seminar nasional viktimologi - core.ac.uk · kata pengantar kata pengantar seminar nasional...
Post on 13-Mar-2019
246 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ISBN : 978-602-61562-1-1
Lppm Uniba Press
Universitas Balikpapan
Prosiding
Viktimologi Konggres Asosiasi Pengajar Viktimologi
Indonesia Ke-1
Tema:
“Optimalisasi Perlindungan Hukum Bagi Para Korban di Indonesia”
Seminar Nasional
Universitas Balikpapan
Kalimantan Timur
21-22 April 2017
ii
HALAMAN JUDUL
PROSIDING SEMINAR NASIONAL VIKTIMOLOGI
KONGRES ASOSIASI PENGAJAR VIKTIMOLOGI INDONESIA KE-I
“Optimalisasi Perlindungan Hukum Bagi Para Korban di Indonesia”
Penulis:
Adi Hermansyah, S.H.,M.H
Prof. Dr. Agus Raharjo, S.H., M.Hum
Dr. Dwi Hapsari Retna Ningrum, S.H.,
M.H
Dr.Ferdricka Nggeboe, S.H., M.H.
F.X Nikolas, S.H., M.H
Dr. Gregorius Widiartana, S.H., M.Hum
Dr. Hamidah Abdurrahman, S.H., M.Hum
Dr. Hervina Puspitosari, S.H., M.H dan
Bintara Sura Priambada, S.Sos, S.H., M.H
M. Holyone Nurdin Singadimedja, S.H.,
M.H
Margo Hadi Pura,SH.,MH
Dr Hj Mety Rahmawati SH MH
Nursiti, S.H., M.Hum
Prilian Cahyani, S.H., S.AP., M.H., LL.M
Rani Hendriana, S.H., M.H
Riza Alifianto Kurniawan, S.H., MTCP
Dr. Aan Asphianto, S.Si., SH., MH. dan
Dr. Rena Yulia,S.H.,M.H
Dr. Siska Elvandari, S.H.M.H
Subekti, S.H., M.H & Lushiana Primasari,
S.H.,M.H
Dr. Vience Ratna Multiwijaya, S.H., M.H
Dr. Yeni Widowaty, SH. M.Hum
Yusuf Saefudin, S.H & Prof. Dr. Agus
Raharjo, S.H., M.Hum
ISBN: 978-602-61562-1-1
v + 365: 20,99 cm x 29,7 cm
Editors: Prof. Dr. Fachri Bey, S.H., M.M
Prof. Dr. Jaco Barkhuzen
Dr. Angkasa, S.H., M.Hum
Dr. Piatur Pangaribuan, Amd. SH. M.H.
CLA
Heru Susetyo, S.H., LL.M, M.Si, Ph.D
Rendi Susiswo Ismail, S.E., S.H., M.H.
Penyunting: Dr. Angkasa, S.H., M.Hum
Dr. Piatur Pangaribuan, Amd. SH. M.H.
CLA
Heru Susetyo, S.H., LL.M, M.Si, Ph.D
Desain Sampul dan Tata Letak: Bayu Wicaksono
Wawan Sanjaya
Kezia Debora Pingkan Angel Maramis
Penerbit:
LPPM-UNIBA PRESS Universitas Balikpapan
Jl. Pupuk Raya Kelurahan Gunung Bahagia | Balikpapan, Kalimantan Timur, Indonesia | Telp./
Fax. 0542 – 764205 | E-mail: lppm@uniba-bpn.ac.id | Website: http://lppm.uniba-bpn.ac.id
Hak Cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak, baik sebagian
ataupun keseluruhan isi buku ini dengan cara apapun tanpa izin dari penerbit.
iii
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Seminar Nasional Viktimologi yang diselenggarakan dalam rangka
Kongres Asosiasi Pengajar Viktimologi Indonesia yang pertama di Universitas
Balikpapan (UNIBA) Kalimantan Timur pada tanggal 21-22 April 2017, dengan
tema “Optimalisasi Perlindungan Hukum Bagi Para Korban di Indonesia”.
Seminar ini merupakan upaya akademisi, aktivis, maupun pemerhati dibidang
Vikitmologi dalam memberikan kontribusi studi kritis dan ide guna menghadapi
fakta empiris yang menunjukkan bahwa para korban (victims of crime, victims of
human rights, victims of accident, victims of natural disaster) belum dioptimalkan
dalam hal perlindungan hukum.
Tanpa adanya optimalisasi perlindungan hukum, tentunya akan semakin
membawa korban pada sebuah kondisi yang sering digambarkan dengan istilah
“forgotten man”, “invisible”, “forgotten”, “a second victimization” atau “a
second class citizen”. Sekalipun telah terdapat berbagai peraturan perundang-
undangan yang telah mengatur hak-hak korban, namun efektivitasnya masih dapat
dipertanyakan, termasuk dalam mengakomodir semua jenis dan permasalahan
korban yang secara nyata benar-benar mengalami penderitaan. Adanya Seminar
Nasional ini diharapkan dapat memunculkan suatu gagasan-gagasan pemikiran
yang dapat memberikan kontribusi konkret, realistis dan aplikatif dalam
optimalisasi perlindungan hukum terhadap para korban di Indonesia.
Dalam konferensi ini, para peserta dengan latar belakang ilmiah
menghasilkan diskusi dan pertukaran ide yang produktif, yang berkontribusi
dalam suksesnya Seminar Nasional ini. Prosiding dari seminar ini memuat
makalah dari pembicara, peserta dan semua pihak yang terlibat dalam Seminar
Nasional Viktimologi. Abtsrak yang dipresentasikan dan disusun berdasarkan
subtema yang telah ditentukan.
Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua peserta
atas kontribusinya dalam rangkaian kegiatan seminar nasional, serta kontribsinya
dalam prosiding .
