pestisida rena
Post on 03-Jul-2015
285 Views
Preview:
TRANSCRIPT
I. PENDAHULUAN
I.1. Pengertian Pestisida
Pestisida secara umum diartikan sebagai bahan kimia beracun yang digunakan untuk
mengendalikan jasad penganggu yang merugikan kepentingan manusia. Dalam sejarah
peradaban manusia, pestisida telah cukup lama digunakan terutama dalam bidang kesehatan
dan bidang pertanian. Di bidang kesehatan, pestisida merupakan sarana yang penting.
Terutama digunakan dalam melindungi manusia dari gangguan secara langsung oleh jasad
tertentu maupun tidak langsung oleh berbagai vektor penyakit menular. Berbagai serangga
vektor yang menularkan penyakit berbahaya bagi manusia, telah berhasil dikendalikan
dengan bantuan pestisida. Dan berkat pestisida, manusia telah dapat dibebaskan dari ancaman
berbagai penyakit berbahaya seperti penyakit malaria, demam berdarah, penyakit kaki gajah,
tiphus dan lain-lain.
Di bidang pertanian, penggunaan pestisida juga telah dirasakan manfaatnya untuk
meningkatkan produksi. Dewasa ini pestisida merupakan sarana yang sangat diperlukan.
Terutama digunakan untuk melindungi tanaman dan hasil tanaman, ternak maupun ikan dari
kerugian yang ditimbulkan oleh berbagai jasad pengganggu. Bahkan oleh sebahagian besar
petani, beranggapan bahwa pestisida adalah sebagai “dewa penyelamat” yang sangat vital.
Sebab dengan bantuan pestisida, petani meyakini dapat terhindar dari kerugian akibat
serangan jasad pengganggu tanaman yang terdiri dari kelompok hama, penyakit maupun
gulma. Keyakinan tersebut, cenderung memicu pengunaan pestisida dari waktu ke waktu
meningkat dengan pesat.
Di Indonesia, disamping perusahaan perkebunan, petani yang paling banyak
menggunakan berbagai jenis pestisida ialah petani sayuran, petani tanaman pangan dan
petani tanaman hortikultura buah-buahan. Khusus petani sayuran, kelihatannya sulit
melepaskan diri dari ketergantungan penggunaan pestisida. Bertanam sayuran tanpa pestisida
dianggap tidak aman, dan sering kali pestisida dijadikan sebagai garansi keberhasilan
berproduksi.
Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan tersebut, produk pestisida sebaiknya
memenuhi kriteria berikutnya: mempunyai toksisitas oral yang rendah, mempunyai toksisitas
dermal yang rendah, tidak persisten. Pertisida tidak bertahan di dalam tanah, tanaman dan
perairan, tidak meninggalkan residu pada taman, tidak berakumulasi., efektif terhadap
organisme sasaran, mempunyai spectrum yang sempit atau selektivitas yang tinggi. Artinya
yang terbunuh hanya jasad pengganggu, sedangkan jasad hidup yang lain tidak ikut terbunuh,
tidak fitotoksis, yaitu tidak meracuni tanaman itu sendiri, tidak menimbulkan resistensi atau
timbulnya sifat kekebalan terhadap organisme pengganggu atau organisme sasaran, mudah
didapat dan murah, tidak mudah terbakar dan meledak, dapat disimpan lama tanpa
mengurangi kualitas, tidak merusak alat.
Pestisida diklasifikasikan menjadi beberapa macam sesuai dengan sasaran
yang akan dikendalikan, seperti Insektisida, Fungisida, Bakterisida, Nematisida, Akarisida,
Rodentisida, Moluskusida, Herbisida, Pestisida, Formulasi pestisida
Dalam praktek, pestisida digunakan bersama-sama dengan bahan lain
misalnya dicampur minyak untuk melarutkannya, air pengencer, tepung untuk mempermudah
dalam pengenceran atau penyebaran dan penyemprotannya, bubuk yang dicampur sebagai
pengencer (dalam formulasi dust), atraktan (misalnya bahan feromon) untuk pengumpan,
bahan yang bersifat sinergis untuk penambah daya racun, dsb.
