitas WIB memiliki strategi dalam
60
mensosialisasikan jilbab bercadar dengan cara berdiskusi secara langsung atau
tatap muka.
Kegiatan sosialisasi ini di awali oleh para suami-suami dari anggota WIB
yang menghadapinya terlebih dahulu. Mereka memanggil atau menghampiri
pengunjung CFD yang melihat kegiatan WIB dari kejauhan. Setelah itu,
memberikan informasi dan berdiskusi. Komunikator menggunakan alat
komunikasi berupa kumpulan foto wanita bercadar yang menginspirasi. Seperti
halnya dengan hasil wawancara berikut ini:
“Kami memiliki taktik yaa kalo pertama yang kita lakukan dengan cara para suami dan pihak laki-laki yang menghadapinya. Kita memanggil atau menghampiri lalu diajak ngobrol. Berbicara baik-baik dan mengajak diskusi khalayak. Memberitahukan keutamaan menggunakan hijab dan jilbab yang sesuai dengan syariat islam, disertai hukum menegenai hijab dan jilbab. Setelah komunikan tertarik dengan diskusi yang sedang berjalan lalu menceritakan kisah inspiratif wanita bercadar dengan menunjukkan satu map didalamnya berisi koleksi foto wanita bercadar yang menginspirasi seperti wanita bercadar yang membuat bola dunia untuk sea games, menjadi pilot di bandara Malaysia…..Semua gambar kita tunjukkan kepada ibu-ibu atau masyarakat. Dan kita tanyakan kepada mereka apa reaksi saat melihat wanita bercadar.”7
Kegiatan berbagi jilbab, peci, kerudung dan cadar ini sesuai dengan
perumusan strategi komunikasi dalam mensosialisasikan jilbab bercadar. Dalam
hal ini, komunikator menyajikan pesan dengan menggunakan tanda-tanda yang
disesuaikan dengan kerangka acuan khalayak. Pesan dilakukan secara bertahap
mulai dari pengetahuan mendasar hingga tahap sosialisasi jilbab bercadar, seperti
hasil wawancara di atas. Hal ini juga diperkuat dengan hasil wawancara Ukhty
Fitriya berikut ini:
“Jadi yang ngobrol duluan sama ibu-ibu kang Dian. Nah, mereka itu sebelumnya kita tanya-tanya dulu karena ada yang belum bercadar, ada yang pakai kerudung biasa, ada yang belum memakai kerudung. Kita
7 Wawancara Pribadi dengan Suami Ummu Nida (bagian IT WIB) Dian Hendriyana,
Depok, 4 Juni 2016.
61
tanya mengenai pengetahuan mereka mengenai jilbab itu seperti apa, hukumnya seperti apa. Ternyata masyarakat sekitar masih menganggap bahwa pemakaian jilbab itu sunnah. Nah baru disitu kita jelaskan dalilnya seperti ini memakai jilbab segala macem. Kita juga sosialisasi cadar dengan tunjukkin foto-foto wanita bercadar yang menginspirasi. Dipersilahkan kalau ingin mencoba jilbab atau cadar boleh, ingin dibawa pulang juga boleh.”8
Berikut salah satu contoh koleksi foto dalam kegiatan mensosialisasikan
jilbab bercadar kepada masyarakat dalam kegiatan berbagi jilbab, peci, kerdung
dan cadar di Car Free Day.
Gambar 4.1
Koleksi foto sosialisasi jilbab bercadar9
Dalam hal ini, komunitas WIB sangat terbantu dengan adanya alat
komunikasi berupa koleksi foto wanita bercadar yang menginspirasi. Melihat dari
bagaimana caranya menyentuh masyarakat harus sesuai dengan segmen
pemahaman. Hal ini karena berhadapan dengan masyarakat umum maka
menunjukkan aktivitas umum, sehingga mudah untuk diterima.
Mereka menunjukkan akhlak yang baik saat mensosialisasikan cadar,
tujuannya untuk mencairkan suasana agar diskusi lebih akrab sehingga
8 Wawancara Pribadi dengan ketua chapter WIB Jakarta Ukhty Fitriyani, Ciputat, 07
September 2016. 9 Sumber: https://www.facebook.com/wanitaindonesiabercadar/ diakses pada 20 Mei 2016.
62
komunikan merasa tidak canggung dan lebih terbuka. Setelah berdiskusi langsung
dengan wanita bercadar akhirnya, komunikan merasa terbuka pikirannya dan
membuka komunikasinya dengan bertanya banyak hal. Komunikan pun menjadi
lebih mengetahui mengenai jilbab bercadar serta memberikan reaksi yang sangat
baik berupa keinginan mereka untuk dipakaikannya jilbab, kerudung ataupun
cadar. Dengan adanya hal ini, komunitas WIB senang bisa berbagi sekaligus
berdakwah melalui kegiatan tersebut.
Akan tetapi, untuk saat ini kegiatan berbagi jilbab, peci, kerudung dan
cadar tidak berjalan lancar bagi komunitas WIB. Hal ini dikarenakan, kesibukan
para anggota WIB dan SDM yang kurang memadai dalam mengkoordinir
program, karena masing-masing anggota banyak yang berprofesi sebagai Ibu
Rumah Tangga dan memiliki anak. Maka dari itu, sulit untuk bertemu dengan
anggota yang lain. Walaupun demikian, kegiatan ini tetap berjalan tetapi hanya
dilakukan secara personal oleh founder ataupun para anggota WIB. Hal ini tetap
membantu tujuan komunikasi yang dilakukan oleh WIB dalam mensosialisasikan
jilbab bercadar.
2. Kopi Darat Muslimah
Kopi darat muslimah ini sudah dilakukan empat kali, yang pertama kali
pada tanggal 6 September 2015 di Rumah Makan Pondok Laras Depok dihadiri
oleh lebih dari 60 orang, yang kedua dilaksanakan pada tanggal 20 Desember
2015 tetapi hanya dihadiri oleh 20-30 orang saja, karena bukan bersifat kopi darat
akbar, selanjutnya pada tanggal 20 Maret 2016 di Masjid Kubah Emas Depok
yang dihadiri oleh lebih dari 50 orang, dan pada hari Sabtu, 28 Mei 2016 di
Masjid Nurul Islam Islamic Center Bekasi dihadiri oleh 75 orang. Adapun
63
kegiatan kopi darat yang dilakukan oleh salah satu chapter WIB pada tanggal 23
Agustus 2015 di Islamic Centre Samarinda. WIB juga ingin melakukan kopi darat
muslimah yang kelima pada tanggal 24 September 2016 di Masjid Istiqlal Jakarta.
Kegiatan kopi darat bertujuan untuk para muslimah menjalin ukhuwah
islamiah. Kopi darat ini di hadiri oleh member WIB dari berbagai daerah, mulai
remaja hingga orang tua. Selain itu, WIB juga mengajak para muslimah untuk
gabung saat kopi darat. Mengundang komunitas bercadar lainnya juga untuk
berkumpul bersama dari berbagai kalangan, baik yang sudah bercadar ataupun
belum.
Kegiatan kopi darat ini selain bertujuan untuk menjalin ukhuwah islamiah
para muslimah, komunitas WIB juga mensosialisasikan jilbab bercadar melalui
acara kegiatan yang terdapat dalam kopi darat yaitu pembacaan ayat Al-Qur’an,
tausiyah, diskusi, makan bersama dan yang terakhir tukar hadiah. Agar para
muslimah yang datang merasakan secara langsung berinteraksi dengan wanita
bercadar. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara berikut ini:
“Nah kita melakukan kopdar di umum karena untuk menunjukkan beginilah wanita-wanita Indonesia bercadar. tidak ada yang spesial, maksudnya kita tidak eksklusif, kita tetep berinteraksi dengan masyarakat sekitar, kita juga menujukkan akhlak yang baik, supaya mereka tidak menganggap kita yang bukan-bukan.”10
Diperkuat dengan hasil wawancara dengan salah satu Muslimah yang
bernama Iyah yang datang saat kopi darat di Masjid Nurul Islam Islamic Centre
Bekasi, berikut ini:
“Pas saya udah ikutan acara ini, saya ngerasa prasangka negatif saya sama wanita bercadar jadi berkurang. Karena mereka baik dan mau ngobrol sama kita, jadi punya pengalaman interaksi sama wanita cadar dan
10 Wawancara Pribadi dengan ketua chapter WIB Jakarta Ukhty Fitriyani, Ciputat, 07
September 2016.
64
dapet pembelajaran kalau cadar yang mereka pake bukan untuk suatu golongan tertentu aja. Tapi mereka sama kaya kita islam juga.”11 Komunitas WIB berinteraksi dengan para muslimah yang datang saat kopi
darat dengan ta’aruf (saling mengenal satu sama lain), makan bersama lalu
membagikan pin berlogo WIB. Kegiatan selanjutnya yaitu diisi dengan sesi
berdiskusi bersama founder WIB yaitu Ummu Nida. Dalam hal ini, para
muslimah mendapatkan banyak informasi dan pengetahuan mengenai pentingnya
menjalin tali silaturahmi antar sesama muslim, pentingnya menutup aurat,
kewajiban – kewajiban bagi muslimah, berakhlak baik antar sesama muslim, serta
dapat mengetahui info-info terkini mengenai kerabat muslim yang sedang terkena
bencana di Negara lain.
3. Kegiatan Sosial
Komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB) juga melakukan kegiatan
sosial dalam mensosialisasikan jilbab bercadar. Kegiatan sosial yang pernah
dilakukan oleh Komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB) yaitu
mengumpulkan donasi untuk seseorang yang sedang membutuhkan seperti ukhty
“Istiqomah Ramadhania” yang terkena musibah kecelakaan, kemudian
mengumpulkan donasi untuk karpet syar’i Masjid Adz-Dzikra di Jawa Barat, lalu
membantu renovasi Masjid Nurul Huda di RT.16/05 Kp. Cibarengkok, Kel. Desa
Pameyanan Kec. Plered Kab. Purwakarta, berbagi makanan dan juga sembako
kepada orang-orang yang membutuhkan, memberikan santunan kepada anak
yatim saat kopi darat muslimah dan juga langsung menemui orang yang
membutuhkan tersebut, melakukan penggalangan dana untuk suriah melalui
Facebook Fanpage Wanita Indonesia Bercadar kemudian direalisasikan dalam
11 Wawancara Pribadi dengan Muslimah yang hadir saat kopdar yaitu Iyah , Bekasi, 28 Mei 2016.
65
kegiatan Tabligh Akbar di Masjid Nurul Islam Islamic Centre Bekasi, mengikuti
kegiatan Save Al-Aqsa Save Palestine di Monas dan juga membantu seseorang
yang sedang membutuhkan bantuan seperti Laras seorang gadis yang memiliki
keterbatas dalam berbicara.
Kegiatan sosial ini biasanya dilakukan bersama-sama dengan komunitas
lain, yaitu dengan Laskar Sedekah. Hal ini bertujuan agar dapat memaksimalkan
strategi komunikasi yang akan dilakukan di lapangan. Kegiatan sosial ini tidak
hanya dilakukan secara bersama sama oleh para anggota komunitas Wanita
Indonesia, tetapi kegiatan sosial ini juga dilakukan secara personal oleh anggota
maupun founder WIB. Walaupun demikian, kegiatan sosial ini tetap memberikan
dampak yang positif terhadap tujuan komunikasi dalam mensosialisasikan jilbab
bercadar. Seperti halnya hasil wawancara dengan Ukhty Fitriyani berikut ini:
“Untuk kegiatan sosial kita tetap jalan walaupun secara personal, karena kapan pun kita ada waktu untuk berbagi kenapa tidak. Kegiatan sosial ini sangat membantu dalam mensosialisasikan cadar karena masyarakat melihat kepedulian kita terhadap mereka. Melihat mereka tersenyum itu merupakan suatu kebahagiaan bagi kita. Bagian dari sebuah ukhuwah yang luar biasa”12
Kegiatan sosial yang dilakukan merupakan bentuk kepedulian WIB
kepada yang membutuhkan dan juga dengan adanya kegiatan ini WIB ingin
memiliki kedekatan yang baik dengan sesama muslim. Hal ini dilakukan untuk
merubah cara pandang masyarakat kepada wanita bercadar bahwasanya wanita
bercadar tidak individualis dan tidak eksklusif. Dengan kegiatan sosial ini juga
memperlihatkan bahwa cadar tidak menghalangi proses hubungan antar pribadi
masyarakat.
12 Wawancara Pribadi dengan ketua chapter WIB Jakarta Ukhty Fitriyani, Ciputat, 07 September 2016.
66
4. Tahsin Al-Qur’an
Kegiatan tahsin Al-Qur’an ini dilakukan setiap minggunya oleh anggota
Wanita Indonesia Bercadar (WIB). Kegiatan ini diikuti oleh 5-10 orang. Kegiatan
ini bertujuan agar dapat membaca ayat-ayat Al-Qur’an secara benar (fasih) sesuai
dengan yang diajarkan oleh Nabi saw. serta dapat menghafal surat Al-Qur’an.
Pembacaan tahsin ini biasanya dilakukan secara bergantian ataupun bersama-
sama. Keuntungan dalam melakukan tahsin Al-Qur’an ini salah satunya agar
mengetahui benar atau salah saat membacakannya. Kegiatan tahsin Al-qur’an ini
tidak termasuk dalam program kegiatan dalam mensosialisasikan jilbab bercadar,
karena kegiatan ini hanya kegiatan internal dan eksklusif hanya bagi Wanita
Indonesia Bercadar (WIB) karena yang mengajar Ummu Nida.
Untuk saat ini kegiatan tahsin Al-Qur’an tidak berjalan lancar, karena
kesibukan para anggota WIB dalam meluangkan waktu untuk berkumpul. Akan
tetapi, kegiatan ini dilakukan jika para anggota singgah ke kediaman Ummu Nida
di jl. RTM Raya, Gg. H. Salim rt 03/01, Kelapa Dua Kel. Tugu Kec. Cimanggis,
Kota Depok ataupun hanya dilakukan oleh 2-3 orang saja di rumah salah satu
anggota WIB. Dalam hal ini, kegiatan tahsin sangat bermanfaat bagi WIB itu
sendiri karena dapat mempererat tali silaturahmi antar anggota.
5. Membuka Stand Bazar
Komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB) membuka stand bazar
diberbagai kesempatan dalam acara Islami yaitu di pengajian ta’lim. Selain itu,
WIB juga pernah membuka stand bazar di CFD (Car Free Day). Dalam hal ini
WIB pun bersinergi dengan komunitas lain yaitu (DOTS) Dakwah On The Street.
Kegiatan ini dilakukan untuk mempermudah masyarakat yang ingin membeli
67
keperluan muslimah seperti jilbab, cadar, kerudung syar’i dan lain-lain. WIB juga
menggunakan atribut untuk menarik perhatian khalayak, seperti papan yang
menggunakan tulisan warna-warni. Contoh tulisannya yaitu “Islam Mencintai
Kami Berbagi” dan “Mulia Dengan Jilbab”. Hal ini membuat cadar tidak terkesan
seram dan kaku.
Beberapa tidak bisa didapatkan secara online. Maka dari itu, masyarakat
bisa mendapatkan secara langsung ditempat. Disamping menyediakan jilbab
beserta cadar, penjualannya ini dalam rangka untuk keperluan dakwah itu sendiri
yaitu mensosialisasikan jilbab bercadar, karena sebanyak cadar atau pakaian
muslimah yang di distribusikan akan membantu memperkenalkan cadar serta
masyarakat mengetahui kegunaannya.13
Kegiatan ini juga membantu para muslimah yang baru berhijrah dalam hal
membeli cadar, karena mereka agak kesulitan mendapatkannya. Saat bazar ini
berlangsung pun para pelanggan bisa berdiskusi mengenai pakaian syar’i ataupun
cadar dengan komunitas Wanita Indonesia Bercadar. Hasil penjualan dari kegiatan
ini akan dipergunakan untuk kegiatan WIB yang lainnya dalam mensosialisasikan
jilbab bercadar.
