portofolio ikk khoirun mukhsinin putra
Post on 12-Jan-2016
88 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
PORTOFOLIO
KEDOKTERAN KOMUNITAS
Disusun oleh:
Khoirun Mukhsinin Putra
109103000053
Pembimbing Kampus
dr. Risahmawati, Ph.D.
Pembimbing Puskesmas
dr. Huryatul Kamila
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
13 OKTOBER 2014 – 14 NOVEMBER 2014
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2
LEMBAR PENGESAHAN
PORTOFOLIO KEDOKTERAN KOMUNITAS
Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk ujian modul klinik Ilmu Kedokteran
Komunitas
Disusun oleh:
Khoirun Mukhsinin Putra
NIM: 109103000053
Pembimbing FKIK
dr. Risahmawati, Ph.D.
Pembimbing PKM
dr. Huryatul Kamila
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
13 OKTOBER 2014 – 14 NOVEMBER 2014
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
3
IDENTITAS DIRI
Nama : Khoirun Mukhsinin Putra
NIM : 109103000053
TTL : Palembang, 23 Januari 1991
Alamat : Komp. Saung Gintung Jl. Cirendeu Raya no 6 Rt 06 rw 05 ciputat
Program Studi : Pendidikan Dokter
Angkatan : 2009
Rotasi Klinik : Ilmu Kedokteran Komunitas
Periode : 13 Oktober 2014 – 14 November 2014
Ciputat, 9 November 2014
Khoirun Mukhsinin Putra
4
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... 1
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ 2
IDENTITAS DIRI .......................................................................................... 3
DAFTAR ISI ................................................................................................... 4
LAPORAN KEGIATAN INTERNAL ......................................................... 6
KASUS I. ANAK ............................................................................................. 7
REFLEKSI KASUS I ....................................................................................... 9
KASUS II. DEWASA ...................................................................................... 12
REFLEKSI KASUS II ..................................................................................... 15
KASUS III. KB/KIA ...................................................................................... 18
REFLEKSI KASUS III .................................................................................... 21
KASUS IV. FARMASI ....................................................................................
REFLEKSI KASUS IV ………………………………………………………
22
25
LAPORAN KEGIATAN EKSTERNAL ...................................................... 29
TUGAS I. PENYULUHAN ............................................................................. 30
REFLEKSI TUGAS I ....................................................................................... 33
TUGAS II. POSYANDU …............................................................................. 34
REFLEKSI TUGAS II ..................................................................................... 37
5
TUGAS III. HOME VISIT .............................................................................. 40
REFLEKSI TUGAS III …................................................................................ 44
MINI-CEX ...................................................................................................... 48
LAPORAN KEGIATAN MINI-CEX .............................................................. 47
REFLEKSI KEGIATAN MINI-CEX .............................................................. 50
6
LAPORAN KEGIATAN
INTERNAL
7
FORM LAPORAN KEGIATAN
KINERJA INTERNAL PUSKESMAS
KASUS ANAK
Nama Kegiatan
Tempat
Hari dan Tanggal
Balai Pengobatan Anak
Puskesmas Kosambi
Sabtu, 18 Oktober 2014
Deskripsi Kegiatan Anamnesis : dilakukan secara alloanmnesis dengan ibu pasien jam 9
pagi.
Seorang anak perempuan 11 bulan diatar oleh ibunya dengan keluhan
batuk sejak 1 hari. Batuk tersebut disertai bunyi grok grok namun tidak
terdapat bunyi ngik ngik. Keluhan muntah, sesak dan anak tampak
kebiruan disangkal. Selain itu ibu pasien mengeluhkan anaknya demam
terutama malam hari sejak 3 hari, namun suhu tidak pernah diukur dan
kejang disangkal. Keluhan sulit makan dan keluar cairan dari telinga
disangkal. Ibu pasien menyangkal adanya benjolan di sekitar leher
maupun ketiak. Keluhan BAK nyeri maupun diare disangkal. Keluarga
tidak ada yang menderita TB paru. Riwayat alergi obat dan makanan
pada keluarga disangkal. Ayah pasien merokok dan sering merokok
depan pasien. Ibu pasien mengatakan anaknya belum minum obat
apapun.
Riwayat Makanan ASI sampai usia 6 bulan. Saat ini anak sudah
makan bubur nasi selain susu formula.
Riwayat tumbuh kembang BB : 7,2 kg ; PB :
Riawayat imunisasi kesan lengkap
PF ;
N : 112 x/menit, RR : 35 x/menit, NCH (-), sianosis (-), T : 36,9 0C,
Status generalis : dalam batas normal
Status lokalis thoraks :
I : simteris saat statis dan dinamis, retraksi sela iga (-), penggunaan
otot bantu pernapasan (-)
8
P : Vocal fremetus kiri = kanan
P : sonor dikedua lapang paru
A: vesikuler, rh -/-, wh -/-
Nomor rekam medis 9652
Diagnosis Holistik Aspek personal : Batuk sejak 1 hari, demam terutama malam hari
sejak 3 hari.
Aspek klinis : ISPA ec infeksi virus
Aspek risiko internal : Tidak ada
Aspek risiko eksternal : Riwayat alergi obat dan makanan pada
keluarga disangkal. Ayah pasien merokok dan sering merokok depan
pasien
Aspek fungsional : Kategori 1
Tatalaksana Nonmedikamentosa :
Jika panas tinggi anak kompres air biasa dan banyak minum
Hindari asap rokok
Medikamentosa :
Puyer (ambroxol, CTM dan vit c) 3 x 1 pc
Paracetamol syr 3 x 1 cth
9
FORM REFLEKSI KEGIATAN
KINERJA INTERNAL PUSKESMAS
KASUS ANAK
Nama Kegiatan
Tempat
Hari dan Tanggal
Balai Pengobatan Anak
Puskesmas Kosambi
Sabtu, 18 Oktober 2014
Refleksikan
perbedaan antara teori
dengan praktik yang
dilakukan
Batuk merupakan manuver ekspirasi eksplosif yang mendadak
bertujuan untuk membersihkan jalan napas dari materi-materi dan
mencegah aspirasi cairan dan makanan.
Tidak terdapat perbadaan antara teori dan praktik ketika anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Pada pasien ini lama batuknya sudah sekitar 1 hari
sehingga tergolong akut dan penyebab batuk tersering pada anak anak
adalah ISPA yang disebabkan oleh virus. Pemeriksaan fisik yang
dilakukan pada pasien tidak ditemukan kelainan. Pemilihan terapi pada
pasien ini sudah sesuai dengan teori yang ada simptomatik, konservatif
dan pengendalian alergen.
Menurut saya terdapat kekurangan yang perlu ditambahkan pada status
rekam medis yakni pencatatan grafik tumbuh kembang merupakan
faktor yang penting karena diperlukan untuk mengevaluasi asupan
nutrisi pada pasien anak dan menilai juga tendensi pertumbuhannya
sesuai dengan seusianya atau tidak agar dapat ditindaklanjuti kemudian
jika ada masalah. Selain itu juga perlu ditambahkan riwayat imunisasi
sehingga memudahkan mengevaluasi pasien.
10
Kendala tersebut mengakibatkan pengisian status kesehatan anak yang
seharusnya mencakup riwayat imunisasi dan tumbuh kembangnya
tidak terintegrasi dengan status kesehatannya. Kemudian pada akhirnya
menyulitkan tenaga medis untuk memantau perjalanan kesehatan
selama pertumbuhan dan perkembangannya
Mengapa itu terjadi Hal ini terjadi dikarenakan materi mengenai ISPA pada kasus ini juga
cukup sering ditemukan saat kepaniteraan di rumah sakit, sehingga
aplikasinya sudah sesuai dengan teori.
