roni boni bionut
Post on 03-Jul-2015
162 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
I. Latar Belakang
Dewasa ini banyak sekali produk makanan maupun minuman yang secara instan
maupun siap saji dapat dengan mudah diperoleh. Produk tersebut biasanya ditemukan dalam
bentuk kemasan maupun didalam botol. Produk-produk ini sering dikonsumsi oleh
masyarakat. Namun, masyarakat kurang melihat kandungan nilai gizi yang terdapat didalam
produk komersil tersebut apakah produk tersebut layak dikonsumsi atau tidak layak untuk
dikonsumsi. Selain itu, masyarakat juga kebanyakan tidak memperhatikan bahan-bahan apa
saja yang digunakan dalam pembuatan produk-produk komersil tersebut.
Produk makanan ringan seperti snack pada umumnya terbuat dari bahan-bahan alami
seperti tepung terigu maupun tepung tapioka. Bahan-bahan tersebut mengandung amilum
atau pati yang berfungasi sebagi karbohidrat yang sangat dibutuhkan oleh manusia untuk
sumber energi. Sementara pada produk minuman, biasanya terkandung banyak mineral dan
beberapa vitamin-vitamin larut air. Selain bahan-bahan tersebut, sering pula digunakan
pemanis buatan maupun pewarna yang ditambahkan kedalam produk-produk komersil agar
produk tersebut memiliki cita rasa maupun warana yang khas. Pewarna dan pemanis buatan
tersebut merupakan bahan tambahan pangan. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.722/MenKed/Per/IX/88, Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan atau campuran
bahan yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi
ditambahkan kedalam pangan unutk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan.
II. Rumusan Masalah
Apakah produk makanan maupun minuman komersil tersebut layak dikonsumsi?
Bagaimana cara untuk mengetahui suatu kelayakan konsumsi suatu produk makanan
ataupun minuman komersil?
Apa manfaat setelah mengetahui suatu kelayakan konsumsi dari produk makanan
atau minuman komersil?
III. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi kelayakan dari suatu produk
makanan ataupun minuman komersil.
Makalah ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang fungsi dari masing-
masing bahan yang digunakan.
Makalah ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang asal atau mulanya
tiap-tiap bahan yang digunakan.
Makalah ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang zat atau senyawa yang
terkandung didalam bahan yang digunakan dalam produk.
IV. Manfaat
Sebagai bahan acuan untuk mengetahui kelayakan konsumsi dari suatu produk
komersil.
Sebagai media pembelajaran.
Bahan Tambahan Pangan (BTP)
Yang dimaksud BTP Pengawet adalah bahan tambahan pangan yang dapat mencegah
atau menghambat fermentasi, pengasaman atau penguraian dan perusakan lainnya terhadap
pangan yang disebabkan oleh mikroorganisme. Kerusakan tersebut dapat disebabkan oleh
fungi, bakteria dan mikroba lainnya. Kontaminasi bakteria dapat menyebabkan penyakit yang
dibawa makanan (food borne illness) termasuk botulism yang membahayakan kehidupan.
Bahan Tambahan Pangan (BTP) juga didefenisikan sebagai bahan atau campuran
bahan kimia yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi
ditambahkan ke dalam pangan. Tujuannya, untuk memperbaiki karakter pangan agar
kualitasnya meningkat. Fungsi BTP antara lain untuk mengawetkan makanan, mencegah
pertumbuhan mikroba perusak pangan, mencegah terjadinya reaksi kimia yang dapat
menurunkan mutu pangan, dan membentuk makanan menjadi lebih baik, renyah, serta lebih
enak di mulut.BTP juga digunakan untuk memberi warna dan aroma agar menarik dan
meningkatkan kualitas pangan. Makanan yang baik dan tak mudah busuk tentu lebih
menghemat biaya produksi.
Pengawet pangan adalah upaya untuk mencegah, menghambat pertumbuhan
mikroba yang terdapat dalam pangan. Pengawetan dapat dilakukan dengan berbagai cara,
yaitu penggunaan suhu rendah, suhu tinggi, iradiasi atau dengan penambahan bahan
pengawet (BTP Pengawet). Produk-produk pangan dalam kemasan yang diproses dengan
panas atau disebut sterilisasi komersil seperti kornet dalam kaleng atau susu steril dalam
kemasan tetrapak tidak menggunakan bahan pengawet karena proses termal sudah cukup
untuk memusnahkan mikroba pembusuk dan patogen.
