perbandingan kinerja portofolio saham...
Post on 03-Feb-2018
230 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PERBANDINGAN KINERJA PORTOFOLIO SAHAM OPTIMAL YANG
DIBENTUK DENGAN MENGGUNAKAN MODEL INDEKS TUNGGAL DAN
MODEL KORELASI KONSTAN PADA INDEKS PEFINDO25
Dr. Suryanto, M.Si *)
*)
Ketua Program Studi Administrasi Bisnis FISIP Universitas Padjadjaran Email : suryanto70@yahoo.com
ABSTRAK. Portofolio merupakan suatu cara yang digunakan untuk mengurangi risiko
sekuritas melalui diversifikasi. Pembentukan portofolio optimal dapat dilakukan dengan
dua metode, yaitu Model Indeks Tunggal dan Model Korelasi Konstan. Kinerja
portofolio berdasarkan atas return portofolio, ERB portofolio, dan differential return.
Uji t-test two samples independent digunakan untuk menguji perbedaan rata-rata return
portofolio. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Model Indeks Tunggal
menghasilkan 6 saham yang membentuk portofolio optimal. Saham-saham tersebut
adalah SDRA, SSIA, CMNP, RALS, MAPI, dan ADHI. Sedangkan Model
Korelasi Konstan menghasilkan 9 saham yang membentuk portofolio optimal. Saham-
saham tersebut adalah sama dengan yang dihasilkan Model Indeks Tunggal ditambah
BWPT, ASRI, dan ASGR. Hasil pengujian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang signifikan rata-rata kinerja portofolio optimal menggunakan Model Indeks
Tunggal dan kinerja portofolio optimal menggunakan Model Korelasi Konstan.
Kata Kunci: Portofolio Optimal, Model Indeks Tunggal, Model Korelasi Konstan
1. Pendahuluan
Investasi dapat dilakukan pada real assets maupun financial assets. Investasi pada
real assets meliputi pembelian tanah, emas, mesin, dan bangunan. Sedangkan investasi
pada financial assets meliputi deposito, saham, dan obligasi. Investor melakukan
investasi dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang maksimal dengan tingkat
risiko tertentu. Seorang investor akan menanamkan modalnya di bidang usaha yang
mempunyai prospek bisnis yang baik.
Investor bisa memanfaatkan keberadaan pasar modal untuk berinvestasi. Pasar
modal menghubungkan pembeli dan penjual untuk menginvestasikan dananya pada
berbagai pilihan sekuritas yang ada. Perkembangan fasilitas investasi dan
terbukanya akses informasi data memudahkan para investor dalam mengambil
keputusan investasi. Investor dapat mengakses data real time dan perkembangan
dunia keuangan melalui jaringan internet.
Setiap melakukan investasi ada dua hal yang harus dipertimbangkan yaitu tingkat
pengembalian (return) dan risiko (risk). Return merupakan salah satu faktor yang
memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor
menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Menurut Tandelilin (2010:102)
return investasi terdiri dari dua komponen utama, yaitu yield dan capital gain.
Sedangkan risiko dapat diartikan sebagai bentuk keadaan yang tidak pasti tentang
suatu keadaan yang akan terjadi di masa depan berdasarkan keputusan saat in.
Risiko tidak dapat dihilangkan tetapi dapat diminimalkan. Risiko dapat dibagi menjadi
dua jenis yaitu risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Risiko sistematis disebut
juga risiko pasar. Risiko sistematis merupakan tingkat minimum risiko yang dapat
diperoleh suatu portofolio melalui diversifikasi sejumlah besar aktiva yang dipilih
secara acak. Risiko tidak sistematis adalah risiko yang tidak berhubungan dengan
perubahan pasar secara keseluruhan. Pada umumnya, investasi memiliki high risk high
return, artinya untuk memperoleh return yang tinggi akan diikuti oleh risiko yang tinggi
pula (Zubir, 2011:1).
Menurut Zubir (2011:3), diversifikasi investasi merupakan salah satu strategi
untuk menurunkan risiko dalam arti investor menanamkan uangnya pada berbagai
instrumen investasi. Harold (1998) dalam Eko (2008) menyatakan konsep dasar dalam
portofolio adalah bagaimana mengalokasikan sejumlah dana tertentu pada berbagai
jenis investasi yang akan menghasilkan keuntungan yang optimal. Pada dasarnya, tidak
semua portofolio menghasilkan expected return yang tinggi dan risiko yang rendah.
Portofolio optimal pilihan investor adalah yang memberikan expected return
maksimum pada tingkat risiko tertentu atau expected return tertentu pada tingkat
risiko minimum. Penilaian kinerja portofolio optimal memerlukan penggunaan variabel-
variabel yang relevan, yaitu tingkat keuntungan dan risiko (Husnan, 2009:448)
Untuk membentuk portofolio optimal, model-model yang bisa digunakan adalah
Model Indeks Tunggal dan Model Korelasi Konstan (Tandelilin, 2010:183). Sharpe
(1963) mengembangkan Model Indeks Tunggal dengan angka yang menjadi acuan
adalah ERB (excess return to beta). Sedangkan Model Korelasi Konstan pada intinya
menggunakan asumsi bahwa koefisien korelasi (ρ) konstan dari tiap pasang saham.
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam Model Korelasi Konstan antara lain koefisien
korelasi antar aset konstan, tersedia aset bebas risiko, dan short selling tidak diizinkan.
Model Korelasi Konstan menggunakan nilai ERS (excess return to standard
deviation). Nilai ERS menggambarkan kemiringan garis yang menghubungkan
saham yang berisiko dengan bunga bebas risiko.
Portofolio optimal dapat dibentuk dari sahan-saham berdasarkan indeks saham. Ada
beberapa indeks saham yang selama ini menjadi rujukan calon investor, salah satunya
adalah Indeks Pefindo25. Indeks Pefindo25 merupakan indeks harga saham dengan
anggota terdiri dari 25 perusahaan kecil dan menengah (Small Medium Enterprise)
yang memiliki kinerja fundamental dan likuiditas yang baik yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Indeks ini ditelaah setiap 2 kali setahun, yakni setiap bulan Januari dan
Juli.
