referat mh
Post on 26-Jul-2015
315 Views
Preview:
TRANSCRIPT
REFERAT MORBUS HANSEN
Disusun oleh:
Demas Christiawan (0815004)Agnes Amelinda (0815043)Emilia Christina (0815058)Shinta Lestari (0815030)Octaviany Gultom (0715165)
Preceptor:
dr. Liem Fenny, Sp. KK
1
Definisi
Istilah kusta berasal dari bahasa sansekerta, yakni kustha berarti kumpulan gejala-gejala kulit secara umum.
Kusta merupakan penyakit infeksi yang kronik dan penyebab ialah Mycobacterium leprae yang bersifat intraselular obligat.
2
Etiologi
Kuman penyebabnya adalah Mycobacterium leprae yang ditemukan oleh G. A. Hansen padatahun 1874 di Norwegia.
3
Bentuk basil
Ukuran 3-8 Um x 0,5 Um
Tahan asam dan dan alcohol
Gram positif.
Belum dapat dibiakkan dalam media artifisial.
replikasi memerlukan waktu yang sangat lama yaitu 2-21 hari.
4
Faktor Risiko
Ras
Sosioekonomi
Kebersihan
Genetik
5
Klasifikasi Madrid
Klasifikasi Madrid
Tipe indeterminate
Tipe tuberkuloid
Tipe lepromatosa
Tipe borderline (dimorphous)
6
Klasifikasi Ridley & Jopling Tipe polar tuberkuloid (TT)
Tipe borderline tuberkuloid (BT)
Tipe mid borderline lepromatous (BL)
Tipe polar lepromatous (LL)
7
Klasifikasi WHO
1.Tipe Pause - Basiler (PB)
2.Tipe Multi - Basiler (MB)
8
Prevalensi
Menkes : Indonesia berhasil mencapai eliminasi kusta pada tahun 2000 di 19 propinsi dan sekitar 300 kab/kota.
Prevalensi juga menurun sebesar 81% dari 107.271 penderita pada tahun 1990 menjadi 21.026 penderita tahun 2009
9
Pada tahun 2009, 17.260 kasus baru kusta di Indonesia dan jumlah kasus terdaftar sebanyak 21.026 orang.
Sedangkan tahun 2010, jumlah kasus baru tercatat 10.706) dan jumlah kasus terdaftar sebanyak 20.329 orang : 0.86.
Pada 28 Januari 2011 lalu, bertepatan dengan peringatan Hari Kusta Sedunia ke 58
10
Patogenesis
Pengaruh M. leprae terhadap kulit bergantung pd imunitas seseorang.
Proteksi awal melalui mekanisme imunitas non-spesifik dg fagositosis o/makrofag.
Bila gagal, berlanjut mekanisme imunitas spesifik.
Pada kusta tipe TT kemampuan fungsi sistem imunitas selular tinggi.
Pada kusta tipe LL terjadi kelumpuhan sistem imunitas selular.
Kusta
Patogenesis
Prinsip mekanisme imunitas
Kusta
Robins Cotran, Pathologic Basis of Disease
Patogenesis
Imunitas Spesifik
Kusta
Dikutip dari: Robins Cotran, Pathologic Basis of Disease
Robins Cotran, Pathologic Basis of Disease
Patogenesis
Hipersensitivitas tipe IV pd kulit thdp reaksi lepromin
Kusta
Robins Cotran, Pathologic Basis of Disease
Karakteristik Tuberkuloid (TT) Borderline tuberculoid (BT) Intermediate (I)
LesiTipe Makula atau
makula dibatasi infiltrat
Makula dibatasi infiltrat saja Makula
Jumlah Satu atau beberapa Beberapa atau satu dengan lesi satelit
Satu atau beberapa
Distribusi Terlokalisasi dan asimetris
Asimetris Bervariasi
Permukaan Kering, skuama Kering, skuama Dapat halus agak berkilat
Sensibilitas Hilang Hilang Agak tergangguBTAPada lesi kulit - - atau 1+ Biasanya -Tes Lepromin Positif kuat (3+) Positif (2+) Meragukan (1+)
15
Morbus Hansen (Kusta)
Makula atau makula dibatasi infiltrat, terlokalisasi simetris,
kering, berskuama, sensibilitas hilang, tes Lepromin 3+, BTA -.
16
Morbus Hansen (Kusta)
(Klaus Wolff et al, 2008)
Makula dibatasi infiltrat, kering, berskuama, beberapa, ada lesi satelit, sensibilitas hilang, tes
Lepromin 2+, BTA-.
