spektro uv
Post on 25-Oct-2015
16 Views
Preview:
TRANSCRIPT
SPEKTRO UV - FLAVANOID
Flavonoid mempunyai sistem aromatik terkonyugasi, oleh karena itu mempunyai pita serapan di daerah
ultraviolet dan ultraviolet nampak (UV-UV Vis). Spektra dari flavon dan flavonol memperlihatkan dua
puncak utama pada daerah 240 – 400 nm. Dua puncak utama ini biasanya memperlihatkan pita I (300 –
380 nm) dan pita II (240 – 280 nm). Pita I menunjukkan absorbsi yang sesuai untuk cincin B sinamoil,
sedang pita II berhubungan absobsi cincin benzoil.
Isoflavon, falavanon dan dihidroflavonol memberikan spektra ultraviolet yang mirip satu sama
lain, oleh karena masing-masing senyawa ini tidak mempunyai sistem konyugasi sinamoil dengan cincin
B. Larutan isoflavon dalam metanol memberikan spektra ultraviolet dengan puncak II pada daerah 250
nm – 270 nm dan puncak I pada daerah 300 nm – 330 nm. Sedang flavanon dan dihidroflavanon
keduanya memberikan puncak II pada daerah 270 nm – 290 nm dan puncak I pada daerah 320 nm – 330
nm.
Peran gugus hidroksil pada cincin A pada flavon dan flavonol menghasilkan menghasilkan
pergeseran batokromik yang nyata pada pita II dan sedikit pada pita I. Metilasi dan glikosilasi juga
berefek pada absorpsi pada flavon dan flavonol. Jika gugus 3, 5, dan 4’ – OH pada flavon dan flavonol
termetilasi dan terglikosilasi terjadi pergeseran hipsokromik terutama pita I. Pergeseran yang terjadi
terbesar 12 – 17 nm, bisa mencapai 22 – 25 nm pada flavon yang tidak mempunyai gugus 5 – OH.
Pita II merupakan serapan dari cincin A bagian benzoil, dan pita I merupakan serapan dari cincin
B bagian sinamoil. Intesitas dari masing-masing serapan tergantung pada panjangnya sistem konyugasi
serta adanya subtitusi terutama pada kedudukan atom C3 dan C5. Sebagai contoh senyawa flavon yang
mempunyai sistem sinamoil mengandung sistem konyugasi lebih panjang daripada sistem benzoil,
intensitas puncak I lebih kecil dari intensitas puncak II. Flavon, flavonol yang tersubtitusi oksigen hanya
pada cincin A, dalam metanol cenderung memberikan spektra yang nyata pada pita II dan lemah pada
pita I, tetapi jika cincin B yang tersubtitusi oksigen, pita I akan kelihatan lebih nyata.
Penambahan pereaksi geser atau pereaksi diagnostik, adanya hidroksilasi, glikolasi, metilasi dan
asetilasi dapat mengubah karakter resapan dari senyawa flavonoid. Dengan melihat perubahan-
perubahan ini maka dapat digunakan untuk memperkirakan struktur flavonoid.
1. Efek hidroksilasi. Penambahan gugus hidroksil pada cincin A pada flavon atau flavonol
menghasilkan pergeseran batokromik yang nyata pada pita resapan I atau pita resapan II pada spektra
flavonoid. Apabila gugus hidroksil tidak ada pada flavon atau flavonol, panjang gelombang maksimal
muncul pada panjang gelombang yang lebih pendek dibanding jika ada gugus 5 – OH , sedang subtitusi
gugus hidroksil pada posisi 3, 5 dan 4 mempunyai sedikit efek atau tidak sama sekali pada spektra UV.
Pita absorpsi I isoflavon mempunyai intensitas yang lemah, sedangkan pita II intensitas kuat. Pita absirbsi
II dari isoflavon biasanya antara 245 – 270 nm dan relatif tidak mempunyai efek pada cincin B dengan
adanya hidroksilasi.
2. Efek natrium metoksida. Natrium metoksida merupakan basa kuat yang dapat mengiionisasi
semua gugus dalam flavonoid. Degradasi atau pengurangan kekuatan spektra setelah waktu tertentu
merupakan petunjuk yang baik akan adanya gugus yang peka terhadap basa. Spektra isoflavon yang
mempunyai gugus hidroksi pada cincin A akan memperlihatkan pergeseran batokromik baik pada pita I
maupun pita II. Puncak pada spektra UV senyawa 3’ – 4’ dihidroksi isoflavon akan mengalami penurunan
intensitas beberapa menit setelah penambahan natrium metoksida. Adanya perbedaan kecepatan
dekomposisi 4’ monohidroksi isoflavon dapat digunakan untuk menentukan bahwa dekomposisi yang
berjalan cepat menunjukkan adanya 3’ – 4’ dihidroksi isoflavon. Penambahan natrium metoksida pada
flavon dan flavonol dalam metanol umumnya menghasilkan pergeseran batokromik untuk semua pita
serapan. Walaupnun demikian pergeseran batokromik yang besar pada serapa pita I sekitar 40 – 65 nm
tanpa penurunan intensitas, menunjukkan adanya gugus 4’ – OH bebas. Dan flavonol yang tidak
mempunyai gugus 4’ – OH bebas juga memberikan pergeseran pada pita serapan I, dengan penurunan
intensitas. Dalam hal ini pergeseran batokromik disebabkan adanya gugus 3 – OH bebas. Jika suatu
flavonol mempunyai 3 dan 4’ – OH bebas, maka spektra dengan natrium metoksida akan mengalami
dekomposisi. Pengganti natrium metoksida yang baik ialah laruan NaOH 2M dalam air.
