proposal penelitian 2
Post on 03-Jan-2016
41 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Teori tentang otak manusia yang terbagi atas tiga bagian yaitu (1) Otak
reptilian yang berfungsi untuk menghidupkan organ fisik dan menumbuhkan
perkembangan jasmani. Otak itu berfungsi untuk mengatur pencernaan,
mereproduksi sel-sel tubuh, mensirkulasikan peredaran darah, menyelaraskan
sistem pernapasan serta merespon stress. (2) Otak mammalian atau sistem limbik
berfungsi untuk menghubungkan diri pada unsur emosi dan ingatan. (3) Otak neo-
mamalian mengandung lima sampai enam otak manusia yang berfungsi untuk
memproses data-data penginderaan, logika, cara-cara berpikir, membuat
rancangan, memecahkan masalah, melihat ke depan, menyatakan pendapat,
bercakap-cakap, menulis, mengarang, bermain musik, menalar, menganalisis,
berpikir abstrak, menggunakan symbol-simbol, memahami dan mengembangkan
kebudayaan.
Teori lain mengungkapkan bahwa otak manusia itu terbagi dua bagian, yaitu
(1) belahan otak kiri, (2) belahan otak kanan. Penerapan fungsi dua otak itu dalam
belajar disebut strategi. Belahan otak kiri berfungsi menerapkan bentuk-bentuk
belajar logis, yaitu bentuk-bentuk belajar yang langkah-langkahnya mengikuti
urutan-urutan tertentu seperti dalam mempelajari ruang di bidang ilmu
pengetahuan geometri, awalnya dipelajari konsep titik, kemudian berangsur-
angsur dipelajari garis, bidang, dan ruang. Scenario belajarnya berbentuk linier
2
dan sewuential, mengarah ke dalam sebuah pola. Cara belajar seperti itu sangat
efektif dan efisien dalam pola berpikir dan berbuat. Hasil lainnya dari penerapan
kemampuan belahan otak kiri adalah kemampuan mensintesis data menjadi
terpadu berdasarkan hubunghan ruang dan waktu.
Belahan otak kiri dan kanan dapat berfungsi sebagai komplementer, artinya
dapat saling memperkuat secara fleksibel terutama dalam memahami informasi
dari luar. Semua data diolahnya setelah informasi masuk. Implikasi dua teori di
atas menekankan bahwa fungsi kemampuan belahan otak kiri dan kanan itu harus
dipertimbangkan dalam sistem pendidikan dan pengajaran. Dalam
mempertimbangkan dua teori di atas maka sistem pendidikan dan pengajaran itu
akan menjadi serasi dan cocok dengan tingkat perkembangan anak dalam belajar.
Pelajaran akan disampaikan secara logis dan sistematis serta dipelajari sesuai
dengan minat, perhatian dan kebutuhan siswa. Dua fungsi belahan otak kiri dan
kanan yang diterapkan menjadi satu perbuatan belajar akan membantu dalam
mencapai keterampilan memecahkan masalah, mengembangkan keterampilan
berpikir kritis, kreatif dan dapat menanamkan kemampuan menguasai
pengetahuan dalam waktu lama (retensi).
Berdasarkan hasil penelitian (eksperiment) yang dilakukan di beberapa
Negara (Inggris dan Amerika) disimpulkan bahwa pemanfaatan fungsi
kemampuan belahan otak kanan (di samping pemanfaatan kemampuan belahan
otak kiri), dapat memberI kesanggupan kepada siswa dalam mempelajari
pengetahuan. Mereka menunjukkan lebih berhasil dalam pelajarannya di sekolah
jika pelajaran itu disajikan melalui kemampuan belahan otak kiri dan kanan. Hasil
3
belajar dapat dicapai dengan baik terutama bagi siswa yang lamban belajar dan
berprestasi rendah. Harapan di atas memberi dorongan kepada guru dan tenaga
kependidikan lainnya untuk melaksanakan sistem belajar yang bersifat intuitif,
yaitu sistem belajar yang melibatkan berbagai cara logis dan psikologis, serta
keterlibatan maksimal dari semua alat penginderaan dalam menerima informasi
dari luar. Dengan cara-cara seperti itu, penyajian materi pelajaran tidak terbatas
pada penggunaan metode ceramah saja akan tetapi juga metode-metode lainnya
seperti dialog, diskusi, tanya jawab, inkuiri, diskoveri, dan lain-lain. Penyajian
materi pelajaran seperti itu sangat sesuai dengan perbedaan individu, siswa yang
satu akan lebih senang belajar dalam bentuk konkret, sedangkan yang lainnya
dalam bentuk abstrak.
Kebenaran teori kemampuan belahan otak kiri dan kanan ditentang oleh
teori umum yang berpendapat bahwa otak manusia itu adalah sesuatu yang unik
dan tidak ada dua hal yang serupa. Dengan kata lain dua fungsi belahan otak kiri
dan kanan tidak bersifat sama, dan berfungsi saling mengontrol satu sama lain.
Informasi yang datang melalui tangan, kaki dan telinga kanan akan diproses oleh
belahan otak kiri, dan sebaliknya informasi dating melalui, tangan, kaki dan
telinga kiri akan diproses oleh belahan otak kanan. Dalam beberapa hal,
penginderaan itu dikontrol dalam bentuk perbuatan yang kompleks, artinya apa
yang dilihat secara visual sebagai potongan-potongan informasi akan dikirimkan
kepada dua belahan otak di atas. Porsi visual belahan otak kiri akan dikaji oleh
belahan otak kanan dan demikian pula sebaliknya. Jadi, keduanya saling
mengontrol.
4
Selain penelitian yang pernah dilakukan itu, terdapat pula penelitian lainnya
yang dilakukan oleh beberapa pakar psikologi antara lain oleh Paul Broca (1865).
Mereka berasumsi bahwa otak manusia itu terbagi dua bagian yang sama, yaitu
otak kiri dan kanan. Menurut Paul Borca dalam keterampilan berbicara, lain
halnya dengan belahan otak kanan, walau luka tidak akan mempengaruhinya.
Selain itu Carl Wernicke berpendapat bahwa keterampilan berbahasa itu
adalah fungsi belahan otak kiri dan jika belahan otak itu luka maka akan
mempengaruhi pada keterampilan berbahasa. Kesimpulannya fungsi dua belahan
otak di atas tidak sama,. Namun dapat dikatakan kemampuan belahan otak kiri
lebih tinggi daripada kemampuan belahan otak kanan.
Riset lainnya menyangkut penelitian kemampuan belahan otak kanan dalam
merespons objek yang pernah dan tidak pernah dikenalinya. Mereka berteori
bahwa yang pernah dikenalinya dapat diberi nama dengan sebutan-sebutan
tertentu. Pemberian nama itu adalah hasil pekerjaan belahan otak kiri. Akan tetapi,
bagi objek tertentu yang tak pernah dikenalinya, seperti dalam pola berbuat dan
bertindak (yang tak mudah untuk diberi nama padanya), maka semuanya itu akan
diproses oleh belahan otak kanan. Para peneliti menemukan keunggulan
kemampuan belahan otak kanan dalam menerka figure keseluruhan dengan cara
melihat bagian-bagian yang tampil di hadapannya. Kemampuan belahan otak
kanan memiliki peranan yang paling dominan dalam membedakan warna dan
pola, mampu memahami fungsi ruang dan waktu, memahami pola persepsi,
memahami perbedaan pola penginderaan secara tajam dan halus.
5
Teori belahan otak kiri dan kanan di atas member petunjuk pada kita tentang
pola belajar yang harus dikembangkan di sekolah. Teori itu dapat mengarahkan
dan mengidentifikasi segala faktor yang perlu dipertimbangkan dalam proses
belajar. Selain itu perlu diperhatikan upaya pengujian kembali teknik yang
sekarang dipergunakan di sekolah, terutama teori yang dating dari daratan Eropa.
Dibidang pendidikan dan pengajaran remedial, penemuan itu dapat
mengarahkan kepada persiapan paket materi dan strategi belajar mengajar,
mencakup media dan sistem evaluasinya. Paket strategi itu dapat terdiri atas dua
bagian, yaitu paket strategi belahan otak kiri dan paket strategi belahan otak
kanan. Apabila salah satu paket tidak berjalan maka paket yang lainya akan
berfungsi, bila semuanya disediakan secara lengkap. Strategi itu akan selalu
berlindung pada strategi lainnya, keduanya akan saling melengkapi untuk tujuan
yang lebih baik. Paket strategi di atas dapat memperkaya dan memperluas
pemakaian metode belajar mengajar yang berpusat pada perbedaan individu dan
materi pelajaran, dan dalam prosesnya akan menemukan keseimbangan,
keserasian dan keterpaduan antara dua fungsi belahan otak kiri dan kanan.
Dari beberapa uraian tersebut maka penulis menganggap perlu mengadakan
suatu penilaian untuk mengetahui bagaimana Strategi Kemampuan Belahan Otak
Kanan dalam Pendidikan Remedial di SDN 033 Sungai Kapih Kecamatan
Samarinda Ilir.
B. Fokus Masalah
6
Dari latar belakang masalah di atas dapat dibuat fokus masalah yakni
“Bagaimana guru Agama Islam mampu melaksanakan evaluasi pembelajaran
pada ranah afektif di SDN 033 Sungai Kapih Kecamatan Sambutan Samarinda”
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus masalah maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut; tentang Bagaiana
kemampuan guru Agama Islam dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran
paada ranah afektif di SDN 033 Sungai Kapih Kecamatan Sambutan
Samarinda?
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang diutarakan di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang kemampuan guru Agama Islam
dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran pada ranah afektif di SDN 033 Sungai
Kapih Kecamatan Sambutan Samarinda.
E. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat terungkap sejumlah informasi
yang bermanfaat. Untuk itu, peneliti akan menguaraikan beberapa manfaat dari
hasil penelitian ini:
7
1. Memberikan informasi tentang evaluasi pembelajaran pada ranah afektif
di SDN 033 Sungai Kapih SDN 033 Sungai Kapih Kecamatan
Sambutan Samarinda.
2. Sebagai bahan pertimbangan dalam rangka perbaikan pembelajaran di
sekolah.
BAB II
STUDI KEPUSTAKAAN
A. Teori Pendidikan Remedial
1. Pengertian Remedial
8
2. Sejarah Perkembangan Pendidikan dan Pengajaran Remedial
Pendidikan pada masa lampau diartikan sebagai proses individual
bukan proses kelompok. Pengajaran yang dilakukan guru untuk murid-
muridnya diselenggarakan secara perseorangan. Oleh karena itu, siswa
yang mendapat kesulitan belajar di sekolah dan di rumah tidak terlalu
menonjol sebab semuanya telah dapat dipecahkan oleh gurunya pada saat
berlangsungnya pengajaran di sekolah. Berlainan dengan realita, saat itu
pada satu segi pengajaran di kelas dilakukan secara individual, pada segi
lain kurikulum masih dibuat secara umum, artinya, kurikulum yang
disediakan itu tidak memuat program khusus yang diarahkan untuk
kepentingan pengembangan potensi perseorangan, sedangkan kenyataan
di kelas sebaliknya. Keberadaan kasus pada saat itu hanya dapat
dirasakan oleh adanya perbedaan-perbedaan dan kesenjangan-
kesenjangan tingkah laku yang muncul sewaktu-waktu. Untuk
menjembatani perbedaan-perbedaan dan kesenjangan-kesenjangan itu
diciptakan pelayanan sistematis dan terarah untuk kepentingan
penanggulangan kasus. Pelayanan itu bersifat mendadak dengan
kurikulumnya juga dibuat secara mendadak, diberi nama kurikulum
muatan kecelakaan (accident prone curriculum). Bantuan yang diberikan
berupa pelayanan ambulan untuk kepentingan individu yang mendapat
kecelakaan.