Usaha peningkatan produksi pertanian tidak hanya dilakukan melalui pemupukan
tetapi juga melalui upaya perlindungan tanaman agar tanaman bebas dari serangan hama
penyakit. Untuk pemberantasan hama tersebut salah satunya adalah dengan menggunakan
berbagai jenis zat kimia yang disebut dengan pestisida.. Namun penggunaan pestisida telah
menimbulkan dampak negatif, baik itu bagi kesehatan manusia maupun bagi kelestarian
lingkungan. Dampak negatif ini akan terus terjadi seandainya kita tidak hati-hati dalam
memilih jenis dan cara penggunaannya. Adapun dampak negatif yang mungkin terjadi akibat
penggunaan pestisida diantaranya : Tanaman yang diberi pestisida dapat menyerap pestisida
yang kemudian terdistribusi ke dalam akar, batang, daun, dan buah. Pestisida yang sukar
terurai akan berkumpul pada hewan pemakan tumbuhan tersebut termasuk manusia. Secara
tidak langsung dan tidak sengaja, tubuh mahluk hidup itu telah tercemar pestisida. Bila
seorang ibu menyusui memakan makanan dari tumbuhan yang telah tercemar pestisida maka
bayi yang disusui menanggung resiko yang lebih besar untuk teracuni oleh pestisida tersebut
daripada sang ibu. Zat beracun ini akan pindah ke tubuh bayi lewat air susu yang diberikan.
Dan kemudian racun ini akan terkumpul dalam tubuh bayi (bioakumulasi), Pestisida yang
tidak dapat terurai akan terbawa aliran air dan masuk ke dalam sistem biota air (kehidupan
air). Konsentrasi pestisida yang tinggi dalam air dapat membunuh organisme air diantaranya
ikan dan udang. Sementara dalam kadar rendah dapat meracuni organisme kecil seperti
plankton. Bila plankton ini termakan oleh ikan maka ia akan terakumulasi dalam tubuh ikan.
Tentu saja akan sangat berbahaya bila ikan tersebut termakan oleh burung-burung atau
manusia. Salah satu kasus yang pernah terjadi adalah turunnya populasi burung pelikan
coklat dan burung kasa dari daerah Artika sampai daerah Antartika. Setelah diteliti ternyata
burung-burung tersebut banyak yang tercemar oleh pestisida organiklor yang menjadi
penyebab rusaknya dinding telur burung itu sehingga gagal ketika dierami. Bila dibiarkan
terus tentu saja perkembangbiakan burung itu akan terhenti, dan akhirnya jenis burung itu
akan punah, Ada kemungkinan munculnya hama spesies baru yang tahan terhadap takaran
pestisida yang diterapkan. Hama ini baru musnah bila takaran pestisida diperbesar jumlahnya.
Akibatnya, jelas akan mempercepat dan memperbesar tingkat pencemaran pestisida pada
mahluk hidup dan lingkungan kehidupan, tidak terkecuali manusia yang menjadi pelaku
utamanya
I.2. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum acara kali ini, adalah :
1. Untuk mengetahui penggolongan pestisida berdasarkan jasad sasarannya.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis dari formulasi yang terdapat pada setiap
kemasan pestisida.
II. BAHAN DAN METODE
2.1. Waktu dan Tempat
Praktikum Pestisida dan Teknik Aplikasi dilaksanakan pada hari senin, tanggal 18
April 2011, pukul 09.00 WIB. Bertempat di Labolatorium Jurusan Budidaya Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Palangka Raya.
2.2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah jenis pestisida yang sudah
disiapkan di Laboratorium Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian. Universitas
Palangka Raya. Sedangkan alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat-alat tulis dan
sejenisnya.
2.3. Cara Kerja
Menginventarisasikan golongan pestisida masing-masing sesuai dengan nama umum,
nama dagang dan nama kimianya. Selanjutnya membuat dalam bentuk tabel yang telah
disediakan.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil Pengamatan
Tabel Hasil Pengamatan Penggolongan Dan Formulasi Pestisida
NO
GOLONGAN
PESTISIDA
NAMA PESTISIDA
FORMULASI
CARA APLIKASI
OPT SASARAN
1 Insektisida DURSBAN *
20 ECEmulsifiable Concentrate
Disemprot 1. Ulat grayak (Spodoptera exiqua).
