kumpulan abstak d4 kj

46
LEO ANJAR KUSUMA PENGARUH PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH BAP DAN IAA PADA MULTIPLIKASI TUNAS DAN AKAR NENAS (Ananas comosus L. Merr) ABSTRACT Nanas (Ananas comosus L. Merr.) merupakan salah satu tanaman buah yang memiliki rasa dan aroma yang khas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh BAP (6-Benzilaminopurine) dan IAA (Indole Asetat Acid) terhadap multiplikasi tunas dan akar terhadap tanaman nanas secara in vitro. Pada penelitian nanas ini eksplan berasal dari tunas nenas hasil aklimatisasi, menggunakan rancangan acak lengkap faktorial dengan 2 macam faktor perlakuan dengan masing- masing terdiri dari 4 taraf konsentrasi. Taraf konsentrasi BAP: 0, 1, 2 dan 3 ppm. Taraf konsentrasi IAA: 0, 0,5, 1 dan 1,5 ppm. Setiap perlakuan diulang dua kali. Perbedaan hasil dari setiap perlakuan diuji dengan uji berganda Duncan (DMRT). Pengamatan meliputi: (1) jumlah tunas tunggal per eksplan (3) jumlah akar per plantlet, Pengamatan dilakukan pada 1, 2, 4, 6 dan 8 minggu setelah tanam.Hasil terbaik diperoleh pada interaksi perlakuan kombinasi BAP 3 ppm dan IAA 1 ppm menunjukkan respon beda nyata terhadap penggandaan tunas nenas terbanyak rata-rata jumlah tunas 5.00 ± 0.0 pada umur 4 - 8 MST. Sedangkan untuk pengakaran media MS0 tanpa zat pengatur tumbuh sangat baik untuk pertumbuhan akar dengan rata-rata jumlah akar yaitu 2.50 ± 0.70 pada 8 MST. Planlet berhasil diaklimatisasi digreen house. Kata Kunci: Nenas, BAP, IAA, Tunas dan Akar

Upload: ika-eliza

Post on 31-Jul-2015

123 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kumpulan Abstak d4 Kj

LEO ANJAR KUSUMA PENGARUH PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH BAP DAN IAA PADA MULTIPLIKASI TUNAS DAN AKAR

NENAS (Ananas comosus L. Merr)ABSTRACT

Nanas (Ananas comosus L. Merr.) merupakan salah satu tanaman buah yang memiliki rasa dan aroma yang khas.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh BAP (6-Benzilaminopurine) dan IAA (Indole Asetat Acid) terhadap multiplikasi tunas dan akar terhadap tanaman nanas secara in vitro. Pada penelitian nanas ini eksplan berasal dari tunas nenas hasil aklimatisasi, menggunakan rancangan acak lengkap faktorial dengan 2 macam faktor perlakuan dengan masing-masing terdiri dari 4 taraf konsentrasi. Taraf konsentrasi BAP: 0, 1, 2 dan 3 ppm. Taraf konsentrasi IAA: 0, 0,5, 1 dan 1,5 ppm. Setiap perlakuan diulang dua kali. Perbedaan hasil dari setiap perlakuan diuji dengan uji berganda Duncan (DMRT).  Pengamatan meliputi: (1) jumlah tunas tunggal per eksplan (3) jumlah akar per plantlet, Pengamatan dilakukan pada 1, 2, 4, 6 dan 8 minggu setelah tanam.Hasil terbaik diperoleh pada interaksi perlakuan kombinasi BAP 3 ppm dan IAA 1 ppm menunjukkan respon beda nyata terhadap penggandaan tunas nenas terbanyak rata-rata jumlah tunas 5.00 ± 0.0 pada umur 4 - 8 MST. Sedangkan untuk pengakaran media MS0 tanpa zat pengatur tumbuh sangat baik untuk pertumbuhan akar dengan rata-rata jumlah akar yaitu 2.50 ± 0.70 pada 8 MST. Planlet berhasil diaklimatisasi digreen house.

Kata Kunci: Nenas, BAP, IAA, Tunas dan Akar

Page 2: Kumpulan Abstak d4 Kj

Fabianus Dartus. Perbanyakan Tanaman Lidah Buaya (Aloe vera L.) pada Beberapa Taraf Konsentrasi BAP dan 2,4-D Secara in vitro dibawah bimbingan Dr.Iryawati dan Ir.Heru Sugito Mp

ABSTRAK

Tanaman Lidah buaya (Aloe vera L.) saat ini banyak dibutuhkan untuk berbagai produk komersial. Perbanyakan lidah buaya secara alami (in vivo) sangat lambat dan tidak cukup untuk memenuhi permintaan bibit. Oleh karena itu, Salah satu upaya yang  dapat dilakukan untuk memperbanyak bibit dalam waktu yang singkat dalam jumlah yang banyak adalah dengan teknik kultur jaringan. Penelitian dilaksanakan di instalasi Perbenihan Laboratorium Kultur Jaringan PPPPTK Pertanian VEDCA Cianjur Jawa Barat dari bulan Maret sampai Agustus 2009. Eksplan Aloe vera yang digunakan sebagai bahan tanam diperoleh dari departemen instalasi hortikultura PPPPTK Pertanian VEDCA Cianjur yang digunakan berupa tunas apikal. Tunas apikal tersebut dicuci pada air mengalir dan direndam dengan deterjen 2 gr/l lalu dibilas dan disterilisasi kembali dengan Fungisida dan bakterisida 2gr/l, alkohol 70%, bayclin 20%, 10%, dan 5% serta antiseptik (betadin). Tunas ditanam pada media padat Murashige dan Skogg (MS) dengan penambahan berbagai taraf konsentrasi BAP dan 2.4-D. Persentase eksplan tunas Aloe vera yang hidup selama pengamatan adalah 96,83 %. Jumlah tunas pada 8 MST untuk kombinasi perlakuan 1.75ppm/l BAP + 0,25 ppm/l 2.4-D memberikan pengaruh yang sangat nyata dengan jumlah 4.67 ± 1.15 tunas. Faktor tunggal BAP juga memberikan pengaruh yang sangat nyata pada konsentrasi 1.5ppm/l BAP dengan jumlah 6.67 ± 2.08 tunas. Jumlah akar pada 8 MST untuk kombinasi perlakuan BAP dan 2.4-D memberikan pengaruh tidak berbeda nyata. Pada 8 MST MS 0 memberikan Pengaruh nyata terhadap jumlah akar sedangkan faktor tunggal 2.4-D memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah akar. Pengakaran juga dilakukan pada media dengan penambahan IBA, pada konsentrasi 1.5ppm/l IBA memberikan pengaruh berbeda nyata dengan konsentrasi 2 ppm/l IBA dengan jumlah masing – masing 3. 67 ± 0.58 dan 2. 67 ± 0.58 akar. Planlet Aloe vera yang diperoleh dari hasil kultur jaringan diaklimatisasi pada media tanam yang terdiri dari pupuk kandang, arang sekam, pasir (1:2:1) dalam pot kecil dan diberi sungkup dari botol plastik.

 Kata kunci; Lidah Buaya, Aloe vera L, Perbanyakan, Teknik In-vitro, Media induksi tunas, BAP, 2,4-D

Page 3: Kumpulan Abstak d4 Kj

SITI FADILAHPENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI BAP DAN IAA

PADA MULTIPLIKASI TUNAS KRISAN(Chrysanthemum morifolium Ramat)

MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN

ABSTRAK

Penelitian tentang pengaruh berbagai konsentrasi BAP dan IAA pada multiplikasi tunas krisan (Chrysanthenum morifolium Ramat) melalui teknik kultur jaringan bertujuan untuk mempelajari pengaruh kombinasi zat pengatur tumbuh BAP dan IAA serta menentukan konsentrasi BAP dan IAA yang tepat pada multiplikasi tunas krisan.

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan maret sampai agustus 2009 di Laboratorium kultur jaringan, VEDCA Cianjur - Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan percobaan factorial yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL).

Penelitian ini menggunakan percobaan factorial yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan terdiri dari dua (2) factor. Factor pertama adalah konsentrasi BAP yang terdiri dari 4 level meliputi konsentrasi 0 ppm (B1); 0,5 ppm (B2); 1 ppm (B3); 1,5 ppm (B4). Factor kedua adalah Konsentrasi IAA terdiri dari 4 level meliputi konsentrasi 0 ppm (I1); 0,5 ppm (I2); dan 1 ppm (I3); 1,5 ppm (I4) dengan 3 kali ulangan.

Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa kombinasi BAP 1.5 ppm dan IAA 1 ppm memberikan multiplikasi terbanyak.

Kata kunci : Krisan, Tunas, BAP dan IAA.

Page 4: Kumpulan Abstak d4 Kj

ADI SUYONO

ABSTRAK

Penelitian tentang Pengaruh Pemberian BAP dan IAA terhadap multiplikasi pucuk tanaman krisan (Chrysanthemum morifolium R.) secara kultur jaringan ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh kombinasi zat pengatur tumbuh BAP dan IAA serta menentukan konsentrasi BAP dan IAA yang tepat untuk pertumbuhan tunas krisan secara kultur jaringan tanaman. Peneltian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman, VEDCA, Cianjur, Propinsi Jawa Barat.

Penelitian ini menggunakan percobaan faktorial yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan terdiri dari 2 faktor. Faktor Pertama adalah konsentrasi BAP yang terdiri dari empat level meliputi konsentrasi 0 ppm (B1); 0,5 ppm (B2); 1 ppm (B3) dan 1,5 ppm (B4). Faktor kedua adalah konsentrasi IAA yang terdiri dari empat level meliputi konsentrasi 0 ppm (I1); 0,5 ppm (I2); 1 ppm (I3) dan 1,5 ppm (I4). Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa kombinasi BAP 1 ppm dan IAA 1 ppm memberikan penggandaan tunas terbanyak.

Kata kunci: Krisan, tunas, BAP dan IAA.