Meskipun kinerja Pefindo25 terlihat cemerlang dalam jangka menengah maupun
panjang secara historis, tetapi investor bisa menghadapi kendala bila menerapkan
indeks ini sebagai bentuk portofolio investasi. Beberapa kelemahan tersebut, seperti
pergantian saham-saham dalam indeks tiap enam bulan sekali dapat mempengaruhi
besarnya kontribusi setiap sektor saham, perubahan prospek sektor saham yang
mungkin terjadi, serta penyesuaian bobot saham dalam portofolio investor. Karena itu,
investor perlu mengetahui saham-saham apa saja yang layak dimasukkan dalam
portofolionya agar kinerja optimal.
Beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan portofolio optimal telah banyak
dilakukan. Sukarno (2007) menyebutkan bahwa pembentukan portofolio optimal
dengan Model Indeks Tunggal hanya dapat terjadi pada dua saham dari 33 saham yang
diteliti. Penelitian Eko (2008) menyebutkan bahwa Model Korelasi Konstan memiliki
kinerja yang lebih baik jika dibandingkan dengan portofolio optimal yang
dibentuk dengan Model Indeks Tunggal.
Nurdin (2009) melakukan penelitian mengenai perbandingan kinerja portofolio
optimal saham-saham unggulan berbasis syariah dan saham-saham unggulan berbasis
konvensional. Hasilnya adalah tidak ada perbedaan yang signifikan antara kinerja
portofolio saham unggulan berbasis syariah dengan kinerja portofolio saham unggulan
berbasis konvensional. Hasil penelitian serupa juga dilakukan oleh Rinayanti (2009)
bahwa rata-rata return reksadana syariah sama dengan rata-rata return reksadana
konvensional dan risiko reksadana syariah lebih kecil daripada risiko reksadana
konvensional.
Setiawan (2012) melakukan penelitian mengenai pembentukan portofolio optimal
saham-saham pada indeks Kompas100 dan saham-saham bisnis27. Hasilnya adalah
kinerja portofolio dengan Model Indeks Tunggal Kompas100 lebih baik dibandingkan
saham-saham bisnis27.
Beberapa penelitian di atas menunjukkan bahwa pembentukan portofolio optimal
dengan Model Indeks Tunggal maupun Model Korelasi Konstan menghasilkan hasil
kinerja portofolio yang berbeda-beda.
2. Tinjauan Pustaka
2.1 Portofolio
Teori portofolio modern pertama kali diperkenalkan oleh Harry Markowitz pada
Maret 1952. Teori ini menggunakan beberapa pengukuran statistik dasar untuk
mengembangkan suatu rencana portofolio, diantaranya expected return, standar deviasi
baik sekuritas maupun portofolio, dan korelasi antar return. Teori ini
mempertimbangkan adanya unsur return dan risiko dalam setiap bentuk investasi, dan
melakukan minimalisasi risiko dengan cara melakukan diversifikasi. Menurut
Markowitz dalam Tandelilin (2010:117) hal yang sangat penting dalam portofolio
adalah diversifikasi. Investor sebaiknya jangan menanamkan modalnya hanya pada satu
aset saja, karena apabila aset tersebut gagal, maka semua dana yang telah diinvestasikan
akan hilang. Oleh karena itu, investor perlu menanamkan modalnya pada berbagai aset
atau sekuritas.
Perkembangan selanjutnya dari teori portofolio ini terjadi pada tahun 1963,
dimana William F. Sharpe mengembangkan teori baru sebagai penyederhanaan teori
pendahulunya. Teori tersebut dikenal dengan nama Single Index Model (Model Indeks
Tunggal) yang merupakan penyederhanaan Index Model yang sebelumnya telah
dikembangkan oleh Markowitz. Model Indeks Tunggal menjelaskan adanya hubungan
antara return dari setiap sekuritas individual dengan return indeks pasar. Model ini
memberikan metode alternatif untuk menghitung varian dari suatu portofolio, yang
lebih sederhana dan lebih mudah dihitung jika dibandingkan dengan metode
perhitungan sebelumnya, yaitu teori diversifikasi yang di ciptakan oleh Markowitz.
Pendekatan alternatif ini dapat digunakan untuk dasar menyelesaikan permasalahan
dalam penyusunan portofolio. Sebagaimana telah dirumuskan oleh Markowitz, yaitu
menentukan efficient set dari suatu portofolio, maka dalam Model Indeks Tunggal ini
membutuhkan perhitungan yang lebih sedikit.
2.2 Portofolio Optimal
Portofolio optimal menurut Tandelilin (2010:157) merupakan portofolio yang
dipilih investor dari sekian banyak pilihan yang ada pada kumpulan portofolio efisien.
Portofolio yang dipilih investor adalah portofolio yang sesuai dengan preferensi
investor bersangkutan terhadap return maupun terhadap risiko yang bersedia
ditanggungnya. Menurut. Lawrence J. Gitman (2009:241) portofolio efisien adalah a
portofolio that maximize return for given level of risk or minimize risk for a given level
of return. Sedangkan Jogiyanto (2010:309). Menyebutkan bahwa portofolio efisien
merupakan portofolio yang memiliki return maksimum dengan tingkat risiko tertentu
atau yang memiliki risiko minimum dengan tingkat return tertentu.
Investor dihadapkan pada aktivitas pemilihan portofolio yang optimal dalam
menyusun portofolio saham,. Menurut Bodie, Kane, dan Marcus (1993) dalam Zubir
(2011:2), aktivitas ini meliputi mengalokasikan dana, menghitung return dan risiko
berbagai portofolio, dan memilih portofolio yang terbaik. Berapa banyak saham yang
akan dimasukkan ke dalam portofolio dan berapa persen alokasi masing-masing
saham adalah hal-hal yang perlu diperhatikan oleh investor selaku pemilik modal.
Dalam berinvestasi, investor bebas memilih menanamkan modalnya pada aset
mana saja, baik aset yang berisiko maupun aset yang bebas risiko. Aset berisiko adalah
aset-aset yang tingkat return aktualnya di masa depan masih mengandung
ketidakpastian. Salah satu contoh aset berisiko adalah saham. Aset bebas risiko
adalah aset yang tingkat returnnya di masa depan sudah bisa dipastikan pada saat ini,
dan ditunjukkan oleh varians return yang sama dengan nol.
2.3 Model Indek Tunggal
Tandelilin (2010:302) mengatakan bahwa Sharpe (1963) mengembangkan model
yang disebut dengan Model Indeks Tunggal. Model ini didasarkan pada pengamatan
bahwa harga dari suatu sekuritas berfluktuasi searah dengan indeks harga pasar. Harga
saham akan cenderung naik apabila indeks harga pasar naik, begitu juga sebaliknya.
