presus spondilitis tb

32
BAB I LAPORAN KASUS I.1. IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. AH Tanggal Lahir : 13/02/1987 (27 tahun) Pendidikan : SMA Pekerjaan : Pratu Suku : Jawa Agama : Islam Gol. Darah : O Alamat : Ambon Masuk RS : 8 Januari 2015 No RM : 80.03.26 I.2. ANAMNESIS Didapatkan keterangan dari pasien pada hari Kamis, 15 Januari 2015. Keluhan Utama Nyeri pada pinggang Riwayat Penyakit Sekarang 2 hari SMRS, pasien mengaku muntah-muntah dan demam. Muntah sebanyak 15 kali dalam sehari, berisi cairan, muntah darah disangkal. Demam dirasakan sepanjang hari dan menurun apabila diberikan obat penurun panas. Pasien kemudian berobat ke IGD 1

Upload: aditya-maulana-ginting

Post on 19-Dec-2015

8 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

BEDAHORTHOPEDIPRESUSKOASRSPAD

TRANSCRIPT

Page 1: Presus Spondilitis TB

BAB I

LAPORAN KASUS

I.1. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. AH

Tanggal Lahir : 13/02/1987 (27 tahun)

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Pratu

Suku : Jawa

Agama : Islam

Gol. Darah : O

Alamat : Ambon

Masuk RS : 8 Januari 2015

No RM : 80.03.26

I.2. ANAMNESIS

Didapatkan keterangan dari pasien pada hari Kamis, 15 Januari 2015.

Keluhan Utama

Nyeri pada pinggang

Riwayat Penyakit Sekarang

2 hari SMRS, pasien mengaku muntah-muntah dan demam. Muntah sebanyak 15 kali dalam

sehari, berisi cairan, muntah darah disangkal. Demam dirasakan sepanjang hari dan menurun

apabila diberikan obat penurun panas. Pasien kemudian berobat ke IGD RSPAU karena merasa

lemas akibat muntah-muntah tersebut. Saat itu pasien juga mengaku timbul bintik-bintik seperti

jerawat di muka. Pasien lalu dirujuk ke RSPAD, karena kamar perawatan RS penuh dengan

diagnosis G2P1A0 Hamil 28 minggu dengan Hiperemis.

Pada perawatan hari pertama di RSPAD pasien mengaku gatal dan timbul lenting-lenting di

seluruh tubuh. Gatal dirasakan terus-menerus dan pasien suka menggaruk agar gatalnya

berkurang. Lenting-lenting berisi cairan, diawali berjumlah sedikit dari muka seperti jerawat dan

semakin bertambah banyak menyebar keseluruh tubuh.

1

Page 2: Presus Spondilitis TB

Pasien mengaku memilki riwayat kontak dengan orang yang sedang terkena cacar air. Dan

pasien mengakui belum pernah menderita cacar air. Pasien menyangkal adanya keputihan, keluar

lendir-lendir dan darah dari daerah kemaluan.

Riwayat Penyakit Dahulu

TB Milier : Tahun

Hipertensi : Disangkal

Kencing manis : Disangkal

Asma : Disangkal

Alergi : Disangkal

Penyakit jantung : Disangkal

Penyakit ginjal : Disangkal

Riwayat operasi : Disangkal

Riwayat dirawat di RS : Iya, saat perdalinan normal pada tahun 2009.

Riwayat Penyakit Keluarga

Hipertensi : Disangkal

Kencing manis : Disangkal

Asma : Disangkal

Alergi : Disangkal

Penyakit jantung : Disangkal

Penyakit liver : Disangkal

I.3. PEMERIKSAAN FISIK

Dilakukan pada tanggal 15 Januari 2015

Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : sedang

Kesadaran : compos mentis

Berat badan : 60 kg

Tinggi badan : 172 cm

Indeks massa tubuh : 27

Tanda vital

Tekanan darah : 130/ 100 mmHg

2

Page 3: Presus Spondilitis TB

Pernapasan : 18x/menit

Nadi : 98x/menit

Suhu : 36oC

Status Generalis

Kepala : Normocephal

Mata : Konjungtiva normal, sklera putih

Hidung : Septum tidak deviasi, sekret -/-, edema konka -/-

Telinga : Normotia, sekret -/-, serum -/-

Leher : Thiroid tidak teraba, KGB tidak teraba

Paru : Sonor, suara napas dasar vesicular +/+, rhonki -/-, murmur -/-

Jantung : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen : Cembung karena hamil

Ekstremitas : Akral hangat, edema tungkai -/-, tidak terdapat deformitas

I.4. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium Klinik

JENIS PEMERIKSAANHASIL

NILAI RUJUKAN8/1/15 12/1/15

HEMATOLOGIHematologi LengkapHemoglobin 11.2* 13 – 18 g/dLHematokrit 32* 40 – 52 %Eritrosit 4,1* 4.3 – 6.0 juta / µLLeukosit 14970* 4,800 – 10,800 /µLTrombositLEDHitung Jenis :

Basofil Eosinofil Batang Segmen Limfosit Monosit

5496000*

4

012

79*10*8*

150.000 – 400.000 / µL< 15 mm/jam

0 – 1 %1 – 3 %2 – 6 %50 – 70 %20 – 40 %2 – 8 %

MCV 79* 80 – 96 fL

3

Page 4: Presus Spondilitis TB

MCH 27 27 – 32 pgMCHCRDW

3517.70 *

32 – 36 g/dL11.5 – 14.5 %

JENIS PEMERIKSAANHASIL

25 November 2014NILAI RUJUKAN

KIMIA KLINIKCRP Semi Kuantitatif <6 <6 mg/L

Pemeriksaan MRI

Kesan :

Straight lumbalis

Suspek spondylitis dan spondylodiscitis L2-L5 dg massa paravertebra curiga suatu

paravertebra abses

Lesi intramedula suspek massa setinggi Th 10-11

Tidak tampak canalis stenosis.

