proses mengajar

Post on 16-Sep-2015

5 Views

Category:

Documents

0 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

PROSES MENGAJAR

TRANSCRIPT

PROSES MENGAJAR

PROSES MENGAJAR

Sejauh ini, kita telah mempertimbangkan hal mengajar sebagai penyampaian pengetahuan atau pengalaman. Mungkin lebih tepat jika dikatakan bahwa penyampaian pengetahuan atau pengalaman itu merupakan hasil mengajar. Saat guru sedang menceritakan, menunjukkan, atau membimbing para muridnya, itu berarti guru sedang membagikan pengalaman kepada murid-muridnya. Itulah sasaran dan maksud tujuannya dan ia mengajar berdasarkan maksud tujuan tersebut.

Definisi tugas seorang guru ditinjau dari segi fungsinya harus kita bedakan dari definisi pekerjaan seorang ditinjau dari maksud tujuannya. Pekerjaan seorang guru yang sesungguhnya terdiri dari membangunkan dan menggiatkan pikiran muridnya, yaitu membangkitkan kemauan murid itu untuk bertindak sendiri. Seperti disampaikan sebelumnya, pengetahuan tidak dapat dipindah-pindahkan dari pikiran satu orang ke pikiran orang lainnya seperti memindahkan sebuah benda dari satu tempat ke tempat lain. Yang seharusnya terjadi adalah pengetahuan itu tiap kali harus dikenali dan dipikirkan ulang, kemudian diresapi kembali dalam pikiran orang yang menerimanya. Semua penjelasan dan penerangan tidaklah berguna, kecuali benar- benar dapat merangsang dan membimbing murid itu untuk berpikir sendiri. Jika murid itu tidak berpikir sendiri, pengajaran itu tak akan berhasil, kata-kata guru tidak diperhatikan.

Jadi bisa dikatakan, hukum proses mengajar meminta setiap guru untuk merangsang dan memberikan pengarahan kepada aktivitas-aktivitas pribadi murid dan sedapat mungkin tidak memberitahukan hal apa pun yang dapat mereka pelajari sendiri.

Anak kalimat kedua dari hukum ini cukup penting kedudukannya dalam rumusan ini, meskipun berbentuk suatu larangan. Kadang-kadang ada kasus di mana peringatan ini harus diabaikan demi menghemat waktu, apabila murid itu agak lemah atau kurang bersemangat, atau apabila minat yang cukup besar telah berhasil dibangkitkan. Pada waktu itu dapat timbul kebutuhan mendesak akan informasi yang dapat diberikan dengan cepat serta efektif oleh gurunya. Tetapi pelanggaran terhadap hukum ini hampir selalu mendatangkan kerugian. Karena itu, langkah demikian hanya dapat dibenarkan apabila membawa hasil pasti. Dijabarkan dalam bentuk positif, peringatan itu akan berbunyi begini, "Jadikan murid saudara seorang penemu kebenaran-- biarkan dia menemukannya sendiri." Manfaat besar hukum ini sudah cukup sering ditandaskan sehingga tidak memerlukan lebih banyak bukti lagi. Tiada penulis terkenal di bidang pendidikan yang lupa untuk mengemukakan prinsip ini dengan berbagai cara. Jika seandainya kita mencari suatu pepatah pendidikan yang akan paling diterima oleh guru-guru yang cakap, kiranya hukum inilah yang akan dipakai, juga karena ini merupakan suatu prinsip yang sangat luas jangkauan dan kegunaannya. Ini merupakan kebenaran dasar yang sama, seperti terdapat dalam berbagai anjuran nasihat berikut, "bangunkan pikiran murid saudara", "rangsang murid-murid untuk berpikir", "bangkitkan semangat untuk menyelidiki", "usahakan agar murid-murid saudara aktif sendiri". Semua anjuran ini menyinggung hukum proses mengajar dalam bentuk yang berbeda-beda.

Seperti hukum lainnya, hukum proses mengajar juga menyarankan beberapa peraturan praktis untuk mengajar.

