pengukuran kinerja dan evaluasi program fix
Post on 21-Dec-2015
56 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
1
Untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Penganggaran dan Evaluasi Kinerja
Sektor Publik
Disusun Oleh :
1. Mariatul Ulfa Mansyur (125020300111034)
2. Martina Dyah Ayu Retnani (125020307111047)
3. Adisty Bramantyo Sehartian (125020306111001)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
2
PENDAHULUAN
Pada saat sekarang ini, tuntutan terhadap penyelenggaraan tata kelola pemerintahan
yang baik atau Good Governance kepada pemerintah semakin mengemuka. Adapun
beberapa unsur yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan Good Governance antara lain
transparansi, akuntabilitas, serta tujuan yang jelas dengan penerapan anggaran berbasis
kinerja. Untuk kesuksesan hal tersebut diperlukan keseriusan aparat pemerintah agar sesuai
dengan prinsip – prinsip good governance tersebut.
Pelaksanaan anggaran berbasis kinerja merupakan mekanisme penganggaran
(budgeting) yang menjadikan kinerja dan pencapaian hasil sebagai wujud
pertanggungjawabannya. Pada penerapan anggaran berbasis kinerja, diperlukan adanya
standardisasi sebagai tolak ukur kinerja, agar pengukuran pertanggungjwaban kegiatan
anggaran tidak bias. Anggaran berbasis kinerja yang efektif akan mengidentifikasikan
keterkaitan antara nilai uang dan hasil.
Keunggulan anggaran berbasis kinerja, adalah bahwa penyusunan anggaran ini
dilakukan dengan mendasarkan pada program, fungsi serta aktivitas dengan menetapkan
satuan pengukuran tertentu dan tujuan yang telah dirumuskan, sehingga dapat dilakukan
penilaian terhadap masukan dan keluaran atau penilaian terhadap kinerja pelaksanaan
kegiatan.
Dengan penerapan anggaran berbasis kinerja diharapkan dapat menghasilkan
anggaran daerah yang benar – benar mencerminkan kepentingan dan pengharapan dari
masyarakat daerah terhadap pengelolaan keuangan daerah secara ekonomis, efisien, dan
efektif. Berikut ini paradigma – paradigma dari anggaran daerah yang diperlukan :
Anggaran daerah harus bertumpu pada kepentingan publik
Anggaran daerah harus dikelola dengan hasil yang baik dan biaya rendah
Anggaran daerah harus mampu memberikan transparansi dan akuntanbilitas secara
rasional untuk keseluruhan siklus anggaran
Anggaran daerah harus dikelola dengan pendekatan kinerja untuk seluruh jenis
pengeluaran maupun pendapatan
3
Anggaran daerah harus mampu menumbuhkan profesionalisme kerja di setiap
organisasi yang terkait
Anggaran daerah harus dapat memberikan keleluasaan bagi para pelaksananya
untuk memaksimalkan pengelolaan dananya dengan memperhatikan prinsip value
for money
Dengan demikian, sangat penting bagi sektor publik untuk berupaya memperbaiki
proses penganggaran melalui penerapan anggaran berbasis kinerja. Melalui penerapan
anggaran berbasis kinerja , maka dapat dilakukan penilaian terhadap masukan dan
keluarannya, atau penilaian terhadap kinerja setiap pelaksanaan kegiatan di sektor publik.
4
ERA MANAJEMEN BERBASIS KINERJA
Perubahan menuju era manajemen berbasis kinerja sebenarnya merupakan bagian
dari gerakan welfare reform di negara-negara Eropa. Gerakan welfare reform menghendaki
organisasi sektor publik, khususnya pemerintahan, memberikan pelayanan yang efisien dan
efektif kepada masyarakat.Jika selama ini manajemen sektor publik, berfokus pada
pengendalian input, output, pemenuhan standar, dan kepatuhan anggaran, maka setelah
reformasi bergeser pada penekanan kinerja yang mengukur outcome, hasil, manfaat, dan
dampak terhadap pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Osborne dan Gaebler (1992) menyatakan bahwa pemerintah selalu menghitung
sesuatu atau mengeluarkan laporan – laporan statistk yang hanya berfokus pada input atau
output saja namun jarang mereka berfokus pada outcome atau hasil, seperti misalnya
berapa dana dibelanjakan, berapa orang dilayani, dan pelayanan apa saja yang diterima oleh
tiap – tiap orang. Jauh sebelumnya, Sorensen dan Grove (1977) telah menyarankan
organisasi sektor publik untuk menggunakan teknik penilaian kinerja yang berfokus pada
analisis cost-outcome dan cost-effectiveness atas program pelayanan yang diberikan.
