skripsi d4
Post on 12-Jan-2016
62 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL DENGAN SIKAP IBU
TERHADAP MITOS MASA NIFAS DI PLESUNGAN
GONDANGREJO KARANGANYAR
KARYA TULIS ILMIAH
SYARIFAH
R0108041
DIV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2012
ABSTRAK
Syarifah. R0108041. Hubungan Tingkat Pendidikan Formal dengan Sikap
Ibu terhadap Mitos Masa Nifas di Plesungan Gondangrejo Karanganyar.
Program Studi DIV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret Surakarta. 2012
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan
formal dengan sikap ibu terhadap mitos masa nifas.
Metode penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan
pendekatan cross sectional. Dilaksanakan di Kelurahan Plesungan Kecamatan
Gondangrejo Kabupatan Karanganyar dengan waktu penelitian adalah bulan
Maret - Juni 2012. Data yang dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner pada
94 responden dengan tingkat pendidikan yang berbeda. Data yang diperoleh
dianalisis dengan uji Chi-Square dengan bantuan program SPSS versi 17.0 for
Windows.
Hasil dari uji analisis Chi-Square diperoleh nilai x2 hitung = 54,288 dengan p =
0,000. x2
hitung lebih besar dari x2 tabel (54,288 > 5,991) dan harga p hasil
analisis statistik kurang dari 0,05 (p < 0,005). Contingency Coefficient dengan
hasil 0,605.
Hal ini menunjukkan H0 ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan secara signifikan antara tingkat pendidikan formal ibu
dengan sikap ibu terhadap mitos masa nifas di Plesungan Gondangrejo
Karanganyar.
Kata kunci: Pendidikan Formal, Sikap, Mitos Masa Nifas
ABSTRACT
Syarifah. R0108041. The Correlation Between The Level of Formal
Education Against the Myth of Maternal Attitudes During Childbirth in
The Village District Plesungan Gondangrejo Karanganyar. Studies
Program Diploma IV Midwife Educator in Medical Faculty of Sebelas
Maret Surakarta University. 2012
The aim of this study was was to determine the correlation between the level of
formal education against the myth of maternal attitudes during childbirth.
The research method used is observational analytic with cross sectional
approach. Held in the Village District Plesungan Gondangrejo Kabupaten
Karanganyar the time the study was the month of March to June 2012. Data
collected using a questionnaire on the 94 respondents. Data were analyzed with
Chi-Square test with SPSS version 17.0 for Windows.
The results of Chi-Square test analysis obtained by calculating the value of x2 =
54.288 with p = 0.000. x2 x2 count is greater than the table (54.288> 5.991) and
the price of the statistical analysis p less than 0.05 (p <0.005). Coefficient 0.605
Contingency with results.
It showed that Ho was rejected and Ha was accepted, therefore it can be
concluded that there is a significant level of formal education among mothers
with maternal attitudes toward childbirth myths in Plesungan Gondangrejo
Karanganyar.
Key words: Formal Education, Attitudes, Myths, The Ruling
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang
berjudul “Hubungan Tingkat Pendidikan Formal dengan Sikap Ibu terhadap Mitos
Masa Nifas di Plesungan Gondangrejo Karanganyar”. Karya tulis ilmiah ini
diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Saint
Terapan.
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis banyak mengalami
hambatan dan rintangan, namun penulis banyak menerima bantuan dari berbagai
pihak sehingga pada akhirnya penulisan karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan.
Pada kesempatan ini, perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada :
1. Tri Budi Wiryanto, dr. Sp.OG, Ketua Program Studi D-IV Kebidanan
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Sri Mulyani, S.Kep, Ns, M.Kes, Sekretaris Program Studi D-IV Kebidanan
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Erindra Budi C., S.Kep, Ns, ketua tim KTI.
4. S. Bambang Widjokongko, dr., PHK, M. Pd. Ked., dosen Pembimbing Utama
yang telah meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan,
motivasi, dan pengarahan selama proses penyusunan karya tulis ilmiah ini
dengan penuh kesabaran dan tanggung jawab.
5. Ropitasari,SSiT,M.Kes, dosen Pembimbing Pendamping, yang dalam
padatnya jadwal bersedia mencurahkan waktu dan pikiran untuk memberikan
bimbingan dan dorongan selama penulis menyusun karya tulis ilmiah ini.
6. Agus Eka Norma Yuneta, SST, M. Kes. dan Arsita Eka
Prasetyawati,dr,M.Kes, penguji yang telah banyak memberikan masukan
berharga sehingga mampu membukakan pintu pemahaman saya dalam
penyusunan karya tulis ini.
7. Bapak Waluyo, Kepala Desa Plesungan Gondangrejo Karanganyar, beserta
staff yang telah memberikan izin dan membantu proses penelitian.
8. Seluruh dosen dan staf D-IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan
kepada penulis.
9. Kedua orang tua yang selalu memberikan dorongan dan motivasi kepada
penulis.
10. Seluruh responden yang telah bersedia berpartisipasi dalam penelitian karya
tulis ilmiah ini.
11. Seluruh rekan di DIV Kebidanan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberi semangat dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
dan memberi dukungan demi lancarnya penyusunan karya tulis ilmiah ini.
Semoga amal dan kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari
Allah SWT. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari pembaca.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis berharap semoga karya tulis
ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pembaca.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
ABSTRAK ...................................................................................................... iv
ABSTACT ....................................................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 4
D. Manfaat .................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori ......................................................................... 6
1. Konsep Pendidikan .............................................................. 6
2. Sikap .................................................................................... 8
3. Mitos Masa Nifas ................................................................. 15
4. Hubungan Tingkat Pendidikan Formal dengan Sikap Ibu
terhadap Mitos Masa Nifas .................................................. 20
B. Kerangka Konsep .................................................................... 21
C. Hipotesis .................................................................................. 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian ...................................................................... 23
B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 23
C. Populasi Penelitian ................................................................... 24
D. Sampel dan Teknik Sampling ................................................... 24
E. Besar Sampel ............................................................................ 24
F. Kriteria Restriksi ...................................................................... 26
G. Definisi Operasional Variabel .................................................. 26
H. Cara Kerja ................................................................................ 27
I. Analisis Data ........................................................................... 29
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Karakteristik Responden .......................................................... 33
B. Pengujian Hipotesis dan Analisa Data Hubungan Tingkat
Pendidikan Formal dengan Sikap Ibu terhadap Mitos Masa Nifas.36
BAB V PEMBAHASAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian .................................................... 38
B. Karakteristik Sampel ................................................................ 39
C. Hubungan Tingkat Pendidikan Formal dengan sikap Ibu terhadap
Mitos Masa Nifas ..................................................................... 40
D. Keterbatasan Penelitian ............................................................ 42
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ................................................................................... 44
B. Saran ......................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 45
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Definisi Operasional Variabel .................................................... 26
Tabel 3.2. Kisi-kisi Kuesioner Sikap terhadap Mitos Masa Nifas ............... 29
Tabel 4.1. Frekuensi Umur Responden ........................................................ 33
Tabel 4.2. Frekuensi Pekerjaan Responden ................................................. 33
Tabel 4.3. Frekuensi Paritas Responden ...................................................... 34
Tabel 4.4. Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden ................................. 34
Tabel 4.5. Distribusi Sikap Ibu terhadap Mitos Masa Nifas ........................ 35
Tabel 4.6. Distribusi Karakteristik Respondsen antara Tingkat Pendidikan
Formal dengan Sikap Ibu terhadap Mitos Masa Nifas ............... 36
Tabel 4.7. Distribusi Tingkat Pendidikan Formal dengan Sikap Ibu
terhadap Mitos Masa Nifas ......................................................... 36
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Skema Kerangka Konsep ....................................................... 18
Gambar 3.1. Skema Rancangan Penelitian ................................................. 19
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Pernyataan Keaslian Penelitian
Lampiran 2. Halaman Pengesahan Proposal Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 3. Halaman Persetujuan Proposal Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 4. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah Pembimbing Utama
Lampiran 5. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah Pembimbing Pendamping
Lampiran 6. Surat Permohonan Ijin Penelitian
Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Dinas
Kabupaten Karanganyar
Lampiran 8. Surat Ijin Penelitian dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Karanganyar
Lampiran 9. Surat Ijin Penelitian dari Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar
Lampiran 10. Surat Ijin Penelitian dari Kecamatan Gondangrejo Kabupaten
Karanganyar
Lampiran 11. Surat ijin Penelitian dari Kelurahan Plesungan Kecamatan
Gondangrejo Kabupaten Karanganyar
Lampiran 12. Lembar Permohonan kepada Responden
Lampiran 13. Lembar Inform Consent
Lampiran 14. Lembar Kuesioner Tingkat Pendidikan Formal dengan Sikap Ibu
terhadap Mitos Masa Nifas
Lampiran 15. Tabulasi Karakteristik Responden
Lampiran 16. Rekapitulasi Uji Validitas
Lampiran 17. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 18. Tabel dk
Lampiran 19. Jadwal Penelitian
Lampiran 20. Foto Penelitian
Lampiran 21. Daftar Riwayat Hidup
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Visi Depkes 2010-2014 yaitu masyarakat sehat yang mandiri dan
berkeadilan. Salah satu indikator untuk pencapaian tujuan tersebut adalah
menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
yang masih tinggi di Asia Tenggara (Depkes, 2010).