3. Efek natrium asetat. Natrium asetat merupakan basa lemah dan hanya akan mengionisasi
gugus yang sifat keasamannya tinggi, khususnya untuk mendeteksi adanya gugus 7 – OH bebas.
Natrium asetat hanya dapat mengionisasi isoflavon khusus pada gugus 7 – OH. Gugus 3’ atau 4’ – OH
pada flavonol. Oleh sebab itu interpretasi terhadap pergeseran spektra isoflavon untuk penambahan
natrium asetat menjadi sederhana. Adanya 7 – OH isoflavon menyebabkan pergeseran batokromik 6 –
20 nm pada pita II setelah penambahan natrium asetat. Adanya natrium asetat dan asam borat akan
membentuk kompleks dengan gugus orto hidroksil paa cincin B menunjukkan pergeseran batokromik
pada pita serapan I sebesar 12 – 30 nm. Gugus orto hidroksil pada cincin A juga dapat dideteksi dengan
efek natrium asetat dan asam borat. Adanya pergesaran batokromik sebesar 5 – 10 nm pada pita II
menunjukkan adanya gugus orto hidroksi pada posisi C6 dan C7 atau C7 dan C8.
4. Efek aluminium klorida. Pereaksi ini dapat membentuk kompleks tahan asam antara gugus
hidroksi dan keton yang bertetangga dan membentuk kompleks tidak tahan asam dengan gugus orto –
hidroksi, perekasi ini dapat digunakan untuk mendetekasi kedua gugus tersebut. Adanya gugus 3’, 4’ –
dihidroksil pada isoflavon atau flavanon dan dihidroflavonol tidak dapat dideteksi dengan AlCl3 karena
cincin B mempunyai sedikit atau tidak ada konyugasi dengan kromofor utama. Jika isoflavon, flavanon
(dan mungkin dihidroflavonol) mengandung gugus-gugus orto – hidroksil pada posisi 6, 7 atau 7, 8 maka
spektra AlCl3 menunjuikkan pergeseran batokromik (biasanya pada pita I maupun pita II) dengan
membandingkan terhadap spektra AlCl3 / HCl. Pita serapa II spektra UV dari semua 5 – OH isoflavon
dapat dideteksi dengan penambahan AlCl3 atau HCl, kecuali 2 – karboksil 5, 7 – dihidroksil isoflavon.
Adanya gugus tersebut ditandai dengan pergeseran batokromik pada pita II 10 – 14 nm (relatif terhadap
spektra metanol). Spektra isoflavon yang tidak mempunyai gugus 5 – OH bebas tidak berefek setelah
penamabahan AlCl3 / HCl. Pada flavon dan flavonol, adanya gugus orto – hidroksil pada cincin B dapat
diketahui jika penambahan asam terhadap spektra AlCl3menghasilkan pergeseran hipsokromik sebesar
30 – 40 nm pada pita I (atau pita Ia jika terdiri dari dua puncak). Dengan adanya pergeseran batokromik
pada pita Ia (dalam AlCl3/ HCl) dibandingkan dengan pita I (dalam metanol) sebesar 35 – 55 nm,
menunjukkan adanya 5 – OH flavon atau flavonol 3 – OH tersubtitusi.
