spondilitis tb ~wahida
Post on 21-Jan-2016
55 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LAPORAN KASUSSPONDILITIS TB
Nurul Wahida bt Hamdan030.08.301
Pembimbing : dr Ananda Setiabudi, SpS
PENDAHULUANSpondilitis tuberkulosa atau tuberkulosis spinal
yang dikenal pula dengan nama Pott’s disease of the spine atau tuberculous vertebral osteomyelitis merupakan suatu penyakit yang banyak terjadi di seluruh dunia. Terhitung kurang lebih 3 juta kematian terjadi setiap tahunnya dikarenakan penyakit ini.
Penyakit ini pertama kali dideskripsikan oleh Percival Pott pada tahun 1779 yang menemukan adanya hubungan antara kelemahan alat gerak bawah dengan kurvatura tulang belakang, tetapi hal tersebut tidak dihubungkan dengan basil tuberkulosa hingga ditemukannya basil tersebut oleh Koch tahun 1882, sehingga etiologi untuk kejadian tersebut menjadi jelas.
Defisit neurologis muncul pada 10-47% kasus pasien dengan spondilitis tuberkulosa. Di negara yang sedang berkembang penyakit ini merupakan penyebab paling sering untuk kondisi paraplegia non traumatik. Insidensi paraplegia, terjadi lebih tinggi pada orang dewasa dibandingkan dengan anakanak. Hal ini berhubungan dengan insidensi usia terjadinya infeksi tuberkulosa pada tulang belakang, kecuali pada dekade pertama dimana sangat jarang ditemukan keadaan ini.
IDENTITAS PASIENNama : Ny PRUmur :29 tahunPekerjaan : -Alamat : Jl. Sawah Barat Dalam II No 8 RT/RW 01/06, Pondok Bambu, Duren
SawitStatus : MenikahAgama : IslamBangsa : IndonesiaNo rekam medis : 87 43 15Tanggal masuk RS : 16 Mei 2013
ANAMNESIS
Nyeri pinggang sejak 2 bulan SMRS
Keluhan utama
Pasien datang dengan keluhan nyeri pinggang 2 bulan SMRS. Nyeri dirasakan seperti ada bagian yang tertarik, sehingga pasien menjadi sulit untuk bergerak, duduk, bungkuk dan tidak bias berjalan. Nyeri mulai dirasakan menjalar ke kaki kiri.
Pasien juga mengeluh terdapat benjolan seperti bisul di bagian pinggang sebelah kanan ± 1 tahun, sebelumnya pernah keluar cairan berwarna abu- abu, berbau dan nyeri bila dipegang.
Pasien menyangkal adanya batuk lama, pengobatan lama, pusing, muntah . Seminggu SMRS pasien mengalami demam tinggi dan diobati dengan obat penurun panas. 4 bulan yang lalu pasien merasakan keluhan semakin berat. Penurunan berat badan (+), nafsu makan menurun (+).
