ratna dewi stania-fst.pdf
Post on 05-Jul-2018
235 Views
Preview:
TRANSCRIPT
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 1/107
ANALISIS PENDAPATAN PUCUK TEH (Studi Kasus: Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge
Desa Ciputri, Kabupaten Cianjur)
Ratna Dewi Stania
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PERTANIAN/AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2008 M/1429 H
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 2/107
ANALISIS PENDAPATAN PUCUK TEH (Studi Kasus: Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge
Desa Ciputri, Kabupaten Cianjur)
Ratna Dewi Stania
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PERTANIAN/AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2008 M/1429 H
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 3/107
PENGESAHAN UJIAN
Skripsi berjudul “Analisis Pendapatan Pucuk Teh (Studi Kasus: Pusat Penelitian Teh
dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge Desa Ciputri, Kabupaten Cianjur)” yang
ditulis oleh Ratna Dewi Stania NIM 103092029653 telah diuji dan dinyatakan lulus
dalam sidang Munaqosyah Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 11 Desember 2008. Skripsi ini telah diterima
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) Program
Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis.
Penguji I
Menyetujui,
Penguji II
Ir. Mudatsir Najamuddin, MM. Ir. Siti Rochaeni, M. Si.
Pembimbing I
Dr. Elpawati, Ir., MP.
Pembimbing II
Ir. Junaidi, M. Si.
Dekan
Mengetahui,
Ketua Jurusan
Fakultas Sains dan Teknologi
DR. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis.NIP. 150317956
Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis
Ir. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si.NIP. 131861314
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 4/107
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR
HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI
SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU
LEMBAGA MANAPUN.
Jakarta, 11 Desember 2008
Ratna Dewi Stania
103092029653
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 5/107
RINGKASAN
RATNA DEWI STANIA, Analisis Pendapatan Pucuk Teh (Studi Kasus: PusatPenelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge Desa Ciputri, KabupatenCianjur). (Di bawah bimbingan ELPAWATI dan JUNAIDI).
Perkebunan Indonesia mempunyai jenis komoditas perkebunan yang beragam, salah satunya adalah teh. Pada awalnya teh digunakan sebagai tanaman hias dankemudian pemanfaatannya berkembang menjadi bahan minuman. Kandungan utamateh yang berkhasiat untuk meningkatkan kesehatan tubuh adalah polifenol. Selainberperan dalam bidang kesehatan, peran lain komoditas teh dalam perekonomiannasional cukup strategis, yaitu sebagai penghasil devisa, dampak berantai yang besarterhadap perkembangan industri lain, sumber pendapatan petani, dan fungsi konservasilingkungan. Dalam pengembangannya, komoditas teh masih menghadapi berbagaikendala dan tantangan, beberapa diantaranya seperti produktivitas tanaman belumoptimal, peningkatan biaya produksi, harga jual teh rendah, dan tingkat konsumsi tehper kapita di dalam negeri masih rendah bila dibandingkan dengan negara lain.
Tujuan penelitian ini adalah : (1) Mengetahui pendapatan pucuk teh di Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge, (2) Mengetahui marjin
keamanan yang perlu dicapai Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan PasirSarongge.
Penelitian dilakukan di Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan PasirSarongge Desa Ciputri, Kabupaten Cianjur. Pemilihan lokasi ini dilakukan secarasengaja dengan pertimbangan bahwa Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun PercobaanPasir Sarongge ini merupakan perkebunan teh yang berfungsi sebagai tempat penelitiandan juga berfungsi sebagai salah satu sumber pendapatan untuk mendanai secaramandiri kegiatan penelitiannya. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder.
Analisis pendapatan dilakukan untuk mengetahui jumlah pendapatan pucuk tehperusahaan dengan menghitung biaya produksi pucuk teh, penerimaan pucuk teh, danpendapatan pucuk teh. Selanjutnya analisis marjin keamanan dilakukan untukmengetahui marjin keamanan yang perlu dicapai perusahaan dengan menghitung nilaititik impasnya terlebih dahulu.
Pada tahun 2006 bulan Juli sampai bulan Desember, total biaya produksi yang
dikeluarkan oleh perusahaan adalah sebesar Rp 286.499.245,- yang merupakan jumlahantara total biaya tetap sebesar Rp 50.323.572,- atau 17,57 % dengan total biaya tidaktetap sebesar Rp 236.175.673,- atau 82,43 % dari total biaya produksi. Totalpenerimaan yang diperoleh perusahaan adalah Rp 297.938.400,-, sedangkan totalpendapatan yang diperoleh adalah Rp 11.439.155,-. Disamping itu, pada tahun 2007bulan Januari sampai bulan Desember, total biaya produksi yang dikeluarkan oleh
perusahaan adalah sebesar Rp 707.802.062,- yang merupakan jumlah antara total biayatetap sebesar Rp 128.470.083,- atau 18,15 % dengan total biaya tidak tetap sebesarRp 579.331.979,- atau 81,85 % dari total biaya produksi. Total penerimaan yangdiperoleh adalah Rp 879.713.900,-, sedangkan total pendapatan yang diperolehperusahaan adalah Rp171.911.838,-.
Marjin keamanan yang dicapai Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge pada bulan Juli sampai bulan Desember tahun 2006 adalah sebesarRp 55.181.559,-. Nilai ini menjelaskan bahwa penjualan perusahaan boleh mengalami
penurunan sebesar Rp 55.181.559,-. Nilai titik impas Pusat Penelitian Teh dan Kina
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 6/107
Kebun Percobaan Pasir Sarongge bulan Juli sampai bulan Desember tahun 2006 adalahsebesar 202.298kg atau atau Rp 242.756.841,. Apabila volume penjualan perusahaanberada di bawah nilai titik impas maka perusahaan akan mengalami kerugian.Sementara itu, marjin keamanan pada tahun 2007 bulan Januari sampai bulanDesember yaitu sebesar Rp 503.469.826,- yang artinya penjualan perusahaan bolehmengalami penurunan sebesar Rp 503.469.826,-. Nilai titik impas Pusat Penelitian Teh
dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge tahun 2007 adalah 261.176kg atauRp 376.244.074,-. Apabila volume penjualan perusahaan berada di bawah nilai titikimpas maka perusahaan akan mengalami kerugian. Berdasarkan penjelasan tersebut,keadaan perusahaan berada dalam kondisi aman dari kerugian karena nilai marjinkeamanannya masih berada di atas nilai titik impas.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Pendapatan pucuk teh
di Pusat Penelititan Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge bulan Juli sampaidengan bulan Desember tahun 2006 adalah sebesar Rp 11,439,155,-. Pada tahun 2007bulan Januari sampai bulan Desember, pendapatan pucuk teh di Pusat Penelitian Tehdan Kina Kebun percobaan Pasir Sarongge adalah sebesar Rp 171,911,838,-. (2) Marjinkeamanan yang perlu dicapai Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan PasirSarongge pada bulan Juli sampai bulan Desember tahun 2006 adalah sebesar
Rp 55.181.559,-. Nilai ini menjelaskan bahwa penjualan perusahaan boleh mengalamipenurunan sebesar Rp 55.181.559,-. Nilai titik impas Pusat Penelitian Teh dan KinaKebun Percobaan Pasir Sarongge bulan Juli sampai bulan Desember tahun 2006 adalahsebesar 202.298kg atau atau Rp 242.756.841,. Apabila volume penjualan perusahaanberada di bawah nilai titik impas maka perusahaan akan mengalami kerugian. Marjinkeamanan pada tahun 2007 bulan Januari sampai bulan Desember yaitu sebesarRp 503.469.826,- yang artinya penjualan perusahaan boleh mengalami penurunan
sebesar Rp 503.469.826,-. Nilai titik impas Pusat Penelitian Teh dan Kina KebunPercobaan Pasir Sarongge tahun 2007 adalah 261.176kg atau Rp 376.244.074,-.Apabila volume penjualan perusahaan berada di bawah nilai titik impas makaperusahaan akan mengalami kerugian. Berdasarkan penjelasan tersebut, keadaanperusahaan berada dalam kondisi aman dari kerugian karena nilai marjin keamanannyamasih berada di atas nilai titik impas.
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 7/107
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam penulis
panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya yang telah
membawa umat manusia menuju jalan kebaikan.
Skripsi yang berjudul Analisis Pendapatan Usahatani Budidaya Teh di Pusat
Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge, Desa Ciputri, Kabupaten
Cianjur merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada
Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selama proses penyelesaian skripsi ini, penulis memperoleh bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M. Sis selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi
yang telah mengesahkan karya tulis ini sebagai skripsi.
2. Ir. Lilis Imamah Ichdayati, M. Si selaku Ketua Program Studi Sosial Ekonomi
Pertanian/Agribisnis yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
menimba ilmu pengetahuan.
3. Achmad Tjahja Nugraha, SP, M. Si selaku Sekretaris Program Studi Sosial
Ekonomi Pertanian/Agribisnis yang telah banyak membantu dalam kelancaran
proses penyelesaian skripsi ini.
4. Kedua pembimbingku Dr. Elpawati, Ir. MP dan Ir. Junaidi, M. Si yang telah
mencurahkan tenaga, waktu, dan pikirannya demi terselesaikannya skripsi ini.
5. Ir. Mudatsir Najamuddin, MM dan Ir. Siti Rochaeni, M. Si selaku penguji yang
telah banyak memberikan saran kepada penulis untuk memperbaiki skripsi ini.
6. Ir. Nyanjang Rusmana selaku pimpinan Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun
Percobaan Pasir Sarongge yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 8/107
dan banyak membantu memberikan informasi untuk penulis dalam penyusunan
skripsi ini.
7. Ibu Pupu dan Ibu Nita “kembar tapi tak sama” yang selalu bersedia aku telepon
untuk memberikan informasi selama penyusunan skripsi ini (tetap terus latihan
main zumanya ya). Rindu dengan moment-moment waktu kita (aku, fe, Bu
Pupu, Bu Nita) foto-foto, ngerekam gaya gorila dan ngobrol bareng. Hehehe..
8. Bapak Bae, Bapak Andut, dan Kang Ano yang sudah nganterin aku ke
Gambung dan pulangnya nge-Baso walaupun hujan besar; Bapak Endang,
Bapak Encep, Bapak Amin, Bapak Jun, dan keluarga besar Kebun Percobaan
Pasir Sarongge yang sudah banyak membantu dan memberi aku semangat
selama penelitian disana.
9. Keluarga Bapak Ajang, alm. Bapak Ahmad (aku sedih karena ternyata waktu
aku selesai penelitian disana itu terakhir kali kita ngobrol), Bu Ipah, dan si
kembar Tita-Teti yang sudah menyediakan tempat untuk aku nge-Kos,
memberikan strawberi-raspberi, dan memberi aku rasa nyaman. Kalian sudah
seperti keluarga aku juga. Terima kasih atas doa-doanya.
10. Para Dosen di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberi
bantuan kepada penulis.
11. Pimpinan dan pengelola perpustakaan Fakultas Sains dan Teknologi yang telah
memberikan fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan.
12. Kedua orang tuaku Mama-Abah untuk dukungan dan kasih sayangnya yang tak
terbatas, serta bantuan finansialnya. Maafkan bila selama ini telah tidak sadar
bersikap dan berucap yang salah (Heeeheee ^.^). Semoga dengan
terselesaikannya skripsi ini, menjadi awal bagi ku untuk menjadi lebih giat lagi.
Aaamiin.
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 9/107
13. Kakakku Teh Melly, Teh Nita, dan Ratih atas bantuan finansial dan
dorongannya. Kang Boy, Atot, Tia (thx boleh pinjem camdinya), Dini, Dinda
yang turut mewarnai kehidupanku, Puri (yang ngefans berat sama RAN.
Heeee,,, thanks ya laptopnya), dan Lima Laskar keponakanku yang suka tebar
pesona: (Teteh Shafa “mongpidu” yang cantik, baik, penyayang; Fathia “mathia
mombustik” yang lucu, cerewet, tomboy; ade Rio yang ganteng, sudah bisa
berjalan, genit; Si mungil Daisy yang pinter, lucu, paling suka makanan orang
dewasa, seneng jalan-jalan; dan ade Nabil yang baru lahir (ganteng deh).
14. Murda dan Abe teman seperjuangan’45 (yeeee.....akhirnya kita berhasil!!),
MazDas (si Bos), Teman-teman Agribisnis ’03 yang telah wisuda (Naina,
Lizmut, Femon, Ephotz, Dedew, AtiQus, Ofi, Wahyu, Isal, Bang Ochid, Agus,
Achay, Fidut, Iwan) terimakasih untuk apapun itu; Ojai, Adit, Mba Echa,
Chaur, RiaChan, Panda, Yupi, Dongdod, Nico (ayo semangat!!!).
15. Teman-teman Agribisnis angkatan ’04 Intan (tetangga jauh), Iwa (orang yang
suka aneh. Heee...), dan teman-teman Agribisnis lainnya yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
16. Teman-teman (Nunu, Ema”, Yoedi, dan Agus “ISTN”) yang sering
menanyakan kabar aku. Thanks for that.
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 10/107
Penulis mengucapkan maaf yang sebesar-besarnya bila terdapat kesalahan
dalam penulisan nama dan gelar pada pihak-pihak tersebut. Akhirnya hanya kepada
Allah SWT semua itu diserahkan. Semoga amal baik mereka diterima oleh Allah SWT.
Aamin.
Wassalaamu’alaikum, Wr, Wb.
