rencana_agrowisata
Post on 21-Jun-2015
305 Views
Preview:
TRANSCRIPT
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KAWASAN AGROWISATA DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN, SUMATERA BARAT SESUAI RTRW TAHUN 2015 YANG
BERBASIS PERDAGANGAN, JASA, DAN PERINDUSTRIAN
OLEH :ANITA DWI PUSPITASARI
0706265200
DEPARTEMEN GEOGRAFIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS INDONESIA2010
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peran alam sebagai sumber daya alam dalam kepariwisataan adalah sangat besar
dan penting. Hal tersebut dapat dilihat dari klasifikasi jenis obyek dan daya tarik dimana
wisata alam menempati prosentase yang paling tinggi. Di Indonesia motivasi kunjungan
wisata baik asing maupun domestik sebagian adalah karena sumber daya alam,
sedangkan jumlah obyek dan daya tarik wisata untuk ini perlu ditingkatkan pengetahuan
seluruh aparat yang bergerak dalam bidang pariwisata
Pengembangan pariwisata merupakan salah satu cara dalam pengembangan suatu
kawasan atau daerahnya. Pengembangan pariwisata ini tidak terlepas dari keberadaan
sumber daya alam maupun sumber daya buatan sebagai potensi daerah yang dimilikinya.
Potensi daerah tersebut merupakan salah satu sumber aset wisata yang diunggulkan baik
berupa keindahan alam, peninggalan budaya masa lampau maupun dari komoditas
unggulan yang khas daerahnya. Banyak daerah yang memiliki keunggulan wisata
tersendiri seperti wisata budaya, wisata alam, wisata pedesaan maupun wisata agro
(agrowisata).
Wisata agro bukan semata merupakan usaha di bidang jasa yang menjual bagi
pemenuhan konsumen akan pemandangan alam yang indah dan udara yang segar, namun
juga dapat berperan sebagai media promosi produk pertanian, menjadi media pendidikan
masyarakat, memberikan signal bagi peluang pengembangan diversifikasi produk
agribisnis dan berarti pula dapat menjadi kawasan pertumbuhan wilayah. Dengan
demikian wisata agro dapat menjadi salah satu sumber pertumbuhan baru daerah, sektor
pertanian dan ekonomi nasional. Agrowisata termasuk salah satu diversifikasi usaha
karena prospeknya yang cerah. Orang-orang di zaman modern seperti sekarang ini kian
membutuhkan sarana rekreasi yang alami, menyegarkan dan bebas polusi (Suhardono
dalam Suara Merdeka, 2007).
Berdasarkan pengertiannya agrowisata merupakan salah satu bentuk wisata
alternatif yang memanfaatkan komoditas pertanian sebagai daya tariknya. Komoditas
pertanian tersebut dapat berupa pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan,
perikanan dan peternakan. Agrowisata belum banyak dikembangkan di wilayah
Indonesia. Belum banyak daerah – daerah yang potensial pertanian memanfaatkan
sebagai daya tarik wisata. Padahal jika dilihat dari kecenderungan kondisi perubahan
masyarakat terhadap daerah tujuan wisata, permintaan akan jenis wisata agro di Indonesia
sangat tinggi. Tetapi kebanyakan yang ada sekarang, yang menjadi daya tarik wisata
hanya berupa wisata alam dan wisata budaya yang kecenderungan orang atau wisatawan
akan merasa bosan dengan apa yang dilihatnya.
Kabupaten Padang Pariaman merupakan salah satu daerah potensial pertanian
yang dapat dimanfaatkan sebagai daya tarik wisata. Kabupaten yang dilalui 12 sungai ini
sepertiga kegiatan ekonominya disumbang oleh pertanian. Kabupaten Padang Pariaman
kurang berkembang pada sektor pariwisatanya. Oleh karena itu, perlu dikembangkan
pariwisata yang berbasis agro.
1.2 Perumusan Masalah
Karena pariwisata berbasis agro di Kabupaten Padang Pariaman belum cukup
berkembang, maka perlu adannya pengembangan pariwisata seperti ini. Untuk
melakukan suatu pembangunan perlu adanya perencanaan terlebih dahulu. Perencanaan
kawasan agrowisata membahas beberapa hal antara lain:
1. Aspek apa saja yang menjadi dasar pertimbangan dalam pembangunan kawasan
agrowisata di Kabupaten Padang Pariaman?
