psikiatri
Post on 31-Oct-2014
51 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
NASKAH UJIAN PSIKIATRI
SKIZOFRENIA PARANOID DALAM REMISI
PARSIAL
Disusun oleh:
M. Riefky K 1010221056
Dokter Penguji:
Dr. Mardi Susanto, Sp.KJ (K)
FAKULTAS KEDOKTERAN UPN “VETERAN”
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN JIWA
RSUP PERSAHABATAN JAKARTA
2012
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. M
Usia : 27 Tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
Pekerjaan : -
Alamat : Cipinang
II. RIWAYAT PSIKIATRI
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 15 Oktober
2012, pukul 12.00 WIB di Poliklinik Psikiatri RS Persahabatan.
A. Keluhan Utama
Pasien datang ke Poliklinik Psikiatri untuk kontrol rutin karena obat akan
habis.
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien datang ke poliklinik psikiatri RS Persahabatan untuk kontrol
rutin dan obatnya akan habis. Pasien datang bersama kakaknya. Ini
merupakan kontrol ke 3. Pasien kontrol selama 2 minggu sekali. Pasien
saat ini mengatakan bahwa keluhan belum hilang namun secara frekuensi
sudah berkurang. Menurut kakaknya, pasien setiap pagi masih seperti
orang bingung, bengong, dan puncaknya kemarin pasien marah-marah
sebab jelas. Karena pasien marah, kakak pasien membawa pasien ke poli
jiwa RS Persahabatan hari ini walaupun obat masih ada untuk 4 hari.
Selain keluhan diatas, pasien menyatakan badannya lemas dan masih
berhalusinasi. Pasien merasa melihat satu orang atau segerombolan orang
yang tampak seperti kawan pasien, bayangan ini dapat bersuara dan
terkadang hanya muncul suaranya tanpa diikuti bayangan. Pasien
menyadari bahwa bayangan ini tidak nyata. Halusinasi ini muncul hampir
2
setiap hari, di waktu yang tidak tentu. Selain halusinasi pasien juga
merasa takut. Pasien takut tidak bisa bergaul dan kadang takut dijahati
orang. Terkadang pasien juga merasa dibicarakan orang lain bila ada
orang yang berkumpu.
Pasien sempat tidak minum obat selama 2 hari karena lupa, menurut
kakak pasien, awalnya pasien sudah lebih tenang, pasien tidak bengong
lagi dan tidak bicara sendiri lagi. Namun setelah putus obat lalu mendapat
obat di kontrol ke 2 (2 minggu lalu) hingga saat ini, keluhan kembali ada.
Pasien mulai merasakan gangguan 5 tahun yang lalu, awalnya pasien
merasa selalu dijahati orang. Pasien sampai saat ini masih mendengar
suara dan bayangan yang menyerupai temannya. Pasien menjelaskan
bayangan ini tidak jahat. Bayangan ini seperti teman biasa yang mengajak
ngobrol dan sebagainya. Menurut kakak pasien awalnya lebih sering
bengong dan bicara sendiri dibanding sekarang. Kakak pasien juga
menjelaskan bahwa pasien adalah orang yang penakut dan lemah sejak
awal. Pasien sangat takut kepada orang yang membentaknya.
Sehari hari pasien tidak bekerja. Pasien hanya membersihkan kamar
atau terkadang membantu kakaknya berjualan pempek. Sebenarnya pasien
baru 2 bulan di Jakarta. Pasien ke Jakarta dengan tujuan berobat. Pasien
awalnya tinggal bersama orang tua di kampungnya di Magetan. Saat
masih dikampung, pasien berobat di Solo dan mendapat biaya dari orang
tuanya yang bekerja sebagai petani. Saat di Jakarta pasien mendapat biaya
hidup dan berobat dari kakaknya yang berjualan pempek.
Pasien menempuh pendidikan sampai bangku SMP. Sejak SD tidak
ada masalah yang dialami baik secara akademik maupun interaksi sosial
Pasien selalu naik kelas namun prestasinya biasa-biasa saja. Pasien pernah
mengalami peristiwa tidak menyenangkan yang selalu diingat pasien, ia
pernah diludahi gurunya di deoan teman-temannya karena dianggap tidak
sopan. Guru ini sebenarnya adalah paman pasien. Pasien hanya sekolah
sampai SMP karena alasan biaya.
