proposal penelitian jule awas ilang!!!!!! (2)

27

Click here to load reader

Upload: zulhijahjulebasalamah

Post on 30-Jun-2015

369 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROPOSAL PENELITIAN JULE AWAS ILANG!!!!!! (2)

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Selain negara Jepang yang sering dilanda oleh bencana gempa ternyata

Indonesia juga merupakan negara rawan gempa karena di dasar samudera

Negara Indonesia ini terdapat tiga lempeng, yakni Eurasia, Indo-Australia, dan

Pasifik, yang bila bertumbukan akan menghasilkan gempa tektonik. Secara

alamiah, fenomena alam tersebut tidak bisa dihindari, namun dampaknya bisa

diminimalisir dengan membangun rumah tahan gempa (Rusmawan 2005).

Untuk membangun rumah tahan gempa diperlukanlah suatu bahan yang

ringan namun kuat. Kayu merupakan bahan alternatif, karena selain ringan

juga mudah dikerjakan dan jumlahnya cukup banyak.

Seiring bertambahnya jumlah penduduk, maka kebutuhan masyarakat

akan kayu semakin meningkat. Sayangnya peningkatan permintaan ini tidak

dapat lagi sepenuhnya dipenuhi oleh produksi kayu dari hutan yang semakin

menurun kuantitas dan kualitasnya. Hal ini menyebabkan kelangkaan kayu di

pasaran yang pada akhirnya menyebabkan melambungnya harga kayu. Oleh

karena itu dibutuhkan suatu upaya untuk menghasilkan bahan baku alternatif

yang dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat.

Salah satu bahan yang dapat dijadikan alternatif adalah bambu. Bambu

dapat dijadikan sebagai alternatif karena termasuk tumbuhan yang sangat

terkenal di Indonesia khususnya di pedesaan. Selain itu bambu juga mudah

diperoleh, pertumbuhannya cepat, harganya relatif murah, dan memiliki

kekuatan yang cukup baik.

Dengan pesatnya perkembangan teknologi konstruksi dan bahan

bangunan, bambu sulit bersaing sehingga mulai ditinggalkan masyarakat.

Dengan mengubah penampilan bambu menjadi panel, diharapkan nilainya

akan meningkat dan pemanfaatan bahan ini semakin berkembang sebagai

bahan alternatif dalam rangka mengantisispasi kelangkaan kayu (Purwito 2005

dalam Febriyani 2008).

Page 2: PROPOSAL PENELITIAN JULE AWAS ILANG!!!!!! (2)

2

Panel sandwich dibuat dari potongan bambu sebagai inti (core) dan kayu

lapis sebagai face dan back. Panel sandwich diharapkan dapat dijadikan

komponen dalam rumah pra-pabrikasi terutama untuk dinding maupun lantai

karena sesuai dengan prinsip dasar bangunan tahan gempa, yaitu harus

diusahakan seringan mungkin.

Dalam upaya menggali potensi bambu serta memenuhi kebutuhan

masyarakat akan bahan kayu, maka diperlukan langkah nyata untuk

menghasilkan produk bambu yang nantinya dapat memberikan manfaat bagi

masyarakat. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai pembuatan

dinding rumah tahan gempa menggunakan panel bambu sandwich.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

a. Mengetahui besarnya racking strength dinding panel bambu sandwich

dengan berbagai tipe bracing.

b. Mengetahui besarnya racking stiffness dinding panel bambu sandwich

dengan berbagai tipe bracing

c. Mengetahui zona gempa yang tepat untuk pengaplikasian panel bambu

sandwich sebagai dinding rumah tahan gempa.

1.3 Manfaat Penelitian

a. Memberi alternatif pilihan dalam membangun rumah tahan gempa dengan

dinding dari panel bambu sandwich.

b. Pemanfaatan bambu sebagai alternatif pengganti kayu

Page 3: PROPOSAL PENELITIAN JULE AWAS ILANG!!!!!! (2)

3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rumah Tahan Gempa

Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara yang rawan

gempa, karena di dasar samudera negara Indonesia terdapat tiga lempeng,

yakni Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik, yang bila bertumbukan akan

menghasilkan gempa tektonik. Secara alamiah, fenomena alam tersebut tidak

bisa dihindari. Sebab lempeng-lempeng yang ada di Indonesia merupakan

bagian dari kerak bumi yang bergerak aktif.