Pada tahun 1930-an, pakar psikologi berpendapat bahwa
kemampuan (ability) itu bisa diukur dan pengelompokkan siswa bisa
9
dilakukan sehingga pengajaran klasikal dapat diselenggarakan.
Kurikulum sebagai sarana untuk mencapai tujuan dibuat sesuai dengan
kebutuhan individu dan kelompok. Konsekuensinya, pada tahun 1940,
program pendidikan dan pengajaran remedial mulai terorganisasi melalui
kebijakan-kebijakan pemerintah dan butir-butir aspirasinya dimasukkan
ke dalam UU Pendidikan. Alat ukur pendidikan dibuat sedemikian rupa
dengan maksud untuk mengembangkan cita-cita di atas. Gerakan
pendidikan dan pengajaran remedial memberi harapan baik terhadap
murid-murid yang mengalami kesulitan belajar. Apabila kesulitan belajar
itu tidak ditangani secara serius, maka kegagalan akan dialami selama-
lamanya.
Gerakan itu pula memberi kejelasan terhadap perbedaan antara anak
lemah piker dan lamban belajar yang membutuhkan latihan tertentu
dalam bidang mata pelajaran dasar. Perbedaan-perbedaan itu
membuahkan keyakinan para pakar pendidikan untuk berpendapat
sebagai berikut.
1. Abilitas manusia dapat diukur melalui alat ukur tertentu yang dibuat
dengan cermat dan memenuhi kriteria validitas, relibilitas, dan
relevansi.
2. Pengelompokkan siswa dapat dilakukan sehingga pengajaran
klasikal dapat diselenggarakan.
10
3. Pelayanan pendidikan dan pengajaran remedial dapat dilakukan
sesuai dengan tipe belajar siswa, kemampuan, umur, mental, dan
bakat individu.
4. Pendidikan dan pengajaran remedial diselenggarakan di sekolah dan
dilakukan secara individual dengan program yang merupakan bagian
tak terpisahkan dari kurikulum sekolah.
Pada tahun 1978 Warnock melaporkan hasil penemuannya tentang
ketiadaan perbedaan antara pendidikan remedial dan pendidikan khusus.
Pada tahun 1981, UndangUndang Pendidikan di Amerika menghendaki
pengkajian yang mendalam terhadap pendidikan khusus dan kebutuhan-
kebutuhan belajar siswa, sehingga jenis dan hakikat bantuan tambahan
yang diberikan itu dapat diidentifikasi secara cermat. Sumber-sumber
belajar yang diperlukannya dapat diperoleh dengan mudah serta sesuai
dengan tujuan yang diharapkan.
Antusiasme yang disampaikan bangsa-bangsa di dunia terhadap
konsepsi pendidikan dan pengajaran remedial mengundang keinginan
untuk mendirikan organisasi dalam bidang pendidikan remedial. Usaha
mereka berfokus pada upaya pengintegrasian siswa yang lemah mental
dan fisik, di samping memberikan perhatian khusus terhadap siswa yang
mengalami kesulitan belajar.
Dapat disimpulkan bahwa (1) gerakan pendidikan dan pengajaran
remedial melejit maju dari konsepsi lama mengenai pelayanan ambulan
ke konsepsi baru mengenai pengintegrasian kembali siswa yang
11
mendapat kesulitan belajar ke dalam kelas biasa (ordinary class), (2)
pergeseran upaya bimbingan kuratif ke preventif, (3) pengitegrasian
kembali siswa lamban belajar ke dalam kelas biasa mengundang
perhatian khusus di bidang organisasi sekolah, sistem pengelolaan kelas,
pengkajian tentnag kebutuhan siswa dan kurikulum yang relevan.
3. Perubahan Konsep Pendidikan dan Pengajaran Remedial
Latar belakang historis di atas berpengaruh terhadap perubahan
konsep pendidikan dan pengajaran remedial. Berkaitan dengan hal itum
terdapat dua aliran pemikiran yang berpengaruh.
1. Pendapat mengenai kemampuan intelektual rendah dalam diri
seseorang merupakan kondisi permanen yang tak dapat diubah.
Usaha remediasi sudah tidak mungkin dilakukan, karena itu usaha
membina siswa untuk bisa kembali menempati kedudukan yang
sejajar dengan teman sebayanya sudah tidak bisa lagi diharapkan.
2. Siswa yang lamban belajar pada umumnya sebagai akibat dari
kegagalan dalam proses belajar. Kesimpulannya terdapat salah satu
fungsi organ jasmani dan rohani yang sedang mengalami kelainan
dan dianggap sebagai sesuatu yang patologis. Menurut pendapat ini
siswa yang sedang mengalami kesulitan belajar dapat di diagnosis
dan kemudian dapat diberikan latihan-latihan khusus secara
temporer. Siswa penderita yang sedang berada di kelas dapat segera
ditarik ke kelas remedial untuk diberikan penyembuhan-
12
penyembuhan (therapy), dan bila telah sembuh dia segera
dikembalikan ke kelas biasa (ordinary class).
Menurut konsep diatas, guru dipandang sebagai therapist dan untuk
itu mereka harus dilengkapi dengan pengetahuan dalam bidang psikologi
dan neurologi. Mereka yang terlibat langsung menangani proses
remediasi harus mempunyai kemampuan membaca dengan cermat
terhadap pelajaran-pelajaran tertentu yang akan disembuhkannya.
Dalam kontek kedua teori di atas, pendidikan dan pengajaran
remedial berfungsi untuk membantu tugas-tugas sekolah di bidang
pengajaran. Kemungkinan besar dalam pelaksanaannya akan
memerlukan waktu yang relating lama untuk kepentingan-kepentingan di
atas. Untuk itu dalam beberapa hal kurikulum yang dibuat harus
diarahkan kepada dua keperluan, pertama untuk kepentingan bersama
(comunal) dan kedua untuk kepentingan kasus, agar beban tanggung
jawabnya lebih jelas dan terarah.
4. Perubahan Kurikulum Pendidikan dan Pengajaran Remedial
Perubahan kurikulum pendidikan dan pengajaran remedial
bersumber dari dua substansi di atas, yaitu (1) latar belakang historis, (2)
perubahan konsep pendidikan dan pengajaran remedial. Berdasarkan
fakta historis, bentuk kurikulum pertama, kurikulum khusus untuk
murid-murid yang berkemampuan intelektual rendah. Kedua, untuk
kurikulum muatan ambulan untuk murid-murid yang gagal mengahadapi
kurikulum sekolah. Menurut kurikulum seperti itu keterampilan
13
membaca dan berhitung merupakan keterampilan dasar untuk bekal
mempelajari pengetahuan lainnya. Siswa yang sedang menghadapi
kesulitan belajar dikelompokkan pada kelompok-kelompok tertentu dan
jenis remediasi yang diberikannya bergantung pada macam materi
pelajaran yang mau disembuhkannya. Setelah materi pelajaran itu
sikuasainya dengan baik maka kematangan (readiness) untuk menguasai
materi pelajaran lainnya menjadi tolok ukur dikembalikannya siswa ke
dalam kelas biasa (ordinary class)
Dewasa ini, konsep yang berpegang teguh pada prinsip pemerataan
kesempatan, maka kurikulum pendidikan remedial dibuat berdasarkan
kelompok-kelompok homogeny menurut abilitas, kelas-kelas khusus, dan
bahkan pengelompokkan murid-murid dari kelas-kelas lainnya. Efek
psikologis dan pedagogisnya dari kurikulum baru seperti itu adalah tiada
batas antara mata pelajaran-mata pelajaran yang satu dengan yang
lainnya (integrated). Kurikulum itu bercirikan pada beban belajar untuk
berbicara ketimbang beban belajar untuk membaca buku teks di sekolah.
Kegiatan berdiskusi dalam kelompok kecil diuatamakan, demikian pula
kegiatan membaca materi pelajaran dari buku teks dilakukan secara
teratur sesuai dengan minat, perhatian dan kemampuan membaca. Media
sumber-sumber belajar dipersiapkan dengan lengkap, bervariasi dan
cocok dengan pilihan mereka.
Selain itu kurikulum umum disediakan, siswa diharapkan dapat
mencapai standar minimal pengetahuan dan pemahamannya pada setiap
14
tahapan pelajaran yang disampaikan. Kurikulum mempunyai program
inti atau program minimum yang wajib dikuasai oleh semua siswa. Di
samping itu, terdapat program wajib yangharus diikutinya dan porsinya
disesuaikan dengan tuntutan kurikulum standar. Untuk memperkaya
pengetahuan dalam bidang lapang kerja, kreasi seni, dan budaya,
disediakan program pilihan (option). Dalam kurikulum umum seperti itu
juga, kemungkinan siswa membutuhkan remediasi pendidikan tertutama
di bidang peningkatan karier di kelas. Karena itu semua guru perlu
dipersiapkan denganbaik agar mampu melaksanakan tugas-tugas
pendidikan remedial.
5. Peranan Guru Pendidikan Remedial
Sebagaimana dikemukakan sebelum ini, bahwa d guru bidang studi
harus dipersiapkan dengan baik agar kemampuan dalam melaksanakan
tugas-tugas pendidikan dan pengajaran remedial. Untuk keperluan itu
diharapkan setidak-tidaknya semua guru bidang studi dapat menjadi guru
pendidikan remedial. Mereka harus mempunyai pandangan yang sama
dengan guru pendidikan remedial lainnya dan memahami dengan baik
tentang perubahan konsep pendidikan remedial serta perubahan-
perubahan tuntutan kurikulum yang cocok dengan hakikat pendidikan
remedial. Peranan yang dipikul guru pendidikan remedial itu adalah.
1) Manusia Pelayan
Dengan terkuasainya pemahaman kesulitan-kesulitan belajar
siswa dan keterampilan mengidentifikasi kesulitan-kesulitan itu,
15
guru pendidikan remedial diharapkan mampu menempatkan
dirinya sebagai pelayan ambulan untuk membantu siswa dalam
memecahkan kesulitan menyesuaikan daripada tuntutan
kurikulum sekolah. Manusia pelayan adalah manusia sabar,
ikhlas, dan bertanggung jawab dengan mengemban tugasnya
sebagai guru pendidikan remedial, dan memiliki keterampilan
dalam melayani setiap kebutuhan siswa yang sedang mengalami
kesulitan belajar. Manusia pelayan selalu bersedia
mengorbankan waktu sebanyak-banyaknya hanya untuk
kepentingan siswa yang dihadapinya, sehingga tugas
pekerjannnya dapat diselesaikan dengan sempurna.
Keberhasilan siswa kembali ke kelas biasa, sangat bergantung
kepada keterampilan gurunya, selain lingkungan keluarga dan
masyarakatnya.
