prosiding snmtk - unj 2015.pdf
Post on 31-Jan-2016
1.406 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
i
Prosiding
Seminar Nasional Mesin Dan Teknologi Kejuruan (SNMTK)
Editor : Prof. Dr. Hj. Zulfiati Syahrial, M.Pd.
Prof. Dr. Basuki Wibawa Prof. Dr. Hartati, M.Pd.
Prof. Dr. G. Margono, M.Ed. Dr. C. Rudy Prihantoro, M.Pd.
Dr. Priyono, M.Pd. Dr. Eng. Agung Premono, M.T.
Riza Wirawan, M.T., Ph.D. Dr. Darwin Rio Budi Syaka, M.T.
Dr. Agus Dudung, M.Pd.
Lay Out: Ragil Sukarno, S.T., M.T.
I Wayan Sugita, S.T., M.T.
Diterbitkan Oleh : Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta
-
ii
Seminar Nasional Teknik Dan Kejuruan (SNMTK) Editor : Prof. Dr. Hj. Zulfiati Syahrial, M.Pd., Prof. Dr. Basuki Wibawa, Prof. Dr. Hartati, M.Pd., Prof.
Dr. G. Margono, M.Ed., Dr. C. Rudy Prihantoro, M.Pd., Dr. Priyono, M.Pd., Riza Wirawan, M.T., Ph.D., Dr. Darwin Rio Budi Syaka, M.T., Dr. Agus Dudung, M.Pd.
ISBN : 978-602-14000-2-9
Disclaimer This book proceeding represents information obtained from authentic and highly regarded sources. Reprinted material is quoted with permission, and sources are indicated. A wide variety of references are listed. Every reasonable effort has been made to give reliable data and information, but the author(s) and the publisher can not assume responsibility for the validity of all materials or for the consequences of their use. All rights reserved. No part of this publication may be translated, produced, stored in a retrieval system or transmitted in any form by other any means, electronic, mechanical, photocopying, recording or otherwise, without written consent from the publisher. Direct all inquiries to Department of Mechanical Engineering, Faculty of Engineering State University of Jakarta, B Building, Kampus A, Jl. Rawamangun Muka, Jakarta 13220, Indonesia @2015 by Department of Mechanical Engineering, Faculty of Engineering State University of Jakarta
-
iii
SEMINAR NASIONAL
MESIN DAN TEKNOLOGI KEJURUAN (SNMTK) 2015
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
Penanggung Jawab :
Dekan Fakultas Teknik : Drs. Ir. Riyadi Joyokusumo, M.T. Ketua Jurusan : Agung Premono, M.T., Ph.D.
Ketua Program Studi : Ahmad Kholil, S.T., M.T.
Drs. Sugeng Priyanto, M.Si.
Pengarah : Drs. Supria Wiganda, M.Pd.
Panitia Pelaksana
Ketua : Dr. Catur Setyawan K., S.T, M.T.
Sekretaris : Ir. Yunita, M.T., M.Si.
Ferry Budhi Susetyo, S.T., M.T.
Ragil Sukarno, S.T., M.T.
I Wayan Sugita, S.T., M.T.
Reviewer :
Prof. Dr. Hj. Zulfiati Syahrial, M.Pd.
Prof. Dr. Basuki Wibawa
Prof. Dr. Hartati, M.Pd.
Prof. Dr. G. Margono, M.Ed.
Dr. C. Rudy Prihantoro, M.Pd.
Dr. Priyono, M.Pd.
Agung Premono, M.T., Ph.D.
Riza Wirawan, M.T., Ph.D.
Dr. Darwin Rio Budi Syaka, M.T.
Dr. Agus Dudung, M.Pd.
Anggota :
Drs. H. Supria Wiganda, M.Pd.
Drs. Adi Tri Tyassmadi, M.Pd.
Dra. Ratu Amilia Avianti, M.Pd.
Drs. Tri Bambang AK., M.Pd.
Drs. H. Sirojuddin, M.T.
Drs. Enday Hidayat, S.T., M.Pd.
Drs. H. Syamsuir, M.T.
Drs. Sopiyan
Drs. Syaripudin, M.Pd.
Ja'Far Amiruddin, S.T., M.T.
Lukman Arhami, S.Pd., M.T.
Siska Titik Dwiyati, S.Si., M.T.
Nugroho Gama Yoga, S.T., M.T.
Pratomo Setyadi, S.T., M.T.
Dyah Arum Wulandari, S.T., M.T.
H. Wardoyo, S.T., M.T.
Aam Aminingsih Jumhur, S.T., M.T.
Eko Arif Syaefudin, S.T., M.T.
Himawan Hadi Sutrisno, S.T., M.T.
Imam Basori, S.T., M.T.
Imam Mahir, S.Pd., M.Pd.
Triyono, S.T., M.Eng.
-
iv
Sekretariat Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta
Kampus A UNJ, Gedung B Teknik Mesin,
Jl. Rawamangun Muka 1, Jakarta Timur
Telp : (021) 4700918
Email : snmtk@unj.co.id
snmtkunj@gmail.com
-
v
Kata Pengantar
Seminar Nasional Mesin Dan Teknologi Kejuruan (SNMTK) bertempat di Jakarta, Indonesia
pada tanggal 27 mei 2015 dengan Jurusan Teknik Mesin Universitas Negeri Jakarta sebagai tuan
rumah. Seminar ini diadakan sebagai ajang bertemunya para peneliti dan praktisi kejuruan dan teknik
mesin diseluruh Indonesia untuk menyajikan, berdiskusi dan mempromosikan perkembangan teknik
mesin di Indonesia.
Seminar melingkupi para ilmuwan dan insinyur mesin dalam tema Kompetensi Pendiddikan Teknik Mesin : Tantangan dan Harapan Buku elektronik prosiding ini adalah kompilasi dari semua paper yang dipresentasikan dalam SNMTK
dengan topik :
1. Pendidikan Vokasi Kejuruan
2. Otomotif
3. Manufaktur
4. Konversi Energi
5. Manajemen Industri
6. Material
7. Perancangan
Panitia SNMTK mengucapkan terima kasih kepada pembicara kunci, para pemakalah yang
berkontribusi dalam buku ini dan semua partisan yang menghadiri seminar ini.
Panitia
-
vi
DAFTAR ISI
PROSIDING i
DISCLAIMER ii
SUSUNAN PANITIA iii
SEKRETARIAT iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vi
KELOMPOK PENDIDIKAN VOKASI KEJURUAN (PEND)
PEND-01 PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DALAM UPAYA
MENINGKATKAN KUALITAS KOMPETENSI KEAHLIAN
BIDANG TEKNOLOGI DAN REKAYASA
Tuti Suartini dan Aan Sukandar
1
PEND-02 PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI
PRAKTIKUM ENGINE OTOMOTIF SISWA SMK PROGRAM
KEAHLIAN TEKNIK OTOMOTIF
Agus Suratno, Gaguk Margono
8
PEND-03 PENGARUH PERILAKU KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
DAN SELF-LEARNING GURU TERHADAP KINERJA GURU SMK
DI KOTA PALANGKA RAYA KALIMANTAN TENGAH
Debora
16
PEND-05 MODEL PEMBELAJARAN REFLEKTIF DALAM MENGASAH
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA BARU
FAKULTAS TEKNIK UNM
Muh. Rais
22
PEND-06 EVALUASI PELAKSANAAN BIMBINGAN DALAM PRAKTIK
KETERAMPILAN MENGAJAR MAHASISWA FAKULTAS
TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
Daryati
28
PEND-07 PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PDTSm DALAM
MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA SMK
Asep Hadian Sasmita
37
PEND-08 MODEL PEMBELAJARAN COMPETENCE BASED TRAINING
(CBT) BERBASIS KARAKTER PADA PEMBELAJARAN PRAKTIK
SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN VOKASI
Dwi Rahdiyanta, Sunarso, Paryanto
41
PEND-09 MODEL BENTUK PEMBELAJARAN PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN VOKASI TEKNIK MESIN DALAM MEMENUHI
HARAPAN DUNIA USAHA
Parabelem Tinno Dolf Rompas
47
PEND-10 PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
DAN DAMPAKNYA DALAM BIDANG PENDIDIKAN
Syamsuir
52
-
vii
PEND-11 PENINGKATAN LEMBAGA PENDIDIKAN TENAGA
KEPENDIDIKAN SEBAGAI PUSAT INOVASI CALON GURU
VOKASI
Theodorus Wiyanto
55
PEND-12 PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TUTOR
SEBAYA TERHADAP HASIL BELAJAR TIK SISWA SMA NEGERI
7 MANADO
Christine T.M. Manoppo
61
PEND-13 MODEL KERJASAMA JURUSAN TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN DENGAN DUNIA
USAHA/INDUSTRI
Selamat Riadi
64
PEND-14 PENGEMBANGAN ROADMAP PENELITIAN PENDIDIKAN
TEKNOLOGI DAN KEJURUAN SECARA HOLISTIK
Wagiran
70
PEND-15 PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN TEKNIK LISTRIK DASAR OTOMOTIF ANTARA SISWA YANG DIBELAJARKAN
DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS
GAMES TOURNAMENTS) DAN STAD (STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISION)
Supria, Priyono, Bayu
78
PEN-16 PENDIDIKAN NASIONAL TANTANGAN, HARAPAN DAN
SOLUSI
C. Rudy Prihantoro
83
KELOMPOK MANUFAKTUR (MAN)
MAN-02 PENCEGAHAN TERJADINYA DIE SOLDERING PADA PROSES
DIE CASTING
Niger Azali, M. Irsyad Afif ,Woro. W.A, Fadhlan R, dan Rio Kurniawan
87
MAN-04 PROSES PERMESINAN DRILLING PADA KACA Rusnaldy, Rupi
Ajie S. Atmaja
90
MAN-05 PENGARUH KEDALAMAN PEMAKANAN TERHADAP GETARAN
DAN KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES MILING
PUTARAN RENDAH
Jhonni Rahman
94
MAN-06 ANALISIS TINGKAT KEKASARAN PERMUKAAN HASIL PROSES
MILL SLOT PADA BAJA PERMESINAN SCM 440
Yohanes Tri Joko Wibowo
100
MAN-07 PENGARUH POLARITAS TERHADAP KARAKTERISTIK
KEKERASAN MATERIAL ASTM A36
Ferry Budhi Susetyo
106
-
viii
MAN-08
MESIN PENGHANCUR GELAS PLASTIK BAGI KETAHANAN
EKONOMI MASYARAKAT DI KEPULAUAN SERIBU
Darwin R.B Syaka, Imam Basori, Ahmad Kholil
111
MAN-09 PENGARUH BESARNYA ARUS DAN TEMPERATUR
PENGELASAN TERHADAP KEDALAMAN PENETRASI PADA
BAJA LUNAK ST37
Hidir Efendi
115
KELOMPOK OTOMOTIF (OTO)
OTO-01 STUDI KOPARASI EFEKTIVITAS PENGGUNAAAN AIR
PENDINGIN KOMERSIAL PADA MOTOR BENSIN 4 SILINDER
2000cc
Agung Sudrajad, Ipick Setaiwan, Hasrul Wijaya
119
OTO-02 UJI Coba KONSUMSI BAHAN BAKAR ANTARA BAN TIPE
RADIAL DAN TIPE BIAS
Hadi Pranoto
124
OTO-03 ANALISIS TRANSIENT TERMAL PADA PERMUKAAN ROTOR
DISK BRAKE KENDARAAN RODA EMPAT FRONT WHEEL
STEERING
Rolan Siregar, Mohammad Adhitya, Danardono A. Sumarsono
129
OTO-04 PENGARUH PENAMBAHAN ZAT ADITIF OZONIDA ASAM
OLEAT TERHADAP UJI PRESTASI MESIN MOTOR DIESEL
PADA BAHAN BAKAR SOLAR
Yos Nofendri, A. Deacy Capeberg
135
OTO-05 KAJIAN EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN
VARIASI BAHAN BAKAR TERHADAP EMISI DAN FUEL