Balikpapan, 22 April 2017
EDITOR,
Dr. Angkasa, S.H., M.Hum
iv
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER ....................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ...................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................................. iii
DAFTAR ISI .................................................................................................................. iv
Komisi Kebenaran Dan Rekonsiliasi (KKR) Dalam Upaya Pemenuhan Hak-hak
Korban Pelanggaran Hak Asasi Manusia [Adi Hermansyah, S.H.,M.H] ................ 1
Melampaui Kebebasan Berekspresi Di Cyberspace [Prof. Dr. Agus Raharjo,
S.H., M.Hum] ............................................................................................................... 20
Perlindungan terhadap Korban Malapraktik [Dr. Dwi Hapsari Retna
Ningrum, S.H., M.H] ................................................................................................... 42
Implementasi Perlindungan Hukum Terhadap Anak Korban Percabulan Dalam
Lingkup Rumah Tangga Di Jambi [Dr.Ferdricka Nggeboe, S.H., M.H.] .............. 54
Korban Anjing Rabies Dalam Perspektif Viktimologi [F.X Nikolas, S.H.,
M.H].............................................................................................................................. 71
Peran Modal Sosial Dalam Recovery Korban Erupsi Merapi (Studi Kasus di Desa
Girikerto, Kec. Turi, Kab. Sleman)٭ [Dr. Gregorius Widiartana, S.H.,
M.Hum] ........................................................................................................................ 83
Mendorong Polri Melindungi Korban [Dr. Hamidah Abdurrahman, S.H.,
M.Hum] ...................................................................................................................... 101
Perlindungan Hukum Terhadap Perempuan Yang Mengalami Unwanted Pregnacy
Korban Human Trafficking Dalam Sistem Hukum Pidana Indonesia [Dr.
Hervina Puspitosari, S.H., M.H dan Bintara Sura Priambada, S.Sos, S.H.,
M.H]............................................................................................................................ 120
Perlindungan Hukum Bagi Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Pengahapusan Kekerasan Dalam
Rumah Tangga [M. Holyone Nurdin Singadimedja, S.H., M.H] ....................... 138
v
Pertanggung Jawaban Pidana Terhadap Pengemudi Kendaraan Umum Atas
Kecelakaan Lalu Lintas Yang Menimbulkan Korban Jiwa Maupun Materi
[Margo Hadi Pura,SH.,MH] .................................................................................... 157
Perlindungan hukum bagi korban penyalahgunaan kekuasaan dalam kasus
perhitungan pajak guna penerbitan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar
(SKPD - KB) dan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD) yang menggunakan data
yang tanpa klarifikasi wajib pajak [Dr Hj Mety Rahmawati SH MH] ................ 178
Reviktimisasi Perempuan Korban Pemerkosaan Dalam Qanun Jinayat di Aceh
[Nursiti, S.H., M.Hum] ............................................................................................. 193
Perlindungan Hukum Terhadap Wanita Hamil Korban Perkosaan [Prilian
Cahyani, S.H., S.AP., M.H., LL.M] ......................................................................... 205
Perlindungan Hukum Informan Sebagai Korban Tindak Pidana Dalam Membantu
Tugas Polri [Rani Hendriana, S.H., M.H] ............................................................ 222
Kebijakan Pemulihan Korban Narkotika (Victim Recovery) Bagi Pecandu
Narkotika [Riza Alifianto Kurniawan, S.H., MTCP]............................................. 238
Menelisik Perlindungan Hukum Anak Korban Kejahatan Seksual Yang
Dilakukan Oleh Anak [Dr. Aan Asphianto, S.Si., SH., MH. dan Dr. Rena
Yulia,S.H.,M.H] ......................................................................................................... 251
Perlindungan Hukum Terhadap Pasien Atas Terjadinya Kesalahan Atau Kelalaian
Dalam Melaksanakan Kewajiban Professional Sebagai Upaya Pembaharuan
Hukum Kesehatan Nasional Di Indonesia [Dr. Siska Elvandari, S.H.M.H]............ 269
Urgensi Perlindungan Hukum Bagi Korban Kecelakaan Lalu Lintas [Subekti,
S.H., M.H & Lushiana Primasari, S.H.,M.H] ........................................................ 294
Perlindungan hukum bagi korban tindak pidana trafficking [Dr. Vience Ratna
Multiwijaya, S.H., M.H] ........................................................................................... 306
Perlindungan Hukum Terhadap Korban Tindak Pidana Lingkungan Hidup Oleh
Korporasi Menurut Hukum Positif Dibandingkan Dengan Beberapa Negara [Dr.
Yeni Widowaty, SH. M.Hum] .................................................................................. 324
Asesmen Terpadu Sebagai Upaya Mencegah Terjadinya Second Victimization
Bagi Korban Penyalahgunaan Narkotika Studi Kasus Di Kabupaten Purbalingga
[Yusuf Saefudin, S.H & Prof. Dr. Agus Raharjo, S.H., M.Hum] ....................... 344
Prosiding Seminar Nasional Viktimologi | Kongres Asosiasi Pengajar Viktimologi Indonesia Ke-I | Balikpapan, 21-22
April 2017| ISBN 978-602-61562-1-1| 178
Perlindungan hukum bagi korban penyalahgunaan kekuasaan dalam kasus
perhitungan pajak guna penerbitan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang
Bayar (SKPD - KB) dan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD) yang
menggunakan data yangtanpa klarifikasi wajib pajak
Dr Hj Mety Rahmawati SH MH
Fakultas Hukum Universitas Trisakti
Kampus A, Jl Kyai Tapa No 1 Grogol Jakarta Barat
Metyargo@yahoo.com
Perlindungan hukum bagi korban penyalahgunaan kekuasaan dalam kasus perhitungan pajak guna penerbitan
Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPD - KB) dan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD) yang
menggunakan data yang tanpa klarifikasi wajib pajak [Dr Hj Mety Rahmawati SH MH]
Abstrak
Pajak merupakan salah satu pendapatan daerah dan atau negara yang sangat
diandalkan.Untuk perolehannya harus dilakukan sesuai dengan prosedur yang
berlaku berdasarkan peraturan perundang-undangan. Namun adakalanya, wajib
pajak lalaimelakukan pembayaran, sehingga petugas yang berwenang/ dinas
perpajakan, harus melakukan tindakan agar dipatuhinya peraturan perpajakan.