6. Membuat Aneka Merchandise
Kegiatan pembuatan aneka merchandise ini dilakukan oleh Komunitas
Wanita Bercadar (WIB) untuk mempermudah para anggota WIB dalam memiliki
aneka merchandise seperti jaket bordir, kaca, stiker maupun pin yang berlogo
komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB). Aneka merchandise ini bisa
dimiliki oleh para muslimah walaupun bukan anggota WIB. Merchandise ini
13 Wawancara Pribadi dengan ketua chapter WIB Jakarta Ukhty Fitriyani, Ciputat, 07
September 2016.
68
dibagikan secara gratis sebagai souvenir ketika WIB mengadakan suatu kegiatan.
Kegiatan pembuatan aneka merchandise ini dilakukan jika ada event besar saja,
seperti kegiatan berbagi jilbab ataupun kopi darat muslimah.
Akan tetapi, kegiatan ini tidak termasuk dalam kegiatan sosialisasi jilbab
bercadar. Hanya saja membantu dalam memperkenalkan komunitas WIB kepada
para muslimah yang belum mengetahuinya.
7. Penggunaan Media Massa
Dalam mensosialisasikan jilbab bercadar, Komunitas Wanita Indonesia
Bercadar menggunakan media massa untuk mendukung program kegiatan
tersebut. Media massa yang digunakan antara lain:
a) Media Internet
Cara lain yang digunakan oleh WIB dalam mensosialisasikan jilbab
bercadar adalah melalui media sosial. Dewasa ini perkembangan teknologi
informasi yang semakin hari semakin pesat berdampak pada perilaku informasi
kebanyakan orang, kebutuhan informasi yang lebih cepat dan murah tentunya
membuat para pemberi informasi untuk memiliki media sosial. WIB memilih
media sosial yang jangkauannya luas di seluruh Indonesia maupun Luar Negeri.
Cara ini juga lebih efektif dan mudah untuk dilakukan.
Adapun media online yang digunakan dalam mensosialisasikan jilbab
bercadar yaitu media sosial seperti Facebook dan Twitter. WIB lebih sering
berbagi postingan mengenai jilbab bercadar di akun Facebook milik mereka yaitu
Wanita Indonesia Bercadar. Melalui akun Facebook ini WIB merasakan adanya
kesegaran baik untuk umum maupun wanita bercadarnya, karena WIB bisa
berdakwah mengenai jilbab bercadar sehingga masyarakat dapat mengenal cadar
69
dengan baik. Saat ini, akun Facebook milik Komunitas Wanita Indonesia
Bercadar sudah mencapai 30.000an likes, tetapi bukan itu tujuan yang ingin
dicapai. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara berikut ini:
“Alhamdulillah saat ini sudah 30.000an like karena memang bukan tujuan kita, tujuan kita lebih ke dakwahnya dalam mensosialisasikan jilbab bercadar. Jadi secara original like itu dihasilkan karena pengunjung fanpage merasakan adanya kesegaran baik umum atau wanita bercadarnya itu sendiri. Dari sudut orang umum memandang oh bercadar yang kita lihat ternyata tidak seperti itu. Dari sisi mba bercadar pun melihat oh wanita bercadar itu masih bisa berekspresi. Masih bisa merasakan berkumpul dengan sesama. Saat mereka masuk fanpage ini merasa bertemu komunitasnya dan juga sebagai tempat curhat yang tidak salah. Kalo kita memfasilitasi maka banyak akhwat yang datang kesini curhat. Semua saya anggap adik-adik dan saya pun tidak canggung dan suka bercanda. Tapi memang inilah maka saya ingin tidak ada jarak karena mereka butuh sekali pendampingan Manfaatnya banyak sekali dengan ini mereka tetep teguh dan juga berkomitmen dalam menjaga cadarnya.”14
Akun Facebook Komunitas Wanita Indonesia Bercadar didalamnya
terdapat informasi mengenai sosialisasi cadar berupa acara kegiatan yang
dilaksanakan oleh Komunitas WIB maupun dari komunitas lainnya dan sesekali
diselingi dengan video-video atau kisah inspirasi dari wanita bercadar.
Masyarakat pun merespon baik terhadap postingan-postingan WIB dengan
memberikan komentar positif maupun saran dan pendapat mereka di kolom
komentar maupun men-share kembali postingan Wanita Indonesia Bercadar.
Seperti halnya yang dikatakan oleh salah satu likers FP Wanita Indonesia
Bercadar di Facebook, yaitu:
“Awalnya saya nilai wanita bercadar itu wanita yang tertutup, bahkan sekalinya ada kegiatan ngga ada yang tau itu kegiatan apaan. Tapi lewat fanpage WIB ini sekiranya masyarakat juga bakalan tau. Mereka itu sama kaya kita. Bukan seseorang yang harus di jauhi atau bahkan di olok-
14 Wawancara Pribadi dengan Founder WIB Ummu Nida An Khofiyah, Depok, 4 Juni
2016.
70
olok karena beda penampilan. Yaaa mereka juga lagi sama-sama berhijrah dan menuju kebaikan sesuai apa yang mereka yakini.”15 Berikut bentuk sosialisasi jilbab bercadar yang dilakukan oleh komunitas
Wanita Indonesia Bercadar (WIB) melalui penggunaan media massa berupa
media sosial Facebook.
Gambar 4.2 Bentuk sosialisasi jilbab bercadar di Facebook16
WIB pun menggunakan Youtube untuk mengunggah kegiatan mereka di
WIB Tv. Kegiatan yang telah di unggah yaitu Niqab Experiment yang
diselenggarakan di CFD Jakarta. WIB juga memiliki sebuah Website yang bisa
diakses oleh para pembaca di www.wanitaindonesiabercadar.com yang
didalamnya terdapat informasi lengkap mengenai Komunitas WIB seperti visi-
misi dan program-program kegiatan yang telah dilakukan oleh WIB. Selain itu,
ada juga kisah inspiratif dari para wanita bercadar. Di dalam website juga terdapat
pendaftaran bagi para muslimah yang berminat menjadi anggota WIB, yang
nantinya akan dimasukkan ke dalam group jejaring sosial Whatsapp.
15 Wawancara Pribadi dengan Likers Facebook FP WIB Novitakiers, Jakarta, 7 Agustus
2016. 16 Sumber: https://www.facebook.com/wanitaindonesiabercadar/di akses pada 25 Juni
2016.
71
b) Media Cetak
Selain menggunakan media online, WIB pun menggunakan media cetak
yaitu buku dalam mensosialisasikan jilbab bercadar. Buku yang berjudul
“Generasi Ghuroba’: orang-orang yang terasing” ditulis oleh Ririn Irya dan FP
Wanita Indonesia Bercadar. Ririn Irya merupakan salah satu anggota WIB cabang
Riau, yang masih aktif hingga saat ini. Buku karangan Ririn Irya tersebut
merupakan salah satu buku yang best seller 2015 versi penerbit Meta Kata.
Gambar 4.3 Buku karya Ririn Irya dan FP Wanita Indonesia Bercadar17
Buku merupakan wahana utama dalam pertukaran ide atau informasi, dan
sebagai wahana utama dalam mengajarkan nilai-nilai sosial kepada generasi baru.
Buku ini sangat membantu WIB dalam mensosialisasikan jilbab bercadar, karena
buku ini mengupas secara mendalam dan detail tentang jilbab, khimar dan cadar.
Buku Generasi Ghuroba’: orang-orang yang terasing terdiri dari 15 sub bab, 151
halaman.
17 Sumber: https://www.facebook.com/wanitaindonesiabercadar/diakses pada 20 Juni
2016.
72
Dalam bab pertama, buku ini berisi tentang Ghuroba’ maksudnya adalah
orang-orang yang memperbaiki (memuliakan) ajaran Nabi berupa mengamalkan
ajaran/sunnah tersebut. Bab kedua, buku ini berisi tentang sifat orang-orang yang
asing di masyarakat yaitu mereka yang memiliki kesalehan menuntunnyauntuk
mengenal Allah sebagimana dia tahu tempat-tempat kemurkaannya. Bab ketiga,
memberikan penjelasan mengenai ayat tentang wajibnya berhijab seperti surat
An-Nur ayat 31. Bab keempat, berisi tentang surat cinta untuk para muslimah
berupa mengingatkan pentingnya berjilbab dan belajar cara mencintai jilbab. Bab
kelima, memberikan pengetahuan mengenai kewajiban berhijab bagi perempuan,
bahwasanya hijab memiliki berbagai hikmah, keutamaan dan manfaaat yang
besar.
Bab keenam, menjelaskan mengenai perbedaan jilbab, khimar, kerudung
dan hijab serta syarat-syarat hijab syar’i. Bab ketujuh, menginformasikan
mengenai fenomena jilboobs (sindiran untuk wanita yang mengenakan jilbab tapi
masih hobi berbusana seksi) yang dapat merusak citra muslimah, Bab kedelapan,
memberitahukan 10 kejelekan bertabarruj (berhias) bagi muslim yang tidak baik
dilakukan oleh para kaum wanita muslimah. Bab kesembilan, mengenalkan
hukum cadar berupa dalil-dalil para ulama yang mewajibkan dan tidak
mewajibkan penggunaan cadar. Bab kesepuluh, memberitahukan hukum cadar
menurut keempat Imam Madzhab yaitu madzhab hanafi yang berpendapat bahwa
wajah wanita bukanlah aurat, namun memakai cadar hukumnya sunnah dan
menjadi wajib jika dikhawatirkan menimbulkan fitnah, kemudian madzhab maliki
yang berpendapat bahwa wajah wanita bukan aurat, namun memakai cadar
hukumnya sunnah dan menjadi wajib jika dikhawatirkan menimbulkan fitnah, lalu
73
madzhab syafi’i yang berpendapat bahwa aurat wanita di depan lelaki bukan
mahramnya adalah seluruh tubuh, sehingga wajib wanita memakai cadar di
hadapan lelaki bukan mahramnya, dan madzhab hambali, berpendapat bahwa
memakai cadar (dan juga jilbab) bukanlah sekedar budaya Timur Tengah namun
budaya Islam dan ajaran Islam yang sudah diajarkan oleh para ulama Islam
sebagai pewaris para Nabi yang memberikan pengajaran kepada seluruh umat
Islam.
Bab kesebelas, memberitahukan hal-hal yang perlu diketahui tentang cadar
seperti cadar bukan tolak ukur kesalehan wanita, anggapan bahwa memakai cadar
maka harus memakai cadar seterusnya adalah keliru, jika tidak bisa memakai
seterusnya, maka tidak ada salahnya jika selang-seling memakainya. Bab kedua
belas, menjelaskan tentang hal-hal yang dikhawatirkan wanita jika bercadar
seperti takut celaan manusia bahwa ia ekstrim dalam agama, dalam buku ini
mencoba memberikan saran terhadap hal tersebut. Bab ketiga belas,
memberitahukan hal-hal yang perlu diperhatikan ketika sudah bercadar seperti
lebih ramah terhadap orang lain khususnya sesama wanita walaupun yang belum
bercadar ataupun berhijab syar’i ataupun jangan pernah merasa lebih mulia hanya
dengan memakai cadar. Bab keempat belas, memberikan pemahaman karier
wanita dalam perspektif Islam bahwasanya dienul Islam menghendaki agar wanita
melakukan pekerjaan/karier yang tidak bertentangan dengan kodrat
kewanitaannya dan tidak mengungkung haknya di dalam pekerjaan, kesuali pada
aspek-aspek yang dapat menjaga kehormatan dirinya, kemuliaanya, dan
ketenangan serta menjaga dari pelecehan dan pencampakan bagi wanita. Bab
74
kelima belas, selain itu buku ini juga memuat berbagai cerita atau kisah nyata
inspiratif para Muslimah yang mengenakan cadar yang bersumber dari wordpress.
Maka dari itu, dengan adanya media buku ini dapat memberikan informasi
mengenai jilbab bercadar serta mengurangi stigma-stigma yang beredar di
masyarakat. Melalui buku ini juga menjadi sebuah pembuktian bahwa wanita
bercadar juga bisa berkarya dan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.
C. Evaluasi Strategi Komunikasi Komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB)
dalam Mensosialisasikan Jilbab Bercadar
Setelah tahap pelaksanaan strategi dilaksanakan, maka tahap akhir yang
dilakukan adalah evaluasi strategi. Evaluasi diperlukan untuk mengukur seberapa
besar keberhasilan yang telah dicapai dan seberapa besar kegagalan yang
diperoleh. Dengan mengetahui tingkat keberhasilan dan tingkat kegagalan dari
program yang telah direncanakan, hal ini mampu menjadi tolak ukur untuk
menetapkan tujuan berikutnya. Evaluasi sangat diperlukan untuk memastikan
sasaran yang dituju dapat tercapai.
Dalam tahap evaluasi faktor internal dan eksternal yang dilakukan oleh
komunitas WIB dalam mensosialisasikan jilbab bercadar, ditemukan bahwasanya
dari sisi internal WIB ada beberapa faktor diantaranya adalah masalah
keterbatasan waktu dan SDM yang kurang memadai dalam mengkoordinir
program, karena masing-masing anggota banyak yang berprofesi sebagai Ibu
Rumah Tangga dan memiliki anak. Maka dari itu, sulit untuk bertemu dengan
anggota yang lain. Seperti pernyataan dalam hasil wawancara dengan Ummu Nida
berikut ini:
75
“Hambatan mungkin untuk saat ini adalah waktu. Kemudian juga bertemunya dengan anggota yang lain terutama yang sudah menikah disamping ada urusan yang lebih penting yaitu mengurus anak, mengurus suami, juga saat suaminya bersedia ya ikut mengantar juga. Kalau di WIB sendiri keterbatasan SDM juga sih. Karena awal-awal hanya berdua.”18
Tidak jauh berbeda dengan yang dikatakan oleh Ummu Nida an Khofiyah,
dalam hal ini ketua chapter WIB Jakarta yaitu Ukty Fitriyani mengutarakan hal
yang sama bahwa masalah yang dicapai oleh internal WIB saat ini adalah
keterbatasan waktu. Para member yang kebanyakan berprofesi sebagai Ibu Rumah
Tangga dan memprioritaskan rumah tangganya. Maka dari itu, mereka
berkomunikasi hanya melalui group whatsapp. Hal ini diperkuat dengan hasil
wawancara berikut ini:
“Kalau WIB sendiri awalnya lancar, tapi kalau untuk saat ini agak tersendat karena, ummu nida sudah punya anak jadi lebih kurang, kebetulan juga kan para membernya kebanyakan ibu-ibu di komunitas kita. Jadi mereka lebih memproritaskan rumah tangganya, kalau yang muda mudanya juga sibuk kuliah. Kalau ngadain kegiatan, setiap chapternya itu mengkoordinir setiap daerahnya melalui group whatsapp.”19
Dalam tahap evaluasi harus menentukan tindakan yang perlu dilakukan
untuk proses koreksi. Proses koreksi ini dilakukan agar penentuan strategi
selanjutnya lebih baik dan tidak mengulangi kesalahan. Maka dari itu, evaluasi
strategi komunikasi untuk faktor eksternal yang dilakukan oleh WIB itu sendiri
dalam mensosialisasikan jilbab bercadar, yaitu seperti pernyataan dalam hasil
wawancara dengan Ukhty Fitriyani berikut ini:
“Pasti ada evaluasi maka dari itu setiap aksi ada kejadian-kejadian yang tidak terduga, misal ada yang mau dikasih jilbab ditolak. Nah itu kita evaluasi kenapa bisa seperti itu. Nah kedepannya seperti apa supaya tidak terjadi lagi seperti itu. Contoh evaluasinya yaitu jadi yang lebih aktif bicari itu yang nyamperin target. kalau ada suami mba nida biasanya sih beliau.
18 Wawancara Pribadi dengan Founder WIB Ummu Nida An Khofiyah, Depok, 4 Juni
2016. 19 Wawancara Pribadi dengan ketua chapter WIB Jakarta Ukhty Fitriyani, Ciputat, 07
September 2016.