Costoutcome adalah biaya yang dikonsumsi untuk menghasilkan outcome tertentu,
sedangkan cost effectiveness mengacu pada seberapa efektif biaya yang dikeluarkan
mampu mencapai tujuan yang ditetapkan.Analisis cost-outcome dan cost-effectiveness
tersebut diperlukan karena beberapa alasan :
1. Terkait dengan adanya kegagalan dalam menentukan indikator sosial dalam analisis
biaya manfaat (cost-benefit analysis).
2. Adanya peran yang semakin besar bagi organisasi sektor publik dan tuntutan
akuntabilitas. Keberadaan organisasi sektor publik adalah untuk memberikan
pelayanan, bukan mengejar laba, sehingga pilihan alternatif tindakan dan penilaian
atas kinerja menjadi suatu yang sulit. Semakin kompleks pelayanan yang harus
dilakukan organisasi sektor publik akan menciptakan tekanan baru mengenai
perlunya sistem penilaian kinerja yang lebih efektif.
3. Tuntutan terhadap penilaian kinerja tidak saja berasal dari pihak eksternal, tetapi
juga dari pihak internal. Manajer publik membutuhkan penilaian terhadap
pencapaian outcome atas program dan kegiatan yang dilakuakn serta penilaian
manfaat dan dampak aktivitas tersebut terhadap sistem sosial secara holistik.
5
STRUKTUR PROGRAM YANG JELAS UNTUK MENCAPAI OUTPUT DAN
OUTCOME YANG TERUKUR, SERTA JELAS PENANGGUNG JAWABNYA
Program merupakan kumpulan kegiatan – kegiatan yang sistematis dan terpadu
guna mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan – kegiatan tersebut
merupakan sesuatu yang harus dilaksanakan untuk merealisasikan program yang telah
ditetapkan dan merupakan cerminan dari strategi konkrit untuk diimplementasikan dengan
sebaik – baiknya dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran. Perencanaan program
menjelaskan hubungan garis organisasi secara kolektif yang menunjukan apa yang hendak
dicapai (output dan outcome) dan bagaimana setiap rupiah (input) dialokasikan untuk
memenuhi program dan sasaran. Oleh karena itu diperlukan struktur program yang jelas
untuk dapat dicapai output dan outcome yang terukur.
Bagan Penanggung Jawab dan Indikator Kinerja
Anggaran berbasis kinerja pada dasarnya merupakan pendekatan yang
mengutamakan output dari berbagai program dan kegiatan yang akan dicapai sehubungan
dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas yang terukur. Hal ini berati
bahwa setiap dana yang dianggarkan untuk melaksanakan berbagai program dan kegiatan
harus terukur secara jelas indikator kinerjanya yang dipresentasikan ke dalam tolak ukur
kinerja input, output, outcome, benefit, dan impact serta target yang diharapkan.
Penanggung jawab
Menteri/pimpinan lembaga
Kepala Satker
Program
Satker
Hasil / Outcome
Keluaran / Output
Level Indikator Anggaran
Berbasis
Kinerja
dan
Indikator
Kinerja
6
INDIKATOR KINERJA
Indikator Kinerja merupakan kriteria yang digunakan untuk menilai keberhasilan
pencapaian tujuan organisasi yang diwujudkan dalam ukuran-ukuran tertentu. Indikator
kinerja juga berarti sebagai ukuran kuantitatif dan/ atau kualitatif yang menggambarkan
tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan (BPKP, 2000).
Agar pengukuran dapat dilakukan, maka kinerja harus dapat dinyatakan dalam angka
(kuantifikasi). Oleh karena itu diperlukan indikator-indikator yang dapat menunjukkan
secara tepat tingkat prestasi kerja/kinerja.