Lempeng-lempeng bumi tersebut adalah bagian dari kerak bumi yang

terdiri atas berbagai jenis bebatuan. Efek dari pergeseran itu adalah berupa

getaran yang disebut gempa. Gempa terjadi karena ada perpindahan massa

dalam lapisan batuan bumi (Rusmawan 2005). Menurut Agus (2002), gempa

bumi merupakan peristiwa alam yang dikaitkan dengan adanya hentakan pada

kerak bumi. Aktifitas tektonik menjadi penyebab utama gempa bumi, gaya

tektonik ini disebabkan oleh adanya proses pembentukan gunung-gunung,

gerakan-gerakan patahan lempeng bumi, dan tarikan atau tekanan bagian-

bagian benua yang besar.

Menurut SNI 03-1726 (2003) Indonesia ditetapkan terbagi dalam 6

wilayah gempa, dimana wilayah gempa 1 dan 2 adalah wilayah dengan

kegempaan ringan, wilayah gempa 3 dan 4 adalah wilayah gempa sedang,

serta wilayah gempa 5 dan 6 adalah wilayah dengan kegempaan berat.

Pembagian wilayah gempa ini didasarkan atas percepatan puncak batuan dasar

akibat pengaruh gempa rencana dengan periode ulang 500 tahun.

Peristiwa gempa merupakan salah satu aspek yang sangat menentukan

dalam merencanakan struktur bangunan. Struktur yang direncanakan harus

mempunyai katahanan terhadap gempa dengan tingkat keamanan yang dapat

diterima. Aspek penting gerakan tanah akibat gempa bumi adalah pengaruhnya

terhadap struktur bangunan, yaitu tegangan (stress) dan deformasi atau

banyaknya kerusakan yang akan terjadi.

Page 4: PROPOSAL PENELITIAN JULE AWAS ILANG!!!!!! (2)

4

Selama terjadinya gempa, struktur bangunan mengalami gerakan

vertikal dan gerakan horizontal. Dari kedua gaya tersebut, gaya dalam arah

vertikal hanya sedikit mengubah gaya gravitasi yang bekerja pada struktur,

sedangkan struktur biasannya dirancang terhadap gaya vertikal dengan faktor

keamanan yang mencukupi. Oleh karena itu, struktur umumnya jarang sekali

runtuh karena gaya gempa vertikal.

Sebaliknya, gaya gempa horizontal bekerja pada titik-titik lemah

dalam struktur yang kekuatannya tidak mencukupi dan tidak akan

menyebabkan keruntuhan. Oleh karena itu, prinsip utama dalam perancangan

tahan gempa adalah meningkatkan kekuatan struktur terhadap gaya horizontal

yang umumnya tidak mencukupi (Agus 2002).

Pada dasarnya, yang dimaksud dengan bangunan tahan gempa bukan

berarti bangunan itu tidak akan rubuh bila ada gempa. Bangunan tahan gempa

memiliki tiga kaidah sebagai berikut (Puslitbangkim Permukiman 2004 diacu

dalam Karlinasari 2006):

1. Bila terjadi gempa ringan bangunan tidak akan mengalami kerusakan baik

pada elemen struktur (kolom, balok, atap, dinding, dan pondasi) maupun

pada elemen non-struktur (genteng dan kaca).

2. Bila terjadi gempa berkekuatan sedang, bangunan bisa mengalami

kerusakan hanya pada elemen non-struktur. Sedangkan elemen strukturnya

tidak boleh rusak.

3. Bila terjadi gempa berkekuatan besar, bangunan bisa mengalami

kerusakan, baik pada elemen struktur maupun elemen non-strukturnya.

