presus db
Post on 26-Dec-2015
11 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
PRESENTASI KASUS
DIARE CAIR AKUT PADA ANAK
Disusun oleh :
Andre Tegar Widhianto, S. Ked
(20100310023)
Dokter Penguji :
dr. M Bambang Edy S, Sp.A
ILMU KESEHATAN ANAK
RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2014
BAB I
PRESENTASI KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : An. ASP
Umur : 11 bulan 29 hari
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Deresan Ringinharjo Bantul
Tanggal masuk : 28 Mei 2012
No. RM : 47.15.66
B. Anamnesis
1. Keluhan Utama
Diare
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan diare 6x disertai demam dan mual muntah
tiap makan sejak 2 hari yang lalu Lendir(-) Darah(-). Mual(-), muntah(-),
batuk pilek (-)
3. Riwayat Penyakit Dahulu
- riwayat asma disangkal
- riwayat alergi obat disangkal
- riwayat diare disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Anggota keluarga yang tinggal satu rumah mengalami diare.
5. Anamnesis Sistemik
- sistem inteegumentum : tak ada keluhan
- sistem muskuloskeletal : tak ada keluhan
-sistem gastrointestinal : tak ada keluhan
-sistem neurologis : tak ada keluhan
-sistem kardiovaskular : tak ada keluhan
C. Pemeriksaan Fisik
Kesan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda utama (vital sign):
Nadi : 120 x/menit, teratur, isi dan tegangan cukup
Suhu badan : 38oC
Pernafasan : 25 x/menit.
Pemeriksaan Kulit : Turgor dan elastisitas menurun, kelainan
kulit (-), sianosis (-)
Pemeriksaan kepala
- Bentuk kepala : Mesosefal
- Rambut : Warna hitam, tidak mudah dicabut, distribusi merata
Pemeriksaan mata
- Palpebra : Edema (-/-)
- Konjungtiva : Anemis (-/-)
- Sklera : Ikterik (-/-)
- Pupil : Reflek cahaya (+/+), isokor
Pemeriksaan Telinga : Otore (-/-), nyeri tekan (-/-), serumen (-/-)
Pemeriksaan Hidung : Sekret (-/-), epistaksis (-)
Pemeriksaan Leher
- Kelenjar tiroid : Tidak membesar
- Kelenjar lnn : Tidak membesar
- Retraksi suprasternal : (-)
-JVP : tidak meningkat
- Tidak teraba adanya muskulospasme leher
Pemeriksaan Dada :
Depan : Kanan Kiri
Inspeksi : retraksi (-)
Palpasi : ketinggalan gerak (-).
Perkusi : sonor pada seluruh
lapang paru
Auskultasi :
- Suara dasar :
vesikuler (+)
Inspeksi : retraksi (-)
Palpasi : ketinggalan gerak (-).
Perkusi : sonor pada seluruh
lapang paru
Auskultasi :
- Suara dasar :
vesikuler (+)
Belakan
g
Kanan Kiri
Palpasi : ketinggalan gerak (-).
Perkusi : sonor
Auskultasi :
- Suara dasar :
vesikuler (+)
Palpasi : ketinggalan gerak (-).
Perkusi : sonor
Auskultasi :
- Suara dasar :
vesikuler (+)
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis teraba pada sela iga ke 5 linea
midclavicula kiri, teraba tidak kuat angkat
Perkusi :
Batas jantung
Kanan atas : SIC II linea para sternalis
kanan.
Kiri atas : SIC II linea para sternalis
kiri.
Kanan
bawah
: SIC IV linea para sternalis
kanan.
Kiri bawah : SIC V linea midklavikula
kiri.
Auskultasi : S1 & S2 reguler, Bising jantung (-)
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Bentuk bulat, defans muskular (-), venektasi
(-), sikatrik (-)
Auskultasi : Peristaltik usus (+) meningkat
Palpasi : Nyeri tekan abdomen (-), Hepatomegali (-),
nyeri tekan hepar (-), lien tak teraba membesar,
nyeri lepas tekan (-), massa (-), Nyeri tekan
suprapubik (-)
Perkusi : Timpani, nyeri ketok kostovertebra (-), pekak
beralih (-), undulasi (-)
Pemeriksaan Ekstremitas
Akral Hangat
CR < 2 detik
D. Pemeriksaan Penunjang
- Laboratorium Darah
Hb 11,5 gr%
AL 22,1 ribu/ul
AE 5,13 juta/ul
AT 570 ribu/ul
Hmt 34,7 %
Hitung Jenis Leukosit:
Eosinofil 0 %
Basofil 0 %
Batang 0 %
Segmen 40 %
Limfosit 18 %
Monosit 12 %
E. Diagnosis Kerja
Diare Cair Akut dengan dehidrasi sedang
Status Gizi: Baik
F. Terapi
1. Inf. D5% 5 tpm
2. Inj. Ampicillin 3x250 mg
3. Inj. Cefotaxime 3x250 mg
4. Inj. Metilprednisolone 3x7,5 mg
5. Aminophyline 25mg 3x1 pulv.
Ambroxol 5 mg
6. Nebulizer: Ventolin 1,5cc/ 8 jam
DIET: F100 dan SGM II
G. Perjalanan Penyakit
Tanggal Perjalanan Penyakit Terapi29/5/12Ro Thorax:PKTB
S: Batuk, pilek, hidung tesumbatO: KU sedang,CMN 156 t 36,3R 38 BB 7.5kgA: ISPA
Inf. D5% 5 tpm
Inj. Ampicillin 3x250 mg
Inj. Cefotaxime 3x250 mg
PKTB Gizi Kurang
Inj. Metilprednisolone 3x7,5 mg
Aminophyline 25mg
Ambroxol 5 mg 3x1 pulv.
Nebulizer: Ventolin 1,5cc/8 jam
DIET: F100, SGM II
3 x nasi tim
30/5/12 S: Batuk, pilek, hidung tesumbatO: KU sedang,CMN 148 t 36,6R 34 BB 7.5kgA: ISPA PKTB Gizi Kurang
Tx: LANJUT
31/5/12 S: Batuk, pilek, hidung tesumbatO: KU sedang,CMN 144 t 36,4R 40 BB 7.5kgA: ISPA PKTB Gizi Kurang
Tx: LANJUTPL: Fisioterapi Cek AL ulang
1/6/12AL 18,6
S: Batuk, pilek, menyusu kuatO: KU sedang,CMN 138 t 36,9R 40 BB 7.5kgA: ISPA PKTB Gizi Kurang
Tx: LANJUTInj.Ampicillin 3x250 mgInj.Cefotaxim 3x250 mg AFF
(+)Inj.Ampicillin-Sulbactam 3x250mg(+)Inj.Amikasin 3x50 mg
2/6/12 S:Batuk, pilek, hidung tesumbatO: KU sedang,CMN 148 t 36,6R 34 BB 7.5kgA: ISPA PKTB Gizi Kurang
Tx: LANJUT
3/6/12 S: Keluhan-keluhan membaik, menyusu kuatO: KU sedang,CMN 138 t 36,9R 40 BB 7.5kgA: ISPA PKTB Gizi Kurang
Tx: LANJUT
4/6/2012 S: Keluhan-keluhan membaik, menyusu kuatO: KU sedang,CMN 128 t 36,5R 36 BB 7.5kg
BLPL
A: ISPA PKTB Gizi Kurang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Diare cair akut merupakan diare yang terjadi secara akut dan berlangsung
kurang dari 14 hari (bahkan kebanyakan kurang dari 7 hari), dengan pengeluaran tinja
yang lunak / cair yang sering dan tanpa darah. Mungkin disertai muntah dan panas.
Diare cair akut menyebabkan dehidrasi, dan bila masukan makanan kurang dapat
mengakibatkan kurang gizi. Kematian yang terjadi disebabkan karena dehidrasi.
Penyebab terpenting diare pada anak-anak adalah Shigella, Campylobacter jejuni dan
Cryptosporidium, Vibrio cholera, Salmonella, E. coli, rotavirus (Behrman, 2009).
EPIDEMOLOGI
Kuman penyebab diare menyebar masuk melalui mulut antara lain makanan
dan minuman yang tercemar tinja atau yang kontak langsung dengan tinja penderita.
Terdapat beberapa perilaku khusus meningkatkan resiko terjadinya diare yaitu
tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pertama kehidupan, menggunakan
botol susu yang tercemar, menyimpan makanan masak pada suhu kamar dalam waktu
cukup lama, menggunakan air minuman yang tercemar oleh bakteri yang berasal dari
tinja, tidak mencuci tangan setelah buang air besar, sesudah membuang tinja atau
sebelum memasak makanan, tidak membuang tinja secara benar (Ardhani, 2008).