2. Dimana sajakah wilayah Kabupaten Padang Pariaman yang berpotensi untuk
pengembangan agrowisata?
3. Bagaimana perubahan luasah untuk rencana pembangunan kawasan agrowisata
terhadap rencana tata ruang wilayah keseluruhan Kabupaten Padang Pariaman?
1.3 Tujuan Perencanaan
Perencanaan tata ruang pembangunan kawasan agrowisata di Kabupaten Padang
pariaman bertujuan untuk:
1. Mengembangkan pariwisata berbasis pertanian di Kabupaten Padang Pariaman.
2. Menjadikan Kabupaten Padang Pariaman sebagai pelopor majunya Provinsi
Sumatera Barat.
3. Meningkatkan Pendapatan Daerah Kabupaten Padang Pariaman.
4. Membangun kawasan Agrowisata yang berwawasan perdagangan, jasa, dan
perindustrian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tata Ruang Wilayah
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota /Rencana Umum Tata Ruang Kawasan
Perkotaan, berdasarkan pasal 22 ayat (1) UU No. 24/1992 tentang Penataan Ruang,
merupakan rencana umum tata ruang sebagai penjabaran dari Rencana Tata Ruang
Wilayah Propinsi atau Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Metropolitan ke dalam
strategi pelaksanaan pemanfaatan ruang wilayah Kota/Kawasan Perkotaan. Rencana
Umum Tata Ruang Wilayah Kota/Kawasan Perkotaan adalah kebijaksanaan yang
menetapkan lokasi dari kawasan yang harus dilindungi dan dibudidayakan serta wilayah
yang akan diprioritaskan pengembangannya dalam jangka waktu perencanaan.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota/Kawasan Perkotaan merupakan rencana
pemanfaatan ruang Wilayah Kota/Kawasan Perkotaan yang disusun untuk menjaga
keserasian pembangunan antar sektor dalam rangka penyusunan dan pengendalian
program-program pembangunan perkotaan dalam jangka panjang. Rencana Umum Tata
Ruang Kawasan Perkotaan merupakan bagian dari Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten.
Rumusan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota/Rencana Umum Tata Ruang
Kawasan Perkotaan lebih merupakan rencana struktur pemanfaatan ruang dan bersifat
strategi dan kebijaksanaan dasar dalam pengambangan kota. (Kepmendagri NO 59/1988).
Fungsi Rencana Tata Ruang Wilayah Kota/Rencana Umum Tata Ruang Kawasan
Perkotaan adalah untuk:
menjaga konsistensi perkembangan Kota/Kawasan Perkotaan dengan strategi
perkotaan nasional dan arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi dalam
jangka panjang;
menciptakan keserasian perkembangan kota dengan wilayah sekitar
menciptakan keterpaduan pembangunan sektoral dan daerah.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota/Rencana Umum Tata Ruang Kawasan Perkotaan
adalah sebagai pedoman untuk:
Perumusan kebijakan pokok pemanfaatan ruang di Wilayah Kota/Kawasan
Perkotaan;
Rencana kota harus mengacu pada rencana yang ada di atasnya, yaitu RTRWP
dan RTRWN mengingat bahwa Wilayah Kota/Kawasan Perkotaan berada dalam
wilayah propinsi dan negara.
Memperhatikan kedudukan wilayah kota/ Kawasan perkotaan dalam sistem kota-
kota wilayah yang lebih luas.
Agar tidak terjadi overlap kepentingan antara sektoral dan daerah yang dapat
menimbulkan konflik
2.2 Pariwisata
Pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara,
dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau
keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya,
alam, dan ilmu. (Spillane. 1987 : 21).
Pariwisata dinilai oleh banyak pihak memiliki arti penting sebagai salah satu
alternatif pembangunan, terutama bagi negara atau daerah yang memiliki keterbatasan
sumberdaya alam. Untuk memaksimumkan dampak positif dari menekan serendah
mungkin dampak negatif yang ditimbulkan, diperlukan perencanaan yang bersifat
menyeluruh dan terpadu. Rencana pengembangan pariwisata diperlukan oleh berbagai
pihak sebagai pedoman dalam mengembangkan aktivitas di bidang masing-masing.