Sesuaikan pelajaran dan tugas-tugas dengan usia dan tingkat kemajuan para murid. Anak-anak yang masih kecil lebih berminat akan hal-hal yang merangsang pancaindera mereka, terutama akan kegiatan yang menarik. Yang lebih dewasa akan lebih tertarik kepada logika pemikiran dan masalah-masalah yang memerlukan renungan pikiran.

Pilihlah pelajaran-pelajaran yang berkaitan dengan lingkungan hidup dan kebutuhan para pelajar.

Pertimbangkanlah dengan saksama pokok pelajaran yang akan diajarkan dan carilah bagian-bagian penting yang berkaitan dengan kehidupan para murid.

Bangkitkan minat para murid akan pelajaran pada waktu memberi tugas kepadanya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau dengan menyatakan sesuatu yang dapat menimbulkan rasa ingin tahu. Timbulkan kesan bahwa jika pelajaran itu dipelajari dengan saksama akan ada suatu pengetahuan berharga yang akan diperoleh. Kemudian jangan lupa menanyakan kepada mereka kebenaran apa yang ditemukan dalam pelajaran itu.

Sering-sering tempatkan diri dalam posisi murid di tengah murid-murid saudara, dan ikutlah ambil bagian ketika mereka menggali suatu fakta atau prinsip tertentu.

Kendalikan sifat kurang sabar pada diri saudara apabila murid terlalu lambat menyampaikan pendapatnya agar jangan saudara sendiri yang menjawab pertanyaannya. Anak itu akan jengkel karena ia merasa dapat menjawab pertanyaan itu sendiri seandainya saja diberi waktu.

Dalam semua kegiatan kelas, usahakan untuk senantiasa membangkitkan minat dan kegiatan yang baru. Ajukan pertanyaan- pertanyaan untuk diselidiki murid-murid di luar kelas. Pelajaran yang tidak menimbulkan pertanyaan-pertanyaan baru berarti tidak diselesaikan dengan baik.

Amati tiap murid untuk menjaga agar pikirannya jangan melantur sehingga mengalihkan perhatiannya dari pelajaran yang sedang diberikan.

Anggaplah bahwa tugas utama Anda adalah untuk menggugah pikiran murid-murid saudara dan jangan berhenti sebelum tiap murid menunjukkan aktivitas mentalnya dengan mengajukan pertanyaan- pertanyaan.

Tekanlah keinginan untuk menjelaskan segala sesuatu yang saudara ketahui mengenai pelajaran atau pokok pembahasan itu. Seandainya saudara menyampaikan sesuatu dalam bentuk ilustrasi atau penjelasan, biarlah hal itu membangkitkan suatu pertanyaan baru dalam murid dengan sendirinya.

Berikan kepada murid waktu untuk berpikir setelah guru tahu pasti bahwa pikirannya sedang bekerja. Doronglah dia untuk bertanya apabila ada sesuatu yang kurang ia mengerti.

Jangan terlalu cepat menjawab pertanyaan yang diajukan selain mengulangi pertanyaan itu dalam bentuk lain yang lebih luas dan lengkap, dan sering-seringlah menjawab dengan pertanyaan baru yang memperdalam pemikiran.

Ajarkan murid-murid itu untuk bertanya, apa, mengapa, dan bagaimana--yaitu sifat, penyebab dan cara dari tiap fakta atau prinsip yang diajarkan kepada mereka. Juga di mana, bila, oleh siapa, dan, jadi--tempat, waktu, siapa pelakunya, dan konsekuensi sebuah peristiwa.

Penceritaan kembali pelajaran oleh murid hendaknya jangan menghabiskan bahan yang ada. Selalu sediakan sedikit bahan pelajaran tambahan untuk merangsang pikiran dan minat belajar mereka.