2. Kutu daun (Myzus persicae).
3. Belalang (Locusta migratoria)
2 Insektisida DHARMABAS 500 EC
Emulsifiable Concentrate
Disemprot 1. Wereng coklat (Nilaparvata lugens)
2. Walang sangit ( Leptocorisa oratorius)
3. P engisap daun (Helopeltis sp)
3 Insektisida INDOVIN 85 SP
Soluable Powder
Disemprot 1. Ulat grayak (Spodoptera exiqua).
2. Pengisap daun (Helopeltis sp)
4 Insektisida SUPRACIDE 25 WP
Wettable Powder
Disemprot 1. Kutu daun(Aphis porni)
2. Kumbang pemakan daun (Aulocophara sp)
3. Perusak daun (Spodoptera spp)
5 Insektisida BANCOL 5O WP
Wettable Powder
Disemprot 1. Perusak daun (Plutella
xylostella)2. Lalat daun
( Hydrellia sp)3. Kutu daun
(Myzus persicae).
6 Fungisida DACONIL 75 WP
Wettable Powder
Disemprot 1. Penyakit embun bul
2. Penyakit bercak ungu
3. Penyakit bercak daun
7 Fungisida RIDOMIL 35 SD
Seed Dressing Disemprot Penyakit bulan jagung
8 Fungisida ANTRACOL 70 WP
Wettable Powder
Disemprot 1. Penyakit bercak daun
2. Penyakit bercak ungu
3. Penyakit busuk daun
9 Fungisida BENLATE WP Wettable Powder
Disemprot 1. Penyakit bercak daun
2. Penyakit karat daun
10 Fungisida DITHANE 430 F
Fumigan Disemprot Penyakit pada tanaman kakao dan kentang
11 Herbisida RAMBO 480 AS
Aqueous Solution
Disemprot 1. Syneodralla modiflorat
2. Borariya alata
3. Agoratium caniyodes
12 Herbisida POLARIS 200/8 AS
Aqueous Solution
Disemprot 1. Imperata cylindrical
2. Bororia sp 3. Cyperus sp
13 Herbisida GRAMOXONE
Aqueous Solution
Disemprot 1. Cyperus rotondus
2. Brachinria sp
3. Borrerta sp 14 Herbisida PATA-COL Aqueous
SolutionDisemprot 1. Ageratam
conyroider2. A. haws
torium3. Axowopus
compressus15 Kompilasi
(Akarisida & Insektisida)
MITAL 200 EC
Emulsifiable Concentrate
Disemprot 1. Tungau merah
2. Kutu putih16 Kompilasi
(Fungisida & ZPT)
FUJIWAN 400 EC
Emulsifiable Concentrate
Disemprot 1. Tungau jingga
2. padi17 Kompilasi
(Insektisida & ZPT)
REGENT 50 SC
SC Disemprot 1. Lalat Bibit2. Wereng
Coklat18 Kompilasi
(Nematisida, Insektisida, & Fungisida)
BASAMID-6 Granular Ditabur 1. Ulat Tanah2. Nematoda
19 Rodentisida PETROKUM RMB
RMB (umpan) Diumpan/disebar
1. Tikus sawah (Rattus argentiventer)
2. Tikus belukar (Rattus tiomanicus)
3. Tikus20 Rodentisida MESOPHIDE
80 PP (serbuk tepung)
Dicampur dengan makanan, kemudian diumpan.
1. Tikus sawah (Rattus argentiventer)
2. Tikus semak (Rattus tiomanicus)
3. Tikus21 Rodentisida KLERAT RM-
BRMB (umpan) Diumpan/
disebar1. Tikus sawah
(Rattus argentiventer)
2. Tikus belukar (Rattus tiomanicus)
3. Tikus22 Bakterisida AGREPT 20
WPWettable Powder
Ditabur Pada tanaman Tomat Penyakit Pseudomonas
3.2. Pembahasan
3.2.1. Penggolongan Pestisida
a.Insektisida
Insektisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun
yang bisa mematikan semua jenis serangga.