RPS
RIW PENYAKIT DAHULURiwayat hipertensi (-), tidak diketahui pasien
dan keluarga Riwayat DM (-)
TB/ pengobatan 6
bulan (-)
Riwayat Sakit jantung (-)
Riwayat Stroke(-)
Riwayat Trauma kepala
(-)
Riw menstruasi normal
RIW PENYAKIT KELUARGARiwayat
hipertensi (-)
Riwayat DM (-)
Riwayat Sakit
jantung (-)
Riwayat stroke (-)
RIW KEBIASAAN
Riwayat merokok (-)
Olahraga jarang
PEMERIKSAAN FISIKKEADAAN UMUMBaik, kesadaran compos mentis, koooperatifTanda- tanda vitalTekanan darah : 120/90 mmHgNadi : 80x/ menit irama teratur Respirasi : 20x/menit Suhu : 36,4 °C
PEM NEUROLOGI ~MOTORIKKanan Kiri Keterangan
Ekstremitas atas
-Kekuatan
-Tonus
-Gerakan involunter
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
kesan : normal
Ekstremitas bawah
-Kekuatan
-Tonus
-Gerakan involunter
Normal
Normal
Normal
Melemah
Normal
Normal
Kesan :
-paraparese kaki kiri
SENSORIKKanan Kiri Keterangan
Raba (+) (+) Normal
Nyeri (+) (+) Normal
Suhu (+) (+) Normal
Propiosept
if
(+) (+) Normal
REFLEKSKanan Kiri Keterangan
Fisiologis
-Biceps
-Triceps
- Patella
- Archilles
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
Normal
Normal
Normal
Normal
Patologis
-Babinsky
-Chaddock
(-)
(-)
(-)
(-)
Normal
Normal
Kanan Kiri
- Lasegue
- Kernig
- Patrick
- Contrapatrick
(-)
(-)
(+)
(+)
(+) 60° nyeri
(+)
(+)
(+)
PEM PENUNJANGHasil Nilai normal
Hematologi
Leukosit 5,3 3,6-11 ribu/uL Normal
Hemoglobin 11,0 11,7-15,5 g/dL Menurun
Hematokrit 33 35-47 % Menurun
Trombosit 395 150-440 ribu/uL Normal
LED 18 0-20 mm/jam Normal
Kimia klinik (Hati)
SGOT 22 <27 Normal
SGPT 9 <34 Normal
Metabolism karbohidrat
GDS 72 <110 mg/dL Normal
Kimia darah (Ginjal)
Ureum 10 13-43 mg/dL Meningkat
Kreatinin 0,80 < 1,1 mg/dL Normal
Elektrolit
Kalsium 8,9 8,4-10,2 mmol/L Normal
Foto lumbosakral
didapatkan gambaran kompresi corpus vetebra L5, suspek HNP L4-5, L5-S1 dan dianjurkan untuk melakukan MRI.
RESUME Seorang wanita, 29 tahun datang ke poli dengan keluhan nyeri pinggang
sejak 2 bulan SMRS. Nyeri dirasakan seperti ada bagian yang tertarik, sehingga pasien menjadi sulit untuk bergerak, duduk, bungkuk dan tidak bisa berjalan. Nyeri mulai dirasakan menjalar ke kaki kiri. Pasien juga mengeluh terdapat benjolan seperti bisul di bagian pinggang sebelah kanan ± 1 tahun, sebelumnya pernah keluar cairan berwarna abu- abu, berbau dan nyeri bila dipegang.menyangkal adanya batuk lama, pengobatan lama, pusing, muntah. Seminggu SMRS pasien mengalami demam tinggi dan diobati dengan obat penurun panas. 4 bulan yang lalu pasien merasakan keluhan semakin berat. Penurunan berat badan (+), nafsu makan menurun (+). Pada pemeriksaan rangsang meningeal didapatkan tanda laseque dan kerniq positif pada tungkai sebelah kiri. Tanda patrick dan contrapatrick positif kedua- duanya.
Dari pemeriksaan fisik untuk status generalis didapatkan dalam batas normal. Pemeriksaan status neurologis didapatkan kesan pada pemeriksaan motorik paraparese extremitas kiri. Pada pemeriksaan penunjang, untuk hasil laboratorium hemoglobin 11g/dL, hematokrit 33%, ureum 10 mg/dl. Pada foto lumbosakral didapatkan gambaran kompresi corpus vetebra L5, suspek HNP L4-5, L5-S1 dan dianjurkan untuk melakukan MRI.