KONSEP “VALUE FOR MONEY” (VFM)
Salah satu prinsip utama yang mesti terkandung dalam penganggaran adalah penekanan
pada konsep value for money dan pengawasan atas kinerja output yang diukur dengan
beberapa indikator. Tiga elemen dalam konsep value for money meliputi:
a) Ekonomis
Ekonomis dapat diartikan sebagai pemerolehan input dengan kuantitas dan kualitas
tertentu pada harga terendah atau dalam praktik berarti “meminimalkan penggunaan
sumberdaya dalam melaksanakan suatu kegiatan”. Input (masukan) merupakan
segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk
menghasilkan keluaran. Input dapat berupa anggaran/dana, sumber daya manusia,
peralatan/teknologi, material yang digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan.
Organisasi harus dapat memastikan bahwa dalam pemerolehan sumber daya input,
seperti material, barang, dan bahan baku tidak terjadi pemborosan.
b) Efisien
Efisien dapat dimaknai sebagai pemanfaatan input minimal untuk mencapai hasil
yang maksimal atau dalam praktik berarti “melaksanakan sesuatu dengan benar”.
Suatu program (kegiatan) dikatakan efisien jika program atau kegiatan tersebut
mampu menghasilkan output tertentu dengan input serendah-rendahnya atau dengan
input tertentu mampu menghasilkan output sebesar-besarnya.
c) Efektif
Kata efektif kerap diartikan mencapai tujuan dan sasaran dengan target yang telah
ditetapkan secara maksimal atau dalam praktik berarti “melakukan hal yang benar”.
Efektivitas berkaitan dengan hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil
yang sesungguhnya dicapai. Efektivitas merupakan hubungan antara output dengan
tujuan. Semakin besar kontribusi output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin
efektif organisasi, program, atau kegiatan. Jika ekenomi berfokus pada input,
efeisiensi pada output atau proses, maka efektivitas berfokus pada outcome (hasil).
Suatu program atau kegiatan dinilai efektif apabila output yang dihasilkan bisa
memenuhi tujuan yang diharapkan.
7
JENIS INDIKATOR KINERJA
a) Masukan (Input): Merupakan sumber daya yang digunakan untuk memberikan
pelayanan pemerintah. Ukuran masukan berguna dalam rangka memonitor jumlah
sumber daya yang digunakan untuk mengembangkan, memelihara dan
mendistribusikan produk, kegiatan dan atau pelayanan.
b) Keluaran (Output): Indikator keluaran dapat menjadi landasan untuk menilai
kemajuan suatu kegiatan apabila target kinerjanya (tolok ukur) dikaitkan dengan
sasaran-sasaran kegiatan yang terdefinisi dengan baik dan terukur. Oleh karena itu.
Indikator keluaran harus sesuai dengan tugas pokok dan fungsi unit organisasi yang
bersangkutan. Indikator keluaran (output) digunakan untuk memonitor seberapa
banyak yang dapat dihasilkan atau disediakan.
c) Efisiensi: Ukuran efisiensi biaya berkaitan dengan biaya setiap kegiatan/aktivitas
dan menjadi alat dalam membuat Analisis Standar Biaya (ASB) serta menentukan
standar biayanya. Ukuran efisiensi merupakan fungsi dari biaya satuan (unit cost)
yang membutuhkan alat pembanding dalam mengukurnya. Indikator ini berguna
untuk memonitor hubungan antara jumlah yang diproduksi dengan sumber daya
yang digunakan. Ukuran efisiensi menunjukkan perbandingan input dan output dan
sering diekspresikan dengan rasio atau perbandingan.
d) Kualitas (Quality): Ukuran kualitas digunakan untuk menentukan apakah harapan
konsumen sudah dipenuhi. Perbandingan antara input-output sering digunakan
untuk menciptakan ukuran kualitas dan mengidentifikasikan aspek yang pasti
perihal pelayanan, produk dan aktivitas yang diproduksi unit kerja yang diperlukan
masyarakat. Perbandingan antara output yang spesifik dengan keseluruhan output
menciptakan ukuran akurasi, ketepatan waktu, dan aturan tambahan yang
diperlukan.
e) Hasil (Outcome): Indikator hasil (outcome) merupakan ukuran kierja dari program
dalam memnuhi sasarannya. Ukuran hasil (outcome) digunakan untuk menentukan
seberapa jauh tujuan dari setiap fungsi utama, yang dicapai dari output suatu
Input:
Pendanaan
Program/
Kegiatan Output Outcome
Outcome
Outcome
Outcome
Outcome
“Efisiensi” “Efektivitas”
8
aktivitas (produk atau jasa pelayanan), telah memenuhi keinginan masyarakat yang
dituju.