Kendala rekam medis tersebut disebabkan oleh format rekam medis
terlalu kecil dan dipakai untuk seluruh keluarga sehingga riwayat medis
pasien bercampur campur.
Hal penting apa yang
saya dapat pelajari
dari kasus ini
Hal penting yang saya pelajari lebih lanjut dari kasus ini adalah
bagaiamana bekerja dalam keterbatasan tanpa mengurangi
profesionalisme sebagai dokter
Apa yang perlu saya
pelajari lebih lanjut
Saya harus mempelajari lagi penyebab ISPA yang tersering pada anak
dengan mempelajari buku respirologi anak.
Nilai agama dan
profesionalisme apa
yang terkait dengan
kasus ini
Beneficence yang merupakan melakukan tindakan untuk kebaikan
pasien dan tidak melakukan perbuatan yang memperburuk pasien.
Orang tua juga sebaiknya menjaga lingkungan anak dimana tidak
merokok disekitaran anak. Karena anak merupaka titipan tuhan
sehingga sebaiknya orang tua juga memperhatikan kesehatan anaknya.
Daftar Pustaka Standar Pelayanan Kesahatan Anak Ed.1. IDAI. Jakarta
Pedoman Pelayanan Medis IDAI jilid 1. IDAI. Jakarta
Buku Ajar Respirologi Anak. IDAI. Jakarta
Feedback dari pembimbing puskesmas:
Feedback dari pembimbing kampus:
11
Nama Mahasiswa
Nama Pembimbing
Khoirun Mukhsinin Putra
TTD...............................
dr. Huryatul Kamila
TTD...............................
dr. Risahmawati, Ph.D.
TTD...............................
Dokumentasi
12
FORM LAPORAN KEGIATAN
KINERJA INTERNAL PUSKESMAS
KASUS DEWASA
Nama Kegiatan
Tempat
Hari dan Tanggal
Balai Pengobatan Dewasa
Puskesmas Kosambi
Jumat, 17 Oktober 2014
Deskripsi Kegiatan Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis.
Seorang perempuan usia 46 th datang untuk ke puskesmas untuk
kontrol rutin gula darah.
Saat ini keluhan poliuri (+) terutama malam hari, poliphagi (-),
polidipsi (+) dan pasien mangaku dalam ± 1 tahun ini terjadi penurunan
berat badan sekitar 9 kg (78 kg 69 kg). Keluhan mual dan lemas (-).
Selain itu pasien mengeluhkan sering kesemutan di kaki kanan. Namun
keluhan rasa terbakar maupun baal disangkal. Terdapat luka di kaki
kanan yang lama sembuh namun pasien mengaku saat ini tidak ada
nanah maupun darah. Keluhan nyeri saat berjalan, pingsan, pandangan
kabur, kelemahan anggota gerak maupun demam disangkal. Pasien
mengaku takut jika gula yang tinggi tidak pernah turun.
Riwayat HT (-), pasien mengaku pernah dirawat 6 bulan yang lalu
karena gula darah yang tinggi. Saat ini pasien konsumsi obat
glibenklamid 1 kali sehari sebelum makan.
Pasien suka makan asin dan manis, tidak ada pengaturan makan. Pasien
merupakan ibu rumah tangga yang tidak pernah berolah raga. Pasien
menyangkal merokok. Alergi obat dan makanan disangkal pasien.
Pasien masih mampu mengerjakan tugasnya sehari hari sebagai ibu
rumah tangga.
Riwayat HT dan DM pada orang tua disangkal. Tidak ada riwayat
alergi obat dan makanan pada orang tuanya.
PF : TD 100/70 mmHg, N : 89 x/m,
BB : 69 Kg TB :155 cm BMI : 28,7 (overweight)
Status generalis : dalam batas normal
13
Status lokalis : pada regio ekstremitas bawah kanan terdapat luka
yang sudah mengering berbentuk bulat.
P : perabaan kaki hangat dan tidak sianosis
A. Femoralis ++/++
A. Poplitea ++/++
A. Tibialis post ++/++
A. Dorsalis pedis ++/++
E : 3 cm x 2 cm
D : dermis dan sudah mengering
I : eritema, bangkak (-), nyeri tekan (-), darah dan pus (-)
S : sensoris dalam batas normal
Hasil GDS menggunakan glukometer adalah 310 mg/dl
Nomor rekam medis 5038
Diagnosis Holistik Aspek personal :
poliuri (+), polidipsi (+), penuruanan berat badan. Selain itu pasien
mengeluhkan sering kesemutan di kaki kanan. Terdapat luka di kaki
kanan yang lama sembuh namun pasien mengaku saat ini tidak ada
nanah maupun darah dan sudah mengering. Pasien mengaku takut jika
gula yang tinggi dan tidak pernah turun.
Aspek klinis :
Diabetes Melitus Tipe 2
Aspek risiko internal :
Suka terhadap makanan manis, tidak ada pengaturan makanan khusus
DM dan jarang berolahraga.
Aspek risiko eksternal :
Tidak ada
Aspek fungsional :
Kategori 1
14
Tatalaksana Non medikamentosa :
Hindari makan yang terlalu manis, kontrol makan dan banyak
berolahraga.
Rutin minum obat dan kontrol gula darah di PKM
Medikamentosa :
Glibenklamid 2 x 2,5 mg X ac
Garamicin tube ue no I (2 x 1)
Bkompleks 1 x 1 no X
15
FORM REFLEKSI KEGIATAN
KINERJA INTERNAL PUSKESMAS
KASUS DEWASA
Nama Kegiatan
Tempat
Hari dan Tanggal
Balai Pengobatan Dewasa
Puskesmas Kosambi
Jumat, 17 Oktober 2014
Refleksikan
perbedaan antara teori
dengan praktik yang
dilakukan
Perbedaan yang sama temukan antara teori dan praktik adalah masalah
pengobatan diabetes yang tidak dapat dilakukan sebagaimana pedoman
yang ada dalam literatur.
Pasien ini menderita DM dengan kelebihan berat badan seharusnya
obat yang diberikan adalah jenis metformin karena salah satu
keuntungan penggunaan metformin tidak ada kaitanya dengan berat
badan sedangkan pada praktiknya pasien mendapatkan glibenklamid
sebagai alternatifnya. Selain itu pasien ini gulanya tidak terkontrol
dengan dosis obat 1x2,5mg glibenklamid sehingga saya berikan 2 x 2,5
mg per hari. Pasien dengan diabetes harus rutin setiap hari
mengkonsumsi obat diabetes, pada pasien ini diberikan obat hanya 10
butir sehingga pasien diedukasi untuk kontrol ke puskesmas setiap 5
hari untuk mengambil obat dan dievaluasi.
Mengapa itu terjadi Hal ini terjadi karena pada puskesmas persediaan obatnya terbatas dan
cepat habis namun dapat disiasati dengan penggunaan jenis lain seperti
tetap menggunakan glibenklamid namun dosisnya dievaluasi. Banyak
faktor yang menyebabkan kenapa gula darah pasien ini tidak terkontrol
bisa karena pola makan yang tidak teratur ataupun dosis obat yang
diminum kurang.
Hal penting apa yang
saya dapat pelajari
dari kasus ini
Dari kasus ini saya mendapatkan hal penting sebagai calon dokter
umum yang akan ditempatkan di puskesmas untuk memberikan
edukasi dan informasi yang memadai kepada pasien. Hal ini
dimaksudkan agar pemeriksaan yang saya lakukan dan terapi yang saya
berikan dapat tepat sasaran walaupun dengan segala keterbatasan yang
ada di puskesmas.