Produk-produk ini akan awet lebih dari setahun meskipun disimpan pada suhu kamar.
Untuk jenis pewarna, yang diizinkan adalah pewarna alami misalnya kunyit (untuk warna
kuning), daun suji (warna hijau), serta pewarna buatan dalam kategori food grade. Untuk
pemanis buatan yang diizinkan antara lain sakarin, aspartame, dan siklamat.Sementara zat
pengawet yang diizinkan di antaranya benzoat, propionat, nitrit, nitrat, sorbat, dan sulfit. Satu
atau beberapa jenis pengawet tersebut mungkin efektif untuk jenis makanan tertentu, tetapi
belum tentu hal sama berlaku pada jenis makanan lain.
Produk-produk seperti saus tomat, sambal, kecap, dan selai buah juga tak lepas dari
bahan tambahan pangan. Namun, bahan tambahan yang digunakan masuk dalam kategori
food grade.Pengawet propionat banyak digunakan pada produk roti, cake, dan kue-kue basah.
Adapun sulfit digunakan pada produk manisan buah. Ada juga yang menambahkan sulfit
pada gula merah agar tampak cokelat muda dan keras. Pengawet nitrat/nitrit biasa
ditambahkan pada produk daging misalnya dendeng, sosis, salami dan kornet, serta agar
daging berwarna merah. Tak semua makanan kemasan ditambahkan pengawet. Produk
makanan kemasan diberi pengawet jika tak langsung habis sekali pakai.
Minuman dalam kemasan seperti susu steril tak menggunakan pengawet karena
langsung habis. Agar masa kedaluwarsanya bisa lama, minuman dalam kemasan semacam itu
disterilkan dengan pemanasan. Kalau minuman tak langsung habis, harus disimpan dalam
lemari es.Produk kering seperti biskuit, susu bubuk, dendeng, dan ikan asin sebenarnya tak
perlu diberi pengawet jika kondisinya cukup kering. Produk steril dalam kemasan seperti
koktail dan ikan dalam kaleng juga tak perlu ditambah pengawet. Konsumen sebaiknya teliti
dalam membeli makanan, terutama produk industri rumah tangga. Pasalnya, pengawasan
terhadap makanan industri rumah tangga masih sulit dilakukan.
Pengelompokan BTP yang diizinkan digunakan pada makanan menurut Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/88 adalah sebagai berikut:
1. Pewarna, yaituBTP yang dapat memperbaiki atau memberi warna pada
makanan.
2. Pemanis buatan, yaitu BTP yang dapat menyebabkan rasa manis pada makanan,
yang tidakatau hampir tidak mempunyai nilai gizi.
3. Pengawet, yaitu BTP yang dapatmencegah menghambat fermentasi, pengasaman
atau peruraian lain pada makanan yang disebabkan oleh pertumbuhan mikroba
4. Antioksidan, yaitu BTP yang dapat mencegah atau menghambat proses oksidasi
lemak sehingga mencegah terjadinya ketengikan.