Bahkan, rencana pengembangan dimaksud harus bersinergi dengan rencana-rencana
pembangunan pada sektor-sektor lain dan tetap konsisten dengan rencana pembangunan
kepariwisataan nasional secara keseluruhan.
Pariwisata merupakan kegiatan yang kompleks, bersifat multi sektoral dan
terfragmentsikan, karena itu koordinasi antar berbagai sektor terkait melalui proses
perencanaan yang tepat sangat penting artinya. Perencanaan juga diharapkan dapat
membantu tercapainya kesesuaian (match) antara ekspektasi pasar dengan produk wisata
yang dikembangkan tanpa harus mengorbankan kepentingan masing-masing pihak.
Mengingat masa depan penuh perubahan, maka perencanaan diharapkan dapat
mengantisipasi perubahan-perubahan lingkungan strategis yang dimaksud dan
menghindari sejauh mungkin dampak negatip yang ditimbulkan oleh perubahan-
perubahan lingkungan tersebut.
Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang sangat kompleks
yang mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a) Multi-dimensional. Pariwisata berdimensi banyak,
mencakup dimensi fisik, sosial, ekonomi, politik, dan
budaya.
b) Multi-sektoral. Pariwisata berkaitan erat dengan sektor-
sektor lainnya, seperti pertanian, perikanan, manufaktur,
transportasi, berbagai pelayanan dan fasilitas umum, dan
infrastruktur lainnya.
c) Multi-produk. Produk yang ditawarkan pariwisata itu
bermacam-macam sesuai dengan demand wisatawan, di
antaranya ialah wisata alam, wisata agro, wisata
lingkungan, wisata budaya, wisata bahari, wisata air,
wisata ziarah, konvensi, dlsb.
d) Multilevel. Pariwisata juga melibatkan banyak tingkatan,
mulai dari tingkat komunitas lokal, provinsial, nasional,
sampai tingkat global.
2.3 Agrowisata
Agrowisata merupakan kegiatan yang berupaya mengembangkan sumberdaya
alam suatu daerah yang memiliki potensi di bidang pertanian untuk dijadikan kawasan
wisata. Daerah perkebunan, sentra penghasil sayuran tertentu dan wilayah perdesaan
berpotensi besar menjadi objek agrowisata. Potensi yang terkandung tersebut harus
dilihat dari segi lingkungan alam, letak geografis, jenis produk, atau komoditas pertanian
yang dihasilkan, serta sarana dan prasarananya (Sumarwoto, 1990).
Pengembangan agrowisata pada hakikatnya merupakan upaya terhadap
pemanfaatan potensi atraksi wisata pertanian. Berdasarkan Surat Keputusan (SK)
bersama antara Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi dan Menteri Pertanian No.
KM.47/PW.DOW/MPPT-89 dan No. 204/KPTS/HK/050/4/1989 agrowisata sebagai
bagian dari objek wisata, diartikan sebagai suatu bentuk kegiatan yang memanfaatkan
usaha agro sebagai objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan,
pengalaman rekreasi dan hubungan usaha di bidang pertanian. Agrowisata diberi batasan
sebagai wisata yang memanfaatkan objek-objek pertanian (Tirtawinata dan Fachruddin,
1996).
Sementara itu, ada juga pandangan yang menyebutkan bahwa agrowisata adalah
usahatani yang pemasarannya berorientasi pada kegiatan yang berhubungan dengan
pelayanan pariwisata. Misalnya usaha penggemukan sapi atau budidaya sayur-sayuran
yang pemasaran hasilnya diarahkan untuk memenuhi kebutuhan hotel atau restoran yang
melayani wisatawan. Di sini teknologi yang diterapkan adalah teknologi usahatani yang
dapat mencapai mutu produksi sesuai dengan permintaan hotel atau restoran. Jadi,
agrowisata merupakan salah satu bentuk kegiatan agribisnis.
