bab v menulis proposal

21

Click here to load reader

Upload: haerul-zaman

Post on 26-Jun-2015

85 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab v Menulis Proposal

BAB V

MENULIS PROPOSAL

Kompetensi Dasar

Mahasiswa memiliki kemampuan menulis proposal akademik (ilmiah) yang memenuhi kriteria

proposal akademik yang baik.

5.1 Pengertian dan Jenis Proposal

Berbagai kegiatan pada umumnya didahului oleh suatu usulan atau proposal

kegiatan. Semua kegiatan yang bersifat formal, baik interlembaga maupun

antarlembaga, seperti kegiatan penulisan tugas akhir (skripsi, tesis, atau

disertasi), penelitian, pengabdian kepada masyarakat, kuliah kerja lapangan,

seminar, pelatihan, dan sebagainya sudah tentu didahului usulan atau proposal

kegiatan. Dalam proposal, pengusul menjelaskan mengapa, apa, bagaimana,

kapan, dan di mana kegiatan tersebut dilaksanakan, siapa yang berperan

dalam kegiatan tersebut, dan berapa dana yang dibutuhkan. Akan tetapi,

dalam suatu proposal tidak harus berisi uraian untuk menjawab pertanyaan-

pertanyaan tersebut. Hal itu bergantung sifat penyampaian proposal karena

spesifikasi proposal kegiatan berbeda-beda . Karena begitu sentralnya fungsi

proposal, kemampuan menulis proposal merupakan suatu keterampilan yang

mutlak diperlukan oleh mahasiswa khususnya dan kaum intelektual umumnya.

Proposal adalah suatu saran atau permintaan kepada seseorang atau

suatu badan/lembaga untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu. Dilihat dari

sifatnya, proposal dapat dibedakan menjadi proposal akademik (ilmiah) dan

nonakademik. Proposal akademik/ilmiah merupakan proposal kegiatan di

bidang pendidikan, pengajaran, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat.

Keempat kegiatan tersebut merupakan kegiatan akademik. Sedangkan

proposal nonakademik/nonilmiah merupakan proposal kegiatan di bidang

selain kegiatan akademik, seperti pengadaan barang dan jasa, kegiatan

memperingati ulang tahun tertentu, dan kegiatan seremonial tertentu . Akan

tetapi, dalam buku ini pembicaraan proposal difokuskan pada proposal

akademik (ilmiah).

Page 2: Bab v Menulis Proposal

5.2 Bagian-bagian Proposal

5.2.1 Bagian Pendahuluan

Bagian ini meliputi halaman judul luar, halaman judul dalam, halaman

pengesahan, ringkasan atau abstrak, dan daftar isi. Halaman judul luar dan

dalam sebenarnya sama, hanya saja halaman judul luar biasanya

menggunakan jenis kertas selain HVS, manila atau asturo misalnya.

Sedangkan halaman judul dalam pencetakannya menggunakan kertas yang

sama dengan jenis kertas halaman-halaman berikutnya, biasanya kertas HVS.

Tidak semua proposal disertai ringkasan atau abstrak, artinya hal ini bersifat

manasuka, tidak wajib. Proposal untuk tugas akhir misalnya, tidak disertai

abstrak, tetapi proposal penelitian bersifat kompetitif biasanya disertai abstrak.

Demikian juga daftar isi, dalam suatu proposal bukan merupakan suatu bagian

yang selalu disertakan.

Secara subtantif, judul penelitian hendaknya singkat, spesifik, dan jelas

memberi gambaran kegiatan penelitian yang diusulkan. Sebuah rambu-rambu

dalam penulisan judul penelitian maksimal sebanyak 20 kata (proposal

Program Kreativitas Mahasiswa maksimal 12 kata). Adapun yang dimaksud

spesifik adalah judul penelitian difokuskan pada topik yang relatif tidak dapat

dikhususkan lagi. Dengan demikian, judul penelitian tersebut jelas

menggambarkan apa yang akan dikerjakan. Contoh judul proposal penelitian

yang memenuhi syarat di atas adalah “Pengembangan usaha perdagangan

skala kecil bagi perempuan pedagang pasar di Perkotaan.” Judul proposal

tersebut mengalami pembatasan beberapa kali yakni pengembangan usaha,

perdagangan skala kecil, bagi perempuan, pedagang pasar, dan di perkotaan.