Namun, kedua elemen tersebut tidak boleh membahayakan penghuni yang

ada di dalam bangunan. Penghuni harus mempunyai waktu untuk

menyelamatkan diri sebelum bangunannya runtuh.

Menurut Rusmawan (2005), konsep bangunan tahan gempa pada

dasarnya adalah upaya untuk membuat seluruh elemen rumah menjadi satu

kesatuan yang utuh, yang tidak lepas/runtuh akibat gempa. Penerapan konsep

tahan gempa antara lain dengan cara membuat sambungan yag cukup kuat

Page 5: PROPOSAL PENELITIAN JULE AWAS ILANG!!!!!! (2)

5

diantara berbagai elemen tersebut serta pemilihan material dan pelaksanaan

yang tepat.

2.2 Bambu

Bambu adalah tumbuhan yang batangnya berbentuk buluh, beruas-

ruas, berbuku-buku, berongga, mempunyai cabang berimpang, dan memiliki

daun buluh yang menonjol. Bambu termasuk famili gramineae, sub-famili

Bambusoideae, dan suku Bambuceae. Bambu terbagai atas beberapa bagian,

yaitu rimpang, pucuk, buluh, percabangan, daun, dan perbungaan (Heyne

1987 dalam Haris 2008).

Bambu memiliki diameter yang semakin mengecil dari pangkal ke

bagian ujung batang. Permukaan batang bagian luar dan dalam terbentuk dari

lapisan kulit yang mengandung zat lilin yang berguna untuk mengatur kadar

air. Bambu mudah terserang jamur dan daya tahannya tergantung pada kondisi

cuaca dan lingkungan sehingga daya tahannya lebih rendah dibandingkan

dengan kayu.

Sifat-sifat fisis dan mekanis bambu sangat berhubungan erat dengan

kegunaannya. Bambu yang digunakan sebagai bahan bangunan sangat perlu

mengetahui kekuatannya karena menyangkut keamanan. Adapun sifat-sifat

fisis tersebut adalah kadar air yang merupakan banyaknya air yang terdapat

dalam bambu yang dinyatakan dengan persentase terhadap berat kering

tanurnya. Kadar air bambu pada daerah tanpa buku lebih sedikit dibandingkan

dengan kadar air pada daerah buku. Batang bambu memiliki kadar air yang

berbeda-beda pada tiap bagiannya. Sifat fisis lainnya adalah berat jenis yang

merupakan perbandingan antara kerapatan suatu benda dengan kerapatan

benda standar pada suhu tertentu.

Sifat mekanis adalah sifat yang berhubungan dengan kekuatan bahan

dan merupakan ukuran kemampuan suatu bahan untuk menahan gaya luar

yang bekerja padanya. Gaya luar adalah gaya yang datang dari luar benda

tersebut (membebani benda tersebut) dan cenderung merubah ukuran dan

bentuk benda tersebut. Sifat-sifat mekanis tersebut meliputi keteguhan lentur

(MOE) yang merupakan ukuran kemampuan suatu benda untuk menahan

Page 6: PROPOSAL PENELITIAN JULE AWAS ILANG!!!!!! (2)

6

lentur tanpa terjadi perubahan bentuk yang tetap, keteguhan patah (MOR)

yang merupakan ukuran kekuatan suatu bahan pada saat menerima beban

maksimum yang menyebabkan terjadinya kerusakan, keteguhan geser, dan

lain-lain (Surjokusumo dan Nugroho 1993).