Dalam suatu kasus, wajib pajak tidak membayar pajaknya selama 5 tahun,
karenanya petugas pajak harus menghitung kekurangan pembayaran disertai
dendanya. Untuk melakukan perhitungan diperlukan data dari wajib pajak,
petugas pajak yang bertugas dilapangan, dibekali surat tugas, dalam kasus surat
tugas sudah kadaluarsa. Petugas pajak tetap melakukan perhitungan pajak, dan
pada akhirnya melakukan silent operation, guna mendapatkan perhitungan yang
akurat.Hal ini mengakibatkan wajib pajak harus membayar kekurangan pajak dan
denda dalam jumlah yang sangat besar.Sementara data yang dipergunakan tidak
diklarifikasi terlebih dahulu dengan wajib pajak.Wajib pajak menderita kerugian,
serta mengajukan permohonan perlindungan hukum dari negara, agar kerugian
tidak harus dibayar sepenuhnya.Negara selaku penguasa tertinggi memiliki
kewajiban melindungi anggota warga negara dari segala tindakan yang semena-
semena.Termasuk dari perbuatan yang semena-mena yang dilakukan diluar tugas
dan atau kewenangan petugas pemerintah.
Kata kunci: Perlindungan hukum korban penyalahgunaan kekuasaan
Prosiding Seminar Nasional Viktimologi | Kongres Asosiasi Pengajar Viktimologi Indonesia Ke-I | Balikpapan, 21-22
April 2017| ISBN 978-602-61562-1-1| 179
A. Pendahuluan
Pajak daerah merupakan salah satu pendapatan daerah yang dipergunakan
untuk menyelenggarakan pelaksanaan pemerintahan daerah. Pajak daerah diatur
dalam UU No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Di
dalam nya diatur mengenai jenis pajak yang dapat di pungut oleh Pemerintah
Daerah, Pajak Provinsi dan pajak kabupaten/ kota. Untuk DKI Jakarta, diberikan
kewenangan untuk memungut pajak propinsi dan pajak kabupaten, berdasarkan
UU No 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, salah satu
pajak daerah adalah pajak hiburan.Termasuk dalam pajak hiburan berdasarkan
Pasal 42 UU No 28 Tahun 2009 jo Pasal 33 Peraturan Pemerintah No 55 tahun
2016 tentang Ketentuan Umum dan Tata cara Pemungutan Pajak Daerah, antara
lain adalah tontonan film; pagelaran kesenian, musik, tari dan atau busana; kontes
kecantikan, binaraga dan lain sejenisnya; pameran; diskotik; klab malam; karaoke
dan sejenisnya; sirkus, akrobat, sulap dan lain sejenisnya; permainan bilyard, golf
dan bowling; pacuan kuda, kendaraan bermotor dan permainan ketangkasan,
panti pijat, refleksi, mandi uap/ spa, dan Pusat kebugaran/ fitness centre; dan
pertandingan olahraga.Berdasarkan Pasal 5 ayat (2) PP No 55 Tahun 2016, Jenis
Pajak kabupaten/kota yang dibayar sendiri berdasarkan penghitungan oleh Wajib
Pajak, atau yang disebut self Assessment.
Korban penyalahgunaan kekuasaan masih kurang mendapatkan perhatian dari
Negara.Khususnya yang berkenaan dengan bidang perpajakan, hal ini disebabkan
masih banyaknya masyarakat yang masih merasa awam dengan peraturan
perpajakan.Walaupun sudah ada tempat layanan untuk pengaduan dan pelaporan
pajak, namun tetap saja, kadangkala masih ada kesalahan penghitungan pajak,
belum lagi prosedur-prosedur yang belum banyak diketahui masyarakat luas
mengenai penghitungan pajak dimana wajib pajak/ WP tidak atau lalai membayar
pajak. Apalagi mengenai sanksi, denda administratif, begitu pula mengenai hak-
hak yang dimiliki WP.
Prosiding Seminar Nasional Viktimologi | Kongres Asosiasi Pengajar Viktimologi Indonesia Ke-I | Balikpapan, 21-22
April 2017| ISBN 978-602-61562-1-1| 180
Seperti halnya dalam kasus yang dialami oleh suatu usaha kegiatan dibidang
hiburan yang terkena pajak hiburan.Kasus bermula dari: Petugas pajak/ fiscus
telahmengajukan surat peminjaman buku, catatan yang menjadi dasar pembukuan
atau pencatatan dan dokumen lain dalam rangka pemeriksaan pajak daerah, pada
wajib pajak/WP pengusaha Hiburan di daerah Jakarta Utara yang selama ini
belum melunasi pembayaran pajak hiburan kepada negara, untuk masa pajak
januari 2011 s.d Juni 2015. Hal ini dilakukan dengan dasar Pasal 13 ayat (1) huruf
c Kep. Gubernur Prop. DKI Jakarta No 30 Tahun 2003tentang ketentuan
pemeriksaan di bidang pajak daerah. Namun saat itu pihak WP belum bisa
menyiapkan, karena memerlukan waktu yang lama. WP sebenarnya sudah pernah
diberikan surat teguran sampai dua kali, namuan WP tidak pernah hadir. Setelah 5
(lima) hari ternyata wajib pajak tidak memberikan dokumen yang diminta,maka
fiscus menerbitkan surat peringatan I (satu) yang ditanda-tangani ketua tim
pemeriksa pajak, tanggal 15 Oktober 2015 yang diterima oleh WP dan
dibubuhkan tanda tangan, namun tidak dindahkan. Kemudian diterbitkan Surat
Peringatan ke II (dua) / terakhir, pada tanggal 20 Oktober 2015 dengan waktu
selambat-lambatnya 3 (tiga) hari setelah diterimanya surat tersebut, yang diterima
oleh WP dan dibubuhkan tanda tangan, namun WP tidak juga datang. Sehingga
kemudian,Fiscus menghitung pajak terutang dari WP dengan menggunakan cara
pemeriksaan melakukan pengamatan langsung dilokasi usaha wajib pajak (secara
diam – diam / Silent Operation) yang dilakukan selama 3 hari untuk hari yang
berbeda di tempat usaha hiburan ybs.