Page 5: Kumpulan Abstak d4 Kj

ABSTRAK

ANDI FEBRIANTO. DIBAWAH BIMBINGAN ATAT BUDIARTA. Pengaruh kombinasi larutan 2,4-D dan Kinetin pada medium padat Murashige dan skoog terhadap

pertumbuhan mata tunas Gladiol (Gladiolus hibridus Hort).

Penelitian tentang pertumbuhan banyaknya jumlah tunas Gladiol (Gladiolus hibridus Hort) melalui kultur jaringan bertujuan untuk mempelajari pengaruh kombinasi zat pengatur tumbuh 2,4-D dan Kinetin serta menentukan konsentrasi larutan 2,4-D dan Kinetin yang tepat untuk pertumbuhan jumlah mata tunas Gladiol (Gladiolus hibridus Hort). Penelitian ini dilaksanakan di Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK) Cianjur, Jawa Barat.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan 7 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan tersebut terdiri atas A (MSO), B (MSO ditambah 0,1 ppm 2,4-D dan 1,0 ppm Kinetin), C (MSO ditambah 0,1 ppm 2,4-D dan 2,0 Kinetin), D (MSO ditambah 0,1 ppm 2,4-D dan 3,0 ppm Kinetin), E (MSO ditambah 0,5 ppm 2,4-D dan 1,0 ppm Kinetin), F (MSO ditambah 0,5 ppm 2,4-D dan 2,0 ppm Kinetin), G (MSO ditambah 0,5 ppm 2,4-D dan 3,0 ppm Kinetin.

Dari hasil analisis menunjukan bahwa kombinasi antara 2,4-D dan Kinetin pada konsentrasi 0,5 ppm 2,4-D dan 3,0 ppm Kinetin menunjukkan pertumbuhan mata tunas yang terbaik.

Page 6: Kumpulan Abstak d4 Kj

ARMALIZAABSTRAK

Penenlitian tentang penggandaan tunas krisan melalui kultur jaringan bertujuan untuk mempelajari pengaruh kombinasi zat pengatur tumbuh BAP dan IAA yang tepat untuk penggandaan tunas krisan melalui kultur jaringan. Penelitian ini di laksanakan di laboratorium kultur jaringan, Perbenihan PPPPTK Pertanian Vedca Cianjur provinsi jawa barat.

Penelitian ini menggunakan percobaan faktorial yang disusun dalam rancangan acak lengkap (RAL). Perlakuan terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah konsentrasi BAP yang terdiri dari empat level meliputi konsentrasi 0 ppm (B1); 0,5 ppm (B2); 1 ppm (B3) dan 1,5 ppm (B4). Factor kedua adalah konsentrasi IAA yang terdiri dari empat level meliputi konsentrasi 0 ppm (I1); 0,5 ppm (I2); 1 ppm (I3) dan 1,5 ppm (I4).

Berdasarkan hasil analisis menunjukan bahea kombinasi BAP 1 ppm dan IAA 1 ppm memberikan penggandaan tunas terbanyak. Perlakuan konsentrasi BAP tidak berpengaruh terhadap panjang tunas, demikian juga konsentrasi IAA tidak berpengaruh terhadap panjang tunas.

Kata kunci: Krisan, tunas, BAP dan IAA.

Page 7: Kumpulan Abstak d4 Kj

ABSTRAKAZKA. Perbanyakan Tanaman Temulawak (Curcuma xanthorrizha Roxb)

secara Kultur Jaringan.Teknik kultur jaringan merupakan salah satu metode perbanyakan vegetatif.

Penelitian ini ni bertujuan untuk mengetahui pengaruh zat pengatur tumbuh BAP dan IBA terhadap perbanyakan tunas dan akar temulawak secara kultur jaringan. Pelaksanan penelitian ini dilakukan pada bulan maret sampai dengan bulan agustus 2009 yang bertempat di Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman VEDCA Pertanian Cianjur, Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Faktor perlakuan pertama BAP dengan 4 taraf, yaitu 0, 1, 2, 3. Faktor perlakuan kedu IBA dengan 4 taraf , yaitu 0, 25, 50, 75. Jadi terdapat 16 kombinasi perlakuan dan masing-masing diulang 3 kali sehingga terdapat 48 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri atas 1 botol yang masing-masing berisi 1 eksplan, sehingga jumlah keseluruhan adalah 48 botol kultur. Eksplan yang digunakan berasal dari rimpang temulawak yang ditanam dalam arang sekam agar mendapatkan tunas temulawak yang steril akan di tanam ke dalam media prekondisi selama 1 minggu dan diperbanyak dalam media perbanyakan padat. Pertumbuhan tunas pada Temulawak (Curcuma Xanthorrihza Roxb.) yang bagus terjadi pada BAP dengan kombinasi 3mg/l, sedangkan untuk perbanyakan akar Temulawak (Curcuma Xanthorrihza Roxb.) yang paling bagus terjad pada kombinasi IBA 50 mg/l. Eksplan yang telah siap di aklimatisasi dipindahkan ke tempat tanam (pot) yang telah diisi arang sekam.

Page 8: Kumpulan Abstak d4 Kj

BAIQ MUTIARA SANI

ABSTRAK

Sedap malam (Polianthes Tuberosa) selama ini diperbanyak dengan vegetatif konfensional menggunakan bibit umbi bulb, dimana bulb berpotensi membawa bibit penyakit yang bersifat endemik pada keturunannya. teknik kultur in-vitro diharapkan dapat mengatasi kendala tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi media yang optimal pada perbanyakan organogenesis sedap malam. Penelitian ini dilakukan di labolatorium kultur jaringan tanaman PPPPTK Pertanian Cianjur, dari bulan Januari s.d Aguatus 2009, bahan tanaman yang digunakan adalah type ganda dari Cianjur. Media dasar yang digunakan adalah MS dengan menggunakan 2 faktor yaitu BAP (benzylaminopurine) 0 ppm, 6 ppm, 7 ppm, 8 ppm dan Glutamine 0 ppm, 50 ppm, 100 ppm, dan 150 ppm sehingga diperoleh 16 kombinasi perlakuan dengan 3 kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan pembentukan akar dan tunas advebtif terbanyak pada BAP 6 ppm dan Glutamine 100 ppm, sedangkan peninkatan perlakuan yang diberikan menunjukkan palnlet tidak berkembang sampai pada minggu ke 15, namun terjadi perubahan pada planlet yakni menjadi lebih hijau dari pada panlet dengan kombinasi yang lainnya ini ditunjukkan pada perlakuan tertinggi BAP 8 ppm dan Glutamine 100 ppm, sedangkan pada tanaman kontrol respon yang ditunjukkan adalah terbentukknya akar, hal ini mungkin dikarenakan hormon endogen sejenis auksin yang tingggi pada planlet. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Roostika, dkk.,2005. bahwa multiplikasi tunas dan akar tebayak diperoleh dengan perlakuan BAP 7 ppm dan Glutamine 100 ppm, diperkirakan hal ini selain dipengaruhi oleh keadaan ontogenik sumber aksplan berbeda juga karena dalam penelitian ini organogenesis yang dilakukan tanpa melalui penginduksian kalus terlebih dahulu, atau biasa disebut dengan organogenesis langsung, serta pada penelitian yang dilakukan oleh Roostika adalah selama 20 minggu sedangkan penelitian disini yang penulis lakukan adalah selama 15 minggu, sehingga respon bisa saja berubah pada minggu ke 20 dan minggu minggu selanjutnya mengingat pertumbuhan planlet sedap malam dalam botol sangat lambat, sehingga kemungkinan calon tunas yang akan tumbuh diperkirakan belum terlihat dengan pasti, selain itu dalam penelitian ini tanpa melakukan sub kultur, sehingga penelitian ini mesih bisa diuji ulang untuk mengetahui pertumbuhan optimal pada planlet terjadi pada minggu ke berapa. Respon yang terjadi peda planlet dengan kombinasi lebih tinggi diperkirakan karena pemberian BAP dan Glutamin yang terlalu tinggi dimana keberadaan Hormon tumbuh dalam tanaman tidak dapat bekeja sendiri melainkan terdapat hubungan antara auksin dan sitokinin dalam mengontrol pembentukan tunas dan akar pada suatu tanaman (Skoog & miller 1957).

Page 9: Kumpulan Abstak d4 Kj

JONI KRISMIS PURBAAbstrak

Brokoli, Brassica oleracea Var. italica, adalah satu dari banyak Jenis Brassica berharga. Beberapa percobaan menunjukkan hasil yang maksimal kultur in-vitro Brassica dari tunas pucuk yang digunakan eksplan dalam multiplikasi tunas aksilar tanaman brokoli. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh zat pengatur tumbuh terhadap pertumbuhan pucuk aksiler dan pembentukan akar. Tunas brokoli diisolasi dari kecambah steril dan dipelihara pada medium induksi pucuk yang terdiri dari medium dasar Murashige dan Skoog. Benzyl amino purine (BAP) pada kisaran 0,5-1,5 ppm baik dengan atau tanpa indol asetat (IAA) pada kisaran 0,1-1,0 ppm ditambahkan pada medium untuk menginduksi perbanyakan pucuk dan menginduksi perakaran. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pemberian BAP pada konsentrasi 1.0 ppm menginduksi pertumbuhan pucuk aksiler pada tunas. Pemberian IAA menginduksi lebih sedikit pucuk aksiler dibandingkan dengan pemberian BAB. Dalam periode kultur 8 minggu, satu tunas brokoli yang dipelihara pada medium dengan pemberian 1.0 ppm BAP mampu menghasilkan 10 pucuk aksilar. Perakaran pucuk paling banyak terjadi pada medium yang mengandung 1.0 ppm IAA. Berdasarkan hasil penelitian Peningkatan konsentrasi IAA ternyata dapat meningkatkan pertumbuhan akar dari eksplan brokoli. Bibit brokoli yang berhasil dipindahkan pada media arang sekam tumbuh baik di green house.

Page 10: Kumpulan Abstak d4 Kj

JULITAABSTRAK

Penelitian tentang pengaruh kosentrasi ekstrak pisang dan air kelapa terhadap pertumbuhan anggrek dendrobium pada SK II, bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi serta pengaruh kosentrasi yang tepat bagi pertumbuhan anggrek dendrobium pasa pertumbuhan SK II. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan February sampai dengan bulan Agustus 2009 di laburatorium PPPPTK pertanian Cianjur.