I.5. DIAGNOSIS KERJA

I.6. PENATALAKSANAAN

Rencana Diagnostik

Cek laboratorium (darah lengkap, urin lengkap, elektrolit dan kimia klinik), observasi tanda

vital, DJJ, CTG dan USG.

Non medikamentosa

1. Segera masuk rumah sakit (indikasi rawat inap)

2. Tirah baring.

Medikamentosa

1. Hidrasi cairan : RL 500CC/6 jam.

2. Simtomatis :

a. Paracetamol tab 3x500 mg.

b. OBH syrup 3x15 ml.

c. Salicyl talk u.e

3. Antiviral: Acyclovir oral 5x800 mg s/d 5 hari.

4

Page 5: Presus Spondilitis TB

4. Atasi muntah :

a. Metocloropamid 3x10 mg I.V

b. Ranitidin 5x5 mg IV

5. B complex 3x1 tablet.

6. Konsul kulit

Rencana edukasi

Penjelasan kepada pasien dan keluarga mengenai kondisi pasien saat ini, komplikasi yang

mungkin terjadi dan rencana tatalaksana.

I.7. PROGNOSIS

Dubia ad malam

I.8. FOLLOW UP

TANGGAL JAM

SOAPINSTRUKSI TENAGA

KESEHATAN

09-06-2014 16.00 WIB

S :

O :

A :

P :

Pasien rujuka dari poli klinik karena tekanan darah tnggi dan protein urin +3. Keluhan lain tidak ada, mual muntah tidak ada, pandangan kabur tidak ada.KU baik, kesadaran compos mentisStatus generalis :TD : 160/100 mmHg, N: 84 x/menit, RR: 18 x/menit, Suhu: 360C, edema tungkai +/+.Status obstetrik :Kontraksi uterus (-), DJJ 151 x/menit. Vulva vagina tenang, perdaraan pervaginam (-).G3P2A0 hamil 36 minggu dengan PEB, JTH Presentasi Bokong, BSC 2xHemodinamik stabil

TD terkontrol

Terminasi kehamilan

Observasi TTV/4jam, DJJ/1jamObservasi tanda perburukan PEBAdalat oros 2x30 mg POMetildopa 3x500 mg PORencana SC tgl.10-06-2014

10-06-201406.30 WIB

S :O :

Tidak ada keluhan, gerak janin (+)KU baik, kesadaran compos mentisStatus generalis :TD : 150/100 mmHg, N: 88 x/menit, RR: 18 x/menit,

5

Page 6: Presus Spondilitis TB

A :

P :

Suhu: 360C, edema tungkai +/+.Status obstetrik :Kontraksi uterus (-), DJJ 142 x/menit. Vulva vagina tenang, perdaraan pervaginam (-).G3P2A0 hamil 36 minggu dengan PEB, JTH Presentasi Bokong, BSC 2xHemodinamik stabil

TD terkontrol

Atasi kerusakana endotelTerminasi kehamilan

Observasi TTV dan DJJ/1jamObservasi tanda perburukan PEBAdalat oros 2x30 mg POMetildopa 3x500 mg POVit. C 2x400 mg PORencana SC pukul 10.00 WIB dengan dr. Bintari, Sp. OGKonsuk Anak dan Anastesi

10-06-201417.00 WIB

S :

O :

A :

P :

Pusing (-), pandangan kabbur (-), mual muntah (-), nyeri pasca operasi VAS 3, perdarahan (-)KU baik, kesadaran compos mentisStatus generalis :TD : 150/90 mmHg, N: 76 x/menit, RR: 18 x/menit, Suhu: 360C, edema tungkai +/+.Status obstetrik :Kontraksi uterus baik, TFU 2 jari dibawah pusat. Vulva vagina tenang, perdaraan pervaginam (-). Luka operasi kering, tertutup perbanP3 post SC et causa BSC 2X dan PEBAkseptor IUDHemodinamik stabil

TD terkontrol (target : 140/90 mmHg)

Atasi kerusakana endotelLuka operasi baikPenanganan nifasPenanganan VAS 3

Cegah infeksi

Observasi TTVObservasi tanda perburukan PEBAdalat oros 2x30 mg POMetildopa 3x500 mg POVit. C 2x400 mg POGanti verban hari ke-3 pasca operasiDiet extra putih telur 6 butir per hariKetrolac 3 x 1

Cefradoxil 3x500 mg PO11-06-201406.30 WIB

S :

O :

Kepala terasa berat, pandangan kabur (-), sulit tidur, flatus (-), BAB pasca operasi (-), nafsu makan baik, mual muntah (-).KU baik, kesadaran compos mentisStatus generalis :TD : 140/100 mmHg, N: 88 x/menit, RR: 20 x/menit, Suhu: 360C.Status obstetrik :Kontraksi uterus baik, TFU 2 jari dibawah pusat. Vulva vagina tenang, perdaraan pervaginam (-). Luka

6

Page 7: Presus Spondilitis TB

A :

P :

operasi kering, tertutup perbanP3 post SC et causa BSC 2X dan PEBAkseptor IUDMobilisasiPerawatan nifas

Kontrol tekanan darah

Jika tekanan darah meningkatCegah kerusakan endotelAtasi nyeiCegah infeksi

Usahakan bergerak / jalanGanti verban besok, tgl 12-06-2014Diet tinggi proteinObservasi TTVObservasi tanda perburukan PEBAdalat oros 2x30 mg POMetildopa 3x500 mg POKonsultasi IPDVit. C 2x400 mg PONatrium diclofenac 2x500 mgCefradoxil 3x500 mg PO

12-06-201406.30 WIB

S :

O :

A :

P :

