sir kum sisi
Post on 28-Nov-2015
56 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sunat /sirkumsisi telah dilakukan sejak zaman prasejarah, diamati dari gambar-
gambar di gua yang berasal dari Zaman Batu dan makam Mesir purba. Alasan
tindakan ini masih belum jelas pada masa itu tetapi teori-teori memperkirakan
bahwa tindakan ini merupakan bagian dari ritual pengorbanan atau persembahan,
tanda penyerahan pada Yang Maha Kuasa, langkah menuju kedewasaan, tanda
kekalahan atau perbudakan, atau upaya untuk mengubah estetika atau seksualitas.
Sunat pada laki-laki diwajibkan pada agama Islam dan Yahudi.Praktik ini juga
terdapat di kalangan mayoritas penduduk Korea Selatan, Amerika, dan Filipina.
Menurut literatur AMA tahun 1999, orang tua di AS memilih untuk melakukan
sunat pada anaknya terutama disebabkan alasan sosial atau budaya dibandingkan
karena alasan kesehatan. Akan tetapi, survey tahun 2001 menunjukkan bahwa
23,5% orang tua melakukannya dengan alasan kesehatan.Beberapa para ahli
mengatakan sunat bermanfaat bagi kesehatan namun hal ini hanya berlaku jika
pasien terbukti secara klinis mengidap penyakit yang berhubungan dengan kelamin.
Kata sirkumsisi berasal dari bahasa Latin circum berarti “sekeliling” dan
caedere(berarti “memotong”. Sirkumsisi (circumcision) adalah tindakan memotong
atau menghilangkan sebagian atau seluruh kulit penutup depan dari penis. Frenulum
dari penis dapat juga dipotong secara bersamaan dalam prosedur yang dinamakan
frenektomi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian sirkumsisi?
2. Apamacam metode yang digunakan pada sirkumsisi?
3. Apa manifestais klinik dari sirkumsisi?
4. Apa etiologi dari sirkumsisi?
5. Bagaimana patofisiologi dari sirkumsisi?
1
6. Bagaimana penatalaksanaansirkumsisi mulai dari fase sign in, time out dan sign
out?
7. Apa saja pemeriksaan diagnostic dari sirkumsisi?
8. Bagaimana prosedur tindakan sirkumsisi?
1.3 Tujauan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dalam pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui konsep teori sirkumsisi
2. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada klien dengan
sirkumsisi
1.3.2 Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui pengertian sirkumsisi.
2. Untuk mengetahui macam-macam metode pada sirkumsisi.
3. Untuk mengetahui manifestasi klinik dari sirkumsisi.
4. Untuk mengetahui etiologi dari sirkumsisi.
5. Untuk mengetahui patofisiologi dari sirkumsisi.
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan sirkumsisi mulai dari fase sign in,
time out dan sign out.
7. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic dari sirkumsisi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sirkumsisi
Kulit kulup (prepusium) adalah lapisan luar/lipatan kulit yang menyelubungi
glans penis.Prepusium menempel pada glans penis di sisi ventral frenulum.Sebuah
pembuluh darah kecil membentang di frenulum. Selama perkembangan
intrauteri,epitelium prepusium dalam memulai memisah dari epitelium glans.
Kendatiretraksi prepusium minimal saat lahir, pemisahan fisiologis normal ini
berlanjut hingga sepanjang masa kanak-kanak.Muara puncak prepusium adalah
cincin prepusium.
Korona adalah bagian atas glans.Sulkus korona adalah batas antara glans &
badan penis.Eksisi prepusium yang tepat adalah sejajar sulkus korona.Muara
(meatus) uretra dalam kondisi normal terletak pada puncak tengah glans. Apabila
meatus uretra berada pada bidang vertical/dorsal, kondisi ini disebut hipospadia &
sirkumsisi tidakboleh dilakukan
Kata sirkumsisi berasal dari bahasa Latin circum berarti “sekeliling” dan
caedere(berarti “memotong”.Sirkumsisi (circumcision) adalah tindakan memotong
atau menghilangkan sebagian atau seluruh kulit penutup depan dari penis. Frenulum
dari penis dapat juga dipotong secara bersamaan dalam prosedur yang dinamakan
frenektomi.
3
Sirkumsisi adalah memotong kulit luar (preputium / prepuce / foreskin / kulup)
pada penis yang melingkupi kepala penis (glans penis).
Sirkumsisi adalah prosedur kedaruratan dimana prepusium (foreskin) dari penis
dipisahkan dari glans dan porsio dieksisi.