Insektisida sintetik adalah bahan-bahan kimia yang bersifat racun yang
dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan, tingkah laku, perkembang
biakan, kesehatan, memengaruhi hormon, penghambat makan, membuat
mandul, sebagai pemikat, penolak, dan aktifitas lainnya yang dapat
memengaruhi organisme pengganggu tanaman (Kardinan 2002). Selain itu,
insektisida dapat pula membunuh serangga pengganggu (hama serangga).
Insektisida dapat membunuh serangga dengan dua mekanisme, yaitu dengan
meracuni makanannya (tanaman atau langsung meracuni serangga tersebut).
Penelitian akan dampak penggunaan insektisida sintesis untuk tanaman cabai
merah besar telah dilakukan di beberpa kota besar, seperti Cianjur, Semarang,
dan Surabya. Pengujian residu insektisida ini menggunakan alat KCKT
(Kromatografi Cair Kinerja Tinggi). Hasil pengujian terhadap beberapa
golongan pestisida kemuadian dikaji kembali berdasarkan pola konsumsi cabai
orang Indonesia dan dihitung BMR (Batas Maksimum Residu) dari pestisida
tesebut dan membandingkannya dengan BMR pustaka. Dari hasil pemeriksaan
tersebut terdeteksi pestisida golongan organoklorin seperti lindan, aldrin,
heptaklor, endosulfon, paration, klorpirifos, dimethoat, profenofos, dan
protiofos. Dari golongan karbamat ang terdeteksi adalah karbofuran, sedangkan
golongan piretrin tidak terdeteksi. Secara umum hasil perhitungannya lebih
kecil dari BMR pustaka. Penggunaan yang berlebihan dilakukan karena petani
beranggapan semakin banyak insektisida yang diaplikasikan maka akan semakin
bagus hasilnya, selain itu beberapa petani mencampurkan perekat pada
insektisidanya agar tidak mudah larut terbawa air hujan. Namun, penggunaan
pereka tini mengakibatkan tingginya jumlah residu pestisida pada saat panen
dan sangat berbahaya apabila residu itu masih ada pada saat produk dihidangkan
di meja makan yang seakan-akan menyuguhkan makanan yang berlapis
pestisida. Sebagai contoh Widjanarka dari kelompok relawan anti
penyalahgunaan pestisida menuturkan bahwa kubis di daerah Cipanas
mengandung pestisida sejenis paration 20-29 ppm, kubis dan sawi di daerah
Sukabumi juga mengandung pestisida jenis paration 20-29 ppm, kubis dan sawi
di daerah Lembang mengandung pestisida jenis methamidopos 14-41 ppm
(WALHI 1987). Berdasarkan hal tersebut dapat kita bayangkan jika kita
mengkonsumsi makanan yang mengandung residu pestisida tersebut dalam 100
g setiap hari maka dalam setahun kita mengkonsumsi bahan aktif pestisida
sekitar 5,5-12,75 g setara dengan ¾ liter atau ½ kaleng racun nyamuk yang jika
diminum dapat menimbulkan kematian. Menurut data WHO sekitar 500 ribu
orang meninggal dunia setiap tahunnya dan diperkirakan 5 ribu orang
meninggal setiap 1 jam 45 menit akibat pestisida (WALHI 1987). Penggunaan
insektisida sintetik juga dapat mengakibatkan terjadinya pencemaran
lingkungan. Hal ini dikarenakan insektisida tertentu dapat tersimpan di dalam
tanah selama bertahun-tahun (Kusnaedi 2003).
b. Fungisida
Fungisida adalah bahan yangmengandung senyawa kimia beracun dan
bisa digunakan untuk memberantas dan mencegah fungi atau cendawan.
Pada umumnya cendawa berbentuk eperti benang halus yang btidak
bisa dilihat dengan mata telanjang. Namun, kumpulan dari benag halus ini yang
disebut mycelium bisa dilihat dengan jelas. Miselium ini bia tumbuh diatas atau
dalam tubuh inang. Warna meselium ini ada yang putih, cokelat, hitam dan lain-
lain. Cendawan akan berkembang pesat bila kondisi sekitarnya sangat lembab,
tanah asan dan selalu basah dengansuhu sekitar 25-30 C. selain merusak
tanaman yang masih hidup cendawan juga mengahncurkan kayu bangunan.