Abstrak suatu proposal berisi latar belakang sangat singkat, tujuan

penelitian, landasan teori, metode penelitian. Panjang abstrak suatu proposal

penelitian maksimal 400 kata atau 40 baris. Walaupun hanya sepanjang

maksimal 400 kata, tetetapi harus dapat menggambarkan secara jelas apa

yang akan dikerjakan, mengapa perlu kerjakan, bagaimana cara mengerjakan,

di mana dikerjakan, siapa yang akan mengerjakan, dan apa hasil akhirnya atau

kontribusinya.

Page 3: Bab v Menulis Proposal

5.2.2 Bagian Isi/Batang Tubuh

Bagian isi suatu proposal terdiri atas latar belakang permasalahan, rumusan

masalah dan tujuan penelitian, hipotesis (untuk penelitian kuantitatif

merupakan keharusan), manfaat (kontribusi), tinjauan pustaka dan landasan

teori, metode penelitian, jadwal kegiatan, daftar pustaka, rencana anggaran

beaya (jika ada), dan lampiran-lampiran.

5.2.2.1 Latar Belakang Masalah

Dalam latar belakang masalah dikemukakan hal-hal yang menjadi alasan

pentingnya penelitian tersebut dilakukan. Alasan penting tersebut berupa

kesenjangan antara kondisi ideal (teoretis) dengan kondisi riil yang terjadi atau

antara harapan dan kenyataan. Oleh karena itu, dalam latar belakang

kemukakanlah kondisi ideal tentang suatu hal. Usahakan kondisi ideal dilihat

dari beberapa aspek atau sisi. Jika kondisi ideal sudah dikemukakan,

selanjutnya kemukakanlah kondisi riil yang terjadi. Sama halnya dengan ketika

mengemukakan kondisi ideal, dalam mengemukakan kondisi riil kemukakan

dari berbagai sisi. Dengan dikemukakannya dua kondisi tersebut akan tampak

kesenjangan antara kondisi ideal dengan kondisi riil. Kesenjangan itu

merupakan latar belakang masalah penelitian.

Sebagai suatu bahan pertimbangangan, suatu masalah layak diteliti perhatikan

hal-hal berikut ini.

a. Orisinalitas masalah: apakah benar masalah yang ditentukan belum

pernah diteliti;

b. Filosofi keilmuan: apakah benar masalah yang akan diteliti memenuhi

jawaban lima macam kata ganti (5W+1H), yakni what ‘apa’, who ‘siapa’,

where ‘di mana’, why ‘mengapa’, when ‘kapan’, how ‘bagaimana’;

c. Manfaat penelitian (teoretis dan praktis)

d. Aktualitas masalah: apakah masalah yang dipilih benar-benar menarik

pada saat penelitian dilakukan; dan

e. Dana yang disediakan atau dianggarkan

Adapun masalah penelitian dapat diperoleh melalui:

a. Bacaan, terutama laporan penelitian;

Page 4: Bab v Menulis Proposal

b. Pertemuan ilmiah: diskusi, seminar, pelatihan dan sebagainya;

c. Pernyataan pemegang otoritas;

d. Pengamatan sepintas;

e. Pengalaman empiris peneliti;

f. Intuitif (perasaan)

Di bawah ini disajikan contoh sebagian latar belakang masalah sebuah

penelitian “Kesempatan Pengembangan Karier bagi Dosen Perempuan”.

Data menunjukkan bahwa pegawai negeri sipil (PNS) di Indonesia berjumlah 3,9 juta orang. Dari julmah tersebut, 38 persen di antaranya adalah perempuan. Akan tetapi, hanya 4,10 persen yang menduduki jabatan struktural (Parawangsa, 2006). Padahal ketika sedang studi, perempuan pada umumnya mempunyai prestasi akademik lebih baik daripada laki-laki (Gardiner, 1997). Gejala tersebut menunjukkan adanya inkonsitensi perempuan ketika studi dan ketika sudah bekerja.

