proposal kelompok v metode penelitian
Post on 05-Dec-2014
136 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 LATAR BELAKANG
Kota Tomohon merupakan salah satu kota yang sedang berkembang seirama
dengan perkembangan kota-kota lainnya di kawasan Indonesia bagian timur. Hal ini
merupakan daya tarik yang sangat kuat bagi masyarakat yang berada di daerah
pedesaan untuk berpindah ke daerah perkotaan. Karena daerah perkotaan sudah
terlanjur dianggap sebagai penyedia berbagai macam lapangan pekerjaan. Fenomena
ini mengakibatkan adanya peningkatan jumlah penduduk dengan berbagai kebutuhan
yang harus dipenuhi. Antara lain kebutuhan akan sarana transportasi, kebutuhan akan
adanya perkantoran dan pusat-pusat ekonomi baru serta fasilitas-fasilitas penunjang
lainnya Tentunya hal ini akan berdampak pada perubahan pola tata guna lahan dan
pola pergerakan lalu lintas.
Pertambahan jumlah penduduk dan perubahan pola tata guna lahan ini
mengakibatkan adanya pemusatan asal bangkitan pergerakan dalam waktu yang
bersamaan dan adanya pembebanan pada jalur jalan yang menuju pusat-pusat
kegiatan. Kemacetan, keterlambatan, polusi suara dan udara adalah beberapa
permasalahan yang ditimbulkan dengan adanya pergerakan tersebut. Kawasan
Perumahan Uluindano yang merupakan perumahan terbesar di kota Tomohon adalah
merupakan salah satu fungsi dari tata guna lahan yang pastinya akan menimbulkan
bangkitan pergerakan. Kawasan ini memiliki daya tarik tersendiri sehingga
mendorong orang-orang untuk dapat bermukim di daerah ini. Hal ini mengakibatkan
tidak meratanya pertumbuhan penduduk di kota Tomohon.
Sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk, maka jumlah rumah tangga
akan mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini menjadikan asal
bangkitan lalu-lintas yang menuju pusat-pusat kegiatan juga akan bertambah. Salah
satu usaha untuk dapat mengatasinya adalah dengan memahami pola pergerakan yang
akan terjadi, misalnya dari mana dan hendak ke mana, besarnya, dan kapan
terjadinya.
1
Bertolak dari hal di atas maka penulis mencoba untuk menganalisa bangkitan
pergerakan dan pola distribusi perjalanan di kawasan Perumahan Uluindano
Tomohon.
1. 2 PERUMUSAN MASALAH
Bertolak dari latar belakang permasalahan diatas maka penulis mencoba
menganalisa bangkitan pergerakan dan distribusi perjalanan yang diakibatkan oleh
berbagai aktifitas di kawasan perumahan Uluindano Tomohon. Bangkitan pergerakan
dipengaruhi oleh :
Komposisi keluarga
Jumlah anggota keluarga yang bekerja
Jumlah anggota keluarga yang belajar
Pemilikan Kendaraan
Penghasilan Keluarga
Penulis mengambil Perumahan Uluindano Tomohon sebagai objek penelitian sebab :
1. Perumahan Uluindano merupakan perumahan yang paling besar di kota
Tomohon dengan aktivitas yang cukup tinggi.
2. Jarak dari Perumahan Uluindano ke pusat kota Tomohon berkisar 1,5 Km
1. 3 PEMBATASAN MASALAH
Karena terbatasnya waktu, biaya dan tenaga, maka dalam menganalisa
bangkitan pergerakan dan distribusi perjalanan yang terjadi akibat aktifitas di
kawasan Perumahan Uluindano Tomohon serta berbagai permasalahan yang begitu
kompleks maka penulis membatasi penelitian ini pada :
1. Bangkitan pergerakan yang di hitung hanya jumlah bangkitan pergerakan
yang terjadi di kawasan Perumahan Uluindano Kecamatan Tomohon Selatan
Kota Tomohon.
2
2. Metode yang digunakan untuk bangkitan pergerakan adalah Metode Regresi
Linier Berganda
3. Kendaraan pribadi yang dimaksud adalah kendaraan beroda 4 dan kendaraan
beroda 2.
4. Distribusi perjalanan hanya dibatasi pada daerah disekitar wilayah Minahasa.
1. 4 TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi bangkitan pergerakan
berbasis rumah tangga di kawasan Perumahan Uluindano Tomohon dan
seberapa besar pengaruh faktor-faktor tersebut.
2. Mengetahui seberapa besar pengaruh bangkitan pergerakan berbasis rumah
tangga di kawasan Perumahan Uluindano Tomohon terhadap aktivitas di
pusat kota Tomohon.
3. Mengetahui pola distribusi perjalanan yang diakibatkan oleh adanya
pergerakan di kawasan Perumahan Uluindano Tomohon.
1. 5 MANFAAT PENELITIAN
Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai
berikut :
1. Sebagai bahan pertimbangan bagi instansi terkait dalam memperbaiki jaringan
jalan di kawasan perumahan ini
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi para investor dan pemerintah dalam
pembangunan berbagai fasilitas-fasilitas yang menunjang pengembangan
kawasan perumahan ini.
3. Mengungkapkan karakteristik perjalanan yang dilakukan masyarakat di
kawasan perumahan Uluindano Tomohon.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Perkembangan suatu kota yang dinamis menyebabkan diperlukannya
perencanaan terhadap kebutuhan akan transportasi. Salah satu metoda perencanaan
transportasi tersebut adalah model 4 langkah, yaitu membuat model sesuai dengan
karakteristik perjalanan saat ini dan dipakai untuk memproyeksikan kebutuhan
transportasi di tahun rencana dengan data perkembangannya. Empat langkah tersebut
adalah Bangkitan Pergerakan (Trip Generation), Sebaran Pergerakan (Trip
Distribution), Pemilihan Moda (Modal Split), dan Pemilihan Rute (Trip
Assignment). Menurut Ortuzar (1990) dari keempat tahap tersebut, yang merupakan
tahap paling awal adalah trip generation atau bangkitan pergerakan.