PENENTUAN INDIKATOR KINERJA
Penentuan indikator kinerja harus memenuhi criteria-kriteria sebagai berikut:
1. Spesifik
Berarti unik, menggambarkan obyek/subyek tertentu, tidak berdwimakna atau
diinterpretasikan lain.
2. Dapat Diukur
Secara obyektif dapat diukur baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif.
3. Relevan
Indikator kinerja sebagai alat ukur harus terkait dengan apa yang diukur dan
menggambarkan keadaan subyek yang diukur, bermanfaat bagi pengambilan
keputusan.
4. Tidak Bias
Tidak memberikan kesan atau arti yang menyesatkan.
PENGUKURAN KERJA DAN EVALUASI PROGRAM
Pengukuran kinerja diperlukan untuk menilai seberapa besar perbedaan (gap) antara kinerja
actual dengan kinerja diharapkan. Sehingga perbaikan dan peningkatan dapat dilakukan
dengan baik.
Menurut (Otley, 1999) kinerja mengacu pada sesuatu yang terkait dengan kegiatan
melakukan pekerjaan, dalam hal ini meliputi hasil yang dicapai kerja tersebut.
Kinerja (performance) merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan
suatu kegiatan/kegiatan/kebijakan dalam mewujudkan sasaran tujuan, misi, dan visi
organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi.
Jadi, pengukuran kinerja adalah suatu metode atau alat yang digunakan untuk mencatat atau
menilai pencapaian pelaksanaan kegiatan berdasarkan tujuan, sasaran dan strategi sehingga
dapat diketahui kemajuan organisasi serta meningkatkan kualitas pengambilan keputusan
dan akuntanbilitas.
ELEMEN-ELEMEN POKOK PENGUKURAN KINERJA
1. Menetapkan tujuan, sasaran, dan strategi organisasi
9
2. Merumuskan indicator dan ukuran kinerja
3. Mengukur tingkat ketercapaian tujuan dan sasaran organisasi
4. Evaluasi kinerja (feedback, penilaian kemajuan organisasi meningkatkan kualitas
pengambilan keputusan dan akuntabilitas)
MANAJEMEN KINERJA TERINTEGRASI
Menurut Mahmudi, 2006, Manajemen kinerja terintegrasi (intergrated performance
management) terdiri atas dua bagian utama, yaitu :
a. Perencanaan kinerja
Adalah aktivitas analisis dan pengambilan keputusan kedepan untuk menetapkan
tingkat kinerja yang diinginkan dimasa mendatang.
Perencanaa kinerja terdiri atas 4 tahap :
1. Penentuan misi, visi, tujuan, dan strategi
2. Penerjemahan misi, visi, tujuan dan strategi kedalam sasaran strategic, inisiatif
strategic, indicator kinerja (input, output, outcome, benefit, impact)
3. Penyusunan program
4. Penyusunan anggaran
b. Pengukuran kinerja
Sementara itu rerangka pengukuran kinerja value for money dibangun atas tiga
komponen utama, yaitu :
1. Komponen misi, visi, sasaran dan target
2. Komponen input, proses, output dan outcome
3. Komponen pengukuran ekonomi, efisiensi dan efektivitas
Sebelum dilakukan pengukuran ekonomi efisiensi, dan efektivitas, tahap pertama yang
harus dilakukan adalah menentukan misi, visi, tujuan, sasaran, dan target kinerja.
Penentuan misi, visi, tujuan, sasaran dan target dapat didahului dengan kegiatan
penjaringan aspirasi masyarakat. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa
pelayanan adalah fungsi kebutuhan, bukan fungsi ketersediaan dana, maka penjaringan
aspirasi masyarakat dilakukan untuk mengetahui kebutuhan public. Tingkat kebutuhan
public akan berimplikasi pada tingkat dan jenis peayanan yang perlu diberikan.