Sedangkan dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan tinggi juga menunjukkan hal yang sama, baik karier yang bersifat struktural (jabatan struktural) maupun karier yang bersifat fungsional (jabatan fungsional). Suatu contoh kasus, jumlah guru besar Universitas Diponegoro pada tahun 2007 sebanyak 136 orang. Dari jumlah tersebut, guru besar perempuan hanya 14 orang (10,29 persen atau proporsinya 2,50 persen terhadap jumlah dosen perempuan) sedangkan guru besar laki-laki sebanyak 122 orang (89,71 persen atau proporsinya 12,14 persen terhadap jumlah dosen laki-laki). Gejala semacam ini terjadi pula dalam skala makro, nasional (Suyanto, 2007).

Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa pengembangan karier dosen perempuan kurang menggembirakan. Hal ini bisa disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang diskriminatif terhadap perempuan ataupun faktor internal dosen perempuan itu sendiri. Kebijakan yang ada terkadang bersifat diskriminatif, misalnya seorang perempuan yang akan mengikuti kegiatan dinas dalam waktu relatif lama harus mendapat persetujuan suami (Gardiner,1996), tetapi tidak berlaku sebaliknya. Sedangkan secara internal, dosen perempuan hidup dalam sistem sosial dan budaya yang bersifat patriarkhis. Oleh karena itu, berbagai sikap dan etos kerjanya sarat dengan pengaruh nilai-nilai yang bersifat patriarkhis.

5.2.2.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan penjabaran lebih rinci dari permasalahan

yang dikemukakan dalam latar belakang masalah. Perumusan masalah harus

sangat spesifik. Akan tetapi, tingkat spesifikasi ini bersifat relatif. Perumusan

masalah tidak selamanya dalam bentuk kalimat tanya walaupun pada

umumnya menggunakan kalimat tanya.

Untuk merumuskan suatu masalah penelitian, hal-hal berikut dapat sebagai

suatu pegangan.

a. Rumusan masalah hendaklah padat dan jelas.

Page 5: Bab v Menulis Proposal

b. Rumusan masalah menghubungkan antara dua variable atau aspek.

c. Rumusan masalah hendaknya memberi petunjuk bagaimana cara

pengumpulan data untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan dalam rumusan masalah.

d. Rumusan disarankan menggunakan kalimat tanya.

e. Rumusan masalah dapat didahului latar belakang masalah secara

singkat.

Di bawah ini disajikan contoh perumusan masalah penelitian.

Menurut penelitian Nick Foster (2000) dan Jogan (1998) lebih dari 80 persen profesor di United Kingdom University dan Slovenia adalah laki-laki (melalui Widiyastuti dan Agung M Harsiwi, 2003). Sedangkan di Indonesia, dari jumlah pegawai negeri sipil 3,9 juta, 38 persen di antaranya adalah perempuan. Akan tetapi yang menduduki jabatan struktural hanya 4,10 persen (160.000) (Parawangsa, 2006). Padahal, ketika studi perempuan pada umumnya mempunyai prestasi akademik lebih baik daripada laki-laki (Gardiner, 1997). Hal ini menunjukkan adanya inkonsitensi perempuan dalam studi dan ketika sudah bekerja. Karena hal itulah, maka penelitian ini mencoba mengurai berbagai faktor yang diduga menjadi konteks dalam pengembangan karier dosen perempuan. Adapun permasalahan penelitian ini secara rinci sebagai berikut. 1.Bagaiamanakah pengaruh keluarga dan aktivitas domestik (rumah

tangga) dalam pengembangan karier dosen perempuan?2.Bagaimanakah pengaruh lingkungan kerja dan aktivitas sosial (non

akademik) dalam pengembangan karier dosen perempuan?3.Bagaimanakah pengaruh tingkat pendidikan dalam pengembangan karier

dosen perempuan?4.Bagaimanakah pengaruh tingkat produktivitas dalam pengembangan

karier dosen perempuan?5.Bagaimanakah model pengembangan karier dosen yang berperspektif

gender?

5.2.2.3 Tujuan

Perumusan tujuan harus pararel dengan perumusan masalah,

pembahasan, dan penyimpulan, artinya jika rumusam masalah penelitian

tiga item, maka tujuan yang ditentukan pun tiga item. Perumusan tujuan

harus jelas, tegas, dan spesifik. Pembahasan dan penyimpulan juga

mencakup tiga hal yang sama. Di atas sudah dikatakan bahwa rumusan

masalah pada umumnya dalam kalimat tanya, maka perumusan tujuan

menggunakan kalimat deklaratif (berita). Dalam perumusan tujuan

gunakanlah kata-kata yang bersifat operasional yang bersifat terukur,

Page 6: Bab v Menulis Proposal

seperti mendeskripsikan, menerangkan, menjelaskan, mengidentifikasi,

merumuskan, mendisain, dan sebagainya.

