proses defekasi
Post on 18-Feb-2015
559 Views
Preview:
TRANSCRIPT
I. Pengertian
Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga disebut bowel movement.
Frekwensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi dari beberapa kali perhari sampai 2 atau 3
kali perminggu. Banyaknya feses juga bervariasi setiap orang. Ketika gelombang peristaltik
mendorong feses kedalam kolon sigmoid dan rektum, saraf sensoris dalam rektum dirangsang dan
individu menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk defekasi.
Defekasi biasanya dimulai oleh dua refleks defekasi yaitu :
1. Refleks defekasi instrinsik
Ketika feses masuk kedalam rektum, pengembangan dinding rektum memberi suatu
signal yang menyebar melalui pleksus mesentrikus untuk memulai gelombang peristaltik
pada kolon desenden, kolon sigmoid, dan didalam rektum. Gelombang ini menekan feses
kearah anus. Begitu gelombang peristaltik mendekati anus, spingter anal interna tidak
menutup dan bila spingter eksternal tenang maka feses keluar.
2. Refleks defekasi parasimpatis
Adanya faeses dalam rektum yangmerangsang syaraf rektum, ke spinal cord dan
merangsang kolon desenden, kemudianke sigmoid, lalu ke rektum dengan
gerakanperistaltik dan akhirnya terjadi relaksasisfingter interna, maka terjadilah proses
defekasi saat sfingter interna berelaksasi.
Pengeluaran feses dibantu oleh kontraksi otot-otot perut dan diaphragma yang akan
meningkatkan tekanan abdominal dan oleh kontraksi muskulus levator ani pada dasar panggul
yang menggerakkan feses melalui saluran anus. Defekasi normal dipermudah dengan refleksi paha
yang meningkatkan tekanan di dalam perut dan posisi duduk yang meningkatkan tekanan
kebawah kearah rektum. Jika refleks defekasi diabaikan atau jika defekasi dihambat secara sengaja
dengan mengkontraksikan muskulus spingter eksternal, maka rasa terdesak untuk defekasi secara
berulang dapat menghasilkan rektum meluas untuk menampung kumpulan feses.
II. Anatomi fisiologi sistem Eliminasi fekal
a. Lambung
Dalam lambung, makanan disimpan sementara dan dipecahkan secara mekanik
dankimiawi untuk pencernaan dan absorpsi. Lambung mensekresi HCl, mukus, enzim
pepsi, danfaktor intrinsik. Konsentrasi HCl mempengaruhi keasaman lambung dan
keseimbangan asamdalam tubuh. Setiap molekul HCl yang disekresi di lambung, sebuah
molekul bikarbonatmemasuki plasma darah. HCl membantu pencampuran dan
pemecahan makanan di lambung,mukus melindungi mukosa lambung dari keasaman
dan aktivitas enzim. Pepsin mencernaprotein, walaupun tidak banyak pencernaan yang
terjadi di lambung. Faktor intrinsik merupakan komponen penting yagn dibutuhkan
untuk penyerapan vitamin B12 di usus danpembentukan sel darah merah. Kekurangan
faktor intrinsik menyebabkan anemia.Sebelum makanan meninggalkan lambung ia
diubah menjadi bahan yang semifluid yangdisebut chime hyme lebih mudah dicerna dan
diabsorpsi dari pada makanan yang padat. Klienyang sebagian lambungnya hilang atau
menderita gastritis mempunyai masalah pencernaanyang serius karena makanan tidak
diubah menjadi chyme. Makanan memasuki usus halussebelum dipecah menjadi
makanan yang benar-benar semifluid.
b. Usus Halus
Selama proses pencernaan chyme meninggalkan lambung dan memasuki usus halus.
Usushalus merupakan suatu saluran yang diameternya 2,5 cm dan panjangnya 6 m. Usus
halus terdiridari 3 bagian yaitu duodenum, jejenum, ileum. Chyme tercampur dengan
enzim pencernaan(seperti empedu dan amilase) ketika berjalan melewati usus halus.