76
Yang lebih introvert bagian makein jilbab saja, terus penampilannya juga gapapa pake cadar yang warna cerah supaya lebih terkesan open.”20
Tahap evaluasi yang penulis dapatkan untuk internal komunitas Wanita
Indonesia Bercadar melalui wawancara langsung dengan seorang muslimah yang
pernah mengikuti kegiatan sosialisasi jilbab bercadar dan Likers Facebook
Fanpage Wanita Indonesia Bercadar, berikut ini:
“Saya sih tadinya takut, tapi pas saya liat dan perhatiin mereka sangat baik dan terbuka dengan kami. Mereka ngga sinis dengan kami yang belum pakai cadar kaya mereka. mereka juga sama kaya kita kalau berbicara ngga menutup diri yang kaya orang-orang bilang.”21
Mengenai tanggapan dari Wawancara Pribadi dengan Muslimah yang
hadir saat kopdar yaitu Iyah bahwasanya asumsi negatif mengenai wanita
bercadar yang beredar di masyarakat, tidak sebanding saat sudah mengenal wanita
bercadar. hal ini diperkuat dengan tanggapan lain dari hasil wawancara berikut
ini:
“Menurut saya juga, seseorang yang bercadar ngga seserem pendapat yang beredar di masyarakat kok. Mereka sama aja kaya kita, cuma bedanya mereka lebih ngejaga apa yang mereka punya. Secara keseluruhan saya menilai, setidaknya lewat postingan tersebut merubah paradigma saya tentang mereka.”22
Dari hasil wawancara di atas, narasumber mulai memahami pemakaian
cadar yang telah digunakan oleh wanita bercadar adalah menjaga dan melindungi
apa yang mereka punya. Sedangkan hasil observasi yang penulis lakukan melalui
komen likers Facebook Fanpage Wanita Indonesia Bercadar untuk WIB itu
sendiri, sebagai berikut ini:
20 Wawancara Pribadi dengan ketua chapter WIB Jakarta Ukhty Fitriyani, Ciputat, 07
September 2016. 21 Wawancara Pribadi dengan Muslimah yang hadir saat kopdar yaitu Iyah , Bekasi, 28
Mei 2016. 22 Wawancara Pribadi dengan Likers Facebook FP WIB Novitakiers, Jakarta, 7 Agustus
2016.
77
“Maasyaa Allaah... Allaahu yubaarik fiikunn jamiian. Semoga WIB semakin bisa menebar manfaat... menyemangati setiap muslimah berjilbab syar'i dan berniqab. Semoga lancar dan berkah urusan teman2 di WIB semua, aaamiin yaa Mujiibas saailiin.”23
Salah satu likers facebook Fanpage WIB memberikan semangat kepada
WIB agar dapat memberikan manfaat bagi setiap muslimah berjilbab syar’i
maupun berniqab dan juga mendoakan supaya apa yang telah dilakukan oleh WIB
berjalan dengan lancar dan berkah bagi semuanya. Adapun hasil lain dari
observasi, sebagai berikut:
“Afwan .. aku disini baru belajar memakai cadar .. ilmu ku tentang cadar masih sedikit .. aku ingin lebih tau banyak soal pemakaian cadar agar mantap hati ini..”24
WIB dapat memberikan inspirasi dan pembelajaran bagi muslimah yang
baru saja berhijrah dengan menggunakan cadar. Melalui akun facebook Wanita
Indonesia Bercadar, salah satu likers facebook Fanpage WIB berkeinginan
mengetahui lebih banyak soal pemakaian cadar agar mantap hati dalam
menjalankannya. Dilain hal, ada tanggapan likers facebook Fanpage WIB sebagai
berikut:
“Semoga Allah beri saya kesempatan suatu hari nanti untuk bisa belajar bersamamu wahai ukhty ...”25
Dengan adanya sosialisasi jilbab bercadar melalui Facebook, likers
facebook Fanpage WIB berkeinginan untuk dapat belajar bersama WIB jika
memiliki kesempatan suatu hari nanti. Salah satu likers facebook Fanpage WIB
pun memiliki keinginan yang berbeda untuk WIB, sebagai berikut:
23 Hasil observasi tanggal 10 Agustus 2016 pukul 19.00 pada Facebook Wanita Indonesia
Bercadar melalui tanggapan Facebook yang bernama Ferihana Zaujatu Yoebal. 24 Hasil observasi tanggal 10 Agustus 2016 pukul 20.00 pada Facebook Wanita Indonesia
Bercadar melalui tanggapan Facebook yang bernama Sani Andiani. 25 Hasil observasi tanggal 10 Agustus 2016 pukul 19.00 pada Facebook Wanita Indonesia
Bercadar melalui tanggapan Facebook yang bernama Yenny Trisna.
78
“Tetaplah rendahkan hati.. semoga Allah senantiasa menjaga kita semua.”26
Masyarakat ingin wanita bercadar tetap memiliki sikap yang rendah hati
kepada siapa pun itu, terutama kepada wanita yang belum bercadar dan berjilbab
syar’i, serta berdakwah dengan kesantunan akhlak yang baik dan tidak
beranggapan bahwa wanita bercadar sebagai ukuran kebenaran bagi orang lain,
karena dengan adanya sikap yang demikian senantiasa Allah akan menjaga semua
umat muslim. Hal ini juga diperkuat dengan hasil observasi berikut ini:
“Alangkah damainya hidup ini jika semua kita bisa saling menghargai, mendakwahi orang lain dengan kesantunan akhlak dan tdk menganggap bahwa kita sebagai ukuran kebenaran…izin share ya mbak admin….”27
Hasil observasi yang diperoleh melalui Facebook Fanpage Wanita
Indonesia Bercadar bahwa para likers menanggapi baik dan senang dengan
adanya komunitas Wanita Indonesia Bercadar, karena dapat memberikan manfaat
bagi orang lain dan dapat menyemangati para muslimah yang sedang berhijrah ke
arah yang lebih baik. Apalagi WIB berdakwah mengenai jilbab bercadar melalui
media sosial Facebook, yang notabene sangat digandrungi oleh masyarakat saat
ini. Akan tetapi, ada juga beberapa likers Facebook Fanpage Wanita Indonesia
Bercadar yang tidak sependapat mengenai dakwah yang dilakukan oleh WIB,
berikut hasil observasi yang penulis dapatkan melalui Facebook Fanpage Wanita
Indonesia Bercadar yaitu:
“Hal seperti inilah yg membuat saya takut mau masuk jamaah manapun..... Krn sepanjang yg diamati selama ini mereka yg berjamaah
26 Hasil observasi tanggal 10 Agustus 2016 pukul 20.00 pada Facebook Wanita Indonesia
Bercadar melalui tanggapan Facebook yang bernama Bilal Al Minkabawy. 27 Hasil observasi tanggal 10 Agustus 2016 pukul 20.00 pada Facebook Wanita Indonesia
Bercadar melalui tanggapan Facebook yang bernama Rina Aryanti.
79
ketika berdakwah terkesan hanya mendakwahkan jamaahnya saja, buka mendakwahkan Islam”28
Masih ada ketakutan dari sebagian masyarakat kepada wanita bercadar,
karena mereka menganggap bahwa wanita bercadar hanya terkesan
mendakwahkan jamaahnya saja, bukan mendakwahkan Islam. Hal yang
masyarakat inginkan, berdakwaklah kepada seluruh lapisan masyarakat yang ada
di bumi ini.
“Hakekatnya kita terlihat baik di hadapan manusia karena Allah Subehanahu wata’ala menutup aib aib kita..!!”29
Allah menginginkan, manusia terlihatlah baik dihadapan manusia yang
lainnya karena Allah SWT. dengan adanya hal ini, Alah dapat menutup aib-aib
yang ada pada kita. Makadari itu, salah satu likers facebook FP WIB
menginginkan hal tersebut kepada wanita bercadar ataupun kepada WIB. Hal ini
juga diperkuat dengan hasil observasi berikut ini:
“Kalau apa2 diupload nanti ikhlasnya bs hilang mba admin.”30
Dengan adanya hal yang demikian, komunitas Wanita Indonesia Bercadar
menanggapinya dengan membalas langsung komen likers Facebook Fanpage
Wanita Indonesia Bercadar. tujuannya agar tidak adanya kesalahpahaman untuk
likers tersebut dan juga para likers lainnya. Seperti halnya hasil observasi berikut
ini:
“Kan member WIB berasal dari berbagai organisasi silahkan saja mau bicarakan organisasi bagi mimin islam hanya satu dan silahkan ikuti organisasi apapun yang bermanfaat. Ingat organisasi dan kelompok itu berbeda…”31
28 Hasil observasi tanggal 5 September 2016 pukul 19.00 pada Facebook Wanita
Indonesia Bercadar melalui tanggapan Facebook yang bernama Rina Aryanti. 29 Hasil observasi tanggal 2 September 2016 pukul 20.00 pada Facebook Wanita
Indonesia Bercadar melalui tanggapan Facebook yang bernama Abu Azzam. 30 Hasil observasi tanggal 5 September 2016 pukul 19.00 pada Facebook Wanita
Indonesia Bercadar melalui tanggapan Facebook yang bernama Sara Angelita. 31 Hasil observasi tanggal 10 September 2016 pukul 19.00 pada Facebook Wanita
Indonesia Bercadar melalui tanggapan FP Wanita Indonesia Bercadar.
80
Hasil observasi ini juga diperkuat dengan hasil wawancara dengan Ukhty
Fitriyani bahwasanya sangat berterimakasih atas kesediaannya memberikan kritik
dan saran terhadap WIB karena tanpa itu semua WIB tidak bisa berkembang
sesuai dengan permintaan pasar.32
Sampai saat ini, kegiatan berbagi jilbab, kerudung, peci dan cadar, lalu
kegiatan kopi darat, kegiatan sosial dan pembukaan stand bazar oleh komunitas
Wanita Indonesia Bercadar belum memiliki jangkauan yang menyeluruh untuk
terjun langsung ke daerah selain Jakarta, Jawa Barat, Samarinda dan Pangkal
Pinang dalam mensosialisasikan jilbab bercadar kepada masyarakat. Padahal
beberapa daerah sudah tersebar chapter-chapter WIB. Sehubungan dengan hal ini,
para ketua chapter hanya mensosialisasikan melalui media internet yaitu
facebook. Seperti hasil observasi yang dilakukan melalui Facebook Fanpage
Wanita Indonesia Bercadar
“Subhanallah ana mau bangat ngikut tp trlalu jauh antara kota ternate n jakarta hehee... Smoga sahabat uhkty fillah istiQomah dijlaNya.33
Masyarakat mendoakan WIB untuk selalu istiqomah dijalanNya, dalam
hal mensosialisasikan jilbab bercadar ataupun memberikan pembelajaran kepada
para muslimah lainnya. Mereka berkeinginan mengikuti kegiatan yang dilakukan
oleh WIB, tetapi karena berdomisi jauh dengan kegiatan tersebut. Maka tidak bisa
menghadirinya. Hal ini juga dirasakan oleh salah satu likers facebook FP WIB
dari hasil observasi berikut ini:
“Barakallah fiikum... semoga lancar acaranya, anaa selalu Ga bisa ikut padahal ingin sekali..semoga WIB kapan kapan mengadakan
32 Wawancara Pribadi dengan ketua chapter WIB Jakarta Ukhty Fitriyani, Ciputat, 08
September 2016. 33 Hasil observasi tanggal 5 September 2016 pukul 19.00 pada Facebook Wanita
Indonesia Bercadar melalui tanggapan Facebook yang bernama AQuarius Yenni Memmy.
81
kopdarnya di kota Bandung biar deket dikit, maklum anaa dipesisian kita Bandung, mau ke istiqlal jauh, nggak ada yang nganter.”34
Para muslimah yang tidak bisa menghadiri kegiatan yang dilakukan oleh
WIB, hanya mendoakan kegiatan tersebut lancar. Mereka menginginkan kegiatan
tersebut diadakan dikota domisilinya.
“Andaikan istri ane bisa join, insyAllah menambah pengetahuan dalam islam...moga2 bisa datang ke Medan ya ukthi.”35
Keinginan untuk mengikuti kegiatan yang telah dilakukan oleh WIB
sangat diharapkan oleh masyarat. Karena dengan adanya kegiatan tersebut dapat
menambah pengetahuan dalam Islam. Seperti para likers facebook fanpage WIB
lainnya, mereka ingin diadakannya kegiatan yang dilakukan oleh WIB di kota
domisilinya.
“Assalamualaikum saya pngn ikut...oy Klo blh again jg d gorontalo dongk umm”36
Hal serupa yang diinginkan oleh salah satu likers facebooks fanpage WIB
yaitu ingin diadakannya kegiatan yang dilakukan oleh WIB dikota domisilinya.
Karena jarak yang jauh antara kota diadakannya kegiatan tersebut dengan kota
domisilinya sangat jauh. Sehingga mereka tidak bisa mengikuti kegiatan tersebut.
Mengenai berbagai komentar para likers Facebook Fanpage Wanita
Indonesia Bercadar dalam kegiatan mensosialisasikan jilbab bercadar yang
dilakukan oleh WIB, mereka menanggapinya dengan baik dan antusias. Terbukti
mereka menginginkan adanya kegiatan yang serupa di kota domisili para likers
Facebook Fanpage Wanita Indonesia Bercadar berada. Akan tetapi, karena
34 Hasil observasi tanggal 5 September 2016 pukul 12.00 pada Facebook Wanita
Indonesia Bercadar melalui tanggapan Facebook yang bernama Leily Carman. 35 Hasil observasi tanggal 5 September 2016 pukul 11.00 pada Facebook Wanita
Indonesia Bercadar melalui tanggapan Facebook yang bernama Hermanto Marbun. 36 Hasil observasi tanggal 5 September 2016 pukul 11.00 pada Facebook Wanita
Indonesia Bercadar melalui tanggapan Facebook yang bernama Nita Hilma Putri Az-Zahra.
82
jangkauan WIB yang belum meluas, dalam artian belum melaksanakan kegiatan-
kegiatan tersebut di kota-kota lainnya. Maka dari itu, seharusnya WIB melebarkan
jangkauannya dengan mengadakan kegiatan di kota lainnya melalui chapter-
chapter yang sudah tersebar di beberapa daerah.
Dalam hal ini, untuk penilaian tingkat keberhasilan WIB dalam
mensosialisasikan jilbab bercadar dapat dibilang cukup baik, dapat dilihat dari
beberapa komentar yang menanggapinya dengan baik dan antusias ingin
mengikuti kegiatan tersebut. Walaupun adanya beberapa masukan dari para likers
Facebook Fanpage Wanita Indonesia Bercadar ataupun masyarakat yang pernah
mengikuti kegiatan sosialisasi jilbab bercadar tersebut. Dengan adanya sosialisasi
tersebut program kegiatan ini dapat terlaksana sampai saat ini. WIB pun masih
terus menggiatkan program kegiatan yang telah dirancang agar tercapainya tujuan
yang maksimal.
83
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB) bekerja sama dengan
komunitas lain dalam mensosialisasikan jilbab bercadar, tujuannya agar dapat
memaksimalkan strategi komunikasi yang akan dilakukan di lapangan. Kegiatan
sosialisasi jilbab bercadar yang dilakukan oleh WIB bertujuan agar masyarakat
lebih mengenal dan nyaman dengan sunnah cadar serta mencoba meminimalisir
asumsi negatif yang beredar di masyarakat.
1. Tahapan awal yang dilakukan oleh Komunitas Wanita Indonesia Bercadar
(WIB) untuk melaksanakan strategi komunikasi dalam mensosialisasikan
jilbab bercadar adalah perumusan strategi, dalam hal ini sudah cukup
mencakup aspek internal maupun aspek eksternal, yaitu menentukan dan
memahami sasaran komunikasi. Cara yang dihadapi adalah mengambil
hati masyarakat dengan melakukan pendekatan diri. Selanjutnya,
penyusunan pesan. WIB menggunakan penyajian pesan yang bersifat
menarik perhatian khalayak dan menggunakan tanda-tanda yang
disesuaikan dengan kerangka acuan khalayak dan juga menentukan
metode yang akan digunakan dengan cara informatif, persuasif dan
edukatif. Metode ini dirasa dapat membantu kegiatan sosialisasi jilbab
bercadar.