Jakarta, 11 Desember 2008
Penulis
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 11/107
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI .................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ................................................................... 4
1.3. Tujuan Penelitian ....................................................................... 4
1.4. Manfaat Penelitian ..................................................................... 5
1.5. Batasan Masalah ........................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teoritis ....................................................................... 6
2.1.1. Agribisnis Teh ................................................................ 6
2.1.1.1. Agribisnis Hulu
(up stream-off farm agribusiness) .................. 8
2.1.1.2. Usahatani
(on farm agribusiness) .................................... 8
2.1.1.3. Agribisnis Hilir (down stream-off farm agribusiness) .............. 14
2.1.1.4. Sarana Pendukung
(Supporting Institution) ................................. 15
2.1.2. Usahatani ........................................................................ 16
2.1.2.1. Pendapatan Usahatani ..................................... 19
2.1.2.2. Marjin Keamanan ( Margin of Safety) ............. 20
2.2. Kerangka Pemikiran ................................................................... 21
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 23
3.2. Sumber Data ................................................................................ 23
3.3. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 24
3.4. Metode Analisis Data ................................................................ 24
3.4.1. Analisis Kuantitatif ......................................................... 24
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 12/107
3.4.1.1. Analisis Pendapatan ........................................ 24
3.4.1.2. Marjin Keamanan ( Margin of Safety) .............. 25
3.5. Definisi Operasional ................................................................... 27
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Lokasi Perusahaan ....................................................................... 28
4.2. Keadaan Tanah dan Iklim ............................................................ 28
4.3. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ...................................... 28
4.4. Visi, Misi dan Fungsi Perusahaan ............................................... 31
4.4.1. Visi Perusahaan ............................................................... 31 4.4.2. Misi Perusahaan .............................................................. 31 4.4.3. Fungsi Perusahaan ........................................................... 32
4.5. Struktur Organisasi Perusahaan ................................................... 33
4.6. Sarana dan Fasilitas Perusahaan .................................................. 38
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Analisis Pendapatan Pucuk Teh ................................................ 39
5.1.1. Biaya Produksi Pucuk Teh ............................................ 39 5.1.2. Penerimaan Pucuk Teh .................................................. 50 5.1.3. Pendapatan Pucuk Teh .................................................. 52
5.2. Marjin Keamanan ( Margin of Safety) ........................................ 54
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan ................................................................................. 57
6.2. Saran ........................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 59
LAMPIRAN ....................................................................................................... 62
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 13/107
DAFTAR TABEL
Halaman 1. Rata-rata Tingkat Konsumsi Teh Dunia Tahun 2003 ................................ 3
2. Dosis Bahan Campuran Media Tanah untuk Pembibitan Teh .................... 10
3. Produksi Teh di Perkebunan Teh Indonesia Tahun 2002-2005 .................. 14
4. Perkembangan Ekspor Teh di Indonesia Tahun 2002-2005 ....................... 15
5. Penggunaan dan Luas Lahan PPTK Kebun Percobaan Pasir Sarongge
Tahun 2006 dan Tahun 2007 ...................................................................... 31
6. Komposisi Tenaga Kerja Kebun Percobaan Pasir Sarongge Tahun 2006
dan Tahun 2007 ............................................................................................ 37
7. Komponen dan Biaya Tetap Pucuk Teh Bulan Juli-Desember Tahun 2006 dan Bulan Januari-Desember Tahun 2007 ................................................... 40
8. Komponen dan Biaya Tidak Tetap Pucuk Teh Bulan Juli-Desember Tahun 2006 .................................................................................................. 41
9. Komponen dan Biaya Tidak Tetap Pucuk Teh Bulan Januari-Desember
Tahun 2007 .................................................................................................. 45
10. Total Biaya Produksi Pucuk Teh Bulan Juli-Desember Tahun 2006 dan
Bulan Januari-Desember Tahun 2007 .......................................................... 49
11. Penerimaan Pucuk Teh Bulan Juli-Desember Tahun 2006 dan Bulan
Januari-Desember Tahun 2007 .................................................................... 50
12. Pendapatan Pucuk Teh Bulan Juli-Desember Tahun 2006 dan Bulan
Januari-Desember Tahun 2007 ..................................................................... 52
13. Marjin Keamanan Bulan Juli-Desember Tahun 2006 ................................. 54
14. Marjin Keamanan Bulan Januari-Desember Tahun 2007 ............................. 56
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 14/107
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1. Perkembangan Harga Teh di JTA, CTA, dan MTA (US $ cent/kg) ............ 2
2. Sistem Agribisnis ......................................................................................... 7
3. Kerangka Pemikiran Peneliti ........................................................................ 22
4. Struktur Organisasi Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge .............................................................................................. 36
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 15/107
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1. Daftar Pertanyaan yang Digunakan dalam Penelitian ................................. 62
2. Komponen dan Biaya Tetap Pucuk Teh Tahun 2006 .................................. 64
3. Komponen dan Biaya Tetap Pucuk Teh Tahun 2007 .................................. 65
4. Komponen dan Biaya Tidak Tetap Pucuk Teh Tahun 2006 ....................... 66
5. Komponen dan Biaya Tidak Tetap Pucuk Teh Tahun 2007 ....................... 67
6. Biaya Tenaga Kerja Harian Pucuk Teh Tahun 2006 ................................... 68
7. Biaya Tenaga Kerja Harian Pucuk Teh Tahun 2007 ................................... 69
8. Biaya Pupuk Pucuk Teh Tahun 2006 .......................................................... 70
9. Biaya Pupuk Pucuk Teh Tahun 2007 .......................................................... 71
10. Biaya Pestisida Pucuk Teh Tahun 2006 ...................................................... 72
11. Biaya Pestisida Pucuk Teh Tahun 2007 ...................................................... 74
12. Biaya Peralatan Pucuk Teh Tahun 2006 ...................................................... 76
13. Biaya Peralatan Pucuk Teh Tahun 2007 ...................................................... 77
14. Biaya Pengangkutan Pucuk Teh Tahun 2006 .............................................. 78
15. Biaya Pengangkutan Pucuk Teh Tahun 2007 .............................................. 78
16. Total Biaya Produksi Pucuk Teh Tahun 2006 ............................................. 79
17. Total Biaya Produksi Pucuk Teh Tahun 2007 ............................................. 80
18. Penerimaan Pucuk Teh Tahun 2006 ............................................................ 81
19. Penerimaan Pucuk Teh Tahun 2007 ............................................................ 82
20. Pendapatan Pucuk Teh Tahun 2006 ............................................................ 83
21. Pendapatan Pucuk Teh Tahun 2007 ............................................................ 84
22. Perhitungan Nilai Titik Impas Bulan Juli-Desember Tahun 2006 ............... 85
23. Perhitungan Nilai Titik Impas Bulan Januari-Desember Tahun 2007 ......... 86
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 16/107
24. Perhitungan Marjin Keamanan Bulan Juli-Desember Tahun 2006 ............. 87
25. Perhitungan Marjin Keamanan Bulan Januari-Desember Tahun 2007 ....... 88
26. Surat Keterangan Penelitian ........................................................................ 89
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 17/107
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkebunan Indonesia mempunyai jenis komoditas yang beragam, salah
satunya adalah teh. Pada awalnya teh digunakan sebagai tanaman hias dan
kemudian pemanfaatannya berkembang menjadi bahan minuman. Kandungan
utama teh yang berkhasiat untuk meningkatkan kesehatan tubuh adalah polifenol.
Beberapa manfaat yang diberikan oleh kandungan polifenol ini diantaranya
adalah: (1) Mengurangi risiko penyakit jantung; (2) Membunuh sel tumor; (3)
Menghambat pertumbuhan sel kanker paru-paru; (4) Menghambat pertumbuhan
sel kanker usus; (5) Menghambat pertumbuhan sel kanker kulit; dan (6)
Membantu melancarkan proses pencernaan makanan (Nitha, 2005; 1). Selain
berperan dalam bidang kesehatan, komoditas teh juga memiliki peran yang cukup
strategis dalam perekonomian nasional, yaitu sebagai penghasil devisa, dampak
berantai yang besar terhadap perkembangan industri lain, sumber pendapatan
petani, dan fungsi konservasi lingkungan (Radius, 2007; 1).
Dalam pengembangannya, komoditas teh masih menghadapi berbagai
kendala dan tantangan. Beberapa kendala dan tantangan tersebut diantaranya
seperti produktivitas tanaman belum optimal, peningkatan biaya produksi, harga
jual teh rendah, dan tingkat konsumsi teh per kapita di dalam negeri masih rendah
bila dibandingkan dengan negara lain (Deptan, 2007; 1).
1
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 18/107
Harga teh di Jakarta Tea Auction (JTA) lebih rendah dari tempat lelang
lainnya. Sebagai pembanding, sejak tahun 1990 harga teh di Jakarta Tea Auction
(JTA) selalu lebih rendah dari Colombo Tea Auction (CTA). Negara Sri Lanka
dijadikan sebagai pembanding karena kondisi pertehannya (Agroklimat, klon, teh
orthodox) menyerupai Indonesia (PPTK, 2007; 44). Pada tahun 2007 harga jual
teh Indonesia sebesar US $ 1,2dollar/kg atau US $ 120cent/kg, lebih rendah
dibandingkan dengan harga jual teh Sri Lanka sebesar US $ 3,4dollar/kg atau US
$ 340cent/kg (Detikhot, 2008; 1). Berikut merupakan gambar perkembangan
harga teh di Jakarta Tea Auction (JTA), Colombo Tea Auction (CTA), dan
Mombasa Tea Auction (MTA).
Gambar 1. Perkembangan Harga Teh di JTA, CTA, dan MTA (US $ cent/kg) Sumber: (Santoso dan Suprihatini, 2006; 242)
2
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 19/107
Di samping itu, tingkat konsumsi teh di Indonesia rata-ratanya masih
rendah, yaitu 0,2kg/kapita/tahun bila dibandingkan dengan negara lain seperti
Irlandia mencapai 3,5kg/kapita/tahun, Inggris mencapai 2,5kg/kapita/tahun,
Pakistan dan India berturut-turut 1,0kg/kapita/tahun dan 0,6kg/kapita/tahun.
Perbandingan tingkat konsumsi teh tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rata-rata Tingkat Konsumsi Teh Dunia Tahun 2003
No. Negara Konsumsi rata-rata (kg/kapita/tahun)
1. Irlandia 3 5 2. Inggris 2,5
3. Pakistan 1,0
4. India 0,6
5. Indonesia 0,2
Sumber: (Sibuea, 2003; 1)
Menghadapi tantangan ke depan yang semakin kompetitif maka perlu
upaya pengkajian untuk mempertahankan teh sebagai komoditas perdagangan.
Upaya tersebut dapat berupa (Ghani, 2002; 5):
1. Meningkatkan produktivitas tanaman dan tenaga kerja melalui penemuan
klon baru yang unggul dan sistem mekanisasi yang menghemat
penggunaan tenaga manusia.
2. Menciptakan kualitas teh jadi sesuai sasaran pasar yang beragam.
3. Upaya menciptakan biaya produksi yang bersaing.
4. Meningkatkan kualitas mencari pasar baru melalui kampanye generik dan
strategi pasar yang andal.
3
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 20/107
Dalam kondisi pertehan nasional seperti yang telah dijelaskan di atas,
peneliti melakukan analisis pendapatan pucuk teh di Pusat Penelitian Teh dan
Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge sebagai salah satu perkebunan yang
mempunyai kegiatan budidaya dan pengolahan teh untuk mengetahui pendapatan
pucuk tehnya dan mengetahui marjin keamanan yang perlu dicapai oleh
perusahaan, sehingga diketahui apakah usahanya menguntungkan atau merugikan
dan sampai seberapa besar keuntungan atau kerugian tersebut.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Berapakah pendapatan pucuk teh di Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun
Percobaan Pasir Sarongge?
2. Berapakah marjin keamanan yang perlu dicapai Pusat Penelitian Teh dan
Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pendapatan pucuk teh di Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun
Percobaan Pasir Sarongge.
2. Mengetahui marjin keamanan yang perlu dicapai Pusat Penelitian Teh dan
Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge.
4
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 21/107
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai:
1. Proses pembelajaran bagi penulis dalam melakukan suatu penelitian.
2. Informasi mahasiswa sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya.
1.5. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Dalam penelitian ini, produk usahatani yang dianalisis adalah pucuk teh
basah karena pucuk teh basah merupakan produk utama dari Pusat
Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge.
2. Data produksi dan keuangan diambil dalam kurun waktu 1 tahun 6 bulan
mulai bulan Juli tahun 2006 sampai bulan Desember tahun 2007 karena
pada bulan Juli tahun 2006 perusahaan baru mulai menjual teh dalam
bentuk pucuk basah.
5
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 22/107
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teoritis
2.1.1. Agribisnis Teh
Rahim dan Hastuti (2007; 189) menjelaskan bahwa agribisnis
(agribusiness) berasal dari kata yaitu agri (agriculture) dan bisnis (usaha
komersial). Downey dan Erickson (1987; 5) membagi agribisnis menjadi tiga
sektor yang saling tergantung secara ekonomis, yaitu sektor masukan (input ),
produksi ( farm), dan sektor keluaran (output ). Sektor masukan menyediakan
perbekalan kepada para pengusaha tani untuk dapat memproduksi hasil tanaman
dan ternak. Termasuk ke dalam masukan ini adalah bibit, makanan ternak, pupuk,
bahan kimia, mesin pertanian, bahan bakar, dan banyak perbekalan lainnya.
Sektor usahatani memproduksi hasil tanaman dan hasil ternak yang diproses dan
disebarkan kepada konsumen akhir oleh sektor keluaran. Menurut Krisnamurthi
(2000; 2), agribisnis merupakan konsep dari suatu sistem yang integratif yang
terdiri dari beberapa subsistem, yaitu (1) subsistem pengadaan sarana produksi
pertanian; (2) subsistem produksi usahatani; (3) subsistem pengolahan dan
industri hasil pertanian (agroindustri); (4) subsistem pemasaran hasil pertanian;
dan (5) subsistem kelembagaan penunjang kegiatan pertanian. Subsistem kedua
dan
sebagian
dari
subsistem
pertama
dan
ketiga
di
atas
merupakan on-farm
agribusiness, sedangkan subsistem lainnya merupakan off-farm agribusiness
seperti terlihat pada Gambar 2 di bawah ini.
6
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 23/107
Agribisnis hulu
(up stream-off farm
agribusiness)
Saprodi pertanian
Usahatani
(on farm agribusiness)
Budidaya
Agribisnis hilir
(down stream-off farm
agribusiness)
Pengolahan
Pemasaran
Supporting Institution
(pendukung)
Gambar 2. Sistem Agribisnis (Sumber: Krisnamurthi, 2000; 3)
Agribisnis mencakup banyak sektor, seperti sektor tanaman pangan,
hortikultura, peternakan, perikanan, perkebunan, dan kehutanan. Tanaman teh
(Camellia sinensis) merupakan tanaman perkebunan yang banyak tumbuh di Asia
Tenggara dan kini telah ditanam dilebih dari tiga puluh negara. Teh menempati
posisi kedua sebagai minuman terpopuler setelah air putih. Klasifikasi botani
tanaman teh adalah sebagai berikut (LRPI, 2006; 1):
Divisi : SpermatophytaSub divisi : AngiospermaeKelas : DicotyledonaeKeluarga : Theaceae
Genus : Camellia
Spesies : Camellia sinensis L.
Tahap dalam sistem agribisnis terdiri dari empat tahap yaitu agribisnis
hulu, usahatani, agribisnis hilir dan sarana pendukung. Tahap dalam sistem
agribisnis teh secara lebih rinci dijabarkan dalam sub-bab di bawah ini.
7
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 24/107
2.1.1.1.Agribisnis Hulu (up stream-off farm agribusiness)
Agribisnis hulu merupakan bagian pengadaan saprodi (sarana produksi)
pertanian seperti benih/bibit, pupuk, pestisida, peralatan, dan sarana lain (Rahim
dan Hastuti, 2007; 193). Secara umum, sarana produksi yang digunakan untuk
menunjang kegiatan budidaya teh terdiri dari benih/bibit teh, pupuk NPK dan
pupuk daun, pestisida, peralatan seperti cangkul, polibag, gunting stek, sprayer,
masker, sarung tangan, plastik sungkup, waring, dan sarana lain seperti tempat
naungan pembibitan.
2.1.1.2.Usahatani ( on
farm
agribusiness)
Proses dalam budidaya teh harus melalui beberapa tahap, yaitu tahap
pembibitan, penanaman, pengelolaan tanaman (penjarangan dan penyulaman,
penanaman pohon pelindung/penaungan, pembentukan bidang petik,
pemangkasan, pemupukan), dan pemetikan. Hal yang perlu diperhatikan sebelum
melakukan budidaya teh yaitu kesesuaian syarat tumbuh yang dikehendaki seperti
tanah, suhu udara, curah hujan, intensitas cahaya matahari, kelembaban, dan
ketinggian tempat.