Dari data Silent Operation (SO) tersebut petugas melakukan perhitungan
omset rata - rata perhari dan dikalikan setahun kemudian di kalikan dengan tarif
pajak 20 % (dua puluh persen)179
kemudian diketemukan pajak yang harus
dibayar diperhitungkan juga dengan pajak yang sudah dibayar oleh wajib pajak,
setelah itu di susun kertas kerja pemeriksaan, dari hasil kertas kerja tersebut
dibuat hasil temuan pemeriksaan yang selanjutnya disampaikan kepada WP,
179
Berdasarkan Pasal 7 ayat (10) Perda DKI No 13 Tahun 2010, berbunyi:” Tarif Pajak
untuk panti pijat, mandi uap dan spa sebesar 20% (dua Puluh persen)”.
Prosiding Seminar Nasional Viktimologi | Kongres Asosiasi Pengajar Viktimologi Indonesia Ke-I | Balikpapan, 21-22
April 2017| ISBN 978-602-61562-1-1| 181
tanggal 2 Nopember 2015 yang diterima oleh WP pada tanggal 3 Nopember 2015,
yang kemudian melewati masa 7 hari (sesuai Pasal 6 huruf e jo 15 ayat (2) Kep.
Gubernur Prop. DKI Jakarta No 30 tahun 2003) WP tidak memberikan tanggapan
secara tertulis kepada Ketua Tim Pemeriksa data.Kemudian fiscus tanpa
melakukan audit lapangan dan audit dokumen180
tentang Usaha hiburan milik,
kemudian melakukan pembahasan akhir (Closing Conference) pada tanggal 13
Nopember 2015 menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar(SKPD
- KB) dan surat Tagihan Pajak Daerah (STPD)181
untuk tahun pajak 2011 s/d tahun
2015 dengan total sebesar Rp. 7.155.676.751; (tujuh milyar seratus lima puluh
lima juta enam ratus tujuh puluh enam ribu tujuh ratus lima puluh satu rupiah).
Hal ini berdasarkan Pasal 6 huruf g Kep. Gubernur Prop. DKI Jakarta No. 30
Tahun 2003.
WP merasa angka - angka temuan pemeriksa sangat tidak berdasar dan tidak
wajar serta tidak berdasarkan omzet usaha WP sebenarnya.Pemeriksa menghitung
omzet hanya berdasarkan estimasi / taksiran yang sangat subjektif dan pelapor
tidak pernah mendapatkan penjelasan yang rinci dan jelas dari pemeriksa
mengenai asal atau sumber perhitungan angka - angka tersebut.Selanjutnya fiscus
memiliki surat perintah pemeriksaan/ surat tugas dari kepala Suku Dinas
pelayanan pajak Propinsi DKI Jakarta selaku Koordinator tim pemeriksa pajak
hiburan WP, yang masa berlakunya tertanggal 30 Agustus 2015 sampai dengan 30
180
Berdasarkan Pasal 11 Kep. Gubernur Prop. DKI JakartaNo 30 tahun 2003, berbunyi:
“(1)pedoman laporan hasil pemeriksaan disusun secara rinci,ringkas dan jelas, sesuai ruang
lingkup dan tujuan pemeriksaan, memuat kesimpulan pemeriksaan yang didukung bukti yang kuat
tentang ada atau tidak adanya penyimpangan terhadap peraturan perundang-undangan perpajakan
daerah, dan memuat pula pengungkapan informasi lain yang diperlukan. (2) Laporan hasil
pemeriksaan yang berkaitan dengan pengungkapan penyimpangan Surat pemberitahuan Pajak
Daerah harus memperhatikan: a. faktor pembanding; b.nilai absolut dari penyimpangan; c. Sifat,
bukti dan petunjuk adanya penyimpangan; d. pengaruh penyimpangan; e. hubungan dengan
permasalahan lainnya”. 181
Berdasarkan Pasal 1 ayat (55) jo Pasal 1 ayat (59) UU No 28 tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah, yang menyatakan: Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar,
yang selanjutnya disingkat SKPDKB, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya
jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya
sanksi administratif, dan jumlah pajak yang masih harus dibayar. Surat Tagihan Pajak Daerah,
yang selanjutnya disingkat STPD, adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi
administratif berupa bunga dan/atau denda.
Prosiding Seminar Nasional Viktimologi | Kongres Asosiasi Pengajar Viktimologi Indonesia Ke-I | Balikpapan, 21-22
April 2017| ISBN 978-602-61562-1-1| 182
September 2015 dan tidak pernah ada perpanjangan surat tugas
pemeriksaan.Selain itu WP tidak pernah menandatangani Berita Acara Closing
Conference di Kantor Sudin Pajak Jakarta Utara.Pada akhirnya Suku Dinas Pajak
Jakarta Utara menerbitkan SKPD - KB dan STPD182
.
Sebelumnya, pada bulan 30 September 2015 WP telah melakukan pembayaran
yang di titipkan melalui DCR selaku kepala seksi penagihan aktif pajak hiburan
Jakarta Utara, hal dilakukan WP, karena DCR menawarkan diri untuk
menyetorkan pajak WP. Mulai tahun pajak 2011 sampai dengan tahun 2014 yang
lalu dengan total sekitar Rp. 525.000.000; (lima ratus dua puluh lima juta rupiah)
uang tersebut diserahkan secara tunai dan bertahap.Namun ternyata tidak
disetorkan kepada kas negara oleh DCR. Akibatnya WP dirugikan dan kemudian
WP membayar pajak lagi pada tanggal 2 Nopember 2015 sebesar Rp.