Tingginya Angka Kematian Ibu di Indonesia masih merupakan masalah
yang menjadi prioritas di bidang kesehatan. Angka kematian ibu
menunjukkan derajat kesehatan masyarakat, selain itu juga dapat
menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat dan kualitas pelayanan
kesehatan (Amirudin, 2006).
Berdasarkan data nasional yang dikeluarkan oleh Bappenas tahun 2009,
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia sebesar 226 per 100.000 kelahiran
hidup. Persentase AKI di Indonesia yaitu pada masa nifas (60%), masa
kehamilan (24%), dan pada persalinan (16%). Di wilayah Jawa Tengah sesuai
Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga
Berencana tahun 2009, Angka Kematian Ibu sebesar 117 per 100.000
kelahiran hidup. Sementara Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten
Karanganyar tahun 2010 sebesar 128,6 per 100.000 kelahiran hidup dengan
rincian 2 ibu bersalin dan 15 ibu nifas. Keadaan tersebut menunjukkan
kenaikan jumlah kasus dan keadaan yang buruk apabila dibandingkan target
RPJMD Kabupaten Karanganyar tahun 2009-2013 yaitu sebesar < 110 per
kelahiran hidup. Besarnya Angka Kematian Ibu tersebut, dapat diketahui
bahwa angka tertinggi kematian terjadi pada ibu nifas baik secara nasional
maupun lokal.
Besarnya Angka Kematian Ibu (AKI) menggambarkan masih rendahnya
tingkat kesadaran perilaku hidup bersih dan sehat, status gizi dan status
kesehatan ibu, cakupan dan kualitas pelayanan untuk ibu hamil, ibu
melahirkan, ibu nifas serta kondisi kesehatan lingkungan. Berdasarkan
analisis penyebab kematian ibu, penyebab AKI di Indonesia dikelompokkan
ke dalam penyebab langsung, penyebab tidak langsung dan penyebab
mendasar. Penyebab mendasar dari kematian ibu dipengaruhi oleh wilayah
geografis, penyebaran penduduk, kondisi sosial ekonomi serta budaya,
kondisi gender dalam masyarakat dan keluarga serta tingkat pendidikan
masyarakat pada umumnya.
Kematian ibu lebih banyak terjadi pada ibu dengan karakteristik
pendidikan di bawah Sekolah Lanjut Tingkat Pertama (SLTP), kemampuan
membayar biaya persalinan yang rendah, terlambat memeriksakan
kehamilannya, serta melakukan persalinan di rumah. Rendahnya status sosial
dan tingkat pendidikan wanita seringkali menempatkan wanita pada posisi
yang tidak berdaya. Selain itu, tingkat sosial ekonomi masyarakat di pedesaan
dan perkotaan, masalah biaya, serta adanya tradisi dan budaya daerah
mempunyai andil dalam kematian ibu.
Tingkat pendidikan mempengaruhi perilaku dan menghasilkan banyak
perubahan, khususnya pengetahuan di bidang kesehatan. Semakin tinggi
tingkat pendidikan semakin mudah menyerap informasi termasuk juga
informasi kesehatan, sehingga semakin tinggi pula pengetahuan tentang
kesehatan (Widiawaty, 2009). Tingkat pendidikan ibu di Indonesia yang
rendah meliputi 19% buta huruf dan 72% pendidikan dasar (PPIBI,2005).
Masalah kematian maupun kesakitan pada ibu berhubungan dengan
faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di dalam masyarakat, dimana
mereka berada. Faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti
mitos yang berkembang, persepsi mengenai berbagai pantangan, hubungan
sebab akibat antara makanan dan kondisi sehat-sakit, kebiasaan serta
ketidaktahuan, seringkali membawa dampak baik positif maupun negatif
terhadap kesehatan ibu dan anak (Mass, 2004).
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Pembantu
Kelurahan Plesungan Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar,
berdasar wawancara 16 orang ibu nifas, ibu nifas mempunyai tingkat
pendidikan formal yang bervariasi yaitu tidak sekolah 28,39%, lulus
pendidikan dasar 53,42% (SD 34,62% dan lulus SMP 18,80%), lulus
pendidikan menengah 15,43%, dan lulus pendidikan tinggi 2,76%. Serta
menyatakan bahwa masih terdapat mitos mengenai ibu hamil, melahirkan,
dan pasca melahirkan dilingkungannya. Sedangkan dari hasil wawancara
dengan 2 bidan desa menyatakan bahwa masyarakat masih hidup dalam
lingkungan dengan budaya mitos masa nifas yang kental. Fenomena
berpantang makanan serta perilaku yang tidak bermanfaat masih banyak
dilakukan oleh masyarakat pada masa nifas. Masyarakat masih percaya
adanya hubungan antara makanan tertentu dan perilaku-perilaku tertentu
dengan kesehatan ibu nifas serta bayi.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat Pendidikan Formal dengan Sikap
Ibu terhadap Mitos Masa Nifas di Kelurahan Plesungan Kecamatan
Gondangrejo Kabupaten Karanganyar”.
B. Rumusan Masalah
Apakah terdapat hubungan tingkat pendidikan formal dengan sikap ibu
terhadap mitos masa nifas di Kelurahan Plesungan Kecamatan Gondangrejo
Kabupaten Karanganyar?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan formal dengan
sikap ibu terhadap mitos masa nifas.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tingkat pendidikan formal ibu masa nifas dan
menyusui di Kelurahan Plesungan Kecamatan Gondangrejo
Kabupaten Karanganyar.
b. Untuk mengetahui sikap ibu terhadap mitos masa nifas di Kelurahan
Plesungan Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar.
c. Untuk menganalisis hubungan tingkat pendidikan formal dengan
sikap ibu terhadap mitos dalam masa nifas.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi tenaga kesehatan :
Bagi tenaga kesehatan, dapat digunakan sebagai dasar dalam pemberian
komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pada wanita dengan tepat sesuai
dengan tingkat pendidikan formal ibu.
2. Bagi subjek peneliti :
Bagi subjek peneliti diharapkan dapat menambah pengetahuan seputar
masa nifas agar mengetahui kebenaran dari mitos yang berkembang di
masyarakat tidak semuanya benar.
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Tinjauan Pustaka
a. Konsep Pendidikan
1) Pengertian
Dalam Hasbullah (2006), pendidikan menurut Ki Hajar
Dewantara yaitu tuntunan di dalam tumbuhnya anak-anak. Adapun
maksudnya pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat
yang ada pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia dan
sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Menurut UU No.20 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
2) Jalur Pendidikan
Didalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pada Pasal 13 ayat (1) disebutkan bahwa jalur pendidikan
terdiri atas pendidikan formal, non-formal, dan informal
(Hasbullah, 2005).
Tiga jalur pendidikan menurut Rohman (2009), yaitu:
a) Pendidikan formal
Pendidikan formal umumnya menunjuk pada pendidikan
persekolahan yang memiliki persyaratan-persyaratan
organisasi dan pengelolaan yang relatif ketat, lebih formalistis,
dan lebih terikat pada legalitas formal administrasi.
b) Pendidikan non-formal
Pendidikan non-formal, paket pendidikannya berjangka
pendek, setiap program pendidikannya merupakan suatu paket
yang sangat spesifik dan biasanya lahir dari kebutuhan yang
mendadak, persyaratan enrolmentnya lebih fleksibel baik
dalam usia maupun tingkat kemampuan, persyaratan unsur-
unsur pengelolanya juga lebih fleksibel, sekuensi materi
pelajaran lebih luwes, tidak berjenjang kronologis, serta
perolehan dan keberartian nilai kredensialnya tidak begitu
terstandarisir.
c) Pendidikan informal
Pendidikan informal sama sekali tidak terorganisir secara
struktural, tidak terdapat penjenjangan kronologis, tidak
mengenal adanya krendensial, lebih merupakan pengalaman
belajar individual, pembelajarannya sangat natural tidak buatan
sebagaimana pada pendidikan formal dan non-formal.