Menurut Liese 1980 yang diacu dalam Fadli 2006, berat jenis (BJ)

bambu bervariasi antara 0,5-0,6 dengan bagian luar batang memiliki BJ yang

lebih besar daripada bagian dalamnya. Kadar air bambu juga bervariasi, yaitu

bambu dewasa segar memiliki kadar air antara 50% - 99%, pada bambu muda

berkisar antara 80% - 150%, sedangkan kadar air bambu kering antara 12% -

18%. Kadar air batang bambu meningkat dari bawah ke atas dan dari umur 1-3

tahun, selanjutnya menurun pada bambu yang berumur lebih dari 3 tahun

(Dransfield dan Widjaja 1995 dalam Fadli 2006).

b.3 Bambu Tali (Gigantochloa apus (J.A. &J.H. Schultes) Kurz)

Bambu tali termasuk dalam family Graminae yang tersebar luas di

seluruh kepulauan Indonesia dan diperkirakan berasal dari Burma dan

Thailand bagian selatan. Bambu tali tumbuh di daerah tropis yang lembab dan

daerah kering, berumpun rapat dan tegak. Bambu tali dikenal dengan nama

awi tali (Sunda), pring tali atau pring apus (Jawa) (Widjaja 2001).

Bambu tali memiliki cirri-ciri berumpun rapat, pertumbuhan simodial,

buluhnya tegak mencapai tinggi 8-30 cm dengan diameter 4-13 cm dan tebal

1-1,5 cm, berwarna hijau terang sampai kuning. Panjang ruas 20-60 cm

dengan buku sedikit membengkok pada bagian luar. Bambu tali mempunyai

buluh yang berwarna hijau kekuningan dengan lapisan lilin pada bagian

bawah buku-bukunya ketika masih muda. Pelepah buluhnya sangat kecil

sehingga hampir tidak Nampak dan selalu melekat pada buluhnya Bambu ini

dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, perkakas rumah tangga, atap, dinding

rumah, anyaman dan alat musik tradisional (Dransfield dan Widjaja 2005).

Kadar air rata-rata batang bambu tali segar adalah 54,3% dan batang

bambu kering 15,1% (Dransfield dan Widjaja 2005). Nilai MOR bambu tali

menurut Idris et. Al. (1980) adalah sebesar 502-1.240 kg/cm2, nilai MOE

sebesar 57.515-121.334 kg/cm2, keteguhan tekan sebesar 502-1.240 kg/cm2.

Page 7: PROPOSAL PENELITIAN JULE AWAS ILANG!!!!!! (2)

7

Sifat mekanis batang bambu tali tanpa buku lebih besar dibandingkan batang

dengan bukunya.

b.4 Panel Sandwich

Konstruksi sandwich adalah konstruksi berlapis yang didapatkan

dengan merekatkan dua lapissan tipis (face-back) pada suatu teras (core) tebal.

Lapisan tipis biasanya terbuat dari bahan kuat dan padat sebagai pemikul

utama dalam konstruksi, sedangkan corenya dibuat dari bahan ringan dengan

tujuan untuk menyeimbangkan kedua lapisan tipis serta memikul gaya geser.

Susunan tersebut memberikan elemen yang konstruksi yang kuat dan kaku

dibandingkan dengan beratnya (Yap 1997 dalam Dewi 2009).

Keuntungan panel sandwich adalah bahan lapisan yang digunakan

relatif murah dan kemungkinan luas dalam pemilihan bahan sebagai lapisan

face-back maupun core. Aplikasi penggunaan panel sandwich diantaranya

untuk dinding, lantai kayu, pintu, plafon, serta meja (Yap 1997 dalam Dewi

2009). Selain itu panel sandwich juga memiliki kekuatan yang tinggi,

deformasi yang lebih sedikit, dan dapat meningkatkan kualitas bahan baku

yang bermutu rendah. Teknologi sandwich dengan bahan baku bambu

memiliki beberapa manfaat deperti ramah lingkungan, menghemat kayu

berkualitas tinggi, dan menjaga kelestarian hutan (Febriyani 2008).

b.5 Kayu Lapis (Plywood)

Kayu lapis atau plywood merupakan panel kayu yang terdiri dari

sejumlah lembaran tipis (veneer) hasil kupasan atau sayatan log yang disusun

dan direkat dengan pengempaan panas secara bersilangan atau saling tegak

lurus (Surjokusumo 1984). Penyusunan veneer dengan arah serat saling tegak

lurus menyebabkan kekuatan dan kelemahan kayunya akan didistribusikan ke

dalam dua arah sehingga kayu lebih homogen dibanding kayu biasa.