16
Apa yang perlu saya
pelajari lebih lanjut
Saya harus mempelajari lagi jenis jenis obat diabetes oral dan dosisnya
dari pedoman atau konsensus DM indonesia dan mempelajari
bagaimana aturan-aturan operasional yang berlaku di puskesmas
kemudian disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan agar dapat
memberikan pelayanan yang maksimal walaupun dengan kendala yang
ada.
Nilai agama dan
profesionalisme apa
yang terkait dengan
kasus ini
Nilai keagamaan : ikhtiar dan sabar dalam menjalani pengobatan
diabetes.
Nilai etika profesionalisme yang saya ambil yaitu memperhitungkan
keuntungan dan kerugian pemeriksaan dan terapi yang saya berikan
kepada pasien dari segala aspek yang mempengaruhi pengobatan yang
akan kita berikan. Kemudian memberikan pilihan-pilihan pengobatan
kepada pasien sehingga pasien dapat menentukan apa yang terbaik
untuk dirinya dalam rangka pengobatannya, tentunya pengobatan yang
tepat.
Daftar Pustaka Konsensus Penatalaksanaan DM Tipe 2. 2011. Jakarta
Buku Ajar Farmakologi. FK UI. Jakarta
Sudoyo, Aru W. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta
Pusat: Interna Publishing ; 2010
Feedback dari pembimbing puskesmas:
Feedback dari pembimbing kampus:
17
Nama Mahasiswa
Nama Pembimbing
Khoirun Mukhsinin Putra
TTD...............................
dr. Huryatul Kamila
TTD...............................
dr. Rissahwati, Ph.D.
TTD...............................
Dokumentasi
Lm
18
FORM LAPORAN KEGIATAN
KINERJA INTERNAL PUSKESMAS
KASUS KIA (ANC)
Nama Kegiatan
Tempat
Hari dan Tanggal
Balai Pengobatan KIA
Puskesmas Kosambi
Senin, 20 Oktober 2014
Deskripsi Kegiatan Anamnesis dilakukan secara autoanamensis tanggal 21 oktober 2014.
Pasien perempuan 22 tahun G2P1A0 hamil 26 minggu dengan HPHT
5 mei 2014 dan taksiran partus 12 februari 2014 datang untuk kontrol
rutin kehamilannya. Pasien tidak mengeluhkan apa apa, keluhan mual,
demam, nyeri perut, keluar lendir bau ataupun darah dari kemaluan
disangkal. Konsumsi obat obatan juga disangkal. Pasien sudah 2 kali
ANC sebelumnya dan belum pernah di USG dan periksa darah. Pasien
masih mampu mengerjakan pekerjaan rumah sehari hari.
Anak pertama pasien usia 2 tahun dan sehat, lahir kaki dibantu oleh
bidan.
Dari pemeriksaan fisik :
BB : 65 kg
Tanda vital : TD 120/80 mmHg, nadi : 75x, RR : 18x/mnit
Status generalis : tidak ada kelainan
Status obstetric : tinggi fundus uteri 15 cm, tunggal, puka dan DJJ 140
Nomor rekam medis 213358
Diagnosis Holistik Aspek personal : kontrol rutin ANC
Aspek klinis : G2P1A0 hamil 26 minggu, JPKTH
Aspek risiko internal : tidak ada
Aspek risiko eksternal : tidak ada
Aspek fungsional : kategori 1
Tatalaksana Non medikamentosa : edukasi pasien untuk rutin kontrol untuk ANC,
Farmakologis : Fe 1x1 tab XXX
19
FORM REFLEKSI KEGIATAN
KINERJA INTERNAL PUSKESMAS
KASUS KIA (ANC)
Nama Kegiatan
Tempat
Hari dan Tanggal
Balai Pengobatan KAI
Puskesmas Kosambi
Senin, 20 Oktober 2014
Refleksikan
perbedaan antara teori
dengan praktik yang
dilakukan
Pada kerja praktek saya pada poli KIA/KB tidak saya temukan adanya
perbedaan antara teori dengan prakteknya di lapangan.
Pemeriksaan yang dilakukan kepada pasien yang berkunjung ke poli
KIA/KB telah memenuhi standar yang ada. Kerahasiaan kondisi medis
pasien dapat terjaga karena terdapat ruangan khusus yang
diperuntukkan sebagai tempat pemeriksaan. Ruangan tersebut tertutup
dan memiliki peralatan pemeriksaan standar yang cukup lengkap.
Setidaknya paling sedikit empat kali melakukan ANC selama masa
kehamilan 1 kali pada trimester I (1-12 minggu), 1 kali pada trimester
II (13-24 minggu) dan 2 kali pada trimester III (>24 minggu). Pasien
ini sudah melakukan ANC 3 kali dan itu sudah sesuai dengan teori.
Standar playanan ANC meliputi 7T seperti timbang berat badan, ukur
tekanan darah, ukut tinggi fundus uteri, pemberian imunisasi toxoid,
pemberian tablet zat besi, tes terhadap penyakit menular seksual, dan
temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.
Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan lab terutama HB maupun
tes terhadap penyakit menular seksual
Pada pemeriksaan fisik ibu hamil yang berupa pemeriksaan ANC dan
terapi sudah sesuai dengan teori.
Mengapa itu terjadi Dengan adanya program ANC pada posyandu memudahkan para ibu
hamil untuk melakukan ANC sehingga tidak perlu datang ke
puskesmas untuk melakukan ANC.
Dikarenakan keterbatas fasilitas sehingga pasien tidak dilakukan
pemeriksaan lab, USG maupun penyakit menular seksual.
Saat kepanitraan sudah diajarkan dan sering melakukan ANC pada
pasien poli obstetri sehingga tidak terdapat kendala yang bararti.
20
Hal penting apa yang
saya dapat pelajari
dari kasus ini
Melatih keahlian penegakan diagnostik berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan yang sederhana.
Apa yang perlu saya
pelajari lebih lanjut
Memperbanyak pengalaman klinik dibidang kehamilan ataupun
obstetri, dengan cara lebih banyak ikut melakukan ANC maupun
membaca buku mengenai ANC dan obstetri.
Mengetahui obat obatan yang tidak teratogenik jika ibu hamil
mempunyai masalah kesehatan tertentu dengan lebih membaca buku
farmakologi khususnya tingkat keamanan penggunaan obat pada ibu
hamil.
Nilai agama dan
profesionalisme apa
yang terkait dengan
kasus ini
Pedoman mencegah lebih baik daripada mengobati punya makna yang
melekat khusus untuk pasien-pasien ibu hamil. Edukasi dan pemberian
informasi yang selengkap-lengkapnya untuk ibu hamil dapat mencegah
mereka dari timbulnya penyakit atau komplikasi penyakit. Selain itu
menjelaskan kepada ibu hamil bahwa Pemeriksaan ANC yang teratur
merupakan perwujudan kasih sayang seorang ibu terhadap anak yang
dikandungnya agar dapat dilahirkan dengan keadaan sehat.
Daftar Pustaka 1. Prawirohardjo, Sarwono. Buku Ilmu Kandungan ed 2. Jakarta :
Tridarsa Printer, 2008.
2. Prawirohardjo, Sarwono. Pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal. Yayasan bina pustaka, 2002
3. Cunningham F. Gary et al. William obstetrics 23rd ed. New
york:Mc Graw Hill.2010;194-205
Feedback dari pembimbing puskesmas:
Feedback dari pembimbing kampus:
21
Nama Mahasiswa
Nama Pembimbing
Khoirun Mukhsinin Putra
TTD...............................
dr. Huryatul Kamila
TTD...............................
dr. Risahmawati, Ph.D.
TTD...............................