2. Implementasi strategi komunikasi Komunitas Wanita Indonesia Bercadar
(WIB) dalam mensosialisasikan jilbab bercadar tertuang dalam beberapa
84
program-program yaitu berbagi jilbab, peci, kerudung dan cadar, kopi
darat muslimah, melakukan kegiatan sosial, menjadi peserta bazar dalam
derbagai acara, Tahsin Al-Qur'an pekanan dan membuat aneka
merchandise. Beberapa program kegiatan berjalan dengan lancar dan
mendapat respon yang baik dari. Hal ini dikarenakan dalam program
kegiatan tersebut, komunitas WIB selalu berusaha berinteraksi dengan
masyarakat dan juga dengan terlaksananya kegiatan tersebut
memperlihatkan bahwa cadar tidak menghalangi proses hubungan antar
pribadi masyarakat, sehingga dapat meminimalisir asumsi negatif yang
melekat pada wanita bercadar. Kegiatan berbagi jilbab, peci, kerudung dan
cadar dan kegiatan sosial tidak hanya dilakukan oleh keseluruhan
komunitas WIB, tetapi dilakukan secara personal oleh founder WIB
ataupun para anggota. Walaupun demikian, tetap memberikan dampak
positif terhadap tujuan komunikasi dalam mensosialisasikan jilbab
bercadar. Adapun kegiatan yang tidak termasuk dalam program kegiatan
sosialisasi cadar tetapi memberikan dampak yang baik bagi internal WIB,
seperti Tahsin Al-Qur’an dan membuat aneka merchandise.
3. Dalam tahap evaluasi strategi komunikasi, ada faktor yang menghambat
dalam mensosialisasikan jilbab bercadar. Dari sisi internal WIB itu sendiri,
evaluasi yang harus diperbaiki yaitu masalah keterbatasan waktu dan SDM
yang kurang memadai dalam mengkoordinir program. Kegiatan sosialisasi
cadar yang dilakukan oleh WIB dapat dibilang cukup baik, dapat dilihat
dari beberapa komentar yang menanggapinya dengan baik dan antusias
ingin mengikuti kegiatan tersebut. Walaupun adanya beberapa masukan
85
dari para likers Facebook Fanpage Wanita Indonesia Bercadar ataupun
masyarakat yang pernah mengikuti kegiatan sosialisasi jilbab bercadar
tersebut.
B. Saran
Efektivitas sosialisasi merupakan faktor terpenting dalam mencapai tujuan
utama dari visi komunitas Wanita Indonesia Bercadar. Ada beberapa saran yang
ingin diberikan peneliti, terkait hasil penelitian ini kepada Komunitas Wanita
Indonesia Bercadar (WIB). Tentunya saran ini bertujuan untuk eksistensi WIB
agar menjadi lebih baik lagi, diantaranya adalah:
1. Seharusnya WIB membentuk struktur organisasi kepengurusan, agar
setiap jobdesk ada yang mengatur dengan baik. Sehingga program
kegiatan WIB dapat terlaksana secara lancar.
2. Perlu adanya jaringan yang sangat kuat (donatur) untuk program-program
kegiatan, agar proses sosialisasi jilbab bercadar terus berjalan sesuai
rencana.
3. Program kegiatan yang telah dilakukan oleh komunitas Wanita Indonesia
Bercadar (WIB) seperti niqab experiment seharusnya rutin dilaksanakan.
Mengingat kegiatan ini sukses dan mendapat respon yang sangat baik dari
masyarakat.
4. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan untuk melengkapi penelitian
mengenai Komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB) dengan berbagai
fenomena yang terjadi di masa yang akan datang.
86
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Birowo, Antonius, Metode Penelitian Komunikasi, Jogjakarta : Gintanyali, 2004.
Cangara, Hafied, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada, 2013.
David, Fred R., Manajemen Strategi Konsep, Jakarta: Prenhalindo, 2002.
DeVito, Joseph.A., Komunikasi Antar Manusia, Edisi Kelima, Jakarta:
Professional Books, 1997.
Fajar, Marhaeni, Ilmu Komunikasi dan Praktek, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.
Ibn.Haj., Mulhandy, Enam Puluh Satu Tanya Jawab Tentang Jilbab, Yogyakarta:
Espe Press, 1992.
Irya, Ririn dan FP Wanita Indonesia Bercadar, “Generasi Ghuroba’: orang-orang
yang terasing,”Malang: Meta Kata, 2014.
Liliweri, Alo, Komunikasi Serba Ada Serba Makna ,Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2011.
Narwoko, Dwi dan Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar, Jakarta: Prenada
Media, 2005.
Nurdin, M. Amin dan Ahmad Abrosi, Mengerti Sosiologi, Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2006.
Minner, John dan George Stainner, Manajemen Strategi, penerjemah Agus
Dharma, Jakarta: Erlangga,1999.
Mohd. Fachruddin, Fuad, Aurat Dan Jilbab Dalam Pandangan Mata Islam,
Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1984.
87
Moleong, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2004.
Morissan, Pengantar Public Relation Strategi Menjadi Humas Professional,
Jakarta: Randina Prakasa, 2006.
------------ Teori Komunikasi: Individu Hingga Massa, Jakarta :Kencana Prenada
Media Group, 2013.
Muhadjir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi IV, Yogyakarta, Rake
Sasarin, 2000.
Muhammad, Arni, Komunikasi Organisasi, Jakarta: Bumi Aksara, 2004.
Oktarini, Popy, “Strategi Komunikasi Majelis Dhuha Nasional dalam
Mensosialisasikan Program Majelis Dhuha,” Jakarta: Fakultas Dakwah dan
Ilmu Komunikasi,UIN Jakarta, 2013.
Putra, Dian, “Strategi Komunikasi Rumah Busana Ranti dalam Mensosialisasikan
Busana Islami,” Jakarta: Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi,UIN
Jakarta, 2011.
Ruslan, Rosadi, Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi, Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2003.
Sunarto, Kamanto, Pengantar Sosiologi, (Jakarta: Lembaga Penerbit: Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia, 2004.
Suryaningsih, Nany, Strategi Komunikasi Layanan Kesehatan Umat (LKU) dalam
Mensosialisasikan Program Wakaf Tunai Ambulance Plus di Masjid An-
Nashr Bintaro,” Jakarta : Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi,UIN
Jakarta, 2013.
Syuqqoh, Abdul Halim Abu, Kebebasan Wanita, Jakarta: Gema Insani Press,
1997.
Uchjana Effendy, Onong, Dinamika Komunikasi, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2004.
88
------------------------------------ Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung :
Citra Aditya Bakti, 2003.
Uchjana Effendy, Onong, Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007.
Zainal Abidin, Yusuf, Manajemen Komunikasi: Filosofi, Konsep dan Aplikasi,
Bandung: CV Pustaka Setia, 2005.
Jurnal
Mutiah, “Dinamika Komunikasi Wanita Arab Bercadar,” Jurnal Penelitian
Komunikasi, FISIP Universitas PGRI Ronggolawe Tuban, Vol. 16 No. 1,
Juli 2013.
Ratri, Lintang, “Cadar, Media dan Identitas Perempuan Muslim,” Jurnal Forum.
Vol.39 No.2, 2011.
Sukma Novri, Mutiara, “Konstruksi Makna Cadar Oleh Wanita Bercadar Jamaah
Pengajian Masjid Umar Bin Khattab Kelurahan Delima Kecamatan
Tampan Pekanbaru,” Jom Fisip,Vol 3 No. 1, 2016.
Tanra, Indra, “Persepsi Masyarakat Tentang Perempuan Bercadar,” Jurnal
Equilibrum, FKIP Unismuh Makassar, Volume II No. 1, Januari 2015.
Media Internet
http://www.habibtyalby.com/2010/02/cadar-dalam-perspektif-ulama.html diakses
pada 20 Mei 2016 pukul 15.00.
http://www.wanitaindonesiabercadar.com diakses pada 01 Februari 2016) pukul
16.00 WIB.
http://www.zonasiswa.com/2014/07/pengertian-sosialisasi.html diakses pada 22
Mei 2016 pukul 20.00.
89
Observasi
Hasil observasi tanggal 10 Agustus 2016 pukul 20.00 pada Facebook Wanita
Indonesia Bercadar melalui tanggapan Facebook yang bernama Bilal Al
Minkabawy.
Hasil observasi tanggal 10 Agustus 2016 pukul 19.00 pada Facebook Wanita
Indonesia Bercadar melalui tanggapan Facebook yang bernama Ferihana
Zaujatu Yoebal.
Hasil observasi tanggal 10 Agustus 2016 pukul 20.00 pada Facebook Wanita
Indonesia Bercadar melalui tanggapan Facebook yang bernama Rina
Aryanti.
Hasil observasi tanggal 10 Agustus 2016 pukul 20.00 pada Facebook Wanita
Indonesia Bercadar melalui tanggapan Facebook yang bernama Sani
Andiani.
Hasil observasi tanggal 10 Agustus 2016 pukul 19.00 pada Facebook Wanita
Indonesia Bercadar melalui tanggapan Facebook yang bernama Yenny
Trisna.
Hasil observasi tanggal 2 September 2016 pukul 20.00 pada Facebook Wanita
Indonesia Bercadar melalui tanggapan Facebook yang bernama Abu Azzam.
Hasil observasi tanggal 2 September 2016 pukul 20.00 pada Facebook Wanita
Indonesia Bercadar melalui tanggapan Facebook yang bernama Dwie
Sasmita.
Hasil observasi tanggal 5 September 2016 pukul 19.00 pada Facebook Wanita
Indonesia Bercadar melalui tanggapan Facebook yang bernama AQuarius
Yenni Memmy.
90
Hasil observasi tanggal 5 September 2016 pukul 11.00 pada Facebook Wanita
Indonesia Bercadar melalui tanggapan Facebook yang bernama Hermanto
Marbun.
Hasil observasi tanggal 5 September 2016 pukul 12.00 pada Facebook Wanita
Indonesia Bercadar melalui tanggapan Facebook yang bernama Leily
Carman.
Hasil observasi tanggal 5 September 2016 pukul 11.00 pada Facebook Wanita
Indonesia Bercadar melalui tanggapan Facebook yang bernama Nita Hilma
Putri Az-Zahra.
Hasil observasi tanggal 5 September 2016 pukul 19.00 pada Facebook Wanita
Indonesia Bercadar melalui tanggapan Facebook yang bernama Rina
Aryanti.
Hasil observasi tanggal 5 September 2016 pukul 19.00 pada Facebook Wanita
Indonesia Bercadar melalui tanggapan Facebook yang bernama Sara
Angelita.
Hasil observasi tanggal 10 September 2016 pukul 19.00 pada Facebook Wanita
Indonesia Bercadar melalui tanggapan FP Wanita Indonesia Bercadar.
Wawancara
Wawancara Pribadi dengan anggota WIB Depok Ukhty Farah, Depok, 10 Juni
2016.
Wawancara Pribadi dengan Founder WIB Ummu Nida An Khofiyah, Depok, 4
Juni 2016.
Wawancara Pribadi dengan ketua chapter WIB Jakarta Ukhty Fitriyani, Ciputat,
07 September 2016.
91
Wawancara Pribadi dengan Likers Facebook FP WIB Novitakiers, Jakarta, 7
Agustus 2016.
Wawancara Pribadi dengan Muslimah yang hadir saat kopdar yaitu Iyah , Bekasi,
28 Mei 2016.
Wawancara Pribadi dengan Suami Ummu Nida (bagian IT WIB) Dian
Hendriyana, Depok, 4 Juni 2016.
LAMPIRAN
Pedoman Wawancara
Narasumber :
Jabatan :
Hari dan Waktu :
1. Bagaimanakah sejarah awal terbentuknya komunitas wanita Indonesia bercadar?
2. Apakah ada keikutsertaan suami ummu nida dalam membentuk komunitas wib ini?
3. Seperti apakah komunitas Wanita Indonesia Bercadar itu? 4. Kenapa diberi nama Wanita Indonesia Bercadar? 5. Apakah tujuan utama dalam mensosialisasikan jilbab bercadar ke jalan? 6. Apakah arti logo komunitas Wanita Indonesia Bercadar ? 7. Bagaimana struktur kepengurusan komunitas Wanita Indonesia Bercadar? 8. Bagaimanakah cara Ummu Nida berkoordinasi dengan chapter yang tersebar
di seluruh Indonesia? 9. Apa saja Strategi yang dilakukan oleh komunitas Wanita Indonesia Bercadar
dalam mengajak berdiskusi pertama kali? 10. Apa saja alat komunikasi yang digunakan oleh komunitas Wanita Indonesia
Bercadar dalam mensosialisasikan jilbab bercadar? 11. Apakah wanita bercadar dapat langsung mendekatkan diri dengan
masyarakat? 12. Bagaimanakah jika ada komunikan yang tidak memberikan respon atau
umpan balik? 13. Apakah kegiatan sosialisasi jilbab bercadar ke jalan berjalan hingga saat ini? 14. Apakah WIB bersinergi dengan komunitas lain dalam mensosialisasikan
jilbab bercadar ini? 15. Mengapa komunitas Wanita Indonesia Bercadar lebih memilih menggunakan
sosmed facebook untuk mensosialisasikan jilbab bercadar? 16. Bagaimanakah bentuk sosialisasi cadar melalui facebook? 17. Bagaimana respon ummu nida melihat ada 30.000an likers FP Facebook
Wanita Indonesia Bercadar? 18. Bagaimana WIB menginformasikan sosialisasi jilbab bercadar ini saat terjun
langsung ke jalan? dari segi isi pesannya? 19. Apakah ada hambatan saat melaksanakan sosialisasi jilbab bercadar? 20. Bagaimana proses berjalannya proker menjahit, menulis buku dan public
speaking? 21. Apakah WIB memfasilitasi proker kegiatan tersebut atau gimana umm? 22. Kenapa WIB memiliki kegiatan membuka stand? 23. Seperti apa sifatnya sosialisasi yang dilakukan oleh WIB ke anak-anak kecil? 24. Bagaimanakah reaksi dari anak-anak kecil tersebut?
25. Bagaimanakah program kegiatan survey pendapat kepada masyarakat yang dilakukan oleh WIB?
26. Seperti apa respon masyarakat yang WIB dapatkan? 27. Kelebihan yang didapat oleh WIB dalam mensosialisasikan jilbab bercadar? 28. Apa saja jangkan panjang dan jangka pendek dari WIB? 29. Dimana saja stand bazar WIB dilaksanakan? 30. Seperti apa ta’lim internal dan eksternal yang dilakukan oleh WIB? 31. Apakah para suami anggota WIB ikut andil dalam setiap kegiatan WIB?
Pedoman Wawancara
Narasumber :
Jabatan :
Hari dan Waktu :
1. Apa tanggapan ukhy saat mengetahui adanya komunitas wib? 2. Darimanakah ukhti mengetahui komunitas WIB ini? 3. Apakah ada group jejaring sosial antara para member/anggota? 4. Apakah di group jejaring sosial WIB menshare tentang sosialisasi cadar? 5. Apakah yang menshare di group jejaring sosial hanya ummu nida saja atau
anggota yang lain juga? 6. Apakah ukhty mengikuti sosialisasi cadar saat di CFD Jakarta? 7. Apa sajakah yang pertama kali dilakukan saat kegiatan sosialisasi itu ukh? 8. Apakah pesan yang disampaikan kepada mereka selalu sama? Walaupun ada
yang bereaksi tidak baik ukh? 9. Apakah di group jejaring sosial WIB menshare tentang sosialisai cadar? Atau
menshare dakwah yang lainnya? 10. Apakah tujuan mensosialisasikan cadar menurut ukhty? 11. Bagaimanakah cara berbicara ukhty saat proses sosialiasi berlangsung? 12. Apakah ada anggota WIB yang belum bercadar? 13. Apakah dengan sosialisasi dan menshare mengenai cadar di group jejaring
sosial WIB ada yang berubah menjadi bercadar? 14. Berapa tahun ukhty bergabung dengan WIB? 15. Apa yang dilakukan WIB sebelum memulai kegiatan sosialisasi yang
membuat masyarakat sekitar menjadi tertarik untuk mendekat? 16. Apakah WIB menggunakan alat pendukung dalam mensosialisasikan jilbab
bercadar ini? 17. Bagaimana keefektifan berkomunikasi secara tatap muka dengan komunikan
dalam mensosiallisasikan kegiatan ini? 18. Kenapa perlu adanya sosialisasi cadar?