Faktor yang meningkatkan kerentanan terhadap diare antara lain tidak
memberikan ASI sampai umur 2 tahun, kurang gizi, campak, imunodefisiensi /
imunosupressif.
Umur Kebanyakan diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan, insiden
paling banyak pada umur 6 – 10 bulan (pada masa pemberian makanan pendamping).
Variasi musiman pola musim diare dapat terjadi melalui letak geografi. Pada
daerah sub tropik, diare karena bakteri lebih sering terjadi pada musim panas
sedangkan diare karena virus (rotavirus) puncaknya pada musim dingin. Pada daerah
tropik diare rotavirus terjadi sepanjang tahun, frekuensi meningkat pada musim
kemarau sedangkan puncak diare karena bakteri adalah pada musim hujan.
Kebanyakan infeksi usus bersifat asimtomatik / tanpa gejala dan proporsi ini
meningkat di atas umur 2 tahun karena pembentukan imunitas aktif.
ETIOLOGI
Terdapat beberapa macam penyebab diare antara lain sebagai berikut
1. Faktor infeksi
Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab
utama diare, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus,
Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis)
dan jamur (C. albicans).
Infeksi parenteral yaitu infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat
menimbulkan diare seperti otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia,
ensefalitis dan sebagainya. (Behrman, 2009).
2. Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat yaitu disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi
laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak. Di
samping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein.
3. Faktor Makanan
Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi
terhadap jenis makanan tertentu.
4. Faktor Psikologis
Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas).
Gambar 1. Bagan Penyebab penyakit diare
PATOFISIOLOGI
Terdapat beberapa mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare yaitu:
1. Gangguan osmotik
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotik dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan
elektroloit ke dalam lumen usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan
merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare (Poorwo, 2003).
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan selanjutnya timbul
diare karena peningkatan isi lumen usus.
3.Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat
timbuldiare (Poorwo, 2003).
MANIFESTASI KLINIS
Pada Diare cair akut dapat ditemukan ejala dan tanda-tanda sebagai berikut
1. BAB lebih cair/encer dari biasanya, frekwensi lebih dari 3kali sehari
2. Apabila disertai darah disebut disentri (diare akut invasif)
3. Dapat disertai dengan muntah, nyeri perut dan panas
4. Pemeriksaan fisik :
Pada pemeriksaan fisik harus diperhatikan tanda utama, yaitu kesadaran, rasa
haus, turgor kulit abdomen. Perhatikan juga tanda tambahan, yaitu ubun-ubun
besar cekung atau tidak, mata cekung atau tidak, ada atau tidak adanya air
mata, kering atau tidaknya mukosa mulut, bibir dan lidah. Jangan lupa
menimbang berat badan.
Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai kriteria sebagai berikut:
a. Dehidrasi ringan (kehilangan cairan < 5% berat badan):
1) Tidak ditemukan tanda utama dan tanda tambahan
2) Keadaan umum baik, sadar
3) Tanda vital dalam batas normal
4) Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada,
mucosa muluut dan bibir basah
5) Turgor abdomen baik, bising usus normal
6) Akral hangat.
Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila terdapat komplikasi
lain (tidak mau minum, muntah terus-menerus, diare frekuen)
(Ardhani, 2008).
b. Dehidrasi sedang (kehilangan cairan 5-10% berat badan)
1) Apabila didapatkan dua tanda utama ditambah dua atau lebih tanda
tambahan
2) Keadaan umum gelisah atau cengang
3) Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata
kurang, mucosa mulut dan bibir sedikit kering
4) Turgor kurang
5) Akral hangat
Pasien harus rawat inap(Ardhani, 2008).
c. Dehidrasi berat (kehilangan cairan > 10% berat badan)
1) Apabila didapatkan dua tanda utama ditambah dengan dua atau
lebih tanda tambahan
2) Keadaan umum lemah, letargi atau koma
3) Ubun-ubun sangat cekung, mata sangat cekung, air mata tidak ada,
mucosa mulut dan bibir sangat kering
4) Anak malas minum atau tidak bisa minum
5) Turgor kulit buruk
6) Akral dingin
Pasien harus rawat inap (Ardhani, 2008).
Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam,
tenesmus, hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling
fatal dari diare yang berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah
kematian akibat dehidrasi yang menimbulkan renjatan hipovolemik atau
gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang berlanjut. Seseorang
yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan berkurang, mata
cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit menurun
serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air
yang isotonik. (Behrman, 2009).
Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan
asam karbonat berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang
merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan
lebih dalam (pernapasan Kussmaul)
Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat
berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit),
tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka
pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis. Karena kekurangan kalium
pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun
sampai timbul oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul
penyulit nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal
akut.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tinja
1. Dapat disertai darah atau lendir
2. PH asam/basa
3. Leukosit > 5/LBP
4. Biakan dan test sensitivitas untuk etiologi bakteri/ terapi
5. ELISA (bila memungkinkan, untuk etiologi viruz) (Poorwo, 2003).
Darah
1. Dapat terjadi gangguan elektrolit atau gangguan asam bassa
2. Analisa gas darah (Poorwo, 2003).
PRINSIP PENATALAKSANAAN DIARE CAIR AKUT
Apabila derajat dehidrasi yang terjadi akibat diare sudah di tentukan, baru
kemudian menentukan tatalaksana yang akan diterapkan secara konsisten.
Terdapat lima lintas tatalaksana diare, yaitu:
1. Rehidrasi
2. Dukungan nutrisi
3. Supplement zinc
4. Antibiotik selektif
5. Edukasi orang tua
1. Diare cair akut tanpa dehidrasi
Penanganan lini pertama pada diare cair akut tanpa dehidrasi antara
lain sebagai berikut:
a. Memberikan kepada anak lebih banyak cairan daripada biasanya untuk
mencegah dehidrasi. Dapat kita gunakan cairan rumah tangga yang
dianjurkan, seperti oralit, makanan cair (seperti sup dan air tajin) dan bila
tidak ada air matang, kita dapat menggunakan larutan oralit untuk anak.
Pemberian larutan diberikan terus semau naak hingga diare berhenti. Volume
cairan untuk usia kurang dari 1th : 50-100cc, untuk usia 1-5th mendapat 100-
200cc, untuk usia lebih dari 5th dapat diberikan semaunya.
b. Memberikan tablet zinc. Pemberian tablet zinc diberikan selama 10-14 hari
berturut-turut meskipun anak telah sembuh dari diare. Dosis zinc untuk anak
bervariasi, untuk anak usia dibawah 6 bulan sebesar 10mg (1/2 tablet)
perhari, sedangkan untuk usia diatas 6 bulan sebesar 20 mg perhari. Zinc
diberikan selama 10-14 hari berturut-turut, meskipun anak telah sembuh dari
diare.
c. Memberikan anak makanan untuk mencegah kekurangan gizi.
d. Membawa anak kepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3
hari atau menderita sebagai berikut buang air besar cair lebih sering, muntah
terus menerus, rasa haus yang nyata, makan atau minum sedikit, demam, dan
tinja berdarah.
e. Anak harus diberi oralit dirumah
Formula oralit baru yangberasal dari WHO dengan komposisi sevagai
berikut:
Natrium : 75 mmol/L
Klorida : 65 mmol/L
Glukosa, anhydrous : 75 mmol/L
Kalium :20 mmol/L
Sitrat :10 mmol/L
Total osmolaritas :245 mmol/L
Ketentuan pemberian oralit formula baru :
Beri ibu 2 bungkus oralit formula baru, larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 L air matang, untuk persediaan 24 jam, berikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air besar dengan ketentuan untuk anak usia kurang dari 2tahun berikan 50-100 ml setiap kali buang air besar, sedangkan untuk ubtuk anak berumur 2 tahun atau lebih berikan 100-200 ml tiap kali buang air besar. Jika dalam waktu 24jam persediaan oralit masih tersisa, maka sisa larutan itu harus dibuang.
2. Diare cair akut dengan dehidrasi ringan-sedang
Rehidrasi dapat menggunakan oralit 75cc/kgBB dalam 3 jam pertama
dilanjutkan pemberian kehilangan cairan yang sedang berlangsung sesuai umur
seperti diatas setiap kali buang air besar.
3. Diare Cair akut dengan Dehidrasi Berat
Anak-anak dengan tanda-tanda dehidrasi berat dapat meninggal dengan cepat
karena syok hipovolemik, sehingga mereka harus mendapatkan penanganan dengan
cepat.
Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi. Ada beberapa hal yang penting
diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan akurat, yaitu:
a. Menentukan cara pemberian cairan
Penggantian cairan melalui intravena merupakan pengobatan pilihan
untuk dehidrasi berat, karena cara tersebut merupakan jalan tercepat untuk
memulihkan volume darah yang turun. Rehidrasi IV penting terutama apabila
ada tanda-tanda syok hipovolemik (nadi sangat cepat dan lemah atau tidak
teraba, kaki tangan dingin dan basah, keadaan sangat lemas atau tidak sadar).
Cara lain pemberian cairan pengganti hanya boleh bila rehidrasi IV tidak
memungkinkan atau tidak dapat ditemukan disekitarnya dalam waktu 30
menit.
b. Jenis cairan yang hendak digunakan.
Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena
tersedia cukup banyak di pasaran meskipun jumlah kaliumnya rendah bila
dibandingkan dengan kadar kalium tinja. Bila RL tidak tersedia dapat
diberiakn NaCl isotonik (0,9%) yang sebaiknya ditambahkan dengan 1 ampul
Nabik 7,5% 50 ml pada setiap satu liter NaCl isotonik. Pada keadaan diare
akut awal yang ringan dapat diberikan cairan oralit untuk mencegah dehidrasi
dengan segala akibatnya.
c. Jumlah cairan yang hendak diberikan.
Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan harus
sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari badan. Jika memungkinkan,
penderita sebaiknya ditimbang sehingga kebutuhan cairannya dapat diukur
dengan tepat. Kehilangan cairan pada dehidrasi berat setara dengan 10% berat
badan (100 ml/kg).
Bayi harus diberi cairan 30 ml/kg BB pada 1 jam pertama, diikuti
70ml/kg BB 5 jam berikutnya, jadi seluruhnya 100 ml/kgBB selama 6 jam.
Anak yang lebih besar dan dewasa harus diberi 30 ml/kgBB pada 30 menit
pertama, diikuti 70 ml/kgBB dalam 2,5 jam berikutnya sehingga seluruhnya
100 ml/kgBB selama 3 jam. Sangat berguna memberi tanda pada botol, untuk
menunjukan jumlah cairan yang harus diberikan setiap jam bagi setiap
penderita.
Sesudah 30 ml/kg cairan pertama diberikan , nadi radialis yang kuat
dapat teraba. Bila masih lemah dan cepat, infuse 30 ml/kg harus diberikan lagi
dalam waktu yang sama. Meskipun begitu hal ini jarang dibutuhkan. Larutan
oralit dalam jumlah kecil harus juga diberikan melalui mulut (sekitar 5ml/kg
BB per jam) segera setelah penderita dapat minum, untuk member tambahan
kalium dan basa, Hal ini biasa dilakukan setelah 3-4 jam untuk bayi dan 1-2
jam untuk penderita yang lebih besar.
d. Jalan masuk atau cara pemberian cairan
Rute pemberian cairan meliputi oral dan intravena. Larutan oralit
dengan komposisi berkisar 29 g glukosa, 3,5 g NaCl, 2,5 g NaBik dan 1,5 g
KCl stiap liternya diberikan per oral pada diare ringan sebagai upaya pertama
dan juga setelah rehidrasi inisial untuk mempertahankan hidrasi.
2.Tata kerja terarah untuk mengidentifkasi penyebab infeksi.
Untuk mengetahui penyebab infeksi biasanya dihubungkan dengan dengan
keadaan klinis diare tetapi penyebab pasti dapat diketahui melalui pemeriksaan
biakan tinja disertai dengan pemeriksaan urine lengkap dan tinja lengkap (Hasan,
2007)
Gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa diperjelas melalui
pemeriksaan darah lengkap, analisa gas darah, elektrolit, ureum, kreatinin dan BJ
plasma.
Bila ada demam tinggi dan dicurigai adanya infeksi sistemik pemeriksaan
biakan empedu, Widal, preparat malaria serta serologi Helicobacter jejuni sangat
dianjurkan. Pemeriksaan khusus seperti serologi amuba, jamur dan Rotavirus
biasanya menyusul setelah melihat hasil pemeriksaan penyaring (Hasan, 2007)
Secara klinis diare karena infeksi akut digolongkan sebagai berikut:
a. Koleriform, diare dengan tinja terutama terdiri atas cairan saja.
b. Disentriform, diare dengan tinja bercampur lendir kental dan kadang-kadang
darah.