Karena itu, hubungan return sekuritas dan return pasar menurut Jogiyanto, (2010:340):
Ri = αi + βi . RM + ei
Dimana:
Ri = return sekuritas ke-i
αi = suatu variabel acak yang menujukkan komponen dari return sekuritas ke-i
yang independen terhadap kinerja pasar
βi = beta yang merupakan koefisien yang mengukur perubahan Ri akibat dari
perubahan RM
RM = tingkat return dari indeks pasar, juga merupakan suatu variabel acak
ei = kesalahan residu yang merupakan variable acak dengan nilai ekspektasiannya
sama dengan nol
Variabel acak yang menunujukkan return yang independen terhadap kinerja
pasar (α) hanya berhubungan dengan peristiwa mikro yang mempengaruhi perusahaan
tertentu saja, tidak mempengaruhi suatu industri. Peristiwa tersebut misalnya mogok
kerja, kebakaran, dan isu-isu yang terkait dengan perusahaan tersebut.
Model Indeks Tunggal menggunakan asumsi-asumsi tersendiri. Asumsi pertama
adalah kesalahan residu dari sekuritas ke-i tidak berkovari dengan kesalahan residu
sekuritas ke-j (Jogiyanto, 2010:344). Asumsi berikutnya adalah ei tidak berkovari
dengan return indeks pasar dan short-selling tidak diperbolehkan. Asumsi-asumsi
dari Model Indeks Tunggal mempunyai implikasi bahwa sekuritas-sekuritas bergerak
bersama- sama karena mempunyai hubungan yang umum terhadap indeks pasar.
Perhitungan untuk menentukan portofolio optimal akan dimudahkan jika
didasarkan pada sebuah angka yang bisa menentukan apakah suatu sekuritas dapat
dimasukkan dalam portofolio optimal (Jogiyanto, 2010:361). Angka tersebut adalah
rasio antara excess return to beta (ERB). Portofolio yang optimal akan berisi sekuritas
yang memiliki ERB tinggi. Sekuritas yang memiliki ERB negatif tidak akan
dimasukkan ke dalam portofolio optimal. Penentuan batas tinggi atau rendah dari nilai
ERB tergantung dari titik pembatas (cut-off point/C*) (Jogiyanto, 2010:364). Sekuritas-
sekuritas yang memiliki nilai ERB C* adalah sekuritas yang membentuk portofolio
optimal. Sedangkan sekuritas yang memiliki nilai ERB C* tidak dimasukkan dalam
kandidat portofolio optimal.
2.4 Model Korelasi Konstant
Model Korelasi Konstan memiliki asumsi bahwa koefisien korelasi antar
pasangan saham adalah konstan, sehingga nilai koefisien korelasi merupakan rata- rata
dari nilai koefisien korelasi saham-saham yang masuk portofolio optimal (Elton dan
Gruber, 2009:195). Model ini tidak memperbolehkan short-selling. Short-selling berarti
menjual saham yang tidak dimiliki (Zubir, 2011:125).
Koefisien korelasi adalah suatu ukuran statistik yang menunjukkan pergerakan
bersamaan relatif (relative comovements) antara dua variabel (Tandelilin, 2010:117).
Ukuran ini akan menjelaskan sejauh mana return dari suatu sekuritas berhubungan
satu dengan lainnya dalam konteks diversifikasi,. Ukuran tersebut biasanya
dilambangkan dengan (ρi,j) dan nilainya antara +1,0 sampai -1,0 dimana:
a. ρi,j = +1,0; berarti korelasi positif sempurna. Bentuk korelasi ini tidak akan
memberikan manfaat pengurangan risiko. Risiko portofolio yang dihasilkan dari
penggabungan ini merupakan rata-rata dari risiko sekuritas individual.
b. ρi,j = 0; berarti tidak ada korelasi. Bentuk korelasi ini akan mengurangi risiko
secara signifikan. Semakin banyak jumlah sekuritas yang dimasukkan dalam
portofolio, maka semakin besar manfaat pengurangan risiko yang diperoleh.
c. ρi,j = -1,0; berarti korelasi negatif sempurna. Bentuk korelasi ini akan
menghilangkan risiko kedua sekuritas tersebut.
Prosedur penyusunan portofolio optimal dengan Model Korelasi Konstan hampir
sama dengan Model Indeks Tunggal. Perbedaannya adalah Model Korelasi Konstan
menggunakan excess return to standard (ERS) deviation sebagai angka acuan
Portofolio yang optimal akan berisi sekuritas yang memiliki ERS yang tinggi
(Elton dan Gruber, 2009:196). Sekuritas yang memiliki ERS negatif tidak dimasukkan
ke dalam kandidat portofolio optimal. Penentuan batas tinggi atau rendah dari nilai ERS
tergantung dari titik pembatas (cut-off point/C*). Sekuritas- sekuritas yang memiliki
nilai ERS lebih besar atau sama dengan C* adalah sekuritas yang membentuk portofolio
optimal. Sedangkan sekuritas yang memiliki nilai ERS lebih kecil dari C* tidak
dimasukkan dalam kandidat portofolio optimal
3. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa:(1) Data harga penutupan
saham mingguan selama periode penelitian, (2) Data harga penutupan IHSG
mingguan selama periode penelitian dari Bursa Efek Indonesia. (3) Data rata-rata
mingguan tingkat suku bunga SBI selama periode penelitian dari Bank Indonesia.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua saham yang masuk dalam daftar
indeks Pefindo25 periode Agustus 2011-Juli 2012, dengan kriteria (1) Masuk dalam
indeks Pefindo25 dua kali berturut-turut selama periode pengamatan. (2)
Perdagangan sahamnya aktif. (3) Tidak melakukan stock split selama periode
pengamatan. (4) Memiliki laporan keuangan yang lengkap.
4. Hasil Penelitian
4.1 Model Indeks Tunggal
Model Indeks Tunggal didasarkan pada pergerakan harga suatu sekuritas yang
berfluktuasi searah dengan harga pasar. Beta suatu sekuritas menunjukkan sejauh mana
pengaruh return pasar dengan return sekuritas tersebut. Pembentukan portofolio
optimal berdasarkan Model Indeks Tunggal menggunakan angka acuan dari ERB
(excess return to beta). ERB dirumuskan sebagai selisih rata-rata return saham
dengan mean risk free terhadap beta saham.