240.000.000; (dua ratus empat puluh juta rupiah) yang saat itu DCR menyetorkan
pembayaran pajak hanya sebesar Rp. 120.000.000,- (seratus dua puluh juta
rupiah), sehingga untuk pajak tersebut WP mengeluarkan biaya sebesar Rp.
645.000.000; (enam ratus empat puluh lima juta rupiah), dan wajib pajak juga
dikenakan SKPD - KB sebesar Rp. 7.155.676.751; (tujuh milyar seratus lima
puluh lima juta enam ratus tujuh puluh enam ribu tujuh ratus lima puluh satu
rupiah), termasuk denda didalam jumlah tersebut, dari suku dinas pelayanan
pajak Jakarta utara, pada Akhir Nopember 2015.
Negara selaku penguasa tertinggi memiliki kewajiban melindungi anggota
warga negara dari segala tindakan yang semena-semena.Termasuk dari perbuatan
yang semena-mena yang dilakukan diluar tugas dan atau kewenangan petugas
pemerintah.
182
Pasal 15 ayat (3) Kep Gubernur DKI Jakarta No 30 tahun 2003, menyatakan :”Hasil
Pemeriksaan sederhana Kantor disampaikan segera setelah pemeriksaan seleksi dilakukan dan
tidak menunggu tanggapan WP”; Ayat (4) : “Apabila WP tidak memberikan tanggapan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) atau tidak menghadiri Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan,
SPKD dan atau STPD diterbitkan secara jabatan hasil pemeriksaan yang disampaikan kepada
WP”.
Prosiding Seminar Nasional Viktimologi | Kongres Asosiasi Pengajar Viktimologi Indonesia Ke-I | Balikpapan, 21-22
April 2017| ISBN 978-602-61562-1-1| 183
Di dalam Deklarasi Prinsip-prinsip Dasar Keadilanbagi Korban Kejahatan dan
Penyalahgunaan Kekuasaan/ Declaration of Basic Principles of Justice for victim
of crime and abuse of power, disebutkan bahwa Korban adalah orang yang secara
individu atau kolektif, telah menderitabahaya, termasuk cedera fisik atau mental,
penderitaan emosional, kerugian ekonomiatau gangguan substansial dari hak-hak
dasar mereka, melalui tindakan ataukelalaian yang belum merupakan pelanggaran
hukum pidana nasional, tetapi dari yang diakui secara internasional norma-norma
yang berkaitan dengan hak asasi manusia.
Korban penyalahgunaan kekuasaan dapat timbul bila pejabat/penguasa dalam
pelayanan terhadap masyarakat, baik dengan sengaja atau kelalaian menyebabkan
kerugian material atau immaterial dan hak asasi dari rakyat yang dilayaninya.
B. Permasalahan
1. Bagaimana perlindungan hukum terhadap korban penyalahgunaan
kekuasaaan dalam kasus penerbitan SKPD-KB dan SPTD Pajak Hiburan
yang diterbitkan tanpa adanya persetujuan dari WP?
C. Pembahasan
Untuk menjawab permasalahan, penelitian dilakukan dengan pendekatan
normatif. Mengkaji dan menelaah norma-norma hukum yang terdapat dalam
Undang Undang No. 21 Tahun 2001 tentang Perubahan UU No. 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,UU No. 31 Tahun 2014 tentang
perubahan atas UU No 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan
Korban,UU No. 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,Kep.
Gubernur Prop DKI Jakarta No 30 Tahun 2003tentang ketentuan pemeriksaan di
bidang pajak daerah. Melakukan pengambilan kesimpulan secara deduktif, dan
menganalisis data secara kualitatif.
Prosiding Seminar Nasional Viktimologi | Kongres Asosiasi Pengajar Viktimologi Indonesia Ke-I | Balikpapan, 21-22
April 2017| ISBN 978-602-61562-1-1| 184
Kewenangan adalah hak dari kekuasaan yang dipunyai seseorang untuk
melakukan sesuatu.Kekuasaan berarti kuasa seseorang untuk mengurus,
memerintah sesuatu dan sebagainya.183
Penyalahgunaan kekuasaan menurut Sahetapy, mengindikasikan, bahwa
perbuatan dengan menyalahgunakan kekuasaan berarti dapat juga dilakukan oleh
suatu kekuasaan yang sah. Itu berarti, bahwa memiliki kekuasaan tidak dengan
sendirinya berarti memiliki kebenaran.jadi rakyat bisa saja dikorbankan untuk
kepentingan penguasa atau kelompok yang berkuasa tanpa memperhatikan atau
mengindahkan atau menghormati norma-norma hukum dan atau moral.184
Di Indonesia dikenal dengan istilah detournement de pouvoir (penyalahgunaan
wewenang), yakni bilamana suatu wewenang oleh pejabat yang bersangkutan
dipergunakan untuk tujuan yang bertentangan dengan atau menyimpang daripada
apa yang dimaksud atau dituju oleh wewenang sebagaimana ditetapkan atau
ditentukan oleh Undang Undang185
.
Pejabat pemerintahan dinyatakan melanggar prinsip détournement de
pouvoir, manakala tujuan dari keputusan yang dikeluarkan atau tindakan yang
dilakukan bukan untuk kepentingan atau ketertiban umum tetapi untuk
kepentingan pribadi si pejabat (termasuk keluarga atau rekannya)186
.
