plagiat merupakan tindakan tidak terpuji - core.ac.uk · 4. para responden yang telah meluangkan...
Post on 20-Sep-2019
6 Views
Preview:
TRANSCRIPT
KORELASI ANTARA PERSEPSI BAHAYA BAHAN KIMIA OBAT DAN
PERUBAHAN FREKUENSI KONSUMSI JAMU PEGAL LINU PADA
KONSUMEN KIOS JAMU DI EKS KOTIP CILACAP
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Pascalia Riska Prastika Hapsari
NIM : 078114037
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2011
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
KORELASI ANTARA PERSEPSI BAHAYA BAHAN KIMIA OBAT DAN
PERUBAHAN FREKUENSI KONSUMSI JAMU PEGAL LINU PADA
KONSUMEN KIOS JAMU DI EKS KOTIP CILACAP
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Pascalia Riska Prastika Hapsari
NIM : 078114037
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2011
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
DREAM, BELIEVE, and MAKE IT HAPPEN…AMEN…
YOU’RE ONLY AS HIGH AS YOUR AMBITION…
AMBITION IS THE MAKER OF MAN….
Kupersembahkan karya ini bagi:
Bapa dan Juru Selamatku, Yesus Kristus
Kedua orang tuaku tercinta
Kedua adikku tersayang
Semua keluarga besarku
Sahabat dan teman-temanku
Almamaterku …
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan penyertaan-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul ”KORELASI ANTARA PERSEPSI BAHAYA BAHAN KIMIA
OBAT DAN PERUBAHAN FREKUENSI KONSUMSI JAMU PEGAL LINU
PADA KONSUMEN KIOS JAMU DI EKS KOTIP CILACAP”. Skripsi ini
disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata
Satu Farmasi (S. Farm.), Program Studi Ilmu Farmasi, Fakultas Farmasi,
Universitas Sanata Dharma.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah banyak memperoleh
bantuan, bimbingan, dan pengarahan, serta dukungan dari berbagai pihak. Rasa
terimakasih penulis haturkan kepada pihak-pihak yang telah mendukung
terwujudnya skripsi ini. Terima kasih penulis ucapkan kepada:
1. Bappeda Daerah Istimewa Yogyakarta dan Badan Kesbang Pol dan Linmas
Provinsi Jawa Tengah yang telah membantu kelancaran bagi penulis dalam
mengurus surat ijin penelitian.
2. Badan Kesbang Pol dan Linmas serta Bappeda Kabupaten Cilacap yang telah
membantu kelancaran bagi penulis dalam mengurus surat ijin penelitian.
3. Para pemilik kios jamu yang telah mengijinkan penulis melakukan penelitian
di kios jamu mereka.
4. Para responden yang telah meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner
demi kelancaran jalannya penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
5. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc, Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta dan dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan kritik dan saran kepada penulis.
6. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt, selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, waktu, semangat, saran, dan kritik dalam proses
penyusunan skripsi.
7. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si. selaku dosen penguji yang telah
memberikan kritik dan saran kepada penulis.
8. Ibu Phebe Hendra M.Si., Ph.D., Apt. selaku dosen penguji yang telah
memberikan kritik dan saran kepada penulis.
9. Orang tuaku tercinta Papa Petrus Prasetyo Utomo dan Mama Veronica Catur
Budi Yanti atas doa, cinta, kesabaran, dan dukungan yang telah memberikan
semangat bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi.
10. Kedua adikku tersayang Tina dan Toni atas bantuan, dukungan, perhatian,
keceriaan, dan kasih sayang yang telah diberikan kepada penulis.
11. Andy Ateng, Kak Jean, Kak Iin, Romo Sunu, dan Romo Pri yang telah
membantu penulis dalam memahami dan mengolah data penelitian secara
statistik.
12. Teman-teman kos Eka, Mega, Dewi, Ayu, dan Nuki atas dukungan, cinta,
semangat, dan bantuannya kepada penulis. Terima kasih untuk kenangan
indah kita, semoga persahabatan kita abadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
13. Sahabat-sahabatku Cik Dian, Afni, Lina, Devina, Mikha, Dwi, Ahe, Puput,
Feris, Rio, Juan, dan Alfa terima kasih untuk keceriaan dan semangat yang
telah diberikan. Semoga persahabatan kita abadi.
14. Teman-teman Fakultas Farmasi angkatan 2007 kelas A dan kelas Farmasi
Klinis Komunitas A (FKK A) terima kasih atas kebersamaan, keceriaan, suka
duka kita selama ini.
15. Keluarga besar kos 99999 yang telah memberikan semangat, keceriaan, dan
kebersamaan kepada penulis.
16. Seluruh keluarga besar Sunaryo dan Masto yang telah memberikan perhatian,
keceriaan, dan kasih sayang, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
17. Teman-teman KKN Ting-ting, Dama, Grace, Ebo, Bajeng, Santa, Rani, Rosa,
dan Intan atas segala dukungan dan kebersamaan sehingga penulis bisa
menyelesaikan skripsi ini.
18. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka
penulis ingin mengucapkan maaf apabila terdapat kesalahan yang kurang
berkenan. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi
ini menjadi lebih baik dan bermanfaat. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan bagi semua pihak yang membutuhkan.
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………......…………………….....
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.....…………………………....
HALAMAN PENGESAHAN…….............................………………………....
HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………….......
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI………………………………….
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……………….……………………....
PRAKATA .........................................................................................................
DAFTAR ISI……………………………………………………………….......
DAFTAR TABEL………………………………………………………….......
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………......
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………......
INTISARI………………………………………………………………….......
ABSTRACT…………………………………………………….........…….........
BAB I. PENGANTAR…………………………………………………….......
A. Latar Belakang……………………………………………………........
1. Permasalahan……………………………………………….….......
2. Keaslian penelitian……………………………………………........
3. Manfaat penelitian……………………………………………….....
B. Tujuan Penelitian…………………………………………………........
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA…………………………………….......
A. Sikap Manusia……………………………………………………………
B. Persepsi………………….………………….………...................................
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
x
xiv
xv
xvii
xviii
xix
1
1
3
3
5
5
7
7
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
1. Proses terjadinya persepsi……………………………………………...
2. Persepsi masyarakat tentang obat tradisional…………………………..
C. Perilaku……………….…………………………........................................
1. Perilaku kesehatan……………………………………………………...
2. Perilaku konsumen……………………………………………………..
3. Frekuensi konsumsi…………………………………………………….
D. Jamu………………..................................................…………....................
1. Jamu pegal linu………………………………………………………...
E. Bahan Kimia Obat (BKO).............................................................................
1. Bahaya BKO…………………………………………………………...
2. Bahaya BKO dalam jamu pegal linu…………………………………...
F. Kuesioner…………………………………………………………………..
G. Landasan Teori……………………………………………………………..
H. Hipotesis……………………………………………………………………
BAB III. METODE PENELITIAN……………………………………………
A. Jenis dan Rancangan Penelitian……………………………………………
B. Variabel Penelitian…………………………………………………………
C. Definisi Operasional………………………………………………………
D. Subyek Penelitian dan Teknik Sampling…………………………………
E. Instrumen Penelitian……………………………………………………….
F. Tata Cara Penelitian………………………………………………………..
1. Studi pustaka…………………………………………………………...
2. Analisis situasi…………………………………………………………
8
9
10
10
11
14
15
18
20
20
21
24
25
26
27
27
27
28
29
29
31
31
32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
3. Pembuatan instrumen penelitian……………………………………….
4. Penyebaran kuesioner………………………………………………….
5. Analisis data penelitian………………………………………………...
G. Keterbatasan Penelitian…………………………………………………….
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………
A. Karakteristik Demografi Konsumen Jamu Pegal Linu di 5 Kios Jamu se-
Eks Kotip Cilacap………………………………………………………….
1. Jenis kelamin responden……………………………………………….
2. Umur responden………………………………………………………..
3. Suku bangsa responden………………………………………………
4. Pekerjaan responden…………………………………………………...
5. Pendapatan responden……………………………………………….....
B. Karakteristik Perilaku Konsumen Jamu Pegal Linu di 5 Kios Jamu se-Eks
Kotip Cilacap………………………………………………………………
1. Sumber responden mengenal jamu pegal linu…………………………
2. Durasi responden meminum jamu pegal linu………………………….
3. Frekuensi responden meminum jamu pegal linu dalam seminggu…….
4. Produk jamu pegal linu yang sering dikonsumsi………………………
5. Hasil yang dirasakan setelah responden meminum jamu pegal linu…..
C. Persepsi Konsumen Tentang Bahaya BKO yang Terdapat di dalam Jamu
Pegal Linu Produksi Cilacap……………………………………………….
1. Definisi BKO menurut responden……………………………………...
2. Pendapat responden mengenai boleh atau tidak bila BKO
33
35
36
40
41
41
41
42
43
43
44
45
45
46
47
48
49
51
54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
ditambahkan ke dalam jamu pegal linu………………………………...
3. Pendapat responden mengenai bahaya atau tidak bila BKO
ditambahkan ke dalam jamu pegal linu………………………………...
D. Perubahan Frekuensi Konsumsi Jamu Pegal Linu……………..…………..
1. Pertanyaan tentang berkurang atau tidak frekuensi konsumsi jamu
pegal lnu setelah berita penarikan jamu pegal linu produksi Cilacap….
E. Korelasi Antara Persepsi Konsumen Tentang Bahaya BKO dalam Jamu
Pegal Linu Produksi Cilacap dengan Frekuensi Konsumsi Jamu Pegal
Linu………………………………………………………………………...
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………….
A. Kesimpulan………………………………………………………………...
B. Saran………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………
LAMPIRAN……………………………………………………………………
BIOGRAFI PENULIS…………………………………………………………
55
56
58
60
62
65
65
66
67
71
91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel I.
Tabel II.
Tabel III.
Tabel IV.
Tabel V.
Tabel VI.
Tabel VII.
Tabel VIII.
Daftar jamu pegal linu produksi Cilacap yang ditarik dari pasaran…….
Skor pernyataan sikap dalam skala Likert………………………........
Lokasi dan waktu penelitian di lima kios jamu....................................
Pedoman pemberian interpretasi terhadap koefisien korelasi.........
Variasi jamu pegal linu produksi Sido Muncul®………………
Persepsi konsumen tentang bahaya BKO yang terdapat di dalam
jamu pegal linu produksi Cilacap....................................................
Perubahan frekuensi minum jamu pegal linu..................................
Analisis korelasi Pearson................................................................
23
31
33
38
50
52
59
64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Gambar 2.
Gambar 3.
Gambar 4.
Gambar 5.
Gambar 6.
Gambar 7.
Gambar 8.
Gambar 9.
Gambar 10.
Gambar 11.
Gambar 12.
Gambar 13.
Gambar 14.
Gambar 15.
Gambar 16.
Proses terjadinya persepsi......……………………………..........
Karakteristik jenis kelamin responden………….........................
Karakteristik umur responden……………………….….............
Karakteristik suku bangsa responden…………….......................
Karakteristik pekerjaan responden…….......................................
Karakteristik pendapatan responden……………………............
Sumber responden mengenal jamu pegal linu………................
Durasi responden meminum jamu pegal linu dalam seminggu...
Frekuensi responden meminum jamu pegal linu dalam
seminggu…………………………………………………..........
Produk jamu pegal linu yang sering dikonsumsi.........................
Hasil yang dirasakan setelah meminum jamu pegal linu…….....
Distribusi frekuensi persepsi konsumen tentang bahaya BKO
dalam jamu pegal linu Cilacap.....................................................
Persentase jawaban dari definisi BKO menurut responden.........
Persentase jawaban dari pertanyaan boleh atau tidak jamu
pegal linu ditambahkan BKO……………...................................
Persentase alasan dari responden yang berpendapat BKO tidak
boleh ditambahkan ke dalam jamu pegal linu.......................
Persentase jawaban dari pertanyaan bahaya atau tidak bila jamu
pegal linu ditambahkan BKO.......................................................
9
42
42
43
43
45
46
47
47
49
49
53
54
55
56
57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
Gambar 17.
Gambar 18.
Gambar 19.
Gambar 20.
Gambar 21.
Persentase alasan dari responden yang berpendapat BKO
berbahaya bila ditambahkan ke dalam jamu pegal linu…….......
Distribusi frekuensi dari frekuensi konsumsi jamu pegal linu.....
Persentase jawaban dari pertanyaan berkurang atau tidak
frekuensi minum jamu setelah berita penarikan jamu pegal linu
Cilacap………………………………………………………….
Persentase alasan dari responden yang frekuensi minum jamu
pegal linu berkurang……………………………………………
Persentase alasan dari responden yang frekuensi minum jamu
pegal linu tidak berkurang...........................................................
57
60
60
61
62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11
Hasil uji validitas……………………………….......................
Hasil uji reliabilitas...................................................................
Hasil uji normalitas....................................................................
Hasil uji linearitas……………………………………………..
Hasil uji korelasi Pearson……………………………......
Kuesioner………………………………….........................
Contoh kuesioner dengan jawaban…………………..........
Hasil perhitungan distribusi frekuensi skor total jawaban
masing-masing responden…………………………………
Dokumentasi penelitian………………………...................
Ijin Penelitian Dari Kesbang Pol dan Linmas Kabupaten
Cilacap…………………………………………………….
Ijin Penelitian Dari Bappeda Kabupaten Cilacap…………
72
73
74
75
75
76
83
86
87
89
90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
INTISARI
Public Warning yang pertama kali dikeluarkan oleh BPOM adalah KB
POM Nomor 11.066.2001 tertanggal 26 November 2001 menyatakan terdapat 32
produk jamu yang membahayakan konsumen. Informasi ini menimbulkan
persepsi individu dan mempengaruhi perilaku konsumen jamu, yaitu dalam hal
perubahan frekuensi konsumsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi
konsumen tentang bahaya bahan kimia obat (BKO), perubahan frekuensi
konsumsi jamu pegal linu setelah dikeluarkannya Public Warning, serta korelasi
antara kedua hal tersebut.
Jenis penelitian adalah observasional dengan rancangan penelitian cross
sectional. Pengambilan sampel menggunakan accidental sampling dengan jumlah
subjek 60 orang yang diperoleh dari 5 kios jamu terpilih di eks Kotip Cilacap.
Instrumen yang digunakan adalah kuesioner dengan skala Likert. Data dianalisis
secara deskriptif dan statistik korelasi menggunakan uji Pearson. Perubahan
frekuensi dihitung sebagai perubahan frekuensi konsumsi jamu pegal linu dalam
seminggu.
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 23% responden berpendapat
bahwa BKO digunakan untuk pengobatan penyakit, 97% responden berpendapat
bahwa BKO berbahaya bila dicampur ke dalam jamu pegal linu karena dapat
merusak organ tubuh, dan 77% responden mengurangi frekuensi konsumsi jamu
pegal linu. Persepsi konsumen tentang bahaya BKO cukup baik tetapi frekuensi
konsumsi jamu pegal linu berkurang, sehingga dapat dikatakan bahwa korelasi
antara persepsi konsumen tentang bahaya BKO dan perubahan frekuensi
konsumsi jamu pegal linu memiliki arah negatif dengan kekuatan korelasi rendah
(r = -0,307 dan p<0,05).
Kata kunci : BKO, jamu pegal linu, frekuensi konsumsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
ABSTRACT
BPOM issued a Public Warning which is containing 32 herbal products
that harm consumers. This information raises individual’s perception and
influence consumers behavior towards herbs. This study aims to
determine consumer perceptions about the dangers of drug, changes in the
frequency of herbal stiff consumption, and the correlation among both of them.
This type of research is observational with cross-sectional study.
Accidental sampling is used to sampling with the number of subjects 60 people
that obtained from 5 selected herb stores at ex city administrative Cilacap. The
instrument conducted was a questionnaire with Likert scale. Data were analyzed
in descriptive statistic and Pearson correlation test. The frequency change was
calculated as the change in frequency of herbal stiff consumption in a week.
The results showed that 23% of respondents argued that the drug is
used for the disease treatment, 97% of respondents argued that the drug can be
danger when added into herbs because can damage organs of human, and 77% of
respondents reduced the frequency of herbal stiff consumption in a week. The
consumers perception is sufficient well but the frequency of herbal stiff
consumption was reduced, so it can be said that the correlation between the
consumers perception about the danger of drug and changes in the frequency
of herbal stiff consumption has a negative direction with low correlation strength
(r = -0.307 and p <0.05).
Key word : drug, herbal stiff, frequency of consumption
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Beberapa negara di benua Asia, termasuk Indonesia, memanfaatkan
berbagai bahan alam sebagai pengobatan alternatif atau pengobatan tradisional
yang biasanya bertujuan untuk tindakan preventif terhadap suatu penyakit
(mengatasi gejala penyakit tersebut). Di Indonesia sendiri dikenal tiga jenis obat
tradisional, yaitu jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka. Jamu merupakan
jenis obat tradisional yang paling sering digunakan sebagai salah satu tindakan
preventif karena jamu adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian atau galenik, atau campuran dari bahan-
bahan tersebut, yang digunakan secara turun temurun berdasarkan pengalaman
(Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 1990).