3.Memberikan terapi simtomatik
Terapi simtomatik harus benar-benar dipertimbangkan kerugian dan
keuntungannya. Antimotilitas usus seperti Loperamid akan memperburuk diare
yang diakibatkan oleh bakteri entero-invasif karena memperpanjang waktu kontak
bakteri dengan epitel usus yang seyogyanya cepat dieliminasi. (Pusponegoro,
2004).
4. Memberikan terapi definitif.
Terapi kausal dapat diberikan pada infeksi:
a. Kolera-eltor: Tetrasiklin atau Kotrimoksasol atau Kloramfenikol.
b. V. parahaemolyticus,E. coli, tidak memerluka terapi spesifik
c. A. aureus : Kloramfenikol
d. Salmonellosis: Ampisilin atau Kotrimoksasol atau golongan Quinolon
seperti Siprofloksasin
e. Shigellosis: Ampisilin atau Kloramfenikol
f. Helicobacter: Eritromisin
g. Amebiasis: Metronidazol atau Trinidazol atau Secnidazol
h. Giardiasis: Quinacrine atau Chloroquineitiform atau Metronidazol
i. Balantidiasis: Tetrasiklin
j. Candidiasis: Mycostatin
k. Virus: simtomatik dan support (Hasan, 2007)
BAB III
KESIMPULAN
Diare seringkali muncul karena berbagai penyebab, termasuk diantaranya
infeksi, malabsorpsi, makanan dan psikologis. Karena berbagai panyebab inilah maka
akan timbul berbagai mekanisme yang akan menyebabkan diare. Penanganan diare
sangat penting agar tidak terjadi komplikasi yang serius, dimana penangan yang
utama adalah penggantian terapi cairan diikuti dengan medikamentosa untuk
mengobati penyebabnya
Pada prinsipnya dalam penanganan medikameentosa tidak boleh diberikan
obat anti diare, penggunaan antibiotikpun harus sesuai hasil pemeriksaan penunjang.
Sebagai pilihan adalah kotrimoksazol, amoxicilin dan atau sesuai dengan hasil uji
sensitivitas. Dapat juga digunakan obat antiparasit seperti metronidazol.
Sedangkan pada penanganan cairan dan elektrolit pada diare cair akut dapat
menggunakan beberapa jenis cairan antara lain:
Peroral: cairan rumah tangga, oralit
Parenteral: ringer laktat, ringer asetat, larutan normal salin
Pemberian volume cairan disesuakan dengan derajat dehidrasinya, pada kasus yang
mengalami dehidrasi ringan kita dapat melakukan rehidrasi peroral dengan cairan
rumah tangga atau ASI semau anak. Serta diberikan oralit setiap kali BAB dengan
volume 50-100cc untuk usia dibawah 1th, dan 100-200cc untuk usia 1-5tahun, dan
untuk usia lebih dari 5tahun dapat diberikan cairan semaunya. Sedangkan untuk diare
cair akut dengan dehidrasi sedang dapat kita berikan oralit 75cc/kgBB untuk 3 jam
pertama, setelah itu dilanjutkan pemberian cairan sesuai umur seperti pada dehidrasi
ringan. Sedangkan untuk dehidrassi berat, kita dapat melakukan rehidrasi perenteral
dengan cairan ringer laktat atau ringer asetat 100cc/kg BB. Dengan cara pemberian
sebagai berikut:
usia kurang dari 1 tahun, 30cc/kgBB dalam 1 jam pertama dilanjutkan
70cc/kgBB dalam 5 jam berikutnya.
Lebih dari 1 tahun: 30cc/kgBB dalam ½ jam pertama dilanjutkan 70cc/kgBB
dalam 2 ½ jam berikutnya.
Minum diberikan jika pasien sudah mau minum 5cc/kgBB selama proses
rehidrasi (Pusponegoro, 2004).
Daftar Pustaka
Ardhani punky, 2008, Art of Theraphy: Ilmu Penyakit Anak, Pustaka
Cendekia Press: Jogjakarta
Behrman Richard et all, 2009, Nelson textbook of Pediatrics, Sanders:
Phyladelpia.
Pusponegoro hardiyono et all, 2004, Standar Pelayanan Medis Kesehatan
Anak: edisi I, Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Poorwo sumarso et all, 2003, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak: Infeksi &
Penyakit Tropis, Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Hasan Rusepno et all, 2007, Ilmu Kesehatan Anak 1: cetakan ke 11,
Infomedika: Jakarta.
top related