Bangkitan perjalanan terjadi pada lokasi tempat tinggal dimana pergerakan
berasal dan merupakan kumpulan dari individu yang mempunyai kebutuhan
melakukan mobilisasi dalam memenuhi kebutuhan. Pergerakan dapat bersifat rutin
maupun tidak rutin, yang besarnya tergantung dari tingkat aktifitas penghuninya.
Beberapa lokasi dapat menjadi sumber pembangkit perjalanan, misalnya rumah atau
tempat tinggal, tempat penduduk bertempat tinggal sehari-hari sebelum berangkat
atau pulang bekerja. Lokasi lain misalnya tempat bekerja atau tempat keramaian dan
tempat rekreasi merupakan penarik perjalanan yang menjadi tujuan dari perjalanan
dari rumah tinggal.
2.1.1 Model Perencanaan Transportasi Empat Langkah
a. Bangkitan Pergerakan (Trip Generation)
Bangkitan pergerakan adalah tahapan permodelan yang memperkirakan
jumlah pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan dan jumlah
pergerakan yang tertarik ke suatu tata guna lahan atau zona. Pergerakan adalah
perjalanan satu arah (one way journey) dari zona asal ke zona tujuan, termasuk
4
perjalanan berjalan kaki. Pergerakan lalulintas merupakan fungsi tata guna lahan
yang menghasilkan pergerakan lalulintas. Bangkitan lalulintas ini mencakup :
lalulintas yang meninggalkan suatu lokasi.
lalulintas yang menuju atau tiba ke suatu lokasi.
Bangkitan pergerakan menghasilkan pergerakan
lalulintas yang masuk dan keluar dari suatu zona
pergerakan berasal pergerakan menuju
dari zona i ke zona d
Gambar 2.1 Bangkitan Pergerakan
Sumber : Wells (1975)
Bangkitan pergerakan ini merupakan fungsi dari tiga faktor, yaitu pola tata
guna lahan dan perkembangan daerah (x1); ciri khas sosio-ekonomi pelaku lalulintas
di daerah yang bersangkutan (x2); sifat jangkauan, dan daya tampung sistem
transportasi yang ada (x3).
Q = f (x1,x2,x3)………………………………………...(2.1)
(Bruton, 1985 dalam Warpani, 1990)
b. Sebaran Pergerakan (Trip Distribution)
Tahap ini merupakan tahap ketiga dari lima tahap yang menghubungkan
interaksi antara tata guna lahan, jaringan transportasi, dan arus lalulintas. Pola spasial
arus lalulintas adalah fungsi dari tata guna lahan dan sistem jaringan transportasi.
Pola sebaran arus lalulintas antara zona asal i ke zona tujuan d adalah hasil
dari dua hal yang terjadi secara bersamaan, yaitu lokasi dan intensitas tata guna lahan
5
i d
yang akan menghasilkan arus lalulintas, dan pemisahan ruang, interaksi antara dua
buah tata guna lahan yang akan menghasilkan pergerakan manusia dan/atau barang.
Untuk setiap pasangan zona (i,d), berapa arus dari zona i ke zona d
Gambar 2.2 Sebaran Pergerakan
c. Pemilihan Moda (Modal Split)
Jika interaksi terjadi antara dua tata guna lahan di suatu kota, seseorang akan
memutuskan bagaimana interaksi tersebut harus dilakukan. Dalam kebanyakan kasus,
pilihan pertama adalah dengan menggunakan telepon (atau pos) karena hal ini akan
dapat menghindari terjadinya perjalanan. Akan tetapi, sering interaksi mengharuskan
terjadinya perjalanan. Dalam kasus ini, keputusan harus ditentukan dalam hal
pemilihan moda. Secara sederhana moda berkaitan dengan jenis transportasi yang
digunakan. Pilihan pertama biasanya berjalan kaki atau menggunakan kendaraan. Jika
menggunakan kendaraan, pilihannya adalah kendaraan pribadi (sepeda, sepeda motor,
mobil) atau angkutan umum (bus, becak dan lain-lain). Jika angkutan umum yang
digunakan, jenisnya bermacam-macam – oplet, kereta api, becak dan lain-lain.
Orang yang hanya mempunyai satu pilihan moda saja disebut dengan Captive
terhadap moda tersebut. Jika terdapat lebih dari satu moda, moda yang dipilih
biasanya yang mempunyai rute terpendek, tercepat, atau termurah, atau kombinasi
dari ketiganya. Faktor lain yang mempengaruhi adalah ketidaknyamanan dan
keselamatan. Hal seperti ini harus dipertimbangkan dalam pemilihan moda.
6
i d
angkutan pribadi angkutan umum
Dari jumlah lalulintas dari i ke d, berapa yang menggunakan kendaraan
pribadi dan berapa yang menggunakan angkutan umum?
Gambar 2.3 Pemilihan Moda
d. Pemilihan Rute (Trip Assignment)
Dalam pemilihan moda juga dapat digunakan untuk pemilihan rute. Untuk
angkutan umum, rute ditentukan berdasarkan moda transportasi (bus dan kereta api
mempunyai rute yang tetap). Dalam kasus ini, pemilihan moda dan rute dilakukan
bersama-sama. Untuk kendaraan pribadi, diasumsikan bahwa orang akan memilih
moda transportasinya dulu, baru rutenya.