3) Jenjang atau Tingkat Pendidikan
Dalam Tirtarahardja (2005), jenjang pendidikan adalah suatu
tahap dalam pendidikan berkelanjutan yang ditetapkan berdasarkan
tingkat perkembangan peserta didik serta keluasan dan kedalaman
bahan pengajaran (UU RI No.2 Tahun 1989 Bab I Pasal I Ayat 5)
Jalur pendidikan sekolah dilaksanakan secara berjenjang yang
terdiri atas jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah dan
pendidikan tinggi. Sebagai persiapan untuk memasuki pendidikan
dasar diselenggarakan kelompok belajar yang disebut pendidikan
prasekolah (UU RI No.2 Tahun 1989 Bab V Pasal 2). Pendidikan
prasekolah belum termasuk dalam jenjang pendidikan formal,
tetapi baru merupakan kelompok sepermainan yang menjembatani
anak antara kehidupannya dalam keluarga dengan sekolah.
Menurut Hasbullah (2005), jenjang pendidikan dibagi menjadi 3:
a) Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar diselenggarakan untuk memberikan
bekal dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat
berupa pengembangan sikap, pengetahuan dan ketrampilan
dasar. Disamping itu, juga berfungsi mempersiapkan peserta
didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan
menengah. terdiri dari sekolah dasar (SD), Madrasah
Ibtidaiyah(MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Sekolah
Menengah Atas (SMP).
b) Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah yang lamanya 3 tahun sesuadah
sekolah dasar, diselenggarakan di SLTA atau satuan
pendidikan yang sederajat. Pendidikan menengah dalam
hubungan ke bawah berfungsi sebagai lanjutan dan perluasan
pendidikan tinggi ataupun memasuki lapangan kerja. Terdiri
dari pendidikan menengah umum (SMA atau MA) , kejuruan
(SMK) , luar biasa, kedinasan dan keagamaan.
c) Pendidikan Tinggi
Pendidikan Tinggi, terdiri dari Akademi, Institut, Sekolah
Tinggi dan Universitas.
Tingkat pendidikan mempengaruhi perilaku dan
menghasilkan banyak perubahan, khususnya pengetahuan di
bidang kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal
semakin mudah menyerap informasi termasuk juga informasi
kesehatan, semakin tinggi pula kesadaran untuk berperilaku
hidup sehat (Notoatmodjo, 2003), karena pendidikan
mengandung tujuan agar manusia mempunyai kemampuan
untuk berkembang sehingga bermanfaat untuk kepentingan
hidup (Suharno, 2008).
b. Sikap
1) Pengertian
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Adapun yang melihat
sikap sebagai kesiapan syaraf sebelum memberi respon.
(Notoatmodjo, 2003)
Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial, mengatakan
bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk
bertindak, dan bukan pelaksana motif tertentu (Notoatmodjo,
2003). Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan
tetapi adalah merupakan pre-disposisi tindakan atau perilaku.
Sedangkan menurut Azwar (2007) sikap adalah suatu bentuk
evaluasi atau reaksi perasaan. Perasaan mendukung atau memihak
(favourable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak
memihak (unfavourable) pada objek tertentu. Sikap merupakan
kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara
tertentu. Kesiapan yang dimaksud disini adalah kecenderungan
potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu
dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya respon. Sikap
ini juga diartikan sebagai kecenderungan yang relatif stabil,
dimiliki seseorang dalam bereaksi (baik reaksi positif maupun
negatif) terhadap dirinya sendiri, orang lain, benda, situasi atau
kondisi sekitarnya. Sikap tumbuh diawali dari pengetahuan yang
dipersepsikan sebagai suatu hak yang baik (positif) maupun tidak
baik (negatif), kemudian diterapkan kedalam dirinya.
Sikap yang sudah positif terhadap sesuatu objek, tidak
selalu terwujud dalam tindakan nyata, hal ini disebabkan oleh : (1)
Sikap untuk terwujudnya didalam suatu tindakan bergantung pada
situasi pada saat itu, (2) Sikap akan diikuti atau tidak oleh suatu
tindakan mengacu pula pada pengalaman orang lain, dan (3) Sikap
akan diikuti atau tidak oleh suatu tindakan berdasarkan pada
banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang.
2) Komponen Sikap
Menurut Azwar (2007) struktur sikap terdiri dari 3 komponen
yang saling menunjang, yaitu :
a) Komponen Kognitif merupakan representasi apa yang akan
dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif
berisi kepercayaan yang dimiliki individu mengenai sesuatu
penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu
atau problem yang kontroversial.
b) Komponen Afektif merupakan perasaan yang menyangkut
aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya
berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan
aspek yang paling bertahan pengaruh-pengaruh yang mungkin
adalah mengubah sikap seseorang komponen afektif
disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap
sesuatu.
c) Komponen Konatif merupakan aspek kecenderungan
berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh
seseorang dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk
bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara
tertentu. Dan berkaitan dengan objek yang dihadapinya adalah
logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang dicerminkan
dalam bentuk tendensi perilaku.
3) Tingkatan Sikap
Sikap menurut Notoatmodjo (2007) terdiri dari berbagai
tingkatan, yaitu :
a) Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa subjek atau seseorang mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek)
b) Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi
dari sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab
pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas
pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu
menerima ide itu.
c) Menghargai (Valvuing)
Mengajak orang lain mengerjakan atau mendiskusikan
suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat ke tiga,
misalnya seseorang mengajak ibu yang lain ( tetangga,
saudara dsb) untuk menimbang anaknya ke posyandu atau
mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti bahwa si ibu
telah mempunyai sikap positif terhadap gizi.
d) Bertanggung jawab ( Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah
dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang
paling tinggi, misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor
KB, meskipun dirinya mendapat tantangan dari orang
tuanya sendiri.
4) Sifat Sikap
Sikap dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif
(Azwar, 2009):
a) Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati,
menyenangi, mengharapkan obyek tertentu.
b) Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi,
menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu.
5) Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap
a) Faktor Individu
bagaimana individu menanggapi dunia luarnya bersifat
selektif, ini berarti bahwa apa yang datang dari luar tidak
semuanya begitu saja diterima, tetapi individu
mengadakanseleksi mana yang akan diterima dan mana yang
akan ditolak. hal ini akan menentukan apakah sesuatu dari luar
itu diterima atau tidak, karena itu faktor individu justru
merupakan faktor penentu.
b) Faktor Luar
Yang dimaksud dengan faktor luar adalah hal atau keadaan
yang ada di luar diri individu yang merupakan stimulus unutk
membentuk atau mengubah sikap. Dalam hal ini dapat terjadi
dengan langsung, dalam arti adanya hubungan secara langsung
antara individu dengan individu yang lain, antara individu
dengan kelompok atau antara kelompok dengan kelompok.
Disamping itu dapat secara tidak langsung, yaitu dengan
perantara alat komunikasi, missal media massa baik yang
elektronik maupun non-elektronik.
(Walgito,2008)
6) Cara Pengukuran Sikap
Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai
penyataan sikap seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian
kalimat yang mengatakan suatu mengenai objek sikap yang hendak
diungkap. Pernyataan sikap mengkin berisi atau mengatakan hal-
hal positif mengenai objek sikap, yaitu kalimat bersikap
mendukung atau memihak pada objek sikap. Pernyatan ini disebut
dengan pernyataan favourable.(Azwar, 2007)
Pengukuran terhadap sikap ini dapat dilakukan secara langsung
atau tidak langsung, secara langsung dapat dinyatakan bagaimana
pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek dan
secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-
pernyataan yang bersifat hipotesis, kemudian ditekankan pendapat
responden dalam kuesioner (Notoatmodjo, 2007).