2.2 Metode sirkumsisi
a) Metode klasik/dorsumsisi/cara kuno
4
Metode ini sebenarnya sudah lama ditinggalkan, namun prakteknya
masih dapat dilihat di sekitar pedesaan.Alat yang umumnya digunakan dalam
metode ini adalah bambu yang telah ditajamkan, skalpel atau pisau bedah,
dan silet. Peralatan yang akan dipakai ini sebelumnya disterilkan dengan
alkohol tepat sebelum penggunaan.Namun cara ini mengandung risiko
terjadinya perdarahan dan infeksi, bila tidak dilakukan dengan steril.
b) Metode lonceng atau ikat
5
Di sini, tidak dilakukan pemotongan kulup.Ujung penis hanya diikat erat
sehingga bentuknya mirip lonceng. Setelah itu, jaringan akan mati dan
terlepas dengan sendirinya dari jaringan sehat. Hanya saja metode ini waktu
yang cukup lama, sekitar dua minggu. Alatnya diproduksi di beberapa negara
Eropa, Amerika, dan Asia dengan nama Circumcision Cord Device.
c) Clamp atau klamp
Metode ini memiliki banyak merek dagang terdaftar, namun, pada
prinsipnya adalah kulit yang akan dihilangkan dijepit kemudian dipotong saat
itu juga. Secara sekilas, proses penjepitan terlihat seperti metode lonceng,
namun, sangat berbeda di tahap selanjutnya, yaitu pemotongan.
Pada metode ini, penjepitan hanya dilakukan sebentar saja selama
operasi berlangsung dan segera dilepas lalu penjepit kemudian langsung
dibuang (sekali pakai) sehingga tidak terjadi nekrosis.Merek dagang yang
umumnya dipromosikan adalah: Gomco. Ismail Clamp, Q-Tan, Sunathrone
Clamp, Ali’s Clamp, Tara Clamp, Smart Clamp.Di Indonesia, 2 metode yang
terkenal adalah Tara Clamp dan Smart Clamp.
d) Tara clamp
6
Ditemukan dan dipatenkan oleh seorang professor, dr. Tara Gurcharan
Singh pada awal tahun 1990, alat ini hampir seluruhnya terbuat dari plastik
dan digunakan hanya sekali saja.
Pada metode ini, kulit yang akan dihilangkan dilebarkan, kemudian
ditahan dengan Tara Clamp itu sendiri. Setelah 3-5 menit, kulit akan terlepas
dengan sendirinya dikarenakan tekanan.Walaupun metode ini menggunakan
tekanan, nyatanya metode ini tidak menimbulkan rasa sakit, tanpa
pendarahan, tanpa jahitan, dan bisa langsung melakukan aktivitas yang relatif
ringan.
e) Electrocutery
Metode ini menggunakan tekhnik yang berbeda sekali dengan metode
yang lainnya, dimana umumnya menggunakan pemotongan dengan pisau
bedah atau alat lain, sementara metode ini menggunakan panas yang tinggi
tetapi dalam waktu yang sangat singkat.
Metode ini memiliki kelebihan dalam hal mengatur pendarahan, dimana
umum terjadi pada anak berumur dibawah 8 tahun, yang dimana memiliki
pembuluh darah yang kecil dan halus.
f) Flash Cutter
7
Metode ini merupakan pengembangan secara tidak langsung dari metode
electrocautery yang dimana perbedaannya adalah menggunakan sebilah
logam yang sangat tipis dan diregangkan sehingga terlihat seperti benang
logam.Logam tersebut kemudian dipanaskan sedikit menggunakan
battery.Hal ini dimaksudkan untuk membunuh bakteri yang kemungkinan
masih ada, dan juga untuk mempercepat pemotongan. Karena alat ini
menggunakan battery, alat ini cenderung lebih mudah dibawa sehingga
beberapa dokter yang memiliki alat ini bisa melakukan proses sirkumsisi
dirumah pasien sampai selesai.
g) Laser Carbon Dioxide
Metode
inilah yang menggunakan murni laser selama proses sirkumsisi.Metode ini
adalah metode tercepat selain menggunakan metode klasik karena didukung
oleh
tekhnologi medis yang telah maju.
2.3 Manifestasi Klinik
8
Cemas
gelisah
Sulit tidur
Kesulitan berkemih
Nyeri
2.4 Etiologi
Agama
Social
Medis:
- Fimosis
Keadaan di mana kulit penis (preputium) melekat pada bagian kepala
penis (glans) dan mengakibatkan tersumbatnya lubang saluran air seni,
sehingga bayi dan anak jadi kesulitan dan kesakitan saat kencing.