3
Relaksasi yang biasanya dilakukan oleh pasien adalah solat dan
merokok agar dirinya merasa tenang. Pasien merokok tidak tentu
jumlahnya dalam sehari. Pasien tidak pernah menggunakan narkoba dan
Alkohol.
Pada saat ini pasien tinggal di rumah kakak milik pribadi. Pasien
tinggal bersama kakak, kakak ipar dan 2 keponakan. Di rumah tidak
pernah ada masalah. Sebelumnya pasien tinggal bersama orang tua dan
adik bungsu di Magetan. Pasien pindah ke Jakarta untuk berobat. Pasien
merupakan anak ke 6 dari dari tujuh bersaudara, sebenarnya ada 9
bersaudara namun 2 meninggal dalam kandungan. Semua kakaknya sudah
bekerja dan merantau ke berbagai kota. Ayah pasien dan pasien sendiri
sewaktu dikampung adalah petani. Pasien belum memiliki pasangan
karena merasa masih sakit, pasien ingin mencari pasangan jika sudah
sembuh agar tidak merepotkan. Kakak pasien mengatakan bahwa tidak
ada yang memiliki keluhan serupa dan dalam keluarga tidak pernah ada
masalah, komunikasi baik serta semuanya mendukung penuh kesembuhan
pasien. Terdapat masalah dengan paman yang merupakan guru pasien.
Paman ini sebenarnya adalah anak angkat, keluarga dan paman selalu
tidak akur sekalipun tinggal berdekatan.
Pasien kurang bersosialisasi bersama tetangga. Pasien sulit bergaul
dan tidak punya temen dekat. Pasien tidak memiliki hobi sehingga kurang
ada kegiatan sehari harinya
Sejak kecil tidak ada riwayat trauma yang menyebabkan gangguan
fungsi pada pasien.
Pasien menyatakan bahwa saat ini ia memiliki keinginan untuk
sembuh, memiliki pasangan, dan pekerjaan.
4
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Riwayat Gangguan Psikiatri
Tidak ada gangguan psikiatri sebelumnya.
2. Riwayat Gangguan Medik
Tidak ada gangguan medik
3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif / Alkohol
Tidak ada riwayat penggunaan Narkoba dan alkohol.
D. Riwayat Kehidupan Pribadi
a. Riwayat pranatal: Pasien dilahirkan dalam proses persalinan normal
dan tidak ada penyulit selama dalam masa kandungan dan proses
persalinan.
b. Riwayat masa kanak-kanak dan remaja: Pasien tumbuh dan
berkembang sesuai umur sebagaimana anak seumurnya sehingga
pasien tidak ada gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
c. Riwayat masa akhir kanak-kanak: Pasien tumbuh dengan baik, tidak
ada masalah dalam berkehidupan sosial.
d. Riwayat pendidikan
Pasien hanya menempuh pendidikan sampai SMP karena faktor
ekonomi.
e. Riwayat pekerjaan
Pasien sempat menjadi petani, namu saat ini tidak bekerja.
f. Riwayat agama
Pasien beragama Islam dan termasuk taat dalam menjalankan
ibadahnya
g. Hubungan dengan keluarga
Pasien memiliki hubungan yang baik dengan seluruh anggota
keluarga kecuali paman. Keluarga pasien juga mendukung pasien
untuk sembuh. Tidak ada yang memiliki keluhan yang sama. Pasien
belum memiliki pasangan.
5
h. Aktivitas sosial
Pasien memiliki masalah dalam berinteraksi dengan orang lain.
E. Riwayat Keluarga
Tidak ada yang memiliki keluhan serupa.
F. Situasi Sekarang
Pasien laki – laki umur 27 tahun, saat ini pasien tidak memiliki pekerjaan.
Pasien saat ini tinggal di rumah milik kakak. Pasien dalam memenuhi
biaya pengobatannya mengadalkan dari kakaknya. Hubungan pasien
dengan orang tua dan saudara kandungnya baik – baik saja namun
hubungan dengan paman tidak baik. Ada masalah dalam bersosialisasi
dengan orang lain pada diri pasien.