ECONOMY MOBIL SISTEM INJEKSI DENGAN MESIN SI (SPARK
IGNITION)
Agus Mustiko, Darwin Rio Budi Syaka, Hari Septiapraja
140
OTO-06 PENGARUH JUMLAH PLAT DAN JENIS MATERIAL
ELEKTRODA PADA ELEKTROLISER TIPE DRY CELL
TERHADAP UNJUK KERJA MESIN SEPEDA MOTOR
Sehat Abdi Saragih
147
OTO-07 RANCANG BANGUN SISTEM PENGISIAN BATERAI MOBIL
MENGGUNAKAN PANEL SURYA
Nugroho Gama Yoga, Ragil Sukarno, M. Purnomo
153
OTO-08 Pengaruh TEKANAN UDARA SPRAY GUN TERHADAP
KUALITAS PENGECATAN PLASTIK COVER BODI KENDARAAN
Siska Titik Dwiyati
158
-
ix
KELOMPOK KONVERSI ENERGI (KE)
KE-01 PENGEMBANGAN DAN APLIKASI VISKOMETER (JENIS BOLA
JATUH)
Ridwan, Ridha Iskandar , Nizar
163
KE-02 ANALISA PERBANDINGAN POMPA AKSIAL DENGAN GEARBOX
dan TANPA GEARBOX SEBAGAI PENGGANTI ELECTRO MOTOR
PADA STASIUN POMPA PLUIT JAKARTA UTARA Sorimuda
Harahap, La Oe M. Firman, Dodi Sri Mulyanto
167
KE-03 PENGEMBANGAN LAMPU PENERANGAN JALAN UMUM (PJU)
BERTENAGA ANGIN SETARA 50 WATT
Maria F. Soetanto, Sugianto, Radi S. Kartanegara
172
KE-04 SIMULASI NUMERIK AERODINAMIKA KENDARAAN TRUCK
SAAT OVERTAKING
Radi S Kartanegara, Sugianto, Maria F Soetanto
178
KE-05 SIMULASI NUMERIK TEST-BENCH CAKRAM REM KENDARAAN
MPV PADA KECEPATAN 80 KM/JAM
Sugianto, Maria F Soetanto, Radi S Kartanegara
184
KE-06 ANALISA AERODINAMIKA AIRFOIL NACA 0012
DENGAN ANSYS FLUENT
M. Fajri Hidayat, Andi Saidah
190
KE-08 ANALISA PENGARUH LAJU ALIRAN MAIN STEAM
TERHADAP EFISIENSI HIGH PRESSURE TURBINE PADA
PERUBAHAN BEBAN
M Denny Surindra
198
KE-10 PENGARUH PENAMPANG SUDU DAN VARIASI BEBAN
TERHADAP PERFORMA TURBIN PELTON Eddy Elfiano, Natsir
Darin, Hendry Cahyadi, Sukarno Putro
204
KE-12 STUDI OPTIMASI - DAYA YANG AKAN DIBANGKITKAN PADA
SUATU PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MINI HIDRO (PLTM)
Sirojuddin
209
KE-13 MODIFIKASI DAN UJI COBA RANCANGAN SEBUAH
REAKTOR FLUIDIZED BED TIPE SIRKULASI INTERNAL
UNTUK MENGAKOMODASI PROSES AUTOTHERMAL PADA
REAKTOR GASIFIKASI BIOMASSA Janter Pangaduan Simanjuntak
213
KE-14 PENGARUH KEMIRINGAN MINI-TUBE TERHADAP
PERPINDAHAN KALOR DUA FASA ALIRAN GELEMBUNG Dyah Arum Wulandari, Wardoyo, dan M. Lutfi
218
-
x
KE-15 ANALISA PERBANDINGAN LAJU PERPINDAHAN PANAS
PIPA KALOR DENGAN SUMBU (WICK) DAN TANPA SUMBU I Wayan Sugita
223
KE-16 PEMANFAATAN ENERGI MATAHARI UNTUK PROSES
DESTILASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE
PEMANTULAN PANAS Ragil Sukarno, Nugroho Gama Yoga, Firdaus
228
KELOMPOK PRC (PERANCANGAN)
PRC-01 IMPLEMENTASI MSWT-01 (MOBILE SURFACE WATER
TREATMENT) DI DAERAH BENCANA BANJIR, BAGIAN DARI
UNIT KEGIATAN MAHASISWA POLITEKNIK MANUFAKTUR
BANDUNG
Gamawan Ananto dan Albertus B. Setiawan
233
PRC-02 ANALISIS DESAIN PORTABELTELESKOPIK TOWER DENGAN
METHODA PENDEKATAN VDI 2222 DAN DFMA
Djoko W. Karmiadji
240
PRC-04 MODELING PROSESDEEP DRAWING DENGAN PERANGKAT
LUNAK BERBASIS METODE ELEMEN HINGGA
Didik Sugiyanto, Harini
246
PRC-05 PERANCANGAN ALAT UJI KEOLENGAN GEARBOX RODA
KERETA REL LISTRIK PADA SERI 203 JAPAN RAILWAYS DAN
SERI 7000 METRO
Yani Kurniawan, Eko Prasetyo, Anang Kurniawan
255
PRC-06 IDENTIFIKASI AWAL KERUSAKAN DRIVE SHAFT
KEMPA ULIR PADA PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT
Purwo Subekti, Legisnal Hakim
262
PRC-07 PERANCANGAN MESIN PELIPAT DAN PEMOTONG KERTAS
KORAN KAPASITAS 17,2 KG/JAM
Saiful Anwar, Arif Rahman Saleh
267
PRC-08 REKAYASA MESIN PENGURAI SERAT TANDAN KOSONG SAWIT
(TKS) UNTUK MENGHASILKAN SERAT MEKANIS SEBAGAI
BAHAN BAKU PAPAN PARTIKEL
Junaidi, Anwar Kasim, Uyung Gatot, Aidil Zamri
272
PRC-11 PERANCANGAN ALAT BANTU COLD PRESS UNTUK PROSES
PEMASANGAN LCD PANEL UNTUK MODEL RF-ABC
Aip Pahrudin, Megara m, Eddy Djatmiko
279
PRC-13 PERANCANGAN MESIN WEIGH CHECKER OTOMATIS DENGAN
SISTEM ELEKTRO-PNEUMATIK BERBASIS PLC
Adi Purwanto, Yasir Ismail
283
-
xi
PRC-14 APLIKASI TURUNAN NUMERIK DALAM PENGENALAN POLA
CITRA
Agus Dudung, Diana Suzana Mandar, Yuliani Genesis
288
PRC-15 UJI STREAMLINES PROFIL LENGKUNG 2-D BADAN IKAN HIU
PADA KENDARAAN MOBIL SEDAN X DENGAN SOFTWARE CFD
Sirojuddin, Geri Sugiat
292
KELOMPOK MATERIAL (MATERIAL)
MAT-01 PENGARUH PENGGUNAAN INHIBITOR KOROSI EKSTRAK
POLAR KULIT BUAH KAKAO TERHADAP SIFAT MEKANIK
BAJA LUNAK
Yuli Yetri, Emriadi, Novesar Jamarun , Gunawarman
296
MAT-02 PENGARUH ALUMINIZING PADA KETANGGUHAN BAJA
Dody Prayitno, Ammar Abyan Abdunnaafi
304
MAT-03 STUDI KOROSI RETAK TEGANG BAJA API 5L X52 DALAM
LINGKUNGAN KLORIDAYANG MENGANDUNG GAS
KARBONDIOKSIDA
Agus Solehudin, Ega Taqwali B, Solihudin, Christine Gumulya
307
MAT-04 ANALISA PENGARUH PERLAKUAN PANAS DAN VARIASI
MEDIA PENDINGIN UNTUK ALUMINIUM CORAN TERHADAP
SIFAT MEKANIK DAN SIFAT FISIK
Irwan Anwar, Syawaldi, Gatot Joko Aryanto
311
MAT-05 PENGARUH UKURAN SERBUK KATALISATOR CANGKANG
KEPITING (PORTUNUS PELAGICUS) PADA PROSES
KARBURASI TERHADAP SIFAT MEKANIK BAJA St 42
Johannes Leonard
317
MAT-06 ANALISA PENGARUH VARIASI MODEL KOMPOSIT ANYAMAN
SERAT DAUN NENAS TERHADAP SIFAT MEKANIK BEMPER
MOBIL DENGAN MENGGUNAKAN METODE AIR GUN
COMPRESSOR
Dody Yulianto, Syawaldi, Sarimadoni
322
MAT-07 ANALISA PENGARUH PERLAKUAN PANAS DENGAN VARIASI TEMPERATUR TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIK WORM
SCREW PRESS PENGOLAHAN SAWIT
Syawaldi, Dedek Hertanto
328
MAT-09 PENGARUH SOLUTION TREATMENT PADA STRUKTUR MIKRO
DAN SIFAT MEKANIK Ti-50.7at.% Ni SHAPE MEMORY ALLOY
Kurnia Hastuti
332
MAT-10 EFEK TEKANAN TERHADAP KARAKTERISTIK KOMPOSIT
MATRIKS Al9Zn6Mg3Si BERPENGUAT ALUMINA HASIL
PROSES SQUEEZE CASTING
Dwi Rahmalina, Nana Sukmana, I Gede E. Lesmana, Hendri Sukma,
Fajar H.
338
-
xii
MAT-11 ANALISIS STRUKTUR MIKRO AUSTEMPERED DUCTILE IRON
Yunita Sari
342
MAT-12 STUDI PEMBUATAN FILM TIPIS TIN PADA BAJA AISI-D2
DENGAN PROSES PVD
Yunita Sari
346
MAT-13 DEFORMATION ANALYSIS ON THE CARTRIDGE CASE OF
SMALL CALIBER
Imam basori , Bondan T. Sofyan
351
MAT-14 PENGARUH PENAMBAHAN NB2O5TERHADAP
KARAKTERISTIK KOMPOSIT KERAMIK AL2O3-SIC-ZRO2
Bondan T. Sofyan*, Qurratul A. Nasution, David Jendra, Hafsah I.
Pratiwi
357
MAT-15 ANALISIS UJI KEKUATAN IMPAK DINAMIK AA2024-T3
SEBAGAI DATA INPUT PADA SIMULASI MSC-NASTRAN
UNTUK PEMODELAN PELEK MOBIL YANG TANGGUH
Batumahadi Siregar dan Erma Yulia
362
MAT-16 MENELISIK PERBEDAAN BATERE HANDPHONE KONDISI FIT
DAN BATERE HANDPHONE KONDISI RUSAK PADA SALAH
SATU JENIS HANDPHONE YANG ADA DI INDONESIA
Himawan Hadi Sutrisno, Triyono, A. Saufan
369
KELOMPOK MANAJEMEN INDUSTRI (MI)
MI-01 ANALISA TINGKAT KELELAHAN CLEANING SERVICE DI
UNIVERSITAS XYZ DENGAN METODE THE SUBJECTIVE
SYMPTOM TEST (SST)
Nabila Ramadhany Barley, Imron Baskara, Budi Aribowo
374
MI-02 ENTERPRISE RESOURCE PLANNING (ERP) IMPLEMENTATION
AT FOOD FRANCHISE IN YOGYAKARTA
Ignatius Alvin Krisnugraha, Ririn Diar A., The Jin Ai
377
MI-03 ANALISIS PRODUK FIRE EXTINGUISHER TERHADAP BEBAN
KERJA FISIK
Adri Fajar Jenie, Alfa Suryadibrata, Budi Aribowo
386
MI-04 ANALISIS PEMINDAHAN OHP DENGAN MENGGUNAKAN
METODE RAPID ENTIRE BODY ASSESSMENT (REBA)
Yusuf Caraka P.R, Kharisma Y, Budi Aribowo
389
MI-05 PERANCANGAN SISTIM KERJA
PADA PROSES PEMBUATAN TEPUNG KELAPA
Jenly D.I. Manongko
394
MI-06 KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI DENGAN METODE
BOBOT POSISI PADA PT. XYZ
Lukman Arhami
398
-
xiii
MI-07 PENENTUAN LOKASI USAHA JASA PERBAIKAN KENDARAAN
SEPEDA MOTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE AHP
(STUDI KASUS DI JAKARTA TIMUR)
Ja'far Amiruddin, Isnaini Choirul Miftahuddin, Riza Wirawan
404
MI-08 STRUKTUR INDUSTRI DAN FAKTOR LINGKUNGAN
PENGARUHNYA TERHADAP KEUNGGULAN BERSAING
INDUSTRI KECIL BATIK TRUSMI CIREBON
Aam Amaningsih Jumhur, Nik Hasnaa Nik Mahmood, M. Muchdie,
Dahmir Dahlan
410
-
PEND-01
Seminar Nasional Mesin dan Teknologi Kejuruan, 27 Mei 2015 1
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DALAM UPAYA
MENINGKATKAN KUALITAS KOMPETENSI KEAHLIAN BIDANG
TEKNOLOGI DAN REKAYASA
Tuti Suartini dan Aan Sukandar
Fakultas Pendidikan Teknologi Kejuruan
Universitas Pendidikan Indonesia
tutisuartini@yahoo.co.id dan aan.sukandar@yahoo.co.id
ABSTRAK
Penerapan pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi di SMK sudah berjalan hampir dua puluh tahun, namun sampai
saat ini kualitas lulusan SMK masih belum menunjukkan perkembangan yang diharapkan dunia kerja. Perkembangan
Teknologi dan Rekayasa di masyarakat saat ini, menuntut adanya pengembangan model pembelajaran yang tidak cukup
hanya mengembangkan kemampuan aspek kognitif dan aspek psikomotor peserta didik. Dalam pendidikan sekolah
menengah kejuruan saat ini kompetensi kelulusan mencapai 100 % tingkat kelulusan dari seluruh peserta didik yang
mengikuti ujian sekolah, dan mencapai tingkat 100 % dari peserta didik yang mengikuti uji kompetensi,untuk aspek
psikomotor yang masih menjadi pertanyaan adalah bagaimana dengan aspek afektif ? Hal ini masih belum nampak jelas.