Tujuan dapat dibedakan menjadi tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan

umum merupakan pernyataan umum yang hendak dicapai melalui

penelitian tertentu. Dengan demikian, sangat mungkin dalam satu proposal

penelitian atau satu kegiatan penelitian hanya mempunyai satu tujuan

umum. Adapun tujuan khusus merupakan penjabaran lebih lanjut dari

tujuan umum yang harus pararel dengan perumusan masalah penelitian.

Berikut ini disertakan satu contoh tujuan penelitian.

Secara umum, penelitian ini bertujuan mengidentifikasi berbagai faktor yang mempengaruhi pengembangan karier bagi dosen perempuan. Sedangkan secara khusus, penelitian ini bertujuan sebagai berikut.1. Menjelaskan pengaruh keluarga dan aktivitas domestik (rumah tangga)

dalam pengembangan karier dosen perempuan.2. Menjelaskan pengaruh lingkungan kerja dan aktivitas sosial (non

akademik) dalam pengembangan karier dosen perempuan.3. Menjelaskan pengaruh tingkat pendidikan dalam pengembangan karier

dosen perempuan.4. Menjelaskan pengaruh tingkat produktivitas dalam pengembangan karier

dosen perempuan.5. Merumuskan model pengembangan karier dosen yang berperspektif

gender.

5.2.2.4 Manfaat

Istilah manfaat penelitian terkadang diganti dengan istilah kontribusi

atau kegunaan penelitian. Pemahaman manfaat ini ada dua hal yaitu

manfaat kadang hanya dilihat dari sisi praktis hasil penelitian tersebut

(Mukayat melalui Mantra, 2000) dan manfaat praktis dan teoretis

sekaligus. Sebaiknya dalam merumuskan manfaat atau kontribusi

penelitian kemukakanlah dua manfaat karena suatu kegiatan penelitian

biasanya tidak akan terlepas dari peran teoretis hasil penelitian

tersebut, selain manfaat praktis. Akan tetapi, bisa saja suatu hasil

penelitian hanya mempunyai salah satu kontribusi, teoretis atau praktis

bergantung jenis penelitian tersebut, penelitian dasar atau

pembangunan. Contoh manfaat penelitian di bawah ini mencakup

manfaat teoretis dan praktis.

Penelitian ini diharapkan mempunyai dua manfaat, yakni manfaat teoretis dan praktis. Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat mengisi kekosongan studi jender dalam bidang ketenagakerjaan, khususnya tenaga kerja professional, lebih khusus lagi tenaga pendidik di perguruan tinggi (dosen). Sedangkan secara praktis, penelitian ini diharapkan sebagai masukan bagi pemerintah, dalam hal ini Departemen

Page 7: Bab v Menulis Proposal

Pendidikan Nasional dalam merumuskan kebijakan pengembangan karier tenaga pendidik khususnya di perguruan tinggi dengan berbasis pengarusutamaan jender (gender mainstreaming).

5.2.2.5 Hipotesis

Untuk memecahkan suatu masalah, perlu diketahui terlebih dahulu penyebab

masalah tersebut. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab masalah tersebut

perlu diadakan penelitian. Agar penelitian dapat terarah, dirumuskan

pendugaan terlebih dahulu terhadap penyebab terjadinya masalah itu yang

disebut hipotesis. Hipotesis terdiri atas dua kata: hipo berarti keraguan dan

tesis berarti kebenaran. Jadi, hipotesis berarti kebenaran yang masih

diragukan. Hipotesis akan ditolak jika salah, dan diterima jika fakta-fakta dalam

penelitian membenarkan. Jadi, penolakan dan penerimaan hipotesis sangat

bergantung pada hasil-hasil penelitian empiris.

Hipotesis dapat juga dipandang sebagai suatu konklusi yang sifatnya

sementara. Sebagai kongklusi sudah tentu hipotesis tidak dibuat dengan

semena-mena, tetapi atas dasar pengetahuan tertentu yang sebagian dapat

diambil dari hasil-hasil penelitian terdahulu, dan teori-teori yang relevan.