Segmentasi (berganti-gantinya kontraksi dan relaksasi dari otot polos) mengaduk chyme
untuk selanjutnya memecahmakanan untuk dicerna ketika chyme diaduk, gerakan
peristaltik berhenti sementara agarabsorpsi terjadi. Chyme berjalan dengan lambat di
saluran cerna untuk diabsorpsi. Banyak makanan dan elektrolit yang diabsorpsi di usus
halus. Enzim dari pankreas (amilase) danempedu dari kandung empedu. Usus memecah
lemak, protein dan karbohidrat menjadi elemen-elemen dasar. Hampir seluruh makanan
diabsorpsi oleh duodenum dan jejenum. Ileummengabsorpsi beberapa vitamin, zat besi
dan garam empedu. Jika fungsinya terganggu, prosespencernaan berubah secara
drastis. Contohnya inflamasi, bedah caesar, atau obstruksi dapatmengganggu peristaltik,
mengurangi ares absorpsi, atau memblok jalan chyme.
c. Usus Besar
Bagian bawah dari saluran gastrointestinal adalah usus besar (kolon) karena
diameternyalebih besar dari usus halus. Meski panjangnya lebih pendek yaitu antara
1,5-1,8 m. Usus besarterbagi atas caecum, kolon, dan rektum. Ini adalah organ penting
dari eliminasi b.a.b.
1) CAECUMC
hyme yang diabsorpsi memasuki usus besar pada caecum melalui katup
ileocecal, dimanalapisan otot sirkular mencegah regurgitasi (makanan kembali
ke usus halus).
2) KOLONC
hyme yang halus ketika memasuki kolon volume airnya berkurang. Kolon terdiri
dari ascending, transverse, descending, & sigmoid. Kolon mempunyai 4 fungsi
yaitu absorpsi,proteksi, sekresi, dan eliminasi. Sejumlah besar air dan sejumlah
natrium dan clorida diabsorpsisetiap hati. Ketika makanan berjalan melalui
kolon, terjadi kontraksi Haustral. Ini sama dengankontraksi segmental dari usus
halus, tetapi lebih lama hingga mencapai 5 menit. Kontraksimenghasilkan pundi-
pundi besar di dinding kolon yagn merupakan area untuk absorpsi.Air dapat
diabsorpsi oleh kolon dalam 24 jam, rata-rata 55mEq dari natrium dan
23mEqdari klorida diabsorpsi setiap hari. sejumlah air yagn diabsorpsi dari
chyme tergantung darikecepatan pergerakan kolon. Chyme biasanya lembut,
berbentuk massa. Jika kecepatankontraksi peristaltik cepat (abnormal) berarti
ada kekurangan waktu untuk mengabsorpsi air danfeses menjadi encer. Jika
kontraksi peristaltik lambat, banyak air yang diabsorpsi dan terbentuk feses
yang keras sehingga menyebabkan konstipasi. Kolon memproteksi dirinya
sendiri dengan mengeluarkan sejumlah mucous. Mucousbiasanya bersih sampai
buram dengan konsistensi berserabut. Mucous melumasi kolon,mencegah
trauma pada dinding dalam. Pelumas adalah sesuatu yagn penting di dekat
distal darikolon dimana bagiannya menjadi kering dan keras.Fungsi sekresi dari
kolon membantu dalam keseimbanan elektrolit. Bikarbonat disekresiuntuk
pertukaran clorida. Sekitar 4-9 mEq natrium dikeluarkan setiap hari oleh usus
besar.Berubahnya fungsi kolon dapat menyebabkan ketidakseimbangan
elektrolit.Akhirnya kolon memindahkan sisa produk dan gas (flatus). Flatus
dihasilkan daritertelannya udara, difusi gas dari pembuluh darah ke usus dan
kerja bakteri pada karbohidratyang tidak bisa diserap. Fermentasi dari
karbohidrat (seperti kol dan bawang) menghasilkan gaspada usus yang dapat
merangsang peristaltik. Orang dewasa biasanya membentuk 400-700 ml flatus
setiap hari.