Nyeri luka operasi VAS 2, pandangan mata kabur (-), mual muntah (-), sakit kepala (-)KU baik, kesadaran compos mentisBreast engangement (-)Status generalis :TD : 130/90 mmHg, N: 90 x/menit, RR: 20 x/menit, Suhu: 360C.Status obstetrik :Kontraksi uterus baik, TFU 2 jari dibawah pusat. Vulva vagina tenang, perdaraan pervaginam (-). Luka operasi kering, tertutup perbanP3 post SC et causa BSC 2X dan PEBAkseptor IUDHemodinamik stabil

TD terkontrol

Atasi kerusakana endotelPenanganan VAS 3Cegah infeksiRencana Pulang

Observasi TTVObservasi tanda perburukan PEBAdalat oros 2x30 mg POMetildopa 3x500 mg POVit. C 2x400 mg PONatrium diclofenac 2x500 mgCefradoxil 3x500 mg PO

7

Page 8: Presus Spondilitis TB

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Definisi

Penyakit ini disebabkan oleh karena bakteri berbentuk basil (basilus). Bakteri

yang paling sering menjadi penyebabnya adalah Mycobacterium tuberculosis, walaupun

spesies Mycobacterium yang lainpun dapat juga bertanggung jawab sebagai penyebabnya.

Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri berbentuk batang yang bersifat acid-

fastnon-motile dan tidak dapat diwarnai dengan baik melalui cara yang konvensional.

Dipergunakan teknik Ziehl-Nielson untuk memvisualisasikannya.

II.2. Insiden

Varicella terdapat diseluruh dunia dan tidak ada perbedaan ras maupun jenis kelamin.

Varicella terutama mengenai anak-anak yang berusia dibawah 20 tahun terutama usia 3 - 6

tahun dan hanya sekitar 2% terjadi pada orang dewasa. Di Amerika, varicella sering terjadi

pada anak-anak dibawah usia 10 tahun dan 5% kasus terjadi pada usia lebih dari 15 tahun

dan di Jepang, umumnya terjadi pada anak-anak dibawah usia 6 tahun sebanyak 81,4 %.

Selain itu, kejadian varisela tergantung dari musim (musim dingin dan awal musim semi).

Di Indonesia walaupun belum pernah dilakukan penelitian, agaknya penyakit virus

menyerang pada musim peralihan antara musim panas ke musim hujan atau sebaliknya.

Pasien dapat menularkan penyakit selama 24-48 jam sebelum lesi kulit timbul, sampai

semua lesi timbul krusta / keropeng, biasanya 7-8 hari.

Varisela pada kehamilan adalah jarang. Penelitian oleh Balducci dkk terhadap 30.000

kehamilan, insiden varisela hanya sebesar 0,7 per 1000 kehamilan. Ibu hamil yang terkena

infeksi VZV primer dapat menularkan infeksi kepada janinnya secara transplasental selama

fase viremia. Resiko infeksi terhadap janin sulit ditentukan secara pasti, diperkirakan

sebesar 24-25%, tetapi infeksi ini biasanya asimptomatik. Tidak setiap janin yang

terinfeksi mengalami sindroma varisela, hanya kira-kira 3 dari setiap 100 bayi yang

dilahirkan mempunyai bentuk infeksi kongenital.Malformasi kongenital yang disebabkan

oleh infeksi virus varisela-zoster intra uterin jarang terjadi.

8

Page 9: Presus Spondilitis TB

II.3. Etiopatogenesis

Virus varisela zoster. Penamaan virus ini memberikan pengertian bahwa infeksi

primer virus ini menyebabkan penyakit varisela, sedangkan reaktivasi menyebabkan

herpes zoster.

Virus Varicella-zoster

Famili : Herpesviridae

Kelas : Kelas I (dsDNA)

Ordo : Alphaherpesvirinae

Genus : Varicellovirus

Species : Human herpesvirus 3 (HHV-3)

Virus varisela zoster merupakan salah satu dari 8 jenis herpes virus dari family

herpes viridae yang dapat menyerang manusia dan primata, merupakan virus DNA alfa

herpesvirus, mempunyai 125.000 pasangan basa yang mengandung 70 gen. Virus ini

mempunyai 3 tipe liar (wild type) Dumas di Eropa dan Oka di Jepang mengumumkan

rangkaian genetik virus varisela yang ditelitinya.

Masa inkubasi varisela 10-21 hari pada imunokompeten (rata-rata 14-17 hari) dan

pada imunokompromais kurang dari 14 hari. VZV masuk ke dalam tubuh manusia dengan

cara inhalasi dari sekresi pernafasan ataupun kontak langsung dengan lesi kulit. Droplet

infection dapat terjadi 2 hari sebelum hingga 5 hari setelah timbul lesi dikulit.

Siklus replikasi virus pertama terjadi pada hari ke 2 - 4 yang berlokasi pada lymph nodes

regional kemudian diikuti penyebaran virus dalam jumlah sedikit melalui darah dan kelenjar

limfe, yang mengakibatkan terjadinya viremia primer (biasanya terjadi pada hari ke 4 - 6 setelah

infeksi pertama). Pada sebagian besar penderita yang terinfeksi, replikasi virus tersebut dapat

mengalahkan mekanisme pertahanan tubuh yang belum matang sehingga akan berlanjut dengan

siklus replikasi virus ke dua yang terjadi di hepar dan limpa, yang mengakibatkan terjadinya

viremia sekunder. Pada fase ini, partikel virus akan menyebar ke seluruh tubuh dan mencapai

epidermis pada hari ke 14-16, yang mengakibatkan timbulnya lesi di kulit yang khas. Seorang

anak yang menderita varicella akan dapat menularkan kepada yang lain yaitu 2 hari sebelum

hingga 5 hari setelah timbulnya lesi di kulit.

9

Page 10: Presus Spondilitis TB

Virus-virus ini bermigrasi dan bereplikasi dari kapiler menuju ke jaringan kulit dan

menyebabkan lesi makulopapular, vesikuler, dan krusta. Infeksi ini menyebabkan timbulnya fusi

dari sel epitel membentuk sel multinukleus yang ditandai dengan adanya inklusi eosinofilik

intranuklear. Perkembangan vesikel berhubungan dengan peristiwa “ballooning”, yakni

degenerasi sel epitelial akan menyebabkan timbulnya ruangan yang berisi oleh cairan.