Seperti pemilihan moda, pemilihan rute tergantung pada alternatif terpendek,
tercepat, dan termurah, dan juga diasumsikan bahwa pemakai jalan mempunyai
informasi yang cukup (misalnya tentang kemacetan jalan) sehingga mereka dapat
menentukan rute yang terbaik.
7
i d
a. Kendaraan pribadi
B
DA C
Kendaraan pribadi akan mengikuti rute tersingkat (ABCD)
b. Angkutan umum
A C
B
Angkutan umum akan memilih rute terpendek atau tersingkat (ABC)
Gambar 2.4 Pemilihan Rute
2.1.2 Jenis Tata Guna Lahan
Jenis tata guna lahan yang berbeda (permukiman, pendidikan, dan komersial)
mempunyai ciri bangkitan lalulintas yang berbeda:
jumlah arus lalulintas
jenis lalulintas (pejalan kaki, truk, mobil)
lalulintas pada waktu tertentu (kantor menghasilkan arus lalulintas pada pagi
dan sore hari, sedangkan pertokoan menghasilkan arus lalulintas disepanjang
hari).
Peramalan pola-pola tata guna lahan di masa mendatang sangat diperlukan
karena ini menyangkut pengembangan kota. Banyak metode yang digunakan
tetapi apa yang dikembangkan oleh Chicago Area Transportation Study
8
i d
i d
(1959) (disingkat CATS) sangat banyak diikuti. Prosedur-prosedurnya adalah
non matematis dan sangat tergantung pada pertimbangan dan penelitian
berbagai pihak yang ikut serta dalam peramalan. Di Chicago peramalan ini
dilakukan oleh sebuah kelompok yang bukan saja terdiri dari insinyur (ahli
teknik) transportasi, tetapi juga para pembangun real estate, pimpinan
masyarakat, dari beberapa pihak lain yang mempunyai kepentingan dalam
perkembangan tata guna lahan.
Prosedur didasarkan pada penggunaan dari tiga buah aturan berikut :
o Intensitas pengembangan lahan akan berkurang apabila makin jauh dari pusat
kota.
o Kerapatan (densities, kegiatan persatuan area) pada lahan yang sudah terpakai
akan berkurang apabila makin jauh dari pusat kota.
o Proporsi lahan yang disediakan oleh berbagai penggunaan lahan akan selalu
stabil.
Metode ini mengisyaratkan bahwa data populasi di masa mendatang dan
ukuran-ukuran lain mengenai kegiatan menyeluruh di daerah itu harus diramalkan,
dimana ramalan ini biasanya tersedia pada organisasi-organisasi perencanaan
nasional.
Jumlah dan jenis lalulintas yang dihasilkan oleh setiap tata guna lahan
merupakan hasil dari fungsi parameter sosial dan ekonomi, seperti contoh di Amerika
Serikat (Black, 1978):
1 ha perumahan menghasilkan 60-70 pergerakan kendaraan per minggu
1 ha perkantoran menghasilkan 700 pergerakan kendaraan per hari, dan
1 ha tempat parkir umum menghasilkan 12 pergerakan kendaraan per hari.
Beberapa contoh lain (juga di Amerika Serikat) diberikan dalam tabel 2.1.
9
Tabel 2.1 Bangkitan dan tarikan pergerakan dari beberapa aktivitas tata guna lahan
Deskripsi aktivitas tata guna
lahan
Rata-rata jumlah pergerakan
kendaraan per 100 m2
Jumlah kajian
Pasar swalayan
Pertokoan lokal*
Pusat pertokoan**
Restoran siap santap
Restoran
Gedung perkantoran
Rumah sakit
Perpustakaan
Daerah Industri
136
85
38
595
60
13
18
45
5
3
21
38
6
3
22
12
2
98
* 4.645-9.290 (m2) ** 46.452-92.903 (m2)
Sumber: Black (1978)
2.1.3 Intensitas Aktivitas Tata Guna Lahan
Bangkitan pergerakan bukan saja beragam dalam jenis tata guna lahan, tetapi
juga tingkat aktivitasnya. Semakin tinggi tingkat penggunaan sebidang tanah,
semakin tinggi pergerakan arus lalulintas yang dihasilkannya. Salah satu ukuran
intensitas aktivitas sebidang tanah adalah kepadatannya. Tabel 2.2 memperlihatkan
bangkitan lalulintas dari suatu daerah permukiman yang mempunyai tingkat
kepadatan berbeda di Inggris (Black, 1978).
Tabel 2.2 Bangkitan lalulintas, jenis perumahan dan kepadatannya
Jenis Perumahan
Kepadatan
permukiman
(keluarga/ha)
Pergerakan per
hari
Bangkitan
pergerakan
per ha
Permukiman di luar kota
Permukiman di batas kota
Unit rumah
Flat tinggi
15
45
80
100
10
7
5
5
150
315
400
500
Sumber: Black (1978)
10
Walaupun arus lalulintas terbesar yang dibangkitkan berasal dari daerah permukiman
di luar kota, bangkitan lalulintasnya terkecil karena intensitas aktivitasnya (dihitung
dari tingkat kepadatan permukiman) paling rendah.
2.2 Bangkitan Pergerakan
Tujuan dasar tahap bangkitan pergerakan adalah menghasilkan model
hubungan yang mengaitkan parameter tata guna lahan dengan jumlah pergerakan
yang menuju ke suatu zona atau jumlah pergerakan yang meninggalkan suatu zona.
Zona asal dan tujuan pergerakan biasanya juga menggunakan istilah trip end.