G. Persepsi Pasien Terhadap Dirinya
Saat ini pasien memiliki keinginan untuk sembuh, memiliki isteri, dan
pekerjaan.
III. STATUS MENTAL
A. DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan
Laki - laki usia 27 tahun, tampak sesuai dengan usia, berpakaian rapi,
ekspresi tenang, perawatan diri kurang, warna kulit sawo matang.
2. Kesadaran
Kesadaran umum : Compos mentis
Kontak Psikis: dapat dilakukan, cukup wajar
3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Cara berjalan : Baik
6
Aktifitas psikomotor : Pasien kooperatif, tenang, kontak mata
baik, tidak ada gerakan involunter dan dapat menjawab pertanyaan
dengan baik.
4. Pembicaraan
Kuantitas : Baik, pasien dapat menjawab pertanyaan dokter dan
dapat mengungkapkan isi hatinya dengan jelas.
Kualitas : Bicara spontan, volume bicara normal, artikulasi jelas
dan pembicaraan dapat dimengerti
Tidak ada hendaya berbahasa
5. Sikap Terhadap Pemeriksa
Pasien kooperatif.
B. KEADAAN AFEKTIF
1. Mood
Pasien mengatakan alam perasaannya saat ini sedih.
Afek
Ekspresi afektif sedikit tumpul
2. Keserasian
Mood dan afektif serasi
C. FUNGSI INTELEKTUAL / KOGNITIF
1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan
Taraf pendidikan
Pasien menempuh pendidikan sampai SMP karena faktor ekonomi.
Namun pasien tidak merasa ada masalah dalam proses pendidikan
baik akademik maupun pegaulan
Pengetahuan Umum
Baik, pasien dapat menjawab dengan tepat ketika ditanya nama
presiden Indonesia yang pertama sampai presiden yang terakhir.
7
2. Daya kosentrasi
Baik, pasien dapat mengikuti wawancara dengan baik dari awal sampai
dengan selesai. Pasien juga dapat menjawab dengan benar pertanyaan
penjumlahan angka yang diberikan oleh dokter (100-7=93)
3. Orientasi
Waktu : Baik, pasien mengetahui waktu saat berobat pagi -
siang hari
Tempat : Baik, pasien mengetahui dia sedang berada di RS
Orang : Baik, pasien mengetahui pemeriksa adalah dokter.
Situasi : Baik, pasien mengetahui bahwa dia sedang konsultasi
dan wawancara
4. Daya Ingat
Daya ingat jangka panjang
Baik, pasien masih dapat mengingat dimana pasien bersekolah
ketika pasien SD, SMP.
Daya ingat jangka pendek
Baik, pasien dapat mengingat bahwa pasien dapat menuju ke RS
Persahabatan dengan menggunakan motor bersama kakaknya.
Daya ingat segera
Pasien sedikit kesulitan menangkap instruksi pemeriksa untuk
mengingat 5 kota yang disebutkan oleh dokter, sehingga sulit
dinilai.
Akibat hendaya daya ingat pasien
Tidak terdapat hendaya daya ingat pada pasien saat ini.
5. Pikiran abstrak
Baik, pasien mengerti makna dari pribahasa ungkapan “panjang
tangan” dan “tong kosong nyaring bunyinya”.
8
6. Bakat kreatif
Tidak ada.
7. Kemampuan menolong diri sendiri
Baik, karena pasien dapat mengerjakan segala sesuatunya tanpa
disuruh dan mampu mengurus dirinya sendiri.
D. GANGGUAN PERSEPSI
1. Halusinasi dan ilusi
Halusinasi : Terdapat halusinasi auditorik dan visual
Ilusi : Tidak terdapat ilusi
2. Depersonalisasi dan derealisasi
Depersonalisasi : Tidak ada
Derealisasi : Tidak ada
E. PROSES PIKIR
1. Arus pikir
a. Produktivitas : Baik, banyak ide/ gagasan pembicaraan dan
pasien dapat menjawab spontan bila diajukan pertanyaan
b. Kontinuitas : Koheren, mampu memerikan jawaban sesuai
pertanyaan
c. Hendaya berbahasa : tidak terdapat hendaya berbahasa
2. Isi pikiran
a. Preokupasi
Tidak terdapat preokupasi.
b. Gangguan pikiran
Terdapat waham kejar dan waham rujukan
F. PENGENDALIAN IMPULS
Baik, karena pasien bisa mengendalikan dirinya.