Citra kealamian jamu mulai rusak sejak beberapa produsen jamu yang
tidak bertanggungjawab menambahkan bahan kimia obat (BKO) ke dalam jamu
yang mereka produksi. Kasus tersebut terungkap setelah Balai Pengawasan Obat
dan Makanan (Balai POM) mengeluarkan Public Warning antara lain KB POM
Nomor 11.066.2001 tertanggal 26 November 2001 yang berisi 32 produk jamu
yang ilegal dan membahayakan konsumen (Suparyo, 2008). Padahal di Indonesia
terdapat peraturan yang tidak mengijinkan bahan kimia sintetik atau hasil isolasi
yang berkhasiat sebagai obat ditambahkan ke dalam jamu. Salah satu ciri jamu
yang tercemar BKO adalah khasiat jamu dapat dirasakan dalam sekejap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
(cespleng) dan hal inilah yang menjadikan jamu akhirnya sangat digemari
konsumen. Bila pemakaian dihentikan, hilang pula efeknya dan hal ini yang
membuat konsumen harus terus meminumnya (kecanduan). Apabila BKO terus
terpapar ke dalam tubuh manusia, maka lama-kelamaan organ-organ tubuh
manusia akan rusak (Sampurno, 2002).
Tindakan produsen jamu yang memproduksi dan pihak-pihak yang
mengedarkan jamu berbahan kimia obat tersebut semata-mata hanya mencari
untung sebanyak-banyaknya tanpa memikirkan kepentingan konsumen dan hal ini
melanggar UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dan UU No. 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen (Sampurno, 2002). Di antara sekian banyak jamu
yang ditarik dari peredaran karena mengandung BKO, jamu pegal linu adalah
jamu yang paling sering ditambah BKO. Contoh BKO yang digunakan adalah
metampiron, parasetamol, deksametason, prednisolon, fenilbutazon. Apabila
digunakan dalam dosis berlebih dan dalam jangka panjang, parasetamol dapat
merusak organ hati secara fatal (Marlinda dan Sudradjat, 1999).
Fakta di atas mendasari peneliti untuk mengukur seperti apakah persepsi
konsumen tentang bahaya BKO dalam jamu pegal linu produksi Cilacap dan
hubungannya dengan perubahan frekuensi konsumsi jamu pegal linu pada
konsumen kios jamu di eks Kotip Cilacap. Wilayah eks Kotip Cilacap meliputi
wilayah Kecamatan Cilacap Utara, Kecamatan Cilacap Tengah, dan Kecamatan
Cilacap Selatan. Ketiga kecamatan ini dipilih karena berdasarkan Sensus
Penduduk 2010 ketiga wilayah ini memiliki tingkat kepadatan penduduk terbesar
bila dibandingkan dengan 21 kecamatan lainnya yang ada di Kabupaten Cilacap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
(Badan Pusat Statistik Kabupaten Cilacap, 2010). Wilayah eks Kotip Cilacap juga
dipilih karena disana terdapat banyak usaha kios jamu yang beberapa di antaranya
mempunyai pelanggan tetap.
Persepsi konsumen tentang bahaya BKO dalam jamu pegal linu produksi
Cilacap dapat memberikan pengaruh terhadap perilaku kesehatan konsumen, yaitu
perilaku penyembuhan pegal linu dengan usaha pengobatan ke fasilitas tradisional
(kios jamu) (Wawan dan Dewi, 2010). Persepsi tersebut juga mempengaruhi pola
perilaku konsumen dalam meminum jamu pegal linu. Perilaku konsumen yang
diukur adalah perubahan frekuensi konsumsi jamu pegal linu selama seminggu.
1. Permasalahan
a. Seperti apakah karakteristik demografi dan perilaku konsumen jamu pegal
linu kios jamu di eks Kotip Cilacap?
b. Seperti apakah persepsi konsumen tentang bahaya BKO dalam jamu pegal
linu produksi Cilacap?
c. Setelah berita penarikan jamu pegal linu produksi Cilacap, apakah ada
perubahan frekuensi konsumsi jamu pegal linu dalam seminggu pada
konsumen kios jamu di eks Kotip Cilacap?
d. Seperti apakah korelasi antara persepsi konsumen tentang bahaya BKO
dalam jamu pegal linu produksi Cilacap dengan perubahan frekuensi
konsumsi jamu pegal linu?
2. Keaslian Penelitian
Setelah peneliti melakukan penelusuran, penelitian observasional tentang
“Korelasi Antara Persepsi Bahaya Bahan Kimia Obat dan Perubahan Frekuensi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Konsumsi Jamu Pegal Linu pada Konsumen Kios Jamu di eks Kotip Cilacap”
belum pernah dilakukan dan belum ditemukan penelitian terkait di wilayah
tersebut. Peneliti menemukan penelitian sebelumnya yang terkait dengan
penemuan BKO dalam jamu pegal linu dan sejenis dengan penelitian ini:
a. Analisis Kandungan Metampiron pada Jamu Tradisional yang Beredar di
Kota Medan Tahun 2009 (Banureah, 2009). Penelitian ini bersifat survai
deskriptif. Jamu tradisional diperoleh dari beberapa toko obat yang
berjualan dekat Pasar Petisah sebanyak 10 jenis jamu tradisional.
Identifikasi kandungan metampiron dilakukan dengan metode reaksi
warna dan kadar metampiron diketahui dengan metode iodimetri. Hasil
penelitian menunjukkan seluruh jamu yang dianalisis positif mengandung
metampiron. Metampiron yang ditemukan ada dalam dosis kecil yaitu
0,5963 mg/7 g, tetapi jika dikonsumsi secara berlebihan dan dalam jangka
waktu panjang akan mengganggu kerja darah.
b. Survei Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Kesehatan Reproduksi dan
Konsumsi Jamu Tradisional di Desa Tengket Kecamatan Arosbaya
Kabupaten Bangkalan Madura (Yuliandari, 2006). Pengukuran frekuensi
konsumsi jamu para responden dilakukan dengan cara melihat frekuensi
konsumsi jamu dalam seminggu dari responden yang rutin mengkonsumsi
jamu selama sebulan.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuliandari
(2006) adalah kriteria inklusi responden. Penelitian ini menggunakan responden di
kios jamu yang rutin mengkonsumsi jamu pegal linu minimal selama 6 bulan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
3. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai informasi bagi para
konsumen agar lebih memperhatikan kesehatan dengan tidak menggunakan jamu
pegal linu berbahan kimia obat serta bagi para produsen agar dapat memproduksi
jamu pegal linu sesuai dengan UU Tentang Obat Tradisional yang berlaku.
Hasil penelitian juga diharapkan dapat memberikan manfaat praktis bagi
para Apoteker untuk memajukan pengobatan tradisional serta mengembangkan
pengetahuan, keahlian, dan kemampuan di bidang pengobatan tradisional (jamu,
obat herbal terstandar, dan fitofarmaka).
B. Tujuan Penelitian
Tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu:
1. Tujuan umum
Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tentang perilaku
masyarakat pengguna jamu pegal linu di eks Kotip Cilacap.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui karakteristik demografi dan perilaku konsumen
jamu pegal linu kios jamu di eks Kotip Cilacap.
b. Untuk mengetahui persepsi konsumen tentang bahaya BKO dalam
jamu pegal linu produksi Cilacap.
c. Untuk mengetahui ada perubahan atau tidak dalam frekuensi konsumsi
jamu pegal linu dalam seminggu pada konsumen kios jamu di eks
Kotip Cilacap.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
d. Untuk mengetahui korelasi antara persepsi konsumen tentang bahaya
BKO dalam jamu pegal linu produksi Cilacap dengan frekuensi
konsumsi jamu pegal linu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Sikap Manusia
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2003). Menurut Azwar (2004),
struktur sikap manusia terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu:
1. Komponen kognitif (komponen perseptual) adalah komponen yang berkaitan
dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan akan hal-hal yang berhubungan
dengan bagaimana orang mempersepsi suatu objek sikap.
2. Komponen afektif (komponen emosional) adalah komponen yang
berhubungan dengan rasa senang (hal positif) atau tidak senang (hal negatif)
terhadap objek sikap.
3. Komponen konatif (komponen perilaku) adalah komponen yang berhubungan
dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap.
B. Persepsi
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses
penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera
atau juga disebut proses sensori (Walgito, 2010). Persepsi yang dimiliki seseorang
dapat berbeda dengan persepsi individu lain meskipun untuk hal yang sama.
Proses persepsi seseorang terhadap suatu objek dipengaruhi oleh pengalaman
masa lalunya yang tersimpan dalam memori (Sutisna, 2002). Walaupun persepsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
dapat diterima melalui semua alat indera yang ada pada diri individu, tetapi
sebagian besar persepsi diterima melalui alat indera penglihatan. Karena itulah
banyak penelitian mengenai persepsi adalah persepsi yang diterima individu
melalui alat penglihatan (mata) (Walgito, 2010).
1. Proses terjadinya persepsi
Menurut Walgito (2010), faktor-faktor yang berperan dalam persepsi,
antara lain:
a. Ada objek yang dipersepsi
Objek persepsi dibedakan atas objek manusia dan non manusia. Objek
dapat dipersepsi apabila menimbulkan stimulus. Sutisna (2002) berpendapat
bahwa stimulus adalah setiap bentuk fisik, visual, atau komunikasi verbal yang
dapat mempengaruhi tanggapan individu.
b. Alat indera dan syaraf-syaraf serta pusat susunan syaraf
Merupakan alat untuk menerima stimulus, meneruskan stimulus yang
diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, dan mengadakan respon atas stimulus
tersebut.
c. Perhatian
Perhatian merupakan syarat psikologis dan langkah pertama sebagai suatu
persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan
atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu
atau sekumpulan objek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
St St
St St
RESPON
Fi Fi
Fi Fi
Gambar 1. Proses terjadinya persepsi
St = stimulus (faktor luar)
Fi = faktor internal (faktor dalam, termasuk perhatian)
Sp = sifat struktur pribadi (Walgito, 2010)
Gambar di atas menunjukkan bahwa dalam proses persepsi, individu akan
dipengaruhi oleh faktor internal seperti sifat struktur pribadi, perhatian, harapan,
tingkat pendidikan, dan usia serta faktor eksternal yang berupa stimulus
lingkungan. Faktor internal dan faktor eksternal ini akan saling mempengaruhi
dalam individu melakukan persepsi.
2. Persepsi masyarakat tentang obat tradisional
Meskipun sampai sekarang masih terdapat sebagian masyarakat Indonesia
yang menggunakan obat tradisional (jamu) sebagai minuman penambah
kebugaran tubuh atau pemulih kesehatan, tetapi sebagian yang lain berpendapat
bahwa jamu tidak semanjur obat modern dan dilihat dari kemasannya, seperti
tidak meyakinkan. Bagi yang masih percaya manfaat jamu, mereka berpendapat
bahwa yang berasal dari alam pasti baik dan aman, sehingga menggunakannya
bertahun-tahun, jamu dapat menyembuhkan penyebab penyakit dan bukan
sekedar simtomatik (Hakim, 2002).
Ada pendapat lain yang lebih membahayakan dan memperburuk citra
jamu yaitu menganggap jamu sama manjurnya dengan obat modern dan memiliki
efek kerja yang sama dengan obat modern. Hal inilah yang menjadi alasan
Sp
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
produsen yang tidak bertanggungjawab untuk menambahkan bahan kimia obat ke
dalam produk jamunya. Masyarakat yang tidak mengetahui hal ini akan terkecoh
dan tidak tahu bahaya yang kelak dialaminya, sehingga produsen lebih „giat‟
memproduksi jamu yang berbahaya itu tanpa merasa bersalah (Hakim, 2002).
C. Perilaku
Perilaku merupakan respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu
tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi, dan
tujuan, baik disadari maupun tidak. Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor
yang saling berinteraksi (Wawan dan Dewi, 2010).
Faktor-faktor pembentukan perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
faktor dari dalam individu (internal) berupa kecerdasan, persepsi, motivasi, minat,
emosi, dan sebagainya, sedangkan faktor dari luar individu (eksternal) berupa
objek, orang, kelompok, dan hasil-hasil kebudayaan (Fitriani, 2011).
1. Perilaku kesehatan
Perilaku kesehatan dapat didefinisikan sebagai atribut-atribut seperti
kepercayaan, harapan, motif, nilai, persepsi, dan elemen kognitif, karakteristik
kepribadian, termasuk afektif dan keadaan emosional dan sifat-sifat, dan pola
perilaku yang terbuka, tindakan dan kebiasaan yang berhubungan dengan
pemeliharaan kesehatan, untuk pemulihan kesehatan dan perbaikan kesehatan
(Smet, 1994).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Tiga klasifikasi perilaku kesehatan yaitu:
a. Perilaku pemeliharaan kesehatan, merupakan perilaku atau usaha
seseorang untuk menjaga kesehatannya agar tidak sakit dan usaha untuk
penyembuhan jika sakit. Pemeliharaan kesehatan terdiri dari 3 aspek yaitu
pencegahan dan penyembuhan penyakit serta pemulihan kesehatan apabila
sembuh dari penyakit; perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang
dalam keadaan sehat, karena harus mencapai kesehatan yang optimal; dan
perilaku gizi (Fitriani, 2011).
b. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan, merupakan respon
seseorang terhadap sistem pelayanan kesehatan, baik sistem pelayanan
kesehatan modern maupun tradisional. Perilaku ini menyangkut respon
terhadap fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan, dan obat-
obatannya. Respon tersebut terwujud dalam pengetahuan, persepsi, sikap
dan penggunaan fasilitas, petugas dan obat-obatan (Wawan dan Dewi,
2010).
c. Perilaku kesehatan lingkungan, merupakan respon seseorang terhadap
lingkungan sebagai penentu kesehatan manusia (Wawan dan Dewi, 2010).
2. Perilaku konsumen
Perilaku konsumen adalah seluruh proses kegiatan yang meliputi tindakan
dan proses psikologis individu yang mendorong tindakan individu pada saat
sebelum membeli, membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa, serta
kegiatan mengevaluasi penggunaan produk dan jasa (Sumarwan, 2004).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Dharmmestha (1999) menyatakan bahwa konsumen membeli barang dan jasa
untuk memuaskan berbagai keinginan dan kebutuhan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pola perilaku konsumen menurut Kotler
(1998) adalah:
a. Faktor Kebudayaan terdiri dari kebudayaan nasional, sub budaya, dan
kelas sosial. Budaya adalah segala nilai, pemikiran, simbol yang
mempengaruhi sikap, perilaku, kepercayaan, dan kebiasaan seseorang dan
masyarakat. Sumarwan (2004) berpendapat produk dan jasa berperan
penting dalam mempengaruhi budaya karena produk mampu membawa
pesan makna budaya. Makna budaya dipindahkan ke produk dan jasa, dan
produk dipindahkan ke konsumen. Makna budaya yang telah melekat
kepada produk dan jasa akan dipindahkan kepada konsumen dalam bentuk
penggunaan produk dan jasa.
b. Faktor Sosial, yang terdiri dari:
1) keluarga, faktor ini akan membentuk suatu referensi yang sangat
berpengaruh terhadap perilaku konsumen;
2) peran dan status seseorang akan menentukan posisinya di masyarakat.
Setiap peranan membawa status yang mencerminkan harga diri menurut
masyarakat sekitar. Oleh karena itu, orang akan cenderung memilih
produk yang dapat membantu komunikasinya dengan masyarakat.
c. Faktor Pribadi, yang terdiri dari:
1) umur, akan menentukan selera seseorang terhadap produk atau jasa. Holt
and Hall (1990) menyatakan bahwa umur berpengaruh terhadap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
banyaknya pengalaman seseorang dalam melakukan pengobatan. Namun,
umur juga mempengaruhi perilaku seseorang dalam rangka pengobatan
penyakit. Seseorang yang berumur diatas 60 tahun dalam melaksanakan
swamedikasi frekuensinya semakin menurun;
2) pekerjaan, akan mempengaruhi pola konsumsi seseorang karena pekerjaan
mempengaruhi pendapatan;
3) keadaan ekonomi, terdiri dari pendapatan yang dapat dibelanjakan,
tabungan, dan harta lain yang dimiliki. Menurut Sumarwan (2004),
pendapatan merupakan imbalan yang diterima oleh konsumen dari
pekerjaan yang dilakukannya. Jumlah pendapatan akan menggambarkan
banyaknya daya beli dari seseorang. Pendapatan juga dapat mempengaruhi
proses keputusan dan pola konsumsi seseorang;
4) gaya hidup, yaitu pola hidup yang diwujudkan melalui kegiatan, minat,
dan pendapat seseorang. Gaya hidup ini menggambarkan seseorang secara
keseluruhan yaitu interaksinya dengan lingkungan. Gaya hidup juga
mencerminkan sesuatu di balik kelas sosial seseorang, misal: kepribadian.