III. Proses Defekasi
Defekasi adalah proses pembuangan atau pengeluaran isi metabolisme berupa feses dan flatus
berasal dari saluran pencernaan melalui anus. Di dalam proses defekasi terjadi dua macam
reflek yaitu :
a. Refleksi Defekasi
Reflek ini berawal dari fese yang masuk ke rectum sehingga terjadi distensi rectum yang
kemudian menyebabkan rangsangan pada fleksus mesentrikus dan terjadilah pergerakan
peristaltic. Setelah fese tiba di anus, secara sistematis spinker interna relaksasi maka terjadilah
defekasi. Fisiologinya :
Feses masuk rectum
Distensi / keterangan rectum
Rangsangan plektus mesentrikus
Terjadi peristaltic di colon askenden, sigmoid, rectum
Feses terdorong ke anus
Sfinger interna tidak menutup, sfinger eksterna relaksasi
b. Reflek defekasi parasimpatis
Feses yang masuk ke rectum akan merangsang syaraf yang kemudian diteruskan ke spinal cord
kemudian dikembalikan ke kolon desenden, sigmoid dan rectum yang menyebabkan intensitas
peristaltic, relaksasi spinter internal, maka terjadilah defekasi.
Fisiologisnya :
Feses masuk rectum
Rangsangan saraf rectum
Dibawa ke spinal cord
Kembali ke kolon descenden, sigmoid dan rectum
Intensifkan peristaltic relaksasi sfinger internal, intensifkan reflek intrinsic
Rangasang defekasi
Kontraksi otot abdomen dan diafragma
Tekanan intra abdomen naik
Otot levantur anus kontraksi
Menggerakkan feses untuk melalui konal anal
Defekasi
Dorongan feses juga dipengaruhi oleh kontraksi otot abdomen , tekanan diafragma dan
kontraksi otot elevator. Defekasi dipermudah oleh fleksi oto femurdan posisi jongkok. Gas yang
dihasilkan dalam proses pencernaan normalnya 7-10 liter/24 jam. Jenis gas yang terbanyak
adalah CO2, NH4, H2S, O2 dan N2. fese terdiri dari 75 % air dan 25% materi padat. Feses normal
berwarna coklat karena pengaruh sterkobilin, mobilin dan aktifitas bakteri. Bau khas karena
pengaruh dari mikroosganisme. Konsistensi lembek namun berbentuk.
Defekasi normal dipermudah dengan refleksi paha yang meningkatkan tekanan di dalam
perut dan posisi duduk yang meningkatkan tekanan ke bawah ke arah rectum. Jika reflek
defekasi diabaikan atau jika defekasi dihambat secara sengaja dengan cara mengkontrasiakan
muskulus spingter eksternal, maka rasa terdesak untuk defekasi secar berulang dapat
menghasilkan rectum meluas untuk menampung kumpulan feses.
Susunan feses terdiri dari:
1. Bakteri yang umumnya sudah mati
2. Lepasan epithelium dari usus
3. Sejumlah kecil zat nitrogen terutama musin (mucus)
4. Garam terutama kalsium fosfat
5. Sedikit zat besi
6. Siasa zat makanan yabf tidak dicerna dan air (100 ml)
IV. Faktor-faktor yang mempengaruhi
a. Usia
Pada usia bayi control defekasi belum berkembang, sedangkan pada usia manula control
defekasi menurun.
b. Diet
Bergantung pada kualitas, frekuensi, dan jumlah makanan yang dikonsumsi. Contohnya,
makanan beserat akan mempercepat produksi feses, banyaknya makanan yang masuk kedalam
tubuh juga mempengaruhi proses defekasi.
c. Intake cairan
Intake cairan yang berkurang akan menyebabkan feses menjadi lebih keras, disebabkan karena
aabsorpsi cairan yang meningkat.
d. Aktivitas
Tonus otot abdomen, pelvis, dan diafragma akan sangat mebantu proses defekasi. Gerakan
peristaltic akan memudahkan bahan feses bergerak sepanjang kolon.
e. Fisiologis
Keadaan cemas, takut, marah akan meningkatkan peristaltic, sehingga menyebabkan diare.
f. Pengobatan
Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan diare dan konstipasi. Laktasi dan katarik dapat
melunakkan feses dan meningkatkan peristaltic. Tetapi bila digunakan dalam waktu lama kedua
obat tersebut dapat menurunkan tonus otot sehingga usus menjadi kurang responsive
tyerhadap stimulus insaktif. Obat-obatan yang dapat mengganggu pola defekasi antara lain :
narkotik, opiate, dan antikolinergik.
g. Gaya hidup
Kebiasaan untuk melatih pola buang air besar sejak kecil secara teratur, fasilitas buang air
besar, dan kebiasaan menahan buang air besar
h. Prosedur Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic tertentu, khususnya yang ditujukan untuk melihat struktur saluran
pencernaan, mengharuskan dilakukan pengosongan lambung (misalnya enema atau katartik).