2) Agen Perubahan
Guru pendidikan remedial berperan sebagai pengembang dan
pengubah kurikulum sekolah, ia bertugas pula melakukan tugas
reformasi kelembagaan, selain menghubungkan tugasnya
dengan tugas guru bidang studi lainnya, terutama merumuskan
tujuan yang realistik. Sebagai agen perubahan, guru harus berani
memberikan pendapat, sikap, dan aspirasinya kepada aparat
kelembagaan yang terkait dengan tugas pembimbingan terhadap
siswa yang sedang dihadapinya terutama menyangkut
16
perubahan-perubahan kurikulum dan kelembagaan yang harus
dilakukannya sesuai dengan kebutuhan yang dirasakannya
tertentu di lapangan. Diharapkan juga guru pendidikan remedial
dapat menyuguhkan makalahnya dihadapan guru pendidikan
remedial dapat menyuguhkan makalahnya dihadapan guru
bidang studi dan tenaga kependidikan lainnya di forum seminar
mengenai perlunya dilakukan pembaharuan dalam bidang
kurikulum dan kelembagaan. Cara itu dapat dipandang sebagai
media pendorong untuk melahirkan kebijakan-kebijakan di
bidang reformasi kurikulum dan kelembagaan.
3) Motivator
Guru pendidikan remedial berperan pula sebagai pendorong para
ilmuwan untuk melakukan penelitian-penelitian yang dapat
membantu memudahkan mencari dan menemukan sebab-sebab
kesulitan belajar siswa, pengetahuan memprediksinya, dan
latihan-latihan yang relevan dengan kebutuhan siswa. Makalah
yang disuguhkan dalam forum seminar dapat menjadi bahan
masukan bagi para ilmuwan dalam melakukan penelitian.
4) Pencegah
Guru pendidikan remedial dapat berperan pula sebagai pencegah
terjadinya kesulitan belajar siswa. Pengetahuannya di bidang
psikometri guru harus sanggup menyampaikan pengalaman-
pengalamannya kepada guru dan anggota staf lainnya mengenai
17
langkah-langkah yang harus dilakukannya dalam
menyembuhkan kesulitan siswa dalam menghadapi pelajaran di
sekolah, paling tidak pengetahuan tentang cara-cara mencegah
kemungkinan terjadinya kegagalan.
5) Konsultan
Menurut konsep baru pendidikan bahwa setiap guru di sekolah
berperan sebagai guru pendidikan remedial. Sebagai ahli dalam
bidang pendidikan anak-anak, guru harus siap menyampaikan
nasihat kepada guru lainnya yang membutuhkan pengetahuan
pelayanan bimbingan dan penyuluhan. Para konsultasi guru
pendidikan remedial di sekolah menjadi fokus perhatian guru
bidang studi dan tenaga kependidikan lainnya.
6) Pemberi Resep
Guru pendidikan remedial berperan juga sebagai pemberi resep
untuk meyembuhkan siswa lamban belajar. Dengan
pengalaman-pengalaman guru harus bersedia memberi catatan
penting tentang cara-cara penyembuhan siswa lamban belajar.
Catatan itu menjadi pegangan guru bidang studi lainnya dalam
menghadapi siswa yang sama di sekolah lain.
7) Ekspert
Guru pendidikan remedial berperan pula sebagai seorang
ekspert, artinya ia berfungsi sebagai peneliti, pengumpul,
pengolah dan penyimpul data hasil penelitian. Laporannya
18
dibukukan dalam bentuk tertentu dan disuguhkan pada seminar
untuk ditanggapi dan dipedomani dalam menyelenggarakan
pendidikan dan pengajaran remedial di kemudian hari.
B. Ciri-ciri Siswa Lamban Belajar dan Berprestasi Rendah
1. Ciri-Ciri Umum Siswa Lamban Belajar
Ciri-ciri umum siswa lamban belajar dapat dipahami melalui
pengamatan fisik siswa, perkembangan mental, intelektual, sosial,
ekonomi, kepribadian, dan proses-proses belajar yang dilakukannya di
sekolah dan di rumah. Ciri-ciri itu dianalisis agar diperoleh kejelasan yang
konkret tentang gejala dan sebab-sebab kesulitan belajar siswa di sekolah
dan di rumah. Rincian analisisnya mencakup hal-hal sebagai berikut: fisik,
perkembangan mental, sosial, perkembangan kepribadian, proses-proses
belajar yang dilakukannya.
(1) Fisik
Pengamatan pertama yang dapat kita lakukan untuk menemukan
sebab-sebab kesulitan belajar siswa adalah dengan pengamatan yang
cermat terhadap keadaan fisiknya, meliputi intensitas
pendengarannya, penglihatannya, pembicaraan, vitamin dan gizi
makanan pada waktu kecil. Kerusakan fungsi pendengaran dan
penglihatan akan berpengaruh terhadap keterampilan berbicara dan
kelambanan menguasai pengetahuan dalam pelajaran. Pendengaran
dan penglihatan adalah dua fungsi alat indera yang banyak berperan
19
dalam meraih pengetahuan empiris. Jika dua-duanya rusak maka
pengetahuan empiris itu tidak dapat diterima secara utuh dan tidak
dapat diolah dengan baik. Kadang-kadang terjadi penyimpanan kata
dan makna sehingga apa yang disampaikan dan yang diterimanya
jauh berbeda. Kerusakan mata dan telinga bisa diakibatkan oleh
penyakit yang dideritanya sejak kecil, kekurangan vitamin dan
makanan bergizi. Kelemahan fungsi pendengaran dan penglihatan
dapat pula disebabkan oleh kekurangan latihan yang diberikan oleh
ibu dan keluarganya di rumah pada saat suburnya menerima
keterampilan tertentu dalam mendengar dan melihat (development
task). Untuk memperoleh data awal tentang sebab-sebab siswa
lamban belajar dapat dilakukan dengan kegiatan wawancara guru
dan orang tua, serta usaha pemeriksaan intensif tentang kesehatan
mereka di poliklinik.
Di bawah ini dikemukakan ciri-ciri fisik siswa lamban belajar dalam
urutan terpisah, sebagai berikut.
a. Dari umur ke umur, tingg dan berat badan siswa lamban belajar
kurang berkembang, demikian pula perbandingan dan berat badan
itu tidak seimbang.
b. Siswa lamban belajar mengalami kelainan pada telinga, mata,
mulut dan gizi.
c. Siswa lamban belajar disebabkan kekurangan makanan pada
waktu kecil.
20
d. Siswa lamban belajar pernah menderita penyakit gawat pada
waktu kecil.
e. Siswa lamban belajar pada umumnya kekurangan makanan yang
cocok dengan tuntutan fisiknya pada waktu kecil, akibatnya
mereka kekurangan tidur.
f. Siswa yang tidak mampu belajar pada umunya cenderung
bertingkah laku berlebihan.
(2) Perkembangan Mental
Kemampuan mental adalah kemampuan individu dalam berpikir dan
berbuat. Perkembangan mental dapat dipengaruhi oleh pertumbuhan
fisik, peristiwa-peristiwa tertentu yang terjadi dalam kehidupannya
dan asuhan intensif yang diberikan lingkungannya. Cacat fisik
sebelum atau setelah kelahiran dapat berpengaruh pula terhadap
perkembangan mental seseorang. Kelemahan mental sebagai akibat
cacat fisik, akan mudah dilihat pada penampilannya, terutama dalam
reaksi terhadap lingkungannya. Selain itu, peristiwa gawat yang
menekam dirinya berpengaruh pula terhadap perkembangan mental
seseorang. Akibatnya ia menjadi gugup menghadapi lingkungan, dan
kadang-kadang bertingkah tidak normal dalam pergaulannya. Selain
itu, kelemahan mental disebabkan pula oleh kekeliruan ibu dan
keluarganya di rumah dalam mengasuh. Akibatnya, anak akan
mengalami perpanjangan waktu masa bayinya, sehingga
perkembangan mentalnya menjadi lambat. Siswa lamban belajar
21
kemungkinan disebabkan oleh kelemahan mental yang diderita
selama hidupnya. Guru yang bermaksud mencari dan menemukan
sebab-sebab keuslitan belajar dapat dimulai dari pengamatan
fisiknya, peristiwa-peristiwa gawat yang mempengaruhinya, dan
kelemahan-kelemahan asuhan ibunya pada waktu kecil.
Di bawah ini kemukakan sebab-sebab kelemahan perkembangan
mental siswa lamban belajar dalam urutan terpisah, sebagai berikut.
a. Ia pernah menderita luka sebelum dan setelah kelahiran,
sehingga mempengaruhi perkembangan mental.
b. Ibu pernah menderita pendarahan pada saat siswa lamban
belajar masih dalam kandungan. Pendarahan itu sangat
mengganggu perkembangan mental bayi.
c. Luka di bagian otak karena pengaruh oksigen pada saat
kelahiran. Luka itu dapat mempengaruhi perkembangan mental.
d. Hilangnya kesempatan menerima tugas-tugas perkembangan
tertentu dalam hidupnya.
e. Tertundanya perkembangan motorik dalam berbicara.
(3) Perkembangan intelek
Intelek adalah kekuatan pikiran dalam menyampaikan pemikiran
(reasoning) dan pemahaman pengetahuan yang dikuasainya.
Manusia intelektual adalah manusia yang berkemampuan
menganalisis pengetahuan, menyatakannya kembali dalam bentuk
kata dan kalimat yang baik dan benar yang disampaikan secara
22
sistematis dan logis sehingga dapat diterima oleh lingkungannya.
Perkembangan intelek dapat dipengaruhi oleh kedaan mental.
Sesorang yang memiliki IQ berkisar antara 50 sampai 69 sulit
diharapkan memiliki perkembangan intelek yang baik. Demikian
pula bagi anak yang memiliki IQ antara 70 samapai 89. Anak yang
dilahirkan lebih awal dari waktu seharusnya (prematur), rata-rata
kurang berkembang inteleknya. Siswa lamban belajar pada
umumnya kurang mampu untuk memulai belajar membaca, menulis
dan berhitung pada usia 6 tahun. Jika dipaksakan pada usia 7 sampai
8 tahun, mereka masih membutuhkan bimbingan khusus yang
intensif dari gurunya. Cara penyajiannya harus sesuai dengan
kemampuan anak. Dalam hal-hal tertentu siswa lamban belajar
karena faktor intelegensi pada umumnya disesbabkan oleh faktor
keturunan. Guru yang bermaksud mencari sebab-sebab kesulitan
belajar, dapat melakukan tes inteelgensi, sebagai alat ukur. Tes itu
disediakan oleh lembaga pendidikan tertentu. Jika diketahui
intelegensinya normal, maka kegiatan itu dilanjutkan kepada
wawancara masalah kelahiran, usia dan keadaan orang tuanya.
Di bawah ini dikemukakan ciri-ciri perkembangan intelektual siswa
lamban belajar dalam urutan terpisah sebagai berikut:
a. Siswa lemah mental pada umumnya memiliki IQ antara 50
sampai 69. Mereka adalah siswa yang lamban belajar
23
b. Siswa yang memiliki IQ antara 70 sampai 89 adalah siswa yang
mungkin bisa dididik dengan cara pengajaran yang cocok
dengan kemampuannya. Mereka memperoleh kemajuan-
kemajuan belajar di sekolah sesuai dengan keadaan umur
mentalnya.
c. Siswa yang mengalami kelahiran premature berkecenderungan
tinggi menjadi siswa yang lamban belajar.
d. Siswa lamban belajar berkembang lebih lambat daripada siswa
rata-rata atau cepat dan tidak bisa diharapkan memiliki
kematangan membaca pada usia 6 tahun.
e. Pada umumnya kelemahan intelegensi siswa lamban belajar
disebabkan oleh faktor keturunan.