5) kepribadian, yaitu karakterisitik psikologis yang berbeda dari setiap orang
dalam merespon lingkungan dan biasanya bersifat relatif konsisten.
Sumarwan (2004) menjelaskan bahwa kepribadian dikaitkan dengan
adanya perbedaan karakteristik yang terdalam pada diri (inner
psychological characteristics) manusia, perbedaan karakteristik tersebut
menggambarkan ciri unik dari masing-masing individu. Perbedaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
karakteristik akan mempengaruhi respon individu terhadap lingkungannya
secara konsisten.
d. Faktor Psikologis, yang terdiri dari:
1) motivasi, merupakan suatu dorongan yang menekan seseorang sehingga
mengarahkannya untuk bertindak;
2) persepsi, orang yang sudah memiliki motivasi untuk bertindak akan
dipengaruhi persepsinya pada situasi dan kondisi yang sedang dihadapi;
3) proses belajar, yaitu perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari
pengalaman;
4) kepercayaan dan sikap. Kepercayaan akan membentuk citra produk,
sehingga orang akan bertindak berdasarkan citra tersebut. Sikap akan
mengarahkan seseorang untuk berperilaku yang relatif konsisten terhadap
objek yang sama.
3. Frekuensi konsumsi
Perilaku konsumen merupakan respon konsumen terhadap suatu produk
dan respon tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berinteraksi,
baik dari dalam maupun dari luar diri konsumen tersebut. Perilaku konsumen ini
dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi, dan tujuan, baik disadari
maupun tidak (Wawan dan Dewi, 2010). Oleh karena itu, pola perilaku konsumen
dapat ditinjau melalui frekuensi dan durasi konsumen dalam menggunakan suatu
produk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
D. Jamu
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
246/Menkes/Per/V/1990 bab 1 pasal 1, jamu adalah semua bahan atau ramuan
bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik
atau campuran dan bahan-bahan tersebut, yang secara tradisional telah digunakan
untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (Menteri Kesehatan Republik
Indonesia, 1990). Oleh karena itu, jamu juga dikenal sebagai obat tradisional.
Setiadi dan Sarwono (2007) mengemukakan beberapa khasiat tanaman
sebagai obat tradisional yaitu untuk memelihara dan meningkatkan daya tahan
tubuh terhadap penyakit, menjaga dan mempertahankan vitalitas tubuh agar tetap
sehat dan segar, memelihara dan meningkatkan metabolisme di dalam tubuh
sehingga lancar tanpa gangguan, serta membersihkan senyawa beracun di dalam
tubuh.
Pembuat obat tradisional menurut Handayani dan Suharmiati (2002)
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
1) Obat tradisional buatan sendiri
Obat tradisional ini diramu sendiri berdasarkan pengalaman dari nenek
moyang yang bertujuan untuk menjaga kesehatan keluarga serta penanganan
penyakit ringan. Sumber bahan baku tanaman tersedia di lingkungan keluarga
atau masyarakat, tapi dapat juga bahan baku dibeli di pasar tradisional.
2) Obat tradisional berasal dari pembuat jamu (herbalist)
Pembuat jamu (herbalist) yang dimaksud adalah penjual jamu gendong,
peracik tradisional, tabib lokal, dan sinshe.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
a) Penjual jamu gendong
Usaha jamu gendong adalah usaha peracikan, pencampuran, pengolahan,
dan pengedaran obat tradisional dalam bentuk pilis, parem, tapel, tanpa
penandaaan dan atau nama dagang serta dijajakan untuk langsung
digunakan (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 1990). Seiring
berkembangnya zaman, penjual jamu gendong juga menjajakan jamu
produk industri selain jamu olahannya sendiri.
b) Peracik tradisional
Pembuat jamu jenis ini sudah berkurang jumlahnya dan kalah bersaing
dengan industri karena alasan kepraktisan. Peracik tradisional biasanya
dapat ditemui di pasar-pasar tradisional. Perbedaan antara penjual jamu
gendong dan peracik tradisional adalah jamu gendong menjual barang jadi,
sedangkan peracik tradisional menjual barang setengah jadi yaitu berupa
ramuan yang telah ditumbuk dan ditambah air matang, disaring dan
hasilnya siap diminum.
c) Tabib lokal
Tabib lokal melaksanakan praktik pengobatan dengan menyediakan
ramuan bahan alam yang berasal dari bahan lokal. Ilmu pengobatan sering
diperoleh dengan cara bekerja sambil belajar kepada tabib yang telah
berpraktik. Umumnya selain pemberian ramuan, para tabib juga
mengkombinasikannya dengan teknik lain seperti metode spiritual atau
agama dan supranatural.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
d) Sinshe
Sinshe berasal dari etnis Tionghoa yang melayani pengobatan
menggunakan ramuan obat tradisional bersumber dari pengetahuan negara
asal mereka yaitu Cina. Umumnya sinshe meramu jamu menggunakan
bahan-bahan yang berasal dari Cina walaupun tidak jarang juga dicampur
dengan bahan-bahan yang sejenis dengan yang mereka jumpai di Cina.
Para sinshe juga mengkombinasikan ramuan segar yang mereka buat
sendiri dengan teknik lain, seperti pijatan, akupresur, atau akupuntur.
3) Obat tradisional buatan industri
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 246/Menkes/Per/V/1990, industri
obat tradisional digolongkan menjadi industri obat tradisional dan industri kecil
obat tradisional berdasarkan total aset yang mereka miliki, tidak termasuk harga
tanah dan bangunan. Industri farmasi sudah beberapa tahun terakhir ini juga
memproduksi obat tradisional karena makin marak masyarakat yang lebih
memilih obat tradisional daripada obat kimia.
Pembuat obat tradisional mengolah tanaman obat dengan tiga cara, yaitu:
a. direbus: penggunaannya tidak secara langsung karena harus direbus
(digodog) lebih dulu; dikenal dalam bentuk sediaan Jamu Godog dan
diproduksi serta dijual oleh para penjual jamu tradisional.
b. dijadikan serbuk halus: penggunaannya dapat langsung dengan
ditambahkan air matang; dikenal dalam bentuk jamu serbuk seperti Sido
Muncul®, Air Mancur®, dan lain-lain; diproduksi serta dijual oleh
Industri Kecil Obat Tradisional dan Industri Obat Tradisional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
c. diambil zat aktifnya (diekstraksi): penggunaannya tidak secara langsung
karena harus diformulasikan seperti sediaan obat modern (dalam bentuk
kaplet, tablet, kapsul); diproduksi serta dijual oleh Industri Kecil Obat
Tradisional dan Industri Obat Tradisional (Muhlisah, 2007).
1. Jamu Pegal Linu
Pegal linu seringkali dirasakan saat tubuh kita merasakan gejala nyeri
karena kelelahan atau inflamasi sendi. Rasa lelah dapat terjadi karena aktivitas
fisik atau mental dan dapat merupakan gejala suatu penyakit. Rasa lelah yang
lama akan disertai gejala nyeri otot, nyeri sendi, nyeri tenggorokan, demam
ringan, dan nyeri kelenjar. Gejala pegal linu yang timbul karena gangguan di
sekitar struktur sendi biasa terjadi pada penyakit seperti rematik, osteoartritis,
artritis, dan inflamasi (Isbagio, 1995).
Menurut Isbagio (1995), untuk mengatasi nyeri kejang otot pada penyakit
rematik, artritis, dan inflamasi dapat dilakukan pengobatan secara farmakologi
dan non farmakologi (non obat). Jamu pegal linu adalah salah satu contoh
pengobatan non farmakologi untuk gejala pegal linu. Jamu pegal linu merupakan
salah satu jamu yang cukup dikenal dan sering dikonsumsi masyarakat. Jamu
pegal linu berkhasiat menghilangkan pegal linu, nyeri otot dan tulang,
memperlancar peredaran darah, memperkuat daya tahan tubuh, dan
menghilangkan sakit seluruh badan (Sundari dan Winarno, 1996).
Beberapa tanaman obat yang sering digunakan untuk membuat ramuan
jamu pegal linu yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
a. Kaempferia galanga L. (kencur)
Kandungan kimia: rimpang mengandung minyak atsiri terdiri dari borneol,
etil-p-metoksinamat, etil sinamat, saren, kamfer, sineol, etil-alkohol.
Kegunaan: rimpang bersifat analgesik, yaitu bisa meredakan sakit pada gigi,
sakit kepala, ataupun rematik, penghangat badan, dan anti pegal (Sudarsono,
Pudjoarinto, Gunawan, Wahyono, Donatus, Drajad, dkk, 1996; Tampubolon,
1981).
b. Melaleuca leucandendra L. (kayu putih)
Kandungan kimia: buahnya mengandung minyak atsiri 1,3% (14-65% sineol,
terpin-4-ol sampai 47%, 1-limonena, dipentena, sesquiterpena, azulena,
sesquiterpena alkohol, terpenol (Leung and Foster, 1996).
Kegunaan: pereda kejang, mengurangi rasa nyeri (Departemen Kesehatan RI,
1985).
c. Languas galanga Merr. (laos)
Kandungan kimia: rimpang mengandung minyak terbang, pinena, kamfer,
asam metal sinamat, sineol, eugenol dan sesquiterpena, galangin (3,5,7, tri-
hidroksi-flavon), resin yang mengandung galangal, dioksiflavanol
(Departemen Kesehatan RI, 1978; Gunawan, Soegihardjo, Mulyani, dan
Koensoemardyah, 1988; Tampubolon, 1981).
Kegunaan: pereda kejang (Departemen Kesehatan RI, 1978).
d. Piper nigrum L. (lada hitam)
Kandungan kimia: buahnya mengandung minyak atsiri 1-2,5% (monoterpena
hidrokarbon, sesquiterpena hidrokarbon), alkaloid (piperin, piperidin)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
(Departemen Kesehatan RI, 1980; Departemen Kesehatan RI, 1985;
Sudarsono, dkk, 1996).
Kegunaan: penghangat badan, memperlancar keluarnya keringat, menurunkan
panas, obat masuk angin, penghilang letih lesu (Afrianto, Sulistyo, Karmila,
Dewo, Setyawan, dan Gunarto, 1996).
e. Cyperus rotundus L. Pers. (rumput teki)
Kandungan kimia: rimpang mengandung minyak atsiri 0,45-1%. Minyak atsiri
yang berasal dari Cina mengandung siperena, paskolenon, sedangkan yang
berasal dari Jepang mengandung siperol, siperena, α-siperona, siperotundon,
siperulon. Selain itu, ditemukan pula alkaloid dan flavonoid, triterpen, zat pati,
gula,resin,glikosida.
Kegunaan: mengurangi rasa nyeri, pereda kejang, dan penenang (Departemen
Kesehatan RI, 1980; Departemen Kesehatan RI, 1985; Sudarsono, dkk, 1996).
E. Bahan Kimia Obat (BKO)
Bahan kimia obat (BKO) atau obat kimia adalah senyawa sintetis atau bisa
juga produk kimiawi yang berasal dari bahan alam yang umumnya digunakan
pada pengobatan modern (Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, 2006). Obat
kimia pada umumnya hanya mengobati satu jenis penyakit tertentu, tidak seperti
tanaman obat yang memiliki khasiat yang beragam (Muhlisah, 2007).
1. Bahaya BKO
BKO merupakan bahan kimia asing bagi tubuh yang dapat memberikan
efek samping, maka penggunaannya pun harus sesuai dosis yang dianjurkan demi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
menjaga keamanan penggunanya (Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, 2006).
Penggunaan obat kimia dalam jangka panjang dapat mengganggu fungsi organ-
organ penting di dalam tubuh.
2. Bahaya BKO dalam Jamu Pegal Linu
Tindakan para produsen jamu Cilacap yang tidak bertanggungjawab, yaitu
pencampuran BKO ke dalam jamu pegal linu (Tabel I), telah melanggar Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 246/Menkes/Per/V/1990 tentang
izin usaha industri obat tradisional dan pendaftaran obat tradisional Menteri
Kesehatan Republik Indonesia pasal 23 yang berbunyi “Jamu tidak mengandung
bahan kimia sintetik atau hasil isolasi yang berkhasiat sebagai obat”.
Alasan para produsen jamu berbuat curang dapat disebabkan oleh
beberapa hal, seperti rendahnya kepatuhan beberapa produsen terhadap ketentuan
yang berlaku di bidang obat tradisional; adanya kompetisi tidak sehat untuk lebih
meningkatkan penjualan produknya dengan memasarkan obat tradisional yang
ditambahkan BKO demi keuntungan finansial semata tanpa memperhatikan
perlindungan konsumen; dan masuknya obat tradisional asing ilegal, yang dari
negara asalnya diizinkan mengandung BKO (Badan Pengawas Obat dan Makanan
RI, 2006).
Cara identifikasi BKO dalam jamu pegal linu secara spesifik adalah
dengan uji laboratorium. Selain itu, adanya BKO dapat dicurigai bila pada
penggunaan jamu cepat dirasakan efeknya, dimana hal ini jarang terjadi pada
penggunaan obat bahan alam (Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, 2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Bahaya yang dapat timbul bila mengkonsumsi jamu pegal linu berbahan kimia
obat tersebut dalam jangka panjang adalah:
a. metampiron: memiliki efek analgetik-antipiretik dan antiinflamasi. Pada
pemakaian jangka waktu lama, penggunaan metampiron dapat menyebabkan
gangguan saluran pencernaan (seperti rasa terbakar), tinnitus (telinga
berdenging), anemia aplastik atau terhambatnya pembentukan sel darah
merah, peradangan di daerah mulut-hidung-tenggorokan, tremor, shock, dan
urin berwarna merah, kadang-kadang dapat menimbulkan kasus
agranulositosis yaitu berkurangnya jumlah granulosit pada darah (Badan
Pengawas Obat dan Makanan RI, 2006).
b. parasetamol: merupakan analgetik-antipiretik, tetapi tidak memiliki efek anti
radang dan relatif lebih aman dibandingkan dengan zat analgesik lainnya. Efek
samping terjadi jika penggunaannya sudah melebihi dosis, seperti dapat
merusak hati secara fatal (Marlinda dan Sudradjat, 1999).
c. deksametason, prednisolon: biasa digunakan hanya pada kasus asma yang
parah. bila tidak digunakan secara tepat, maka efek samping dari penggunaan
bahan kimia ini adalah terjadinya gejala-gejala chusing, yaitu osteoporosis,
moon face (muka bengkak), dan impotensi. Selain itu, terjadi juga efek
samping berupa penekanan anak ginjal (Marlinda dan Sudradjat, 1999).
d. fenilbutazon: mempunyai daya antiflogistik (anti radang) sangat kuat, tetapi
efek analgetik dan antipiretiknya lemah. Efek samping zat ini cukup berat,
seperti menyebabkan borok dan pendarahan terhadap lambung dan darah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
akibat hambatan sumsum tulang, juga reaksi-reaksi alergi pada kulit yang
meluas (Marlinda dan Sudradjat, 1999).
Tabel I. Daftar jamu pegal linu produksi Cilacap yang ditarik dari pasaran
No. Nama Jamu Produsen
Bahan Kimia
Obat
(BKO)
Keterangan lain
1 Pegal Linu Eka Jaya
No.2 serbuk TR
003201891
PJ. Satu Jaya,
Kopja Aneka
Sari, Cilacap
Parasetamol No. Reg Dibatalkan
2 Tenaga Sehat Pegal
Linu serbuk TR
993205671
PJ Tenaga Sehat,
Cilacap
Metampiron No. Reg Dibatalkan
3 Asam Urat Flu Tulang
Super kapsul
PJ Ramuan
Makassar,
Cilacap
Parasetamol Tidak terdaftar,
mencantumkan No. Izin
Edar fiktif TR
993201183
4 Asam Urat Flu Tulang
Super tablet
PJ Ramuan
Makassar,
Cilacap
Parasetamol Tidak terdaftar,
mencantumkan No. Izin
Edar fiktif TR
993201183
5 Pakar Jaya Asam Urat
Si Tangkur Serbuk
PJ Pakar Jaya
Cilacap
Parasetamol - Tidak terdaftar,
- Mencantumkan no izin
-Edar fiktif TR 04322961
6 Sukma Perkasa Asam
Urat (serbuk)
PJ Akar Perkasa
Cilacap
Fenilbutason Tidak terdaftar,
Mencantumkan no izin,
Edar fiktif TR
053248601
7 Asam Urat + Flu
Tulang Ramuan
Mahkota Dewa (kapsul)
KOPJA Aneka
Sari Unit III,
Guning Sugih
Cilacap
Fenilbutason
dan
Parasetamol
Tidak terdaftar,
Mencantumkan no izin,
Edar fiktif 043232991
8 Pegal Linu Rheumatik
Asam Urat untuk Pria
dan Wanita Kuat
Sentosa serbuk
PJ. Gaya Baru,
Cilacap
Parasetamol
dan
fenilbutason
Tidak Terdaftar,
mencantumkan No. Izin
Edar fiktif TR
003201201
9 Asam Urat Kaler untuk
Pria dan Wanita serbuk
PJ. Berkah Jaya,
Cilacap
Parasetamol Tidak Terdaftar,
mencantumkan No. Izin
Edar fiktif TR
063256361
10 Samurat Extra untuk
Pria dan Wanita serbuk
PJ. Serbat
Mujarab, cilacap
Parasetamol Tidak Terdaftar,
mencantumkan No. Izin
Edar fiktif TR
053244441
(Bararah, 2010)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
F. Kuesioner
Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang tersusun dengan baik dan
diberikan kepada orang yang bersedia memberikan respon yang sesuai dengan
permintaan peneliti (Notoatmodjo, 2005).