PROSES BELAJAR

Sekarang kita harus beralih dari guru kepada murid. Kita telah melihat bahwa tugas seorang guru pada hakikatnya adalah membangkitkan dan membimbing muridnya untuk beraktivitas sendiri. Kini kita hendak mempelajari tugas murid-murid, yaitu memakai aktivitas sendiri ini untuk belajar. Hukum mengajar dan hukum belajar pada mulanya kelihatan hanya sebagai segi-segi berlainan dari hukum yang sama. Tetapi sesungguhnya kedua hukum itu benar- benar berbeda--yang satu berlaku untuk pekerjaan guru, yang kedua berlaku untuk pekerjaan murid. Hukum yang bersangkutan dengan proses mengajar menyangkut sarana dengan mana aktivitas sendiri itu dibangkitkan; hukum yang bersangkutan dengan proses belajar akan menentukan tentang bagaimana aktivitas ini akan dipakai.

Jika kita mengamati seorang anak pada waktu ia belajar dan memerhatikan dengan saksama apa yang dilakukannya, akan jelas bahwa dari pihak murid itu diperlukan lebih banyak dari sekadar memusatkan perhatian atau mengarahkan tenaga seadanya. Ada suatu tindakan atau proses yang nyata dan jelas yang harus ia lakukan. Dengan daya mentalnya sendiri, dalam pikirannya ia harus membentuk suatu konsep yang benar mengenai fakta-fakta atau prinsip-prinsip yang diberikan dalam pelajaran itu. Kepada dari tujuan inilah semua usaha guru dan murid hendaknya diarahkan. Karena itu, hukum proses belajar dapat dirumuskan sebagai berikut. "Murid harus menimbulkan kembali kebenaran yang dipelajari itu dalam pikirannya sendiri."

Berikut peraturan praktis bagi guru dan murid dalam hukum proses belajar.

Bantulah murid memperoleh pikiran yang jelas mengenai tugas yang harus dikerjakan.

Beritahukan dia bahwa kata-kata dalam pelajaran telah dipilih secara teliti, bahwa kata-kata itu mengandung makna khusus yang penting untuk dicari tahu artinya.

Perlihatkan kepadanya bahwa biasanya ada lebih banyak hal yang tersirat daripada yang dikatakan.

Mintalah ia untuk menerangkan dengan kata-kata sendiri arti pelajaran itu sebagaimana ia memahaminya. Anak itu harus bertekun sehingga ia menangkap seluruh maksud pelajaran.

Biarlah murid itu senantiasa ditanya mengapa, sampai ia menyadari bahwa ia sendiri diharapkan untuk memberikan alasan yang tepat bagi pendapatnya. Tetapi hendaknya anak itu juga mengerti dengan jelas bahwa alasan-alasan itu harus sesuai dengan bahan yang sedang dipelajari.

Berusahalah menjadikan murid itu seorang "penyelidik yang bebas"--seorang yang mempelajari masalah kehidupan dan mencari kebenaran. Kembangkan dalam dirinya kebiasaan untuk menyelidik dengan lebih mendalam.

Bantulah ia untuk menguji pengertian-pengertiannya guna mengetahui apakah sudah persis seperti apa yang diajarkan menurut kemampuannya.

Berusahalah senantiasa mengembangkan sikap murid itu untuk menghormati kebenaran sebagai sesuatu yang mulia dan abadi.

Ajarlah murid-murid untuk membenci kepalsuan, perselisihan kata, serta menjauhinya.

Prinsip teoritis tentang belajar mengatakan antara lain :

Belajar paling efektif bagi anak adalah ketika kebuutuhan fisiknya terpenuhi dan ketika secara psikologis mereka merasa aman.

Siswa membangun pengetahuan mulai dari yang mereka ketahui

Siswa belajar melalui interaksi sosial dengan orang dewasa di sekitarnya dan teman sebayanya untuk menjadi mandiri.