17
Morbus Hansen (Kusta)
(Klaus Wolff et al, 2008)
Karakteristik Lepromatosa (LL) Borderline lepromatosa (BL) Mid-borderline (BB)
LesiTipe Makula, infiltrate difus,
papul, nodusMakula, plak, papul Plak, lesi berbentuk
kubah, punched-out lesion
Jumlah Banyak, praktis tidak ada kulit sehat
Banyak, tapi kulit sehat masih ada Beberapa, kulit sehat +
Distribusi Luas, simetris Cenderung simetris AsimetrisPermukaan Halus berkilap Halus berkilap Sedikit berkilap,
beberapa keringSensibilitas Tidak terganggu Sedikit berkurang berkurangBTAPada lesi kulit Banyak (globi) Banyak Agak bayakPada hembusan hidung
Banyak (globi) Biasanya tidak ada Tidak ada
Tes Lepromin - - Biasanya -, dapat juga ±
18
Morbus Hansen (Kusta)
Makula, infiltrate difus, papul, nodusPermukaan halusmengkilapTidak ada kulit yang sehatSensibilitas normalBTA : banyakTes Lepromin -
19
Morbus Hansen (Kusta)
(Klaus Wolff et al, 2008)
Makula, plak, papul, halus berkilapSensibilitas sedikit ↓Kulit sehat masih adaBTA kulit banyak, BTA hidung –Tes Lepromin-
20
Morbus Hansen (Kusta)
(Klaus Wolff et al, 2008)
Khas ! PUNCHED-OUT LESION
21
Morbus Hansen (Kusta)
(Klaus Wolff et al, 2008)
22
Gejala Klinik
Sifat LL BL BBBentuk Makula
infiltrat, difus, papul, nodus
Makula, plakat, papul
Plakat, dome shped, punched out
Jumlah Tak terhitung Sukar dihitung Dapat dihitungDistribusi simetris Hampir
simetrisasimetris
23
Gejala Klinik lanjutan
Sifat LL BL BBPermukaan Halus
berkilatHalus berkilat
Agak kasar agak berkilat
batas Tidak jelas Agak jelas Agak jelasanestesia Tidak ada Tidak jelas Lebih jelasBTA lesi kulit Banyak Banyak Agak banyakBTA sekret Banyak Negatif Negatif
24Gejala Klinik Lanjutan
Sifat TT BT I
Bentuk Makula saja Makula dibatasi infiltrat
Hanya makula
Jumlah Satu, dapat beberapa
Beberapa atau satu dengan lesi satelit
Satu atau beberapa
Distribusi asimetris masih asimetris variasi
25
Gejala Klinik Lanjutan
Sifat TT BT IPermukaan Kering bersisik Kering bersisik Halus agak
berkilatbatas jelas jelas Jelas atau
tidakanestesia Biasanya tidak
jelasTak jelas Tidak ada
samapi tidak jelas
BTA lesi kulit negatif Negatif/ 1+ Biasanya negatif
BTA sekret Banyak Biasanya negatif
Negatif
Kriteria Diagnosis
Ditemukan satu atau lebih TANDA KARDINAL :
Bercak kulit yang mati rasa
Penebalan nervus perifer
Ditemukan M. Leprae (BTA)
26
Gambaran KlinisTanda penyakit kusta masih aktif
Kulit: lesi membesar, jumlah bertambah, ulserasi, eritematosa, infiltrate atau nodus.
Saraf: nyeri, gangguan fungsi bertambah, jumlah saraf yang terkena bertambah
Tanda sisa penyakit kusta
Kulit: atrofi, keriput, non-repigmentasi dan bulu hilang
Saraf: mati rasa persisten, paralisis, kontraktur dan atrofi otot
Kusta
Dasar DiagnosisDasar Diagnosis
Anamnesa teliti– Keluhan utama/
tambahan– Riwayat kontak dengan
penderita– Latar belakang keluarga,
asal/ sosial-ekonomi
28
Pemeriksaan Pasien1.Inspeksi
2.Palpasi : - kelainan kulit
- kelainan saraf : N. auricularis magnus, N.ulnaris, N. peroneus
3. Tes fungsi saraf:
a. sensoris :raba,nyeri,suhu
b. Tes otonom :tes Gunawan
c. tes motoris
29
30
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan bakterioskopik ( kerokan jaringan kulit)
kerokan jaringan kulit/kerokan mukosa hidung -> Ziehl-Neelsen -> (BTA)
31
ZN: BTA dlm sel lepra (mononuklear/epitheloid) packets of cigar/globi
32
Pemeriksaan Penunjang
33
2. Skin test : tes lepromin
3. Pemeriksaan histopatologik
SIS yang tinggi: makrofag -> fagosit M.leprae
SIS rendah: sel Virchow atau
sel lepra atau sel busa.