Dokumentasi
22
FORM LAPORAN KEGIATAN
KINERJA INTERNAL PUSKESMAS
KASUS FARMASI
Nama Kegiatan
Tempat
Hari dan Tanggal
Farmasi
Puskesmas Kosambi
Senin, 20 Oktober 2014
Deskripsi Kegiatan Pada kerja praktik di depo farmasi, kegiatan yang saya lakukan harus
sesuai dengan peraturan puskesmas atau SOP yang berlaku. Saat itu
saya didampingi oleh penanggung jawab apotek.
Alur kegiatan adalah sebagai berikut setelah berobat di balai
pengobatan, pasien menyerahkan resep yang dia terima ke petugas
farmasi. Setelah itu, pasien diminta menunggu obat-obatan yang
diresepkan untuk ditebus. Sementara itu, petugas farmasi akan
mengambilkan obat atau meracik obat-obatan yang diresepkan lalu
diberikan kepada pasien.
Puskesmas memiliki peraturan bahwa setiap jumlah obat-obat yang
diberikan kepada pasien tidak melebihi jumlah 10 butir setiap obatnya
termasuk di dalamnya obat antibiotik. Selain itu, pemberian obat
dibatasi setiap pasien maksimal 4 jenis obat apapun
Pembuatan puyer dilakukan secara sederhana karena keterbatasan
sumber daya dan sarana di puskesmas. Tempat racikan hanya
menggunakan mortar dan alu. Di depo farmasi hanya terdapat 1 mortar
dan alu sehingga setelah digunakan alat tersebut hanya dibersihkan
seadanya ketika membuat puyer yang baru.
Rekapitulasi obat yang dikeluarkan dilaksanakan secara manual
dimana hanya mengumpulkan kertas resep. Terdapat rekap obat harian
dan bulanan, sehingga akan tergambar berapa pemasukan dan
pengeluaran obat.
Selain komponen-komponen yang terkait kinerja, sarana dan prasarana
terkait depo farmasi. Persedian obat di farmasi terbatas sehingga
terkadang pasien tidak mendapatkan obat sesuai dengan resep dan
dianjurkan untuk membeli obat diluar jika bersedia.
23
Salah satu contoh resep yang saya ambil di poli farmasi adalah
peresepan penggunaan obat antinyeri pada pasien sakit kepala.
Nomor rekam medis Tidak ada data
Diagnosis Holistik 1. Aspek Personal
Pasien mengeluhkan sakit kepala sejak 3 hari dan demam
hilang timbul.
2. Aspek Klinis
Cephalgia
3. Aspek Risiko Internal
Pasien merokok dan jarang berolahraga
4. Aspek Risiko Eksternal
Tidak ada
5. Aspek Fungsional
Kategori 1
Tatalaksana Amoxicilin 500 mg N0 X (3 x 1)
Asam mefenamat 300 mg No X (3 x 1)
Dexametason No X (3 x 1)
24
FORM REFLEKSI KEGIATAN
KINERJA INTERNAL PUSKESMAS
KASUS FARMASI
Nama Kegiatan
Tempat
Hari dan Tanggal
Farmasi
Puskesmas Kosambi
Senin, 20 Oktober 2014
Refleksikan
perbedaan antara teori
dengan praktik yang
dilakukan
Obat racikan dapat berbentuk bubuk, kapsul, sirup, dan suntikan. Obat
ini sangat sering diresepkan terutama di Indonesia, sedangkan di luar
negeri peresepan obat ini tidak dilarang, akan tetapi sangat jarang
diresepkan.
Beberapa alasan mengapa obat puyer/racikan sering diresepkan antara
lain: dosis obat dapat disesuaikan dengan berat anak secara lebih tepat,
biaya lebih murah, tidak menakutkan bagi pasien terutama bila
komponen racikannya banyak sekali, karena sudah terbiasa
meresepkan.
Akan tetapi, peresepan obat ini dapat menimbulkan beberapa masalah,
yaitu: dapat dipengaruhi oleh faktor kesalahan manusia dalam
meresepkan/meracik, stabilitas obat menurun, toksisitas obat dapat
meningkat, waktu penyediaan obat lebih lama, efektivitas obat
berkurang, menimbulkan pencemaran lingkungan kronis di bagian
farmasi, pembuatan kurang higienis, beberapa obat susah dipuyerkan,
dan memudahkan terjadinya praktek polifarmasi tanpa diketahui
pasien.
Preskripsi dokter sangat penting bagi seorang dokter dalam proses
peresepan obat bagi pasiennya. Dokter dalam mewujudkan terapi yang
rasional, memerlukan langkah yang sistematis dengan moto 5T (Tepat
obat, Tepat dosis, Tepat cara, dan jadwal pemberian serta tepat
BSO dan untuk penderita yang tepat). Preskripsi yang baik haruslah
ditulis dalam blanko resep secara lege artis.
Preskripsi dokter memerlukan ketepatan dosis obat yang diberikan dan
pemilihan formula yang tepat pula. Calon dokter harus dapat
memahami cara menentukan dosis obat dengan tepat dengan cara
25
perhitungan yang benar dan harus memahami formula resep yang tepat
digunakan untuk mewujudkan terapi rasional.
Perbedaan yang saya temukan adalah sebagai berikut :
a. Peraturan di puskesmas yang membatasi pengeluaran obat-
obatan untuk pasien sehingga pengobatan pasien tidak dapat
dilakukan secara optimal.
b. Persediaan obat-obatan yang terbatas di puskesmas menjadi
hambatan bagi para tenaga medis yang bertugas untuk
memberikan pengobatan yang seharusnya sesuai dengan
diagnosis kerja.
c. Selain itu, kekurangan dalam penyediaan sarana yang
mendukung dalam peracikan obat seperti alat-alat dalam
keadaan steril dan menggunakan timbangan agar dosis dapat
terbagi dengan tepat takarannya.
d. Tata cara pengambilan obat dalam kemasan tabung yang tidak
menggunakan sarung tangan.
e. Pada resep antinyeri diberikan 2 jenis obat yakni asam
mefenamat dan dexametason. Asam mefenamat merupakan
NSAID yang non selektif terhadap siklooksigenase. Efek
samping penggunaan obat ini adalah dispepsia dan iritasi
saluran cerna pada pemberian dosis besar dan waktu lama
karena menghambat pembentukan prostasiklin melalui inhibisi
cox1. Dexametason merupakan steroid yang mempunyai efek
anti-inflamasi dan imunospuresan. Penggunaan kortikosteroid
sebagai antinflamasi merupakan terapi paliatif, yaitu hanya
menghambat gejala sedankan penyebabnya masih ada. Obat ini
juga dapat menyebabkan iritasi lambung atau saluran cerna
pada pemberian dosis besar dan waktu lama karena
menghambat pembentukan prostasiklin dan cox1 melalui
inhibisi pembentukan asam arakidonat. Kedua obat tersebut
tidak dianjurkan jika diberikan bersama karena akan
meningkatkan risiko terjadinya iritasi lambung. Tetapi pada
pasien ini diresepkan obat asam mefenamat dan kortikosterois.
26
Mengapa itu terjadi Stok obat yang terbatas merupakan penyebab sehinga terkadang pasien
tidak mendapatkan pengobatan yang sesuai. Pengetahuan mengenai
pengambilan obat, pembuatan puyer yang baik dan kekurangan sarana
menyebabkan peracikan puyer terkesan tidak sesuai.
Kurangnya pengetahuan tenaga medis yang meresepkan obat tersebut
akan efek samping obat dan interiknya.
Hal penting apa yang
saya dapat pelajari
dari kasus ini
Sebagai dokter yang bekerja di pelayanan primer dengan keterbatasan
obat harus dapat memikirakan jenis obat obatan yang harus diberikan
kepada pasien. Selain itu pentingnya mengetahui cara pembuatan puyer
yang baik dan sebagai dokter harus memikirkan apakah akan terjadi
interaksi obat jika diberikan secara bersamaan terutama jika diberikan
dalam jumlah banyak.