Sejalan dengan implementasi kurikulum 2013 yang memberikan pedoman implementasi pembelajaran berbasis pendekatan
student center berpotensi adanya penyimpangan interprestasi dalam implementasi proses pembelajaran yang harus
diterapkan oleh para guru. Hal ini seiring dengan pesatnya teknologi informasi tentunya tidak mengherankan, dalam aspek
kognitif dan psikomotor peserta didik berhasil dengan baik.. Jenis informasi pengetahuan maupun keterampilan dapat
dengan mudah peserta didik belajar secara mandiri. Sedangkan aspek afektif yang merupakan aspek karakteritik peserta
didik sebagai manusia yang harus memiliki etika, norma, mengerti dan memahami hak dan kewajiban tanggungjawab
sebagai manusia, tidak dapat diputuskan oleh dirinya sendiri. Dari hasil observasi dan wawancara pada peserta Program
Pelatihan Profesi Guru (PLPG) dan Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) pemahaman terhadap hakekat mengajar
masih menganut prinsip bahwa mengajar hanya merupakan transfer pengetahuan dan keterampilan kepada siswa, dan
hakekat belajar diartikan sebagai perubahan tingkah laku dari tidak bisa menjadi bisa dan tidak tahu menjadi tahu.
Penghayatan terhadap tugas dan peranannya dalam pembelajaran masih sebagai pembimbing, hal ini ditunjukkan oleh
sikap guru dalam penampilan peer teaching yang belum nampak adanya interprestasi student center learning.
Kata kunci : Pembelajaran, student center learning, Teknologi dan Rekayasa
1. PENDAHULUAN
Pengembangan model pembelajaran pada
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dalam
mengembangkan kemampuan aspek kognitif dan
aspek psikomotor peserta didik masih dianggap
belum memenuhi kompetensi yang diharapkan.
Seyogyanya tidak perlu terjdi karena program link
and match sudah diterapkan dari mulai tahun 1999
pada saat kementerian pendidikan dipimpin oleh
Wardiman Djoyonegoro. Akan tetapi kondisi
kualifikasi di SMK hingga saat ini : (1) teori yang
diperoleh belum bisa digunakan secara langsung di
tempat kerja; (2) belum bisa melakukan pekerjaan
yang memerlukan skill khusus; (3) belum mampu
mengoperasikan mesin-mesin khusus dan
berteknologi mutakhir dan (4) Performa karakter soft
skill yang masih rendah. Peranan industri bukan
berarti tidak ada, seperti salah satu peran Djarum
Foundation telah banyak berkontribusi dari tahun
1963di dunia pendidikan Indonesia. Dalam berita
Kompas (2015) Djarum Foundation menggandeng
Cisco Systems sebuah perusahaan global pada bidang
telekomunikasi, Politeknik ATMI Surakarta dan
beberapa industri terkemuka diantaranya Korber-
Stiffung dan Focke & Co mengembangkan
kurikulum metoda PBET (Production base
Education Trainning) dan membantu penyediaan
peralatan canggih untuk praktikum siswa pada
Jurusan Teknik Permesinan Di SMK Wisuda Karya
dan SMK NU Maarif Kudus. Peran Djarum
Foundation yang berupaya mengembangkan model
pembelajaran tersebut sejalan dengan penerapan
kurikulum 2013 yang diharapkan dapat menjawab
-
PEND-01
Seminar Nasional Mesin dan Teknologi Kejuruan, 27 Mei 2015 2
hal tersebut. Sayangnya hal itu tidak dapat
menyentuh semua SMK, seiring dengan hakekatnya
pembelajaran pendidikan kejuruan sebagai
suatu proses akumulasi pengalaman kerja yang
semestinya diperoleh oleh semua peserta didik
di SMK agar lulusannya dapat memenuhi
kualifikasi yang diharapkan oleh dunia industri dan
dunia usaha sesuai perkembangan teknologi dan
rekayasa. Kurikulum 2013 yang mengembangkan
model pembelajaran yang berbasis student center
tersebut apakah dapat menjawab permasalahan itu ?
Upaya dalam pendidikan adalah menghasilkan
manusia yang dapat menggunakan ilmu
pengetahuannya yang dikuasainya untuk membuat
berbagai keputusan dan pilihan penting agar dapat
menjamin kesejahteran hidupnya dan memecahakan
berbagai permasalahan dalam kehidupan manusia.
2. IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 Pembelajaran tentang teknologi dan rekayasa yang
ada di masyarakat harus merupakan pembelajaran
untuk dapat membekali peserta didik memiliki
kehidupan yang layak. Sehingga pengetahuan
teknologi dan rekayasa seyogyanya menjadi suatu
kompetensi life skill.
Dalam orientasi implementasi kurikulum 2013
memberikan pedoman implementasi pembelajaran
berbasis kompetensi inti dalam aspek afektif,
kognitif, dan psikomotor melalui strategi
pembelajaran student center, pendekatan scientific,
model pembelajaran problem base learning, project
base learning, discovery learning menjadi
penekanan pada pengembangan kurikulum 2013.
Pesatnya teknologi dan rekayasa, terutama dalam
bidang komunikasi dan informasi menjadi sangat
penting menerapkan model aktivitas pembelajaran
yang menyenangkan bagi peserta didik. Dalam
Seminar Nasional IKA UNY pada 25 April 2015
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies
Baswedan mengatakan pentingnya pembelajaran
yang menyenangkan. Tentunya dengan
pembelajaran yang menyenangkan maka
peningkatkan aspek kognitif dan psikomotor peserta
didik saat ini harus sejalan dengan teknologi
komunikasi dan informasi yang sudah menjadi
bagian dari kehidupan para peserta didik.
Keberhasilan pembelajaran berbasis teknologi dan
informasi tidak perlu diragukan lagi memiliki dan
dapat dikatakan berhasil dengan baik berfungsi
sebagai media pembeljaran, sumber belajar yang
jauh meninggalkan kemampuan guru. Berbagai
jenis informasi pengetahuan maupun keterampilan
dapat dengan mudah peserta didik belajar secara
mandiri belajar melalui media komunikasi dan
informasi tersebut. Keadaan ini menjadi pertanyaan
penting : Bagaimana peranan guru ? Apakah aspek
afektif dapat dipahami tanpa adanya guru atau
apakah hak dan kewajiban tanggungjawab sebagai
manusia dapat diputuskan oleh dirinya sendiri ?
Kurikulum 2013 merupakan upaya untuk
mengatasi peningkatan aspek afektif selain
meningkatkan kualitas kompetensi keahlian dalam
bidang teknologi dan rekayasa di SMK. Akan tetapi
pada pelaksnaannya masih menyisakan beberapa isu
publik. Hal ini diungkapkan pada penyegaran nara
sumber pelatihan guru untuk implementasi
kurikulum 2013 antara lain :
Terkesan mendadak, tanpa evaluasi kurikulum yang sedang berjalan.
Tidak melibatkan guru atau asosiasi profesi pendidik.
Kurang sosialisasi.
Menghapus mata pelajaran yang mendukung di persaingan global (Bahasa Inggris dan TIK).
Mengabaikan kemampuan guru di.dalam membuat RPP dan silabus.
Tidak menjawab apa yang dibutuhkan peserta didik.
Berkembangnya stigma negatif terhadap guru.
Mestinya metodologi yang diperbaiki bukan kurikulum.
Anggaran sangat besar, khawatir seperti kasus hambalang.
Tarik-ulur anggaran antara Kemdikbud dan DPR.
Implementasi bakal terhambat karena anggaran belum disetujui.
Dari sekian masalah di atas terdapat kalimat
Mestinya metodologi yang diperbaiki bukan kurikulum. Hal ini perlu dikaji lebih lanjut.
Pentingnya kurikulum menurut fungsinya
terdapat tiga hal yaitu : (1) Kurikulum sebagai
produk, (2) kurikulum sebagai proses dan (3)
kurikulum sebagai praksis kontektual. Peranan
kurikulum pada dasarnya harus dapat menjawab
tantangan kebutuhan peserta didik yang harus
memiliki kompetensi keahlian terutama dalam
menghadapi perkembangan teknologi dan rekayasa.
Kajian dalam penelitian ini adalah bagaimana
guru dalam mengembangkan model pembelajaran
kurikulum 2013 yang dideskripksan dalam Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan dalam
kegiatan pelaksanaan pembelajaran di kelas.
Apakah model pembelajaran sebagai salah satu
metodologi yang merupakan hal yang menjadi
menjadi kendala dalam upaya meningkatkan
keahlian dalam bidang teknologi dan rekayasa ?
2.1 MODEL PEMBELAJARAN
Model pembelajaran merupakan pola yang
diterapkan oleh guru untuk dapat mengoptimalkan
hasil belajar peserta didik. Menurut Bruce & Weil
-
PEND-01
Seminar Nasional Mesin dan Teknologi Kejuruan, 27 Mei 2015 3
(2009:30) mengatakan bahwa:"Model pengajaran
merupakan gambaran suatu lingkungan
pembelajaran, yang juga meliputi perilaku kita
sebagai guru saat model tersebut diterapkan."
Pernyataan tersebut, menggambarkan bahwa model
pembelajaran merupakan segala bentuk atau pola
dalam pendidikan mulai dari perencanaan materi
pembelajaran, strategi pembelajaran, alat
bantu/media/sumber belajar/sarana/prasarana
pembelajaran, dan penilaian untuk evaluasi yang
akan digunakan dalam suatu kegiatan pembelajaran.
Penerapan model pembelajaran menjadi
penting, karena pembelajaran seperti yang
dikemukan oleh Asarid an Anggari (2013) dalam kurikulum 2013 adalah:
Menyediakan sumber belajar.
Mendorong siswa berinteraksi dengan sumber belajar (Menugaskan).
Mengajukan pertanyaan agar siswa memikirkan hasil interaksinya.
Memantau persepsi dan proses berpikir siswa serta memberikan scaffolding.
Mendorong siswa berdialog/berbagi hasil pemikirannya.
Mengkonfirmasi pemahaman yang diperoleh
Mendorong siswa untuk merefleksikan pengalaman belajarnya.