Di dalam studi kasus ini, WP menderita kerugian ekonomi dan kehilangan
sebagaian hak-hak dalam bidang perpajakan.Penderitaan tersebut disebabkan
adanya pelanggaran yang telah dilakukan petugas pajak/fiscus, pertama adalah
183
Arif Gosita. Masalah Korban Kejahatan. Edisi ke 4.Badan penerbit Fakultas Hukum
UI. Jakarta. 2007. Hal 171. 184
Makalah Prof Dr M Arief Amrullah SH Mhum. Disampaikan pada Pelatihan
Viktimologi Indonesia, Purwokerto, 18-20 September 2016, kerjasama world society of
victimology dengan FH univ Jend. Sudirman. Judul: Ruang Lingkup dan Tujuan Mempelajari
viktimologi, hal.26. 185
Prajudi Atmodirdjo. Hukum Administrasi Negara.Cetakan ke-9.(Ghalia
Indonesia.Jakarta.1988). Hal. 89-90. 186
Yulius.Perkembangan Pemikiran dan Pengaturan Penyalahgunaan Wewenang di
Indonesia (Tinjauan Singkat Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara Pasca Berlakunya
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014), artikel dalam Jurrnal Hukum dan Peradilan, Badan
Penelitian dan Pengembangan Hukum dan Peradilan Mahkamah Agung RI, Volume 04 Nomor 3
November 2015, hlm. 364
Prosiding Seminar Nasional Viktimologi | Kongres Asosiasi Pengajar Viktimologi Indonesia Ke-I | Balikpapan, 21-22
April 2017| ISBN 978-602-61562-1-1| 185
penyalahgunaan kekuasaan pada waktu melakukan Pemeriksaan lapangan diam-
diam/ Silent operation, yang dilakukan oleh fiscus, pada bulan Oktober 2015
selama 3 hari. Walaupun memiliki dasar hukum terhadap tindakan yaitu Pasal 3
huruf a jo Kep. Gubernur Prop. DKI Jakarta No 30 Tahun 2003. Dengan
kewajiban dari fiscus dalam melaksanakan tugas adalah memiliki surat perintah
pemeriksaan, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a dan ayat (2)
huruf c Kep. Gubernur Prop. DKI Jakarta No 30 Tahun 2003. Namun dalam
pelaksanaan fiscus memiliki surat perintah pemeriksaan/ surat tugas dari kepala
Suku Dinas pelayanan pajak Propinsi DKI Jakarta selaku Koordinator tim
pemeriksa pajak hiburan WP, yang masa berlakunya tertanggal 30 Agustus 2015
sampai dengan 30 September 2015 dan tidak pernah ada perpanjangan surat tugas
pemeriksaan. Dalam hal ini fiscus sudah melakukan perbuatan tanpa dasar
kewenangan yang diberikan oleh Negara, yaitu cq Kepala Suku Dinas Pajak
Jakarta Utara. Dengan dasar surat perintah pemeriksaan yang sudah lewat waktu.
Sehingga hasil pemeriksaan lapangan diam-diam/ silent operation tersebut belum
tentu dapat dijadikan dasar untuk penerbitan SKPD KB dan STPD.Karena
perolehannya dilakukan diluar kewenangan fiscus.
Hasil pemeriksaan lapangan/ silent operation tersebutberupa SKPDBK dan
STPD menyebabkan timbulnya kerugian ekonomi dipihak WP.Dengan adanya
penagihan pajak dan dendanya sebesarRp. 7.155.676.751; (tujuh milyar seratus
lima puluh lima juta enam ratus tujuh puluh enam ribu tujuh ratus lima puluh satu
rupiah).
Kedua, perhitungan pajak dan kekurangan pajak, tidak sesuai prosedur yang
diatur dalam Pasal 6 huruf e jo 15 ayat (2) Kep. Gubernur DKI Jakarta no. 30
Tahun 2003.Dimana perhitungan tersebut tidak diklarifikasikan terlebih dahulu
kepada WP.
Berhubung dengan kedua pelanggaran atau tidak dipenuhinya prosedur
tersebut, dalam kasus ini hak-hak WP tidak dipenuhi oleh fiscus, antara lain:
Prosiding Seminar Nasional Viktimologi | Kongres Asosiasi Pengajar Viktimologi Indonesia Ke-I | Balikpapan, 21-22
April 2017| ISBN 978-602-61562-1-1| 186
1. WP berhak meminta kepada Pemerintah untuk memperlihatkan surat
perintah pemeriksaan dan tanda pengenal pemeriksa; (Pasal 7 huruf b Kep
Gubernur Prop DKI Jakarta No 30 Tahun 2003)
2. WP berhak meminta kepada pemeriksa untuk memberikan penjelasan
tentang maksud dan tujuan pemeriksaan; (Pasal 7 huruf c Kep Gubernur
Prop DKI Jakarta No 30 Tahun 2003)
3. WP berhak meminta kepada pemeriksa rincian yang berkenaan dengan
hal-hal yang berbeda antara hasil pemeriksaan dengan Surat
Pemberitahuan Pajak Daerah dan Surat Setoran Pajak Daerah; (Pasal 7
huruf d Kep Gubernur Prop DKI Jakarta No 30 Tahun 2003)
4. Pemeriksaan lapangan tetap dapat dilaksanakan, apabila WP atau wakil
atau kuasanya tidak ada ditempat tetapi ada pihak yang mempunyai
kewenangan untuk bertindak mewakili WP sesuai batas kewenangannya
atau pemeriksaan dapat ditundauntuk dilanjutkan pada kesempatan
berikutnya; (Pasal 14 ayat (1) Gubernur Prop DKI Jakarta No 30 Tahun
2003).
Selain itu mengalami kerugian ekonomi dan tidak dipenuhinya hak-haknya di
bidang perpajakan tersebut di atas, WP juga mengalami penderitaan yang lain,
yaitu berkenaan dengan penyalahgunaan kewenangan terdapat didalam UU No 20
Tahun 2001 TentangPerubahan atas Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 Tentang
Pemberantasan TindakPidana Korupsi, yang terdapat didalam Pasal 3, yang
berbunyi: “ Bahwa setiap orang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau
orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau
sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan dapat merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara dipidana dengan pidana penjara
seumur hidup atau pidana penjara paling lama singkat satu tahun dan paling lama
20 tahun dan atau denda paling sedikit Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah)
dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,-.(satu milliard rupiah)”.