Rangcangan penelitian ini menggunakan percobaan factorial yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL). Dalam penelitian terdiri dari dua factor perlakuan, yaitu: factor pertama adalah kosentrasi ektrak pisang yang terdiri dari 4 level meliputi kosentrasi 0gr/l, 40 gr/l (P1); 50 gr/l (P2) dan 60 gr/l (P3). Dan factor kedua adalah kosentrasi air kelapa yang terdiri dari 3 level meliputi kosentrasi 0ml/l, 100ml/l (A1); 150ml/l (A2) dan 200ml/l (A3) dengan tiga kali ulangan.

Hasil pengamatan dianalisis dengan uji F pada jenjang 5% dan apabila mennjukkan beda nyata, maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan pada jenjang 5 %.

Dari hasil penelitian yang dilakukan terbukti bahwa pemberian Air Kelapa 150ml/l menunjukkan pertumbuhan tunas yang sangat baik dan pemberian Ekstrak Pisang 50g/l menunjukkan pertumbuhan akar yang relative baik.

Kata kunci : anggrek dendrobium, tunas, akar, ekstrak pisang dan air kelapa.

Page 11: Kumpulan Abstak d4 Kj

MAIEK SUGIANTOABSTRAK

Penelitian tentang penggandaan tunas krisan melalui kultur jaringan bertujuan untuk mempelajari pengaruh kombinasi zat pengatur tumbuh BAP dan IAA serta menentukan konsentrasi BAP dan IAA yang tepat untuk pengandaan tunas krisan melalui kultur jaringan. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium kultur jaringan Pusat Pengembangan dan pemberdayaan pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Cianjur Jawa Barat.

Penelitian ini menggunakan percobaan faktorial yang disusun dalam rancangan acak lengkap (RAL), perlakuan terdiri dari 2 faktor, faktor pertama adalah konsentrasi BAP yang terdiri dari 4 level meliputi konsentrasi 0 ppm (B1); 0,5 ppm (B2); 1 ppm (B3); dan 1,5 ppm (B4). Faktor kedua adalah konsentrasi IAA yang terdiri dari 4 level meliputi konsentrasi 0 ppm (I1); 0,5 ppm (I2); 1 ppm (I3); dan 1,5 ppm (I4).

Berdasarkan hasil analisis menunjukan bahwa kombinasi BAP 1 ppm dan IAA 1 ppm berpengaruh terhadap multiplikasi tunas dan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan akar.

Kata kunci: krisan, tunas, akar, BAP dan IAA

Page 12: Kumpulan Abstak d4 Kj

MARTUAH HALOHOABSTRAK

Nenas (ananas comosus (L).Merr) masuk ke dalam family Bromeliaceae. Tanaman ini di duga berasal dari Amerika Selatan dan pada abad ke 16 orang Spanyol membawa nenas ke Filipina, semenanjung malaysia dan mungkin juga ke Indonesia (wee dan Thongtham,1997). Nenas merupakan salah satu buah tropis yang penting, produksinya menempati urutan keempat setelah pisang, mangga dan jeruk. Dapat di konsumsi dalam bentuk segar sebagai buah meja atau di konsumsi dalam bentuk olahan seperti juice, konsentrat serta kalengan. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui konsentrasi BA (Benzyl Adenine) dan NAA (Nephalene Acetic Acid) yang sesuai untuk multiplikasi nenas smooth secara in vitro. Eksplan yang di gunakan yaitu pangkal bonggol nenas hasil perbanyakan in vitro dari BrMC BIOTROP Bogor yang telah di aklimatisasi ± 1 bulan, media yang digunakan adalah media MS padat di tambah dengan sitokinin (BA) dan auksin (NAA). Penelitian ini menggunakan metode percobaan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 16 perlakuan media dan 3 kali ulangan. Pengambilan data di lakukan 8 kali yang dilakukan setiap 1 minggu sekali. Kultur telah menunjukan pertumbuhan (tunas) di beberapa media perlakuan pada 3 minggu setelah tanam (MST), sedang nodul belum terbentuk. Nodul mulai terbentuk pada minggu terakhir pengamatan Dari hasil penelitian ditemukan jenis media terbaik untuk tahap multiplikasi tanaman nenas, yaitu pada perlakuan media 3.2ppmBAP) + (0.2ppmNAA. Pada perlakuan tersebut tumbuh tunas rata-rata hingga minggu terakhir pengamatan sebanyak 13.3 tunas. Dan juga pada perlakuan tersebut tunas yang tumbuh setiap minggunya akan terus bertambah, ini memungkinkan jika di amati hingga minggu seterusnya jumlah tunas yang tumbuh akan terus bertambah. Dari 16 media perlakuan yang dilakukan peneliti, ternyata hanya sebagian kecil yang dapat merangsang pertumbuhan nodul, yang terbanyak menginduksi nodul yaitu pada perlakuan 3.6ppmBAP) + (0.3ppmNAA, jumlah rata-rata nodul yang terbentuk 1 nodul pada minggu terakhir pengamatan. Sebagaian besar bibit nenas tumbuh di green house setelah di aklimatisasi menggunakan media arang sekam Sehubungan telah ditemukan konsentrasi media yang terbaik untuk tahap multiplikasi Nenas, sebaiknya untuk tahap multiplikasi nenas menggunakan konsentrasi yang telah di temukan. Dan perlu dicoba untuk bermacam-macam varietas nenas pada konsentrasi yang telah ditemukan.

Page 13: Kumpulan Abstak d4 Kj

PENGARUH PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH NAA DAN KINETIN

TERHADAP MULTIPLIKASI TUNAS DAN AKAR TANAMAN MELON

(Cucumis melo L) SECARA IN VITRO

Oleh ;Minawati

AbstrakMelon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu tanaman dari family

Cucurbitaceae yang berasal dari Afrika dan tergolong komoditas pertanian yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh zat pengatur tumbuh (ZPT) NAA dan Kinetin dalam merangsang pertumbuhan tunas dan akar melon. Pada penelitian ini eksplan berasal dari benih melon varietas Sky Roket yang telah dikecambahkan selama ± 2 minggu setelah tanam (MST) dan dipotong bagian nodus kotiledonnya dengan ukuran ±1.5 cm dan diinduksi untuk membentuk tunas dan akar pada media Murashige dan Skoog dengan penambahan berbagai konsentrasi ZPT NAA (Naftaleine Asetat Acid) dikombinasikan dengan berbagai konsentrasi Kinetin (6-furfury amino purine). Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan dua faktor. Faktor pertama adalah pemberian NAA yaitu: 0 mg/l, 1.5 mg/l, 3 mg/l, 4.5 mg/l. Faktor kedua pemberian Kinetin yaitu 0 mg/l, 1.5 mg/l, 3 mg/l, .5 mg/l. Setiap kombinasi perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Pengamatan dan pengambilan data dilakukan seminggu sekali terhitung setelah 2 minggu setelah perlakuan (MSP) selama 8 MSP. Data hasil pengamatan dianalisis dengan analisis keragaman 5%, apabila terdpat beda nyata maka pengujian dilanjutkan dengan Uji DMRT pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan berbagai konsentrasi ZPT NAA yang dikombinasikan dengan berbagai konsentrasi Kinetin tidak berbeda nyata terhadap pembentukan tunas akar, akan tetapi terjadi pembentukan nodus dan kalus. Jumlah nodus terbanyak terjadi pada penambahan ZPT NAA 0 mg/l dengan Kinetin 4.5 mg/l, sedangkan terbentuknya akar terjadi pada Media MS 0.

Kata Kunci: Melon, Nodus, NAA dan Kinetin

Page 14: Kumpulan Abstak d4 Kj

ABSTRAK

NURHUDA. Pengaruh BAP dan NAA Terhadap Multiplikasi Brokoli (Brassica Oleracea L.var. valiant green) secara in vitro

Penelitian ini mengambil judul dan mempelajari Pengaruh BAP dan NAA Terhadap Multiplikasi Brokoli (Brassica Oleracea L.var. valiant green) dalam Kultur Jaringan. Penelitian dilaksanakan di laboratorium kultur jaringan VEDCA Cianjur, Jawa Barat. sejak bulan Maret sampai September 2009. Bahan tanaman ( eksplan ) yang digunakan adalah bagian tunas aksilar Brokoli (Brassica Oleracea L.var. valiant green) yang aseptic dan steril. Terlebih dahulu dilakukan perkecambahan dalam media MS (Murashige and skoog) dan gomborg sampai tumbuh tunas aksilar, kemudian ditanam pada media MS (Murashige and skoog) dengan capuran berbagai jenis kombinasi BAP (Benziladenin Amino Purine) dan NAA (Naftalen Asetat Acid). Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap yang terdiri dari dua faktor. Faktor pertama adalah pemberian BAP (Benziladenin Amino Purine) dengan empat taraf konsentrasi 0, 1, 2, 3 ppm dan faktor kedua adalah pemberian NAA (Naftalen Asetat Acid) dengan empat taraf konsentrasi yaitu 0, 0,1. 0,2, 0,3 ppm. Terdapat 16 kombinasi perlakuan yang diulang 3 kali sehingga terdapat 48 satuan percobaan dan setiap satu satuan percobaan terdiri atas satu botol kultur. Pertumbuhan tunas pada Brokoli sangat bagus terjadi pada konsentrasi BAP 1 ppm, pada konsentarsi BAP 1 ppm digunakan sebagai media untuk multiplikasi pucuk Brokoli (Brassica Oleracea L.var. valiant green) sedangkan untuk pertumbuhan akar terlihat pada konsentrasi NAA 0,2 ppm pada konsentrasi tersebut digunakan sebagai media pengakaran Brokoli (Brassica Oleracea L.var. valiant green). Bibit yang telah siap untuk di aklimatisasi di pindah pada media campuran tanah dan pasir (1:1)

Kata kunci : Brokoli (Brassica Oleracea L.var. valiant green), Tunas Aksilar, BAP (Benziladenin Amino Purine) dan NAA (Naftalen Asetat Acid). In vitro

Page 15: Kumpulan Abstak d4 Kj

RINGKASANRAHMATSYAH, ”Pengaruh Pemberian ZPT (BAP/IAA) Terhadap

Jumlah Daun Dan Jumlah Tunas Tanaman Anggrek (Dendrobium Aphyllum) Dari Protocorm Like Bodies (PLB) Secara Kultur Jaringan”. (dibimbing oleh: Ir. Etty Ekawati, MP)

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh BAP dan IAA yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan daun Anggrek spesies Dendrobium aphyllum secara Kultur Jaringan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan September 2009 di Laboratorium Kultur Jaringan (Perbenihan) Pusat Penataran dan PPG Pertanian (VEDCA) Cianjur.