Pembelajaran adalah terjemahan dari
instruction yang banyak dipakai di Amerika Serikat, Sanjaya
(2008:102). Istilah ini menjadi
penting dalam konteks model pembelajaran di yang
dapat menempatkan peserta didik sebagai sumber
dari kegiatan pembelajaran. Kegiatan interaksi
antara peserta didik dengan pendidik dalam aktivitas
pembelajaran mempermudah peserta didik dalam
memverifikasi sumber belajar sesuai perkembangan
teknologi melalui berbagai macam media untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu dengan cara-
cara belajar yang mendorong guru dapat berperan
sebagai fasilitator. Kegiatan pembelajaran dapat
mengembangkan proses pembelajaran sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
proses pembelajaran bisa terjadi dimana saja baik di tempat yang didesain untuk berlangsungnya proses
pembelajaran, maupun tempat yang tidak didesain
secara khusus untuk proses pembelajaran.
(Dirjentendit, 2008:33). Sehingga model
pembelajaran sebagai bentuk implementasi
kurikulum sebagai produk yang dikemukan pada
implementasi kurikulum 2013 mampu mewujudkan
adanya : Result oriented, mewakili pandangan
produktif, kebutuhan pasar atas kompetensi yang
harus dikuasai oleh lulusan (produk) program
pendidikan, kebebasan dalam penyampaian
pembelajaran, yang dapat mencapai hasil akhir
sesuai standar, yaitu memiliki kompetensi
sebagaimana dirumuskan, melalui penilaian
terstandar (harus ketat) yang sejalan dengan konsep
produk dimana pengecekan adalah pada hasil akhir
yang sesuai standar. Dengan uraian di atas maka
upaya pengembangan model pembelajaran untuk
meningkatkan kualitas implementasi kurikulum
menjadi hal sangat penting. Dalam teori
yang melandasi implementasi suatu model
Pembelajaran menurut Sinaga (2013) dalam
kurikulum 2013 digambarkan :
Gambar. 1
2.2 PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013
Pembelajaran pada kurikulum 2006 pada
Sekolah Menengah Kejuruan dalam aktivitas
pembelajaran cenderung didominasi domain
pengetahuan yang tertinggal oleh perkembangan
teknologi dan rekayasa saat ini dan domain
psikomotor yang tidak dapat mendukung life skill
yang dibutuhkan untuk bidang keahlian yang
berkembang pada dunia industri dan dunia usaha.
Hal ini nampaknya menjadi bahan implementasi
dalam kurikulum 2013 yang dideskripsikan melalui
aktivitas pembelajaran yang didesain pada 3 ranah
sikap, pengetahuan dan keterampilan secara terpadu.
Dalam langkah-langkah pembelajaran pada
salah satu model yang disarankan untuk pendekatan
ilmiah dalam pembelajaran pada implementasi
kurikulum 2013, Sinaga (kurikulum 2013)
mengggambarkan :
Gambar 2.
Dalam pembelajaran menggunakan pendekatan
ilmiah seperti pada Gambar 2. di atas untuk
diterapkan dalam pembelajaran di SMK bidang
keahlian berbasis teknologi dan rekayasa tidak
mudah diterapkan. Model yang pembelajaran pada
tingkat SMK yang menerapkan pendekatan ilmiah
langkah pengamatan perlu diawali dengan
pemahaman konsep. Pemahaman konsep menjadi
sangat penting untuk menjadi katalisator dalam
meningkatan kemampuan aspek psikomotor yang
dapat mengembangkan kemampuan kecakapan
-
PEND-01
Seminar Nasional Mesin dan Teknologi Kejuruan, 27 Mei 2015 4
motorik untuk beradaptasi dengan teknologi dan
rekayasa yang sangat cepat.
Pendekatan konsep dalam teori belajar David
Ausabel dalam Dahar, R. W. (1989) pembelajaran
yang memiliki makna dapat meningkatkan
kemampuan mengembangkan teknologi dan
rekayasa. Implemetasi pembelajaran dengan
pendekatan ilmiah perlu didukung sistem sarana
prasarana yang memadai. Kompetensi lulusan SMK
pada bidang keahlian teknologi dan rekayasa bukan
hanya sekedar menguasai materi melalui langkah
pendekatan seperti pada Gambar 2, tetapi harus
dapat mengembangkan implementasi teknologi dan
rekayasa yang terkait produk yang telah digunakan
dan inovasi-inovasi implementasi teknologi
mempermudah manusia beraktivitas.
2.3 PROGRAM PENDIDIKAN DI SMK
Pendidikan SMK adalah salah satau program
pendidikan kejuruan yang berprinsip pada Charless
Prosser (1916), ada 3 hal yang sangat penting dari
16 prinsip yang harus menjadi acuan pengembangan
model pembelajaran yaitu : (1) Mempersiapkan
peserta didik memasuki lapangan kerja, (2)
Didasarkan kebutuhan dunia kerja Demand-Market-Driven, (3) Penguasaan kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia kerja, prinsip yang lainnya
untuk menunjang keberhasilan pendidikan kejuruan.
Gambaran program pada Pendidikan kejuruan
di SMK menurut kurikulum 2013 terdiri dari muatan
peminatan kejuruan SMK/MAK. Pada Permen No.
70Tahun 2013 keahlian teknologi dan rekayasa
merupakan salah satu bidang mengembangkan
Program Studi Teknik Elektronika memiliki Paket
Keahlian: Teknik Audio Video (057), Teknik
Elektronika Industri (058), Teknik Elektronika
Komunikasi (059), Teknik Mekatronik (060),
Teknik Ototronik (061). Program tersebut
merupakan Paket keahlian bidang kejuruan
kompleks yang menurut Nolker (1985) kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan harus memiliki
perbandingan 1 :1=Teori : Praktek.
3 METODA PENELITIAN
Penelitian dalam pengembangan model
pembelajaran kurikulum 2013 didasarkan pada teori
pendidikan berdasarkan standar (standard-based education), dan teori kurikulum berbasis kompetensi
(competency-based curriculum). Penelitian ini
merupakan kajian evaluasi. Evaluasi adalah suatu
proses meyakinkan keputusan, memilih informasi
yang tepat, mengumpulkan, dan menganalisa
informasi sehingga dapat melaporkan ringkasan data
yang berguna bagi pembuat keputusan dalam
memilih beberapa alternative Alkin (1969). Data
penelitian ini diperoleh melalui kajian pustaka,
dokumentasi, observasi dan wawancara selama 2
tahun yang dilakukan pada SMK Negeri di kota
Bandung dan peserta Program Pelatihan Profesi
Guru (PLPG) dan Pendidikan Profesi Guru (PPG).
4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Menurut hasil penilaian pada akhir tahun ajaran
2012/2013 yang dilakukan di SMK Negeri yang ada
di Kota Bandung penilaian kompetensi kelulusan
mencapai tingkat kelulusan 100% dari seluruh
peserta didik yang mengikuti ujian sekolah, dan
aspek psikomotor hasil uji kompetensi mencapai
tingkat 100 % peserta didik dari seluruh peserta
didik yang mengikuti uji kompetensi. Yang masih
menjadi pertanyaan adalah bagaimana dengan aspek
afektif ? Gambaran untuk penilaian afektif tidak
dideskripsikan secara jelas. Hal inilah yang
merupakan salah satu berbeda dalam implementasi
kurikulum 2013 yang memberikan pedoman
implementasi pembelajaran berbasis pendekatan
student center melalui adanya penilaian autentik.
Hal ini sangat menyulitkan para guru dan berpotensi
adanya penyimpangan interprestasi dalam
melakukan penilaian terhadap siswa, karena guru
akan dituntut melakukan penilaian dalam proses
pembelajaran harus diterapkan selama kegiatan
pembelajaran berlangsung, demikianlah salah satu
hal dikemukan oleh para guru pada PLPG dan PPG.
4.1. Pengembangan model pembelajaran di SMK Kegiatan pembelajaran di SMK pada tahun
2013 secara riil yang diterapkan oleh para guru di
SMK mengembangkan pendekatan berbasis
pelatihan. Ada 3 (tiga) model pelatihan yaitu :
Pelatihan Berbasis Kompetensi (Competency Based
Training). Pelatihan Berbasis Produksi (Production
Based Training), Pelatihan Berbasis Industri
(Pembelajaran di Dunia Kerja). Pembelajaran di
dunia kerja adalah suatu strategi di mana setiap
peserta mengalami proses belajar melalui bekerja
langsung (learning by doing) pada pekerjaan yang
sesungguhnya melalui adanya Prakerin (Praktek
Kerja Industri).
Deskripsi kegiatan pembelajaran yang disusun
oleh para guru dari 5 SMK yang ada di kota
Bandung disusun berdasarkan Permen No. 41 Th 2007 (2007: 8-9), baik dalam Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran maupun dalam implementasi di dalam
kelas.
Langkah kegiatan pembelajaran yang
dikembangkan guru dari salah satu SMK yang mengikuti Permen No. 41 Tahun 2007 pada standar
kompetensi memperbaiki penerima radio yang
mensdeskripsikan kegiatan pendahuluan, inti, dan
penutup seperti berikut ini :
-
PEND-01
Seminar Nasional Mesin dan Teknologi Kejuruan, 27 Mei 2015 5
1. KEGIATAN AWAL ( 15 Menit ) : Berdoa, Absensi siswa, Persiapan buku,Apersepsi,
Memotivasi.
2. KEGIATAN INTI ( 240 Menit ) : a. Eksplorasi : Siswa menjawab segala
pertanyaan guru tentang radio dan modulasi,
Menggali informasi dari berbagai macam
literatur tentang macam-macam radio
penerima dan modulasi.
b. Elaborasi : Siswa mampu memberikan
contoh yang termasuk radio penerima, Siswa
mampu membedakan amplitudo modulasi,
frekuensi modulasi dan phasa modulasi.
c. Konfirmasi : Siswa mampu
menyimpulkan perbedaan radio penerima
dan modulasi, Siswa bisa membedakan
prinsip kerja radio penerima dan
mengukur macam-macam modulasi.
3. KEGIATAN AKHIR ( 15 Menit ) : a. Refleksi : Siswa bisa menyimpulkan
informasi tentang radio penerima,Siswa bisa
menyebutkan perbedaan Amplitudo Modulsi
(AM), rekuensi Modulasi (AM) dan Phasa
Modulasi (PM) Siswa mampu mengerti
tentang karakteristik macam-macam
modulasi.
b. Penutupan.
Kegiatan praktek dilakukan setelah
mengimplementasikan kegiatan RPP di atas dengan
melaksanakan kegiatan pembelajaran antara lain :
a. Diselesaikan berdasrkan Siswa menelusuri, mengukur tingkat kerusakan pada radio
penerima.
b. Siswa menganalisa dan memperbaiki
kerusakan pada radio penerima.
c. Siswa mengoperasikan radio penerima sesuai
dengan prosedur.
d. Siswa memahami cara merawat dan
menyimpan radio penerima dengan baik dan benar.
RPP tersebut diatas menurut guru di SMK
dikatakannya lebih mudah untuk dideskripsikan dan
diterapkan baik pada tahap perencanaan maupun
tahap pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Walaupun
demikian para guru tetap siap dan berusaha
menyesesuikan pembelajaran berbasis kurikulum
2013, bahkan pada awal tahun 2013 pada SMK-
SMK yang diobservasi yaitu SMKN, 4,6, dan 12
menyatakan telah merintis implementasi kurikulum
2013.
Dari uraian kegiatan pembelajaran tersebut
diatas kurikulum 2013 dapat dikatakan bukan hal
yang baru. Pengembangan pendekatan ilmiah
(scieintifik) telah diterapkan oleh para guru terutama
pada peserta didik kelas 10 yang diharuskan belajar
di laboratorium, untuk dapat memahami konsep teori
elektronika/dasar listrik, pada kelas 11 diterapkan
pembelajaran problem base learning, dan Praktek
Kerja di industri sebagai bentuk training (Pelatihan
kerja).