Secara umum gejala yang timbul akibat serangan cendawan adalah
klorosis atau perubahan warna jaringan tanaman, pembusukan akar, batang,
daun atau bagian tanaman lain , muncul bulu-bulu halus yang menutupi daun
atau batang dan sebagainya.
Untuk mengendalikan perkembang biakannya, sel-sel cendawan ini
bisa dimatikan dengan fungisida. Berdasarkan cara kerjanya mematikan sel
cendawan, fungisida dibedakan menjadi:
Fungisida kontak
Fungisida sistemik
Fungisida kontak-sistemik
c.Herbisida
Herbisida adalah bahan senyawa beracun yang dapat dimanfaatkan
untuk membunuh tumbuhan pengganggu yang disebut gulma.
Kehadiran gulma dalam lahan pertanian sangat tidak diharapkan
karena akan menyaingi tanaman yang ditanam dalam memperolah unsure hara,
air dan matahari. Akibat dari serangan gulma dapat menurunkan hasil panen
yang cukup besar.
Pada pertanaman padi di indonesia hasil penelitian mnunjukkan bahwa
gulma mampu menurunkan bobot gabah. Besarnya penurunan tergantung jenis
gulmanya. Marselia crenata menurunkan 19% bobot gabah, sedangkan
monochroria dan fimbristilis menurunkan sampai 54% bobot gabah.
Aplikasi herbisida biasanya ditentukan oleh stadia pertumbuhan
tanaman utama dan gulma. Untuk itu ada beberapa macam herbisida jika
dilihat dari waktu aplikasinya.
a. Herbisida pratanam (preplant) diaplikasikan pada saat tanaman belum
ditanam tetapi tanah sudah dioleh.
b. Herbisida prapengolahan tanah diaplikasikan pada vegetasi secara total
agar mudah dalam pembersihan lahan.
c. Herbisida pratumbuh (pre emergence) diaplikasikan setelah benih ditanam
tetapi belum berkecambah. Gulma pun belum tumbuh.
d. Herbisida pratumbuh ( post emegence) di aplikasikan pada saat gulma dan
tanaman sudah lewat stadia perkecambahan. Jadi herbisida ini bisa
diaplikasikan saat tanaman masih muda maupun sudah tua.
d. Rodentisida
Rodentisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun
yang digunakan untuk mmatikan berbagai jenis binatang pengerat, misalnya
tikus.
Tikus juga merupakan organisme pengganggu yang banyak merugikan
manusia. Di bidang pertanian , tikus sering menyerang tanaman
pangan ,hortikltura, dan tanaman perkebunan dalam waktu yang singkat
dengan tingkat kerugian yang besar. Berbagai stadia umur tanaman
diserangnya, mulai dari pembibitan, masa pertumbuhan sampai hasil panen
yang tersimpan di guadang. Dipeternakan , tikus sering mengambil pakan
ternak. Dan, bahkan tikus dapat menjadi sarana bagi beberapa pathogen yang
dapat menimbulkan penyakit bagi manusia dan hewan piaraan.
Masalahnya tikus sangat terampil menghindar terhadap setiap
tindakan pengendalian. Oleh karena itu rodentisida yang efektif biasanya
dalam bentuk umpan beracun
e. Bakterisida
Bakterisida adalah senyawa yang mengandung bahan aktif
beracun yang bisa membunuh bakteri.
Bakteri bisa menyebar melalui berbagai agen, misalnya biji,
buah umbi, batang stek, sernaggga, burung, siput, ulat manusia, kompos
dan pupuk kandang.
Bakterisida biasanya sistemik karena bakteri melakukan
perusakan dalam tubuh inang. Perendaman bibit dalam larutan bakterisida
merupakan salah satu cara aplikasi untuk mengendalikan pseudomonas
solanaceae yang bisa mengakibatkan layu pada tanaman famili solanaceae.
3.2.2. Formulasi Pestisida
Formulasi pestisida yang dipasarkan terdiri atas bahan pokok yang disebut bahan aktif
(active ingredient) yang merupakan bahan utama pembunuh organisma pengganggu dan
bahan ramuan (inert ingredient).