Model ini sangat dibutuhkan apabila efek tata guna lahan dan pemilikan
pergerakan terhadap besarnya bangkitan dan tarikan pergerakan berubah sebagai
fungsi waktu. Tahapan bangkitan pergerakan ini meramalkan jumlah pergerakan yang
akan dilakukan oleh seseorang pada setiap zona asal dengan menggunakan data rinci
mengenai tingkat bangkitan pergerakan, atribut sosio-ekonomi, serta tata guna lahan.
Beberapa bentuk matematis dari sebagian besar model pembangkitan
perjalanan dicantumkan dibawah ini. Bentuk pertama akan menghasilkan jumlah
perjalanan total pertama, sedangkan bentuk yang kedua menunjukkan jumlah
perjalanan per rumah tangga. Bentuk matematis dari model pembangkitan perjalanan
itu adalah :
= Op (Si1, Si2, . . ., Sij, . . .)………………………………..(2.2)
= Opt (Si1, Si2, . . ., Sij, . . .)……………………………….(2.3)
Dimana :
= Jumlah perjalanan untuk maksud yang berasal dari zone i
= Jumlah rumah tangga di dalam zone i
Op, Opt = Fungsi-fungsi matematis
Sij = Ukuran (tolak ukur) sosio ekonomi untuk kegiatan j di zone i
Tolak ukur sosio ekonomi dalam penentuan model bangkitan yang
dimaksud adalah tingkat pendapatan, tingkat pemilikan kendaraan, ukuran
dan struktur rumah tangga.
11
2.2.1 Definisi Dasar
Adapun beberapa definisi dasar mengenai model bangkitan pergerakan :
a. Perjalanan Pergerakan satu arah dari zona asal ke zona tujuan, termasuk
pergerakan berjalan kaki. Berhenti secara kebetulan (misalnya berhenti di
perjalanan untuk membeli rokok) tidak dianggap sebagai tujuan perjalanan,
meskipun perubahan rute terpaksa dilakukan. Meskipun pergerakan sering
diartikan dengan pergerakan pulang dan pergi, dalam ilmu transportasi
biasanya analisis keduanya harus dipisahkan. Hal yang dikaji di sini tidak saja
mengenai pergerakan berkendaraan, tetapi juga kadang-kadang pergerakan
berjalan kaki.
b. Pergerakan berbasis rumah Pergerakan yang salah satu atau kedua zona
(asal dan/atau tujuan) pergerakan tersebut adalah rumah.
c. Pergerakan berbasis bukan rumah Pergerakan yang baik asal maupun
tujuan pergerakan adalah bukan rumah.
d. Bangkitan pergerakan Digunakan untuk suatu pergerakan berbasis rumah
yang mempunyai tempat asal dan/atau tujuan adalah rumah atau pergerakan
yang dibangkitkan oleh pergerakan berbasis bukan rumah (lihat gambar 2.5).
e. Tarikan pergerakan Digunakan untuk suatu pergerakan berbasis rumah
yang mempunyai tempat asal dan/atau tujuan bukan rumah atau pergerakan
yang tertarik oleh pergerakan berbasis bukan rumah (lihat gambar 2.5).
f. Tahapan bangkitan pergerakan Sering digunakan untuk menetapkan
besarnya bangkitan pergerakan yang dihasilkan oleh rumah tangga (baik
untuk pergerakan berbasis rumah tangga maupun berbasis bukan rumah) pada
selang waktu tertentu (per jam atau per hari)
12
Bangkitan Tarikan
Bangkitan Tarikan
Bangkitan Tarikan
Tarikan Bangkitan
Gambar 2.5 Bangkitan dan Tarikan Pergerakan
2.2.2 Klasifikasi Pergerakan
a. Berdasarkan tujuan pergerakan
Dalam kasus pergerakan berbasis rumah, lima kategori tujuan
pergerakan yang sering digunakan adalah :
Pergerakan ke tempat kerja
Pergerakan ke sekolah atau universitas (pergerakan dengan tujuan
pendidikan)
Pergerakan ke tempat belanja
Pergerakan untuk kepentingan sosial dan rekreasi, dan
Lain-lain
Dua tujuan pergerakan pertama (bekerja dan pendidikan) disebut tujuan
pergerakan utama yang merupakan keharusan untuk dilakukan oleh setiap
orang setiap hari, sedangkan tujuan pergerakan lain sifatnya hanya pilihan dan
tidak rutin dilakukan. Pergerakan berbasis bukan rumah tidak selalu harus
dipisahkan karena jumlahnya kecil, hanya sekitar 15-20 % dari total
pergerakan yang terjadi.
13
Rumah
Tempat BelanjaTempat Kerja
Tempat Kerja
b. Berdasarkan waktu
Pergerakan biasanya dikelompokkan menjadi pergerakan pada jam
sibuk dan pada jam tidak sibuk. Proporsi pergerakan yang dilakukan oleh
setiap tujuan pergerakan sangat berfluktuasi atau bervariasi sepanjang hari.
Pergerakan pada selang jam sibuk pagi hari (biasanya saling bertolak
belakang dengan pergerakan pada selang jam sibuk sore hari) terjadi antara
jam 7.00 sampai dengan jam 9.00 pagi dan jam tidak sibuk berkisar antara
jam 10.00 sampai dengan jam 12.00 siang.
c. Berdasarkan jenis orang
Hal ini merupakan salah satu jenis pengelompokkan yang penting
karena perilaku pergerakan individu sangat dipengaruhi oleh atribut sosio-
ekonomi. Atribut yang dimaksud adalah :
Tingkat pendapatan: biasanya terdapat tiga tingkat pendapatan di Indonesia:
tinggi, menengah, dan rendah
Tingkat pemilikan kendaraan: biasanya terdapat empat tingkat: 0, 1, 2,
atau lebih dari dua (2+) kendaraan per rumah tangga
Ukuran dan struktur rumah tangga.