Apa yang perlu saya
pelajari lebih lanjut
Memahami interaksi obat dan cara membuat puyer yang baik dari buku
farmasi.
Nilai agama dan
profesionalisme apa
yang terkait dengan
kasus ini
Dari agama : sebagai petugas medis kita tidak boleh merugikan pasien
dan harus mengupayakan yang terbaik untuk pasien.
Prinsip etika profesionalisme beneficence, non-maleficence, dan
justice.
Daftar Pustaka 1. PEFARDI JATIM, Pendidikan Berkelanjutan Ilmu Farmasi
Kedokteran, PEFARDI, Murnajati Lawang. 2002.
2. Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI. Farmakologi
dan Terapi Ed. 5. Balai Penerbit FKUI. Jakarta; 2008.
3. Setiabudy, Rianto. Masalah Polifarmasi dan Peresepan Obat
Racikan. Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI.
Jakarta; 2011.
Feedback dari pembimbing puskesmas:
Feedback dari pembimbing kampus:
27
Nama Mahasiswa
Nama Pembimbing
Khoirun Mukhsinin Putra
TTD...............................
dr. Huryatul Kamila
TTD...............................
dr. Rissahmawati, Ph.D.
TTD...............................
Dokumentasi
28
LAPORAN KEGIATAN
EKSTERNAL
29
FORM LAPORAN KEGIATAN
KINERJA EKSTERNAL PUSKESMAS
PENYULUHAN
Nama kegiatan
Tempat
Tanggal
Penyuluhan/Promkes
Madrasah Tsanawiyah Kosambi
Selasa, 4 November 2014
Deskripsi Kegiatan Kegiatan ini berbentuk penyuluhan dengan media
presentasi berupa slide show dan video yang ditampilkan di
depan peserta. Peserta yang hadir terdiri dari anggota OSIS
dan PMR dengan jumlah total 30 orang. Sebelum kegiatan
dimulai diadakan pretest terlebih dahulu mengenai
pengetahuan umum sekitar kesehatan reproduksi remaja.
Peserta diminta menuliskan jawaban di kertas selembar.
Setelah itu dilanjutkan dengan presentasi materi selama 20
menit dan pemutaran video selama 15 menit. Peserta tampak
antusias dengan materi dan video yang diberikan.
Kegiatan selanjutnya adalah sesi tanya jawab. Selama sesi
ini terdapat 4 orang siswa yang mengajukan pertanyaan.
Setelah pertanyaan dijawab oleh presentan, peserta tersebut
diberikan hadiah doorprize. Lalu dilanjutkan dengan kegiatan
post test untuk mengevaluasi materi yang sudah diberikan
kepada peserta. Hasil evaluasi menunjukkan hampir semua
peserta menjawab post test dengan benar. Kegiatan ini
diakhiri dengan sesi foto bersama sebagian peserta dan guru
pembimbing OSIS.
Populasi Peserta penyuluhan merupakan perwakilan dari anggota OSIS
dan PMR. Anggota OSIS yang ada di Madrasah tersebut
sebanyak 56 orang dan anggota PMR sebanyak 60 orang.
Hasil kegiatan Perwakian yang hadir pada kegiatan penyuluhan berjumlah
30 orang. Hasil evaluasi post test menunjukkan hampir semua
peserta menjawab benar pertanyaan pertanyaan yang
berhubungan dengan materi penyuluhan.
30
Tindak Lanjut Melakukan post test di akhir penyuluhan dan materi
penyuluhan diberikan kepada pembimbing OSIS untuk
disampaikan ke seluruh siswa di madrasah tersebut agar
pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi ini bisa
didapatkan secara merata oleh siswa.
31
FORM REFLEKSI KEGIATAN
KINERJA EKSTERNAL PUSKESMAS
Nama kegiatan
Tempat
Tanggal
Penyuluhan/Promkes
Madrasah Tsanawiyah Kosambi
Selasa. 4 November 2014
Refleksikan
perbedaan antara
teori dengan praktek
yang dilakukan
Tidak ada perbedaan antara teori dan praktek pada penyuluhan ini.
Penyuluhan berjalan lancar dan cukup interaktif. Penyuluhan ini
dikatakan efektif, berdasarkan adanya peningkatan tingkat
pengetahuan umum siswa tentang kesehatan reproduksi dan hasil
postest dimana hampir semua peserta menjawab benar.
Mengapa itu terjadi? Para peserta didominasi anak PMR yang kemungkinan sudah
pernah diberikan penyuluhan yang sama.
Apa yang dapat saya
pelajari dari kasus
ini?
Saya belajar cara menyampaikan penyuluhan yang merupakan
salah satu upaya promosi kesehatan dan media pembelajaran
untuk masyarakat.
Apa yang perlu saya
pelajari lebih lanjut?
Saya harus mempelajari lagi cara berkomunikasi yang baik agar
peserta dapat lebih mengerti dan menarik sehingga penyuluhan
berlangsung lebih interaktif. Saya juga belajar bagaimana
menyampaikan masalah reproduksi terhadap siswa supaya tidak
dianggap menjadi hal yang tabu.
Bagaimana
melakukannya?
Melatih kemampuan berkomunikasi dan mempelajari lebih lanjut
masalah kesehatan reproduksi remaja terutama update untuk
media promosi kesehatan reproduksi remeja.
Nilai agama dan
profesionalisme apa
yang dapat saya
masukkan dalam
kasus ini?
Manifestasi nilai-nilai dakwah dan tindakan promotif – preventif
dalam pelayanan kesehatan masyarakat.
Nilai profesionalisme yang diambil adalah sebagai dokter tidak
hanya bekerja di bidang kuratif saja tetapi juga dalam hal preventif
yang berupa promosi kesehatan. Setiap dokter diharapkan
memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik tidak hanya
secara personal dokter dan pasien melainkan dalam lingkup
masyarakat.
32
Feedback dari pembimbing puskesmas :
Feedback dari pembimbing kampus:
Nama Mahasiswa
Nama Pembimbing
Khoirun Mukhsinin Putra
TTD...............................
dr. Huryatul Kamila
TTD...............................
dr. Rissahmawati, Ph.D.
TTD...............................
Dokumentasi
Apakah masih ada
hal yang belum
terjawab/belum
diketahui?
Tidak ada.
33
34
FORM LAPORAN KEGIATAN
KINERJA EKSTERNAL PUSKESMAS
KASUS POSYANDU ANAK DAN LANSIA
Nama kegiatan
Tempat
Tanggal
Posyandu dan Posbindu
Desa Cengklong
17 Oktober 2014
Deskripsi Kegiatan Kami berkumpul di Puskesmas Kosambi pada pukul 08.00
WIB. Hari itu, kami dan bidan nita bertugas ikut posyandu
teratai IV di desa Cengklong. Pada pukul 09.00, kami
berangkat ke desa tempat diaadakannya posyandu.
Setelah sampai di tempat posyandu, para ibu dan anak telah
berkumpul sebagian sedang mengantri untuk mendaftar dan
sebagian lagi mengantri untuk timbang berat badan.
Di posyandu ini hanya terdapat tiga meja saja yaitu
pendaftaran balita, ibu hamil, dan menyusui, penimbangan
balita, pecatatan hasil penimbangan, dan imunisasi.
Lalu kami mengambil posisi untuk memulai pelayanan.
Sekitar 15 ibu dan anak berkumpul untuk mengikuti kegiatan
posyandu, ada ibu dengan bayinya dan ada pula ibu dan anak
usia sekolahan. Para kader mengatur antrian agar pelayanan
sesuai urutan dan teratur. Bidan dari puskesmas menyediakan
imunisasi serta obat-obatan untuk ibu hamil yang kontrol.