Penyebaran lesi di kulit diketahui disebabkan oleh adanya protein ORF47 kinase yang berguna

pada proses replikasi virus. VZV dapat menyebabkan terjadinya infeksi diseminata yang

biasanya berhubungan dengan rendahnya sistem imun dari penderita.

II.4. Faktor Risiko5

a. Primigravida

b. Hiperplasentosis, misalnya mola hidatidosa, kehamilan multipel, diabetes mellitus,

hidrops fetalis, bayi besar

c. Usia ibu yang ekstrim

d. Riwayat keluarga mengalami preeklampsia/eklampsia

e. Penyakit ginjal atau hipertensi yang sudah ada sebelum hamil

f. Obesitas

II.5. Gejala Klinis

Gejala klinis dari penyakit varisela dibagi 2 stadium, yaitu stadium prodromal dan stadium

erupsi. Varicella pada anak yang lebih besar (pubertas) dan orang dewasa biasanya didahului

dengan gejala prodormal yaitu demam, malaise, nyeri kepala, mual dan anoreksia, yang terjadi 1

- 2 hari sebelum timbulnya lesi dikulit sedangkan pada anak kecil (usia lebih muda) yang

imunokompeten, gejala prodormal jarang dijumpai hanya demam dan malaise ringan dan timbul

bersamaan dengan munculnya lesi di kulit.

Lesi pada varicella, diawali pada daerah wajah dan scalp, kemudian meluas ke dada

(penyebaran secara centripetal) dan kemudian dapat meluas ke ekstremitas. Lesi juga dapat

dijumpai pada mukosa mulut dan genital. Lesi pada varicella biasanya sangat gatal dan

10

Page 11: Presus Spondilitis TB

mempunyai gambaran yang khas yaitu terdapatnya semua stadium lesi secara bersamaan pada

satu saat.

Pada awalnya timbul makula kecil yang eritematosa pada daerah wajah dan dada, dan

kemudian berubah dengan cepat dalam waktu 12 - 14 jam menjadi papul dan kemudian

berkembang menjadi vesikel yang mengandung cairan yang jernih dengan dasar eritematosa.

Vesikel yang terbentuk dengan dasar yang eritematous mempunyai gambaran klasik yaitu

letaknya superfisial dan mempunyai dinding yang tipis sehingga terlihat seperti kumpulan

tetesan air diatas kulit (tear drop), berdiameter 2-3 mm, berbentuk elips, dengan aksis

panjangnya sejajar dengan lipatan kulit atau tampak vesikel seperti titik- titik embun diatas daun

bunga mawar (dew drop on a rose petal). Cairan vesikel cepat menjadi keruh disebabkan

masuknya sel radang sehingga pada hari ke 2 akan berubah menjadi pustula. Lesi kemudian akan

mengering yang diawali pada bagian tengah sehingga terbentuk umbilikasi (delle) dan akhirnya

akan menjadi krusta dalam waktu yang bervariasi antara 2-12 hari, kemudian krusta ini akan

lepas dalam waktu 1 - 3 minggu. Pada fase penyembuhan varicella jarang terbentuk parut (scar),

apabila tidak disertai dengan infeksi sekunder bakterial.

Varicella yang terjadi pada masa kehamilan, dapat menyebabkan terjadinya varicella

intrauterine ataupun varicella neonatal. Varicella intrauterine, terjadi pada 20 minggu pertama

kehamilan, yang dapat menimbulkan kelainan kongenital seperti ke dua lengan dan tungkai

mengalami atropi, kelainan neurologik maupun ocular dan mental retardation. Sedangkan

varicella neonatal terjadi apabila seorang ibu mendapat varicella (varicella maternal) kurang dari

5 hari sebelum atau 2 hari sesudah melahirkan. Bayi akan terpapar dengan viremia sekunder dari

ibunya yang didapat dengan cara transplasental tetapi bayi tersebut belum mendapat

perlindungan antibodi disebabkan tidak cukupnya waktu untuk terbentuknya antibodi pada tubuh

si ibu yang disebut transplasental antibodi. Sebelum penggunaan varicella zoster

immunoglobulin (VZIG), angka kematian varicella neonatal sekitar 30%, hal ini disebabkan

terjadinya pneumonia yang berat dan hepatitis yang fulminan. Tetapi jika si ibu mendapat

varicella dalam waktu 5 hari atau lebih sebelum melahirkan, maka si ibu mempunyai waktu yang

cukup untuk membentuk dan mengedarkan antibodi yang terbentuk (transplasental antibodi)

sehingga neonatus jarang menderita varicella yang berat.

II.6. Klasifikasi 1,8,10

11

Page 12: Presus Spondilitis TB

1. Preeklampsia ringan

a. Definisi

Suatu sindroma spesifik kehamilan dengan menurunnya perfusi organ yang berakibat

terjadinya vasospasme pembuluh darah dan aktivasi endotel.

b. Diagnosis

- Hipertensi : sistolik/diastolik ≥140/90 mmHg.

- Proteinuria : ≥300 mg/24 jam atau ≥1+ dipstick.

- Edema : edema pada lengan, muka, perut atau generalisata.

c. Manajemen umum

- Terhadap penyakit : pemberian terapi medikamentosa.