Dengan gambaran tersebut diatas kemampuan
guru dalam mengembangkan model pembelajaran
kurikulum 2013 pada dasarnya tidak mengalami
kesulitan. Hal ini ditunjukkan dari hasil wawancara
bahwa permasalahan yang menjadi keberatan dalam
pengembangan kurikulum 2013 bukan model
pembelajaran, tetapi kesulitan dalam
mendeskripsikan yang dimaksud kompetensi inti dan
pendekatan student center kedalam tujuan
pembelajaran, materi pembelajaran, dan skenario
pembelajaran. Pendekatan student center melalui
pendekatan scientifk 5 M diinterprestasikan bahwa
peserta didik mencari sumber belajar mandiri, guru
lebih memposisikan dirinya hanya sebagai
pembimbing. Hal tersebut tentunya tidak sesuai
dengan prinsip dan hakekat pendidikan kejuruan.
Pada pendidikan kejuruan Standar lulusan
Pendidikan kejuruan peserta didiknya harus
memiliki pengalaman pembelajaran sesuai dunia
kerja.
Berdasarkan gambaran model pembelajaran
Pendekatan student center yang dikembangkan guru
berdasarkan kurikulum 2013 menjadi kegiatan
pembelajaran digambarkannya seperti berikut :
1. KEGIATAN PENDAHULUAN :
Apersepsi : mengucapkan salam, membaca Al
Quan minimal 2 surat pendek, ketua kelas
memberi komando untuk kesiapan belajar dan
membri salam.
2. KEGIATAN INTI (60menit):
a. Fase 1 orientasi : Guru bertanya tentang
mengapa kita belajar mengenai peralatan
gambar teknik khususnya dalam jurusan listrik,
Bila siswa belum mampu menjawabnya, guru
memberi scalfolding dengan mengingatkan
siswa dengan pekerjaan-pekerjaan yang harus
dilakukan tanpa adanya gambar maka
pekerjaan-pekerjaan tersebut tidak akan
terlaksana, selanjutnya, guru membuka
cakrawala penerapan fungsi yang diperluas itu
untuk penerapan penggunaan macam-macam
peralatan gambar teknik. Dengan bantuan
presentasi computer, guru mengingatkan
fungsi-fungsi peralatan gambar teknik.
b. Fase 2 Mengorganisasikan peserta didik :
Guru membagi siswa ke dalam beberapa
kelompok, tiap kelompok mendapat tugas
untuk mendefinisikan fungsi-fungsi peralatan
gambar teknik, serta menentukan hubungannya
-
PEND-01
Seminar Nasional Mesin dan Teknologi Kejuruan, 27 Mei 2015 6
dengan cara-cara penggunaan peralatan-
peralatan gambar teknik, Tugas diselesaikan
berdasarkan worksheet atau lembar kerja yang
dibagikan.
c. Fase 3 Membimbing penyelidikan individu
dan kelompok : Selama siswa bekerja di
dalam kelompok, guru memperhatikan dan
mendorong semua siswa untuk terlibat diskusi,
dan mengarahkan bila ada kelompok yang
melenceng jauh pekerjaannya.
d. Fase 4 Mengembangkan dan menyajikan
hasil karya : Guru mengumpulkan semua
hasil diskusi tiap kelompok, salah satu
kelompok diskusi (tidak harus yang terbaik)
diminta untuk mempresentasikan hasil
diskusinya ke depan kelas, sememtara
kelompok lain, menanggapi dan
menyempurnakan apa yang dipresentasikan.
3. PENUTUP (20 menit)
Fase 5 Menganalisa dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah : Dengan tanya jawab
diarahkan bahwa dalam melaksanakan
pekerjaan-pekerjaan di bengkel perlu adanya
perencanaan dalam suatu pekerjaan, siswa
diyakinkan bahwa gambar adalah syarat mutlak
yang harus dipenuhi dalam melaksanakan suatu
pekerjaan yang ada di bengkel, guru
menganalisa serta mengarahkan semua siswa
pada kesimpulan mengenai fungsi macam-
macam peralatan gambar teknik serta cara-cara
penggunaannya, berdasarkan hasil reviu
terhadap presentasi salah satu kelompok, guru
memberikan soal terkait dengan fungsi dan
prosedur penggunaan macam-macam peralatan
gambar teknik, siswa dan guru menyelesaikan
soal yang diberikan dengan strategi yang tepat.
Gambaran RPP tersebut dapat dilaksanakan
dengan baik oleh guru dan peran guru lebih
berorientasi guru sebagai pembimbing. Namun
demikian hal tersebut diperoleh dari hasil
wawancara yang dilakukan oleh peer observer dan
peneliti kepada peserta didiknya di SMK tetap
memberikan penilain baik terhadap guru tersebut.
Untuk mata pelajaran lainya juga hampir seluruh
peserta didik menyatakan bahwa para gurunya dapat
melakukan aktivitas pembelajaran dengan baik.
4.2. Pengembangan Model Pembelajaran
Kurikulum 2013 pada Program PLPG dan
PPG.
Pada kenyataannya, Kemampuan guru dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran berdasarkan
pengamatan yang dilakukan oleh peneliti ketika
sedang melaksanakan Program Latihan Pendidikan
Guru(PLPG) dan Pendidikan Profesi Guru (PPG)
yang dlakukan peneliti tahun ajaran 2013/2014
ditemukan bahwa rata-rata kemampuan guru PLPG
dalam performa implementasi model pembelajaran
cenderung berpusat pada guru (teacher centered),
sedangkan pada peserta PPG mereka tampak lebih
mudah untuk menerapkan startegi student center.
Konsep yang diajarkan oleh guru pada peserta PLPG
papan tulis/white bord lebih dan ceramah secara
lisan lebih dominan. Sedangkan para peserta PPG
penggunaan power point untuk bahan ajar semua
peserta dapat mengembangkannya. Disini guru
berperan mentranfer materi kurang dapat melibatkan
keaktifan siswa, hal tersebut kemungkin yang
akhirnya akan hanya memberikan materi secara
verbalisme. Dari hasil penilaian kemampuan
menyampaikan materi dalam simulasi peer teaching
guru masih kurang dapat mengembangkan materi
ajar ke dalam penguasaan konsep dasar pendekatan
scientific menguasai mata pelajaran ini.
Tabel 1.
Kemampuan Guru dalam RPP dan Pelakasanaan
Pembelajaran Program PLPG dan PPG Tahun
Ajaran 2013/2014
No Keterangan Penilaian
RPP Penampilan
1 Merumuskan/kemampua
n/ membuka Pelajaran 90 90
2 Penjabaran
Indikator(kinerja
guru)/Sikap guru dalam
proses pembelajaran
85 85
3 Penguasaaan materi
pembelajran
pembelajaran
80 80
4 Implementasi langkah-
langkah pembelajaran 90 90
5 Pengguanan Media
Pembelajaran 90 90
6 Evaluasi 80 80
7 Kemampuan menutup
pelajaran 90 90
Penilaian pada tabel 1. tersebut diberikan
merupakan nilai rata-rata yang diberikan oleh dua
orang instruktur. Penilaian dilakukan setelah para
peserta diberikan saran dan masukan pada program
latihan sebelum dilakukan ujian pelaksanaan
pembelajaran. Dari hasil wawancara pada peserta
Program Latihan Profesi Guru (PLPG) dan
Pendidikan Profesi Guru (PPG) pemahaman
terhadap hakekat mengajar masih menganut prinsip
bahwa mengajar hanya merupakan transfer
pengetahuan dan keterampilan kepada siswa, dan
hakekat belajar diartikan sebagai perubahan tingkah
laku dari tidak bisa menjadi bisa dan tidak tahu
-
PEND-01
Seminar Nasional Mesin dan Teknologi Kejuruan, 27 Mei 2015 7
menjadi tahu para guru telah mengerti benar dan
mereka mendukung perubahan kurikulum tetapi
harus disertai dengan peningkatan pelatihan materi
yang terkait dengan teknologi yang sedang
berkembang di dunia industri dan dunia usaha. Hal
ini ditunjukkan oleh sikap guru dalam penampilan
peer teaching yang belum nampak adanya
interprestasi perfoma aktivitas strategi student
center sesuai dalam pendekatan constructivism,
dimana pembelajaran hakekat student center adalah
pembelajaran yang berbasis pola pikir peserta didik.
Sehingga agar kurikulum 2013 dapat
menghasilkan lululsan yang berkualitas maka
adanya model pengembangan pembelajaran
kurikulum 2013 di sekolah adalah model
pembelajaran di laboratorium berbasis manajemen
ISO/IEC yang terintegrasi dengan training center
berbasis produk menjadi sangat penting. Pada
pembelajaran di laboratorium peserta didik harus
mampu belajar sesuai Prosedur Operasional
laboratorium, guru bukan sekedar pembimbing dan
fasilitator, tetapi harus mampu menjadi instruktur
sesuai dunia kerja dan hal ini sudah sangat dipahami
oleh para guru SMK. Dengan demikian maka yang
diperlukan oleh para guru SMK adalah pemenuhan
kebutuahn sarana prasarana laboratorium dan
pelatihan manajemen laboratorium yang memadai
sesuai dunia kerja.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
Penghayatan guru terhadap tugas dan
peranannya dalam pembelajaran sebagai pengajar
sudah dapat memenuhi harapan peserta didik di
SMK dan dapat memberikan penampilan terbaik
dalam mengikuti program PLPG dan PPG.
Penguatan pengembangan model pembelajaran
sebagai upaya meningkatkan kemampuan bidang
keahlian teknologi dan rekayasa dengan strategi
pendekatan student center, pendekatan
pembelajaran scieintifik, model pembelajaran
project base learning, problem base learning, atau
inovasi pembelajaran lainnya sesungguhnya bukan
permasalahan utama, karena para guru pada
dasarnya mampu mengembangkan model
pembelajaran sesuai dengan karakteristik kelasnya,
hal ini ditujukkan oleh para guru baik dari hasil
wawancara terhadap guru, siswa, observasi oleh
peer observer, maupun hasil evaluasi peneliti
terhadap dapat dikatakan dikatakan telah mampu
melakukan inovasi pembelajaran. Hal yang
sesungguhnya yang dibutuhkan para guru pada
pendidikan kejuruan adalah service training atau
inservice trainning terhadap guru dalam teknologi
yang berkembang di dunia industri/usaha. Salah satu
upaya yang dapat dilakukan adalah membangun
kembali Pusat training center yang melibatkan
pihak industry/usaha, sekolah, dan LPTK
(Perguruan Tinggi).
REFERENSI
[1]. Calhoun, C.C. dan Finch, A.V. Vocational
Education : Concept and Operations. California : Wads Worth Publishing Company.
(1982).
[2]. Dahar, R. W. (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga.
[3]. Departemen Pendidikan Nasional RI.
Dokumen Standar Kompetesi Nasional
Bidang Keahlian Telekomunikasi , (2003).
[4]. Hofstein, A. L. The laboratory in science
education: Foundations for the twenty-first
century. Science Education ,November 2010,
pp. 28-54, (2010).
[5]. Joice, Bruce and Well, M. Model of Teaching . New Jersey USA: Allyn and Bacon. (2009).
[6]. Kompas, Advertorial : SMK Siapkan SDM
Unggul untuk Turut Membangun Bangsa,
hal 36, Kamis 30 April 2015.
[7]. Kurikulum 2013, Pelatihan guru untuk implementasi kurikulum 2013, Jakarta, 26-28
juni 2013, (2013).
[8]. Nolker, Helmut, E. S. Pendidikan Kejuruan. Jakarta: Gramedia, (1983).
[9]. Hasan, B. Perencanaan Bidang Studi. Bandung: Pustaka Ramadhan, (2010).
[10]. Maleong, L. J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosda,
(2001).
[11]. Sanjaya, W. Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses, Jakarta:
Kencana Prenada Media Group Karya. (2008).