Rata-rata return saham didapat dari fluktuasi dan perubahan harga saham tiap
minggu selama periode pengamatan. Deviasi standar digunakan untuk mengukur risiko
total dari suatu sekuritas yaitu risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Return pasar
dilihat dari perubahan harga IHSG. Tabel berikut ini menunjukkan return dan deviasi
standar saham yang menjadi sampel serta return dan deviasi standar pasar.
Tabel 1. Rata-Rata Return dan Deviasi Standar IHSG No Keterangan Nilai
1 Mean Return Market 0.001184
2 Deviasi Standar 0.027306
Sumber: Data diolah, 2012
Selain return saham, nilai ERB (excess return to beta) juga didasarkan pada
rata-rata tingkat bunga investasi bebas risiko dan beta. Peneliti menggunakan tingkat
suku bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia) sebagai acuan tingkat bunga investasi
bebas risiko. SBI dianggap oleh banyak investor sebagai risk free (Fahmi,
2011:173). Tabel berikut ini menunjukkan rata-rata tingkat suku bunga SBI yang
digunakan untuk pembentukan dan mengukur kinerja portofolio optimal dari sampel
penelitian selama Agustus 2011-Juli 2012.
Tabel 2. Rata-Rata Tingkat Suku Bunga SBI Agustus 2011-Juli 2012 No Keterangan Nilai
1 Mean Risk Free (Tahunan) 0,048808
2 Mean Risk Free (Mingguan) 0,000939
Sumber: Data diolah, 2012
Beta saham merupakan suatu angka yang mencerminkan sejauh mana pengaruh
fluktuasi pasar (IHSG) terhadap saham tersebut. Beta juga menunjukkan risiko
sistematis dari suatu sekuritas yang tidak bisa didiversifikan lagi. Semakin tinggi return
yang dihasilkan suatu sekuritas, maka beta sekuritas tersebut juga akan semakin tinggi.
Tabel 3. Beta Saham Periode Agustus 2011-Juli 2012 No. Kode Saham Nama Saham Beta Saham
1 SDRA Adhi Karya Tbk 1,362254
2 SSIA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 0.546651
3 CMNP Astra Graphia Tbk 1.175318
4 RALS Alam Sutera Realty Tbk 0.952709
5 MAPI BISI International Tbk 1.124466
6 ADHI BW Plantation Tbk 0.849775
7 BWPT Clipan Finance Tbk 1,729914
8 ASRI Citra Marga Busaphala Persada Tbk 0,596804
9 ASGR Gozco Plantations Tbk 0,837632
10 AISA Harum Energy Tbk 1,396436
11 PBRX Intraco Penta Tbk 1,182575
12 BISI Indopoly Swakarsa Industry Tbk 0,996204
13 SGRO Mitra Adiperkasa Tbk 1,333337
14 INTA Pelat Timah Nusantara Tbk 1,138191
15 TBLA Pan Brothers Tbk 0,713070
16 CFIN Ramayana Lestari Sentosa Tbk 0,673798
17 GZCO Sampoerna Agro Tbk 1,149540
18 HRUM Surya Semesta Internusa Tbk 1,266704
19 NIKL Bank Himpunan Saudara Tbk 0,978076
20 IPOL Tunas Baru Lampung Tbk 1,297068
Sumber: Data diolah, 2012
Saham yang menjadi kandidat dalam pembentukan portofolio optimal dengan
Model Indeks Tunggal adalah saham yang memiliki nilai ERB (excess return to beta)
yang tinggi dan positif. ERB yang rendah dan bernilai negatif dikeluarkan dari
kandidat portofolio optimal. ERB juga menunjukkan hubungan antara return dan
risiko. Tabel berikut ini menyajikan peringkat ERB saham dari yang paling besar
sampai paling kecil yang akan menjadi kandidat portofolio optimal.
Tabel 4. Peringkat Saham Berdasarkan ERB
No. Kode
Nama
Saham
ERB Kandidat Portofolio
1. SDRA Bank Himpunan Saudara Tbk 0.021601 Masuk 2. SSIA Surya Semesta Internusa Tbk 0.018217 Masuk 3. CMNP Citra Marga Busaphala Persada Tbk 0.012253 Masuk 4. RALS Ramayana Lestari Sentosa Tbk 0.012035 Masuk 5. MAPI Mitra Adiperkasa Tbk 0.008631 Masuk 6. ADHI Adhi Karya Tbk 0.007494 Masuk 7. BWPT BW Plantation Tbk 0.004851 Masuk 8. ASRI Alam Sutera Realty Tbk 0.004368 Masuk 9. ASGR Astra Graphia Tbk 0.004107 Masuk
10. AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 0.003416 Masuk 11. PBRX Pan Brothers Tbk 0.002507 Masuk 12. BISI BISI International Tbk -0.000399 Tidak Masuk 13. SGRO Sampoerna Agro Tbk -0.001481 Tidak Masuk 14. INTA Intraco Penta Tbk -0.001576 Tidak Masuk 15. TBLA Tunas Baru Lampung Tbk -0.002941 Tidak Masuk 16. CFIN Clipan Finance Tbk -0.005854 Tidak Masuk 17. GZCO Gozco Plantations Tbk -0.006513 Tidak Masuk 18. HRUM Harum Energy Tbk -0.006579 Tidak Masuk 19. NIKL Pelat Timah Nusantara Tbk -0.007632 Tidak Masuk 20. IPOL Indopoly Swakarsa Industry Tbk -0.008173 Tidak Masuk
Sumber: Data diolah, 2012
Cut-off point merupakan titik pembatas nilai ERB berapa yang dikatakan tinggi.