(4) Sosial
Keadaan sosial ekonomi manusia berpengaruh terhadap kemajuan
belajar siswa dis ekolah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Kirk pada tahun 1962, terdapat lima kali lipat jumlah siswa lamban
belajar yang berasal dari keluarga ekonomi lemah dibandingkan
dengan siswa yang berasal dari keluarga ekonomi tinggi. Penelitian
ini menerminkan betapa besarnya pengaruh status sosial ekonomi
orang tua terhadap kemajuan-kemajuan belajar anak-anaknya di
sekolah. Kesimpulan yang dapat kita petik dari hasil penelitian Kirk
itu bahwa penemuan itu dapat mendorong motivasii masyarakat
dalam membantu program pemerintah mengentaskan kemiskinan.
24
Selain itu, anak yang berasal dari keluarga besar (beranak banyak)
berkecenderungan memiliki intelegensi rendah dibandingkan dengan
anak yang dating dari keluarga kecil. Penelitian itu mencerminkan
pula betapa tingginya pengaruh keluarga besar terhadap kemajuan-
kemajuan belajar anak-anaknya di sekolah. Hasil penelitian itu dapat
mendorong motivasi masyarakat melaksanakan gagasan pemerintah
tentang Keluarga Kecil Bahagia. Hasil penelitian lainnya
mengemukakan bahwa anak yang berasal dari keluarga miskin
cenderung bertingkah brutal dibandingkan dengan anak yang berasal
dari keluarga yang berkecukupan. Berkaitan dengan ini, perubahan
masyarakat dalam bidang sosial, ekonomi, budaya, ilmu
pengetahuan dan teknologi berpengaruh besar terhadap
pertumubuhan kehidupan masyarakat sekelilingnya, terutama
terhadap ekonomi yang tidak seimbang yang membuat penduduk
terjerembab ke dalam jurang perbedaan status kekuatan ekonominya,
menjadi tiga golongan yaitu penduduk golongan ekonomi lemah,
menengah, dan tinggi. Sebagai akibat dari perbedaan-perbedaan itu
muncullah konflik psikologis di kalangan mereka. Aksi
kekesalannya itu kadang-kadang disalurkan melalui pertengkaran,
perkelahian, dan pembunuhan. Siswa lamban belajar, dalam arti luas,
dapat saja diakibatkan faktor-faktor seperti di atas dan jika demikian
kenyatannya maka upaya pendidikan dan pengajaran remedial itu
tidak hanya diartikan sebatas upaya melatih siswa untuk menguasai
25
pengetahuan dan keterampilan dasar tertentu dalam pelajaran. Akan
tetapi, juga upaya menyelenggarakan bimbingan dan penyuluhan
terhadap siswa yang mengalami konflik psikologis. Selain faktor
diatas terdapat pula faktor lain yang dapat menjadi siswa lamban
belajar, antara lain latar belakang pendidikan ibu di rumah. Ibu
adalah tangan pertama yang membentuk masa depan pendidikan
anak-anaknya. Jika latar belakang pendidikan ibu rendah, apalagi
tuna baca dan tuna tulis, maka akan berpengaruh besar terhadap
masa depan pendidikan anak-anaknya. Ibu di rumah tidak akan
mampu membimbing anaknya dalam mengerjakan tugas-tugas
rumah yang diberikan gurunya di sekolah. Akhirnya anak itu tidak
mempunyai tempat bertanya dalam menyelesaikan pelajaran, kecuali
ayah yang selalu sibuk dengan pekerjannya. Hasil belajarnya
menjadi jelek. Keadaan seperti ini akan semakin parah apabila
pendidikan kedua orangtuanya kurang.
(5) Perkembangan Kepribadian
Di atas telah dikemukakan bahwa ciri-ciri siswa lamban belajar dan
berprestasi rendah dapat diamati dari keadaan fisiknya,
perkembangan mental dan intelektualnya, status sosial ekonomi
orang tuanya, perkembangan kepribadiannya, dan proses-proses
belajar yang dilakukannya. Sekarang akan dibahas ciri-ciri siswa
lamban belajar dilihat dari sudut perkembangan kepribadiannya.
26
Berdasarkan hasil penelitian siswa yang mengalami kesulitan belajar
di sekolah disebabkan pula oleh masalah-masalah emosional.
Emosi adalah gocangan pikiran dan perasaan sebagai akibat dari
peris tertentu yang ialaminya. Seperti curahan air mata dan ratap
tangis seorang anak yang ditinggalkan mati oleh orang tuanya,
tertawa terbahak-bahak sambil berangkul-rangkulan karena
mendapat keuntungan yang tidak disangka-sangka, suara bersorak-
sorai saat menyaksikan serunya suatu pertandingan. Wujud emosi
bisa berbentuk gembira dan sedih. Yang berkaitan dengan cir-ciri
siswa lamban belajar, yang penting untuk dibahas adalah wujud
emosi dalam bentuk sedih. Emosi sedih berpengaruh terhadap
intensitas kegiatan seseourang dalam lingkungan, bahkan kadang-
kadang bisa mematikan motivasi berkarya, jika keadaan emosinya
sangat mendalam (frustasi dalam kehidupannya).
Siswa lamban belajar dapat disebabkan oleh keadaan emosi seperti
itu sehingga menjadi gangguan psikologis dalam hidupnya.
Gangguan psikologis itu dapat berpengaruh terhadap perkembangan
kepribadian seseorang, seperti dalam hal kecemasan, ketakutan,
kegirisan, keraguan-keraguan, dan nervous. Konflik psikologis yang
terjadi di kalangan siswa di sekolah, atau antara anak dan orang
tuanya bisa menyebabkan lamban belajar. Gejala-gejala kecemasan,
ketakutan, gangguan jaringan syaraf, agresif, malu-malu, giris, ragu-
ragu adalah sebagaian dari ciri-ciri siswa lamban belajar.
27
Selain itu, kadang-kadang kesulitan belajar itu merupakan gla
emosional, ketidakmampuan individu dalam menyesuaikan diri
dengan lingkungan sekitarnya. Demikian pula bertambahnya
kegagalan siswa belajar di sekolah karena ketidak berhasilan meraih
prestasi belajar yang baik, membuat dirinya tidak mampu
berkonsentrasi menghadapi pelajaran. Akibatnya siswa itu cenderung
memiliki kepribadian gugup dalam pergaulannya.
Dibawah ini dikemukakan ciri-ciri perkembangan kepribadian siswa
lamban belajar dalam urutan terpisah sebagai berikut.
a. Siswa yang mengalami kesulitan belajar pada umunya berkaitan
erat dengan masalah-masalah emosional, agresif, takut, malu-
malu dan nakal.
b. Kadang-kadang siswa mengalami kesulitan belajar itu
menunjukkan ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekitarnya. Hal itu bisa disebabkan oleh kegagalan
belajar di sekolah.
c. Jika kegagalan itu bertambah banyak maka akan mengakibatkan
kelesuan konsentrasi dalam belajar.
d. Telah diteliti oleh tenaga paramedik bahwa siswa lamban belajar
cenderung bertingkah laku gugup, takut tanpa alas an, suka
kencing di tempat tidur. Jika usianya bertambah tua, cenderung
menderita penyakit kejiwaan, penolakan lingkungan, sampai
akhirnya tingkah lakunya itu agresif.
28
(6) Proses Belajar yang Dilakukannya
Ciri-ciri siswa lamban belajar dilihat dari sisi proses belajar yang
dilakukannya adalah sebagai berikut.
a. Lamban mengamati dan mereaksi peristiwa yang terjadi dalam
lingkungan. Strategi belajar-mengajar yang dianjurkan untuk
melatih keterampilan itu adalah stratefi belajar-mengajar
keterampilan proses. Pelaksanaan strategi ini dimulai dari
kegiatan mengamati lingkungan sekitar dan kemudian diikuti
oleh kegiatan menyusun hipotesis, merencanakan penelitian,
mengendalikan variable, menginterpretasi data, menarik
kesimpulan, meramalkan, menerapkan dan memanjangkan hasil
belajar.
Siswa lamban belajar sangat sulit mengikuti urutan-urutan
belajar di atas. Ia sangar lamban mengamati dan mereaksi
peristiwa yang terjadi dalam lingkungan, apalagi sampai kepada
pembuatan hipotesis, pengumpulan dan pengolahan data yang
didapatnya dari lingkungan. Data-data pengamatan yang
dikumpulkan dari lapangan bisa bersumber dari kebun sekolah,
perpustakaan, laboratorium, rumah sakit, kebun binatang, dan
lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya, yang harus dikuasai
dengan baik oleh siswa yang sedang mempelajarinya.
b. Kurang bernafsu untuk melakukan penelitian terhadap hal-hal
yang baru dalam lingkungan. Berdasarkan kodrat manusia yang
29
diturunkan Tuhan Yang Maha Esa, kelahiran anak senantiasa
dilengkapi dengan nafsu untuk mengamati lingkungan
sekitarnya. Anak yang lahir normal pada umumnya lincah dan
bereaksi terhadap benda-benda yang ada disekitarnya. Kadang-
kadang mudah beralih perhatian terhadap benda-benda yang ada
di hadapannya. Mainan yang dibeli orang tua dari took,
dimainkannya sepuas-puasnya sampai rusak. Ia senang bermain
dengan alat itu dan kalau rusak segera ia meminta lagi kepada
orang tuanya. Nafsunya melakukan penelitian besar sekali, ia
tidak merasa takut jika ada ulat merayap di hadapannya, ditatap
dan dilihatnya kemurian dirabanya untuk mengetahui dan
meyakini benda apa yang ada di hadapannya itu. Anak yang
tergolong lamban belajar kurang berkembang di dalam
melakukan penelitian, ia lebih senang menerima apa adanya dari
pada menemukan sesuatu yang baru. Cirri siswa lamban belajar
dilihat dari segi aktivitasnya dalam melakukan penelitian,
ternyata siswa itu lebih banyak bertingkah diam dari pada
bertingkah lincah. Ia kurang bernafsu untuk menemukan sesuatu
yang baru yang terdapat dalam lingkungan. Ia tidak menyadari
bahwa sesuatu yang aru itu penting bagi dirinya untuk
perkembangan kehidupan selanjutnya.
c. Siswa lamban belajar tidak banyak mengajukan pertanyaan-
pertanyaan. Ia kurang berkeinginan untuk mengikuti
30
jawabannya. Ia juga kurang berinisiatif untuk mengajukan
pertanyaan tentang pelajaran yang belum dipahaminya, apalagi
pertanyaan yang mengandung masalah. Kelihatannya ia sangat
sulit mengikuti pelajaran yang disamapaikan gurunya, apalagi
mencerna dan mengkajinya seperti yang diharapkan kurikulum
sekolah. Jika didorong oleh keberaniannya untuk mengajukan
suatu pertanyaan, ia sangat gugup untuk menyampaikannya.
d. Siswa lamban belajar kurang memperlihatkan perhatiannya
terhadap apa dan bagaimana tugas itu dapat diselesaikan dengan
baik. Untuk memperdalam pengetahuan yang diberikan di
sekolah, guru memberi latihan kepada murid-muridnya untuk
dikerjakan di sekolah dan di rumah. Bagi siswa cepat dan rata-
rata tugas seperti itu bukan merupakan beban berat, namun
sebaliknya bagi siswa lamban belajar tugas itu merupakan
momok yang mencekam dirinya. Dalam menyelesaikan tugas ia
kurang memahami betul tentang isi tugas yang harus
dikerjakannya, apalagi memikirkan tentang cara-cara
penyelesaiannya. Dalam hal ini, pikiran yang muncul adalah
bagaimana menyalin hasil pelerjaan teman-temannya.
e. Siswa lamban belajar, dalam belajarnya banyak menggunakan
ingatan (hapalan) dari pada logika (reasoning). Penguasaan
pengetahuan dilakukan dengan cara menghapal dan mengingat-
ingat kembali pelajaran yang dibacanya terutama pelajaran
31
fakta. Fungsi recall dalam mempelajari pengetahuan itu
digunakan semaksimal mungkin, sehingga pada akhirnya yang
dipelajarinya itu adalah pengetahuan yang bersifat lepas-lepas.