[12]. Seminar Nasional IKA UNY 2015, Guru
Dalam Dinamika Implementasi Kurikulum
25 April 2015, Yogyakarta, ( 2015).
-
PEND-02
Seminar Nasional Mesin dan Teknologi Kejuruan, 27 Mei 2015 8
PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI
PRAKTIKUM ENGINE OTOMOTIF SISWA SMK PROGRAM
KEAHLIAN TEKNIK OTOMOTIF
Agus Suratno
1, Gaguk Margono
2
1SMK Negeri 1 Cikarang
2Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta
2gmargono@unj.ac.id,
2g_margono@yahoo.com,
1masagoes82@gmail.com
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan instrumen penilaian kompetensi praktikum engine otomotif siswa
SMK Program Keahlian Teknik Otomotif. Sampel penelitian ini diambil dengan menggunakan metode proportional stratified
random sampling. Secara konseptual konstruk kompetensi praktikum engine otomotif terdiri dari 3 dimensi, yakni: kognitif
(pengetahuan), psikomotor (keterampilan), dan afektif (sikap). Pengembangan butir pernyataan komponen penilaian
berdasarkan telaah pakar dan panelis.Melalui telaah pakar dan validasi panelis terpilih 51 butir dan nilai koefisien
reliabilitas interrater cukup tinggi di atas 0,7. Instrumen diuji cobakan kepada siswa SMK kelas XI, tahap pertama sebanyak
275 siswa dan tahap kedua sebanyak 325 siswa. Secara empiris, melalui pengujian analisis faktor konfirmatori didapatkan
nilai loading factor di atas 0,5 pada uji coba pertama dan kedua. Dari perhitungan nilai koefisien reliabilitas multidimensi
pada uji coba pertama dan kedua menunjukkan bahwa nilai koefisien reliabilitas lebih dari 0,9 dan nilai Average Variance
Extracted (AVE) lebih besar dari 0,5 yang berarti tingkat validitas dan reliabilitas instrumen penilaian kompetensi
praktikum engine otomotif siswa SMK Program Keahlian Otomotif tergolong sangat tinggi. Jadi dapat disimpulkan bahwa
instrumen penilaian kompetensi praktikum engine otomotif ini telah memiliki validitas dan reliabilitas konstruk yang baik.
Keywords: Pengembangan Instrumen, Penilaian Kompetensi Praktikum Engine Otomotif, Reliabilitas Multidimensi,
Validitas Konstruk
1. PENDAHULUAN Perkembangan dunia pendidikan pada era
globalisasi seperti sekarang menuntut adanya
penyesuaian sistem pendidikan yang selaras dengan
tuntutan perkembangan teknologi dan dunia kerja,
karena muara dari suatu proses pendidikan
khususnya pada penyelenggaraan pendidikan
kejuruan adalah dunia kerja. Sistem pendidikan yang
dilaksanakan pada pendidikan kejuruan seperti SMK
mengharuskan peserta didik untuk diberi
kesempatan membelajarkan diri mengaktualisasikan
semua potensi yang dimiliki menjadi kemampuan
profesional yang dapat dimanfaatkan dalam dunia
kerja. Pendidikan kejuruan sebagai pendidikan
khusus, direncanakan untuk menyiapkan peserta
didik yang mampu memasuki dunia kerja dan
mengembangkan sikap profesional di bidang
kejuruan. Lulusan pendidikan kejuruan, diharapkan
menjadi individu produktif yang mampu bekerja
menjadi tenaga kerja menengah dan memiliki
kesiapan untuk menghadapi persaingan kerja sesuai
dengan bidang keahlian secara kompetitif dan
profesional
Siswa dianggap memiliki kompetensi jika
ia telah mampu mengerjakan tugas-tugas dalam
kompetensi tersebut. Unsur-unsur pembentuk
kompetensi, yakni: skills yang mencakup
keterampilan psikomotor, keterampilan kognitif
(menalar) dan keterampilan sosial (afektif), attitudes
(sikap), value (tata nilai) dan appreciation
(penghargaan terhadap pekerjaan). Oleh karena itu
pengembangan kompetensi merupakan katakunci
dari proses pendidikan terutama untuk sekolah
kejuruan.
Pendidikan kejuruan sangat erat
hubungannya dengan konsep kompetensi.
kompetensi dipandang sebagai sesuatu yang minimal
yang telah ditetapkan. Dengan demikian instrumen
penilaian yang digunakan hendaknya berupa
penilaian yang tidak hanya mengukur sejauh mana
materi pembelajaran terkuasai, tetapi harus sampai
kepada penilaian sejauh mana siswa mampu
mendemontrasikan kompetensi yang telah
ditetapkan. Dalam artian di akhir pembelajaran suatu
tes harus mampu mengukur suatu tugas(task) yang
dilakukan siswa yang menunjukkan bahwa ia telah
mencapai kompetensi tertentu
Aspek atau ranah yang terkandung dalam
konsep kompetensi meliputi: (1) Pengetahuan
(knowledge) yaitu kesadaran dalam bidang kognitif,
(2) Pemahaman (understanding) yaitu kedalaman
kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu, (3)
Kemampuan (skill) adalah sesuatu yang dimiliki
oleh individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan
yang dibebankan kepadanya, (4) Nilai (value) adalah
suatu standar prilaku yang telah diyakini dan secara
psikologis telah menyatu dalam diri seseorang, (5)
Sikap (attitude), dan (6) Minat (interest)
kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu
perbuatan (Mulyasa, 2010: 38-39).[1]
Definisi kompetensi memiliki implikasi
penting bagi pendekatan dalam menilai kemampuan
-
PEND-02
Seminar Nasional Mesin dan Teknologi Kejuruan, 27 Mei 2015 9
seseorang, karena dapat mempengaruhi jenis
informasi yang dicari untuk pendekatan dalam
proses penilaian berdasakan pengumpulan bukti
yang tepat dan sesuai untuk mendasari penilaian
bahwa seseorang merupakan individu yang memiliki
kemampuan (Jubaedah, 2010: 2).[2] Penilaian
merupakan proses pengumpulan bukti dan membuat
pertimbangan yang asli dan tingkat kemajuan
terhadap seperangkat standar perilaku atau hasil
belajar serta nilai berupa angka dalam membuat
pertimbangan apakah kompetensi telah tercapai
(Worsnop, 1993: 39).[3] Cara yang paling logis
untuk menilai kompetensi yang terkait dengan
keterampilan adalah meminta siswa untuk
mengerjakan serangkaian kegiatan atau
mendemonstrasikan kemampuan yang dimilikinya
melalui simulasi dan praktik, dan dilakukan
pengamatan untuk menilai sejauhmana tingkat
keterampilannya. Instrumen yang dipergunakan
adalah tes perbuatan atau tes unjuk kerja.
Dalam pembelajaran berbasis kompetensi,
muatan mata pelajaran bukan persoalan utama,
melainkan kegiatan penilaian dan pemantauan
tentang apa yang telah dipelajari dan dikuasai
relevan dengan kesuksesan unjuk kerja. Oleh karena
itu menghubungkan penilaian dengan pembelajaran
yang berfokus pada unjuk kerja yang sesuai dengan
tuntutan dunia kerja merupakan persoalan yang
penting (Tillema, Kessels, dan Meijers, 2000: 266).
[4]
Proses pembelajaran praktikum mencakup
tiga tahap, yaitu: (a) penyajian dari pendidik, (b)
kegiatan praktik peserta didik, dan (c) penilaian hasil
kerja peserta didik (Muslich, 2011: 148). Uji
kegiatan praktikum digunakan untuk mengukur
kemampuan kognitif tingkat tinggi atau menguji
tujuan proses dari suatu program dengan
menggunakan format penilaian tes praktikum
(format station) atau pengamatan kegiatan terhadap
kelompok atau individu (Lewy, 1997: 288).[5]
Umumnya pengujian praktikum menggunakan
kombinasi antara hasil pengamatan dan catatan
tertulis atau laporan (report).
Kompetensi pemeliharaan/servis engine
dan komponen-komponenya melalui praktikum
enginetune up membekali siswa pengetahuan dan
ketrampilan serta sikap yang benar yang terkait
dengan setiap pekerjaan perawatan/servis engine
secara berkala, sehingga siswa memiliki kemampuan
yang dapat diterapkan di dunia industri otomotif.
Kompetensi siswa dalam praktikum engine tune up
adalah kecakapan siswa yang ditunjukkan dalam
pekerjaan perbaikan/servisengine tune up sebuah
kendaraan.
Kompetensi praktikum engine otomotif
meliputi kompetensi ranah kognitif yaitu
pengetahuan dan pemahaman siswa tentang engine
seperti: 1) pengetahuan prinsip kerja engine, 2)
pengetahuan prosedur kerja engine tune up.
Kompetensi ranah psikomotor, yaitu kompetensi
yang berhubungan dengan keterampilan motorik
(skills) siswa pada saat praktikum meliputi: (a)
persiapan kerja, (b) proses kerja (sistematika dan
cara kerja), (c) hasil kerja, dan (d) waktu.
Kompetensi ranah afektif, kompetensi ini
berhubungan dengan sikap (attitudes) yang
ditunjukkan oleh siswa ketika praktikum sedang
berlangsung yang meliputi: (a) Sikap kerja, (b)
inisiatif, (c) ketelitian, (d) tanggung jawab, (d)
kejujuran, dan (e) disiplin.
Pelaksanaan penilaian praktikum berbasis
kompetensi (Competency Based Assessment)
diarahkan untuk mengukur dan menilai performansi
peserta didik dalam kemampuan kognitif,
psikomotor dan afektif baik secara langsung pada
saat melakukan aktivitas belajar maupun secara
tidak langsung, melalui bukti hasil belajar (evidence
of learning) sesuai dengan kriteria kinerja
(performance criteria).Pelaksanaan penilaian
praktikum kejuruan untuk menilai ketercapaian
kompetensi peserta didik sebagai hasil belajar di
SMK, pada umumnya belum menggunakan model
penilaian yang mengakomodasi alat penilaian yang
mengacu pada tuntutan dunia kerja. Alat penilaian
yang dirancang dan digunakan oleh guru untuk
menilai capaian kompetensi peserta didik masih
heterogen pada setiap SMK dan belum ada
instrumen yang baku.
Instrumen penilaian yang mampu mengukur
tingkat kompetensi seseorang dalam praktikum
ternyata tidak bisa terpenuhi oleh bentuk penilaian
obyektif (model paper and pencil tests), seperti
pilihan ganda, benar-salah, jawaban singkat dan
menjodohkan. Hal ini disebabkan alat-alat
penilaian ini yang sering disebut penilaian
konvensional lebih cocok untuk mengukur
kemampuan pada ranah koginitif. Pada sisi lain
pembelajaran berbasis kompetensi terutama dalam
hal praktikum kejuruan membutuhkan instrumen
penilaian yang mampu mengukur secara
komprehensif ketiga ranah tujuan pembelajaran,
sehingga diperlukan instrumen penilaian yang
mampu untuk mengukur kompetensi sikap (afektif),
keterampilan (psikomotor) dan pengetahuan
(kognitif) yang mencakup: persiapan, proses dan
hasil (product) pada saat praktikum. Mengingat
pentingnya penilaian kompetensi dalam praktikum
maka diperlukan alat ukur atau instrumen untuk
mengukur sejauh mana kompetensi dapat tercapai
oleh siswa. Penelitian ini berupaya untuk
mengembangkan instrumen penilaian kompetensi
praktikum engine otomotif siswa SMK Program
Keahlian Teknik Otomotif yang memenuhi standar
keshahihan (valid) dan keterandalan (reliabel).
2. METODE PENELITIAN Pada penelitian ini menggunakan instrumen
penilaian kompetensi praktikum engine otomotif
-
PEND-02
Seminar Nasional Mesin dan Teknologi Kejuruan, 27 Mei 2015 10
siswa SMK Program Keahlian Teknik Otomotif
disusun dalam tiga perangkat, yaitu: Pedoman
Umum, Lembar Kerja, dan Pedoman Penilaian.
Skala penilaian yang dipergunakan dalam penilaian
kompetensi praktikum engine otomotif adalah
dengan menggunakan rating scale baik untuk
kompetensi ranah kognitif, kompetensi ranah
psikomotor dan kompetensi ranah afektif. Penentuan
skor pengukuran kompetensi menggunakan daftar
skala empat (1-4). Penilaian kompetensi praktikum
menggunakan pedoman penilaian acuan kriteria.