Saham-saham yang membentuk portofolio optimal adalah saham-saham yang
mempunyai nilai ERB lebih besar atau sama dengan nilai ERB di titik cut- off point
(C*). Saham-saham yang mempunyai ERB lebih kecil dengan ERB di titik C* tidak
diikutsertakan dalam pembentukan portofolio optimal. Nilai cut-off point (C*) adalah
nilai Ci yang terbesar
Tabel 4. Penentuan Cut-Off Point Berdasarkan ERB
No. Kode
Saham
Ai
Aj
Bi
Bj
ERB
Ci
C*
1. SDRA 4.465266 4.465266 206.712 206.712 0.021601 0.002885 0.007250
2. SSIA 5.868382 10.333648 322.131 528.842 0.018217 0.005526
3. CMNP 2.240068 12.573716 182.820 711.662 0.012253 0.006125
4. RALS 2.087079 14.660795 173.418 885.080 0.012035 0.006585
5. MAPI 8.528472 23.189267 988.132 1873.212 0.008631 0.007214
6. ADHI 3.563430 26.752697 475.527 2348.739 0.007494 0.007250
7. BWPT 2.049005 28.801702 422.384 2771.123 0.004851 0.007004
8. ASRI 1.621929 30.423631 371.325 3142.448 0.004368 0.006786
9. ASGR 1.782000 32.205631 433.849 3576.297 0.004107 0.006549
10. AISA 0.220947 32.426577 64.688 3640.985 0.003416 0.006509
11. PBRX 0.747240 33.173817 298.014 3938.999 0.002507 0.006283
Sumber: Data diolah, 2012
Berdasarkan tabel di atas, dari 11 saham kandidat portofolio optimal, ada 6
saham yang nilai ERB-nya dari C*. Saham-saham tersebut yaitu saham Bank
Himpunan Saudara, Surya Semesta Internusa, Citra Marga Busaphala Persada,
Ramayana Lestari Sentosa, Mitra Adiperkasa, dan saham Adhi Karya. Hal tersebut
menunjukkan bahwa ada 6 saham yang akan membentuk portofolio optimal
menggunakan Model Indeks Tunggal. Lima saham lainnya tidak diikutsertakan
dalam pembentukan portofolio optimal karena nilai ERB-nya yang C*.
Portofolio optimal akan terbentuk apabila saham-saham yang sudah diseleksi
tersebut dialokasikan sesuai bobotnya masing-masing. Pembobotan saham-saham
tersebut membutuhkan data nilai beta saham, varian residu saham, ERB (excess return
to beta) saham, dan nilai cut-off point (C*). Hasil perhitungan pembobotan 6 saham
tersebut dengan Model Indeks Tunggal dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 5. Proporsi Alokasi Dana Portofolio Optimal Model Indeks Tunggal No. Kode Saham Zi wi wi (%)
1. SDRA 3,033056 0,312874 31.29%
2. SSIA 2,789019 0,287700 28.77%
3. CMNP 1,532464 0,158081 15.81%
4. RALS 1,231469 0,127032 12.70%
5. MAPI 1,023214 0,105549 10.55%
6. ADHI 0,084967 0,008765 0.88%
Sumber: Data diolah, 2012
Proporsi alokasi dana pada tabel di atas, diketahui bahwa saham SDRA (Bank
Himpunan Saudara) memiliki proporsi dana tertinggi sebesar 0,312874 dan proporsi
dana terendah dimiliki oleh ADHI (Adhi Karya) sebesar 0,008765. Hal ini
menunjukkan bahwa apabila investor memiliki dana 100%, maka 31,29% akan
diinvestasikan pada saham Bank Himpunan Saudara, 28,77% akan diinvestasikan pada
saham Surya Semesta Internusa Tbk, 15,81% akan diinvestasikan pada saham Citra
Marga Busaphala Persada, 12,70% akan diinvestasikan pada saham Ramayana Lestari
Sentosa, 10,55% akan diinvestasikan pada saham Mitra Adiperkasa, dan 0,88% akan
diinvestasikan pada saham Adhi Karya.
Kinerja portofolio optimal diukur dengan return portofolio, ERB (excess return
to beta) portofolio, differential return dengan risiko diukur dengan beta, dan
differential return dengan risiko diukur dengan deviasi standar. Saham-saham yang
masuk dalam portofolio optimal diukur kinerjanya sesuai bobot yang telah
dialokasikan di atas
Grafik 1. Kinerja Saham yang Masuk Portofolio Portofolio Optimal Model Indeks Tunggal
Kinerja portofolio dengan Model Indeks Tunggal adalah kinerja total atau
keseluruhan dari saham-saham yang masuk dalam portofolio ini. Tabel berikut ini
menyajikan kinerja portofolio optimal yang dibentuk dengan Model Indeks
Tunggal.
Table 6. Kinerja Portofolio Optimal Model Indeks Tunggal
No Kode
Saham
Return
Portofolio
ERB
Portofolio
Differential
Return SML Differential Return CML
1. SDRA 0.00690401 0.00675852 0.00653530 0.00640499
2. SSIA 0.00690902 0.00524115 0.00654961 0.00643590
3. CMNP 0.00130435 0.00193694 0.00113284 0.00108918
4. RALS 0.00114935 0.00152882 0.00100913 0.00096809
5. MAPI 0.00131372 0.00091099 0.00118014 0.00116166
6. ADHI 0.00009770 0.00006568 0.00008654 0.00008375
Jumlah 0.01767816 0.01644209 0.01649356 0.01614356
Sumber: Data diolah, 2012
Berdasarkan tabel di atas, kinerja portofolio optimal yang dibentuk dengan Model
Indeks Tunggal meliputi return portofolio sebesar 0,01767816. Hal ini menunjukkan
bahwa imbal hasil yang diperoleh investor atas modal yang telah ditanamkannya adalah
sebesar 1,77%. ERB portofolio yang dihasilkan sebesar 0,01644209. Hal ini
menunjukkan bahwa risiko sistematis yang dimiliki oleh portofolio ini adalah sebesar
1,64%.
Differential return dengan risiko diukur dengan beta adalah sebesar
0,01649356. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keuntungan yang diharapkan pada
garis SML (Security Market Line) adalah sebesar 1,65%. Differential return dengan
risiko diukur dengan deviasi standar yang dihasilkan sebesar 0,01614356. Ini berarti
tingkat keuntungan yang diharapkan pada garis CML (Capital Market Line) atau
portofolio pasar adalah sebesar 1,61%.
4.2 Model Korelasi Konstan
Pembentukan portofolio optimal menggunakan Model Korelasi Konstan
berdasarkan atas asumsi bahwa koefisien korelasi antar saham adalah konstan.
Ukuran ini menjelaskan sejauh mana return dari suatu sekuritas berhubungan satu
dengan lainnya dalam konteks diversifikasi.