Dampak yang terjadi pada diri siswa adalah kurang pandainya
menghubung-hubungkan pengetahuan ke dalam fungsi
pemahaman, aplikasi, analisis, sintetis, dan evaluasi, sehingga
mereka tidak mampu lagi membuat reasoning menurut logika
tertentu. Siswa lamban belajar mengerjakan tugas-tugas
belajarnya sebatas kemampuan dirinya dalam ukuran waktu
yang telah ditentukan. Waktu belajar itu disediakan lebih lama
dari pada seharusnya. Latihan yang dilakukannya tidak cukup
sekali. Target waktu yadigunakannya adalah sampai
pengetahuan itu terkuasai dengan tuntas. Hal itu mungkin terjadi
karena kebiasaan menguasai pengetahuan dengan ingatan atau
hapalan, bukan dengan reasoning.
f. Siswa lamban belajar tidak mampu menggunakan cara-cara
tertentu dalam mempelajari ilmu pengetahuan. Mereka tidak
bisa mengendalikan bagian-bagian pengetahuan dengan
pengetahuan lainnya dalam berpikir, sehingga cara-cara belajar
terpadu itu tidak terkuasai dengan baik. Mereka menguasai
pengetahuan itu bersifat lepas-lepas, tidak mampu
menghubungkannya satu sama lain. Cara-cara mempelajari
pengetahuan itu berlainan satu sama lain di samping ada pula
32
persamaan-persamannya. Cara-cara mempelajari pengetahuan
dakta berbeda dengan cara-cara mempelajari pengetahuan
problematic, demikian pula metode dan strategi belajar yang
digunakannya. Siswa lamban belajar hanya mengenal satu dua
cara saja mempelajari pengetahuan, yaitu menghapal dan
mengingat-ingat, selain dari itu kurang dikuasainya.
g. Siswa lamban belajar kurang lancer berbicara, tidak jelas, dan
gagap. Ketidaklancaran berbicara itu kemungkinan disebabkan
oleh kekurangan penguasaan pengetahuan tertentu dalam
pelajaran sehingga curahan pembicaraannya tidak sempurna dan
tidak jelas. Selain itu dapat pula disebabkan oleh kerusakan
pendengaran, penglihatan, dan organ tenggorokan. Seorang ibu
yang kurang melatih anak-anaknya berbicara, dapat
menyebabkan ketidaklancaran berbicara dalam pergaulan.
h. Siswa lamvban belajar sangat tergantung kepada guru dan orang
tuanya, terutama dalam membuktikan kebenaran pengetahuan
yang sedang dipelajarinya. Kurikulum baru menghendaki proses
pembelajaran di sekolah dilakukan melalui strategi belajar-
mengajar keterampilan proses, artinya pembelajaran itu
diselenggarakan secara berurutan, dimulai dari pengamatan
lingkungan, pembuatan hipotesis, pengumpulan data,
pengolahan data, penarikan kesimpulan, dan memajangkan hasil
belajar. Dalam melaksanakan urutan0urutan belajar di atas,
33
siswa diharapkan dapat berbuat aktif mengolah bahan pelajaran
dengan baik tanpa bimbingan maksimal dari gurunya.
Siswa lamban belajar sangat sulit mengikuti urutran-urutan
belajar di atas, mereka membutuhkan bimbingan maksimal dari
gurunya meskipun demikian kadang-kadang hasilnya tidak
memuaskan. Hasil belajar yang dipajangkan pada umumnya
bukan buatan siswa sendiri, melainkan hasil buatan siswa
lainnya. Ia hanya pendengar dan pencatat saja. Akibatnya pada
sat barang-barang hasil belajar itu dipamerkan, siswa lamban
belajar tidak mampu memberikan penjelasan di hadapan para
pengunjung, ia hanya mendengarkan penjelasan yang
disampaikan teman-temanya.
i. Siswa lamban belajar sulit memahami konsep abstrak. Semua
pelajaran yang disampaikan akan mudah diterima jika pelajaran
itu divisualisasikan dalam bentuk konkret. Siswa lamban belajar
dapat memahami konsep abstark jika pelajaran disampaikan
secara bertahap dari yamg konkret ke yang abstrak. Siswa
lamban belajar tidak mungkin mampu memahami pengertian
titik, jika tidak lebih dulu memahami ruang, bidang, dan garis.
Karena itu urutan-urutan belajarnya harus dilakukan secara
psikologis.
j. Siswa lamban belajar sulit memindahkan kecakapan tertentu
yang telah dikuasainya ke dalam kecakapan lainnya (transfer)
34
sekalipun dalam mata pelajaran yang sama, seperti kecakapan
mengali dan membagi. Menurut ukuran normal, seseorang yang
telah menguasai keterampulan mengali akan dengan mudah
menguasai keterampilan membagi, sebab dua keterampilan di
atas dikembangkan bersama-sama dalam waktu yang berurutan
dan saling mendukung. Siswa lamban belajar mengalami
kesulitan dalam mentransfer kecakapan yang satu ke kecakapan
lainnya walaupun dua pengetahuan iru berada dalam urutan
yang beriringan. Ketidakmampuannya mentransfer pengetahuan
yang satu ke dalam pengetahuan yang lain, siswa lamban
belajar akan mengalami kesulitan dalam menguasai pengetahuan
baru dalam pelajaran, dan akibatnya memerlukan latihan lama
dan berulang-ulang.
k. Siswa lamban belajar lebih sering berbuat salah. Jika siswa
lamban belajar dihadapkan kepada tugas membuka pintu-pintu
di sebuah hotel, dia cenderung mencobakan sejumlah kunci
yang ada di tangannya, daripada mencocokkan kuncinya.
Demikian pula dalam hal pelajaran menggambar, siswa lamban
belajar lebih cenderung menentukan warna tertentu dengan
mencampur dua warna yang berlainan secara berulang-ulang
daripada menggunakan resep.
l. Siswa lamban belajar mengalami kesulitan membuat
generalisasi pengetahuan secara terurai, bahkan tidak mampu
35
menarik kesimpulan. Kurikulum 1994 menuntut siswa untuk
melakukan proses belajar menggeneralisasi pengetahuan hasil
pengamatan lingkungan, dikelompokannya menurut bentuk,
jenis dan sifatnya, ditafsirkannya ke dalam konsep dan prinsip,
dipraktikan, kemudian ditarik kesimpulannya dengan baik dan
hasil belajarnya dikomunikasikan pada orang tua dan
masyarakat sekelilingnya. Siswa lamban belajar sangat sulit
mengikuti urutan-urutan belajar seperti itu, apalagi juka sudah
dihadapkan kepada keterampilan menguraiakan dan menarik
keismpulan-kesimpulan.
m. Siswa lamaban belajar daya ingatnya lemah (retensi), mudah
lupa dan gampang menghilang. Pengetahuan yang masuk ke
dalam pikiran dan perasaan melalui alat indera pendengaran,
penglihatan, perabaan dan lain-lain. Diharapkan dapat tersimpan
dengan baik dalam ingatannya. Siswa lamban belajar yang
karena kegiatan belajarnya melalui proses menghapal dan
mengingat-ingat, maka daya lekat pengetahuan dalam
ingatannya menjadi lemah, mudah lupa dan gampang hilang.
Akibatnya mereka mendapat kesulitan mencurahkan
pengetahuan, sikap dan keterampilannya dalam bentuk kata dan
kalimat.
n. Siswa lamban belajar, mengalami kesulitan saat menuliskan
pengetahuan dalam bentuk karangan-karangan lainnya,
36
sekalipun menggunakan kata dan kalimat sederhana. Sedangkan
kurikulum baru menuntut siswa untuk mampu menuslikan
pengetahuan dan mengarang sebuah cerita hasil pengalamnnya
dalam bentuk kata dan kalimat sederhana. Menulis dan
mengarang itu penting dilakukan untuk mengukur kemampuan
siswa dalam menucrahkan pikirannya secara logis dan
sistematis. Tulisan dan karangan itu dikomunikasikan kepada
guru, orang tua, dan masyarakat sekitarnya dalam pameran.
Guru, orang tua, dan masyarakat itu akan merasa senang
terhadap hasil karya siswa dan putra-putranya yang dipajangkan
itu. Siswa lamban belajar pada umumnya sulit diharapkan
mampu mencapai prestasi belajar seperti itu karena keterampilan
menulis dan mengarang sangat rendah. Paling tidak ia sebagai
pendengar dan penglihat saja.
o. Siswa lamban belajar lemah dalam mengerjakan tugas-tugas
latihan dis ekolah dan di rumah. Tugas yang diberikan guru pada
umumnya sama bagi semuanya. Siswa ada yang senang
menerima tugas dan ada pula yang tidak senang. Siswa lamban
belajar pada umumnya tidak senang menerima tugas, sebab
kemampuannya lemah dalam mengerjakannya, kadang-kadang
mereka tidak tahu apa yang harus dikerjakannya. Sehingga tugas
itu dirasakan sebagai beban yang membuat lebih malas untuk
mengerjakannya.
37
2. Kerusakan-kerusakan Dalam Proses Belajar Pada Anak
3.
C. Teori Otak Kanan dan Orak Kiri Manusia
Setiap manusia pasti memiliki otak. Meski kecil ukurannya, peranannya
sangat vital. Ukurannya yang jauh lebih kecil dari sebuah kol ini bersemayam
di kepala. Dengan munculnya mikroskop electron yang sangat peka, ditemukan
bahwa otak terdiri atas sel-sel kecil yang disebut neuron. Berapa jumlah sel
dalam otak manusia? Ada yang memperkirakan 10-15 miliar, dan ada pula
yang memperkirakan seratus miliar. Ajaibnya, menurut berita terakhir,
disebutkan bahwa sel-sel dalam otak berjumlah saatu triliun, termasuk seratus
miliar sel saraf aktif atau neuron, dan Sembilan ratus miliar sel lain yang
merekatkan, memelihara, dan menyelebungi sel-sel aktif. Setiap satu dari
seratus miliar neuron tersebut dapat tumbuh bercabang hingga sebanyak dua
ratus ribu.