Belajar melalui bermain

Motivasi belajarnya tumbuh dalam dirinya sendiri

Suatu hari, dalam kesempatan memfasilitasi guru-guru di sebuah pelatihan, saya memunculkan pertanyaan, "Apakah bapak dan ibu yang ada di ruangan ini sebagai guru?" Mereka menjawab serentak bagaikan koor di stadion dengan jawaban "Iyaaaa benar!". Pertanyaan tersebut selalu saya lanjutkan dengan pertanyaan,"Kalau memang guru, apakah bapak dan ibu benar-benar seorang guru?" Ruangan menjadi senyap, lengang, dan tanpa suara. Para guru tidak ada yang berani menjawab dengan kata Iya benar dan malah sekejap kemudian banyak yang tertawa cekikikan sambil menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mendapatkan persetujuan dari teman guru lainnya kalau mereka bukan guru yang sebenarnya.Dari ilustrasi tersebut, terlihatlah bahwa guru takut menyebut dirinya benar-benar seorang guru karena tidak yakin dan tidak percaya diri kalau dirinya adalah seorang guru. Mereka tidak percaya bahwa yang dilakukan sehari-hari di depan kelas merupakan wujud tindakan seorang guru dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Mereka tidak yakin bahwa yang dilakukan adalah sebuah model pembelajaran yang mampu mengantarkan siswa untuk berubah dan berkembang dari belum tahu menjadi tahu, dari belum mampu menjadi mampu, dan dari belum bermoral menjadi sosok yang penuh dengan tindakan moral. Banyak jalan menuju Roma. Aneka jalan ke Roma tersebut tentunya beragam kualitas dan fungsinya. Jika kita ke Roma dengan kapal laut tentu akan lebih lambat dibandingkan dengan pesawat. Jika kita melewati jalan yang penuh lubang dan mendaki tentu akan lebih tidak efektif daripada melewati jalan yang datar, lurus, dan halus. Begitu pula banyak cara untuk mencapai tujuan pembelajaran yang memuaskan siswa sehingga terjadi perubahan belajar dalam dirinya.