Tanah yang serasi atau memenuhi syarat untuk tanaman teh ialah tanah
yang subur, banyak mengandung bahan organik, tidak bercadas serta mempunyai
derajat keasaman tanah (pH) berkisar antara 4,5-5,6. Umumnya tanah yang baik
untuk pertumbuhan teh terletak di lereng-lereng gunung berapi yang biasa
dinamakan tanah Andisol (vulkanis muda). Di samping tanah Andisol masih ada
jenis tanah lain yang serasi bersyarat untuk ditanami teh, yaitu tanah Latosol dan
8
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 25/107
tanah Podzolik. Suhu udara yang baik bagi tanaman teh adalah suhu harian yang
berkisar antara 13-25ºC yang diikuti oleh cahaya matahari yang cerah dan
kelembaban relatif pada siang hari tidak kurang dari 70 %. Tanaman teh tidak
tahan terhadap kekeringan, sehingga curah hujan sebaiknya tidak kurang dari
2.000mm/tahun. Teh dapat tumbuh di dataran rendah pada 100m dpl sampai di
ketinggian lebih dari 1.000m dpl (LRPI, 2006; 5).
a. Pembibitan
Tanaman teh dapat diperbanyak dengan biji dan setek daun. Namun dari
segi produksi, sebaiknya tanaman diperbanyak dengan setek daun. Sebelum
melakukan pembibitan, terlebih dahulu dibuat naungan pembibitan dengan ukuran
tinggi 2m di atas permukaan tanah, luasnya tergantung kebutuhan. Tiang
ditancapkan berbaris dengan jarak 2,5m x 3m . Atap dibuat sesuai dengan keadaan
setempat dengan intensitas cahaya matahari 25-30 % (LRPI, 2006; 22).
Ranting setek dapat diambil 4 bulan setelah pangkas dari pohon induk,
kemudian dipotong setinggi 15cm dari bidang pangkas. Ranting setek yang
digunakan adalah yang baik, sehat, berwarna hijau daun tua, tidak terdapat bekas
serangan hama/penyakit dan pertumbuhan mengarah ke atas. Setek yang dipakai
adalah bagian tengah ranting yang berwarna hijau tua dan memiliki satu helai
daun, dipotong dengan kemiringan 45º ke arah luar dan panjangnya 3-4cm.
Kemudian setek direndam di dalam larutan Dithane M-45 sebanyak 15-25
gram/liter selama 1-2 menit (LRPI, 2006; 33).
9
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 26/107
Media tanah yang digunakan berasal dari 2/3 bagian lapisan top soil dan
1/3 bagian lapisan sub soil yang telah disaring dengan saringan 1-2cm. Media
tanah sebelumnya dicampur dengan pupuk, fungisida dan tawas dengan dosis
seperti yang tertera pada Tabel 2.
Tabel 2. Dosis Bahan Campuran Media Tanah untuk Pembibitan Teh
3
Bahan campuran To soil Sub soil
Keterangan
TSP 500 - -
KCl 500 - - Dithane M-45 400 300 Fumi asi Tawas 600 1000 Bila H terlalu tin i
Sumber: (LRPI, 2006; 37)
Media tanah dimasukkan ke dalam polibag ukuran 12 x 25cm dan diberi lima
lubang berdiameter 0,5-1cm kemudian polibag disusun didalam bedengan (1m
bedengan untuk 156-168 polibag). Satu hari sebelum tanam, bedengan disiram air.
Polibag yang sudah siap dapat ditanami stek dengan posisi daun tegak, searah,
dan tidak saling tindih. Setelah penanaman, siram bedengan dan tutupi dengan
plastik lalu ujungnya ditimbun tanah. Plastik ditutup selama 3 bulan, dibuka jika
hanya perlu pemeliharaan dan ditutup kembali. Bibit diseleksi pada saat berumur
6 atau 7 bulan (LRPI, 2006; 38).
Dalam pemeliharaan, penyulaman dapat dilakukan pada bibit yang sudah
berumur 1 minggu. Pemupukan pada bibit dilakukan setelah bibit berumur 4 bulan
dengan pupuk daun 15cc/liter air atau larutan urea 10-20 gram/liter, 1-2 minggu
sekali. Perlakuan pengendalian hama/penyakit dengan menutup sungkup plastik
10
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 27/107
bila ada serangan, menyemprot Dithane M-45 atau Cobox pada dosis 0,1-0,2 %
(LRPI, 2006; 40).
b. Penanaman
Persiapan lahan untuk penanaman, yaitu membersihkan rumput-rumput
yang terdapat di sekitar lahan lalu dibakar, membuat lubang tanam sedalam lebih
kurang 20cm agar sisa-sisa akar yang berasal dari tanaman sebelumnya dapat
dibersihkan. Sehari sebelum penanaman, lubang tanam ditaburi pupuk dasar yaitu
11 gram urea, 5 gram TSP dan 5 gram KCl. Lubang tanam dibuat 1-2 minggu
sebelum penanaman dengan ukuran 20cm x 20cm x 20cm (LRPI, 2006; 55). Sebelum
dibuat lubang tanam, lahan diajir sesuai dengan jarak tanam yang
akan dipakai. Pada kemiringan lahan datar s/d 15 %: jarak tanam 120cm x 90cm,
jumlah 9.260 pohon, penanaman baris tunggal lurus. Pada kemiringan lahan
15-30 %: jarak tanam 120cm x 75cm, jumlah 11.110 pohon, penanaman baris
tunggal lurus. Pada kemiringan lahan > 30 %: jarak tanam 120cm x 60cm, jumlah
13.888 pohon, penanaman sesuai kontur. Setelah lubang tanam siap, sobek
polibag bagian bawah dan bagian sisi, lalu tarik ujung polibag bawah ke bagian
atas sehingga tanaman terbuka. Masukkan ke dalam lubang tanam, timbun dan
padatkan tanah disekeliling batang (LRPI, 2006; 53).
c. Pengelolaan Tanaman
1. Penyulaman
Tanaman mati diganti dengan tanaman baru dengan bibit yang sama,
penyulaman dimulai dua minggu setelah tanam sampai dua bulan
11
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 28/107
menjelang kemarau. Bibit sulaman yang diperlukan pada tahun pertama
adalah 10 % dan tahun ke dua adalah 5 %. Pada tahun ke tiga, tanaman teh
mulai menghasilkan (LRPI, 2006; 60).
2. Penanaman Pohon Pelindung (Penaungan)
Pohon pelindung berfungsi sebagai penahan angin, penstabil kondisi
lingkungan, dan sumber pupuk hijau yang pangkasan daunnya
dihamparkan di antara tanaman teh. Mulsa dapat juga diberikan melalui
penanaman rumput guatemala. Tanaman pelindung ditanam 1 tahun
sebelum tanaman teh ditanam. Tanaman pelindung yang digunakan dapat
berupa Leucaena glabrata, Media azedarach (mindi), atau tanaman
pelindung lainnya (LRPI, 2006; 95).
3. Pembentukan Bidang Petik
Pembentukan bidang petik adalah perlakuan untuk membentuk perdu
dengan percabangan yang ideal dengan bidang petik yang luas,
menghasilkan pucuk sebanyak-banyaknya dalam waktu yang cepat.
Pembentukan bidang petik dilakukan dengan pemangkasan (centring),
perundukan (bending),dan kombinasi (centring-bending) (LRPI, 2006; 61).
4. Pemangkasan
Jika tanaman teh tidak dipangkas, maka tanaman akan tumbuh
berkembang menjadi pohon tinggi, tidak akan menghasilkan pucuk yang
banyak dan pemetikannya akan sulit dilakukan. Untuk dapat melakukan
12
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 29/107
pemetikan dengan mudah, maka bidang petik teh harus rendah. Bidang
petik yang rendah diperoleh dengan jalan pemangkasan (LRPI, 2006; 67).
5. Pemupukan
Pemupukan bertujuan meningkatkan daya dukung tanah untuk
peningkatan pertumbuhan dan produksi tanaman. Jenis pupuk yang
digunakan seperti Urea, SP-36, KCl, TSP, dan Kiserit. Pemupukan
dilakukan pada musim penghujan, hal ini dilakukan agar pupuk cepat
meresap ke dalam tanah dan langsung diserap oleh akar. Dalam Ghani
(2002; 60) dijelaskan, pupuk daun ekonomis digunakan sebagai pengganti
apabila tidak memungkinkan diberi pupuk melalui tanah.
d. Pemetikan
Pemetikan biasanya disebut juga sebagai panen. Umumnya tanaman teh
diremajakan kembali setelah berumur 50 tahun. Tanaman teh memasuki saat
dipetik ketika berumur 3 tahun. Daun yang dipetik adalah peko (pucuk yang
tumbuh aktif), burung (pucuk yang sedang istirahat), dan kepel (daun kecil yang
terletak di ketiak daun tempat ranting tumbuh). Panjang pendeknya periode
pemetikan ditentukan oleh umur dan kecepatan pembentukan tunas, ketinggian
tempat dan kesehatan tanaman. Pucuk teh dipetik dengan periode antara 6-12 hari.
Secara keseluruhan, produksi teh yang dihasilkan di perkebunan teh
Indonesia pada tahun 2002 sampai tahun 2005 secara berturut-turut yaitu sebesar
165.194 ton, 169.821 ton, 167.136 ton, dan 167.276 ton. Produksi teh yang
13
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 30/107
dihasilkan di perkebunan teh Indonesia tahun 2002 sampai tahun 2005 dapat
dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3. Produksi Teh di Perkebunan Teh Indonesia Tahun 2002-2005
No. Tahun Produksi (ton)
1 2002 165.194
2 2003 169.821
3 2004 167.136
4 2005 167.276
Sumber: (Ditjenbun, 2007; 1)
2.1.1.3.Agribisnis Hilir ( down stream-off farm agribusiness)
Agribisnis hilir merupakan kegiatan yang terdiri dari atas agroindustri
(pengolahan hasil-hasil pertanian) dan pemasaran agribisnis (Rahim dan Hastuti,
2007; 194). Pada agribisnis teh, secara umum pucuk teh basah dapat diolah
menjadi teh hijau dan teh hitam. Proses yang dilalui untuk pengolahan pucuk teh
basah menjadi teh hijau, yaitu terdiri dari proses pelayuan, proses penggulungan
daun, proses pengeringan, dan proses sortasi. Sedangkan untuk pengolahan pucuk
teh basah menjadi teh hitam melalui proses pelayuan, proses penggulungan daun,
proses fermentasi, proses pengeringan, dan proses sortasi.
Produk teh yang dijual di pasar internasional umumnya bukan berasal dari
satu kebun atau pabrik, melainkan ramuan (blend ) dari beberapa pabrik bahkan
beberapa negara. Hal itu terjadi karena setiap perkebunan memiliki ciri mutu yang
khas, sedangkan citra mutu yang dijual ke konsumen mensyaratkan kombinasi
mutu yang harus dipenuhi oleh ramuan beberapa sifat khas. Atas dasar itu, dalam
14
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 31/107
perdagangan teh dikenal pedagang perantara atau disebut blender (peramu) dan
packer (pembungkus: yang memasarkan langsung ke konsumen). Kondisi
pemasaran demikian, menempatkan produsen pada posisi tawar yang kurang
menguntungkan. Kelebihan pasokan serta kuatnya dominasi blender dan packer
mengakibatkan penentuan harga dikendalikan oleh pembeli (Ghani, 2002; 3).
Pemasaran teh di pasar internasional dilakukan melalui sistem pelelangan
(auction), pembeli memilih dan menawar teh berdasarkan contoh dari produsen,
kemudian penawar tertinggi berhak membeli teh tersebut (Ghani, 2002; 4). Di
Indonesia, produksi teh yang diekspor ke pasar internasional mengalami
penurunan dari tahun 2002 sebesar 100.184 ton menjadi 88.894 ton tahun 2003,
sedangkan pada tahun 2004 meningkat menjadi 98.572 ton dan ekspor teh
Indonesia tahun 2005 menjadi 102.389 ton. Berikut ini merupakan Tabel 4, yaitu
tabel perkembangan ekspor teh Indonesia tahun 2002 sampai tahun 2005.
Tabel 4. Perkembangan Ekspor Teh di Indonesia Tahun 2002-2005
No. Tahun Ekspor (ton)
1 2002 100.184
2 2003 88.894
3 2004 98.572
4 2005 102.389
Sumber: (Yanuar, 2007; 1)
2.1.1.4.Sarana Pendukung (Supporting
Institution)
Sarana pendukung dalam agribisnis teh terdiri atas Pusat Penelitian,
Asosiasi Teh Indonesia, dan Dewan Teh Indonesia yang bertujuan untuk
15
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 32/107
mewadahi seluruh kepentingan para pemangku kepentingan (stakeholders)
agribisnis teh baik di hulu maupun hilir, memfasilitasi dan memperjuangkan
kepentingan industri teh Indonesia dalam mewujudkan sistem dan usaha agribisnis
teh yang berdaya saing, berkerakyatan dan berkelanjutan (Deptan, 2007; 1).
2.1.2. Usahatani
Menurut Rahim dan Hastuti (2007; 158), pengertian usahatani adalah ilmu
yang mempelajari tentang cara petani mengelola input produksi (tanah, tenaga
kerja, modal, teknologi, pupuk, benih, dan pestisida) dengan efektif, efisien, dan
kontinu untuk menghasilkan produksi yang tinggi sehingga pendapatan
usahataninya meningkat. Prof. Bachtiar Rivai dalam Hernanto (1991; 7)
mendefinisikan usahatani sebagai organisasi alam, tenaga kerja, dan modal yang
ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian. Organisasi ini
ketatalaksanaannya berdiri sendiri dan sengaja diusahakan oleh seorang atau
sekumpulan orang, segolongan sosial, baik yang terikat genologis, politis maupun
teritorial sebagai pengelolanya. Sedangkan menurut Makeham dan Malcolm
(1991; 13), usahatani ( farm management ) adalah cara bagaimana mengelola
kegiatan-kegiatan pertanian.
Makeham dan Malcolm (1991; 7) menjelaskan di Indonesia ada dua situasi
usahatani:
1. Dimana sebagian besar tenaga kerja, keterampilan dan uang berasal dari
rumah tangga yang sama, dan sebagian besar produksi dikonsumsikan di
keluarga yang sama, dengan sedikit surplus yang dijual ke pasar.
16
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 33/107
2. Usahatani yang sepenuhnya komersial, membeli banyak masukan dan
menjual hampir semua produk.
Menurut Rahim dan Hastuti (2007; 36), beberapa unsur yang
mempengaruhi produksi komoditas pertanian adalah:
1. Lahan pertanian
Lahan pertanian merupakan penentu dari pengaruh unsur produksi
komoditas pertanian. Secara umum dikatakan, semakin luas lahan (yang
ditanami), semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan oleh lahan
tersebut.
2. Tenaga kerja
Tenaga kerja merupakan unsur penting dan perlu diperhitungkan dalam
proses produksi komoditas pertanian. Usahatani yang mempunyai ukuran
lahan berskala kecil biasanya menggunakan tenaga kerja keluarga.
Sedangkan usahatani berskala besar menggunakan tenaga kerja luar
keluarga dan memiliki tenaga kerja ahli.
Ghani (2002; 71) menambahkan bahwa dalam budidaya teh, tenaga kerja
pemetikan menyerap biaya yang paling banyak dengan porsi sebesar
65-75 % dari total biaya tenaga kerja (biaya tanam), sedangkan jumlah
tenaga kerja pemetikan memiliki porsi 70-80 % dari total tenaga kerja di
perkebunan teh.
3. Modal
Setiap kegiatan dalam mencapai tujuan membutuhkan modal terutama
kegiatan dalam proses produksi. Dalam kegiatan proses tersebut modal
17
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 34/107
dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu modal tetap ( fixed cost ) dan modal
tidak tetap (variable cost ). Modal tetap terdiri atas tanah, bangunan, mesin,
dan peralatan pertanian dimana biaya produksi yang dikeluarkan dalam
proses produksi tidak habis dalam sekali proses produksi. Sedangkan
modal tidak tetap terdiri dari benih, pupuk, pestisida, dan upah yang
dibayarkan kepada tenaga kerja.