- Terhadap kehamilan : diteruskan sampai aterm atau diterminasi.

d. Tujuan utama perawatan

Mencegah kejang, perdarahan intrakranial, gangguan fungsi organ vital dan

melahirkan bayi sehat.

e. Rawat jalan

Ibu hamil dengan preeklampsia ringan dapat rawat jalan dan dianjurkan untuk

banyak istirahat. Pada usia kehamilan >20 minggu, tirah baring dengan posisi miring

menghilangkan tekanan rahim pada vena cava inferior sehingga meningkatkan aliran

darah balik dan akan menambah curah jantung. Hal ini berarti pula meningkatkan

darah ke organ-organ vital. Penambahan aliran darah ke ginjal akan meningkatkan

filtrasi glomerulus dan meningkatkan diuresis yang akan meningkatkan ekskresi

natrium, menurunkan reaktivitas kardiovaskular sehingga mengurangi vasospasme.

Peningkatan curah jantung akan meningkatkan pula aliran darah rahim, menambah

oksigenasi plasenta dan memperbaiki kondisi janin dalam rahim. Diet diberikan

cukup protein, rendah karbohidrat, lemak, garam secukupnya dan roboransia

pranatal. Tidak diberikan obat-obat diuretik, antihipertensi dan sedatif. Dilakukan

pemeriksaan laboratorium Hb, Ht, fungsi hati, urin lengkap dan fungsi ginjal.

f. Rawat inap

Kriteria preeklampsia ringan yang perlu perawatan rumah sakit antara lain bila

tidak ada perbaikan tekanan darah, kadar proteinuria selama 2 minggu serta adanya

satu atau lebih gejala dan tanda preeklampsia berat.

12

Page 13: Presus Spondilitis TB

g. Perawatan obstetrik

Pada kehamilan preterm (<37 minggu), bila tekanan darah normotensif selama

perawatan, persalinannya ditunggu sampai aterm. Sedangkan pada kehamilan aterm

(>37 minggu), persalinan ditunggu sampai terjadi onset persalinan atau

dipertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan pada taksiran tanggal

persalinan.

2. Preeklampsia berat

a. Definisi

Preeklampsia dengan tekanan darah sistolik ≥160 mmHg dan diastolik ≥110 mmHg

disertai dengan proteinuria >5 g/24 jam.

b. Diagnosis

- Tekanan darah sistolik ≥160 mmHg dan diastolik ≥110 mmHg. Tekanan darah ini

tidak menurun meskipun ibu sudah dirawat di rumah sakit dan sudah menjalani

tirah baring.

- Proteinuria >5 g/24 jam atau 4+ dalam pemeriksaan kualitatif.

- Oliguria, yaitu produksi urin <500 cc/24 jam.

- Kenaikan kadar kreatinin plasma.

- Gangguan visus dan serebral (penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma dan

pandangan kabur).

- Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat

teregangnya kapsula Glisson).

- Edema paru dan sianosis.

- Trombositopenia berat <100.000 sel/mm3 atau penurunan cepat trombosit.

- Gangguan fungsi hepar (peningkatan kadar ALT dan AST).

- Pertumbuhan janin intrauterine terhambat.

- Sindrom HELLP.

c. Klasifikasi

- Preeklampsia berat tanpa impending eclampsia

- Preeklampsia berat dengan impending eclampsia: bila preeklampsia berat disertai

gejala subjektif berupa nyeri kepala hebat, gangguan visus, muntah, nyeri

epigastrium dan kenaikan progresif tekanan darah.

13

Page 14: Presus Spondilitis TB

d. Perawatan dan pengobatan

Pencegahan kejang, pengobatan hipertensi, pengelolaan cairan, pelayanan

suportif terhadap penyulit organ terlibat dan saat yang tepat untuk persalinan.

e. Manajemen umum

- Terhadap penyakit: pemberian terapi medikamentosa.

- Terhadap kehamilan: terminasi kehamilan bila keadaan hemodinamika stabil.

II.7. Diagnosis

Diagnosis varisela dapat ditegakkan secara klinis dengan gambaran dan perkembangan

lesi kulit yang khas, terutama apabila diketahui ada kontak 2-3 minggu sebelumnya. Gambaran

khas termasuk :

1. Muncul setelah masa prodromal yang singkat dan ringan

2. Lesi berkelompok terutama di bagian sentral

3. Perubahan lesi yang cepat dari makula, vesikula, pustul sampai krusta

4. Terdapatnya semua tingkat lesi kulit dalam waktu bersamaan pada daerah yang sama

5. Terdapat lesi mukosa mulut

Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan diantaranya isolasi virus (3-5 hari), PCR,

ELISA, teknik imunofluorensi Fluorosecent Antibody to Membrane Antigen (FAMA), yang

merupakan baku emasnya.

1. Tzanck smear

- Preparat diambil dari discraping dasar vesikel yang masih baru, kemudian diwarnai

dengan pewarnaan yaitu hematoxylin-eosin, Giemsa’s, Wright’s, toluidine blue ataupun

Papanicolaou’s. Dengan menggunakan mikroskop cahaya akan dijumpai multinucleated

giant cells.

- Pemeriksaan ini sensitifitasnya sekitar 84%.

- Test ini tidak dapat membedakan antara virus varicella zoster dengan herpes

simpleks virus.

2. Direct fluorescent assay (DFA)

- Preparat diambil dari scraping dasar vesikel tetapi apabila sudah berbentuk krusta

pemeriksaan dengan DFA kurang sensitif.

14

Page 15: Presus Spondilitis TB

- Hasil pemeriksaan cepat.

- Membutuhkan mikroskop fluorescence.

- Test ini dapat menemukan antigen virus varicella zoster.

- Pemeriksaan ini dapat membedakan antara VZV dengan herpes simpleks virus

3.Polymerase chain reaction (PCR)

- Pemeriksaan dengan metode ini sangat cepat dan sangat sensitif.

- Dengan metode ini dapat digunakan berbagai jenis preparat seperti scraping dasar

vesikel dan apabila sudah berbentuk krusta dapat juga digunakan sebagai preparat, dan

CSF.

- Sensitifitasnya berkisar 97 - 100%.

- Test ini dapat menemukan nucleic acid dari virus varicella zoster.