Adapun beberapa hal yang mempengaruhi hasil pengukuran
sikap, yaitu :
a) Keadaan objek yang diukur
b) Situasi pengukuran
c) Alat ukur yang digunakan
d) Penyelenggaraan pengukuran
e) Pembacaan atau penilaian hasil pengukuran
c. Mitos Masa Nifas
Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai suku dengan latar
belakang budaya berbeda yang sangat mempengaruhi tingkah laku
kehidupan masyarakat termasuk perilaku kesehatan. Banyak praktek-
praktek budaya yang berpengaruh negatif terhadap perilaku kesehatan
masyarakat, seperti kepercayaan untuk pantang makanan terhadap
suatu makanan tertentu (Suprabowo, 2006).
Mitos adalah satu cerita, pendapat atau anggapan dalam sebuah
kebudayaan yang dianggap mempunyai kebenaran mengenai suatu
perkara yang pernah berlaku pada suatu masa dahulu, yang
kebenarannya belum tentu benar adanya (Harry Lubis, 2009).
Menurut Agustin (2010) mitos sama tuanya dengan bahasa itu
sendiri. Beberapa mitos dapat bertahan karena memberikan nasehat
yang sesuai dengan pengalaman sehari-hari. Namun, banyak mitos
yang meluas salah satunya adalah mitos sekitar kehamilan, melahirkan
dan pasca melahirkan, yang terbukti salah atau tidak efektif sesuai
dengan kemajuan kedokteran dan teknologi.
Pada manajemen kebidanan Helen Varney, dilakukan pengkajian
data berupa data subjektif yang bersumber dari ibu maupun keluarga.
Dimana pada masa nifas perlu dikaji lebih dalam mengenai kehidupan
sosial budaya untuk mengetahui adakah pasien dan keluarga yang
menganut adat istiadat yang akan menguntungkan atau merugikan
pasien khususnya pada masa nifas misalnya pada mitos selama nifas
dan menyusui dapat berupa kebiasaan pantang makanan atau perilaku
yang tidak bermanfaat (Ambarwati, 2008).
Pantang atau tabu ialah suatu larangan untuk mengkonsumsi jenis
makanan tertentu karena terdapat ancaman bahaya terhadap barang
siapa yang melanggarnya. Dalam ancaman bahaya ini terdapat kesan
magis, yaitu adanya kekuatan superpower yang berbau mistik yang
akan menghukum orang-orang yang melanggar pantangan tersebut.
Pada kenyataannya hukuman ini tidak selalu terjadi. Pantangan
merupakan sesuatu yang diwariskan dari leluhur melalui
orangtua,terus ke generasi-generasi di bawahnya. Hal ini
menyebabkan orang tidak tahu lagi kapan suatu pantangan atau tabu
makanan dimulai dan apa sebabnya. Seringkali nilai sosial ini tidak
sesuai dengan nilai gizi makanan ( Baumali, 2009).
Suatu kelompok masyarakat yang mempunyai seperangkat
pengetahuan, nilai, gagasan, norma, dan aturan sebagai konsep dasar
dari kebudayaannya akan mewujudkan bentuk-bentuk perilaku dalam
kehidupan sosial. Perilaku itu akan mewujudkan perbedaan persepsi
masyarakat terhadap konsep makanan dan gizi, demikian halnya pada
kasus tentang makanan dan gizi pada periode kehamilan, persalinan
dan nifas (Nurhikmah,2009).
Dipandang dari aspek budaya, ada 7 hal pengaruh budaya
terhadap perilaku kesehatan, yaitu : tradisi, sikap fanatisme,
etnosentris, perasaan pada statusnya, norma, nilai dan unsur budaya
yang dipelajari pada tingkat awal proses sosialisasi (Foster dan
Anderson, 2009).
Ragam mitos seputar masa pasca melahirkan, antara lain :
1) Usai melahirkan, kaki ibu pasca melahirkan harus selalu lurus.
2) Usai melahirkan, ibu pasca melahirkan tidak boleh tidur siang.
3) Usai melahirkan, ibu pasca melahirkan tidak boleh keramas.
4) Usai melahirkan, ibu harus menghindari makanan yang jemek
atau berkuah.
5) Usai melahirkan, ibu tidak boleh bepergian.
6) Usai melahirkan, ibu harus membatasi makanan agar bayi
mendapatkan ASI yang baik
7) Setelah melahirkan, akan terlihat semakin tua.
8) Apabila ibu pasca melahirkan menyusui, akan membuat
payudara ibu tidak indah.
9) Ibu pasca melahirkan dan masa menyusui akan segera kurus
setelah melahirkan.
10) Ibu pasca melahirkan harus minum ramuan agar darah putih
tidak naik ke kepala.
11) Bayi akan diare/mencret, bila ibu makan pedas.
12) Bila bayi sakit, ibu yang meminum obat karena khasiatnya
sama.
13) Bayi harus dijemur setiap pagi.
14) Air dingin membuat bayi kuat.
15) Bila bayi pasca berliur, itu adalah hal wajar
16) Bayi harus gumoh sesudah makan atau minum susu.
17) Apabila bayi sehat, harus selalu berkeringat
18) Bayi menungging karena melihat adik dalam kandungan ibu.
19) Bayi akan tidur sepanjang malam dan itu baik untuknya.
20) Bayi akan rewel bila ibu sedang mengandung lagi.
21) Anak akan terjatuh 40 kali.
22) Anak tidak mau didekati orang yang tidak baik.
23) Bayi rewel saat maghrib, karena bayi melihat makhluk ghaib.
24) Gurita (Grito) mencegah perut bayi buncit dan pusar bodong.
25) Bedong membuat kaki bayi tidak bengkok.
26) Bayi tidak boleh keluar selama 40 hari.
27) Menjemur pakaian bayi tidak boleh lebih dari maghrib.
28) Ibu akan menginjakkan kaki bayi di rumput yang berembun,agar
bayi cepat berjalan.
29) Bila bayi mengulum bibir, berarti akan tumbuh gigi.
30) Mencret atau diare adalah pertanda bahwa bayi akan pintar.
31) Ibu menjemur bayi karena bisa menghilangkan kuning pada
bayi.
(Nadia,2011)
Di Jawa tengah, ada kepercayaan bahwa ibu hamil pantang
makan telur karena akan mempersulit persalinan dan pantang makan
daging karena akan menyebabkan perdarahan yang banyak. selain
telur, masih ada beberapa bahan makanan yang dipantangkan bagi ibu
menyusui, yaitu 14 jenis sayuran, 14 jenis buah, 10 jenis ikan, 5 jenis
daging, 3 jenis makanan fermentasi, dan berbagai jenis gula.
(Baumali, 2009).
Menurut Baumali (2009) terdapat beberapa pantang makanan
pada ibu nifas, antara lain :
1) Ibu nifas dan menyusui pantang mengkonsumsi ketan.
2) Ibu nifas dan menyusui pantang mengkonsumsi telor, daging
ayam, ikan ( yang berasal dari ikan air tawar dan air laut), serta
bahan makanan yang berasal dari laut seperti udang, kepiting,
cumi-cumi, dan sebagainya.
3) Ibu nifas dan menyusui pantang mengkonsumsi tempe serta
kacang tanah.
4) Ibu nifas dan menyusui pantang mengkonsumsi buah-buahan
khususnya pisang, papaya, nanas, jeruk, nangka serta jenis buah
lain yang berasa asam.
5) Ibu nifas dan menyusui pantang mengkonsumsi santan.
d. Hubungan Tingkat Pendidikan Formal dengan Sikap Ibu
terhadap Mitos Masa Nifas
Mitos merupakan satu cerita, pendapat atau anggapan dalam
sebuah kebudayaan yang dianggap mempunyai kebenaran yang isinya
tentang anjuran maupun larangan mengenai kehamilan, melahirkan
dan pasca melahirkan yang pernah berlaku pada suatu masa dahulu
hingga sekarang yang kebenarannya belum tentu benar adanya
(Agustin, 2010)
Untuk menyatakan sikap seseorang adalah komponen yang sangat
penting dalam perilaku kesehatannya, yang kemudian diasumsikan
bahwa adanya hubungan langsung antara sikap dan perilaku
seseorang. Sikap positif seseorang terhadap kesehatan kemungkinan
tidak otomatis berdampak pada perilaku seseorang menjadi positif,
tetapi sikap yang negatif terhadap kesehatan hampir pasti dapat
berdampak negatif pada perilakunya (Niven, 2002)
Tingkat pendidikan mempengaruhi perilaku dan menghasilkan
banyak perubahan, khususnya pengetahuan di bidang kesehatan.