Penafsiran spektrum UV dengan penambahan NaOMe
(Karkham, 1988)
Jenis flavonoid Pergeseran yang tampak
Pita I Pita II
Petunjuk penafsiran
Flavon
Flavonol
Kekuatan menurun terus (artinya penguraian) 3,4’-OH,O –diOH pada cincin A;
pada cincin B 3-OH yang
berdampingan
Mantap + 45 sampai 65 nm
Kekuatan menurun
4’-OH
Mantap + 45 sampai 65 nm
Kekuatan menurun
3–OH. Tak ada 4’–OH bebas
Pita baru (bandingkan dengan MeOH),
320 – 325 nm
7–OH
Isoflavon Tak ada pergeseran Tak ada OH pada cincin A
Flavanon
Dihidroflavonol
Kekuatan menurun
dengan
berjalannya waktu
O–diOH pada cincin A (penurunan
lambat: O –diOH pada cincin B
isoflavon)
Bergeser dari k.280 nm ke
k.325 nm, kekuatan naik
tetapi ke 330-340 nm
Falvanon dan dihidroflavonol
dengan 5, 7–OH
7–OH, tanpa 5-OH bebas
Khakon
Auron
+80 sampai 95 nm
(kekuatan naik)
+ 60 sampai 70 nm
(kekuatan naik)
Pergeseran lebih kecil
4’–OH (auron)
6–OH tanpa oksigenasi pada 4’
(auron)
6–OH dengan oksigenasi pada 4’
(auron)
+ 60 sampai 100 nm
(kekuatan naik)
4 – OH (khalkon)
(tanpa kenaikan kekuatan)
+ 40 sampai 50 nm
2–OH atau 4’–OH dan tapa
4–OH
4’–OH (2’–OH atau 4–OR juga ada)
Antosianidin
Antosianin
Semuanya terurai kecuali 3-deoksiantosianidin Nihil
Penafsiran spektrum UV dengan penambahan NaOAc
(Karkham, 1988)
Jenis flavonoid Pergeseran yang tampak
Pita I Pita II
Petunjuk penafsiran
Flavon
Flavonol
Isoflavonol
+ 5 sampai 20 nm (berku-
rang bila ada oksigenasi
pada 6 atau 8)
7-OH
Kekuatan berkurang dengan bertambahnya
waktu
Gugus yang peka terhadap basa,
mis. 6,7 atau 7,8 atau 3,4’-diOH
Mantap + 45 sampai 65 nm
Kekuatan menurun
3–OH. Tak ada 4’–OH bebas
Pita baru (bandingkan dengan MeOH),
320 – 325 nm
7–OH
Flavanon
Dihidroflavonol
+35 nm
+60nm
7-OH (dengan 5-OH)
7-OH (dengan tanpa 5-OH)
Kekuatan berkurang dengan bertanbahnya
waktu
Gugus yang peka terhadap basa,
mis.67 atau 7,8-diOH
Khakon
Auron
Pergeseran batokromik atau bahu pada panjang
gelombang yang lebih panjang
4’ dan / atau 4-OH (khalkon)
4’ dan / atau 6-OH (auron)
Penafsiran spektrum UV dengan NaOAc / H3 BO3 (Karkham, 1988)
Jenis flavonoid Pergeseran yang tampak
Pita I Pita II
Petunjuk penafsiran
Flavon
Flavonol
Auron
Khalkon
+12 21mpai 36 nm
(nisbi terhadap spektrum MeOH)
Pergeseran lebih kecil
O-diOH pada cincin B
O-diOH pada cincin A (6,7 atau 7,8)
Isoflavon
Flavanon
Dihidroflavonol
+10 sampai 15 nm (nisbi
terhadap spektrum
MeOH)
O-diOH pada cincin A (6,7 atau 7,8)
Penafsiran spektrum UV dengan penambahan AlCl3 dan AlCl3 /HCl
(Markham, 1988)
Jenis flavonoid Pergeseran yang tampak
Pita I Pita II
Petunjuk penafsiran
Flavon dan
Flavonol
(AlCl3 / HCl)
(AlCl3)
+35 sampai 55 nm
+17 sampai 20 nm
Tak berubah
5-OH
5-OH denganm gugus oksigenasi
pada 6
Mungkin 5-OH dengan gugus prenil
pada 6
+50 sampai 60 nm Mungkin 3-OH (dengan atau tanpa
5-OH)
Pergeseran AlCl3 / HCl
Tambah 30 sampai 40 nm
O-diOH pada cincin B
Pergeseran AlCl3 / HCl
Tambah 20 sampai 25 nm
O-diOH pada cincin A (tambahan
Pada pergeseran O-diOH pada cincin
B)
Isoflavon,
Flavanon, dan
Dihidroflavonol
(AlCl3 / HCl)
+10 sampai 14 nm
+ 20 sampai 26 nm
5-OH (isoflavon)
5-OH (flavon, dihidroflavonol
(AlCl3) Pergeseran AlCl3 / HCl,
tambah 11 sampai 30 nm
O-diOH pada cincin A (6,7 dan 7,8)
Pergeseran AlCl3 / HCl,
tambah 30 sampai 38 nm
(peka terhadap
NaOAc)
Dihidroflavonol tanpa 5-OH
(tambahan pada sembarang
pergeseran O-diOH)
Auron
Khalkon
(AlCl3 / HCl)
+48 sampai 64 nm
+ 40 nm
2’-OH (khalkon)
2’-OH (khalkon) dengan oksigenasi
pada 3’
(AlCl3)+60 sampai 70 nm
Pergeseran AlCl3 / HCl
Tambah 40 sampai 70 nm
4-OH (auron)
O-diOH pada cincin B
Penambahan lebih kecil Mungkin O-diOH pada cincin A
Antosianidin
Antosianin
(AlCl3)
+25 sampai 35 nm
(pada pH 2-4)O-diOH
Pergeseran lebih besar Banyak O-diOH atau O-diOH (3-
deoksi antosianidin)Diposkan oleh Putri Indah Sari di 08.34
top related