Penelitian ini disusun menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dua faktor yaitu konsentrasi BAP dan IAA pada media dasar MS. Faktor pertama adalah BAP yang terdiri dari 3 taraf , yaitu 0;0,5;1 ppm. Faktor kedua adalah IAA dengan tiga taraf juga, yaitu 0;0,5;1 ppm. Penelitian ini terdiri dari 9 kombinasi perlakuan masing-masing diulang sebanyak 4 kali, sehingga terdapat 36 satuan percobaan dengan 4 eksplan setiap satu satuan percobaan (1 botol kultur).

Pengamatan dilakukan setiap minggu selama 8 minggu, setelah 8 minggu penananaman, peubah yang diamati adalah: Jumlah pertumbuhan, perkembangan daun dan tunas mulai minggu ke 2 sampai minggu ke 8 setelah tanam (MST).

Sidik ragam menunjukkan pengaruh BAP berbeda nyata, hal ini ditunjukkan pada minggu ke 1 MST, tetapi pada pengamatan minggu 2 hingga minggu ke 8 MST konsentrasi BAP menunjukkan beda nyata terhadap pertumbuhan dan perkembangan daun.

Sidik ragam menunjukkan pengaruh BAP tidak berbeda nyata pada minggu ke 1 sampai minggu 8 MST, tetapi pada pengamatan 2 (A0-S0,5) menunjukkan adanya pertumbuhan dan perkembangan tunas.

Perlakuan IAA memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata terhadap pertumbuhan dan perkembangan daun maupun tunas sejak pengamatan minggu 1 hingga minggu ke 6, tetapi pada minggu ke 8 mulai memberikan perbedaan nyata pada pertumbuhan tunas yang terdapat pada perlakuan 3 (A1-S0).

Kombinasi perlakuan antara BAP dan IAA memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap pertumbuhan dan perkembangan daun, hal ini terlihat pada perlakuan 7 (A0-S1) mulai pada pengamatan minggu 2, 4, 6 dan 8 MST, sedangkan kombinasi perlakuan BAP dan IAA terhadap pertumbuhan dan perkembangan tunas memberikan pengaruh berbeda nyata, hal ini terlihat pada perlakuan 4 (A0-S0,5).

Page 16: Kumpulan Abstak d4 Kj

SUTONOABSTRAK

Penelitian tentang Multiplikasi Tunas Krisan (Chrysanthemum morifolium R.) Melalui Teknik Mikropropagasi Pada Berbagai Konsentrasi BAP dan IAA bertujuan untuk mempelajari pengaruh kombinasi zat pengatur tumbuh BAP dan IAA serta menentukan konsentrasi BAP dan IAA yang tepat untuk multiplikasi tunas krisan melalui kultur jaringan. Peneltian ini dilaksanakan di laboratorium kultur jaringan, VEDCA Cianjur Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan percobaan faktorial yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan terdiri dari 2 faktor. Faktor Pertama adalah konsentrasi BAP yang terdiri dari empat level meliputi konsentrasi 0 ppm (B1); 0,75 ppm (B2); 1 ppm (B3) dan 1,25 ppm (B4). Faktor kedua adalah konsentrasi IAA yang terdiri dari empat level meliputi konsentrasi 0 ppm (I1); 0,75 ppm (I2); 1 ppm (I3) dan 1,25 ppm (I4). Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa kombinasi BAP 1 ppm dan IAA 0,75 ppm memberikan multiplikasi tunas terbanyak. Perlakuan konsentrasi BAP tidak berpengaruh terhadap panjang tunas, demikian juga konsentrasi IAA tidak berpengaruh terhadap panjang tunas,begitu juga multiplikasi tunas tidak diikuti dengan pertumbuhan akar.

Kata kunci: Krisan, Tunas, BAP dan IAA.

Page 17: Kumpulan Abstak d4 Kj

ABSTRAK

TEUKU AZHAR. Pengaruh BAP dan NAA Terhadap Multiplikasi Nanas ( Ananas comosus ( L ) Merr.) cv. Smooth dalam Kultur Jaringan.

Penelitian ini mengambil judul dan mempelajari Pengaruh BAP dan NAA Terhadap Multiplikasi Nanas ( Ananas comosus ( L ) Merr.) cv. Smooth dalam Kultur Jaringan. Penelitian dilaksanakan di laboratorium kultur jaringan VEDCA Cianjur, Jawa Barat. sejak bulan Maret sampai September 2009. Nanas merupakan salah satu komoditas penting dalam agribisnis buah – buahan. Hal ini terlihat dari volume ekspor nanas yang semakin meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2002 volume ekspor nanas dalam bentuk segar ke jepang sekitar 3.1 ton per tahun dan di tahun 2003 meningkat menjadi 26,53 ton ( Fao, 2003). Bahan tanaman ( eksplan ) yang digunakan adalah bagian pangkal batang Planlet nanas ( Ananas comosus ( L ) Merr ) kultivar Smooth, hasil Aklimatisasi dari sub kultur yang kami dapatkan dari BIOTROP Bogor – Jawa Barat, kemudian ditanam pada media MS ( Murashige and skoog). Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap yang terdiri dari dua faktor. Faktor pertama adalah pemberian BAP dengan empat taraf konsentrasi 0, 0,5, 1, 2 ppm dan faktor kedua adalah pemberian NAA dengan empat taraf konsentrasi yaitu 0, 0,5. 1, 1.5 . Terdapat 16 kombinasi perlakuan yang diulang 2 kali sehingga terdapat 32 satuan percobaan dan setiap satu satuan percobaan terdiri atas satu botol kultur. Pertumbuhan tunas dan akar pada nanas sangat bagus terjadi pada konsentrasi A3 BO dan A3 B2 yaitu konsentrasi BAP yang lebih tinggi dibandingkan konsentrasi NAA yang digunakan.

Kata Kunci : Nanas ( Ananas comosus ( L ) Merr.) cv. Smooth BAP (Benziladenin Amino Purine) dan NAA (Naftalen Asetat Acid).

Page 18: Kumpulan Abstak d4 Kj

RINGKASANTUMINAH, ”Pengaruh Pemberian ZPT (BAP/NAA) Terhadap Jumlah

Daun Dan Jumlah Tunas Tanaman Anggrek (Denrobium Aphyllum) Dari Protocorm Like Bodies (PLB) Secara Kultur Jaringan”.

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh BAP dan NAA yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan daun Anggrek spesies Dendrobium aphyllum secara in-vitro. Penelitian dilaksanakan pada bulan April hingga September 2009 di Laboratorium Kultur Jaringan PPPG Pertanian (VEDCA) Cianjur.

Penelitian ini disusun menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dua faktor yaitu konsentrasi BAP dan NAA pada media dasar MS. Faktor pertama adalah BAP yang terdiri dari 3 taraf , yaitu 0;0,5;1 ppm. Faktor kedua adalah NAA dengan tiga taraf juga, yaitu 0;0,5;1 ppm. Penelitian ini terdiri dari 9 kombinasi perlakuan masing-masing diulang sebanyak 4 kali, sehingga terdapat 36 satuan percobaan dengan 4 eksplan setiap satu satuan satuan percobaan (1 botol kultur).

Pengamatan dilakukan setiap minggu selama 8 minggu, setelah 8 minggu penananaman, peubah yang diamati adalah: Jumlah pertumbuhan, perkembangan daun dan tunas mulai minggu ke 2 sampai minggu ke 8 setelah tanam (MST).

Sidik ragam menunjukkan pengaruh BAP nyata, hal ini ditunjukkan pada minggu ke 1 MST, tetapi pada pengamatan minggu 2 hingga minggu ke 8 konsentrasi BAP menunjukkan beda nyata terhadap pertumbuhan dan perkembangan daun.

Sidik ragam menunjukkan pengaruh BAP tidak nyata, hal ini ditunjukkan pada minggu ke 1 dan 2 MST, tetapi pada pengamatan minggu 3 hingga sampai minggu ke 8 konsentrasi BAP menunjukkan beda nyata terhadap pertumbuhan dan perkembangan tunas.

NAA memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap pertumbuhan dan perkembangan daun maupun tunas sejak pengamatan minggu 1 hingga minggu ke 8.

Kombinasi perlakuan antara BAP dan NAA memberikan pengaruh nyata, terutama pada pengamatan minggu ke 2 MST, sedangkan pada pengamatan minggu 4, 6 dan 8 berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun yaitu pada perlakuan ke 7 (A0S2). Pertumbuhan tunas menunjukkan pengaruh nyata terlihat pada pengamatan minggu ke 3 hingga minggu ke 8 MST.