10
Setelah perangkat berupa misi, visi, tujuan, sasaran, target kinerja, sasaran dan program
ditetapkan tahap berikutnya adalah mengembangkan metodologi penilaian kinerja. Langkah
pertama organisasi harus menentukan indicator input, output, outcome, benefit dan impact.
Setelah indicator-indikator tersebut ditetapkan, organisasi kemudian baru bisa mengukur
ekonomi, efisiensi dan efektivitas.
Apakah pengukuran kinerja itu ?
Pengukuran kinerja pemerintah daerah mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda,
tergantung potensi yang dimilikinya. Secara internasional, ukuran indicator digunakan
untuk pengembangan program sebagai informasi pembuat keputusan.
Menurut KPMG government service yang dimaksud dengan pengukuran kinerja adalah
sebuah sistem yang membantu pimpinan daerah dalam :
1. Membuat standard an tujuan outcome
2. Mengukur kinerja pada tujuan, standar atau benchmark, dan
3. Mengkomunikasikan hasil
Intinya, pengukuran kinerja mengarahkan pemikiran dan memfokuskan pada teknik praktik
dalam penilaian dan pembangunan akuntabilitas. Pada tahun 1980, GAO mendefinisikan
PERENCANAAN KINERJA
visi
misi
tujuan
Kebijakan
nn
program
Kegiatan
Sub kegiatan
11
pengukuran kinerja, sebagai sebuah penilaian dari kinerja organisasi, termasuk pengukuran
kinerja, sebagai sebuah penilaian dari kinerja organisasi, termasuk pengukuran mengenai:
1. Productivity, merupakan rasio output dan input organisasi
2. Effectiveness, merupakan bagaimana organisasi mencapai tujuan, dan
3. Timeliness, merupakan ketepatan waktu dalam pencapaian tujuan.
INFORMASI PENGUKURAN KINERJA
Dalam pengukuran kinerja, GASB mengelompokkan beberapa tipe informasi antara lain:
a. Input. Mengukur sumberdaya pemerintah dalam penyediaan jasa
b. Output. Indicator jumlah jasa yang disediakan.
c. Outcome. Mengukur bagaimana tujuan pelayanan dapat dicapai
d. Efficiency. Indicator yang mengukur permintaan jumlah sumberdaya dalam
memproduksi unit satuan dari output atau dalam mencapai outcome tertentu.
e. Explanatory Information. Relevansi kesesuaian data yang akan dan berdampak pada
kinerja pelayanan karena data menjelaskan isi dengan pelayanan yang disediakan.
TUJUAN INFORMASI KINERJA
1. Setting tujuan dan sasaran
2. Perencanaan aktivitas program untuk mencapai tujuan dan sasaran
3. Mengalokasikan sumberdaya kedalam program
4. Memonitor dan mengevaluasi hasil untuk menentukan progress dalam pencapaian
tujuan dan sasaran, dan
5. Memodifikasi perencanaan program untuk meningkatkan kinerja.
12
TAHAP PENILAIAN KINERJA
Berikut tiga tahapan penilaian kinerja pemerintah daerah :
PENDEKATAN PENGUKURAN KINERJA
Berdasarkan ICD (international conference on decentralitation) ketigas yang dilaksanakan
di Philipina, merekomendasikan tiga alat pendekatan dalam melakukan pengukuran kinerja
di pemerintah daerah, anatar lain :
(a) Balance scorecard approach
Karakteristik dari pendekatan ini adalah memfokuskan pada integrasi antara unit kerja,
stakeholder, dan perspektif organisasi.