Menurut Notoatmodjo (2005), ada 3 macam kuesioner yang dapat
digunakan dalam pengumpulan data, yaitu:
1. Kuesioner untuk keperluan administrasi. Pengisian kuesioner ini
sepenuhnya oleh pihak responden tetapi biasanya ada petunjuk pengisian.
2. Kuesioner untuk observasi. Kuesioner ini diperlukan agar observasi lebih
terarah dan dapat memperoleh data yang benar-benar diperlukan karena
kuesioner ini berisi daftar pertanyaan yang mencakup hal-hal yang
diobservasi.
3. Kuesioner untuk wawancara. Kuesioner ini digunakan untuk
mengumpulkan data melalui wawancara agar memperoleh jawaban yang
akurat dari responden. Wawancara dapat dilakukan dengan personal
interview atau telephone interview.
Prinsip bentuk pertanyaan kuesioner menurut Dawson (2010) terbagi
dalam 3 jenis, yaitu:
1. Kuesioner tertutup (close-ended). Apabila mendapat kuesioner close-
ended, responden hanya memilih salah satu jawaban dari beberapa
alternatif jawaban yang tersedia di dalam kuesioner. Kuesioner jenis ini
biasa digunakan untuk mendapatkan statistik dalam penelitian kuantitatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
2. Kuesioner terbuka (open-ended). Kuesioner open-ended memberikan
responden untuk menjawab pertanyaan sesuai pendapatnya. Kuesioner
jenis ini digunakan dalam penelitian kualitatif, meskipun beberapa peneliti
juga menganalisis jawaban secara kuantitatif.
3. Kombinasi dari keduanya. Kuesioner jenis ini biasanya digunakan untuk
mengetahui berapa jumlah orang yang setuju atau tidak setuju akan suatu
hal dan apa pendapat pendapat mereka terhadap hal tersebut.
G. Landasan Teori
Komponen perseptual dan komponen perilaku merupakan 2 dari 3
komponen yang berperan dan saling menunjang dalam pembentukan sikap
manusia. Dalam menerima informasi dari luar, setiap individu memiliki persepsi
yang berbeda dan hal ini dapat berdampak pada perubahan perilaku.
Begitu pula dengan informasi mengenai bahaya bahan kimia obat (BKO)
di dalam jamu pegal linu produksi Cilacap yang beberapa tahun ini marak
diberitakan oleh berbagai media massa. Hal ini dapat mempengaruhi persepsi
konsumen jamu pegal linu tentang keamanan jamu pegal linu dan berdampak
pada perubahan perilaku konsumen, yaitu dalam hal perubahan konsumsi jamu
pegal linu dalam seminggu. Persepsi konsumen tentang bahaya BKO dalam jamu
pegal linu Cilacap dan perubahan frekuensi konsumsi jamu pegal linu merupakan
komponen-komponen yang saling menunjang dalam pembentukan sikap individu
terhadap penggunaan jamu pegal linu. Oleh karena itu, kedua komponen tersebut
dapat dicari korelasi yang mungkin ada dan seperti apa jenis korelasinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
H. Hipotesis
Ada korelasi antara persepsi konsumen tentang bahaya BKO dalam jamu
pegal linu produksi Cilacap dengan perubahan frekuensi konsumsi jamu pegal
linu pada konsumen kios jamu di eks Kotip Cilacap.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional atau non eksperimental
dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional. Pada penelitian
observasional, peneliti melakukan observasi atau pengamatan terhadap sejumlah
ciri (variabel) terhadap subjek, tanpa ada manipulasi atau intervensi peneliti
(Pratiknya, 2001).
Penelitian cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari
dinamika korelasi antara faktor resiko dengan faktor efek melalui pendekatan
observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat atau point time
approach (Pratiknya, 2001), sehingga penelitian cross sectional tidak dapat
digunakan untuk menjawab hubungan sebab-akibat karena tidak dapat diketahui
secara definitif apakah faktor resiko mendahului faktor efek ataupun sebaliknya.
B. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas (independent) : persepsi konsumen tentang bahaya BKO
dalam jamu pegal linu produksi Cilacap
2. Variabel tergantung (dependent) : perubahan frekuensi konsumsi jamu pegal
linu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
C. Definisi Operasional
1. Persepsi tentang bahaya BKO adalah pendapat, penilaian, pandangan atau
pemikiran konsumen terhadap segala bentuk informasi mengenai bahaya BKO
dalam jamu pegal linu produksi Cilacap yang diberitakan melalui media
massa. Persepsi konsumen ini diukur menggunakan skala Likert.
2. Bahaya BKO adalah efek samping merugikan yang timbul akibat penggunaan
jangka panjang jamu pegal linu produksi Cilacap yang telah dicampur BKO.
3. Konsumen adalah pengunjung kios jamu yang minum jamu pegal linu di
tempat dan minimal selama enam bulan rutin meminum jamu pegal linu.
4. Kios jamu adalah tempat penjualan jamu atau obat tradisional buatan industri
jamu; jamu yang dibeli dapat diminum di tempat atau dibawa pulang. Kios
jamu yang menjadi lokasi penelitian menjual jamu pegal linu ramuan segar
atau jamu pegal linu instan.
5. Jamu pegal linu adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian atau galenik, atau campuran dari
bahan-bahan tersebut, yang digunakan untuk menyembuhkan pegal linu atau
meringankan gejala pegal linu.
6. Perubahan frekuensi konsumsi jamu pegal linu adalah perubahan frekuensi
konsumsi jamu pegal linu dalam seminggu. Perubahan frekuensi konsumsi ini
diukur dengan skala Likert.
7. Kios jamu di eks Kotip Cilacap adalah kios jamu yang terletak di wilayah
Kecamatan Cilacap Utara, Kecamatan Cilacap Tengah, dan Kecamatan
Cilacap Selatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
8. Kecenderungan jawaban dari pengukuran skala Likert dengan melihat
persentase terbesar antara SS+S (sangat setuju+setuju) dan TS+STS (tidak
setuju+sangat tidak setuju).
D. Subyek Penelitian dan Teknik Sampling
Subyek atau responden dalam penelitian ini adalah para pengunjung kios
jamu terpilih dengan kriteria inklusi sebagai berikut:
1. telah menjadi konsumen jamu pegal linu minimal selama enam bulan;
2. telah minum jamu pegal linu langsung di kios jamu dimana ia membeli jamu
pegal linu.
Teknik sampling yang digunakan peneliti adalah accidental sampling dan
pengambilan sampel dilakukan selama 1 bulan. Dalam accidental sampling,
sampel yang diambil adalah responden yang kebetulan ada atau tersedia di lokasi
penelitian (Notoatmodjo, 2005). Penelitian ini termasuk penelitian korelasi dan
jumlah sampel yang dapat diambil yaitu minimal 30 orang (Sevilla, Ochave,
Punsalon, Regala, and Uriarte, 1993).
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner yang
digunakan dalam penelitian ini berbentuk kombinasi antara pertanyaan close-
ended dan pertanyaan gabungan close-ended dan open-ended. Pertanyaan dan
pernyataan yang tersusun di dalam kuesioner mengacu pada permasalahan
penelitian ini dan dibagi dalam tiga bagian. Bagian pertama berisi pertanyaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
tentang karakteristik responden yang berbentuk pertanyaan close-ended karena
peneliti ingin melihat karakteristik responden menurut kategori yang telah
disediakan.
Bagian kedua berisi pernyataan variabel persepsi konsumen tentang
bahaya BKO dalam jamu pegal linu produksi Cilacap, yang terdiri dari sembilan
pernyataan close-ended dan tiga pertanyaan kombinasi (gabungan close-ended
dan open-ended). Bagian ketiga berisi pernyataan variabel frekuensi konsumen
meminum jamu pegal linu setelah berita penarikan jamu pegal linu Cilacap, yang
terdiri dari enam pernyataan close-ended dan satu pertanyaan kombinasi.
Pertanyaan tambahan pada masing-masing variabel berupa pertanyaan kombinasi
disini disediakan sebagai pendukung atas jawaban yang diberikan pada
pernyataan close-ended.
Pada bagian kedua dan ketiga, terdapat pernyataan close-ended dengan
data yang diperoleh berbentuk data skala ordinal. Skala ordinal selain
membedakan juga menunjukkan tingkatan (misalnya pendidikan, tingkat
kepuasan) (Riwidikdo, 2008). Data ordinal biasa diukur menggunakan skala
Likert yang merupakan metode penskalaan sikap individu yang menggunakan
distribusi respon sebagai dasar penentuan nilai skalanya (Sulistyo dan Basuki,
2006). Setiap butir pernyataan tersedia empat alternatif jawaban, yaitu SS (sangat
setuju), S (setuju), TS (tidak setuju), dan STS (sangat tidak setuju). Menurut Hadi
(1991), penghilangan pilihan jawaban “ragu-ragu” ditujukan agar tidak
menimbulkan kecenderungan responden memilih menjawab ke tengah (central
tendency effect), terutama bagi mereka yang ragu-ragu atas arah kecenderungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
jawabannya. Hadi (1991) juga mengatakan bahwa untuk melihat kecenderungan
jawaban responden atas setiap pernyataan (ke arah setuju atau ke arah tidak
setuju) dapat menggunakan cara penjumlahan persentase jawaban, yaitu
persentase SS+S dan persentase TS+STS.
Pernyataan dalam kuesioner ini bersifat favourable dan unfavourable.
Dalam penskalaan sikap individu, kuesioner sebaiknya berisi sebagian pernyataan
favourable dan sebagian lain pernyataan unfavourable. Hal ini bertujuan untuk
menghindari stereotipe jawaban. Menurut Azwar (2004), pernyataan favourable
merupakan suatu pernyataan sikap yang berisi hal-hal positif mengenai objek
sikap, yang mendukung atau memihak pada objek sikap. Sebaliknya, pernyataan
unfavourable adalah pernyataan sikap yang berisi hal-hal negatif mengenai objek
sikap yang sifatnya tidak memihak atau tidak mendukung terhadap objek sikap.
Pemberian skor atas pernyataan sikap berdasarkan pada penilaian dalam
skala Likert (Tabel II). Untuk penilaian item pernyataan favourable, skala dimulai
dari skor empat sampai dengan satu, sedangkan untuk item pernyataan
unfavourable skala dimulai dari skor satu sampai dengan empat.
Tabel II. Skor pernyataan sikap dalam skala Likert
Jawaban Favourable Unfavourable
Sangat Setuju 4 1
Setuju 3 2
Tidak Setuju 2 3
Sangat Tidak Setuju 1 4
F. Tata Cara Penelitian
1. Studi Pustaka
Penelitian ini diawali dengan studi pustaka yaitu membaca berbagai
literatur mengenai metode penelitian, pembuatan kuesioner, persepsi, perilaku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
konsumen, jamu, bahaya BKO, dan metode statistik yang digunakan dalam
menganalisis data korelasi dan deskriptif. Studi pustaka ini bertujuan untuk
meminimalisir bahkan meniadakan kesalahan yang mungkin terjadi saat
penelitian.
2. Analisis Situasi
a. Penentuan lokasi dan waktu penelitian
Sebelum penelitian dilakukan, peneliti telah melakukan survei untuk
mengetahui jumlah kios jamu yang terdapat di wilayah eks Kotip Cilacap. Survei
ini dilakukan karena baik Badan Pemerintah Daerah (Bappeda) maupun Dinas
Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Cilacap tidak mempunyai data
mengenai jumlah kios jamu yang ada. Dari hasil survei, terdapat sepuluh kios
jamu yang masih beroperasi di wilayah eks Kotip Cilacap.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan para
pemilik kios jamu, dipilihlah 5 kios jamu dari 10 kios jamu yang ada karena
hanya lima kios jamu ini yang mempunyai konsumen 70 orang (baik yang rutin
membeli jamu maupun tidak) tiap bulannya. Penelitian ini dilakukan dari tanggal
3 Januari 2011 sampai dengan 5 Februari 2011, dengan waktu selama seminggu
untuk setiap kios jamu. Lima kios jamu yang dipilih oleh peneliti sebagai lokasi
penelitian, yaitu satu kios jamu di Kecamatan Cilacap Utara (kios jamu di Pasar
Limbangan), dua kios jamu di Cilacap Tengah (kios jamu di Jalan Tidar dan kios
jamu “Merapi Farma Herbal”, dan dua kios jamu di Cilacap Selatan (Depot Jamu
“Djanaka” dan Depot Jamu “Jago”).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Tabel III. Lokasi dan Waktu Penelitian di lima kios jamu
Nama Kios Jamu Kecamatan Jenis jamu yang
dijual Tanggal Penelitian
Kios jamu di Pasar
Limbangan Cilacap Utara
jamu pegal linu
instan (serbuk) 3 – 8 Januari 2011
Kios jamu di Jalan
Tidar Cilacap Tengah
jamu pegal linu
instan (serbuk) 10 – 15 Januari 2011
Kios jamu “Merapi
Farma Herbal” Cilacap Tengah
jamu pegal linu
rebus (godhog) 17 – 22 Januari 2011
Depot jamu
“Djanaka” Cilacap Selatan
jamu pegal linu
instan (serbuk) 24 – 29 Januari 2011
Depot jamu “Jago” Cilacap Selatan jamu pegal linu
instan (serbuk)
31 Januari – 5
Februari 2011
b. Perijinan
Karena penelitian ini dilaksanakan di Cilacap, Jawa Tengah, maka peneliti
melakukan ijin lintas propinsi yaitu dimulai dari tingkat propinsi (dari Propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta ke Propinsi Jawa Tengah) hingga tingkat eks Kotip
Cilacap.
c. Penentuan besar sampel
Karena populasi pengunjung di lima kios jamu se-eks Kotip Cilacap tidak
mencapai 100 orang per bulannya, maka penentuan besar sampel penelitian
berdasarkan pada teori jumlah sampel untuk penelitian korelasi yaitu minimal 30
orang (Sevilla, et al., 1993).
3. Pembuatan Instrumen Penelitian
Penelitian dapat dikatakan baik dan benar apabila instrumen yang
digunakan untuk meneliti dapat mengukur apa yang diharapkan (validitas) dan
konsisten apabila digunakan untuk mengukur gejala yang sama pada sampel yang
berbeda dengan ciri yang sama (reliabilitas) (Riwidikdo, 2008). Instrumen pada
penelitian ini adalah kuesioner. Oleh karena itu, pertanyaan dan pernyataan di
dalam kuesioner dibuat berdasarkan teori dan permasalahan yang ada, kemudian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
kuesioner tersebut harus melalui beberapa tahapan uji yang dapat menentukan
bahwa intrumen penelitian tersebut layak untuk digunakan sebagai alat penelitian
yang dapat menghasilkan data yang valid dan reliabel.
Uji yang dilakukan adalah uji pemahaman bahasa, uji validitas, dan uji
reliabilitas. Ketiga uji ini dilakukan kepada 30 orang dengan karakteristik mirip
responden di luar daerah uji (di kios-kios jamu daerah Tajem dan Minomartani).
a. Uji pemahaman bahasa
Uji dilakukan untuk mengetahui apakah bahasa yang ada di dalam
kuesioner mampu dimengerti dan dipahami oleh responden. Uji ini dinyatakan
berhasil apabila semua pertanyaan dan pernyataan dalam kuesioner dapat dijawab
oleh subyek uji.
b. Uji validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana item-item
pernyataan dan pertanyaan dalam kuesioner dapat mencakup seluruh lingkup isi
obyek yang hendak diukur. Dengan demikian, dapat diketahui pula kejelasan
tujuan dan lingkup informasi yang hendak diungkap. Uji ini dilakukan dengan
mencari korelasi antara setiap butir item dengan jumlah total item. Bila nilai
signifikansinya (p) < 0,05, maka pada nilai koefisien korelasinya terdapat tanda
bintang (*) dan hal ini menunjukkan bahwa butir pertanyaan dan pernyataan yang
diuji valid (Riwidikdo, 2008).