WAHYU NUR CAHYOABSTRAK

Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) secara konvensional menggunakan biji, sehingga hasilnya sangat rendah. Oleh karena itu, pengadaan bibit dalam jumlah banyak dan waktu relatif singkat dapat dilakukan melalui teknik kultur jaringan. Dua golongan zat pengatur tumbuh dalam perbanyakan in vitro yang sangat penting adalah auksin dan sitokinin. Eksplan berupa umbi disterilkan dengan menggunakan larutan klorok 30% selama 20 menit, larutan klorok 10% selama 10 menit dan larutan klorok 5% selama 5 menit. Eksplan steril ditanam pada medium prekondisi selama 2 minggu kemudian dipindahkan dalam media Murashige-Skoog (MS) dengan penambahan berbagai konsentrasi BAP (6-Benzylaminopurine)dan NAA (-Naphtaleneacetic Acid). Perlakuan tunggal BAP berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas dan jumlah akar. Konsentrasi 0.5 mg/l BAP terbaik untuk merangsang jumlah tunas sebanyak 1.3 tunas pada 6 – 8 MSP. Sedangkan konsentrasi 0.5 mg/l BAP terbaik untuk merangsang jumlah akar sebanyak 1.3 akar pada 2 – 8 MSP. Perlakuan tunggal NAA tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah

Page 19: Kumpulan Abstak d4 Kj

tunas, tetapi berpengaruh nyata terhadap jumlah akar. Konsentrasi 0.5 mg/l NAA terbaik untuk merangsang jumlah akar sebanyak 5.6 akar pada 8 MSP. Kombinasi BAP dan NAA memberikan pengaruh pengaruh yang lebih baik disbanding dengan perlakuan tunggal BAP dan NAA. Konsentrasi 1 mg/l BAP dan 1 mg/l NAA menghasilkan jumlah tunas tertinggi terjadi sebanyak 2.0 tunas pada 8 MSP. Planlet yang dihasilkan diaklimatisasi pada media campuran arang sekam : pupuk kandang (1:1).

Kata Kunci : Bawang Merah, Auksin, Sitokinin, BAP, MS.

Page 20: Kumpulan Abstak d4 Kj

YUSI

Absrak

Bawang merah merupakan komoditi hortikultura yang mempunyai nilai jual tinggi di pasaran. Komoditas yang termasuk sayuran ini banyak dimanfaatkan terutama sebagai pelengkap bumbu masakan guna menambah cita rasa dan kenikmatan makanan. Bawang merah juga digunakan untuk obat tradisional yang banyak bermanfaat bagi kesehatan, disamping fungsinya sebagai bumbu masak. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh konsentrasi yang optimal untuk multiplikasi tunas tanaman bawang merah (Allium ascanolicum L.). Pada penelitian ini bawang merah yang telah berumur 7 – 14 hari dalam media prekondisi kemudian dipindah ke media perlakuan dengan menggunakan rancangan acak lengkap ( RAL ) yang terdiri dari dua faktor. Faktor pertama adalah pemberian BAP dengan empat taraf konsentrasi 0.0, 0.4, 0.6, 0.8 mg/l dan factor kedua adalah pemberian air kelapa dengan tiga taraf konsentrasi yaitu 0, 10, 20, 30 %. Terdapat 16 kombinasi perlakuan yang diulang 3 kali sehinga terdapat 48 satuan percobaan. Data dianalisis dengan menggunakan uji F taraf 5%. Apabila berbeda nyata maka akan diuji lanjut DMRT. Pengamatn dilakukan selama 10 minggu, parameter yang diamati adalah jumlah tunas dan perameter pendukung adalah jumlah akar. Hasil pengamatan menunjukan bahwa Tunas pada kultur mulai tumbuh pada 1 MSP sedangkan multiplikasi tunas mulai nampak pada 4 MSP dengan pertambahan yang cukup cepat diperoleh berturut-turut dari perlakuan BAP. Tunas yang di hasilkan besar dan berwarna hijau muda. Hasil penelitian menunjukan bahwa Perlakuan sitokinin BAP berpengaruh terhadap perubahan jumlah tunas dan jumlah akar, Sitokinin BAP memberikan nilai rata- rata tertinggi pada perubahan jumlah tunas. Jumlah tunas tertinggi yang diperoleh dari perlakuan N3K2 yaitu sebanyak 6 tunas pada 10 MSP. Perlakuan air kelapa berpengaruh terhadap perubahan jumlah tunas dan akar dengan penambahan air kelapa pada media memberikan hasil terbaik untuk penambahan jumlah akar, jumlah akar tertinggi diperoleh dari penambahan air kelapa 20% sebanyak 8 pada 9 MSP. Kombinasi BAP dan air kelapa memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap pertumbuhan dan multiplikasi tunas dan akar. Penggunaan 0,8 BAP dan 20% air kelapa.

Page 21: Kumpulan Abstak d4 Kj

ABSTRAKZULKIFLI. Pengaruh BAP dan IAA Terhadap Perkembangan Tunas

Pisang Tanduk Secara In Vitro. Dibimbing oleh Ir. Atat Budiarta. MP dan Dr. Erly Marwani.

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh BAP dan IAA terhadap multiplikasi tunas pisang tanduk secara in vitro. penelitian dilaksanakan di laboratorium kultur jaringan VEDCA Cianjur, dimulai pada februari 2009 hingga september 2009.

Rancangan penelitian yang digunakan yaitu Rancang Acak Lengkap (RAL) faktor pertama yaitu BAP dengan empat taraf perlakuan yaitu, 0 mg/l, 4,5 mg/l, 5 mg/l,5,5 mg/l dan faktor kedua yaitu IAA dengan empat taraf perlakuan yaitu, 0 mg/l, 1,5 mg/l, 2 mg/l, 2,5 mg/l yang diulang sebanyak empat ulangan setiap kombinasi. dengan demikian didapat 4x4x3=48 satuan percobaan.

Pengamatan dilakuakan setelah tanaman berumur satu bulan, pengamatan dilakuka setiap dua minggu sekali. peubah yang diamati yaitu jumlah tunas dan jumlah akar. data diuji dengan menggunakan program SPSS dan DMRT pada taraf 5%.

Berdasarkan analisis sidik ragam pengaruh BAP dan IAA secara in vitro berpengaruh nyata pada pertumbuhan tunas dan berpengaruh sangat nyata terhadap akar pada tanaman pisang tanduk (Musa Sp) secara In Vitro.

zulkifli the effect BAP and IAA

Page 22: Kumpulan Abstak d4 Kj

Ahmadi Muslim

Abstrak

Pengaruh BAP dan NAA pada mikropropagasi Pisang Cavendis (Musa cavendishi).

Perbanyakan pisang cavendish (Musa cavendishi) secara vegetatif menggunakan bonggol (anakan), hanya menghasilkan 12 anakan/tahun. Hal ini tentunya sangat tidak mendukung peningkatan budidaya pisang cavendish secara optimal, oleh karena itu perlu dilakukan pengadaan bibit cavendish dalam jumlah banyak dengan waktu yang relatif singkat melalui penerapan teknik kultur jaringan, khususnya melalui teknik mikropropagasi. Eksplan berupa tunas lateral disterilkan dengan bakterisida dan fungisida. Kemudian dilanjutkan dengan natrium hipoklorit 10 % selama 30 menit, 20 % selama 20 menit dan 30 % selama 10 menit. Eksplan steril ditanam pada medium padat Murashige - Skoog (MS) dengan penambahan berbagai konsentrasi NAA (-Naphtaleneacetic Acid) dan BAP (6-Benzylaminopurine). Kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh yang optimum pada tahap inisiasi pucuk untuk menginduksi tunas adalah pada perlakuan C (5,0 ppm BAP + 0,0 ppm NAA) yang menghasilkan 1,30 0,58 pucuk dalam 8 minggu. Sedangkan pada tahap multiplikasi pucuk, kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh yang optimum untuk menginduksi tunas adalah pada perlakuan D (15,0 ppm BAP + 0,5 ppm NAA) yang menghasilkan 8,67 3,21 pucuk dalam 8 minggu. Kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh yang optimum pada tahap inisiasi pucuk untuk menginduksi akar adalah pada perlakuan E (NAA 0,5 ppm + BAP 0,0 ppm) yang menghasilkan 18,00 6,00 akar dalam 8 minggu. Sedangkan pada tahap multiplikasi pucuk, kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh yang optimum untuk menginduksi akar adalah pada perlakuan B (NAA 0,5 ppm + BAP 7,0 ppm) yang menghasilkan 6,33 0,58 b akar dalam 8 minggu. Perakaran pucuk-pucuk ini diinduksi pada medium dengan penambahan 0,50 ppm NAA yang menghasilkan rata-rata akar sebanyak 17,4 buah. Pinak yang dihasilkan diaklimatisasikan pada campuran tanah : sekam (1:1) dalam pot kecil yang disungkup dengan plastik. Kesintasan tanaman setelah diaklimatisasi selama 4 minggu mencapai hampir 100 %.

Kata kunci: Cavendish, Mikropropagasi, BAP, NAA

Page 23: Kumpulan Abstak d4 Kj

AMI FITRI AFRIANTI

ABSTRAK

Pengaruh 2iP dan Air Kelapa terhadap Multiplikasi Tunas Bawang Merah (Allium Ascolanicum L.) secara In Vitro.