4. Pupuk
Selain air sebagai konsumsi pokoknya, tanaman juga membutuhkan pupuk
sebagai tambahan makanan pokok dalam pertumbuhan dan
perkembangannya.
5. Pestisida
Pestisida dibutuhkan tanaman untuk mencegah dan membasmi hama dan
penyakit yang menyerangnya. Adimulya (2006; 32) menambahkan bahwa,
serangan hama terhadap tanaman akan meningkat pada musim kemarau.
Sedangkan penyakit akan menyerang tanaman pada musim hujan.
6. Bibit
Bibit menetukan keunggulan dari suatu komoditas. Bibit yang unggul
biasanya tahan terhadap penyakit, hasil komoditasnya lebih berkualitas
sehingga harganya dapat bersaing di pasar.
7. Teknologi
Penggunaan teknologi dapat membantu dalam segala bidang, termasuk
juga membantu dalam bidang pertanian salah satunya dalam proses panen
atau pasca panen.
18
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 35/107
8. Manajemen
Dalam usahatani modern, peranan manajemen menjadi sangat penting
dalam mengelola produksi komoditas pertanian, mulai dari perencanaan
( planning), pengorganisasian (organizing), pengendalian (controlling), dan
evaluasi (evaluation).
2.1.2.1.Pendapatan Usahatani
Pendapatan atau keuntungan usahatani adalah selisih antara penerimaan
dan semua biaya (Soekartawi, 2006; 57). Analisis pendapatan usahatani dapat
dipakai sebagai ukuran untuk melihat apakah suatu usahatani menguntungkan atau
merugikan, sampai seberapa besar keuntungan atau kerugian tersebut (Soekartawi,
2006; 82).
Penerimaan usahatani adalah perkalian antara volume produksi yang
diperoleh dengan harga jual (Soekartawi, 2006; 54). Harga jual adalah harga
transaksi antara petani (penghasil) dan pembeli untuk setiap komoditas menurut
satuan tempat. Satuan yang digunakan seperti satuan yang lazim dipakai
pembeli/penjual secara partai besar, misalnya : kg, kwintal, ikat, dan sebagainya
(BPS, 2006; 6).
Secara umum biaya merupakan pengorbanan yang dikeluarkan oleh
produsen dalam mengelola usahataninya untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Menurut Makeham dan Malcolm (1991; 93), biaya produksi merupakan jumlah
dari dua komponen: (i) biaya tetap, yang tidak langsung berkaitan dengan jumlah
tanaman yang dihasilkan di atas lahan (biaya ini harus dibayar apakah
19
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 36/107
menghasilkan sesuatu atau tidak). Dalam Hernanto (1991; 179), biaya yang
tergolong dalam kelompok ini antara lain: pajak tanah, pajak air, penyusutan alat
dan bangunan pertanian, pemeliharaan kerbau, pemeliharaan pompa air, traktor
dan lain sebagainya. Total biaya produksi adalah total biaya tidak tetap ditambah
dengan total biaya tetap; (ii) biaya tidak tetap, yang secara langsung berkaitan
dengan jumlah tanaman yang diusahakan dan input variabel yang dipakai. Dalam
Hernanto (1991; 179), biaya yang tergolong dalam kelompok ini antara lain: biaya
untuk pupuk, bibit, obat pembasmi hama dan penyakit, buruh atau tenaga kerja
upahan, biaya panen, biaya pengolahan tanah baik yang merupakan kontrak
maupun upah harian, dan sewa tanah.
2.1.2.2.Margin Keamanan ( Margin
of
Safety)
Menurut Rahim dan Hastuti (2007; 128), secara umum margin adalah sisa,
untung bersih, garis tepi, batas, dan kelonggaran. Marjin keamanan atau margin of
safety ( MOS ) merupakan kelebihan penjualan yang dianggarkan atau realisasi di
atas volume penjualan pada titik impas. Marjin pengaman penjualan ini
menentukan seberapa banyak penjualan boleh turun sebelum perusahaan
mengalami kerugian (Simamora, 1999; 169).
Untuk mengetahui nilai marjin keamanan, sebelumnya harus diketahui
terlebih dahulu nilai titik impas penjualan. Suatu perusahaan dikatakan dalam
keadaan impas (break-even), yaitu apabila hasil penjualan yang diperoleh untuk
periode tertentu sama besarnya dengan keseluruhan biaya yang telah dikorbankan,
sehingga perusahaan tidak memperoleh keuntungan atau menderita kerugian. Dari
20
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 37/107
uraian tersebut dapat dikatakan bahwa titik impas atau break even point (BEP)
adalah suatu cara yang digunakan untuk mengetahui atau merencanakan pada
volume produksi atau volume penjualan berapakah suatu perusahaan tidak
memperoleh keuntungan atau tidak menderita kerugian (Jumingan, 2006; 183).
2.2. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pendapatan pucuk teh segar di
Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge, Desa Ciputri,
Kabupaten Cianjur. Pendapatan diperoleh dari penerimaan dikurangi dengan biaya
produksi. Penerimaan ini berasal dari total produksi dikali dengan harga jual.
Sedangkan biaya produksi berasal dari jumlah antara total biaya tetap dan total
biaya tidak tetap.
Setelah diperoleh hasil analisis pendapatan usahatani, lalu dilakukan
perhitungan marjin keamanan atau margin of safety (MOS) untuk menilai sejauh
mana tingkat penjualan boleh turun sebelum mengalami kerugian. Alur kerangka
pemikiran peneliti dapat dilihat pada Gambar 3.
21
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 38/107
Pusat Penelitian Teh dan Kina
Kebun Percobaan Pasir Sarongge
Komoditas Teh
Biaya Produksi
biaya tetap
biaya tidak tetap
total biaya
Penerimaan
total produksi
harga jual
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 39/107
Analisis Pendapatan
Marjin Keamanan ( Margin
of
Safety)
Hasil
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Peneliti
22
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 40/107
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun
Percobaan Pasir Sarongge yang berlokasi di Desa Ciputri, Kecamatan Pacet,
Kabupaten Cianjur. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret - April 2008.
Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja ( purposive) dengan
pertimbangan bahwa Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir
Sarongge ini merupakan perkebunan teh yang berfungsi sebagai tempat penelitian
dan juga berfungsi sebagai salah satu sumber pendapatan untuk mendanai secara
mandiri kegiatan penelitiannya.
3.2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Data sekunder diperoleh dari artikel mengenai teh, literatur mengenai budidaya
teh, usahatani, marjin keamanan, dokumen perusahaan seperti data volume
produksi dan biaya produksi yang berasal dari laporan keuangan perusahaan bulan
Juli tahun 2006 sampai bulan Desember tahun 2007 yang diolah dan digunakan
dalam perhitungan pendapatan dan marjin keamanan perusahaan.
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 41/107
Metode Pengumpulan Data
Peneliti melakukan pengumpulan data yang diperlukan melalui beberapa
cara, yaitu:
1. Observasi
Observasi dilakukan melalui pengamatan secara langsung terhadap objek
penelitian sehingga diperoleh gambaran tentang aktivitas usahatani teh.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada pimpinan dan staf bagian administrasi
sehingga diperoleh informasi mengenai gambaran perusahaan dan
penjualan pucuk teh. Daftar pertanyaan yang digunakan dalam penelitian
ini dapat dilihat pada Lampiran 1.
3.4. Metode Analisis Data
3.4.1. Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif diperoleh dari analisis pendapatan untuk mengetahui
jumlah pendapatan pucuk teh perusahaan dan selanjutnya menganalisis marjin
keamanan untuk mengetahui marjin keamanan yang perlu dicapai perusahaan
sebelum perusahaan mengalami kerugian.
3.4.1.1.Analisis Pendapatan
Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya.
Penerimaan berasal dari perkalian antara total produksi dengan harga jual.
Sedangkan biaya produksi berasal dari jumlah antara total biaya tidak tetap dan
24
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 42/107
total biaya tetap. Perhitungan penerimaan dirumuskan sebagai berikut
(Soekartawi, 2006; 54):
Penerimaan = Total produksi x Harga
Perhitungan biaya produksi dirumuskan sebagai berikut (Soekartawi, 2006; 56):
Biaya tetap (FC) dan biaya tidak tetap (VC):
n
∑ X i Px
i
i =1
Dimana:
Xi : Jumlah input yang membentuk biaya
Pxi : Harga input n
: Macam input
Total biaya produksi (TC):
TC = FC + VC
Sedangkan untuk perhitungan pendapatan dirumuskan sebagai berikut
(Soekartawi, 2006 ; 58):
Pendapatan = Penerimaan total – Total biaya
3.4.1.2.Marjin Keamanan ( Margin of Safety)
Perhitungan marjin keamanan dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut (Simamora, 1999; 169):
MOS = Penjualan – Titik Impas (penjualan)
25
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 43/107
x 100% Persentase MOS = M arg in of Safety
Penjualan
Semakin besar nilai MOS, maka semakin baik bagi perusahaan. Karena semakin
tinggi nilai MOS maka toleransi terhadap penurunan volume penjualan /
penerimaan juga tinggi.
Untuk menghitung nilai titik impas atau break even point (BEP) digunakan
rumus seperti berikut (Jumingan, 2006; 191):
BEP ( penjualan) =
Dimana:
FC
1 − VC S
BEP : Penjualan pada titik impas (dalam rupiah)
FC : Biaya tetap keseluruhan ( fixed cost )
VC : Biaya variabel keseluruhan (variable cost ) S
: Hasil penjualan keseluruhan
1 : Konstanta
BEP ( produksi) =
FC
P − V
Dimana:
BEP : Penjualan pada titik impas (dalam unit) P
: Harga jual per unit
V : Biaya variabel per unit
26
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 44/107
3.5. Definisi Operasional
1. Total Biaya Produksi (Total Cost) adalah jumlah total biaya, baik yang
bersifat tetap maupun tidak tetap.
2. Biaya Tetap (Fixed Cost) adalah biaya yang jumlahnya selalu sama dan
tidak dipengaruhi oleh volume (kapasitas) produksi.
3. Biaya Tidak Tetap (Variable Cost) adalah biaya yang jumlahnya berubah
sebanding dengan perubahan volume (kapasitas) produksi.
4. Penerimaan atau penjualan adalah nilai produksi yang diperoleh dari hasil
perkalian volume produksi total dengan harga jual.
5. Harga jual adalah harga transaksi antara petani/penghasil dan pembeli
untuk setiap komoditas.
6. Pendapatan adalah keuntungan yang diperoleh dari total penerimaan
dikurangi dengan total biaya produksi.
27
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 45/107
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Lokasi Perusahaan
Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge terletak di
Desa Ciputri, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Kebun Percobaan
Sarongge berjarak 16km dari kota Cianjur dengan ketinggian tempat
1.120–1.200m dpl.
4.2. Keadaan Tanah dan Iklim
Keadaan tanah di Kebun Percobaan Pasir Sarongge adalah berjenis
andisols (tanah dewasa) dan entisols (tanah muda), derajat keasaman (pH) 4,5 –
5,5 dan topografi tanah datar sampai melandai dengan kemiringan lahan < 35 %.
Keadaan iklim dengan curah hujan rata-rata 3.794mm/th, rata-rata hari hujan 199
hari/tahun dan suhu lingkungan 26 ºC.
4.3. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan
Pada tahun 1893, R. J. Kerkhoven dari Soekaboemische Landbouw
Vereniging (Asosiasi Pertanian Sukabumi) mengadakan kerja sama dengan Dr.
Treub, Direktur Kebun Raya Bogor, untuk melakukan penelitian lebih mendalam
khusus terhadap tanaman teh. Kemudian pada tahun 1902 dibentuk Balai
Penelitian Budidaya Teh (Proefstation voor de Theecultuur ) yang dipimpin oleh
Dr. Nanningar.
28
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 46/107
Pada perkembangannya, dalam upaya untuk meningkatkan kembali
penelitian teh dan kina, maka tahun 1964 Badan Pimpinan Umum Pusat
Perkebunan Negara Aneka Tanaman (BPU-PPN Aneka Tanaman) mendirikan
Pusat Penelitian Budidaya Teh dan Kina.
Pusat Penelitian Budidaya Teh dan Kina dibentuk kembali oleh
Departemen Pertanian menjadi Balai Penelitian Teh dan Kina Gambung
berdasarkan SK Menteri Pertanian tanggal 10 Januari 1973 No.
14/Kpts/Um/I/1973 yang berisi tentang penyelenggaraan penelitian bidang teh dan
kina. Pada saat itu kewenangan pengelolaan perkebunan negara (PT Perkebunan I-
XXXII) masih dipegang oleh Departemen Pertanian sampai dengan tahun 1990-
an. Hal tersebut memudahkan pengalokasian dana untuk pusat penelitian.
Seiring pengalihan pemerintahan, Menteri Pertanian menginstruksikan
kepada Biro Tata Usaha Badan Usaha Milik Negara (termasuk di dalamnya PT
Perkebunan (PTP) yang kini menjadi PT Perkebunan Nusantara (PTPN) I-XIV)
agar PT Perkebunan berasosiasi membentuk Asosiasi Penelitian Perkebunan.
Selanjutnya, asosiasi ini diberikan kewenangan mengelola pusat-pusat penelitian
perkebunan yang selama ini mendapatkan dana dari PT Perkebunan Nusantara.
Pembentukan asosiasi baru dilakukan tahun 1989 dengan nama Asosiasi
Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Indonesia (AP3I). Seiring dengan telah
terbentuknya AP3I, Menteri Pertanian menerbitkan Surat Keputusan Nomor
823/Kpts/KB/110/II/1989 yang berisi tentang menyerahkelolakan aset berbagai
penelitian perkebunan untuk dikelola AP3I yang kini menjadi Asosiasi Penelitian
Perkebunan Indonesia (APPI), termasuk Balai Penelitian Teh dan Kina (BPTK)
29
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 47/107
yang kemudian namanya dirubah menjadi Pusat Penelitian Teh dan Kina
Gambung (Puslitbun Gambung).
Selanjutnya pada tahun 2002, Pusat Penelitian Teh dan Kina berada di
bawah Lembaga Riset Perkebunan Indonesia (LRPI) – Asosiasi Penelitian
Perkebunan Indonesia (APPI). Pendirian Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK)
Gambung bertujuan meningkatkan kualitas dan kuantitas dari produksi serta
memecahkan permasalahan yang timbul atau diduga akan timbul di bidang
pengusahaan komoditas tersebut.
Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung memiliki tiga kebun
percobaan yang diarahkan untuk menghasilkan dana, disamping melakukan
kegiatan penelitian. Kebun Percobaan Pasir Sarongge merupakan salah satu kebun
percobaan yang dimiliki oleh Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung diantara
dua kebun percobaan lainnya, yaitu Kebun Percobaan Cinchona Pangalengan
Bandung Selatan dan Kebun Percobaan Simalungun Pematang Siantar Sumatera
Utara. Kebun Percobaan Pasir Sarongge ini sendiri sudah berdiri sejak tanaman
teh telah ditanam tahun 1902. Jenis kegiatan yang ada di Kebun Percobaan Pasir
Sarongge ini adalah budidaya teh, pengolahan teh hijau, dan penyewaan wisma.