Pedoman Wawancara
Narasumber :
Jabatan :
Hari dan Waktu :
1. Apa saja kegiatan yang dilakukan oleh WIB dalam mensosialisasikan jilbab bercadar?
2. Apakah program kegiatan yang dibuat oleh WIB merupakan salah satu cara untuk menarik khalayak?
3. Kenapa salah satu programnya membuka stand Bazar diberbagai acara? 4. Kenapa salah satu program WIB dalam mensosialisasikan cadar melalui
Kegiatan sosial? 5. Apakah ada evaluasi yang dilakukan WIB setelah kegiatan? evaluasinya
seperti apa? 6. Apakah ada Himbauan dari founder WIB kepada para member setiap ada
kegiatan? 7. Apakah kegiatan sosialisasi cadar ini sudah berjalan dengan lancar? 8. Apakah WIB menjadi salah satu faktor ukhty bercadar? 9. Berapa lama ukhty memakai cadar? 10. Apa saja pesan yang disampaikan saat niqab eksperiment? 11. Apa saja metode yang digunakan oleh WIB dalam mensosialisasikan jilbab
bercadar? 12. Bagaimana mengkoordinasikan program kegiatan kepada para member WIB? 13. Bagaimana tanggapan yang ukhty rasakan saat sosialisasi langsung dengan
masyarakat? 14. Apakah ada evaluasi dari ukhty untuk WIB? 15. Apa saja faktor pendukung WIB dalam mensosialisasikan jilbab bercadar? 16. Apa yang diharapkan oleh WIB kedepannya?
Pedoman Wawancara
Narasumber :
Jabatan :
Hari dan Waktu :
1. Sejak kapan anda menjadi likers Facebook FP Wanita Indonesia Bercadar? 2. Kenapa anda melikes Facebook FP Wanita Indonesia Bercadar? 3. Bagaimana pendapat anda mengenai komunitas Wanita Indonesia Bercadar? 4. Apakah dengan melihat kegiatan-kegiatan yang mereka sudah lakukan
membuka hati anda mengenai stigma yang beredar di masyarakat? 5. Apakah kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh WIB menggugah hati anda
untuk ikutan hadir ? 6. Apakah WIB dapat merubah asumsi negatif anda? 7. Apa kekurangan dari FP Wanita Indonesia Bercadar ini?
Pedoman Wawancara
Narasumber :
Jabatan :
Hari dan Waktu :
1. Darimana anda mengetahui komunitas ini? 2. Bagaimana pendapat anda mengenai komunitas Wanita Indonesia Bercadar? 3. Apakah dengan melihat kegiatan-kegiatan yang mereka sudah lakukan
membuka hati anda mengenai stigma yang beredar di masyarakat? 4. Apakah kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh WIB menggugah hati anda
untuk ikutan hadir lagi? 5. Apakah WIB dapat merubah asumsi negatif anda? 6. Apa kekurangan dari FP Wanita Indonesia Bercadar ini? 7. Bagaimana tanggapan ibu saat mengikuti kegiatan yang diselenggarakan oleh
WIB? 8. Apa harapan anda terhadap komunitas Wanita Indonesia Bercadar?
.
Transkip Wawancara
Narasumber 1 (NS 1) : Nida An Khofiya atau Ummu Nida
Jabatan : Founder Wanita Indonesia Bercadar (WIB)
Narasumber 2 (NS 2) : Dian Hendriyana (Suami Ummu Nida)
Jabatan : IT Wanita Indonesia Bercadar (WIB)
Pewawancara (PW) : Rizky Nurul Ambia
PW : Sejarah awalnya terbentuknya komunitas wanita Indonesia bercadar?
NS 1 :Melatarbelakangi karena saya melihat juga merasakan langsung di tengah
masyarakat bahwasanya diantara banyak sekali teman-teman yang bercadar
ini masih kaku seolah-olah urusan mereka hanya di sumur, kasur dan dapur,
seolah-olah hanya mengerjakan aktifitas itu. Dari dampak itu mereka
menjadi lupa bahwa mereka juga merupakan bagian dari masyarakat itu
sendiri. Akhirnya mereka lupa bersosialisasi dengan tetangganya. Inilah
sebenarnya dari dampak utama mengapa masyarakat menganggap mereka itu
berbeda. Ketika mereka berbeda akhirnya ada media yang berhasil
menggiring opini publik sehingga masyarakat berstigma, bercadar terkait
dengan teroris, orang-orang yang susah bersosialisasi nah ini nampaknya
tampak sinkron. Melihat stigma negatif terhadap wanita bercadar kemudian
kami walaupun dari sisi kebiasaan memang mereka lebih baik menjalankan
aktivitas dirumah karena sebaik-baik tempat untuk wanita itu adalah di
rumah. Karena dalam rangka untuk menghindari fitnah juga wanita-wanita
ini ketika di rumah mereka berpeluang menjadi perhiasan dunia hanya saja
yang mungkin menjadi catatan bahwa wanita bercadar tidak saja di sumur,
kasur dan dapur. Wib ini mencoba meminimalisir stigma-stigma yang
beredar di masyarakat ini bahwasanya kami tidak seperti yang mereka
katakana dan pikirkan. Maka aksi-aksi sosial terkait dengan aktivitas wib ini
kita laksanakan seperti kemarin kalau cadar itu sifatnya untuk melakukan
sosialisasi cadar, bukan pemaksaan untuk mencoba atau memakainya. Jika
melihat di video-video kami ada ibu-ibu yang mencoba memakainya karena
mereka penasaran ingin mencobanya dan saat kami terjun kelapangan
memang tidak sedikit diantara mereka yang merasa takut dan gelisah melihat
wanita bercadar. Maka dari itu, kami memiliki taktik dengan cara para
suami-suami dari wanita bercadar yang menghadapinya. Mereka
memanggilnya atau menghampirinya lalu diajak ngobrol. Ternyata pas
mereka mengetahui wanita cadar itu seperti apa mereka tidak takut. Dan
bahkan lebih cenderung salah satunya Saat kami mengadakan kegiatan
berbagi jilbab, peci dan kerudung di CFD Jakarta mereka justru merasa
seneng terhadap aktivitas kita. Disamping aktivitas kita bermanfaat dengan
berbagi kerudung, mensosialisasikan cadar dan lain-lain. Kemudian ada juga
kita menghafal qur’an di jalanan dengan anak-anak kecil. Nah itu membuat
ibu-ibu merasa senang dan ada yang ingin diadakan acara ini setiap
minggunya walaupun dari sisi kita berat untuk melakukannya karena dari sisi
waktu dan pendanaan dan juga anggota kita semuanya tidak sempat untuk
berkumpul di waktu yang sama.
Antusiasme masyarakat ini sangat bagus menyambut keberadaan komunitas
WIB ini hanya saja kalau faktanya masih saja ada masyarakat yang merasa
takut dengan hal ini saya tidak menyalahkan masyarakat, orang-orang awam
yang tidak mengerti wanita bercadar itu sendiri. Berawal dari ketidak
mengerti dan tidak mengenalnya masyarakat dengan wanita bercadar ini
maka wajar mereka tidak sayang ketika apalagi dibanjiri dengan opini publik
cadar teroris, cadar fanatic terhadap suatu agama, cadar ninja. Suasana
seperti itu sudah sering kita terima. Sehingga ada orang yang berkata seperti
itu kita samperin kita berbicara baik-baik dan diskusi. Dari pihak kita
memakluminya karena mereka masyarakat awam yang belum mengetahui
kita dengan baik. Berupa sebuah kemirisan yang justru dari sisi internal
bukan dari sisi eksternal yaitu masyarakat umum. Internalnya dari wanita
bercadar itu sendiri, maka kita mencoba untuk mensosialisasikan cadar agar
stigma masyarakat juga berkurang terhadap wanita bercadar. Walaupun kami
yakin tidak 100% stigma itu akan berubah. Karena bercadar ini bukan
sesuatu yang aneh dibagian negara-negara bahkan di banyak negara-negara
sekuler pun bukan hal yang aneh hanya saja di Indonesia kenapa terlihat aneh
karena memang masih belum terbiasa dan yang kedua faktor masyarakatnya
yang berpendidikan belum luas karena sangat terbatasnya orang-orang
berpendidikan akhirnya jiwa moderatnya itu untuk menerima perbedaan
belum bisa menerimanya. Maka dari itu, ini merupakan tugas kita. Karena
kita hidup dikota-kota besar maka wanita bercadar tidak mendapat
diskriminasi. Kita sudah moderat dan dikota-kota apalagi ketika mereka
menghina maka akan dikenakan status hukum. Hanya saja hal seperti ini
tidak dimengerti oleh masyarakat perkampungan karena mereka masih
awam. Wanita bercadar saat terkena diskriminasi hanya bisa menangis dan
menangis yang awalnya hanya bisa barangkali menjelekkan dari sudut
pandangnya mereka saja. Akhirnya tidak terjadinya suatu komunikasi yang
utuh. Makanya dari hal tersebut yang ini ngurung diri yang satu menambah
stigma negatif.
Terbukti dengan ini saya dan keluarga tinggal di perkampungan bukan di
komplek-komplek besar tapi Alhamdulillah semua menerima. Semua
tetangga juga kalau mengaji yaaa ke kita. Walaupun mereka tidak bercadar
walaupun mereka tidak berkerudung mereka tetep mau campur dan saya pun
ikut berbaur, maka kembali pada proses wanita bercadar itu sendiri. Mau
diterima atau tidak yang pasti harus ingat mereka atau saya bagian dari
masyarakat yang tidak boleh melupakan masyarakat itu sendiri. Cadar tidak
menghalangi aktivitas dan juga cadar tidak menghalangi prestasi. Mudah-
mudahan tulisan mbak bisa di publish dalam bentuk buku agar wanita yang
bercadar mengerti ternyata tidak berhenti disini dengan bercadar tidak
mengurung diri. Dari sisi mereka yang belum bercadar, bisa memahami dan
tidak berstigma yang tidak-tidak terhadap wanita bercadar ini.
PW Apakah suami mba nida ikut serta dalam membentuk komunitas wib
ini?
NS 1 Hanya ummu nida saja karena disini suami hanya membantu dari sisi IT nya
saja. Karena ummu tidak mengerti telemarketing, membuat fanpage. Itu
semua bidang suami sehingga kami berkolaborasi.
PW WIB itu komunitas yang seperti apa?
NS1 Kita itu baru dari tahun 2014. Dan ada juga komunitas yang pertama kali ada
tahun 2011. Sebelum ada kita dia udah ada terlebih dahulu, tapi kita
menggebrak. Kita membuat sesuatu yang baru. Kalau mereka ini kan terlihat
kaku ke salafi banget. Kita itu moderat. Kita mendukung semua organisasi
tanpa menyudutkan organisasi lain. Bahkan orang-orang menyebut kita salafi
tetapi kita itu islam.
Karena dulu sebelum ada kita, Wanita-wanita yang kaku dan keras itu
banyak. Sampai-sampai saya sendiri berdebat. Akhirnya Alhamdulillah
setelah ada kita, wanita-wanita bercadar menjadi berfikirannya mulai lentur
dan bijak.
Dahulu awal-awal kita berjuang juga ngga gampang. kita dihina, dihujat abis-
abisan. Katanya kok wanita bercadar laya gitu. Tapi Alhamdulillah dulu kita
pernah di unlike 100 unlike saat masih 12.000 likes. Eh ada yang komen, kok
wanita bercadar kaya gitu sih? Kan jadi orang-orang yang baru belajar cadar
berfikiran kok islam kaya gini, kaku sekali. Justru sebelum ada mereka, kita
tuh adem ayem ngga ada yang komentar kaya gitu. Justru para ukhti
berkomentar banyak yang ingin memakai cadar, dan banyak yang kagum
terhadap wanita bercadar. Dulu itu saya terjun mensosialisasikan jilbab
bercadar menggunakan akun saya sendiri.
PW Kalau KMB itu apa?
NS 1 Komunitas Muslimah Bercadar itu ada setelah kita muncul, KMB itu
naungan dari kita. Adminnya bawahan kita. Yaaa sebenernya gapapa karena
semakin banyak seperti WIB kita semakin senang, artinya dakwah kita
semakin meluas.
NS 1 Kalau untuk awal-awal dana yang kita dapat yaa saling donasi kadang dari
kita pribadi.
PW Tujuan utamanya mensosialisasikan jilbab bercadar ke jalan itu apa?
NS 1 Karena saat itu adanya kristenisasi di CFD yang orang-orang berbagi pin
berlambangkan Kristen kepada orang-orang yang sedang berolahraga.
PW Apa arti logo WIB yang berwarna ungu?
NS 2 WIB itu kan terdiri dari bidadari-bidadari yang insyaAllah dimuliakan oleh
Allah SWT. karena mereka juga ingin menjaga dan memuliakan agama Allah
dan maka dari itu, dipilih warna ungu. Hal ini juga dibuat dan
dikonsultasikan oleh MDC (Muslim Designer Community) tadinya logo
tidak secantik hari ini. MDC pun membuatnya sebagai media
mempromosikan diri.
PW Bagaimana struktur kepengurusan WIB ?
NS 1 Sifatnya tidak selayaknya pada umumnya. Kalau dibilang organisasi ya bukan
tetapi kami sebuah komunitas.
PW Bagaimana Ummu Nida berkoordinasi dengan chapter yang tersebar di
seluruh Indonesia?
NS 1 Melalui group whatsapp atau fanpage Facebook
PW WIB itu kan ngga ada struktur organisasinya, bagaimana
melaksanakan program kegiatan WIB?
NS 1 Kalau ada acara, biasanya dari temen-temen yang udah lama dan totalitas
ke WIB lalu kita pilihin jadi ada yang namanya group khusus admin.
Kadang group tidak kondusif karena yang megang saya sendiri. Walaupun
ada admin, yaaa namanya admin ya ada kepentingan yang lainnya juga.
PW : Strategi yang dilakukan pertama kali itu kan dengan cara mengajak
berdiskusi, berbicaranya seperti apa?
NS 2 : Yaa kalo pertama itu kan memang yang kita lakukan adalah pihak laki-laki
yang mengajak diskusi khalayak, kita menunjukkan beberapa foto-foto.
Membawa satu map didalamnya berisi koleksi foto wanita bercadar yang
menginspirasi seperti membuat bola dunia untuk seagames, mereka pilot di
bandara Malaysia, mereka menjahit, pembicara internasional yaitu Mba
Amanda, aktivitas lainnya seperti pendaki gunung, ada juga mantan group
metal yang berhijrah menjadi wanita bercadar, mereka masih bermain music
mungkin hanya sebagai pembuktian saja bukan untuk habbit. Semua gambar
di print kita masukan map dan kita tunjukkan kepada ibu-ibu atau
masyarakat. Dan kita tanyakan kepada mereka apa reaksi ibu melihat
mereka, takut atau tidak? Dan mereka pun menjawab iya takut, karena
mereka teroris, kaya ninja juga soalnya make bajunya item-item gitu. Lalu
kami menjelaskan kepada ibu-ibu bahwa jika ibu tau ternyata yang membuat
bola dunia untuk sea games itu adalah seorang wanita bercadar. Mereka pun
kaget saat mengetahuinya.
Kami pun bertanya bu, “bagaimana kalau mereka teroris kenapa yang di
bandara Malaysia teknisi lapangannya adalah seorang wanita bercadar?”.
Dan ibu-ibu itu pun kaget lagi. Dari semua yang sudah kita lakukan
akhirnya ibu-ibu itu merasa terbuka pikirannya dan membuka
komunikasinya dengan bertanya-tanya banyak hal. Seperti hukum bercadar,
hukum berjilbab itu sendiri. Dari situ baru kita masuk memberikan
informasi secara detail. Kemudian mereka pun tertarik. Saat kami bertanya
berarti ibu mau mencoba cadar? Oh iya boleh-boleh.