Jumlah lapisan kayu lapis adalah ganjil dari 3 lapis sampai dengan 11

lapis. Tiap lapis terdiri dari satu atau lebih lembaran veneer. Ukuran kayu

lapis umumnya 122 cm x 244 cm dengan tebal kayu lapis struktural berkisar

antara 4,5 mm – 32,0 mm.

Page 8: PROPOSAL PENELITIAN JULE AWAS ILANG!!!!!! (2)

8

Kayu lapis sangat praktis untuk komponen bangunan karena

merupakan lempengan yang lebar dan luas sehingga cocok digunakan sebagai

penutup lantai, dinding, atau atap. Karena susunan lapisan veneernya, kayu

lapis memiliki bentuk yang stabil, kekuatan yang lebih homogen dibandingkan

kayu solid, mudah dipotong dan dikerjakan, kuat dan kaku, dapat langsung

digunakan, mudah disambung dengan paku atau perekat, dan permukaannya

halus sehingga dapat langsung dicat (Surjokusumo 1984).

b.6 Kayu Meranti

Shorea adalah nama marga beranggotakan sekitar 194 spesies, terutama

berupa pohon penghuni hutan tropika, dari suku Dipterocarpaceae.

Shorea menyebar terutama di Asia Tenggara, ke barat hingga Srilanka dan

India utara, dan ke timur hingga Filipina dan Maluku. Kebanyakan Shorea

merupakan spesies dengan musim perbungaan raya. Musim perbungaan raya

adalah musim berbunga aneka (hampir semua) spesies dipterocarpa, bersama

pohon-pohon suku tetumbuhan lainnya, yang berlangsung kurang lebih

serentak secara berkala, dalam jangka waktu yang tidak teratur antara 3–10

tahun.

Shorea adalah salah satu marga penghasil kayu-kayu dipterocarpa yang

terpenting. Aneka jenis kayu meranti (meranti kuning, merah, dan putih),

balau, bangkirai, balangeran dan lain-lain, tergabung di sini. Di samping itu,

marga ini juga menghasilkan resin yang disebut damar dari berbagai kualitas;

salah satu yang terbaik kualitasnya adalah damar mata kucing.

Beberapa spesies Shorea menghasilkan tengkawang, yakni buah meranti-

merantian yang besar dan berlemak.

2.8 Perekat Isocyanate

Perekat adalah substansi yang memiliki kemampuan untuk

mempersatukan bahan sejenis atau tidak sejenis melalui ikatan permukaannya.

Merekatnya dua buah benda terjadi karena adanya gaya tarik menarik antara

perekat dengan bahan yang direkat (gaya adhesi) dan gaya tarik menarik (gaya

Page 9: PROPOSAL PENELITIAN JULE AWAS ILANG!!!!!! (2)

9

kohesi) antara perekat dengan bahan yang direkat (Vick 1999 dalam Sitorus

2009).

Salah satu jenis perekat adalah perekat isocyanate, yaitu perekat yang

berbasis pada reaktifitas yang tinggi dari radikal isocyanate. Ikatan dengan

polaritas yang kuat dari senyawa yang juga membawa radikal ini tidak hanya

mempunyai potensi daya rekat yang baik tetapi juga potensial untuk

membentuk ikatan kovalen dengan substrat yang mempunyai gugus hidrogen

reaktif (Marra 1992 dalam Sitorus 2009).

Isocyanate berbentuk liquid yang mengandung isomer dan oligomer dari

methylene diphenyl diisocyanate. Perekat ini berwarna coklat terang dan garis

perekatannya tidak terlihat. Diperlukan temperatur dan tekanan yang tinggi

untuk menghasilkan perkembangan ikatan yang terbaik. Sifat kekuatan perekat

ini adalah memiliki kekuatan kering dan basah yang tinggi, sangat tahan

terhadap air dan udara lembab, serta dapat direkatkan pada besi dan plastik

(Vick 1999 dalam Sitorus 2009).