BAB II
1. SUSU APPETON
Tabel 1. Komposisi dari susu appeton :
No. Nama Bahan Kadar per 100 gr
1
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Energi / Tenaga
Protein
Lemak
Karbohidrat
Abu
Lembapan
Vitamin A
Vitamin B1
Vitamin B2
396 kkal
30 gr
10 gr
52 gr
5 gr
3 gr
3000.0 IU
0.8 mg
0.8 mg
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
Vitamin B6
Vitamin B12
Vitamin C
Vitamin D
Vitamin E
Niasin
Panthotenic acid
Folic acid
Biotin
Choline
Mineral Sodium
Mineral Potasium
Mineral Calsium
Mineral Chlorida
Mineral Iron
Mineral Phospate
Mineral Magnesium
Mineral Zink
Mineral Copper
Mineral Iodine
Mineral Manganase
1.0 mg
3.5 mg
45.0 mg
300.0 IU
10.0 IU
8.0 mg
5.0 mg
300.0 mg
50.0 mg
50.0 mg
660.0 mg
650.0 mg
1500.0 mg
1000.0 mg
8.0 mg
650.0 mg
100.0 mg
5.5 mg
550.0 mg
70.0 mg
1100.0 mg
Anggaran analisa asam amino. Setiap 100 gr protein mengandung :
No. Asam amino Kadar per 100 gr protein
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
*Lysine
*Valine
*Isoleusine
*Leusine
*Tryosine
*Phenylalanine
*Tryptophan
*Methionine
Cystien
Histidine
Arganine
Aspartic acid
Treonine
Serine
Glutamic acid
Proline
Glycine
Alanine
9.2 mg
6.4 mg
5.2 mg
8.8 mg
5.2 mg
4.0 mg
3.2 mg
2.7 mg
1.3 mg
2.3 mg
3.5 mg
7.0 mg
4.2 mg
5.4 mg
18.5 mg
8.7 mg
1.6 mg
2.6 mg
* : Asam Amino Essensial.
Tabel 2. SNI 01-2970 1999 Susu Bubuk
PEMBAHASAN :
Hasil analisis susu appeton yang dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2. Menurut SNI susu bubuk,
memiliki syarat mutu susu bubuk adalah kadar protein minimum 26%, lemak minimal 1.5% - 26.0 % ,
air maksimum 4.0 % dan abu maksimum 9.0 %. Susu appeton mengandung protein sebesar 30 %,
lemak 10%, air 3.0 %, dan abu sebesar 5.0 %. Dengan demikian kadar protein, lemak, air dan abu
pada susu appeton memenuhi standar yang disyaratkan oleh SNI. Komponen lain seperti vitamin,dan
kadar mineral dalam susu appeton telah memenuhi standar SNI dapat dilihat dari tabel. Selain itu susu
appeton juga mempunyai keadaan bau dan rasa yang normal seperti susu biasa. Susu appeton juga
tidak mengandung bahan-bahan mineral yang berbahaya bagi tubuh hal ini dapat dilihat dari
komposisi yang terkandung dalam susu appeton, dimana dalam susu appeton tidak ada logam timbal,
tembaga, timah, dan raksa. Sehingga dari analisis bahan-bahan dalam susu appeton, susu ini sesuai
dengan SNI dan dapat dikonsumsi dengan aman.
Appeton Weight Gain mengandung semua vitamin dan mineral serta semua asam amino
esensial yang sangat penting yang dibutuhkan bagi pembentukan jaringan tubuh. Komposisi asam
amino yang terkandung di dalamnya berasal dari susu dan tumbuh tumbuhan sehingga Appeton
Weight Gain cocok dikonsumsi.
Gabungan dari nutrisi makro dan mikro dalam komposisi Appeton Weight Gain dapat
membantu pertumbuhan jaringan tubuh, sedangkan elemen Lysine dapat meningkatkan nafsu makan
serta meningkatkan penyerapan protein dalam tubuh.
KESIMPULAN:
Dari analisis bahan-bahan yang terkandung didalam susu appeton dan pembahasan yang dilakukan
dapat disimpulkan bahwa susu appeton weight gain memenuhi standart yang diisyaratkan oleh
standart nasional indonesia (SNI) dan tidak mengandung bahan-bahan logam berbahaya seperti
timbal, timah dan raksa sehingga baik untuk dikonsumsi. Susu appeton ini juga mengandung bahan
andalan yaitu asam amino essensial Lysine yang dapat meningkatkan penyerapan protein dalam
tubuh.