DIAGNOSIS•Pa
raparese extremitas bawah kiri
•HNP L4-5, L5-S1
Diagnosis klinis
•Kompresi corpus vertebra L5
Diagnosis topis
•Spondilitis TB
Diagnosis etiologi
•Infeksi
Diagnosis patologis
DIAGNOSIS BANDING
Tumor vertebra
HNPSOL medulla spinalis
PEM ANJURANRencana fisioterapiRencana pemeriksaan kultur BTARencana MRI torakalBone scanning
PENATALAKSANAANIVFD Asering / 12 jam Strepomicyn 1x¾syrMetilprednisolon tab 1x1Ranitidin tab 2x1
PROGNOSIS
Ad vitam Dubia ad
bonam
Ad sanasionam Dubia ad bonam
Ad fungsionam Dubia ad bonam
ANALISA KASUS Pasien dengan keluhan lemah pada tungkai sisi kiri dapat
mengarah pada kasus infeksi, kongenital, neoplasma, trauma maupun kelainan degeneratif di daerah tulang belakang. Dari anamnesis didapatkan data bahwa tungkai sisi kiri lemah mulai timbul ± 2 bulan SMRS, sehingga kemungkinan kelainan kongenital dapat disingkirkan. Usia penderita yang baru 29 tahun dapat menyingkirkan kemungkinan kelainan degeneratif karena usia.
Nyeri pada tulang belakang dapat berasal dari suatu keganasan pada tulang belakang maupun infeksi spesifik seperti tuberkulosis. Nyeri yang timbul pada pasien ini bersifat hilang timbul. Sifat nyeri ini lebih mengarah pada tuberkulosis. Pada tumor tulang yang sangat jarang terjadi, nyeri bersifat difus dan terus-menerus. Oleh karena itu, kemungkinan suatu keganasan dapat disingkirkan.
Pasien juga mengeluh terdapat benjolan seperti bisul di bagian pinggang sebelah kanan ± 1 tahun, sebelumnya pernah keluar cairan berwarna abu- abu, berbau dan nyeri bila dipegang. Ini dapat mengarah pada kasus infeksi.
Dari hasil anamnesis didapat data berupa nyeri pinggang yang disertai seperti ada bagian yang tertarik, lama kelamaan penderita mengalami kesulitan berjalan. Dari pemeriksaan neurologi, didapatkan tanda laseque positif yang menandakan adanya tanda isialgia dan iritasi pleksus lumbosakral dan kerniq positif pada extremitas bawah kiri, ini menandakan kemungkinan HNP- lumbal yang dapat unilateral. Hasil pemeriksaan penunjang yaitu jumlah leukosit 5.300 /mm3, serta rontgen lumbosakral didapatkan gambaran kompresi corpus vetebra L5, suspek HNP L4-5, L5-S1 dan dianjurkan untuk melakukan MRI. Dari data-data di atas, diagnosis kerja spondilitis TB dapat ditegakkan.
Timbulnya paraplegia menandakan adanya suatu proses pada medula spinalis penderita setinggi L3. Pada kasus-kasus spondilitis TB seringkali ditemukan gejala ini terutama. pada keadaan lanjut. Data-data ini mengarah pada suatu spondilitis tuberkulosis.
Terapi pada penyakit spondilitis tuberkulosis adalah terapi konservatif dan terapi pembedahan. Terapi konservatif bertujuan untuk memperbaiki keadaan umum dan eliminasi kuman penyebab dengan kombinasi antibiotik. Terapi konservatif juga bertujuan untuk mempersiapkan pasien yang akan dilakukan tindakan bedah.
Prosedur pembedahan yang dilakukan adalah bedah kostotransversektomi berupa debridement dan penggantian corpus vertebra yang rusak dengan tulang spongiosa atau kortiko-spongiosa. Teknik lainnya adalah postero kostotransversektomi, yaitu sama seperti di atas namun dilakukan dari posterior. Operasi pembedahan sebaiknya dilakukan 3 minggu setelah pemberian obat-obat antituberkulosis (OAT). Tujuan tindakan ini adalah untuk mencegah penyebaran atau diseminasi penyakit bila operasi dilakukan sebelum pemberian OAT. OAT dilanjutkan setelah pembedahan sampai 6 bulan sesuai dengan pedoman dari WHO dan dapat ditambah sesuai dengan keadaan penyakit pasien
TINJAUAN PUSTAKA
Spondilitis tuberkulosa atau tuberkulosis tulang belakang adalah peradangan granulomatosa yg bersifat kronisdestruktif olehMycobacterium tuberculosis. Dikenal pula dengan nama Pottds disease of the spine atau tuberculousvertebral osteomyelitis. Spondilitis ini paling sering ditemukan pada vertebraT8 – L3dan paling jarang pada vertebraC1 2. Spondilitis tuberkulosis biasanya mengenai korpus vertebra, tetapi jarang menyerang arkus vertebrae.