Prosedur penyusunan portofolio optimal dengan Model Korelasi Konstan
menggunakan angka acuan ERS (excess return to standard deviation). Nilai ERS
merupakan selisih rata-rata return saham dengan rata-rata tingkat investasi bebas
risiko terhadap deviasi standar saham tersebut. Deviasi standar menggambarkan risiko
total dari suatu sekuritas yaitu risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. ERS yang
akan dijadikan kandidat portofolio optimal adalah yang tinggi dan bernilai positif.
Saham yang memiliki nilai ERS negatif tidak akan diikutsertakan dalam pembentukan
portofolio optimal.
Tabel 7. Peringkat Saham Berdasarkan ERS
No. Kode
Saham
Nama Saham
ERS Kandidat
Portofolio 1. SSIA Surya Semesta Internusa Tbk 0.293602 Masuk 2. SDRA Bank Himpunan Saudara Tbk 0.289093 Masuk 3. MAPI Mitra Adiperkasa Tbk 0.205870 Masuk 4. CMNP Citra Marga Busaphala Persada Tbk 0.155418 Masuk 5. RALS Ramayana Lestari Sentosa Tbk 0.149138 Masuk 6. ADHI Adhi Karya Tbk 0.140405 Masuk 7. BWPT BW Plantation Tbk 0.086943 Masuk 8. ASRI Alam Sutera Realty Tbk 0.075587 Masuk 9. ASGR Astra Graphia Tbk 0.074367 Masuk 10. PBRX Pan Brothers Tbk 0.039153 Masuk 11. AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 0.026832 Masuk 12. BISI BISI International Tbk -0.007313 Tidak Masuk 13. INTA Intraco Penta Tbk -0.030484 Tidak Masuk 14. SGRO Sampoerna Agro Tbk -0.036672 Tidak Masuk 15. TBLA Tunas Baru Lampung Tbk -0.079571 Tidak Masuk 16. GZCO Gozco Plantations Tbk -0.098347 Tidak Masuk 17. CFIN Clipan Finance Tbk -0.148891 Tidak Masuk 18. HRUM Harum Energy Tbk -0.163395 Tidak Masuk 19. NIKL Pelat Timah Nusantara Tbk -0.176602 Tidak Masuk 20. IPOL Indopoly Swakarsa Industry Tbk -0.178381 Tidak Masuk
Sumber: Data diolah, 2012
Ada 11 saham yang memiliki nilai ERS positif dan menjadikan saham-saham
tersebut sebagai kandidat portofolio optimal. Saham-saham tersebut adalah saham Surya
Semesta Internusa, Bank Himpunan Saudara, Mitra Adiperkasa, Citra Marga Busaphala
Persada, Ramayana Lestari Sentosa, Adhi Karya, BW Plantation, Alam Sutera
Realty, Astra Graphia, Pan Brothers, dan saham Tiga Pilar Sejahtera Food. Ada 9
saham yang memiliki kinerja yang buruk karena nilai ERSnya yang negatif dan
menjadikannya keluar dari kandidat portofolio optimal.
Koefisien korelasi saham menunjukkan pergerakan bersamaan antara dua variabel.
Ukuran ini bernilai antara +1,0 sampai -1,0. Koefisien korelasi yang bernilai +1,0
berarti korelasi positif sempurna, yaitu bentuk korelasi yang tidak mengurangi risiko.
Koefisen korelasi yang bernilai 0 berarti tidak ada korelasi, yaitu bentuk korelasi
yang akan mengurangi risiko secara signifikan. Koefisien korelasi yang bernilai -1,0
berarti korelasi negatif sempurna, yaitu bentuk korelasi yang menghilangkan risiko
kedua sekuritas tersebut.
Tabel 8. Koefisien Korelasi Saham Berpasangan No. Kode Saham Koefisien Korelasi 1
. SSIA 0.03256052
2
. SDRA 0.03150531
3
. MAPI 0.04259682
4
. CMNP 0.04368679
5
. RALS 0.04798052
6
. ADHI 0.06243021
7
. BWPT 0.04656390
8
. ASRI 0.04359906
9
. ASGR 0.05174686
10. PBRX 0.02800603 11. AISA 0.03389247
Rata-Rata Koefisien Korelasi 0.04223350
Sumber: Data diolah, 2012
Cut-off point merupakan titik pembatas nilai ERS berapa yang dikatakan tinggi.
Saham-saham yang membentuk portofolio optimal adalah saham-saham yang
mempunyai nilai ERS nilai ERS di titik cut-off point (C*). Saham-saham yang
mempunyai ERS dengan ERS di titik C* tidak diikutsertakan dalam pembentukan
portofolio optimal. Nilai cut-off point (C*) adalah nilai Ci yang terbesar
Tabel 9 Penentuan Cut-Off Point Berdasarkan ERS No. Kode Saham Ci
1. SSIA 0.012400
2. SDRA 0.023612
3. MAPI 0.030710
4. CMNP 0.035384
5. RALS 0.039494
6. ADHI 0.043013
7. BWPT 0.044493
8. ASRI 0.045471
9. ASGR 0.046383
10. PBRX 0.046162
11. AISA 0.045588
C* 0.046383
Sumber: Data diolah, 2012
Berdasarkan tabel di atas, dari 11 saham kandidat portofolio optimal, ada 9 saham
yang nilai ERS-nya dari C*. Saham-saham tersebut yaitu saham Surya Semesta
Internusa, Bank Himpunan Saudara, Mitra Adiperkasa, Citra Marga Busaphala Persada,
Ramayana Lestari Sentosa, Adhi Karya, BW Plantation, Alam Sutera Realty, dan
saham Astra Graphia. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada 9 saham yang akan
membentuk portofolio optimal menggunakan Model Korelasi Konstan. Dua saham
lainnya tidak diikutsertakan dalam pembentukan portofolio optimal karena nilai ERS-
nya dari C*.