4.Biopsi kulit

Hasil pemeriksaan histopatologis : tampak vesikel intraepidermal dengan degenerasi

sel epidermal dan acantholysis. Pada dermis bagian atas dijumpai adanya lymphocytic

infiltrat.

II.7. Penatalaksanaan1,8,10,11

Pada penderita penyakit cacar hal yang terpenting adalah menjaga gelembung cairan

tidak pecah agar tidak meninggalkan bekas dan menjadi jalan masuk bagi kuman lain (infeksi

sekunder), antara lain dengan pemberian bedak talek yang membantu melicinkan kulit. Obat-

obatan yang diberikan pada penderita penyakit cacar ditujukan untuk mengurangi keluhan gejala

yang ada seperti nyeri dan demam, misalnya diberikan paracetamol.

Beberapa jenis obat dipakai untuk mengobati herpes zoster. Obat ini termasuk obat

antiherpes, dan beberapa jenis obat penawar nyeri.

Obat antivirus

Pengobatan baku untuk herpes zoster adalah dengan asiklovir, yang dapat diberikan dalam

bentuk pil atau secara intravena (infus) untuk kasus yang lebih berat. Penelitian pada orang

15

Page 16: Presus Spondilitis TB

dewasa sehat dengan infeksi varisela primer yang diberi terapi awal dalam 24-48 jam pertama

dengan acyclovir oral 800 mg 5 kali sehari selama 7 hari menunjukkan pengurangan waktu yang

bermakna dalam hal perubahan lesi menjadi krusta, lamanya sakit, serta durasi dari gejala dan

demam. Acyclovir telah digunakan secara aman pada ribuan wanita selama kehamilan. Tidak ada

bukti yang menunjukkan bahwa acyclovir mempengaruhi insidens atau tingkat keparahan dari

infeksi janin, penelitian terbaru pada orang dewasa dengan varisela pneumonia menunjukkan

bahwa terapi awal dengan acyclovir intravena 5 mg/ kgBB tiap 8 jam,bermanfaat dalam

menurunkan demam dan takipnea serta memperbaiki oksigenasi pada pasien yang mendapat

terapi dibandingkan yang tidak diterapi. Dosis acyclovir yang direkomendasikan adalah 10-15

mg/ kgBB tiap 8 jam secara intravena selama 7 hari.Keputusan lain mengatakan bahwa ibu hamil

yang terkena verisela berat harus diterapi dengan acyclovir intravena tanpa memperdulikan usia

kehamilan. Tidak ada bukti yang mengatakan bahwa pemberian acyclovir atau VZIG pada ibu

hamil dapat mempengaruhi resiko atau perjalanan infeksi pada janin atau bayi.

Varicela-Zoster Immune Globulin (VZIG)

VZIG direkomendasikan untuk ibu hamil yang rentan dan terpapar varisela secara

bermakna. Bila ibu tersebut menyangkal pernah menderita varisela sebelumnya, maka dilakukan

konfirmasi uji serologis secepatnya. Adanya antibodi IgG spesifik terhadap antibodi maka segera

diberikan VZIG. Idealnya pemberian adalah 625 unit (5 vial) secara intra muskular pada wanita

dengan berat badan lebih dari 50 kg dan 4 vial bila berat badan kurang dari 50 kg, penggunaan

VZIG dapat memperpanjang masa inkubasi varisela sampai selama 35 hari.Ada bukti yang

menunjukkan bahwa VZIG dapat juga mengurangi resiko infeksi janin. Pada penelitian terhadap

97 wanita hamil yang mengalami varisela dan mendapat VZIG, ternyata tidak terdapat kasus

sindroma varisela kongenital.

Vaksin Varisela

Imunisasi dengan vaksin varisela berguna untuk mencegah penyakit varisela pada

individu dengan resiko tinggi ataupun yang sehat. Vaksin VZV hidup yang sudah dilemahkan,

yang diberikan sebelum kehamilan terbukti merupakan metode yang paling efektif dalam

pencegahan sindroma varisela kongenital . Vaksin ini 95% efektif terhadap[ varisela berat,

penyakit yang merupakan predisposisi terjadinya komplikasi yang paling sering yaitu

16

Page 17: Presus Spondilitis TB

superinfeksi bakteri. Vaksin ini tidak direkomendasikan untuk wanita hamil.

II.8. Komplikasi 1,12

Pada anak sehat, varisela merupakan penyakit ringan dan jarang menimbulkan penyulit

yang serius. Angka mortalitas pada anak usia 1-14 tahun diperkirakan 2/100.000 kasus, namun

pada neonatus dapat mencapai 30%. Penyulit tersering adalah infeksi sekunder bakteri pada lesi

kulit yang disebabkan oleh Stafilokokus aureus dan Streptokokus beta hemolitikus grup A yang

menimbulkan impetigo, furunkel, selulitis, erisepelas, dan jarang gangren. Infeksi lokal ini sering

menimbulkan jaringan parut. Pneumonia primer akibat varisela 90% terjadi pada orang dewasa

dan jarang pada anak normal. Gejala muncul 1-6 hari setelah lesi kulit, beratnya kelainan paru

mempunyai korelasi dengan beratnya erupsi kulit. Infeksi dapat pula bersifat invasif seperti

pneumonia, arthritis, osteomyelitis, fascilitis bahkan sepsis. Komplikasi lain dapat pula

menyerang susunan saraf pusat, berupa ataksia serebelar (1/4000 kasus) sampai dengan

meningoensefalitis, meningitis, vaskulitis.

Remaja dan dewasa mempunyai resiko lebih tinggi 25 kali untuk terjadinya komplikasi.