DEFINISI
EtiologiTuberkulosis tulang belakang merupakan infeksi
sekunder dari tuberkulosis di tempat lain di tubuh, 90- 95% disebabkan oleh mikobakteriumn tuberkulosis tipik (2/3 dari tipe human dan 1/3 dari tipe bovin) dan 5-10% oleh mikobakterium tuberkulosa atipik. Lokalisasi spondilitis tuberkulosa terutama pada daerah vertebra torakal bawah dan lumbal atas1, sehingga diduga adanya infeksi sekunder dari suatu tuberkulosis traktus urinarius, yang penyebarannya melalui pleksus Batson pada vena paravertebralis.
Gambaran klinisSecara klinik gejala tuberkulosis tulang belakang hampir sama
dengan gejala tuberkulosis pada umumnya, yaitu badan lemah/lesu, nafsu makan berkurang, berat badan menurun, suhu sedikit meningkat (subfebril) terutama pada malam. hari serta sakit pada punggung. Pada anak-anak sering disertai dengan menangis pada malam hari (night cries).
Pada tuberkulosis vertebra servikal dapat ditemukan nyeri di daerah belakang kepala, gangguan menelan dan gangguan pernapasan akibat adanya abses retrofaring. Kadangkala penderita datang dengan gejala abses pada daerah paravertebral, abdominal, inguinal, poplitea atau bokong, adanya sinus pada daerah paravertebral atau penderita datang dengan gejala-gejala paraparesis, gejala paraplegia, keluhan gangguan pergerakan tulang belakang akibat spasme atau gibus.
Pem PenunjangPemeriksaan laboratoriumPeningkatan laju endap darah dan mungkin
disertai dengan leukositosisUji Mantoux positifPada pemeriksaan biakan kuman mungkin
ditemukan mikobakteriumBiopsi jaringan granulasi atau kelenjar linfe
regionalPemeriksaan histopatologis dapat ditemukan
tuberkel
Pemeriksaan radiologis Pemeriksaan foto toraks untuk melihat adanya tuberkulosis paru Foto polos vertebra, ditemukan osteoporosis, osteolitik dan destruksi
korpus vertebra, disertai penyempitan diskus intervertebralis yang berada diantara korpus tersebut dan mungkin dapat ditemukan adanya massa abses paravertebral.
Pada foto AP, abses paravertebral di daerah servikal berbentuk sarang burung (bird's nets), di daerah torakal berbentuk bulbus dan pada daerah lumbal abses terlihat berbentuk fusiform
Pada stadium lanjut terjadi destruksi vertebra yang hebat sehingga timbal kifosis
Pemeriksaan foto dengan zat kontras Pemeriksaan mielografi dilakukai bila terdapat gejala-gejala penekanan
sumsum tulang Pemeriksaan CT scan atau CT dengan mielografi Pemeriksaan MRI
DiagnosisDiagnosis spondilitis tuberkulosa dapat ditegakkanberdasarkan gambaran klinis dan pemeriksaan radiologis.Untuk melengkapkan pemeriksaan, maka dibuat suatustandar pemeriksaan pada penderita tuberkulosis tulang
dansendi, yaitu:Pemeriksaan klinik dan neurologis yang lengkapFoto tulang belakang posisi AP dan lateralFoto polos toraks posisi PAUji MantouxBiakan sputum dan pus untuk menemukan basil
tuberkulosa
Pengobatan 1. Terapi konservatif2. Terapi operatif
top related