Pemeriksaan Penunjang
4. Pemeriksaan serologik
Uji MLPA ( Mycobacterium Leprae Particle Aglutination)
Uji ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay)
ML dipstick test
5. Pemeriksaan PCR( Polimerase chain reaction)
34
Indeks bakteri (I.B): Untuk menentukan klasifikasi penyakit Lepra, dengan melihat kepadatan BTA tanpa melihat kuman hidup (solid) atau mati (fragmented/ granular)
Indeks Bakteri (I.B)
0 BTA -
1 – 10/ 100 L.P +1
1 – 10/ 10 L.P +2
1 – 10/ 1 L.P +3
10 – 100/ 1 L.P +4
100 – 1000/ 1 L.P +5
> 1000/ 1 L.P + 6
35
Pemeriksaan Serologi
• Dasar : terbentuknya antibodi spesifik M. leprae, yaitu antibodi anti phenolic glycolipid -1 (PGL-1) dan antibodi antiprotein 16 kD seta 35 kD.
• Tidak spesifik : antibodi anti-lipoarabinomanan (LAM)
• Fungsi : – Membantu diagnosis– Membantu menentukan kusta subklinis
Macam-macam pemeriksaan serologi kusta, ialah : Uji MLPA (Mycobacterium leprae Particle
Aglutination) Uji ELISA (Enzyme Linked Immuno-sorbent Assay) ML dipstick test (Mycobacterium leprae dipstick) ML flow test (Mycobacterium leprae flow test)
Tes Lepromin
Tujuan : Melihat Daya Imunitas Pasien Terhadap Penyakit Kusta
• Tes Mitsuda• Tes Fernandez
Menggunakan basil lepra mati Hasil rx diperiksa stlh 3 – 4 minggu Interpretasi:
- tidak ada reaksi/ kelainan +/- papel + eritema < 3
mm +1 papel + eritema 3 – 5
mm +2 papel + eritema > 5
mm +3 ulserasi
Menggunakan fraksi prot M.leprae Hasil reaksi diperiksa setelah 48 jam Interpretasi:
- tidak ada kelainan +/- indurasi + eritema < 5 mm + 1 indurasi + eritema 5 – 10 mm + 2 indurasi + eritema 10 – 15 mm + 3 indurasi + eritema 15 – 20 mm
Indeks Morfologi (IM)
Fungsi: Untuk melihat keberhasilan terapi Untuk melihat resistensi kuman BTA Untuk melihat infeksiositas penyakit
IM = Jumlah seluruh kuman utuh
X 100%Jumlah seluruh kuman diperiksa
41
Diagnosis Banding
42
Tujuan Terapi
Eradikasi infeksi
Mencegah komplikasi
Mengurangi morbiditas
43
Regimen Obat Rifampine (bakterisidal)
Dapsone (bakteriostatik)
Clofazimine (bakterisidal lemah, bakteriostatik)
44
Regimen
45
Rifampin Bakterisid
Menghambat DNA- dependent RNA polymerase berikatan dengan subunit beta
ES : hepatotoksik dan nefrotoksik
46
Dapson
Dapson = diamino difenil sulfon Bakteriostatik : menghambat
pertumbuhan bakteri Antagonis kompetitif para-
aminobezoic acid (PABA) inhibisi sintesis asam folat
ES : anemia hemolitik, skin rash, anoreksia, nausea, vomit, cephalgia, dan vertigo
47
Clofazimine
Bakteriostatik dan dapat menekan reaksi kusta
Menghambat siklus sel dan transpor dari NA/K ATPase
ES : warna kulit ungu kehitaman, diare, nyeri lambung
48
Obat Lain Sulfas Ferrous untuk
anemia berat
Vitamin A untuk kulit kering dan bersisik (ichtyosis)
Ofloxacin dan Minosiklin pilihan terapi bila ada intoleransi 3 regimen obat utama
49
PB dengan Lesi Tunggal
PB dengan lesi tunggal ROM (Rifampicin Ofloxacin Minocyclin) Pemberian obat sekali saja langsung RFT (Release
From Treatment) Obat diminum di depan petugas Anak-anak Ibu hamil tidak di berikan ROM.
50
PB dengan Lesi 2-5 Lama pengobatan : 6 dosis
Diselesaikan selama 6 - 9 bulan
Setelah minum 6 RFT
51
MB Lesi Kulit > 5
Lama pengobatan : 12 dosis
Diselesaikan selama 12-18 bulan RFT
Masa pengamatan setelah RFT dilakukan secara pasif untuk : tipe PB : 2 thn tipe MB : 5 thn
52
53
54
Komplikasi
Proses terjadinya cacat kusta
Dikutip dari: Depkes RI. Buku Pedoman Nasional Pemberantasan Penyakit Kusta. Cetakan XVIII. 2006
55
Klasifikasi cacat penderita kusta
Cacat pada tangan dan kaki
Cacat pada mata
Tingkat 0 tidak ada gangguan sesnibilitas, kerusakan dan deformitas
tidak ada kelainan pada mata (termasuk visus)
Tingkat 1 ada gangguan sensibilitas, tidak ada kerusakan dan deformitas.
ada kelianan tetapi tidak terlihat (visus sedikit berkurang).