Penyebab komplikasi terbanyak pada dewasa adalah pneumonia. Muncul pada hari ke 1 sampai

hari ke 6 setelah timbulnya ruam dengan gejala sesak, takipnea dan demam. Kadang dapat pula

gejala dan tanda respiratorik yang muncul sebelum timbulnya ruam. Mekanisme dasar terjadinya

pneumonia masih belum jelas. Tetapi diduga akibat rendahnya paparan terhadap virus varisela

(seperti di negara iklim tropis), jumlah individu pada setiap keluarga yang sedikit, ataupun

tingginya virulensi virus. Faktor lain yang merupakan faktor resiko terjadinya pneumonia, antara

lain : jumlah lesi >100, perokok, riwayat kontak, kehamilan trimester ketiga.

II.9. Diagnosis Banding 12

II.1. Prognosis

Pada ibu hamil, varisela ini seringkali penyakitnya lebih berat dan dapat

menyebabkan komplikasi yang serius dibandingkan varisela pada anak-anak. Bila terjadi

komplikasi pneumonia maka pronogsisnya buruk karena dapat berakibat fatal.Varisela

dalam kehamilan dapat menyebabkan masalah dalam penanganan terhadap ibu dan

17

Page 18: Presus Spondilitis TB

janinnya atau bayi yang baru lahir.Meskipun resiko kelahiran janin akibat varisela pada

ibu hamil relatif kecil, tetapi bayi yang terkena dapat memberikan dampak yang berat

berupa kelainan kongenital ( cacat bawaan ) saat lahir atau menderita varisela berat yang

bisa mengakibatkan kematian bayi baru lahir.Bagi ibu yang sedang hamil, varisela

merupakan masalah yang penting karena pada orang dewasa penyakitnya lebih berat dari

pada anak-anak bahkan dapat mengancam jiwa, khususnya bila terjadi komplikasi

pneumonia.

BAB III

ANALISA KASUS

18

Page 19: Presus Spondilitis TB

Pasien wanita berusia 34 tahun, datang ke Poli Kebidanan RSPAD pada tanggal 09 Juni 2014

untuk melakukan ANC. Ketika dilakukan pemeriksaan didapatkan tekanan darah 160/100

mmHg dengan protein urin +3. Sejak 1 bulan SMRS, pasien mengaku sering mengalami sulit

tidur dan tekanan darahnya selalu diatas 130 mmHg. Sebelum hamil, pasien mengaku tidak

memiliki riwayat darah tinggi, namun ketika hamil anak kedua, pasien mengaku tekanan

darahnya selalu tinggi disertai protinuria positif hingga beberapa bulan setelah melahirkan.

Keluhan lain seperti kejang, pandangan mata kabur, nyeri kepala, mual, muntah, nyeri ulu hati

disangkal oleh pasien.

Dari hasil anamnesis diketahui pasien G3P2A0, usia kehamilan 36 minggu dengan taksiran

kelarhiran pada tanggal 8 Juli 2014, disertai dengan keadaan yang mengarah pada tanda dan

gejala preeklampsia. Berdasarkan William Obstetrics menyatakan bahwa preeklampsia adalah

sindrom spesifik kehamilan berupa berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi

endotel yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan proteinuria yang timbul setelah 20

minggu kehamilan.6 Berdasarkan Ilmu Kebidanan Sarwono menyatakan bahwa dari seluruh

kejadian preeklampsia, sekitar 90 % dialami pada usia kehamilan lebih dari 34 minggu. 1,4

Pada pemeriksaan fisik didapatkan IMT 34,5 (Obese tipe I), tekanan darah pasien 160/100

mmHg dan pada pemeriksaan tungkai terdapat edema +/+. Hal ini merupakan faktor risiko dan

manifestasi klinis dari preeklampsia. 5 Pada kehamilan dengan hipertensi terjadi kehilangan daya

refrakter terhadap bahan vasokonstriktor dan terjadi peningkatan kepekaan terhadap bahan

vasopresor yang menyebabkan terjadinya peningkatan reaktivitas vaskular yang sudah dimulai

sejak usia kehamilan 20 minggu, namun hipertensi baru akan terdideteksi umumnya pada

trimester II. Tekanan darah akan kembali normal beberapa hari pasca persalinan, kecuali pada

preeklampsia berat yang terjadi pada 2-4 minggu pascapersalinan.1,6 Edema yang terjadi pada

kehamilan mempunyai banyak interpretasi, misalnya 40% edema dijumpai pada kehamilan

normal, 60% pada kehamilan dengan hipertensi dan 80% pada kehamilan dengan hipertensi dan

proteinuria. Edema terjadi karena hipoalbuminemia atau kerusakan sel endotel kapiler. Edema

patologik adalah edema yang nondependen pada muka dan tangan atau edema generalisata dan

biasanya disertai dengan kenaikan berat badan yang cepat.3,4

Pada pemeriksaan penunjang berupa urinalisis yang telah dilakukan didapatkan

proteinuria+3. Berdasarkan Williams Obstetric menyatakan bahwa proteinuria merupakan syarat

untuk diagnosis terjadinya preeklampsia.6 Pemeriksaan proteinuria dapat dilakukan dengan urin

19

Page 20: Presus Spondilitis TB

dipstick atau pengumpulan proteinuria dalam 24 jam. Pada pengumpulan proteinuria dalam 24

jam dianggap patologis bila besaran proteinuria ≥ 300 mg/24jam atau setara dengan

pemeriksaaan urin dipstick 100 mg/l atau +1 yang sekurang-kurangnya diperiksa 2 kali urin acak

selang 6 jam.1

Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan,

dapat disimpulkan diagnosis kerja pada ibu berupa G3P2A0 hamil 36 minggu dengan PEB dan

pada janin berupa janin tunggal hidup intra uterine presentasi bokong. Berdasarkan Ilmu

Kebidanan Sarwono menyatakan bahwa dalam preeklampsia berat ditemukan salah satu atau

lebih gejala sebagai berikut :1

1. Tekanan darah sistolik > 160 mmHg dan tekanan darah diastolik> 110 mmHg.

Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat di rumah sakit

dan sudah menjalani tirah baring.