Hal penting yang harus diamati adalah bahwa jumlah tingkat dapat meningkat
pesat dan ini berimplikasi cukup besar bagi kebutuhan akan data, kalibrasi model,
dan penggunaannya.
2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi
Dalam permodelan bangkitan pergerakan, hal yang perlu diperhatikan bukan saja
pergerakan manusia, tetapi juga pergerakan barang.
a. Bangkitan pergerakan untuk manusia
Faktor berikut dipertimbangkan pada beberapa kajian yang telah dilakukan:
Pendapatan
Pemilikan kendaraan
14
Struktur rumah tangga
Ukuran rumah tangga
Nilai lahan
Kepadatan daerah permukiman
Aksesibilitas
Empat faktor pertama (pendapatan, pemilikan kendaraan, struktur, dan ukuran
rumah tangga) telah digunakan pada beberapa kajian bangkitan pergerakan,
sedangkan nilai lahan dan kepadatan daerah permukiman hanya sering dipakai
untuk kajian mengenai zona.
b. Tarikan pergerakan untuk manusia.
Faktor yang paling sering digunakan adalah luas lantai untuk kegiatan
industri, komersial, perkantoran, pertokoan, dan pelayanan lainnya. Faktor
lain yang dapat digunakan adalah lapangan kerja. Akhir-akhir ini beberapa
kajian mulai berusaha memasukkan ukuran aksesibilitas.
c. Bangkitan dan tarikan pergerakan untuk barang
Pergerakan ini hanya merupakan bagian kecil dari seluruh pergerakan (20%)
yang biasanya terjadi di Negara industri. Peubah penting yang mempengaruhi
adalah jumlah lapangan kerja, jumlah tempat pemasaran, luas atap industri
tersebut, dan total seluruh daerah yang ada.
2.3 Perjalanan (Trip)
Pada umumnya manusia dalam melakukan berbagai macam aktivitasnya
memerlukan suatu gerak untuk berpindah dari suatu tempat ke tempat lainnya,
dengan kata lain manusia harus melakukan suatu pergerakan yang disebut perjalanan.
15
2.3.1 Pengertian
Suatu perjalanan biasanya didefinisikan dalam buatan model angkutan sebagai
satu kali perjalanan yang dilakukan oleh seseorang antara dua tempat dengan satu
jenis angkutan dan untuk suatu maksud tertentu. Biasanya perjalanan dengan aneka
angkutan dan atau aneka maksud disederhanakan menjadi perjalanan yang ditandai
oleh satu jenis angkutan dan satu maksud dengan mengabaikan tahap-tahap antara
dan pemberhentian untuk maksud sekunder.
Definisi lain menjelaskan bahwa perjalanan adalah suatu pergerakan satu arah
dari zona asal ke zona tujuan termasuk pergerakan berjalan kaki. Pergerakan itu
sendiri dibagi atas dua yaitu perjalanan yang berbasis rumah (home based) dan
perjalanan yang tidak berbasis rumah (non-home based). Perjalanan dari rumah ke
tempat kerja dan sebaliknya, sedangkan perjalanan yang tidak berbasis rumah berlaku
hubungan seperti perjalanan dari tempat kerja ke tempat kerja lainnya.
2.3.2 Maksud Perjalanan
Secara spesifik terdapat kategori maksud perjalanan :
Perjalanan – berdasarkan – rumah, dimana tempat asal atau tujuan perjalanan
adalah dari atau menuju rumah.
Perjalanan – perjalanan lainnya yang tidak bersangkut paut dengan rumah.
2.3.3 Karakteristik Perjalanan
Perjalanan mempunyai karakteristik sebagai berikut :
a. Daerah asal (origin)
b. Daerah tujuan (destination)
c. Tujuan perjalanan
d. Mode perjalanan
e. Maksud perjalanan
f. Route yang dilalui
g. Waktu perjalanan
16
2.4 Distribusi Perjalanan
Distribusi perjalanan adalah proses menghitung jumlah perjalanan yang
terjadi antara satu zone dan semua zone lainnya dalam daerah studi. Bentuk pola
distribusi dituangkan dalam Matrix Asal Tujuan (MAT) seperti pada gambar 2.6.
To
From1 2 3 … N Oi
1 T11 T12 T13 . T1N O1
2 T21 T22 T23 . T2N O2
3 T31 T32 T33 . T3N O3
. . . . . . .
. . . . . . .
. . . . . . .
N TN1 TN2 TN3 . TNn On
Dd D1 D2 D3 . Dn T
Gambar 2.6 Matrix Asal Tujuan
Dimana :
Oi = Jumlah pergerakan yang berasal dari zone i
Dd = Jumlah pergerakan yang menuju zone tujuan d
Tujuan distribusi perjalanan adalah untuk mendistribusikan atau
mengalokasikan jumlah perjalanan yang berasal dari setiap zone dan di antara seluruh
zone tujuan yang memungkinkan.
2.5 Analisis Regresi
2.5.1 Model Analisis Regresi Linear
Analisis regresi linear adalah metode statistik yang dapat digunakan untuk
mempelajari hubungan antarsifat permasalahan yang sedang diselidiki. Model
analisis regresi linear dapat memodelkan hubungan antara dua peubah atau lebih.