Tindakan ini dapat mengganggu pola eliminasi sampai klien dapat makan dengan normal. Selain
itu, prosedur pemeriksaan dengan barium dapat menambah masalah. Sisa barium yang
tertinggal dalam saluran pencernaan akan mengeras dan menyebabkan implikasi usus.
i. Penyakit
Beberapa penyakit pencernaan dapat menimbulkan diare dan konstipasi
j. Anestesi dan Pembedahan
Anestesi umum dapat menghalangi impuls parasimpatis sehingga kadang-kadang dapat
menyebabkan ileus usus. Kondisi ini berlangsung 24-28 jam yang disebut dengan ileus paralitik.
k. Nyeri
Pengalaman nyeri waktu buang air besar seperti hemoroid, fraktur espubis, episiotomy akan
mengurangi keinginan BAB
l. Kerusakan sensorik dan motorik
Kerusakan spinal cord dan injury kepala akan menimbulkan penurunan stimulasi sensorik untuk
defekasi
m. Posisi saat defekasi
Posisi jongkok merupakan posisi paling sesuai untuk defekasi. Posisi ini memungkinkan individu
mengerahkan tekanan intraabdomen dan mengerutkan otot pahanya sehingga memudahkan
proses defekasi (Tarwoto, 2004).
5. Karakteristik Gangguan Eliminasi Bowel
Mayor (harus terdapat) (carpenito, 1997)
a. Feses keras, berbentuk
b. Kebiasaan menggunakan laksatif/enema
c. Buang air besar kurang dari 3 kali seminggu
d. Feses cair tau lunak
e. Frekuensi meningkat (lebih dari 3 kali sehari)
Minor (mungkin terdapat)
a. Rasa tidak enak pada abdomen
b. Rasa penuh pada rectum
c. Sakit kepala
d. Anoreksia
e. Dorongan
f. Kram abdomen
g. Bising usus menurun atau meningkat
6. Masalah Umum pada Eliminasi Bowel
Untuk eliminasi bowel terdapat beberapa masalah, seperti yang disebutkan dalam buku
Tarwanto, 2004 antara lain:
a. Konstipasi
Gangguan eliminasi yang diakibatkan adanya feses yang kering dank eras melalui usus besar.
Biasanya disebabkan pola defekasi yang tidak teratur, penggunaan laksatif yang lama, stress
psikologis , obat-obatan, kurang aktivitas, usia.
b. Fecal imfaction
Masa feses keras di lipatan revtum yang diakibatkan oleh retensi dan akumulasi material feses
yang berkepanjangan. Biasanya disebabkan oleh konstipasi, intake cairan kurang, kurang
aktivitas, diet rendah serat, dan kelemahan tonus otot
c. Diare
Keluarnya feses caitan dan meningkatnya frekuensi buang air besar akibat cepatnya chime
melewati usus besar, sehingga usus besar tidak mempunyai waktu cukup untuk menyerap air.
Diare disebabkan karena stress fisik, obat-obatan, alergi, penyakit kolon, dan iritasi intestinal.
d. Inkontinensia usus
Hilangnya kemampua otot untuk mengontrol pengeluaran fesef dan gas melalui spinter anus
akibat kerusakan fungsi spingter atau persarafan di daerah anus. Penyebabnya karena
penyakit neuromuskuler, trauma spinal cord, tumor spingter anus eksterna.
e. Kembung
Flatus berlebihan di daerah intestinal sehingga menyebabkan distensi intestinal, dapat
disebabkan karena konstipasi, penggunaan obat-obatan (barbiturate, penurunan ansietas,
penurunan aktivitas intestinal), mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung gas dapat
berefek anestesi
f. Hemoroid
Pelebaran vena di daerah anus sebagai akibat pengikat tekanan didaerah tersebut.