9
G. DAYA NILAI
Norma Sosial : Pasien kurang mampu bersosialisasi dengan
lingkungan sekitarnya.
Uji Daya Nilai : Kurang baik, ketika ditanya apa yang akan pasien
lakukan jika melihat anak kecil berdiri di tepi jurang, pasien menjawab
dibiarkan saja.
Penilaian realitas : Pada pasien saat ini terdapat gangguan penilaian
realitas yaitu terdapat halusinasi auditorik, taktil dan riwayat halusinasi
visual.
H. PERSEPSI PASIEN TENTANG DIRI DAN KEHIDUPANNYA
Menurut penilaian pemeriksa sebagai dokter terhadap pasien yaitu saat
ini pasien menyadari bahwa dirinya sakit dan harus mengkonsumsi obat –
obatan. Pasien memang belum mengalami kemajuan pesat, namun
keinginannya kuat untuk sembuh, sehingga pasien rajin kontrol dan
minum obat secara teratur.
I. TILIKAN / INSIGHT
Tilikan derajat 5, pasien sadar sepenuhnya tentang motif dan perasaan
dalam dirinya yang menjadi dasar dari gejala - gejalanya. Kesadaran itu
membantu dalam perubahan dalam kepribadian dan perilakunya di masa
yang akan datang, juga menimbulkan sikap keterbukaan terhadap ide-ide
yang baru tentang dirinya dan tentang orang-orang penting dalam
kehidupannya.
J. TARAF DAPAT DIPERCAYA
Pemeriksa memperoleh kesan bahwa jawaban pasien dapat dipercaya
karena konsisten dalam menjawab pertanyaan.
10
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
i. Keadaan umum: baik, compos mentis
ii. Tanda vital:
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Frekuensi nadi : 80 x/menit
Frekuensi nafas : Kesan dalam batas normal
Suhu : Afebris
iii. Sistem kardiovaskuler : tidak ditemukan kelainan
iv. Sistem muskuloskeletal : tidak ditemukan kelainan
v. Sistem gastrointestinal : tidak ditemukan kelainan
vi. Sistem urogenital : tidak ditemukan kelainan
vii. Gangguan khusus : tidak ditemukan kelainan
B. Status Neurologis
i. Saraf kranial : tidak ditemukan kelainan
ii. Saraf motorik : tidak ditemukan kelainan
iii. Sensibilitas : tidak ditemukan kelainan
iv. Susunan saraf vegetatif : tidak ditemukan kelainan
v. Fungsi luhur : tidak ditemukan kelainan
vi. Gangguan khusus : tidak ditemukan kelainan
IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Pasien seorang laki-laki usia 27 tahun datang untuk kontrol karena
obatnya akan habis.
Keadaannya belum membaik, namun frekuensi serangan lebih jarang.
masih ada halusinasi auditorik dan visual berupa bayangan dan/atau
suara seorang atau lebih yang menyerupai teman temannya. Serangan
muncul terutama pagi hari
11
Masih terdapat waham kejar berupa perasaan ingin dijahati orang lain
sehingga pasien ketakutan untuk bergaul. Pasien juga memiliki waham
rujukan berupa perasaan dibicarakan oleh orang lain bila sedang ada
orang yang berkumpul.
Pasien tidak pernah mengalami trauma di kepala namun sewaktu kecil.
Orientasi waktu, tempat, orang dan situasi baik. Fungsi kognitif pasien
baik, pengendalian impuls baik.
Tidak Ada riwayat yang sama di dalam keluarganya.
Pasien tidak pernah mengkonsumsi zat-zat psikoaktif dan alkohol.