Pada model ini terdapat peubah tidak bebas (y) yang mempunyai hubungan
17
fungsional dengan satu atau lebih peubah bebas (xi). Dalam kasus yang paling
sederhana, hubungan secara umum dapat dinyatakan dalam persamaan (2.4) berikut:
y = a + bx…………………………………………………….(2.4)
Dimana:
y = peubah tidak bebas
x = peubah bebas
a = intersep atau konstanta regresi
b = koefisien regresi
Parameter a dan b dapat diperkirakan dengan menggunakan metode kuadrat terkecil
yang meminimumkan total kuadratis residual antara hasil model dengan hasil
pengamatan. Nilai parameter a dan b bisa didapatkan dari persamaan (2.5) dan (2.6)
berikut:
………………………………………...(2.5)
………………………………………………………………(2.6)
dan adalah nilai rata-rata dari yi dan xi.
2.5.2 Model Analisis Regresi Linear Berganda
Bentuk umum dari metode analisis regresi linear berganda adalah
………………………………...(2.7)
Dengan hanya dua peubah bebas, persamaan regresi menjadi
……………………………………………(2.8)
dan setiap pengamatan memenuhi hubungan
……………………………………...(2.9)
Nilai dugaan kuadrat terkecil b0, b1, dan b2 dapat diperoleh dengan memecahkan
persamaan linear simultan
18
………………………………. (3.0)
……………………....
(3.1)
………………………
(3.2)
Sistem persamaan linear tersebut dapat diselesaikan untuk mendapatkan b1 dan b2
dengan berbagai cara yang tersedia, antara lain dengan kaidah Cramer, dan kemudian
b0 dapat diperoleh dari persamaan pertama dengan mengamati bahwa
………………………………………..........(3.3)
Model analisis regresi linear berganda yang digunakan untuk menguji hipotesis
adalah sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + … + bZXZ………………………..(3.4)
Dimana :
Y = peubah tidak bebas
X1 … XZ = peubah bebas
a = konstanta regresi
b1 … bZ = koefisien regresi
19
Start
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3. 1 Bagan Alir Penelitian
20
Survey Pendahuluan
Pengumpulan Data
Data Primer- Komposisi Keluarga- Jumlah anggota keluarga yang bekerja
maupun belajar- Pemilikan Kendaraan- Penghasilan Keluarga- Jumlah pergerakan keluarga per-hari- Karakteristik Perjalanan Keluarga
Data Sekunder- Profil Kota Tomohon- Profil Perumahan
Uluindano- Peta Kota Tomohon
Analisa dan Pembahasan- Mencari parameter yang digunakan untuk menentukan bangkitan yang terjadi
dengan menggunakan Analisa Regresi Berganda- Mencari parameter yang memiliki pengaruh terbesar yang mengakibatkan
bangkitan pergerakan- Membuat Matriks Asal Tujuan Secara Grafis untuk mendapatkan pola distribusi
perjalanan
Pengolahan Data
Pengujian Statistik- Uji Korelasi- Uji T test- Uji F test
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Objek penelitian berlangsung di kawasan Perumahan Uluindano Tomohon
Kecamatan Tomohon Selatan Kota Tomohon. Dengan melibatkan 6 lingkungan yang
ada. Penelitian dilakukan selama 6 hari yang dimulai pada tanggal 17 September
2007 dan berakhir pada tanggal 22 September 2007.
3.3 Bahan dan Alat Perlengkapan
Pada penelitian ini, data yang diperoleh hanya melalui pembagian kuisioner
penelitian di tiap-tiap rumah tangga yang ada. Kuisioner tersebut memuat 11
pertanyaan yang harus dijawab oleh para responden. Pertanyaan-pertanyaan ini dalam
bentuk pilihan ganda (objektif).
Dalam penentuan bangkitan pergerakan, digunakan beberapa pertanyaan
yang memuat parameter-parameter seperti komposisi keluarga, jumlah anggota
keluarga yang bekerja, jumlah anggota keluarga yang belajar, kepemilikan kendaraan
dan pendapatan keluarga. Sedangkan pertanyaan-pertanyaan yang lain digunakan
sebagai alat ukur dalam penentuan distribusi perjalanan di kawasan Perumahan
Uluindano Tomohon.
3.4 Jenis dan Sumber Data
3.4.1 Jenis Data
Data adalah sekumpulan informasi yang diperlukan untuk pengambilan
keputusan. Data diperoleh dengan mengukur nilai satu atau lebih variabel dalam
sample (atau populasi). Data dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan, yaitu:
1. Data kuantitatif: data yang disajikan dan diukur dalam suatu skala numerik
atau dalam bentuk angka-angka.
21
Kesimpulan
Selesai
2. Data kualitatif: data yang bersifat deskriptif atau berbentuk uraian atau
penjelasan serta tidak dapat diukur dalam skala numerik.
Dalam penelitian ini digunakan data kuantitatif dan kualitatif.
3.4.2 Sumber Data
Yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah:
1. Data primer: data yang diperoleh secara langsung dalam hal ini dengan survey
lapangan yang menggunakan semua metode pengumpulan data original lewat
kuisioner di kawasan Perumahan Uluindano Tomohon.
2. Data sekunder: data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data
dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data, maupun data yang
didapat dari buku dan informasi lainnya, maupun kepustakaan.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Di dalam melengkapi hasil penelitian ini, maka penulis melakukan
pengumpulan data dengan cara sebagai berikut:
1) Survey Pendahuluan, yaitu langkah awal untuk mencari judul penelitian
skripsi dan masalah yang bisa diangkat menjadi bahan penelitian dengan
membaca Jurnal Teknik Sipil Indonesia, Seminar Nasional Teknik Sipil,
maupun lewat karya tulis ilmiah lainnya. Setelah menentukan judul penelitian
skripsi dan masalah yang diangkat, maka langkah selanjutnya adalah mencari
objek penelitian yang tepat dan sesuai dengan judul penelitian skripsi. Dalam
hal ini, penulis memilih kawasan Perumahan Uluindano Tomohon sebagai
objek penelitian.