Hipotesis mempunyai fungsi pengarah yang memberikan batasan-

batasan mengenai macam-macam data yang harus dukumpulkan, cara-cara

pengumpulan data, dan teknik-teknik analisisnya. Suatu hipotesis penelitian

ilmiah harus memenuhi syarat-syarat tertentu, di antarannya yang sangat

penting adalah sebagai berikut.

1. Hipotesis adalah hasil konstruksi dari gagasan-gagasan yang dapat

diterangkan berdasarkan teori-teori atau hasil-hasil pengamatan

tertentu.

2. Hipotesis harus dirumuskan dalam bentuk pernyataan (statement), dan

sama sekali tidak boleh merupakan kalimat pertanyaan.

3. Hipotesis selalu dikaitkan dengan keadaan dalam populasi, bukan

hanya keadaan sampel (cuplikan) yang diteliti. Sampel penelitian hanya

berfungsi sebagai ajang atau wahana pengujian hipotesis. Hasil

penelitian pada sampel akan digeneralisasikan pada populasi sumber

sampel yang diambil.

Page 8: Bab v Menulis Proposal

4. Dalam hipotesis harus dilibatkan sedikitnya dua variabel (ubahan).

Pernyataan yang hanya mengandung satu variabel tidak merupakan

hipotesis yang perlu diuji.

5. Suatu hipotesis penelitian harus dapat dites (testable). Agar suatu

hipotesis dapat diuji, tiap-tiap variabel dalam hipotesis harus dapat

ditentukan indikator-indikatornya atau ada instrumen atau metode untuk

pengumpulan datanya

6. Hipotesis harus menyatakan secara tegas hubungan antarvariabel.

Dengan hipotesis yang definitif ini, pengujian dapat dilakukan dengan

lebih saksama.

Sering timbul pertanyaan, “Apakah setiap penelitian harus mempunyai

hipotesis? Jika penelitian merupakan penelitian survai, maka harus

mempunyai hipotesis. Akan tetapi, hipotesis dapat digantikan oleh rumusan

masalah atau pertanyaan penelitian.

Di bawah ini diberikan contoh hipotesis dari sebuah penelitian survai dengan judul “Alokasi Waktu Pekerja Wanita pada Industri Garmen di Daerah Sanur, Kecamatan Denpasar.”

1. Meningkatnya upah bisa menyebabkan jam kerja bertambah ataupun berkurang. Sehubungan dengan pendapatan pekerja wanita di industri garmen ini relatif rendah, diduga ada hubungan positif antara upah yang diterima dengan jam kerja ibu rumah tangga di sektor publik.

2. Sampai saat ini pendapatan suami masih merupakan pendapatan utama dalam sebuah keluarga. Bila pendapatan suami sudah mencukupi kebutuhan keluarga, biasanya para ibu akan mengalokasikan waktunya untuk kegiatan domestik. Diduga ada hubungan negatif antara pendapatan suami terhadap alokasi waktu ibu rumah tangga di sektor publik.

3. Semua ibu rumah tangga di samping bekerja di sektor domestik juga aktif bekerja di sektor publik. Diduga total waktu yang dicurahkan oleh istri, baik untuk pekerjaan domestik maupun publik lebih lama daripada waktu yang dicurahkan oleh suaminya pada kedua pekerjaan tersebut.

5.2.2.6 Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka

Dalam menulis proposal penelitian, landasan teori dan tinjauan pustaka

mempunyai peran strategis. Landasan teori dapat dianggap sebagai suatu

pisau analisis yang menjadi kerangka atau disain penelitian kita. Dengan kata

lain, landasan teori dapat dianggap sebagai kacamata yang dapat

dipergunakan untuk meneropong suatu fenomena. Suatu fenomena yang

sama jika didekati dengan teori yang berbeda, maka kemungkinan besar hasil

atau temuan atau simpulannya akan berbeda pula.