PW : Awal mula kenapa kepikiran untuk menunjukkan koleksi foto-foto
wanita bercadar itu dari mana?
NS 1 : Melihat dari bagaimana caranya menyentuh masyarakat karena, harus sesuai
dengan segmen pemahaman karena ini masyarakat umum maka kita
berfikiran untuk menjukkan aktivitas umum. Jadi agar mudah diterima.
PW : Saat pihak laki-laki menunjukkan foto-foto. Apakah wanita bercadar
seperti ummu nida yang bergantian untuk mendekatinya?
NS 1 : saya menghampiri ibu-ibu untuk memakaikan jilbabnya, kadang kalau ada
ibu-ibu yang ngajak diskusi yaa kami berdiskusi
PW Seperti apa jika ada yang tidak memberikan respon atau umpan balik?
NS 2 Alhamdulillah sampai kita terjun dibeberapa aksi di beberapa tempat tidak ada
yang memberikan respon buruk bahkan ada pak polisi yang memberikan
kartu nama untuk bekerja sama dengan kita. Mereka semua mendukung
kegiatan ini. Bahkan mereka mendukung daripada mereka mendukung acara
yang tidak jelas.
PW : Kalau boleh dibilang kan kegiatan ini sukses, kenapa tidak di adakan
lagi saat ini?
NS 1 : Karena saya hamil dan saat ini punya bayi hehe, karena waktunya aja sih
belum tepat sama dananya. Tapi kalau masalah dana itu bisa dicari si.
Kembali lagi ini hanya masalah waktunya sih ya. Nanti kalau ini udah bisa
disambi yaa ngadain lagi. Karena disamping kita terjun sendiri kita
bersinergi dengan komunitas lain, waktu itu sempet bareng DOTS
(Dakwah On The Street) kemudian ada Pejuang Shubuh juga pernah juga
bareng Anti JIL(Jaringan Islam Liberal).
PW : WIB kan lebih sering menggunakan Facebook untuk
mensosialisasikan jilbab bercadar, kenapa lebih memilih
menggunakan sosmed itu?
NS 2 : Karena berbicara bidang IT, setelah kita riset. Wanita lebih banyak
menggunakan medsos. Karena medsos lebih sering dibuka melalui android.
Kita melihat dari presentase facebook banyak digunakan oleh wanita dan
segmennya pun lebih banyak digunakan oleh wanita.
NS 1 : Dan lebih umum juga kalau twitter, instragram, presentasenya sedikit. Dan
orang-orang perkampungan itu lebih banyak yang menggunakan facebook.
Lebih mengena facebook sih.
PW Seperti apa sosialisasi cadar melalui facebook?
NS 1 Yaaa menggunakan foto-foto itu, dari kegiatan-kegiatan yang kita lakukan
kita upload. Maka orang-orang akan terbiasa dengan kita. Kalau misalnya
ada yang komen negatif kita hanya bingung saja. Sekarang ini kan foto-foto
“wanita tidak berbusana” banyak yang dengan mudahnya tersebar di
internet, malah ngga digubris. Tetapi kenapa kalau ada yang mengupload
wanita bercadar disudutkan. Ini kan sebenarnya dalam rangka kita
mensosialisasikan dakwah dalam hal untuk menutup aurat.
Dan Alhamdulillah dengan foto-foto kegiatan wanita bercadar, justru
keberhasilan dakwahnya lebih banyak sekali. Banyak orang-orang yang
tadinya ngga pake kerudung, dan bahkan ada orang yang masuk islam itu
anggota WIB sendiri. Itu salah satu alasannya karena melihat upload-an
foto kita.
PW : Kalau saya liat di facebook itu kan WIB yang ngelike sudah 30.000an
itu respon dari ummu sendiri gimana?
NS 1 : Kalau kita sih biasa aja karena tujuan kita tuh bukan itu. Yang terpenting
adalah yang berpikiran kaku bisa sedikit demi sedikit berubah, yang
tadinya ketika melihat perbedaan memandang sebelah mata jadi lebih
relevan lagi terus mencari. Kita saat awalnya pernah 11.000 ada yang
ngompor-ngomporin untuk unlike kita. Saat 100 unlike digantilah menjadi
1000 like nah dari situ terus meningkat. Jadi saat mereka like kita justru
menguntungkan buat dakwah kita menjadi lebih mudah. Alhamdulillah saat
ini sudah 30.000an like karena memang bukan tujuan kita, tujuan kita lebih
ke dakwahnya.
NS 2 : Jadi secara original like itu dihasilkan karena pengunjung fanpage
merasakan adanya kesegaran baik umum atau wanita bercadarnya itu
sendiri. Dari sudut orang umum memandang oh bercadar yang kita lihat
ternyata tidak seperti itu. Dari sisi mba bercadar pun melihat oh wanita
bercadar itu masih bisa berekspresi. Masih bisa merasakan berkumpul
dengan sesama. Saat mereka masuk fanpage ini merasa bertemu
komunitasnya. Manfaatnya banyak sekali dengan ini mereka tetep teguh,
berkomitmen
NS 1 : Apalagi sekarang dengan adanya facebook itu kan menjadikan orang-orang
menjadi tidak terarah. Orang-orang itu kan ketika ada komunitas ini
merasakan ada tempat curhat yang tidak salah. Dari pada curhat ke tempat
yang tidak sesuai apalagi ke ikhwan. Kan bahaya sekali, kalo kita
memfasilitasi maka banyak akhwat yang datang kesini curhat. Ada
wadahnya karena semua saya anggap adik-adik saya dan saya pun tidak
canggung saya suka bercanda. Tapi memang inilah maka saya ingin tidak
ada jarak karena mereka butuh sekali pendampingan.
PW : Seperti apa menginformasikan sosialisasi jilbab bercadar ini? dari segi
isi pesannya?
NS 2 : Lebih mengarah untuk mensosialisasikan cadar dan menginformasikan
aktivitas wanita bercadar ini. Hanya saja sesekali kita selingi dengan video-
video atau kisah inspirasi dari wanita bercadar.
PW : Apakah ada hambatan saat melaksanakan sosialisasi jilbab bercadar?
NS 1 : Hambatan mungkin untuk saat ini adalah waktu, karena awal-awal hanya
berdua. Dari sisi waktu si, tapi kalau untuk terjun langsung tidak ada.
Karena kita semua sudah muka tembok. Kemudian juga bertemunya
dengan anggota yang lain terutama yang sudah menikah disamping ada
urusan yang lebih penting yaitu mengurus anak, mengurus suami, juga saat
suaminya bersedia ya ikut mengantar juga.
NS 2 : Sepanjang sampai saat ini ya Alhamdulillah tidak ada hambatan dari sisi
eksternal apalagi kita di kota besar tidak ada. Karena kalau di kota itu
mudah untuk menerima perbedaan.
PW : Kan salah satu Prokernya WIB menjahit, menulis buku dan public
speaking, nah bagaimana proses berjalannya proker tersebut?
NS 2 : Itu dikembalikan ke masing-masing personal saja, tidak menuntut para
anggota. Kita disini lebih mengarahkan pashionnya itu dimana yaa digali
saja, diarahkan.
PW Kalau dari sisi wib nya itu memfasilitasi atau gimana umm?
NS 1 Tidak,kita sih lebih bersifat menginformasikan dan pengarahan. Disaat kita
ada link ya kita arahkan kesana. Link-linknya tersebut yang sudah bekerja
sama dengan kita. Misalnya seperti pelatihan herbal, bekam. Ada pihak-
pihak yang mengadakan kerjasama dengan kita, dan bersifat gratis.
PW Kenapa WIB memiliki kegiatan membuka stand?
NS 1 Disamping menyediakan aksesoris cadar berikut baju, agar mudah
didapatkan, karena beberapa tidak bida didapatkan secara online, maka
mereka bisa mendapatkan secara langsung ditempat. Penjualannya dalam
rangka untuk keperluan dakwah itu sendiri, karena kita dana operasional
dari macam-macam ya.
PW Kalau ke anak-anak kecil itu sifatnya sosialisasi atau seperti apa?
NS 1 Tidak, kalau ke anak-anak lebih ke menghafal surat-surat pendek saja sih.
Anak-anak diajak untuk memahami arti dari al-qur’an dan menghafalnya
melalui bahasa tubuh. Kalau mereka bacaannya salah yaaa kita benerin.
PW Kalau dari reaksi mereka sendiri itu seperti apa?
NS 1 Reaksinya baik sih, yaaa kembali kepada diri kita juga sih. kalau kitanya
canggung yaaa mereka tidak percaya dengan kita. Tetapi, kita sangat santai
dan membuat komunikan para ibu-ibu dan adik-adik kecil nyaman dengan
kita.
PW WIB kan memiliki program kegiatan survey pendapat kepada
masyarakat, Survey seperti apa yang dilakukan oleh WIB?
NS 2 Ini secara insidental saja, dan untuk saat ini belum ada program tersusun
secara rapih. Lebih kepada insidental aja.
PW Kenapa program kegiatan survey pendapat ini tidak dilakukan lagi?
NS 2 Kalau di WIB sendiri, karena keterbatasan SDM aja sih.
Kalau untuk kegiatan sosial lainnya sebenarnya banyak dilakukan seperti
kita membuat makanan atau kita membeli makanan jadi kemudian kita
bagikan kepada orang-orang dijalanan yang membutuhkan, terkadang kita
jarang untuk dokumentasikan.
PW Seperti apa respon masyarakat yang WIB dapatkan?
NS 2 Kalau untuk respon masyarakat pastinya beragam sih, ada yang sudah
terbaiasa dengan wanita bercadar. bahkan beberapa dulu mereka tinggal
bertetangga dengan wanita bercadar. tapi ada yang masih phobia terhadap
wanita bercadar, mereka beranggapan kenapa mesti pakai cadar segala.
Jadi jawaban mereka beragam, tapi yang pasti banyak yang sudah
menerima dikota-kota besar hanya saja sebagian kecil ada yang belum
mengerti dan belum paham bukan dari phobia juga sih dengan wanita yang
menggunakan cadar.
Kalau bicara tentang opini publik, atau media ini mengarahkan kalau cadar
ini teroris “ya”. Sekilas mereka berhasil, kemudian untuk masyarakat yang
terkena doktrin ini kita samperin lalu kita diskusi. Artinya opini publik ini
tidak sampai mengakar tapi sebenarnya hanya terlintas dipikiran mereka
saja.
PW Kelebihan yang didapat oleh wib dalam mensosialisasikan jilbab
bercadar?
NS 1 Kelebihannya merasa nikmat dan berbahagia karena bisa berbagi. Mudah-
mudahan menjadi satu nilai tambahan dari Allah SWT. kalau misalnya dari
sisi sifatnya ingin dipuji sih tidak bahkan kita wanti-wanti selalu, sebelum
kita turun ke jalan bahwasanya kita tidak takut dicaci maki juga tidak
berharap pujian itu saja. Makanya kita muka tembok itu saja. Misal kita
dicaci kita siap menghadapi (apalagi kita ditemani para suami-suami)
bukan dengan otot tapi dengan otak dengan keilmuwan. Kemudian kenapa
kita tidak ingin dipuji karena siapa diri kita yang pantas untuk dipuji,
banyak orang-orang yang lebih memberikan kontribusi baik orang atau
komunitas yang kontribusinya lebih besar untuk Negara dan agama .
PW Kalau jangkan panjang dan jangka pendek dari WIB ini sendiri apa?
NS 1 Kalau jangka pendeknya yaaa kita melakukan kegiatan-kegiatan kecil,
terjun ke kegiatan personal yaitu membagi-bagikan makanan kepada orang-
orang yang membutuhkan. Kita lebih senang menyentuh hati mereka, indah
melihat mereka tersenyum. Itu merupakan suatu kebahagiaan bagi kita. Itu
nikmat sekali. Bagian dari sebuah ukhuwah yang luar biasa
Kalau jangka panjangnya kita ingin membuat komunitas ini tetap berjalan,
tidak ditempat saja, dalam arti kita ada program-program tambahan. Yaaa
menggalakan kembali acara-acara sosialisasi cadar yang lebih rapih
kemudian aktifitas acara di dalamnya lebih beragam. Kemudian aktivitas
lain lebih bersinergi dengan komunitas lainnya bahwasanya kita
membuktikan bahwa kita adalah komunitas yang terbuka.
PW Kalau stand WIB itu dibuka dimana saja?
NS 1 Stand di buka di acara-acara pengajian ta’lim, kemudian pernah di acara
CFD dan bersinergi dengan komunitas pejuang shubuh.
PW Seperti apa ta’lim internal dan eksternal yang dilakukan oleh WIB?
NS 1 Ta’lim internal masih kekurangan SDM. Karena kita sibuk sekali. Paling
pelaksanaannya bersifat tahsin Al-Qur’an. Dan itu dua-tiga orang masih
berjalan walau bersifat kecil. Kemudian kalau dari aktifitas rutin
perminggunya teman-teman mba bercadar main kesini sekedar sharing-
sharing. Kalau ta’lim eksternalnya masih suka dilakukan seperti kemarin
mengadakan kopdar, tabligh akbar.
PW Apakah para suami anggota WIB ikut andil dalam setiap kegiatan
WIB?
Narasumber 3 (NS3) : Ukhty Siti Maryam Nurhidayati (22 Tahun)
Jabatan : Ketua Chapter Depok
Pewawancara (PW) : Rizky Nurul Ambia
PW : Seperti apa tanggapan ukhti saat mengetahui adanya komunitas wib?
NS 3 : Ana mah seneng seneng aja
PW : Ukhti tau komunitas WIB ini dari mana ya?
NS 3 Pertama kali itu ana rasanya penasaran karena dari ana SD ana demen
banget lihat wanita bercadar. Pas ana sudah lulus SMK dan kerja pernah di
angkot sama wanita bercadar yang nutup pake purdah malah. Yang ada di
benak ana adalah kok dia kuat ya, sanggup sama tanggapan orang jaman
sekarang. Dibilang aliran sesat dan sebagainya. Itu yang ada dibenak ana
dulu. Sampai akhirnya saya datang kajian pertama kalinya itu kajian ust.
Yusuf mansyur di akhir bulan November dan gatau kenapa di kontak bbm
saya ada wanita bercadar. yang update RU mau masuk group gitu apa ngga.
Dan saya penasaran akhirnya masuklah ke group tersebut. Dan itu yang
invite ana ketua chapter Jakarta si pite (Ukhty Fitriyani). Waktu itu pite
masuk masukin ke group yang sinergi DOTS dan WIB. Dari situlah ana
kenal WIB. Terus suatu ketika ketemulah janjian di masjid UI. Temen bbm
saya itu sama temennya bertemu dengan founder WIB. Dari situlah ana
pertama kalinya ketemu dengan beliau. Inget banget waktu itu ngebahas
surat al-ahzab ayat 59. Beliau bercadar tapi tetap berbaur dengan saya yang
saat itu masih pakai kaos, rok, dan kerudung paris tipis, kaos kaki aja ngga.
Pertemuan kedua saat saya pulang seminar dari tempat kuliah. Saya
kerumah beliau dengan teman saya.
Saat itu saya dan teman kehujanan. Dan dikasih baju gamis+cadar. Saat itu
teman saya mau salat, kebetulan saya lagi halangan. Kita ke masjid deket
rumahnya. Dan saya pake cadar tali warna hijau lumut yang masih saya
simpen sampe sekarang. Pertama kali saya pakai cadar saya nyaman banget.
Dan dari situlah saya perlahan lahan nabung buat beli khimar yang lebar,
yang syar’i, serta gamis. Pertemuan ketiga saat datang di kajian
ust.Valentine kajian pengusaha gitu ukm muslim gitu. Saya sudah lumayan
pakai gamis corak walaupun ngatung, kerudung juga udah ngga yang tipis.
Februari 2015 saya putuskan resign dari bank, saya memutuskan mengubah
tampilan saya total. Pakai gamis, kerudung lebar, kadang keluar pergi ke
kajian pakai cadar tanpa sepengetahuan keluarga.