Pusat penerangan Hukum Kejaksaan Agung RI menyatakan bahwa bahwa
penyalahgunaan wewenang mengacu pada UU No 20 Tahun 2001 tentang
perubahan atas UU No 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi adalah menyalahgunakan wewenang, kesempatan, atau sarana yang
Prosiding Seminar Nasional Viktimologi | Kongres Asosiasi Pengajar Viktimologi Indonesia Ke-I | Balikpapan, 21-22
April 2017| ISBN 978-602-61562-1-1| 187
melekat padanya karena jabatan atau kedudukannya yang dapat merugikan negara
atau perekonomian negara.
Khususnya terhadap perbuatan yang dilakukan DCR pada waktu itu selaku
kepala seksi kepala seksi penagihan aktif pajak hiburan Jakarta Utara, yang
menawarkan diri untuk melakukan pembayaran pajak WP pada tanggal 30
September 2015 sebesar Rp. 525.000.000; (lima ratus dua puluh lima juta rupiah)
secara tunai dan bertahap, serta pada tanggal 2 Nopember 2015 sebesar Rp.
240.000.000; (dua ratus empat puluh juta rupiah) yang ternyata tidak dibayarkan
ke Dinas pelayanan pajak hiburan, dan ternyata DCR hanya menyetorkan sebesar
Rp. 120.000.000; (seratus dua puluh juta rupiah).Sehingga untuk pajak tersebut
WP mengeluarkan biaya sebesar Rp. 645.000.000; (enam ratus empat puluh lima
juta rupiah). Akibatnya WP dianggap hanya membayar pajak sebesar Rp.
120.000.000,- (seratus dua puluh juta rupiah) saja untuk masa pajak 2010 sd
2014,dan dianggap kurang bayar, yang kemudian oleh fiscus dengan tata cara
perhitungan pajak menggunakan pemeriksaan lapangan diam-diam/ silent
operation, dikeluarkan SKPD - KB sebesar Rp. 7.155.676.751; (tujuh milyar
seratus lima puluh lima juta enam ratus tujuh puluh enam ribu tujuh ratus lima
puluh satu rupiah), jumlah tersebut termasuk denda, dari suku dinas pelayanan
pajak Jakarta utara, pada Akhir Nopember 2015. Dalam hal ini selain WP, negara
juga dirugikan akibat perbuatan DCR.
WP di dalam kasus mengalami kerugian ekonomi, akibat tindak pidana
korupsi yang dilakukan oleh DCR, sebagaimana disebutkan didalam Pasal 1 ayat
(3) UU No. 35 Tahun 2014 tentang Perubahan UU No 13 Tahun 2006 tentang
perlindungan Saksi dan Korban, korban adalah orang yang menderita fisik, mental
dan/ atau kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh suatu tindak pidana.Oleh
karenanya WP berhak mendapat perlindungan hukum dari Negara.Agar WP dapat
memberikan kesaksian di pengadilan, guna membuat terang tindak pidana korupsi
yang dilakukan DCR.Perlindungan diberikan berdasarkan Pasal 5 UU No 31
Tahun 2014, antara lain:
Prosiding Seminar Nasional Viktimologi | Kongres Asosiasi Pengajar Viktimologi Indonesia Ke-I | Balikpapan, 21-22
April 2017| ISBN 978-602-61562-1-1| 188
a. memperoleh perlindungan atas keamanan pribadi, Keluarga,dan harta
bendanya, serta bebas dari Ancaman yang berkenaan dengan kesaksian
yang akan, sedang, atau telah diberikannya;
b. ikut serta dalam proses memilih dan menentukan bentuk perlindungan dan
dukungan keamanan;
c. memberikan keterangan tanpa tekanan;
d. mendapat penerjemah;
e. bebas dari pertanyaan yang menjerat;
f. mendapat informasi mengenai perkembangan kasus;
g. mendapat informasi mengenai putusan pengadilan;
h. mendapat informasi dalam hal terpidana dibebaskan;
i. dirahasiakan identitasnya;
j. mendapat identitas baru;
k. mendapat tempat kediaman sementara;
l. mendapat tempat kediaman baru;
m. memperoleh penggantian biaya transportasi sesuai dengan kebutuhan;
n. mendapat nasihat hukum;
o. memperoleh bantuan biaya hidup sementara sampai batas waktu
Perlindungan berakhir; dan/atau
p. mendapat pendampingan.
Selain diatur hak-hak yang dijamin negara, juga didalam Pasal 5 ayat (2)
menyatakan bahwa
Hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada Saksi dan/atau
Korban tindak pidana dalam kasus tertentu sesuai dengan Keputusan
LPSK. Adapun di dalam penjelasan Pasal 5 ayat (2) UU 31 tahun 2014
diterangkan bahwa yang dimaksud dengan kasus-kasus tertentu antara lain, tindak
pidana korupsi, tindak pidana narkotika/psikotropika, tindak pidana terorisme dan
tindak pidana lain yang mengakibatkan posisi saksi dan korban dihadapkan pada
situasi yang sangat membahayakan jiwanya. Juga berdasarkan Pasal 10 UU No 31
Prosiding Seminar Nasional Viktimologi | Kongres Asosiasi Pengajar Viktimologi Indonesia Ke-I | Balikpapan, 21-22
April 2017| ISBN 978-602-61562-1-1| 189
Tahun 2014, perlindungan hukum diberikan kepada Saksi, Korban, Saksi Pelaku,
dan/atau Pelapor tidak dapat dituntut secara hukum, baik pidana maupun perdata
atas kesaksian dan/atau laporan yang akan, sedang, atau telah diberikannya,
kecuali kesaksian atau laporan tersebut diberikan tidak dengan iktikad baik.
Dalam hal terdapat tuntutan hukum terhadap Saksi, Korban, Saksi Pelaku,
dan/atau Pelapor atas kesaksian dan/atau laporan yang akan, sedang, atau telah
diberikan, tuntutan hukum tersebut wajib ditunda hingga kasus yang ia laporkan
atau ia berikan kesaksian telah diputus oleh pengadilan dan memperoleh kekuatan
hukum tetap.