2.4 Daerah Tujuan Agrowisata
Unsur-unsur utama komponen produksi pariwisata terdiri dari 3 bagian: (1) Daya
tarik DTW, termasuk di dalamnya citra yang dibayangkan oleh wisatawan (atraksi), (2)
Fasilitas di DTW seperti akomodasi, usaha pengolahan makan, hiburan, dan reksreasi
(amenitas), (3) Kemudahan pencapaian DTW tersebut (aksesbilitas) (Medik dan
Middleton, 1993 dalam Sudianto 2001).
2.4.1 Atraksi Agrowisata
Atraksi yang juga disebut objek wisata merupakan potensi yang menjadi
pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata. Menurut Undang-Undang
No. 9 Tahun 1990 Pasal 1, objek dan daya tarik wisata adalah sesuatu yang menjadi
sasaran wisata.
Marpaung (2002) dalam Herry (2006) menyatakan bahwa objek dan daya tarik
wisata merupakan suatu bentukan dan/atau aktivitas dan fasilitas yang berhubungan, yang
dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ke suatu daerah/tempat
tertentu.
Atraksi dalam agrowisata berkaitan dengan penggunaan tanah berkaitan dengan
pertanian dan perkebunan. Penggunaan tanah yang dimaksud antara lain sawah, tegalan/
ladang, perkebunan, kebun campuran, dan hutan. Jadi, untuk mengetahui wilayah
berpotensi agrowisata, harus menggunakan penggunaan tanah tersebut sebagai syaratnya.
2.4.2 Aksesbilitas
Bintarto (1991) mengatakan bahwa yang dikatakan aksesbilitas adalah
kemudahan bergerak dari suatu tempat ke tempat lain dalam suatu wilayah. Aksesbilitas
dapat diukur melalui :
1. Waktu tempuh dari suatu tempat ke tempat lain
2. Jarak tempuh dari suatu tempat ke tempat lain
Aksesbilitas tidak dapat dipisahkan dengan ketersediaan sistem transportasi :
angkutan transportasi, dan jaringan rute. Sistem transportasi jugan akanberkaitan dengan :
1. Kedatangan wisatawan pada satu daerah menggunakan jalan lokal yang dirancang
untuk kebutuhan ekonomi lokal.
2. Pengelola objek wisata akan merespon dengan menyediakan akomodasi dan
atraksi wisata
3. Bertambahnya angka kunjungan wisata sejalan dengan meningkatnya aksesbilitas
(Burton, 1995)
Fasilitas
Fasilitas memberikan kemudahan bagi para wisatawan dalam menikmati kegiatan
wisata yang dilakukan. Fasilitas tersebut misalnya : tempat makan, toko cinderamata,
toko kelontong, bank, dan lain-lain. Fasilitas-fasilitas tersebut biasanya terdapat di
pinggir jalan. Jadi, fasilitas dapat dikaitkan dengan aksesbilitas. Dan biasanya fasilitas
muncul karena terdapatnya objek wisata.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi
Suatu penelitian memerlukan lokasi yang dijadikan objek penelitian untuk
memperoleh data, informasi, keterangan dan hal-hal lain yang dibutuhkan untuk
keperluan penelitian. Lokasi penelitian ini adalah di Kabupaten Padang Pariaman.
Posisi astronomis Kabupaten Padang Pariaman yang terletak antara 0 0 11 ‘ – 0 0
49 ‘ Lintang Selatan dan 98036‘ – 100028‘ Bujur Timur , tercatat memiliki luas wilayah
sekitar 1.328,79 Km 2, dengan panjang garis pantai 60,50 Km 2. Luas daratan daerah ini
setara dengan 3,15 persen dari luas daratan wilayah Propinsi Sumatera Barat.
Daerah ini berbatasan dengan Kota Pariaman yang terletak di tengah Kabupaten Padang
Pariaman; serta berbatasan dengan: sebelah Utara dengan Kabupaten Agam; sebelah
Selatan dengan Kota Padang; sebelah Timur dengan Kabupaten Tanah Datar dan
Kabupaten Solok; dan sebelah Barat dengan Samudera Indonesia, Kabupaten Mentawai.
Untuk lebih jelasnya, lihat peta 1.
PETA 1
3.2 Variabel Yang Mendukung Kesesuaian Kawasan Agrowisata
Variabel adalah gejala-gejala yang menunjukkan variasi baik dalam jenisnya
maupun dalam tingkatannya (Sutrisno, 2000 ; 224).