2) Studi Kepustakaan, yaitu suatu metode untuk mendapatkan informasi dari
teori-teori dengan cara mempelajari serta mencatat dari buku-buku literatur,
jurnal, serta bahan-bahan informasi lainnya yang berhubungan dengan materi
yang dibahas oleh penulis, yang diperoleh langsung dari Perpustakaan
Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado.
22
3) Survei Lapangan, yaitu suatu metode pengumpulan data dimana peneliti
mengadakan pengamatan secara langsung ke tempat objek yang diteliti,
sekaligus juga membagikan kuisioner kepada masyarakat di kawasan
Perumahan Uluindano Tomohon.
3.6 Populasi dan Sampel
Mudrajat Kuncoro (2003), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi yang diambil adalah populasi di kawasan Perumahan Uluindano Tomohon
dengan sample yang dipilih (restricted random sample) dengan metode cluster
sampling (kelompok). Populasi diambil dari setiap lingkungan/zona dengan proporsi
50 % dari jumlah populasi kepala keluarga (KK) yang ada.
Mudrajat Kuncoro (2003), sampel adalah sebagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti
tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, maka peneliti dapat
menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.
Total sample yang dibutuhkan adalah 50 % x 420 KK = 210 sampel. Jumlah
proporsi sampel masing-masing lingkungan/zona diambil berdasarkan proporsi
kepadatan penduduk tiap lingkungan/zona yaitu Lingkungan 1 = 35 KK, Lingkungan
2 = 41 KK, Lingkungan 3 = 39 KK, Lingkungan 4 = 29 KK, Lingkungan 5 = 31 KK,
Lingkungan 6 = 35 KK. Untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan yang akan
terjadi seperti kurangnya data, maka penulis menambah 20 sampel pada penelitian ini
yang diambil dari populasi yang ada.
3.7 Teknik Analisa Data Untuk Bangkitan Pergerakan
Metode analisa data yang digunakan untuk bangkitan pergerakan adalah
dengan menggunakan bantuan komputer dengan Software Program SPSS Version
13.0 For Windows tanpa menggunakan perhitungan manual (sistem komputerisasi).
23
3.7.1 Analisa Regresi Linear Berganda
Model analisis regresi linear berganda yang digunakan untuk menguji hipotesis
adalah sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5……………………….(3.1)
Dimana :
Y = Jumlah pergerakan keluarga per-hari yang merupakan variabel tergantung
(Dependent Variable)
X1 = Komposisi keluarga yang merupakan variabel bebas (Independent
Variable) pertama
X2 = Jumlah anggota keluarga yang bekerja yang merupakan variabel bebas
(Independent Variable) kedua
X3 = Jumlah anggota keluarga yang bersekolah yang merupakan variabel bebas
(Independent Variable) ketiga
X4 = Pemilikan kendaraan yang merupakan variabel bebas (Independent
Variable) keempat
X5 = Penghasilan keluarga yang merupakan variabel bebas (Independent
Variable) kelima.
a = konstanta regresi
b1-b5 = koefisien regresi
3.7.2 Analisa Korelasi
Uji statistik ini harus dilakukan untuk memenuhi persyaratan model
matematis: sesama peubah bebas tidak boleh saling berkorelasi, sedangkan antara
peubah tidak bebas dengan peubah bebas harus ada korelasi yang kuat (baik positif
maupun negative). Nilai koefisien korelasi ini akan berada pada kisaran angka minus
satu (-1) sampai plus satu (+1).
24
……………..........(3.2)
Koefisien korelasi minus menunjukkan hubungan yang terbalik, di mana pengaruh
yang terjadi adalah pengaruh negatif. Dalam pengaruh yang negatif ini, kenaikan
suatu variabel akan menyebabkan penurunan suatu variabel, sedangkan penurunan
suatu variabel akan menyebabkan kenaikan variabel yang lain. Bentuk hubungan
negatif tersebut digambarkan seperti pada Gambar 3.1 berikut :
Var 1
Var 2
Gambar 3.1 Hubungan Negatif Dua Variabel
Koefisien korelasi positif menunjukkan hubungan yang searah dari dua variabel,
dimana kenaikan suatu variabel akan menyebabkan kenaikan variabel yang lain dan
sebaliknya penurunan suatu variabel akan menyebabkan penurunan pada variabel
yang lain. Bentuk hubungan yang searah tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.2
berikut:
Var 1
25
Var 2
Gambar 3.2 Hubungan Positif Dua Variabel
Koefisien korelasi sebesar nol menunjukkan tidak adanya hubungan antara dua
variabel. Korelasi sebesar nol menunjukkan bahwa kenaikan atau penurunan dari
suatu variabel tidak mempengaruhi variabel yang lain. Bentuk hubungan antar
variabel jika koefisien korelasinya nol adalah seperti pada Gambar 3.3 berikut :
Var 1
Var 2
Gambar 3.3 Koefisien Korelasi Nol
3.7.3 Pengujian Hipotesis Uji t
Untuk memperoleh keyakinan tentang kebaikan dari model regresi dalam
memprediksi, harus menguji signifikansi dari masing-masing koefisien dari
model. Hipotesis untuk pengujian koefisien konstanta dirumuskan sebagai
berikut :
H0: Koefisien Konstanta tidak signifikan
Ha: Koefisien Konstanta signifikan
Sedangkan untuk uji koefisien variable independen adalah:
H0: Koefisien variabel independent tidak signifikan
Ha: Koefisien variabel independen signifikan.