Sedangkan produk yang dihasilkan adalah pucuk teh basah (sebagai produk
utama) dan bahan stek tanaman (cutting).
Kebun Percobaan Pasir Sarongge memiliki total luas lahan 72,300ha.
Tanah tersebut digunakan sebagai lahan Tanaman Teh Menghasilkan (TM),
Tanaman Teh Belum Menghasilkan (TBM), Kebun Induk, Kebun Kina,
30
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 48/107
Pembibitan, Kebun sayur (ex), Emplasemen, dan Jalan Kebun. Luas dari setiap
penggunaan lahan tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Penggunaan dan Luas Lahan PPTK Kebun Percobaan Pasir Sarongge
Tahun 2006 dan Tahun 2007
Penggunaan Lahan 2006 2007
Tanaman Teh Men hasilkan TM 57 405 58 780 Tanaman Teh Belum Men hasilkan TBM 5 125 3 875 Kebun Induk 2 875 2 875 Kebun Kina 0 750 0 750
Pembibitan 0 250 0 125 Kebun sa ur ex 1 000 1 000 Em lasemen 3 780 3 780 Jalan Kebun 1 115 1 115
Sumber: Dokumentasi PPTK Kebun Percobaan Pasir Sarongge
4.4. Visi, Misi dan Fungsi Perusahaan
4.4.1. Visi Perusahaan
Visi perusahaan adalah menjadikan Pusat Penelitian Teh dan Kina sebagai
lembaga penelitian dan pengembangan yang terkemuka dan berguna bagi
masyarakat yang bergerak di bidang agro industri teh dan kina. Sedangkan Visi
perusahaan pada tahun 2020 adalah menjadi lembaga penelitian teh dan kina yang
terkemuka di Asia pada 2020.
4.4.2. Misi Perusahaan
1. Mengefektifkan dan mengefisienkan kegiatan penelitian dan
pengembangan komoditi teh dan kina, sehingga dapat mengatasi masalah
yang timbul saat ini maupun yang diduga akan timbul dimasa mendatang.
31
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 49/107
2. Menghasilkan paket teknologi, kebijakan dan manajemen perkebunan
yang dapat menghasilkan produk-produk yang memiliki keunggulan
kompetitif di pasar dalam negeri dan luar negeri.
3. Menjadi tulang punggung dan motor penggerak bagi pengembangan agro
industri teh dan kina.
Selain itu, misi perusahaan pada tahun 2020 adalah menghasilkan inovasi
untuk kemajuan industri teh dan kina nasional dengan cara:
1. Menciptakan, merekayasa, dan mengembangkan teknologi dan
rekomendasi kebijakan di bidang pertehan dan perkinaan.
2. Meningkatkan dan memelihara kepuasan Stakeholder dalam penggunaan
teknologi dan pemanfaatan layanan yang dihasilkan oleh PPTK,
Gambung.
3. Mengembangkan jaringan kerjasama nasional dan internasional dalam
penguasaan dan pengembangan IPTEK pertehan dan perkinaan.
4. Membangun PPTK, Gambung, menjadi lembaga yang mandiri dan
memiliki citra yang baik.
4.4.3. Fungsi Perusahaan
1. Media penelitian dan pengembangan agroindustri teh dan kina.
2. Sumber plasma nutfah teh dan kina.
3. Ajang pendidikan dan latihan budidaya teh dan kina.
4. Kebun contoh (show room) komiditi teh dan kina.
5. Sumber pendapatan untuk mendanai secara mandiri kegiatan penelitian.
32
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 50/107
4.5. Struktur Organisasi Perusahaan
Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Kebun Percobaan Pasir Sarongge
dipimpin oleh seorang pimpinan yang membawahi tiga bagian penanggungjawab
urusan yang terdiri dari seorang penanggungjawab administrasi, seorang mandor
besar kebun, dan seorang penanggungjawab pabrik. Penanggungjawab
administrasi membawahi tiga bagian, terdiri dari bagian administrasi kantor induk,
eksploitasi wisma, dan keamanan. Mandor besar kebun juga membawahi tiga
bagian, yaitu bagian pemetikan, pemeliharaan, dan penelitian. Sedangkan
penanggungjawab pabrik membawahi bagian pengolahan, pemeliharaan mesin,
dan pool kendaraan.
Tugas dari setiap penanggungjawab di dalam struktur organisasi Pusat
Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge adalah sebagai berikut:
1. Pimpinan
a. Memimpin dan mempertanggungjawabkan seluruh karyawan kebun dan
parik termasuk administrasi secara keseluruhan juga penelitian atau
pesemaian.
b. Mengelola personil Kebun Percobaan Pasir Sarongge sesuai peraturan
Pusat Penelitian Teh dan Kina.
c. Mengadakan hubungan dan pelayanan keluar maupun kedalam sesuai
fungsi Kebun Percobaan Pasir Sarongge sebagai kebun penelitian.
d. Membuat RAB Tahunan sesuai rencana kerja yang akan dilaksanakan.
e. Menerima laporan dari masing-masing bagian yang ada di Kebun
Percobaan Pasir Sarongge.
33
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 51/107
f. Menentukan perubahan kerja dan personil kerja untuk mencapai efisiensi
kerja tanpa pertentangan dengan fungsi kebun sebagai kebun contoh.
g. Memelihara hubungan kerja yang baik antara bagian satu dengan lainnya
di lingkungan Kebun Percobaan Pasir Sarongge maupun dengan
lingkungan Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung.
h. Menjaga nama baik Kebun Percobaan Pasir Sarongge pada khususnya dan
Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung umumnya.
2. Penanggungjawab Administrasi
a. Mengawasi pelaksanaan tugas di lingkungan kantor administrasi. b.
Memeriksa administrasi pengeluaran teh hijau.
c. Bersama kepala pimpinan menyusun RAB Tahunan.
d. Memeriksa bukti keluar masuk keuangan Kebun Percobaan Pasir
Sarongge.
e. Memeriksa buku laporan harian, buku jualan mandor, daftar upah setiap
bulan sebelum dilaksanakan pembayaran upah.
f. Dalam batas tertentu mewakili kepala pimpinan apabila tidak ada di
tempat atau berhalangan hadir.
3. Mandor Besar Kebun
a. Mengkoordinir kegiatan kebun (pemetikan dan panen petik, dan
pemeliharaan).
b. Dalam pelaksanaan tugasnya dibantu empat orang mandor.
c. Membuat rencana kerja kebun dan realisasi kerja pemetikan.
34
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 52/107
d. Bersama dengan kepala pimpinan mengontrol kebun dan memeriksa buku
jualan mandor.
e. Melaporkan hasil kerja kepada kepala pimpinan.
f. Bersama dengan kepala pimpinan menentukan harga jualan untuk pekerja
borongan pemeliharaan.
4. Penanggungjawab Pabrik
a. Mengkoordinir pekerjaan pabrik atau pengolahan, teknik bengkel dan
kendaraan.
b. Memelihara peralatan, perlengkapan saran dan prasarana pabrik atau
pengolahan.
c. Bersama dengan TU dan mandor mengawasi administrasi gudang teh
hijau.
d. Dalam batas tertentu mewakili kepala pimpinan apabila tidak ada di
tempat atau berhalangan hadir.
35
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 53/107
Struktur organisasi Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir
Sarongge dapat dilihat pada Gambar 4 di bawah ini.
PIMPINAN
PENJAB. ADM MB. KEBUN PENJAB. PABRIK
Gambar 4. Struktur Organisasi Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge
Jumlah keseluruhan tenaga kerja di Kebun Percobaan Pasir Sarongge pada
tahun 2006 adalah 124 orang, terdiri dari seorang pimpinan, 19 orang tenaga kerja
bulanan, 57 orang tenaga kerja harian tetap, dan 47 orang tenaga kerja harian
musiman. Tenaga kerja harian untuk bagian perkebunan teh berjumlah 78 orang,
terdiri dari 58 orang tenaga kerja pemetikan, 16 orang tenaga kerja pemeliharaan,
dan empat orang tenaga kerja pembibitan. Sedangkan tahun 2007, jumlah
36
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 54/107
keseluruhan tenaga kerja Kebun Percobaan Pasir Sarongge adalah sebanyak 112
orang, terdiri dari seorang pimpinan, 20 orang tenaga kerja bulanan, 53 orang
tenaga kerja harian tetap, dan 38 orang tenaga kerja musiman. Tenaga kerja harian
bagian perkebunan teh berjumlah 72 orang, terdiri dari 55 orang tenaga kerja
pemetikan, 14 orang tenaga kerja pemeliharaan, dan tiga orang tenaga kerja
pembibitan. Secara umum, komposisi tenaga kerja di Kebun Percobaan Pasir
Sarongge dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah ini.
Tabel 6. Komposisi Tenaga Kerja Kebun Percobaan Pasir Sarongge Tahun 2006
dan Tahun 2007
Status Tena a Ker a 2006 2007
Pim inan 1 1
Tena a Ker a Bulanan 19 20
57 53
Tenaga Kerja Harian :
• Tetap
• Musiman 47 38
Total 124 112 Sumber: Dokumentasi PPTK Kebun Percobaan Pasir Sarongge
Perbedaan antara tenaga kerja harian tetap dengan tenaga kerja harian
musiman adalah pembayaran upah yang diberikan perusahaan. Tenaga kerja
harian musiman tidak mendapatkan upah minggu, artinya perusahaan hanya
memberi upah sesuai dengan hari aktif mereka bekerja saja (pada hari minggu
tenaga kerja musiman tidak mendapat upah). Sedangkan tenaga kerja harian tetap
mendapatkan upah minggu, artinya perusahaan memberikan upah sesuai hari aktif
mereka bekerja dan pada hari minggu saat hari libur pun mereka juga
mendapatkan upah. Ketika tenaga kerja harian musiman diseleksi untuk diangkat
37
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 55/107
menjadi tenaga kerja harian tetap, aspek yang diperhatikan oleh perusahaan
sebagai dasar petimbangan adalah kinerja dan pendidikan. Aktifitas hari kerja
yang berlangsung di kantor dalam satu minggu adalah mulai hari senin sampai
hari jum’at, sejak pukul 07.00 pagi sampai pukul 15.00 sore.
4.6. Sarana dan Fasilitas Perusahaan
Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge memiliki
sarana penunjang kegiatan produksi teh, seperti (1) kantor yang berfungsi sebagai
tempat proses administrasi. Kantor tersebut terdiri dari ruang kerja pimpinan,
ruang kerja karyawan, ruang penyimpanan dokumen dan komputer, ruang tamu,
ruang dapur, dan ruang toilet; (2) pabrik pengolahan teh hijau. Di dalam ruangan
pabrik ini dibagi menjadi ruang kantor pabrik dan ruang pengolahan yang di
dalamnya terdapat alat penimbang pucuk, dua buah mesin pelayuan, tiga buah
mesin penggulungan, dan dua buah mesin pengeringan; (3) gudang yang berfungsi
sebagai tempat penyimpanan teh kering; dan (4) satu unit kendaraan dinas dan
satu unit kendaraan truk pengangkut.
Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge juga
memiliki fasilitas lapangan olahraga dan wisma penginapan. Di dalam wisma
terdapat ruang pertemuan atau ruang sidang, ruang mushalla, ruang tv, meja
biliard, ruang toilet, dan ruang kamar. Sedangkan fasilitas yang disediakan untuk
para karyawan adalah jaminan kesehatan rujukan ke poliklinik dan rumah sakit
terdekat.
38
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 56/107
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Analisis Pendapatan Pucuk Teh
Pendapatan pucuk teh yang dianalisis adalah mulai bulan Juli tahun 2006
hingga bulan Desember tahun 2007 karena pada bulan Juli tahun 2006 perusahaan
baru mulai menjual teh dalam bentuk pucuk basah. Pendapatan pucuk teh
merupakan pendapatan yang diperoleh dari hasil penjualan pucuk teh. Setelah
diketahui jumlah pendapatan pucuk tehnya, kemudian peneliti melakukan
perhitungan marjin keamanan (margin of safety) untuk mengetahui sejauh mana
tingkat penjualan boleh turun sebelum perusahaan mengalami kerugian.
5.1.1. Biaya Produksi Pucuk Teh
Biaya produksi pucuk teh terdiri dari biaya tetap ( fixed cost ), biaya tidak
tetap (variable cost ), dan total biaya produksi (total cost ).
1. Biaya Tetap ( fixed cost )
Biaya tetap merupakan biaya yang tidak langsung berkaitan dengan jumlah
tanaman yang dihasilkan di atas lahan (biaya ini harus dibayar apakah
menghasilkan sesuatu atau tidak). Berdasarkan penelitian Hartono (2002; 46),
biaya tenaga kerja tetap merupakan komponen dari biaya tetap. Komponen biaya
tetap dalam penelitian ini adalah biaya tenaga kerja bulanan (tenaga kerja tetap).
Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge ini adalah milik
pemerintah, sehingga penggunaan tanah yang dimiliki tidak dikenakan biaya
pajak tanah ataupun sewa tanah. Pada Kebun Percobaan Pasir Sarongge ini juga
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 57/107
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 58/107
2. Biaya Tidak Tetap (variable cost )
Biaya tidak tetap merupakan biaya yang secara langsung berkaitan dengan
jumlah tanaman yang diusahakan dan input variabel yang dipakai. Sesuai dengan
penjelasan dalam Hernanto (1991; 179) mengenai penggolongan biaya, yang
termasuk kedalam biaya tidak tetap dalam penelitian ini antara lain biaya tenaga
kerja harian, biaya pupuk, biaya pestisida, biaya peralatan, biaya pengangkutan,
dan biaya lain-lain. Sumber dana untuk setiap penggunaan komponen dalam
produksi pucuk teh yang digunakan di Kebun Percobaan Pasir Sarongge berasal
dari perusahaan pusat di Gambung. Sedangkan untuk bibit, perusahaan tidak
mengeluarkan biaya karena bibit yang digunakan berasal dari pohon induk teh
yang ada di kebun. Komponen dan biaya tidak tetap pucuk teh disajikan pada
Tabel 8 di bawah ini.
Tabel 8. Komponen dan Biaya Tidak Tetap Pucuk Teh Bulan Juli-Desember
Tahun 2006
No. Komponen
Biaya Tidak Tetap Jumlah Rata-rata/bulan
(%)
1 Tena a ker a harian 210.644.8 35.107.483 17 8 1 2 Pu uk 187.575 31.262 50 0 08
3 Pestisida 12.640.173 2.106.695,50 5,35
4 Peralatan 2. 47.750 4 1.2 1 67 1 25 5 Pen an kutan 9.405.276 1.567.546 3 98 6 Lain-lain 350.000 58.333 33 0 15
Total Biaya Tidak Tetap 236.175.673 39.362.612,17 100
Sumber: Laporan Manajemen Bulanan Keuangan dan Umum PPTK Kebun Percobaan Pasir
Sarongge (diolah), 2006
41
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 59/107
Berdasarkan Tabel 8 di atas, biaya tenaga kerja harian yang dikeluarkan
oleh perusahaan pada bulan Juli sampai bulan Desember tahun 2006 adalah
sebesar Rp 210.644.899,- atau 89,19 % dari total biaya tidak tetap dengan jumlah
biaya rata-rata per bulannya sebesar Rp 35.107.483,17,-. Tenaga kerja harian ini
berasal dari bagian pembibitan dan pemeliharaan tanaman belum menghasilkan
(PTBM), pemeliharaan kebun induk, pemeliharaan tanaman menghasilkan (PTM),
serta pemetikan. Dari beberapa bagian tersebut, pemetikan mempunyai jumlah
pengeluaran yang paling besar yaitu sebesar Rp 150.786.935,- atau 71,58 % dari
total biaya tenaga kerja harian dengan jumlah biaya rata-rata per bulannya
Rp 25.131.155,83,- seperti yang terlihat pada Lampiran 6. Besarnya pengeluaran
tersebut sesuai dengan penjelasan dalam Ghani (2002; 71) yang menyebutkan
bahwa dalam budidaya teh, tenaga kerja pemetikan menyerap biaya yang paling
banyak begitupun dengan jumlah tenaga kerjanya. Jumlah tenaga kerja pemetikan
di Kebun Percobaan Pasir Sarongge adalah 58 orang atau 74.35 % dari total
tenaga kerja perkebunan sebanyak 78 orang. Rata-rata standar upah pemetikan
tahun 2006 untuk tenaga kerja harian tetap adalah Rp 434,096,- dan untuk tenaga
kerja harian musiman sebesar Rp 378,750,-.