Miliaran sel otak aktif yang ada semenjak lahir merupakan kunci
kekuatan otak. Jumlah sel otak aktif ini jauh lebih banyak dibandingkan jumlah
sel otak aktif yang ada pada binatang. Sel otak berbentuk seperti gurita mini.
Sel terletak di tengah dan memiliki cabang-cabang berupa benang-benang kecil
yang disebut dendrit. Masing-masing inti sel serta dendrite memiliki struktur
yang rumit. Sel-sel otak ini saling berhubungan satu dengan lainnya. Para ahli
menyebutkan bahwa sel otak manusia beroperasi dengan membentuk kaitan
38
yang sangat kompleks dengan puluhan ribu sel otak. Setiap kali sesuatu
mencapai indra manusia, maka sel otak menciptakan kesan yang keluar dari sel
otak dan menelusuri salah satu dendrit. Sel tersebut akan menyeberang ke sel
otak lainnya melalui dendritnya pula. Proses ini berlanjut dengan melibatkan
jutaan sel otak yang terhubung berurutan. Reaksi berantai ini berlangsung
secepat kilat dengan dihantarkan oleh aktivitas listrik. Ingatan manusia dicatat
dalam bentuk pola-pola sel yang dibentuk oleh sel-sel otak. Setiap sel otak
mampu berhubungan dengan sekitar sepuluh ribu sel otak yang ada di
dekatnya. Para ahli menyatakan bahwa kemungkinan jalinan ini lebih banyak
jika dibandingkan dengan banyaknya jumlah atom yang terdapat di dalam
semesta ini.
Semenjak hari-hari pertama bayi dilahirkan, sel-sel otaknya membentuk
koneksi belajar dengan kecepatan yang luar biasa, tiga miliar per detik.
Koneksi ini merupakan kunci kekuatan otak. Dan ternyata, kehebatan otak ini
jauh lebih hebat daripada computer yang canggih sekalipun. Sebagai
pembanding kehebatan otak dengan computer adalah bahwa pada tiga hari
pertama dalam perjalanan angkasa di atas permukaan planet Mars pada 1997,
jutaan pemakai internet membentuk dua ratus juta hit untuk mengikuti
perkembangannya. Namun, otak mampu membuat koneksi lima belas kali
lebih banyak dalam satu detik dibandingkan dengan yang dibuat oleh pemakai
internet di seluruh dunia dalam tiga hari. Namun, orang hanya menggunakan
bagian yang sangat kecil dari kemampuan yang sangat mengagumkan itu.
39
Untuk itu, para ahli berusaha terus mempelajari cara memperbaiki proses
tersebut.
Secara garis besar, otak manusia mempunyai tiga bagian dasar yang
seluruhnya biasa dikenal dengan sebutan three in one. Tiga bagian dasar otak
tersebut meliputi batang atau otak reptil, sistem limbic atau otak manusia, dan
neokorteks atau otak berpikir. Masing-masing bagian ini memiliki struktur
saraf tertentu dan mengatur tuas-tugas yang harus dilakukan. Dari ketiga
bagian dasar otak ini, neokorteks merupakan tempat bersemayamnya
kecerdasan manusia. Neokorteks yang membungkus di sekitar bagian atas dan
sisi sistem limbic yang membentuk sekitar delapan puluh persen materi dalam
otak ini berfungsi mengatur pesan-pesan yang diterima melalui pancaindera.
Proses yang berasal dari pengaturan ini meliputi perilaku sehat, bahasa,
penalaran, berpikir intelektual, penciptaan gagasan nonverbal, dan kendali
motorik sadar
1. Otak Kanan dan Otak Kiri
Ada seitar tahun 1960 dan 1970, teori tentang fungsi otak dibagi
menjadi otak kiri dan otak kanan. Otak belahan bagian kanan biasa
disebut “otak kanan”, dan otak belahan bagian kiri disebut “otak kiri”.
Masing-masing belahan otak bertanggung jawab terhadap cara berpikir.
Otak kanan maupun otak kiri masing-masing mempunyai spesialisasi
dalam kemampuan-kemampuan tertentu, walaupun ada beberapa
persilangan dan interaksi antara kedua sisi.
40
Penelitian mengenai perbedaan antara otak kanan dan otak kiri
berkembang pesat semenjak Roger Sperry menemukan bahwa otak
manusia terdiri dari dua bagian, yakni otak kanan dan otak kiri, yang
memiliki fungsi berbeda. Roger Sperry juga menemukan bahwa ketika
otak kanan sedang aktif, maka otak kiri cenderung tenang. Demikian pula
sebaliknya. Atas penemuannya ini, maka Roger Sperry mendapatkan
hadiah Nobel pada 1981.
Berikut ini gambaran dari masing-masing belahan otak manusia.
Daya ingat pada otak kiri bersifat jangka pendek (short term memory),
sedangkan daya ingat pada otak kanan bersifat jangka panjang (long term
memory). Cara berpikir otak kanan bersifat holistik, acak, tidak teratur,
dan intuituf. Cara berpikir otak kiri bersifat rasional, linier, logis dan
sekuensial. Cara berpikir otak kanan sesuai dengan cara-cara untuk
mengetahui hal-hal yang bersifat nonverbal seperti perasaan dan emosi,
kesadaran yang berkaitan dengan perasaan, kesadaran spasial,
pengenalan bentuk dan pola, musik, seni, kreativitas, visualisasi dan
kepekaan warna. Cara berpikir otak kiri sesuai untuk tugas-tugas teratur
ekspresi verbal, asosiasi auditorial, menempatkan detail dan fakta,
membaca dan menulis serta simbolisme.
Kedua belahan otak ini berperan sama pentingnya. Orang yang dapat
memanfaatkan kedua belahan otaknya menjadi seimbang dalam setiap
aspek kehidupannya. Orang yang mempunyai kecenderungan berpikir
dengan otak kiri hendaknya mengimbanginya dengan aktivitas berpikir
41
menggunakan otak kanan agar tidak mudah stress dan kesehatan mental
serta fisiknya tidak memburuk. Sebaliknya, orang cenderung
menggunakan otak kanannya, hendaknya berusaha mengimbanginya
dengan menggunakan aktivitas berpikir dengan menggunakan otak
kirinya.
Bagian otak yang lebih banyak digunakan dapat diketahui dari
dominasi kemampuan yang ditunjukkan dalam kehidupan sehari-hari.
Lebih jelas lagi bahaimana mengetahui seseorang menggunakan sisi otak
yang mana, hal ini di antaranya dapat dilihat dari dominasi telinga, mata,
kaki dan tangan. Mereka yang lebih banyak menggunakan otak kiri,
telinga kanannya cenderung lebih tajam, kaki dan tangan kanannya
cenderung lebih kuat dibanding tangan dan kaki kirinya. Demikian
sebaliknya. Dalam bentuk yang lain bisa juga ditandai dengan
penampilan meja kerja seseorang. Kalau yang dominan adalah otak
kanan , maka ciri meja kerjanya cenderung berantakan. Meski demikian,
orang tersebut mengetahui dengan pasti di mana letak barang-barang
yang akan dicari serta apa yang saat itu sedang dikerjakan.
Proses berpikir pengguna otak biasanya paralel, sedangkan otak kiri
biasanya serial. Kalau ditanya mana yang lebih baik, menggunakan otak
kanan atau kiri jawabannya semuanya sama baiknya. Mengapa? Sebab
masing-masing belahan mempunyai ciri khas dan fungsi yang berbeda-
beda. Namun, yang paling baik adalah orang yang mampu menggunakan
kedua belah otaknya, baik otak kanan maupun otak kiri, secara seimbang.
42
Menggunakan otak kanan dan otak kiri secara seimbang tidak begitu
saja dapat dilakukan tanpa adanya usaha. Sekitar 80% dari masyarakat
dunia hanya menggunakan otak kirinya saja. Sebagian diantaranya
memang tidak didominasi otak kiri saja, tetapi campuran antara
keduanya. Sisanya, 15-20%, adalah para pengguna otak kanan.
2. Mengenal Dominasi Otak Anak
Mengapa kebanyakan orang hanya menggunakan kemampuan otak
kirinya saja? Salah satu jawabannya adalah karena cara mengajar
tradisional di sekolah cenderung menekankan pada kegiatan-kegiatan
yang didominasi oleh otak kiri yang lebih kaku. Kalau kita perhatikan,
semenjak kecil hingga duduk di perkuliahan kita diajari untuk cenderung
menekankan otak kiri kita. Bidang akademis diutamakan, sementara
bidang-bidang lain yang menekankan perkembangan belahan otak kanan
kurang atau tidak mendapatkan perhatian. Ujian sekolah dan tes IQ pun
dirancang lebih banyak bagi otak kiri daripada otak kanan.
Banyak kalangan yang mengkhawatirkan kondisi tersebut. Sebagian
psikolog mempercayai bahwa jika kegiatan otak kanan tidak dilatih
secara teratur, maka otak kanan tidak akan berkembang semestinya
karena prestasi kreatif membutuhkan kedua belah otak. Sedangkan
pendidikan yang terlalu akademis dapat mengurangi potensi kreatif anak
(Freeman dan Munandar, 2001:114). Kurang adanya perhatian terhadap
otak kanan tentu saja sangat merugikan perkembangan otak kanan.
Padahal, jika kita mampu memberdayakan otak kanan yang sarat akan
43
hal-hal yang bersifat eksperimental, divergen, bukan penilaian,
metaforikal, ontuitif, difusi, holistic, reseptif, dan nonverbal ini, maka
ada kecenderungan bahwa kita mampu menyelesaikan berbagai
permasalahn yang ada. Perlu diingat bahwa ketika anak masih bayi,
pemikiran mereka biasanya belum didominasi oleh salah satu belahan
otak. Oleh karenanya bayi belum memiliki tanda-tanda spesialisasi, dan
spesialisasi akan meningkat dengan bertambahnya umur anak. Ini berarti
kesempatan untuk merangsang otak anak agar otak kanan maupun otak
kirinya dapat berkembang secara optimal. Berikut adalah ciri-ciri anak
yang didominasi oleh salah satu belahan otak menurut Joan Freeman dan
Utami Munandar:
a. Otak Kanan
1) Senang belajar berkelompok
2) Tidak senang duduk dan kurang giat belajar
3) Senang bergerak, memegang, menyentuh, dan mengerjakan
sesuatu
4) Prestasi di sekolah tidak cemerlang
5) Menyenangi cahaya yang temaram dan kehangatan
b. Otak Kiri
1) Senang belajar sendiri
2) Mandiri
3) Gigih, keras hati
4) Duduk tenang ketika belajar
44
5) Prestasi di sekolah baik
6) Senang pengajaran formal
Apabila anak didominasi leh otak kirinya, maka hal yang dilakukan
adalah merangsang belahan otak kanannya. Berikan mainan seperti teka-
teki, misalnya. Apabila merasa bahwa anak didominasi oleh otak
kanannya, maka tugas yang lain adalah merangsang belahan otak kirinya
agar belahan ini dapat berkembang secara optimal.