Hijrah ngga semulus itu. Keluarga memojokkan karna mengambil
keputusan yang menurut mereka itu mengecewakan, karena meninggalkan
pekerjaan tersebut, maklum dari keluarga yang awam. Tapi saya selalu
yakin dari awal hijrah hingga saat ini. Bahwa janji Allah itu pasti karena
saya meninggalkan sesuatu untuk jadi muslimah yang taat perintah Allah
PW : Apakah di group wa WIB menshare tentang sosialisasi cadar?
NS 3 : iya ukh. Tapi sekarang sekarang ini lagi jarang
PW : Apakah yang menshare hanya ummu nida saja atau anggota yang lain
juga?
NS 3 : Yang lain juga kadang men-share. Tapi memang belum ada action sosialisasi
cadar lagi dikarenakan belum ada waktu yang cocok
Jakarta, 04 Juni 2016
Mengetahui,
Ketua Chapter WIB Depok
Ukhty Maryam
Narasumber 4 (NS 4) : Ukhty Farah (21 Tahun)
Posisi : Anggota WIB Depok
Pewawancara (PW) : Rizky Nurul Ambia
PW : Apakah ukhty mengikuti sosialisasi cadar saat di CFD Jakarta?
NS 4 : iya pernah ukh
PW Hal apa yang pertama dilakukan saat kegiatan sosialisasi itu ukh?
NS 4 Alhamdulillah ala kulli hal, ukh. Bingung jawabnya karena Alhamdulillah
waktu ana disana ngga merasakan apapun respon yang kurang baik,
mungkin ada di personal yang lain tapi ana ngga.
PW Apakah pesan yang disampaikan kepada mereka selalu sama?
Walaupun ada yang bereaksi tidak baik ukh?
NS 4 Yang kita sampaikan sama ukh, intinya mereka silahkan coba dan bawa
pulang hijabnya. Waktu itu di ana ada seorang ibu yang sudah di kasih
Alhamdulillah dia minta lagi buat saudaranya dan dia tertarik memakai hijab
syar’i
PW Apakah di group wa WIB menshare tentang sosialisai cadar? Atau
menshare dakwah yang lainnya?
NS 4 Kadang tentang cadar, tapi yang lain juga ukh. Segala macam lah dari
agama sampai resep masakan dan lain-lain, udah seperti keluarga ngobrol
disana, ukh. Segala diobrolin
PW Kalo menurut ukhty, tujuan mensosialisasikan cadar itu apa?
NS 4 Sosialisasi cadar itu agar masyarakat lebih kenal dan nyaman dengan sunnah
cadar, mencoret statement miring yang mengaitkan cadar dengan terorisme,
masyarakat paham bahwa cadar itu dipakai untuk menjaga diri. Lebihnya
lagi Alhamdulillah kalau bisa mengajak yang lainnya ikut bercadar.
PW Apakah saat ukhty berbicara dengan khalayak saat proses sosialiasi
dengan nada yang seperti biasa atau ada cara lain ukh?
NS 4: Nadanya biasa ukh. Cuma bahasanya lebih formal dari biasa.
Pembahasannya disesuaikan dengan kondisi masyarakat. Tidak berat-berat
dan juga agar kita saling kenal
PW Di dalam WIB itu sendiri masih adakah yang belum bercadar ukh?
Apakah dengan sosialisasi dan menshare mengenai cadar di group ada
yang berubah menjadi bercadar?
NS 4 Ada ukh. Salah satunya ana.
PW Ukhty bergabung dengan WIB usia berapa tahun ukh?
NS 4 Ana gabung umur 19tahun ukh. Alhamdulillah, dulu ana pertama kenal
cadar biasa aja, kagum sama yang pakai tapi ngga minat. Alhamdulillah
kenal WIB ana gabung tapi masih ngga pakai cadar, ikut acara kadang pake
kadang ngga tapi Alhamdulillah sekarang udah bener-bener pake.
PW Hal apa yang dilakukan WIB dan DOTS sebelum memulai kegiatan
sosialisasi yang membuat masyarakat sekitar menjadi tertarik untuk
mendekat? Atau dengan alat pendukung yang ukhty bawa kah?
NS 4 Iya ukh, kita bawa kayak spanduk mini dan tulisan-tulisan di karton. Contoh
tulisannya “kalian coba, boleh bawa pulang” dan tulisan lainnya. Kita
mengajak siapapun yang lewat, dan bisa juga karena penampilan kita
berbeda jadi menarik perhatian.
PW Sebelum melakukan kegiatan sosialisasi, apakah ukhty bertugas untuk
bertanya sama khalayak keadaan dan kabar mereka seperti apa?
NS 4 Ana bagian makein jilbabnya ukh, jadi bukan ana yang menyapa langsung
peserta, tapi memang begitu ukh, Tanya kabar, kasih pertanyaan ringan,
terus sosialisasi, kalau beliau bersedia kita pakaikan jilbab, cadar atau
abaya.
PW Memberikan pertanyaan ringannya seputar apa ukh?
NS 4 Pertanyaannya seperti hafalan surat pendek gitu ukh
PW Kalau hafalan surat pendek bukannya untuk anak-anak ya ukh? Apa
untuk para ibu-ibu juga ya?
NS 4 Iya gapapa ukh, pengakraban aja
PW Kalo menurut ukhty farah komunikasi tatap muka atau berdiskusi
langsung dengan komunikan seperti ibu-ibu itu penting ngga ukh
untuk mensosialisasikan cadar? Atau hanya lewat facebook saja itu
sudah bagus?
NS 4 Jelas perlu, ukh. Itu bukan hanya tentang cadar dan bagaimana kita dikenal.
Tetapi sebagai aplikasi juga atas perintah Rasulullah, misal bagaimana kita
memberi salam pada sesama muslim, dan lainnya. Secara otomatis kan kita
diskusi, share ilmu di pengajian RT misalnya dan lain-lain.
PW Kalo menurut ukhty farah, kenapa perlu adanya sosialisasi cadar sejak
2014? 2014 berdirinya komunitas WIB itu sendiri kan ya ukh?
NS 4 Sebenarnya sosialisasi cadar bukan perlu sejak 2014, tetapi memang perlu
dari dulu. Sebagai bukti saat ini cadar sudah dikenal di masyarakat, sudah
menjadi hal yang lumrah atau biasa. Itu berarti karna dakwah yang berhasil
membebaskan cadar dari label label buruknya. Masyarakat mulai paham
bahwa cadar adalah pakaian untuk menjaga diri, untuk lebih hati-hati dan
menghindari fitnah. Itu artinya ada perjuangan orang-orang dulu yang telah
berhasil.
Jakarta, 10 Juni 2016
Mengetahui,
Anggota WIB Depok
Ukhty Farah
Narasumber 5 (NS 5) : Ukhty Fitriyani (19 Tahun)
Posisi : Ketua Chapter Jakarta
Pewawancara (PW) : Rizky Nurul Ambia
PW Kegiatan apa saja yang dilakukan WIB dalam mensosialisasikan jilbab
bercadar?
NS 5 Kegiatan yang kita lakukan dalam sosialisasi cadar itu ada bagi-bagi cadar,
bagi-bagi jilbab atau gamis, ada kopi darat juga antara para membernya, dan
juga mengajak para muslimah untuk gabung saat kopi darat. Ada beberapa
moment juga kita melakukan seminar, kajian seperti liqo perbulan yang
dilakukan di rumah ummu nida. Tahsin juga ada, cuma itu lebih eksklusif
tidak semua ikut karena yang ngajar ummu nida. Untuk meluangkan
waktunya juga sedikit susah karena lagi ngurus anak juga. Jadinya belum ini
lagi gitu. Tapi kalau dari temen-temen yang mau singgah kerumahnya
ummu nida selalu diadakan kegiatan tahsin, liqo seperti itu. Nah ada juga
kegiatan Tabligh Akbar dari kita, tapi kegiatannya diadakan setiap satu
tahun sekali. Bukan kegaiatan rutin sih. Karena untuk menyambung tali
silaturahmi aja dari seluruh WIB di seluruh Indonesia.
PW Apa kegiatan tersebut merupakan salah satu untuk menarik khalayak?
NS 5 Iya karena kebanyakan masyarakatnya kan menilai cadar ini sesuatu hal
yang kurang positif ya, karena ada yang menganggap cadar itu teroris lah
segala macem, sebenernya mereka itu karena belum tau cadar itu orang-
orang yang seperti apa. Apakah eksklusif apakah individualis atau
bagaimana. Nah kita melakukan kopdar di umum karena untuk
menunjukkan beginilah wanita-wanita Indonesia bercadar. tidak ada yang
special, maksudnya kita tidak eksklusif, kita tetep berinteraksi dengan
masyarakat sekitar, kita juga menujukkan akhlak yang baik, supaya mereka
tidak menganggap kita yang bukan-bukan.
PW Kenapa salah satu programnya membuka Bazar diberbagai acara?
NS 5 Iya karena sebanyak cadar atau pakaian muslimah yang kita distribusikan
juga membantu memperkenalkan seperti ini loh cadar. Kebanyakan juga
para muslimah yang baru berhijrah agak kesulitan kadang membeli cadar
dimana sih gitu.
PW Dan juga kenapa salah satu program WIB dalam mensosialisasikan
cadar melalui Kegiatan sosial?
NS 5 Iya biasanya untuk kegiatan seperti itu, kita kolaborasi sama komunitas lain.
Kita pernah gabung sama komunitas DOTS dan pejuang shubuh pernah tapi
kalo DOTS lebih ke bagi-bagi jilbab dan cadarnya. Nah kita juga pernah
kolaborasi sama laskar sedekah bagi-bagiin nasi bungkus kepada orang-
orang yang kurang mampu, kita juga pernah membagi-bagikan sembako.
Nah kita juga ada beberapa anggota yang gabung dengan komunitas
tersebut.
Kalau kegiatan sosial kita tidak membahas cadar, paling kita wawancara ke
penerima bantuan ya sekedar tanya kondisi keluarga tersebut. Kita sebisa
mungkin berakhlak baik, dan itu kita coba praktekan ke semua lapisan
masyarakat insyaAllah. Mohon doanya mba semoga bisa terus berakhlak
baik
PW Ada tidak sih Evaluasi yang dilakukan WIB setelah kegiatan?
evaluasinya seperti apa?
NS 5 Pasti ada, maka dari itu setiap aksi ada kejadian-kejadian yang tidak
terduga. misal ada yang mau dikasih jilbab ditolak. Nah itu kita evaluasi
kenapa bisa seperti itu. Nah kedepannya seperti apa supaya tidak terjadi lagi
seperti itu.
Evaluasinya standard sih. Seperti jadi selanjutnya yang lebih aktif bicari itu
yang nyamperin target. kalau ada suami mba nida biasanya sih beliau. Yang
lebih introvert bagian makein jilbab saja, terus penampilannya juga gapapa
pake cadar yang warna cerah supaya lebih terkesan open.
PW Apakah ada Himbauan kepada para member setiap ada kegiatan?
NS 5 Ya pasti memberi himbauan kepada kita jauh-jauh hari, seperti oh nanti
seperti ini ya, akhlaknya harus seperti ini ya, harus juga interaksi jangan
karena cadaran jadi gamau interaksi sama yang lain.
PW Apakah kegiatan sosialisasi cadar ini sudah berjalan dengan lancar?
NS 5 Kalau WIB sendiri awalnya lancar, tapi kalau untuk saat ini agak tersendat
karena, ummu nida sudah punya anak jadi lebih kurang, kebetulan juga kan
para membernya kebanyakan ibu-ibu juga di komunitas kita. Jadi mereka
lebih memproritaskan rumah tangganya, kalau yang muda mudanya juga
sibuk kuliah. Tapi kalau sebagian dari wanita Indonesia bercadar yang ikut
komunitas Dakwah On The Street setiap bulan kita jalan.
PW Apakah WIB menjadi salah satu faktor ukhty bercadar?
NS 5 Kalau saya pribadi tidak, karena sebelum kenal dengan WIB sudah
bercadar. Kebetulan waktu ada acara di monas acara penggalangan dana
untuk palestina sebetulnya saya ketemu sama ummu nida, jadi disitulah kita
berkolaborasi. Oh ternyata ada WIB. nah bagaimana sih WIB itu? Akhirnya
kita jalan bareng-bareng. Kalau saya sendiri tujuannya pakai cadar karena,
awalnya tidak bercadar maka saya belajar kenapa sih orang-orang pakai
cadar (tanyalah sama orang-orang yang pakai cadar) oh ternyata pakai cadar
seperti ini, alasan memakai cadar karena ini, dari situ termotivasi untuk
memakai cadar.
PW Sudah berapa lama ukhty memakai cadar?
NS 5 Saya memakai cadar sudah 2 tahun.
PW Seperti apa pesan yang disampaikan saat niqab eksperiment?
NS 5 Pesan yang disampaikan, oh jadi kebetulan kemarin yang merekrut orang-
orang disekitar itu suaminya Ummu Nida. Jadi yang ngobrol duluan sama
ibu-ibu kang Dian. Nah, mereka itu sebelumnya kita tanya-tanya dulu
karena ada yang belum bercadar, ada yang pakai kerudung biasa, ada yang
belum memakai kerudung. Kita tanya mengenai pengetahuan mereka
mengenai jilbab itu seperti apa, hukumnya seperti apa. Nah ternyata
masyarakat sekitar masih menganggap bahwa pemakaian jilbab itu masih
sunnah. Jadi ada beberapa yang belum berjilbab. Nah baru disitu kita
jelaskan dalilnya seperti ini memakai jilbab segala macem. Dipersilahkan
kalau ingin mencobanya boleh, ingin dibawa pulang juga boleh.
Ummu nidanya sih saat pembagian jilbab ngga terlalu banyak omong,
karena sibuk memakaikan yang sebelumnya-sebelumnya. Jadi lebih ke
suaminya yang banyak ngomong
Saat berhadapan dengan masyarakat, kita berusaha berakhlak baik dengan
ngobrol tapi bahasannya disesuai sama kondisi masyarakat. Kang dian sama
ummu nida juga nyampein materi dengan santai dan ngasih jawaban dengan
lugas. Jadi masyarakat tertarik dan mau bertanya banyak hal.
PW Metode yang digunakan oleh WIB seperti apa?
NS 5 Informatif, sikap juga terus dibiasakan dan juga kebiasaan seperti itu.
PW Kenapa namanya WIB?
NS 5 Karena, secara spesifikasinya saya kurang paham. Tapi, kalau pengetahua
saya supaya namanya lebih meluas karena ini di Indonesia. Jadi wanita
bercadar di Indonesia makanya namanya wanita Indonesia bercadar.
PW Struktur organisasinya kan ngga tersususn dengan baik, seperti apa
jika ada kegiatan yang ingin dilakukan?
NS 5 Kalau ngadain kegiatan, setiap chapternya itu mengkoordinir setiap
daerahnya. Tapi biasanya sih karena struktur organisasinya ngga ada jadi
contohnya seksi konsumsi jadi beberapa umahat umahat yang pinter masak
dimasukin ke dalam kepanitiaan atau yang bisa dateng.
PW Seperti apa tanggapan yang ukhty rasakan saat sosialisasi langsung
dengan masyarakat?
NS 5 Yang kurasakan ada beberapa yang positif ada beberapa yang negatif, yang
positifnya yaa mereka seneng banget ya dikasih jilbab gratis, terus mereka
juga bilang oh ternyata wanita bercadar ngga serem yaa, akhlaknya baik,
ternyata mereka ngga eksklusif, mau ngobrol sama kita. Nah ada yang
beberapa belum tau dan sinis ngeliatnya kaya gitu.
PW Kalau dari ukhty sendiri, apakah ada evaluasi buat WIB?
NS 5 Kalau dari aku pribadi, karena aku sekarang lagi sibuk ya. Jadi aku lebih
pemahaman aku seperti ini. Untuk lebih mensosialisasikan cadar kita tidak
terpaku sama komunitas ini, jadi kita bisa lakukan sendiri kapanpun dan
dimanapun kita berada. Disaat kita pakai cadar keluar rumah itu juga
termasuk program WIB itu sendiri dalam mensosialisasikan cadar. Supaya
orang-orang melihat bahwa wanita bercadar seperti ini. Jadi orang-orang
ngga takut lagi sama kita.