2. SUSU WYETH S – 26 GOLD
Tabel 1. Komposisi dari susu wyeth s- 26 gold :
No. Nama Bahan Kadar per 100 gr
1
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Energi / Tenaga
Protein
Lemak
Karbohidrat
Abu
Lembapan (air)
AA
DHA
Asam linolenat
Nukleotida
Vitamin A
Vitamin B1
Vitamin B2
Vitamin B6
Vitamin B12
Vitamin C
520 kkal
11 gr
28 gr
56 gr
3.0 gr
3.0 gr
97 mg
56 mg
4567 mg
23.0 mg
1969 SI
53 mg
787 mg
1181 mg
472 mg
1.6 mg
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
Vitamin D
Vitamin E
Vitamin K
Niasin
Panthotenic acid
Folic acid
Biotin
Choline
karoten
Mineral Potasium
Mineral Calsium
Mineral Chlorida
Mineral Iron
Mineral Phospate
Mineral Magnesium
Mineral Zink
Mineral Iodine
Mineral Manganase
Mineral Tembaga
Mineral Natrium
Mineral Kalium
Mineral Selenium
165 mg
335 SI
8.7 SI
3937 mg
2362 mg
63 mg
16 mcg
79 mg
71 mg
650.0 mg
386 mg
541 mg
6.3 mg
230 mg
30 mg
4.7 mg
79 mg
39 mg
362 mg
126 mg
572 mg
11 mg
Tabel 2. SNI 01-2970 1999 Susu Bubuk
PEMBAHASAN :
Hasil analisis susu wyeth s- 26 gold yang dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2. Menurut
SNI susu bubuk, memiliki syarat mutu susu bubuk adalah kadar protein minimum 25%,
lemak minimal 26.0 % , air maksimum 4.0 % dan abu maksimum 6.0 %. Susu wyeth s- 26
gold mengandung protein sebesar 11 %, lemak 28%, air 3.0 %, dan abu sebesar 3.0 %.
Dengan demikian kadar lemak, air dan abu pada susu wyeth s- 26 gold memenuhi standar
yang disyaratkan oleh SNI, namun untuk protein tidak memenuhi syarat menurut SNI.
Komponen lain seperti vitamin,dan kadar mineral dalam susu wyeth s- 26 gold telah
memenuhi standar SNI dapat dilihat dari tabel. Selain itu susu wyeth s- 26 gold juga
mempunyai keadaan bau dan rasa yang normal seperti susu biasa. Susu wyeth s- 26 gold juga
tidak mengandung bahan-bahan mineral yang berbahaya bagi tubuh hal ini dapat dilihat dari
komposisi yang terkandung dalam susu wyeth s- 26 gold, dimana dalam susu wyeth s- 26
gold tidak ada logam timbal, tembaga, timah, dan raksa. Sehingga dari analisis bahan-bahan
dalam susu wyeth s- 26 gold, susu ini sesuai dengan SNI dan dapat dikonsumsi dengan aman.
Selain itu susu wyeth s- 26 gold juga mengandung bahan-bahan yang penting bagi
pertumbuhan dan perkembangan bayi seperti alfa protein (alfa laktal bumin) yang berguna
untuk tumbuh kembang yang optimal yang lebih mudah diserap dan dicerna oleh bayi. AA
dan DHA yang berguna membantu perkembangan otak bayi. Nukleotida yang berguna
membantu menjaga kondisi tubuh dan membantu sistem pencernaan dengan meningkatkan
pertumbuhan bakteri yang menguntungkan dalam usus (bifidobakteria). Karoten sebagai anti
oksidan yang dapat membantu mengurangi resiko kerusakan sel akibat radikal bebas dan
sebagai koenzim A untuk membantu fungsi penglihatan. Zat besi yang berguna untuk
pembentukan darah merah dn mengangkut oksigen. Selenium sebagai kofaktor enzim
glutation peroksidase.
KESIMPULAN
Dari analisis bahan-bahan yang terkandung didalam susu wyeth s- 26 gold dan pembahasan
yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa susu wyeth s- 26 gold memenuhi standart yang
diisyaratkan oleh standart nasional indonesia (SNI) dan tidak mengandung bahan-bahan
logam berbahaya seperti timbal, timah dan raksa sehingga baik untuk dikonsumsi. Susu
wyeth s- 26 gold ini juga mengandung bahan andalan yaitu alfa protein (alfa laktal bumin),
AA dan DHA, Nukleotida, Karoten, Zat besi dan selenium yang sangat membantu dalam
pertumbuhan dan perkembangan tubuh dan otak bayi.
top related