Bawang merah (Allium ascalonicum L.), merupakan salah satu diantara tiga anggota tanaman hortikultura dari marga Allium yang paling populer dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Sampai saat ini, penanaman bawang merah lebih lazim dengan menggunakan umbi, meskipun sebenarnya dapat juga diperbanyak dengan menggunakan biji. Kultur jaringan dapat digunakan sebagai salah satu metode perbanyakan umbi bawang merah. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui pengaruh zat pengatur tumbuh 2iP dan air kelapa dalam merangsang tunas bawang. Pada penelitian ini bawang merah yang digunakan adalah varietas Filipina berasal dari pasar Inpres Cianjur. Yang digunakan sebagai eksplan adalah bagian sutipnya diberi perlakuan dengan menambahkan zat pengatur tumbuh 2iP dan air kelapa sebagai suplemen alami. Pengamatan dilakukan selama 8 minggu terhadap jumlah tunas dan jumlah akar masing-masing kombinasi perlakuan.Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pengaruh tunggal 2iP nyata terhadap jumlah tunas pada 4 MST dan tidak berbeda nyata pada 5 – 8 MST. Peningkatan konsentrasi 2iP juga meningkatkan jumlah tunas. Jumlah tunas tertinggi mulai 8 MST terdapat pada konsentrasi 10.0 mg/l 2iP yaitu 5 tunas per eksplan. Pengaruh tunggal air kelapa nyata terhadap jumlah tunas pada 4 MST dan tidak berbeda nyata pada 5 – 8 MST. Peningkatan konsentrasi air kelapa tidak diikut sertai dengan meningkatnya jumlah tunas. Interaksi 2iP dan air kelapa memberikan pengaruh yang nyata perhadap jumlah tunas. Jumlah tertinggi untuk tiap minggunya terdapat pada interaksi 6.0 mg/l 2iP dan 10% air kelapa, rata-rata jumlah tunas tertinggi terjadi pada 8 MST yaitu 8.7 tunas per eksplan. Pengaruh tunggal 2iP nyata terhadap jumlah akar pada 2 – 8 MST. Jumlah akar terbanyak selama pengamatan diperoleh dari perlakuan 0.0 mg/l 2iP yaitu 7.7 akar per eksplan. Pengaruh tunggal air kelapa nyata terhadap jumlah akar pada 2 – 8 MST. Jumlah akar terbanyak pada perlakuan 10% air kelapa yaitu 6.3 akar per eksplan. Interaksi 2iP dan air kelapa memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah akar namun tanpa penambahan kedua-keduanya (media standar) jumlah akar semakin banyak. Jumlah akar terbanyak diperoleh dari kombinasi perlakuan 0.0 mg/l 2iP dan 0% air kelapa (standar) yaitu 7.7 akar per eksplan.Berdasarkan hasil penelitian, penggunaan air kelapa dan zat pengatur tumbuh 2iP secara bersamaan pada kultur bawang merah (Allium ascolanicum L.) memberikan hasil yang baik pada inisiasi tunas namun tidak memberikan hasil yang baik pada induksi akar.

Page 24: Kumpulan Abstak d4 Kj

Budiman Sahara

ABSTRAK

Tanaman sedap malam (Polianhes Tuberose) biasanya menggunakan perbanyakan secara konvensional menggunakan bulb. Dimana dapat memunculkan penyakit yang akan terbawa pada keturunannya, penggunaan teknik kultur in vitro merupakan harapan tehnik pengadaan bibit yang sehat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan kombinasi media terbaik pada kultur organogenesis tanaman sedap malam in vitro. Penelitian dilakukan di laboratorium kultur jaringan tanaman Departemen Perbenihan PPPPTK Pertanian Cianjur Jawa Barat. Dari bulan Maret sampai pada bulan Agustus 2009. Bahan tanaman yang digunakan adalah type ganda dari Cianjur. Media dasar yang digunakan adalah MS ditambah dengan kombinasi BAP (benzylaminopurine) 0 ppm, 5 ppm, 7 ppm, dan 9 ppm dan glutamine 0 ppm, 75 ppm, 100 ppm, 125 ppm. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap faktorial dengan 3 kali ulangan dan indikator pengamatan dilakukan pada jumlah tunas, dan jumlah akar yang terbentuk pengamatan dilakukan selama 16 minggu. Pemebentukan tunas terbaik ditunjukkan pada perlakuan dengan BAP 7 ppm dan Glutamine 100 ppm namun pembentukan akarnya tidak terlalau pesat, sedangkan pembentukan akar terbaik dihasilkan pada planlet kontrol dan perlakuan BAP 7 ppm dan Glutamine 75 ppm 1-2 tunas, respon yang berbeda pada planlet diperkirakan karena kandungan hormon endogen pada planlet mengingat kondisi sumber eksplan yang berbeda beda, dimana eksplan yang diambil pada musim penghujan lebih mengarah pada pembentukan akar sedangkan eksplan yang diambil pada musim kemarau perbanyakannya lebih pada pembentukan tunas, dimana umur fisiologis dan ontogenik tanaman berbeda beda.

Page 25: Kumpulan Abstak d4 Kj

DAROAMI

ABSTRAK

Tanaman kedelai (Glycine max) merupakan tanaman yang hasil olahannnya banyak dibutuhkan oleh masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan. Hasil olahannya berupa tempe, tahu dan juga susu kedelai. Oleh karenanya dilakukan penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan zat pengatur tumbuh yang sesuai untuk Glycine max. metode yang dilakukan dalam penelitian ini tanaman kedelai disteriliasasikan biji kedalam NaClO 5,25 % (Bayclin), kedalam alcohol 20 % dan 10 % dan yang terakhir dengan klorox 20% dan 10 % dan yang terakhir dibilas dengan aquades. Biji kedelai dikecambahkan pada media kapas selama 10-12 hari dan epikotil tanaman dipindahkan pada media pre kondisi dan yang terakhir ditanam pada media perlakuan dengan ZPT BAP dan NAA. Kombinasi BAP dan NAA yang digunakan diantaranya BAP (0.0, 0.1, 0.2) dan NAA (0.0, 0.5, 0.1. 1.5) dalam jumlah ppm. Dari hasil penelitian diperoleh data pada perumbuhan akar yang paling baik terdapat pada kombinasi NAA 6,67 ± 0,00 tanpa BAP sedangkan kombinasi yang baik dalam pertumbuhan tunas terdapat pada kombinasi BAP 0.1 tanpa NAA yaitu 1,66 ± 0,77. Sedangkan pada interaksi kombinasi BAP dan NAA terdapat pada kombinasi BAP 0.1 + NAA 0.5. dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pada kombinasi BAP terdapat pertumbuhan akar diasumsikan bukan karena pengaruh sitokinin akan tetapi tanaman kedelai mengandung auksin.

Page 26: Kumpulan Abstak d4 Kj

HARAS TRI ADHITIA

ABSTRAK

Pengaruh Konsentrasi NAA dan 2-iP terhadap Multiplikasi Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) secara In Vitro.

Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) merupakan bangsa Zingiberales yang mempunyai berbagai macam khasiat. Temulawak tidak hanya dapat digunakan sebagai ramuan tradisional yang umum disebut jamu, tetapi juga dapat dikembangkan menjadi produk yang bermanfaat di bidang industri. Sehingga tingkat permintaan semakin lama semakin meningkat. Namun, upaya pemenuhan kuantitas bahan baku untuk produksi obat herbal ini ternyata masih mengalami hambatan terutama dalam pengadaannya. Untuk itu, teknik kultur jaringan bisa diaplikasikan untuk membantu dalam pengadaan bibit temulawak yang berkualitas, dengan waktu yang relatif singkat serta bermanfaat juga untuk pelestarian plasma nutfah temulawak. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi NAA dan 2-iP yang efektif serta pengaruhnya dalam perbanyakan dan pertumbuhan temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) secara in vitro. Pada penelitian ini, tunas temulawak yang telah steril ditanam pada media prekondisi selama 2 minggu. Setelah itu baru ditanam pada media perlakuan dengan Faktor perlakuan pertama adalah NAA dengan 4 taraf, yaitu 0 mg/l (N0), 0,5 mg/l (N1), 1 mg/l (N2), 1,5 mg/l (N3). Faktor perlakuan kedua adalah 2-iP dengan 4 taraf , yaitu 0 mg/l (I0), 1 mg/l (I1), 2 mg/l (I2), 3 mg/l (I3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbanyakan temulawak secara in vitro dapat dipengaruhi oleh faktor tunggal NAA atau 2-iP. Untuk peubah jumlah tunas, perlakuan tanpa NAA (kontrol) menghasilkan jumlah tunas yang terbaik yaitu 3.3±0.6. Sementara penambahan 2-iP 2 mg/l menghasilkan jumlah tunas tertinggi yaitu 3.7±0.6. Untuk peubah jumlah akar konsentrasi NAA 1.0 m/l menghasilkan nilai rata-rata tertinggi yaitu 19.3±0.6. Pemberian 2-iP 2 mg/l menghasilkan rata-rata tertinggi untuk peubah jumlah akar yaitu 14.3±1.5. Berdasarkan hasil tersebut, disimpulkan bahwa konsentrasi optimal untuk regenerasi temulawak secara in vitro adalah perlakuan 2-iP 2 mg/l.

Page 27: Kumpulan Abstak d4 Kj

LISA FERDINANDA

ABSTRAK

Tanaman kunyit ( Kurkuma domestica Val ) merupaakan salah satu jenis tanaman obat ( biofarmaka ) yang berasal dari Indonesia. Kunyit atau didaerah sunda disebut koneng adalah tanaman herbal yang mempunyai banyak mamfaat untuk mengobati berbagai macam penyakit. Adapun Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil yang optimal untuk berbagai interaksi zat pengatur tumbuh IBA dan BAP pada multiplikasi tunas kunyit (Curcuma domestica Var) secara in vitro. Upaya yang dapat dilakukan untuk membantu penyediaan rimpang kunyit dalam jumlah banyak dan seragam untuk penanaman skala besar, sebagai upaya menjamin kualitasnya adalah melalui teknik kultur jaringan. Melalui teknik kultur jaringan ini dapat ditemukan jenis dan kombinasi zat pengatur tumbuh terbaik untuk multiplikasi tanaman kunyit.

Penelitian ini dilakukan untuk Mengetahui kombinasi terbaik zat pengatur tumbuh antara BAP dan IBA pada multiplikasi eksplan kunyit untuk menginduksi tunas dan induksi perakaran sehingga terbentuk rimpang hasil kultur jaringan yang baik.

Hasil penelitian dari nayak (2000) pada curcuma domestica menyimpulkan bahwa BA pada kosentrasi 5 mg/I merupakan kosentrasi BAP diduga kuat juga dapat meningkatkan jumlah akar pada eksplan kunyit.

Hampir semua tanaman dalam kultur in-vitro memerlukan penambahan auksin pada media kultur tetapi beberapa tanaman tidak memerllukan penammbahan auksin eksogen hal ini didukkung oleh Hartman et al (1990) yang menyatakan walaupun banyak penelitian yang telah membuktikan bahwa auksin dapat menghambat pembentukan akar. Pertambahan jumlah akar kunyit hannya dipengaruhi oleh faktor tunggal BAP. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan di ketahui bahwa interaksi antara IBA dan BAP serta factor tunggal IBA tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertambahan jumlah akar eksplan kunyit. Pertambahan jullah akar yang paling baik terdapat pada media B0I2 dan B2I1.