Uji validitas dalam penelitian ini adalah uji validitas konstruk, yaitu uji
untuk mengetahui apakah kuesioner yang digunakan sudah dapat mengukur
dengan jelas kerangka dan penelitian yang akan dilakukan (Riwidikdo, 2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Pengujian validitas menggunakan analisis statistik pada program komputer
dengan uji korelasi Pearson Product Moment. Hasil uji validitas adalah dari 15
pernyataan skala Likert, hanya satu pernyataan yang dinyatakan tidak valid.
c. Uji reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan bahwa kuesioner tersebut konsisten apabila
digunakan untuk mengukur gejala yang sama (Riwidikdo, 2008). Koefisien
reliabilitas menunjukkan besarnya inkonsistensi skor hasil pengukuran. Semakin
tinggi koefisien reliabilitas berarti semakin reliabel instrumen tersebut.
Reliabilitas dinyatakan dengan koefisien reliabilitas yang angkanya berada dalam
rentang dari 0 sampai 1,00. Semakin tinggi reliabilitasnya mendekati angka 1,00
berarti semakin tinggi reliabilitasnya, sebaliknya koefisien yang semakin rendah
mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitasnya (Azwar, 2004).
Koefisien minimal untuk uji reliabilitas yang dapat digunakan dalam penelitian
adalah 0,5 (Remmers H.H., Gage, N.L., and Rummel, J.F., 1965).
Dalam penelitian ini, uji reliabilitas menggunakan analisis statistik pada
program komputer dengan metode Alpha Cronbach. Hasil yang didapat ialah
0,741 untuk variabel persepsi terhadap bahaya BKO dan 0,637 untuk variabel
perubahan frekuensi konsumsi. Hal ini menunjukkan bahwa kuesioner yang
disusun layak digunakan untuk penelitian.
4. Penyebaran Kuesioner
Penyebaran kuesioner dilakukan sendiri oleh peneliti ke lima kios jamu se-
eks Kotip Cilacap yang telah dipilih. Sebelum memberikan kuesioner, peneliti
melakukan pendekatan kepada responden dengan cara melakukan pembicaraan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
ringan mengenai manfaat jamu pegal linu yang dirasakan responden dan alasan
responden memilih jamu pegal linu sebagai alternatif pengobatan. Kemudian
responden mengisi kuesioner saat itu juga dan langsung dikembalikan. Hal ini
dilakukan untuk menghindari responden mengakses sumber-sumber informasi.
Dalam pengisian kuesioner, peneliti mendampingi responden untuk menghindari
kesalahan pengisian dan memeriksa kelengkapan seluruh bagian dari kuesioner.
Setelah mengisi kuesioner, peneliti memberikan informasi mengenai bahaya yang
timbul dari penambahan BKO ke dalam jamu pegal linu dan cara-cara mengetahui
mana jamu pegal linu yang aman dan yang telah ditambahkan BKO. Tujuannya
adalah agar masyarakat menjadi semakin kritis akan apa yang mereka konsumsi.
5. Analisis Data Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mencari korelasi atau hubungan antara
persepsi konsumen terhadap bahaya BKO dalam jamu pegal linu Cilacap dengan
perubahan frekuensi konsumsi jamu pegal linu. Kajian korelasi termasuk dalam
penelitian deskriptif. Korelasi adalah hubungan statistik berdasarkan ukuran
kuantitatif menyangkut dua parameter atau lebih (Sulistyo dan Basuki, 2006).
Oleh karena itu, analisis statistik korelasi dan deskriptif digunakan dalam
penelitian ini. Data deskriptif, yang berupa data demografi responden, digunakan
sebagai penunjang data statistik korelasi.
Analisis statistik korelasi merupakan bagian dari teknik pengukuran
asosiasi (measure of association) yang berguna untuk mengukur kekuatan
hubungan dua variabel atau lebih dan analisis statistik korelasi tidak secara
otomatis menunjukkan hubungan kausalitas antar variabel (Sarwono, 2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Setelah data penelitian didapat, dilakukan uji normalitas dan uji linearitas,
kemudian data dianalisis statistik korelasi.
a. Uji Normalitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah sebaran data masing-masing
variabel dalam distribusi normal atau tidak. Jika sebaran data normal, maka
digunakan analisis statistik korelasi Pearson Product Moment. Bila sebaran
datanya tidak normal, digunakan analisis statistik korelasi Spearman. Uji
normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Cara
paling praktis untuk menentukan normal atau tidaknya distribusi data adalah
dengan melihat besarnya nilai signifikansi. Apabila nilai signifikansi (p) > 0,05
(α=5%), maka data dalam distribusi normal (Riwidikdo, 2008).
Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa variabel:
1. Persepsi terhadap bahaya BKO dalam jamu pegal linu Cilacap (x) mempunyai
nilai p yaitu 0,246. Hal ini berarti nilai p > 0,05 dan data variabel x dalam
distribusi normal.
2. Perubahan frekuensi konsumsi jamu pegal linu (y) mempunyai nilai p yaitu 0,091.
Hal ini berarti nilai p > 0,05 dan data variabel y dalam distribusi normal.
Berdasarkan hasil di atas, data penelitian ini dapat dicari korelasi antar
variabelnya dengan analisis statistik korelasi Pearson Product Moment.
b. Uji Linearitas
Antara korelasi dan linearitas terdapat hubungan yang erat. Linearitas
artinya anggapan adanya hubungan dalam bentuk garis lurus antar variabel. Agar
linearitas hubungan dipenuhi, maka data yang digunakan harus mempunyai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
distribusi normal (Sarwono, 2006) dan ini sesuai dengan syarat analisis statistik
korelasi Pearson (distribusi data normal). Biasanya dalam korelasi Pearson
menunjukkan adanya kekuatan hubungan linear dalam dua variabel (Sarwono,
2006).
Hasil uji linearitas antar variabel penelitian ini menunjukkan nilai
signifikansi 0,017 pada α = 5% dan hal ini berarti kedua variabel dalam penelitian
ini mempunyai hubungan linear.
c. Analisis statistik korelasi
Peneliti menggunakan analisis statistik korelasi Pearson karena data
penelitian mempunyai distribusi data normal dan hubungan antar variabelnya
linear. Kekuatan dan arah hubungan linear antara 2 variabel ditunjukkan dengan
koefisien korelasi. Besarnya koefisien korelasi berkisar antara +1 sampai dengan
-1. Jika koefisien korelasi positif, maka kedua variabel mempunyai hubungan
searah, yang artinya jika nilai variabel x tinggi, maka nilai variabel y akan tinggi
pula. Sebaliknya, jika koefisien korelasi negatif, maka kedua variabel mempunyai
hubungan terbalik. Artinya jika nilai variabel x tinggi, maka nilai variabel y akan
menjadi rendah, begitu pula sebaliknya (Sarwono, 2006).
Tabel IV. Pedoman pemberian interpretasi terhadap koefisien korelasi
Angka Korelasi Makna
0,800 – 1,000 Sangat tinggi
0,600 – 0,800 Tinggi
0,400 – 0,600 Cukup
0,200 – 0,400 Rendah
0,000 – 0,200 Sangat rendah
(Surapranata, 2009)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
d. Analisis statistik deskriptif
Analisis statistik deskriptif pada penelitian ini menggunakan analisis
distribusi frekuensi, yaitu bentuk analisis yang menyampaikan sebaran data dalam
bentuk frekuensi dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi ataupun
dalam bentuk diagram (Riwidikdo, 2008). Analisis ini bertujuan untuk
menjelaskan karakteristik responden dengan mengelompokkan data dalam
beberapa kelas, sehingga dapat dibaca dan dianalisis dengan mudah. Dalam
penelitian ini digunakan diagram persentase dan histogram dengan kurva
distribusi normal.
Hasil pengukuran skala Likert dapat disimpulkan menggunakan distribusi
frekuensi yang di dalamnya menggunakan aturan normatif. Dengan menggunakan
rata-rata (mean) dan simpangan baku (standard deviation), terdapat lima kategori
sebagai parameter, yaitu:
1. Sangat baik, bila x > Mean + 1,5 SD;
2. Baik, bila Mean + 0,5 SD < x < Mean + 1,5 SD;
3. Cukup, bila Mean - 0,5 SD < x < Mean + 0,5 SD;
4. Kurang, bila Mean - 1,5 SD < x < Mean - 0,5 SD;
5. Kurang sekali, bila x < Mean - 1,5 SD (Riwidikdo, 2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
G. Keterbatasan Penelitian
Dalam pelaksanaannya, peneliti menemukan beberapa kendala di
lapangan, antara lain:
1. Tidak diketahui pasti jumlah kios jamu yang ada di eks Kotip Cilacap karena
kios jamu tidak terdaftar di Dinas Perindustrian dan Perdagangan setempat,
melainkan berdiri independen ataupun bergabung dalam Koperasi Jamu dan
daerah setempat juga tidak terdapat Koperasi Jamu. Oleh karena itu, peneliti
melakukan survei untuk mengetahui jumlah kios jamu yang ada dan
menentukan kios jamu yang dijadikan lokasi pengambilan data.
2. Ada beberapa responden yang menolak diajak bekerjasama.
3. Ada beberapa kuesioner yang tidak diisi lengkap oleh responden karena
mereka terburu-buru, sehingga peneliti harus mengulang pengambilan data
untuk menggantikan kuesioner yang tidak terisi lengkap.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam menganalisis karakteristik responden, peneliti menggunakan
analisis statistik deskriptif. Analisis deskriptif ini digunakan untuk menjelaskan 2
karakteristik yaitu karakteristik demografi dan karakteristik perilaku. Karakteristik
demografi merupakan gambaran umum mengenai data pribadi responden.
Karakteristik perilaku merupakan gambaran umum responden yang berkaitan
dengan frekuensi konsumsi jamu pegal linu.
Jumlah responden yang diperoleh dari observasi di 5 kios jamu se-eks
Kotip Cilacap adalah 60 orang.
A. Karakteristik Demografi Konsumen Jamu Pegal Linu di 5 Kios Jamu se-
Eks Kotip Cilacap
Konsep demografi sangat terkait dengan sub budaya karena data
demografi akan menggambarkan karakteristik penduduk suatu daerah (Sumarwan,
2004). Karakteristik demografi yang diamati adalah jenis kelamin, umur, suku
bangsa, pekerjaan, dan pendapatan.
1. Jenis Kelamin Responden
Data penelitian (Gambar 3) menunjukkan bahwa sebagian besar responden
adalah pria (52%). Pegal linu merupakan gejala kelelahan karena aktivitas fisik
(Isbagio, 1995). Kaum pria lebih sering melakukan pekerjaan yang memerlukan
aktivitas fisik, sehingga keluhan pegal linu lebih sering dialami kaum pria
daripada wanita (48%) dan membuat mereka lebih rutin minum jamu pegal linu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Gambar 2. Karakteristik jenis kelamin responden
2. Umur Responden
Sebanyak 34% responden (Gambar 3) berumur di bawah 21 tahun masih
rutin meminum jamu pegal linu dan rata-rata alasan mereka adalah karena mereka
berada di umur produktif, dimana pada umur inilah aktivitas fisik sering
dilakukan, sehingga dibutuhkan suatu produk yang mampu memulihkan
kebugaran tubuh dan selera minum jamu pegal linu pun meningkat. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Holt and Hall (1990) bahwa umur dapat mempengaruhi
perilaku seseorang dalam penyembuhan penyakit atau menjaga kesehatan tubuh.
Gambar 3. Karakteristik umur responden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
3. Suku Bangsa Responden
Sebanyak 92% responden bersuku bangsa Jawa (Gambar 4) masih
memilih jamu pegal linu sebagai produk untuk menyembuhkan gejala pegal linu.
Selain untuk menjaga kelestarian produk budaya, jamu pegal linu dirasakan lebih
aman daripada obat modern karena lebih alami. Hal ini membuktikan bahwa
masyarakat masih menggunakan jamu pegal linu karena terdapat makna budaya
Indonesia, khususnya budaya Jawa, yang melekat pada produk jamu pegal linu
(Sumarwan, 2004).
Gambar 4. Karakteristik suku bangsa responden
4. Pekerjaan Responden
Hasil penelitian yang diperoleh yaitu pegawai swasta (30%) merupakan
mayoritas pekerjaan responden (Gambar 5). Pekerjaan akan mempengaruhi proses
keputusan dan pola konsumsi seseorang karena pekerjaan mempengaruhi
pendapatan (Kotler, 1998). Umumnya pegawai swasta mempunyai pendapatan
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsi jamu pegal linu secara rutin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Gambar 5. Karakteristik pekerjaan responden
5. Pendapatan Responden
Karakteristik pekerjaan responden selalu berkaitan dengan karakteristik
pendapatannya. Sebanyak 48% responden mempunyai pendapatan tetap per
bulannya lebih dari satu juta rupiah (Gambar 6). Persentase tersebut kemungkinan
adalah akumulasi dari persentase 30% pegawai swasta dan 17% pegawai BUMN
(Gambar 5), karena kedua jenis pekerjaan ini yang besar kemungkinan
mempunyai pendapatan lebih dari satu juta rupiah per bulannya. Fakta ini
membuktikan bahwa pendapatan responden menggambarkan banyaknya daya beli
(Sumarwan, 2004) jamu pegal linu di kios jamu karena ada anggaran tersendiri
yang sengaja disisihkan untuk membelanjakan jamu.
Pada urutan kedua untuk pendapatan responden adalah 37% responden
belum berpenghasilan (Gambar 6) dan persentase ini bisa jadi merupakan
akumulasi dari 25% mahasiswa dan 8% ibu rumah tangga (Gambar 5).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Gambar 6. Karakteristik pendapatan responden
B. Karakteristik Perilaku Konsumen Jamu Pegal Linu di 5 Kios Jamu se-
Eks Kotip Cilacap
1. Sumber responden mengenal jamu pegal linu
Jamu pegal linu dipilih para responden sebagai terapi alami pegal linu
karena mereka mengetahui manfaat jamu pegal linu dari berbagai macam sumber.
Media massa (35%, Gambar 7), baik cetak maupun elektronik, berperan besar
dalam mempengaruhi perilaku konsumen karena media massa memberikan
informasi mengenai produk-produk jamu pegal linu terbaru beserta manfaatnya.
Semakin berkembangnya zaman, semakin mudah individu mengakses informasi
melalui media massa. Peran teman (30%) dan keluarga (28%) dalam pengenalan
jamu pegal linu kepada sebagian responden juga sangatlah besar. Setiap harinya
mereka berkomunikasi dengan keluarga dan teman-teman mereka. Dari
komunikasi itulah berbagai informasi diterima responden dan mempengaruhi
mereka dalam pemilihan jamu pegal linu sebagai produk pengobatan alami.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Gambar 7. Sumber responden mengenal jamu pegal linu
Pada hasil penelitian terlihat jelas bahwa faktor eksternal (media massa,
teman, dan keluarga) sangat berpengaruh dalam pembentukan perilaku kesehatan
(yakni dalam pemilihan jamu sebagai pengobatan alami) dan perilaku konsumen
(yakni dalam keputusan membeli jamu pegal linu).
2. Durasi responden meminum jamu pegal linu
Perilaku konsumen dapat diamati serta mempunyai frekuensi spesifik,
durasi, dan tujuan (Wawan dan Dewi, 2010). Oleh karena itu, pola perilaku
konsumen dapat ditinjau melalui frekuensi dan durasi konsumen dalam
menggunakan suatu produk. Sebanyak 73% responden (Gambar 8) telah rutin
menggunakan jamu pegal linu selama kurang dari setahun. Hasil ini menunjukkan
bahwa mulai berubahnya persepsi masyarakat tentang jamu yang tidak semanjur
obat modern. Masyarakat juga mulai merasakan bahwa jamu lebih aman daripada
obat modern karena jarang menimbulkan efek samping.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Gambar 8. Durasi responden meminum jamu pegal linu
Hanya sekitar 15% responden yang sudah lama rutin menggunakan jamu
pegal linu yaitu selama lebih dari 5 tahun.
3. Frekuensi responden meminum jamu pegal linu dalam seminggu
Untuk mengamati perilaku konsumen dalam konsistensinya menggunakan
suatu produk, dapat dilihat dari frekuensi konsumen menggunakan produk
tersebut dalam seminggu. Sebagian besar responden (78%) mempunyai frekuensi
1 kali dalam seminggu untuk meminum jamu pegal linu (Gambar 9). Frekuensi ini
dikarenakan responden meminum jamu pegal linu hanya untuk memelihara tubuh
agar tetap sehat dan itu berarti penggunaan jamu pegal linu hanya seperlunya saja.