Kriteria skor untuk setiap butir komponen penilaian
sebagai berikut; skor 4 berarti sangat baik; skor 3
baik; skor 2 berarti kurang, dan skor 1 berarti sangat
kurang.
Data skor yang diperoleh dari hasil ujicoba
dianalisis untuk melihat validasi konstruk serta
koefisien reliabilitasnya dengan menggunakan
analisis faktor konfirmatori dengan menggunakan
metode ML(Maximum Likelihood).Kompetensi
praktikum engine otomotif adalah capaian
kecakapan siswa yang ditunjukkan dalam seluruh
rangkaian kegiatan proses belajar mengajar selama
praktikum yang diukur dari 3 dimensi yakni: (1)
kognitif, (2) afektif dan (3) psikomotor.Dimensi dan
indikator dari konstruk kompetensi praktikum
engine otomotifdapat dilihat pada tabel 1 di bawah
ini.
Tabel 1. Dimensi dan Indikator Instrumen Penilaian kompetensi Praktikum Engine
No Dimensi Indikator
1 Kognitif Pengetahuan prinsip kerja mesin (engine), Pengetahuan
prosedur kerja pemeriksaan dan penanganan kerusakan mesin
2 Psikomotor Persiapan praktikum, proses pemeriksaan baterai, proses
pemeriksaan sistem pendingin, proses pemeriksaan mekanik
mesin, proses pemeriksaan sistem pengapian, hasil kerja
praktikum dan waktu.
3 Afektif Sikap kerja, disiplin kerja, inisiatif kerja, ketelitian, tanggung
jawab dan kejujuran
3. HASIL PENELITIAN Berdasarkan telaah dari para pakar, mereka
memberikan penilaian yang relatif sama mengenai
konstruk dari kompetensi praktikum engine
otomotif. Secara umum indikator yang disusun
dinilai sudah mewakili dimensi dari konstruk
kompetensi praktikum engine otomotif siswa
SMK.Indikator-indikator yang disusun merupakan
representasi dari penjabaran dimensi dari konstruk
yang telah didefinisikan. Dengan kata lain
konstruksi butir sudah sesuai dengan indikatornya.
Para pakar memberi beberapa masukan
terhadap butir-butir komponen penilaian yang
disusun berdasarkan indikatornya.Ada beberapa
butir pernyataan komponen penilaian yang saling
tumpang tindih (overlap) serta mirip dalam satu sub
kompetensi sehingga butir tersebut harus direduksi.
Hasil penelaahan dari pakar terhadap perangkat tes,
yaitu pedoman penilaian menunjukkan bahwa secara
umum perangkat tes tersebut cukup memadai jika
dilihat dari sisi penggunaan tata bahasa dan
penulisannya. Bahasa yang digunakan dalam
penyusunan perangkat tes dinilai para pakar cukup
komunikatif dan mudah dimengerti. Namun
demikian, terdapat beberapa kalimat yang ada pada
lembar kerja dan pedoman penilaian yang
menggunakan istilah dalam bahasa asing (Inggris)
maupun bahasa teknik disarankan untuk diperbaiki
dengan merubah ke dalam bahasa Indonesia untuk
mengurangi terjadinya salah interpretasi.
Di samping itu, para pakar memberikan
beberapa masukan guna penyempurnaan, antara lain
agar melengkapi indikator dan kriteria penilaian
supaya lebih jelas, lebih operasional, mudah
dipahami serta tidak membingungkan. Berdasarkan
validitas konstruk dan keterbacaan butir pernyataan,
penggunaan tata bahasa, dan penulisannya di atas.
Maka sesuai masukan para pakar ada 4 butir dari 55
butir yang telah disusun agar dianulir dan dibuang.
Dengan demikian terdapat 51 butir yang memenuhi
syarat yang selanjutnya akan digunakan untuk
keperluan analisis uji validitas dan reliabilitas.
Hasil perbaikan dan penyempurnaan pada
perangkat tes kemudian diperiksa kembali oleh 20
panelis dalam pengujian secara rasional.Dalam
kegiatan validasi teoritis ini, butir pernyataan dalam
instrumen dinilai berdasarkan 2 aspek penilaian
yaitu: (1) ketepatan butir dalam mengukur indikator
dan (2) ketepatan penggunaan bahasa. Sedangkan
jumlah butir pernyataan divalidasi sebanyak 51
butir. Pengujian tingkat validitas butir instrumen
menggunakan koefisien validitas Aiken (V Aiken).
Dari hasil analisa koefisien validitas butir
Aiken, maka didapatkan bahwa semua butir yang
berjumlah 51 butir tersebut valid karena semua butir
memiliki nilai positif melebihi dari nilai kritis tabel
pada tingkat signifikansi 5% dan jumlah rater 20
yaitu 0,42. Nilai positif pada analisis validitas butir
dengan menggunakan validitas Aiken
mengindikasikan bahwa butir tersebut valid, yang
berarti bahwa semua butir tersebut sudah sesuai atau
tepat untuk mengukur masing-masing indikator
yang menyusun konstruk kompetensi praktikum
engine otomotif. Perhitungan reliabilitas konstruk
-
PEND-02
Seminar Nasional Mesin dan Teknologi Kejuruan, 27 Mei 2015 11
penilaian dari panelis terhadap instrumen tes
kompetensi praktikum engine dengan menggunakan
rumus Hoyt. Hasil perhitungan koefisien reliabilitas
interrater menunjukkan nilai yang cukup tinggi,
yaitu lebih dari 0,70. Masing-masing dimensi yang
menyusun konstruk kompetensi praktikum engine
otomotif memiliki nilai koefisien reliabilitas yang
tinggi baik untuk ketepatan butir dengan indikator
maupun ketepatan dengan penggunaan bahasa.
Koefisien reliabilitas interrater menunjukkan bahwa
berdasarkan penilaian yang diberikan oleh panelis
terhadap instrumen yang telah disusun tersebut
sudah reliabel, sehingga dapat dikatakan bahwa
instrumen ini sebagai alat ukur dapat dipercaya.
Tabel 2. Koefisien Reliabilitas Hoyt Instrumen Penilaian Kompetensi Praktikum EngineOtomotif Siswa SMK
No Dimensi Ketepatan Butir dengan
Indikator
Ketepatan Penggunaan
Bahasa
1. Kognitif 0,711 0,825
2. Psikomotor 0,713 0,732
5. Afektif 0,782 0,771
Dari hasil perhitungan ujicoba empiris,
pengujian validitas terhadap 51 butir menghasilkan
48 butir valid dan 3 tidak valid karena mempunyai
nilai rhitunglebih kecil dari 0,2. Sedangkan uji
reliabilitas dengan menggunakan formula koefisien
reliabilitas Alpha Cronbach pada masing-masing
dimensi didapatkan nilai koefisien reliabilitas untuk
masing-masing dimensi mempunyai nilai alpha
Cronbach yang bernilai lebih besar dari 0,7.
Berdasarkan kriteria yang dikemukakan oleh Naga
(2012: 241)[6], dapat dikatakan bahwa alat ukur
yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai
reliabilitas yang dapat diterima dan baik. Nilai
koefisien reliabilitas tersebut dikatakan tinggi,
sehingga instrumen penilaian kompetensi praktikum
engine ini digunakan sebagai alat ukur yang handal.
Tabel 3. Koefisien Reliabilitas Alpha Cronbach Uji
Coba I
No Dimensi Koefisien
Reliabilitas
1. Kognitif 0,736
2. Psikomotor 0,882
3. Afektif 0,864
Skor komposit didapatkan dari
penjumlahan tiap-tiap butir yang sesuai dengan
indikatornya. Selanjutnya dengan menggunakan
analisis faktor konfirmatori, indikator-indikator
tersebut dikonfirmasi apakah sudah sesuai dengan
dimensi dari kompetensi praktikum engine yang
mendasarinya. Penilaian derajat kecocokan suatu
model persamaan struktural (Structural Equation
Modeling) secara menyeluruh tidak dapat dijalankan
secara langsung sebagaimana pada teknik
multivariat yang lain. SEM tidak mempunyai uji
statistik terbaik yang dapat menjelaskan kekuatan
prediksi model. Untuk itu telah dikembangkan
beberapa ukuran derajat kecocokan yang dapat
digunakan secara saling mendukung.
Uji ini dilakukan untuk mengevaluasi
derajat kecocokan/goodness of fit (GOF) antara data
dengan model. Uji kecocokan untuk keseluruhan
model (overall model) melibatkan model struktural
dan model pengukuran secara terintegrasi yang
dibagi menjadi tiga kelompok pengujian, yaitu:
ukuran kecocokan absolut (absolute fit measures),
ukuran kecocokan model inkremental (incremental
fit measures), dan ukuran kecocokan parsimoni
(parsimonious fit measures) (Latan, 2013:
49).[7]Sebagian besar ukuran GOF menunjukkan
kecocokan yang baik sehingga dapat disimpulkan
bahwa kecocokan keseluruhan model adalah baik
(model fit).
Evaluasi kecocokan model pengukuran
dilakukan terhadap setiap konstruk dengan melihat
validitas dan evaluasi terhadap reliabilitas
konstruknya.Pengujian model pengukuran dilakukan
dengan menguji validitas konvergen dan reliabilitas.
Validitas konvergen menunjukkan bahwa indikator-
indikator pengukur (variabel manifes) dari sebuah
konstruk laten seharusnya berkorelasi cukup tinggi.
Uji reliabilitas diperlukan untuk mengetahui akurasi,
konsistensi, dan ketepatan instrumen dalam
mengukur konstruk.
Model pengukuran menunjukkan
bagaimana variabel manifes atau observed variable
merepresentasikan konstruk laten untuk diukur yaitu
dengan menguji validitas dan reliabilitas konstruk
laten tersebut. Evaluasi model pengukuran ini
dilakukan terhadap setiap konstruk dengan melihat
validitas dan evaluasi terhadap reliabilitas
konstruknya dengan metode estimasi Maximum
Likelihood (ML) menggunakan program Lisrel.
Validitas konvergen dapat dilihat nilai
loading factor tiap-tiap item dari masing-masing
dimensi dan nilai average variance extracted (AVE)
dengan kriteria dan nilai average variance extracted
(AVE) masing-masing konstruk minimal 0,5 dapat
diterima (Fornell dan Larcker, 1981:
46).[8]Selanjutnya untuk mengevaluasi model
pengukuran secara keseluruhan dengan menghitung
-
PEND-02
Seminar Nasional Mesin dan Teknologi Kejuruan, 27 Mei 2015 12
nilai reliabilitas konstruk (CR) untuk tiap konstruk
atau dimensi.Rule of thumb dari koefisien reliabilitas
konstruk adalah 0,7 (Hair, 2010: 710). [9] Nilai nilai
AVE dan CR tidak dikeluarkan dalam output Lisrel,
sehingga harus dihitung secara manual. Untuk
menghitung AVE dan CR dilakukan secara
bertahap, pertama untuk first order konstruk dan
kedua untuk second order konstruk.
Nilai loading factor masing-masing
indikator pada tiap-tiap dimensi instrumen penilian
kompetensi praktikum engine otomotif siswa SMK
program keahlian Teknkik Otomotif pada Uji coba I
dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 1. Nilai Loading Factor Masing-masing Indikator untuk Tiap-tiap Dimensi pada Model Ujicoba I
Dari gambar 1 dapat diketahui bahwa
seluruh indikator signifikan karena memiliki nilai
loading factor > 0,5. Hal ini bisa dikatakan bahwa
indikator penyusun masing-masing dimensinya
dapat menjelaskan konstruk latennya dengan baik.
Hasil uji validitas dengan memperhatikan loading
factor juga relevan dengan uji t yang menunjukkan
nilai thitung > tkritis. Nilai tkritis pada taraf signifikansi
95% adalah 1,96. Nilai thitung bisa dilihat pada
gambar 2 di bawah ini.