Semakin tinggi tingkat pendidikan formal semakin mudah menyerap
informasi termasuk juga informasi kesehatan, semakin tinggi pula
kesadaran untuk berperilaku hidup sehat ( Notoatmodjo, 2003), karena
pendidikan mengandung tujuan agar manusia mempunyai kemampuan
untuk berkembang sehingga bermanfaat untuk kepentingan hidup
(Suharno, 2008).
2. Kerangka Konsep
Salah satu faktor yang mempengaruhi sikap ibu tentang mitos ibu
dalam masa nifas adalah pendidikan formal ibu. Semakin tinggi tingkat
pendidikan formal semakin mudah menyerap informasi termasuk juga
informasi kesehatan, semakin tinggi pula kesadaran untuk berperilaku
hidup sehat/
Ket :
Variabel diteliti
Variabel tidak diteliti
3. Hipotesis
1. Faktor Individu
2. Faktor Luar
Sikap ibu terhadap mitos masa nifas
Pendidikan Dasar Pendidikan Menengah Pendidikan Tinggi
Pendidikan Formal
Berdasarkan kajian teori yang diuraikan di atas, maka hipotesis yang
dikemukakan adalah ada hubungan tingkat pendidikan formal dengan
sikap ibu terhadap mitos dalam masa nifas.
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah metode observasional
analitik dengan desain penelitian cross sectional.
Gambar 3.1
Bagan desain penelitian hubungan tingkat pendidikan formal
dengan sikap ibu terhadap masa nifas
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Kelurahan Plesungan Kecamatan
Gondangrejo Kabupatan Karanganyar dengan waktu penelitian adalah
bulan Februari – Juli 2012.
3. Populasi Penelitian
a. Populasi Target : Seluruh ibu yang ada di Desa Plesungan Kecamatan
Gondangrejo Kabupaten Karanganyar.
Populasi (N)
Sampel (n)
Tingkat Pendidikan Formal Sikap ibu terhadap mitos masa nifas
Uji Korelasi
b. Populasi Aktual : Ibu nifas dan ibu menyusui yang ada di Desa
Plesungan Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar pada
bulan Juni 2012.
4. Sampel dan Teknik Sampling
a. Sampel
Sampel penelitian ini adalah Ibu yang ada di Desa Plesungan
Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar pada bulan Juni 2012
yang memenuhi kriteria inklusi.
b. Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah stratified
cluster random sampling. Bahwa dalam desa dibagi menjadi 12
posyandu, maka semua posyandu diambil dengan teknik random dan
ibu-ibu yang ada di dalam dukuh tersebut memenuhi kriteria inklusi
diambil menjadi responden yang terdiri dari lulus SD, SLTP, SLTA dan
PT/Akademi.
5. Besar Sampel
n = 20% x N (jumlah populasi)
Keterangan : n = jumlah sampel
N = Jumlah populasi
n = 20 x 468 = 93,6 orang
100
Jadi, sampel dari populasi 468 orang sebanyak sebanyak 94 orang
(pembulatan dari 93,6).
Desa Plesungan dibagi menjadi 12 posyandu dan pengambilan
sampel dilakukan dengan cara mengambil 4 posyandu secara random.
Dalam 4 posyandu terdapat 188 ibu dengan tingkat pendidikan tidak sama.
Ibu dengan pendidikan tinggi sebanyak 28 orang, pendidikan menengah
sebanyak 80 orang, dan pendidikan dasar sebanyak 80 orang dengan
perincian sebagai berikut :
a = b x n
c
Keterangan : a = Jumlah sampel tiap tingkat pendidikan formal
b = Jumlah populasi tiap tingkat pendidikan formal
c = Jumlah populasi posyandu
n = Jumlah sampel
Pendidikan Tinggi : 28 x 94 = 14 orang
188
Pendidikan menengah : 80 x 94 = 40 orang
188
Pendidikan dasar : 80 x 94 = 40 orang
188
6. Kriteria Restriksi
3. Kriteria Inklusi
1) Ibu yang ada di Desa Plesungan Kecamatan Gondangrejo
Kabupaten Karanganyar pada bulan Juni 2012.
2) Ibu yang berumur 19 - 40 tahun
3) Ibu dalam masa nifas dan menyusui.
4) Pernah mengikuti pendidikan formal.
5) Ibu bersedia menjadi subjek penelitian.
4. Kriteria Eksklusi
1) Ibu buta huruf.
2) Ibu tidak bersedia menjadi subjek penelitian.
7. Definisi Operasional Variabel
Tabel 3.1. Definisi Operasional Variabel
No. Variabel Definisi Parameter Skala
Ukur
1. Variabel
bebas :
Tingkat
Pendidikan
Formal
Tingkat pendidikan
formal orang tua (ibu)
adalah tingkat
pendidikan formal
tertinggi yang telah
diselesaikan sampai
saat penelitian
dilakukan, ditandai
dengan ijasah
kelulusan. Jenjang
pendidikan formal
yaitu pendidikan
dasar, pendidikan
menengah, dan
pendidikan tinggi.
a. Pendidikan dasar
Meliputi : tamat SD atau
tamat SMP / sederajat,
nilai 1
b. Pendidikan menengah
Meliputi : tamat SMU
atau tamat SMK /
sederajat, nilai 2
c. Pendidikan tinggi
Meliputi : Akademi,
Politeknik, Sekolah
tinggi, Institut,
Universitas, nilai 3
Ordinal
2. Variabel
terikat :
Sikap Ibu
Terhadap
Mitos Masa
Nifas
Sikap ibu merupakan
reaksi atau respon
seseorang yang masih
tertutup terhadap suatu
stimulus atau objek
mengenai mitos ibu
Penskoran data untuk item
favourable adalah :
SS: Sangat Setuju : 4
S: Setuju : 3
TS: Tidak Setuju : 2
STS:Sangat Tidak
Ordinal
dalam masa nifas.
Penilaian terhadap
sikap berdasarkan
kuesioner yang
menggunakan prinsip
skala likert yang
berisikan sikap yang
mendukung tentang
mitos ibu dalam masa
nifas. Pertanyaan dalam
kuesioner ini terdiri
dari pertanyaan
favourable (positif) dan
unfavourable (negatif).
Setuju : 1
Penskoran data untuk item
unfavourable adalah :
SS: Sangat Setuju : 1
S: Setuju : 2
TS: Tidak Setuju : 3
STS:Sangat Tidak
Setuju : 4
B. Cara Kerja
1. Instrumen dan Cara Pengukuran
1. Tingkat Pendidikan Formal
Tingkat pendidikan formal ibu didata dengan daftar pertanyaan
dengan menyertakan identitas responden. Tingkat pendidikan
formal dalam penelitian ini diukur dari data yang dikumpulkan
dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner adalah teknik
pengumpulan data dengan menyerahkan atau mengirim daftar
pertanyaan untuk diisi responden. Pemberian skor untuk tingkat
pendidikan menggunakan skala ordinal.
b. Sikap ibu terhadap mitos masa nifas
Penilaian terhadap sikap berdasarkan kuesioner yang menggunakan
prinsip skala likert yang berisikan sikap yang mendukung tentang
mitos ibu dalam masa nifas. Pertanyaan dalam kuesioner ini terdiri
dari pertanyaan favourable (positif) dan unfavourable (negatif).
Sikap positif merupakan sikap yang mendukung tentang mitos ibu
dalam masa nifas. Sedangkan sikap negatif merupakan sikap yang
tidak mendukung tentang mitos ibu dalam masa nifas.
Agar perbandingan itu mempunyai arti, haruslah dinyatakan dalam
satuan deviasi standar kelompok itu sendiri yang berarti harus
mengubah skor individual menjadi skor standar. Salah satu skor
standar yang biasanya digunakan dalam skala model Likert adalah
skor T yaitu:
Keterangan:
x = Skor responden pada skala sikap yang hendak diubah
menjadi skor T
x = Mean skor kelompok
s = Deviasi standar skor kelompok
Untuk mengetahui sikap responden relatif lebih positif bila nilai T >
mean T sedangkan pada sikap relatif negatif bila T≤ mean T (Azwar,
2011).