Pada pupuk, biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 187.575,- atau
0,08 % dari total biaya tidak tetap dengan jumlah biaya rata-rata per bulannya
sebesar Rp 31.262,50,-. Pengeluaran biaya pupuk ini digunakan untuk bagian
pemeliharaan tanaman menghasilkan (PTM). Pemupukan yang diberikan melalui
tanah sudah diberikan pada bulan April, dan bulan Mei (semester awal) tahun
2006 dan dilakukan sebanyak dua kali. Pemupukan tanah pada bulan Januari dan
42
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 60/107
bulan Juli yang digunakan berasal dari sisa dana yang ada. Pengeluaran biaya
pupuk tersebut dapat dilihat pada Lampiran 8. Kecilnya biaya pupuk yang
dikeluarkan perusahaan dikarenakan tidak adanya biaya untuk pemupukan tanah
pada bulan Juli sampai bulan Desember (semester dua), sedangkan idealnya
pupuk diberikan sebanyak empat kali aplikasi. Selain tidak ada dana pemupukan,
karena pada bulan Juli sudah memasuki musim kemarau, maka perusahaan
menggunakan pupuk daun yang diberikan untuk blok-blok tanaman tertentu saja
agar lebih ekonomis. Dalam Ghani (2002; 60) dijelaskan, pupuk daun ekonomis
digunakan sebagai pengganti apabila tidak memungkinkan diberi pupuk melalui
tanah.
Pengeluaran perusahaan untuk pestisida adalah sebesar Rp 12.640.173,-
atau 5,35 % dari total biaya tidak tetap dengan jumlah biaya rata-rata per bulannya
sebesar Rp 2.106.695,50,-. Pestisida ini digunakan untuk pembibitan,
pemeliharaan kebun induk, dan pemeliharaan tanaman menghasilkan.
Pengaplikasian pestisida banyak digunakan pada bagian pemeliharaan tanaman
menghasilkan (PTM) yaitu sebesar Rp 11.876.739,- dengan biaya rata-rata per
bulannya sebesar Rp 1.979.456,50,-. Adimulya (2006; 32) menjelaskan, serangan
hama terhadap tanaman akan meningkat pada musim kemarau karena angin
membantu penyebaran hama. Sedangkan penyakit akan menyerang tanaman pada
musim hujan karena ketika musim hujan, maka kelembaban akan meningkat
sehingga memicu pertumbuhan jamur yang menimbulkan penyakit. Pada
Lampiran 10 terlihat di bulan Juli sampai bulan September pembelian pestisida
untuk pemeliharaan tanaman menghasilkan (PTM) lebih besar dibandingkan
43
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 61/107
dengan bulan Oktober sampai bulan Desember, hal tersebut dikarenakan musim
kemarau sehingga menyebabkan serangan hama yang lebih banyak dari bulan-
bulan sebelumnya.
Biaya peralatan yang dikeluarkan pada bulan juli sampai bulan Desember
tahun 2006 dalam penelitian ini terdiri dari plastik sungkup, paku, bambu, kawat,
tali rapia, plastik polibag, bilik carang, waring, sarung tangan, dan buku untuk
pencatatan. Jumlah biaya peralatan yang dikeluarkan perusahaan adalah sebesar
Rp 2.947.750,- atau 1,25 % dengan biaya rata-rata per bulannya Rp 491.291,67,-.
Pada bulan Agustus perusahaan banyak mengeluarkan biaya untuk pembelanjaan
peralatan keperluan pembibitan. Biaya peralatan yang dikeluarkan dapat dilihat
pada Lampiran 12.
Di samping itu, biaya pengangkutan yang dikeluarkan perusahaan adalah
RP 9.405.276,- atau 3,98 % dengan jumlah biaya rata-rata per bulan yaitu
Rp 1.567.546,-. Biaya pengangkutan dikeluarkan untuk pengangkutan pucuk teh
dari kebun ke pabrik. Komponen yang termasuk kedalam biaya pengangkutan di
penelitian ini adalah biaya upah pengemudi, bahan bakar, dan biaya pemeliharaan
kendaraan. Pada bulan Desember biaya pengangkutan yang dikeluarkan oleh
perusahaan adalah pengeluaran yang paling besar yaitu sebesar Rp 2.570.874,-.
Hal ini dikarenakan besarnya biaya untuk pemeliharaan truk sebesar
Rp 1.331.667,-. Secara lebih rinci, biaya pengangkutan dapat dilihat pada
Lampiran 14. Sedangkan jumlah biaya lain-lain dalam penelitian ini adalah
sebesar Rp 350.000,- atau 0,15 % dengan jumlah biaya rata-rata per bulan sebesar
44
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 62/107
Rp 58.333,33,-. Biaya lain-lain yang dikeluarkan merupakan biaya dari bagian
pemeliharaan tanaman menghasilkan (PTM).
Komponen dan biaya tidak tetap pucuk teh bulan Januari sampai bulan
Desember tahun 2007 terdiri dari biaya tenaga kerja harian, pupuk, pestisida,
peralatan, pengangkutan, dan biaya lain-lain sesuai pada Tabel 9 di bawah ini.
Tabel 9. Komponen dan Biaya Tidak Tetap Pucuk Teh Bulan Januari-Desember
Tahun 2007
No. Komponen Biaya Tidak Tetap
Jumlah Rata-rata/bulan (%)
1 Tena a ker a harian 487.346.537 40.612.211 42 84 12 2 Pu uk 25.033.242 2.086.103 50 4 32
3 Pestisida 38.064.520 3.172.043,33 6,57 4 Peralatan 1.883.682 156.973,50 0,33
5 Pen an kutan 25.131.023 2.094.251,92 4,34 6 Lain-lain 1.872.975 156.081,25 0,32
Total Biaya Tidak Tetap 579.331.979 48.277.664,92 100
Sumber: Laporan Manajemen Bulanan Keuangan dan Umum PPTK Kebun Percobaan Pasir
Sarongge (diolah), 2007
Berdasarkan Tabel 9 di atas, pada tahun 2007 biaya tenaga kerja harian yang
dikeluarkan adalah sebesar Rp 487.346.537,- atau 84,12 % dari total biaya tidak
tetap dengan jumlah biaya rata-rata per bulannya adalah sebesar
Rp 40.612.211,42,-. Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan tersebut adalah untuk
bagian
pembibitan
dan
pemeliharaan
tanaman
belum
menghasilkan
(PTBM),
pemeliharaan kebun induk, pemeliharaan tanaman menghasilkan (PTM), serta
bagian pemetikan. Sama seperti dengan tahun 2006, pada tahun 2007 ini
komponen biaya tenaga kerja harian bagian pemetikan memiliki jumlah
pengeluaran yang paling besar yaitu Rp 353.938.959,- atau 72,62 % dari total
45
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 63/107
biaya tenaga kerja hariannya dengan biaya rata-rata per bulannya sebesar
Rp 29.494.913,25,-. Pada tahun 2007, rata-rata standar upah pemetikan untuk
tenaga kerja harian tetap mengalami kenaikan menjadi Rp 620.758,- dan upah
tenaga kerja harian musiman menjadi Rp 570.750,-. Penetapan kenaikan standar
upah ini ditetapkan atas dasar kebijakan perusahaan pusat. Jumlah tenaga kerja
bagian pemetikan pada tahun 2007 berkurang menjadi 55 orang atau 76,38 % dari
total tenaga kerja di perkebunan sebanyak 72 orang. Persentase jumlah tenaga
kerja pemetikan tahun 2007 mengalami kenaikan karena diikuti dengan
berkurangnya tenaga kerja perkebunan dari bagian pembibitan menjadi tiga orang
dan bagian pemeliharaan menjadi 14 orang. Bila dibandingkan dengan tahun 2006
selama satu tahun, berkurangnya jumlah tenaga kerja pemetikan tahun 2007
menyebabkan biaya tenaga kerja pemetikan yang dikeluarkan menjadi berkurang
juga. Biaya dari komponen tenaga kerja harian ini dapat dilihat pada Lampiran 7.
Total pengeluaran biaya pupuk tahun 2007 sebesar Rp 25.033.242,- atau
4,32 % dari total biaya tidak tetap dengan jumlah biaya rata-rata per bulan sebesar
Rp 2.086.103,50,-. Biaya pupuk tersebut digunakan pada pemeliharaan kebun
induk dan paling banyak digunakan pada tanaman menghasilkan (PTM).
Penggunaan pupuk yang diberikan melalui tanah pada bulan Maret merupakan
pengeluaran yang paling besar, pupuk tersebut merupakan gabungan dua aplikasi
pemupukan dengan bulan sebelumnya. Pemupukan urea pada bulan Oktober yang
diberikan untuk tanaman menghasilkan berasal dari sisa dana yang ada saja. Sama
seperti dengan bulan Juli sampai bulan Desember (semester dua) tahun 2006, pada
bagian tanaman menghasilkan tidak diberikan pupuk tanah dikarenakan tidak
46
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 64/107
adanya dana untuk membeli pupuk sehingga perusahaan menggunakan pupuk
daun untuk blok-blok tanaman tertentu saja. Biaya pupuk daun bagian
pemeliharaan tanaman menghasilkan (PTM) pada tahun 2007 lebih besar dari
tahun 2006, karena harga pupuk daun tahun 2007 mengalami kenaikan. Biaya
pupuk tahun 2007 dapat dilihat di Lampiran 9.
Di samping itu, biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk pembelian
pestisida adalah sebesar Rp 38.064.520,- atau 6,57 % dari total biaya tidak tetap
dengan biaya rata-rata per bulannya sebesar Rp 3.172.043,33,-. Biaya pestisida
yang dikeluarkan untuk bagian pemeliharaan tanaman menghasilkan (PTM) mulai
bulan Oktober sampai bulan Desember lebih besar dibandingkan dengan bulan-
bulan sebelumnya, hal ini dikarenakan pada bulan tersebut sudah memasuki
musim hujan yang menyebabkan kelembaban meningkat sehingga memicu
pertumbuhan jamur yang menimbulkan penyakit dan menyerang tanaman
produksi. Pengaplikasian pestisida diterapkan pada pembibitan, pemeliharaan
kebun induk dan paling banyak dilakukan pada pemeliharaan tanaman
menghasilkan (PTM) karena tanaman menghasilkan merupakan tanaman
produksi. Rincian pengeluaran biaya pestisida dapat dilihat pada Lampiran 11.
Pada tahun 2007 perusahaan mengeluarkan biaya untuk pembelian
peralatan seperti plastik sungkup dan polibag yang digunakan di bagian
pembibitan. Sedangkan paku, sprayer, alat kompa, sarung tangan, masker, buku
pencatatan, dan lain-lain digunakan di bagian pemeliharaan tanaman
menghasilkan (PTM). Total biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 1.883.682,-
atau 0,33 % dari total biaya tidak tetap dengan jumlah biaya rata-rata per bulannya
47
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 65/107
sebesar Rp 156.973,50,-. Pengeluaran biaya peralatan ini digunakan untuk
pembibitan dan pemeliharaan tanaman menghasilkan (PTM) seperti terlihat pada
Lampiran 13.
Biaya pengangkutan yang dikeluarkan adalah RP 25.131.023,- atau 4,34 %
dari total biaya tidak tetap dengan jumlah biaya rata-rata per bulannya yaitu
Rp 2.094.251,92,-. Biaya pengangkutan dikeluarkan untuk pengangkutan pucuk
teh dari kebun ke pabrik. Pada bulan Desember biaya pengangkutan yang
dikeluarkan oleh perusahaan adalah pengeluaran yang paling besar yaitu sebesar
Rp 4.876.830,-. Hal ini dikarenakan besarnya biaya untuk pemeliharaan truk
sebesar Rp 3.365.500,-. Secara lebih rinci, biaya pengangkutan dapat dilihat pada
Lampiran 15. Sedangkan biaya lain-lain yang dikeluarkan adalah sebesar
Rp 1.872.975,- atau 0,32 % dari total biaya tidak tetap dengan jumlah biaya rata-
rata per bulannya Rp 156.081,25,-. Biaya lain-lain yang dikeluarkan pada tahun
ini merupakan biaya dari bagian pembibitan, pemeliharaan kebun induk,
pemeliharaan tanaman menghasilkan (PTM), dan pemetikan.
3) Total Biaya Produksi (total cost )
Total biaya produksi adalah total biaya tidak tetap ditambah dengan total
biaya tetap. Total biaya produksi bulan Juli sampai bulan Desember tahun 2006
adalah sebesar Rp 286.499.245,- dengan jumlah persentase total biaya tetap
sebesar 17,57 % dan total biaya tidak tetap sebesar 82,43 % dari total biaya
produksi. Besarnya persentase biaya tidak tetap ini dikarenakan biaya tenaga kerja
harian yang besar sebesar 73,52 % dari total biaya produksi. Di samping itu, total
biaya tidak tetap tahun 2007 memiliki persentase lebih besar yaitu 68,85 %
48
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 66/107
daripada persentase total biaya tetap sebesar 18,15 %. Sama halnya seperti pada
tahun 2006, komponen biaya tidak tetap yang memiliki pengeluaran paling besar
adalah biaya tenaga kerja harian karena jumlah tenaga kerja yang diserap juga
banyak. Di bawah ini merupakan Tabel 10, yaitu tabel total biaya produksi pucuk
teh bulan Juli sampai bulan Desember tahun 2006 dan bulan Januari sampai bulan
Desember tahun 2007.
Tabel 10. Total Biaya Produksi Pucuk Teh Bulan Juli-Desember Tahun 2006 dan
Bulan Januari-Desember Tahun 2007
2006 2007 No. Biaya Produksi Jumlah
R (%)
Jumlah
R (%)
Biaya Tetap 1
- Tenaga kerja bulanan 50.323.572 17,57 128.470.083 18,15
2 Total Biaya Tetap 50.323.572 17,57 128.470.083 18,15
Biaya Tidak Tetap
- Tenaga kerja harian 210.644.899 73,52 487.346.537 68,85
- Pupuk 187.575 0,07 25.033.242 3,54
- Pestisida 12.640.173 4,41 38.064.520 5,38
- Peralatan 2.947.750 1,03 1.883.682 0,27
- Pengangkutan 9.405.276 3,28 25.131.023 3,55
3
- Lain-lain 350.000 0,12 1.872.975 0,26
4 Total Biaya Tidak Tetap 236.175.673 82,43 579.331.979 81,85
5 Total Biaya Produksi 286.499.245 100 707.802.062 100
Bedasarkan hasil perhitungan total biaya produksi dari bulan Juli sampai
bulan Desember tahun 2006 dan bulan Januari sampai bulan Desember tahun
2007, diketahui bahwa komponen biaya dari total biaya produksi yang paling
besar dikeluarkan oleh perusahaan adalah komponen biaya tenaga kerja, maka
49
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 67/107
dana yang dikeluarkan oleh perusahaan lebih diutamakan kepada pemenuhan upah
tenaga kerja. Seperti yang dijelaskan oleh Ghani (2002; 117) bahwa budidaya teh
memiliki karakteristik khas di antaranya padat karya. Dengan demikian
kemampuan mengelola tenaga kerja menjadi sangat penting.