Penyebabnya adalah kostipasi kronis, peregangan maksimal saat defekasi, kehamilan dan
obesitas.
B. Konsep Keperawatan
Konsep asuhan keperawatan pada laporean ini mengacu pada teori Tarwoto-Wartonah 2004
1. Pengkajian
a. Riwayat keperawatan
1) Pola defekasi : frekuensi, pernah berubah
2) Perilaku defekasi : penggunaan laksatif, cara mempertahankan pola
3) Deskripsi feses : JWBK (jumlah, warna, bau, konsistensi)
4) Diet : makanan yang mempengaruhi defekasi, makanan yang biasa dimakan, makanan
yang dihindari, dan pola makan yang teratur atau tidak
5) Cairaan : jumlah dan jenis minumkan/hari
6) Aktivitas : kegiatan sehari-hari
7) Kegiatan spesifik
8) Penggunaan medikasi : obat-obat yang mempengaruhi defekasi
9) Stress : stress berkepanangan atau pendek, koping untuk menghadapi atau bagaimana
menerima
b. Pemerikasaan fisik
1) Abdomen : distensi, simetri, gerakan peristaltic, adanya masa pada perut, tenderness
2) Rektum dan anus : tanda-tanda inflamasi, perubahan warna, lesi, fistula, hemoroid,
adanya masa, tenderness
c. Keadaan feses
Konsistensi, bentuk, warna, jumlah, unsur abnormal dalam feses : lendir, darah
d. Pemeriksaan diagnosis
1) Anuskopi
2) Proktosigmoidoskopi
3) Rontgen dengan kontras
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan eliminasi bowel : konstipasi (aktual/ resiko)
Definisi : kondisi dimana individu mengalami perubahan pola yang normal berdefekasi
dengan karakteristik menurunnya frekuensi BAB dan feses yang keras
Kemungkinan berhubungan dengan :
1) Imobilitas
2) Menurunnya aktivitas fisik
3) Ileus
4) Stress
5) Kurang privasi
6) Menurunnya mobilitas intestinal
7) Perubahan atau pembatasan diet
Kemungkinan ditandai oleh :
1) Menurunnya bising usus
2) Mual
3) Nyeri abdomen
4) Adanya masa pada abdomen kiri bawah
5) Perubahan konsistensi feses, frekuensi BAB
Kondisi klinik yang mungkin terjadi :
1) Anemia
2) Hipotiroidism
3) Dialisa ginjal
4) Pembedahan abdomen
5) Paralisis
6) Cedera spinal cord
7) Imobilisasi lama
Tujuan yang diharapkan :
a. Pasien kembali ke pola normal dari fungsi bowel
b. Terjadi perbuahan pola hidup untuk menurunkan faktor konstipasi
Intervensi Rasional
1. Catat dan kaji JWBK dan waktu BAB
2. Kaji dan catat pergerakan usus
3. Jika terjadi feces impaction
a. Lakukan pengeluaran manual
b. Lakukan gliserin klisme
4. Konsultasi dengan dokter tentang :
a. Pemberian laksatif
1. Pengkaijan dasar untuk mengetahui
adanya masalah bowel
2. Deteksi dini penyebab konstipasi
3. Membantu mengeluarkan feses
4. Mengingkatkan eliminasi
5. Membantu feses lebih lunak
6. Menurunkan konstipasi
b. Enema
c. Pengobatan
5. Berikan cairan adekuat
6. Berikan makanan tinggi serat dan
hindari makanan yang banyak
mengandung gas dengan konsultasi
bagian gizi
7. Bantu klien dalam melakukan aktivitas
pasif dan aktif
8. Berikan pendidikan kesehatan
tentang:
a. Personal hygiene
b. Kebiasaan diet
c. Cairan dan makanan yang
mengandung gas
d. Aktivitas
e. Kebiasaan BAB
7. Meningkatkan pergerakan usus
8. Menguatkan otot dasar pelvis,
mengurangi inkontinensia
Sementara itu dari Carpenitto (1997)
Kriteria hasil:
Individu akan
1. Mengungkapkan nyeri berkurang saat defekasi
2. Menggambarkan faktor penyebab jika diketahui
3. Menggambarkan rasional dan prosedur tindakan
Intervensi
1. Kaji faktor penyebab :
a. Jika disebabkan oleh diet, cairan, latihan, efek samping obat, perubahan lingkungan,
stress, rujuk ke konstipasi kolonik
b. Jika disebabkan oleh kebiasaan menggunakan laksatif atau enema dan salah penafsiran
tentang eliminasi usus normal, rujuk ke konstipasi yang dirasakan.