Dalam penelitian ini variabel yang digunakan antara lain :
1. Penggunaan Tanah
2. Permukiman
3. Aksesbilitas (jangkauan jalan)
3.3 Pengumpulan Data
Pengumpulan data menggunakan teknik survei data sekunder. Studi Literatur
Pengumpulan data sekunder dengan studi literatur ini dilakukan dengan mencari sumber
– sumber yang terkait berkaitan dengan pengembangan agrowisata maupun konsep
analisis spasial dengan ArcView GIS. Kajian literatur ini dapat diperoleh melalui buku –
buku, jurnal, majalah, internet, maupun dari sumber – sumber lain yang berkaitan dengan
tema penelitian ini sehingga peneliti dapat memperoleh bahan masukan yang lebih
lengkap dan relevan. Data yang dikumpulkan merupakan data sekunder yang terdiri dari
peta penggunaan lahan dan peta jaringan jalan Kabupaten Padang Pariaman, sedangkan
untuk kawasan pemukiman diperoleh dari peta penggunaan tanah.
3.4 Tahap Pengolahan Data
Pada tahap ini maka peta yang telah dikumpulkan dan diklasifikasikan dapat diolah
untuk menghasilkan suatu peta kesesuaian lahan untuk agrowisata. Dibawah ini
merupakan diagram alir untuk mendapatkan peta kesesuaian tersebut:
BUFFERBUFFER
OVERLAY
OVERLAY
AKSESBILITAS (A)PEMUKIMAN (M)
PENGGUNAAN TANAH (P)
PMA
PM
A. Penggunaan Tanah
Penggunaan Tanah Kabupaten Padang Pariaman (lihat peta 2).
No Penggunaan Tanah Luas (Ha)1 Alang-alang 1406.2052 Hutan belukar 9473.3583 Hutan lebat 50546.664 Kebun campuran 20918.4095 Pemukiman 4931.3726 perkebunan 34550.0817 sawah 35673.3388 tegalan/ladang 1466.507
jumlah 158965.93
PETA 2
B. Permukiman
Permukiman Kabupaten Padang Pariaman (lihat peta 3).
N0 Jangkauan Pemukiman Luas (Ha)1 > 500 m 137870.9652 < 500 m 21094.965
Jumlah 158965.93
Kawasan pariwisata harus terpisah dari permukiman penduduk, tetapi tidah boleh
terlalu jauh. Kalau terlalu jauh, penduduk tidak dapat mencapai daerak objek wisata. Jadi,
ditentukan jangkauan maksimum dari permukiman penduduk.
PETA 3
C. Peta Aksesbilitas (Jangkauan Jalan)
Aksesbilitas Kabupaten Padang Pariaman (lihat peta 4).
No Jangkauan Jalan Luas (Ha)1 < 2 km 70711.2952 > 2 km 88254.635
Jumlah 158965.93
Dengan adanya jalan, suatu tempat dapat dikatakan strategis. Begitu juga dengan
kawasan pariwisata. Perlu adanya jalan sebagai sarana perhubungan guna mencapai
daerah objek wisata tersebut. Jadi, jaringan jalan merupakan prasyarat adanya objek
wisata.
PETA 4
Selain variabel-variabel di atas, rencana pembangunan kawasan agrowisata di
kabupaten Padang Pariaman juga memperhatikan wilayah tanah usaha (WTU).
Perencanaan pembangunan atau perencanaan ekonomi yang di-terapkan di Indonesia
melalui konsep Pelita yakni dengan menetapkan prioritas-prioritas dalam pemilihan
bidang maupun tahapan pelaksanaan kegiatan, telah dilaksanakan/berlangsung selama
kurun waktu kurang lebih 30 tahun serta diikuti dengan perkem-bangan penduduk yang
cukup pesat (terutama di P. Jawa) telah membawa implikasi terhadap perubahan
wajah/pola penggunaan tanah. Sehubungan dengan hal itu, perencanaan penggunaan
tanah pada dasarnya tidak menggariskan bidang/kegiatan apa yang harus ada, melainkan
mengarahkan atau mengatur letak atas bidang-bidang yang telah digariskan dalam
perencanaan ekonomi/pembangunan tersebut. Untuk dapat mengarahkan letak suatu
bidang-bidang yang sudah digariskan tadi dan agar bisa tercapai azas lestari dengan
pertimbangan penggunaan tanah yang seimbang dan optimal, maka telah dibuat sebuah
model yang dinamakan Wilayah Tanah Usaha (Dr. I made Sandy, Publikasi No. 75
Penggunaan Tanah di Indonesia, Dit. Tata Guna Tanah Depdagri, 1977). Model ini
dilandasi oleh medan (di. Lereng/kemiringan) dan ketinggian (faktor kendali iklim),
sebagai tempat kegiatan masyarakat (tanah usaha).