Portofolio optimal akan terbentuk apabila saham-saham yang sudah diseleksi
tersebut dialokasikan sesuai bobotnya masing-masing. Pembobotan saham-saham
tersebut membutuhkan data nilai deviasi standar saham, rata-rata koefisien korelasi
saham berpasangan, ERS (excess return to standard deviation) saham, dan nilai cut-off
point (C*). Hasil perhitungan pembobotan 9 saham tersebut dengan Model Korelasi
Konstan dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10. Proporsi Alokasi Dana Portofolio Optimal Model Korelasi Konstan No. Kode Saham Zi wi w
i
(
%
)
1. SSIA 3.284121 0.189375 18,94% 2. SDRA 3.467457 0.199947 19,99% 3. MAPI 2.978938 0.171777 17.18% 4. CMNP 2.419550 0.139521 13.95% 5. RALS 1.973113 0.113777 11.38% 6. ADHI 1.350196 0.077858 7.79% 7. BWPT 0.893178 0.051504 5.15% 8. ASRI 0.525235 0.030287 3.03% 9. ASGR 0.450088 0.025954 2.60%
Sumber: Data diolah, 2012
Berdasarkan hasil perhitungan proporsi alokasi dana pada tabel di atas, diketahui
bahwa saham Bank Himpunan Saudara memiliki proporsi dana tertinggi sebesar
0,199947 dan proporsi dana terendah dimiliki oleh Astra Graphia sebesar 0,025954. Hal
ini menunjukkan bahwa apabila investor memiliki dana 100%, maka 18,94% akan
diinvestasikan pada saham Surya Semesta Internusa, 19,99% akan diinvestasikan pada
saham Bank Himpunan Saudara, 17,18% akan diinvestasikan pada saham Mitra
Adiperkasa, 13,95% akan diinvestasikan pada saham Citra Marga Busaphala Persada,
11,38% akan diinvestasikan pada saham Ramayana Lestari Sentosa, 7,79% akan
diinvestasikan pada saham Adhi Karya, 5,15% akan diinvestasikan pada saham BW
Plantation, 3,03% akan diinvestasikan pada saham Alam Sutera Realty, dan 2,60%
akan diinvestasikan pada saham Astra Graphia.
Grafik 2. Kinerja Saham yang Masuk Portofolio Portofolio Optimal Model Korelasi Konstan
Kinerja portofolio Model Korelasi Konstan adalah kinerja total atau keseluruhan
dari saham-saham yang masuk dalam portofolio ini. Tabel berikut ini menyajikan
kinerja portofolio optimal yang dibentuk dengan Model Korelasi Konstan.
Tabel 11. Kinerja Portofolio Optimal Model Korelasi Konstan
No.
Kode
Saham
Return
Portofolio
ERB
Portofolio
Differential
Return SML
Differential
Return CML
1. SSIA 0.00454778 0.00344992 0.00431120 0.00423636
2. SDRA 0.00441212 0.00431914 0.00417649 0.00409321
3. MAPI 0.00213803 0.00148259 0.00192063 0.00189056
4. CMNP 0.00115121 0.00170953 0.00099983 0.00096130
5. RALS 0.00102943 0.00136931 0.00090384 0.00086708
6. ADHI 0.00086787 0.00058344 0.00076878 0.00074395
7. BWPT 0.00026066 0.00024985 0.00020158 0.00019038
8. ASRI 0.00015446 0.00013229 0.00011896 0.00011084
9. ASGR 0.00014965 0.00010660 0.00011781 0.00011016
Jumlah 0.01471122 0.01340267 0.01351912 0.01320384
Sumber: Data diolah, 2012
Berdasarkan tabel di atas, kinerja portofolio optimal yang dibentuk dengan Model
Korelasi Konstan meliputi return portofolio sebesar 0,01471122. Hal ini menunjukkan
bahwa imbal hasil yang diperoleh investor atas modal yang telah ditanamkannya adalah
sebesar 1,47%. ERB portofolio yang dihasilkan sebesar 0,01340267. Hal ini
menunjukkan bahwa risiko sistematis yang dimiliki oleh portofolio ini adalah sebesar
1,34%.
Differential return dengan risiko diukur dengan beta adalah sebesar
0.01351912. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keuntungan yang diharapkan pada
garis SML (Security Market Line) adalah sebesar 1,35%. Differential return dengan
risiko diukur dengan deviasi standar yang dihasilkan sebesar 0,01320384. Ini berarti
tingkat keuntungan yang diharapkan pada garis CML (Capital Market Line) dan
portofolio pasar adalah sebesar 1,32%.
4.3. Analisis Perbedaan Kinerja Portofolio Optimal Model Indeks Tunggal
dan Model Korelasi Konstan
Masing-masing model menghasilkan return yang berbeda. Pengukuran kinerja
portofolio saham untuk kedua model tersebut memerlukan data-data return saham
individu, deviasi standar saham individu, return investasi bebas risiko, return dan
deviasi standar pasar.
Formulasi pembentukan portofolio optimal masing-masing model adalah berbeda
dan menghasilkan kinerja yang berbeda pula. Return portofolio merupakan
kinerja yang paling sering menjadi titik perhatian investor. Return portofolio yang
dibentuk dengan model indeks tunggal berkisar antara 0,00009770 sampai
0,00690902. Return portofolio yang dibentuk dengan Model Korelasi Konstan
berkisar antara 0,00014965 sampai 0,00454778.
Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah rata- rata
return portofolio dengan Model Indeks Tunggal dan rata-rata return portofolio dengan
Model Korelasi Konstan memiliki perbedaan yang signifikan. T-test two samples
independent digunakan untuk melihat apakah terdapat perbedaan antara return dua
model ini. Data yang digunakan adalah return portofolio masing-masing model.
Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan sampel yang berbeda yang berasal dari
populasi yang sama dengan perlakuan yang berbeda.
Tabel 12 Mean, Standar Deviasi dan Standar Error Mean Model N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Indeks Tunggal 6 .00294636 .003100693 .001265853
Korelasi Konstan 9 .00163458 .001729380 .000576460
Sumber: Data diolah, 2012
Tabel di atas menunjukkan jumlah sampel sebanyak 15, dimana 6 saham adalah sampel
dari portofolio dengan Model Indeks Tunggal dan 9 saham lainnya adalah sampel dari
portofolio dengan Model Korelasi Konstan. Nilai rata-rata terbesar didapat oleh
return portofolio dengan Model Indeks Tunggal sebesar 0,00294636, sedangkan
nilai rata-rata dari return portofolio dengan Model Korelasi Konstan sebesar
0,00163458. Deviasi standar portofolio dengan Model Indeks Tunggal juga lebih
besar daripada Model Korelasi Konstan yaitu sebesar 0,003100693, sedangkan
deviasi standar portofolio dengan model korelasi konstan memiliki nilai
0,001729380. Hasil dari uji statistik menggunakan t-test two samples independent
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 13. Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of Variances
F sig
return Equal variances assumed 5.694 .033
Equal variances not assumed
t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval of the Difference
t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference Lower Upper
1.058
13
.309
.001311779
.001240326
-.001367782
.003991341
.943 7.098 .377 .001311779 .001390931 -.001968060 .004591619
Sumber: Data diolah, 2012
Hasil pengujian dengan independent samples test pada kedua model didapatkan
nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,309 dan t-hitung sebesar 1,058 karena diasumsikan
varians dua model ini tidak berbeda. Nilai ini lebih besar daripada taraf signifikansi
yang telah ditetapkan sebesar 0,05. Karena nilai sig. (2-tailed) (0,309) lebih besar
daripada taraf signifikansi (0,05) dan t-hitung (1,058) berada diantara nilai t-tabel
(1,77/-1,77), maka H1 ditolak. Hasil tersebut menjelaskan bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan antara rata-rata return portofolio dengan Model Indeks
Tunggal dengan rata-rata return portofolio dengan Model Korelasi Konstan untuk
membentuk portofolionya agar kinerjanya optimal.