Cara untuk mencapai tujuan pembelajaran adalah dengan menggunakan berbagai metode pembelajaran yang seirama dengan kondisi siswa, tujuan, dan kondisi pembelajaran yang akan dilangsungkan. Untuk pembelajaran tertentu, kadang ada metode yang cocok dan ada pula metode yang tidak cocok digunakan.Metode hanyalah alat bukan tujuan. Karena hanya sekadar alat, metode bersifat bebas pakai kapan pun dan di mana pun. Oleh karena itu, tidaklah elok jika guru mendewakan sebuah metode dan meminggirkan metode lainnya dengan alasan sekarang metode yang didewakan tersebut sedang tren dan digunakan oleh khalayak ramai. Lihatlah kasus, sebuah SMAN di Jawa Timur bagian Barat yang mengibarkan dan memproklamasikan sebagai sekolah Quantum Learning, ternyata tiga tahun berikutnya diprotes masyarakat akibat rendahnya pencapaian nilai siswa. Semua kesempatan pembelajaran harus menggunakan Quantum Learning meskipun sebenarnya banyak topik pembelajaran yang tidak cocok dengan Quantum Learning. Kepala sekolah bangga dengan animo masyarakat dan perhatian pemerintah setempat dengan inovasi tersebut. Ternyata, kegembiraan sambutan berbagai kalangan tersebut hanya bertahan tiga tahun, tidak lebih dan tidak kurang. Pada akhirnya, SMAN tersebut kembali ke pola normal dan kepala sekolah dimutasikan ke SMAN lainnya dengan model pembelajaran yang normal. Quantum Learning bukan metode yang buruk asalkan tepat guna dan Quantum Learning bukan metode yang baik manakala tidak disesuaikan dengan kondisi siswa dan tujuan pembelajaran.Metode apapun sangat baik untuk pembelajaran asalkan dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan baik, misalnya metode dikte, kooperatif, kontekstual, kolaboratif, partisipatori, komunikatif, akselerasi, maupun metode lainnya . Begitu pula, semua metode akan menjadi buruk dan tidak berguna apabila tidak dapat mencapai tujuan pembelajaran bagi siswa yang belajar meskipun metode tersebut berkategori baru ditemukan oleh pakarnya. Guru merupakan pengguna metode dan bukan pengikut sebuah metode. Untuk itu, seorang guru yang hebat pastilah dapat menggunakan beragam metode sesuai dengan kondisi siswa, tujuan, sarana, dan situasi belajar tanpa harus menjelek-jelekkan metode tertentu dan mendewakan metode lainnya. Dengan begitu, guru akan memperoleh kenikmatan dalam mengajar karena digemari siswa, tujuan tercapai, dan hati guru sangat puas akibat inovasi yang dilakukannya.Setakat ini, telah terjadi perubahan paradigma tentang kecerdasan, pembelajaran, dan cara menangani anak-anak seirama dengan perkembangan aspek lain, seperti perkembangan informasi, transportasi, kesehatan, dan lainnya. Perubahan dalam bidang pendidikan dapat dilihat dari (1) pergeseran paradigma dari teaching ke learning atau dari pengajaran ke pembelajaran, (2) perubahan dari pemahaman monokecerdasan ke multikecerdasan anak, (3) pergantian pusat pembelajaran dari berpusat pada guru ke berpusat pada siswa, (4) pergantian pola mengajar deduktif ke induktif, dan (5) perubahan dari verbal ke tindakan. Berkaitan dengan perubahan itu sendiri, guru merupakan sosok yang sebenarnya sangat terbuka terhadap segala perubahan. Tengoklah, banyak guru yang dengan mudah menggunakan alat-alat telekomunikasi, dengan gampang memakai alat transportasi, dan dengan gembiranya menerima alat rumah tangga yang semakin mudah digunakan dan cepat tersedia. Hal itu berarti, guru juga sangat lekat dengan perubahan. Namun, mengapa perubahan di bidang pembelajaran sangat sulit diikuti oleh para guru?Ada beberapa aspek yang sangat menyebabkan para guru dirasakan sulit menerima perubahan pendidikan meskipun berkali-kali mengikuti berbagai pelatihan pembelajaran. Pertama, banyak guru takut salah dan tidak percaya diri dalam menerapkan pembelajaran berinovasi. Kedua, guru takut dicela oleh temannya dan takut dianggap sok maju. Ketiga, guru takut waktu yang tersedia dalam pembelajaran tidak cukup untuk digunakan dalam berinovasi. Keempat, guru takut dikecam kepala sekolah dan guru lainnya karena kelas inovasi dipandang sebagai biang kericuhan. Kelima, guru takut keluar dari zona aman karena telah merasa nyaman dengan pembelajaran tradisional yang mengental dan terukir kuat di memorinya. Keenam, guru takut rebyek atau sibuk dengan tugas tambahan akibat inovasi pembelajaran.Ketakutan tersebutlah yang menyebabkan guru merasa asyik, nyaman, dan tidak punya beban dengan