26
Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikansi 5 % (α = 0,05). Dimana
tingkat signifikansi ini adalah yang umum digunakan, meskipun nilai-nilai
yang lain dapat juga digunakan. Angka ini dipilih dalam mendesain suatu
aturan keputusan yang berarti bahwa terdapat sekitar 5 dalam 100 kesempatan
atau peluang dalam menolak hipotesis ketika seharusnya hipotesis tersebut
diterima. Jadi akan diperoleh keyakinan sekitar 95% bahwa kita telah
membuat keputusan yang benar. Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa
hipotesis ditolak pada tingkat signifikansi 0,05, yang berarti hipotesis
memiliki probabilitas sebesar 0,05 untuk salah. Kriteria pengujian uji t adalah
sebagai berikut:
Tolak H0 jika t-hitung > t tabel atau sig. t < α
Terima H0 jika t-hitung < t tabel atau sig. t > α
Pengambilan kesimpulan atas hipotesis bisa digambarkan dengan
menggunakan kurva daerah penerimaan dan penolakan hipotesis. Kurva
tersebut digambarkan seperti Gambar 3.4 untuk uji t dua sisi, Gambar 3.5
untuk uji t satu sisi di mana Ha disimbolkan dengan tanda lebih besar, dan
Gambar 3.6 untuk t satu sisi di mana Ha disimbolkan dengan tanda yang lebih
kecil.
Daerah Daerah Daerah
0,95 0,95
0,025 0,025 0,05
Gambar 3.4 Uji dua sisi Gambar 3.5 Uji satu sisi
27
kritis kritis kritis
Daerah
0,95
0,05 Gambar 3.6 Uji satu sisi
3.7.4 Pengujian Hipotesis Uji F
Sedangkan jika menggunakan uji F, rumusan hipotesisnya adalah:
H0: Variabel independent tidak secara linear berhubungan dengan variabel
dependen
Ha: Variabel independen secara linear berhubungan dengan variabel
dependen
Selanjutnya, kriteria pengambilan keputusan dalam uji F dengan tingkat
signifikansi 5 % (α = 0,05) yaitu:
Tolak H0 jika F-hitung > F tabel atau sig. t < α
Terima H0 jika F-hitung < F tabel atau sig. t > α
3.7.5 Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi
adalah diantara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang
mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
Rasio antara variasi terjelaskan terhadap variasi total disebut sebagai koefisien
determinasi. Apabila variasi terjelaskan nol (variasi total seluruhnya tak-terjelaskan),
28
kritis
maka rasio ini juga bernilai nol. Apabila variasi tak-terjelaskan nol (variasi total
seluruhnya terjelaskan), rasio ini bernilai 1. Dalam kasus lainnya, nilai rasio ini
berada di antara 0 dan 1. Karena rasio ini selalu bernilai nonnegatif, kita dapat
menotasikannya dengan R2. Besaran R ini disebut sebagai koefisien korelasi dan
nilainya diberikan oleh rumus
……………………………..(3.3)
Apabila sebuah hubungan linear diasumsikan ada di antara dua variabel,
persamaan (3.3) dapat dituliskan menjadi
…………………………………………(3.4)
dimana dan . Rumus di atas, yang secara otomatis akan
memberikan tanda positif/negatif yang sesuai bagi r, disebut sebagai rumus hasilkali-
momen yang secara jelas menunjukkan simetri di antara X dan Y.
Untuk koefisien determinasi berganda persamaannya dapat dituliskan menjadi
………………………………………….(3.5)
Keterangan : s1.2345 = Standar error dari estimasi Y berdasarkan X1, X2, X3, X4, X5
s1 = Deviasi Standar dari Variabel Y
dimana :
………………………………………….....(3.6)
Dan
………………………………….
………......(3.7)
29
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati Lasmini dan Kurniadi Asril. 2006. Bangkitan Pergerakan Berbasis
Rumah Tangga : Studi Kasus di Kawasan Perkotaan Trenggalek. Jurnal Teknik
Vol. XIII No. 2.100-106.
Black, John. 1981. Urban Transport Planning. Croom Helm London.
Cochran, William G. 1991. penerjemah, Rudiansyah, Erwin R. Osman. Teknik
Penarikan Sampel, Edisi Ketiga. terjemahan Rudiansyah, Erwin R. Osman.
Universitas Indonesia (UI-Press).
Gaus Abdul. 2002. Pengaruh Bangkitan dan Tarikan Bank Central Asia Terhadap
Lalu Lintas di Jalan Sam Ratulangi. Skripsi Program S1 Teknik Sipil
Universitas Sam Ratulangi. Manado.
Hobbs F. D. 1999. Perencanaan dan Teknik Lalu Lintas. Gajah Mada University
Press.
Kuncoro, Mudrajat. 2003. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Penerbit
Erlangga, Jakarta.
Ortuzar and Williumsen. 1990. Modelling Transport. John Wiley & Sons Ltd,
England.
Santosa Purbayu Budi dan Ashari. 2005. Analisis Statistik dengan Microsoft Excel
& SPSS. ANDI Yogyakarta.
Supranto, J. 1993. Statistik Teori dan Aplikasi, Edisi Kelima Jilid 2. Erlangga
Jakarta.
Spiegel Murray R. dan Stephens Larry J. 2007. Statistik Edisi Ketiga. Erlangga
Jakarta.
Tamin Ofyar, Z. 2000. Perencanaan dan Pemodelan Transportasi, Edisi Kedua. ITB
Bandung.
30
Warpani, Suwardjoko. 1990. Merencanakan Sistem Perangkutan. Penerbit ITB,
Bandung.
Wells, G.R. 1979. Traffic Engineering: An Introduction, Second Edition, Charles Griffin &
Co Ltd, High Wycombe, Bucks.
31
top related