Page 9: Bab v Menulis Proposal

Usahakan teori yang dijadikan landasan dalam suatu penelitian langsung

diambil atau dibaca dari sumber asli karena jika tidak dari sumber asli

dikhawatirkan akan terjadi pemahaman yang tidak utuh atas teori tersebut

sehingga terjadi distorsi. Selain itu, usahakan teori yang dijadikan landasan

dalam proposal penelitian diambil dari sumber-sumber terkini dari jurnal

internasional. Mengapa disarankan jurnal internasional? Karena

perkembangan terkini suatu teori tertentu akan dipublikasikan melalui jurnal

tersebut dan kualitas karya ilmiah di dalam jurnal itu juga sudah teruji. Sumber

lain yang layak dijadikan referensi dalam penulisan landasan teori yakni buku

teks yang menyajikan teori tertentu. Buku teks semacam ini juga biasanya

merupakan buku teks yang beredar dalam lingkup internasional. Buku teks

internasional biasanya diterbitkan oleh beberapa penerbit di berbagai Negara.

Selain landasan teori, dalam suatu proposal penelitian kenal pula istilah

tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka lebih cenderung berisi atau memaparkan

studi-studi yang dilakukan sebelumnya terkait dengan penelitian yang akan

dilakukan oleh pengusul. Langkah ini sangat penting karena dapat untuk

mengetahui aspek-aspek mana yang belum diteliti peneliti lain. Aspek-aspek

itulah yang semestinya menjadi penelitian pengusul. Dengan demikian langkah

tersebut sebagai upaya untuk menentukan kesalian topik penelitian, artinya

penelitian yang akan dilakukan oleh pengusul bukan merupakan duplikasi dari

peneliti-peneliti sebelumnya. Tinjauan pustaka dikenal juga dengan istilah studi

empiris, sedangkan landasan teori dikenal pula dengan studi teoretis.

Landasan teori dan tinjauan pustaka diusahakan memenuhi syarat sebagai

berikut.

a. Usahakan pustaka terbaru, relevan dan asli, baik dari

buku teks maupun jurnal ilmiah.

b. Uraikan dengan jelas landasan teori dan tinjauan

pustaka yang menimbulkan gagasan dan mendasari kegiatan penelitian

yang akan dilakukan.

c. Uraikan teori, temuan, dan bahan penelitian lain yang

diperoleh dari acuan yang dijadikan landasan untuk melakukan

kegiatan penelitian yang diusulkan.

Page 10: Bab v Menulis Proposal

d. Uraian dalam landasan teori dan tinjauan pustaka

digunakan untuk menyusun kerangka atau konsep yang akan

digunakan dalam kegiatan penelitian.

e. Tinjauan pustaka mengacu pada daftar pustaka.

5.2.2.7 Metode Penelitian

Kegiatan peneltian minimal melalui dua tahap, yakni pengumpulan data dan

analisis data. Terkadang dijumpai pula tahap selanjutnya, yakni penyajian hasil

analisis data. Tidak ada keharusan bagi pengusul penelitian, apakah

menggunakan dua tahap (pengumpulan dan analisis data) ataukah ketiganya

dipergunakan. Satu hal yang menjadi pertimbangan adalah kebutuhan dalam

penelitian tersebut, apakah dipandang cukup hanya dua tahap ataukah harus

tiga tahap. Hal-hal tersebut disajikan di bawah ini.

(1) Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan satu tahap dalam penelitian yang cukup krusial.

Tahap ini dikatakan krusial karena berhasil dan gagalnya suatu penelitian

sangat bergantung pada tahap ini. Tahap ini merupakan tahap penjaringan

data yang selanjutnya data tersebut dijadikan ”bahan baku” dalam penelitian.

Data ini akan diolah (diproses) dan selanjutnya menjadi suatu informasi

penting yang memberi petunjuk pada kita tentang apa, siapa, mengapa,

bagaimna, dan di mana tentang suatu hal. Oleh karena itu, pengusul jangan

sampai keliru dalam menentukan data yang akan dijaring dalam suatu

penelitian.

Metode dalam pengupulan data cukup beragam bergantung disiplin

ilmu dan data yang dibutuhkan. Akan tetapi semua metode itu bertujuan sama,

yakni menjaring data yang dibutuhkan sesuai dengan tujuan penelitian.

Adapun metode-metode dalam pengumpulan data di antaranya: observasi,

wawancara, diskusi kelompok terfokus (focus group discussion), naratif

(bercerita), dan sebagainya.