Pasien merokok dengan jumlah tidak tentu
Pasien lahir secara normal dan cukup bulan, sejak kecil pasien diasuh
dan dibesarkan oleh orang tuanya sendiri. Masa kanak-kanak, remaja
hingga dewasa pasien memiliki kemampuan yang baik untuk
berinteraksi dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.
Pendidikan terakhir pasien SMP, pasien tidak melanjutkan pendidikan
karena alasan biaya.
Keadaan umum baik dan pemeriksaan neurologis tidak ditemukan
adanya kelainan.
Pasien merupakan anak ke 6 dari 7 bersaudara, hubungan pasien dengan
orangtua dan saudara kandungnya baik. Namun ada masalah dengan
paman karena keluarga pasien dan paman tidak akur sejak lama.
Pasien tinggal bersama kakak, kakak ipar dan 2 keponakan di rumah
milik kakak di daerah Cipinang. Selama ini dalam pemenuhan
kebutuhan sehari-hari dan biaya pengobatan berasal dari kakak.
Aktivitas pasien tidak ada, namun kadang membantu kakak berjualan
pempek. Sehari-hari sosialisasi kurang bahkan tidak ada.
Pada pasien didapatkan gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas
menetap dalam fungsi secara umum masih baik secara sosial, pekerjaan,
sekolah, dll.
12
V. Formulasi Diagnosis
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan pada pasien terdapat kelainan
pola perilaku dan psikologis yang secara klinis bermakna yang dapat
menyebabkan timbulnya distress dan disabilitas dalam fungsi sehari-hari
maka pasien dikatakan menderita gangguan jiwa.
Diagnosis Aksis I
Pada pasien ini tidak terdapat kelainan fisik yang menyebabkan
disfungsi otak, sehingga pasien ini bukan gangguan mental
organik(F.0).
Dari anamnesis didapatkan riwayat penggunaan minuman beralkohol
namun sudah berhenti sejak lama, pasien juga tidak menggunakan
narkoba. Maka pasien ini bukan gangguan mental dan perilaku
akibat NAPZA(F.1).
Pada pasien, saat ini tidak ditemukan adanya gangguan dalam menilai
realita, yang ditandai dengan adanya riwayat halusinasi visual,
auditorik, halusinasi gustatorik, olfaktorik dan taktil serta adanya
thought broadcasting, thought withdrawal serta delusion of reference.
Namun, pasien memiliki riwayat halusinasi auditorik, waham kejar
serta delusion of control sehingga pasien ini dikatakan menderita
gangguan psikotik (F.20).
Gangguan berupa halusinasi tersebut berlangsung lebih dari 1 bulan
yaitu 15 tahun yang lalu, sehingga dikatakan menderita skizofrenia
(F.2)
Pada pasien ini ditemukan adanya riwayat halusinasi auditorik yaitu
mendengar suara yang akan membunuhnya, tidak ada halusinasi
visual, halusinasi gustatorik, olfaktorik ataupun taktil. Pasien
memiliki perasaan selalu akan diikuti dan dibunuh oleh kekuatan
dukun sehingga dapat dikatakan memiliki waham kejar. Pasien juga
merasa pikirannya dan gerakan dikontrol (delusion of control). Maka
13
pasien ini dikatakan menderita gangguan skizofrenia paranoid
(F20.0).
Saat ini keluhan mengenai gejala-gejala tersebut sudah agak
berkurang dan hanya kambuh berupa marah-marah yang tidak jelas.
Oleh karena itu, pasien didiagnosis menderita gangguan skizofrenia
paranoid dalam remisi parsial(F20.5)
Diagnosis Aksis II
Pada masa kanak-kanak hingga remaja pasien tumbuh dan
berkembang dengan baik sebagaimana orang seumurnya dan dapat
bersosialisasi. Pendidikan yang ditempuh SD, SMP walaupun kurang
tidak dilanjutkan karena faktor ekonomi. Tidak terdapat gangguan
kepribadian, dan ciri-ciri retardasi mental. Maka pada aksis II tidak
ada diagnosis.
Diagnosis Aksis III
Pada anamnesis pemeriksaan fisik dan neurologis pada pasien ini
tidak ditemukan masalah. Maka pada aksis III tidak didapatkan
diagnosis.