D. Kesimpulan dan rekomendasi
Di dalam studi kasus, korban menderita kerugian ekonomi dan kerugian atas
tidak dipenuhinya hak-hak dalam bidang perpajakan.Dalam ilmu viktimologi
korban menderita karena penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan oleh
Fiscus.Fiscus selaku aparat negara yang diberi wewenang untuk melakukan
pemungutan pajak daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan,
khususnya UU No 28 Tahun 2009 tentang pajak Daerah dan retribusi daerah.
Selain itu korban juga mengalami kerugian ekonomi, akibat penyalahgunaan
wewenang yang dilakukan oleh Kepala Seksi penagihan pajak Jakarta utara, yang
tidak menyetorkan uang pajak kepada kas negara secara utuh, sehingga korban
dianggap kurang bayar, kemudian dikenakan denda dan ditagih oleh negara
sebesar Rp. 7.155.676.751; (tujuh milyar seratus lima puluh lima juta enam ratus
tujuh puluh enam ribu tujuh ratus lima puluh satu rupiah). Negara wajib
memberikan perlindungan kepada korban berdasarkan Pasal 5 ayat (1), Pasal 5
ayat (2) serta Pasal 10 UU No 31 Tahun 2014 tentang perubahan UU No 13
Tahun 2006 tentang perlindungan saksi dan korban. Penderitaan terhadap hak-hak
yang tidak dipenuhi dibidang perpajakan, akibat fiscus melakukan pemeriksaan
lapangan diam-diam / silent operation, dengan menggunakan surat perintah
pemeriksaan yang sudah lewat waktu, yang juga menghasilkan perhitungan
Prosiding Seminar Nasional Viktimologi | Kongres Asosiasi Pengajar Viktimologi Indonesia Ke-I | Balikpapan, 21-22
April 2017| ISBN 978-602-61562-1-1| 190
SKPDKB dab STPD yang tanpa persetujuan korban, diberikan pemenuhan hak-
haknya berdasarkan UU No 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah dan Kep. Gubernur No 30 tahun 2003 tentang ketentuan pemeriksaan di
bidang pajak daerah.
Berdasarkan studi kasus tersebut, maka:
a). Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan kepada Kepala Daerah atau
Pejabat yang ditunjuk terhadap SKPDKB. (Pasal 23 PP No 55 Tahun 2016
jo Pasal 103 UU No 28 Tahun 2009);
b). Wajib Pajak dapat mengajukan banding atas Surat Keputusan Keberatan
yang ditetapkan oleh Kepala Daerah. (Pasal 25 PP No 55 Tahun 2016jo
Pasal 105 UU No 28 Tahun 2009);
c). Perlu disosialisasikan bentuk-bentuk perlindungan bagi korban abuse of
power. Agar masyarakat dapat mengetahui tindakan apa yang dapat
dilakukan apabila menghadapi kasus-kasus di bidang perpajakan, serta
tidak menjadi korban.
d). Mengusahakan pengawasan bersama-sama yaitu masyarakat, aparat
pemerintah, dan aparat penegak hukum terhadap pejabat negara yang
diberi kewenangan dibidang perpajakan yang diindikasikan memiliki
kecenderungan melakukan penyalahgunaan kekuasaan /kewenangan di
lapangan.
e). Perlu ada usaha penyadaran etika profesi pada setiap aparat pemerintah
dalam melaksanakan tugasnya, terutama yang memiliki tugas melayani
masyarakat.
E. Referensi
Arif Gosita. Masalah Korban Kejahatan. Edisi ke 4.Badan penerbit Fakultas
Hukum UI. Jakarta. 2007.
Prosiding Seminar Nasional Viktimologi | Kongres Asosiasi Pengajar Viktimologi Indonesia Ke-I | Balikpapan, 21-22
April 2017| ISBN 978-602-61562-1-1| 191
Prajudi Atmodirdjo. Hukum Administrasi Negara.Cetakan ke-9.(Ghalia
Indonesia.Jakarta.1988).
Yulius.Perkembangan Pemikiran dan Pengaturan Penyalahgunaan Wewenang di
Indonesia (Tinjauan Singkat Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara
Pasca Berlakunya Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014), artikel dalam
Jurrnal Hukum dan Peradilan, Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum
dan Peradilan Mahkamah Agung RI, Volume 04 Nomor 3 November 2015.
Makalah Prof Dr M Arief Amrullah SH Mhum.Disampaikan pada Pelatihan
Viktimologi Indonesia, Purwokerto, 18-20 September 2016, kerjasama World
Society of victimology dengan FH univ Jend.Sudirman. Judul: Ruang Lingkup
dan Tujuan Mempelajari viktimologi.
UU No 31 Tahun 2014 tentang perubahan atas UU No 13 Tahun 2006 tentang
Perlindungan Saksi dan Korban.
UU No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Declaration of Basic Principles of justice for victims of crime and abuse of power.
Peraturan Pemerintah No 55 tahun 2016 tentang Ketentuan Umum dan Tata cara
Pemungutan Pajak Daerah
Peraturan Daerah DKI No 13 Tahun 2010 tentang Pajak Hiburan.
SK Gub DKI No 30 tahun 2003 tentang ketentuan pemeriksaan di bidang pajak
daerah.
Prosiding Seminar Nasional Viktimologi | Kongres Asosiasi Pengajar Viktimologi Indonesia Ke-I | Balikpapan, 21-22
April 2017| ISBN 978-602-61562-1-1| 192
Lppm Uniba Press
Universitas Balikpapan
Prosiding Seminar Nasional Viktimologi Konggres Asosiasi Pengajar Viktimologi Indonesia Ke-1
“Optimalisasi Perlindungan Hukum Bagi Para Korban di
Indonesia”
Universitas Balikpapan
Kalimantan Timur
21-22 April 2017
http://isbn.perpusnas.go.id/Account/SearchBuku?searchCat=ISBN&searchTxt=978-602-61562-1-1
top related