Gambar 9. Frekuensi responden meminum jamu pegal linu dalam seminggu
Hasil penelitian di atas juga dapat dikaitkan dengan hasil mengenai “durasi
responden meminum jamu pegal linu” karena frekuensi dan durasi digunakan
untuk mengamati perilaku konsumen dalam penggunaan suatu produk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Kemungkinan besar responden yang rutin meminum jamu pegal linu kurang dari
setahun adalah responden yang memiliki frekuensi minum jamu pegal linu 1 kali
dalam seminggu. Semakin lama seseorang dalam menggunakan suatu produk,
maka semakin sering atau rutin pula orang tersebut menggunakannya.
4. Produk jamu pegal linu yang sering dikonsumsi
Mayoritas responden (52%) memilih jamu pegal linu instan produk Sido
Muncul® (Gambar 10). Selain karena Sido Muncul® mempunyai banyak variasi
jamu pegal linu (Tabel V), mutu dan kualitas jamu Sido Muncul® sudah sangat
terpercaya di masyarakat Indonesia. Semakin banyak produk jamu pegal linu yang
beredar di pasaran, semakin membuat para konsumen lebih selektif dalam
memilih produk jamu pegal linu. Sejak penarikan jamu pegal linu produksi
Cilacap karena telah ditambah BKO, masyarakat hanya mau memilih jamu pegal
linu rebusan (jamu godog) atau produk jamu pegal linu dari produsen jamu
terpercaya (jamu pegal linu instan) yang biasa diiklankan di media massa.
Menurut mereka, jamu yang diiklankan pasti sudah mendapat izin dari lembaga
khusus seperti BPOM. Dari fakta tersebut, dapat dilihat bahwa peran media massa
(faktor eksternal) sangat besar dalam mempengaruhi keputusan konsumen dalam
memilih produk (perilaku konsumen) (Fitriani, 2011).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Gambar 10. Produk jamu pegal linu yang sering dikonsumsi
Produk jamu pegal linu lainnya yang juga sering dikonsumsi responden
adalah jamu godhog (20%) dan jamu pegal linu produksi Jamu Jago® (17%).
5. Hasil yang dirasakan setelah responden meminum jamu pegal linu
Hasil penelitian yang diperoleh yaitu 85% responden (Gambar 11)
merasakan gejala pegal linu di tubuh hilang sementara dan bila diminum teratur
tubuh akan merasa lebih bugar. Hasil sesuai dengan pernyataan Setiadi dan
Sarwono (2007) tentang khasiat obat tradisional, yaitu dapat menjaga dan
mempertahankan vitalitas tubuh agar tetap sehat dan segar. Namun, ada responden
yang merasa sembuh total setelah rutin meminum jamu pegal linu (12%) dan
bahkan 3% responden tidak merasakan khasiat jamu pegal linu walaupun sudah
rutin meminumnya.
Gambar 11. Hasil yang dirasakan setelah responden meminum jamu pegal linu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Tabel V. Variasi jamu pegal linu produksi Sido Muncul®
No. Produk Jamu Pegal Linu Komposisi
1. Komplit Pegal Linu
Jamu Pegal Linu, Beras
Kencur, Madu Kembang, Jahe
Wangi dan Pil ginseng
2. Komplit Pegelinu Instan
Jamu Pegal Linu, Beras
Kencur, Madu Kembang, Jahe
Wangi dan Pil ginseng
3. Pegal Linu
Melaleucae Fructus,
Retrofracti Fructus, Zingiberis
aromaticae Rhizoma,
Languatis Rhizoma, Cyperi
Rhizoma
4. Pegal Linu Ginseng
Ginseng, Zingiberis
aromaticae Rhizoma,
Languatis Rhizoma, Retrofracti
Fructus, Cyperi Rhizoma
5. Instan Pegellinu
ekstrak Melaleucae Fructus,
ekstrak Retrofracti Fructus,
ekstrak Zingiberis aromaticae
Rhizoma, ekstrak Panax Radix,
ekstrak Languatis Rhizoma,
ekstrak Cyperi Rhizoma,
ekstrak Oryzae sativae Testae,
Mel Pulvis, Fiber
(Sumber dari: www.sidomuncul.com)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
C. Persepsi Konsumen Tentang Bahaya BKO yang Terdapat di dalam Jamu
Pegal Linu Produksi Cilacap
Berdasarkan karakteristik perilaku konsumen (responden) mengenai
sumber mengenal jamu pegal linu, terlihat bahwa peran media massa sangat besar
dalam mempengaruhi mereka dalam keputusan penggunaan jamu pegal linu.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
lebih memilih untuk mengkonsumsi jamu pegal linu yang dipublikasikan melalui
media massa karena produk jamu pegal linu tersebut pasti sudah mendapatkan
perijinan dari Badan POM. Kedua hal tersebut membuktikan bahwa media massa
turut berperan dalam pembentukan persepsi konsumen akan suatu produk.
Kepala BPOM, Dra Kustantinah, Apt, M.App.Sc, mengatakan bahwa
pengawasan obat tradisional yang beredar pada semester pertama (Januari-Juni)
2010 masih ditemukan obat tradisional yang mengandung BKO yang dilarang
untuk dicampurkan (Bararah, 2010). Oleh karena itu, persepsi konsumen tentang
bahaya BKO pada jamu pegal linu produksi Cilacap menjadi objek persepsi yang
diukur. Objek persepsi ini diukur dengan tujuan untuk mengetahui apakah
konsumen dapat menerima dan mencerna informasi dari media massa dengan
baik, sehingga persepsinya benar.
Persepsi konsumen tentang bahaya BKO dapat dinilai dari kecenderungan
jawaban atas semua pernyataan yang tertera dalam Tabel VI. Semua pernyataan
skala Likert untuk variabel persepsi merupakan pernyataan favourable, sehingga
apabila kecenderungan jawaban atas semua pernyataan adalah “setuju” berarti
persepsi konsumen tentang bahaya BKO benar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Pada Tabel VI dapat dilihat bahwa hampir semua pernyataan cenderung
dijawab “setuju” oleh responden, tetapi hanya pernyataan nomor 3 dan 7 yang
kecenderungan jawabannya adalah “tidak setuju”. Selama 3 kali uji validasi
kuesioner, kecenderungan jawaban kedua pernyataan tersebut tidak pernah
“setuju”. Oleh karena itu, peneliti menambahkan 3 pertanyaan kombinasi yang
berkaitan dengan pernyataan nomor 3 dan 7, sehingga jawaban dari 3 pertanyaan
kombinasi diharapkan dapat mendukung kesimpulan pengukuran persepsi
konsumen tentang bahaya BKO dengan skala Likert.
Tabel VI. Persepsi Konsumen Tentang Bahaya BKO yang Terdapat di dalam Jamu Pegal
Linu Produksi Cilacap
No. Pernyataan Persentase
Kecenderungan SS+S TS+STS
1. Jamu pegal linu adalah bahan
alami atau campuran bahan
alami yang secara tradisional
digunakan untuk pengobatan
pegal linu.
96,6% 3,4% Setuju
2. Jamu pegal linu tidak boleh
mengandung BKO. 96,7% 3,3% Setuju
3. BKO yang ditambahkan ke
dalam jamu pegal linu adalah
produk kimiawi yang digunakan
dalam pengobatan modern.
46,6% 53,4% Tidak setuju
4. Penggunaan BKO dalam jangka
panjang membahayakan
kesehatan tubuh.
93,3% 6,7% Setuju
5. Penggunaan BKO harus sesuai
dosis dan aturan pakai. 95% 5% Setuju
6. Khasiat jamu pegal linu yang
cespleng merupakan ciri-ciri
jamu pegal linu berBKO.
71,7% 28,3% Setuju
7. Jamu pegal linu berBKO juga
menyembuhkan penyakit lain
selain pegal linu.
46,7% 53,3% Tidak setuju
8. Parasetamol adalah contoh
BKO yang pernah ditambahkan
ke dalam jamu pegal linu
produksi Cilacap.
73,3% 26,7% Setuju
9. Iritasi saluran pencernaan,
kerusakan hati/ginjal, gangguan
penglihatan, atau gangguan
jantung adalah bahaya yang
ditimbulkan dari penambahan
BKO ke dalam jamu pegal linu.
93,3% 6,7% Setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Kesimpulan dari hasil pengukuran dengan skala Likert di atas dapat
diperoleh dengan perhitungan distribusi frekuensi yang di dalamnya terdapat
aturan normatif (Riwidikdo, 2008).
Gambar 12. Distribusi frekuensi persepsi konsumen tentang bahaya BKO dalam
jamu pegal linu Cilacap
Peneliti mencari distribusi frekuensi skor total jawaban masing-masing
responden. Frekuensi terbanyak yaitu pada skor total 29 (x=29), kemudaian
melalui perhitungan statistik diperoleh mean = 27,83 dan SD = 2,688 (Gambar
12). Hasil perhitungan menyimpulkan bahwa persepsi konsumen tentang bahaya
BKO dalam jamu pegal linu cukup baik (26,485 < x < 29,175, berdasarkan hasil
perhitungan Mean - 0,5 SD < x < Mean + 0,5 SD), artinya konsumen dapat
menerima dan mengolah dengan baik informasi mengenai BKO serta bahaya yang
ditimbulkan.
Di samping sembilan pernyataan skala Likert, peneliti juga menambahkan
3 pertanyaan bersifat kombinasi dengan tujuan untuk melihat seperti apa
pemahaman konsumen tentang definisi BKO serta bahaya BKO yang ditimbulkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
bila ditambahkan ke dalam jamu pegal linu. Berikut adalah pembahasan untuk
tiga pertanyaan kombinasi:
1. Definisi BKO menurut responden
Gambar 13. Persentase jawaban dari definisi BKO menurut responden
Keterangan:
a = bahan yang dicampur ke dalam jamu
b = tidak tahu
c = bahan kimia yang digunakan untuk pengobatan penyakit
d = bahan kimia yang digunakan untuk zat adiktif (pengawet, pewarna, perasa)
e = bahan kimia berbahaya yang dapat merusak tubuh
f = bahan kimia yang sudah tidak alami
g = bahan kimia yang tidak boleh dikonsumsi jika tidak sesuai dosis
Persentase jawaban responden yang paling besar adalah jawaban yang
menyatakan bahwa BKO didefinisikan sebagai bahan kimia yang digunakan
untuk pengobatan penyakit. Jawaban dari 23% responden (Gambar 13)
sebenarnya tidak jauh berbeda dengan definisi BKO menurut BPOM (pernyataan
nomor 3 pada Tabel VI). Definisi BKO menurut BPOM yaitu produk kimiawi
yang digunakan dalam pengobatan modern.
Kecenderungan jawaban “tidak setuju” atas definisi BKO menurut BPOM
mungkin dikarenakan responden kurang teliti membaca pertanyaan nomor 3 atau
bisa juga karena responden kurang memahami pertanyaan. Responden kurang
teliti disebabkan oleh rasa tergesa-gesa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
2. Pendapat responden mengenai boleh atau tidak bila BKO ditambahkan
ke dalam jamu pegal linu
Gambar 14. Persentase jawaban dari pertanyaan boleh atau tidak jamu pegal linu
ditambahkan BKO
Hasil penelitian dari 60 responden menunjukkan sebanyak 6 orang (10%)
menjawab “ya” apabila BKO ditambahkan ke dalam jamu pegal linu dan
sebanyak 54 orang (90%) menjawab “tidak boleh” apabila BKO ditambahkan ke
dalam jamu pegal linu (Gambar 14). Keenam orang yang menjawab “ya”
berpendapat BKO boleh ditambahkan ke dalam jamu pegal linu bila sesuai
dengan aturan yang berlaku dan dalam dosis obat yang normal. Alasan untuk 90%
yang menjawab “tidak boleh”, persentasenya dijabarkan pada Gambar 15.
Responden yang menjawab “tidak boleh” berpendapat bahwa jamu yang
ditambah BKO adalah hal yang tidak wajar (35%) karena jamu seharusnya berisi
bahan alami dan tidak ada campuran bahan kimia, sehingga dapat membahayakan
kesehatan tubuh (35%), merusak organ tubuh (19%), dan menyebabkan
kecanduan untuk terus minum jamu (2%) karena efek setelah minum jamu
berbahan kimia obat sangat cepat daripada jamu alami yang tidak ditambah bahan
apapun. Ada pula yang berpendapat bahwa BKO tidak boleh ditambahkan ke
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
dalam jamu karena dikhawatirkan efek samping obat yang merugikan akan timbul
(9%).
Gambar 15. Persentase alasan dari responden yang berpendapat BKO tidak boleh
ditambahkan ke dalam jamu pegal linu
Keterangan:
a = karena tidak wajar karena jamu seharusnya berisi bahan alami dan tidak ada campuran bahan
kimia
b = karena dapat menyebabkan kecanduan
c = karena efek samping obat yang mungkin timbul
d = karena berbahaya bagi kesehatan tubuh
e = karena dapat merusak organ tubuh
3. Pendapat responden mengenai bahaya atau tidak bila BKO ditambahkan
ke dalam jamu pegal linu
Hasil penelitian yang diperoleh adalah 58 orang (97%) menjawab “ya”
dan 2 orang (3%) menjawab “tidak berbahaya” apabila BKO ditambahkan ke
dalam jamu pegal linu (Gambar 16). Ada 3% responden yang menjawab “tidak”
berpendapat bahwa BKO tidak berbahaya jika ditambahkan ke dalam jamu pegal
linu apabila sesuai dengan aturan yang berlaku dan dalam dosis yang normal
(50%) dan BKO ditambah ke dalam jamu pegal linu supaya khasiat jamu pegal
linu tambah manjur (50%).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Gambar 16. Persentase jawaban dari pertanyaan bahaya atau tidak bila jamu pegal
linu ditambahkan BKO
Beberapa alasan dari 97% responden yang setuju bahwa BKO berbahaya
bila dicampur ke dalam jamu pegal linu yaitu 31% berpendapat pemakaian BKO
jangka panjang dapat merusak organ tubuh, 29% berpendapat BKO tidak baik
untuk kesehatan tubuh, 22% berpendapat BKO membuat jamu menjadi tidak
alami karena tidak sesuai dengan aturan yang berlaku, 16% berpendapat terdapat
efek samping obat yang berbahaya, dan 2% berpendapat BKO dapat
menyebabkan kematian bila dicampurkan ke dalam jamu pegal linu (Gambar 17).
Gambar 17. Persentase alasan dari responden yang berpendapat BKO berbahaya
bila ditambahkan ke dalam jamu pegal linu Keterangan:
a = karena dapat menyebabkan kematian
b = karena jamu menjadi tidak alami karena tidak sesuai dengan aturan yang berlaku
c = karena tidak baik untuk kesehatan tubuh
d = karena pemakaian jangka panjang dapat merusak organ tubuh
e = karena terdapat efek samping obat yang berbahaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Berdasarkan pembahasan tiga pertanyaan di atas, diketahui bahwa
responden mempunyai persepsi yang benar tentang bahaya BKO dalam jamu
pegal linu Cilacap. Responden mengetahui definisi BKO dan tidak menyetujui
bila BKO ditambahkan ke dalam jamu karena dapat membahayakan kesehatan
tubuh, bahkan menyebabkan kematian bila digunakan dalam jangka panjang.
Hasil ini semakin memperkuat hasil pengukuran skala Likert yang menyatakan
bahwa persepsi responden cukup baik.
D. Perubahan Frekuensi Konsumsi Jamu Pegal Linu
Pola perilaku konsumen dapat diamati karena mempunyai frekuensi
spesifik (Wawan dan Dewi, 2010). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian
besar responden mengaku frekuensi minum jamu pegal linu cenderung berkurang
setelah ada berita penarikan jamu pegal linu produk Cilacap karena terdeteksi
mengandung BKO (pernyataan nomor 1 pada Tabel VII). Frekuensi konsumsi
jamu pegal linu berkurang karena rata-rata responden tidak berusaha mencari
informasi mengenai produk jamu pegal linu apa saja yang ditarik karena
mengandung BKO, sehingga mereka menganggap semua jamu pegal linu yang
sekarang beredar sudah tidak aman untuk diminum. Bagi responden yang mencari
informasi tentang bagaimana cara membedakan antara jamu yang alami dengan
jamu yang mengandung BKO akan lebih berhati-hati dalam memilih produk jamu
pegal linu dan tidak ada perasaan takut dalam meminum jamu pegal linu. Pada
pengukuran variabel perubahan frekuensi konsumsi, pernyataan nomor 1, 2, dan 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
merupakan pernyataan unfavourable dan pernyataan favourable terdapat pada
nomor 3, 4, dan 5 (Tabel VII).
Tabel VII. Perubahan Frekuensi Minum Jamu Pegal Linu
No. Pernyataan Persentase
Cenderung SS+S TS+STS
1. Frekuensi saya meminum jamu
pegal linu dalam seminggu
menjadi berkurang.