Keuntungan perekat isocyanate dibandingkan perekat berbahan dasar resin

menurut Marra 1992 yang diacu dalam Sitorus 2009 adalah membutuhkan

jumlah yang lebih sedikit untuk memproduksi papan dengan kekuatan yang

sama, dapat menggunakan suhu kempa yang lebih rendah, memungkinkan

penggunaan kempa yang lebih cepat, lebih toleran pada partikel/bahan

berkadar air tinggi, membutuhkan energi yang lebih sedikit dalam

pengeringan, dimensi yang dihasilkan lebih stabil, dan tidak adanya emisi

formaldehyde.

Page 10: PROPOSAL PENELITIAN JULE AWAS ILANG!!!!!! (2)

10

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dengan judul Pengujian Dinding Rumah Tahan Gempa

Menggunakan Panel Bambu Sandwich Dengan Beberapa Frame dilakukan selama

3 (tiga) bulan dari bulan September sampai dengan bulan Desember 2010, dimana

pembuatan contoh uji, pengujian sifat fisis, dan sifat mekanis komponen contoh

uji dilakukan di Laboratorium Rekayasa dan Desain Bangunan Kayu, Departemen

Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Sedangkan pengujian

kekuatan dinding dilakukan pada bulan Februari 2011 di Pusat Penelitian dan

Pengembangan Permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian

Pekerjaan Umum, Cileunyi Wetan, Bandung.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah potongan bambu tali

(Gigantochloa apus) yang berasal dari daerah Leuwikopo, Dramaga – Bogor,

kayu meranti, kayu lapis dengan ukuran 240 cm x 120 cm x 0,8 cm, dan perekat

Isocyanate.

Peralatan yang digunakan adalah mesin panther, timbangan elektronik,

moisture meter, oven, kaliper, meteran, jigsaw, gerinda, mesin planner, dan

circular saw.

Untuk pengujian ketahanan terhadap gempa dinding panel bambu

sandwich yang berupa uji geser digunakan UTM Jack berkapasitas 10 ton yang

berfungsi mendorong dan menarik benda uji ke arah lateral. Dilengkapi dengan

kompa hidrolik sebagai penggerak UTM Jack dan Data Logger sebagai alat

pencatat beban, lendutan, dan tegangan-tegangan lain yang diperlukan serta

tranducer yang berfungsi sebagai alat ukur simpangan (defleksi).

Page 11: PROPOSAL PENELITIAN JULE AWAS ILANG!!!!!! (2)

11

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Persiapan Bahan

Bambu tali dan balok rangka dikeringkan secara alami. Kayu meranti

diserut untuk menyamakan tebalnya, kemudian dikelompokkan berdasarkan

kekuatannya (TS) melalui uji panther. Potong kayu sesuai ukuran yang

diinginkan untuk dibuat rangka/frame. Kayu yang memiliki TS ≥ TS7

digunakan untuk rangka kayu, sedangkan kayu dengan TS < TS7 digunakan

untuk penguat atau bracing.

3.3.2 Pembuatan Dinding Panel Sandwich

Tahapan-tahapan pembuatan panel sandwich adalah sebagai berikut :

a. Bambu yang telah dikeringkan secara alami dipotong dengan panjang

5 cm tanpa memperhatikan keberadaan buku dan besar diameter

bambu. Pemotongan bambu dilakukan dengan cara bulat utuh

menggunakan mesin potong berupa table circular saw dan mitter

circular saw agar didapatkan ukuran bambu yang seragam.

b. Sebagai face dan back digunakan kayu lapis komersial dengan

ketebalan sebesar 0,8 cm.

c. Bikin frame dan penguatan kayu seperti desain yang diinginkan sesuai

ukuran yang digunakan, yaitu 2,4 m x 1,2 m. Kemudian satukan

dengan kayu lapis menggunakan paku besi pada satu sisinya.