Jika dilihat dari struktur kimianya, bahan aktif ini bisa digolongkan menjadi
kelompok organic sintetik, orgnik alamiah dan inorganic. Bahan aktif ini jenisnya sangat
banyak sekali. Tahun 1986 badan proteksi lingkungan amerika serikat mencatat ada 2600
bahan aktif yang sudah dipasarkan. Dan diseluruh dunia ada 35000 formulasi atau merek
dagang.
Pestisida organic alamiah berasal dari bahan-bahan tanaman, maka sering juga disebut
pestisida botanik. Pestisida ini cenderung bersifat tidak mantap dan berumur pendek. Namun
daya bunuhnya scepat dan berdaya racun rendah. Sebagai contoh adalah: nikotin berasal dari
daun tembakau, Pyrethrum berasal dari daun chrysanthemum cinerariaefolium, Red squil
berasal dari umbi urginea maritime, Rotenone berasal dari akar derris sp, Ryania berasal dari
akar ryania speciosa, Sabadilla berasal dari tanaman schoenocaulon officinale.
Senyawa mikroba merupakan salah satu bahan aktif pestisida organic sintetik.
Senyawa ini adalah hasil formulasi manusia dari jamur, bakteri, atau virus. Pestisida ini
sering juga disebut golongan biologi. Sebagai missal senyawa yang mengandung bakteri
bacillus thuringiensis dipergunakan untuk mengedalikan hama Lepidoptera. Merek dagang
insektisida bakteri berbahan aktif bakteri bacillus thuringiensis tersebut tersedia dalam
berbagai formulasi. Bahan ramuan biasanya berperan sebagai: pelarut, pembawa (untuk
menencerkan pestisida), surfaktan (emuksi,pembasah,pendispersi,foam dan penyebar),
stabilizer (agar formulasi tetap aktif dan mantap), sinergis (meningkatkan daya kerja bahan
aktif pestisida), minyak-minyak (untuk meningkatkn aktifitas biologo), defoamer (agar hasil
semprotan tidak berbusa), agensia pemadat 9agar hasil semprotan tidak mudah dihembus
angina kemana-mana dan agar pestisida tidak mudah mengalir jatuh ketanah setelah
penyemprotan), agensia pewarna (untuk mengurangi kemungkinan kecelakaaan). Dengan
formula ini keamanan, penyimpanan,penanganan dan efektifan aplikasi bisa meningkat.
Bentuk pestisida yang merupakan formulasi ini ada berbagai macam. Formulasi ini
perlu dipertimbangkan oleh calon konsumen sebelum membeli untuk disesuaikan dengan
kesediaan alat yang ada, kemudahan aplikasi, serta efektifitasnya.
Formulasi biasanya digunakan kode dibelakang nama dagangnya. Sebagai contoh
curaterr 3 G. g menunjukkan bentuknya granul atau butiran. Sedangkan angka yang
mengikuti nama dagang menunjukkan presentase bahan aktif, atau jumlah berat bahan aktif
(dalam gram),atau jumlah volume bahan aktif (dalam milliliter) perliter formulasi. Sebagai
contoh untuk pestisida di atas, berarti kandungan bahan aktifnya karbofuran 3%. Contoh lain
bayluscide 250 EC berbentuk emusifiable concentrate, pekatan yang dapat diemulsikan,
dengan bahan aktif niklosamida 250 gram per liter.
III. PENUTUP
3.3. Kesimpulan
Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus
yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama di sini
adalah sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman
yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, kemudian nematoda (bentuknya
seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus, burung dan hewan lain yang
dianggap merugikan.
Berdasarkan Fungsi/sasaran penggunaannya, pestisida dibagi menjadi 6 jenis
yaitu: Insektisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas serangga seperti
belalang, kepik, wereng, dan ulat. Insektisida juga digunakan untuk memberantas
serangga di rumah, perkantoran atau gudang, seperti nyamuk, kutu busuk, rayap, dan
semut. Contoh : basudin, basminon, tiodan, diklorovinil dimetil fosfat, diazinon,dll.