c. Jika penyebabnya tidak diketahui, tangani seperti konstipasi kolonik dan teruskan untuk
mengkaji penyebabnya
d. Jika disebabkan oleh nyeri saat defekasi, gunakan tindakan untuk konstipasi yang
berhubungan dengan nyeri defekasi
2. Kurangi nyeri rectal, jika mungkin dengan menginstruksikan pasien untuk melakukan tindakan
korektif :
a. Dengan lembut berikan pelumas pada anus untuk mengurangi rasa nyeri saat defekasi
b. Kompres dingin untuk mengurangi rasa nyeri
c. Lakukan rendam duduk atau merendam dalam bak atau air hangat (43-46 Celcius)
selama interval 15 menit untuk menyejukkan
d. Konsultasi dengan dokter tentang penggunaan anestesi local dan agen antiseptic
3. Lindungi kulit dari konstipasi :
a. Evaluasi area kulit sekitar
b. Bersihkan dengan benar dengan agen noniritasi
c. Anjurkan rendam duduk setelah defekasi
d. Dengan lembut beri emolin atau pelumas pelindung
4. Berikan penyuluhan kesehatan jika perlu
a. Ajarkan metode untuk mencegah tekanan rectal yang menyebabkan hemoroid
b. Hindari duduk terlalu lama dam menekan defekasi
c. Pelunak feses
b. Gangguan eliminasi : Diare
Definisi : keadaan dimana terjadi perubahan kebiasaan BAB dengan karakteristik feses
berbentuk cairan atau setangah cair, dengnan demikian kandungan air pada feses lebih
banyak dari keadaan normal yaitu 100-200 ml sekali defekasi
Kemungkinan berhubungan dengan :
1) Inflamasi, iritasi, dan mal absorbs
2) Pola makan salah
3) PErubahan proses pencernaan
4) Efek samping pengobatan
Kemungkinan data yang ditemukan :
1) Feses berbentuk cair
2) Meningkatnya frekuensi BAB
3) Meningkatnya peristaltic usus
4) Menurunnya nafsu makan
Konsisi klinik yang mungkin muncul :
1) Peradangan bowel
2) Pembedahan saluran pencernaan bawah
3) Gastritis
Tujuan yang diharapkan :
1) Pasien kembali BAB normal
2) Feses berbentuk dan lebih keras
Intervensi Rasional
1. Monitor/ kaji kosistensi, warna, bau,
pergerakan usus, cek berat badab tiap hari
2. Monitor dan cek elektrolit, intake dan output
cairan
3. Kolaborasi dengan dokter pemberian cairan
IV, oral, dan makanan lunak
4. Berikan antidiare, tingkatkan intake cairan
5. Cek kulit bagian epidermal dan jaga dari
gangguan integritas kulit
6. Kolaborasikan dengan ahli diet tentang
rendah serat dan lunak
7. Hindari stress dan lakukan istrirahat cukup
8. Berikan pendidikan kesehatan tentang :
a. Cairan
b. Diet
c. Obat
d. Perubahan gaya hidup
1. Dasar memonitor kondisi
2. Mengkaji status pasien
3. Mengurangi kerja usus
4. Mempertahankan status hidrasi
5. Frekuensi BAB yang meningkat
menyebab iritasi kulit sekitar anus
6. Menurunkan stimulus bowel
7. Stress meningkatkan stimulus
bowel
8. Meningkatkan pengetahuan dan
mencegah diare
top related