Tabel 3.2. Kisi-kisi Kuesioner Sikap terhadap Mitos Masa Nifas
Mitos Masa Nifas Sikap
positif
Sikap
negatif
Banyaknya
butir soal
Nomor butir soal
Positif Negatif
1. Mitos pasca
melahirkan
4 6 10 4*,9,15,19 1,6,12,22,25*
,35*
2. Mitos perawatan
bayi
8 9 17 10*,20*,28,
32,
33*,34*,36,
39
2,7*,13*,17*,
24,26,30,37,
40
3. Mitos pantang
makanan
6 7 13 5,11,16,21,2
9*,31
3,8*,14,18,23
,27*,38*
Keterangan :
* butir soal yang tidak valid
2. Mengukur Validitas dan Reliabilitas
a. Mengukur Validitas
Penulis dalam mengukur validitas alat ukur yang penulis
gunakan dalam penelitian ini menggunakan rumus Pearson Product
Moment.
Keterangan : rxy = koefisien korelasi
N = jumlah responden
X = skor tiap-tiap butir pertanyaan
Y = skor total (Hidayat, 2009).
Suatu item pertanyaan dinyatakan valid apabila memiliki nilai
korelasi product moment yang positif dan memiliki nilai signifikansi
lebih kecil dari tingkat ketelitian 0,05 (Arikunto, 2006).
Uji validitas dilakukan di Posyandu Plesungan Gondangrejo
Karanganyar dan pengolahan data validitas menggunakan SPSS 18.0
dengan teknik korelasi product moment. Item kuesioner pengetahuan
sebanyak 40 diujicobakan kepada 20 responden. Nilai r tabel pada α 5%
dengan N=20 adalah 0,026. Dari 40 item pertanyaan, pertanyaan yang
dinyatakan valid berjumlah 26 item pertanyaan. Pertanyaan yang tidak
valid berjumlah 14 item yaitu item pertanyaan nomer 4, 7, 8, 10, 13,
17, 20, 25, 27, 29, 33, 34, 35, 38. Item pertanyaan yang tidak valid
tidak dipergunakan dalam penelitian ini.
b. Mengukur Realibilitas
Teknik analisa untuk uji reliabilitas menggunakan formula
Cronbach’s Alpha (Arikunto, 2006). Formula dari cronbach’s alpha
adalah sebagai berikut :
Keterangan :
r11 : reliabilitas instrumen (koefisien Cronbach’s Alpha)
Vt : varians total atau varians skor total
∑Vi : jumlah keseluruhan varians item
n : jumlah item (yang valid)
Setelah kuesioner uji coba disebar, kemudian diolah dengan
menggunakan program SPSS v 18.0 diperoleh nilai reliabilitas Alpa
Cronbach’s untuk variabel pengetahuan sebesar 0,845 > 0,7 sehingga
item pertanyaan dikatakan reliabel.
C. Rencana Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengumpulan dan Pengolahan Data
a. Editing. Dalam penelitian ini, setelah data didapatkan kemudian
dilakukan pemeriksaan kembali kebenaran data yang diperoleh.
b. Coding. Pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang
terdiri atas beberapa kategori.
c. Entri Data. Memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam
database komputer.
d. Melakukan Teknik Analisis.
2. Analisis Data
Analisis data menggunakan analisis bivariat yaitu untuk mengetahui
hubungan antara tingkat pendidikan formal dengan sikap ibu terhadap
mitos masa nifas. Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke
dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Analisis data
yang akan dilakukan adalah analisis bivariat, yaitu analisis yang dilakukan
terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi
(Notoatmodjo, 2005). Dalam analisis bivariat ini menggunakan rumus Chi
Square dengan bantuan program SPSS For Windows. Dalam penelitian
ini taraf kemaknaan 5%, maka interval kepercayaan sebesar 95%.
x2
=
Keterangan :
Oij = Jumlah observasi pada kasus-kasus yang dikategorikan
dalam baris ke-i dalam kolom ke-j.
Eij = Jumlah kasus yang diharapkan yang dikategorikan dalam
baris ke-i dalam kolom ke-j (Fajar, 2009).
Uji yang digunakan pada analisis bivariat ini menggunakan uji chi
square (x2), dengan ketentuan bahwa jika harga chi square hitung lebih
besar dari tabel (x2 hitung ≥ x
2 tabel) maka hubungannya signifikan,
yang berarti bahwa H0 ditolak dan Ha diterima (Hidayat, 2009).
Uji yang digunakan pada analisis ini yaitu uji Chi Square dengan
ketentuan H0 diterima jika x2 hitung < x
2 tabel, berarti tidak ada
hubungan yang bermakna dan H0 ditolak jika x2 hitung > x
2 tabel,
berarti ada hubungan atau pengaruh (Fajar dkk., 2009).
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Karakteristik Responden
Berdasar hasil analisa statistik deskriptif masing-masing karakteristik
responden sebagai berikut :
1. Distribusi responden berdasarkan umur
Tabel 4.1 Frekuensi Umur Responden
No Umur Jumlah Persentase
(%)
1. <25 tahun 26 27,66
2. 26-35 tahun 57 60,64
3. >35 tahun 11 11,70
Total 94 100
Sumber : Data Primer, 2012.
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa jumlah responden
dalam penelitian ini yaitu 94 orang. Mayoritas responden berusia antara
26-35 tahun yakni 57 responden sebesar 60,64%. Sedangkan 26 responden
berusia kurang dari 25 tahun sebesar 27,66%. Untuk 11 responden dengan
usia lebih dari 35 tahun sebesar 11,70%.
2. Distribusi responden berdasarkan pekerjaan
Tabel 4.2 Frekuensi Pekerjaan Responden
No Pekerjaan Jumlah Persentase
(%)
1. Tidak bekerja /
IRT
46 48,94
2. Pegawai Negeri 0 0
3. Swasta 43 45,74
4. Lain-lain 5 5,32
Total 94 100
Sumber : Data Primer, 2012.
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa jumlah responden
dalam penelitian ini yaitu 94 orang. Mayoritas yaitu 46 responden tidak
bekerja / ibu rumah tangga sebesar 48,94 %, 43 responden swasta
sebanyak 45,74%, 5 responden lain-lain sebesar 5,32 % dan tidak ada yang
bekerja sebagai PNS.
3. Distribusi responden berdasarkan paritas
Tabel 4.3 Frekuensi Paritas Responden
No Umur Jumlah Persentase
(%)
1. < 3 kali 83 88,31
2. 3 kali 2 2,12
3. > 3 kali 9 9,57
Total 94 100
Sumber : Data Primer, 2012.
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa dalam 94 orang
responden dalam penelitian ini sebanyak 83 responden (88,31%)
responden merupakan primipara dan 9 responden (9,57%) multipara.
4. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan formal
Tabel 4.4. Frekuensi Tingkat Pendidikan Formal
No Umur Jumlah Persentase (%)
1. SD 23 24,47
2. SMP 17 18,09
3. SMA 40 42,55
4. Perguruan Tinggi 14 14,89
Total 94 100
Sumber : Data Primer, 2012.
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa dalam 94 orang
responden dalam penelitian mayoritas tingkat pendidikan responden
adalah SMA sebanyak 40 responden (42,55%), 23 responden (24,47%)
dengan tingkat pendidikan SD, 17 responden (18,09 %) dengan tingkat
pendidikan SMP.dan pada pendidikan Perguruan Tinggi yaitu sebanyak 14
responden (14,89%).
5. Distribusi responden berdasarkan sikap ibu terhadap mitos masa nifas
Tabel 4.5 Distribusi sikap ibu terhadap mitos masa nifas
Sikap ibu terhadap mitos
masa nifas
Jumlah Persentase
Positif (mendukung mitos) 37 39,4 %
Negatif (tidak mendukung mitos) 57 60,6 %
Total 94 100
Sumber: Data Primer (2012)
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
responden bersikap negatif (cenderung tidak mendukung mitos pada masa
nifas) yaitu berjumlah 57 orang atau sebesar 60,6 %.
6. Hubungan karakteristik responden antara tingkat pendidikan formal
terhadap sikap ibu terhadap mitos masa nifas.
Dapat dilihat dari tabel 4.6. (terlampir) yang menyatakan bahwa
karakteristik responden tidak ada hubungan dengan tingkat pendidikan
formal terhadap sikap ibu terhadap mitos masa nifas.Ditunjukkan pada
karakteristik umur responden dengan nilai p = 0,092, karakteristik
pekerjaan responden didapat nilai p = 0,074 dan untuk karakteristik paritas
responden didapat nilai p =0,083 yang berarti p > 0,05.