3. Masa Berkembangnya Kecerdasan
Sejak lahir ke dunia di dalam otak manusia sudah terdapat semua
kecerdasan yang tinggi. Dengan perawatan yang baik, selama lebih dari
tujuh tahun pertama kehidupan manusia dapat mengungkap kecerdasan
tersebut. Beberapa hal yang harus dipenuhi agar kecerdasan tersebut
dapat dikembangkan dengan baik meliputi:
1. Struktur saraf bagian bawah harus cukup berkembang agar energy
dapat mengalir ke tingkatan yang lebih tinggi.
2. Anak harus merasa aman dan tidak tertekan, baik secara fisik
maupun emosional.
3. Harus ada model yang dapat memberikan rangsangan yang wajar.
Pada bayi yang tengah mengalami kehidupannya dalam tahun-tahun
pertama kehidupannya, fungsi sensomotoriknya sudah bekerja. Bayi
sudah dapat melakukan kontak langsung dengan lingkungannya. Seorang
bayi sudah dapat memukul-mukulkan benda pada benda yang lain.
Selanjutnya, pada saat anak berusia satu sampai dua tahun, fungsi senso-
45
motorik tersebut terus berkembang, dan terjadilah peningkatan yang
sungguh luar biasa dalam jalinan-jalinan neuron. Selain berkembang
secara emosional, anak sedang bersiap kea rah kecerdasan intelektual
yang lebih tinggi melalui bermain. Pada saat anak berusia empat tahun,
struktur neuro motor sensorik dan kognitif emosionalnya berkembang
pesat hingga mencapau delapan puluh persen. Setelah itu, alam
berpengaruh mengalirkan energi untuk bergerak ke cara berpikir yang
lebih tinggi. Inilah saat-saat ketika kecerdasan yang lain terbuka untuk
perkembangan yang lebih tinggi. Apabila kecerdasan ini dirawat dengan
baik, maka semua kecerdasan akan berkembang dengan baik. Sebaliknya,
apabila anak tidak memiliki rasa aman dan tidak ada orang yang
dijadikan teladan baginya, maka kecerdasannya akan berhenti pada usia
sekitar tujuh tahun.
4. Tahap-tahap Penting Perkembangan Otak Anak
a. Usia 0 – 2 tahun
Otal selalu berkembang. Perkembangan otak anak, khususnya
pada tahun-tahun awal kehidupannya, sangat pesat dan besar
pengaruhnya bagi kehidupannya kelak. Secara garis besar,
perkembangan otak anak yang perlu orang tua ketahui adalah bahwa
otak anak berkembang secara luar biasa pada enam bulan pertama
kehidupannya. Jendela paling penting pada tahap ini adalah
penglihatan, kosakata, dan perkembangan emosi. Karena jendela
penglihatan dan emosi tertutup begitu cepat, maka sangat penting
46
untuk memerhatikan hal itu selama tahap ini. Enam hingga dua belas
bulan adalah terjadinya koneksi yang terutama terjadi pada
penglihatan, sebagai jendela yang penting pada tahap ini untuk
perkembangan bicara dan perkembangan emosi.
Kemampuan berbahasa tuimbuh dengan pesat selama periode
ini, dan inilah saat yang baik untuk memperkenalkan suara-suara
yang alami dari bahasa lain. Pada 12 hingga 18 bulan, hampir semua
jendela penting otak manusia berkembang secara terbuka. Pada
waktu selanjutnya, otak tidak begitu reseptif dan responsive. Pada
umur inilah terjadi koneksi saraf yang menentukan potensi dan
keterampilan dalam hidupnya. Pada 18 hingga 24 bulan, anak-anak
lebih mampu mengendalikan tubuhnya dan kemampuan motoriknya
mulai berkembang. Mereka mulai lebih memahami perasaan orang
lain dan mulai belajar berbagi. Pada umur ini, pengembangan bahasa
dan kosakata tetap penting. Perhatian hendaknya juga diberikan
terhadap matematika dan logika.
b. 2 – 3 tahun
Pada usia 2 hingga 3 tahun, yakni sebelum berusia 3 tahun,
kebanyakan perkembangan otak anak sudah sempurna. Pola otak
yang akan membimbing perkembangan seorang anak sudah
diletakkan dengan baik. Jendela penting bagi beberapa keterampilan
seperti berbicara mulai tertutup, sehingga membangun kosakata
47
sangatlah penting. Pola otak bagi musik berkembang pada akhir
tahap ini.
c. 3 – 5 tahun
Antara umur 3 – 5 tahun, hampir semua jendela penting dalam
perkembangan otak anak mulai tertutup. Kemudian muncullah
koneksi antara pola otak yang distimulasi oleh musik dan bagian
otak mulai memahami konsep spasial dalam matematika. Pola otak
tercipta ketika mendengarkan instrument music antara umur 3 – 10
tahun.
Hal-hal yang perlu diajarkan pada usia penting bagi
perkembangan otak anak usia 3 – 5 tahun meliputi:
1) Bahasa
- Mengenal bunyi konsonan (awal, tengah, akhir).
- Mulai mengenal suara vocal (panjang dan pendek).
- Menggabungkan bunyi tersebut untuk membentuk kata
sederhana.
- Mengenali bahwa kalimat itu tersusun atas beberapa kata.
- Memahami aturan dasar fonik.
- Mulai menulis huruf dan kata-kata.
- Mengingat apa yang telah didengar atau dilihat.
- Menyusun peristiwa dalam cerita.
- Memulai proses membaca.
2) Matematika dan Logika
48
- Mengenali bahwa angka itu memiliki bentuk dasar dan
mewakili kelompok benda.
- Menghitung dari 2, 5, 10 hingga 100.
- Menghubungkan angka dengan benda.
- Mengenali angka ordinal dari kesatu hingga kesepuluh.
- Mengenali symbol (+), minus (-), persamaan (=).
- Memahami konsep >,<,=.
- Melakukan perhitungan dengan menggunakan campuran
tambahan dan pengurangan.
- Meningkatkan perkembangan matematika dan logika
melalui keterampilan mengingat dan berpikir.
- Mengidentifikasi mata uang seperti rupiah, dolar dan
sebagainya.
- Merangkai peristiwa: sebelum, sesudah, mula-mula,
selanjutnya, dan sebagainya.
3) Spasial/Seni Visual
Mengenali warna merah, kuning, biru sebagai warna primer.
- Menggunakan warna putih untuk mencampur warna lain
agar lebih muda.
- Membedakan antara berbagai tingkatan warna.
- Mengenali bahwa garis itu dapat menciptakan bentuk.
- Mengenali dan memilih bentuk-bentuk dasar; segiempat,
segitiga, lingkaran.
49
- Mengenali kesamaan dan perbedaan antara benda dan
gambar.
- Mengenali gambar yang utuh meskipun yang ditampilkan
hanya bagian.
- Mengenali pola-pola dan memprediksikan pengembangan
pola.
4) Musik
- Mengembangkan ritme, tangga, nada, dan mengapresiasi
melodi.
- Mengenali ketukan.
- Dapat membedakan antara irama cepat dan irama lambat.
- Dapat membedakan antara tangga nada yang tinggi dan
rendah.
- Mulai mengenal not musik.
5) Keterampilan Motorik
- Mengembangkan koordinasi tangan-mata.
- Mengembangkan kemampuan menarik dan menjatuhkan.
6) Emosional/Sosial
- Meningkatkan konsentrasi dan perhatian.
- Menaati petunjuk.
- Mengembangkan kepercayaan diri.
- Melakukan tugas sesuai dengan urutannya.
- Berbagi dengan orang lain.
50
7) Bahasa Asing
- Mulai dikenalkan dengan bahasa asing.
5.
D. Strategi Kemampuan Belahan Otak Kanan dalam Pendidikan Remedial
Berikut ini dibahas secara tersendiri tentang strategi belajar belahan otak
kanan dengan maksud mengarahkan diri pada setiap usaha penanganan siswa
lamban belajar dan berprestasi rendah. Pembahasan tidak dimaksudkan untuk
menempatkan strategi belajar belahan otak kanan berada lebih atas dari strategi
belajar belahan otak kiri, namun perannya sangat penting bagi pelaksanaan
strategi belajar yang variatif dan cocok dengan perkembangan jiwa anak-anak
di sekolah. Strategi belajar belahan otak kanan lebih cenderung bersifat
psikologis daripada strategi belajar belahan otak kiri. Dengan kata lain
penyampaian materi pelajaran bagi siswa lamban belajar akan lebih mudah
melalui cara-cara psikologis daripada melalui cara-cara logis.
Strategi belajar belahan otak kanan itu mencakup:
1. Strategi Berpikir Visual
Strategi itu dapat memudahkan siswa dalam mengetahui dan memahami
serta menyerapi pengetahuan yang disampaikan gurunya melalui gambar,
peta, diagram, charts, dan model. Strategi visual itu menyediakan
bayangan yang konkret yang dapat mengintegrasikan informasi dalam
cara yang mudah dimengerti. Strategi itu dapat membantu siswa dan guru
dalam meneliti dan menyatakan informasi. Strategi itu dapat membantu
51
siswa dan guru dalam meneliti dan menyatakan informasi. Strategi itu
mencakup kegiatan menggambar, membuat chart, membuat peta,
membuat kartun, membuat sket, dan lain-lain. Peran berpikir visual
dalam kelas dimulai dari kegiatan melihat dan mengobservasi.
Keterampilan yang dibutuhkan dalam kegiatan itu adalah keterampilan
mengidentifikasi objek yang dilihat, dicari, dan diketahui, mencakup
keterampilan menginterpretasi terhadap apa yang pernah dilihatnya. Pada
akhirnya siswa harus dibantu dalam mengembangkan penglihatan
batinnya atau kemampuan memanipulasi bayangan visual dengan
mengingat-ingat informasi, tulisan, hitungan, dan memecahkan masalah-
masalah praktis sehari-hari menurut hubungan tempat dan ruang.
Menggambar
Menggambar adalah satu cara untuk mengembangkan keterampilan
mengamati. Perbuatannya terpusat pada figur atau fakta. Pekerjaan
menggambar itu merupakan alat untuk melihat keseluruhan. Sebagai
strategi visual, gambar dapat membantu menguasai pemahaman terhadap
apa yang dilihatnya dan yang sedang digambarnya. Sebagai alat berpikir,
pekerjaan menggambar menuntut koordinasi yang baik dengan guru
kesenia dan tenaga kependidikan lainnya. Yang menjadi pusat perhatian
dalam menggambar bukan pada produknya akan tetapi pada prosesnya,
yaitu pada proses melihat dan mengamati dan kemudian
menggambarnya.
Lukisan Verbal
52
Kegiatan itu dapat membantu memperbaiki dan mempertajam
keterampilan mengamati. Selain itu lukisan verbal dapat memperluas
perngetahuan dan mencermatkan pengamatan. Menurut parameter,
terdapat tiga fungsi lukisan verbal. Pertama, dapat memperkuat
pengetahuan yang melekat lama di otak manusia. Kekuatan itu berkat
adanya hubungan erat antara bayangan visual dengan pengetahuan verbal
yang telah ada. Kedua, dapat memperkuat disiplin pengamatan dengan
cara menggabungkan kata-kata verbal dengan pengamatan visual. Ketiga,
dapat membina ketangkasan berpikir
Strategi diatas dapat melatih siswa menjadi seorang pengamat yang
tangkas dan seorang yang pandai membaca selain keterampilan
mengelompokkan, menjabarkan, dan mengabstraksi objek.