Fungisida adalah pestisida untuk memberantas/mencegah pertumbuhan jamur/
cendawan, Bakterisida adalah pestisida untuk memberantas bakteri atau virus. Salahsatu
contoh bakterisida adalah tetramycin yang digunakan untuk membunuh virus CVPD
yang meyerang tanaman jeruk. Umumnya bakteri yang telah menyerang suatu tanaman
sukar diberantas. Pemberian obat biasanya segera diberikan kepada tanaman lainnya
yang masih sehat sesuai dengan dosis tertentu. Rodentisida adalah pestisida yang
digunakan untuk memberantas hama tanaman berupa hewan pengerat seperti tikus.
Lazimnya diberikan sebagai umpan yang sebelumnya dicampur dengan beras atau
jagung. Hanya penggunaannya harus hati-hati, karena dapat mematikan juga hewan
ternak yang memakannya. Contohnya : Warangan. Nematisida adalah pestisida yang
digunakan untuk memberantas hama tanaman berupa nematoda (cacing). Hama jenis ini
biasanya menyerang bagian akar dan umbi tanaman. Nematisida biasanya digunakan
pada perkebunan kopi atau lada. Nematisida bersifat dapat meracuni tanaman, jadi
penggunaannya 3 minggu sebelum musim tanam. Selain memberantas nematoda, obat ini
juga dapat memberantas serangga dan jamur. Dipasaran dikenal dengan nama DD,
Vapam, dan Dazomet. Herbisida adalah pestisida yang digunakan untuk membasmi
tanaman pengganggu (gulma) seperti alang-alang, rerumputan, eceng gondok, dll.
Contoh ammonium sulfonat dan pentaklorofenol.
DAFTAR PUSTAKA
Agrios. 1998. Plant Pathologi. New York: Academic Press.
BPS (Biro Pusat Statistik). 2007. Data produksi sayuran Indonesia.
http://www.deptan.go.id/bdexim/. [6 April 2007]
BPS (Biro Pusat Statistik). 2007. Data ekspor-impor sayuran Indonesia.
http://www.deptan.go.id/bdexim/. [6 April 2007]
Ditjen BPPHP. 2002. Volume dan Nilai Ekspor Hortikultura Indonesia Tahun 2000-2001.
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura.
Hamijaya MZ dan Asikin A. 2005. Teknologi ”Indiggenous” dalam mengendalikan hama
padi di Kalimantan Selatan. Dalam Simposium Nasional, Ketahanan dan Keamanan
Pangan pada Era Otonomi dan Globalisasi. Bogor 22 November 2005.
Irliyandi F. 2006. Pembentukan Badan Pengelolaan Daerah Perlindungan Laut (BP-DPL)
dengan model Co-Managemant sebagai Alternatif Solusi Pengelolaan Berkelanjutan
di Kepulauan Raja Ampat. Lomba Karya Tulis Mahasiswa Lingkungan Hidup. Bogor:
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB.
Kalie MB. 1996. Bertanam Pepaya. Jakarta: Penebar Swadaya.
Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van
Hoeve.
Kamrin MA. 1997. Pesticide Profiles: Toxicity, Environmental, Impact, and Fate. New York:
Lewis Publisher. Kardinan. 2002. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi. Jakarta: Penebar
Swadaya.
WALHI (Wahana Lingkungan Hidup). 1987. Teropong Masalah Pestisida (Terompet).
Jakarta:
WALHI. Pomeroy, Robert. 2004. Fisheries co-Management A Fact Sheet for Connecticut
Fishermen. Connecticut Sea Grant Extension. Department of Agriculture and
Resource
Economics University of Connecticut. Prijono D. 1999. Prospek dan strategi pemanfaatan
insektisida alami dalam PHT. Di dalam: Nugroho BW, Dadang dan Prijono D, editor.
Bahan Pelatihan Pengembangan dan Pemanfaatan Insektisida alami, Bogor 9-13
Agustus 1999. Bogor: pusat Kajian PHT IPB. Halaman 1-7.
Sabari SD, Broto W, Mulyani T, Yuni S, Pratikno S. 2001. Perbaikan teknologi penyadapan
dan pengawetan getah pepaya segar untuk produksi papain. Jurnal Hortikultura 11
(3):196-206
Schopfer dan Brennicke (2005). Pflanzenphysiologie. Spektrum. Muenchen.
top related