(b) Logic model,
Karakteristiknya berorientasi investasi, praktis dan strategis, dan mempunyai pola
jangka panjang dan jangka pendek
(c) Performance benchmarking
Tahap 1:
Mendefiniskan misi dan keluaran yang diinginkan
Langkah :
1. Melibatkan stakeholder
2. Menilai lingkungan
3. Mengarahkan aktivitas, proses inti dari sumber
daya
Tahap 3:
Menggunakan
informasi kinerja
Langkah :
6. mengidentifikasi
perbedaan kinerja
7. lap. Informasi
8. penggunaan
informasi
Tahap 2:
Mengukur kinerja
Langkah :
4. menciptakan satu set ukuran kinerja pada
masing-masing unit organisasi yang :
a. menunjukkan hasil
b. terbatas pada hal-hal tertentu
c. tanggapan atas prioritas ganda, dan
d. terhubung dengan program-program
pertanggungjawaban
5. pengumpulan data
Memperkuat
implementasi hasil
pengukuran
Langkah :
9. pelimpahan
pengambilan keputusan
atas dasar akuntabilitas
10. memberikan intensif
11. membangun keahlian
12. integrasi reformasi
manajemen
13
Karakteristiknya model ini adalah berdasarkan bukti, melibatkan organisasi/entitas
lain, praktik terbaik dari organisasi atau entitas lain.
PENGUKURAN KINERJA PEMERINTAH DAERAH
Organisasi dengan sifat dan karakteristiknya yang unk, memerlukan ukuran penilaian
kinerja yang luas. Pengukuran kinerja organisasi sector public meliputi aspek-aspek antara
lain :
a. Masukan (input)
Adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk
menghasilkan keluaran
b. Proses (process)
Adalah ukuran kegiatan, baik dari segi kecepatan, ketepatan, maupun tingkat akurasi
pelaksanaan kegiatan
c. Keluaran (output)
Adalah segala sesuatu yang diharapkan langsung dapat dicapai dari suatu kegiatan
yang dapat berwujud (tangible) maupun tidak terwujud (intangible).
d. Hasil (outcome)
Adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada
jangka menengah yang mempunyai efek langsung
e. Manfaat (manfaat)
adalah segala sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan
f. Dampak (impact)
Adalah pengaruh yang ditimbulkan baik positif maupun negat if.
PENETAPAN TARGET KINERJA
Penetapan target kinerja dimaksudkan untuk mengetahui target dari pelaksanaan
kegiatan/program dan kebijaksanaan yang telah ditetapkan pemerintah daerah dan
perangkat pemerintah daerah.
Indicator kinerja (performance indicator) sering disamakan dengan ukuran kinerja
(performance measure)
Beberapa factor yang harus dipertimbangkan dalam penetapan target kinerja:
14
1. Memilih dasar penetapan sebagai justifikasi penganggaran yang diprioritaskan pada
setiap fungsi/bidang pemerintahan
2. Memperhatikan tingkat pelayanan minimum yang ditetapkan oleh pemerintah daerah
terhadap suatu kegiatan tertentu
3. Kelanjutan program, tingkat inflasi, dan tingkat efisiensi menjadi bagian yang penting
dalam menentukan target kinerja
4. Ketersediaan sumber daya dalam kegiatan tersebut
5. Kendala yang mungkin dihadapi dimasa depan
Criteria penetapan target kinerja :
a. Spesifik
b. Dapat diukur
c. Dapat dicapai
d. Realistis
e. Kerangka waktu pencapaiannya (time frame) jelas
f. Menggambarkan hasil atau kondisi perubahan yang diinginkan.
Contoh ukuran kinerja
Fungsi
Pemerintahan
Ukuran
Input
Ukuran
Output/beban
kerja
Ukuran
Efisiensi
Ukuran
Kualitas
Ukuran
outcome
Sanitasi Jumlah
jam
tenaga
kerja
pada
dinas
kebersiha
n
Anggaran
dinas
kebersiha
Jumlah ton
sampah
yang
dikumpulka
n
Panjang
jalan
(km)yang
dibersihkan
Jumlah
pelanggan
Jumlah ton
sampah yang
dikumpulkan
untuk tiap
jam kerja
pegawai
(output to
input)
Rupiah yang
dihabiskan
untuk
Persentase
masyarakat
yang
menilai
jalan itu
kurang
bersih,
sudah
bersih, atau
sangat
bersih
Persentase
jalan yang
bersih
(misalnya
diukur
dengan
peninjauan
fisik secara
periodic;
survey oleh
masyarakat
15
n
Jumlah
kendaraan
yang diberi
jasa
(dilayani)
membersihk
an sampah
tiap (km)
(input to
output)
)
16
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, Yunita dan B. Hendra Puranto (2010). Anggaran Berbasis Kinerja: Penyusunan
APBD Secara Komprehensif. UPP STIM YKPN.
top related