Berdasarkan konsep Wilayah Tanah Usaha (WTU), I made sandy berpendapat bahwa
wilayah yang bisa diusahakan atau WTU di Indonesia adalah wilayah yang memiliki
ketinggian wilayah hingga 1/3 dari ketinggian maksimum di wilayah tersebut. Di Indonesia,
rata-rata ketinggian maksimum sekitar 3000 m dpl, sehingga dalam hal tersebut wilayah
tanah usaha adalah wilayah dengan ketinggian hingga mencapai 1000 m dpl. Selebihnya atau
wilayah dengan ketinggian lebih dari 1000 m dpl adalah tidak sesuai atau bukan wilayah
tanah usaha (WTU).
Wilayah tanah usaha ini menjelaskan mengenai wilayah yang sesuai untuk
diusahakan, namun konteksnya lebih kepada aspek pertanian.
Dapat terlihat pada gambar di atas (Gambar 1) bahwa wilayah dengan ketinggian
antara 7 – 1000 m dpl adalah sesuai untuk WTU. Wilayah dengan ketinggian kurang dari 7 m
dpl memiliki faktor pembatas seperti berupa rawa-rawa dan gambut serta dataran pantai
sehingga sulit untuk diusahakan lahannya dalam konteksnya lahan pertanian, hal yang sama
juga pada wilayah dengan ketinggian lebih dari 1000 m dpl dimana faktor pembatas adalah
adanya hutan lindung dan konservasi. WTU Kabupaten Padang Pariaman dapat dilihat pada
peta 5.
PETA 5
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perencanaan pembangunan pariwisata di Kabupaten Padang Pariaman dilakukan
secara berkala setiap lima tahun sekali dilakukan lima kali sampai tahun 2015.
Pembangunan ini dilakukan tanpa mengacuhkan kondisi fisik dan lingkungan karena
prinsip pembangunan tata ruang wilayah di Kabupaten Padang Pariaman ini adalah
pembangunan yang berorientasi pada perdagangan, jasa, dan perindustrian. Ini berarti
bahwa pembangunan yang mengedepankan sektor ekonomi yaitu perdagangan, jasa, dan
perindustrian. Pariwisata merupakan sektor ekonomi berupa jasa. Peningkatan
pembangunan di sektor ekonomi dapat meningkatkan pendapatan daerah.
Perencanaan pembangunan pariwisata di Kabupaten Padang Pariaman memiliki
tujuan yaitu :
Memenuhi kebutuhan akan pemandangan alam yang indah kepada masyarakat
khususnya pada pertanian
Meningkatkan dan mengembangkan agribisnis di Kabupaten Padang Pariaman.
Meningkatkan dan menambah manfaat sektor pertanian bagi masyarakat.
Menjadikan kawasan agrowisata sebagai media promosi produk pertanian,
Meningkatkan pemasukan daerah Kabupaten Padang Pariaman melalui sektor
pariwisata
Meningkatkan sektor pariwisata bukan hanya agrowisata sebagai penggerak
ekonomi Kabupaten Padang Pariaman.
Dengan memenuhi tujuan-tujuan tersebut maka Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
dan dinas-dinas lainnya di Kabupaten Padang Pariaman membuat suatu rancangan tata
ruang wilayah tahun 2015. Wilayah yang berpotensi dijadikan kawasan pariwisata dapat
dilihat pada peta 6, sedangkan untuk mengetahui rencana pembangunan kawasan
pariwisata di Kabupaten Padang Pariaman yang akan terwujud dapat dilihat pada peta 6.