Metode observasi dipergunakan untuk mengamati kondisi lingkungan

atau daerah penelitian secara umum, interaksi antaranggota masyarakat

Page 11: Bab v Menulis Proposal

daerah penelitian, aktivitas sehari-hari masyarakat daerah penelitian, perilaku

tertentu (verbal dan nonverbal) yang dibutuhkan sebagai data penelitia, dan

sebagainya. Observasi dapat bersifat terbatas, artinya peneliti yang bertindak

sebagai observer tidak terlibat dalam kegiatan observee (yang diamati)—

selanjutnya dikenal sebagai observasi terbatas-- dan observasi partisipatoris,

artinya observer terlibat dalam aktivitas observee.

Metode wawancara mempunyai beberapa variasi yaitu wawancara

terstruktur, wawancara mendalam, wawancara semiterstruktur. Istilah

wawancara terstruktur kadang digunakan istilah wawancara tertutup;

wawancara mendalam kadang digunakan istilah wawancara terbuka, walaupun

tidak identik, sedangkan wawancara semiterstruktur dikenal juga sebagai

wawancara semitertutup.

Wawancara terstruktur artinya wawancara yang dilakukan dengan

menggunakan kuesioner atau angket yang semua jawaban dari berbagai

pertanyaan sudah disediakan, sehingga responden tinggal memilih.

Wawancara mendalam dilakukan dengan cara peneliti membuat pedoman

wawancara (interview guide), semacam soal ujian esai (uraian), sehingga

responden (lebih tepat informan) mengisinya dengan cara menjelaskan dengan

bahasa mereka.

Wawancara semiterstruktur atau semitertutup adalah suatu metode

wawancara dengan mengkombinasikan wawancara terstruktur dan wawancara

mendalam secara bersamaan. Penerapan metode ini melalui dua cara yaitu (a)

bagian tertentu (bagian depan misalnya) merupakan wawancara terstruktur

dan bagian akhir merupakan wawancara mendalam; (b) dalam item (nomor)

tertentu dilanjutkan dengan wawancara mendalam karena peneliti menilai

pertanyaan nomor tersebut membutuhkan penjelasan lebih lanjut.

Adapun diskusi kelompok terfokus penerapannya dengan cara

mengumpulkan informan (lima sampai dengan 10 orang) untuk mendiskusikan

masalah tertentu yang sudah disiapkan oleh peneliti dan dipandu oleh peneliti

juga. Metode ini dapat dipergunakan untuk cek silang informasi atau data yang

sudah diproleh melalui wawancara mendalam, misalnya penelitian tentang

kekerasan dan ekspliotasi terhadap PKL yang melibatkan informan pedagang

kaki lima, Satpol PP, pejabat Pemda. Pertama peneliti mewawancarai isu

Page 12: Bab v Menulis Proposal

tersebut secara tersendiri. Metode ini dilanjutkan dengan diskusi kelompok

terfokus antara ketiganya untuk mengecek kebenaran data dari masing-masing

kelompok informan tentang kekerasan dan ekspliotasi terhadap PKL.

(2) Analisis Data

Metode yang dipergunakan pada tahap analisis data sangat beragam

bergantung disain penelitian dan tujuan penelitian. Disain penelitian studi

kasus (kualitatif) biasa menggunakan analisis deskriptif, kategoris, dan

pemaknaan secara teoritias fenomena yang menonjol. Analisis deskriptif ialah

analisis dengan cara mendeskripsikan suatu gejal atau kondisi secara objektif.

Analisis ini dapat dianalogkan mengambil gambar suatu benda atau kondisi

dengan kamera, sehingga hasil gambar tersebut sama dengan aslinya.

Analisis kategoris dalam praktik sama dengan cara melakukan kategori-

kategori sesuatu yang diteliti. Jika kita meneliti wujud kekerasan fisik yang

dialami anak jalanan, dapat dikategorisasikan menjadi kekerasan berat,

sedang, dan ringan. Sudah barang tentu dalam melakukan kategorisasi ini

harus dengan indikator yang terukur.

Pemaknaan secara teoretis fenomena yang menonjol dilakukakan

untuk memaknai hal-hal yang oleh peneliti dianggap menonjol, sehingga perlu

mendapat penjelasan tertentu. Dalam menjelaskan suatu fenomena dengan

menggunakan teori tertentu yang sudah ditetapkan daam landasan teori. Tidak

tertutup kemungkinan dalam memaknai suatu gejala dikaitkan dengan nilai-

nilai sosial, moral, agama, budaya dan sebagainya sehingga penjelasannya

logis.