Pemeriksaan diawali dengan pemeriksaan berat badan
menggunakan dacin dan timbangan manual, kemudian
dilakukan pemeriksan kesehatan, pada saat itu ibu pasien
menceritakan tentang tumbuh kembang bayi/anak serta
menjelaskan apabila ada keluhan dan penyebab berat
badannya berkurang. Kami juga membantu untuk
memberikan imunisasi / vaksin untuk anak-anak di posyandu
tersebut. Setelah itu, kami mencatat hasil dari pemeriksaan di
KMS (Kartu Menuju Sehat) dan kami ikut memberikan
edukasi kepada ibu-ibu tentang kesehatan anak. kami
35
mengidentifikasi apabila ada anak yang mengalami suatu
penyakit yang tidak disadari oleh ibu, dan mengedukasi ibu
nya untuk kontrol ke puskesmas Kosambi.
Kami juga melakukan pemeriksaan terhadap ibu hamil yang
kontrol, ada 2 ibu hamil yang datang, kami melakukan
antenatal care, dengan anamnesis keluhan, diagnosis ibu,
pemeriksaan tekanan darah, Leopold dan denyut jantung janin
menggunakan Doppler. Setelah itu kami memberikan obat-
obatan seperti tablet penambah darah dan asam folat pada ibu
hamil.
Sekitar pukul 11.00 kegiatan dilanjutkan pemeriksaan untuk
pasien lanjut usia. Kami dibantu kader melakukan
penimbangan berat badan dan pengukuran tekanan darah
pada pasien lanjut usia tersebut. Pasien hanya dianamnesis
tanpa dilakukan pemeriksaan fisik. Pasien lanjut usia yang
datang saat itu sekitar 20 orang. Kebanyakan pasien yang
datang adalah pasien dengan riwayat hipertensi atau hanya
ingin dilakukan pemeriksaan tekanan darah saja. Untuk
pasien hipertensi pasien diberikan obat antihipertensi, vitamin
dan edukasi mengenai pola makan dan anjuran untuk rutin
mengkonsumsi obat antihipertensinya.
Kegiatan berakhir sekitar pukul 12.30 siang dimana pasien
sudah tidak ada yang datang lagi. Kemudian kami pun
meninggalkan lokasi posyandu dan kembali ke puskesmas.
Populasi Perkiraan jumlah ibu hamil di Desa Cengklong ada 300
orang, dengan jumlah POSYANDU 11, sehingga dalam 1
POSYANDU kurang lebih menangani 27 ibu hamil dalam
setahun.
Perkiraan jumlah balita di Desa Cengklong ada 485 orang,
dengan jumlah POSYANDU 11, sehingga dalam 1
POSYANDU kurang lebih menangani 44 balita dalam
setahun.
36
Hasil kegiatan Total pasien yang datang sekitar 35 orang meliputi 10 pasien
anak 5 pasien ibu hamil dan 20 pasien lanjut usia.
Dari 10 pasien anak, 6 orang diberikan imunisasi campak, 3
bayi diberikan imunisasi DPT dan 1 pasien hanya dilakukan
penimbangan berat badan saja.
Dari 5 pasien ibu hamil semuanya dilakukan ANC dan 2
orang ibu hamil diberikan edukasi mengenai tanda tanda
kelahiran dikarenakan mereka sudah 9 bulan.
Dari 20 pasien lanjut usia didapatkan 15 orang dengan
tekanan darah tinggi dimana 13 orang diantaranya memiliki
riwayat
hipertensi.
Tindak Lanjut Melakukan evulasi kegiatan yang telah dilaksanakan dan
melaporkan hasil evaluasi tersebut ke penanggung jawab
program posyandu dan kepala puskesmas.
37
FORM REFLEKSI KEGIATAN
KINERJA EKSTERNAL PUSKESMAS
KASUS POSYANDU ANAK DAN LANSIA
Nama Kegiatan
Tempat
Hari dan Tanggal
Posyandu dan Posbindu
Desa Cengklong
17 Oktober 2014
Refleksikan
perbedaan antara teori
dengan praktik yang
dilakukan
Untuk posyandu anak
Dari studi literatur, kami dapatkan bahwa program posyandu memiliki
sasaran bayi, balita, ibu hamil, nifas dan menyusui, serta pasangan usia
subur. Sedangkan posyandu yang diadakan di tempat tersebut hanya
mencakup bayi, balita dan ibu hamil. Posyandu dibentuk dengan tujuan
untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar, KIA, KB, imunisasi,
gizi dan penanggulangan diare kepada masyarakat setempat.
Sedangkan kegiatan posyandu yang saya ikuti kemarin terlihat hanya
bertujuan untuk program gizi dan imunisasi serta KIA.
Walaupun hanya tersedia 2 meja namun kegiatan yang dilakukan
mencakup 5 meja dimana sudah terdapat pedaftaran, penimbangan,
pengisian KMS, penyuluhan perorangan berdasarkan KMS dan
pelayanan kesahatan seperti imunisasi, ANC dan pengobatan ringan.
Untuk posyandu dewasa
Tidak terdapat perbedaan antara teori dan praktik. Namun hanya saja
terdapat keterbatasan obat sehingga pasien hanya diberikan obat dalam
jumlah yang sedikit.
Mengapa itu terjadi Dikarenakan stok obat yang dibawa oleh bidan ketika mendatangi
posyandu hanya sedikit dan terbatas sehingga obatpun hanya diberikan
sedikit.
Hal penting apa yang
saya dapat pelajari
dari kasus ini
Membina hubungan komunikasi dan profesionalisme baik dengan
masyarakat maupun dengan kader kesehatan. Mengetahui pelaksanaan
program imunisasi nasional, pengukuran status gizi serta edukasi
terhadap keluarga tentang pemantauan tumbuh kembang anak.
38
Pengalaman melakukan pemeriksaan pasien geriatri dengan
pendekatan anamnesis dan pemeriksaan yang holistik dan paripurna.
Apa yang perlu saya
pelajari lebih lanjut
Mengetahui update tentang imunisasi dengan membaca pedoman
depkes dalam memberikan imunisasi.
Mempelajari kembali masalah masalah geriatri.
Nilai agama dan
profesionalisme apa
yang terkait dengan
kasus ini
Manifestasi nilai-nilai tindakan promotif – preventif dalam pelayanan
kesehatan masyarakat.
Daftar Pustaka 1. Kependudukan dan Biostatik FKM USU. Posyandu Sebagai
Sarana Peran Serta Masyarakat dalam UPKM.
http://www.library.usu.ac.id.
2. Widiastuti. Pemanfaaan Penimbangan Balita di Posyandu.
http://www.irc.kmpk.ugm.ac.id
3. Subijanto dkk. Pembinaan posyandu lansia guna pelayanan
kesehatan lansia. Surakarta : FK UNS
http://posyandulansia.pdf.co.id
Feedback dari pembimbing puskesmas:
Feedback dari pembimbing kampus:
Nama Mahasiswa
Nama Pembimbing
Khoirun Mukhsinin Putra
TTD...............................
dr. Huryatul Kamila
TTD...............................
dr. Rissahmawati, Ph.D.
TTD...............................