5. Simpulan
a. Model Indeks Tunggal menghasilkan 6 saham yang membentuk portofolio optimal
dengan bobot masing-masing yaitu saham Bank Himpunan Saudara (SDRA)
31,29% , saham Surya Semesta Internusa (SSIA) 28,77%, saham Citra Marga
Busaphala Persada (CMNP) 15,81%, saham Ramayana Lestari Sentosa (RALS)
12,70%, saham Mitra Adiperkasa (MAPI) 10,55%, dan saham Adhi Karya
(ADHI) 0,88%. SDRA memiliki proporsi alokasi dana terbesar karena tingkat
return saham individualnya relatif tinggi dengan tingkat risiko yang relatif stabil.
Kinerja portofolio yang dihasilkan oleh Model Indeks Tunggal adalah return
portofolio sebesar 1,77%, ERB (excess return to beta) portofolio sebesar
1,64%, differential return dengan risiko diukur dengan beta sebesar 1,65%, dan
differential return dengan risiko diukur dengan deviasi standar sebesar 1,61%.
b. Model Korelasi Konstan menghasilkan 9 saham yang membentuk portofolio
optimal dengan bobot masing-masing yaitu saham Surya Semesta Internusa (SSIA)
0,88%, saham Bank Himpunan Saudara (SDRA) 19,99%, saham Mitra
Adiperkasa (MAPI) 17,18%, saham Citra Marga Busaphala Persada (CMNP)
13,95% , saham Ramayana Lestari Sentosa (RALS) 11,38% , saham Adhi Karya
(ADHI) 7,79%, saham BW Plantation (BWPT) 5,15%, saham Alam Sutera Realty
(ASRI) 3,03%, dan saham Astra Graphia (ASGR) 2,60%. SSIA memiliki proporsi
alokasi dana terbesar karena tingkat return saham individualnya relatif tinggi
dengan tingkat risiko yang relatif stabil. Kinerja portofolio yang dihasilkan oleh
model korelasi konstan adalah return portofolio sebesar 1,47%, ERB (excess
return to beta) portofolio sebesar 1,34%, differential return dengan risiko diukur
dengan beta sebesar 1,35%, dan differential return dengan risiko diukur dengan
deviasi standar sebesar 1,32%.
c. Berdasarkan pengujian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan
antara rata-rata return portofolio Model Indeks Tunggal dengan return portofolio
Model Korelasi Konstan.
DAFTAR PUSTAKA
Bodie, Zvi, Alex Kane, and Alan J. Marcus. 2009. Fundamentals of Investment Analisis
Fourth Edition Edition. New York: The McGraw-Hill/Irwin.
Eko, Umanto. 2008. Analisis dan Penilaian Kinerja Portofolio Optimal Saham- Saham
LQ45. Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi vol. 15 no. 3, hlm.178-187.
Elton, Edwin J; Martin J.Gruber, Stephen J.Brown, William N.Goetzmann. 2009.
Modern Portfolio Theory and Investment Analysis 8th Edition. United States
of America: John Wiley & Sons
Fahmi, Irham. 2011. Manajemen Risiko. Bandung: Alfabeta.
Husnan, Suad. 2009. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis
Sekuritas.Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Jogiyanto. 2010. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFE
Yogyakarta.
Lawrence J Gitman. 2009. Principle Of Managerial Finance twelfth Edition. Boston :
Pearson Prentice Hall.
Markowitz, Harry. M. 1952. Portfolio Selection. Journal of Finance vol. 7 no. 1, p.
77-91.
Nurdin, Ade Ali. 2009. Perbandingan Kinerja Portofolio Optimal Saham-Saham
Unggulan Berbasis Syariah dengan Saham-Saham Unggulan Berbasis
Konvensional di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan,
dan Akuntansi vol. 1 no. 2, hlm. 173-188.
Rinayanti. 2009. Analisis Penyusunan Portofolio Optimal dengan Constant
Correlation Model. Jurnal Tepak Manajemen Bisnis vol. 1 no. 1, hlm. 64-74.
Setiawan, Dedi; Samuel PD Anantadjaya, Mentiana Sibarani. 2012. Pembentukan
Portofolio Optimal Bisnis27 dan Kompas100 dengan Single Index Model dan
Implikasinya. Finance and Accounting Journal vol. 1 no. 1.
Sharpe,William F. 1963. A Simplified Model for Portfolio Analysis. Management
Science Journal vol. 9 no. 2, p. 277-293.
Sukarno, Mokhamad. 2007. Analisis Pembentukan Portofolio Optimal Saham
Menggunakan Metode Single Indeks di Bursa Efek Jakarta. Tesis, MM
Universitas Diponegoro, Tidak Dipublikasikan, Semarang.
Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Kanisius.
Wahyuningrum, Desy. 2010. Pemilihan dan Pembentukan Portofolio Saham LQ45
yang Optimal (Studi Kasus di Bursa Efek Indonesia (BEI)). Journal of Indonesian
Applied Economics Universitas Brawijaya, hlm. 26-33.
Yuniarti, Sari. 2010. Pembentukan Portofolio Optimal Saham-Saham Perbankan
dengan Menggunakan Model Indeks Tunggal. Jurnal Keuangan dan Perbankan
vol. 14 no. 3, hlm. 459-466.
Zubir, Zalmi. 2011. Manajemen Portofolio Penerapannya dalam Investasi Saham.
Jakarta: Salemba Empat.
top related