Dalam penelitian dengan menggunaka disain penelitian survai

(kuantitatif) selain dapat menggunakan metode analisis di atas, juga

mengguanak metode analisis statistik, seperti student T- test, product moment,

, annova, dan sebagainya.

Page 13: Bab v Menulis Proposal

5.2.2.8 Jadwal Kegiatan

Tidak semua proposal penelitian disertai jadwal kegiatan. Prposal penelitian

menggunakan jadwal kegiatan jika proposal tersebut merupakan suatu

proposal penelitian yang diajukan pada penyandang dana, baik pemerintah

maupun nonpemerintah. Jadwal ini mencakup kegiatan penelitian dari awal

hingga akhir kegiatan penelitian, misalnya mengurus perizinan, rapat tim,

diskusi metodologis, pencacahan, penyusunan instrumen penelitian, uji coba

instrumen penelitian, pelatihan bagi calon pengumpul data (enumerator),

pengolahan data, penyusunan laporan, revisi, dan pengiriman laporan akhir.

Jadwal kegiatan penelitian biasa menggunakan flow chart (bagan alir).

5.2.2.8 Daftar Pustaka

Daftar pustaka harus hanya mencantumkan referensi yang benar-benar dirujuk

secara eksplisit dalam proposal penelitian. Sering terjadi penulis proposal

mencantumkan semua referensi yang secara umum berkaitan dengan

proposal yang diajukan, tetapi sebenarnya referensi tersebut tidak mendasari

atau diacu dalam proposal tersebut.

5.3 Bagian Akhir

Bagian akhir proposal terdiri atas rencana anggaran beaya (RAB) dan

lampiran-lampiran. Akan tetapi, terkadang rencana anggaran beaya

dimasukkan pada bagian lampiran-lampiran. Kedua hal tersebut dibicarakan di

bawah ini.

5.3.1 Rencana Anggaran Beaya

Sama halnya jadwal kegiatan penelitian, rencana beaya yang dibutuhkan

dalam penelitian juga bersifat kondisional, artinya sesuai kebutuhan proposal

tersebut. Proposal penelitian disertai RAB jika proposal tersebut diajukan pada

penyandang dana. Tetapi jika merupakan proposal kegiatan mandiri untuk

memenuhi tugas akhir, item ini tidak dibutuhkan. Komponen pembiayaan

dalam penelitaian meliputi: bahan habis pakai (material penelitian); alat tulis

kantor (ATK), seperti pensil, block note, penggaris, tinta, bolpoin, dan

sebagainya; beaya perjalanan, gaji dan upah.

Page 14: Bab v Menulis Proposal

5.3.2 Lampiran-lampiran

Lampiran proposal penelitian berisi daftar riwayat hidup peneliti dan justifikasi

anggaran (tidak semua format proposal membutuhkan justifikasi anggaran).

Akan tetapi, isi lampiran tidak selamanya demikian, tergantung ketentuan atau

format yang dikeluarkan oleh penyandang dana.

Soal dan Tugas

Soal

1. Buatlah satu contoh latar belakang masalah penelitian!

2. Buatlah empat contoh rumusan masalah atau pertanyaan penelitian

berdasarkan permasalahan penelitian yang sudah dikemukakan pada

jawaban nomor satu.

3. Buatlah contoh jadwal penelitian yang dilaksanakan selama enam

bulan.

4. Buatlah daftar pustaka dari referensi yang dirujuk dalam penulisan

proposal penelitian, minimal lima sumber pustaka dengan ketentuan (a)

berupa buku teks ditulis oleh satu penulis; (b) berupa buku teks ditulis

oleh tiga penulis; (c) artikel yang diambil dari sebuah jurnal ilmiah; (d)

artikel yang diambil dari harian umum; dan (e) berupa ensiklopedi yang

lebih dari satu jilid dan Anda mengambil salah satu jilid.

5. Buatlah satu contoh Rencana Anggaran Beaya (RAB) penelitian

Program Kreativitas Mahasiswa senilai enam juta rupiah.

Tugas

Buatlah satu contoh proposal akademik secara lengkap sesuai dengan

sistematika yang sudah dijelaskan di muka! Topik sesuai dengan disiplin ilmu

Anda. Anda kerjakan secara individual. Tugas dikumpulkan dua minggu

kemudian.

Page 15: Bab v Menulis Proposal