Diagnosis Aksis IV
Pasien merupakan anak ke-6 dari 7 bersaudara. Pasien tinggal
bersama kakaknya di rumah kakak dan selama ini dalam pemenuhan
kebutuhan sehari-hari dan biaya pengobatan berasal dari kakak yang
berjualan pempek. Orang tua pasien adalah petani.Tidak ada masalah
dalam keluarga inti namun ada masalah dengan paman. Keluarga inti
pasien dan keluarga paman tidak akur sejak lama. Pasien belum
memilki isteri. Pasien tidak bekerja. Maka diagnosis Aksis IV pada
14
pasien ini adalah terdapatnya gangguan dalam keluarga,
perekonomian dan pekerjaan.
Diagnosis Aksis V
Pada pasien didapatkan gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas
ringan dan menetap dalam fungsi, secara umum masih baik dalam
sosial, pekerjaan, sekolah, dan lain-lain. Maka pada aksis V
didapatkan GAF Scale 70-61.
VI. Evaluasi multiaksial
Aksis I : Gangguan skizofrenia paranoid dalam remisi parsial
Aksis II : Tidak ada diagnosis
Aksis III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV : Gangguan keluarga, perekonomian dan pekerjaan
Aksis V : GAF Scale 70 - 61.
VII. Daftar Problem
Organobiologik :
Tidak terdapat riwayat genetik.
Psikologis:
Terdapat riwayat gangguan menilai realita berupa Waham kejar,
waham rujukkan, Halusinasi auditorik dan visual.
VIII. Prognosis
Prognosis Ke Arah Baik
Pasien patuh minum obat dan rutin kontrol ke poliklinik.
Keluarga terutama kakak mendukung pasien untuk sembuh.
15
Tidak ditemukan tanda dan gejala efek samping pemakaian obat-
obatan anti-psikotik.
Pasien dapat melakukan relaksasi untuk menanggulangi serangan
yang akan timbul.
Pasien masih memiliki keinginan untuk sembuh, punya pasangan dan
pekerjaan.
Prognosis Ke Arah Buruk
Sempat putus obat karena kurang pengawasan
Perjalanan penyakit sudah berlangsung cukup lama (5 tahun).
Tidak punya bakat kreatif
Respon pengobatan agak kurang
Sehingga kesimpulan prognosis pada pasien berdasarkan wawancara diatas
sebagai berikut :
Ad Vitam : Ad bonam
Ad Fungtionam : Dubia Ad bonam
Ad Sanationam : Dubia Ad malam
X. Terapi
Psikofarmaka :
Risperidon 2 x 2 mg
Trihexyphenidil 2 x 2 mg
Alprazolam 1 x 0,5mg bila perlu
16
Psikoterapi :
Pada pasien
o Edukasi pentingnya minum obat secara teratur dan kontrol rutin setiap
2 minggu.
o Bila pada saat keluhan datang dan pasien merasa ketakutan, pasien
dapat mencari perlindungan dari anggota keluarganya atau jika masih
mengganggu juga segera kontrol ke dokter.
o Mencoba bersosialisasi dengan bantuan kakak.
o Mencoba mengalihkan pikiran-pikiran negatif dengan mengisinya
dengan kegiatan positif yang bermanfaat.
o Lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Pada keluarga
o Memberikan dukungan akan kesembuhan pasien.
o Memberikan saran kepada keluarga pasien untuk dapat memberikan
suatu kegiatan yang dapat bermanfaat untuk hidup pasien.
o Membantu mengingatkan pasien untuk minum obat.
o Mendampingi pasien dalam berinteraksi sosial
o Menenangkan pasien atau menemani jika gejala muncul lagi.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Maslim, Rusdi. Dr. Sp.KJ. Buku Ajar Psikiatri . FK UI. Jakarta. 2003.
2. Maslim, Rusdi. D, SpKJ. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa.
Cetakan Pertama. PT Nuh Jaya. Jakarta. 2001.
3. Maslim, Rusdi. Dr, SpKJ. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi
Ketiga. PT Nuh Jaya, Jakarta. 2007.
18
top related