PW Apa saja faktor pendukung WIB dalam mensosialisasikan jilbab
bercadar?
NS 5 Kalau dari sisi internalnya sih, dari ummu nida dan kang diannya sendiri.
Kalau faktor pendukung seperti donator-donatur juga sih kaya gitu. Yang
saya tau dan yang saya rasakan sih dari beberapa komunitas itu saling
mendukung satu sama lain. Jadi misalkan setiap kita ada acara semua
komunitas yang pernah bekerja sama atau yang belum bekerja sama saling
mendukung. Sama halnya dengan komunitas lain jika mereka ada acara wib
juga mendukungnya.
PW Apakah kegiatan sosial yang dilakukan WIB saat berbagi sajadah ke
masjid merupakan kegiatan sosialisasi cadar?
NS 5 Oh itu sebenarnya bukan kegiatan rutin ya karena, kita merasa simpati
dengan masjid yang ibaratnya kurang keurus ya. Menjadi kita menggalang
dana untuk masjid tersebut
Untuk kegiatan sosial kita tetap jalan walaupun secara personal, karena
kapan pun kita ada waktu untuk berbagi kenapa tidak. Kegiatan sosial ini
sangat membantu dalam mensosialisasikan cadar karena masyarakat melihat
kepedulian kita terhadap mereka. Bagian dari sebuah ukhuwah yang luar
biasa
PW Seperti apa yang diharapkan oleh WIB kedepannya?
NS 5 Berharap masyarakat di Indonesia ini, tidak lagi berasumsi kalau wanita
bercadar itu eksklusif. Tidak lagi berasumsi kalau wanita bercadar itu teroris
seperti itu. Jadi kita maunya mereka welcome dengan kita, dengan sikap
kita.
Jakarta, 07 September 2016
Mengetahui,
Ketua Chapter WIB Jakarta
Ukhty Fitriyani
Narasumber 6 (NS 6) : Novitakiers (22 Tahun)
Posisi : Likers Facebook FP Wanita Indonesia Bercadar
Pewawancara (PW) : Rizky Nurul Ambia
PW Sejak kapan anda menjadi likers Facebook FP Wanita Indonesia
Bercadar?
NS 6 Kurang dari satu tahun mba.
PW Awalnya, kenapa anda melikes Facebook FP Wanita Indonesia
Bercadar?
NS 6 yaaa karena penasaran aja, soalnya temen saya ada yang ngelikes yauda
saya jadi penasaran
PW Pendapat anda mengenai komunitas Wanita Indonesia Bercadar
seperti apa?
NS 6 Secara keseluruhan baik si. Mereka sama aja selayaknya kita umat muslim
yang sedang berlomba dalam kebaikan.
PW Apakah dengan melihat kegiatan-kegiatan yang mereka sudah lakukan
membuka hati mba mengenai stigma yang beredar di masyarakat?
NS 6 Awalnya saya nilai wanita bercadar itu wanita yang tertutup, bahkan
sekalinya ada kegiatan ngga ada yang tau itu kegiatan apaan. Tapi lewat
fanspage WIB ini sekiranya masyarakat juga bakalan tau. Mereka itu sama
kaya kita. Bukan seseorang yang harus di jauhi atau bahkan di olok-olok
karena beda penampilan. Yaaa mereka juga lagi sama-sama berhijrah dan
menuju kebaikan sesuai apa yang mereka yakini.
PW Kalo menurut mba, apakah kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan
menggugah hati mba untuk ikutan hadir ?
NS 6 Menurut saya sih, kegiatan yang mereka lakukan itu bisa mengubah stigma
ataupun bahkan perilaku seseorang. Asalkan ya, orangnya itu update terus
sama postingan FB mereka, pastilah ada kehendak mau berubah kesana.
Menurut saya juga, seseorang yang bercadar ngga seserem pendapat yang
beredar di masyarakat kok. Mereka sama aja kaya kita, Cuma bedanya
mereka lebih ngejaga apa yang mereka punya. Saya sih belom bisa
berpenampilan kaya mereka, tapi secara keseluruhan saya menilai,
setidaknya lewat postingan tersebut merubah paradigm saya tentang mereka
yang mungkin bisa disebut agak “serem” dalam berpenampilan, karena itu
bukan budaya kita masalahnya,hehehe
Saya sih belum tertarik buat ikutan acara WIB, karena waktu saya yang
ngga bisa. tapi secara keseluruhan konten mereka itu bagus dan menarik.
Tapi dari postingan mereka okey lah, kalau ada orang yang ingin hijrah bisa
membantu banget.
PW Menurut mba apa yang kurang dari FP Wanita Indonesia Bercadar
ini?
NS 6 Bagus kok, tapi masih kurang ngena dakwahnya, seharusnya disitu juga
mereka ngebaur sama orang yang jilbabnya pendek juga. Jarang gitu
postingan tentang orang yang belom pake cadar sampe cadaran gitu. Itu aja
sih
PW iya bener mba, mereka jarang posting hal itu. Dia pernahnya memosting
kisah inspiratif anggota mereka dari yang jilbab pendek sampai bercadar
tetapi mereka menampilkannya dalam FB yang sudah bercadar. karena
kalau mereka mosting wajah wanita yang bener bener di zoom ngga sesuai
sama dakwahnya dong ya, mereka kan mau wanita yang menutup aurat.
NS 6 Ohiyayaa
Jakarta,27 Agustus 2016
Mengetahui,
Likers Facebook FP WIB
Novitakiers
Narasumber 7 (NS 7) : Ibu Iyah (42 Tahun)
Posisi Muslimah yang mengikuti Kopi Darat di Masjid
Nurul Islam Islamic Centre Bekasi
Pewawancara (PW) : Rizky Nurul Ambia
PW Bagaimana pendapat ibu mengenai komunitas Wanita Indonesia
Bercadar?
NS7 Mereka penampilannya beda dengan kita, jadinya orang sekitar masih merasa
takut. Tapi kalau menurut saya sih, dengan adanya komunitas cadar ini bisa
merubah prasangka negatif masyarakat sama wanita cadar. Kegiatan yang
mereka lakukan juga bagus si.
PW Sebelumnya ibu tau komunitas ini darimana?
NS7 Saya pernah liat di facebook komunitas ini, kalau acara ini saya diajak sama
temen saya, kebeneran saya lagi ada di daerah bekasi sama anaknya. Tapi
anak saya gamau ikut. Saya mah penasaran aja makanya hadir.
PW Apakah dengan melihat kegiatan-kegiatan yang mereka sudah lakukan
membuka hati ibu mengenai stigma yang beredar di masyarakat?
NS7 Saya sih tadinya takut, tapi pas saya liat dan perhatiin mereka sangat baik dan
terbuka dengan kami. Mereka ngga sinis dengan kami yang belum pakai cadar
kaya mereka. mereka juga sama kaya kita kalau berbicara ngga menutup diri
yang kaya orang-orang bilang
PW Apakah WIB dapat merubah asumsi negatif ibu?
NS7 Pas saya udah ikutan acara ini, saya ngerasa stigma dan prasangka negatif
saya sama wanita bercadar dari berkurang. Karena mereka baik dan mau
ngobrol sama kita, jadi punya pengalaman interaksi sama wanita cadar dan
dapet pembelajaran kalau cadar yang mereka pake bukan untuk suatu
golongan tertentu aja. Tapi mereka sama kaya kita islam juga
PW Apa kekurangan dari FP Wanita Indonesia Bercadar ini?
NS7 yaa lebih diperbanyak aja ngadain kegiatan yang mendekatkan diri mereka ke
masyarakat.
PW Bagaimana tanggapan ibu saat ikut kegiatan yang diselenggarakan oleh
WIB?
NS7 Yaaa saya sih tadinya takut sama mereka, tapi pas saya ikut acaranya. Mereka
juga ngga maksa yang belom bercadar untuk make cadar, soalnya pas ada
yang nanya tentang cadar. Mereka hanya cerita tentang kisah hidup mereka
yang penuh perjuangan banget.
PW Apakah kegiatan yang dilakukan oleh WIB menggugah hati ibu buat
ikutan hadir lagi ?
NS7 Saya kepengen ikutan acara kopdar lagi, seru soalnya dapet banyak
pengalaman dan pembelajaran. Tapi kalau saya ada waktu sih. Seharusnya
diadain di kota Tangerang biar lebih deket jadinya saya. Ini saya lagi di
tempat temen jadinya bisa ikutan.
PW Apa harapan ibu buat komunitas WIB ini?
NS7 yaa supaya mereka bisa terus jalan, ngadaian acara kaya gini lagi atau acara
lainnya yang bermanfaat dan membuat bahan pembelajaran buat masyarakat
tentang cadar atau hal lain. Mereka juga tetap sabar dan berjuang. Harus
perbanyak ngobrol sama masyarakat biar prasangka negatif masyarakat ilang
sedikit sedikit.
Bekasi, 28 Mei 2016
Mengetahui,
Muslimah yang mengikuti Kopi Darat di
Masjid Nurul Islam Islamic Centre Bekasi
Ibu Iyah
Hasil observasi
Observasi pertama dilakukan di kegiatan “Kopdar Muslimah Se-Jabodetabek” pada
hari Minggu, 20 Maret 2016 di Masjid Kubah Emas Depok.
Kegiatan ini dihadiri oleh para muslimah dari berbagai daerah. Mengundang
para muslimah baik yang sudah bercadar maupun yang belum. Para muslimah yang
datang sekitar 50 orang dari anak-anak hingga orang tua. Sekitar ada 15 muslimah
yang tidak menggunakan cadar. Sebelum acara dimulai, para anggota bercadar
berta’aruf dengan para muslimah yang datang dengan menanyakan asal daerah
masing-masing kemudian berbagi makanan ringan. Para muslimah yang belum
bercadar pun jadi berbaur dengan wanita bercadar. Acara kegiatan yang terdapat
dalam kopi darat yaitu pembacaan ayat Al-Qur’an oleh anggota WIB, tausiyah yang
diisi oleh founder WIB yaitu Ummu Nida an Khofiyah. Tausiyah ummu nida
mengenai pentingnya menjalin tali silaturahmi antar sesama muslim, pentingnya
menutup aurat, kewajiban – kewajiban bagi muslimah, berakhlak baik antar sesama
muslim, serta dapat mengetahui info-info terkini mengenai kerabat muslim yang
sedang terkena bencana di Negara lain. Kegiatan selanjutnya diisi dengan berdiskusi.
Dalam kegiatan berdiskusi, beberapa muslimah yang datang menanyakan mengenai
cadar dsb. Dalam hal inilah kegiatan sosialisasi cadar dilakukan dengan berbagi
pengalaman dan pengetahuan mengenai cadar oleh ummu nida. Setelah kegiatan
berdiskusi selesai dilanjutkan dengan makan bekal bersama dan yang terakhir tukar
hadiah. Kegiatan tukar hadiah ini dilakukan supaya adanya kedekatan antara para
wanita bercadar dengan para muslimah yang datang.
Hasil observasi
Observasi kedua dilakukan di kegiatan Tabligh Akbar & Penggalangan Dana yang
bertajuk: “Sejuta Cinta Muslimah Indonesia Untuk Suriah” pada hari Sabtu, 28 Mei
2016 di Masjid Nurul Islam Islamic Center Bekasi, Jl. Ahmad Yani Bekasi Barat.
Acara kegiatan ini sebenarnya sama dengan kopi darat. Tetapi kali ini adanya
penggalangan dana dari WIB yang bersinergi dengan MISI Medis Suriah, Komunitas
Muslimah Bercadar dan juga Pie Zahra. Kegiatan ini dihadiri oleh para muslimah dari
berbagai daerah. Mengundang para muslimah baik yang sudah bercadar maupun yang
belum. Para muslimah yang datang sekitar 75 orang dari anak-anak hingga orang tua.
Sekitar ada 25 muslimah yang tidak menggunakan cadar. kegiatan ini lebih tepatnya
sharing season dari MISI Medis Suriah mengenai para muslim yang sedang berjuang
hidup dan membutuhkan bantuannya di Negara suriah. Komunitas WIB sudah
mengumpulkan dana untuk diberikan kepada suriah. Dalam hal ini, membuktikan
bahwa adanya sifat kepedulian yang dimiliki oleh wanita bercadar. kegiatan
selanjutnya yaitu talkshow yang diisi oleh motivator hijrah yaitu Ummu Indadari
(Istri Caesar YKS). Kegiatan talkshow ini mengenai kisah inspiratif dari Indadari
hingga saat ini. Setelah itu dilanjutkan dengan sesi tanya jawab ataupun sharing
mengenai kisah wanita cadar lainnya. Dalam kesempatan kali ini, ada beberapa
wanita bercadar yang menceritakan kisah hijrahnya. Kegiatan ini memperlihatkan
bahwa cadar yang mereka gunakan merupakan bentuk ketaatan kepada Allah SWT.
dalam kisah hijrah yang mereka ceritakan, mereka berusaha untuk berinteraksi
dengan lingkungan mereka walaupun masih ada yang belum menerimanya. Mereka
hanya ingin adanya penerimaan dan wanita bercadar bisa hidup berdampingan
dengan muslim yang lainnya.
KEGIATAN YANG TELAH DILAKUKAN OLEH KOMUNITAS WIB
1) Berbagi pakaian syari, jilbab dan cadar yang dilakukan di CFD (Car Free Day) Jakarta dan CFD Bogor serta melakukan Niqab Experiment bersama dengan DOTS (Dakwah On The Street) dan juga para akhwat dari Pejuang Shubuh.
Koleksi foto-foto wanita bercadar yang menginspirasi dalam kegiatan sosialisasi jilbab bercadar oleh komunitas Wanita Indonesia Bercadar (WIB)
2) Tahsin Al-Qur'an yang dilakukan pekanan oleh para member WIB
3) Kopi darat (kopdar) yang dihadiri oleh para member WIB maupun masyarakat
umum bertemakan “Ajak muslimah untuk menutup aurat dan berkarya di jalan Allah” atau kopdar muslimah menjalin ukhuwah islamiah ditambah dengan tausiyah dari founder WIB yaitu Ummu Nida yang dilakukan di Masjid Dian Al- Mahri Depok
4) Membuka Stand di berbagai acara yang dilakukan oleh WIB ataupun komunitas
lainnya. Terkadang menjual berbagai marchendise dari WIB seperti pin WIB, Jaket WIB, jilbab, cadar, sarung tangan dll.
5) Memberikan info kegiatan dari penyelenggara di luar WIB yang dapat dihadiri para anggota
6) Melakukan kegiatan sosial Mengumpulkan donasi untuk seseorang yang sedang tertimpa musibah seperti
ukhty “Istiqomah Ramadhania”
Mengumpulkan donasi untuk karpet syar’i Masjid Adz-Dzikra di Jawa Barat
Membantu renovasi Masjid Nurul Huda di Purwakarta
Memberikan santunan anak yatim sekaligus mempererat tali silaturahmi antar anggota WIB
Melakukan Tabligh Akbar dan penggalangan dana untuk suriah, yang
bersinergi dengan MISI Medis Suriah, Komunitas Muslimah Bercadar, Pie Zahra. Acara ini disertai Talkshow yang diisi oleh Indadari (Motivator Hijrah) disertai dengan sharing season
Membantu seseorang yang sedang membutuhkan bantuan seperti Laras
Berbagi Nasi box untuk Buka Puasa On The Road, nasi box ini dibagian di wilayah Depok
Berbagi kerudung kepada masyarakat sekitar yang dilakukan oleh WIB Depok
KANTOR OPERASIONAL WIB Kantor operasional ini merupakan kediaman Ummu Nida yang terletak di jl. RTM Raya, Gg. H. Salim rt 03/01, Kelapa Dua Kel. Tugu Kec. Cimanggis, Kota Depok.
Wawancara dengan Founder WIB – Ummu Nida an Khofiyah
Wawancara dengan Ketua chapter WIB Jakarta - Ukhty Fitriyani
top related