Page 28: Kumpulan Abstak d4 Kj

MARIA ULFA

ABSTRAKPengaruh BAP dan IBA terhadap mltiplikasi nodus kotiledon melon (Cucumis melo L.) secara in vitro.

Melon (Cucumis melo L.) merupakan jenis buah segar yang banyak di konsumsi oleh masyarakat Indonesia. Selain dikonsumsi sebagai buah segar, melon juga dapat digunakan sebagai salah satu bahan untuk terapi kesehatan. Upaya yang dapat dilakukan untuk membantu penyediaan bibit melon dalam jumlah banyak dan seragam untuk penanaman skala luas tanpa meninggalkan upaya menjamin kualitasnya adalah melalui teknik kultur jaringan. Melalui teknik kultur jaringan ini dapat ditemukan jenis dan kombinasi zat pengatur tumbuh terbaik untuk multiplikasi nodus kotiledon tanaman melon varietas Sky Sweet.

Penelitian ini dilakukan untuk Mengetahui kombinasi terbaik zat pengatur tumbuh antara BAP dan IBA pada multiplikasi nodus kotiledon melon untuk menginduksi tunas dan induksi perakaran sehingga terbentuk eksplan/bibit hasil kultur jaringan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh tunggal BAP nyata terhadap jumlah tunas pada 4 – 8 MST. Peningkatan konsentrasi BAP juga meningkatkan jumlah tunas. Pengaruh tunggal IBA tidak dapat membantu proses induksi tunas pada semua kombinasi. Peningkatan konsentrasi IBA juga tidak memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tunas. Interaksi antara BAP dan IBA memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah tunas. Pengaruh tunggal BAP nyata terhadap jumlah akar mulai dari 2 – 8 MST. Pengaruh tunggal IBA nyata terhadap jumlah akar pada 2 – 8 MST. Interaksi antara BAP dan IBA memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah akar. Tetapi pertumbuhan akar dengan tanpa penambahan BAP dan IBA semakin baik. Berdasarkan hasil penelitian kultur melon (Cucumis melo L.), penggunaan BAP tunggal memberikan hasil yang baik pada inisiasi tunas namun tidak memberikan hasil yang baik pada induksi akar.

Page 29: Kumpulan Abstak d4 Kj

RAHMI

ABSTRAK

Dalam upaya meningkatkan produksi kedelai untuk memenuhi kebutuhan pasar, pemerintah melakukan berbagai usaha baik perbanyakan secara generatif maupun vegetatif. Perbanyakan tanaman secara vegetatif dapat dilakukan dengan teknik kultur jaringan, diantaranya menggunakan perbanyakan kultur embrio. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ZPT IBA dan BAP terhadap pertumbuhan epikotil kedelai dan untuk mengetahui interaksi yang terjadi antara IBA dan BAP terhadap multiplikasi tunas dan induksi akar. Pada penelitian ini epikotil kedelai yang sudah dikecambahkan di media kapas steril dipindahkan ke media perlakuan yang mengandung ZPT IBA dan BAP dengan konsentrasi yang berbeda yaitu, IBA (0, 2, 3, 4) ppm dan BAP (0, 0.1, 0.2) ppm, dan juga gabungan konsentrasi keduanya. Metode penelitian yang digunakan adalah faktorial yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor. Pengamatan dilakukan sekali dalam seminggu dimulai dari minggu keempat setelah tanam pada media perlakuan. Pengamatan ini dilakukan sampai dengan minggu ke 10. Parameter yang diamati adalah : jumlah akar dan jumlah tunas. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh tunggal IBA tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas, sedangkan berpengaruh nyata terhadap jumlah akar pada 8 – 10 MSP. Pengaruh tunggal BAP tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas, sedangkan berpengaruh nyata terhadap jumlah akar pada 8 MSP dan tidak berpengaruh nyata pada 4 – 6 MSP dan 10 MSP. Interaksi BAP dan IBA tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas pada 4 – 8 MSP dan berpengaruh nyata pada 10 MSP, sedangkan terhadap jumlah akar berpengaruh nyata. Multiplikasi tunas kedelai terjadi pada kombinasi zat pengatur tumbuh 0.2 BAP + 3 IBA ppm. Kombinasi media MS0 tanpa zat pengatur tumbuh baik untuk inisiasi kedelai. Perakaran planlet kedelai dapat dilakukan pada media dengan kombinasi 0 BAP + 3 IBA ppm atau 0 BAP + 4 IBA dan kombinasi MS0

Kata kunci : Kedelai, Indol Butyric Acid (IBA), Benzyl Aminopurine (BAP), Inisiasi, Multiplikasi,

Page 30: Kumpulan Abstak d4 Kj

ROSMALINDA

ABSTRAK

Pengaruh BAP dan Ekstrak Pisang pada Multiplikasi Pisang Cavendish (Musa Paradisiaca L.) secara In Vitro

Kesadaran akan hidup sehat mendorong kebutuhan konsumen terhadap komoditi pisang terus meningkat. Sehingga harus diikuti oleh suatu upaya peningkatan produksi yang tetap mempertahankan kualitas. Teknik kultur jaringan dapat menghasilkan bibit pisang yang sehat dan seragam dalam jumlah besar serta dalam kurun waktu yang relatif singkat dan tidak tergantung iklim, sehingga ketersediaan bibit terjamin. Proses penyediaan bahan kimia yang tidak mudah dan mahalnya bahan kimia sebagai bahan dasar dalam pembuatan media, menyebabkan perlu dilakukan penelitian untuk mendapatkan bahan media alternatif yang lebih murah dan mudah dibuat, salah satunya ekstrak buah pisang. Eksplan yang digunakan pada penelitian ini adalah pisang cavendish hasil aklimatisasi SEAMEO-BIOTROP, Bogor. Tujuan penelitian ini adalah optimasi zat pengatur tumbuh untuk multiplikasi cavendish dan mengetahui pengaruh ekstrak pisang terhadap laju multiplikasi cavendish. Diduga multiplikasi cavendish ditentukan oleh konsentrasi BAP yang ditambahkan dan ekstrak pisang dapat meningkatkan laju multiplikasi cavendish. Percobaan ini dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari dua faktor. Faktor pertama adalah pemberian BAP dengan tiga taraf yaitu 0, 5, 10 mg/l dan faktor kedua adalah pemberian ekstrak pisang dengan lima taraf konsentrasi yaitu 0, 12.5, 25, 37.5, 50 g/l . Pengamatan dilakukan selama 8 minggu terhadap jumlah tunas dan jumlah akar pada setiap kombinasi perlakuan.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa jumlah tunas tertinggi diperoleh dari kombinasi tunggal BAP, yaitu 10.0 mg/l yang menghasilkan 7.5±0.7, sedangkan rata-rata jumlah akar yang dihasilkan terbanyak adalah 5.5±2.1 pada kombinasi 25.0 g/l ekstrak pisang dengan 5.0 mg/l BAP. Perlakuan tersebut mengalami peningkatan jumlah akar yang cukup signifikan sejak 2 MST dan terus bertambah sampai akhir pengamatan. Berdasarkan hasil penelitian, kombinasi BAP dan ekstrak pisang tidak mengahasilkan jumlah tunas yang banyak dibandingkan dengan kombinasi tunggal BAP, yaitu hanya 4.0±0.0. Sedangkan pada pertumbuhan jumlah akar, yang terbaik adalah kombinasi antara BAP (5.0 mg/l) dan ekstrak pisang (25.0 g/l) yaitu 5.5±2.1.

Page 31: Kumpulan Abstak d4 Kj

SALDIANTO

ABSTRAK

Pengaruh IAA dan BAP terhadap multiplikasi tunas kunyit (Curcuma

domestica Val) secara in vitro.

Kunyit (Curcuma domestica Val) merupakan tanaman obat yang bersifat tahunan (perennial) yang tersebar di daerah tropis. Kunyit merupakan tanaman asli India, tetapi sudah menyebar luas di banyak Negara, terutama dikawasan tropis. Di Indonesia, umumnya tanaman kunyit tumbuh dan berproduksi dengan baik. Daerah dataran rendah sampai dataran tinggi dengan ketinggian hingga 2000 mdpl cocok untuk menanam kunyit.

Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui pengaruh interaksi Zat Pengatur Tumbuh IAA dan BAP pada multiplikasi tunas kunyit (Curcuma domestica var) secara in vitro. Sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat konsumen bibit bebas pathogen dalam jumlah banyak. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium VEDCA Cianjur – Jawa Barat mulai dari bulan Maret sampai Agustus 2009.

Bahan penelitian yang digunakan berasal dari pasar tradisional Cianjur, rimpang kunyit dibersihkan dari kotoran berupa tanah yang menempel pada rimpang kemudian disemai dengan media arang sekam dan karung goni basah kemudian disimpan diruangan yang gelap. Metode penelitian yang dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap factorial dengan 2 faktor yaitu IAA dan BAP dengan4 taraf masing – masing konsentrasi yang digunakan yaitu IAA 0.05, 0.10, 0.15 mg/l dan BAP 0.10, 0.20,0.30 mg/l . Data dianalisis dengan menggunakan uji F taraf 5%. Apabila berbeda nyata maka akan diuji lanjut DMRT.

Hasil pengamatan yang diperoleh secara umum kondisi tanaman selama berlangsungnya penelitian cukup baik. pengaruh factor tunggal BAP terhadap rata-rata jumlah tunas pada 10 MST memberikan pengaruh yang nyata. Meskipun apabila dibandingkan dengan control, pertumbuhan dan multiplikasi tunas jauh lebih baik dari media yang telah diberikan BAP. Semantara pada factor tunggal IAA pada tunas eksplan memberikan pengaruh yang nyata. Faktor tunggal BAP pada akar tidak memberikan beda yang nyata sedangkan pada IAA juga tidak memberikan pengaruh yang nyata akan tetapi pemberian IAA dengan konsentrasi 0,05ppm memberikan perakan yang jauh lebih baik dari pada kontrol. Dan pada interaksi antara IAA dan BAP tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tunas dan akar pada tanaman kunyit yakni kombinasi Bap 0,1 ppm dan IAA 0,05 ppm akan tetapi perkembangan multiplikasi yang terbaik pada kombinasi 0,05 ppm IAA dan 0 ppm BAP. Berdasarkan hasil penelitian, penggunaan zpt IAA dan BAP secara bersamaan pada kultur kunyit (Curcuma domestica. Val ) memberikan hasil yang kurang menguntungkan pada pertumbuhan tunas sementara pada pertumbuhan akar lebih baik dari kontrol.