Tingkat 2 terdapat kerusakan dan deformitas.
ada kerusakan (lagoftalmos, iritis, kekeruhan kornea) dan atau visus sangat terganggu.
56
Pencegahan Cacat
Penemuan dini penderita sebelum cacat
Mengobati dan menangani reaksi penderita dengan MDT yang cepat dan tepat sampai RFT
Deteksi dini adanya reaksi kusta pemeriksaan fungsi saraf
57
PRINSIP 3M:Mencegah timbulnya cacat.
Mencegah agar cacat tidak lebih berat.Menjaga agar cacat tidak kambuh lagi.
PRINSIP 3M:Mencegah timbulnya cacat.
Mencegah agar cacat tidak lebih berat.Menjaga agar cacat tidak kambuh lagi.
Prognosis
58
BERGANTUNG PADA:• seberapa luas lesi
• tingkat stadium penyakit• kepatuhan pasien terhadap pengobatan
• pasien dapat mengalami kelumpuhan (cacat)• kualitas hidup pasien menurun
• Kematian
Reaksi Kusta
Reaksi kusta
Interupsi dg/ episode akut pd perjalanan penyakit yg sangat kronik
Akibat reaksi imun
Tipe : E.N.L (eritema nodusum
leprosum) Reaksi reversal /
upgrading
Reaksi kusta
E.N.L Tipe LL & BL
Makin >> multibasilar, makin >> E.N.L fenomena kompleks imun
Reaksi ag M. leprae + Ab (IgG, IgM) + komplemen kompleks imun
Tidak terjadi perubahan tipe kusta
Pengobatan tahun ke-2
REAKSI REVERSAL
Tipe borderline (Li, BL, BB, BT, Ti)
Tergantung SIS: Up grading
Tuberculoid (SIS) Down grading
Lepromatose ( SIS)
Pengobatan 6 bulan pertama
Gejala klinis
Nodus eritema
Nyeri
Predileksi: lengan & tungkai
Organ lain iridosiklitis, neuritis akut, limfadenitis, artritis, orkitis, nefritis akut
REAKSI REVERSAL = NODULAR Sebagian atau seluruh lesi >>
aktif / timbul lesi baru dlm waktu singkat
Hipopigmentasi eritema
Eritema makin eritema
Makula infiltrat
Infiltrat >> infiltratif
Lesi lama >> luas
E.N.L = NODULAR
E.N.L Reaksi Reversal
Fenomena Lucio
Reaksi kusta sangat berat pd tipe lepromatosa non-nodular difus.
GK: ekstremitas plak/infiltrat difus, warna merah muda, bentuk x teratur, nyeri
Lesi berat : > eritematosa, purpura, bula nekrosis & ulserasi, nyeri jaringan parut.
Fenomena Lucio
Pengobatan E.N.L
Prednison tablet (15-30 mg/hari),
Klofazimin tablet (200-300 mg/hari) dosis diturunkan bertahap-stop sesuai
perbaikan reaksi
Analgetik & sedativa p.r.n
Selama pengobatan ENL, obat antikusta yg diberikan diteruskan tanpa dikurangi dosisnya
Pengobatan reaksi Reversal
Pengobatan diberikan bila ada neuritis akut
Prednison 40-60 mg/hari, dosis diturunkan perlahan
Pengobatan secepatnya, dosis adekuat
Ekstremitas yg kena neuritis akut diistirahatkan
Analgetik & sedativa p.r.n
Referensi
A. Kosasih, I Made Wisnu, Emmy S, Sri Linuwih. Kusta dalam : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Enam. Jakarta : FKUI. 2011 : 73 – 88.
Klaus W, Johnson R.A. Bacterial Infection Involving The Skin In : Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology 6th edition. Mc Graw Hill. 2009 : 665 – 671.
Lewis FS. Dermatologic Manifestations of Leprosy. www.emedicine. medscape.com/article/1104977-overview. 5 Agustus 2011.
Kumar, Abbas, Fausto. Robbins and Cotran’s Pathologic Basic of Disease. 7th Edition. 2006. USA: McGraw Hill.
World Health Organization. www.who.int/wer/2011/wer8636.pdf No. 36, 2011 page.389–400. 2 September 2011.
Klaus W, Lowell A.G, Stephen I.K. Bacterial disease In: Fitzpatrick’s Dermatology In General Medicine. 7th edition. Mc Graw Hill. 2008 : 1786 – 1796.
Kementerian Koordinator Bidang Kesra. www.data.menkokesra.go.id. 17 September 2009.
68
69
top related