39
LAMPIRAN
40
FORM LAPORAN KEGIATAN
KINERJA EKSTERNAL
HOME VISITE
Nama kegiatan
Tempat
Tanggal
Home Visit
Serua, Pamulang
Jumat, 31 Oktober 2014
Deskripsi Kegiatan Pada hari jumat sore seusai kegiatan di kampus, kami mengunjungi
rumah pasien kami di Serua, Pamulang. Sebelumnya kami sudah
diberikan pasien perempuan dengan penyakit hipertensi namun karena
tidak bernasib, kami tidak menemukan rumah ibu tersebut, dan selalu
kesulitan menemuinya sehingga pasien kami diganti. Pasien home visit
kami ini seorang perempuan berusia 52 tahun, dengan diagnosis
diabetes mellitus tipe II gula darah terkontrol. Rumah ibu ini berada 1
km dari KPKM Reni Jaya, hanya berbeda gang dengan KPKM, berada
di tengah sawah. Kami berbincang-bincang dengan ibu nya di ruang
tengah. Setelah itu kami melihat keadaan sekeliling tempat tinggal dan
keadaan rumah pasien seperti keadaan dan luas bangunan,
pencahayaan dan kebersihan rumah. Setelah melakukan pengambilan
data, menganalisa, mengambil gambarnya, kami berpamitan. Pasien
merasa senang karena telah dikunjungi oleh kami. Saat itu hanya ada
anak pasien yang paling kecil pulang mengaji.
Selama home visit, kami memiliki tugas untuk menyampaikan materi
konseling atas permasalahan keluarga. Kami membagi tugas dalam
menyampaikan konseling diabetes mellitus, memeriksa pasien,
mengambil gambar sekeliling rumah pasien. Kami menggunakan
leaflet sebagai media konseling. Kami mempelajari berbagai hal dalam
melakukan home visit ini, kami melatih empati kami untuk memahami
keadaan pasien yang sangat kekurangan dan mandiri tanpa suami,
walaupun dengan kondisinya yang serba terbatas dan memiliki
penyakit kencing manis, dia tetap semangat bekerja menjadi seorang
pemulung demi menghidupi keluarganya, demi menyekolahkan anak-
anaknya. Kami berlatih menghadapi pasien dengan tenang dan melatih
41
kemampuan kami untuk menentukan permasalahan pasien bukan
hanya segi klinis dan biologis, tetapi menjadi lebih holistic dari
lingkungan, psikososial, ekonomi. Kami juga belajar cara
penyampaian materi konseling dengan komunikasi efektif sehingga
pasien mampu menerima dan memahami dengan baik materi tersebut.
Populasi Individu
Hasil kegiatan Tatalaksana sesuai yang direncanakan
Tindak lanjut Memberikan leaflet contoh menu makan pasien DM
42
FORM REFLEKSI KEGIATAN
KINERJA EKSTERNAL
HOME VISITE
Nama kegiatan
Tempat
Tanggal
Home Visit
Serua, Pamulang
Jumat, 31 Oktober 2014
Refleksikan perbedaan
antara teori dengan
praktik yang dilakukan
Tidak ada perbedaan antara teori dan praktik, langkah-langkah
diagnosis holistik diterapkan secara penuh. Aspek personal,
klinis, faktor instrinsik, faktor risiko eksternal dan skala fungsi
sosial sebagai dasar pemikiran diagnosis holistik sudah kami
terapkan.
Diagnosis holistik adalah kegiatan untuk mengidentifikasi dan
menentukan dasar dan penyebab penyakit (disease), luka
(injury) serta kegawatan yang diperoleh dari alasan
kedatangan, keluhan personal, riwayat penyakit pasien,
pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan penunjang, penilaian
risiko internal/individual dan eksternal dalam kehidupan pasien
serta keluarganya. Home visit dilakukan untuk mengobservasi
masalah-masalah kesehatan terkait kondisi pasien dan
lingkungan rumah pasien.
Setelah mendiagnosis secara holistik, kami melakukan
intervensi kepada pasien berdasarkan dasar/prinsip
pengembangan pendekatan kedokteran keluarga dengan
bantuan leaflet.
Home visit yang kami lakukan berlangsung lancar, dimana
pasien dan keluarga menerima kedatangan kami dan kooperatif
saat kami wawancara. Pasien dan keluarga juga memberikan
respon yang baik terhadap konseling yang kami jelaskan.
Mengapa itu terjadi? Kami sudah pernah mengisi berkas keluarga sehingga sudah
mengetahui poin yang harus ditanyakan.
43
Feedback dari pembimbing puskesmas:
Feedback dari pembimbing kampus:
Hal penting apa yang
dapat saya pelajari dari
kasus ini?
Memahami pasien secara holistik/komprehensif, yaitu
memandang manusia sebagai mahluk biopsikososio-kultural
pada ekosistemnya. Kemudian melakukan diagnosis holistik,
yaitu mengidentifikasi dan menentukan dasar dan penyebab
penyakit (disease), luka (injury) serta kegawatan yang
diperoleh dari alasan kedatangan, keluhan personal, riwayat
penyakit pasien, pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan
penunjang, penilaian risiko internal/individual dan eksternal
dalam kehidupan pasien serta keluarganya.
Apa yang perlu saya
pelajari lebih lanjut?
Jelaskan dilakukan
dengan cara apa!
Dasar-dasar atau prinsip dalam pengembangan pelayanan/
pendekatan kedokteran keluarga. Pasien ini mempunyai
diabetes sehingga saya harus lebih mengenal jenis bahan
makanan yang boleh dikonsumsi oleh penderita diabetes dari
membaca jurnal maupun literatur mengenai pengaturan gizi
pada pasien diabetes.
Nilai agama dan
profesionalisme apa
yang terkait kasus ini?
Manifestasi nilai-nilai dakwah dan tindakan promotif –
preventif dalam pelayanan kesehatan masyarakat.
Selain itu, sebagai tenanga medis dalam melihat pasien harus
secara holistik tidak hanya mengobat keluhan yang
dikeluhankan namun juga harus dapat mengidentifikasikan
masalah masalah lain yang berkaitan dengan keluhan ataupun
penyakitnya sehingga kita dapat memberikan penatalaksanaan
yang komprehensif.
44
Nama Mahasiswa
Nama Pembimbing
Khoirun Mukhsinin Putra
TTD...............................
dr. Huryatul Kamila
TTD...............................
dr. Rissahmawati, Ph.D.
TTD...............................
Dokumentasi
45
46
LAPORAN KEGIATAN
MINICEX
47
FORM REFLEKSI KEGIATAN
KINERJA INTERNAL PUSKESMAS
MINI CEX I
Nama Kegiatan
Tempat
Hari dan Tanggal
Balai Pengobatan Dewasa
Puskesmas Kosambi
Rabu, 5 Oktober 2014
Refleksikan
perbedaan antara teori
dengan praktik yang
dilakukan
Mini Cex atau Mini Clinical Evaluaton Exercise merupakan metode
yang digunakan untuk menilai keterampilan klinis yang dibutuhkan
dalam pelayanan klinik yang baik. Terdapat feedback untuk peserta
yang dapat membantu mengevaluasi proses pembelajaran.
Hari rabu tanggal 5 oktober saya melakukan mini cex, saat itu saya
mendapatkan pasien dewasa. Pasien tersebut datang dengan keluhan
keluar cairan di telinga kiri sejak 6 hari smrs. Setelah saya melakukan
anamnesis dan pemeriksaan fisik maka saya diagnosis dengan otitis
media akut stadium perforasi dengan diagnosis banding otitis eksterna
dan otomikosis. Tidak terdapat perbedaan yang berarti antara teori dan
praktik saat melakukan ananmnesis namun saya masih sedikit
mengalami kesulitan membedakan otitis media ataupun otomikosis
dikarenakn informasi yang diberikan pasien tidak begitu jelas. Saat
melakukan pemeriksaan telinga saya hanya menggunakan senter
dikarenakan otoskop dan lampu kepala yang ada di puskesmas tidak
dapat digunakan.