5.1.2. Penerimaan Pucuk Teh
Penerimaan merupakan hasil perkalian antara total produksi dengan harga
jual. Berikut merupakan Tabel 11, yaitu tabel penerimaan pucuk teh bulan Juli
sampai bulan Desember tahun 2006 dan bulan Januari sampai bulan Desember
tahun 2007.
Tabel 11. Penerimaan Pucuk Teh Bulan Juli-Desember Tahun 2006 dan Bulan
Januari-Desember Tahun 2007
Tahun Produksi
(Kg)
Harga
(Rp/Kg)
Penerimaan
(Rp)
Rata-rata Penerimaan
(Rp/bulan)
2006 248.282 1.200 297.938.400 49.656.400
2007 676.703 1.300 879.713.900 73.309.491,67
Berdasarkan Tabel 11 terlihat bahwa jumlah penerimaan pucuk teh Pusat
Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge pada bulan Juli sampai
bulan Desember tahun 2006 adalah Rp 297.938.400,- dengan rata-rata penerimaan
per bulannya sebesar Rp 49.656.400,-. Hasil produksi pucuk teh adalah sebanyak
248.282kg berasal dari kebun tanaman menghasilkan (TM) seluas 57,030ha.
Pucuk teh dari kebun tanaman menghasilkan (TM) tersebut belum berproduksi
secara maksimal, sehingga produksi pucuk teh tidak dapat terambil semua dari
50
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 68/107
keseluruhan lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 57,405ha. Sementara itu,
harga pucuk teh per bulan tahun 2006 adalah Rp 1.200,- per kg. Penerimaan per
bulannya dapat dilihat lebih jelas pada Lampiran 18.
Pada tahun 2007, hasil produksi pucuk teh adalah sebanyak 676.703kg
yang berasal dari kebun tanaman menghasilkan (TM) seluas 58,250ha. Pucuk teh
dari kebun tanaman menghasilkan (TM) tersebut tidak dapat terambil semua dari
keseluruhan lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 58,780ha. Hal tersebut
dikarenakan berkurangnya tenaga kerja bagian pemetikan dan banyaknya hari
libur ketika sudah waktunya pemetikan pucuk teh basah. Bila dibandingkan
dengan tahun 2006 selama satu tahun, maka hasil produksi pucuk teh tahun 2007
mengalami peningkatan karena luas lahan tanaman menghasilkan (TM) pada
tahun 2007 juga meningkat, seperti yang dijelaskan dalam Rahim dan Hastuti
(2007; 36) bahwa secara umum dikatakan semakin luas lahan (yang ditanami),
semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan oleh lahan tersebut. Sementara
itu, harga pucuk teh per bulan tahun 2007 adalah sebesar Rp 1.300,- per kg. Dari
hasil perkalian antara jumlah produksi pucuk teh dengan harga pucuk teh,
diperoleh hasil penerimaan sebesar Rp 879.713.900,- dan rata-rata penerimaan per
bulannya adalah Rp 73.309.491,67,-. Penerimaan per bulannya dapat dilihat lebih
jelas pada Lampiran 19.
51
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 69/107
5.1.3. Pendapatan Pucuk Teh
Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya.
Pendapatan pucuk teh di Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir
Sarongge pada bulan Juli sampai bulan Desember tahun 2006 adalah sebesar
Rp 11.439.155,- dengan jumlah rata-rata pendapatan sebesar Rp 1.906.525,83,-.
Terlihat pada Lampiran 20, pada bulan Agustus sampai bulan Oktober jumlah
pendapatan yang diperoleh perusahaan mengalami defisit karena pada bulan
tersebut hasil produksi pucuk teh yang diperoleh rendah dan biaya produksi yang
dikeluarkan lebih besar daripada hasil penerimaan perusahaan. Jumlah pendapatan
di bulan Agustus memiliki nilai defisit yang terkecil yaitu Rp -8.250.264,-
dibandingkan bulan September Rp -14.545.204,- dan bulan Oktober
Rp -23.129.707,-, karena biaya untuk pembelian pestisida bulan Agustus Rp
2.275.380,- yang diaplikasikan kepada tanaman produksi lebih besar daripada
bulan September Rp 2.169.186,- dan bulan Oktober Rp 1.222.903,- sehingga
tanaman produksi yang terserang hama dapat lebih banyak terselamatkan.
Sedangkan jumlah pendapatan yang memiliki nilai defisit terbesar adalah bulan
Oktober, karena hasil produksi yang diperoleh paling rendah dan biaya untuk
pembelian pestisida yang diaplikasikan pada tanaman produksi juga paling kecil
akibat terbatasnya biaya untuk membeli pestisida. Berikut merupakan Tabel 12,
yaitu tabel pendapatan pucuk teh bulan Juli sampai bulan Desember tahun 2006
dan bulan Januari sampai bulan Desember tahun 2007.
52
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 70/107
Tabel 12. Pendapatan Pucuk Teh Bulan Juli-Desember Tahun 2006 dan Bulan Januari-Desember Tahun 2007
2006 2007 No. Uraian umlah R umlah R
1 Penerimaan 297,938,400 879,713,900
2 Total Biaya Produksi 286.499.245 707.802.062
3 Jumlah Pendapatan 11,439,155 171,911,838
4 Rata-rata Pendapatan/bulan 1,906,525.83 14,325,986.50
Di samping itu, pendapatan pucuk teh yang diperoleh pada tahun 2007
adalah Rp 171.911.838,- dengan jumlah rata-rata pendapatannya adalah sebesar
Rp 14.325.986,50,-. Pada lampiran 21 dapat terlihat jumlah pendapatan di bulan
Maret sebesar Rp -11.850.124,-, bulan Agustus sebesar Rp -12.331.102,-, bulan
September sebesar Rp -34.946.474,-, dan bulan Oktober sebesar Rp -6.206.410,-
mengalami defisit. Besarnya total biaya produksi pada bulan Maret dikarenakan
pada bulan tersebut perusahaan mengeluarkan biaya yang besar yaitu
Rp 77.388.324,- dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya untuk pembelian
pupuk yang diaplikasikan pada pemeliharaan tanaman menghasilkan (PTM).
Jumlah pendapatan perusahaan di bulan September memiliki nilai defisit yang
terbesar yaitu Rp -34.946.474,- karena hasil produksi pucuk teh yang diperoleh
paling rendah sebanyak 14.693Kg akibat musim kemarau. Namun secara
keseluruhan pendapatan perusahaan dapat menutup kerugian pada beberapa bulan
tersebut.
Seluruh hasil penjualan produk dari setiap kebun percobaan yang dimiliki
oleh Pusat Penelitian Teh dan Kina dikelola oleh perusahaan pusat di Gambung,
termasuk penjualan pucuk teh dari Kebun Percobaan Pasir Sarongge ini. Atas
53
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 71/107
dasar hal tersebut, ketika Pusat Penelitian Teh dan Kina mengalami defisit
pemasukan maka Kebun Percobaan Pasir Sarongge yang memberikan sumbangan
pemasukan besar pun akan ikut terkena dampaknya. Dampak tersebut dapat
berupa seperti keterlambatan atau kekurangan dalam pemberian dana sebagai
biaya untuk setiap penggunaan komponen dalam produksi pucuk teh dan
keterlambatan perusahaan pusat dalam pemberian dana sebagai biaya untuk
pembayaran gaji dan upah tenaga kerja.
5.2. Marjin Keamanan ( Margin
of
Safety)
Marjin keamanan atau margin of safety (MOS) merupakan kelebihan
penjualan yang dianggarkan atau realisasi di atas volume penjualan pada titik
impas. Marjin pengaman penjualan ini menentukan seberapa banyak penjualan
boleh turun sebelum perusahaan mengalami kerugian. Dari perhitungan
pendapatan usahatani, perusahaan memerlukan juga informasi mengenai berapa
jumlah maksimal penurunan penjualan yang terjadi dimana perusahaan tidak
mengalami kerugian. Marjin keamanan ( Margin of Safety) ini dihitung
berdasarkan selisih antara total penjualan dengan nilai penjualan pada titik impas.
Untuk mengetahui nilai marjin keamanan, sebelumnya harus diketahui
terlebih dahulu nilai titik impas penjualan. Titik impas atau BEP adalah volume
penjualan dimana jumlah penerimaan dan jumlah bebannya sama, tidak terdapat
laba maupun rugi. Marjin keamanan bulan Juli sampai bulan Desember tahun
2006 dapat dilihat pada Tabel 13.
54
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 72/107
Tabel 13. Marjin Keamanan Bulan Juli-Desember Tahun 2006
No. Uraian Jumlah
1 Penerimaan Rp 297.938.400
2 Total Biaya Produksi Rp 286.499.245
3 Nilai Titik Impas Rp 242.756.841
4 Volume Titik Impas 202.298Kg
5 Marjin Keamanan Rp 55.181.559
6 % Marjin Keamanan 18,52 %
Pada Tabel 13 dapat dilihat nilai titik impas (BEP) dan marjin keamanan (MOS)
penjualan bulan Juli sampai bulan Desember tahun 2006. Sedangkan cara
perhitungan nilai titik impas dan marjin keamanan tahun 2006 dapat dilihat pada
Lampiran 22 dan Lampiran 24. Pada bulan Juli sampai bulan Desember tahun
2006, marjin keamanan Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir
Sarongge adalah sebesar Rp 55.181.559,- atau 18,52 % dari total penerimaannya,
artinya penjualan perusahaan boleh mengalami penurunan sebesar
Rp 55.181.559,-. Nilai titik impas Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun
Percobaan Pasir Sarongge bulan Juli sampai bulan Desember tahun 2006 adalah
sebesar 202.298kg atau Rp 242.756.841,-. Apabila volume penjualan perusahaan
berada di bawah nilai titik impas maka perusahaan akan mengalami kerugian.
Sementara itu pada Tabel 14, diketahui bahwa marjin keamanan Pusat
Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge tahun 2007 adalah
sebesar Rp 503.469.826,- atau 57,23 % dari total penerimaan, artinya penjualan
perusahaan boleh mengalami penurunan sebesar Rp 503.469.826,-. Nilai titik
impas Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge tahun 2007
55
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 73/107
adalah 261.176kg atau Rp 376.244.074,-. Apabila volume penjualan perusahaan
berada di bawah nilai titik impas maka perusahaan akan mengalami kerugian.
Perhitungan nilai titik impas dan marjin keamanan bulan Januari sampai bulan
Desember tahun 2007 dapat dilihat pada Lampiran 23 dan Lampiran 25.
Tabel 14. Marjin Keamanan Bulan Januari-Desember Tahun 2007
No. Uraian Jumlah
1 Penerimaan Rp 879.713.900
2 Total Biaya Produksi Rp 707.802.062
3 Nilai Titik Impas Rp 376.244.074
4 Volume Titik Impas 261.176Kg
5 Marjin Keamanan Rp 503.469.826
6 % Marjin Keamanan 57,23 %
Berdasarkan keterangan Tabel 14 di atas, diketahui bahwa perusahaan
masih berada dalam kondisi aman karena marjin keamanan yang berada di atas
nilai titik impas. Semakin besar marjin keamanan maka semakin baik bagi
perusahaan, karena semakin tinggi marjin keamanan maka toleransi terhadap
penurunan volume penjualan / penerimaan juga tinggi. Begitu juga sebaliknya,
jika marjin keamanan rendah maka semakin besar kemungkinan bagi perusahaan
mengalami kerugian.
56
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 74/107
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Pendapatan pucuk teh di Pusat Penelititan Teh dan Kina Kebun Percobaan
Pasir Sarongge bulan Juli sampai dengan bulan Desember tahun 2006 adalah
sebesar Rp 11.439.155,-. Pada tahun 2007 bulan Januari sampai bulan
Desember, pendapatan pucuk teh di Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun
percobaan Pasir Sarongge adalah sebesar Rp 171.911.838,-.
2. Marjin keamanan yang perlu dicapai Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun
Percobaan Pasir Sarongge pada bulan Juli sampai bulan Desember tahun 2006
adalah sebesar Rp 55.181.559,-. Nilai ini menjelaskan bahwa penjualan
perusahaan boleh mengalami penurunan sebesar Rp 55.181.559,-. Nilai titik
impas Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge bulan
Juli sampai bulan Desember tahun 2006 adalah sebesar 202.298kg atau atau
Rp 242.756.841,. Apabila volume penjualan perusahaan berada di bawah nilai
titik impas maka perusahaan akan mengalami kerugian. Marjin keamanan
pada tahun 2007 bulan Januari sampai bulan Desember yaitu sebesar
Rp 503.469.826,- yang artinya penjualan perusahaan boleh mengalami
penurunan sebesar Rp 503.469.826,-. Nilai titik impas Pusat Penelitian Teh
dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge tahun 2007 adalah 261.176kg atau
Rp 376.244.074,-. Apabila volume penjualan perusahaan berada di bawah nilai
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 75/107
57
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 76/107
titik impas maka perusahaan akan mengalami kerugian. Berdasarkan
penjelasan tersebut, keadaan perusahaan berada dalam kondisi aman dari
kerugian karena nilai marjin keamanannya masih berada di atas nilai titik
impas.
6.2. Saran
Guna menjaga kelangsungan usahanya maka Pusat Penelitian Teh dan
Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge diharapkan dapat mempertahankan
pendapatannya dengan cara mengoptimalkan tenaga kerja perkebunan yang ada
dan menambah kemampuan produksi pucuk tehnya.
58
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 77/107
DAFTAR PUSTAKA
Adimulya, Vidya. Analisis Produksi Teh (Camellia sinensis L. O. Kuntze) di
Kebun Jolotigo. PTPN IX, Pekalongan, Jawa Tengah [Skripsi]. Bogor:Institut Pertanian Bogor. Fakultas Pertanian; 2006
Badan Pusat Statistik. Statistik Harga Produsen Tanaman Pangan dan
Perkebunan Rakyat 2000-2005. (Jakarta: BPS, 2006).
Departemen Pertanian. Kerangka Pemikiran Pembentukan Dewan Teh Indonesia.
27 September 2007; 1hlm.
http://ditjenbun.deptan.go.id/rempahbun/rempah//index2.php?option=com _content&do_pdf=1&id=24, 05 Nopember 2007, pk. 15.08 WIB.
Detikhot. Indonesia Coba Dongkrak Harga Teh. 24 Juli 2008; 1hlm.http://www.detikhot.com/read/2008/07/24/103834/977028/124/indonesia- coba-dongkrak-harga-teh, 18 Pebruari 2009, pk. 16.30 WIB.
Direktorat Jenderal Perkebunan. Produksi Teh di Seluruh Indonesia. 9 Maret 2007; 1hlm. http://www.deptan.go.id/infoeksekutif/bun/2006/Prod-
Teh06.htm, 26 Januari 2009, pk. 15.11 WIB.