- Parafimosisi (prepusium tidak dapat ditarik ke depan)
2.5 Patofisiologi
Menurut agama islam khitan merupakan kewajiban bagi muslim laki-laki yang
akan menuju keremaja/dewasa. Sedangkan pada fimosisi yaitu kulit penis melekat
pada bagian kepala penis sehingga mengakibatkan tersumbatnya lubang saluran air
kencing sehingga penderita tidak dapat berkemih/kesakitan saat akan berkemih dan
parafimosis sendiri yaitu kulup tertarik ke belakang glans penis sehingga tidak
dapat dikembalikan ke posisi yang normal karena ada lingkaran prepusial yang
ketat sehingga kedua kelainan ini harus dilakukan tindakan sirkumsisi. Sedangkan
sirkumsisi sendiri yaitu prosedur kedaruratan dimana prepusium (foreskin) dari
penis dipisahkan dari glans dan porsio dieksisi.
2.6 Pathway
9
Fimosisi Parafimosis
Kewajiban bagi umat muslim laki-laki
Agama
prepusium menjepit koronaria
glans/sepertiga glans distal
Prepusium berkerudung dan
menyempit
Menjepit glans penis & menutup meatus
Penutupan prepusium tdk sempurna
10
Pembedahan/insisi pada prepusium
Personal hygiene kurang
Kurang pengetahuan proses sirkumsisi
Ansietas
sirkumsisi
Menjepit glans penis & menutup meatus
Penutupan prepusium tdk sempurna
Kulit prepusium tidak dapat diretraksi ke depan
Diskontinuitas jaringan
Nyeri
Ketakutan saat akan berkemih
Respon menahan keinginan berkemih
Penumpukan urine pd VU
kelemahan
Intoleransi aktivitas
Post deentri kuman (patogen)
Resti infeksi
Apabila terjadi Perdarahan masif
Resti kekurangan
volume cairan
2.7 Pemeriksaan diagnostic
1. Pemeriksaaan darah lengkap An. M
- Hemoglobin : 13,0 g/dl N : 12,8 – 16,8 g/dl
- Leukosit : 6,87 ribu/ul N : 4,50 – 13,00 ribu/ul
- Trombosit : 378 ribu/ul N : 156 – 408 ribu/ul
- Hematokrit : 40 % N : 40 – 52 %
2. Pemeriksaan pembekuan darah An. M
- Masa Perdarahan : 200 menit N : 100 – 300 menit
- Masa Pembekuan : 400 menit N : 400 – 600 menit
BAB III
PENATALAKSANAAN SIRKUMSISI
3.1 Penatalaksanaan sirkumsisi mulai dari fase sign in, time out dan sign out.
Pasien atas Nama : An. M
Umur : 13 Th
Tempat / Tgl Lahir : Jakarta, 23-02-2000
Alamat :Taruna No 1, Rt 12/07, Kel : Kemayoran, Kec :
Kemayoran. Jakarta Pusat.
No. RM : 818959
Diagnosa : Pro Sirkumsisi
11
Haluaran urine
Gangguan eliminasi Urine (retensi Urine)
Dokter : Winoto Sp.B
A) Fase sign in yang meliputi :
a) melakukan konfirmasi/verifikasi secara verbal kepada An. M yang meliputi:
identitas (nama lengkap, tanggal lahir dan cek gelang pasien)
nama operasi
Lokasi operasi
Informed consent
Nama operator
b) Menandai daerah operasi
ya
tidak
c) Apakah mesin anastesi dan medikasi sudah dichek
ya
d) mengkonfirmasi apakah pasien memiliki
alergi yang diketahui
ya, jenis
tidak
Riwayat asma
ya, terakhir sembuh
tidak
e) mengobservasi apakah ada kesulitan jalan nafas atau risiko aspirasi lainnya
tidak
ya, dan tersedia alat bantu
f) mengobservasi adanya resiko perdarahan <500ml (7ml/kgBB anak-anak)
tidak
ya, dan sudah terpasang central access untuk pemberian therapy
12
2.8 Prosedur sirkumsis
Persiapan alat dan bahan:
1. Minor surgery set steril ( set sirkumsisi ) yang terdiri dari :
a). Towel clem 5 buah
b). Kom kecil 2 buah
c). Muskuito bengkok 6 buah
d). Muskuito lurus 6 buah
e). Alis clem 2 buah
f). Scaple 2 buah
g). Gunting benang 1 buah
h). Gunting jaringan 2 buah
i). Retraktor bergigi 3, 3 buah.
j). Sponge holding forcep 1 buah.