Penambahan konsentrasi IAA kedalam media lebih dari 0,05 ppm tidak memberikan pengaruh yang positif, hal ini dapat terlihat dari perakaran pada media dengan konsentrasi IAA 0,10 ppm dan 0,15 ppm tidak lebih baik dari perakaran pada media dengan konsentrasi IAA 0,05 ppm.

Dari berbagai kombinasi IAA dan BAP yang dugunakan dalam penelitian, multiplikasi yang paling baik terlihat pada kombinasi A0B1 yaitu BAP 0 ppm dan 0,05 ppm IAA. Dengan demikian dalam perbanyakan tanaman kunyit secara kultur jaringan tidak membutuhkan Sitikonin karena diduga kunyit sudah mengandung sitokinin organik sehingga pemberian sitokinin yang berlebihan justru menghambat perkembangan tunas kunyit.

Page 32: Kumpulan Abstak d4 Kj

ULFAH RAINI

ABSTRAK

Pengaruh IBA dan BAP terhadap multiplikasi tunas kunyit (Curcuma

domestica Val) secara in vitro.

Kunyit (Curcuma domestica Val) merupakan tanaman obat yang bersifat tahunan (perennial) yang tersebar di daerah tropis. Tanaman kunyit tumbuh subur dan liar di sekitar hutan atau bekas kebun. Tanaman kunyit tumbuh berkelompok membentuk rumpun, batangnya merupakan batang semu yang tersusun dari pelepah daun.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh interaksi zat pengatur tumbuh IBA dan BAP terhadap multiplikasi tunas kunyit ( Curcuma domestica Val) secara in vitro, sehingga mendapatkan bibit kunyit yang bebas penyakit dan bakteri serta bermutu tinggi. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium VEDCA – Cianjur – Jawa Barat pada bulan Maret sampai Agustus 2009.

Bahan dasar penelitian yang digunakan berasal dari kunyit yang dibeli di Cianjur yang telah dibersihkan dari kotoran yang berada dipermukaan rimpang kemudian disemai di arang sekam dan goni basah yang disimpan di ruangan yang gelap. Metode penelitian yang dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap factorial dengan 2 faktor yaitu IBA dan BAP dengan masing – masing konsentrasi yang digunakan yaitu IBA 0.25, 0.50, 0.75 dan BAP 0.10, 0.20,0.30 mg/l . Data dianalisis dengan menggunakan uji F taraf 5%. Apabila berbeda nyata maka akan diuji lanjut DMRT.

Hasil pengamatan yang diperoleh secara umum kondisi tanaman selama berlangsungnya penelitian cukup baik. Pemberian factor BAP tunggal pada tunas dengan konsentrasi 0.10 – 0.30 ppm tidak menghasilkan jumlah yang berbeda nyata pada umur 1 -10 MST. Apabila dibandingkan dengan control maka pemberian BAP tidak memberikan beda nyata karena pertumbuhan planlet pada media control menghasilkan lebih baik dari pada media yang diberikan zpt BAP. Semantara pada factor tunggal IBA pada tunas eksplan memberikan pengaruh yang nyata. Faktor tunggal BAP pada akar tidak memberikan beda yang nyata sedangkan pada IBA memberikan pengaruh yang nyata. Dan pada interaksi antara IBA dan BAP tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tunas dan akar pada tanaman kunyit. Berdasarkan hasil penelitian, penggunaan zpt IBA dan BAP secara bersamaan pada kultur kunyit (Curcuma domestica. Val ) memberikan hasil yang baik pada pertumbuhan tunas dan pada pertumbuhan akar lebih baik.

Page 33: Kumpulan Abstak d4 Kj

ZULKARNAINIABSTRAK

Perbanyakan Lidah Buaya (Aloe Vera) Secara In Vitro Pada Beberapa

Konsentrasi Bap Dan Iaa

Regenerasi Aloe Vera secara alami sangat lambat sehingga perlu dilakukan penelitian untuk memperbanyakan tanaman ini secara cepat dalam jumlah banyak yaitu melalui metode kultur jaringan. Eksplan yang digunakan berupa tunas apikal yang diambil dari perkebunan Vedca Cianjur. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan konsentrasi BAP dan IAA yang optimal pada multiplikasi tunas lidah buaya melalui metoda kultur jaringan. Diduga Terdapat konsentrasi BAP dan IAA yang terbaik untuk multiplikasi tunas lidah buaya secara teknik kultur jaringan. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) 2 faktor. Faktor pertama adalah taraf konsentrasi BAP yaitu 0, 0,5, 1 dan 1,5 mg/l dan faktor kedua adalah taraf konsentrasi IAA yaitu 0, 0,5, 1 dan 1,5 mg/l. Dengan demikian Terdapat 16 kombinasi perlakuan yang diulang 3 kali, sehinga terdapat 48 satuan percobaan. Pengamatan dilakukan selama 8 minggu terhadap jumlah tunas dan jumlah akar pada setiap kombinasi perlakuan.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan BAP tidak memberikan pengaruh yang nyata pada peubah jumlah tunas. Rata-rata jumlah tunas antara setiap perlakuan BAP berkisar antara 1-3 tunas per eksplan. Pemberian BAP pada eksplan dapat menghasilkan jumlah tunas yang tinggi dibandingkan dengan eksplan yang tidak diberikan BAP. Perlakuan tunggal BAP 0.5 mg/l menghasilkan jumlah tunas terbanyak, yaitu 3.0±3.46. Perlakuan IAA 0.5 mg/l memberikan jumlah akar terbanyak pada 8 MST yaitu 8.0±5.29. Perlakuan tersebut mengalami peningkatan jumlah akar yang cukup signifikan sejak 2 MST dan terus bertambah sampai akhir pengamatan. Pertumbuhan yang terus meningkat ini menunjukkan bahwa jumlah tunas dan jumlah akar terbanyak diperoleh pada 8 MST, sehingga eksplan dapat diaklimatisasi pada 8 MST. Sehingga dapat disimpulkan Pemberian IAA 0.5 mg/l akan meningkatkan jumlah akar tetapi cenderung menurunkan jumlah tunas dan Jumlah tunas tertinggi untuk multiplikasi lidah buaya diperoleh dari pemberiaan BAP 0,5 mg/l.

Page 34: Kumpulan Abstak d4 Kj

ERNA MARTINA

Abstrak

Jarak Pagar (Jatropha curcas L) merupakan salah satu tanaman yang menurut penelitian dapat menjadi alternatif bahan bakar terutama sebagai biodisel. Penelitian ini antara lain bertujuan untuk mengetahui pengaruh zat pengatur tumbuh (ZPT), asam naftalin asetat (NAA) dan 6-benzilaminopurin (BAP), terhadap pertumbuhan embrio tanaman jarak pagar (Jarak Pagar L).Pada penelitian ini embrio tanaman jarak pagar yang telah dikondisikan pada media MS0 selama 7 hari di transfer dan diberi perlakuan dengan penambahan ZPT BAP dan NAA pada 4 tingkat konsentrasi. Pengamatan dilakukan setelah embrio berumur 7 HST sampai berumur 35 HST dengan parameter pengamatan meliputi jumlah cabang, jumlah daun, jumlah buku dan jumlah akar. Hasil penelitian menujukan bahwa pada konsentrasi BAP 3 ppm dan NAA 0,1 ppm pertumbuhan embrio sangat bagus ditunjukan dengan jumlah cabang, daun, akar dan buku yang optimal. Hal ini sesuai berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh mahasiswa D3 Kultur Jaringan VEDCA Cianjur pada tahun 2003.

Kata kunci : Jathropa curcas, BAP, NAA

Page 35: Kumpulan Abstak d4 Kj

AYU SULISTYOWATIABSTRAK

Optimasi BAP dan IBA pada multiplikasi tunas tanaman jarak pagarKata kunci : BAP, IBA, nodus kotyledon, mikropropagasi, multiplikasi pucuk

Perbanyakan Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) secara vegetatif membantu pengadaan bibit dalam jumlah banyak dan waktu relatif singkat dapat dilakukan melalui multiplikasi pucuk secara in vitro. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kombinasi optimal yang dapat merangang multiplikasi pucuk jarak Pagar (Jatropha curcas L.). prosedur penelitian ada dua tahapan, tahapan yang pertama adalah penanaman emrio biji Jarak Pagar ke dalam media MS tanpa agar. Setelah 2 minggu, nodus kotyledon dipindahkan ke kombinasi media (MS dengan ZPT). Eksplan yang digunakan adalah nodus cotyledon dari embrio aseptic biji jarak Pagar (Jatropha curcas L.) yang disterilkan dengan alcohol 70% kemudian dilanjutkan dengan bayclean 20% dan 30 %. Eksplan steril ditanam pada medium padat Murashige-Skoog (MS) dengan penambahan berbagai konsentrasi IBA (Indol buteric Acid) dan BAP (6-Benzylaminopurine). Multiplikasi pucuk terbaik diperoleh pada penambahan 0,50 ppm BAP yang menghasilkan 5,00 0,67 pucuk dalam waktu 8 minggu . Pada interaksi antara 0,5 ppm BAP + 0,75 ppm IBA berbeda nyata dengan hasil 4,67±0,58. Akan tetapi jumlah tesebut lebih kecil dibandingkan dengan pengaruh BAP tunggal. Multiplikasi tunas aksilar optimum didapatkan dari pengaruh BAP tunggal.

Zat pengatur tumbuh yang dapat merangsang perakaran adalah IBA dengan konsentrasi 0,15 ppm yang menghasilkan 7,33±0,58. Untuk pembentukan akar, interaksi antara BAP dan IBA tidak berpengaruh. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa BAP dan IBA memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada multiplikasi pucuk aksilar.