menggunakan cara mengajar tradisional, yakni menerangkan-beri contoh-pemberian tugas kepada siswa tanpa variasi metode lainnya. Sudah saatnya ketakutan yang tidak berdasar itu dibunuh dengan keyakinan dan percaya diri guru yang bersangkutan. Berikut ini cara membunuh ketakutan berinovasi sehingga guru dapat menerapkan pembelajaran dengan suka cita, bahagia, dan sangat digemari oleh siswa-siswanya, serta tujuan pembelajaran tercapai.Pertama, yakinlah bahwa setiap guru tanpa terkecuali dapat berinovasi dalam pembelajarannya. Keyakinan tersebut didukung dan dibuktikan oleh perubahan yang terjadi dalam diri guru, yakni perubahan dahulu anak-anak, mahasiswa, dan sekarang menjadi guru tanpa terasa dan tidak disangka-sangka sebelumnya. Artinya guru ternyata dalam lingkaran perubahan. Dunia berkembang karena inovasi manusia dan guru adalah manusia. Dengan begitu, semua guru pastilah dapat berinovasi. Keyakinan tersebutlah yang harus dipegang kuat-kuat saat hendak berinovasi di kelas.Kedua, sungai besar pasti dari sungai kecil. Untuk menjadi besar mulailah dari yang kecil-kecil. Mulailah berinovasi dari aspek yang kecil-kecil seperti mengubah tempat duduk, memvariasikan gaya berbicara di depan siswa, mengubah bentuk tulisan di papan, cobalah siswa disuruh memanggil guru dengan nama yang berbeda, dan cara-cara lain yang kecil-kecil. Dari yang kecil-kecil itu, niscaya inovasi pembelajaran juga akan turut serta dijalankan dengan hasil yang besar.Ketiga, buatlah catatan perubahan dalam buku harian tentang cara dan gaya mengajar setiap hari. Kemudian, lihatlah apakah ada perubahan cara dan gaya? Jika ada perubahan berarti, inovasi pembelajaran telah dilakukan. Keempat, mulailah mengerti bahwa inovasi berbeda dengan kreatif. Inovasi merupakan perubahan yang berangkat dari yang sudah ada yang bergerak secara maju dan berkelanjutan. Kreatif merupakan perubahan yang terjadi dari belum ada menjadi ada. Jadi, inovasi merupakan sesuatu yang wajar, alamiah, dan seharusnya terjadi dalam diri setiap manusia.Kelima, mintalah guru lain, siswa, atau kepala sekolah untuk memberikan teguran manakala pembelajaran yang dilangsungkan sama dengan hari kemarin.Lupakan sejenak deretan nama-nama metode dan nama-nama pakar yang tampaknya semua berbau asing. Mulailah berbuat beda dari gaya dan cara mengajar sebelumnya dengan keinginan sendiri asal sesuai dengan tujuan pembelajaran. Lagu, teka-teki, TTS, sulap, kartu, boneka, gambar, benda hidup, batu, lidi, bola, gerak tubuh, dan sebagainya dapat dibawa ke dalam kelas sebagai media pembelajaran. Pindahkan fakta, konsep, prosedur, dan prinsip ke dalam media tersebut. Bergembiralah bersama siswa dalam memainkan media dalam nuansa pembelajaran. Setiap ada acara pemilihan guru favorit di sekolah atau di koran-koran pastilah yang terfavorit adalah guru yang menyenangkan, menantang pikiran, gembira, sabar, baik hati, dan tidak membuat mengantuk siswa saat belajar. Hal itu berarti guru yang inovatif hendaknya juga digemari oleh siswa karena sifat-sifat terpuji yang melekat dalam dirinya. Guru merupakan pekerjaan yang bersentuhan langsung dengan anak-anak sehingga tingkat penyesuaian diri guru tersebut kepada diri anak juga harus tinggi. Maksudnya, persepsi guru harus disesuaikan dengan persepsi anak dalam rangkaian pembelajaran di kelas sehingga tidak akan pernah terjadi ketidakcocokan guru dengan hasrat siswa. Dengan begitu, tidak ada alasan bagi guru untuk takut berubah dan takut berinovasi.Ketakutan tidak akan pernah terjadi dalam diri guru jika semua pihak memberikan penghargaan yang kuat terhadap kinerja guru yang ada selama ini. Penghargaan tersebut tidak hanya diartikan dengan besaran tunjangan tetapi berupa dukungan moral, penganugerahan guru inovatif, dan pemberian kebanggaan sebagai guru. Jawa Pos, dengan program Untukmu Guru, yang digulirkan selama sebulan sejak Januari 2008 untuk guru-guru se-Jawa Timur merupakan aksi nyata yang perlu ditindaklanjuti secara rutin. Pihak lain juga sangat baik jika melakukan aksi bakti guru dengan program-program lainnya yang bermuara pada pendongkrakan kualitas pendidikan yang pada akhirnya melejitkan mutu generasi bangsa. Program semiloka dalam Untukmu Guru Jawa Pos, yang salah satunya adalah mata kaji metode pembelajaran inovatif juga merupakan sarana yang tepat bagi guru untuk membiasakan berinovasi. Bagaimana komentar Anda?

top related