2. Benang Vicril “Rapied” 3.0
3. Betadine
4. Marcain 0,5 %. (20 ml )
5. Nidle 1 cc.
6. Spuit 3 cc 1 buah
7. Duk berlubang kecil streril
8. Kain kasa steril 10 buah.
9. Sarung tangan steril
10. Daryani-Tulle 1 buah.
Persiapan pasien dan lingkungan:
a) Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan
b) Mengatur posisi klien senyaman mungkin
c) Memasang perlak dan pengalas
Pelaksanaan:
1. Mencuci tangan
2. Memakai sarung tangan steril
3. Membersihkan genetalia eksterna dengan Nacl 0,9 % dan desinfeksi dengan
betadine.
13
4. Melakukan drapping dengan duk berlubang kecuali genetalia.
5. Melakukan anastesi local pada pangkal penis dan mukosa sulkus koronarius
sekeliling menggunakan marcain 0,5 % kira- kira 2 cc dan kemudian tunggu
dan tes penis dengan menggunakan pinset apakah anastesi sudah berfungsi
atau belum.
6. Mendorong prepusium ke belakang dengan lembut menggunakan muskuito
lurus untuk mengidentifikasi muara meatus urinarius dan perkirakan berapa
banyak prepusium yang akan diangkat sekitar dua pertiga prepusium harus
diangkatdan di klem prepusium pada jam 11,1 dan 6 di tarik ke distal.
7. Memegang prepusium dan dengan menggunakan alat probe tumpul kecil dan
memisahkan perlengketan prepusium dengan glans penis secara hati-hati.
8. Preputium diinsisi pada jam 12 diantara jepitan klem dengan menggunakan
gunting jaringa kearah sulcus coronarius dan sisakan mukosa kulit
secukupnya dari distal sulcus.
14
9. Kemudian melakukan potongan melingkar yang merata dengan panjang
sesuai dengan panjang potongan kulit luar pertama yang telah difiksir tadi.
kontrol perdarahan.
10. Setelah semua kulit luar lepas, klem ujung dari kulit luar yang dipotong tadi di keliling batang penis untuk melapangkan area jahitan sekaligus menandai tempat yang akan dijahit.
11. Kemudian kulit dan mukosa di jahit satu persatu atau jelujur dengan
menggunakan benang Vicril “Rapied” 3.0
15
11. Balut denganDaryani-Tulledengan longgar mengelilingi glans dan pinggiran
kulit.
12. Membereskan semua peralatan dan Mengecek kembali.
13. Merapikan pasien
14. Dokumentasikan
16
BAB IV
PENUTUP
3.2 Kesimpulan
Sunat /sirkumsisi telah dilakukan sejak zaman prasejarah, diamati dari gambar-
gambar di gua yang berasal dari Zaman Batu dan makam Mesir purba.Kata
sirkumsisi berasal dari bahasa Latin circum berarti “sekeliling” dan caedere (berarti
“memotong”. Sirkumsisi (circumcision) adalah tindakan memotong atau
menghilangkan sebagian atau seluruh kulit penutup depan dari penis.
17
Metode-metode sirkumsisi meliputi: Metode klasik/dorsumsisi/cara kuno,
Metode lonceng atau ikat, Clamp atau klamp, Tara clamp, Electrocutery, Flash
Cutter, Laser Carbon Dioxide
Yang di anjurkan untuk melakukan sirkumsisi adalah pada perintah agama,
sosial, dan indikasi medis seperti fimosis dan para fimosis. Sedangkan
kontraindikasi parafimosis adalah hipospadia
3.3 Saran
Dalam pembuatan makalah ini kami sadar bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran
dari pembaca sangatlah kami perlukan agar dalam pembuatan makalah selanjutnya
akan lebih baik dari sekarang.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E.(2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta; EGC.
Donges, Marilynn E. 2001. Rencana Keperawatan Maternal/bayi. Jakarta : EGC
R. Sjamsuhidajat, Win de Jong,(2004). Buku Ajar Ilmu Bedah.Jakarta;EGC
Gruedermann, Barbara J. 2005. Buku Ajar keperawatan Perioperatif.Jakarta : EGC
Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC
Deslidel, Hajjah. 20011. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Jakarta : ECG
18
top related