B. Pengujian Hipotesis dan Analisa Data Hubungan Tingkat Pendidikan
Formal dengan Sikap Ibu terhadap Mitos Masa Nifas
Tabel 4.7. Hubungan Tingkat Pendidikan Formal dengan Sikap Ibu
terhadap Mitos Masa Nifas
Tingkat Pendidikan Formal Sikap Ibu terhadap Mitos Masa
Nifas
Total
Positif Negatif
Pendidikan Tinggi
Pendidikan Menengah
1 7,14% 13 92,86% 14 14,90%
3 7,5% 37 92,5% 40 42,55%
Pendidikan Dasar 33 82,5% 7 17,5% 40 42,55%
Total 37 39,36% 57 60,64% 94 100%
Sumber: Data Primer (2012)
Teknik analisis data yang digunakan adalah Chi Square, yang bertujuan
untuk membuktikan hipotesis yang diajukan terbukti atau ditolak
kebenarannya. Hasil uji Chi Square dengan tingkat kepercayaan 95 % atau α =
0,05 pada penelitian ini adalah 54,288 dan p = 0,000. Untuk mengetahui
apakah hipotesis diterima atau ditolak, chi square (x2) hitung tersebut
dibandingkan dengan harga chi square (x2) tabel. Harga x
2 tabel pada p = 0,05
dan dk = 2 adalah 5,991. Hal ini berarti x2
hitung lebih besar dari x2 tabel
(54,288 > 5,991). harga p hasil analisis statistik kurang dari 0,05 (p < 0,005).
(Hasil analisis data chi square terlampir). Dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan secara signifikan antara tingkat pendidikan formal ibu dengan sikap
ibu terhadap mitos masa nifas, dengan kata lain hipotesis yang diajukan
diterima.
Kemudian untuk mengetahui kekuatan hubungan antara tingkat
pendidikan formal ibu dengan sikap ibu terhadap mitos masa nifas (koefisien
korelasi) dilakukan analisis dengan menggunakan Contingency Coefficient
dalam SPSS for Windows versi 17 dengan hasil 0,605. Maka diketahui bahwa
ada hubungan yang kuat (0,60 – 0,799) antara tingkat pendidikan formal ibu
dengan sikap ibu terhadap mitos masa nifas. (Hasil analisis Contingency
Coefficient terlampir)
BAB V
PEMBAHASAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Desa Plesungan Kecamatan Gondangrejo yang
merupakan wilayah bagian utara dari Kabupaten Karanganyar. Perbatasan
wilayah Kabupaten Karanganyar adalah bagian utara berbatasan dengan
Kabupaten Sragen, sebelah timur berbatasan dengan Propinsi Jawa Timur,
sebelah selatan berbatasan dengan Kota Surakarta, dan sebelah barat
berbatasan dengan Kabupaten Boyolali. Wilayah ini terbagi atas 17
Kecamatan, 162 Desa dan 15 Kelurahan.
Untuk wilayah Desa Plesungan Kecamatan Gondangrejo terletak di
sebelah utara Kelurahan Mojosongo Kota Surakarta. Secara kependudukan,
wilayah Desa Plesungan masih merupakan daerah dengan jumlah wanita yang
lebih besar dibanding jumlah pria namun berbanding terbalik untuk tingkat
pendidikannya.
Kendala yang dihadapi dalam penelitian yaitu :
1. Pengumpulan data baik dalam studi pendahuluan maupun penelitian
mengenai data penduduk, ibu pada masa nifas serta mitos masa
nifas yang berkembang di lingkungan Desa Plesungan Kecamatan
Gondangrejo Kabupaten Karanganyar karena luasnya wilayah
sehingga harus dilakukan pengumpulan data tiap posyandu.
2. Masyarakat yang masih kolot dikarena lokasi yang masih termasuk
daerah pedesaan, akses informasi tidak sebanyak di kota sehingga
harus dilakukan pendekatan interpersonal dalam melakukan
penelitian agar maksud tersampaikan dengan baik.
3. Responden yang masih tinggal bersama mertua mapun orang tua
dengan kepercayaan terhadap mitos yang tinggi sehingga faktor
eksternal tersebut mampu mempengaruhi penelitian. Faktor
eksternal yang ada tidak dapat dikendalikan.
4. Tempat yang terpencil dan jauh dari kantor pemerintahan setempat
yang menyebabkan lamanya dalam memperoleh perijinan. Namun
dapat diatasi dengan mempersiapkan perijinan sejak jauh hari.
B. Karakteristik Sampel
Responden (sampel) dalam penelitian ini yaitu ibu nifas dan menyusui
yang berdomisili di Kelurahan Plesungan Kecamatan Gondangrejo
Kabupaten Karanganyar. Jumlah sampel sebanyak 94 orang. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu metode observasional analitik dengan
desain penelitian cross sectional. Pengumpulan data dengan kuesioner
dimana berfungsi sebagai sumber data primer untuk mengetahui tingkat
pendidikan formal ibu serta pemilah sampel tentang sikap ibu terhadap mitos
masa nifas.
Hasil analisa karakteristik dapat diketahui bahwa responden berusia
antara 26-35 tahun yakni 57 responden (60,64%), 26 responden berusia
kurang dari 25 tahun (27,66%), 11 responden (11,70%) dengan usia lebih dari
35 tahun. Dapat disimpulkan bahwa responden terbanyak yaitu pada usia 26-
35 tahun yang merupakan usia reproduktif.
Dengan 46 responden (48,94%) tidak bekerja / ibu rumah tangga, 43
responden (45,74%) swasta serta tidak ada yang bekerja sebagai PNS. Terdiri
dari 83 responden (88,31%) yang merupakan primipara dan 9 responden
(11,69%) merupakan multipara. Dengan demikian, karakteristik pekerjaan
serta paritas responden pada penelitian ini bukan merupakan faktor perancu
maupun faktor yang mempunyai korelasi dengan sikap ibu terhadap variabel.
Mayoritas tingkat pendidikan responden adalah SMA sebanyak 40
responden (42,55%), 23 responden dengan tingkat pendidikan SD (24,47%),
17 responden dengan tingkat pendidikan SMP (18,09%) dan pada pendidikan
perguruan tinggi yaitu sebanyak 14 responden (14,89%). Sebagian besar
responden bersikap negatif (cenderung tidak mendukung mitos pada masa
nifas) yaitu berjumlah 57 responden (60,6%).
C. Hubungan Tingkat Pendidikan Formal dengan Sikap Ibu terhadap
Mitos Masa Nifas
Berdasarkan hasil analisis statistic terdapat bahwa ada hubungan yang
signifikan antara antara tingkat pendidikan formal dengan sikap ibu terhadap
mitos masa nifas. Hubungan antara tingkat pendidikan formal dengan sikap
ibu terhadap mitos masa nifas menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat
pendidikan formal maka sikap responden akan lebih ke arah negatif
(kecenderungan untuk tidak mendukung mitos masa nifas), sedangkan
semakin rendah tingkat pendidikan formal maka sikap responden akan
cenderungan ke arah yang positif (kecenderungan untuk mendukung mitos
masa nifas).
Hasil uji Chi Square dengan tingkat kepercayaan 95 % atau α = 0,05
pada penelitian ini adalah 54,288 dan p = 0,000. Untuk mengetahui apakah
hipotesis diterima atau ditolak, chi square (x2) hitung tersebut dibandungkan
dengan harga chi square (x2) tabel. Harga x
2 tabel pada p = 0,05 dan dk = 2
adalah 5,991. Hal ini berarti x2
hitung lebih besar dari x2 tabel (54,288 >
5,991). harga p hasil analisis statistik kurang dari 0,05 (p < 0,005). (Hasil
analisis data chi square terlampir). Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan secara signifikan antara tingkat pendidikan formal ibu dengan
sikap ibu terhadap mitos masa nifas, dengan kata lain hipotesis yang diajukan
diterima.
Kemudian untuk mengetahui kekuatan hubungan antara tingkat
pendidikan formal ibu dengan sikap ibu terhadap mitos masa nifas (koefisien
korelasi) dilakukan analisis dengan menggunakan Contingency Coefficient
dalam SPSS for Windows versi 17 dengan hasil 0,605. Maka diketahui bahwa
ada hubungan yang kuat (0,60 – 0,799) antara tingkat pendidikan formal ibu
dengan sikap ibu terhadap mitos masa nifas. (Hasil analisis Contingency
Coefficient terlampir).