Dalam penatalaksanaan seharusnya sekret yang keluar dari telinga
dibersihkan menggunakan H2O2 3% selama 5 hari namun dikeranakan
di puskesmas tidak memiliki cairan itu maka saya tidak memberikan
obat cuci telinga dan saya menggantinya dengan OTK (obat tetes
kuping) yang berisi kloramfenikol.
Selain itu saya berikan obat amoksisilin 500 mg 3x dalam sehari selama
7 hari, namun karena peraturan puskesmas yang hanya boleh
memberikan obat 10 butir sehingga saya hanya memberikan 10 butir.
Namun untuk mengatasi itu saya mengatakan kepada pasien untuk
48
kontrol 3 hari kedepan. Obat lain yang saya berikan adalah paracetamol
3x 500 mg dan CTM 3 x 4 mg.
Pasien saya edukasi untuk tidak memasukan air ketelinga dan tidak
mengkorek korek telinga.
Mengapa itu terjadi Kemampuan anamnesis saya belum terasah secara tajam dan kesulitan
memahami bahasa pasien. Pemeriksaan fisik juga tidak dilaksanakan
secara lengkap karena keterbatasan alat dimana saat itu otoskop tidak
bisa digunakan. Selain itu keterbatasan persediaan obat di puskesmas.
Hal penting apa yang
saya dapat pelajari
dari kasus ini
Dari kasus ini saya mendapatkan hal penting sebagai calon dokter
umum yang akan ditempatkan di puskesmas untuk memberikan
edukasi dan informasi yang memadai kepada pasien. Hal ini
dimaksudkan agar pemeriksaan yang saya lakukan dan terapi yang saya
berikan dapat tepat sasaran walaupun dengan segala keterbatasan yang
ada di puskesmas.
Apa yang perlu saya
pelajari lebih lanjut
Saya harus mempelajari lagi penyakit telinga khususnya otitis dari buku
penyakit THT dan alternatif obat jika tidak ada dari jurnal dan buku
farmakologi maupun THT. Selain itu saya harus mempelajari
bagaimana aturan-aturan operasional yang berlaku di puskesmas
kemudian disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan agar dapat
memberikan pelayanan yang maksimal walaupun dengan kendala yang
ada.
Nilai agama dan
profesionalisme apa
yang terkait dengan
kasus ini
Nilai keagamaan : ikhtiar dan sabar dalam menjalani pengobatan.
Nilai etika profesionalisme yang saya ambil yaitu memperhitungkan
keuntungan dan kerugian pemeriksaan dan terapi yang saya berikan
kepada pasien dari segala aspek yang mempengaruhi pengobatan yang
akan kita berikan. Kemudian memberikan pilihan-pilihan pengobatan
kepada pasien sehingga pasien dapat menentukan apa yang terbaik
untuk dirinya dalam rangka pengobatannya, tentunya pengobatan yang
tepat.
Daftar Pustaka Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT ed.6.FK UI. Jakarta
BOIES Buku Ajar Penyakit THT ed 6.EGC.Jakarrta
Farmakologi dan terapi ed 5. FK UI. Jakarta
49
Feedback dari pembimbing puskesmas:
Feedback dari pembimbing kampus:
Nama Mahasiswa
Nama Pembimbing
Khoirun Mukhsinin Putra
TTD...............................
dr. Huryatul Kamila
TTD...............................
dr. Rissahwati, Ph.D.
TTD...............................
LAMPIRAN
50
FORM REFLEKSI KEGIATAN
KINERJA INTERNAL PUSKESMAS
MINI CEX II
Nama Kegiatan
Tempat
Hari dan Tanggal
Balai Pengobatan Anak
Puskesmas Kosambi
Kamis, 6 Oktober 2014
Refleksikan
perbedaan antara teori
dengan praktik yang
dilakukan
Mini Cex atau Mini Clinical Evaluaton Exercise merupakan metode
yang digunakan untuk menilai keterampilan klinis yang dibutuhkan
dalam pelayanan klinik yang baik. Terdapat feedback untuk peserta
yang dapat membantu mengevaluasi proses pembelajaran.
Hari kamis tanggal 6 oktober saya melakukan mini cex, saat itu saya
mendapatkan pasien anak. Anak tersebut datang beserta ibunya dengan
keluhan muncul lenting lenting di punggung bawah dan paha kiri
bagian dalam sejak 1 hari smrs. Setelah saya melakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik maka saya diagnosis dengan varicella zoster. Tidak
terdapat perbedaan yang berarti antara teori dan praktik saat melakukan
ananmnesis. Saat melakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan yang saya
lakukan tidak begitu berurutan dikarenakan anak tersebut menangis
saat disentuh.
Dalam penatalaksanaan terdapat perbedaan antara teori dan praktik.
Obat yang saya berikan adalah salep acylovir 2 tube, seharusnya obat
yang diberikan adalah tablet acylovir 4 x 200 mg selama 5 hari (dosis
anak 4 x 20 mg/kgbb selama 5 hari). Hal ini dikarenakan persediaan
tablet acylovir tidak tersedia di puskesmas. Obat lain yang saya berikan
adalah paracetamol sirup 3 x 5 ml (10 – 15 mg/kgbb/kali dengan dosis
5 ml = 120 mg).
Pasien saya edukasi untuk tidak menggaruk maupun memecahkan
lenting lenting tersebut, dianjurkan untuk istirahat yang cukup dan
makan makanan yang bergizi.
Mengapa itu terjadi Pasien dengan varicela sudah sering saya temukan ketika kepanitraan
sehingga dalam aplikasinya saat ini tidak begitu terdapat kendala yang
51
berarti. Hanya saja dikarenakan keterbatasan obat di puskesmas
sehingga saya hanya memberikan salep saja sebagai aleranatif.
Hal penting apa yang
saya dapat pelajari
dari kasus ini
Dari kasus ini saya mendapatkan hal penting sebagai calon dokter
umum yang akan ditempatkan di puskesmas untuk memberikan
edukasi dan informasi yang benar kepada pasien. Hal ini dimaksudkan
agar pemeriksaan yang saya lakukan dan terapi yang saya berikan dapat
tepat sasaran walaupun dengan segala keterbatasan yang ada di
puskesmas.
Apa yang perlu saya
pelajari lebih lanjut
Saya harus mempelajari lagi update mengenai penatalaksanaan
varicella dari buku kulit kelamin maupun jurnal junral terbaru. Selain
itu saya harus mempelajari bagaimana aturan-aturan operasional yang
berlaku di puskesmas kemudian disesuaikan dengan kebutuhan di
lapangan agar dapat memberikan pelayanan yang maksimal walaupun
dengan kendala yang ada.
Nilai agama dan
profesionalisme apa
yang terkait dengan
kasus ini
Nilai keagamaan : ikhtiar dan sabar dalam menjalani pengobatan.
Nilai etika profesionalisme yang saya ambil yaitu memperhitungkan
keuntungan dan kerugian pemeriksaan dan terapi yang saya berikan
kepada pasien dari segala aspek yang mempengaruhi pengobatan yang
akan kita berikan. Kemudian memberikan pilihan-pilihan pengobatan
kepada pasien sehingga pasien dapat menentukan apa yang terbaik
untuk dirinya dalam rangka pengobatannya, tentunya pengobatan yang
tepat.
Daftar Pustaka Buku Ajar Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin ed.5.FK UI. Jakarta
Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin ed.4. FK Airlangga. Surabaya
Farmakologi dan terapi ed 5. FK UI. Jakarta
Feedback dari pembimbing puskesmas:
Feedback dari pembimbing kampus:
52
Nama Mahasiswa
Nama Pembimbing
Khoirun Mukhsinin Putra
TTD...............................
dr. Huryatul Kamila
TTD...............................
dr. Rissahwati, Ph.D.
TTD...............................
LAMPIRAN
top related