5 cm

Gambar 1. Potongan bambu yang digunakan

Page 12: PROPOSAL PENELITIAN JULE AWAS ILANG!!!!!! (2)

12

Ket:

= Kayu lapis

= Rangka

= Penguat

Gambar 3. Desain frame contoh uji

d. Siapkan perekat isocyanate dengan perbandingan antara hardener dan

based sebesar 15:100.

e. Susun dan rekatkan potongan-potongan bambu diatas kayu lapis yang

telah dipasangkan rangka tersebut menggunakan perekat yang telah

disiapkan.

f. Tutup dengan kayu lapis yang telah diberi perekat pada sisi yang

lainnya. Potongan bambu digunakan sebagai inti (core) dan kayu lapis

sebagai lapisan atas dan bawah (face and back) seperti terlihat pada

Gambar 2.

Gambar 2. Pembuatan panel sandwich

g. Selanjutnya kayu lapis dengan potongan bambu dikempa selama

minimal 24 jam menggunakan plat besi. Kemudian alat kempa dilepas

dan produk dikondisikan sebelum dilakukan pengujian.

Page 13: PROPOSAL PENELITIAN JULE AWAS ILANG!!!!!! (2)

13

3.3.3 Pengujian Sifat Fisis dan Mekanis

3.3.3.1 Kadar Air

Untuk pengujian kadar air bambu diambil contoh potongan bambu,

kayu lapis berukuran 5cm x 5cm x 0,8cm, dan balok berukuran 2,5cm x

2,5cm x 2,5cm yang kemudian ditimbang berat awalnya (Ba)

menggunakan timbangan digital, selanjutnya dioven pada suhu 103±2ºC

selama selama 24 jam atau sampai konstan. Setelah pengovenan, masukan

sampel ke dalam desikator selama 10 menit dan timbang kembali sebagai

berat kering tanur (BKT). Nilai kadar air (KA) didapatkan melalui

perhitungan :

Keterangan:

BB = Berat awal (gram)

BKT = Berat kering tanur (gram)

KA = Kadar air (%)

3.3.3.2 Kerapatan

Kerapatan merupakan masa (berat) sampel dibanding dengan volume

sampel. Sampel ditimbang dalam keadaan kering udara (BKU) dan ukur

dimensi panjang, lebar dan tebalnya. Nilai kerapatan dihitung :

Keterangan :

BKU = Berat kering udara (gram)

p = Dimensi panjang (cm)

l = Dimensi lebar (cm)

t = Dimensi tebal (cm)

Kr = Kerapatan (gram/cm³)

Page 14: PROPOSAL PENELITIAN JULE AWAS ILANG!!!!!! (2)

14

3.3.3 Pengujian Kekuatan Mekanis Dinding

Pengujian kekuatan mekanis dinding panel bambu sandwich

dilakukan dengan uji racking. Pengujian dilakukan berdasarkan Standar

Internasional ISO/DIS 22452 tentang “Timber structures – Structural

insulated panel wall – test methods”. Uji racking menunjukan strength

dan stiffness dari dinding panel bambu sandwich. Ukuran contoh uji

dinding bambu sandwich adalah 240 cm x 120 cm x 6,6 cm.

Beban yang diberikan beban horizontal (F) yang diberikan sekitar

(2 ± 0,5) mm/min dan secara vertikal (Fv) sebesar 0,4 Fmax,est sekitar (4 ± 1)

mm/min. Pada umumnya beban vertikal (Fv) memiliki nilai lebih dari 25

kN pada contoh uji yang memiliki panjang 2,4 meter. Dimana besarnya Fv

harus proporsional terhadap total panjang dari contoh uji.

A

BC

Jarum deflektometer

Beban vertikal (Fv)

Beban lateral (F)

Baut yang ditanam ke mesin

240 cm (H)

120 cm (B)

Gambar 4. Skema uji racking

Page 15: PROPOSAL PENELITIAN JULE AWAS ILANG!!!!!! (2)

15

Tahapan pengujian ketahanan gempa berupa uji geser pada dinding

panel bambu sandwich:

1. Benda uji komponen diletakkan pada posisi

horisontal dan terikat pada ujung UTM Jack

2. Beban berupa tarikan dan dorongan diberikan berkali-kali sampai

diperoleh data ulangan dan sampai benda rusak.