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori bahwa tingkat pendidikan
mempengaruhi perilaku dan menghasilkan banyak perubahan, khususnya
pengetahuan di bidang kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal
semakin mudah menyerap informasi termasuk juga informasi kesehatan,
semakin tinggi pula kesadaran untuk berperilaku hidup sehat ( Notoatmodjo,
2003), karena pendidikan mengandung tujuan agar manusia mempunyai
kemampuan untuk berkembang sehingga bermanfaat untuk kepentingan
hidup (Suharno, 2008).
Hal ini sejalan dengan penelitian Setiya Hartiningtyaswati (2010) yang
menunjukkan bahwa pendidikan ibu terdapat hubungan yang signifikan
dengan perilaku ibu berpantang. Pendidikan salah satu faktor predisposisi
yang dapat mempengaruhi seseorang berperilaku. Pendidikan dan
pengetahuan tidak cukup kuat untuk mengubah perilaku, karena perubahan
pengetahuan menjadi tindakan dan perilaku masih tergantung pada faktor
eksternal dan internal lainnya. Dalam hal ini, faktor eksternal meliputi nilai
dan kepercayaan lebih mendominasi (Emilia, 2008 cit Nurhikmah, 2009).
D. Keterbatasan Penelitian
Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini :
1. Faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi penelitian ini selain
tingkat pendidikan formal ibu misalnya lingkungan, media massa. Dalam
hal ini peneliti tidak dapat mengontrol faktor internal maupun eksternal
masing-masing subjek penelitian.
2. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross
sectional sehingga tidak dilakukan observasi lanjutan pada sikap ibu
terhadap mitos masa nifas. Observasi lanjutan bermanfaat untuk
mengetahui seberapa kuat sikap ibu terhadap mitos masa nifas.
3. Pengambilan data dilakukan dengan alat kuesioner yang harus dilakukan
pendekatan secara interpersonal karena pada beberapa tingkat pendidikan
tertentu mengalami kesulitan dalam memahami cara pengisian kuesioner.
4. Dalam pengumpulan data dilakukan dalam waktu yang cukup lama
dikarenakan responden yang memiliki tingkat pendidikan formal yang
berbeda sehingga cara pemahaman terhadap kuesioner yang berbeda pula.
5. Dalam pengumpulan data dilakukan dengan bertahap karena keterbatasan
waktu serta jarak tempat penelitian yang jauh.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Simpulan yang dapat diambil pada penelitian ini adalah ada hubungan positif
yang kuat antara tingkat pendidikan formal dengan sikap ibu terhadap mitos
masa nifas di Plesungan Gondangrejo Karnganyar.
B. Saran
1. Bagi tenaga kesehatan :
Bagi tenaga kesehatan, diharapkan dapat mengembangkan upaya promosi
maupun pemberian komunikasi informasi dan edukasi (KIE) yang
sasarannya tidak hanya pada ibu nifas tetapi juga mencakup masyarakat
generasi sebelumnya (orang tua) pada wanita dengan tepat sesuai dengan
tingkat pendidikan formal ibu karena mempunyai tingkat pemahaman serta
sikap yang berbeda pada tiap orang. Bekerjasama dengan dinas kesehatan
terkait agar lebih meningkatkan program lain dan follow up lanjutan (home
visit)
2. Bagi subjek peneliti :
Bagi subjek peneliti diharapkan dapat menambah pengetahuan seputar
masa nifas agar mengetahui kebenaran dari mitos yang berkembang di
masyarakat tidak semuanya benar dengan bertanya langsung kepada
tenaga kesehatan.
3. Bagi Peneliti lain :
Menambah jumlah variable sehingga didapat hasil yang lebih komplit dan
valid.
DAFTAR PUSTAKA
Agustin, Dwi Ayu.2010. Perancangan Media Informasi Mitos-mitos
Kehamilan.Unikom. Thesis.p : 57.
Ambarwati, Eny Ratna; Wulandari, Diah.2008. Asuhan Kebidanan
Nifas.Yogyakarta : Mitra Cendikia Offset. p : 134.
Amiruddin, Studi Kasus Kontrol Faktor Biomedis Terhadap Kejadian
Anemia,http://med.unhas.ac.id/index2.php?option=com_content&d
o_pdf=1&id=160, Accesed on 03 March 2012.
Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta. p : 168-77.
Azwar, S.2007. Reliabilitas dan Validitas. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.p :
55.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bapennas). 2009. Pedoman
Evaluasi dan Indikator Kinerja Pembangunan.Jakarta : Bappenas,
p : 40.
Baumali A.2009. Pemenuhan Zat Gizi Ibu Nifas dan Budaya Sel pada
Masyarakat Suku Timor Dawan di Kecamatan Molo Selatan
Kabupaten Timor Tengah Selatan.Universitas Gajah Mada.Tesis.p :
22-49
Dinkes Jateng,2010. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009.
Semarang, Dinas Kesehatan Provinsi Jateng, p: 13.
Dinkes Karanganyar,2010.Profil Kesehatan Kabupaten Karanganyar
Tahun 2010.Karanganyar. Dinas Kesehatan Kabupaten
Karanganyar.
Dinkes RI,2000. Perencanaan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat
2015.Jakarta : Depkes RI.
Fajar, I. 2009. Statistika Untuk Praktisi Kesehatan. Yogyakarta: Graha
Ilmu.p : 79
Hartiningtiyaswati, Setiya. 2010. Hubungan Perilaku Pantang Makanan
dengan lama Penyembuhan Luka Perineum pada Ibu Nifas di
Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar. Universitas Sebelas Maret
Surakarta.Karya Tulis Ilmiah.
Hasan, M.I. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian &
Aplikasinya.Jakarta: Ghalia Indonesia. p: 35-40
Hasbullah.2005. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta : Rajawali Press. p
: 36
Hidayat, A. A. A. 2009. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis
Data. Jakarta: Salemba Medika.p: 58
Mass,L.2004.Kesehatan Ibu dan Anak : Persepsi Budaya dan dampak
Kesehatannya.http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm%20linda2
.pdf diakses pada tanggal 10 Maret 2012 pukul 12.30
Nadia, Z.2011.Ragam Mitos Seputar Perkawinan, Kehamilan, Persalinan
dan Balita.Laksana : Yogyakarta. pp :5,123-24.
Niven, N.2002.Psikologi Kesehatan.EGC.Jakarta. p : 40
Notoatmodjo, S.2003. Pendidikan dan Ilmu Kesehatan. Rineka Cipta.
Jakarta. p :12-19.
___________.2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
Jakarta. p :124.
___________.2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta. Jakarta.p :
241.
PPIBI,2005.50 tahun IBI Bidan Menyongsong Masa Depan.Jakarta : IBI. p
: xxi.
Riwidikdo, Handoko.2007. Statistik Kesehatan. Mitra Cendikian Press.
Yogyakarta.p : 17.
Rohman A, 2009. Memahami Pendidikan dan Ilmu Pendidikan.
Yogyakarta: Laksbang Mediatama, p : 10, 22.
Safaria, T. 2009. Manajemen Emosi: Sebuah Panduan Cerdas Bagaimana
Mengelola Emosi Positif dalam Hidup Anda. Jakarta: Bumi
Aksara. p : 45.
Sulaeman, E.S. 2011. Manajemen Kesehatan : Teori dan Praktik di
Puskesmas. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. p : 2-5.
Sugiyono. 2006. Statistika untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung. p : 56.
Suharno.2008.Manajemen Pendidikan : Sebuah Pengantar Bagi Para
Calon Guru.Surakarta: LPP UNS dan UNS Press. p : 5.
Suyanto dan Ummi Salamah. 2008. Riset Kebidanan. Mitra Cendikia.
Yogyakarta. p : 56.
Walgito, B.2008.Psikologi Sosial(Suatu Pengantar).Yogyakarta : Penerbit
Andi.p :117-118.
Widiyawati N,2009.Hubungan Tingkat Pendidikan Formal dengan
Tingkat Pengetahuan Wanita tentang Kanker Payudara di Dukuh
Ngambak Lipuro Bekonang Sukoharjo.Fakultas Kedokteran,
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Karya Tulis Ilmu Sains
Terapan.p : 2, 8, 9.
top related