2. Strategi Penyampaian Grafis
Strategi ini merupakan alat yang sangat berguna dalam keterampilan
menerima dan mencatat informasi. Di dalamnya terselubung dua cara
penyampaian informasi yang akurat, yaitu penyajian lisan dan grapis.
Cara-cara itu sangat bermanfaat dalam: (1) penyerapan pengetahuan yang
disampaikan gurunya, (2) penguasaan pemahaman yang baik karena
meteri pelajaran disajikan melalui gambar grafis di depan kelas, sehingga
pelajaran menjadi lebih jelas dan mudah dipahami. Ada sejumlah cara
dalam strategi itu, ialah (1) kata-kata kunci, (2) diagram, (3) charts, (4)
grafik, (5) peta, (6) peta timbul atau peta kelompok, (7) sketsa, (8)
kartun, (9) gambar ekspresi, (10) wujud bangun atau kontruksi.
53
Kata-Kata Kunci
Kata-kata kunci adalah kata inti yang digunakan guru dalam
menyampaikan informasi. Penggunaan akta-kata kunci dapat membantu
siswa mengorganisasi keterampilan mendengar dan memusatkan
perhatiannya pada informasi. Kata-kata yang ditulis di papan tulis dapat
memperkuat penyajian lisan, sehingga siswa memperoleh kejelasan
informasi dengan sempurna. Selain itu penggunaan kata-kata kunci dapat
mempertajam keterampilan mengorganisasi dan menganalisis sesuatu,
memberi kesanggupan kepada siswa dalam melihat ide atau informasi
dalam bentuk non-llinier serta dapat mengembangkan pemahaman
tentang arti keseluruhan.
Charts, Diagram, dan Grafik
Penyuguhan pelajaran melalui charts, diagram dan grafik dapat
membantu siswa dalam membayangkan imajinasi bermacam-macam
bentuk, disampaikan mulai dari grafik matematis ke grafik bentuk. Isi
lukisannya mencakup curahan hubungan sebab-akibat, seperti ddiagram
dapat membantu memperjelas konsep yang rumit. Penggunaan charts,
diagram, dan grafik sangat tepat untuk pelajaran ilmu pengetahuan alam
dan matematika.
Gambar Ekspresi, Konstruksi dan Bermacam-macam Aktivitas Seni
Pada umumnya pemyampaian pelajaran melalui gambar ekspresi,
konstruksi, dan aktivitas seni dapat dilakukan di berbagai bidang studi
yang diajarkan di sekolah. Maksud penyuguhan pelajaran melalui tiga
54
alat peraga di atas adalah untuk memperkuat dan memperkaya
pengetahuan. Kita berkeyakinan bahwa siswa memiliki kapasitas dalm
mencurahkan ide sendiri melalui berbagai kegiatan seni di sekolah.
Apabila kapasitas itu dapat diwujudkan secara optimal dalam setiap
pelajaran di sekolah maka hal itu dapat membantu mengembangkan
perasaan dihargai oleh orang lain.
Penggunaan Warna
Warna adalah sarana yang sangat penting dalam kegiatan berpikir visual.
Warna dapat mengundang perhatian orang dalam mengamati informasi
atau ide. Selain itu warna dapat menumbuhakan kreativitas dalam
pelajaran. Oleh karena itu, idealnya charts, gambar, diagram, grafik,
konstruksi, dan alat-alat peraga lainnya diberi warna agar dapat menarik
perhatian bagi setiap orang yang melihatnya.
3.
55
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode adalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi
sasaran ilmu yang bersangkutan. Metode penelitian kualitatif deskriptif adalah
metode penelitian yang peneliti gunakan. Peneliti harus mampu mengungkap
gejala sosial di lapangan dengan menggunakan segenap fungsi indrawinya.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SDN No. 033 Sungai Kapih Kec. Sambutan
Samarinda Tahun Ajaran 2012/2013 pada bulan Juni sampai penelitian selesai
dilakukan.
C. Instrumen Penelitian
Instrurnen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan
oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi
sistematis dan dipermudah olehnya. Yang menjadi instrument dalam melakukan
penelitian adalah peneliti itu sendiri.
56
D. Sumber Data
Penelitian kualitatif lebih menekankan pada penggunaan diri si peneliti
sebagai alat. Yang akan peneliti jadikan sumber data adalah siswa kelas V A di
SDN No. 033 yang berjumlah 3 orang dengan prestasi tinggi, sedang dan rendah
serta wali kelas V A yang bernama ibu Rinduwati, S.Pd.
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan salah satu tahapan sangat penting dalam
penelitian. Teknik pengumpulan data yang benar akan menghasilkan data yang
memiliki kredibilitas tinggi dan sebaliknya. Untuk memperoleh data dan
informasi yang diperlukan, penulis dalam penelitian ini menggunakan beberapa
teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Observasi
Menurut Kartono (1980: 142) pengertian observasi diberi batasan sebagai
berikut: “studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-
gejala psikis dengan jalan pengamatan dan pencatatan”. Observasi dilakukan
setiap pertemuan selama 2 jam pelajaran. Observasi dilakukan selama proses
pembelajaran Agama Islam yang berlangsung di kelas VA SDN No. 033 Sungai
Kapih Kec. Sambutan Samarinda.
2. Wawancara
Wawancara ialah proses komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan
informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan informasi atau subjek
57
penelitian. Agar wawancara efektif efektif, maka terdapat beberapa tahapan yang
harus dilalui, yakni :
a. Mengenalkan diri
b. Menjelaskan maksud kedatangan
c. Menjelaskan materi wawancara
d. Mengajukan pertanyaan (Yunus, 2010)
Jadi, teknik ini digunakan oleh peneliti untuk mengungkap kejadian-kejadian yang
mungkin tidak didapat ketika observasi dilakukan. Wawancara diberikan kepada
siswa SDN No. 033 Sungai Kapih Kec. Sambutan Samarinda Kelas V A sebanyak
3 orang yang memiliki prestasi tinggi, sedang, dan rendah serta wali kelas V A.
3. Dokumen
Selain melalui wawancara dan observasi, peneliti juga memperoleh data
lewat fakta yang tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian, arsip foto, hasil
rapat, cendramata, jurnal kegiatan dan sebagainya. Data berupa dokumen seperti
ini dapat dipakai untuk menggali informasi yang terjadi dimasa silam. Peneliti
perlu memiliki kepakaan teoritik untuk memaknai semua dokumen tersebut.
F. Teknik Analisis Data
Terdapat tiga jalur analisis data kualitatif, yiatu reduksi data, penyajian
data, dan penarikan kesimpulan (Miles dan Huberman, 1992). Reduksi data
adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan
tertulis di lapangan. Proses ini berlangsung terus menerus selama penelitian
58
berlangsung, bahkan sebelum data benar-benar terkumpul sebagaimana terlihat
dari kerangka konseptual penelitian, permasalahan studi, dan pendekatan
pengumpulan data yang dipilih peneliti.
Reduksi data meliputi:
1. Meringkas data
2. Mengkode
3. Menelusur tema
4. Membuat gugus-gugus
Reduksi data merupakan bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara
sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat diambil. Reduksi tidak perlu
diartikan sebagai kuantifikasi data. Cara reduksi data:
1. seleksi ketat atas data
2. ringkasan atau uraian singkat
3. menggolongkannya dalam pola yang lebih luas
Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga
memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Bentuk penyajian data kualitatif:
1. teks naratif: berbentuk catatan lapangan
2. matriks, grafik, jaringan, dan bagan. Bentuk-bentuk ini menggabungkan
informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih,
sehingga memudahkan untuk melihat apa yang sedang terjadi, apakah
kesimpulan sudah tepat atau sebaliknya melakukan analisis kembali.
59
Upaya penarikan kesimpulan dilakukan peneliti secara terus-menerus selama
berada di lapangan. Dari permulaan pengumpulan data, peneliti kualitatid mulai
mencari arti benda- benda, mencatat keteraturan pola-pola (dalam catatan teori),
penjelasan-penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat,
dan proposisi. Kesimpulan- kesimpulan ini ditangani secara longgar, tetap
terbuka dan skeptis, tetapi kesimpulan sudah disediakan. Mula-mula belum jelas,
namun kemudian meningkat menjadi lebih rinci dan mengakar dengan kokoh.
Kesimpulan-kesimpulan itu juga diverifikasi selama penelitian berlangsung,
dengan cara:
1. memikir ulang selama penulisan.
2. tinjauan ulang catatan lapangan
3. tinjauan kembali dan tukar pikiran antar teman sejawat untuk
mengembangkan kesepakatan intersubyektif.
4. upaya-upaya yang luas untuk menempatkan salinan suatu temuan dalam
seperangkat data yang lain.
G. Pengujian Keabsahan Data
Dalam hal ini pemeriksaan keabsahan data ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, yaitu:
1. Menambah waktu pengamatan yang akan membuat derajat kepercayaan data
yang dikumpulkan meningkat, mampu mempelajari informasi yang berasal
dari responden-responden terhadap peneliti dan membangun kepercayaan diri
peneliti sendiri.
60
2. Melakukan pengamatan terus menerus untuk mengetahui ciri-ciri serta unsur-
unsur dalam keadaan yang relevan sekali dengan masalah atau isu yang
diteliti. Selain itu, juga untuk memusatkan diri terhadap hal-hal tadi secara
detail.
3. Triangulasi. Pengecekan keabsahan data penelitian kualitatif dengan
memanfaatkan sesuatu yang di luar data untuk kepentingan pemeriksaan
ataupun sebagai pembanding data tersebut.
4. Peer debriefing (membicarakannya bersama orang lain). Artinya,
menginformasikan hail sementara atau hasil akhir penelitian kualitatif yang
didapat dengan cara diskusi analitik bersama rekan-rekan lainnya.
5. Melakukan member check. Artinya, menguji kemungkinan prasangka-
prasangka yang tidak sama dan mengembangkan beberapa pengujian untuk
mengecek analisis. Dengan cara mengaplikasikannya terhadap data dan
dengan membuat pertanyaan-pertanyaan terkait data tersebut.
61
JADWAL PENELITIAN
No Uraian Kegiatan Mei Juni Juli Agustus September
1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4
1 Pembuatan Proposal x x
2 Seminar Proposal x
3 Penyempurnaan Proposal x x x
4 Pelaksanaan Penelitian x x x x x x
5 Pengolahan data dan analisis data x x
6 Penysunan dan Revisi Laporan x x x x x
7 Pertanggung Jawaban Laporan x
62
DAFTAR PUSTAKA
Daryanto, M. 2005. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Asdi Mahasatya..
Thoha, Chabib. 2003. Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Yunus, Hadi Sabari. 2010. Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer.
Yogyakarta: Pustakan Pelajar.
Kartawidjaja, Eddy Soewardi. 1987. Pengukuran dan Hasil Evaluasi Belajar.
Bandung: CV. Sinar Baru
Arifin, Zaenal. 2010. Evaluasi Pembelajaran. Bandung. PT. Remaja Rosadakarya
Offset.
Imron Arifin. 1996. Penelitian Kualitatif dalam ilmu-ilmu Sosial dan Keagamaan.
Malang: Kalimasahada
Moleong, LJ. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. PT. Remaja
Rosdakarya.
top related