3. Pada bagian ujung benda uji dengan UTM Jack dipasang Data

logger sebagai alat pencatat beban dengan lendutannya.

4. Pada bagian-bagian komponen yang ingin diukur tegangan dan

regangannya dipasang Tranducer yang berfungsi untuk mengetahui

besarnya defleksi yang terjadi pada saat diberi beban.

5. Benda uji diberi beban sampai jarum Data logger dan Tranducer

bergerak dan menunjukkan suatu nilai tertentu.

6. Setiap kenaikan beban, data logger dan tranducer terekam dan

terbaca oleh komputer yang langsung memberikan data beserta

grafik hasil pengukurannya.

7. Pembacaan Hasil Pengujian

Semua data terekam dalam komputer mulai saat komponen masih

elastis, batas proporsi sampai beban maksimum (benda uji rusak)

atau data beban tidak bertambah lagi. Data tersebut dilengkapi

dengan grafik hasil uji geser berupa tegangan dan regangan yang

ditimbulkan dan data beban dengan lendutan yang dihasilkan

akibat uji geser secara lateral.

Page 16: PROPOSAL PENELITIAN JULE AWAS ILANG!!!!!! (2)

16

DAFTAR PUSTAKA

Agus. 2002. Rekayasa Gempa Utuk Teknik Sipil [Laporan Penelitian]. Padang: Institut Teknologi Padang.

Dewi, Shinta O.K. 2009. Pengaruh Susunan Karton Gelombang Dan Anyaman Bambu Terhadap Sifat Fisis Dan Mekanis Panel Sandwich [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Fadli, T. M. 2006. Sifat Fisis Dan Mekanis Bambu Lapis Dari Bambu Andong (Gigntochloa verticillata (Wild) Munro) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Febriyani. 2008. Sifat Fisis Mekanis Panel Sandwich Dari Tiga Jenis Bambu [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Haris, A. 2008. Pengujian Sifat Fisis Dan Mekanis Buluh Bambu Sebagai Bahan Konstruksi Menggunakan ISO 22157-1: 2004 [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

[ISO] Draft International Standard. 2009. International Standard Organization 22452. 2009. Timber Structures – Structural Insulated Panel Walls – Test Methods.

Karlinasari, Lina. 2006. Pembanguan Rumah Contoh Tahan Gempa Untuk Daerah Bencana Dengan Sistem Pre-pabrikasi [Laporan Akhir Kegiatan Pembrdayaan Masyarakat]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Roby. 2009. Dinding. www.architecturoby.blogspot.com/2009/02/dinding.html [13 Januari 2011]

Rusmawan, D. 2005. Konsep Rumah Tahan Gempa. www.unhabitat-indonesia.orgfilescli-91.pdf . [07 Februari 2010]

Sitorus, R. 2009. Determinasi Komposisi Perekat Isocyanate dan Melamine Formaldehyde Serta Kadar Parafin Optimum Papan Komposit Dari Limbah Kayu Dan Anyaman Bambu Betung (Dendrocalamus asper (Schult.f) Backer ex Heyne) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

[SNI] Standar Nasional Indonesia. 2003. 03-1726: Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung (Beta version).

Sonisa, I. 1995. Produksi Dan Pemanfaatan Bambu di Indonesia. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Page 17: PROPOSAL PENELITIAN JULE AWAS ILANG!!!!!! (2)

17

Surjokusumo, S dan N. Nugroho. 1993. Studi Penggunaan Bambu Sebagai Bahan Tulang Beton [Laporan Penelitian]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Surjokusumo, S. 1984. Penggunaan Panel Kayu Khususnya Kayu Lapis Ditinjau Dari Segi Keteknikan. Fokus Kayu Lapis ’84 [Proceedings Seminar]. PT. Hasta Jaya Pratama.

Page 18: PROPOSAL PENELITIAN JULE AWAS ILANG!!!!!! (2)

18