Downey, David W. & Steven P. Erickson. Manajemen Agribisnis, Ed ke-2. (Jakarta: Erlangga, 1987).
Ghani, Mohammad A. Buku Pintar Mandor Dasar-Dasar Budidaya Teh. (Jakarta:Penebar Swadaya, 2002).
Hernanto, Fadholi. Ilmu Usahatani. (Jakarta: Penebar Swadaya,1991).
Jumingan. Analisis laporan Keuangan. (Jakarta: Bumi Aksara, 2006).
Krisnamurthi, Bayu. Pengertian dan Ruang Lingkup Agribisnis. (Bogor:Laboratorium Ekonomi dan Manajemen Agribisnis. Institut PertanianBogor, 2000).
59
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 78/107
Lembaga Riset Perkebunan Indonesia. Petunjuk Kultur Teknis Tanaman Teh, Ed ke-3. (Bandung: Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006).
Makeham, J.P. & L.R. Malcolm. Manajemen Usahatani Daerah Tropis. (Jakarta:LP3ES, 1991).
Nitha. Teh Hijau dan Manfaatnya. 27 September 2005; 1hlm.http://veenendaal.multiply.com/reviews/item/91, 9 September 2007, pk. 16.29 WIB.
Pusat Penelitian Teh dan Kina. Laporan Manajemen Bulanan Keuangan danUmum. (Dokumentasi Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan
Pasir Sarongge, 2006).
Pusat Penelitian Teh dan Kina. Laporan Manajemen Bulanan Keuangan danUmum. (Dokumentasi Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun PercobaanPasir Sarongge, 2007).
Pusat Penelitian Teh dan Kina. Profil Kebun Percobaan Pasir Sarongge.
(Dokumentasi Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percobaan Pasir Sarongge, 2007).
Radius, Dwi B. Teh Sudah Selayaknya Menjadi Komoditas Unggulan Nasional. 21 April 2007; 1hlm. http://www.kompas.com/kompas-
cetak/0704/21/Jabar/12315.htm, 11 Desember 2007, pk. 17.52 WIB.
Rahim, Abd. & D. R. D. Hastuti. Pengantar, Teori, dan Kasus Ekonomika
Pertanian. (Jakarta: Penebar Swadaya, 2007).
Santoso, Joko & R. Suprihatini. Perspektif Bisnis Komoditi Teh. Warta Pusat
Penelitian Teh
dan
Kina, 2006; 17 [1-3]: 242.
Sibuea, Posman. Minum Teh dan Khasiatnya bagi Kesehatan. 2003; 1hlm.http://www.sinarharapan.co.id/iptek/kesehatan/2003/1010/kes1.html, 05
Juli 2007, pk. 13.01 WIB.
60
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 79/107
Simamora, Henry. Akutansi Manajemen. (Jakarta: Salemba Empat, 1999).
Soekartawi. Analisis Usahatani. (Jakarta: UI-Press, 2006). Yanuar. Volume dan Nilai Ekspor, Impor Indonesia. 22 Pebruari 2007; 1hlm.
http://ditjenbun.deptan.go.id//images/stories/fruit/komoditi%20teh.pdf, 26
Januari 2009, pk. 14.38 WIB.
61
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 80/107
Lampiran 1. Daftar Pertanyaan yang Digunakan dalam Penelitian
1. Bagaimana sejarah berdirinya Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun
Percobaan Pasir Sarongge ?
2. Apa visi, misi, dan fungsi dari Pusat Penelitian Teh dan Kina ini ?
3. Kegiatan apa sajakah yang ada di Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun
Percobaan Pasir Sarongge ?
4. Produk apa saja yang dihasilkan Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun
Percobaan Pasir Sarongge ?
5. Berapa luas tanah perkebunan yang dimiliki Pusat Penelitian Teh dan Kina
Kebun Percobaan Pasir Sarongge ?
6. Berapa luas tanah dari setiap penggunaan lahan perkebunan ?
7. Atas kepemilikan siapakah tanah tersebut ?
8. Bagaimanakah struktur organisasi Pusat Penelitian teh dan Kina yang ada di
Kebun Percobaan Pasir Sarongge ?
9. Apa tugas dari setiap penanggung jawab yang terdapat dalam organisasi Pusat
Penelitian teh dan Kina yang ada di Kebun Percobaan Pasir Sarongge ?
10. Berapa jumlah seluruh tenaga kerja yang ada di Pusat Penelitian Teh dan Kina
yang ada di Kebun Percobaan Pasir Sarongge ini ?
11. Berapa jumlah seluruh tenaga kerja perkebunan ?
12. Bagaimanakah sistem pengangkatan tenaga kerja harian bagian perkebunan ?
13. Sarana dan fasilitas apa sajakah yang dimiliki oleh Pusat Penelitian Teh dan
Kina Kebun Percobaan Sarongge ini ?
62
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 81/107
Lampiran 1. Lanjutan
14. Kepada siapa produksi pucuk teh basah Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun
Percobaan Pasir Sarongge ini di pasarkan ?
15. Berapa harga jual pucuk teh basah pada tahun 2006 dan tahun 2007 ?
16. Berasal dari manakah biaya yang dikeluarkan oleh Pusat Penelitian Teh dan Kina Kebun Percoba
penggunaan komponen dalam proses produksi pucuk teh ?
17. Berasal dari manakah bibit yang digunakan untuk penanaman ulang di kebun ?
18. Peralatan apa saja yang dibutuhkan dalam tahap pembibitan hingga tahap pemetikan ?
19. Apakah perusahaan mengeluarkan biaya penyusutan untuk setiap peralatan yang digunakan dalam p
20. Jika ya, berapa biaya penyusutan yang dikeluarkan dari setiap peralatan yang digunakan tersebut ?
21. Jenis pupuk apa saja yang digunakan dalam proses produksi pucuk teh ?
22. Berapa biaya untuk setiap jenis pupuk yang digunakan tersebut ?
23. Jenis pestisida apa saja yang digunakan dalam proses produksi pucuk teh ?
24. Berapa biaya untuk setiap jenis pestisida yang digunakan tersebut ?
25. Berapa jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam proses budidaya teh di kebun ini ?
26. Berapa rata-rata standar upah yang diberikan kepada tenaga kerja harian di
perkebunan ?
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 82/107
-
-
63
Lampiran 2. Komponen dan Biaya Tetap Pucuk Teh Tahun 2006
Tenaga Kerja
Keterangan :
-
-
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 83/107
-
Total Bia a Teta 66 6 63 33
-
Lampiran 3. Komponen dan Biaya Tetap Pucuk Teh Tahun 2007
Tenaga Kerja
Bulanan 8 38655 10247 723 10 7 2 67 10 7 2 67 10 7 2 67 10 7 2 67 10 7 2 7 11642 307 11051 705 11051
Keterangan :
-
Rata-rata Bia a Teta 10301 025
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 84/107
-
3 Pestisida 12
5 Pen an kutan -
-
Lampiran 4. Komponen dan Biaya Tidak Tetap Pucuk Teh Tahun 2006
1 Tenaga Kerja
4 Peralatan 1 361584 0 400 52 000 1 212500 1 051600 84 250 2 1 000 1 778750 6 500
7 Bahan Bakar
-
Keterangan :
-
3 Pestisida 8 652707
-
-
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 85/107
No. Uraian umlah uli-Desem
- Total Bia a Tidak Teta 27
-
Lampiran 5. Komponen dan Biaya Tidak Tetap Pucuk Teh Tahun 2007
1 Tenaga Kerja
2 Pu uk 412 500 7 6 648 21853 078 000 . . 4 0 000 7 000 536000 76
4 Peralatan 269,000 253,700 73,132 75,045 847,305 55,500 15,000 97,000 120,000 4
-
Keterangan :
No. -
2 Pu uk 23 161 226
-
-
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 86/107
Lampiran 6. Biaya Tenaga Kerja Harian Pucuk Teh Tahun 2006
Pembibitan
Pemeliharaan
3 PTM 6 585 652 7 6 8 8 8 124 518 6 6 0 180 8 246 538 8 370 7 8 236 613 8 048 3 1 8 583 2
Keterangan :
• PTBM : Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan
• PTM : Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 87/107
Lampiran 7. Biaya Tenaga Kerja Harian Pucuk Teh Tahun 2007
1 Pembibitan
2 Pemeliharaan
Kebun Induk 64 600 618 500 2 561000 66020 . . . 74 737 325
Keterangan :
• PTBM : Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan
• PTM : Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 88/107
Lampiran 8. Biaya Pupuk Pucuk Teh Tahun 2006
A PEMELIHARAAN TANAMAN MENGHASILKAN (PTM
1 Urea 512 000 . . 4 14 432 5 350125 . 32575 . .
6 Bio tonic . . . . . . . . 10 000
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 89/107
Lampiran 9. Biaya Pupuk Pucuk Teh Tahun 2007
1 Urea . . 11227478 . . . . . .
C TOTAL 412 500 7 6 648 21853078 000 . . 4 0 000 7 000 536 000
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 90/107
Lampiran 10. Biaya Pestisida Pucuk Teh Tahun 2006
1 Dithane . . . . . . 47000 4 000 .
1 BM fevosate . . . . . . . .
2 BM fevosate 35200 1 302 4 0 774 400 704 000 . 1 088000 448 000 384 000 .
7 Ne tune . . . 453 750 1 040400 25 447 288 280 8 2 125 287 375
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 91/107
Lampiran 10. Lanjutan
15 Padan . . . . . . . . .
16 Kocide . . . . . . . . .
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 92/107
Lampiran 11. Biaya Pestisida Pucuk Teh Tahun 2007
3 Pestisida . . . . 60000 . . . .
7 Carolite . . . . . . . . . TOTAL . . 1 073 150 000 . . . . .
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 93/107
Lampiran 11. Lanjutan
12 Omite . . . 150 000 . . . . .
17 Carolite . . . . . . 275 000 1 100000 330 000
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 94/107
Lampiran 12. Biaya Peralatan Pucuk Teh Tahun 2006
1 Paku . . . . . . . 37500 52 500 2 Tali ra ia . . . . . . . 30000 .
B KEBUN INDUK 1 Plastik . . . . . . . . .
1 Karun 1 055000 850 000 820000 1 061 500 8 3 750 858 000 . . . 2 Tali ra ia 24 334 27500 27 500 . 58 300 5 500 . . .
-
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 95/107
Lampiran 13. Biaya Peralatan Pucuk Teh Tahun 2007
B PEMELIHARAAN TANAMAN MENGHASILKAN PTM
6 7 Peralatan . 15 000 . . . . . . .
C TOTAL 26 000 253 700 73 132 75 045 847 305 55 00 15000 7 000 120000
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 96/107
Lampiran 14. Biaya Pengangkutan Pucuk Teh Tahun 2006
TOTAL 1 16 516 2 262 073 2 226 404 2 006 316 1 583776 1 884 115 1 5 8 780 1 40 753 1 340 660 1
Lampiran 15. Biaya Pengangkutan Pucuk Teh Tahun 2007
No. URAIAN Januari Pebruari Maret A ril Mei Juni Juli A ustus Se tember O
1 U ah 83 510 73 830 8 335 73 830 1 004840 8 335 1 004 840 74 278 8 335
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 97/107
Lampiran 16. Total Biaya Produksi Pucuk Teh Tahun 2006
A
1 Tenaga Kerja
7 Bahan Bakar
-
Total Biaya
1 Tenaga Kerja
2 Pemel. Mesin 1 176574 1 178 738 1 85111 1 418 64 1 67456 2 07626 . . . Total
C Total Biaya
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 98/107
Lampiran 17. Total Biaya Produksi Pucuk Teh Tahun 2007
A BIAYA TIDAK TETAP
1 Tenaga Kerja
2 Pu uk 412 500 7 6 648 21 853078 000 . . 4 0 000 7 000 536 000 767 01
- Total Biaya
1 Tenaga Kerja
Total
C Total Biaya
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 99/107
-
Rata-rata Penerimaan 4 656 400
Lampiran 18. Penerimaan Pucuk Teh Tahun 2006
1 Hasil Produksi K 1163 14 810 14 383 12 28 14158 16807 46634 31 800 20002
2 Har a R /K 250 10 076. 2 228.57 200 323.84 263.28 1 200 1 200 1 200
Keterangan :
-
Jumlah Produksi 84 725
-
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 100/107
- Jumlah Produksi 277 1 5
-
Lampiran 19. Penerimaan Pucuk Teh Tahun 2007
2 Har a R /K 1 300 1 300 1 300 1 300 1 300 1 300 1 300 1 30 1 300
Total Penerimaan 65 13 00 103 677 600 65538200 112 015800 105 457 300 66757 600 7 115 0 00 38 474 800 1 100 00 462
Keterangan :
-
-
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 101/107
-
-
Lampiran 20. Pendapatan Pucuk Teh Tahun 2006
1 Total
2 Total
B. Produksi 102 415 415 7 666 574 11 71 552 118 83 453 135 253 60 127 255 806 50475 871 4 410 264 38547 604 430
Total - - - -
Keterangan :
-
3 Total Penda atan 5 116 527
-
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 102/107
Jumlah (Juli-
-
Lampiran 21. Pendapatan Pucuk Teh Tahun 2007
1 Total
2 Total
B. Produksi 48 327 132 5 52 850 77388 324 60677 51 61422 44 53474 540 56 6 61 6 0 50 8 05 02 54047 374 52 4 1
Total - - - -
Keterangan:
-
2 Total Bia a Produksi 361242 814
-
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 103/107
Lampiran 22. Perhitungan Nilai Titik Impas Bulan Juli-Desember Tahun 2006
BEP ( penjualan) =
=
FC
1 − VC S
Rp50,323,572
1− Rp 236,175,673 Rp 297,938,400
= Rp 242,756,841.4
= Rp 242,756,841 (dibulatkan)
BEP ( produksi) =
FC
P − V
= Rp 50,323,572
Rp1,200 − Rp 951.24
= 202,297.6845 Kg
= 202,298 Kg (dibulatkan)
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 104/107
Lampiran 23. Perhitungan Nilai Titik Impas Bulan Januari- Desember Tahun 2007
BEP ( penjualan) =
=
FC
1 − VC S
Rp128,470,083
1− Rp579,331,979 Rp879,713,900
= Rp 376,244,074.1
= Rp 376,244,074 (dibulatkan)
BEP ( produksi) =
=
FC
P − V
Rp128,470,083
Rp1,300 − Rp 808.11
= 261,176.448 Kg
= 261,176 Kg (dibulatkan)
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 105/107
Lampiran 24. Perhitungan Marjin Keamanan Bulan Juli-Desember Tahun 2006
Marjin Keamanan = Penerimaan – Titik Impas (penjualan)
= Rp 297,938,400 - Rp 242,756,841
= Rp 55,181,559
Persentase MOS M arg in of Safety
= x 100% Penjualan
Rp 55,181,559 = x 100%
Rp 297,938,400
= 18.52 %
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 106/107
Lampiran 25. Perhitungan Marjin Keamanan Bulan Januari-Desember Tahun 2007
Marjin Keamanan = Penerimaan – Titik Impas (penjualan)
= Rp 879,713,900 - Rp 376,244,074
= Rp 503,469,826
Persentase MOS M arg in of Safety
= x 100% Penjualan
8/16/2019 RATNA DEWI STANIA-FST.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/ratna-dewi-stania-fstpdf 107/107
Rp 503,469,826 = x 100%
Rp 879,713,900
= 57.23 %
top related