Gambar 2. Nilai thitung Masing-masing Indikator untuk Tiap-tiap Dimensi pada Model Ujicoba I
Dari gambar 2, semua nilai thitung pada masing-
masing indikator lebih dari 1,96 sehingga seluruh
indikator signifikan. Hal ini memberikan makna
bahwa seluruh indikator memberikan informasi yang
signifikan terhadap variabel latennya.Nilai nilai
average variance extracted (AVE) dan reliabilitas
konstruk (Construct Reliability) tidak dikeluarkan
dalam output Lisrel, sehingga harus dihitung secara
manual. Untuk menghitung AVE dan CRdilakukan
secara bertahap, pertama untuk first order konstruk
dan kedua untuk second order konstruk. Berikut
hasil perhitungan nilai AVEdan CR untuk setiap
konstruk ditunjukkan oleh tabel 4.Nilai koefisien
reliabilitas konstruk ini dikategorikan tinggi,
sehingga bisa dikatakan bahwa model yang
didapatkan ini reliabel.
-
PEND-02
Seminar Nasional Mesin dan Teknologi Kejuruan, 27 Mei 2015 13
Tabel 4. Nilai AVE dan Reliabilitas Konstrukpada Model Uji Coba I
No Indikator
Reliabilitas
Nilai
1.
Average
Variance
Extracted (AVE)
0,557
2. Construct
Reliability (CR) 0,925
Pada uji coba kedua, Nilai loading factor
masing-masing indikator pada tiap-tiap dimensi
instrumen penilian kompetensi praktikum engine
otomotif siswa SMK program keahlian Teknkik
Otomotif dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Nilai Loading Factor Masing-masing Indikator untuk Tiap-tiap Dimensi pada Model Ujicoba II
Dari gambar 3 dapat diketahui bahwa
seluruh indikator signifikan karena memiliki nilai
loading factor > 0,5. Hal ini bisa dikatakan bahwa
indikator penyusun masing-masing dimensinya
dapat menjelaskan konstruk latennya dengan baik.
Hasil uji validitas dengan memperhatikan loading
factor juga relevan dengan uji t yang menunjukkan
nilai thitung > tkritis. Nilai tkritis pada taraf signifikansi
95% adalah 1,96. Nilai thitung bisa dilihat pada
gambar 4 di bawah ini.
-
PEND-02
Seminar Nasional Mesin dan Teknologi Kejuruan, 27 Mei 2015 14
Gambar 4. Nilai thitung Masing-masing Indikator untuk Tiap-tiap Dimensi pada Model Ujicoba II
Dari gambar 4 di atas, semua nilai thitung pada
masing-masing indikator lebih dari 1,96 sehingga
seluruh indikator signifikan. Hal ini memberikan
makna bahwa seluruh indikator memberikan
informasi yang signifikan terhadap variabel
latennya. Perhitungan nilai AVEdan CR untuk setiap
konstruk ditunjukkan oleh tabel 5.Nilai koefisien
reliabilitas konstruk ini dikategorikan tinggi,
sehingga bisa dikatakan bahwa model yang
didapatkan ini reliabel.
Tabel 5. Nilai AVEdan Reliabilitas Konstruk
pada Model Uji Coba II
No Indikator
Reliabilitas
Nilai
1. Average Variance
Extracted (AVE) 0,516
2. Construct Reliability
(CR) 0,940
Karena model fit secara keseluruhan, nilai
loading factor masing-masing indikator pada setiap
dimensi lebih dari 0,5; semua nilai thitung > 1,96; dan
nilai reliabilitas konstruk yang tinggi maka bisa
dikatakan bahwa model ini sudah baik.
4. PEMBAHASAN Dari hasil analisis secara kuantitatif dan
kualitatif, secara umum dapat dikatakan bahwa
perangkat tes performansi atau instrumen penilaian
kompetensi praktikum engine otomotif siswa SMK
program keahlian teknik otomotif yang
dikembangkan berdasarkan kajian teoretik dan
telaah para pakar dan panelis serta diujicoba secara
empiris di beberapa SMK yang memiliki program
keahlian teknik otomotif sudah sesuai dan dapat
diaplikasikan pada penilaian kompetensi praktikum
engine otomotif baik kompetensi: ranah kognitif
psikomotor dan afektif. Jika dibandingkan konsep
dan draft awal instrumen, terdapat beberapa
perbaikan/revisi dan pengembangan sebagai hasil
dari ujicoba rasional oleh pakar dan panelis serta
ujicoba empiris kepada responden di lapangan baik
tahap pertama dan tahap kedua. Pengembangan
tersebut mencakup kesesuaian antara butir dengan
indikator, indikator dengan dimensi pada konstruk
latennya, serta penggunaan bahasa yang lebih
komunikatif dan mudah dipahami
Validitas berkaitan dengan sejauh mana
suatu tes mampu mengukur apa yang seharusnya
diukur. Instrumen tes performansi praktikum engine
otomotif yang dikembangkan ini memiliki validitas
yang memadai, baik validitas konstruk hasil
penilaian pakar dan panelis, validitas butir dan
validitas konstruk hasil ujicoba empiris. Validitas
konstruk dilihat pada kesesuaian antara butir dengan
indikatornya, indikator dengan dimensi pembentuk
konstruk latennya. Instrumen tes ini dikembangkan
berdasarkan pada perangkat penilaian kompetensi
dan kajian teoritik yang mendukung. Hasil penilaian
para pakar menunjukkanbahwa instrumen tes ini
memiliki validitas konstruk yang memadai sehingga
dapat digunakan untuk SMK program keahlian
teknik otomotif, baik negeri maupun swasta.
Reliabilitas instrumen tergolong cukup
tinggi, baik dari hasil penilaian panelis, ujicoba
empiris pertama maupun ujicoba empiris kedua.
Adapun koefisien reliabilitas konstruk ujicoba
empiris pertama dan kedua lebih dari 0,9. Koefisien
reliabilitas ini bisa dikatakan sangat tinggi bahkan
mendekati sempurna. Reliabilitas suatu alat ukur
merupakan konsistensi atau keajegan alat ukur
tersebut dalam mengukur apa yang diukur. Makin
tinggi koefisien reliabilitas, makin dekat nilai sekor
amatan ke nilai komponen sekor yang
sesungguhnya, sehingga nilai sekor amatan dapat
digunakan sebagai pengganti komponen sekor yang
sesungguhnya. Dengan demikian dapat dinyatakan
bahwa hasil pengukuran dengan menggunakan
perangkat tes ini menunjukkan kemampuan
kompetensi siswa SMK yang mendekati
sesungguhnya.
Tes performansi dilakukan untuk
mengukur kompetensi siswa dalam mengerjakan
tugas (task) yang diberikan sesuai dengan cakupan
materi kompetensi. Namun demikian, sumber
kesalahan yang perlu diestimasi: pertama, yang
mengukur atau melakukan pengamatan adalah
Penilai dalam hal ini guru atau instruktur
praktik.Kondisi psikologis dan ketahanan
(endurance) penilai selama praktikum berlangsung
akan mempengaruhi reliabilitas instrumen. Kedua
kondisi fisik siswa ketika mengikuti praktikum perlu
diperhatikan apakah dalam kondisi prima atau
kelelahan. Oleh karena itu, untuk menjamin
diperolehnya reliabilitas yang tinggi, maka
penggunaan instrumen tes ini di sekolah harus
memperhatikan situasi dan kondisi siswa. Dalam hal
ini, guru yang menguji praktik harus melihat
kesiapan siswa secara baik untuk mengikuti tes
kompetensi praktikum.
5. KESIMPULAN Berdasarkan hasil uji empiris yang telah
dilakukan sebanyak dua kali uji coba, maka dapat
disimpulkan bahwa pertama, instrumen penilaian
kompetensi praktikum engine otomotif pada siswa
SMK program keahlian Teknik Otomotif ini ada tiga
dimensi yang membangun konstruk teori kompetensi
praktikum engine otomotif, yaitu dimensi: (1)
Kognitif, (2) Psikomotor dan (3) Afektif. Dimensi-
dimensi ini sudah sesuai dengan teori yang
membangun konstruk kompetensi praktikum engine.
Kedua, pengujian validitas konstruk dari 3
dimensi dengan 15 indikator dilakukan dengan
-
PEND-02
Seminar Nasional Mesin dan Teknologi Kejuruan, 27 Mei 2015 15
analisis faktor konfirmatori (CFA) menggunakan
metode ML (Maximum Likelihood). Pada uji coba
pertama didapatkan nilai loading factor untuk
masing-masing indikator sudah melebihi 0,5,
sehingga dapat dikatakan bahwa indikator-indikator
penyusun dimensi dari konstruk kompetensi
praktikum engine otomotif tersebut valid.
Berdasarkan uji kecocokan model dengan
menggunakan model pengukuran second order
confirmatory factor analysis maka model akhir yang
didapat sudah tepat (fit) atau cocok untuk mengukur
kompetensi praktikum engine otomotif siswa SMK
yang dilihat dari nilai goodness of fityang memenuhi
kriteria nilai cut off yang dipersyaratkan.
Ketiga, diperolehnya instrumen penilaian
kompetensi praktikum engine otomotif siswa SMK
program keahlian Teknik Otomotif yang terdiri dari
3 dimensi, 15 indikator dan 46 butir yang memiliki
reliabilitas sangat tinggi. Instrumen ini sudah reliabel
dengan nilai CR dan AVE diatas nilai cut off.
Instrumen penilaian kompetensi praktikum engine
otomotif siswa SMK program keahlian Teknik
Otomotif ini sudah valid dan reliabel dan dapat
digunakan sebagai alat ukur. Namun demikian
hendaknya juga dapat dikembangkan instrumen
penilaian kompetensi praktikum mata diklatlainnya
sehubungan dengan kompetensi yang ada di SMK
program keahlian Teknik Otomotif sangat banyak
dan beragam sehingga diperoleh instrumen penilaian
yang valid dan reliabel lebih banyak.
REFERENSI
[1]. E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis
Kompetensi: Konsep, Karakteristik dan
Implementasi, Remaja Rosdakarya, (2010).
[2]. Yoyoh Jubaedah,Competency Based Assessment Sebagai Model Pengujian
Kompetensi di SMK, Makalah Seminar
Internasional Peran LPTK Dalam
Pengembangan Pendidikan Vokasi di
Indonesia, 1-8, (2010).
[3]. Percy J. Worsnop, Competency Based
Training: How To Do itFor Trainers, VEETAC, (1993).
[4]. H. H. Tillema, J. W. M. Kessels, and F. Meijers. Competencies As Building Blocks
For Integrating Assessment With
Instruction In Vocational Education: A Case
From The Netherlands, J. Assessment &
Evaluation in Higher Education, Vol. 3 (3), pp.
265-278, (2000).
[5]. Arieh Lewy,Handbook of Curriculum Evaluation. New York: Longman, (1997).
[6]. Dali S. Naga, Teori Sekor pada Pengukuran Mental, PT. Nagarani Citrayasa, (2012).
[7]. Hengky Latan,Model Persamaan Struktural Teori dan Implementasi AMOS 21.0,Alfabeta,
(2013).
[8]. C. Fornell and David F. Larcker, Evaluating
Structural Equation Models with
Unoservable Variable and Measurement
Error,J. of Marketing Research, Vol. 18, 39-
50, (1981).
[9]. J. F. Hair, R. E. Anderson, Barry J. Babin, and William C. Black,Multivariate Data Analysis,
Pearson Prentice Hall, Inc., (2010).
-
PEND-03
Seminar Nasional Mesin dan Teknologi Kejuruan, 27 Mei 2015 16
PENGARUH PERILAKU KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN
SELF-LEARNING GURU TERHADAP KINERJA GURU SMK DI KOTA
PALANGKA RAYA KALIMANTAN TENGAH
Debora
Prodi Pendidikan Teknik Mesin, Jurusan Pendidikan Teknologi Kejuruan, FKIP,
Universitas Palangka Raya
dugau@yahoo.com
ABSTRACT
The preparation of students expertise in the Vocational High School in a particular field will improve the quality of life and
developed into productive workforce in accordance with the manpower in business and industry. Fulfillment of the functions
of the vocational education can not be separated from the role of vocational schools as human resource output that closely
related to the process. The Principals of teachers as one of the important in the process that forms a reliable human
resources in accordance with the function of vocational education. The purpose of this study to see whether or not: (1) the
influence of the Principal Leadership Behaviors on teacher pe
top related