PETA 6
PETA 7
Dari peta diatas merupakan peta rencana pembangunan kawasan agrowisata di
Kabupaten Padang Pariaman. Pembangunan ini didasari atau berorientasi pada
perdagangan, jasa, dan perindustrian. Dari peta diatas juga terlihat bahwa tidak semua
daerah dekat jalan dapat dibuat pembangunan kawasan agrowisata. Suatu pembangunan
dalam suatu perencanaan harus mempertimbangkan peremcanaan pembangunan sektor
lainnya. Karena berbasis perdagangan, kawasan dekat jalan lebih diutamakan
perencanaan pembangunan kawasan perdagangan.
SektorLuas (hektar)
Sebelum RTRW
Luas (hektar)
Setelah RTRW
Pariwisata 34483.586 12327.038
Bukan Pariwisata 125015.328 141169.698
Dapat diketahui bahwa setelah adanya penggabungan RTRW Kabupaten Padang
Pariaman, rencana pembangunan kawasan pariwisata berkurang 17%. Terdapat daerah
yang sama tetapi perencanaan pembangunan yang berbeda. Oleh karena itu harus ada
sektor yang diutamakan agar dapat terwujud rencana pembangunan Kabupaten Padang
Pariaman yang seimbang sesuai dengan basisnya yaitu perdagangan, jasa, dan
perindustrian.
Sektor Luas (Ha) Sebelum RTRW Luas (Ha) Setelah RTRW
Industri 49727.231 8689.973
Kesehatan 43615.086 2054.663
Pariwisata 34483.586 11256.982
Pendidikan 43615.09 2071.683
Perdagangan 1496.401 860.581
Permukiman 78084 52413.775
Pertanian 11678.918 15297.528
RTH 61426.096 60291.803
TPST 2728.54 84.498
Taman Kota 1452.75 475.250
Panjang Jalan
Jalan - 25666.379 meter
Dari peta dan tabel diatas merupakan hasil rencana tata ruang wilayah keseluruhan dinas
di Kabupaten Padang Pariaman. Terdapat banyak perubahan luas wilayah dikarenakan
lebih memprioritaskan perdagangan, jasa, dan perindustrian sebagai basis RTRW
Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2015. Perubahan luasan itu dari 290942.893 ha
menjadi 153496.7 ha.
Karena penyusutan luasan tersebut maka pembangunan Kawasan agrowisata juga
menyusut luasnya. Banyak daerahnya yang dialihkan menjadi pembangunan kawasan
perdagangan. Selain itu, berubah juga menjadi pembangunan fasilitas kesehatan, fasilitas
pendidikan, industri, permukiman, taman kota, dan ruang terbuka hijau.
BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil pemaparan tersebut, disimpulkan bahwa secara garis besar, wilayah yang
akan dilakukan pembangunan kawasan agrowisata di Kabupaten Padang Pariaman adalah 5%
dari total luas keseluruhan Kabupaten Padang Pariaman. Terjadi perubahan luas yang
disebabkan oleh prioritas pembangunan dalam RTRW Kabupaten Padang Pariaman Tahun
2015. Kawasan agrowisata yang sesuai dialihkan menjadi kawasan lain yaitu fasilitas
kesehatan, fasilitas pendidikan, industri, permukiman, taman kota, dan ruang terbuka
hijau. Pembangunan kawasan agrowisata juga mempertimbangkan wilayah tanah usaha
(WTU). Dengan adanya wilayah tanah usaha, keseimbangan lingkungan dapat terwujud serta
dapat meminimalisasi terjadinya bencana seperti banjir, lonsor, dan sebagainya. Untuk
terwujudnya Rencana Tata Ruang Wilayah Pariwisata perlu adanya koordinasi dengan
dinas-dinas lainnya untuk mendukung terlaksananya RTRW tersebut serta
mempertimbangkan WTU.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2005. Kabupaten Padang Pariaman dalam http://www.cimbuak.net.
Anonim. 2007. Letak Geografis Kabupaten Padang Pariaman dalam
http://www.padangpariamankab.go.id .
Anonim. 2009. Sektor Pertanian Harus Menjadi Sektor Andalan dalam
http://korantrans.wordpress.com .
Suradnya, I Made. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR DAYA TARIK WISATA BALI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PERENCANAAN PARIWISATA DAERAH BALI. Bali.
PETA 5
top related