2. Proteinuria > 5g/24 jam atau 4+ dalam pemeriksaan kualitatif.

3. Oliguria, yaitu produksi urin < 500 cc/24 jam.

4. Kenaikan kadar kreatinin serum.

5. Gangguan visus dan serebral (penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma dan

pandangan kabur).

6. Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen.

7. Edema paru dan sianosis.

8. Trombositopenia berat < 100.000 sel/mm3 atau penurunan cepat trombosit.

9. Gangguan fungsi hepar (peningkatan kadarALT dan AST).

10. Pertumbuhan janin intrauterine yang terhambat.

11. HELLP syndrome.

Adapun klasifikasi pada pasien ini berupa preeklampsia berat tanpa impending eclampsia

dikarenakan tidak terdapatnya gejala subjektif yang muncul berupa nyeri kepala hebat, mual,

muntah, nyeri epigastrium, dan pandangan kabur.10 Manajemen umum yang dilakukan pada

pasien ini terhadap penyakitnya berupa terapi medikamentosa, sedangkan terhadap kehamilannya

dipertimbangkan untuk dilakukan terminasi kehamilan bila keadaan hemodinamika stabil.

Rencana diagnostik pada pasien ini berupa cek laboratorium (darah lengkap, urin

lengkap, faal koagulasi dan kimia klinik), observasi tanda vital, DJJ, CTG dan perburukan PEB.

Sedangkan rencana terapi pada pasien ini berupa :

20

Page 21: Presus Spondilitis TB

1. Pemberian MgSO4 sebagai pencegahan dan terapi anti kejang, dengan dosis awal dan

dosis pemeliharaan

Dosis awal : 2 gram dalam 10 menit, bolus intravena (40% dalam 10 cc)

Dosis pemeliharaan : 2 gram/jam (12 gram dalam 6 jam dilarutkan pada cairn

dextrose 5%, tetesan 28-30 tetes/meit) berikan selama 24 jam.

2. Nifendipine 30 mg per oral

3. Cefradoxil 3x500 mg

4. Vit. C 2 x 400mg

Pasien ini diberikan MgSO4 untuk mencegah terjadinya kejang. Pemberian berupa dosis

awal (loading dose) dan dosis pemeliharaan (maintenance dose). Adapun syarat pemberian

MgSO4 antara lain :10

1. Harus tersedia antidotum MgSO4 siap pakai yaitu kalsium glukonas 10% = 1 g

(10% dalam 10 cc) diberikan IV 3 menit

1. Refleks patella (+)

2. Frekuensi pernapasan > 16 kali/menit (tidak ada tanda distress napas)

3. Diuresis > 100 cc/4jam (0,5 cc/kg/jam).

Untuk menurunkan tekanan darah pada pasien diberikan nifendipin 20 mg. Nifendipin

merupakan obat antihipertensi golongan calcium channel blocker yang diabsorbsi baik melalui

pencernaan. Pasien juga diberikan Vitamin C 2 x 400mg sebagai untuk meningkatkan daya tahan

tubuh, membantu mengeliminasi radikal bebas serta mempercepat proses pemulihan. Seperti

yang telah dibahas sebelumnya, etiopatogenesis preeklampsia berdasarkan teori iskemia plasenta

dan pembentukan radikal bebas dapat terjadi karena pada plasenta yang mengalami hipoksia dan

iskemia akan menghasilkan oksidan (radikal bebas) yang sangat toksis, khususnya terhadap

membran sel endotel pembuluh darah.1 Pemberian cefradoksil dimaksudkan untuk profilaksis

terjadinya sepsis maternal pada ibu, karena berdasarkan hasil laboratorium didapatkan hitung

leukosit meningkat. Cefadroksil adalah sefalosporin golongan I yang dapat menghambat sintesis

dinding sel mikroba. Sefalosporin generasi I sangat baik untuk mengatasi infeksi akibat S.aureus

dan S.pyogenes.13

DAFTAR PUSTAKA

21

Page 22: Presus Spondilitis TB

1. Prawirohardjo Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan Edisi Kedua. Hal.530-559. Jakarta: PT

Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

2. Hnat MD, Sibai BM. Severe preeclamsia remote from term, in Belfort MA, Thornton S,

Saade GR. Hypertension in Pregnancy ; 2000.

3. James M Roberts MD, George Bakris MD., et al., American College of Obstetricians and

Gynecologist. http://www.acog.org/HypertensioninPregnancy.pdf Hypertension, Pregnancy

- Induced - Practice Guideline; 2013. (diakses pada Juni 2014)

4. https://www.preeclampsia.org/health-information/about-preeclampsia (diakses pada Juni

2014)

5. Llewellyn Derek. 2002. Dasar Obstetri dan Ginekologi Edisi Keenam. Jakarta: Hipokrates.

6. Cunningham FG, dkk. 2005. Williams Obstetrics 2nd Edition. New York: McGraw-Hill.

7. Silbernagl Stefan. 2007. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta: EGC.

8. Institute of Obstetricians and Gynaecologists, Royal College of Physicians of Ireland And

Clinical Strategy and Programmes Directorate, Health Service Executive. The Diagnosis and

Management of Pre-Eclamasia and Eclamsia Clinical Practice Guideline; 2014.

9. http://emedicine.medscape.com/article/1476919-overview#aw2aab6b4 (diakses pada Juni

2014)

10. Buku Panduan Standart Pelayanan Medik Sub Fetomaternal Departemen Obstetri dan

Gynekologi RSPAD Gatot Soebroto DITKESAD; 2011.

11. Royal College of Obsstetricians and Gynecologists. The Management of Severe Pre-

Eclamsia/Eclamsia.Guideline No. 10 (A). 2006

12. Masnjoer A, dkk. 2009. Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI Edisi Ketiga

Jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius.

13. Ian Tanu. 2009. Farmakologi dan Terapi Edisi Kelima. Hal. 682-686. Jakarta : Balai Penerbit

FKUI.

22