83,3% 16,7% Setuju
2. Frekuensi saya meminum jamu
pegal linu dalam seminggu
menjadi berkurang karena Saya
takut jamu pegal linu Saya
termasuk jamu yang ditambahkan
BKO.
78,3% 21,7% Setuju
3. Frekuensi saya meminum jamu
pegal linu dalam seminggu tetap. 31,7% 68,3% Tidak setuju
4. Frekuensi saya meminum jamu
pegal linu dalam seminggu tetap
karena Saya yakin jamu pegal
linu yang Saya minum tidak
ditambahkan BKO.
45% 55% Tidak setuju
5. Frekuensi saya meminum jamu
pegal linu dalam seminggu tetap
karena Saya sudah cocok dengan
khasiat jamu pegal linu yang Saya
minum.
48,4% 51,6% Tidak setuju
6. Frekuensi saya meminum jamu
pegal linu dalam seminggu tetap
meskipun jamu pegal linu
tersebut mungkin ditambahkan
BKO.
16,6% 83,4% Tidak setuju
Pada variabel perubahan frekuensi konsumsi juga dicari distribusi
frekuensi skor total jawaban masing-masing responden untuk dapat
menyimpulkan analisis skala Likert. Berdasarkan perhitungan statistik diperoleh
mean = 13,88, SD = 3,395, dan frekuensi terbanyak yaitu pada skor total 12
(x=12) (Gambar 18). Kesimpulan yang didapat adalah berkurangnya frekuensi
konsumsi jamu pegal linu setelah berita penarikan jamu pegal linu Cilacap (8,78 <
x < 12,18, berdasarkan hasil perhitungan Mean - 1,5 SD < x < Mean - 0,5 SD) dan
hal ini sesuai dengan kecenderungan responden menjawab “setuju” atas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
pernyataan nomor 1 dan 2 pada Tabel VII. Perubahan frekuensi konsumsi jamu
pegal linu ini terjadi karena responden beranggapan kalau produk jamu jaman
sekarang sudah tidak aman karena dicampur dengan BKO.
Gambar 18. Distribusi frekuensi dari perubahan frekuensi konsumsi jamu
pegal linu
Pada variabel perubahan frekuensi konsumsi, peneliti juga menambahkan
satu pertanyaan bersifat kombinasi untuk mengetahui kesimpulan jawaban
responden atas 6 pernyataan skala Likert. Kesimpulan ini berupa alasan mereka
memutuskan untuk mengurangi atau tidak mengurangi frekuensi konsumsi jamu
pegal linu.
1. Pertanyaan tentang berkurang atau tidak frekuensi konsumsi jamu pegal
linu setelah berita penarikan jamu pegal linu produksi Cilacap
Gambar 19. Persentase jawaban dari pertanyaan berkurang atau tidak frekuensi
minum jamu setelah berita penarikan jamu pegal linu Cilacap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Sebagian besar responden (77%, Gambar 19) mengaku frekuensi mereka
meminum jamu pegal linu berkurang dikarenakan beberapa alasan (Gambar 20),
seperti: takut jamu yang diminum yang di dalamnya terdapat BKO (28%),
memang ingin berhenti minum jamu pegal linu (15%), menghindari efek samping
yang mungkin timbul (24%), jamu sudah tidak layak diminum karena telah
ditambah BKO (13%), tidak ingin terkontaminasi oleh BKO (18%), dan
meminum jamu tidak terlalu manjur karena pegal linu dapat timbul lagi (2%).
Gambar 20. Persentase alasan dari responden yang frekuensi minum jamu pegal
linu berkurang
Keterangan:
a = takut jamu yang diminum di dalamnya terdapat BKO
b = ingin berhenti minum jamu pegal linu
c = menghindari efek samping yang mungkin timbul
d = tidak layak diminum karena telah ditambah BKO
e = tidak ingin terkontaminasi oleh BKO
f = pegal linu dapat timbul lagi
Beberapa alasan (Gambar 21) juga dikemukakan oleh 23% responden
yang tidak mengalami perubahan dalam frekuensi konsumsi jamu pegal linu
(Gambar 19). Sebelum meminum jamu pegal linu, 71% dari mereka melihat dulu
apakah jamu tersebut alami atau tidak (jika terdapat serbuk putih pada larutan
jamu, kemungkinan itu adalah BKO), sehingga saat meminum jamu menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
yakin kalau tidak mengandung BKO. Responden yang merasa tidak perlu
mengurangi frekuensi konsumsi jamu pegal linu (29%) beralasan karena mereka
memang tidak mengkonsumsi jamu pegal linu produksi Cilacap.
Gambar 21. Persentase alasan dari responden yang frekuensi minum jamu pegal
linu tidak berkurang
Keterangan:
a = karena dapat membedakan mana jamu yang alami dan mana yang tidak alami
b = karena tidak minum jamu pegal linu produksi Cilacap
Berdasarkan pembahasan dari pertanyaan tambahan, dapat disimpulkan
bahwa mayoritas responden mengurangi frekuensi minum jamu pegal linu setelah
berita penarikan jamu pegal linu produksi Cilacap. Fakta ini selaras dengan
kesimpulan pengukuran skala Likert yaitu berkurangnya frekuensi konsumsi jamu
pegal linu karena responden takut kalau jamu yang mereka minum termasuk jamu
yang dicampur dengan BKO.
E. Korelasi Antara Persepsi Konsumen Tentang Bahaya BKO dalam
Jamu Pegal Linu Cilacap dengan Perubahan Frekuensi Konsumsi
Jamu Pegal Linu
Salah satu faktor psikologi yang mempengaruhi pola perilaku konsumen
dalam menggunakan suatu produk adalah persepsi. Konsumen akan dipengaruhi
oleh persepsinya pada situasi dan kondisi yang sedang dihadapi (Kotler, 1998).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Pola perilaku konsumen ini dapat diamati karena mempunyai frekuensi spesifik
(Wawan dan Dewi, 2010). Oleh karena itu, persepsi konsumen tentang bahaya
BKO akan mempengaruhi perilaku konsumen dalam rutinitas konsumsi jamu
pegal linu. Rutinitas konsumsi jamu pegal linu ini dapat diamati dari perubahan
frekuensi konsumsi jamu pegal linu dalam seminggu.
Berdasarkan uji normalitas diperoleh hasil yaitu data penelitian
berdistribusi normal dengan koefisien normalitas untuk variabel persepsi bahaya
BKO = 0,246 dan variabel perubahan frekuensi konsumsi = 0,091. Analisis
korelasi Pearson digunakan karena data penelitian berdistribusi normal walaupun
jenis data penelitian ini adalah data skala ordinal yang biasa diolah dengan
analisis korelasi Spearman. Analisis korelasi Pearson pada penelitian ini
menggunakan program komputer.
Berdasarkan kesimpulan hasil pengukuran skala Likert pada variabel
persepsi bahaya BKO dan variabel perubahan frekuensi konsumsi, persepsi
responden terhadap bahaya BKO sudah benar tetapi persepsi tersebut tidak
mempengaruhi rutinitas mereka dalam mengkonsumsi jamu pegal linu. Frekuensi
konsumsi jamu pegal linu dalam seminggu menjadi berkurang setelah ada berita
penarikan jamu pegal linu Cilacap. Mayoritas responden menilai bahwa hampir
semua produk jamu, terutama jamu instan, sudah tidak aman lagi untuk digunakan
karena rawan dicampur dengan BKO.
Koefisien korelasi (r) yang diperoleh dari pengolahan data penelitian
adalah -0,307 dengan nilai signifikansi (p) yaitu 0,017 (Tabel VIII). Nilai p < 0,05
(pada α = 5%) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara persepsi bahaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
BKO dalam jamu pegal linu Cilacap dengan perubahan frekuensi konsumsi jamu
pegal linu. Kekuatan korelasi antara kedua variabel tergolong rendah dengan arah
korelasi negatif. Kekuatan korelasi yang rendah ini mempunyai arti yaitu
walaupun di antara kedua variabel terdapat korelasi, tetapi perubahan nilai salah
satu variabel tidak berpengaruh kuat untuk perubahan nilai variabel lain.
Koefisien korelasi yang bernilai negatif mempunyai makna bahwa kedua variabel
mempunyai hubungan yang terbalik, artinya jika nilai variabel persepsi tinggi,
maka nilai variabel perubahan frekuensi konsumsi menjadi rendah, begitu pula
sebaliknya. Apabila dilihat dari pengukuran skala Likert pada kedua variabel,
korelasi yang terjadi adalah nilai variabel persepsi bahaya BKO yang tinggi
(persepsi bahaya BKO benar) diikuti dengan rendahnya nilai variabel perubahan
frekuensi konsumsi (frekuensi konsumsi jamu pegal linu dalam seminggu menjadi
berkurang).
Tabel VIII. Analisis Korelasi Pearson
Korelasi Koefisien korelasi
Pearson (r)
Nilai
signifikansi (p)
Persepsi konsumen tentang
bahaya BKO dalam jamu
pegal linu Cilacap dengan
perubahan frekuensi
konsumsi jamu pegal linu
-0,307 0,017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Karakteristik demografi konsumen jamu pegal linu se-eks Kotip Cilacap
adalah pria (52%), suku bangsa Jawa (92%), usia kurang dari 21 tahun (34%),
bekerja sebagai pegawai swasta (30%), pendapatan per bulan > Rp
1.000.000,00 (48%). Untuk karakteristik perilaku, responden mengenal jamu
pegal linu dari media massa (35%), baru kurang dari setahun sebagai
konsumen jamu pegal linu (73%), frekuensi konsumsi dalam seminggu hanya
sekali (78%), mengkonsumsi jamu pegal linu produk Sido Muncul® (52%),
dan merasakan khasiat gejala pegal linu sembuh sementara setelah minum
jamu pegal linu (85%).
2. Persepsi konsumen tentang bahaya BKO dalam jamu pegal linu produksi
Cilacap cukup baik karena konsumen dapat menerima dan mengolah segala
informasi mengenai manfaat BKO untuk pengobatan beserta bahaya yang
dapat timbul akibat penggunaan jangka panjang.
3. Setelah berita penarikan jamu pegal linu produksi Cilacap dari pasaran,
frekuensi konsumsi jamu pegal linu dalam seminggu adalah kurang.
4. Kekuatan korelasi yang terjadi antara persepsi bahaya BKO dengan frekuensi
konsumsi jamu pegal linu tergolong rendah dengan arah korelasi negatif, yaitu
nilai variabel persepsi yang tinggi tidak diikuti dengan meningkatnya nilai
variabel perubahan frekuensi konsumsi. Frekuensi konsumsi jamu pegal linu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
menjadi berkurang walaupun persepsi konsumen tentang bahaya BKO sudah
benar.
B. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian serupa dengan penelitian ini dengan target
pengguna jamu pegal linu IKOT (Industri Kecil Obat Tradisional) di kota-kota
yang menjadi tempat pemasaran jamu pegal linu produksi Cilacap, serta perlu
dilakukan penelitian mengenai pengetahuan, motivasi, dan penggunaan jamu
pegal linu yang dilakukan oleh masyarakat.
2. Untuk pemerintah antara lain:
a. agar lebih memberikan pengawasan kepada produsen jamu dalam proses
produksi jamu dengan kunjungan secara berkala ke industri jamu terutama
industri jamu rumah tangga.
b. agar lebih berupaya dalam mempromosikan jamu kepada masyakarakat
sebagai salah satu pengobatan tradisional yang aman karena terbuat dari
bahan-bahan alam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, A., Sulistyo, F., Karmila, Y., Dewo, T., Setyawan, E., dan Gunarto, H.,
1996, Inventaris Tanaman Obat, 83, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta
Azwar, S., 2004, Penyusunan Skala Psikologi, 23, 83-104, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, 2006, Bahaya Bahan Kimia Obat (BKO)
yang dibubuhkan ke dalam Obat Tradisional (Jamu),
http://www.pom.go.id/public/berita_aktual/detail.asp?id=144&qs_menuid
=2, diakses tanggal 9 Agustus 2011
Badan Pusat Statistik Kabupaten Cilacap, 2010, Hasil Sensus Penduduk 2010:
Data Agregat per Kecamatan, Kabupaten Cilacap,
http://www.bps.go.id/hasilSP2010/jateng/3301.pdf, diakses tanggal 10
Oktober 2010
Banureah, E.M., 2009, Analisis Kandungan Metampiron pada Jamu Tradisional
yang Beredar di Kota Medan, Skripsi, ii, Universitas Sumatera Utara,
Medan
Bararah, V.F., 2010, 46 Jamu Mengandung Bahan Kimia Obat,
http://health.detik.com/read/2010/08/13/135342/1419889/763/46-jamu-
mengandung-bahan-kimia-obat, diakses tanggal 29 November 2010
Dawnson, C., 2010, Metode Penelitian Praktis: Sebuah Panduan, 33-35, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta
Departemen Kesehatan RI, 1978, Materia Medika Indonesia, Edisi II, 54,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Departemen Kesehatan RI, 1980, Materia Medika Indonesia, Edisi IV, 108,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Departemen Kesehatan RI, 1985, Tanaman Obat Indonesia, Jilid I, 26, 45, 52,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Dharmmestha, B.S., 1999, Manajemen Pemasaran tentang Analisa Perilaku
Konsumen, BPFE, Yogyakarta
Fitriani, S., 2011, Promosi Kesehatan, 126-127, 138, Graha Ilmu, Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Gunawan, D., Soegihardjo, C.J., Mulyani, S., dan Koensoemardyah, 1988, Seri
Tanaman Empon-Empon dan Tanaman Lain dalam Zingiberaceae, 4-5,
Perhimpunan Peneliti Bahan Obat Alami (PERHIPBA) Komisariat
Yogyakarta
Hadi, S., 1991, Analisis Butir untuk Instrumen Angket, Tes, dan Skala Nilai
dengan Basica, 8, Andi Offset, Yogyakarta
Hakim, L., 2002, Kajian Strategis, Penelitian, Pengembangan, dan Pemanfaatan
Obat Alam Indonesia, Prosiding Seminar Nasional Tumbuhan Obat
Indonesia XXI, 9-17, Universitas Surabaya, Surabaya
Handayani, L. dan Suharmiati, 2002, Meracik Obat Tradisional Secara Rasional,
Medika, Vol. XXVIII, Tahun 2002, 648-651
Holt G.A. and Hall, L., 1990, The Self-Care Movement, Handbook of
Nonprescription Drugs, 9th
Edition, 1-10, AphA, Washington D.C.
Isbagio, H., 1995, Osteoartritis dan Artritis Reumatoid-Perbedaan Patogenesis,
Gambaran Klinis dan Terapi dalam Cermin Dunia Kedokteran, No. 104, 5,
Jakarta
Kotler, 1998, Managemen Pemasaran Analisis, Perencanaan, Implementaso, dan
Kontrol, 153-155, Prenhallindo, Jakarta
Leung, A. and Foster, S., 1996, Encyclopedia of Common Natural Ingredients, 2nd
Edition, 168, John Wiley & Sons Inc., New York
Marlinda, I. dan Sudradjat, I., 1999, Bahaya Jamu Berbahan Kimia Obat dalam
Warta Konsumen, No. 09, 17-20
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 1990, Peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor 246/Menkes/Per/V/1990 tentang Izin Usaha Industri Obat
Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta
Muhlisah, F., 2007, Tanaman Obat Keluarga (TOGA), 9, 12-13, Penebar
Swadaya, Depok
Notoatmodjo, S., 2003, Prinsip-Prinsip dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat, Edisi
kedua, 130, Rineka Cipta, Jakarta
Notoatmodjo, S., 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, 117, 123-124, Rineka
Cipta, Jakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Pratiknya, A.W., 2001, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan
Kesehatan, 10-14, PT Raja Grafindo Perkasa, Jakarta
Remmers H.H., Gage, N.L., and Rummel, J.F.,1965, A Practical Introduction to
Measurement and Evaluation, 2nd
edition, 52, Harper and Row, New York
Riwidikdo, H., 2008, Statistik Kesehatan, 6, 20, 39, 43, 81, 151, 156, Mitra
Cendikia Press, Yogyakarta
Sampurno, 2002, Obat Tradisional Mengandung Bahan Kimia Obat dalam
Business News, 9B, 10B
Sarwono, 2006, Teori Analisis Korelasi,
http://www.jonathansarwono.info/korelasi/korelasi.htm, diakses tanggal 5
Mei 2011
Setiadi dan Sarwono, B., 2007, Tanaman Obat Keluarga: 200 Resep Herbal untuk
100 Penyakit, 10-11, 13, PT Samindra Utama, Jakarta
Sevilla, C.G., Ochave, J.A., Punsalon, T.E., Regala, B.P., and Uriarte, G.G., 1993,
Pengantar Metode Penelitian, diterjemahkan oleh Tuwu, A., Edisi I, 160-
163, UI Press, Jakarta
Smet, B., 1994, Psikologi Kesehatan, 9, Grasindo, Jakarta
Sudarsono, Pudjoarinto, A., Gunawan, D., Wahyono, S., Donatus, I.A., Drajad,
M., dkk, 1996, Tumbuhan Obat, Hasil Penelitian, Sifat-sifat dan
Penggunaan, 74, 150, PPOT UGM, Yogyakarta
Sulistyo dan Basuki, 2006, Metode Penelitian, 45, 114, Wedatama Widya Sastra,
Jakarta
Sumarwan, U., 2004, Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya dalam
Pemasaran, Ghalia Indonesia, Bogor
Sundari dan Winarno, 1996, Kerasionalan Komposisi Jamu Pegal Linu dalam
Cermin Dunia Kedokteran, 27, Jakarta
Suparyo, Yossy, 2008, Sentra Usaha Jamu Cilacap Siaga Satu,
http://pelosokdesa.wordpress.com/2008/11/28/sentra-usaha-jamu-cilacap-
siaga-satu/, diakses tanggal 5 Juni 2011
Surapranata, S., 2009, Analisis, Validitas, Reliabilitas, dan Interpretasi Hasil Tes:
Implementasi Kurikulum 2004, 59, PT Remaja Rosdakarya, Bandung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Sutisna, 2002, Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran, PT Remaja
Rosdakarya, Bandung
Tampubolon, O.T., 1981, Tumbuhan Obat, Penerbit Bhatara Karya Aksara,
Jakarta
Walgito, B., 2010, Pengantar Psikologi Umum, 99-103, 108, Andi Offset,
Yogyakarta
Wawan, A. dan Dewi, 2010, Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan
Perilaku Manusia, 48, 56-58, Nuha Medika, Yogyakarta
Yuliandari, R.D., 2006, Survei Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Kesehatan
Reproduksi dan Konsumsi Jamu Tradisional di Desa Tengket Kecamatan
Arosbaya Kabupaten Bangkalan Madura, Skripsi, ii, Universitas
Diponegoro, Semarang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Lampiran 1. Hasil Uji Validitas
A. Variabel Persepsi Bahaya BKO
jumlah
P1 Pearson Correlation .389*
Sig. (2-tailed) .034
N 30
P2 Pearson Correlation .435*
Sig. (2-tailed) .016
N 30
P3 Pearson Correlation .489**
Sig. (2-tailed) .006
N 30
P4 Pearson Correlation .793**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
P5 Pearson Correlation .458*
Sig. (2-tailed) .011
N 30
P6 Pearson Correlation .802**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
P7 Pearson Correlation .405*
Sig. (2-tailed) .026
N 30
P8 Pearson Correlation .774**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
p9 Pearson Correlation .536**
Sig. (2-tailed) .002
N 30
jumlah Pearson Correlation 1
Sig. (2-tailed)
N 30
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
B. Variabel Perubahan Frekuensi Konsumsi
Jumlah
F1 Pearson Correlation .561**
Sig. (2-tailed) .001
N 30
F2 Pearson Correlation .690**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
F3 Pearson Correlation .808**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
F4 Pearson Correlation .810**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
F5 Pearson Correlation .676**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
F6 Pearson Correlation -.115
Sig. (2-tailed) .546
N 30
jumlah Pearson Correlation 1
Sig. (2-tailed)
N 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Lampiran 2. Hasil Uji Reliabilitas
A. Variabel Persepsi Bahaya BKO
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based
on
Standardized
Items N of Items
.741 .738 9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
B. Variabel Perubahan Frekuensi Konsumsi
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based
on
Standardized
Items N of Items
.637 .594 6
Lampiran 3. Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
persepsi frekuensi
N 60 60
Normal Parametersa Mean 27.83 13.88
Std. Deviation 2.688 3.395
Most Extreme
Differences
Absolute .132 .160
Positive .132 .160
Negative -.128 -.093
Kolmogorov-Smirnov Z 1.024 1.243
Asymp. Sig. (2-tailed) .246 .091
a. Test distribution is Normal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Lampiran 4. Hasil Uji Linearitas
ANOVA Table
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
frekuensi * persepsi Between Groups (Combined) 184.907 12 15.409 1.462 .173
Linearity 63.988 1 63.988 6.072 .017
Deviation from
Linearity
120.919 11 10.993 1.043 .426
Within Groups 495.276 47 10.538
Total 680.183 59
Lampiran 5. Hasil Uji Korelasi Pearson
Correlations
persepsi frekuensi
persepsi Pearson Correlation 1 -.307*
Sig. (2-tailed) .017
N 60 60
frekuensi Pearson Correlation -.307* 1
Sig. (2-tailed) .017
N 60 60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Lampiran 6. Kuesioner yang digunakan untuk Penelitian
PENGANTAR KUISIONER PENELITIAN
FAKULTAS FARMASI
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
Kepada
Bapak/Ibu/Sdr. Pengunjung Kios Jamu
di tempat
Dengan hormat,
Dalam rangka menyelesaikan skripsi untuk jenjang studi S1, saya
bermaksud mengadakan penelitian yang berjudul “Persepsi Konsumen Tentang
Bahaya Bahan Kimia Obat (BKO) dalam Jamu Pegal Linu Produksi Cilacap
dan Hubungannya dengan Frekuensi Konsumsi Jamu Pegal Linu di
Kalangan Pengunjung Kios Jamu se-eks Kotip Cilacap”.
Sehubungan dengan hal tersebut, saya mohon kesediaan Bapak/Ibu/Sdr.
meluangkan waktu sejenak untuk mengisi pertanyaan-pertanyaan dalam kuisioner
terlampir dengan lengkap sesuai dengan hati nurani Bapak/Ibu/Sdr., karena
jawaban yang paling benar adalah yang paling sesuai dengan kondisi yang
Bapak/Ibu/Sdr. alami dan rasakan. Semua jawaban yang Bapak/Ibu/Sdr. berikan
akan saya jamin kerahasiaannya demi kepentingan ilmiah.
Atas waktu dan kesediaan yang Bapak/Ibu/Sdr. berikan, saya ucapkan
terima kasih.
Hormat saya,
Pascalia Riska P. H.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Surat Pernyataan Kesediaan Sebagai Responden Penelitian
Bahwa saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama :
Alamat rumah :
Saya (baru pertama kali/sudah berulang kali)* menggunakan jamu pegal
linu
Saya (baru pertama kali/sering membeli jamu pegal linu)* di kios jamu
*(coret yang tidak perlu)
Menyatakan kesanggupan sebagai responden dalam penelitian yang berjudul
"Persepsi Konsumen Tentang Bahaya Bahan Kimia Obat (BKO) dalam
Jamu Pegal Linu Produksi Cilacap dan Hubungannya dengan Frekuensi
Konsumsi Jamu Pegal Linu di Kalangan Pengunjung Kios Jamu se-eks Kotip
Cilacap".
Semua penjelasan diatas telah disampaikan kepada saya. Saya mengerti
bahwa bila masih memerlukan penjelasan, saya akan mendapat jawaban dari
peneliti.
Demikian surat pernyataan kesanggupan saya sebagai responden dalam
penelitian ini.
Cilacap, …… Januari 2011
Responden
( )
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
KUISIONER PENDAHULUAN TENTANG:
Persepsi Konsumen Tentang Bahaya Bahan Kimia Obat (BKO) dalam Jamu
Pegal Linu Produksi Cilacap dan Hubungannya dengan Frekuensi Konsumsi
Jamu Pegal Linu di Kalangan Pengunjung Kios Jamu se-eks Kotip Cilacap
I. DATA RESPONDEN
(berilah tanda X pada jawaban yang sesuai dengan kondisi Anda)
1. Jenis kelamin Anda:
a. Pria b. Wanita
2. Umur Anda saat ini:
a. < 20 tahun d. 41 – 50 tahun
b. 21 – 30 tahun e. > 51 tahun
c. 31 – 40 tahun
3. Suku bangsa Anda:
a. Jawa d. Cina
b. Sunda e. yang lain:……...............
c. Batak
4. Pekerjaan Anda saat ini:
a. Wiraswasta d. Mahasiswa
b. PNS e. yang lain:……...............
c. Pegawai Swasta
5. Pendapatan rata-rata per bulan:
a. belum berpenghasilan c. Rp 500.000,00 – Rp
1.000.000,00
b. kurang dari Rp 500.000,00 d. lebih dari Rp 1.000.000,00
6. Dari mana Anda mengenal jamu pegal linu?
a. Keluarga d.Media massa
(cetak/elektronik)
b. Teman e. yang lain:……...............
c. Tenaga Kesehatan (dokter/apoteker)
7. Sudah berapa lama Anda meminum jamu pegal linu?
a. < 1 tahun c. > 5 tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
b. 1 – 5 tahun
8. Berapa kali Anda meminum jamu pegal linu dalam seminggu?
a. 1 c. 5
b. 1 - 5
9. Merk jamu pegal linu apa yang sering Anda konsumsi?
a. Jamu Air Mancur d. Jamu Jago
b. Jamu Nyonya Meneer e. yang lain: ……...............
c. Jamu Sido Muncul
10. Bagaimana umumnya hasil yang Anda rasakan setelah meminum jamu
pegal linu?
a. Sembuh total
b. Sembuh sementara/hanya meredakan gejala
c. Tambah parah
d. Tidak ada khasiatnya
Petunjuk
Baca dan pahami setiap pernyataan dengan baik kemudian berilah tanda
( ) pada kolom yang telah tersedia. Pilihan jawaban atas pernyataan-
pernyataan tersebut adalah sebagai berikut :
STS : bila Anda menjawab Sangat Tidak Setuju terhadap pernyataan
TS : bila Anda menjawab Tidak Setuju terhadap pernyataan
S : bila Anda menjawab Setuju terhadap pernyataan
SS : bila Anda menjawab Sangat Setuju terhadap pernyataan
Jawaban yang diberikan tidak akan mendapat penilaian BENAR atau
SALAH, sebab jawaban yang paling benar adalah yang sesuai dengan
apa yang Anda ketahui.
Contoh
No. Pernyataan SS S TS STS
1. Saya cinta kebudayaan Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
II. PERNYATAAN MENGENAI PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP
BAHAYA BAHAN KIMIA OBAT (BKO) YANG TERDAPAT DI
DALAM JAMU PEGAL LINU
No. Pernyataan SS S TS STS
1. Jamu pegal linu adalah bahan alami atau campuran
bahan alami yang secara tradisional digunakan
untuk pengobatan pegal linu.
2. Jamu pegal linu tidak boleh mengandung bahan
kimia obat (BKO).
3. Bahan kimia obat (BKO) yang ditambahkan ke
dalam jamu pegal linu adalah produk kimiawi yang
digunakan dalam pengobatan modern.
4. Penggunaan bahan kimia obat (BKO) dalam jangka
panjang membahayakan kesehatan tubuh.
5. Penggunaan bahan kimia obat (BKO) harus sesuai
dosis dan aturan pakai.
6. Khasiat jamu pegal linu yang cespleng merupakan
ciri-ciri jamu pegal linu berbahan kimia obat
(BKO).
7. Jamu pegal linu berbahan kimia obat (BKO) juga
menyembuhkan penyakit lain selain pegal linu.
8. Parasetamol adalah contoh bahan kimia obat (BKO)
yang pernah ditambahkan ke dalam jamu pegal linu
produksi Cilacap.
9. Iritasi saluran pencernaan, kerusakan hati/ginjal,
gangguan penglihatan, atau gangguan jantung
adalah bahaya yang ditimbulkan dari penambahan
bahan kimia obat (BKO) ke dalam jamu pegal linu.
10. Menurut Anda, apakah arti dari Bahan Kimia Obat?
Jawaban:
…………………………………………………………………………………..
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
11. Apakah Bahan Kimia Obat boleh ditambahkan ke dalam jamu pegal linu?
Ya b. Tidak
Alasan:
…………………………………………………………………………………
12. Apakah Bahan Kimia Obat berbahaya bila ditambahkan ke dalam jamu pegal
linu?
a. Ya b. Tidak
Alasan:
…………………………………………………………………………………
III. PERNYATAAN MENGENAI FREKUENSI MINUM JAMU PEGAL
LINU SETELAH TERSIAR BERITA ADANYA PENAMBAHAN
BAHAN KIMIA OBAT (BKO) KE DALAM JAMU PEGAL LINU
PRODUKSI CILACAP
No. Pernyataan SS S TS STS
1a. Frekuensi Saya meminum jamu pegal linu dalam
seminggu menjadi berkurang.
1b. Frekuensi Saya meminum jamu pegal linu dalam
seminggu menjadi berkurang karena Saya takut jamu
pegal linu Saya termasuk jamu yang ditambahkan bahan
kimia obat (BKO).
2a. Frekuensi Saya meminum jamu pegal linu dalam
seminggu tetap.
2b. Frekuensi Saya meminum jamu pegal linu dalam
seminggu tetap karena Saya yakin jamu pegal linu yang
Saya minum tidak ditambahkan bahan kimia obat
(BKO).
2c. Frekuensi Saya meminum jamu pegal linu dalam
seminggu tetap karena Saya sudah cocok dengan khasiat
jamu pegal linu yang Saya minum.
2d. Frekuensi Saya meminum jamu pegal linu dalam
seminggu tetap meskipun jamu pegal linu tersebut
mungkin ditambahkan bahan kimia obat (BKO).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
3. Apakah frekuensi Anda meminum jamu pegal linu menjadi berkurang setelah
mendengar/melihat berita tentang jamu pegal linu produksi Cilacap yang
dicampurkan dengan Bahan Kimia Obat?
a. Ya b. Tidak
Alasan:
……………………………………………………………………………………...
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Lampiran 7. Contoh kuesioner dengan jawaban
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Lampiran 8. Hasil perhitungan distribusi frekuensi skor total jawaban
masing-masing responden
A. Variabel Persepsi Bahaya BKO
Mean = 27,83
SD = 2,688
1. x termasuk kategori sangat baik bila x > 31,865
2. x termasuk kategori baik bila 29,175 < x < 31,865
3. x termasuk kategori cukup bila 26,485 < x < 29,175
4. x termasuk kategori kurang bila 23,795 < x < 26,485
5. x termasuk kategori kurang sekali bila x < 23,795
Frekuensi terbanyak yaitu pada skor total (x) = 29, maka variabel ini masuk ke
dalam kategori cukup.
B. Variabel Perubahan Frekuensi Konsumsi
Mean = 13,88
SD = 3,395
1. x termasuk kategori sangat baik bila x > 18,98
2. x termasuk kategori baik bila 15,58 < x < 18,98
3. x termasuk kategori cukup bila 12,18 < x < 15,58
4. x termasuk kategori kurang bila 8,78 < x < 12,18
5. x termasuk kategori kurang sekali bila x < 8,78
Frekuensi terbanyak yaitu pada skor total (x) = 12, maka variabel ini masuk ke
dalam kategori kurang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Lampiran 9. Dokumentasi Penelitian
A. Kios jamu di Pasar Limbangan
B. Kios jamu di Jalan Tidar
C. Kios jamu “Merapi Farma Herbal”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
D. Depot jamu “Djanaka”
E. Depot jamu “Jago”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Lampiran 10. Ijin Penelitian dari Kesbang Pol dan Linmas Kabupaten
Cilacap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Lampiran 11. Ijin Penelitian dari Bappeda Kabupaten Cilacap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
BIOGRAFI PENULIS
Penulis bernama lengkap Pascalia Riska Prastika
Hapsari. Penulis lahir di Cilacap pada tanggal 8 April 1989
dan merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan
Petrus Prasetyo Utomo dan Veronica Catur Budi Yanti.
Sejarah pendidikan penulis yaitu di Taman Kanak-Kanak
Maria Immaculata Cilacap (1993-1995), Sekolah Dasar
Maria Immaculata Cilacap (1995-2001), Sekolah Menengah
Pertama Maria Immaculata Cilacap (2001-2004), dan
Sekolah Menengah Umum Yos Sudarso Cilacap (2004-
2007). Selanjutnya pada tahun 2007 melanjutkan pendidikan
tinggi di Fakultas Farmasi Sanata Dharma Yogyakarta.
Selama menjalani pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta, penulis pernah mengikuti kegiatan kepanitiaan, yaitu sebagai
sekretaris pada Panitia Pelepasan Wisuda April 2009, Panitia Open House
Paingan Universitas Sanata Dharma 2009, sebagai Seksi Dana dan Usaha pada
Panitia Tiga Hari Temu Akrab Mahasiswa Farmasi 2009, serta sebagai Sie
Kesekretariatan pada Panitia Temu Alumni Lustrum III Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma 2010. Untuk pengalaman kerja, penulis pernah
menjadi Asisten Dosen Praktikum Biokimia Tahun Ajaran 2010/2011 serta
menjadi guru les privat kimia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
top related